PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) Irma Hidayati1) ,Yuneidi Basri2) dan Lisa Deswati2) 1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang Email:
[email protected] Abstract
The purpose of this research was to know the effect of giving diffrent natural feeding on growth and life of trichogaster leeri. The research conducted on March-April 2014 in Faculty Of Marine and Fishery Laboratory Of Bung Hatta University, Padang. The researcher used complete random design (RAL) method to do this research. There are four treatment and three repeated treatment. Treatment A: Artemia 15 day, Treatment B: Artemia 15 day, Moina 15 day, Treatment C: Tubifex 30 day, Treatment D: Artemia 15 day, Tubifex 15 day. The treatment was given to trichogaster leeri used natural feeding such as Artemia, Moina and Tubifex. Then larvae is used ages 4 day and it was took in aquarium 40x20x20 cm, density 50 trichogaster leeri, and height of water 10 cm The result of this research showed that growth and length which highest on treatment D (24,27 %) and lower on treatment A (13,61%). Adding of weight which highest D (0,23%) and lower A (0,049%). Key words: larvae (Trichogaster leeri), natural feeding, growth length and weight.
PENDAHULUAN
Untuk produksi ikan pada usaha
Salah satu jenis ikan hias yang memiliki warna cukup indah adalah ikan Sepat Mutiara (Trichogaster leeri) dikenal dengan sebutan ikan sepat. Ikan Sepat
mempunyai
satu
marga
dengan sepat siam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Perbedaan ikan Sepat Mutiara mempunyai warna yang lebih indah sehingga orang merasa senang untuk membudidayakannya. Herbert, 1996)
(Axelrod
lain:
pembenihan
produksi
ikan
yang
(memperbanyak dibudidayakan),
pemeliharaan larva (memelihara/merawat larva yang sudah bisa makan pakan alami),
Mutiara merupakan ikan hias air tawar yang
budidaya, kegiatan yang dilakukan antara
dan
pendederan/pemeliharaan benih (merawat larva yang sudah berkembang menjadi dewasa
tapi
belum
sempurna
organ
tubuhnya), pembesaran (merawat benih ikan sampai ukuran konsumsi) Pada produksi larva fase yang sangat rawan adalah perkembangan larva dari fase endogenous feeding (sumber
energi larva dari cadangan kuning telur).
Wadah Dan Alat dalam penelitian
Sedangkan pada fase eksogenous feeding
Wadah digunakan dalam penelitian
(sumber energi pakan dari luar). Pakan
ini adalah akuarium yang berukuran
yang
40x20x20
diberikan
harus
sesuai
dengan
bukaan mulut larva dan pencernaanya.
cm
sebanyak
12
buah
dilengkapi dengan aerasi, perlengkapan
Menurut Chumaidi et.al., (1990)
selang penyipon akuarium, thermometer
jenis pakan alami yang sesuai dengan
air untuk mengukur suhu, kertas pH untuk
larva/benih, pakan alami yang mempunyai
mengukur keasaman air, mikroskop dan
kandungan gizi yang lengkap dan mudah
kertas ml untuk mengukur panjang sampel,
dicerna, ukuran mulutnya sesuai dengan
Plankton net untuk mengambil pakan uji
bukaan mulut larva/benih ikan sifatnya
Artemia dan Moina sp
bergerak aktif sehingga larva terangsang untuk memakannya. Kandungan gizi yang terdapat pada pakan alami seperti: protein, lemak, serat kasar dan abu.
Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kemampuan larva dalam menentukan jenis pakan sesuai ukuran
MATERI DAN METODA
mulut, ikan yang dipakai dalam penelitian
PENELITIAN
adalah larva yang baru menetas setelah berumur 4 hari, lalu di pindahkan ke dalam
Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 40
akuarium
yang
diberi
pakan
Eguchi
pada bulan maret – april 2014 di
sampai umur 10 hari, setelah 15 hari larva
laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan
baru bisa memakan Artemia dengan ciri-
dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
ciri merah dibagian perut, setelah 25 hari
Padang.
larva baru bisa memakan Moina dan pakan
Ikan Uji
Tubifex diberikan cacahan Tubifex pada
hari
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian adalah larva ikan Sepat Mutiara (Trichogaster leeri) berumur 4 hari selama 40 hari dengan padat tebar 50/ekor dan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah
Artemia, Moina sp, dan Tubifex
(cacing sutera).
