PENGARUH TINGKAT INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PETUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN GABUS Channa striata
NITA SAFITRI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa striata) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015
Nita Safitri NIM C14100096
ABSTRAK NITA SAFITRI.Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan ADANG SAPUTRA. Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan asli perairan umum Indonesia. Permasalahan pada benih ikan gabus yaitu overfishing, terancam punah, budidaya belum berkembang dan rendahnya sintasan. Manipulasi lingkungan dengan intensitas cahaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh intensitas cahaya yang terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan gabus. Ikan uji adalah benih ikan gabus dengan rata-rata bobot dan panjang tubuh awal 0,41±0,04 g dan 3,5±0,2 cm. Ikan dipelihara dalam bak plastik sebanyak 4 ekor/liter dan diberi pakan cacing sutera secara ad libitum. Lampu yang digunakan yaitu lampu putih Phillips dengan daya 3 watt. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan terdiri dari intensitas cahaya0 lux (kontrol), intensitas cahaya 300 lux (A), intensitas cahaya 400 lux (B), intensitas cahaya 500 lux (C), dan intensitas cahaya 600 lux (D). Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan sedangkan perlakuan kontrol sebanyak 2 ulangan. Pertumbuhan dan sintasan benih ikan gabus yang terbaik diperoleh pada intensitas cahaya 500 lux. Kata kunci: Channa striata, intensitas cahaya, pertumbuhan, sintasan
ABSTRACT NITA SAFITRI.Effect of Light IntensityonGrowth and Survival Rate of Snakehead Fish Seed (Channa striata).Supervised by EDDY SUPRIYONO and ADANG SAPUTRA. Snakehead fish (Channa striata) is original fish from Indonesia. The problem of snakehead fish seed are overfishing, endangered, culture technologies are undeveloped, and survival rate is low. Light intensity manipulation as environment adjustment is belived can increase the growth and survival of fish. This study was aimed to determine the appropriate light intensity for producing the best growth and survival rate of snakehead seed. Snakehead fish seed with the initial average of body weight and length are 0.41±0.04 g and 3.5±0.2 cm respectively were used. Fish were reared in the plastic tank with water volume of stocked of 4 fish each liter. Fish were fed blood worm and always available (ad libitum). White fluorescent lamp with Philips 3 watt brand was used. The study design used was a completely randomized design. This treatment design were used as following: ligt intensity 0 lux (control), ligt intensity 300 lux (A), ligt intensity 400 lux (B), ligt intensity 500 lux (C), and ligt intensity 600 lux (D). Each treatment consisted of three replicates and to control consisted of two replicates. The best performance and survival rate at light intensity 500 lux was found. Keywords: Channa striata, light intensity, growth, survival
5
PENGARUH TINGKAT INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PETUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN GABUS Channa striata
NITA SAFITRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
6
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah intensitas cahaya, dengan judul Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Performa Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc dan Bapak Adang Saputra MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dewi Puspaningsih MSi dan Bapak Reza MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepala instansi Bapak Imam Taufik MSi dari Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air TawarBogor, beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mamah, Papah, Teteh, Aa dan seluruh keluarga, serta teman-teman terutama Siti Kamilla, Fatimah Zahrah, Cindy Ray, Tantri, Maulidani, Rizkyna, Nadyana, Akfin, Adien, Shella, Alit, Radhita, Rahayu, Tari, dan Fransisko atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015 Nita Safitri
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...........
viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
viii
PENDAHULUAN ……………………………………………………………
1
Latar Belakang ……………………………………………………………..
1
Tujuan Penelitian …………………………………………………………..
2
METODE …………………………………………………………………….
2
Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………...
2
Rancangan Penelitian …...………………………………………………….
2
Materi Penelitian …………………………………………………………...
2
Prosedur Penelitian ………………………………………………………...
2
Persiapan Wadah ……………………………………………………….
2
Persiapan Hewan Uji …………………………………………………...
3
Pemeliharaan Hewan Uji ……………………………………………….
3
Parameter Uji ………………………………………………………………
3
Analisis Data ……………………………………………………………….
5
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………
5
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………
12
Kesimpulan ………………………………………………………………..
12
Saran ……………………………………………………………………….
12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
12
LAMPIRAN ……………………………………………………….................
14
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………..
18
10
DAFTAR TABEL
1 Parameter dan alat pengukuran kualitas air …………………………….. 2 Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas cahaya berbeda ………………………………………………………….
