1
PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERTEKNOLOGI KONVENSIONAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT: KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB
Oleh EKA WAHYUDIN A34101061
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
2
RINGKASAN EKA WAHYUDIN. Perancangan Kebun Berteknologi Konvensional untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB. (Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH). Kegiatan ini bertujuan (1) membuat suatu perancangan kebun produksi pada UPT Kebun Percobaan IPB untuk memenuhi status gizi sehat mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) membuat perhitungan kelayakan finansial berupa spread sheet berbasis Microsoft Excel dalam bentuk CD untuk perancangan kebun berteknologi konvensional, dan (3) memberikan sumbangan pemikiran untuk pemanfaatan UPT Kebun Percobaan IPB sebagai pemberdayaan aset yang dimiliki oleh IPB. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara menyurvei mahasiswa asrama TPB-IPB dan petani di sekitar kampus IPB Dramaga Bogor. Kepada Mahasiswa asrama TPB-IPB di dapatkan kebutuhan kalori mahasiswa dan menu makan mahasiswa. Sedangkan kepada Petani di dapatkan teknik budi daya komoditi yang terkait dengan menu makan mahasiswa. Selanjutnya, dilakukan perancangan kebun produksi yang dimaksud. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada bulan April hingga Desember 2005. Hasil survei terhadap mahasiswa asrama TPB-IPB menunjukkan bahwa kebutuhan energi mahasiswa lebih tinggi dibandingkan dengan angka kecukupan energi (AKE) rata-rata tingkat nasional untuk golongan 16-19 tahun yang sebesar 2 100 kkal, dengan rata-rata kalori mahasiswa asrama putra maupun putri adalah 2 572 kilokalori. Berdasarkan menu makan berbasis pemenuhan kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB dalam satu hari yang telah dibuat. Perancangan kebun produksi terdiri atas perancangan kebun lahan tidak tebatas dan perancangan kebun lahan terbatas. Perancangan kebun produksi dengan lahan tidak terbatas dibuat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menu sehat 3 000 mahasiswa asrama TPB-IPB. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi
3
IPB dengan lahan tidak terbatas layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar Rp 1 541 941 231 (NPV>0), IRR 29% sebesar (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1,56 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%. Untuk perancangan kebun produksi dengan lahan yang terbatas, perancangan kebun dilakukan pada daerah Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Kampus IPB, Darmaga. Perancangan kebun tersebut dilakukan untuk memasok sebagian kebutuhan bahan baku untuk menu sehat mahasiswa asrama TPB-IPB. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi IPB seluas 8 hektar layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar sebesar Rp 228 783 351 (NPV>0), IRR sebesar 30% (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1.60 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%.
4
PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERTEKNOLOGI KONVENSIONAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT: KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Eka Wahyudin A34101061
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
5
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PERANCANGAN KEBUN PRODUKSI BERTEKNOLOGI KONVENSIONAL UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEHAT: KASUS MAHASISWA ASRAMA TPB-IPB
Nama
: Eka Wahyudin
NRP
: A34101061
Program Studi : Agronomi
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. NIP. 130422691
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131124019
Tanggal lulus :
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Juni 1982. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak A. Sumardi dan Ibu Siti Rohani (Alm). Pada tahun 1994 penulis lulus dari SD Negeri 06, Jakarta Pusat, kemudian pada tahun 1997 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 22, Jakarta Pusat. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 17, Jakarta Barat, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN, pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya Pertanian (kini Departemen Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian. Penulis turut aktif sebagai reporter Buletin Ranting, pada tahun 2004. Pada semester genap tahun ajaran 2004-2005, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Tanaman Perkebunan Utama.
7
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi hasil penelitian ini berjudul Perancangan Kebun Produksi Berteknologi Konvensional untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB, yang dibuat sebagai syarat menyelesaikan tugas akhir program sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ide penelitian ini berawal dari keinginan untuk memanfaatkan lahan pertanian yang dimiliki IPB sebagai kebun produksi yang mampu mencukupi kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB sehingga terpenuhi pula kebutuhan gizi sehat bagi setiap mahasiswa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr, selaku dosen pembimbing sekaligus pembimbing akademik atas pembimbingan dan pengarahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini; 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S., atas kesediannya menjadi dosen penguji dan masukannya; 3. Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si., atas kesediannya menjadi penguji dan masukannya; 4. Dr. Ir. Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, M.S., selaku Kepala Badan Pengelola Program Akademik dan Multi Budaya dan Asrama Mahasiswa TPB-IPB atas kerja samanya; 5. Bapak dan Ibu (alm.), atas do’a, perhatian, dan dukungannya selama ini; 6. Keluarga di Jalan Lodan, Ancol, Jakarta Utara, atas dukungannya selama ini; 7. Dosen-dosen IPB atas pengajaran selama ini; 8. Arief Priandono, selaku rekan kerja dalam pembuatan skripsi ini; 9. Rekan-rekan ’SR’ di Asrama Putra dan Putri atas bantuannya; 10. Rekan-rekan mahasiswa di asrama putra dan putri TPB-IPB Angkatan 41 yang menjadi responden;
8
11. Bapak-bapak petani Desa Cikarawang, Situ Gede, Babakan Sawah Baru, Cibanteng, dan Ciherang atas kesediaannya sebagai responden kegiatan ini; 12. Ani, Arlette, Intan, Siska, Opik, Adi, Yiyi, Eli, Rinrin, Inke, Hanggit, Ade dan Heri atas bantuannya dalam penelitian dan penulisan skipsi; 13. Karyawan-karyawan IPB atas kerja sama selama ini; 14. Rekan-rekan Agronomi 38, BDP, Faperta, IPB lainnya yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu atas kerja sama selama ini; Penulis menyadari bahwa di dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Bogor, Desember 2007 Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1 Tujuan…………………………………………………………………... 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………... 4 Status Gizi……………………………..………………………………... 4 Perencanaan dan Perancangan Produksi………………………………... 5 Pertanian Konvensional…...……………………………………………. 6 BAHAN DAN METODE………………………………………………………. 8 Waktu dan Tempat……………………………………………………… 8 Asumsi dan Pendekatan………………………………………………… 8 Bahan dan Alat…………………………………………………………. 8 Metode Penelitian………………………………………………………. 9 Pengolahan dan analisis data mahasiswa asrama…………..….. 11 Analisis kelayakan finansial perancangan kebun produksi......... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 14 Keadaan Umum Asrama TPB-IPB……………………………………... 14 Kebutuhan Kalori dan Status Gizi Mahasiswa Asrama TPB-IPB ………15 Kebutuhan kalori mahasiswa asrama TPB-IPB…………...……. 15 Status gizi mahasiswa asrama TPB-IPB…………………...…… 16 Menu Makan Sehari-Hari dan Menu Makan Harapan Mahasiswa TPB-IPB………………………………………………………………… 18 Menu makan sehari-hari mahasiswa TPB-IPB……………...….. 18 Menu makan harapan mahasiswa TPB-IPB………………...…... 20 Perbandingan makanan sehari-hari dengan harapan………..…... 22 Penyusunan Menu Makan Sehari Mahasiswa Asrama TPB-IPB.…….…24
10
Penetapan Komoditi dan Kebutuhan Bahan Baku untuk Mahasiswa Asrama TPB-IPB……………………………………….......………..…..25 Perancangan Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas……………...….…27 Penentuan luas komoditi dalam rancangan …………..….……... 27 Penetapan pola tanam dan lokasi pengadaan komoditi.…..…...…29 Aliran proses produksi tanaman…………………………..….…..31 Perancangan tugas pekerjaan………………………….….….…..32 Analisis finansial kebun produksi dengan lahan tidak terbatas….34 Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan tidak terbatas………………….………………………………………..35 Perancangan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas……………….….36 Penentuan lokasi dan tapak unit kebun produksi…………..…… 36 Penetapan produk (komoditi) yang akan dihasilkan………..…... 38 Perancangan ruang (zonasi) dan tata letak………………….……39 Penetapan pola tanaman dan ternak………………………….…..41 Perancangan tugas dan pekerjaan…………………………….…..42 Strategi produksi dan kapasitas produksi tanaman…..…………..44 Analisis finansial kebun produksi dengan lahan terbatas…...…...47 Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan terbatas………………………………………………………….48 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 50 Kesimpulan……………………………………………………... 50 Saran………………………………………………………….…. 50 DAFTAR PUSTAKA…………………………………..………………….…….52 LAMPIRAN...........................................................................................................56
11
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Persamaan untuk Menghitung Energi Aktivitas Manusia dari Bobot Badan.........................................................................................................11 2. Angka Kecukupan Energi untuk Tiga Tingkat Aktivitas Fisik Laki-Laki dan Perempuan ………………………….…………….…...…11 3. Umur dan Jenis Aktivitas Mahasiswa Asrama TPB-IPB…………….......15 4. Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB……………………......15 5. Sebaran Status Gizi Mahasiswa Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)..........................................................................................................17 6. Menu Makan Sehari untuk Mencukupi Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB……………………………………………...…………25 7. Penentuan Jenis Komoditi dalam Perancangan Kebun Produksi………..26 8. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi Lahan dengan Tidak Terbatas………………….…………........34 9. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas………………………………….....…......….........35 10. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas…………………………………………………….….……......36 11. Kontribusi Rancangan Komoditi di Kebun Sawah Baru dan Cikarawang terhadap Penyediaan Bahan Baku………………………………………46 12. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas………………..…………..….………47 13. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas………………………………………...……………......48 14. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas…...48
12
Lampiran 1. Hasil Survei Mahasiswa Asrama TPB-IPB Tahun 2004-2005................99 2. Data Klimatologi Darmaga, Bogor, Tahun 2004………………..…….106 3. Asumsi Teknik dalam Usaha Tani di Kebun dengan Lahan Tidak Terbatas.....……………………………………………………...…......107 4. Investasi dan Biaya Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas….108 5. Analisis Penyusutan Biaya Investasi Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas…………………………………………………………115 6. Analisis Pendapatan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas……………………………………………………………..…116 7. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya per Tahun selama 5 Tahun ..…...117 8. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas………………...………….….118 9. Rekapitulasi Kelayakan Finansial di Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas…………………………………………………………119 10. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas Jika Biaya Naik 10%.....................................................120 11. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas Jika Harga Produk Turun 10%......................................121 12. Analisis Rugi-Laba Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas….122 13. Asumsi Teknik dalam Usaha Tani dengan Lahan Terbatas………...…123 14. Investasi dan Biaya Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas……..….124 15. Analisis Penyusutan Investasi Kebun Produksi dengan Lahan Tebatas………………………………………………………………...130 16. Analisis Pendapatan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas…….…131 17. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya per Tahun selama 5 Tahun ….....132 18. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas…………………….…………….….133 19. Rekapitulasi Kelayakan Finansial di Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas……………………………………………………………..…134
13
20. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas Jika Biaya Naik 10%...............................................................135 21. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas Jika Harga Produk Turun 10%................................................136 22. Analisis Rugi-Laba Kabun Produksi dengan Lahan Terbatas………....137
14
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Histrogram Menu Makan Pagi Sehari-Hari Mahasiswa Asrama TPB-IPB ………………………………………………………..……. 18 2. Histrogram Menu Makan Siang Sehari-Hari Mahasiswa Asrama TPB-IPB……………………………………………………………… 19 3. Histrogram Menu Makan Malam Sehari-Hari Mahasiswa Asrama TPB-IPB…………………………………………………………...…. 19 4. Histrogram Menu Makan Pagi Harapan Mahasiswa Asrama TPBIPB……………………………………………………..……………... 21 5. Histrogram Menu Makan Siang Harapan Mahasiswa Asrama TPBIPB………………………..…………………………………………... 22 6. Histrogram Menu Makan Malam Harapan Mahasiswa Asrama TPBIPB………………………………………...…………………………...22 7. Perbandingan Pola Makan Pagi Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB……………………………………..……23 8. Perbandingan Pola Makan Siang Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB…………………………………………..23 9. Perbandingan Pola Makan malam Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB………………………………………... ..23 10. Pola Tanam di Dataran Rendah…………………………………….…..29 11. Pola Tanam di Dataran Tinggi………………….……..…………...…...30 12. Pola Pemeliharaan Ternak…………………………………………..…..31 13. Daur Materi Penyediaan Pangan Asrama TPB-IPB…………...…….….32 14. Bagan Struktur Organisasi Pengelola Kebun Produksi…….….…..…... 33 15. Data Curah Hujan Dramaga, Bogor, Tahun 2004 ……….……………..38 16. Lahan Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang ……………..…...39 17. Saluran Air Irigasi……………...……………………………………….40 18. Lantai Jemur dan Kantor Jaga………………………………...………...40 19. Kandang Ayam……………………………………………….………. 41
15
20. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak di Kebun Cikarawang dan Sawah Baru………………………………………………………...…. 42
Lampiran 1. Sketsa Kebun Produksi IPB, Cikarawang……………………………. 95 2. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Cikarawang…………………………………………………………… 96 3. Sketsa Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru………………….. 97 4. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru…………………………….…………………… 98
16
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Keisioner Usaha Tani Tanaman Semusim ........................................ ... 56 2. Kuesioner untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Mahasiswa TPB-IPB . ... 70 3. Teknik Budi Daya Beberapa Komoditi Terkait dalam Rancangan ... .. 73 4. Resep Menu Makan Asrama TPB-IPB ............................................. ... 89
17
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagaimana manusia pada umumnya, mahasiswa memerlukan makanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia mengosumsi pangan untuk kelangsungan hidupnya. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan,
dan
atau
pembuatan
makanan
atau
minuman
(http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm, 21 Maret 2005 ). Makan atau mengosumsi pangan dalam jumlah yang cukup dan teratur penting untuk kesehatan (pencegahan penyakit), kecerdasan, dan kemampuan fisik tubuh. Kekurangan ataupun kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Suatu susunan konsumsi pangan atau makanan dikatakan cukup bagi seseorang apabila jumlah masing-masing zat gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi tersebut memenuhi kebutuhan atau kecukupan tubuh akan beragam zat gizi (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia (http://www.deptan.go.id /HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm, 21 Maret 2005 ). Mulai tahun ajaran 2002-2003 IPB menyediakan asrama untuk mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Tujuan pendirian asrama ini adalah sebagai suatu wadah pembinaan mahasiswa yang bersifat akademis dan multibudaya. Pendirian asrama juga bertujuan membantu mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan lingkungan kampus IPB (http://student.ipb.ac.id/asrama/asrama3.htm, 15 Februari 2005). Namun, menurut Istianasari (2004), sebesar 92% responden mahasiswa TPB-IPB pernah mengalami satu jenis keluhan kesehatan selama setahun di IPB. Keluhan mereka, antara lain, adalah lemah/letih/lesu, pusing, gangguan nafsu makan, dan mual.
18
Asrama TPB-IPB yang dapat menampung 3 000 mahasiswa memerlukan penyediaan pangan dan gizi untuk penghuninya. Penyediaan bahan pangan dapat berupa penyediaan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan. Penyediaan pangan yang cukup dan gizi yang baik dapat menjadikan mahasiswa sehat sehingga dapat mendukung kegiatan mahasiswa sehari-hari. Salah satu cara penyediaan bahan makanan adalah dengan membuat kebun produksi. Salah satu keuntungan dari penyediaan pangan secara mandiri adalah terjaminnya status gizi bahan pangan yang dihasilkan. Keuntungan yang lain adalah dengan semakin tingginya harga komoditi bahan pangan, penyediaan bahan pangan merupakan kegiatan yang berprospek bagus. Namun, untuk mendapatkan proses produksi yang tepat dan cermat serta menguntungkan, sebuah kebun produksi memerlukan perencanaan dan perancangan yang matang sebelum kebun produksi itu berjalan. IPB sebagai center of excellence dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pertanian sebagai kompetensi utamanya hendaknya memiliki kebun produksi yang dikelola secara profesional sebagai perwujudan dari tujuan IPB. Pengelolaan kebun produksi itu nantinya dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan pengawasan atau bimbingan dosen-dosen terkait. Pengelolaan kebun oleh mahasiswa dapat merangsang mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mereka pada pertanian di samping mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di bangku kuliah. Perancangan kebun produksi untuk pemenuhan kebutuhan gizi mahasiswa asrama TPB-IPB dapat dilakukan di beberapa unit kebun UPT Kebun Percobaan yang dimiliki IPB sebagai pemberdayaan aset yang dimiliki oleh IPB. Menurut Chozin (2007), kegiatan produksi komersial secara kontinyu dapat digunakan sebagai usaha penggalangan dana (auxiliary enterprise) dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Tujuan Penelitian Kegiatan yang diusulkan ini bertujuan (1) membuat suatu perancangan kebun produksi pada UPT Kebun Percobaan IPB untuk memenuhi status gizi sehat mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) membuat perhitungan kelayakan finansial
19
berupa spread sheet berbasis Microsoft Excel dalam bentuk CD untuk perancangan kebun berteknologi konvensional, dan (3) memberikan sumbangan pemikiran untuk pemanfaatan UPT Kebun Percobaan IPB sebagai pemberdayaan aset yang dimiliki oleh IPB.
20
TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi Menurut Tarwodjo dan Soekirman (1987), status gizi pada dasarnya merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaan oleh tubuh, sedangkan menurut Riyadi (1995) status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Untuk mendapatkan suatu status gizi diperlukan suatu sistem yang saling terkait, yaitu sistem pangan dan gizi yang mempunyai empat komponen: (1) penyediaan pangan, (2) distribusi pangan, (3) konsumsi makanan, dan (4) penggunaan makanan. Tujuan dari sistem pangan dan gizi adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal. Penyediaan pangan yang cukup secara kualitas dan kuantitas serta tindakan pascapanen yang baik merupakan awal dari terciptanya status gizi yang baik atau optimal. Proses produksi berupa penyediaan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan harus dilakukan secara tepat dan cermat guna mendapatkan bahan pangan yang baik. Tindakan pascapanen bertujuan untuk menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan sampai pada saat penjualan (Almatsier, 2002). Bahan pangan yang baik untuk dikonsumsi harus memiliki nilai gizi yang seimbang, yaitu terdiri dari tiga unsur pokok, berupa zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang diperlukan oleh tubuh. Unsur-unsur pokok tersebut terkandung dalam beras, sayur-mayur, daging, ikan, dan buah-buahan (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Konsumsi pangan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut akan menentukan status gizi seseorang, apakah termasuk ke dalam status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, atau gizi berlebih. Jika konsumsi pangan rendah, keadaan gizi seseorang juga rendah. Hal ini terjadi karena dalam mengkonsumsi pangan juga berarti mengkonsumsi zat gizi (Suhardjo, 1989). Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, bobot dan tinggi badan, sifat genetika, dan iklim (Nurzaini, 1997). Suatu susunan hidangan
21
makan akan mempunyai nilai atau kandungan zat gizi sesuai dengan bahan-bahan makanan penyusunnya (Suharjo dan Kusharto, 1988). Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi
makanan.
Kekurangan zat gizi, khususnya energi protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar, dalam jangka waktu tertentu menyebabkan bobot badan menurun yang disertai dengan menurunnya kemampuan (produktivitas) kerja. Kekurangan pada tahap lanjut mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Jika tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, seseorang akhirnya akan mudah terserang penyakit dan selanjutnya akan mengakibatkan kematian. Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo (1999), penyediaan pangan untuk pasien rumah sakit berbeda untuk setiap penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Menurut Widiakarya Nasional Pangan dan Gizi pada tahun 1978 (LIPI, 1984), kebutuhan energi pria dan wanita yang berumur 16-19 tahun adalah masing-masing 2 500 dan 2 000 kkal energi.
Perencanaan dan Perancangan Produksi Menurut Assauri (1993), tujuan perencanaan produksi adalah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produksi adalah masalah dari luar dan dalam perusahaan, sifat produksi, jenis dan barang yang diproduksi, dan sifat barang yang diproduksi, apakah merupakan barang baru atau barang lama. Perencanaan merupakan dasar dari proses manajemen dan dilakukan lebih dahulu dalam setiap usaha. Perencanaan dapat pula dikatakan sebagai pemilihan objek, kebijakan, program, dan prosedur untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu dengan menggunakan data, fakta, asumsi, dan ramalan (forecasting) terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi rencana tersebut. Tanpa perencanaan, tujuan yang akan dicapai mungkin tidak dapat diperoleh atau dapat
22
menjadi lebih lama, lebih panjang prosedurnya, tidak efektif dan efisien, dan lebih mahal (Lubis, 1994). Untuk mendapatkan proses produksi yang tepat dan cermat, sebuah kebun produksi memerlukan perancangan yang matang sebelum kebun produksi itu berjalan. Tujuan perancangan kebun produksi adalah untuk menghasilkan produk tertentu dalam jumlah, mutu, waktu, tempat, dan harga yang tepat. Perancangan meliputi penyiapan sistem produksi tanaman agar dapat diseleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan, dan bagaimana desainnya sehingga spesifikasinya dapat ditetapkan pula. Penyusunan rencana produksi mencakup kegiatan penetapan target produksi, penjadwalan kerja/proses (scheduling), penetapan urutan pekerjaan (routing), penyampaian perintah (dispatching), dan pengecekan kelancaran produksi (follow-up) (Mugnisjah, 1999). Menurut Harsokusoemo (2000), perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Perancangan dan pembuatan produk teknik merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang ada. Proses perancangan akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan dan waktu penyelesaian perancangan. Proses perancangan produk teknik berlangsung melalui kegiatan-kegiatan yang berurutan, yaitu (1) fase analisis masalah, penyusunan spesifikasi, dan perencanaan proyek, (2) fase perancangan konsep produk, (3) fase perancangan produk, (4) fase evaluasi produk hasil rancangan, dan (5) fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk.
Pertanian Konvensional Sistem pertanian tradisional, meskipun ramah lingkungan, tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam daripada laju pertambahan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang kemudian menggeser sistem
tradisional
menjadi
sistem
pertanian
konvensional.
Sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian (http://www.plhsmk.or.id/kuri_pert.html, 18 Februari 2005). Meningkatnya kebutuhan pangan
23
yang seiring laju pertambahan penduduk menuntut peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida. Menurut Fresco (2003), populasi dunia akan mencapai 8 milyar pada tahun 2030, yang akan mengakibatkan peningkatan bahan pangan sekitar 60%. Ciri-ciri dari pertanian konvensional adalah benih berasal dari rekayasa genetik, penanaman seringkali monokultur, rotasi tanaman dilakukan secara total, penggunaan pupuk dan pestisida kimia lebih dominan, dan juga penggunaan antibodi pada ternak (http://www.omorganics.org/page.php?pageid=78, 21 Maret 2005). Salah satu alasan banyaknya petani yang memilih pertanian konvensional adalah pengembalian bersih (net returns) pertanian konvensional lebih besar 1012% jika dibandingkan dengan pertanian organik. Penggunaan pupuk saat ini memasok 43% dari kebutuhan nutrisi tanaman tiap tahunnya (Fresco, 2003). Reganold (1992) menyatakan bahwa pertanian di daerah tropik memerlukan masukan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini disebabkan pada suhu 200C kehilangan bahan organik lebih cepat daripada akumulasinya dan lingkungan tropik memungkinkan hama dan penyakit dapat hidup terus-menerus tanpa pemutusan siklus hidupnya.
24
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahapan. Tahapan pertama dilakukan di asrama mahasiswa TPB-IPB pada tanggal 20-27 April 2005 dan 26-31 Mei 2005. Tahapan kedua dilaksanakan di beberapa unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB dan petani atau praktisi pertanian di Bogor pada bulan Mei 2005 sampai dengan Agustus 2005. Tahapan ketiga yaitu proses perancangan kebun secara konvensional, dilaksanakan pada bulan September 2005 sampai dengan Desember 2005.
Asumsi dan Pendekatan Kehidupan sehat mahasiswa asrama TPB-IPB dapat berawal dari terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi secara baik. Batasan mengenai kehidupan sehat tersebut dapat berupa terpenuhinya menu makan empat sehat lima sempurna setiap hari dan kontinuitas pangannya terjamin. Berbagai asumsi diperlukan untuk menetapkan perancangan pola tanam kebun produksi IPB yang dapat memenuhi kebutuhan pangan asrama TPB-IPB. Asumsi-asumsi tersebut didekati dari faktor-faktor sebagai berikut: (1) jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) kebutuhan pangan dan gizi setiap mahasiswa, (3) waktu panen dan produktivitas tanaman yang akan dirancang, dan (4) kontinuitas produksi tanaman.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil survei kepada petani sekitar UPT Kebun Percobaan IPB tentang teknik budi daya dan produksi pertanian. Data untuk melakukan perancangan dikumpulkan dari UPT Kebun Percobaan IPB dan petani sampel yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel petani dilakukan secara sengaja, yaitu mereka yang tinggal di sekitar UPT Kebun Percobaan IPB. Data usaha tani digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial kebun yang akan dirancang. Data sekunder yang berupa data tentang UPT Kebun Percobaan IPB meliputi lokasi,
25
luas lahan, ketinggian dari permukaan laut, iklim, dan sejarah peruntukan lahan. Pada penelitian ini dilakukan juga pengumpulan data dari instansi terkait di luar IPB sebagai pembanding dan informasi harga komoditi yang bersangkutan di pasar. Komputer dengan software Microsoft Exel digunakan untuk menilai kelayakan financial rancangan kebun produksi.
Metode Penelitian Pembuatan suatu rancangan kebun produksi untuk memasok pangan yang bergizi sehat untuk mahasiwa asrama TPB-IPB dilakukan dengan langkah sebagai berikut. (1)
Penetapan kebutuhan energi masiswa TPB Langkah pertama dilakukan dengan melakukan survei secara langsung kepada masing-masing 100 mahasiswa dan mahasiswi TPB-IPB Angkatan 41. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memberikan kuesioner dan mendata mahasiswa yang melewati koridor kantin asrama putra dan putri. Proses pengambilan data responden dilakukan dua kali. Pertama dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan dan bobot badan serta mengisi kuesioner yang berupa identitas setiap responden. Bobot badan mahasiswa diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan koreksi kesalahan 0.1 kg, sedangkan tinggi badan mahasiswa diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi badan dengan koreksi kesalahan 0.1 cm. Hasil dari pengamatan pertama digunakan untuk menentukan jenis aktivitas, angka metabolisme basal (AMB), dan kebutuhan energi dari setiap mahasiswa. Pengambilan data kedua dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden tentang menu makan sehari yang biasa dimakan oleh responden dan menu makan sehari yang mereka harapkan. Hasil dari pengambilan kedua digunakan untuk menentukan jenis komoditi yang akan dibuat dalam perancangan.
(2)
Penetapan standar gizi sehat Langkah ini dilakukan dengan studi pustaka mengenai standar gizi sehat.
26
(3)
Penetapan komoditi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehat (pembuatan menu makan) Langkah ini dilakukan dengan membuat menu makan berbasis pemenuhan kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB dalam satu hari.
(4)
Pengumpulan data primer usaha tani komoditi terkait Langkah ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB dan petani di sekitar unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB yang mengusahakan komoditi terkait (kuesioner pada Lampiran1).
(5)
Penetapan luas komoditi dan kebutuhan bahan baku dalam rancangan Langkah ini dilakukan dengan merancangan luas lahan komoditi untuk menu makan yang akan dibuat.
(6)
Penyusunan rancangan kebun Perancangan kebun terdiri dari perancangan kebun dengan lahan tidak terbatas dan perancangan kebun dengan lahan terbatas. Perancangan kebun dengan lahan tidak terbatas akan merancang kebutuhan bahan baku penyusun menu sehat untuk 3 000 mahasiswa asrama TPB-IPB. Untuk perancangan kebun dengan lahan terbatas, rancangan dilakukan pada kebun percobaan yang ada di sekitar kampus IPB Dramaga, Bogor, sebagai kebun yang memasok sebagian bahan baku menu sehat. Rancangan kebun, baik dengan lahan tidak terbatas maupun yang terbatas, dianalisis kelayakannya. Analisis yang dilakukan adalah perhitungan NPV (net present value), IRR (internal rate of return), dan net B/C (net benefit cost ratio). Data yang digunakan pada kegiatan ini dikumpulkan bersama dengan
saudara Arief
Priandono dan telah digunakan untuk penelitian Perancangan
Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB.
27
Pengolahan dan analisis data mahasiswa asrama Data awal didapatkan dari hasil survei mahasiswa asrama TPB-IPB Angkatan 41 tahun 2004-2005. Data yang diambil berupa identitas responden yang meliputi jenis kelamin, bobot badan, tinggi badan, umur, dan jenis aktivitas fisik yang ditabulasikan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data aktivitas responden dihitung besar energi aktivitasnya per jenis kegiatan per hari (Hardinsyah dan Martianto, 1992). Persamaan untuk menghitung energi aktivitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persamaan untuk Menghitung Energi Aktivitas Manusia dari Bobot Badan AMB (kkal/hari)* Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan 0-3 60.9 B - 54 61.0 B + 51 3-10 22.7 B + 495 22.5 B + 499 10-18 17.5 B + 651 12.2 B + 746 18-30 15.3 B + 679 14.7 B + 496 30-60 11.6 B + 879 8.70 B + 829 >60 13.5 B + 487 10.5 B + 596 * Sumber: FAO/WHO/UNU (1985), hlm. 71. Keterangan: AMB = Angka metabolisme basal B
= Bobot badan dalam satuan kilogram (kg)
Untuk menaksir kebutuhan energi untuk aktivitas pada suatu populasi, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat atau ringannya aktivitas: ringan, sedang, dan berat. Untuk tiap kelompok aktivitas fisik kemudian ditetapkan suatu faktor aktivitas (FA) (Tabel 2). Tabel 2. Angka Kecukupan Energi untuk Tiga Tingkatan Aktivitas Fisik Laki-Laki dan Perempuan Jenis Kelamin Jenis Kegiatan Faktor Aktivitas Berat 2.10 Laki-laki Sedang 1.76 Ringan 1.56 Berat 2.00 Perempuan Sedang 1.70 Ringan 1.55 Sumber: Almatsier (2002) dengan penyesuaian
Jenis kegiatan berat artinya 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri dan 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Jenis kegiatan sedang artinya 25% waktunya digunakan untuk duduk atau berdiri dan
28
75% waktu lainnya digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Penggunaan 75% waktu untuk duduk atau berdiri dan 25% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu digolongkan pada jenis aktivitas ringan. Contoh perhitungan untuk menaksir kebutuhan energi sehari seorang mahasiswa perempuan yang berumur 20 tahun dengan bobot badan 50 kg dan aktivitas ringan adalah sebagai berikut: (1)
Kebutuhan energi untuk angka metabolisme basal adalah AMB = 14.7 B + 496 AMB = 14.7 x 50 + 496 = 1 231 kkal
(2)
Kebutuhan energi total (ET) dengan aktivitas fisik ringan adalah ET = AMB x FA ET = 1 231 x 1.55 = 1 908 kkal
Jadi taksiran kebutuhan energi sehari adalah sebanyak 1 908 kkal. Analisis kelayakan finansial rancangan kebun produksi Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung dan menganalisis kelayakan finansial yang meliputi analisis IRR, NPV, dan Net B/C. NPV merupakan nilai sekarang dari selisih benefit (pendapatan) dengan cost (biaya) pada tingkat suku bunga tertentu. Dengan analisis NPV ini, suatu proyek dapat dinilai layak atau tidak dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar daripada nol. Jika suatu rencana investasi menghasilkan nilai NPV lebih kecil daripada nol, rencana tersebut tidak layak dilaksanakan. Rumus perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah n ⎡ B Ct ⎤ NPV = ∑ ⎢ t t − ⎥ (1 + i )t ⎦ i =1 ⎣ (1 + i )
dengan
Bt = benefit pada tahun t Ct = biaya pada tahun t t
= 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek i
= tingkat diskonto
29
IRR merupakan tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol. Pencarian nilai IRR dilakukan dengan pendugaan secara acak dari setiap suku bunga yang ditentukan. Jika perhitungan dengan tingkat suku bunga yang terlalu rendah, NPV yang diperoleh bernilai positif dan hal ini kurang baik sehingga suku bunga perkiraan hitungan harus dinaikkan agar NPV mendekati negatif. Pada akhirnya IRR akan menyebabkan bunga potongan (diskonto) membuat jumlah nilai sekarang arus pengeluaran sama dengan jumlah sekarang arus penerimaan. Apabila diperoleh nilai IRR lebih besar daripada tingkat diskonto yang berlaku, proyek tersebut layak atau dapat dilaksanakan. Namun, apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat diskonto, proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tingkat suku bunga bank untuk pertanian digunakan sebesar 9%, yang merupakan tingkat tertinggi yang diambil. Rumus perhitungan IRR adalah
IRR = i'+
dengan
NPV' (i' '−i' ) NPV' − NPV ' '
NPV’ = NPV negatif
i’ = diskonto untuk NPV’
NPV’’ = NPV positif
i’’= diskonto untuk NPV’’
Ukuran lain yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan suatu proyek adalah net B/C, yaitu diperoleh dengan membagi jumlah present value (PV) yang positif dengan PV yang negatif. Jika net B/C lebih besar daripada satu, kegiatan investasi dikatakan layak, dan apabila net B/C lebih kecil daripada satu, kegiatan investasi dikatakan tidak layak. Rumus perhitungan net B/C adalah (Gittinger, 1986) n
Net B / C =
∑ t −1 n
∑
Bt − C t (1 + i ) = C t − Bt t
(1 + i ) t
t =1
dengan
n
∑ (B t =1 n
t
n
− C t ) ( DF )
∑ (C t − B t ) ( DF ) t =1
=
∑ ( Net Benefit t =1 n
∑ ( Net Benefit
Plus ) ( DF ) Minus ) ( DF )
t =1
Bt = benefit pada tahun t
i
Ct = biaya pada tahun t
DF = discount factor
t
= 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek
= tingkat diskonto
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Asrama TPB IPB Asrama mahasiswa TPB-IPB terletak di dalam Kampus IPB Dramaga. Asrama terbagi menjadi dua lokasi, yaitu Asrama Mahasiswa Putra (ASTRA) dan Putri (ASTRI), yang dikelola oleh Badan Pengelola Pembinaan Akademik, MultiBudaya dan Asrama (BPPA) TPB-IPB yang dipimpin oleh seorang Kepala Asrama. Asrama Mahasiswa Putra TPB-IPB terdiri atas tiga buah gedung utama yang diberi nama Gedung C1, Gedung C2, dan Gedung C3, dengan disertai sebuah kantor tempat tinggal Manager Unit (MU). Setiap gedung asrama terdiri dari 112 kamar. Asrama Mahasiswa Putri TPB-IPB terdiri atas tiga buah gedung utama yang bernama Gedung A1, Gedung A2, dan Gedung A3, ditambah sebuah gedung yang terdiri dari kantor (BPPA), tempat tinggal MU, dan wartel. Gedung A1 memiliki 135 kamar, sedangkan Gedung A2 dan Gedung A3 masing-masing hanya memiliki 131 kamar. Setiap gedung asrama merupakan gedung yang memiliki dua lantai dan dipimpin oleh seorang MU, enam orang senior residence (SR), beberapa petugas administrasi, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. Setiap lantai memiliki dua lorong (lorong kiri dan kanan), dan memilki kurang lebih 56 kamar tidur, 32 kamar mandi, dan 16 WC. Di kiri dan di kanan gedung pintu masuk setiap gedung disediakan rak sepatu dan sandal mahasiswa dan pengunjung. Dalam pemeliharaan kebersihan, kamar mandi dan WC dibersihkan oleh mahasiswa yang kamarnya selorong dengan membentuk tim kebersihan yang bekerja bergiliran menurut jadwal. Kebersihan yang dijaga meliputi kebersihan lorong, kamar mandi, dan WC. Kebersihan kamar merupakan tanggung jawab mahasiswa penghuni kamar. Tiap kamar berukuran 3.7 X 3.9 m2 dan dihuni 2-4 orang mahasiswa yang berbeda daerah asalnya dan berbeda program studinya. Fasilitas yang terdapat di setiap kamar terdiri dari dua set tempat tidur bertingkat, satu lemari pakaian, dan dua meja belajar. Setiap gedung juga mempunyai fasilitas penunjang, antara lain,
31
dua buah saluran telepon, dua buah televisi, musala, ruang diskusi, kamar mandi, serta sarana telepon umum (wartel) yang dikelola oleh pihak asrama dan kantin.