umur 15 hari. Metoda Penelitian Metoda
yang
akan
digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 Perlakuan dan 3 Ulangan. Adapun perlakuan yang diujikan : a)
Perlakuan A : Artemia selama 30 hari.
b) Perlakuan B : Artemia 15 hari dan
c)
dengan sidik ragam menurut (RAL), jika F
Moina sp 15 hari.
hitung > F tabel 5% maka pertumbuhan
Perlakuan C : Tubifex 30 hari.
dan
d) Perlakuan D : Artemia 15 hari, dan
tingkat
kelangsungan
hidup
berpengaruh nyata bila Ho diterima dan bila Hi ditolak terhadap waktu pemberian
Tubifex 15 hari
pakan larva ikan Sepat Mutiara, maka
Analisa data Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah dianalisis variasinya
dilakukan uji lanjut uji Duncan (DMNRT) Steel dan Torrie. (1960)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tingkat Kelangsungan Hidup (sintasan) Dari hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan sepat mutiara pada masing-masing perlakuan dan ulangan, larva Ikan Sepat Mutiara dapat di lihat pada tabel 1 Tabel 1. Rata-rata Kelangsungan Hidup Larva Ikan sepat mutiara (%) Ulangan Perlakuan (%) A 36 54 60 150 50a
1 2 3 Jumlah Rata-rata
B 56 50 50 156 52a
C 40 30 36 106 35,3a
D 40 46 50 136 45,3a
Superskip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata sintasan larva menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)
Ket: A : Artemia 30 hari B : Artemia 15 hari, dan Moina sp 15 hari C : Tubifex 30 hari D : Artemia 15 hari, dan Tubifex 15 hari
persentase
pergantian pakan tidak berpengaruh nyata
kelangsungan hidup larva ikan sepat
(p>0,05) terhadap kelangsungan hidup
tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B
larva ikan sepat mutiara.
Dari
tabel
1
rata-rata
yaitu sebesar 52 %, diikuti dengan
Pada
perlakuan
B
rata-rata
perlakuan A yaitu sebesar 50 %, perlakuan
kelangsungan hidup sebesar 52 % hal ini
D sebesar 45,3 %, dan yang terendah
disebabkan pada awal penelitian larva ikan
perlakuan C yaitu sebesar 35,3 %. Dari
sepat hanya memanfaatkan Eguchi saja,
hasil
sehingga larva cenderung kekurangan
analisa
variansi
terlihat
bahwa
makan pada fase awal, sedangkan awal
bukaan mulut larva dan disamping itu
penelitian dimulai pada umur 4 hari selama
Artemia
40 hari larva memanfaatkan Artemia hal
kehidupan larva.
ini
sebagai
pendukung
sudah
Setelah 10 hari dengan pemberian
maka larva membutuhkan
pakan awal Eguchi dilakukan pergantian
disebabkan
bertambah,
dapat
umur
larva
pakan Artemia, umur larva yang sudah
nutrisi yang cukup. Sedangkan perlakuan A rata-rata
mampu mengkonsumsi jenis pakan alami
kelangsungan hidup 50 % kandungan yang
Artemia sesuai dengan bukaan mulut,
terdapat pada Eguchi, dan Artemia cukup
umur,
tinggi tapi belum memenuhi nutrisi larva
kandungan gizi pakan Artemia relatif
secara
tinggi kadar protein yaitu 61,6 %, lemak
optimal,
dibandingkan
dengan
Pada perlakuan D memberikan hasil 45,3 %, merupakan nutrisi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan larva dan pertumbuh panjang lebih cepat dari perlakuan yang lainnya Dan pada perlakuan C rata-rata kelangsungan hidup 35,3 % kandungan nutrisi pada perlakuan ini sudah tercukupi dan sudah memenuhi kebutuhan larva, tetapi kelangsungan hidup nya sangat Disebabkan
larva
baru
menyesuaikan pada pakan tersebut. Kelangsungan hidup yang tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan rata-rata 52
%,
hal
ini
disebabkan
daya
cerna
49,8 % dan 15 %
pemberian pakan alami yang lainnya.
rentan.