5 8
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik sintasan benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ………………………………… 2 Grafik laju pertumbuhan spesifik benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ………………… 3 Grafik pertambahan panjang total benih ikan gabus setelah dipeliharaselama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ………………... 4 Grafik pertumbuhan bobot mutlak benih ikan gabus setelah dipeliharaselama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ………………... 5 Grafik konversi pakan benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda ……... 6 Sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus selama pemeliharaan ……………………………………………………
6 6
7
7 8 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Desain dan sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus selama pemeliharaan …………………………………………………..... 2 Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan gabus ……………………..……………………………………………………. 3 Hasil Uji ANOVA ……………………………………………………………..
14 14 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan asli perairan umum (air tawar) Indonesia. Ikan ini menjadi komoditas budidaya ekonomis karena selain sebagai ikan konsumsi, dalam dunia medis ikan gabus dipercaya berkhasiat untuk mempercepat pengeringan luka pasca operasi, dan meningkatkan daya tahan tubuh, dan lain-lain.Harga ikan gabus pada tahun 2014 di Jawa Timur berkisar antara Rp 35.000/kg sampai dengan Rp 70.000/kg (PPHP 2012). Data Statistik Kelautan dan Perikanan 2011 menunjukkan bahwa volume hasil produksi ikan gabus pada tahun 2008 - 2011 dari 3 sentra poduksi ikan gabus (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur) yaitu 11.603 ton. Namun demikian, volume produksi tersebut sebagian besar berasal dari tangkapan di alam,sedangkan volume hasil produksi ikan gabus dari kegiatan budidaya hanya berkisar 12,24% dari total produksi. Hal ini menyebabkan populasi ikan gabus di alam semakin menurun (Pusdatin KKP 2013). Selain itu,permasalahan lain yang dihadapi oleh pembudidaya yaitu rendahnya sintasan dan pertumbuhan ikan gabus(Muslim 2012). Dengan demikian perlu dilakukan langkah nyata untuk mengantisipasi masalah tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan gabus antara lain menggunakan teknik rekayasa lingkungan media pemeliharaan. Rekayasa lingkungan meliputi rekayasa kualitas fisika kimia air seperti manipulasi suhu, salinitas, pH, kesadahan, dan penambahan mineral. Salah satu teknik rekayasa lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanipulasi intensitas cahaya pada media pemeliharaan (Boeuf and Le-Bail 1999). Kemampuan ikan untuk tertarik pada sumber cahaya berbeda-beda. Cahaya yang memiliki intensitas dan panjang gelombang tertentu akan mempengaruhi pergerakan atau tingkah laku ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ikan tertentu adaptifterhadap intensitas cahaya rendah, sedangkan jenis lain adaptif terhadap intensitas cahaya tinggi (Boeuf and Le-Bail 1999).Berdasarkan hasil penelitian Nurdin (2013) intensitas cahaya 550 lux dapat meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak. Menurut Boeuf and Le Bail (1999) pada umumnya intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan. Teknik manipulasi intensitas cahaya pada lingkungan media pemeliharaan diduga dapat meningkatkan produktivitas ikan budidaya. Namun kajian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan sintasan belum dilakukan padapendederan ikan gabus. Target ukuran benih pada saat pemeliharaan dengan manipulasi intensitas cahaya yaitu 6-7 cm/ekor yang kemudian dijual kepada petani maupun dipelihara untuk pembesaran.Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan intensitas cahaya terbaik terhadap pertumbuhan dan sintasan benihikan gabus (Channa striata).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2014 di Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang menggunakan metode Rancangan Acak lengkap (RAL). Penelitian ini merupakan budidaya dengan sistem terpadu yang terdiri dari empat perlakuan dan satu kontrol dengan masing-masing perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan sedangkan kontrol dua kali ulangan. Berikut perlakuan dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini: K = intensitas cahaya 0 lux A = intensitas cahaya 300 lux B = intensitas cahaya 400 lux C = intensitas cahaya 500 lu D = intensitas cahaya 600 lux
Materi Penelitian Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gabus. Benih ikan gabus yang digunakan berasal dari daerah Parung dengan bobot awal 0,41±0,04 gram dan panjang tubuh 3,5±0,2 cm. Pakan yang digunakan yaitu cacing tubificidae atau cacing sutera. Lampu yang digunakan yaitu lampu putih dengan daya 3 watt.
Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah yang digunakan adalah bak plastik berdimensi 60 x 40 x 35 cm sebanyak 14 unit. Sebelum digunakan, wadah dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Wadah perlakuan diisi air dengan volume 24 liter. Setiap wadah diberi aerasi dan didiamkan selama 1 hari. Kemudian lampu dengan daya 3 watt dipasang menggantung dengan ditutupi karton berbentuk corong dengan perlakuan yaitu 300 lux, 400 lux, 500 lux, 600 lux (Lampiran 1). Intensitas cahaya pada perlakuan diukur dengan cara mengatur jarak lampu dengan permukaan
3
media. Semakin tinggi jarak lampu dengan permukaan air maka semakin rendah intensitas cahaya. Bak kontrol tidak diberi lampu.Dinding wadah dilapisi plastik hitam untuk mencegah ikan agar tidakstres. Terakhir dipasang heateruntuk menstabilkan suhu media pemeliharaan. Persiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan gabus berumur 30 hari yang berasal dari pembudidaya ikan di daerah Parung, Bogor. Bobot rata-rata ikan gabus yang digunakan adalah 0,41±0,04 g dan panjang 3,5±0,2 cm.Setiap wadah diisi ikan dengan kepadatan 4 ekor/liter Sebelum pemeliharaan, ikan gabus diadaptasikan selama 2 hari dalam wadah yang telah disiapkan agar terbiasa dengan lingkungan uji penelitian. Pemeliharaan Hewan Uji Ikan gabus dipelihara pada wadah yang sudah disiapkan.Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari dan sampling setiap 7 hari.Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan cacing sutera secaraad-libitum atau selalu tersedia dengan bantuan corong cacing. Pemberian cacing dilakukan pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul 16.00 WIB dilakukan pengecekkan dan penambahan cacing apabila telah habis. Penimbangan sisa pakan dilakukan keesokan harinya pada pukul 08.00 WIB. Kualitas air dijaga dengan dilakukan penyiponan media pemeliharaan setiap pagi dan pergantian air kurang dari 50% sebelum dilakukannya pemberian pakan.
Parameter Uji Parameter pengamatan penelitian adalah sintasan, laju pertumbuhan spesifik,pertumbuhanpanjang total,pertambahan bobot mutlak, konversi pakan,serta kualitas air (DO, pH, suhu, nirat, nitrit, amonia, kesadahan, dan alkalinitas). Adapun parameter kualitas air yang diukur dan alat yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Sintasan Sintasan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan.Sintasan dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie1979): S = Nt/No x 100% Keterangan: S = Sintasan (%) Nt = Jumlah ikan akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan awal penelitian (ekor) Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan.LPS dapat dihitung dengan rumus(Mundheim et al. 2004):
4
LPS =
𝑡
𝑊𝑡 𝑊𝑜
-1
x 100%
Keterangan: LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%) Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (gram) t = Waktu pengamatan (hari) Pertambahan Panjang Total (PPT) Pertumbuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang total dapat dihitung dengan rumus (Effendie1979): L = Lt – Lo Keterangan: L = Panjang total (cm) Lt = Panjang rata-rata individu pada akhir penelitian (cm) Lo = Panjang rata-rata individu pada awal penelitian (cm) Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM) Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung dengan rumus (Weatherley 1972): Wm = Wt – Wo Keterangan: Wm = Bobot mutlak (gram) Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot rata-rata individu pada awal penelitian (gram) Konversi Pakan Konversi pakan adalah jumlah pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging. Konversi pakan dapat dihitung dengan rumus (Effendie1979) : 𝑃𝑎
FCR=𝐵𝑡−𝐵𝑜 +𝐵𝑚 Keterangan : FCR = Konversi pakan Pa = Pakan total (kg) Bt = Biomassa akhir (kg) Bo = Biomassa awal (kg) Bm = Biomassa ikan mati (kg)
5
Parameter Kualitas Air Pengukuran parameter intensitas cahaya, suhu, pH, DO, amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan kesadahan, dilakukan setiap 7 hari sekali. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter dan alat pengukuran kualitas air No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Parameter Intensitas cahaya(lux) Suhu (0C) pH DO (mg/l) Amonia (mg/l) Nitrit (mg/l) Nitrat (mg/l) Alkalinitas (mg/l CaCO3) Kesadahan (mg/l CaCO3)
Metode Insitu Insitu Insitu Insitu Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Titrasi Titrasi
Alat Luxmeter Termometer pH-meter DO-meter Spektrofotometer 630 nm Spektofotometer 543 nm Spektofotometer 410 nm Alat Titrasi Alat Titrasi
Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS16 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan bobot mutlak, pertambahan panjang total, dan konversi pakan. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan. Sedangkan untuk data kualitas air dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sintasan Sintasan benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan uji statistik, nilai sintasan pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05).