Kebutuhan Kalori dan Status Gizi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Kebutuhan kalori mahasiswa asrama TPB-IPB Responden yang diamati adalah mahasiswa asrama TPB-IPB Angkatan 41 yang sedang menjalani semester genap tahun ajaran 2004-2005. Berdasarkan kegiatan survei asrama yang dilakukan pada tanggal 20-27 April 2005 didapat peubah-peubah untuk menghitung kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB berupa umur dan jenis aktivitas mahasiswa seperti terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Umur dan Jenis Aktivitas Mahasiswa Asrama TPB-IPB Peubah Umur: a. 17 tahun b. 18 tahun c. >18 tahun Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan Jenis kegiatan: a. Ringan b. Sedang c. Berat
n
%
7 78 115
3.5 39 57.5
100 100
50 50
40 42 118
20 21 59
Keterangan: n=200 sampel
Selanjutnya dapat dihitung kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB seperti terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Peubah AMB: a. Laki-laki b. Perempuan Kebutuhan kalori: a. Laki-laki b. Perempuan
Jumlah
Rata-Rata
1511.55 1219.68
1365.62
2861.08 2282.67
2571.88
32
Kebutuhan energi rata-rata Mahasiswa Asrama TPB-IPB adalah sebesar 2 572 kkal (data lengkap pada Tabel Lampiran 1). Baik kebutuhan energi untuk laki-laki maupun perempuan masing-masing lebih tinggi jika dibandingkan dengan kebutuhan energi remaja di luar negeri. Menurut Golden (2000), kebutuhan energi remaja pada umur 15-19 tahun untuk putra dan putri masingmasing 2 751 kkal dan 2 112 kkal. Kebutuhan energi putri sebesar 2 283 lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan seorang pragawati di Jakarta. Menurut Paramita (2002), kebutuhan energi seorang pragawati di Jakarta sebesar 2 340 kkal pada hari kerja dan 2 159 kKal pada hari libur. Kebutuhan energi laki-laki sebesar 2 861 kkal mendekati anjuran asupan energi harian untuk laki-laki berusia 18-25 tahun yang pekerjaannya digolongkan sebagai pekerjaan yang agak aktif (termasuk dalam golongan ini adalah tukang pos atau kondektur bus) sebesar 2 900 kkal (Gowen, dan Sherrington, 1992). Umur rata-rata responden adalah 18.60 tahun. Menurut Sarwono (1993), usia 18-21 tahun tergolong pada tahap remaja akhir. Ciri-ciri tahap remaja akhir adalah pertumbuhan fisik lamban, meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah, lebih stabil dalam emosi minat, konsentrasi, dan cara berpikir, serta tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang berkurang. Menurut Sediaoetama (1991), remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada masa ini, pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Apabila terjadi defisiensi zat gizi, hal itu terlihat pada keadaan fisik, status kesehatan, dan status gizi. Menurut O’Dea (1996), pada masa pubertas remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal tinggi badan, bobot badan, lemak tubuh, dan otot serta penyempurnaan berbagai sistem organ. Pertumbuhan masa anak-anak mencapai 25% dari tinggi badan saat dewasa, sedangkan 40% bobot badan saat dewasa tercapai di masa remaja. Status gizi mahasiswa asrama TPB-IPB Salah satu pengukuran status gizi adalah dengan indeks massa tubuh (IMT). Menurut Departemen Kesehatan RI. (1996), penentuan status gizi yang didasari oleh indeks massa tubuh (IMT) dibagi menjadi lima kategori, yaitu kurus
33
sekali (IMT <17.0), kurus (IMT 17.0 – 18.4), normal (IMT 18.5 – 25.0), gemuk (IMT 25.1 – 27.0), dan gemuk sekali (IMT >27.0). Untuk mengetahui IMT dapat digunakan perbandingan antara bobot badan (kg) dan tinggi badan (m) yang dikuadratkan. Rumus IMT adalah
IMT =
BB TB 2
dengan BB = bobot badan (Kg) TB = tinggi badan (m). Tabel 5. Sebaran Status Gizi Mahasiswa Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status Gizi IMT Laki-laki Perempuan Total % Kurus Sekali <17.0 16 9 25 12.5 Kurus 17.0 – 18.4 23 23 46 23 Normal 18.5 – 25.0 57 67 124 62 Gemuk 25.1 – 27.0 2 0 2 1 Gemuk Sekali >27.0 2 1 3 1.5 Jumlah 100 100 200 100 Berdasarkan pengamatan dan survei yang pertama yang disajikan dalam Tabel 3, 12.5% mahasiswa yang tinggal di asrama TPB-IPB berstatus gizi kurus sekali, 23% berstatus kurus, 62% berstatus normal, 1% berstatus gemuk, dan 1.5% berstatus gemuk sekali. Menurut Husaini (1989), masalah gizi yang terdapat pada remaja adalah gizi kurang (underweight), obesitas (overweight), dan anemia. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi energi dan zat-zat lain tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri intake makanannya.
34
Menu Makan Sehari-Hari dan Menu Makan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk melengkapi data dilakukan kegiatan survei asrama kedua pada tanggal 26-31 Mei 2005, yaitu untuk mengetahui menu makan mahasiswa seharihari dan menu makan harapan mahasiswa. Menu makan sehari-hari mahasiswa asrama TPB-IPB Untuk makan pagi atau sarapan (Gambar 1) sebesar 69.52% responden mengonsumsi
nasi
dengan
kombinasi
lauk-pauk
dan
sayur,
34.76%
mengkonsumsi bubur ayam, 14.29% responden mengonsumsi ketoprak, 10.48% mengosumsi lontong sayur, dan 22.38% mengosumsi sarapan lain-lain. Responden yang mengosumsi telur ayam mendampingi nasi putih untuk sarapan adalah 47.62%, 31.42% mengosumsi tempe/tahu, 3.33% mengosumsi (daging) ayam, dan 9.53% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebagai pendamping nasi putih sebesar 22.86% mengosumsi sayur bayam, 13.33% mengosumsi sayur tauge, 8.10% mengosumsi sayur kangkung, dan 16.19% mengosumsi sayur lainnya. Responden yang meminum teh manis sebesar 23.33%, susu sebesar 25.71%, dan minuman lain-lain sebesar 41.43%. Sebesar 41.90% responden mengosumsi jajanan di antara waktu makan pagi dan makan siang.
Gambar 1. Histrogram Menu Makan Pagi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan siang (Gambar 2) sebesar 90.95% responden memilih mengosumsi nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sedangkan sisanya tidak melakukan makan siang. Sebesar 42.86% responden mengosumsi tempe/tahu
35
sebagai pendamping nasi putih, 39.05% mengosumsi telur ayam, 29.00% mengosumsi (daging) ayam, 22.38% mengosumsi ikan (baik darat maupun laut), 7.63% mengosumsi sambal goreng ati, 2.38% mengosumsi daging, dan 17.14% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 52.58% mengosumsi sayur soup, 20.95% mengosumsi tumis kangkung, 16.19% mengosumsi sayur bayam, 10.95% mengosumsi sayur asem, dan 12.38% mengosumsi sayuran lainnya. Untuk buahbuahan sebesar 56.67% responden mengosumsi pepaya, 23.33% mengosumsi melon, 20.95% mengosumsi semangka, 12.86% mengosumsi pisang, 17.14% mengosumsi nanas, dan 9.52% mengosumsi buah-buah lainnya.
Gambar 2. Histrogram Menu Makan Siang Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 3. Histrogram Menu Makan Malam Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan malam (Gambar 3) sebesar 88.10% mengosumsi nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sebesar 41.43% mengosumsi nasi goreng
36
sebesar 21.90% mengosumsi mie rebus, sebesar 20.95% mengosumsi mie goreng, sebesar 10.4 % nasi+soto ayam, sebesar 1.90% nasi+soto daging dan sebesar 4.29% mengosumsi menu lainnya. Sebesar 41.43% Responden mengosumsi tempe/tahu sebagai lauk-pauk pendamping nasi, 29.05% mengosumsi telur ayam, 28.10% mengosumsi (daging) ayam, 17.14% mengosumsi ikan (baik darat maupun laut), 4.29% mengosumsi daging dan 3.81% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 20.48% mengosumsi tumis kangkung, 18.10% mengosumsi sayur tauge, 16.19% mengosumsi sayur bayam 12.38% mengosumsi sayur asem, dan 19.52% mengosumsi sayuran lainnya. Enoch, Hidayat, Budiman, dan Latinulu (1979) menyatakan bahwa konsumsi makan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah fakta yang ada dalam diri manusia, seperi emosi, kebiasaan, pendidikan, seks, umur, dan kesehatan. Faktor eksternal meliputi bahan makanan yang tersedia oleh alam sekitar dan daya beli. Menurut Tarwodjo (1987), konsumsi makan juga dipengaruhi oleh status kesehatan dan sosiobudaya (seperti adat istiadat, kebiasaan makan, dan pantangan) serta sikap terhadap makanan. Martianti (2000) menambahkan alasan utama mahasiswa IPB menyukai suatu makanan jajanan, yaitu selera, kemudian harga murah dan pada urutan terakhir yang tersedia di lingkungan sekitar. Menu makan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB Untuk makan pagi atau sarapan (Gambar 4), sebesar 81.43% responden menginginkan
nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, 30.00%
menginginkan bubur ayam, 19.05% menginginkan lontong sayur, 18.57% responden menginginkan ketoprak, dan 13.33% menginginkan sarapan lain-lain. Responden yang menginginkan sarapan nasi putih sebesar 46.19% menginginkan (daging) ayam sebagai pendampingnya, 33.33% menginginkan telur ayam, 20.00% menginginkan tempe/tahu, dan 9.05% menginginkan lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 39.05% menginginkan sayur bayam, 10.95% menginginkan sayur tauge, 10.48% menginginkan sayur kangkung, dan 20.95% menginginkan sayur lainnya. Responden yang menginginkan susu adalah 56.19%, teh manis sebesar 31.43%,
dan
minuman
lain-lain
18.75%.
Sebesar
26.67%
menginginkan jajanan di antara waktu makan pagi dan makan siang.
responden
37
Gambar 4. Histogram Menu Makan Pagi Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan siang (Gambar 5), sebesar 95.71% responden menginginkan nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur dan sisanya tidak melakukan makan siang. Sebesar 46.19% responden yang menginginkan mengosumsi (daging) ayam untuk mendampingi nasi putih, 36.67% menginginkan ikan (baik darat maupun laut), 27.14% menginginkan sambal goreng ati, 23.81% menginginkan daging, masing-masing sebesar 16.67% responden menginginkan tempe/tahu dan telur ayam, dan 5.24% menginginkan lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 41.43% menginginkan
sayur
sup,
21.43%
menginginkan
sayur
asem,
19.05%
menginginkan sayur bayam, 13.81% menginginkan tumis kangkung, dan 9.42% menginginkan sayuran lainnya. Untuk buah-buahan sebesar 50.95% responden menginginkan pepaya, 29.55% menginginkan semangka, 29.05% menginginkan melon, 27.62% menginginan pisang, 20.00% menginginkan nanas, dan 29.05 % menginginkan buah-buah lainnya. Untuk makan malam (Gambar 6), sebesar 89.52% menginginkan nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sebesar 36.67% menginginkan nasi goreng, sebesar 30.00 % nasi+soto ayam, sebesar 19.05 % nasi+soto daging, sebesar 17.62% mie rebus, sebesar 16.19% mie goreng, dan sebesar 6.19 % menginginkan menu lainnya. Sebesar 33.81% responden menginginkan (daging) ayam sebagai lauk-pauk pendamping nasi, 23.33% menginginkan ikan (baik darat maupun laut), 22.86% menginginkan daging, 20.00% menginginkan tempe/tahu, 18.10%
menginginkan telur ayam, dan 6.19% menginginkan lauk lain-lain.
38
Untuk sayur sebesar 21.90% responden mengosumsi tumis kangkung, 21.43 % mengosumsi sayur bayam 18.10% mengosumsi sayur tauge, 15.71% mengosumsi sayur asem dan 16.19% mengosumsi sayuran lainnya.
Gambar 5. Histogram Makan Siang Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 6. Histogram Makan Malam Harapan Mahasiswa Asrama TPBIPB Perbandingan makanan sehari-hari dengan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB Berikut ini disajikan perbandingan menu makan sehari-hari dengan menu makan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB untuk makan pagi (Gambar 7), makan siang (Gambar 8), dan makan malam (Gambar 9).
39
Gambar 7. Perbandingan Pola Makan Pagi Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 8. Perbandingan Pola Makan Siang Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 9. Perbandingan Pola Makan Malam Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
40
Penyusunan Menu Makan Sehari Mahasiswa Asrama TPB-IPB Data kebutuhan energi dan pola makan harapan digunakan untuk menyusun menu makan asrama satu hari. Menu makan sehari yang dibuat disajikan pada Tabel 6. Tahapan dalam penyusunan menu sehari adalah sebagai berikut. 1.
Lima puluh sampai enam puluh lima persen energi berasal dari makanan pokok. Lima belas sampai dua puluh lima persen berasal dari pangan hewani. Lemak sekitar 20% dari energi yang diperlukan (Wirakusumah, 1997). Menu yang disusun dibatasi hanya untuk mencukupi kebutuhn energi dan protein. Menurut Khumaidi (1994), apabila kecukupan energi dan protein terpenuhi, kecukupan zat-zat gizi lain pada umumnya sudah dapat terpenuhi pula atau sekurang-kurangnya tidak terlalu sukar untuk memenuhinya.
2.
Untuk komposisi 15 sampai 25% energi berasal dari pangan hewani dipilih ayam karena mewakili lauk-pauk tertinggi yang dipilih responden pada pola konsumsi harapan dan dipilih telur untuk melengkapi komposisinya. Pemilihan tempe dan tahu goreng pada malam hari dan tempe goreng pada siang hari dimaksudkan untuk mensuplai protein nabati dalam menu tersebut.
3.
Sayur sup pada siang hari dan tumis kangkung pada malam hari mewakili sayuran yang paling banyak dipilih responden. Pemilihan kedua jenis sayur ini juga dimaksudkan untuk menganekaragamkan konsumsi pangan. Menurut Suhardjo (1998), ditinjau dari aspek gizi, pangan yang beraneka ragam umumnya memiliki mutu yang lebih tinggi daripada mutu masingmasing pangan yang menyusunnya. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya saling mengisi antara pangan yang dikonsumsi sehingga kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat yang bersangkutan yang terkandung dalam pangan lainnya.
41
Tabel 6. Menu Makan Sehari untuk Mencukupi Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Menu (Komoditi)
Ukuran
Beras Total Nasi* Telur ayam ceplok Perkedel jagung
1 porsi 1 butir 1 potong
Susu sapi
1 gelas
Nasi Ayam panggang*** Sayur sup** Tempe goreng Pepaya
1 porsi 1 potong sedang 3/4 gelas 1 potong 1 porsi
Nasi Ikan mas goreng Tahu goreng Tumis kangkung Sambal
1 porsi 1 potong 1 potong 3/4 gelas secukupnya
Protein (g)
Lemak (g)
Karbo hidrat (g)
27.2
2.8
315.6
9.8 3.6
21.4 5
5.4 9.4
3.2
3.45
4.3
26.4
11.5
1.62
112 82 46
2.29 4.6 0.5
5.6 5.8 0
13.02 0.3 12.2
Makan Malam 300 100 188 25 32 100 52
19.3 1.4 1.8
12.2 2.8 3.6
0 9.4 3
100.09
74.15
374.24
Bobot Kalori (g) (kkal) Makan Pagi 400 1 440 200 65 248.9 25 94.5 100 ml 61 Makan Siang 300 100 214.4 150 25 100
Total
2 571
Keterangan: Konversi bahan penukar berdasarkan Hardinsyah & Briawan (1994). * Bobot nasi = 2 kali bobot beras. ** Konversi bahan penukar berdasarkan Anirum (1998). *** Konversi bahan penukar bardasarkan Intisari (2004). Penetapan Komoditi dan Kebutuhan Bahan Baku untuk Mahasiswa Asrama TPB-IPB Dengan daftar menu makan sehari mahasiswa yang terdapat pada Tabel 6 selanjutnya ditentukan jenis komoditi pangan yang akan dimasukkan ke dalam perancangan kebun produksi. Jenis komoditi yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
energi
mahasiswa
asrama
dalam
sehari
terdapat
pada
Tabel 7. Penetapan komoditi pada Tabel 7 mengacu pada menu makan yang terdapat pada Lampiran 4.
42
Tabel 7. Penentuan Jenis Komoditi dalam Perancangan Kebun Produksi No.
Jenis Pangan
Kebutuhan per porsi (g) 400 25 25 150 100 75 100 40 15 150 100 100 100 100
Komoditi Konversi
Kebutuhan Total** (kg)
1 Beras Padi 2 Tempe* Kedelai 3 Tahu* Kedelai 4 Kentang Kentang 5 Kol Kol 6 Buncis Buncis 7 Tomat Tomat 8 Daun bawang Daun bawang 9 Seledri Seledri 10 Jagung Jagung 11 Pepaya Buah pepaya 12 Daging ayam Ayam pedaging 13 Kangkung Kangkung 14 Ikan mas Ikan mas Keterangan: * 1 kg tempe = 2 kg kedelai 2 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto, Erwidodo, dan Purwoto, 1994) ** Kebutuhan untuk 3 000 mahsiswa per hari
1 200 150 300 450 300 225 300 120 45 450 300 300 300 300
Komoditi yang termasuk bumbu dapur seperti pala, lada, lengkuas, kemiri, merica bawang merah, dan putih tidak dimasukkan dalam rancangan. Hal ini disebabkan penggunaan bumbu dapur berkaitan dengan citra rasa, sehingga dikhawatirkan apabila bumbu dapur dibatasi penggunaannya akan merusak citra rasa masakan. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa bumbu dapur dibeli oleh pihak pengelola katering/masakan berikut dengan bahan baku lain yang lain.
43
Perancangan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas Perancangan untuk memenuhi kebutuhan menu sehat 3 000 mahasiswa asrama TPB-IPB dilakukan dengan asumsi bahwa lahan yang tersedia memenuhi persyaratan hidup komoditi yang dirancang. Komoditi yang dirancang adalah padi, jagung manis, kedelai, buncis, tomat, cabai, kangkung, kentang, kol, seledri, bawang daun, papaya, ayam, dan ikan mas. Penetapan luas komoditi dalam rancangan Penetapan luas lahan dalam perancangan akan berbeda-beda untuk setiap komoditi. Hal ini disebabkan oleh berbeda-bedanya potensi produksi setiap komoditi. Penetapan luasan lahan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
LLdR =
KKt × 365 PPKt × D
dengan LLdR = luas lahan dalam rancangan (ha) KKt = kebutuhan sehari total mahasiswa untuk komoditi terkait seperti pada Tabel 4 (kg) PPKt = potensi produksi komoditi terkait seperti pada Lampiran 3 (kg/ha) D
= Jumlah daur per tahun
Penetapan luasan lahan untuk tiap-tiap komoditi adalah sebagai berikut. 1. Komoditi padi, jika diasumsikan potensi produksi padi 4,5 ton/ha/daur, rendemen beras giling 65% (Damardjati, 1988), memerlukan luasan 49 hektar untuk kebutuhan selama satu siklus tanam atau 4 bulan untuk memenuhi kebutuhan 3 000 mahasiswa (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 2. Kedelai merupakan hasil konversi dari tahu dan tempe, jika diasumsikan konsumsi tahu dan tempe setiap hari, dengan rata-rata konsumsi kedelai di asrama sebanyak 450 kg/hari, produksi kedelai 1.5 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 27 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 3. Kentang, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 24 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 3.28 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).
44
4. Kol, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 20 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 1.8 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 5. Buncis, jika diasumsikan potensi produksi 5.5 ton/ha/daur, memerlukan luas 4.05 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 6. Tomat, jika diasumsikan potensi produksi 15 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 3.38 hektar per daurnya (teknik budi dayanya dan produksi pada Lampiran 3). 7. Bawang daun, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 20 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 0.54 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 8. Seledri, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 50 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 0.08 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 9. Jagung manis, jika diasumsikan potensi produksi 5 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 8.1 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 10. Pepaya, jika diasumsikan berpotensi 141 ton/ha/daur (satu daur tanaman pepaya sama dengan empat tahun), memerlukan luas 0.78 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 11. Budi daya ayam ras pedaging diperlukan kandang dengan luasan kandang 1 100 m2 (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3) dengan asumsi 6 ayam per m2, berat panen ayam 1.7 kg selama 2 bulan. 12. Kangkung, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 15 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 1.2 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 13. Budi daya ikan mas diperlukan kolam dengan luasan 2 118 m2 (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3) dengan asumsi kolam seluas 10 m2 menghasilkan 170 kg dalam waktu 3 bulan. Budi daya ikan mas ini bertujuan menambah variasi menu makan di asrama. Budi daya ikan air tawar juga ditujukan sebagai penunjang ekosistem kebun.
45
14. Cabai, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 10 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 360 m2 per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).
Penetapan pola tanam dan lokasi pengadaan komoditi
Penetapan pola tanam komoditi dibagi berdasarkan kecocokan klimatologi terhadap tanaman komoditi. Penetapan pola tanam komoditi dibagi dua, yakni pola tanam di dataran rendah dan di dataran tinggi. Pola Tanam di Dataran Rendah Sep
Okt
Nov
392
277
401
Des
Jan
Feb Mar Apr Mei Bulan 432 404 327 432 640 374 Curah Hujan Bulanan (mm)
Padi 75 ha
Padi 75 ha
Jun
Jul
Agu
169
209
166
Kedelai + Bera 40 ha
Kedelai 20 ha
Jagung manis 20 ha
Buncis 20 ha
Bera 20 ha
Buncis 20 ha
Kedelai 20 ha
Jagung manis 20 ha
Bera 20 ha
Jagung manis 20 ha
Buncis 20 ha
Kedelai 20 ha
Bera 20 ha
Pepaya (0.5 ha)
Gambar 10. Pola Tanam Dataran Rendah Penetapan pola tanam dibuat dengan curah hujan sebagai pembatas. Berdasarkan data curah hujan yang didapat dari Stasiun Klimatologi, untuk daerah Dramaga pada Bulan Juni sampai dengan bulan Bulan Agustus rata-rata curah hujan 181.3 sehingga terlalu riskan untuk dilakukan proses produksi. Penanaman padi dimulai pada Bulan Sep sampai dengan bulan April dengan 2 kali tanam dan panen masing-masing seluas 75 ha. Pada area yang sama pada Bulan Mei sampai dengan Agustus akan ditanami dengan kedelai, tetapi
46
dengan luas hanya 40 ha. Rotasi tanaman juga dimaksudkan untuk memutus rantai kehidupan hama dan penyakit tanaman. Jagung, kedelai, dan
buncis ditanam pada Bulan September sampai
dengan Bulan Mei dengan 3 kali tanam dan panen masing-masing 20 ha. Untuk kangkung akan dijadikan tanaman penyekat pada lahan yang ditanamai jagung, kedelai, dan buncis. Pada bulan Juni,Juli, dan Agustus area tidak akan ditanami (bera). Pemberaan dilakukan untuk menghindari kegagalan panen akibat kekeringan, hal ini juga dilakukan untuk mengistirahatkan tanah. Lokasi-lokasi Kebun Percobaan IPB yang memungkinkan untuk pengadaan komoditi tanaman dataran rendah antara lain, Dramaga (33 ha), Cikarawang (10 ha), Sindangbarang (10.9) dan Jonggol A dan B (273 ha). Khusus untuk komoditi padi, perancangan akan dilakukan pada lahan petani (bukan lahan IPB) karena karena lahan basah (sawah) yang dimiliki IPB tidak mencukupi sampai 75 ha Pola Tanam di Dataran Tinggi Okt
Nov
Des
239
487
542
Jan
Feb
Mar Apr Mei Jun Bulan 454 51 674 396 158 122 Curah Hujan Bulanan (mm)
Daun Bawang 4 ha
Tomat 4 ha
Seledri 3 ha
Cabai 3 ha
Jul
Agu
Sep
197
151
297
Kentang 4 ha Bera 3 ha
Kol 3 ha
Gambar 11. Pola Tanam Dataran Tinggi Penanaman pada dataran tinggi dimulai pada Bulan Oktober dengan tanaman bawang daun, dan dilanjutkan dengan tomat masing-masing selama 3 bulan selanjutnya ditanami kentang selama 6 bulan. Luas yang digunakan 4 ha. Untuk area dengan luas 3 ha pola tanam yang akan dilakukan adalah rotasi seledri, cabai, bera dan kol masing-masing selama 3 bulan. Untuk tahun berikutnya area dengan luasan 4 dan 3 ha akan dilakukan pergantian pola tanam satu dengan yang lain. Lokasi Kebun Percobaan IPB yang dapat digunakan untuk pengadaan komoditi tanaman dataran tinggi adalah Pasir Sarongge (7.1 ha).
47
Pola Pemeliharaan Ternak Untuk pemenuhan lauk-pauk pada menu, pola pemeliharaan ternak disajikan pada Gambar 12. Lokasi-lokasi yang dapat digunakan adalah Babakan dan kolam (11 ha), Cikarawang (10 ha), dan Jonggol A dan B (273 ha). Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Bulan Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang 550 1 1 1 1 1 1 m2 Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang 550 2 2 2 2 2 2 m2 Jan Feb Mar
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Apr
Mei
Jun
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Gambar 12. Pola Pemeliharaan Ternak
Aliran proses produksi tanaman Aliran
proses
produksi
tanaman
menjelaskan
tentang
aktivitas
pengangkutan barang dan sirkulasi proses produksi yang terjadi di dalam dan di luar kebun produksi. Gambar 13 memperlihatkan arus materi dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyajian menu makan sehat. Unit-unit yang terlibat di dalamnya adalah pengelola katering asrama, kebun-kebun yang dimiliki IPB, unit pengelolaan, dan pasar. Pengadaan pangan untuk mahasiswa asrama terdiri dari berbagai macam jenis bahan pangan baik nabati maupun hewani. Pengadaan pangan tersebut dapat diperoleh melalui penyelenggaraan kebun yang dikelola secara profesional. Jenis bahan pangan yang akan ditanam disesuaikan dengan kesesuaian agroklimat masing-masing. Kebun hasil rancangan diskenariokan akan memasok kebutuhan akan bahan pangan ke pengelola katering asrama. Beberapa jenis bahan pangan terlebih dahulu melalui unit/tahapan pengelolahan. Bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan kebun akan diperoleh di pasar seperti bumbu dapur dan minyak sayur.
48
Selain sebagai penyedia bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan kebun, pasar juga dapat menyediakan sarana produksi baik untuk penyelenggaraan kebun maupun unit pengelolaan, terutama dalam tahap awal penyelenggaraan kebun. Selain itu, kelebihan produksi, apabila ada, akan dijual ke pasar. Hasil tanaman dan ternak yang sudah diterima pengelola kantin asrama kemudian diolah dan dijadikan makanan yang sesuai dengan menu makan sehari asrama. Hasil sampingannya yang berupa limbah hijauan dan kotoran ternak dapat dipergunakan kembali sebagai masukan organik (pupuk hijau dan pupuk kandang) ataupun dijual setelah diproses menjadi kompos. Asrama TPB (Mahasiswa)
Pengolahan
Kebun Produksi
Pasar
Pengola Katering Asrama Gambar 13. Daur Materi Penyediaan Pangan Asrama TPB-IPB Perancangan tugas pekerjaan
Penyusunan kebutuhan tenaga kerja ditetapkan berdasarkan wawancara dengan petani responden di daerah sekitar kebun percobaan. Berdasarkan wawancara dengan petani, petani responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk budi daya padi dan jagung manis. Namun, terdapat kesulitan untuk mendapatkan data primer kebutuhan tenaga kerja tersebut dari petani responden sehingga dilakukan konversi dengan membandingkan dengan data sekunder. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap komoditi terdapat pada Tabel Lampiran 4. Tenaga kerja di dalam kebun produksi dibedakan menjadi dua, yakni tenaga kerja tetap (pegawai tetap) dan buruh tani lepas (BTL). Pegawai tetap
49
berjumlah enam orang. Pegawai tetap ini disyaratkan berlatar pendidikan minimal lulusan SLTP dengan memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bertani. Pembayaran gaji dilakukan setiap bulan sejumlah Rp 700 000. Jika memungkinkan, pegawai tetap diambil dari pegawai penjaga kebun percobaan. Tugas pekerjaan mereka adalah memelihara dan menjaga tanaman dan ternak mulai dari penanaman hingga masa panen. Pekerjaan budi daya lainnya selama musim tanam dilakukan oleh BTL di bawah pengawasan pegawai tetap. BTL dapat diambil dari penduduk sekitar kebun yang mayoritas adalah petani penggarap. Pembayaran upah BTL berdasarkan hari kerja yang mereka dapat. Upah tenaga kerja harian yang diberikan kepada mereka adalah Rp 20 000 untuk tenaga kerja laki-laki dan Rp 15 000 untuk tenaga kerja perempuan. Ditujuk juga seorang manajer yang mengendalikan segala proses di dalam kebun kebun. Seorang manajer harus berkualifikasi S1 yang bertanggung jawab kepada Kepala University Farm. Tugas dari manajer kebun menyiapkan sarana produksi tanaman dan ternak, membuat jadwal pertanaman, pemeliharaan, dan panen, serta mengkordinasikan pegawai tetap dan buruh tani tetap. Gaji untuk manejer sebesar Rp 2 500 000. Untuk membantu pekerjaan manejer ditunjuk juga 2 orang mandor berkualifikasi S0 pertanian dan S0 peternakan/perikanan. Gaji untuk mandor sebesar Rp. 1 000 000.
Gambar 14. Bagan Struktur Organisasi Kebun Produksi
50
Analisis finansial kebun produksi dengan lahan tidak terbatas
Pembuatan analisis finansial kebun produksi dilakukan agar dapat diketahui layak atau tidaknya usaha tani kebun produksi ini jika dijalankan. Analisis usaha tani ini dilakukan dengan asumsi bahwa keseluruhan hasil produksi dari kebun dijual kepada pihak pengelola katering atau ke pasar dengan harga pasaran. Dalam analisis ini suku bunga yang ditetapkan 9%, sedangkan pajak 15%. Berdasarkan arus uang kontan (cash flow) yang terjadi akibat adanya variabel-variabel tersebut, kelayakan kebun terancang dianalisis. Tabel 8. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas No.
Komponen Analisis
I.
Inflows
Tahun Ke0
1
2
3
4
5
1
Pendapatan
0
4610061400
4559789900
4559789900
4559789900
4610061400
2
Kredit
2667680930
0
0
0
0
0
Total inflow
2667680930
4610061400
4559789900
4559789900
4559789900
4610061400
2667680930
0
0
0
0
0
II
III
Outflows
1
Biaya investasi proyek
2
Biaya produksi
0
2667680930
2667680930
2667680930
2667680930
2667680930
3
Angsuran pokok
0
533536186
533536186
533536186
533536186
533536186
4
Pembayaran bunga 9%
0
240091284
192073027
144054770
96036513
48018257
5
Pajak (15%)
0
175312950
174974964
182177702
189380441
204123904
2667680930
3616621350
3568265107
3527449588
3486634070
3453359277
0
993440050
991524793
1032340312
1073155830
1156702123
0 2667680930
993440050
1984964844
3017305155
4090460985
5247163109
1767067520
1717134006
1709931268
1702728529
1738256566
IV
Total outflows (20%)
V VI
Total cash flow Cumulative cash balance
VII
Cash flow untuk perhitungan IRR
Analisis kelayakan finansial rancangan dengan tingkat diskonto 9% melainkan nilai NPV sebesar Rp 1 541 941 231, hal ini berarti bahwa usaha tani di kebun produksi menurut nilai sekarang layak untuk dilaksanakan karena nilainya positif atau NPV>0. Nilai IRR yang diperoleh di kebun produksi adalah 29% yang berarti layak juga untuk dilaksanakan karena berada di atas tingkat bunga yang berlaku. Net B/C yang diperoleh bernilai 1.56, berarti biaya usaha tani untuk setiap Rp 1 akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.56, dapat diartikan pula bahwa manfaat yang diperoleh 1.56 kali biaya yang dikeluarkan sehingga kegiatan usaha tani di kebun produksi tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan atau net B/C>1.
51
Tabel 9. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas Musim 0 1 2 3 4 5
Investasi 2 667 680 930
Biaya tetap Benefit Biaya variabel
Cost
Benefit
Net Benefit
NPV 9%
NPV 29%
0 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400
-2 667 680 930 993 440 050 1 041 796 293 1 082 611 812 1 123 427 330 1 156 702 123
-2 667 680 930 911 412 890 876 859 097 835 974 956 795 864 243 751 777 014
-2 667 680 930 770 108 566 626 041 881 504 317 026 405 682 378 323 797 120
Net Benefit (rata-rata/th) =
1 079 595 522
Total NPV+ Total NPV-
4 171 888 202 2 667 680 930
2 629 946 971 2 667 680 930
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
533 536 186 4 610 061 400 2 449 695 930
NPV (9%) 154 207 272
NPV (29%) -37 733 959
Net B/C (9%) 1.564
Net B/C (29%) 0.986
0 3 616 621 350 3 568 265 107 3 527 449 588 3 486 634 070 3 453 359 277
BEP (20%)= 113 8527 074
Payback periods (th) = 2.5
NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
1541941231 0.29 29
Perolehan NPV>0, IRR>29%, dan net B/C>1 menunjukkan bahwa usaha tani berteknologi konvensional untuk semua komoditi di kebun produksi secara finansial layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 9%.
Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan tidak terbatas Berdasarkan nilai NPV, IRR, dan net B/C yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya, usaha tani di kebun produksi layak untuk dilaksanakan. Sejalan dengan waktu bergulirnya proyek, seringkali proyeksi-proyeksi yang telah dilakukan berubah dalam beberapa hal, seperti berubahnya biaya produksi dan harga produksi. Dalam perancangan ini analisis sensitivitas/kepekaan dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada harga output atau harga input, yakni biaya naik sampai 10% dan harga produk turun sampai 10%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kenaikan biaya dan penurunan harga jual terhadap kelayakan financial proyek.
52
Tabel 10. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas (diskonto 9%) Perubahan NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Biaya Naik 10%
11
1.04
Normal
145 278 080 1541 941 231
29
1.56
Harga Produk turun 10%
-282 176 527
5
0.89
Tabel 10 menunjukkan bahwa jika biaya naik sebesar 10%, NPV (9%), IRR, dan net B/C akan turun menjadi sebesar Rp 145 278 080, 11%, dan 1.04. Usaha tani ini masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV>0, IRR>9%, dan net B/C>1. Namun, jika harga produk turun sebesar 10%, semua indikator menunjukkan nilai negatif. Untuk NPV (9%) yang didapat sebesar Rp -282 176 527, IRR sebesar 5%, dan net B/C sebesar 0.89. Perhitungannya secara terperinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9-11.
Perancangan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas
Perancangan kebun produksi dengan lahan terbatas akan dilakukan di Kebun Percobaan di daerah Dramaga, yaitu Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang. Penentuan lokasi dan tapak unit kebun produksi
Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang menjadi pilihan lokasi perancangan produksi secara khusus. Alasan penentuan Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang adalah sebagai berikut: (1) lokasi masih dalam lingkungan IPB sehingga apabila terwujud dapat dijadikan percontohan karya nyata IPB dalam menyelenggarakan kebun secara modern; (2) pada lokasi tersebut terdapat kemudahan produksi seperti adanya akses untuk sarana air, jalan, transportasi, dan jarak yang dekat dengan asrama mahasiswa TPB-IPB; (3) lokasi dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang mayoritas pekerjaannya adalah petani dan buruh tani sehingga ketersediaan tenaga kerja harian lepas tersedia dengan baik; (4) masih tersedianya lahan untuk perluasan kebun di kemudian hari yang berupa lahan masyarakat. Berikut ini disertakan profil kedua kebun tersebut.
53
Lokasi dan Batas–Batas Kebun Kebun Percobaan IPB yang terletak di daerah Babakan Sawah Baru dan Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, berstatus guna pakai dan di bawah pengelolaan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kebun Produksi Babakan Sawah Baru memiliki luas lahan keseluruhan ±7 hektar. Batas-batas kebun di sebelah timur, barat, dan utara adalah perkampungan Desa Babakan, sedangkan di sebelah selatan dibatasi dengan Jalan Raya Darmaga. Kebun Produksi Cikarawang memiliki luas lahan sekitar ±14 hektar dengan batas-batas kebun sebagai berikut: di sebelah timur berbatasan dengan Desa Situ Gede, di selatan Sungai Ciapus, di utara Sungai Cisadane, dan di sebelah barat pertemuan antara kedua sungai tersebut. Tanah dan Topografi Jenis tanah yang terdapat pada daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, tergolong ke dalam jenis Latosol Darmaga. Secara taksonomi tanah, Yogaswara (1977) mengklasifikasikan Latosol Darmaga sebagai Oxic Dystropept. Ciri-ciri utama tanah ini adalah mempunyai sifat fisik baik, yaitu bobot isi sedang, permeabilitas lambat hingga sedang, struktur tanah remah hingga bergumpal, dan konsistensi gembur. Latosol Darmaga tersebar pada fisiografi kipas aluvial Bogor Bagian Barat, berbahan induk batuan vulkanik kuarter yang berasal dari hasil erupsi Gunung Salak. Bahan induk ini bersusun andesit dengan fraksi berat berasosiasi augit. Mineral-mineral liat tanah ini terdiri dari kaolinit (sekitar 82-100%), metahaolisit (10-12%), serta kristobalit dan gibsit (kurang dari 5%). Latosol Darmaga mempunyai kandungan bahan organik sangat rendah (4.30-6.97), kejenuhan basa (KB) kurang dari 50% dengan tingkat kemasaman dari masam hingga agak masam (pH 4.5-5.9), dan memiliki KTK kurang dari 25 me/100 g, serta kadar liatnya sekitar 40-70% (berdasarkan analisis Laboratorium Departemen Tanah).
54
Iklim Kebun Produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Darmaga, terletak pada ketinggian 190 m dpl. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, tahun 2004, daerah Darmaga memiliki curah hujan rata-rata 352 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April (640 mm) dan terendah pada bulan Agustus (166 mm), tetapi secara keseluruhan curah hujan terjadi secara merata sepanjang tahun (Gambar 5). Menurut sistem Oldeman (1975), keadaan tersebut termasuk ke dalam Iklim Tipe A karena memiliki bulan basah lebih besar dari 9 bulan dan tanpa bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih besar dari 200 mm setiap bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 100 mm setiap bulannya.
Sumber: Stasiun Klimatologi kelas I, Darmaga, Bogor (2005)
Gambar 15. Data Curah Hujan Darmaga, Bogor, Tahun 2004
Aksesibilitas Aksesibilitas untuk mencapai kedua lokasi kebun produksi dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Jalan ini ditunjang dengan sudah tersedianya fasilitas jalan raya dengan lebar 5 m dan kondisi jalan telah beraspal. Hal ini memungkinkan sirkulasi arus barang dan hasil produksi semakin mudah. Penetapan produk (komoditi) yang akan dihasilkan
Untuk kasus Kebun Produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Darmaga, komoditi yang dirancang adalah padi (beras), kedelai, buncis, tomat, jagung manis, pepaya, kangkung, dan cabai, sesuai dengan agroklimatnya,
55
sedangkan hewan yang ada dalam perancangan meliputi ayam pedaging dan ikan air tawar (ikan mas). Perancangan ruang (zonasi) dan tata letak
Rencana Ruang (Zonasi) dan Tata Letak Komoditi Rencana zonasi ruang dibagi berdasarkan riwayat penggunaan lahan. Kebun produksi yang digunakan dibedakan pada dua lokasi, yakni Kebun Cikarawang dan Kebun Sawah Baru. Pada Kebun Sawah Baru, komoditi yang akan dirancang adalah padi, kedelai, dan jagung manis dengan sistem rotasi. Penetapan zonasi pada Kebun Percobaan Sawah Baru ditetapkan di Blok A (lihat Gambar Lampiran 1). Penentuan zona tanaman pada Kebun Percobaan Cikarawang dibagi menjadi empat zona (wing) berdasarkan arah mata angin dengan Situ Gunung sebagai pusatnya. Area bagian utara (Wing Utara) Situ Gunung akan ditanami pepaya; area bagian timur (Wing Timur) akan ditanami dengan jagung manis, dan kedelai, dan dibuatkan lubang pengomposan; bagian selatan (Wing Selatan) akan ditanami tomat, cabai, buncis, dan kangkung, dibuatkan kolam ikan mas, dan telah terbangun kandang ayam. Bagian barat tidak akan digunakan mengingat Kebun Percobaan Cikarawang awalnya berfungsi sebagai salah satu laboratorium lapang IPB (lihat Gambar Lampiran 2). Berikut disjikan inventaris atau fasilitas yang tersedia di Kebun Percobaan Sawah Baru dan Cikarawang 1. Lahan Produksi (Sawah Baru dan Cikarawang) Lahan produksi yang dapat digunakan seluas 7.5 ha, terdiri dari kebun Cikarawang 4.5 ha dan Sawah Baru seluas 3 ha. Komoditi yang dirancang adalah padi (beras), kedelai, buncis, tomat, jagung manis, pepaya, kangkung, dan cabai, sedangkan hewan yang ada dalam perancangan meliputi ayam pedaging dan ikan air tawar (ikan mas).
56
Gambar 16. Lahan Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang
2. Saluran Air (Sawah Baru dan Cikarawang) Saluran air yang berupa saluran irigasi setengah teknis telah tersedia dengan baik dan mampu mengairi lahan sepanjang tahun. Saluran irigasi ini dikelola oleh seorang ulu-ulu. Menurut petani sekitar, irigasi ini tidak pernah mengalami kekeringan karena mendapatkan pasokan air dari beberapa sungai yang ada di Bogor.
Gambar 17. Saluran Air Irigasi
3. Bangunan Pertanian dan Kantor Jaga (Sawah Baru dan Cikarawang) Bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian dan hasil panen berada di Kebun Sawah Baru dan Cikarawang. Di lokasi ini juga telah tersedia kantor dan lantai jemur yang berfungsi untuk menjemur dan mengeringkan hasil panen, terutama padi.
Gambar 18. Lantai Jemur dan Kantor Jaga
4. Kolam Ikan (Cikarawang) Kolam ikan yang dibuat saat ini dikhususkan untuk budi daya ikan mas saja. Namun, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan dibudidayakan jenis ikan lainnya. Kolam ikan yang akan dibuat seluas 10 m2 bertempat di Kebun Cikarawang. 5. Kandang Ayam (Cikarawang)
57
Kandang ayam ras pedaging telah dibangun di Cikarawang dengan luas masing-masing 480 m2 dengan ukuran 12 x 40 m2. Saat ini tedapat dua buah kandang ayam di Kebun Cikarawang yang dikelola oleh Bapak Hartono dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Untuk kebutuhan kebun produksi ini, jumlah kandang yang diperlukan satu unit. Tidak tertutup kemungkinan membuat kandang baru untuk memasok telur dan daging khusus ke asrama.
Gambar 19. Kandang Ayam
6. Tempat Pengomposan (Cikarawang) Tempat pengomposan merupakan wadah untuk membuat pupuk organik berupa kompos yang dihasilkan dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, sisa tanaman, cacing, dan bakteri. Tempatnya berupa lubang berukuran 2 x 2 m2 dengan kedalaman 1 m. Lokasi pengomposan ini akan dibuat di Cikarawang. Penetapan pola tanam tanaman dan ternak
Luas lahan Kebun Sawah Baru yang terpakai dalam rancangan ini adalah 3 hektar. Pola tanam yang akan dilakukan pada Sawah Baru adalah rotasi padi sawah-kedelai-jagung manis per empat bulanan. Luas lahan Kebun Cikarawang yang terpakai dalam rancangan ini 4.5 ha. Pola tanamnya jagung manis dan kedelai (Wing Utara masing-masing 1 ha), tomat, buncis, kangkung, cabai (Wing Selatan 0.5 ha), dan pepaya (Wing Utara 0.5 ha). Sedangkan untuk Ikan mas dan ayam potong diusahakan, secara berurutan, tiga dan enam kali dalam satu tahun. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, daerah Darmaga, Bogor, sesuai untuk pengusahaan tanaman semusim secara berturut-turut selama setahun penuh.
58
Pola tanam yang ditetapkan dalam rancangan berdasarkan pola curah hujan daerah Darmaga.
Sawah Baru Padi Sawah 1 ha Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
A1
A2 A3
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha Padi Sawah 1 ha
Jagung 1 ha Padi Sawah 1 ha Kedelai 1 ha
Cikarawang WS 1 WS 2 WS 3
Nama Blok dan Jenis Komoditi
WS 4
Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha
Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha
Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha
Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha
Jagung 1 ha Kedelai 1 ha
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
Jagung 1 ha Kedelai 1 ha
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
WT 1 WT 2
WU
Pepaya (0,5 ha) Ayam siklus 1 Ayam siklus 2 Ayam siklus 3 Ayam siklus 4 Ayam siklus 5 Ayam siklus 6
Ikan mas (10 m2)
WS
Ikan mas (10 m2)
404
327
432
640
1
2
3
4
374 169 209 166 392 Curah Hujan Bulanan (mm) 5 6 7 8 9 Bulan
Ikan mas (10 m2)
277
401
432
10
11
12
Gambar 20. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak di Kebun Cikarawang dan Sawah Baru
59
Perancangan tugas pekerjaan
Pada Kebun Sawah Baru dan Cikarawang diskenariokan akan dijalankan oleh empat orang pegawai tetap berlatar pendidikan minimal lulusan SLTP dengan memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bertani dan satu orang manajer berkualifikasi S1. Pegawai tetap berjumlah empat orang dengan perincian satu orang ditempatkan di Kebun Sawah Baru dan tiga orang ditempatkan di Cikarawang. Pembayaran gaji dilakukan setiap bulan sejumlah Rp 700 000. Jika memungkinkan pegawai tetap diambil dari pegawai penjaga kebun percobaan.
Tugas pekerjaan pegawai tetap adalah memelihara dan menjaga tanaman dan ternak mulai dari awal penanaman hingga masa panen, serta mengoordinasikan pegawai tetap dan buruh tani tetap. Pekerjaan budi daya lainnya selama musim tanam dilakukan oleh BTL di bawah pengawasan pegawai tetap. BTL dapat diambil dari penduduk sekitar kebun yang mayoritas adalah petani penggarap. Pembayaran upah BTL berdasarkan hari kerja yang mereka dapat. Upah tenaga kerja harian yang diberikan kepada mereka adalah Rp 20 000 untuk tenaga kerja laki‐laki dan Rp 15 000 untuk tenaga kerja perempuan. Tugas seorang manajer yang mengendalikan segala proses di dalam kebun. Seorang manajer harus bertanggung jawab kepada Kepala University Farm. Tugas dari manajer kebun menyiapkan sarana produksi tanaman dan ternak, membuat jadwal pertanaman, memelihara, dan memanen kebun. Gaji untuk manajer sebesar Rp 2 500 000 per bulan. Sekilas Kondisi Umum Petani Responden Jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Survei petani ini dilakukan terhadap petani yang berada di sekitar kampus IPB Darmaga, dengan cakupan wilayah Cikarawang, Situ Gede, Ciherang, dan Cibanteng. Petani responden berusia 35-77 tahun dengan anggota keluarga sebanyak 3-10 orang. Pendidikan mereka berkisar dari lulusan SD sampai lulusan perguruan tinggi, 17 orang di antaranya lulusan SD, 3 orang lulusan SLTP, dan sebanyak 10 orang lulusan SLTA dan universitas. Keseluruhan responden tidak ada yang pernah mengikuti kursus petanian.
60
Mereka bertani di antaranya ada yang sejak kecil, sejak berusia 7 tahun, mulanya dengan ikut membantu orang tua. Pengalaman bertani responden terbanyak di atas 20 tahun, dengan pengalaman terlama 70 tahun. Kebanyakan petani masih merasa perlu meningkatkan pengetahuannya dalam bercocok tanam tanaman pangan, khususnya dalam aspek pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pengenalan varietas baru. Lahan pertanian secara umum berstatus hak milik, sewa, atau paro, dengan luas garapan 0.05-2.5 ha, rata-rata 0.5 ha. Lokasi lahan pertanian mereka dekat dari jalan raya, berjarak sekitar 500 meter dari jalan. Kebanyakan lahan pertanian mereka telah dapat dialiri air dari saluran irigasi setengah teknis. Oleh karena itu, pola tanamnya berupa padi-padi-palawija, padi-palawija-palawija, atau palawijapalawija-palawija. Palawija yang sering ditanam petani adalah ubi jalar, jagung, kacang tanah, ataupun bengkoang. Menurut mereka pemilihan jenis palawija tersebut diakibatkan karena dapat menghasilkan uang yang lebih banyak dan pemeliharaannya yang relatif mudah. Umumnya petani tidak melakukan pemberaan lahan karena untuk mengejar potensi produksinya terutama yang status lahannya sewa atau paro. Pupuk dan pestisida pada umumnya tersedia di lokasi dan petani pada umumnya mampu membelinya. Petani umumnya tidak memperoleh kredit dari bank ataupun KUD, mereka mendapatkannya dari tengkulak. Oleh karena itu, petani pada umumnya tidak mengikuti teknologi produksi yang disarankan oleh Dinas Pertanian setempat. Strategi produksi dan kapasitas produksi tanaman
Pemenuhan pangan asrama yang dirancang menggunakan sistem rotasi tanaman setiap habis satu daur tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memutus siklus hama dan penyakit pada lahan produksi. Strategi produksi menjadi dua berdasarkan lokasi, yakni Kebun Sawah Baru dan Kebun Cikarawang. Perbedaan waktu rotasi tanaman antara di Kebun Sawah Baru (4 bulan) dan Cikarawang (3 bulan) dimaksudkan untuk pembagian waktu bagi pegawai/pekerja kebun dan juga untuk menjaga keberlangsungan pasokan hasil kebun. Kebun Sawah Baru
61
Di Kebun Sawah Baru akan diusahakan komoditi padi sawah, kedelai, dan jagung manis. Luas lahan Kebun Sawah Baru yang akan dimanfaatkan untuk komoditi ini hanya 3 hektar. Asumsi teknis yang digunakan adalah (1) potensi produksi sebesar 4.5 ton beras/ha/daur; (2) daur penanaman selama 4 bulan atau 120 hari. Penanaman padi akan dilakukan secara serempak untuk luas 1 ha selama 1 tahun penuh sehingga diharapkan akan menghasilkan 13.5 ton beras/th. Seharusnya lahan yang diusahakan untuk penanaman padi sawah ini adalah 49.13 hektar per daurnya. Komoditi kedelai menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 1.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ditanam sebanyak 3 kali per tahun. Penanaman kedelai memanfaatkan lahan seluas 1 ha sehingga diharapkan akan menghasilkan 4.5 ton kedelai/th. Komoditi jagung manis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 3 kali per tahun sehingga diharapkan akan menghasilkan 15 ton jagung/th. Kebun Cikarawang Lahan kering yang digunakan adalah Kebun Cikarawang. Luas lahan kering keseluruhan yang dapat dijadikan kebun produksi hanya seluas 4.5 hektar. Komoditi yang akan diusahakan di lahan kering adalah kedelai 1 ha, jagung manis 1 ha, buncis 0.5 ha, tomat 0.5 ha, cabai 0.5 ha, kangkung 0.5 ha, dan pepaya seluas 0.5 ha. Komoditi kedelai menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 1.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun. Penanaman kedelai memanfaatkan lahan kering seluas 1 ha sehingga diharapkan akan menghasilkan 6 ton kedelai/th. Komoditi jagung manis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga diharapkan akan menghasilkan 20 ton jagung/th.
62
Komoditi buncis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga kapasitas produksi buncis seluas 0.5 hektar hanya 10 ton per tahunnya. Komoditi kangkung menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman sama dengan bayam. Kangkung ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga kapasitas produksi kangkung seluas 0.5 ha adalah 30 ton per tahunnya. Komoditi tomat menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 2 kali per tahun sehingga kapasitas produksi tomat seluas 0.5 hektar adalah 10 ton per tahunnya. Untuk komoditi pepaya ditanam pada petak yang terpisah dengan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 141 ton/ha/daur, dengan daur selama 4 tahun. Perincianya pada tahun pertama dihasilkan 6 ton, tahun ke-2 sampai ke-4 sebesar 20 ton. Kebun hasil rancangan diskenariokan akan memasok sebagian kebutuhan akan bahan pangan ke pengelola katering asrama. Kekurangan bahan baku akan dibeli dari pasar, demikian juga untuk jenis bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan oleh kebun hasil rancangan. Selain itu, kelebihan produksi, jika ada, akan dijual ke pasar. Tabel 11. Kontribusi Rancangan Komoditi di Kebun Sawah Baru dan Cikarawang Terhadap Penyediaan Bahan Baku Kontribusi Keperluan Luas Terhadap Komoditi Luas Lahan Rancangan Keperluan (ha) (ha) (%) Padi
49.43
1
2.03
Jagung
8.1
2
10.58
Kedelai
27
2
3.17
Tomat
5.40
0.5
9.25
Buncis
4.05
0.5
17.36
63
Kangkung
1.8
0.5
20.83
Cabai
0.27
0.5
1 388.88
Ayam
0.11
0.048
44.86
Ikan Mas
0.21
0.001
0.48
Analisis finansial kebun produksi dengan lahan terbatas
Pada Tabel 12 disajikan arus uang kontan (cash flow) Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang seluas 8 ha. Tabel 12. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Lahan Terbatas No.
Komponen Analisis
Tahun ke0
I.
1
2
3
4
5
Inflows 1
Pendapatan
0
651323600
659430600
659430600
659430600
651323600
2
Kredit
373170990
0
0
0
0
0
II
Total inflow
373170990
651323600
659430600
659430600
659430600
651323600
III
Outflows
IV
1
Biaya Investasi Proyek
373170990
0
0
0
0
0
2
Biaya Produksi
0
373170990
373170990
373170990
373170990
373170990
3
Angsuran pokok
0
74634198
74634198
74634198
74634198
74634198
4
Pembayaran bunga 9%
0
33585389
26868311
20151233
13434156
6717078
5
Pajak (15%)
0
25489953
27713565
28721127
29728688
29520200
373170990
506880531
502387064
496677548
490968032
484042466
0
144443069
157043536
162753052
168462568
167281134
0 373170990
144443069
301486605
464239657
632702225
799983359
252662657
258546045
257538483
256530922
248632410
Total outflows (20%)
V
Total cash flow
VI
Cumulative Cash balance Cash flow untuk perhitungan IRR
VII
Tabel 13 menjelaskan bahwa analisis kelayakan finansial rancangan dengan tingkat diskonto 9% menghasilkan nilai NPV Rp 228 783 351, yang berarti bahwa usaha tani yang dilakukan di kebun produksi menurut nilai sekarang layak untuk dilaksanakan karena nilainya positif atau NPV>0. Nilai IRR yang diperoleh di kebun produksi adalah 30%, yang berarti layak juga untuk dilaksanakan karena berada di atas tingkat bunga yang berlaku. Net B/C yang diperoleh bernilai 1.60, berarti biaya usaha tani untuk setiap Rp 1 akan
64
memberikan keuntungan sebesar Rp 1.56, yang dapat diartikan pula bahwa manfaat yang diperoleh 1.56 kali biaya yang dikeluarkan sehingga kegiatan usaha tani di kebun produksi tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan atau net B/C>1. Perolehan NPV>0, IRR>20%, dan net B/C>1 menunjukkan bahwa usaha tani dengan sistem konvensional untuk semua komoditi di kebun produksi secara finansial layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 9%. Tabel 13. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun dengan Lahan Terbatas Musim
Investasi
Cost
Benefit
Net Benefit
NPV
NPV
9% 0
373 170 990
30%
0
0
-373 170 990
-373 170 990
-373 170 990
1
506 880 531
651 323 600
144 443 069
1325 16 577
11 110 053
2
502 387 064
651 323 600
148 936 536
125 356 902
88 128 128
3
496 677 548
651 323 600
154 646 052
119 415 126
70 389 646
4
490 968 032
651 323 600
160 355 568
113 599 927
56 144 942
5
484 042 466
651 323 600
167 281 134
108 721 259
4 505 673
Total NPV+
599 609 793
370 826 441
Total NPV-
373 170 990
373 170 990
Net Benefit (rata-rata/th) =
155 132 472
Biaya tetap
(bunga=9%)
74 634 198
Benefit
(rata-rata/th)
651 323 600
Biaya variabel
(rata-rata/th)
312 085 990
NPV (9%) =
NPV (30%) =
226 438 803 Net B/C (9%) =
BEP (20%)=
-2 344 549 Net B/C (30%) =
1.607
0.994
14 3294 886 NPV"-(NPV') =
228 783 351
Payback
IRR =
0.30
periods (th) =
IRR =
30
2.4
Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan terbatas Berdasarkan nilai NPV, IRR, dan net B/C yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya, usaha tani di kebun produksi layak untuk dilaksanakan. Sejalan dengan waktu bergulirnya proyek, seringkali proyeksi-proyeksi yang telah dilakukan berubah dalam beberapa hal, biaya produksi dan harga produk. Dalam perancangan ini analisis sensitivitas dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada harga output atau harga input, yakni biaya naik sampai
65
10% dan harga produk turun sampai 10%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kenaikan biaya dan penurunan harga jual terhadap kelayakan proyek dapat berjalan. Tabel 14. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun dengan Lahan Terbatas (Diskonto 9%) Perubahan NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Biaya naik 10% Normal Harga produk turun 10%
40 450 765.3 228 783 351
12
1.08
30
1.60
-19 598 174.78
5
0.92
Tabel 14, menunjukkan jika biaya naik sebesar 10%, NPV (9%), IRR, dan net B/C akan turun menjadi sebesar Rp 40 450 765.3, 12%, dan 1.08 Usaha tani ini masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV>0, IRR>9%, dan net B/C>1. Namun, jika harga produk turun sebesar 10% semua indikator menunjukkan nilai negatif. Untuk NPV (9%) yang didapat sebesar Rp -19 598 174.78, IRR sebesar 5%, dan net B/C sebesar 0.92. (Perhitungan terperinci lihat Tabel Lampiran 1921).
66
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Mahasiswa Asrama TPB-IPB tergolong ke dalam kategori remaja aktif. Rata-rata asupan kalori yang mereka dapat 2 572 kkal. Lebih dari setengah mahasiswa (67%) asrama TPB-IPB tergolong berstatus gizi normal. Perancangan kebun produksi untuk pemenuhan status gizi sehat berteknologi konvensional mencakupi komoditi padi sawah, kedelai, jagung manis, tomat, kangkung, kentang, seledri, kol, bawang daun, buncis, cabai, pepaya, ayam ras pedaging, dan ikan mas. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi IPB layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar Rp 1 541 941 231 (NPV>0), IRR 29% sebesar (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1,56 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%. Rancangan pada Kebun Percobaan Cikarawang dan Kebun Percobaan Sawah Baru IPB untuk komoditi yang ditetapkan dan dapat diusahakan di kebun produksi tersebut terdiri dari padi sawah, kedelai, jagung manis, tomat, kangkung, bayam, buncis, cabai, pepaya, ayam ras pedaging, dan ikan mas. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi IPB seluas 7.5 hektar layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar Rp 228 783 351 (NPV>0), IRR 30% sebesar (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1.60 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%.
Saran Sudah saatnya IPB membuat sebuah kebun produksi yang dikelola secara
moderen. IPB selaku institusi di bidang pertanian diharapkan dapat menjalankan model perancangan kebun produksi ini dengan berbagai penyesuaian. Manfaat yang akan didapat adalah termanfaatkannya Kebun Percobaan IPB secara optimal, dapat terpenuhinya kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB secara mandiri, dan terjaganya kesehatan mahasiswa selama di asrama.
67
Kebun produksi IPB ini ditargetkan akan dapat menjadi sarana pembelajaran mahasiswa IPB dan dari luar IPB dalam hal budi daya tanaman dan manajemen kebun produksi secara optimal. Kebun ini juga dapat menjadi sarana pelatihan dan rekreasi bagi tamu yang berkunjung ke IPB sehubungan dengan adanya kegiatatn agroedutourism.
68
DAFTAR PUSTAKA Anirum, G.G. 1998. Bioviabilitas Zat gizi secara in vitri pasa Menu Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Chozin, M. A. 2007. Mengawal Otonomi Menuju Perguruan Tinggi Pertanian Berbasis Riset. IPB Press. Bogor Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Hal 103-165. Dalam Padi (buku 1). Balai Penelitian Tanaman Pertanian. Bogor. Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Enoch, T.S. Hidayat, B. Budiman dan S. Latinulu. 1979. Pengetahuan Tentang Konsumsi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. FAO. 1985. Energy and Protein Requirements: Report FAO/WHO/UNU Expert Consultation. WHO, Geneva. Fresco, L.O. 2003. Fertilizer and gstudies.html. 18 Februari 2005.
of
A
Joint
future. http:/ /www.fao.org./es/ESD/
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian (terjemahan), edisi kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Golden, B.E. 2000. Infancy, childhood and adolescence. Edited by J.s. Garrow, W.P.T. James, A. Ralph. Human Nutrition & dietetics. 10 th. Edition. Hartourt Publishers. Edinburgh. London. Gowen, P.M. and K.B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan (Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi) 2 nd edition. Gajah Mada Univercity Press. http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm 21 Maret 2005. http://www.melroseflowers.com/mkic/resep/sayur/oseng_oseng_kangkung.html, 20 Desember 2005.
69
http://omorganics.org/page. php?pageid=78&contentid=62. 21 Maret 2005. http://student. ipb.ac.id/asrama/asrama3.htm. 15 Februari 2005. http://www.plh-smk.or.id/kuri_pert.html. 18 Februari 2005. Hardinsyah dan Dodik Briawan. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta, IPB. Bogor. _________ dan D. Martianto .1992. Gizi Terapan. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harsokusoemo, H.D. 2000. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Bandung. Husaini, M.A. 1989. Kecukupan konsumsi besi: wanita lebih membutuhkan lebih banyak. Buletin Gizi, 1 (13): 25-31. Intisari. 2004. Menu sehat. 02/th1/Oktober. PT Intisari Mediatama. Istianasari. 2004. Analisis Keragaan Sosial Ekonomi, Status Gizi dan Keluhan Kesehatan Mahasiswa TPB yang Berobat ke Poliklinik IPB. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. BPK. PAU Pangan Gizi IPB. Bogor. LIPI. 1984. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Buku III: Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Pangan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Lubis, A.U. 1994. Perencanaan, Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Martianti, D. 2000. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajanan Pada Mahasiswa IPB di Wilayah Dramaga, Bogor. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mugnisjah, W.Q. 1999. Manajemen Produksi Tanaman. Diktat Kuliah. Jurusan Budi Daya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Nurzaini, H. 1997. Analisis kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Majalah Kultum V & VI (16 &17):119-136.
70
O’Dea, J.A. 1996. A healthy weight range chart for adolencent self assessment. Journal of Neutrition Education, 28 (5): 293-294. Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatic Map of Java and Madura. Central Research Institute of Agriculture, Bogor-Indonesia. Paramita, L. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan dan Status Gizi Pragawati. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 1999. Penuntun Diit, Buku Pertama, Edisi Kedua. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Reganold, J.P. 1992. Effects of alternative and conventional farming systems on agricultural sustainability. htttp://www.fftc.agnet.org./library/article /bc44001.html. 18 Februari 2005. Riyadi, H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penelitian Status Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Sarwono, S.W. 1993. Remaja, Seks dan Disiplin dalam Menyorot dan Memahami Masalah Remaja. Pustaka Antara. Jakarta. Sediaoetama, A.D. 1991. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta. Sudaryanto, T., Erwidodo, A., Purwoto. 1994. Pola konsumsi beras, jagung, dan kedelai serta implikasi terhadap proyeksi permintaan. Dalam Ekonomi Kedelai di Indonesia. 1996. IPB Press, Bogor. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. _______. dan Kusharto. 1988. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. _______. 1998. Kosep dan Kebijakan Diversifikasi Konsumsi Pangan dalam Rangka Ketahanan Pangan. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, hal 693-714. LIPI. Jakarta. Tarwodjo, A. 1978 Masalah Gizi Dewasa Ini di Indonesia. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi hal 14-18. LIPI. Jakarta. Tarwodjo, Ig dan Soekirman. 1987. Status gizi anak. Gizi Indonesia, 12(1): 06-14. Jakarta. Wirakusumah, E.S. 1997. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
71
Yogaswara, A.S. 1977. Seri-Seri Tanah dari Tujuh Tempat di Jawa Barat. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
72
LAMPIRAN
73
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sebagaimana manusia pada umumnya, mahasiswa memerlukan makanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia mengosumsi pangan untuk kelangsungan hidupnya. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan,
dan
atau
pembuatan
makanan
atau
minuman
(http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm, 21 Maret 2005 ). Makan atau mengosumsi pangan dalam jumlah yang cukup dan teratur penting untuk kesehatan (pencegahan penyakit), kecerdasan, dan kemampuan fisik tubuh. Kekurangan ataupun kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Suatu susunan konsumsi pangan atau makanan dikatakan cukup bagi seseorang apabila jumlah masing-masing zat gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi tersebut memenuhi kebutuhan atau kecukupan tubuh akan beragam zat gizi (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia (http://www.deptan.go.id /HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm, 21 Maret 2005 ). Mulai tahun ajaran 2002-2003 IPB menyediakan asrama untuk mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Tujuan pendirian asrama ini adalah sebagai suatu wadah pembinaan mahasiswa yang bersifat akademis dan multibudaya. Pendirian asrama juga bertujuan membantu mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan lingkungan kampus IPB (http://student.ipb.ac.id/asrama/asrama3.htm, 15 Februari 2005). Namun, menurut Istianasari (2004), sebesar 92% responden mahasiswa TPB-IPB pernah mengalami satu jenis keluhan kesehatan selama setahun di IPB. Keluhan mereka, antara lain, adalah lemah/letih/lesu, pusing, gangguan nafsu makan, dan mual.
74
Asrama TPB-IPB yang dapat menampung 3 000 mahasiswa memerlukan penyediaan pangan dan gizi untuk penghuninya. Penyediaan bahan pangan dapat berupa penyediaan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan. Penyediaan pangan yang cukup dan gizi yang baik dapat menjadikan mahasiswa sehat sehingga dapat mendukung kegiatan mahasiswa sehari-hari. Salah satu cara penyediaan bahan makanan adalah dengan membuat kebun produksi. Salah satu keuntungan dari penyediaan pangan secara mandiri adalah terjaminnya status gizi bahan pangan yang dihasilkan. Keuntungan yang lain adalah dengan semakin tingginya harga komoditi bahan pangan, penyediaan bahan pangan merupakan kegiatan yang berprospek bagus. Namun, untuk mendapatkan proses produksi yang tepat dan cermat serta menguntungkan, sebuah kebun produksi memerlukan perencanaan dan perancangan yang matang sebelum kebun produksi itu berjalan. IPB sebagai center of excellence dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pertanian sebagai kompetensi utamanya hendaknya memiliki kebun produksi yang dikelola secara profesional sebagai perwujudan dari tujuan IPB. Pengelolaan kebun produksi itu nantinya dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan pengawasan atau bimbingan dosen-dosen terkait. Pengelolaan kebun oleh mahasiswa dapat merangsang mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mereka pada pertanian di samping mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di bangku kuliah. Perancangan kebun produksi untuk pemenuhan kebutuhan gizi mahasiswa asrama TPB-IPB dapat dilakukan di beberapa unit kebun UPT Kebun Percobaan yang dimiliki IPB sebagai pemberdayaan aset yang dimiliki oleh IPB. Menurut Chozin (2007), kegiatan produksi komersial secara kontinyu dapat digunakan sebagai usaha penggalangan dana (auxiliary enterprise) dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Tujuan Penelitian
Kegiatan yang diusulkan ini bertujuan (1) membuat suatu perancangan kebun produksi pada UPT Kebun Percobaan IPB untuk memenuhi status gizi sehat mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) membuat perhitungan kelayakan finansial
75
berupa spread sheet berbasis Microsoft Excel dalam bentuk CD untuk perancangan kebun berteknologi konvensional, dan (3) memberikan sumbangan pemikiran untuk pemanfaatan UPT Kebun Percobaan IPB sebagai pemberdayaan aset yang dimiliki oleh IPB.