dan
Artemia
mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu protein 61,6 %, lemak 49,8 % dan abu 15 % ukuran Artemia yang berbentuk udang rening yang hidup di air dengan kurang yang relatif kecil dan sesuai dengan
larva,
juga
abu, sehingga
memberikan kelangsungan hidup yang tertinggi dari semua perlakuan Perlakuan
dengan
pemberian
berbagai jenis pakan alami, yaitu Artemia, Moina sp dan Tubifex tidak mempengaruhi kelangsungan hidup larva, kerena pakan yang diberikan dapat dikomsumsi dan digunakan oleh larva sebagai sumber energi untuk metabolisme. Ukuran pakan yang diberikan harus lebih kecil dari bukaan mulut ikan sehingga direspon positif dengan memangsa pakan tersebut. Pakan ditambahkan lagi dengan pakan yang dibutuhkan merupakan pakan alami komponen
enzim
yang
mempunyai
keunggulan. Menurut (Chumaidi et al., 1990) keunggulan pakan alami adalah mempunyai
kandungan
yang
lengkap
seperti protein, lemak, serak kasar dan abu.
Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm) Data pada pengamatan panjang mutlak masing-masing perlakuan dan ulangan, pertumbuhan panjang larva ikan sepat mutiara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (mm) larva ikan sepat mutiara Perlakuan Panjang (mm) Panjang mutlak
A B C D
awal
Akhir
4,773 5,22 4,54 5,1
18,384 19,307 21,133 29,37
13,61a 14.09b 16.6c 24.27d
Superskip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata Panjang Mutlak larva menunjukkan sangat berbeda nyata (p< 0,05)
Ket: A B C D
: : : :
Artemia 30 hari Artemia 15 hari, dan Moina 15 hari Tubifex 30 hari Artemia 15 hari, dan Tubifex 15 hari
Uji
Dari tabel 2. dilihat rata-rata pertumbuhan
duncans
5)
panjang mutlak larva ikan sepat mutiara
menunjukkan
selama penelitian, menunjukan bahwa
panjang mutlak larva ikan sepat mutiara
perlakuan yang tertinggi yaitu D 24,27
pada perlakuan A berbeda sangat nyata
(mm), diikuti perlakuan C yaitu 15,6 (mm)
terhadap perlakuan D,C dan B, sedangkan
dan
(mm)
perlakuan B berbeda sangat nyata terhadap
Sedangkan perlakuan yang terendah yaitu
C dan D, dan perlakuan C berbeda nyata
pada perlakuan A 13,61 (mm) dari hasil
terhadap perlakuan A. Pemberian awal
analisis
dengan
perlakuan
variasi
B
yaitu
(lampiran
15,6
5
bahwa
Eguchi
bahwa
(lampiran
10
pertupmbuhan
hari,
dilanjutkan
pemberian pakan Artemia + Tubifex
Artemia 20 hari. Memberikan hasil yang
berpengaruh
tertinggi baik pada kelangsungan hidup
sangat
nyata
(p<
0,01)
terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan sepat mutiara
maupun pertumbuhan panjang mutlak.
Pada grafik pertumbuhan panjang mutlak dapat dilihat sebagai berikut. 30
24.27
rata‐rata pertumbuhan panjang mutlak (mm)
25 20 15
16.6
14.09
13.61
10 5 0 A
B
C
perlakuan
D
Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm) pada larva ikan sepat mutiara (Trichogaster leeri) pada perlakuan A memberikan hasil yang
Pada perlakuan C pada fase awal
terbaik. Hal ini diduga pemberian pakan
penelitian pertumbuhan panjang mutlak
awal dapat dimanfaatkan oleh larva dan
cukup baik kandungan protein yaitu 51,9
juga kandungan gizinya yang cukup besar
%, lemak 22,3 % dan abu 5,3 %, akan
kadar protein yaitu 61,6 %, lemak 49,8 %
tetapi pada fese akhir penelitian terjadi
dan abu 15 %.di manfaatkan oleh larva
penuruan pertumbuhan, karena terjadi
sesuai dengan bukaan mulut, dan daya
perlambatan pertumbuhan di sebabkan
cerna larva untuk pertumbuhan panjang
pakan yang diberikan hanya satu jenis.
mutlak sebesar 13,61 %
pertumbuhan panjang mutlak 15,6 % Pada perlakuan D pada fase ini
Sedangkan perlakuan B pertama begitu
pertumbuhan larva sangat tinggi karena
optimal, sebab terjadi fase pergantian
kandungan yang terdapat pada Tubifex
pakan sehingga larva hanya memanfaatkan
sangat
Artemia,
mutlak pada perlakuan ini yaitu 24,27 %
sampai
akhir
penelitian tidak
sehingga
kekurangan
makanan
pertumbuhan
larva
larva
cendrung
optimal.
pertumbuhan
panjang
Menurut Sayuti (2003) kandungan
mengakibatkan tidak
tinggi,
zat pada pakan alami adalah memberikan
kandungan yang terdapat pada Moina sp
hasil
yang
protein yaitu 37,38 %, lemak 13,29 % dan
mempengaruhi
abu 11 %, Pertumbuhan panjang mutlak
Karena kandungan yang terdapat pada
sebesar 13,94 %
Artemia
dan
terbaik,
sehingga
pertumbuhan
panjang.