6
100
85,00±12,73
92,00±9,34 80,00±12,73
94,33±0,60
87,00±9,68
C (500 lux)
D (600 lux)
Sintasan (%)
80 60 40 20 0 K (0 lux)
A (300 lux)
B (400 lux) Perlakuan
Gambar 1 Grafik sintasanbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda
Laju Pertumbuhan Spesifik (%)
Laju Pertumbuhan Spesifik Laju Pertumbuhan Spesifik benih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik padaperlakuan C dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (P<0,05). 8.00 7.00 6.00
5,35±0,52c 4,68±0,38a
5,65±0,58d
5,60±0,42d
5,07±0,33b
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 K (0 lux)
A (300 lux) B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux) Perlakuan
*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan spesifikbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda Pertambahan Panjang Total Pertambahan panjang totalbenih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan uji statistik, nilai pertambahan panjang total padaperlakuan C dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05).
Pertambahan Panjang Total (cm)
7
4.50 4.00 3.50
3,01±0,27a
3,22±0,39
ab
b b 3,43±0,47 3,23±0,30ab 3,38±0,44
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
K (0 lux)
A (300lux) B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux) Perlakuan
*Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 3 Grafik pertambahan panjang totalbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda
Pertumbuhan Bobot Mutlak (gram)
Pertumbuhan Bobot Mutlak Pertumbuhan bobot mutlakbenih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 5.Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan bobot mutlak padaperlakuan A, C, dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol dan B (P<0,05). 3.00 2.50 2.00
2,32±0,57b 2,20±0,48b
2,13±0,04b 1,59±0,03a
1,71±0,12a
1.50 1.00 0.50 0.00 K (0 lux)
A (300lux) B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux)
Perlakuan *Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 4 Grafik pertumbuhan bobot mutlakbenih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda Konversi Pakan Konversi pakanbenih ikan gabus setelah dipelihara selama 35 hari dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan uji statistik, nilai konversi pakan pada
8
Konversi Pakan
perlakuan A dan D menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05). 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
7,29±1,62c 6.68±o,74bc 5.06±1,10ab 4.66±0,56a
4.56±0,95a
K1 (0 lux) A (300 lux) B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux) Perlakuan *Keterangan: huruf superscript yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 5 Grafik konversi pakan benih ikan gabus setelah dipelihara 35 hari dengan intensitas cahaya yang berbeda Parameter Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas cahaya 0 lux, 300 lux, 400 lux, 500 lux, dan 600 lux selama pemeliharaan 35 hari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas air selama pemeliharaan benih ikan gabus dengan intensitas cahaya berbeda Parameter Perlakuan K (0 lux) A (300 lux) B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux) Standar
pH
Suhu (ºC)
DO (mg/L)
Amonia (mg/L)
6,69-7,58 6,25-7,05 6,13-7,05 6,12-6,86 6,26-7,10 5,5-5,7
28,70-31,25 29,27-32,00 29,10-32,40 29,57-31,80 29,17-30,70 25,5-28,60C
1,53-3,99 0,85-4,52 1,06-4,00 1,08-4,64 1,87-3,63 <5
Bijaksana (2011)
Bijaksana (2011)
Bijaksana (2011)
0,00-0,42 0,00-0,43 0,00-0,56 0,00-0,38 0,00-0,15 <1,2 Boyd (1988)
Alkalinitas (mg/L CaCO3) 42,18-101,23 43,3-105,78 42,57-98,40 20,09-95,68 32,94-90,20 30-500
Kesadahan (mg/L CaCO3) 43,12-76,65 51,10-72,80 52,87-70,57 44,29-67,20 50,13-69,30 50-300
Boyd (1988)
Boyd (1988)
Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan benihikan gabus dengan intensitas cahaya 0, 300, 400, 500, dan 600lux selama pemeliharaan 35 hari, Tabel 2 menunjukkan bahwa kisaran nilai kualitas air yang terukur masih dalam kisaran yang optimal untuk mendukung kehidupan ikan gabus tersebut.