76
TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi
Menurut Tarwodjo dan Soekirman (1987), status gizi pada dasarnya merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaan oleh tubuh, sedangkan menurut Riyadi (1995) status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Untuk mendapatkan suatu status gizi diperlukan suatu sistem yang saling terkait, yaitu sistem pangan dan gizi yang mempunyai empat komponen: (1) penyediaan pangan, (2) distribusi pangan, (3) konsumsi makanan, dan (4) penggunaan makanan. Tujuan dari sistem pangan dan gizi adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal. Penyediaan pangan yang cukup secara kualitas dan kuantitas serta tindakan pascapanen yang baik merupakan awal dari terciptanya status gizi yang baik atau optimal. Proses produksi berupa penyediaan makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan harus dilakukan secara tepat dan cermat guna mendapatkan bahan pangan yang baik. Tindakan pascapanen bertujuan untuk menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan sampai pada saat penjualan (Almatsier, 2002). Bahan pangan yang baik untuk dikonsumsi harus memiliki nilai gizi yang seimbang, yaitu terdiri dari tiga unsur pokok, berupa zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang diperlukan oleh tubuh. Unsur-unsur pokok tersebut terkandung dalam beras, sayur-mayur, daging, ikan, dan buah-buahan (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Konsumsi pangan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut akan menentukan status gizi seseorang, apakah termasuk ke dalam status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, atau gizi berlebih. Jika konsumsi pangan rendah, keadaan gizi seseorang juga rendah. Hal ini terjadi karena dalam mengkonsumsi pangan juga berarti mengkonsumsi zat gizi (Suhardjo, 1989). Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, bobot dan tinggi badan, sifat genetika, dan iklim (Nurzaini, 1997). Suatu susunan hidangan
77
makan akan mempunyai nilai atau kandungan zat gizi sesuai dengan bahan-bahan makanan penyusunnya (Suharjo dan Kusharto, 1988). Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi
makanan.
Kekurangan zat gizi, khususnya energi protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar, dalam jangka waktu tertentu menyebabkan bobot badan menurun yang disertai dengan menurunnya kemampuan (produktivitas) kerja. Kekurangan pada tahap lanjut mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi buruk. Jika tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, seseorang akhirnya akan mudah terserang penyakit dan selanjutnya akan mengakibatkan kematian. Menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo (1999), penyediaan pangan untuk pasien rumah sakit berbeda untuk setiap penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Menurut Widiakarya Nasional Pangan dan Gizi pada tahun 1978 (LIPI, 1984), kebutuhan energi pria dan wanita yang berumur 16-19 tahun adalah masing-masing 2 500 dan 2 000 kkal energi.
Perencanaan dan Perancangan Produksi
Menurut Assauri (1993), tujuan perencanaan produksi adalah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produksi adalah masalah dari luar dan dalam perusahaan, sifat produksi, jenis dan barang yang diproduksi, dan sifat barang yang diproduksi, apakah merupakan barang baru atau barang lama. Perencanaan merupakan dasar dari proses manajemen dan dilakukan lebih dahulu dalam setiap usaha. Perencanaan dapat pula dikatakan sebagai pemilihan objek, kebijakan, program, dan prosedur untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu dengan menggunakan data, fakta, asumsi, dan ramalan (forecasting) terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi rencana tersebut. Tanpa perencanaan, tujuan yang akan dicapai mungkin tidak dapat diperoleh atau dapat
78
menjadi lebih lama, lebih panjang prosedurnya, tidak efektif dan efisien, dan lebih mahal (Lubis, 1994). Untuk mendapatkan proses produksi yang tepat dan cermat, sebuah kebun produksi memerlukan perancangan yang matang sebelum kebun produksi itu berjalan. Tujuan perancangan kebun produksi adalah untuk menghasilkan produk tertentu dalam jumlah, mutu, waktu, tempat, dan harga yang tepat. Perancangan meliputi penyiapan sistem produksi tanaman agar dapat diseleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan, dan bagaimana desainnya sehingga spesifikasinya dapat ditetapkan pula. Penyusunan rencana produksi mencakup kegiatan penetapan target produksi, penjadwalan kerja/proses (scheduling), penetapan urutan pekerjaan (routing), penyampaian perintah (dispatching), dan pengecekan kelancaran produksi (follow-up) (Mugnisjah, 1999). Menurut Harsokusoemo (2000), perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Perancangan dan pembuatan produk teknik merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang ada. Proses perancangan akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan dan waktu penyelesaian perancangan. Proses perancangan produk teknik berlangsung melalui kegiatan-kegiatan yang berurutan, yaitu (1) fase analisis masalah, penyusunan spesifikasi, dan perencanaan proyek, (2) fase perancangan konsep produk, (3) fase perancangan produk, (4) fase evaluasi produk hasil rancangan, dan (5) fase penyusunan dokumen untuk pembuatan produk.
Pertanian Konvensional
Sistem pertanian tradisional, meskipun ramah lingkungan, tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam daripada laju pertambahan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang kemudian menggeser sistem
tradisional
menjadi
sistem
pertanian
konvensional.
Sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian (http://www.plhsmk.or.id/kuri_pert.html, 18 Februari 2005). Meningkatnya kebutuhan pangan
79
yang seiring laju pertambahan penduduk menuntut peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida. Menurut Fresco (2003), populasi dunia akan mencapai 8 milyar pada tahun 2030, yang akan mengakibatkan peningkatan bahan pangan sekitar 60%. Ciri-ciri dari pertanian konvensional adalah benih berasal dari rekayasa genetik, penanaman seringkali monokultur, rotasi tanaman dilakukan secara total, penggunaan pupuk dan pestisida kimia lebih dominan, dan juga penggunaan antibodi pada ternak (http://www.omorganics.org/page.php?pageid=78, 21 Maret 2005). Salah satu alasan banyaknya petani yang memilih pertanian konvensional adalah pengembalian bersih (net returns) pertanian konvensional lebih besar 1012% jika dibandingkan dengan pertanian organik. Penggunaan pupuk saat ini memasok 43% dari kebutuhan nutrisi tanaman tiap tahunnya (Fresco, 2003). Reganold (1992) menyatakan bahwa pertanian di daerah tropik memerlukan masukan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini disebabkan pada suhu 200C kehilangan bahan organik lebih cepat daripada akumulasinya dan lingkungan tropik memungkinkan hama dan penyakit dapat hidup terus-menerus tanpa pemutusan siklus hidupnya.
80
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahapan. Tahapan pertama dilakukan di asrama mahasiswa TPB-IPB pada tanggal 20-27 April 2005 dan 26-31 Mei 2005. Tahapan kedua dilaksanakan di beberapa unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB dan petani atau praktisi pertanian di Bogor pada bulan Mei 2005 sampai dengan Agustus 2005. Tahapan ketiga yaitu proses perancangan kebun secara konvensional, dilaksanakan pada bulan September 2005 sampai dengan Desember 2005.
Asumsi dan Pendekatan Kehidupan sehat mahasiswa asrama TPB-IPB dapat berawal dari terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi secara baik. Batasan mengenai kehidupan sehat tersebut dapat berupa terpenuhinya menu makan empat sehat lima sempurna setiap hari dan kontinuitas pangannya terjamin. Berbagai asumsi diperlukan untuk menetapkan perancangan pola tanam kebun produksi IPB yang dapat memenuhi kebutuhan pangan asrama TPB-IPB. Asumsi-asumsi tersebut didekati dari faktor-faktor sebagai berikut: (1) jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB, (2) kebutuhan pangan dan gizi setiap mahasiswa, (3) waktu panen dan produktivitas tanaman yang akan dirancang, dan (4) kontinuitas produksi tanaman.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil survei kepada petani sekitar UPT Kebun Percobaan IPB tentang teknik budi daya dan produksi pertanian. Data untuk melakukan perancangan dikumpulkan dari UPT Kebun Percobaan IPB dan petani sampel yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel petani dilakukan secara sengaja, yaitu mereka yang tinggal di sekitar UPT Kebun Percobaan IPB. Data usaha tani digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial kebun yang akan dirancang. Data sekunder yang berupa data tentang UPT Kebun Percobaan IPB meliputi lokasi,
81
luas lahan, ketinggian dari permukaan laut, iklim, dan sejarah peruntukan lahan. Pada penelitian ini dilakukan juga pengumpulan data dari instansi terkait di luar IPB sebagai pembanding dan informasi harga komoditi yang bersangkutan di pasar. Komputer dengan software Microsoft Exel digunakan untuk menilai kelayakan financial rancangan kebun produksi.
Metode Penelitian
Pembuatan suatu rancangan kebun produksi untuk memasok pangan yang bergizi sehat untuk mahasiwa asrama TPB-IPB dilakukan dengan langkah sebagai berikut. (7)
Penetapan kebutuhan energi masiswa TPB Langkah pertama dilakukan dengan melakukan survei secara langsung kepada masing-masing 100 mahasiswa dan mahasiswi TPB-IPB Angkatan 41. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memberikan kuesioner dan mendata mahasiswa yang melewati koridor kantin asrama putra dan putri. Proses pengambilan data responden dilakukan dua kali. Pertama dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan dan bobot badan serta mengisi kuesioner yang berupa identitas setiap responden. Bobot badan mahasiswa diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan koreksi kesalahan 0.1 kg, sedangkan tinggi badan mahasiswa diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi badan dengan koreksi kesalahan 0.1 cm. Hasil dari pengamatan pertama digunakan untuk menentukan jenis aktivitas, angka metabolisme basal (AMB), dan kebutuhan energi dari setiap mahasiswa. Pengambilan data kedua dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden tentang menu makan sehari yang biasa dimakan oleh responden dan menu makan sehari yang mereka harapkan. Hasil dari pengambilan kedua digunakan untuk menentukan jenis komoditi yang akan dibuat dalam perancangan.
(8)
Penetapan standar gizi sehat Langkah ini dilakukan dengan studi pustaka mengenai standar gizi sehat.
82
(9)
Penetapan komoditi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehat (pembuatan menu makan) Langkah ini dilakukan dengan membuat menu makan berbasis pemenuhan kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB dalam satu hari.
(10)
Pengumpulan data primer usaha tani komoditi terkait Langkah ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB dan petani di sekitar unit kebun UPT Kebun Percobaan IPB yang mengusahakan komoditi terkait (kuesioner pada Lampiran1).
(11)
Penetapan luas komoditi dan kebutuhan bahan baku dalam rancangan Langkah ini dilakukan dengan merancangan luas lahan komoditi untuk menu makan yang akan dibuat.
(12)
Penyusunan rancangan kebun Perancangan kebun terdiri dari perancangan kebun dengan lahan tidak terbatas dan perancangan kebun dengan lahan terbatas. Perancangan kebun dengan lahan tidak terbatas akan merancang kebutuhan bahan baku penyusun menu sehat untuk 3 000 mahasiswa asrama TPB-IPB. Untuk perancangan kebun dengan lahan terbatas, rancangan dilakukan pada kebun percobaan yang ada di sekitar kampus IPB Dramaga, Bogor, sebagai kebun yang memasok sebagian bahan baku menu sehat. Rancangan kebun, baik dengan lahan tidak terbatas maupun yang terbatas, dianalisis kelayakannya. Analisis yang dilakukan adalah perhitungan NPV (net present value), IRR (internal rate of return), dan net B/C (net benefit cost ratio). Data yang digunakan pada kegiatan ini dikumpulkan bersama dengan
saudara Arief
Priandono dan telah digunakan untuk penelitian Perancangan
Kebun Produksi Berbasis LEISA untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehat: Kasus Mahasiswa Asrama TPB-IPB.
83
Pengolahan dan analisis data mahasiswa asrama Data awal didapatkan dari hasil survei mahasiswa asrama TPB-IPB Angkatan 41 tahun 2004-2005. Data yang diambil berupa identitas responden yang meliputi jenis kelamin, bobot badan, tinggi badan, umur, dan jenis aktivitas fisik yang ditabulasikan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data aktivitas responden dihitung besar energi aktivitasnya per jenis kegiatan per hari (Hardinsyah dan Martianto, 1992). Persamaan untuk menghitung energi aktivitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persamaan untuk Menghitung Energi Aktivitas Manusia dari Bobot Badan AMB (kkal/hari)* Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan 0-3 60.9 B - 54 61.0 B + 51 3-10 22.7 B + 495 22.5 B + 499 10-18 17.5 B + 651 12.2 B + 746 18-30 15.3 B + 679 14.7 B + 496 30-60 11.6 B + 879 8.70 B + 829 >60 13.5 B + 487 10.5 B + 596 * Sumber: FAO/WHO/UNU (1985), hlm. 71. Keterangan: AMB = Angka metabolisme basal B
= Bobot badan dalam satuan kilogram (kg)
Untuk menaksir kebutuhan energi untuk aktivitas pada suatu populasi, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat atau ringannya aktivitas: ringan, sedang, dan berat. Untuk tiap kelompok aktivitas fisik kemudian ditetapkan suatu faktor aktivitas (FA) (Tabel 2). Tabel 2. Angka Kecukupan Energi untuk Tiga Tingkatan Aktivitas Fisik Laki-Laki dan Perempuan Jenis Kelamin Jenis Kegiatan Faktor Aktivitas Berat 2.10 Laki-laki Sedang 1.76 Ringan 1.56 Berat 2.00 Perempuan Sedang 1.70 Ringan 1.55 Sumber: Almatsier (2002) dengan penyesuaian
Jenis kegiatan berat artinya 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri dan 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Jenis kegiatan sedang artinya 25% waktunya digunakan untuk duduk atau berdiri dan
84
75% waktu lainnya digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Penggunaan 75% waktu untuk duduk atau berdiri dan 25% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu digolongkan pada jenis aktivitas ringan. Contoh perhitungan untuk menaksir kebutuhan energi sehari seorang mahasiswa perempuan yang berumur 20 tahun dengan bobot badan 50 kg dan aktivitas ringan adalah sebagai berikut: Kebutuhan energi untuk angka metabolisme basal adalah
(3)
AMB = 14.7 B + 496 AMB = 14.7 x 50 + 496 = 1 231 kkal Kebutuhan energi total (ET) dengan aktivitas fisik ringan adalah
(4)
ET = AMB x FA ET = 1 231 x 1.55 = 1 908 kkal Jadi taksiran kebutuhan energi sehari adalah sebanyak 1 908 kkal. Analisis kelayakan finansial rancangan kebun produksi
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menghitung dan menganalisis kelayakan finansial yang meliputi analisis IRR, NPV, dan Net B/C. NPV merupakan nilai sekarang dari selisih benefit (pendapatan) dengan cost (biaya) pada tingkat suku bunga tertentu. Dengan analisis NPV ini, suatu proyek dapat dinilai layak atau tidak dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar daripada nol. Jika suatu rencana investasi menghasilkan nilai NPV lebih kecil daripada nol, rencana tersebut tidak layak dilaksanakan. Rumus perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah n ⎡ B Ct ⎤ NPV = ∑ ⎢ t t − ⎥ (1 + i )t ⎦ i =1 ⎣ (1 + i )
dengan
Bt = benefit pada tahun t Ct = biaya pada tahun t t
= 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek i
= tingkat diskonto
85
IRR merupakan tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi (NPV) sama dengan nol. Pencarian nilai IRR dilakukan dengan pendugaan secara acak dari setiap suku bunga yang ditentukan. Jika perhitungan dengan tingkat suku bunga yang terlalu rendah, NPV yang diperoleh bernilai positif dan hal ini kurang baik sehingga suku bunga perkiraan hitungan harus dinaikkan agar NPV mendekati negatif. Pada akhirnya IRR akan menyebabkan bunga potongan (diskonto) membuat jumlah nilai sekarang arus pengeluaran sama dengan jumlah sekarang arus penerimaan. Apabila diperoleh nilai IRR lebih besar daripada tingkat diskonto yang berlaku, proyek tersebut layak atau dapat dilaksanakan. Namun, apabila nilai IRR lebih kecil daripada tingkat diskonto, proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tingkat suku bunga bank untuk pertanian digunakan sebesar 9%, yang merupakan tingkat tertinggi yang diambil. Rumus perhitungan IRR adalah
IRR = i'+
dengan
NPV' (i' '−i' ) NPV' − NPV ' '
NPV’ = NPV negatif
i’ = diskonto untuk NPV’
NPV’’ = NPV positif
i’’= diskonto untuk NPV’’
Ukuran lain yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan suatu proyek adalah net B/C, yaitu diperoleh dengan membagi jumlah present value (PV) yang positif dengan PV yang negatif. Jika net B/C lebih besar daripada satu, kegiatan investasi dikatakan layak, dan apabila net B/C lebih kecil daripada satu, kegiatan investasi dikatakan tidak layak. Rumus perhitungan net B/C adalah (Gittinger, 1986) n
Net B / C =
∑ t −1 n
∑
Bt − C t (1 + i ) = C t − Bt t
(1 + i ) t
t =1
dengan
n
∑ (B t =1 n
t
n
− C t ) ( DF )
∑ (C t − B t ) ( DF ) t =1
=
∑ ( Net Benefit t =1 n
∑ ( Net Benefit
Plus ) ( DF ) Minus ) ( DF )
t =1
Bt = benefit pada tahun t
i
Ct = biaya pada tahun t
DF = discount factor
t
= 1, 2, 3, …, n
n = umur proyek
= tingkat diskonto
86
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Asrama TPB IPB
Asrama mahasiswa TPB-IPB terletak di dalam Kampus IPB Dramaga. Asrama terbagi menjadi dua lokasi, yaitu Asrama Mahasiswa Putra (ASTRA) dan Putri (ASTRI), yang dikelola oleh Badan Pengelola Pembinaan Akademik, MultiBudaya dan Asrama (BPPA) TPB-IPB yang dipimpin oleh seorang Kepala Asrama. Asrama Mahasiswa Putra TPB-IPB terdiri atas tiga buah gedung utama yang diberi nama Gedung C1, Gedung C2, dan Gedung C3, dengan disertai sebuah kantor tempat tinggal Manager Unit (MU). Setiap gedung asrama terdiri dari 112 kamar. Asrama Mahasiswa Putri TPB-IPB terdiri atas tiga buah gedung utama yang bernama Gedung A1, Gedung A2, dan Gedung A3, ditambah sebuah gedung yang terdiri dari kantor (BPPA), tempat tinggal MU, dan wartel. Gedung A1 memiliki 135 kamar, sedangkan Gedung A2 dan Gedung A3 masing-masing hanya memiliki 131 kamar. Setiap gedung asrama merupakan gedung yang memiliki dua lantai dan dipimpin oleh seorang MU, enam orang senior residence (SR), beberapa petugas administrasi, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. Setiap lantai memiliki dua lorong (lorong kiri dan kanan), dan memilki kurang lebih 56 kamar tidur, 32 kamar mandi, dan 16 WC. Di kiri dan di kanan gedung pintu masuk setiap gedung disediakan rak sepatu dan sandal mahasiswa dan pengunjung. Dalam pemeliharaan kebersihan, kamar mandi dan WC dibersihkan oleh mahasiswa yang kamarnya selorong dengan membentuk tim kebersihan yang bekerja bergiliran menurut jadwal. Kebersihan yang dijaga meliputi kebersihan lorong, kamar mandi, dan WC. Kebersihan kamar merupakan tanggung jawab mahasiswa penghuni kamar. Tiap kamar berukuran 3.7 X 3.9 m2 dan dihuni 2-4 orang mahasiswa yang berbeda daerah asalnya dan berbeda program studinya. Fasilitas yang terdapat di setiap kamar terdiri dari dua set tempat tidur bertingkat, satu lemari pakaian, dan dua meja belajar. Setiap gedung juga mempunyai fasilitas penunjang, antara lain,
87
dua buah saluran telepon, dua buah televisi, musala, ruang diskusi, kamar mandi, serta sarana telepon umum (wartel) yang dikelola oleh pihak asrama dan kantin.
Kebutuhan Kalori dan Status Gizi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Kebutuhan kalori mahasiswa asrama TPB-IPB
Responden yang diamati adalah mahasiswa asrama TPB-IPB Angkatan 41 yang sedang menjalani semester genap tahun ajaran 2004-2005. Berdasarkan kegiatan survei asrama yang dilakukan pada tanggal 20-27 April 2005 didapat peubah-peubah untuk menghitung kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB berupa umur dan jenis aktivitas mahasiswa seperti terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Umur dan Jenis Aktivitas Mahasiswa Asrama TPB-IPB Peubah Umur: a. 17 tahun b. 18 tahun c. >18 tahun Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan Jenis kegiatan: a. Ringan b. Sedang c. Berat
n
%
7 78 115
3.5 39 57.5
100 100
50 50
40 42 118
20 21 59
Keterangan: n=200 sampel
Selanjutnya dapat dihitung kebutuhan energi mahasiswa asrama TPB-IPB seperti terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Peubah AMB: a. Laki-laki b. Perempuan Kebutuhan kalori: a. Laki-laki b. Perempuan
Jumlah
Rata-Rata
1511.55 1219.68
1365.62
2861.08 2282.67
2571.88
88
Kebutuhan energi rata-rata Mahasiswa Asrama TPB-IPB adalah sebesar 2 572 kkal (data lengkap pada Tabel Lampiran 1). Baik kebutuhan energi untuk laki-laki maupun perempuan masing-masing lebih tinggi jika dibandingkan dengan kebutuhan energi remaja di luar negeri. Menurut Golden (2000), kebutuhan energi remaja pada umur 15-19 tahun untuk putra dan putri masingmasing 2 751 kkal dan 2 112 kkal. Kebutuhan energi putri sebesar 2 283 lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan seorang pragawati di Jakarta. Menurut Paramita (2002), kebutuhan energi seorang pragawati di Jakarta sebesar 2 340 kkal pada hari kerja dan 2 159 kKal pada hari libur. Kebutuhan energi laki-laki sebesar 2 861 kkal mendekati anjuran asupan energi harian untuk laki-laki berusia 18-25 tahun yang pekerjaannya digolongkan sebagai pekerjaan yang agak aktif (termasuk dalam golongan ini adalah tukang pos atau kondektur bus) sebesar 2 900 kkal (Gowen, dan Sherrington, 1992). Umur rata-rata responden adalah 18.60 tahun. Menurut Sarwono (1993), usia 18-21 tahun tergolong pada tahap remaja akhir. Ciri-ciri tahap remaja akhir adalah pertumbuhan fisik lamban, meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah, lebih stabil dalam emosi minat, konsentrasi, dan cara berpikir, serta tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang berkurang. Menurut Sediaoetama (1991), remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada masa ini, pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Apabila terjadi defisiensi zat gizi, hal itu terlihat pada keadaan fisik, status kesehatan, dan status gizi. Menurut O’Dea (1996), pada masa pubertas remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal tinggi badan, bobot badan, lemak tubuh, dan otot serta penyempurnaan berbagai sistem organ. Pertumbuhan masa anak-anak mencapai 25% dari tinggi badan saat dewasa, sedangkan 40% bobot badan saat dewasa tercapai di masa remaja. Status gizi mahasiswa asrama TPB-IPB
Salah satu pengukuran status gizi adalah dengan indeks massa tubuh (IMT). Menurut Departemen Kesehatan RI. (1996), penentuan status gizi yang didasari oleh indeks massa tubuh (IMT) dibagi menjadi lima kategori, yaitu kurus
89
sekali (IMT <17.0), kurus (IMT 17.0 – 18.4), normal (IMT 18.5 – 25.0), gemuk (IMT 25.1 – 27.0), dan gemuk sekali (IMT >27.0). Untuk mengetahui IMT dapat digunakan perbandingan antara bobot badan (kg) dan tinggi badan (m) yang dikuadratkan. Rumus IMT adalah
IMT =
BB TB 2
dengan BB = bobot badan (Kg) TB = tinggi badan (m). Tabel 5. Sebaran Status Gizi Mahasiswa Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status Gizi IMT Laki-laki Perempuan Total % Kurus Sekali <17.0 16 9 25 12.5 Kurus 17.0 – 18.4 23 23 46 23 Normal 18.5 – 25.0 57 67 124 62 Gemuk 25.1 – 27.0 2 0 2 1 Gemuk Sekali >27.0 2 1 3 1.5 Jumlah 100 100 200 100 Berdasarkan pengamatan dan survei yang pertama yang disajikan dalam Tabel 3, 12.5% mahasiswa yang tinggal di asrama TPB-IPB berstatus gizi kurus sekali, 23% berstatus kurus, 62% berstatus normal, 1% berstatus gemuk, dan 1.5% berstatus gemuk sekali. Menurut Husaini (1989), masalah gizi yang terdapat pada remaja adalah gizi kurang (underweight), obesitas (overweight), dan anemia. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi energi dan zat-zat lain tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri intake makanannya.
90
Menu Makan Sehari-Hari dan Menu Makan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Untuk melengkapi data dilakukan kegiatan survei asrama kedua pada tanggal 26-31 Mei 2005, yaitu untuk mengetahui menu makan mahasiswa seharihari dan menu makan harapan mahasiswa. Menu makan sehari-hari mahasiswa asrama TPB-IPB
Untuk makan pagi atau sarapan (Gambar 1) sebesar 69.52% responden mengonsumsi
nasi
dengan
kombinasi
lauk-pauk
dan
sayur,
34.76%
mengkonsumsi bubur ayam, 14.29% responden mengonsumsi ketoprak, 10.48% mengosumsi lontong sayur, dan 22.38% mengosumsi sarapan lain-lain. Responden yang mengosumsi telur ayam mendampingi nasi putih untuk sarapan adalah 47.62%, 31.42% mengosumsi tempe/tahu, 3.33% mengosumsi (daging) ayam, dan 9.53% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebagai pendamping nasi putih sebesar 22.86% mengosumsi sayur bayam, 13.33% mengosumsi sayur tauge, 8.10% mengosumsi sayur kangkung, dan 16.19% mengosumsi sayur lainnya. Responden yang meminum teh manis sebesar 23.33%, susu sebesar 25.71%, dan minuman lain-lain sebesar 41.43%. Sebesar 41.90% responden mengosumsi jajanan di antara waktu makan pagi dan makan siang.
Gambar 1. Histrogram Menu Makan Pagi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan siang (Gambar 2) sebesar 90.95% responden memilih mengosumsi nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sedangkan sisanya tidak melakukan makan siang. Sebesar 42.86% responden mengosumsi tempe/tahu
91
sebagai pendamping nasi putih, 39.05% mengosumsi telur ayam, 29.00% mengosumsi (daging) ayam, 22.38% mengosumsi ikan (baik darat maupun laut), 7.63% mengosumsi sambal goreng ati, 2.38% mengosumsi daging, dan 17.14% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 52.58% mengosumsi sayur soup, 20.95% mengosumsi tumis kangkung, 16.19% mengosumsi sayur bayam, 10.95% mengosumsi sayur asem, dan 12.38% mengosumsi sayuran lainnya. Untuk buahbuahan sebesar 56.67% responden mengosumsi pepaya, 23.33% mengosumsi melon, 20.95% mengosumsi semangka, 12.86% mengosumsi pisang, 17.14% mengosumsi nanas, dan 9.52% mengosumsi buah-buah lainnya.
Gambar 2. Histrogram Menu Makan Siang Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 3. Histrogram Menu Makan Malam Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan malam (Gambar 3) sebesar 88.10% mengosumsi nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sebesar 41.43% mengosumsi nasi goreng
92
sebesar 21.90% mengosumsi mie rebus, sebesar 20.95% mengosumsi mie goreng, sebesar 10.4 % nasi+soto ayam, sebesar 1.90% nasi+soto daging dan sebesar 4.29% mengosumsi menu lainnya. Sebesar 41.43% Responden mengosumsi tempe/tahu sebagai lauk-pauk pendamping nasi, 29.05% mengosumsi telur ayam, 28.10% mengosumsi (daging) ayam, 17.14% mengosumsi ikan (baik darat maupun laut), 4.29% mengosumsi daging dan 3.81% mengosumsi lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 20.48% mengosumsi tumis kangkung, 18.10% mengosumsi sayur tauge, 16.19% mengosumsi sayur bayam 12.38% mengosumsi sayur asem, dan 19.52% mengosumsi sayuran lainnya. Enoch, Hidayat, Budiman, dan Latinulu (1979) menyatakan bahwa konsumsi makan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah fakta yang ada dalam diri manusia, seperi emosi, kebiasaan, pendidikan, seks, umur, dan kesehatan. Faktor eksternal meliputi bahan makanan yang tersedia oleh alam sekitar dan daya beli. Menurut Tarwodjo (1987), konsumsi makan juga dipengaruhi oleh status kesehatan dan sosiobudaya (seperti adat istiadat, kebiasaan makan, dan pantangan) serta sikap terhadap makanan. Martianti (2000) menambahkan alasan utama mahasiswa IPB menyukai suatu makanan jajanan, yaitu selera, kemudian harga murah dan pada urutan terakhir yang tersedia di lingkungan sekitar. Menu makan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB
Untuk makan pagi atau sarapan (Gambar 4), sebesar 81.43% responden menginginkan
nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, 30.00%
menginginkan bubur ayam, 19.05% menginginkan lontong sayur, 18.57% responden menginginkan ketoprak, dan 13.33% menginginkan sarapan lain-lain. Responden yang menginginkan sarapan nasi putih sebesar 46.19% menginginkan (daging) ayam sebagai pendampingnya, 33.33% menginginkan telur ayam, 20.00% menginginkan tempe/tahu, dan 9.05% menginginkan lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 39.05% menginginkan sayur bayam, 10.95% menginginkan sayur tauge, 10.48% menginginkan sayur kangkung, dan 20.95% menginginkan sayur lainnya. Responden yang menginginkan susu adalah 56.19%, teh manis sebesar 31.43%,
dan
minuman
lain-lain
18.75%.
Sebesar
26.67%
menginginkan jajanan di antara waktu makan pagi dan makan siang.
responden
93
Gambar 4. Histogram Menu Makan Pagi Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB Untuk makan siang (Gambar 5), sebesar 95.71% responden menginginkan nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur dan sisanya tidak melakukan makan siang. Sebesar 46.19% responden yang menginginkan mengosumsi (daging) ayam untuk mendampingi nasi putih, 36.67% menginginkan ikan (baik darat maupun laut), 27.14% menginginkan sambal goreng ati, 23.81% menginginkan daging, masing-masing sebesar 16.67% responden menginginkan tempe/tahu dan telur ayam, dan 5.24% menginginkan lauk lain-lain. Untuk sayur sebesar 41.43% menginginkan
sayur
sup,
21.43%
menginginkan
sayur
asem,
19.05%
menginginkan sayur bayam, 13.81% menginginkan tumis kangkung, dan 9.42% menginginkan sayuran lainnya. Untuk buah-buahan sebesar 50.95% responden menginginkan pepaya, 29.55% menginginkan semangka, 29.05% menginginkan melon, 27.62% menginginan pisang, 20.00% menginginkan nanas, dan 29.05 % menginginkan buah-buah lainnya. Untuk makan malam (Gambar 6), sebesar 89.52% menginginkan nasi dengan kombinasi lauk-pauk dan sayur, sebesar 36.67% menginginkan nasi goreng, sebesar 30.00 % nasi+soto ayam, sebesar 19.05 % nasi+soto daging, sebesar 17.62% mie rebus, sebesar 16.19% mie goreng, dan sebesar 6.19 % menginginkan menu lainnya. Sebesar 33.81% responden menginginkan (daging) ayam sebagai lauk-pauk pendamping nasi, 23.33% menginginkan ikan (baik darat maupun laut), 22.86% menginginkan daging, 20.00% menginginkan tempe/tahu, 18.10%
menginginkan telur ayam, dan 6.19% menginginkan lauk lain-lain.
94
Untuk sayur sebesar 21.90% responden mengosumsi tumis kangkung, 21.43 % mengosumsi sayur bayam 18.10% mengosumsi sayur tauge, 15.71% mengosumsi sayur asem dan 16.19% mengosumsi sayuran lainnya.
Gambar 5. Histogram Makan Siang Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 6. Histogram Makan Malam Harapan Mahasiswa Asrama TPBIPB Perbandingan makanan sehari-hari dengan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB
Berikut ini disajikan perbandingan menu makan sehari-hari dengan menu makan harapan mahasiswa asrama TPB-IPB untuk makan pagi (Gambar 7), makan siang (Gambar 8), dan makan malam (Gambar 9).
95
Gambar 7. Perbandingan Pola Makan Pagi Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 8. Perbandingan Pola Makan Siang Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Gambar 9. Perbandingan Pola Makan Malam Sehari-Hari dengan Harapan Mahasiswa Asrama TPB-IPB
96
Penyusunan Menu Makan Sehari Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Data kebutuhan energi dan pola makan harapan digunakan untuk menyusun menu makan asrama satu hari. Menu makan sehari yang dibuat disajikan pada Tabel 6. Tahapan dalam penyusunan menu sehari adalah sebagai berikut. 4.
Lima puluh sampai enam puluh lima persen energi berasal dari makanan pokok. Lima belas sampai dua puluh lima persen berasal dari pangan hewani. Lemak sekitar 20% dari energi yang diperlukan (Wirakusumah, 1997). Menu yang disusun dibatasi hanya untuk mencukupi kebutuhn energi dan protein. Menurut Khumaidi (1994), apabila kecukupan energi dan protein terpenuhi, kecukupan zat-zat gizi lain pada umumnya sudah dapat terpenuhi pula atau sekurang-kurangnya tidak terlalu sukar untuk memenuhinya.
5.