Tubifex
memberikan
pertumbuhan yang sangat berbeda nyata. Artemia relatif tinggi kadar protein yaitu
61,6 %, lemak 49,8 % dan 15 % abu
pemberian pakan Moina sp dan Artemia
sedangkan Tubifex mempunyai kandungan
salina, karena memiliki kandungan protein
protein 57 %, lemak 13,3 % dan abu 11 %.
yang tinggi yaitu 57 % dan lemak 13,30 %
Kedua pakan tersebut memiliki komponen
Effendie (1997) mengemukakan
yang terpenting bagi larva. sehingga larva
bahwa pertumbuhan ikan ada 3 yaitu :
sudah tercukupi nilai nutrisi dalam pakan
isometrik (pertumbuhan berat seimbang
alami tersebut.
dengan pertumbuhan panjang). Alometrik (2000),
positif (pertumbuhan berat lebih cepat
menyatakan bahwa larva ikan jambal siam
dibandingkan pertumbuhan panjang), dan
yang diberi pakan alami Tubifex sp
Alometrik negatif (pertumbuhan panjang
memberikan laju pertumbuhan panjang
lebih cepat dibandingkan beratnya)
Menurut
yang
tinggi
Putra
dibandingkan
dengan
Pertumbuhan Berat Mutlak (gr) Dari data pertumbuhan berat mutlak pada masing-masing perlakuan dan ulangan, pertumbuhan berat pada larva ikan sepat mutiara dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan berat mutlak larva ikan sepat mutiara Perlakuan Berat (gr)
A B C D
awal
Akhir
0,043 0,053 0,047 0,05
0,093 0,11 0,14 0,27
berat mutlak
0,05a 0,057b 0,093c 0,22d
Superskip dengan huruf kecil yang berbeda dibelakang rata-rata Pertumbuhan Berat Mutlak larva menunjukkan sangat berbeda nyata (p< 0,05)
Ket: A. Artemia 30 hari B. Artemia 15 hari, dan Moina Sp 15 hari C. Tubifex 30 hari D.
Artemia 15 hari, dan Tubifex 15 hari
Dari hasil rata-rata pertumbuhan
yang terendah adalah perlakuan A yaitu
berat ikan sepat mutiara selama penelitian,
0,049 dari hasil analisis variasi lampiran 6
menunjukan perlakuan D tertinggi yaitu
terlihat bahwa pemberian pakan sangat
0,23 diikuti perlakuan C 0,093 dan
berbeda
erlakuan B 0,053 sedangkan perlakuan
nyata
(P<0,01)
terhadap
pertumbuhan berat mutlak ikan sepat
perlakuan A berbeda nyata terhadap
mutiara
perlakuan
Uji
duncans
(lampiran
6)
menunjukkan bahwa pertumbuhan berat mutlak larva ikan sepat mutiara pada
D,C
dan
B,
sedangkan
perlakuan B berbeda tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan
D
dan
C,
dan
perlakuan C tidak berbeda nyata terhadap perlakuan D.
Pada grafik pertumbuhan berat mutlak dapat dilihat sebagai barikut.
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Mutlak (gr) pada larva ikan sepat mutiara (Trichogaster leer) Perlakuan A hal ini diduga pemberian
protein yaitu 37,38 %, lemak 13,29 % dan
pakan awal dapat dimanfaatkan oleh larva
abu 11 %, Pertumbuhan berat mutlak
dan juga kandungan gizinya yang cukup
sebesar 0,053 %
besar kadar protein yaitu 61,6 %, lemak
Pada perlakuan C pemberian pakan
49,8 % dan abu 15 %.di manfaatkan oleh
selama 40 hari, pada fase awal penelitian
larva sesuai dengan bukaan mulut, dan
pertumbuhan panjang mutlak cukup baik
daya cerna larva untuk pertumbuhan berat
kandungan protein yaitu 51,9 %, lemak
mutlak sebesar 0,049 %
22,3 % dan abu 5,3 %, akan tetapi pada
Sedangkan perlakuan B pertama
fese akhir penelitian terjadi penuruan
begitu
pertumbuhan, karena terjadi perlambatan
optimal, sebab terjadi fase pergantian
pertumbuhan di sebabkan pakan yang
pakan sehingga larva hanya memenfaatkan
diberikan hanya satu jenis. pertumbuhan
Artemia,
berat mutlak 0,093 %
sampai
akhir
penelitian tidak
sehingga
kekurangan
makanan
larva
cendrung
mengakibatkan
Pada perlakuan D pemberian pakan
optimal.