9
Pembahasan Intensitas cahaya adalah banyaknya pancaran cahaya yang jatuh pada suatu permukaan bidang. Intensitas cahaya sangat tergantung pada jenis sumber cahaya dan jarak antara sumber cahaya dengan permukaan bidang.Semakin jauh jarak sumber cahaya dengan bidang, maka intensitasnya semakin menurun (Cayless et al.1983 dalam Sihombing 2012). Intensitas cahaya erat kaitanya dengan indera pengelihatan. Pada sebagian besar ikan, indera pengelihatan merupakan indera utama yang memungkinkan terciptanya pola tingkah laku ikan terhadap keadaan lingkunganya. Ikan lebih tertarik oleh cahaya pada keadaan lapar dan pada ikan stadia larva atau benih (Nomura et al. 1977 dalam Sihombing 2012). Sintasan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup pada akhir perlakuan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. Sintasan benih ikan gabus selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang beragam untuk setiap perlakuan. Sintasan semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) untuk setiap perlakuan (Lampiran 3). Sintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan C(500 lux) yaitu 94,33%. Sintasan terendah diperoleh pada perlakuan B (400 lux) yaitu 80,00%. Hasil ini berbanding lurus dengan hasil penelitian Nurdin (2013) yaitu intensitas cahaya terbaik untuk pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak yaitu pada intensitas cahaya 550 lux. Kematian benih ikan gabus terjadi diduga karena pada awal pemeliharaan ikan belum dapat beradaptasi dengan pemberian intensitas cahaya yang intensif sehingga mengalamin stres dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), pada umumnya intensitas cahaya tinggi akan lebih mengoptimalkan pertumbuhan, namun intensitas cahaya yang intensif dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kematian. Perbedaan intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan gabus. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) merupakan persentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan. Berdasarkan Gambar 3, hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan C (500 lux) dan D (600 lux) memiliki nilai LPS yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (P<0,05) (Lampiran 3). Nilai LPS tertinggi diperoleh pada perlakuan C (500 lux) yaitu 5,65±0,58% dan terendah pada K (0 lux) yaitu 4,68±0,38%. Hal ini diduga karena benih ikan gabus lebih dapat beradaptasi dengan intensitas cahaya tersebut sehingga dapat mengoptimalkan ikan dalam mencari makanan dan meningkatkan jumlah konsumsi pakan ikan gabus. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan ikan dan merangsang nafsu makan ikan serta sebaliknya. Pertambahan panjang total (PPT) adalah pertambahan panjang selama waktu pemeliharaan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan C (500 lux) dan D (600 lux) memiliki nilai PPT yang berbeda nyata dengan perlakuan K (kontrol) yaitu (P<0,05) (Lampiran 3). Nilai PPT tertinggi diperoleh pada perlakuan D (600 lux) yaitu3,43±0,47 cm. Nilai PPT terendah dipelroleh pada perlakuan K (Kontrol) yaitu 3,01±0,27cm. Sementara, pertumbuhan bobot mutlak (PBM) merupakan pertambahan bobot selama waktu pemeliharaan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan A (300 lux), C (500 lux), dan D (600 lux) memiliki nilai PBM yang berbeda nyata terhadap kontrol (P<0,05) (Lampiran 3).