Untuk komposisi 15 sampai 25% energi berasal dari pangan hewani dipilih ayam karena mewakili lauk-pauk tertinggi yang dipilih responden pada pola konsumsi harapan dan dipilih telur untuk melengkapi komposisinya. Pemilihan tempe dan tahu goreng pada malam hari dan tempe goreng pada siang hari dimaksudkan untuk mensuplai protein nabati dalam menu tersebut.
6.
Sayur sup pada siang hari dan tumis kangkung pada malam hari mewakili sayuran yang paling banyak dipilih responden. Pemilihan kedua jenis sayur ini juga dimaksudkan untuk menganekaragamkan konsumsi pangan. Menurut Suhardjo (1998), ditinjau dari aspek gizi, pangan yang beraneka ragam umumnya memiliki mutu yang lebih tinggi daripada mutu masingmasing pangan yang menyusunnya. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya saling mengisi antara pangan yang dikonsumsi sehingga kekurangan zat gizi dalam suatu pangan dapat ditutupi oleh kelebihan zat yang bersangkutan yang terkandung dalam pangan lainnya.
97
Tabel 6. Menu Makan Sehari untuk Mencukupi Kebutuhan Energi Mahasiswa Asrama TPB-IPB Menu (Komoditi)
Ukuran
Beras Total Nasi* Telur ayam ceplok Perkedel jagung
1 porsi 1 butir 1 potong
Susu sapi
1 gelas
Nasi Ayam panggang*** Sayur sup** Tempe goreng Pepaya
1 porsi 1 potong sedang 3/4 gelas 1 potong 1 porsi
Nasi Ikan mas goreng Tahu goreng Tumis kangkung Sambal
1 porsi 1 potong 1 potong 3/4 gelas secukupnya
Protein (g)
Lemak (g)
Karbo hidrat (g)
27.2
2.8
315.6
9.8 3.6
21.4 5
5.4 9.4
3.2
3.45
4.3
26.4
11.5
1.62
112 82 46
2.29 4.6 0.5
5.6 5.8 0
13.02 0.3 12.2
Makan Malam 300 100 188 25 32 100 52
19.3 1.4 1.8
12.2 2.8 3.6
0 9.4 3
100.09
74.15
374.24
Bobot Kalori (g) (kkal) Makan Pagi 400 1 440 200 65 248.9 25 94.5 100 ml 61 Makan Siang 300 100 214.4 150 25 100
Total
2 571
Keterangan: Konversi bahan penukar berdasarkan Hardinsyah & Briawan (1994). * Bobot nasi = 2 kali bobot beras. ** Konversi bahan penukar berdasarkan Anirum (1998). *** Konversi bahan penukar bardasarkan Intisari (2004). Penetapan Komoditi dan Kebutuhan Bahan Baku untuk Mahasiswa Asrama TPB-IPB
Dengan daftar menu makan sehari mahasiswa yang terdapat pada Tabel 6 selanjutnya ditentukan jenis komoditi pangan yang akan dimasukkan ke dalam perancangan kebun produksi. Jenis komoditi yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
energi
mahasiswa
asrama
dalam
sehari
terdapat
pada
Tabel 7. Penetapan komoditi pada Tabel 7 mengacu pada menu makan yang terdapat pada Lampiran 4.
98
Tabel 7. Penentuan Jenis Komoditi dalam Perancangan Kebun Produksi No.
Jenis Pangan
Kebutuhan per porsi (g) 400 25 25 150 100 75 100 40 15 150 100 100 100 100
Komoditi Konversi
Kebutuhan Total** (kg)
1 Beras Padi 2 Tempe* Kedelai 3 Tahu* Kedelai 4 Kentang Kentang 5 Kol Kol 6 Buncis Buncis 7 Tomat Tomat 8 Daun bawang Daun bawang 9 Seledri Seledri 10 Jagung Jagung 11 Pepaya Buah pepaya 12 Daging ayam Ayam pedaging 13 Kangkung Kangkung 14 Ikan mas Ikan mas Keterangan: * 1 kg tempe = 2 kg kedelai 2 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto, Erwidodo, dan Purwoto, 1994) ** Kebutuhan untuk 3 000 mahsiswa per hari
1 200 150 300 450 300 225 300 120 45 450 300 300 300 300
Komoditi yang termasuk bumbu dapur seperti pala, lada, lengkuas, kemiri, merica bawang merah, dan putih tidak dimasukkan dalam rancangan. Hal ini disebabkan penggunaan bumbu dapur berkaitan dengan citra rasa, sehingga dikhawatirkan apabila bumbu dapur dibatasi penggunaannya akan merusak citra rasa masakan. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa bumbu dapur dibeli oleh pihak pengelola katering/masakan berikut dengan bahan baku lain yang lain.
99
Perancangan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas
Perancangan untuk memenuhi kebutuhan menu sehat 3 000 mahasiswa asrama TPB-IPB dilakukan dengan asumsi bahwa lahan yang tersedia memenuhi persyaratan hidup komoditi yang dirancang. Komoditi yang dirancang adalah padi, jagung manis, kedelai, buncis, tomat, cabai, kangkung, kentang, kol, seledri, bawang daun, papaya, ayam, dan ikan mas. Penetapan luas komoditi dalam rancangan
Penetapan luas lahan dalam perancangan akan berbeda-beda untuk setiap komoditi. Hal ini disebabkan oleh berbeda-bedanya potensi produksi setiap komoditi. Penetapan luasan lahan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: LLdR =
KKt × 365 PPKt × D
dengan LLdR = luas lahan dalam rancangan (ha) KKt = kebutuhan sehari total mahasiswa untuk komoditi terkait seperti pada Tabel 4 (kg) PPKt = potensi produksi komoditi terkait seperti pada Lampiran 3 (kg/ha) D
= Jumlah daur per tahun
Penetapan luasan lahan untuk tiap-tiap komoditi adalah sebagai berikut. 15. Komoditi padi, jika diasumsikan potensi produksi padi 4,5 ton/ha/daur, rendemen beras giling 65% (Damardjati, 1988), memerlukan luasan 49 hektar untuk kebutuhan selama satu siklus tanam atau 4 bulan untuk memenuhi kebutuhan 3 000 mahasiswa (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 16. Kedelai merupakan hasil konversi dari tahu dan tempe, jika diasumsikan konsumsi tahu dan tempe setiap hari, dengan rata-rata konsumsi kedelai di asrama sebanyak 450 kg/hari, produksi kedelai 1.5 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 27 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 17. Kentang, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 24 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 3.28 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).
100
18. Kol, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 20 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 1.8 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 19. Buncis, jika diasumsikan potensi produksi 5.5 ton/ha/daur, memerlukan luas 4.05 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 20. Tomat, jika diasumsikan potensi produksi 15 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 3.38 hektar per daurnya (teknik budi dayanya dan produksi pada Lampiran 3). 21. Bawang daun, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 20 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 0.54 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 22. Seledri, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 50 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 0.08 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 23. Jagung manis, jika diasumsikan potensi produksi 5 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 8.1 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 24. Pepaya, jika diasumsikan berpotensi 141 ton/ha/daur (satu daur tanaman pepaya sama dengan empat tahun), memerlukan luas 0.78 hektar per daurnya (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 25. Budi daya ayam ras pedaging diperlukan kandang dengan luasan kandang 1 100 m2 (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3) dengan asumsi 6 ayam per m2, berat panen ayam 1.7 kg selama 2 bulan. 26. Kangkung, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 15 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 1.2 hektar per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3). 27. Budi daya ikan mas diperlukan kolam dengan luasan 2 118 m2 (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3) dengan asumsi kolam seluas 10 m2 menghasilkan 170 kg dalam waktu 3 bulan. Budi daya ikan mas ini bertujuan menambah variasi menu makan di asrama. Budi daya ikan air tawar juga ditujukan sebagai penunjang ekosistem kebun.
101
28. Cabai, jika diasumsikan memiliki potensi produksi 10 ton/ha/daur, memerlukan luas lahan 360 m2 per daur (teknik budi daya dan produksinya pada Lampiran 3).
Penetapan pola tanam dan lokasi pengadaan komoditi
Penetapan pola tanam komoditi dibagi berdasarkan kecocokan klimatologi terhadap tanaman komoditi. Penetapan pola tanam komoditi dibagi dua, yakni pola tanam di dataran rendah dan di dataran tinggi. Pola Tanam di Dataran Rendah Sep
Okt
Nov
392
277
401
Des
Jan
Feb Mar Apr Mei Bulan 432 404 327 432 640 374 Curah Hujan Bulanan (mm)
Padi 75 ha
Padi 75 ha
Jun
Jul
Agu
169
209
166
Kedelai + Bera 40 ha
Kedelai 20 ha
Jagung manis 20 ha
Buncis 20 ha
Bera 20 ha
Buncis 20 ha
Kedelai 20 ha
Jagung manis 20 ha
Bera 20 ha
Jagung manis 20 ha
Buncis 20 ha
Kedelai 20 ha
Bera 20 ha
Pepaya (0.5 ha)
Gambar 10. Pola Tanam Dataran Rendah Penetapan pola tanam dibuat dengan curah hujan sebagai pembatas. Berdasarkan data curah hujan yang didapat dari Stasiun Klimatologi, untuk daerah Dramaga pada Bulan Juni sampai dengan bulan Bulan Agustus rata-rata curah hujan 181.3 sehingga terlalu riskan untuk dilakukan proses produksi. Penanaman padi dimulai pada Bulan Sep sampai dengan bulan April dengan 2 kali tanam dan panen masing-masing seluas 75 ha. Pada area yang sama pada Bulan Mei sampai dengan Agustus akan ditanami dengan kedelai, tetapi
102
dengan luas hanya 40 ha. Rotasi tanaman juga dimaksudkan untuk memutus rantai kehidupan hama dan penyakit tanaman. Jagung, kedelai, dan
buncis ditanam pada Bulan September sampai
dengan Bulan Mei dengan 3 kali tanam dan panen masing-masing 20 ha. Untuk kangkung akan dijadikan tanaman penyekat pada lahan yang ditanamai jagung, kedelai, dan buncis. Pada bulan Juni,Juli, dan Agustus area tidak akan ditanami (bera). Pemberaan dilakukan untuk menghindari kegagalan panen akibat kekeringan, hal ini juga dilakukan untuk mengistirahatkan tanah. Lokasi-lokasi Kebun Percobaan IPB yang memungkinkan untuk pengadaan komoditi tanaman dataran rendah antara lain, Dramaga (33 ha), Cikarawang (10 ha), Sindangbarang (10.9) dan Jonggol A dan B (273 ha). Khusus untuk komoditi padi, perancangan akan dilakukan pada lahan petani (bukan lahan IPB) karena karena lahan basah (sawah) yang dimiliki IPB tidak mencukupi sampai 75 ha Pola Tanam di Dataran Tinggi Okt
Nov
Des
239
487
542
Jan
Feb
Mar Apr Mei Jun Bulan 454 51 674 396 158 122 Curah Hujan Bulanan (mm)
Daun Bawang 4 ha
Tomat 4 ha
Seledri 3 ha
Cabai 3 ha
Jul
Agu
Sep
197
151
297
Kentang 4 ha Bera 3 ha
Kol 3 ha
Gambar 11. Pola Tanam Dataran Tinggi Penanaman pada dataran tinggi dimulai pada Bulan Oktober dengan tanaman bawang daun, dan dilanjutkan dengan tomat masing-masing selama 3 bulan selanjutnya ditanami kentang selama 6 bulan. Luas yang digunakan 4 ha. Untuk area dengan luas 3 ha pola tanam yang akan dilakukan adalah rotasi seledri, cabai, bera dan kol masing-masing selama 3 bulan. Untuk tahun berikutnya area dengan luasan 4 dan 3 ha akan dilakukan pergantian pola tanam satu dengan yang lain. Lokasi Kebun Percobaan IPB yang dapat digunakan untuk pengadaan komoditi tanaman dataran tinggi adalah Pasir Sarongge (7.1 ha).
103
Pola Pemeliharaan Ternak Untuk pemenuhan lauk-pauk pada menu, pola pemeliharaan ternak disajikan pada Gambar 12. Lokasi-lokasi yang dapat digunakan adalah Babakan dan kolam (11 ha), Cikarawang (10 ha), dan Jonggol A dan B (273 ha). Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Bulan Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang 550 1 1 1 1 1 1 m2 Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang Kandang 550 2 2 2 2 2 2 m2 Jan Feb Mar
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Apr
Mei
Jun
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Kolam Ikan Mas 2 100 m2
Gambar 12. Pola Pemeliharaan Ternak
Aliran proses produksi tanaman Aliran
proses
produksi
tanaman
menjelaskan
tentang
aktivitas
pengangkutan barang dan sirkulasi proses produksi yang terjadi di dalam dan di luar kebun produksi. Gambar 13 memperlihatkan arus materi dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyajian menu makan sehat. Unit-unit yang terlibat di dalamnya adalah pengelola katering asrama, kebun-kebun yang dimiliki IPB, unit pengelolaan, dan pasar. Pengadaan pangan untuk mahasiswa asrama terdiri dari berbagai macam jenis bahan pangan baik nabati maupun hewani. Pengadaan pangan tersebut dapat diperoleh melalui penyelenggaraan kebun yang dikelola secara profesional. Jenis bahan pangan yang akan ditanam disesuaikan dengan kesesuaian agroklimat masing-masing. Kebun hasil rancangan diskenariokan akan memasok kebutuhan akan bahan pangan ke pengelola katering asrama. Beberapa jenis bahan pangan terlebih dahulu melalui unit/tahapan pengelolahan. Bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan kebun akan diperoleh di pasar seperti bumbu dapur dan minyak sayur.
104
Selain sebagai penyedia bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan kebun, pasar juga dapat menyediakan sarana produksi baik untuk penyelenggaraan kebun maupun unit pengelolaan, terutama dalam tahap awal penyelenggaraan kebun. Selain itu, kelebihan produksi, apabila ada, akan dijual ke pasar. Hasil tanaman dan ternak yang sudah diterima pengelola kantin asrama kemudian diolah dan dijadikan makanan yang sesuai dengan menu makan sehari asrama. Hasil sampingannya yang berupa limbah hijauan dan kotoran ternak dapat dipergunakan kembali sebagai masukan organik (pupuk hijau dan pupuk kandang) ataupun dijual setelah diproses menjadi kompos. Asrama TPB (Mahasiswa)
Pengolahan
Kebun Produksi
Pasar
Pengola Katering Asrama Gambar 13. Daur Materi Penyediaan Pangan Asrama TPB-IPB Perancangan tugas pekerjaan
Penyusunan kebutuhan tenaga kerja ditetapkan berdasarkan wawancara dengan petani responden di daerah sekitar kebun percobaan. Berdasarkan wawancara dengan petani, petani responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk budi daya padi dan jagung manis. Namun, terdapat kesulitan untuk mendapatkan data primer kebutuhan tenaga kerja tersebut dari petani responden sehingga dilakukan konversi dengan membandingkan dengan data sekunder. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap komoditi terdapat pada Tabel Lampiran 4. Tenaga kerja di dalam kebun produksi dibedakan menjadi dua, yakni tenaga kerja tetap (pegawai tetap) dan buruh tani lepas (BTL). Pegawai tetap
105
berjumlah enam orang. Pegawai tetap ini disyaratkan berlatar pendidikan minimal lulusan SLTP dengan memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bertani. Pembayaran gaji dilakukan setiap bulan sejumlah Rp 700 000. Jika memungkinkan, pegawai tetap diambil dari pegawai penjaga kebun percobaan. Tugas pekerjaan mereka adalah memelihara dan menjaga tanaman dan ternak mulai dari penanaman hingga masa panen. Pekerjaan budi daya lainnya selama musim tanam dilakukan oleh BTL di bawah pengawasan pegawai tetap. BTL dapat diambil dari penduduk sekitar kebun yang mayoritas adalah petani penggarap. Pembayaran upah BTL berdasarkan hari kerja yang mereka dapat. Upah tenaga kerja harian yang diberikan kepada mereka adalah Rp 20 000 untuk tenaga kerja laki-laki dan Rp 15 000 untuk tenaga kerja perempuan. Ditujuk juga seorang manajer yang mengendalikan segala proses di dalam kebun kebun. Seorang manajer harus berkualifikasi S1 yang bertanggung jawab kepada Kepala University Farm. Tugas dari manajer kebun menyiapkan sarana produksi tanaman dan ternak, membuat jadwal pertanaman, pemeliharaan, dan panen, serta mengkordinasikan pegawai tetap dan buruh tani tetap. Gaji untuk manejer sebesar Rp 2 500 000. Untuk membantu pekerjaan manejer ditunjuk juga 2 orang mandor berkualifikasi S0 pertanian dan S0 peternakan/perikanan. Gaji untuk mandor sebesar Rp. 1 000 000.
Gambar 14. Bagan Struktur Organisasi Kebun Produksi
106
Analisis finansial kebun produksi dengan lahan tidak terbatas
Pembuatan analisis finansial kebun produksi dilakukan agar dapat diketahui layak atau tidaknya usaha tani kebun produksi ini jika dijalankan. Analisis usaha tani ini dilakukan dengan asumsi bahwa keseluruhan hasil produksi dari kebun dijual kepada pihak pengelola katering atau ke pasar dengan harga pasaran. Dalam analisis ini suku bunga yang ditetapkan 9%, sedangkan pajak 15%. Berdasarkan arus uang kontan (cash flow) yang terjadi akibat adanya variabel-variabel tersebut, kelayakan kebun terancang dianalisis. Tabel 8. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas No.
Komponen Analisis
I.
Inflows
Tahun Ke0
1
2
3
4
5
1
Pendapatan
0
4610061400
4559789900
4559789900
4559789900
4610061400
2
Kredit
2667680930
0
0
0
0
0
Total inflow
2667680930
4610061400
4559789900
4559789900
4559789900
4610061400
2667680930
0
0
0
0
0
II
III
Outflows
1
Biaya investasi proyek
2
Biaya produksi
0
2667680930
2667680930
2667680930
2667680930
2667680930
3
Angsuran pokok
0
533536186
533536186
533536186
533536186
533536186
4
Pembayaran bunga 9%
0
240091284
192073027
144054770
96036513
48018257
5
Pajak (15%)
0
175312950
174974964
182177702
189380441
204123904
2667680930
3616621350
3568265107
3527449588
3486634070
3453359277
0
993440050
991524793
1032340312
1073155830
1156702123
0 2667680930
993440050
1984964844
3017305155
4090460985
5247163109
1767067520
1717134006
1709931268
1702728529
1738256566
IV
Total outflows (20%)
V VI
Total cash flow Cumulative cash balance
VII
Cash flow untuk perhitungan IRR
Analisis kelayakan finansial rancangan dengan tingkat diskonto 9% melainkan nilai NPV sebesar Rp 1 541 941 231, hal ini berarti bahwa usaha tani di kebun produksi menurut nilai sekarang layak untuk dilaksanakan karena nilainya positif atau NPV>0. Nilai IRR yang diperoleh di kebun produksi adalah 29% yang berarti layak juga untuk dilaksanakan karena berada di atas tingkat bunga yang berlaku. Net B/C yang diperoleh bernilai 1.56, berarti biaya usaha tani untuk setiap Rp 1 akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.56, dapat diartikan pula bahwa manfaat yang diperoleh 1.56 kali biaya yang dikeluarkan sehingga kegiatan usaha tani di kebun produksi tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan atau net B/C>1.
107
Tabel 9. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas Musim 0 1 2 3 4 5
Investasi 2 667 680 930
Biaya tetap Benefit Biaya variabel
Cost
Benefit
Net Benefit
NPV 9%
NPV 29%
0 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400 4 610 061 400
-2 667 680 930 993 440 050 1 041 796 293 1 082 611 812 1 123 427 330 1 156 702 123
-2 667 680 930 911 412 890 876 859 097 835 974 956 795 864 243 751 777 014
-2 667 680 930 770 108 566 626 041 881 504 317 026 405 682 378 323 797 120
Net Benefit (rata-rata/th) =
1 079 595 522
Total NPV+ Total NPV-
4 171 888 202 2 667 680 930
2 629 946 971 2 667 680 930
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
533 536 186 4 610 061 400 2 449 695 930
NPV (9%) 154 207 272
NPV (29%) -37 733 959
Net B/C (9%) 1.564
Net B/C (29%) 0.986
0 3 616 621 350 3 568 265 107 3 527 449 588 3 486 634 070 3 453 359 277
BEP (20%)= 113 8527 074
Payback periods (th) = 2.5
NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
1541941231 0.29 29
Perolehan NPV>0, IRR>29%, dan net B/C>1 menunjukkan bahwa usaha tani berteknologi konvensional untuk semua komoditi di kebun produksi secara finansial layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 9%.
Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan tidak terbatas Berdasarkan nilai NPV, IRR, dan net B/C yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya, usaha tani di kebun produksi layak untuk dilaksanakan. Sejalan dengan waktu bergulirnya proyek, seringkali proyeksi-proyeksi yang telah dilakukan berubah dalam beberapa hal, seperti berubahnya biaya produksi dan harga produksi. Dalam perancangan ini analisis sensitivitas/kepekaan dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada harga output atau harga input, yakni biaya naik sampai 10% dan harga produk turun sampai 10%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kenaikan biaya dan penurunan harga jual terhadap kelayakan financial proyek.
108
Tabel 10. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun Produksi dengan Lahan Tidak Terbatas (diskonto 9%) Perubahan NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Biaya Naik 10%
11
1.04
Normal
145 278 080 1541 941 231
29
1.56
Harga Produk turun 10%
-282 176 527
5
0.89
Tabel 10 menunjukkan bahwa jika biaya naik sebesar 10%, NPV (9%), IRR, dan net B/C akan turun menjadi sebesar Rp 145 278 080, 11%, dan 1.04. Usaha tani ini masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV>0, IRR>9%, dan net B/C>1. Namun, jika harga produk turun sebesar 10%, semua indikator menunjukkan nilai negatif. Untuk NPV (9%) yang didapat sebesar Rp -282 176 527, IRR sebesar 5%, dan net B/C sebesar 0.89. Perhitungannya secara terperinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9-11.
Perancangan Kebun Produksi dengan Lahan Terbatas
Perancangan kebun produksi dengan lahan terbatas akan dilakukan di Kebun Percobaan di daerah Dramaga, yaitu Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang. Penentuan lokasi dan tapak unit kebun produksi
Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang menjadi pilihan lokasi perancangan produksi secara khusus. Alasan penentuan Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru dan Cikarawang adalah sebagai berikut: (1) lokasi masih dalam lingkungan IPB sehingga apabila terwujud dapat dijadikan percontohan karya nyata IPB dalam menyelenggarakan kebun secara modern; (2) pada lokasi tersebut terdapat kemudahan produksi seperti adanya akses untuk sarana air, jalan, transportasi, dan jarak yang dekat dengan asrama mahasiswa TPB-IPB; (3) lokasi dikelilingi oleh pemukiman penduduk yang mayoritas pekerjaannya adalah petani dan buruh tani sehingga ketersediaan tenaga kerja harian lepas tersedia dengan baik; (4) masih tersedianya lahan untuk perluasan kebun di kemudian hari yang berupa lahan masyarakat. Berikut ini disertakan profil kedua kebun tersebut.
109
Lokasi dan Batas–Batas Kebun Kebun Percobaan IPB yang terletak di daerah Babakan Sawah Baru dan Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, berstatus guna pakai dan di bawah pengelolaan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kebun Produksi Babakan Sawah Baru memiliki luas lahan keseluruhan ±7 hektar. Batas-batas kebun di sebelah timur, barat, dan utara adalah perkampungan Desa Babakan, sedangkan di sebelah selatan dibatasi dengan Jalan Raya Darmaga. Kebun Produksi Cikarawang memiliki luas lahan sekitar ±14 hektar dengan batas-batas kebun sebagai berikut: di sebelah timur berbatasan dengan Desa Situ Gede, di selatan Sungai Ciapus, di utara Sungai Cisadane, dan di sebelah barat pertemuan antara kedua sungai tersebut. Tanah dan Topografi Jenis tanah yang terdapat pada daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, tergolong ke dalam jenis Latosol Darmaga. Secara taksonomi tanah, Yogaswara (1977) mengklasifikasikan Latosol Darmaga sebagai Oxic Dystropept. Ciri-ciri utama tanah ini adalah mempunyai sifat fisik baik, yaitu bobot isi sedang, permeabilitas lambat hingga sedang, struktur tanah remah hingga bergumpal, dan konsistensi gembur. Latosol Darmaga tersebar pada fisiografi kipas aluvial Bogor Bagian Barat, berbahan induk batuan vulkanik kuarter yang berasal dari hasil erupsi Gunung Salak. Bahan induk ini bersusun andesit dengan fraksi berat berasosiasi augit. Mineral-mineral liat tanah ini terdiri dari kaolinit (sekitar 82-100%), metahaolisit (10-12%), serta kristobalit dan gibsit (kurang dari 5%). Latosol Darmaga mempunyai kandungan bahan organik sangat rendah (4.30-6.97), kejenuhan basa (KB) kurang dari 50% dengan tingkat kemasaman dari masam hingga agak masam (pH 4.5-5.9), dan memiliki KTK kurang dari 25 me/100 g, serta kadar liatnya sekitar 40-70% (berdasarkan analisis Laboratorium Departemen Tanah).
110
Iklim Kebun Produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Darmaga, terletak pada ketinggian 190 m dpl. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, tahun 2004, daerah Darmaga memiliki curah hujan rata-rata 352 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April (640 mm) dan terendah pada bulan Agustus (166 mm), tetapi secara keseluruhan curah hujan terjadi secara merata sepanjang tahun (Gambar 5). Menurut sistem Oldeman (1975), keadaan tersebut termasuk ke dalam Iklim Tipe A karena memiliki bulan basah lebih besar dari 9 bulan dan tanpa bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih besar dari 200 mm setiap bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 100 mm setiap bulannya.
Sumber: Stasiun Klimatologi kelas I, Darmaga, Bogor (2005)
Gambar 15. Data Curah Hujan Darmaga, Bogor, Tahun 2004
Aksesibilitas Aksesibilitas untuk mencapai kedua lokasi kebun produksi dapat dilakukan dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Jalan ini ditunjang dengan sudah tersedianya fasilitas jalan raya dengan lebar 5 m dan kondisi jalan telah beraspal. Hal ini memungkinkan sirkulasi arus barang dan hasil produksi semakin mudah. Penetapan produk (komoditi) yang akan dihasilkan
Untuk kasus Kebun Produksi Cikarawang dan Babakan Sawah Baru, Darmaga, komoditi yang dirancang adalah padi (beras), kedelai, buncis, tomat, jagung manis, pepaya, kangkung, dan cabai, sesuai dengan agroklimatnya,
111
sedangkan hewan yang ada dalam perancangan meliputi ayam pedaging dan ikan air tawar (ikan mas). Perancangan ruang (zonasi) dan tata letak
Rencana Ruang (Zonasi) dan Tata Letak Komoditi Rencana zonasi ruang dibagi berdasarkan riwayat penggunaan lahan. Kebun produksi yang digunakan dibedakan pada dua lokasi, yakni Kebun Cikarawang dan Kebun Sawah Baru. Pada Kebun Sawah Baru, komoditi yang akan dirancang adalah padi, kedelai, dan jagung manis dengan sistem rotasi. Penetapan zonasi pada Kebun Percobaan Sawah Baru ditetapkan di Blok A (lihat Gambar Lampiran 1). Penentuan zona tanaman pada Kebun Percobaan Cikarawang dibagi menjadi empat zona (wing) berdasarkan arah mata angin dengan Situ Gunung sebagai pusatnya. Area bagian utara (Wing Utara) Situ Gunung akan ditanami pepaya; area bagian timur (Wing Timur) akan ditanami dengan jagung manis, dan kedelai, dan dibuatkan lubang pengomposan; bagian selatan (Wing Selatan) akan ditanami tomat, cabai, buncis, dan kangkung, dibuatkan kolam ikan mas, dan telah terbangun kandang ayam. Bagian barat tidak akan digunakan mengingat Kebun Percobaan Cikarawang awalnya berfungsi sebagai salah satu laboratorium lapang IPB (lihat Gambar Lampiran 2). Berikut disjikan inventaris atau fasilitas yang tersedia di Kebun Percobaan Sawah Baru dan Cikarawang 7. Lahan Produksi (Sawah Baru dan Cikarawang) Lahan produksi yang dapat digunakan seluas 7.5 ha, terdiri dari kebun Cikarawang 4.5 ha dan Sawah Baru seluas 3 ha. Komoditi yang dirancang adalah padi (beras), kedelai, buncis, tomat, jagung manis, pepaya, kangkung, dan cabai, sedangkan hewan yang ada dalam perancangan meliputi ayam pedaging dan ikan air tawar (ikan mas).
112
Gambar 16. Lahan Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang
8. Saluran Air (Sawah Baru dan Cikarawang) Saluran air yang berupa saluran irigasi setengah teknis telah tersedia dengan baik dan mampu mengairi lahan sepanjang tahun. Saluran irigasi ini dikelola oleh seorang ulu-ulu. Menurut petani sekitar, irigasi ini tidak pernah mengalami kekeringan karena mendapatkan pasokan air dari beberapa sungai yang ada di Bogor.
Gambar 17. Saluran Air Irigasi
9. Bangunan Pertanian dan Kantor Jaga (Sawah Baru dan Cikarawang) Bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian dan hasil panen berada di Kebun Sawah Baru dan Cikarawang. Di lokasi ini juga telah tersedia kantor dan lantai jemur yang berfungsi untuk menjemur dan mengeringkan hasil panen, terutama padi.
Gambar 18. Lantai Jemur dan Kantor Jaga
10. Kolam Ikan (Cikarawang) Kolam ikan yang dibuat saat ini dikhususkan untuk budi daya ikan mas saja. Namun, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan dibudidayakan jenis ikan lainnya. Kolam ikan yang akan dibuat seluas 10 m2 bertempat di Kebun Cikarawang. 11. Kandang Ayam (Cikarawang)
113
Kandang ayam ras pedaging telah dibangun di Cikarawang dengan luas masing-masing 480 m2 dengan ukuran 12 x 40 m2. Saat ini tedapat dua buah kandang ayam di Kebun Cikarawang yang dikelola oleh Bapak Hartono dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Untuk kebutuhan kebun produksi ini, jumlah kandang yang diperlukan satu unit. Tidak tertutup kemungkinan membuat kandang baru untuk memasok telur dan daging khusus ke asrama.
Gambar 19. Kandang Ayam
12. Tempat Pengomposan (Cikarawang) Tempat pengomposan merupakan wadah untuk membuat pupuk organik berupa kompos yang dihasilkan dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, sisa tanaman, cacing, dan bakteri. Tempatnya berupa lubang berukuran 2 x 2 m2 dengan kedalaman 1 m. Lokasi pengomposan ini akan dibuat di Cikarawang. Penetapan pola tanam tanaman dan ternak
Luas lahan Kebun Sawah Baru yang terpakai dalam rancangan ini adalah 3 hektar. Pola tanam yang akan dilakukan pada Sawah Baru adalah rotasi padi sawah-kedelai-jagung manis per empat bulanan. Luas lahan Kebun Cikarawang yang terpakai dalam rancangan ini 4.5 ha. Pola tanamnya jagung manis dan kedelai (Wing Utara masing-masing 1 ha), tomat, buncis, kangkung, cabai (Wing Selatan 0.5 ha), dan pepaya (Wing Utara 0.5 ha). Sedangkan untuk Ikan mas dan ayam potong diusahakan, secara berurutan, tiga dan enam kali dalam satu tahun. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, daerah Darmaga, Bogor, sesuai untuk pengusahaan tanaman semusim secara berturut-turut selama setahun penuh.
114
Pola tanam yang ditetapkan dalam rancangan berdasarkan pola curah hujan daerah Darmaga. Sawah Baru Padi Sawah 1 ha Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
A1
A2 A3
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha Padi Sawah 1 ha
Jagung 1 ha Padi Sawah 1 ha Kedelai 1 ha
Cikarawang WS 1 WS 2 WS 3
Nama Blok dan Jenis Komoditi
WS 4
Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha
Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha
Cabai 0,5 ha Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha
Kangkung 0,5 ha Tomat 0,5 ha Buncis 0,5 ha Cabai 0,5 ha
Jagung 1 ha Kedelai 1 ha
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
Jagung 1 ha Kedelai 1 ha
Kedelai 1 ha Jagung 1 ha
WT 1 WT 2
WU
Pepaya (0,5 ha) Ayam siklus 1 Ayam siklus 2 Ayam siklus 3 Ayam siklus 4 Ayam siklus 5 Ayam siklus 6
Ikan mas (10 m2)
WS
Ikan mas (10 m2)
404
327
432
640
1
2
3
4
374 169 209 166 392 Curah Hujan Bulanan (mm) 5 6 7 8 9 Bulan
Ikan mas (10 m2)
277
401
432
10
11
12
Gambar 20. Pola Tanam dan Pemeliharaan Ternak di Kebun Cikarawang dan Sawah Baru
115
Perancangan tugas pekerjaan
Pada Kebun Sawah Baru dan Cikarawang diskenariokan akan dijalankan oleh empat orang pegawai tetap berlatar pendidikan minimal lulusan SLTP dengan memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bertani dan satu orang manajer berkualifikasi S1. Pegawai tetap berjumlah empat orang dengan perincian satu orang ditempatkan di Kebun Sawah Baru dan tiga orang ditempatkan di Cikarawang. Pembayaran gaji dilakukan setiap bulan sejumlah Rp 700 000. Jika memungkinkan pegawai tetap diambil dari pegawai penjaga kebun percobaan.
dan
Tugas pekerjaan pegawai tetap adalah memelihara dan menjaga tanaman ternak
mulai
dari
awal
penanaman
hingga
masa
panen,
serta
mengoordinasikan pegawai tetap dan buruh tani tetap. Pekerjaan budi daya lainnya selama musim tanam dilakukan oleh BTL di bawah pengawasan pegawai tetap. BTL dapat diambil dari penduduk sekitar kebun yang mayoritas adalah petani penggarap. Pembayaran upah BTL berdasarkan hari kerja yang mereka dapat. Upah tenaga kerja harian yang diberikan kepada mereka adalah Rp 20 000 untuk tenaga kerja laki-laki dan Rp 15 000 untuk tenaga kerja perempuan. Tugas seorang manajer yang mengendalikan segala proses di dalam kebun. Seorang manajer harus bertanggung jawab kepada Kepala University Farm. Tugas dari manajer kebun menyiapkan sarana produksi tanaman dan ternak, membuat jadwal pertanaman, memelihara, dan memanen kebun. Gaji untuk manajer sebesar Rp 2 500 000 per bulan. Sekilas Kondisi Umum Petani Responden Jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Survei petani ini dilakukan terhadap petani yang berada di sekitar kampus IPB Darmaga, dengan cakupan wilayah Cikarawang, Situ Gede, Ciherang, dan Cibanteng. Petani responden berusia 35-77 tahun dengan anggota keluarga sebanyak 3-10 orang. Pendidikan mereka berkisar dari lulusan SD sampai lulusan perguruan tinggi, 17 orang di antaranya lulusan SD, 3 orang lulusan SLTP, dan sebanyak 10 orang lulusan SLTA dan universitas. Keseluruhan responden tidak ada yang pernah mengikuti kursus petanian.