selama 40 hari, pada fase awal penelitian
kandungan yang terdapat pada Moina sp
pertumbuhan berat mutlak cukup baik
pertumbuhan
larva
tidak
kandungan Tubifex protein yaitu 57 %,
disebabkan karena kandungan protein pada
lemak 13,3 % dan abu 11 %, pertumbuhan
Tubifex sp lebih tinggi dan ukurannya
berat mutlak pada perlakuan D sangat
lebih besar dari pada pakan Moina sp dan
meningkat
Artemia sehingga energi yang dihasilkan
drastis,
karena
kandungan
Tubifex sangat tinggi. Pertumbuhan berat
untuk
pertumbuhan
lebih
banyak.
mutlak 0,23 %
Selanjutnya Yulianti (2006) menyatakan
Menurut Putra (2000), pemberian
bahwa Tubifex sp mempercepat laju
pakan Tubifex memberikan pertumbuhan
pertumbuhan larva ikan baung karena
yang lebih baik di bandingkan dengan
Tubifex sp ini sesuai dengan bukaan mulut
pemberian pakan Artemia dan Moina sp,
larva.
karena kandungan protein yang terdapat
Lebih tingginya pertambahan berat
pada Tubifex lebih tinggi kandungan
pada perlakuan D (Artemia + Tubifex sp 30
protein di bandingkan Artemia dan Moina
hari) diduga karena pemberian pakan
sp, sehingga energi yang dihasilkan lebih
alami Tubifex sp selama 30 hari dengan
untuk
kandungan
pertumbuhan
lebih
banyak.
gizinya
lebih
banyak
Pemberian pakan Tubifex terhadap larva
dibandingkan dengan pemberian pakan
Ikan Sepat Mutiara memberikan hasil
alami Artemia, dan Moina.
pertumbuhan yang cukup baik, karena
Pemberian
pakan
Tubifex
sp
larva
terhadap larva ikan hasil hibrilisasi ikan
dibandingkan dengan pakan alami Artemia
koi betina dengan ikan mas jantan juga
dan Moina sp. (Suryati, 2005)
memberikan pertumbuhan yang cukup
Tubifex
lebih
disukai
Menurut menyatakan
bahwa
oleh
putra pemberian
(2000),
baik di duga karena Tubifex lebih disukai
pakan
ikan dibandingkan dengan pakan alami
Tubifex sp memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap larva ikan jambal siam
Moina dan Artemia (Suryati, 2005
Kualitas Air Hasil pengamatan pada kualitas air media uji media uji selama penelitian disajikan pada table 4. Table 4. Rata-rata kisaran parameter kualitas air selama penelitian. Parameter
Awal penelitian
Suhu (°C) pH DO (ppm)
Akhir penelitian
A
B
C
D
A
B
C
D
26,5
26,3
26,8
26,4
27,5
27,3
27,7
27,77
7
7
7
7
7
7
7
6,1
6,4
6,6
6,1
5,9
6,4
6,6
6,1
Parameter kualitas air yang diukur
KESIMPULAN DAN SARAN
selama pengamatan didapatkan suhu ratarata awal penelitian 26,5 °C dan pada akhir penelitian rata-rata 27,7. Menurut Susanto (1996) mengemukakan bahwa suhu air yang
ideal
untuk
pemeliharaan
ikan
berkisar antara 25 °C sampai 30 °C Derajat keasaman (pH) pada awal penelitian yaitu 7 dan akhir penelitian didapat pH 7. Menurut Lagler dalam Puad (2003) mengemukakan pH yang ideal untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5 sampai 8,4. Maka dapat disimpulkan bahwa
selama
penelitian
parameter
kualitas air di dalam wadah pemeliharaan dianggap layak. Do yang diukur selama penelitian 6.3 ppm/liter. Menurut Dajadmika (1996) dalam putra (2012) menyatakan bahwa kandungan oksigen yang ideal berkisar antara 6,6 sampai 7 ppm/liter. Sedangkan selama penelitian Do didapat 6,3 ppm/liter.