10
Nilai PBM tertinggi diperoleh pada perlakuan C (500 lux) yaitu 2,32±0,57 g. Nilai PBM terendah diperoleh pada kontrol yaitu1,59±0,03 g. Hal ini menunjukkan bahwa nilai PPT dan PBM sejalan dengan nilai LPS yang didapatkan, dengan nilai tebaik diperoleh pada perlakuan C (500 lux). Hal ini diduga intensitas cahaya pada perlakuan tersebut merupakan intensitas cahaya optimal yang dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus, karena dapat memperluas jarak pandang dan memudahkan ikan dalam mencari atau memangsa makanannya. Sehingga, dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi, maka pertumbuhan ikan akan semakin meningkat dan daya tahan tubuh ikanpun semakin kuat, sehingga dapat meningkatkan sintasan benih ikan gabus. Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan hasil penelitian Nurdin (2013) yaitu intensitas cahaya 550 lux merupakan intesnitas cahaya optimal dalam pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak. Pertumbuhan yang baik didukung dengan nilai konversi pakan yang baik. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging (Sena et al. 1995). Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas ikan dalam mencari makanan (Nomuraet al. 1977 dalam Sihombing 2012). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan A (300 lux) dan D (600 lux) memiliki nilai konversi pakan yang berbeda nyata dengan perlakuan K (kontrol) yaitu (P<0,05) (Lampiran 3). Nilai konversi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan D (600 lux) yaitu 4,56±0,95 dan terburuk diperoleh pada kontrol perlakuan kontrol yaitu 7,29±1,62. Nilai konversi pakan dengan menggunakan pakan cacing sutera relatif tinggi dibandingkan dengan pakan buatan. Berdasarkan penelitian Nurdin (2013) nilai konversi pakan ikan tengadak yang diberi pakan komersil pada intensitas cahaya 550 lux relatif lebih rendah yaitu 1,9±0,03. Sama halnya dengan penelitian Wahyudi (2010) yang menyatakan bahwa nilai FCR pada ikan nila merah pada pakan komersil dengan penembahan Exaten-F menunjukan nilai sebesar 1,70. Hal ini diduga karena tingginya kadar air pada pakan alami yaitucacing sutera. Sehingga jumlah pakan (kg) yang diberikan relatif lebih banyak karena persentase kandungan nutrisi dalam pakan relatif sedikit dibandingkan jumlah bobot cacing. Nilai FCR yang diperoleh pada penelitian intensitas cahaya benih ikan gabus ini sejalan dengan nilai LPS yang diperoleh. Meskipun nilai terbaik pada perlakuan D (600 lux) tetapi secara statistik nilainya tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan perlakuan C (500 lux). Hal ini diduga pada saat pemberian pakan benih ikan gabus pada perlakuan C (500 lux) mendapat porsi lebih banyak dari perlakuan lainya karena nafsu makan yang lebih tinggi. Namun, feses yang dihasilkan juga tinggi sehingga nilai FCR yang dihasilkan tidak menunjukan hasil yang terbaik. Menurut Boeuf and Le Bail (1999), cahaya mempengaruhi pertumbuhan juga merangsang nafsu makan pada ikan. Selain faktor spesies dan nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan, kualitas air lingkungan pemeliharaan juga termasuk dalam pendukung pertumbuhan dan sintasan menjadi lebih optimal. Kualitas air selama pemeliharaan mengalami fluktuasi namun masih dalam kisaran normal untuk mendukung budidaya benih ikan gabus. Kualitas air selama 35 hari pemeliharaan benih ikan gabus dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yangdilakukan setiap tujuh hari, didapatkan kisaran derajat keasaman (pH) media perlakuan antara 6,12-7,10. Bijaksana (2011) menyatakan ikan gabus
11
di alam hidup pada perairan dengan pH berkisar antara 5,5-6,7. Kisaran pH air pada media pemeliharaan dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan literatur namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hasil pengukuran suhu air yang diperoleh berkisar 25,5 – 28,6 0C pada media perlakuan intensitas cahaya berbeda. Menurut Bijaksana (2011), ikan gabus masih dapat mentoleransi media dengan suhu antara 25,5-28,6 0C. Kisaran suhu media pemeliharaan pada penelitian ini masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi untuk budidaya ikan gabus. Hasil pengukuran Oksigen terlarut (DO)pada media pemeliharaan berkisar antara 0,85 – 4,64 mg/L untuk perlakuan intensitas cahaya berbeda. Bijaksana (2011) menyatakan bahwa ikan gabus dapat bertahan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah yang kurang dari 5 mg/L. Kisaran DO tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hal tersebut diduga karena ikan gabus memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut diverticula yang dapat memanfaatkan oksigen yang diambil langsung dari udara bebas. Sehingga kekurangan DO pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan pemanfaatan oksigen langsung dari udara oleh ikan gabus. Hasil pengukuran amonia (NH3) pada media pemeliharaan benih ikan gabus berkisar 0,00-0,56 mg/L pada perlakuan dengan intensitas cahaya berbeda. Boyd (1988) menyatakan bahwa kisaran amonia yang baik untuk perairan yaitu <1,2 mg/L. Peningkatan amonia yang terjadi masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus. Nilai alkalinitas media pemeliharaan benih ikan gabus bersisar 20,09-105,78 mg/L CaCO3. Menurut Boyd (1988), kisaran alkalinitas yang baik untuk perairan yaitu 30-500 mg/L CaCO3. Nilai kisaran alkalinitas yang diperoleh masih dalah kisaran kesadahan yang baik untuk perairan. Berdasarkan hasil nilai kesadahan yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar 43,12-76,65 mg/L CaCO3. Menurut Boyd (1988), kisaran kesadahan yang baik untuk perairan yaitu 50-300 mg/L CaCO3. Nilai kisaran yang diperoleh masih dalam kisaran normal dan dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus. Perhitungan analisis ekonomi biaya keuntungan diperoleh dengan cara menghitung selisih antara penerimaan dengan biaya total (Lipsey RG et al. 1995). Berdasarkan Lampiran 2 yaitu perhitungan biaya pada benih ikan gabus yang dipelihara pada intensitas cahaya 0, 300, 400, 500, dan 600lux diperoleh hasil keuntungan tertinggi yaitu pada perlakuan C (500 lux) sebesar Rp 175.022, serta menghasilkan R/C yang paling tinggi yaitu sebesar 1,12. Hal ini menunjukkan selain menghasilkan keadaan media optimum untuk sintasan dan pertumbuhan ikan, media dengan intensitas cahaya 500 lux pun menghasilkan keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan perlakuan K (0 lux) memiliki hasil terburuk yaitu mengalami kerugian yang mencapai Rp -120.000 dengan R/C yang rendah juga yaitu 0,81.