116
Mereka bertani di antaranya ada yang sejak kecil, sejak berusia 7 tahun, mulanya dengan ikut membantu orang tua. Pengalaman bertani responden terbanyak di atas 20 tahun, dengan pengalaman terlama 70 tahun. Kebanyakan petani masih merasa perlu meningkatkan pengetahuannya dalam bercocok tanam tanaman pangan, khususnya dalam aspek pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pengenalan varietas baru. Lahan pertanian secara umum berstatus hak milik, sewa, atau paro, dengan luas garapan 0.05-2.5 ha, rata-rata 0.5 ha. Lokasi lahan pertanian mereka dekat dari jalan raya, berjarak sekitar 500 meter dari jalan. Kebanyakan lahan pertanian mereka telah dapat dialiri air dari saluran irigasi setengah teknis. Oleh karena itu, pola tanamnya berupa padi-padi-palawija, padi-palawija-palawija, atau palawijapalawija-palawija. Palawija yang sering ditanam petani adalah ubi jalar, jagung, kacang tanah, ataupun bengkoang. Menurut mereka pemilihan jenis palawija tersebut diakibatkan karena dapat menghasilkan uang yang lebih banyak dan pemeliharaannya yang relatif mudah. Umumnya petani tidak melakukan pemberaan lahan karena untuk mengejar potensi produksinya terutama yang status lahannya sewa atau paro. Pupuk dan pestisida pada umumnya tersedia di lokasi dan petani pada umumnya mampu membelinya. Petani umumnya tidak memperoleh kredit dari bank ataupun KUD, mereka mendapatkannya dari tengkulak. Oleh karena itu, petani pada umumnya tidak mengikuti teknologi produksi yang disarankan oleh Dinas Pertanian setempat. Strategi produksi dan kapasitas produksi tanaman
Pemenuhan pangan asrama yang dirancang menggunakan sistem rotasi tanaman setiap habis satu daur tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memutus siklus hama dan penyakit pada lahan produksi. Strategi produksi menjadi dua berdasarkan lokasi, yakni Kebun Sawah Baru dan Kebun Cikarawang. Perbedaan waktu rotasi tanaman antara di Kebun Sawah Baru (4 bulan) dan Cikarawang (3 bulan) dimaksudkan untuk pembagian waktu bagi pegawai/pekerja kebun dan juga untuk menjaga keberlangsungan pasokan hasil kebun.
117
Kebun Sawah Baru Di Kebun Sawah Baru akan diusahakan komoditi padi sawah, kedelai, dan jagung manis. Luas lahan Kebun Sawah Baru yang akan dimanfaatkan untuk komoditi ini hanya 3 hektar. Asumsi teknis yang digunakan adalah (1) potensi produksi sebesar 4.5 ton beras/ha/daur; (2) daur penanaman selama 4 bulan atau 120 hari. Penanaman padi akan dilakukan secara serempak untuk luas 1 ha selama 1 tahun penuh sehingga diharapkan akan menghasilkan 13.5 ton beras/th. Seharusnya lahan yang diusahakan untuk penanaman padi sawah ini adalah 49.13 hektar per daurnya. Komoditi kedelai menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 1.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ditanam sebanyak 3 kali per tahun. Penanaman kedelai memanfaatkan lahan seluas 1 ha sehingga diharapkan akan menghasilkan 4.5 ton kedelai/th. Komoditi jagung manis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 3 kali per tahun sehingga diharapkan akan menghasilkan 15 ton jagung/th. Kebun Cikarawang Lahan kering yang digunakan adalah Kebun Cikarawang. Luas lahan kering keseluruhan yang dapat dijadikan kebun produksi hanya seluas 4.5 hektar. Komoditi yang akan diusahakan di lahan kering adalah kedelai 1 ha, jagung manis 1 ha, buncis 0.5 ha, tomat 0.5 ha, cabai 0.5 ha, kangkung 0.5 ha, dan pepaya seluas 0.5 ha. Komoditi kedelai menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 1.5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun. Penanaman kedelai memanfaatkan lahan kering seluas 1 ha sehingga diharapkan akan menghasilkan 6 ton kedelai/th. Komoditi jagung manis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari.
118
Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga diharapkan akan menghasilkan 20 ton jagung/th. Komoditi buncis menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 5 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga kapasitas produksi buncis seluas 0.5 hektar hanya 10 ton per tahunnya. Komoditi kangkung menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman sama dengan bayam. Kangkung ditanam sebanyak 4 kali per tahun sehingga kapasitas produksi kangkung seluas 0.5 ha adalah 30 ton per tahunnya. Komoditi tomat menggunakan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 15 ton/ha/daur, dengan daur penanaman selama 3 bulan atau 90 hari. Komoditi ini dapat ditanam sebanyak 2 kali per tahun sehingga kapasitas produksi tomat seluas 0.5 hektar adalah 10 ton per tahunnya. Untuk komoditi pepaya ditanam pada petak yang terpisah dengan asumsi teknis bahwa kebun dapat menghasilkan 141 ton/ha/daur, dengan daur selama 4 tahun. Perincianya pada tahun pertama dihasilkan 6 ton, tahun ke-2 sampai ke-4 sebesar 20 ton. Kebun hasil rancangan diskenariokan akan memasok sebagian kebutuhan akan bahan pangan ke pengelola katering asrama. Kekurangan bahan baku akan dibeli dari pasar, demikian juga untuk jenis bahan pangan yang tidak dapat dihasilkan oleh kebun hasil rancangan. Selain itu, kelebihan produksi, jika ada, akan dijual ke pasar.
119
Tabel 11. Kontribusi Rancangan Komoditi di Kebun Sawah Baru dan Cikarawang Terhadap Penyediaan Bahan Baku Kontribusi Luas Keperluan Terhadap Komoditi Luas Lahan Rancangan Keperluan (ha) (ha) (%) Padi 49.43 1 2.03 Jagung
8.1
2
10.58
Kedelai
27
2
3.17
Tomat
5.40
0.5
9.25
Buncis
4.05
0.5
17.36
1.8
0.5
20.83
Cabai
0.27
0.5
1 388.88
Ayam
0.11
0.048
44.86
Ikan Mas
0.21
0.001
0.48
Kangkung
Analisis finansial kebun produksi dengan lahan terbatas
Pada Tabel 12 disajikan arus uang kontan (cash flow) Kebun Produksi Sawah Baru dan Cikarawang seluas 8 ha. Tabel 12. Analisis Cash Flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Lahan Terbatas No.
Komponen Analisis
Tahun ke0
I.
2
3
4
5
Inflows 1
Pendapatan
0
651323600
659430600
659430600
659430600
651323600
2
Kredit
373170990
0
0
0
0
0
Total inflow
373170990
651323600
659430600
659430600
659430600
651323600
373170990
0
0
0
0
0
II III
Outflows 1
Biaya Investasi Proyek
2
Biaya Produksi
0
373170990
373170990
373170990
373170990
373170990
3
Angsuran pokok
0
74634198
74634198
74634198
74634198
74634198
4
Pembayaran bunga 9%
0
33585389
26868311
20151233
13434156
6717078
5
Pajak (15%)
IV
Total outflows (20%)
V
Total cash flow
VI
Cumulative Cash balance Cash flow untuk perhitungan IRR
VII
1
0
25489953
27713565
28721127
29728688
29520200
373170990
506880531
502387064
496677548
490968032
484042466
0
144443069
157043536
162753052
168462568
167281134
0 373170990
144443069
301486605
464239657
632702225
799983359
252662657
258546045
257538483
256530922
248632410
120
Tabel 13 menjelaskan bahwa analisis kelayakan finansial rancangan dengan tingkat diskonto 9% menghasilkan nilai NPV Rp 228 783 351, yang berarti bahwa usaha tani yang dilakukan di kebun produksi menurut nilai sekarang layak untuk dilaksanakan karena nilainya positif atau NPV>0. Nilai IRR yang diperoleh di kebun produksi adalah 30%, yang berarti layak juga untuk dilaksanakan karena berada di atas tingkat bunga yang berlaku. Net B/C yang diperoleh bernilai 1.60, berarti biaya usaha tani untuk setiap Rp 1 akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1.56, yang dapat diartikan pula bahwa manfaat yang diperoleh 1.56 kali biaya yang dikeluarkan sehingga kegiatan usaha tani di kebun produksi tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan atau net B/C>1. Perolehan NPV>0, IRR>20%, dan net B/C>1 menunjukkan bahwa usaha tani dengan sistem konvensional untuk semua komoditi di kebun produksi secara finansial layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 9%. Tabel 13. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Rancangan Kebun dengan Lahan Terbatas Musim
Investasi
Cost
Benefit
Net Benefit
NPV
NPV
9% 0
373 170 990
30%
0
0
-373 170 990
-373 170 990
-373 170 990
1
506 880 531
651 323 600
144 443 069
1325 16 577
11 110 053
2
502 387 064
651 323 600
148 936 536
125 356 902
88 128 128
3
496 677 548
651 323 600
154 646 052
119 415 126
70 389 646
4
490 968 032
651 323 600
160 355 568
113 599 927
56 144 942
5
484 042 466
651 323 600
167 281 134
108 721 259
4 505 673
Total NPV+
599 609 793
370 826 441
Total NPV-
373 170 990
373 170 990
Net Benefit (rata-rata/th) =
155 132 472
Biaya tetap
(bunga=9%)
74 634 198
Benefit
(rata-rata/th)
651 323 600
Biaya variabel
(rata-rata/th)
312 085 990
NPV (9%) =
NPV (30%) =
226 438 803 Net B/C (9%) =
BEP (20%)=
1.607
14 3294 886 NPV"-(NPV') =
228 783 351
Payback
IRR =
0.30
periods (th) =
IRR =
30
2.4
-2 344 549 Net B/C (30%) = 0.994
121
Analisis sensitivitas kebun produksi dengan lahan terbatas Berdasarkan nilai NPV, IRR, dan net B/C yang diperoleh dari perhitungan
sebelumnya, usaha tani di kebun produksi layak untuk dilaksanakan. Sejalan dengan waktu bergulirnya proyek, seringkali proyeksi-proyeksi yang telah dilakukan berubah dalam beberapa hal, biaya produksi dan harga produk. Dalam perancangan ini analisis sensitivitas dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada harga output atau harga input, yakni biaya naik sampai 10% dan harga produk turun sampai 10%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kenaikan biaya dan penurunan harga jual terhadap kelayakan proyek dapat berjalan. Tabel 14. Tabel Analisis Sensitifitas Kebun dengan Lahan Terbatas (Diskonto 9%) Perubahan NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Biaya naik 10% Normal Harga produk turun 10%
40 450 765.3 228 783 351
12
1.08
30
1.60
-19 598 174.78
5
0.92
Tabel 14, menunjukkan jika biaya naik sebesar 10%, NPV (9%), IRR, dan net B/C akan turun menjadi sebesar Rp 40 450 765.3, 12%, dan 1.08 Usaha tani ini masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV>0, IRR>9%, dan net B/C>1. Namun, jika harga produk turun sebesar 10% semua indikator menunjukkan nilai negatif. Untuk NPV (9%) yang didapat sebesar Rp -19 598 174.78, IRR sebesar 5%, dan net B/C sebesar 0.92. (Perhitungan terperinci lihat Tabel Lampiran 1921).
122
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Mahasiswa Asrama TPB-IPB tergolong ke dalam kategori remaja aktif. Rata-rata asupan kalori yang mereka dapat 2 572 kkal. Lebih dari setengah mahasiswa (67%) asrama TPB-IPB tergolong berstatus gizi normal. Perancangan kebun produksi untuk pemenuhan status gizi sehat berteknologi konvensional mencakupi komoditi padi sawah, kedelai, jagung manis, tomat, kangkung, kentang, seledri, kol, bawang daun, buncis, cabai, pepaya, ayam ras pedaging, dan ikan mas. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi IPB layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar Rp 1 541 941 231 (NPV>0), IRR 29% sebesar (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1,56 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%. Rancangan pada Kebun Percobaan Cikarawang dan Kebun Percobaan Sawah Baru IPB untuk komoditi yang ditetapkan dan dapat diusahakan di kebun produksi tersebut terdiri dari padi sawah, kedelai, jagung manis, tomat, kangkung, bayam, buncis, cabai, pepaya, ayam ras pedaging, dan ikan mas. Berdasarkan perhitungan spread sheet yang dibuat, dengan asumsi semua hasil produksi dari kebun dijual dengan harga pasar, analisis kelayakan kebun produksi IPB seluas 7.5 hektar layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari NPV sebesar Rp 228 783 351 (NPV>0), IRR 30% sebesar (IRR>20%), dan net B/C sebesar 1.60 (net B/C>1) pada tingkat diskonto 9%.
Saran Sudah saatnya IPB membuat sebuah kebun produksi yang dikelola secara
moderen. IPB selaku institusi di bidang pertanian diharapkan dapat menjalankan model perancangan kebun produksi ini dengan berbagai penyesuaian. Manfaat yang akan didapat adalah termanfaatkannya Kebun Percobaan IPB secara optimal, dapat terpenuhinya kebutuhan pangan mahasiswa asrama TPB-IPB secara mandiri, dan terjaganya kesehatan mahasiswa selama di asrama.
123
Kebun produksi IPB ini ditargetkan akan dapat menjadi sarana pembelajaran mahasiswa IPB dan dari luar IPB dalam hal budi daya tanaman dan manajemen kebun produksi secara optimal. Kebun ini juga dapat menjadi sarana pelatihan dan rekreasi bagi tamu yang berkunjung ke IPB sehubungan dengan adanya kegiatatn agroedutourism.
124
DAFTAR PUSTAKA Anirum, G.G. 1998. Bioviabilitas Zat gizi secara in vitri pasa Menu Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Chozin, M. A. 2007. Mengawal Otonomi Menuju Perguruan Tinggi Pertanian Berbasis Riset. IPB Press. Bogor Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Hal 103-165. Dalam Padi (buku 1). Balai Penelitian Tanaman Pertanian. Bogor. Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Enoch, T.S. Hidayat, B. Budiman dan S. Latinulu. 1979. Pengetahuan Tentang Konsumsi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. FAO. 1985. Energy and Protein Requirements: Report FAO/WHO/UNU Expert Consultation. WHO, Geneva. Fresco, L.O. 2003. Fertilizer and gstudies.html. 18 Februari 2005.
of
A
Joint
future. http:/ /www.fao.org./es/ESD/
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian (terjemahan), edisi kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Golden, B.E. 2000. Infancy, childhood and adolescence. Edited by J.s. Garrow, W.P.T. James, A. Ralph. Human Nutrition & dietetics. 10 th. Edition. Hartourt Publishers. Edinburgh. London. Gowen, P.M. and K.B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan (Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi) 2 nd edition. Gajah Mada Univercity Press. http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/Riau/uu_pangan_no_7_th__1996.htm 21 Maret 2005. http://www.melroseflowers.com/mkic/resep/sayur/oseng_oseng_kangkung.html, 20 Desember 2005.
125
http://omorganics.org/page. php?pageid=78&contentid=62. 21 Maret 2005. http://student. ipb.ac.id/asrama/asrama3.htm. 15 Februari 2005. http://www.plh-smk.or.id/kuri_pert.html. 18 Februari 2005. Hardinsyah dan Dodik Briawan. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta, IPB. Bogor. _________ dan D. Martianto .1992. Gizi Terapan. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harsokusoemo, H.D. 2000. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Bandung. Husaini, M.A. 1989. Kecukupan konsumsi besi: wanita lebih membutuhkan lebih banyak. Buletin Gizi, 1 (13): 25-31. Intisari. 2004. Menu sehat. 02/th1/Oktober. PT Intisari Mediatama. Istianasari. 2004. Analisis Keragaan Sosial Ekonomi, Status Gizi dan Keluhan Kesehatan Mahasiswa TPB yang Berobat ke Poliklinik IPB. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. BPK. PAU Pangan Gizi IPB. Bogor. LIPI. 1984. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, Buku III: Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Pangan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Lubis, A.U. 1994. Perencanaan, Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Martianti, D. 2000. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajanan Pada Mahasiswa IPB di Wilayah Dramaga, Bogor. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mugnisjah, W.Q. 1999. Manajemen Produksi Tanaman. Diktat Kuliah. Jurusan Budi Daya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Nurzaini, H. 1997. Analisis kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Majalah Kultum V & VI (16 &17):119-136.
126
O’Dea, J.A. 1996. A healthy weight range chart for adolencent self assessment. Journal of Neutrition Education, 28 (5): 293-294. Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatic Map of Java and Madura. Central Research Institute of Agriculture, Bogor-Indonesia. Paramita, L. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan dan Status Gizi Pragawati. Skripsi. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian gizi RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 1999. Penuntun Diit, Buku Pertama, Edisi Kedua. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Reganold, J.P. 1992. Effects of alternative and conventional farming systems on agricultural sustainability. htttp://www.fftc.agnet.org./library/article /bc44001.html. 18 Februari 2005. Riyadi, H. 1995. Prinsip dan Petunjuk Penelitian Status Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Sarwono, S.W. 1993. Remaja, Seks dan Disiplin dalam Menyorot dan Memahami Masalah Remaja. Pustaka Antara. Jakarta. Sediaoetama, A.D. 1991. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta. Sudaryanto, T., Erwidodo, A., Purwoto. 1994. Pola konsumsi beras, jagung, dan kedelai serta implikasi terhadap proyeksi permintaan. Dalam Ekonomi Kedelai di Indonesia. 1996. IPB Press, Bogor. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. _______. dan Kusharto. 1988. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. _______. 1998. Kosep dan Kebijakan Diversifikasi Konsumsi Pangan dalam Rangka Ketahanan Pangan. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, hal 693-714. LIPI. Jakarta. Tarwodjo, A. 1978 Masalah Gizi Dewasa Ini di Indonesia. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi hal 14-18. LIPI. Jakarta. Tarwodjo, Ig dan Soekirman. 1987. Status gizi anak. Gizi Indonesia, 12(1): 06-14. Jakarta. Wirakusumah, E.S. 1997. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
127
Yogaswara, A.S. 1977. Seri-Seri Tanah dari Tujuh Tempat di Jawa Barat. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
128
LAMPIRAN
129
Lampiran 1. Kuesioner Usaha Tani Tanaman Semusim
No. : ………………..
SURVEI USAHA TANI TANAMAN SETAHUN/SEMUSIM
Jenis Komoditi : .................................................................... Nama Petani
: ....................................................................
Alamat
: .................................................................... ..................................................................... .....................................................................
Nama Pewawancara : ............................................................ Tanggal Wawancara : ............................................................
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
130
DAFTAR PERTANYAAN CATATAN USAHA TANI Pilih dengan menandai √ di tempat yang tersedia: [ ] MH 2004/2005 [ ] MK I 2005 [ ] MK II 2005 [ ] MH 2005/2006 I. (A)
DATA DASAR USAHA TANI SAWAH Data Petani 1. Keluarga a. Nama petani : ............................................................................... b. Umur petani : ......................... tahun c. Jumlah keluarga : ......................... orang d. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani (1) Laki-laki : ......................... orang (2) Perempuan : ......................... orang (3) Jumlah
: ......................... orang
2. Pendidikan a. Umum : Universitas/SLA/SLP/SD/lainnya ....................... b. Pertanian : Universitas/SLA/SLP/SD/lainnya ....................... c. Kursus pertanian (umum, budidaya): (1) Sebutkan ..…………………………………………………………..... Lamanya ………… tahun/bulan/minggu/hari (2) Sebutkan ..…………………………………………………………..... Lamanya ………… tahun/bulan/minggu/hari (3) Sebutkan ..…………………………………………………………..... Lamanya ………… tahun/bulan/minggu/hari d. Kursus perbenihan: (1) Sebutkan ..…………………………………………………………..... Lamanya ………… tahun/bulan/minggu/hari (2) Sebutkan ..…………………………………………………………..... Lamanya ………… tahun/bulan/minggu/hari 3. Alamat/Lokasi Petani a. Kampung : ............................................................... b. Desa : ............................................................... c. Kecamatan : ............................................................... 4. Kelompok Tani (KT) a. Nama Kelompok Tani b. WKPP
: ........................................................ : ........................................................
131
c. WKBPP d. Status dalam Kelompok Tani
: ....................................................... : Ketua/anggota/seksi ..................
5. Pengalaman sebagai petani sejak tahun : ........................................... (B)
Data Usaha tani 1. Status sawah a. Milik b. Sewa c. Sakap
: ................................ ha : ................................ ha : ................................ ha
2. Luas sawah yang digarap
: ................................ ha
3. Sumber pengairan: a. Musim hujan b. Musim kemarau
: teknis / ½ teknis / tadah hujan : teknis / ½ teknis / tadah hujan
4. Jarak ke jalan raya
: ................................. km
5. Mudah dicapai dengan mobil: [ ] Ya
[ ] Tidak
6. Pola tanam dan varietas tanamannya [Lanjutkan dengan (P), jadwal pola tanammya] Nyatakan!: ................. .................
Æ Æ
................. .................
Æ Æ
................. .................
Æ Æ
................. .................
7. Luas tanam padi dan atau palawija (sebutkan!) Padi MH 2004/2005 MK (I) 2005 MH 2005/2006
.................. ha .................. ha .................. ha
MK I 2005 MK II 2005
Palawija (1) ............... .................. ha .................. ha
(2) ............... .................. ha .................. ha
Palawija (1) ............... .................. kg .................. kg
(2) ............... .................. kg .................. kg
8. Produksi padi dan atau palawija (sebutkan!): Padi MH 2004/2005 MK (I) 2005 MH 2005/2006
.................. kg .................. kg .................. kg
9. Masalah utama: a. Padi MH 2004/2005 MK 2005 MH 2005/2006
MK I 2005 MK II 2005
: ....................................................................... : ........................................................................ ........................................................................ : ........................................................................ ........................................................................
b. Palawija (1) .................................. MK I 2005 : ...................................................... MK II 2005 : ...................................................... Palawija (2) .................................
132
MK I 2005 MK II 2005 a.
: .............................................................. : ..............................................................
Keperluan Pelatihan 1. Apakah Bapak memerlukan pelatihan pertanian? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Ya, pelatihan apa yang Bapak perlukan? Nyatakan: a. ............................................................................................................... b. ............................................................................................................... c. ............................................................................................................... d. ............................................................................................................... e. ............................................................................................................... f. ............................................................................................................... 2. Apakah Bapak mengetahui: a. Cara menghitung kebutuhan pupuk, benih, dan pestisida untuk luasan tertentu jika kebutuhan per hektarnya telah diketahui? [ ] Ya [ ] Tidak b. Cara membuat larutan pestisida atau pupuk (PPC) dengan konsentrasi tertentu? [ ] Ya [ ] Tidak c. Cara penggunaan pestisida yang aman bagi keselamatan manusia (misalnya ketika menyemprot dan menyimpannya)? [ ] Ya [ ] Tidak d. Cara pertolongan pertama akibat keracunan pestisida? [ ] Ya [ ] Tidak e. Cara membersihkan sprayer? [ ] Ya [ ] Tidak f. Cara menduga hasil panen? [ ] Ya [ ] Tidak g. Cara pengaturan air bagi tanaman? [ ] Ya [ ] Tidak h. Tanda-tanda tanaman terserang hama penyakit tertentu? [ ] Ya [ ] Tidak i. Tanda-tanda tanaman kekurangan hara (pupuk) tertentu? [ ] Ya [ ] Tidak
II. DATA TEKNIS BUDI DAYA Pilih dengan menandai √ di tempat yang tersedia: [ ] MH 2004/2005 [ ] MK I 2005 [ ] MK II 2005 [ ] MH 2005/2006 Nyatakan jenis tanamannya Luas
: ................................................................................. : ....................... ha.
(A) Pengolahan Tanah 1. Cara pengolahan tanah a. Tahapan dan lamanya pekerjaan per hektar No. Tahapannya 1. 2. 3.
Pengerjaan tiap tahap (hari)
133
4. 5. b. Selang tiada kegiatan antartahapan pengolahan tanah: Tahapan: ke-1 – ke-2 : ................................................ hari ke-2 – ke-3 : ................................................ hari ke-3 – ke-4 : ................................................ hari ke-4 – ke-5 : ................................................ hari c. Total hari yang diperlukan untuk pengolahan tanah: ............... hari/hektar 2. Status cara pengolahan tanah tersebut di atas: [ ] Baik [ ] Sedang [ ] Kurang 3. Bagaimana cara pengolahan tanah yang terbaik, nyatakan: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 4. Peran cara pengolahan tanah terhadap hasil panen, nyatakan: ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ (B) Varietas, Benih, Keragaman Tanaman 1. Varietas: a. Nama : ......................................................., luas : ............................. ha b. Nama : ......................................................., luas : ............................. ha 2. Asal Benih: a. Membeli dari: BBI/BBU/Penangkar/lainnya ................................................ b. Memproduksi benih sendiri c. Menyisihkan dari padi untuk konsumsi sendiri d. Lainnya: ......................................................................................................... 3. Keragaman pertanaman: a. Persemaian b. Pertumbuhan vegetatif c. Pembungaan d. Pengisian biji e. Pemasakan/pematangan
: : : : :
[ [ [ [ [
] Baik ] Baik ] Baik ] Baik ] Baik
[ [ [ [ [
] Sedang ] Sedang ] Sedang ] Sedang ] Sedang
[ [ [ [ [
] Jelek ] Jelek ] Jelek ] Jelek ] Jelek
(C) Persemaian 1. Menggunakan/tidak menggunakan 2. Waktu menyemai
: bulan .......................
3. Umur bibit sewaktu dipindah (transplanting)
: ............................ hari
4. Luas persemaian per hektar sawah
: ............................. m2
5. Pemotongan bibit saat dipindahkan (transplanting): a. Dilakukan/tidak dilakukan b. Alat pemotong, sebutkan .............................................................................. c. Perlakuan saat pemotongan (1) terhadap alat pemotong : ........................................................................
134
(2) terhadap bibitnya
:
........................................................................
6. Umur bibit terbaik saat dipindah dari persemaian: ...................... hari 7. Pengaruh umur bibit terhadap hasil panen atau petumbuhan tanaman: a. Jika terlalu cepat dipindahkan : .................................................................. b. Jika terlalu lambat dipindahkan : .................................................................. c. Jika tepat saatnya dipindahkan : .................................................................. (D) Pemupukan 1. Waktu memupuk, banyaknya (% dari total) dan umur tanaman (HST) Susulan I Susulan II Dasar Jenis Pupuk (%) (%) HST (%) HST a. Urea b. ZA c. TSP d. TSP (+Zn) e. KCl f. PPC g. ZPT 2. Cara memupuk (sebutkan jenis pupuknya) a. Disebar, tidak dibenam : ............................................................... b. Disebar, dibenam : ................................................................ c. Disemprot lewat daun : ................................................................ 3. Pengaruh pemupukan terhadap peningkatan hasil panen: Besar/sedang/kecil (..........................%) (E) Pengendalian Gulma 1. Cara pengendalian gulma: a. Dengan tangan (dicabut) b. Dengan alat sederhana c. Dengan bahan kimia d. Lainnya 2. Jenis, alat, dan bahan kimia untuk memberantas gulma: a. Alat : ............................................................................................. b. Bahan kimia : ............................................................................................. 3. Jenis gulma dari yang paling merugikan sampai yang tidak merugikan: a. ............................... c. ............................... e. ...................... b. ............................... d. ............................... f. ....................... 4. Waktu pengendalian gulma: a. Stadium pertanaman b. Umur tanaman (hari setelah tanam)
: :
......................................................... .........................................................
5. Pengaruh gulma terhadap pengurangan hasil panen: Besar/sedang/kecil (..........................%) (F) Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Jenis hama dan atau penyakit dari yang paling merugikan sampai yang tidak merugikan:
135
a. ........................................... b. ........................................... c. ...........................................
d. ........................................... e. ........................................... f. ...........................................
2. Bahan kimia atau cara lain yang dipakai untuk pengendalian hama dan atau penyakit: a. ........................................... c. ........................................... b. ........................................... d. ........................................... 3. Pengaruh hama dan atau penyakit terhadap penurunan hasil panen: Besar/sedang/kecil (..........................%) 4. Apakah Bapak melaksanakan pengendalian hama terpadu (PHT)? [ ] Ya [ ] Tidak (G) Pengairan (Irigasi dan Drainase) 1. Cara pengairan No.
Tinggi Air Genangan (cm)
Stadium Tanaman
Periode (hari)
1. 2. 3. 4. 5. 2. Pengaruh pengairan pada tingkat hasil panen, isi dengan: (a) mengurangi hasil (b) tidak berpengaruh (c) meningkatkan hasil No.
Stadium Tanaman
Jika Air Kurang
Jika Air Cukup
Jika Air Lebih
1. 2. 3. 4. 5. (H) Panen dan Hasil 1. Cara panen a. Alat yang digunakan b. Kriteria
: .................................................................................... : ....................................................................................
2. Hasil panen a. Gabah kering panen b. Gabah kering giling
: .............. kg/.............. bata = ......................t/ha : .............. kg/.............. bata = ..................... t/ha
3. Posisi hasil terhadap hasil rata-rata a. Yang diperoleh petani : di atas/sama/di bawah b. Yang diperoleh wilkel : di atas/sama/di bawah 4. Faktor yang berpengaruh terhadap hasil, diurut dari yang paling berpengaruh sampai yang tidak berpengaruh a. .................................................................................................................................
136
b. c. d. e.
................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. .................................................................................................................................
5. Hasil tertinggi dan terendah yang pernah dicapai: a. Tertinggi .......................... kg/......... bata = .............. t/ha, kapan ............. b. Terendah ......................... kg/......... bata = .............. t/ha, kapan ............. 6. Bagaimana sistem pembagian upah bagi tenaga permanen? Borongan/bawon (bagi hasil) Jika bawon, nyatakan: ................................... (perbandingan) (I) Pascapanen 1. Bagaimana proses pascapanen dilaksanakan? a. PanenÆ dikeringkan sementara (di sawah) Æ ditumpuk (di sawah) Æ dirontok (di sawah) Æ dikeringkan/dijemur (di sawah) Æ dibersihkan (di sawah) Æ diangkut ke rumah b. PanenÆ dirontok (di sawah/di rumah) Æ dikeringkan (di sawah/di rumah) Æ dibersihkan (di sawah/di rumah) Æ diangkut ke rumah c. PanenÆ dikeringkan (di sawah/di rumah) Æ dirontok (di sawah/di rumah) Æ dibersihkan (di sawah/di rumah) Æ diangkut ke rumah d. Lainnya, nyatakan : ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 2. Padi ditumpuk dulu di sawah setelah panen? Jika Ya, berapa lama (......................jam/hari)
[ ] Ya
3. Padi langsung dikeringkan di sawah setelah panen? [ ] Ya Jika Ya berapa lama pengeringan (.......................jam/hari)
[ ] Tidak [ ] Tidak
4. Cara merontok padi : diinjak/dibanting/dengan thresher/lainnya ................. 5. Kehilangan karena perontokan : a. diinjak ................................% b. dibanting ................................ % c. thresher ................................% 6. Penyebab kehilangan dalam perontokan, nyatakan : a. ............................................................................................................. b. ............................................................................................................. c. ............................................................................................................. (J) Masalah-Masalah dalam Teknik Budi Daya (nyatakan) 1. Pola Tanam
: ...................................................................
2. Ketersediaan Benih
: ...................................................................
3. Pengolahan Tanah
: ...................................................................
4. Persemaian
: ....................................................................
5. Pemupukan
: ....................................................................
6. Pengendalian Gulma
: ....................................................................
7. Pengendalian Hama
: ....................................................................
137
(K)
8. Pengendalian Penyakit
: ....................................................................
9. Pengairan
: ....................................................................
10. Panen
: ....................................................................
11. Pascapanen
: ....................................................................
12. Lainnya
: ....................................................................
Ketersediaan Saprodi di Pasaran 1. Apakah sarana produksi berikut tersedia di pasaran pada saat diperlukan? a. Benih [ ] Ya [ ] Tidak b. Pupuk dan PPC [ ] Ya [ ] Tidak c. Insektisida [ ] Ya [ ] Tidak d. Fungisida [ ] Ya [ ] Tidak e. Herbisida [ ] Ya [ ] Tidak f. Rodentisida [ ] Ya [ ] Tidak g. Alat-alat pertanian [ ] Ya [ ] Tidak h. ZPT [ ] Ya [ ] Tidak 2. Apakah sarana produksi berikut mampu Bapak beli? a. Benih [ ] Ya b. Pupuk dan PPC [ ] Ya c. Insektisida [ ] Ya d. Fungisida [ ] Ya e. Herbisida [ ] Ya f. Rodentisida [ ] Ya g. Alat-alat pertanian [ ] Ya h. ZPT [ ] Ya
[ [ [ [ [ [ [ [
] ] ] ] ] ] ] ]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3. Apakah sarana produksi berikut digunakan sebagaimana rekomendasi dari Diperta Pangan? a. Benih [ ] Ya [ ] Tidak b. Pupuk dan PPC [ ] Ya [ ] Tidak c. Insektisida [ ] Ya [ ] Tidak d. Fungisida [ ] Ya [ ] Tidak e. Herbisida [ ] Ya [ ] Tidak f. Rodentisida [ ] Ya [ ] Tidak g. Alat-alat pertanian [ ] Ya [ ] Tidak h. ZPT [ ] Ya [ ] Tidak (L) Modal Usaha Tani 1. Apakah Bapak kekurangan modal usaha tani?
[ ] Ya [ ] Tidak
2. Apakah Bapak menerima kredit usaha tani?
[ ] Ya [ ] Tidak
3. Siapa pemberi kredit usaha tani? a. KUD b. Bank, nyatakan : ................................................................ c. Koperasi lain, nyatakan : ................................................................ d. Lainnya, nyatakan : ............................................................... (M) KUD 1. Apakah Bapak anggota/pengurus/bukan anggota KUD?