Kesimpulan Dari hasil penelitian pakan alami pada larva Ikan Sepat Mutiara dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. ¾ Perlakuan
yang
terbaik
untuk
kelangsungan ,hidup terdapat pada perlakuan B. (52 %), diikuti A. (50 %), D. (45,3 %), dan C. (35,3 %). Sedangkan pada pertumbuhan
panjang
muklak
perlakuan terbaik pada perlakuan D. ( 24,27 %), diikuti C. (16,6 %), B. (13,94 %), dan A. (13,61 %).
Dan
pada berat muklak perlakuan yang terbaik terdapat pada perlakuan D. (0,23 %), C. (0,093 %), A. (0,049 %), dan B. (0,053 %)
DAFTAR PUSTAKA Acehpedia, 2010. Kualitas Air dan Parameter yang Terkait. Agus, Muhammad, Tri Yusuf M, dan Bisrul Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Daphia, Jentik Nyamuk Dan Cacing Sutera Terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang Hias (Betta splendens) Jurnal PENA Akuatika Volume 2 No. 2 Anonim, 2008. Artemia Pakan Alami Berkualitas untuk Ikan dan Udang. Diakses Pada tanggal 03 Juli 2011 pada pukul 19.00 Wib. Axelrod, dan Herbert R, 1996. Exotic Tropical Fishes. T.F.H. Publications. ISBN 0-87666543-1 Bleeker, 1852. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sepat Mutiara. Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp. di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen. PD.1.3(2): 17-20. Chumaidi dan Suprapto, 1986. Populasi Tubifex sp di Dalam Media Campuran Kotoran Ayam dan lumpur Kolam. Bulletin. Panel Perikanan Darat 5(2): 6-11 Balitanwar. Bogor. Davis, J. R.., View Record of Aquatic Oligochaeta From Texas With Observation on Their Ecological Characteristics. Hidrobiologia 96:15-29 Chumaidi, Suprapto, dan Djajadireja, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang PuslitbangkanPHP/KAN/PT/12/RE P/1990. Jakarta Dajadmika, 1996. Kualitas Air. ekset. Jakarta Darti, S. Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Effendi,M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta Fauzi, 2011. Pakan alami. Penerbit Swadaya. Jakarta Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan . Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Puad 2003, parameter kualitas air. Swadaya. jakarta Masduqi, Ali. 2009. Parameter Kualitas Air. Murtiani, Sofia 2013. Budidaya Pakan Alami Fitoplakton Dan Zooplakton untuk kebutuhan ikan. Jakarta: Penebar Swadaya Putra 2000. Pengaruh Kepadatan Terhadap Persentase Menetas Cystae Artemia Salina Leach pada Pemeliharaan di Laboraturium. Skipsi Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang. Pinus, 1993. Budidaya Ikan Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya. Sayuti, 2003. Kandungan jenis pakan alami. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 129 Steel R dan Jh Torrie. 1960. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan Oleh Bambang Bumantri. Gramedia Pustaka Jakarta. 722 hal. Susanto, H dan Lingga Pinus, 1996, Ikan hias air tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 127 Susanto Heru, Lingga Pinus, 2003, Ikan hias air tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 127 Suryati, E. 2005. Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap Laju Sintasan dan Pertumbuhan Larva Hasil Hibrilisasi Ikan Koi Betina (Cyprinus carpio L). Skipsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang T. Budiarti, T. Nursyam, dan Agus O. Suddrajat. 2005. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva
Ikan Betta (Betta splendens Regan) Yang Diberi Berbagai Jenis Pakan Alami. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 13- 16 Viktor, H, 1887. Faktor-faktor pakan Alami yang terkait didalam unsur pakan. Watanabet, C. Kitajima and S. Fujita 1983. Nutritional value of live organismused in Japan for mass propagation of fishes review. Aquacul- ture 34 : 115-143
Whendarto. 1988. Mengenal Ikan Hias. Semarang : Eka Offset Yulianti, V. 2006. Pergantian Pakan Alami Yang Berbeda Artemia Salina Dengan Tubifex Sp Terhadap Laju Sintasan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Baung (Mystus nemurus C.V). Skipsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas bung Hatta. Padang.