12
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya 500 luxmerupakan intensitas cahaya terbaik untuk kegiatan pendederan benihikan gabus (Channa striata) dengan nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 5,65%, sintasan yang tinggi 94,33%, serta keuntungan ekonomi tertinggi yaitu sebesar Rp 175.022 dengan R/C rasio 1,12.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lama penyinaran (photoperiode) dalam pemeliharaan benih ikan gabus (Channa striata) untuk mendapatkan hasil yang optimal pada intensitas cahaya 500 lux.
DAFTAR PUSTAKA Bijaksana U, 2011. Pengaruh Beberapa Parameter Air Pada Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striata) di Dalam Wadah Budidaya [skripsi]. Banjarbaru (ID): Universitas Lambung Mangkurat. Boeuf G, Le-Bail PY. 1999. Does Light Have an Influence on Fish growth?.Aquaculture, 177: 129-152. Boyd EC. 1988. Water quality in warmwater fish ponds. Fourth Printing. Alabama(US): Auburn University Agricultural Experiment Station. Effendie, I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112 hlm. Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, dan Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh, Diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana & Kirbrandoko. Jakarta: Binarupa Aksara. Mundheim M, Akses A, & Hope B. 2004. Growth, Feed Afficiency and Digestibility in Salmon (Salmo salar L.) Fed Different Dietary Proportions of Vegetable Protein Sources in Combination with Two Fish Meal Qualitie. Aquaculture, 237: 315-331. Muslim, Syaifudin M. 2012. Domestikasi Calon Induk Gabus (Channa striata) dalam Lingkungan Budidaya (Kolam Beton) [jurnal]. Palembang (ID): Universitas Sriwijaya Nurdin, M. 2013. Perbedaan Lama Penyinaran dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan serta Sintasan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii[thesis].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [PPHP] Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2012. Warta Perikanan Indonesia: Bagusnya Ikan Gabus. Kementerian Kelautan dan Perikanan,86: 4-5. [Pusdatin KKP] Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan Perikanan. 2013. Statistik kelautan dan perikanan 2011. Kementerian Kelautan Perikanan (ID).
13
Sena S, Silva D, Anderson TA. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture. Sihombing, ME. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Lampu Bawah Air dengan Senter Light Emitting Diode pada Raksi Fototaksis Ikan di Prairan Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wahyudi, T. 2010. Pengaruh Pemberian Exato-F pada Pakan dengan Dosis yang Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan dan FCR Jouvenil Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) [jurnal]. Lamongan (ID): Universitas Islam Lamongan. Weatherley, L.A. 1972. Growth and ecologyof fish population. Academic press. Inc., London, 293p.
14
LAMPIRAN Lampiran 1. Desain dan sketsa gambar wadah pemeliharaan benih ikan gabus selama pemeliharaan.