138
2. Tanggapan Bapak terhadap KUD? a. Misalnya untuk pelayanan, perlukah ada pembedaan pelayanan untuk anggota dan bukan anggota? [ ] Ya [ ] Tidak b. Tanggapan lainnya : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... 3. Saran Bapak untuk KUD? a. ........................................................................................................................ b. ........................................................................................................................ c. ........................................................................................................................ d. ........................................................................................................................ (N) JADWAL POLA TANAM 1. Tahun 2004/2005 Pilih dengan menandai √ di tempat yang tersedia: [ ] Padi – Padi – Palawija (Jenis palawijanya: ................................................) [ ] Padi – Palawija – Palawija (Jenis palawijanya: .........................................) [ ] Padi – Palawija – Bera (Jenis palawijanya: ................................................) [ ] .................................... (Jenis palawijanya .................................................) Musim Tanam
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
MH 2004/2005 MK I 2005 MK II 2005 2. Tahun 2004/2005 Pilih dengan menandai √ di tempat yang tersedia: [ ] Padi – Padi – Palawija (Jenis palawijanya: ................................................) [ ] Padi – Palawija – Palawija (Jenis palawijanya: .........................................) [ ] Padi – Palawija – Bera (Jenis palawijanya: ................................................) [ ] .................................... (Jenis palawijanya .................................................) Musim Tanam MH 2005/2006 MK I 2006 MK II 2006
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
139
III. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI (A) Tenaga Kerja 1. Penggunaan tenaga kerja untuk komoditi ............................; luas .......... ha; musim tanam (pilih dengan melingkari): MH / MK I / MK II No.
Kegiatan Pria
Total Tenaga Kerja (HOK) Dalam Keluarga Luar Keluarga MePria WaTerWaTernita nak1) nita nak1) sin
Mesin
A.
Prapanen 1. Pesemaian 2. Penyiapan lahan -cangkul -bajak -garu -........................... 3. Tanam 4. Pemeliharaan -Peng. Gulma -Pemupukan dasar -Pemupkan susulan -............................. -Peng. Hama -............................. -Peng. Penyakit -.............................. -Pengelolaan air -Perbaikan galeng -.............................. B. Panen C. Pascapanen 1. Perontokan 2. Pembersihan 3. Pengeringan 4. Pengarungan 5. .............................. D. Lain-lain -Pengangkutan -............................... Jumlah 1) Termasuk orang yang mengoperasikannya 2. Upah tenaga kerja untuk komoditi .................................; luas ........... ha; musim tanam (pilih dengan melingkari): MH / MK I / MK II No.
Kegiatan Pria
A.
Prapanen 1. Pesemaian
Total Tenaga Kerja (HOK) Dalam Keluarga Luar Keluarga MePria WaTerWaTernita nak1) nita nak1) sin
Mesin
140
2. Penyiapan lahan -cangkul -bajak -garu -........................... 3. Tanam 4. Pemeliharaan -Peng. Gulma I -Peng. Gulma II - .......................... -Pemupukan dasar -Pemupukan I -Pemupukan II -............................. -Peng. Hama I -Peng. Hama II -.............................. -Peng. Penyakit I -Peng. Penyakit II -.............................. -Pengelolaan air -Perbaikan galeng -.............................. B. Panen C. Pascapanen 1. Perontokan 2. Pembersihan 3. Pengeringan 4. Pengarungan 5. .............................. D. Lain-lain -Pengangkutan -............................... Jumlah 1) Termasuk orang yang mengoperasikannya (B) Penggunaan input No.
1. 2.
3.
Jenis Input
Benih Pupuk inorganik -Urea -SP36 -KCl -ZA -................................. -................................. Pupuk organik -Pupuk hijau
Satuan1)
Total Bobot/ Volume
Harga/ Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Pengadaan2) MS
B
141
4.
5.
6.
-Pupuk kandang -.................................. Pestisida/Biopestisida -.................................. -.................................. -.................................. -.................................. -.................................. Herbisida -.................................. -.................................. -.................................. -.................................. Lainnya -Zat pengatur tumbuh -.................................. -.................................. -.................................. -..................................
Jumlah Satuan: kg/g/liter/ml/pikul/ dsb; 2)MS = milik sendiri; b = membeli
1)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
(C) Biaya lain Jenis Pengeluaran
Satuan1)
Total Bobot/ Volume/dll
Harga/ Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Sewa lahan/tahun Sewa lahan/musim Pajak lahan/tahun Iuran P3A Bunga kredit
Jumlah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
(D) Penyusutan alat dan bangunan Umur Pakai Jenis Alat/Bangunan1)
Nilai Awal
Nilai di Akhir Proyek
Penyusutan (%/th)
142
10. 11. 1) Sebutkan nama alat/bangunannya No.
(E) Produksi dan Nilainya Jenis Produk1) Satuan1)
Total Bobot/ Volume/dll
Harga/ Satuan (Rp)
Total Pendapatan (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah Sebutkan nama produk dan satuannya
1)
No.
(F) Produksi Limbah dan Nilainya Jenis Produk1) Satuan1)
Total Bobot/ Volume/dll
Harga/ Satuan (Rp)
Total Nilai (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah Sebutkan nama jenis limbah dan satuannya Limbah apa saja yang dihasilkan dari usaha ini, sebutkan: a. Limbah padat : .................................................................................................... b. Limbah cair : .................................................................................................... c. Limbah gas : .................................................................................................... 1.2 a. Di mana limbah itu dibuang dan adakah pengolahan untuk masing-masing jenis limbah itu: Tempat Jenis Limbah Cara Penanganan Pembuangan
1)
b. Pembuangan limbah yang Saudara lakukan ini mengganggu atau tidak [ ] mengganggu [ ] tidak mengganggu
143
Lampiran 2. Kuesioner untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Mahasiswa TPB-IPB
Kuesioner untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Mahasiswa TPB-IPB
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
144
Kuisioner untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Mahasiswa TPB-IPB
Nama
: ..........................................................................................................
Jenis Kelamin : ......................................................................................................... Bobot badan : .......................................................................................................... Tinggi badan : .......................................................................................................... Umur
: ..........................................................................................................
Pilih (√) jenis kegiatan yang biasa anda lakukan, lebih mendekati yang mana? 75% waktu anda digunakan untuk duduk atau berdiri. 25% waktu anda berdiri atau bergerak. 25% waktu anda digunakan untuk duduk atau berdiri. 75% waktu anda digunakan untuk aktivitas tertentu. 40% waktu anda digunakan untuk duduk atau berdiri. 60% waktu digunakan untuk aktivitas tertentu.
145
Survei Lanjutan Mengenai Pola Kebiasaan Makan Mahasiswa TPB-IPB Nama : Jenis Kelamin : Gedung Makan Pagi
1.3.3. Sayur soup 1.3.4. Sayur asem
1.1. Nasi putih
1.3.5. Sambal goreng hati
1.2. Lauk pauk:
1.3.6. Lainnya, sebutkan : ………
1.2.1. Ayam goreng 1.2.2. Telur ayam 1.2.3. Tempe/tahu goreng 1.2.4. Lainnya, sebutkan : ……… ………………………………………………… 1.3. Sayur: 1.3.1. Sayur bayam 1.3.2. Kangkung
1.4. Buah-buahan: 1.4.1. Pepaya 1.4.2. Pisang 1.4.3. Tomat 1.4.4. Semangka 1.4.5. Nanas 1.4.6. Melon
1.3.3. Tauge
1.4.7. Lainnya (sebutkan):……………..
1.3.4. Lainnya, sebutkan : ………
……………………………………..
………………………………………………… 1.4. Minuman:
Makan Malam
1.4.1. Teh manis 1.4.2. Susu 1.4.3. Lainnya, sebutkan : ……… …………………………………………………
1.1. Nasi putih 1.2. Lauk pauk: 1.2.1. Ayam 1.2.2. Telur ayam
2.1. Sarapan lainnya:
1.2.3. Tempe/tahu
2.1.1. Ketoprak
1.2.4. Ikan……………………….
2.1.2. Bubur ayam
1.2.5. Daging…………………….
2.1.3. Lontong sayur 2.1.4. Jajanan (pisang goreng, dsb.) 2.1.5. Lainnya, sebutkan : ………
1.2.6. Lainnya, sebutkan : ……… ……………………………………. 1.3. Sayur: 1.3.1. Sayur bayam 1.3.2. Sayur kangkung
Makan Siang
1.3.3. Tauge 1.3.4. Sayur asem
1.1. Nasi putih 1.2. Lauk pauk:
1.3.5. Lainnya, sebutkan : ……… …………………………………….
1.2.1. Ayam 1.2.2. Telur ayam
2.1. Menu lainnya:
1.2.3. Tempe/tahu
2.1.1. Mie goreng
1.2.4. Ikan………………………….
2.1.2. Mie rebus
1.2.5. Daging……………………… 1.2.6. Lainnya, sebutkan : ……… ……………………………………. 1.3. Sayur: 1.3.1. Sayur bayam 1.3.2. Tumis kangkung
2.1.3. Nasi+Soto ayam 2.1.4. Nasi+Soto daging 2.1.5. Nasi goreng 2.1.6. Lainnya, sebutkan : ……… …………………………………….
*Beri tanda (√) pada kolom yang disediakan. Pilihan berdasarkan pola kebiasaan makan anda
146
Lampiran 3. Teknik Budi Daya Beberapa Komoditi Terkait dalam Rancangan
Teknis Budi Daya Beberapa Komoditi Pertanian, Peternakan, dan Perikanan
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
147
1. Koefisien Teknik Budi Daya Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Varietas
:
IR 64, Fatmawati, Membramo, Raja Lele, Cianjur,
Pandan Wangi, Pelita, dan PB 48. Syarat Tumbuh :
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450
LU sampai 450 LS. Curah hujan 1 500-2 000 mm/tahun dengan empat bulan
musim hujan. Penyinaran matahari penuh, tanpa naungan. Di dataran rendah pada ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperatur 22-270 C dan di dataran tinggi pada ketinggian 650-1 500 m dpl dengan temperatur 19-230 C. Tanah berlumpur yang subur dengan kedalaman 18-22
cm dan pH 4.0-7.0. Pembibitan
:
Kebutuhan benih 25-40 kg/hektar, bergantung pada jenis
padinya. Daya berkecambah benih 80%. Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1
malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan. Luas persemaian sekitar 1/20 dari areal sawah yang akan
ditanami. Persemaian ditaburi pupuk urea dan SP-36 masing-
masing 10 gram/m2, ketinggian air 5 cm. Pada umur 25-40 hari bibit siap untuk dipindahtanamkan.
Jarak Tanam
:
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 cm x
20 cm, 25 cm x 25 cm, 22 cm x 22 cm, atau 30 cm x 20 cm. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 5 ton/ha. Pupuk
:
Urea=300 kg/ha, SP-36=75-175 kg/ha, dan KCl=50
kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8
minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar
148
terbenam. Pupuk SP-36 diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai. Umur Panen
:
95-110 hari setelah tanam, sesuai dengan varietas.
Produktivitas
:
Saat ini hasil yang didapat sekitar 4-5 ton/ha. Namun,
dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif produksi dapat mencapai 7 ton. Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
2. Teknik Budi Daya Jagung (Zea mays L.) Hibrida C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2,
Varietas
IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster Kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1, dan Semar 2. Syarat Tumbuh :
Tanaman jagung tumbuh di daerah tropis/subtropis pada
0-500 LU sampai 0-400 LS. Curah hujan 85-200 mm/bulan dan merata. Penyinaran matahari penuh, sebaiknya tanpa naungan. Suhu optimum yang dikehendaki tanaman jagung antara
23-300 C. Tanah harus gembur, subur, dan kaya humus dengan pH
5.6-7.5. Ketinggian tempat yang optimum antara 0-600 m dpl.
Penanaman
:
Kebutuhan benih 20-30 kg/hektar. Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%. Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan
fungisida seperti Benlate apabila diduga ada serangan jamur.
149
Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Jarak Tanam
:
Jarak tanam 75 cm x 25 cm setiap lubang ditanam satu
tanaman dan 75 cm x 50 cm dengan dua tanaman setiap lubangnya. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 2 ton/ha. Pupuk
Dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, SP-36=75-
:
100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pupuk susulan I diberikan setelah tanaman jagung
berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pupuk susulan II diberikan setelah tanaman jagung
berumur 8 minggu atau setelah malai keluar. Umur Panen
:
90-100 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
Rata-rata sekitar 5-9 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
3. Teknik Budi Daya Kedelai (Glycine max L.)
Varietas
:
Wilis, Burangrang, Leuser, Argomulyo, Lawu, Kerinci,
Tampomas, Kawi, Galunggung, dan Pangrango. Syarat Tumbuh :
Tanaman kedelai tumbuh di daerah tropis/subtropis. Curah hujan 100-400 mm/bulan, optimum pada 100-200
mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-340 C,
akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-270 C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 300 C. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan tidak terlalu
basah dengan pH 5.8-7.0. Ketinggian tempat yang optimum antara 400 m dpl.
Penanaman
:
Kebutuhan benih 20-30 kg/hektar.
150
Kedalaman lubang tugalan 10-15 cm. Daya tumbuh benih 90%. Sebelum ditanam, sebaiknya benih dicampur dengan
bakteri Rhizobium. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Jarak Tanam
:
Monokultur : Jarak tanam 20 cm x 30 cm, 40 cm x 15 cm,
40 cm x 20 cm, setiap lubang ditanam 3-4 benih. Tumpang sari dengan jagung : 30 cm x 30 cm dan jagung
90 cm x 90 cm. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 2 ton/ha. Pupuk
:
Urea=100 kg/ha, SP-36=200 kg/ha dan KCl=150 kg/ha.
Umur Panen
:
75-120 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
Rata-rata sekitar 1-1.5 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
4. Teknik Budi Daya Tomat (Solanum lycopersicum L.)
Varietas
:
Berlian, Mutiara, Kada, Intan, Ratna, LV, CLN, GH 2,
dan GH 4. Syarat Tumbuh :
Curah hujan 750-1 250 mm/tahun. Suhu yang dikehendaki tanaman tomat pada siang hari
adalah 18-290 C dan pada malam hari 10-200 C. RH 25%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 5.5-7.0. Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian
tempat, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Pembibitan
:
Kebutuhan benih 1-2 benih/lubang, kemudian ditutup
tanah tipis-tipis. Kedalaman lubang tugalan 1-2 cm.
151
Daya tumbuh benih 90%. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih disemaikan
terlebih dahulu di persemaian. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya bibit
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Jarak Tanam
:
Jarak tanam 80 cm x 100 cm, 80 cm x 80 cm, 100 cm x
100 cm. Dapat juga dibuat jarak antarbarisan 100 cm dan di dalam barisan berjarak 50-60 cm. Penanaman
:
Bibit dipindahtanamkan pada umur 30-45 hari. Diberi mulsa plastik berwarna hitam-perak atau sisa
tanaman yang telah mati. Kedalaman lubang 15 cm dan diameter 7-8 cm. Perlu pemasangan ajir setinggi 100-175 cm. Pengairan teratur.
Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 10 ton/ha atau 0.5-1 kg/lubang. Pupuk
:
Urea=175 kg/ha, SP-36=350 kg/ha dan KCl=200 kg/ha.
Umur Panen
:
70-100 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
5-10 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
5. Teknik Budi Daya Pepaya (Carica papaya L.)
Varietas
:
Syarat Tumbuh :
Pepaya Semangka, Pepaya Burung, IPB I, IPB II. Curah hujan 1 000-2 000 mm/tahun. Suhu udara optimum adalah 22-260 C. RH 40%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 6.0-7.0. Tanaman pepaya dapat tumbuh di ketinggian 700-1 000
m dpl. Pembibitan
:
Kebutuhan benih 60 gram/hektar atau 2 000 tanaman. Benih direndam dahulu di larutan fungisida (Benlate T)
152
0.5 gram/liter. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih disemaikan
terlebih dahulu di persemaian. Kedalaman lubang tugalan 1-2 cm, jarak antarbaris 5-10
cm. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya bibit
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Jarak Tanam
:
Jarak tanam 2 m x 2.5 m dengan ukuran lubang tanam 60
cm x 60 cm x 40 cm. Penanaman
:
Bibit dipindahtanamkan pada umur 2-3 bulan.
Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 10 ton/ha atau 0.5-1 kg/lubang. Pupuk
:
Setiap minggu setelah tanam diberi pupuk kimia urea=25
g/tanaman, SP-36=50 g/tanaman, dan KCl=25 g/tanaman. Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan dengan
komposisi urea=50 g/tanaman, SP-36=75 g/tanaman, dan KCl=50 g/tanaman. Umur 6 bulan dan seterusnya, setiap bulannya diberi
pupuk urea=60 g/tanaman, SP-36=75 g/tanaman, dan KCl=75 g/tanaman. Aplikasi dengan cara melingkari setiap tanaman.
Umur Panen
:
6 bulan setelah tanam, kemudian dapat dipanen setiap 10
hari sekali. Produktivitas
:
30-150 buah/pohon dengan bobot rata-rata 1-3 kg/buah.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
6. Teknik Budi Daya Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Syarat Tumbuh :
Curah hujan 1 500-2 500 mm/tahun. Memerlukan cahaya matahari penuh, tanpa naungan. Suhu yang dikehendaki tanaman buncis 20-250 C. RH 55%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan drainase
153
baik dengan pH 5.5-6.0. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat,
baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Penanaman
:
Kebutuhan benih 2-3 benih/lubang, kemudian ditutup
tanah. Kedalaman lubang tugalan 4-6 cm. Daya tumbuh benih 80-85%. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Perlu pemasangan ajir setinggi 100-175 cm Pengairan teratur.
Jarak Tanam
:
Jarak tanam 20 cm x 50 cm (lebar) dan 20 cm x 40 cm
(sempit). Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 15-20 kg/10 m2. Pupuk
:
Urea=200 kg/ha, SP-36=600 kg/ha dan KCl=120 kg/ha.
Umur Panen
:
60-80 hari setelah tanam.
Periode Panen
: Secara bertahap setiap 2-3 hari sekali hingga 80 HST.
Produktivitas
:
Hingga 15 ton/ha polong segar.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
7. Teknik Budi Daya Kangkung (Ipomoea aquatica L.)
Varietas
:
Syarat Tumbuh :
Kangkung darat : Sutra, Bangkok, dan Reptans. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun Curah hujan 500-5 000 mm/tahun. Memerlukan naungan agar kualitas serat batangnya baik. Suhu yang dikehendaki tanaman kangkung 20-250 C. RH 40%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan drainase
baik dengan pH 5.5-7.0. Tanaman kangkung dapat tumbuh di berbagai ketinggian
154
tempat, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Penanaman
:
Kebutuhan benih 2-3 benih/lubang, kemudian ditutup
tanah. Kedalaman lubang tugalan 4-6 cm. Daya tumbuh benih 80-85%. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya benih
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Pengairan teratur.
Jarak Tanam
:
Jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 10 ton/ha. Pupuk
:
Urea=200 kg/ha, SP-36=200 kg/ha dan KCl=10 kg/ha.
Umur Panen
:
60-80 hari setelah tanam.
Periode Panen
: Secara bertahap setiap 2 minggu sekali hingga 80 HST.
Produktivitas
:
Hingga 12-40 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
8. Teknik Budi Daya Seledri (Apium greveolens L.)
Varietas
:
A. graveolens L. var. secalinum Alef, A. graveolens L.
var sylvestre Alef. Syarat Tumbuh :
Curah hujan 60-100 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman seledri adalah 15-24 C. RH 80-90%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan drainase
baik dengan pH 5.5-6.5. Tanaman bayam dapat tumbuh pada elevasi 1 000-1 200
m dpl. Pembibitan
:
Benih disemai di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm
dengan jarak antar alur 10-20 cm. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan bedengan sampai lembab.
155
Pada hari ke 15-25 setelah semai, bibit disemprot dengan
pupuk daun, tanah bedengan di antara alur/larikan dengan larutan 10 gram NPK/10 liter air dan semprot bibit yang diserang hama dengan pestisida pada konsentrasi rendah (30-50% dosis anjuran). Saat penanaman, sebaiknya benih dicampur dengan
insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Pengairan teratur. Bibit dipindahkan setelah berumur 1 bulan atau memiliki
3-4 daun. Jarak Tanam
:
Bedengan dengan lebar 80-100 cm, tinggi 30 cm, panjang
sesuai dengan panjang lahan, jarak antar bedengan 30-40 cm. Lubang dalam bedengan 25 cm x 30 cm
Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 15 ton/ha. Pupuk
:
Urea=150 kg/ha, dan KCl=100 kg/ha.
Umur Panen
:
1-3 bulan setelah tanam.
Periode Panen
: Secara bertahap 1-2 minggu sekali.
Produktivitas
:
Hingga 0.5 ton/ha/minggu.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
9. Teknik Budi Daya Cabai (Capsicum annum L.)
Varietas
:
Hot Beauty, Hero, Long Chilli, Arimbi, Hibrid TM-999,
Hybrid TM-888. Syarat Tumbuh :
Curah hujan 1 500-2 500 mm/tahun. Intensitas cahaya cukup tinggi. Suhu yang dikehendaki tanaman cabai adalah 24-280 C. RH 80%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 5.5-6.8. Tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari
156
1 400 m dpl Pembibitan
:
Kebutuhan benih 1-2 benih/lubang, kemudian ditutup
tanah tipis-tipis. Kedalaman lubang tugalan 1-2 cm. Daya tumbuh benih 90%. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih disemaikan
terlebih dahulu di persemaian. Saat penanaman, di lubang tanam sebaiknya bibit
dicampur dengan insektisida sistemik seperti Furadan 3G. Jarak Tanam
:
Jarak tanam 40 cm x 60 cm.
Penanaman
:
Bibit dipindahtanamkan pada umur 30-45 hari. Diberi mulsa plastik berwarna hitam-perak atau sisa
tanaman yang telah mati. Kedalaman lubang 15 cm dan diameter 7-8 cm. Pengairan teratur.
Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 10 ton/ha atau 0.2-1 kg/lubang tanam. Pupuk
:
Pupuk dasar : urea=5 g/tanaman, SP-36=20 g/tanaman. Pupuk susulan I (3 MST) : urea=5 g/tanaman, KCl=5
g/tanaman. Pupuk susulan II (6 MST) : urea=5 g/tanaman, KCl=5
g/tanaman. Umur Panen
:
75-85 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
18-28 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
10. Teknik Budi Kentang (Solanum Tuberosum)
Varietas
:
Syarat Tumbuh :
Granola, Atlantis, Cipanas,dan Segunung. Curah hujan rata-rata 1 500 mm/tahun. Lama penyinaran 9-10 jam per hari. Suhu yang baik tanaman kentang adalah 18-210 C. RH 80-90%.
157
Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 5-7. Tanaman kentang dapat tumbuh ideal berkisar antara
1 000-1 300 m dpl Pembibitan
:
Umbi bibit hendaknya berbobot 30-50%, memiliki 3-5
mata tunas. Kedalaman lubang tugalan 1-2 cm. Sebelum tanam umbi yang dibelah harus direndam dulu
di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Jarak Tanam
:
Jarak tanam 30 cm x 70 cm.
Penanaman
:
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit
dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi.. Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika
kentang ditanam di dataran medium. Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada
bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 15-20 ton/ha. Pupuk
:
Pupuk dasar : Pupuk kandang, SP-36=400 kg/ha. Pupuk susulan I (3 MST) : urea=165 kg/ha, KCl=100
kg/ha. Pupuk susulan II (6 MST) : urea=165 kg/ha, KCl=100
kg/ha. Umur Panen
:
90-180 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
35-40 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
158
11. Teknik Bawang Daun (Allium sp.)
Varietas
:
Syarat Tumbuh :
Linda dan Long white. Suhu yang baik tanaman bawang daun adalah 10-240 C. RH 80-90%. Tanah harus tanah subur berstruktur remah/lepas,
gembur, banyak mengandung bahan organik, tata air dan tata udara baikpH antara 6,5-7,5 Tanaman seledri dapat tumbuh ideal berkisar antara
900-1 700 m dpl. Pembibitan
:
Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang tergantung dari kondisi lahan dan kebutuhan bibit.
Bedengan diberi atap plastik bening setinggi 100-150 cm di sisi Timur
.
dan 60-80 cm di sisi Barat
Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam 1 cm dengan jarak antar larikan 10 cm.
Jarak Tanam
:
Jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Penanaman
:
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 10 cm. Bibit
dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah disekitar pangkal bibit secara perlahan.. Baik ditanam sepanjang tahun asal air tersedia. Waktu
tanam yang baik awal musim hujan.. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 10-15 ton/ha. Pupuk
:
Pupuk dasar : Pupuk kandang, SP-36=400 kg/ha,
KCl=200 kg/ha. Pupuk susulan I (3 MST) : urea=300 kg/ha, ZAl=600
kg/ha. Pupuk susulan II (6 MST) : urea=155 kg/ha, ZA=300
kg/ha. Umur Panen
:
60 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
10-40 ton/ha.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
159
12. Teknik Budi Kol (Brassica oleracea)
Varietas
:
Syarat Tumbuh :
Globe master, K-K cros, dan Green cup. Pada stadium pembibitan perlu naungan sedangkan pada
stadia pertumbuan intensitas tinggi.. Suhu yang baik tanaman kol adalah 10-240 C. RH 60-90%. Tanah harus gembur, subur, kaya humus, dan mudah
merembeskan air dengan pH 5-7. Tanaman kentang dapat tumbuh ideal berkisar antara
200-2 000 m dpl Pembibitan
:
Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau
daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,81,0 m di sisi Barat. Benih disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm
setelah 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Jarak Tanam
:
Jarak tanam50 cm x 50 cm.
Penanaman
:
Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6
minggu atau telah berdaun 5-6. Perempelan
cabang/tunas-tunas
samping
dilakukan
seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, Memerlukan air pada fase awal pertumuhan dan
pembungaan. Dosis dan Aplikasi Pupuk kandang 15-20 ton/ha. Pupuk
:
Pupuk
dasar:
urea=250
kg/ha,
SP-36=250
KCl=250 kg/ha. Pupuk susulan I (2 MST) : urea=.3-5 gr/tanaman. Pupuk susulan II (4 MST) : 5 gr/ha.
Umur Panen
:
60-100 hari setelah tanam.
Produktivitas
:
35-80 ton/ha.
kg/ha,
160
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
13. Teknik Budi Daya Ayam Ras Pedaging
Syarat Lokasi
:
Lokasi cukup jauh dari keramaian. Mudah terjangkau dari pusat pemasaran. Lokasi bersifat menetap dan tidak mudah terganggu dari
keperluan lain. Syarat Kandang : Suhu kandang antara 32-350 C. RH 60-70%. Kandang harus mendapat sinar matahari pagi. Ukuran kandang 12 m x 48 m. Alas kandang (litter) harus dalam keadaan kering dengan
ketebalan 10 cm, diberi kapur dan pasir seperlunya. Tempat makan dan minum harus tersedia.
Pembibitan
Day old chicken (DOC) atau ayam berumur satu hari
:
harus berasal dari induk yang sehat. Ukuran badan normal dengan berat badan antara 35-40
gram. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
Pakan
: Jumlah pakan pada fase starter (0-4 minggu) adalah 1 520 gram/ekor. Jumlah pakan pada fase finisher (30-57 hari) adalah 3 829
gram/ekor. Pemberian minum untuk fase starter adalah 122.6
liter/hari/100
ekor
dengan
penambahan
gula
50
gram/liter. Pemberian minum untuk fase finisher adalah 333.4
liter/hari/100 ekor. Pemberian vaksin pada ternak harus dilakukan secara
Pemeliharaan Ternak Pemeliharaan
:
teratur dengan dosis yang dianjurkan. Pembersihan kandang (sanitasi) dilakukan setiap hari
161
Kandang
:
terutama setelah panen besar. Pemberian kapur perlu dilakukan setelah panen besar Pemeliharaan kandang harus mengikuti persyaratan dari
poultry shop. Umur panen
:
35-55 hari.
Produktivitas
:
Antara 3 000-3 200 ayam/kandang.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
14. Teknik Budi Daya Ikan Mas
Syarat Lokasi
:
Lokasi cukup dekat dengan sumber air yang mengalir. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dibatasi dengan
saringn kawat atau bambu. Ketersediaan air mencukupi, baik di musim hujan
maupun musim kemarau. Mudah terjangkau dari pusat pemasaran. Lokasi bersifat menetap dan tidak mudah terganggu dari
keperluan lain. Pembibitan
Bibit ikan mas dibeli dari pasar dengan ukuran 3-5 cm.
:
Populasi bibit ikan mas sebanyak 200 ekor/m2. Derajat kelangsungan hidup sebesar 60-70%.
Pakan
: Pemberian pakan berupa dedak sebanyak 2-4 kg/ha/hari.
Pemeliharaan
: Tidak ada persyaratan khusus dalam pemeliharaan ikan.
Umur panen
:
3-4 bulan setelah pendederan.
Produktivitas
:
Hingga 520 kg/10 m2.
Sumber: Disarikan dari CD-ROM Teknologi Tepat Guna: Seri Basis Data Warintek. http://www.ristek.go.id.
Lampiran 4. Resep Menu Makan Asrama TPB-IPB
162
1. Nasi Kukus
163
No.
Bahan
Bobot
1
Beras
200 g
2
Air mendidih
75 ml
Cara memasak: 1. Dandang diisi 1/3 bagian dengan air, lalu dijerengkan sampai mendidih. 2. Beras yang sudah dicuci dimasukkan ke dalam dandang yang sudah disiram dengan air panas. 3. Ditutup dan dikukus sampai setengah masak, beras dituang dalam baskom dan diaru dengan air sampai mendidih. 4. Jika air sudah meresap semuanya, beras dikukus kembali sampai masak. Sumber: Anirum, G.G. 1998. 2. Telur Ceplok Mata Sapi
No
Bahan
Jumlah/Berat
1
Telur
2
Garam halus
5g
3
Lada halus
5g
4
Minyak
Keterangan
1 butir
50 ml
Untuk menggoreng telur
Cara memasak : 1. Minyak dipanaskan. 2. Kulit telur dipecah, isi telur dimasukkan ke minyak panas sambil disiram minyak di atas telur. 3. Atasnya ditaburi garam dan lada. Sumber: Anirum, G.G. 1998.
164
3. Sup Sayuran
No
Bahan
Bobot
Keterangan
1
Daging sapi
400 g
Ambil bagian dada atau yang ada lemak kerasnya.
2
Kaldu sapi
2.5 l
Disaring
3
Kentang
150 g
Dipotong kotak-kotak kecil
4
Wortel
150 g
Dikupas dan diiris bulat-bulat
5
Kol
100 g
Dipotong segi empat
6
Buncis
75 g
Dipotong kecil-kecil
7
Tomat
8
Kacang kapri
9
Garam
5g
10
Merica
10 g
11
Vetsin
5g
12
Pala halus
10 g
13
Daun bawang
40 g
14
Seledri
15 g
15
Bawang goreng
5g
2 buah. Diiris bundar-bundar 100 g
Dibersihkan dan diambil yang muda
Dipotong pendek
Cara memasak: 1. Bersihkan dan cuci bersih bahan. 2. Rebus daging sampai lunak, lalu dipotong dalam bentuk kotak-kotak kecil. Saring kaldunya sebanyak 2.5 l. 3. Didihkan lagi kaldu dalam panci, masukkan wortel, kol, buncis, kacang kapri, rebus sampai matang. 4. Tambahkan tomat, kentang, daun bawang, merica, vetsin dan pala halus secukupnya. 5. Sajikan dengan irisan seledri dan bawang goreng di atasnya. Sumber: Anirum, G.G. 1998.
165
4. Sayur Tumis Kangkung
No.
Bahan
Bobot
Keterangan
1
Bawang putih
1 siung
Dirajang halus
2
Bawang merah
2 butir
Dirajang halus
3
Telur puyuh rebus
4
Kangkung
3-5 ikat
5
Garam
5-10 g
6
Kecap asin
7
Air
8
Minyak sayur
6-10 butir Dibersihkan
5 ml 300 ml 20-30 ml
Untuk menumis
Cara memasak: 1. Bersihkan dan cuci bahan. 2. Tuang minyak sayur ke penggorengan lalu panaskan. 3. Tumis bawang merah dan putih sampai warnanya kecoklatan. 4. Masukkan kangkung dan telur puyuh, lalu masukkan garam, kecap asin, dan air. 5. Tutup penggorengan kurang lebih 5 menit atau sampai kangkung menjadi layu. 6. Angkat dan siap dihidangkan. 7. Sajikan panas-panas. Sumber: www.melroseflowers.com/mkic/resep/sayur/oseng_oseng_kangkung.html, 20 Desember 2005.
166
5. Tempe-Tahu Goreng
No. 1
Bahan Tempe/Tahu
Bobot
Keterangan
15 potong dan berat per potong
Digaris-garis dengan pisau
25 g 2
Bawang putih
4 siung
Dihaluskan dan diberi air
3
Garam
10 g
setengah gelas
4
Minyak goreng
50 ml
Cara memasak: 1. Tempe/tahu dimasukkan ke dalam cairan bumbu, lalu digoreng sampai masak. Sumber: Anirum, G.G. 1998.
6. Perkedel Jagung
No.
Bahan
Bobot
Keterangan
1
Jagung manis
4 buah
Berukuran sedang, sisir tipis
2
Udang tipis
100 g
Udang dikupas
3
Daun bawang
4
Telur ayam besar
1 butir
5
Tepung terigu
100 g
6
Gula pasir
10 g
7
Merica halus
5g
8
Ketumbar
5g
9
Garam
5g
10
Minyak goreng
100 ml
11
Bawang merah
4 butir
12
Bawang putih
2 siung
13
Kencur
1 cm
14
Kemiri
2 butir
2 batang
Diiris kecil-kecil
Dihaluskan
167
Cara memasak: 1. Semua bahan dicampur rata. 2. Goreng adonan sesendok demi sesendok dengan api sedang sampai berwarna coklat muda. 3. Tiriskan. Untuk 12 potong Sumber: Intisari Menu Sehat, Gramedia 02/Th 2004
7. Ayam Panggang Kecap
No.