Gambar 6 Sketsa wadah pemeliharaan Lampiran 2. Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan gabus Keterangan: Produksi 6 kali/tahun No
Rincian Biaya Pengeluaran
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Perlakuan K (0 lux)
A (300 lux)
B (400 lux)
C (500 lux)
D (600 lux)
Cacing Sutra Benih Set aerasi Blower
36,120 360,000 30,000 100,000
117,600 1,036,800 30,000 100,000
121,800 1,036,800 30,000 100,000
130,200 1,036,800 30,000 100,000
110,460 1,036,800 30,000 100,000
Listrik Trash bag lampu TOTAL
100,000 4,000 630,120
100,000 4,000 54,000 1,442,400
100,000 4,000 54,000 1,446,600
100,000 4,000 54,000 1,455,000
100,000 4,000 54,000 1,435,260
15
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Rincian Biaya Pemasukan
K (0 lux)
A (300 lux)
Perlakuan B (400 lux)
SR (%) Jumlah ikan awal Jumlah ikan akhir Harga Jual (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp)
85 600 510 1,000 510,000 (120,000)
92 1,728 1,590 1,000 1,589,760 147,360
R/C
0.81
1.10
C (500 lux)
D (600 lux)
80 1,728 1382.4 1,000 1,382,400 -64,200
94.33 1,728 1630.0224 1,000 1,630,022 175,022
87 1,728 1503.36 1,000 1,503,360 68,100
0.96
1.12
1.05
K (0 lux) A (300 lux)
Biaya tetap (Rp) 234,000 288,000
Biaya variabel (Rp) 396,120 1,154,400
Penerimaan (Rp) 510,000 1,589,760
Keuntungan (Rp) -120,000 147,360
B (400 lux) C (500 lux) D (600 lux)
288,000 288,000 288,000
1,158,600 1,167,000 1,147,260
1,382,400 1,630,022 1,503,360
-64,200 175,022 68,100
Perlakuan
R/C rasio 0.81 1.10 0.96 1.12 1.05
Lampiran 3. Hasil Uji ANOVA Keterangan: PBM= Pertumbuhan Bobot Mutlak PPT= Pertambahan Panjang Total LPS= Laju Pertumbuhan Spesifik FCR= Konversi Pakan Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM), Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS), dan Pertambahan Panjang Total (PPT) ANOVA Sum of Squares PBM
LPS
PPT
df
Mean Square
Between Groups
10.563
4
2.641
Within Groups
19.079
135
.141
Total
29.642
139
Between Groups
15.711
4
3.928
Within Groups
28.350
135
.210
Total
44.061
139
Between Groups
2.649
4
.662
Within Groups
29.097
135
.216
Total
31.746
139
F
Sig.
18.686
.000
18.703
.000
3.072
.019
16
PBM Duncan Subset for alpha = 0.05
Perlakua n
N
1
2
K
20
1.5900
B
30
1.7367
A
30
2.1367
D
30
2.2133
C
30
2.3333
Sig.
.152
.069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
LPS Duncan Subset for alpha = 0.05
Perlaku an
N
1
2
3
4
K
20
B
30
A
30
D
30
5.6040
C
30
5.6510
Sig.
4.6845 5.0683 5.3527
1.000
1.000
1.000
.705
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
PPT Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
K
20
3.0050
A B C
30 30
3.2233 3.2300
30
3.3800
D
30
3.4300
Sig.
.093
3.2233 3.2300
.137
17
ANOVA Sum of Squares Sintasan Between Groups
FCR
Df
Mean Square
396.528
4
99.132
Within Groups
848.527
9
94.281
Total
1245.055
13
Between Groups
15.904
4
3.976
Within Groups
8.537
9
.949
Total
24.441
13
Sintasan Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
B
3
79.5167
K
2
85.0000
D
3
86.8033
A
3
92.0167
C
3
94.0967
Sig.
.139
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
FCR Duncan Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
D
3
4.5600
A
3
4.6633
C
3
5.0633
B
3
K
2
Sig.
3
5.0633 6.6767
6.6767 7.2950
.578
.085
Means for groups in homogeneous ts are displayed.
.477
F
Sig.
1.051
.433
4.192
.035
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 April 1992 sebagai anak bungsu dari bapak Teddy Subandi dan ibu Eros Rostianah.Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus SNMPTN dan diterima di IPB Departemen Bididaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten fisika kimia perairan pada tahun ajaran 2013/2014 dan manajemen akuakultur tahun ajaran 2013/2014. Bulan Mei-Juni 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang Akuakultur di Balai Budidaya Laut Lombok (BBL Lombok) dengan judul Budidaya Tiram Mutiata (Pinctada maxima). Penulis juga aktif mengikuti lomba. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialan juara II kompetisi aerobik dan juara II kompetisi tarian tradisional tingkat fakultas perikanan dan ilmu kelautan tahun 2012/2013. Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan ini berjudul “Pengaruh Tingkat Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Gabus (Channa striata)”.