Bahan
Bobot
1
Ayam segar
1 ekor (8 kg)
2
Margarin
10-20 g
3
Bawang merah
4 butir
4
Bawang putih
2 siung
5
Kencur
6
Cabai merah
7
Cabai rawit
8
Kecap manis
20 ml
9
Lengkuas
1 cm
10
Daun salam
11
Air
200 ml
12
Mentimun
4 buah
1 ruas jari 2 buah
Keterangan Berukuran sedang, dibersihkan, belah dadanya
Bersihkan Buang bijinya Kalau suka Memarkan
4 lembar
Cara memasak: 1. Panggang ayam setengah matang, sambil diolesi sedikit margarin. 2. Tumis bumbu-bumbu dengan maegarin sampai harum. 3. Masukkan air jeruk dan kecap manis, aduk rata. 4. Masukkan ayam panggang, aduk sebentar. 5. Masukkan air, daun salam dan lengkuas. Didihkan sampai air asat. 6. Saat akan disajikan, singkirkan daun salam dan lengkuasnya. Santap dengan lalap mentimun. Sumber: Intisari Menu Sehat, Gramedia 02/Th 2004
168
U Skala 1 : 24 000
WU
WT
Situ Burung
WS Blok Situ Burung
WT
Jagun
Keterangan : : Kantor dan Lapangan Jemur : Lokasi Kebun Produksi (4,5 Ha) Luas keseluruhan : 14 h
Gambar Lampiran 1. Sketsa Kebun Produksi IPB, Cikarawang (Sumber: UPT Kebun Percobaan IPB)
169
Perbesaran Blok Wing Selatan (WS) Tanpa Skala
: Kolam ikan
Gambar Lampiran 2. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Cikarawang
170
Keterangan : : Blok B (0.91 ha) : Blok C (0.79 ha) : Blok A (3.02 ha) : Blok D (0.60 ha) : Blok E (1.1 ha, Agro Teko) : Saluran Irigasi Skala 1 : 24 000
Gambar Lampiran 3. Sketsa Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru (Sumber: UPT Kebun Percobaan IPB)
171
Gambar Lampiran 4. Rancangan Tata Letak Komoditi di Lokasi Kebun Produksi IPB, Babakan Sawah Baru
172
Tabel Lampiran 1 Tabel Lampiran 2 Tabel Lampiran 3 Tabel Lampiran 4 Tabel Lampiran 5 Tabel Lampiran 6 Tabel Lampiran 7 Tabel Lampiran 8 Tabel Lampiran 9 Tabel Lampiran 10 Tabel Lampiran 11 Tabel Lampiran 12 Tabel Lampiran 13 Tabel Lampiran 14 Tabel Lampiran 15 Tabel Lampiran 16 Tabel Lampiran 17 Tabel Lampiran 18 Tabel Lampiran 19 Tabel Lampiran 20 Tabel Lampiran 21 Tabel Lampiran 22
Menu Harapan Makan Asrama*
Makan Pagi Menu (Komoditas)
Ukuran
Berat Kalori Protein Lemak Karbohidrat (g) (kkal) (g) (g) (g) 400 1440 27,2 2,8 315,6 200 65 248,9 9,8 21,4 5,4 25 94,5 3,6 5 9,4 100 61 3,2 3,45 4,3
Beras Total Nasi** Telur ceplok (telur ayam) Perkedel jagung' Susu sapi
1 ps 1 butir 1 ptg 1 gls
Makan Siang Nasi Ayam panggang Sayur Sup Tempe goreng Pepaya
1 ps 1 ptg sdg 3/4 gls 1 ptg sdg 1 bh sdg
300 150 25 100
214,4 112 82 46
26,4 2,29 4,6 0,5
11,5 5,6 5,8 0
1,62 13,02 0,3 12,2
1 ps 1 ptg 1 ptg 3/4 gls
300 100 25 100
188 32 52
19,3 1,4 1,8
12,2 2,8 3,6
0 9,4 3
2571
100,09
74,15
374,24
Makan Malam Nasi Ikan mas goreng Tahu goreng Tumis kangkung'' Sambal Total
Menu alternatif Nasi uduk Sambal goreng daging & kentang Nasi goreng
Ukuran
1 ps 1 ps
Keterangan: * Berdasarkan hasil survei mahasiswa asrama * Sumber : Hardinsyah dan Briawan (1994) ** Bobot nasi = 2 kali bobot beras
Berat
Kalori 249 308 407,7
Protein Lemak Karbohidrat 7,16 15,3 15,3
8,02 18,7 18,7
22,1 22,1
Analisis dan Konversi Kebutuhan Pangan Mahasiswa Asrama No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jenis Pangan
Beras Tempe Tahu Telur ayam Kentang Wortel Kol Buncis Tomat Daun bawang Seledri Jagung Pepaya Daging ayam Kangkung Cabai Bayam Susu Ikan mas
Kebutuhan per Porsi 400 75 50 1 150 150 100 75 100 40 15 150 100 60 100 1 100 100 100
Satuan
gram gram gram buah gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram ml gram
Konversi ke-
Padi Kedelai Kedelai Telur ayam Kentang Wortel Kol Buncis Tomat Daun bawang Seledri Jagung Buah pepaya Ayam pedaging Kangkung Cabai merah Bayam Susu sapi Ikan mas
Luas Lahan yang Dibutuhkan (ha) 1846 49,91453 450 49,333333 600 butir 450 450 300 225 300 120 45 450 300 180 300 3 300 300 300
Kebutuhan per hari ** (g) (kg) 1200000 450000 600000 3000 450000 450000 300000 225000 300000 120000 45000 450000 300000 180000 300000 3000 300000 300000 300000
Keterangan : * 1 kg tempe = 2 kg kedelai 1 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto et al. , 1994) ** Kebutuhan total untuk 3000 orang mahasiswa per hari *** Rendemen beras giling = 65%
Analisis dan Konversi Kebutuhan Pangan Mahasiswa Asrama dengan Faktor Koreksi No.
Jenis Pangan
Kebutuhan
Satuan
Konversi ke-
Kebutuhan per hari **
N** = FK****
3000 Luas Lahan
Luas Lahan
Jumlah Orang
per Porsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Beras Tempe Tahu Telur ayam Kentang Wortel Kol Buncis Tomat Daun bawang Seledri Jagung Pepaya Daging ayam Kangkung Cabai Bayam Susu Ikan mas
400 25 25 1 150 150 100 75 100 40 15 150 100 60 100 1 100 100 100
(g) gram gram gram buah gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram gram ml gram
Padi Kedelai Kedelai Telur ayam Kentang Wortel Kol Buncis Tomat Daun bawang Seledri Jagung Buah pepaya Ayam pedaging Kangkung Cabai merah Bayam Susu sapi Ikan mas
1200000 150000 300000 3000 450000 450000 300000 225000 300000 120000 45000 450000 300000 180000 300000 3000 300000 300000 300000
(kg) 1846 150 300 butir 450 450 300 225 300 120 45 450 300 180 300 3 300 300 300
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang Dibutuhkan/th (ha) 74,87 3,04 6,08
yang Dibutuhkan/d (ha) 49,23 9,00 18,00
3,42 4,11 1,83 4,11 3,42 0,55 0,08 8,21
3,38 4,05 1,80 4,05 5,40 0,54 0,08 8,10
1,83 0,03
0,11 1,80 0,27
3000 3000 3000 180/24000 90/10000 120/20000 3000 3000 90/20000 120/50000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
0,21 106,01 101,96
Keterangan : * 1 kg tempe = 2 kg kedelai 1 kg tahu = 4 kg kedelai (Sudaryanto et al. , 1994) ** Kebutuhan total sejumlah (N) mahasiswa per tahun *** Rendemen beras giling = 65% **** Faktor koreksi (FK) berdasakan hasil survei asrama
yang Makan
365 Komoditi
Luasan Potensi
Siklus
Harapan/hari
Jumlah mahsiswa
(ha) Beras jagung kedelai tomat buncis kangkung cabai
Beras jagung kedelai tomat buncis kangkung cabai
1 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,5
produksi (kg) 4500 5000 5000 1500 1500 5000 5000 15000 10000
3 4 3 4 3 4 4 4 4
(kg) 36,9863 54,79452 41,09589 16,43836 12,32877 27,39726 27,39726 82,19178 54,79452
(g) 36986,3 54794,52 41095,89 16438,36 12328,77 27397,26 27397,26 82191,78 54794,52
yg tercukupi 0,030822 0,030822 0,121766 0,21309 0,091324 0,054795 0,09589 0,041096 0,091324 0,091324 0,121766 0,121766 0,273973 0,273973 18,26484 18,26484
Proyeksi Hasil Pertahun (kg) 13500 20000 35000 15000 6000 10500 4500 10000 10000 30000 20000
Tabel Lampiran 3 . Asumsi Teknis dalam Usaha Tani Luasan Tidak Terbatas (/Ha/Th)
No.
Variabel
1. Padi Sawah
1 Luas lahan terpakai 75 2 Populasi a. Ayam ras pedaging b. Ikan mas 3 Luas kandang a. Ayam (1 m2/6 ekor) b. Kolam 4 Daur produksi 4 5 Frekuensi panen/tahun 2 6 Periode produktif ayam 7 Produksi per daur a. Tanaman (per ha) 4,5 b. Total Ayam (1.7 kg/ekor) c. Ayam afkir/mati (5%) d. Ikan mas (1) Tahap/Bulan I (2) Tahap/Bulan II (3) Tahap/Bulan III (4) Tahap/Bulan IV e.Sapi Perah 8 Produksi limbah per daur a. Hijauan per ha 9 b. Kotoran ayam (8.3kg/ekor/daur) c. Limbah kolam 9 Produksi per tahun a. Tanaman 675,0 b. Daging c. Telur ayam d. Ayam afkir/mati e. Ikan 8 Produksi limbah per tahun a. Hijauan 1 ha 1350 b. Kotoran ayam (8.3kg/ekor/hari) c. Limbah kolam Keterangan: (1) Analisis kelayakan berdasarkan jangka usaha 5 tahun
ha
2. Jagung 3. Buncis 4. Kedelai 5. Tomat 6. Kangkung 7. Pepaya 8. Ayam ras 9. Ikan Mas Manis Pedaging 20 ha
20 ha
20 ha
4 ha
2 ha
0,5 ha
1100 m2
2100 m2
10. Cabai Merah
11. Kentang
12. Kol
13. Seledri
14. Daun Bawang
3 ha
1 ha
3 ha
3 ha
4 ha
3 bln 1 kali
6 bln 1 kali
4 bln 1 kali
4 bln 1 kali
3 bln 1 kali
10 ton
24 ton
2 ton
50 ton
20 ton
0 ton
0 ton
ton
ton
ton
30,0 ton
24,0 ton
6,0 ton
150,0 ton
80,0 ton
0 ton
0 ton
ton
ton
ton
3000 ekor 200 e/m2 1100 m2 bln kali
3 bln 3 kali
3 bln 3 kali
3 bln 5 kali
3 bln 1 kali
2 bln 4 kali
4 thn
ton
5 ton
5 ton
1,5 ton
5 ton
15 ton
141 ton
35 hari 11 kali 0
2100 m2 4 bln 3 kali
4845 kg 150 ekor 10500 8400 6720 10752
ton
10 ton
10 ton
3 ton
0 ton
0 ton
kg kg kg kg
0 ton 23655 kg 0 kg
ton
300 ton
300 ton
150 ton
20 ton
120 ton
35,3 ton 53295 kg 0 butir 1650 ekor 109116 kg
ton
600 ton
600 ton
300 ton
0 ton
0 ton
0 ton 260205 kg 0 kg
Tabel 4. Analisis Usaha Tani Tanaman dan Ternak No
A.
Uraian Kegiatan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Investasi (Peralatan) 1 Lahan (sewa dari IPB)
75
ha
2000000
150000000
2 Bangsal agronomi
30
m2
200000
6000000
3 Tanaman Hand sprayer Terpal Cangkul Golok Parang Kored Garpu Sepatu lapang Timbangan 100 kg Karung Tali rapia
2 200 3 3 3 3 3 3 1 100 5
bh m2 bh bh bh bh bh bh bh lbr kg
300000 7000 37000 25000 15000 15000 35000 48000 500000 1000 3000
600000 1400000 111000 75000 45000 45000 105000 144000 500000 100000 15000
4 Ayam ras pedaging Kandang (12x40 m2, 2 buah) Tempat pakan, DOC (60 buah/480 m2) Tempat minum (60 buah/480 m2)
1100 120 120
m2 buah buah
50000 5000 5000
55000000 600000 600000
5 Ikan mas Benih Lambit Ember plastik
2000 3 3
ekor buah buah
50 5000 10000
100000 15000 30000
1
Orang
2500000
2500000
FX C Biaya Manajemen Total Investasi (A) + Biaya manajemen B.
217985000
Modal Kerja = biaya operasional 1 Mandor (2 orang); 12 bulan Karyawan tetap (6 orang); 12 bulan
a.
Biaya (Rupiah)
2 Biaya kebun Produksi Padi Sawah (1 daur) Benih Urea SP36 KCl Pupuk Kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah Persemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen Perontokan Pengeringan Pengarungan Total biaya produksi padi, 1 x panen
24 72
OB OB
1000000 700000
24000000 50400000
25 200 100 75 1000
kg kg kg kg kg
3000 1400 1800 3300 80
75000 280000 180000 247500 80000 255250 0 300000 100000 300000 40000 30000 40000 400000 150000 150000 100000 2727750
0 kg 10 HKP+Ternak 5 HKP 20 HKW 2 HKP 2 HKW 2 HKP 20 HKP 10 HKW 10 HKW 5 HKP
320 30000 20000 15000 20000 15000 20000 20000 15000 15000 20000
Total biaya produksi padi, 1 tahun Total biaya produksi padi, 1 tahun, 75 ha
b.
c.
d.
Produksi Jagung manis (1 daur) Benih Urea SP36 KCl Pupuk kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan Penanaman Pemupukan Penyiangan Perbaikan bedengan Pengendalian hama dan penyakit Panen Pengarungan/pengikatan Total biaya produksi jagung manis, 1x panen Total biaya produksi jagung manis, 1 tahun Total biaya produksi jagung manis, 1 tahun, 20 ha
Produksi Buncis Benih Urea SP36 KCl Pupuk kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Ajir Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen Pengarungan Total biaya produksi buncis, 1 daur Total biaya produksi buncis, 1 tahun Total biaya produksi buncis, 1 tahun, 20 ha
Produksi Tomat Benih Urea SP36 KCl Pupuk kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Ajir Pengolahan tanah Penyemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen Pengarungan Total Biaya Produksi Tomat, 1 daur Total Biaya Produksi Tomat, 1 tahun
5455500 409162500
20 300 100 50 2000
kg kg kg kg kg
60000 1400 1800 3300 80
kg HKP HKP HKP HKW HKP HKP HKP HKW
100 25000 20000 20000 15000 20000 20000 20000 15000
25 350 50 55 8000
kg kg kg kg kg
38000 1400 1800 3300 80
1000 5000 15 5 5 10 5 5 5
kg bt HKP HKP HKP HKW HKP HKP HKP
320 150 25000 20000 20000 15000 20000 20000 20000
0,2 65 120 100 10000
kg kg kg kg kg
500000 1400 1800 3300 80
1000 25000 15 5 5 5 10 5 5 5
kg bt HKP HKP HKP HKP HKW HKP HKP HKP
320 150 25000 20000 20000 20000 15000 20000 20000 20000
0 15 5 5 10 30 5 5 5
1200000 420000 180000 165000 160000 372500 0 375000 100000 100000 150000 600000 100000 100000 75000 4097500 12292500 245850000
950000 490000 90000 181500 640000 444650 320000 750000 375000 100000 100000 150000 100000 100000 100000 4891150 14673450 293469000
100000 91000 216000 330000 800000 673200 320000 3750000 375000 100000 100000 100000 150000 100000 100000 100000 7405200 7405200
Total Biaya Produksi Tomat, 1 tahun, 4 ha
e.
f.
g.
Produksi Kedelai Benih Urea SP36 KCl Pupuk kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen Pengarungan/pengikatan Total Biaya Produksi Kedelai, 1 daur Total Biaya Produksi Kedelai, 1 tahun, Total Biaya Produksi Kedelai, 1 tahun, 20 ha
Produksi Kangkung (1 daur) Benih Pupuk kandang Urea SP36 KCl Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan Pengikatan/pengarungan Total biaya produksi kangkung, 1 daur Total biaya produksi kangkung, 1 tahun Total biaya produksi kangkung, 1 tahun, 2 ha
Produksi Pepaya (1 daur) Tahun pertama Bibit Pupuk kandang Urea SP36 KCl Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah Penyemaian Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pemanenan Pengangkutan Total biaya produksi pepaya, 1 daur Total biaya produksi pepaya, tahun pertama, 0.5 ha Tahun Ke-2 sd ke-4 Urea SP36 KCl
29620800
45 50 100 50 2000
kg kg kg kg kg
18000 1400 1800 3300 80
1000 15 5 5 10 5 5 5
kg HKP HKW HKP HKW HKP HKP HKW
320 25000 15000 20000 15000 20000 20000 15000
0,4 10000 100 75 50
kg kg kg kg kg
38000 80 1400 1800 3300
0 15 5 5 5 20 5
kg HKP HKP HKP HKP HKW HKP
320 25000 20000 20000 20000 15000 20000
1000 2000 545 759 586
pohon kg kg kg kg
500 80 1400 1800 3300
0 15 5 5 5 5 2 2
kg HKP HKP HKW HKP HKP HKP HKP
320 25000 20000 15000 20000 20000 20000 20000
640 500 660
kg kg kg
1400 1800 3300
810000 70000 180000 165000 160000 268000 320000 375000 75000 100000 150000 100000 100000 75000 2948000 14740000 294800000
15200 800000 140000 135000 165000 233020 0 375000 100000 100000 100000 300000 100000 2563220 10252880 20505760
500000 160000 763000 1366200 1933800 269000 0 375000 100000 75000 100000 100000 40000 40000 5822000 2911000
896000 900000 2178000
Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Pemupukan Pemeliharaan Pemanenan Pengangkutan Total biaya produksi pepaya, tahun ke-2s/d4 Total biaya produksi pepaya, tahun ke-2s/d4, 0.5 ha
h.
i.
Ayam Ras Pedaging Pakan dan Obat-obatan, Ransum (konsentrat dll = 3kg/ekor/daur) Total biaya pemeliharaan ayam pedaging, 1 daur DOC ayam potong Total biaya pemeliharaan ayam pedaging, 1 daur Total biaya pemeliharaan ayam pedaging, 1 tahun
Ikan Mas (1 daur = 4 bln) Penyuburan kolam (per bulan): Kotoran ayam Urea SP36 Kapur Pakan ikan: dedak (per bulan) Plastik wadah benih ikan (produk) Oksigen
HKP HKP HKP HKP
20000 20000 20000 20000
9000 2 3000
kg bln ekor
3200 200000 2900
28800000 400000 8700000 37900000 416900000
420 525 525 3150 3360 2100 2100
karung kg kg kg karung buah buah
8000 1400 1800 320 1000 5000 10000
3360000 735000 945000 1008000 3360000 10500000 21000000
Total biaya pemeliharaan ikan mas, 1 daur (4 bulan) Total biaya pemeliharaan ikan mas, 1 tahun (=3 kali)
j.
k.
Produksi Cabai Benih Urea SP36 KCl Pupuk kandang Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Ajir Pengolahan tanah Penyemaian Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan penyakit Panen Pengarungan Total Biaya Produksi Cabai, 1 daur Total Biaya Produksi Cabai, 1 tahun Total Biaya Produksi Cabai, 1 tahun, 3 ha
Produksi Kentang (1 daur) Bibit Pupuk kandang Urea SP36 KCl Pupuk daun Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah 1. Mengunakan traktor 2. Manusia
269000 100000 100000 100000 100000 4643000 2321500
5 5 5 5
163632000 490896000
20 100 75 75 10000
pak kg kg kg kg
12000 1400 1800 3300 80
1000 20000 15 5 5 5 10 5 5 5
kg batang HKP HKP HKP HKP HKW HKP HKP HKP
320 150 25000 20000 20000 20000 15000 20000 20000 20000
1600 10000 400 400 200 3
kg kg kg kg kg liter
9000 80 1400 1800 3300
0
kg
320
70
HKP
20000
240000 140000 135000 247500 800000 600750 320000 3000000 375000 100000 100000 100000 150000 100000 100000 100000 6608250 6608250 19824750
14400000 800000 560000 720000 660000 100000 3080000 0 0 500000 1400000
Pembuatan bedengan Penanaman Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit+penyiangan Pemanenan+Pengarungan Total biaya produksi kentang, 1 daur Total biaya produksi kentang, 1 tahun Total biaya produksi kentang, 1 tahun, 1 ha
l.
m.
n.
Produksi Kol (1 daur) Benih Pupuk kandang Urea SP36 KCl Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan Pengikatan/pengarungan Total biaya produksi kol, 1 daur Total biaya produksi kol, 1 tahun Total biaya produksi kol, 1 tahun, 3 ha
Produksi Seledri (1 daur) Benih Pupuk kandang Urea SP36 KCl Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Penyiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan Pengikatan/pengarungan Total biaya produksi seledri, 1 daur Total biaya produksi seledri, 1 tahun Total biaya produksi seledri, 1 tahun, ha
Produksi Daun Bawang (1 daur) Bibit Pupuk kandang Urea SP36 KCl Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur Penyiapan bibit Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan Pengikatan/pengarungan Total biaya produksi daun bawang, 1 daur
10 115 47 75 20
1000 15000 290 300 200 0 15 5 5 5 20 5
250 15000 150 75 100 0 5 15 5 5 5 20 5
7500 15000 500 400 500 0 5 15 5 5 5 20 5
HKP HKP HKP HKP HKW
20000 20000 20000 20000 15000
200000 2300000 940000 1500000 300000 27460000 27460000 27460000
kg kg kg kg kg
7500 80 1400 1800 3300
kg HKP HKP HKP HKP HKW HKP
320 25000 20000 20000 20000 15000 20000
7500000 1200000 406000 540000 660000 233020 0 375000 100000 100000 100000 300000 100000 11614020 11614020 34842060
g kg kg kg kg
80 1400 1800 3300
kg HKP HKP HKP HKP HKP HKW HKP
320 20000 25000 20000 20000 20000 15000 20000
kg kg kg kg kg
2500 80 1400 1800 3300
kg HKP HKP HKP HKP HKP HKW HKP
320 20000 25000 20000 20000 20000 15000 20000
375000 1200000 210000 135000 330000 233020 0 100000 375000 100000 100000 100000 300000 100000 3658020 3658020 10974060
18750000 1200000 700000 720000 1650000 325000 0 100000 375000 100000 100000 100000 300000 100000 24520000
Total biaya produksi daun bawang, 1 tahun Total biaya produksi bawang daun, 1 tahun, ha
24520000 98080000
(A) Total Biaya Investasi + Biaya manajemen
C
(B) Total Modal Kerja 1 tahun
2469695930
Total Biaya (Investasi A + Modal Kerja B)
2687680930
Pendapatan (per tahun) 1 Tanaman a. Padi b. Jagung manis c. Buncis d. Tomat e. Kedelai f. Kangkung g. Pepaya(thn ke-1) g. Pepaya(thn ke-2-4) h. Cabai i. Kentang j. Kol k. Seledri l. Daun Bawang m. Limbah hijauan Total
675 300,0 300,00 20 150 120 3 20 30 24 6 150 80 2850
ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton ton
1250000 1200000 2200000 3000000 4000000 800000 750000 750000 5000000 2000000 1200000 250000 200000 25000
843750000 360000000 660000000 60000000 600000000 96000000 2250000 15000000 150000000 48000000 7200000 37500000 16000000 71250000 2951950000
2 Ayam ras pedaging Daging Induk apkir Kotoran Total
53295 0 260205
kg ekor kg
8200 2900 80
437019000 0 20816400 457835400
3 Ikan mas
109116
kg
11000
1200276000
Total Pendapatan (1 tahun) (C ) D
217985000
Keuntungan (Net Benefit) 1 Tanaman a. Padi b. Jagung manis c. Buncis d. Tomat e. Kedelai f. Kangkung g. Pepaya h. Cabai i. Kentang j. Kol k. Seledri l. Daun Bawang m. Limbah hijauan Total 2 Ayam Pedaging 3 Ikan mas Total Keuntungan (D)
4610061400
434587500 114150000 366531000 30379200 305200000 75494240 -661000 130175250 20540000 -27642060 26525940 98080000 71250000 1644610070 40935400 709380000 2394925470
Tabel 5. Analisis Penyusutan Biaya Investasi Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas No.
Komponen Analisis Biaya Investasi Proyek 1 Total biaya investasi dan modal kerja = Total kredit 2 Periode pelunasan kredit 3 Penyusutan per tahun = angsuran pokok = biaya tetap
Satuan
rupiah tahun rupiah
Total
2687680930 5 537536186
Reka No 1
2
3
4
5
6
7
8
apitulasi Buruh harian yang Dibutuhkan per Komoditi Komoditi Volume Padi 10 HKP+Ternak 34 HKP 42 HKW Jagung
65 15
HKP HKW
Kedelai
30 20
HKP HKW
Tomat
45 10
HKP HKW
Cabai
45 10
HKP HKW
Buncis
40 10
HKP HKW
Kangkung
35 20
HKP HKW
40 5 20
HKP HKW HKP HKW
Pepaya (th pertama) (thn ke-2 sd ke-3)
Tabel 6. Analisis Pendapatan Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas
No.
Komponen Analisis Pendapatan thn 1
1 Tanaman a. Padi b. Jagung c. Buncis d. Tomat e. Kedelai f. Kangkung g. Pepaya h. Cabai i. Kentang j. Kol k.Seledri l.Bawang daun j. Limbah hijauan Total 2 Ayam ras pedaging Daging Induk apkir Kotoran Total 3 Ikan Total Pendapatan (tahun pertama) (C ) Total Pendapatan (tahun ke2-4) (C )
Nilai (Rp) thn 2-4
843750000 360000000 660000000 60000000 600000000 96000000 -661000 150000000 48000000 7200000 37500000 16000000 71250000 2951950000
843750000 360000000 660000000 60000000 600000000 96000000 12678500 150000000 48000000 7200000 37500000 16000000 71250000 2962378500
437019000 0 20816400 457835400
437019000
1200276000
1200276000
843750000 360000000 660000000 60000000 600000000 96000000 12678500 150000000 48000000
71250000 2951950000
437019000 0 20816400 457835400 0 1200276000
20816400 457835400
4610061400
Biaya Pepaya Thn (1) bibit 1000 Pupuk kandang 2000 Urea 545 SP36 759 KCl 586 Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Kapur 0 Pengolahan tanah 15 Penyemaian 5 Penanaman 5 Pemupukan 5 Pemeliharaan 5 Pemanenan 2 Pengangkutan 2 Total biaya produksi pepaya, thn (1) daur
4610061400 4620489900
pohon kg kg kg kg
500 80 1400 1800 3300
kg HKP HKP HKW HKP HKP HKP HKP
320 25000 20000 15000 20000 20000 20000 20000
500000 160000 763000 1366200 1933800 269000 0 375000 100000 75000 100000 100000 40000 40000 5822000
Total biaya produksi pepaya, thn (1) daur,0.5 ha
2911000
Thn (2-4) Pupuk kandang Urea 640 SP36 500 KCl 660 Biaya Pestisida untuk PHT (10% dari biaya variabel tanaman) Pemupukan 5 Pemeliharaan 5 Pemanenan 5 Pengangkutan 5 Total biaya produksi pepaya, thn (2-4) daur Total biaya produksi pepaya, thn (2-4) daur, 0.5 ha
Pendapatan Pepaya Tahun pertama Tahun ke2-4
3 20
kg kg kg kg
80 1400 1800 3300
HKP HKP HKP HKP
20000 20000 20000 20000
ton ton
750000 750000
0 896000 900000 2178000 269000 100000 100000 100000 100000 4643000 2321500
2250000 15000000
Tabel 7. Pinjaman ke Bank dan Angsurannya per tahun selama 5 th Tahun
0 1 2 3 4 5
Total Kredit 2687680930
Sisa Kredit 2687680930 2150144744 1612608558 1075072372 537536186 0
Angsuran Pokok 0 537536186 537536186 537536186 537536186 537536186
Pembayaran Bunga 9% 0 241891283,7 193513027 145134770,2 96756513,48 48378256,74
Tabel 8. Analisis cash flow dan Perhitungan Parameter Kelayakan Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas No.
Tahun ke-
Komponen Analisis 0
I.
II
INFLOWS 1 Pendapatan 2 Kredit Total Inflow
III 1 2 3 4 5 IV V VI VII
OUTFLOWS Biaya Investasi Proyek Biaya Produksi Angsuran pokok Pembayaran bunga 9% Pajak (15%) Total Outflows (20%) TOTAL CASH FLOW Cumulative CASH balance Cash flow utk perhitungan IRR
1
2
3
0 2687680930 2687680930
4610061400 0 4610061400
4620489900 0 4620489900
4620489900 0 4620489900
2687680930 0 0 0 0 2687680930 0 0 -2687680930
0 2687680930 537536186 241891284 171442950 3638551350 971510050 971510050 1750937520
0 2687680930 537536186 193513027 180263964 3598994107 1021495793 1993005844 1752545006
0 2687680930 537536186 145134770 187520702 3557872588 1062617312 3055623155 1745288268
Keterangan: Masa tangguh pembayaran angsuran pokok pinjaman adalah 4 bulan
Catatan: Pajak = 15%(Total inflow - biaya prod - angsuran pokok - bunga) Total cash flow = total inflow - total outflow Cummulative cash balance (i)=cum cash bal (i-1) + total cash flow (i) Cash flow utk perhit IRR = total inflow - biaya prod - pajak
4
5
4620489900 0 4620489900
4610061400 0 4610061400
0 2687680930 537536186 96756513 194777441 3516751070 1103738830 4159361985 1738031529
0 2687680930 537536186 48378257 200469904 3474065277 1135996123 5295358109 1721910566
Tabel 14. Analisis Rugi-Laba di Kebun Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas
No.
Komponen Analisis
1 Total penjualan 2 Biaya produksi 3 Pendapatan kotor sebelum penyusutan biaya investasi, bunga, dan pajak 4 Penyusutan biaya investasi 5 Pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak 6 Pembayaran bunga 7 Pendapatan bersih sebelum pajak 8 Pajak 9 Pendapatan bersih 10 Pendapatan bersih kumulatif 11 Profit on sales (%)
1 4610061400 2687680930
2 4620489900 2687680930
Tahun ke3 4610061400 2687680930
4 4620489900 2687680930
1922380470 537536186
1932808970 537536186
1922380470 537536186
1932808970 537536186
1384844284 241891284
1395272784 193513027
1384844284 145134770
1395272784 96756513
1142953000 171442950 971510050 971510050 21
1201759757 180263964 1021495793 1993005844 22
1239709514 187520702 1052188812 3045194655 23
1298516271 194777441 1103738830 4148933485 24
5 4610061400 2687680930
1922380470 537536186 1384844284 48378257 1336466027 200469904 1135996123 5284929609 25
Tabel 9. Rekapitulasi Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas
Musim
Investasi 0 1 2 3 4 5
Cost
2687680930
Biaya tetap Benefit Biaya variabel
0 3638551350 3598994107 3557872588 3516751070 3474065277
Benefit 0 4610061400 4610061400 4610061400 4610061400 4610061400
Net Benefit -2687680930 971510050 1011067293 1052188812 1093310330 1135996123
Net Benefit (rata-rata/th) =
Total NPV+ 1052814522 Total NPV-
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
537536186 4610061400 2469695930
(Bunga 9%)
NPV 9% -2687680930 891293624 850995113 812482818 774528601 738319535
NPV 27% -2687680930 764968544 626862976 513668006 420270172 343841462
4067619692 2687680930
2669611159 2687680930
NPV (9%) NPV (29%) 1379938762 -18069771 Net B/C (9%) Net B/C (29%) 1,513 0,993
BEP (20%)= 1157781163 NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
Payback periods (th) =
1398008532 0,27 27
2,6
Tabel 10. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas Biaya naik 5% Musim Investasi Cost Benefit Net Benefit NPV 9% 0 2687680930 0 0 -2687680930 -2687680930 1 3820478917 4610061400 789582483 724387599 2 3778943812 4610061400 831117588 699535046 3 3735766218 4610061400 874295182 675116296 4 3692588624 4610061400 917472776 649960845 5 3647768541 4610061400 962292859 625424332 Net Benefit (rata-rata/th) = Biaya tetap Benefit Biaya variabel
(bunga=9%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
Total NPV+ 874952178 Total NPV537536186 4610061400 2593180727
NPV 20% -2687680930 657985402 577164992 505957860 442454078 386723918 2570286250 2687680930
NPV (9%) = NPV (20%) = 686743189 -117394680 Net B/C (9%) = Net B/C (20%) = 1,255515147 0,956321199
BEP (9%)= 1228667047 NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
Payback periods (th) =
3374424119 2687680930
(Bunga 9%)
804137868,5 0,18 18
3,1
Tabel 11. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbtas Harga produk turun 5% Musim Investasi Cost Benefit Net Benefit NPV 9% 0 2687680930 0 0 -2687680930 -2687680930 1 3638551350 4379558330 741006980 741006980
(Bunga 9%) NPV 10% -2687680930 673642709
2 3 4 5
3598994107 3557872588 3516751070 3474065277 Net Benefit (rata-rata/th) = Biaya tetap Benefit Biaya variabel
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
4379558330 4379558330 4379558330 4379558330
780564223 821685742 862807260 905493053
Total NPV+ 822311452 Total NPV537536186 4379558330 2469695930
780564223 821685742 862807260 905493053
645094400 617344659 589308968 562239945
4111557259 2687680930
3087630681 2687680930
NPV (20%) = NPV (40%) = 1423876329 399949751 Net B/C (20%) = Net B/C (30%) = 1,529778782 1,148808494
BEP (20%)= 1232639106 NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
Payback periods (th) =
1023926578 0,10 10
3,3
Tabel 12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas Biaya naik 10% Musim Investasi Cost Benefit Net Benefit NPV 9% 0 2687680930 0 0 -2687680930 -2687680930 1 4002406485 4610061400 607654915 557481574 2 3958893517 4610061400 651167883 548074979 3 3913659847 4610061400 696401553 537749775 4 3868426177 4610061400 741635223 525393089 5 3821471805 4610061400 788589595 512529129 Net Benefit (rata-rata/th) = Biaya tetap Benefit Biaya variabel
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
Total NPV+ 697089834 Total NPV537536186 4610061400 2716665523
2681228546 2687680930
(Bunga9%) NPV 11% -2687680930 547436861 528502462 509202813 488538093 467989543 2541669771 2687680930
NPV (20%) = NPV (30%) = -6452384 -146011159 Net B/C (20%) = Net B/C (30%) = 0,997599275 0,945673924
BEP (20%)= 1308799101 NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
Payback periods (th) =
139558775 0,09 9
3,9
Tabel 13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Kebun Produksi Lahan Tidak Terbatas Harga produk turun 10% Musim Investasi Cost Benefit Net Benefit NPV 9% 0 2687680930 0 0 -2687680930 -2687680930 1 3638551350 4149055260 510503910 468352211 2 3598994107 4149055260 550061153 462975468 3 3557872588 4149055260 591182672 456501493 4 3516751070 4149055260 632304190 447940229 5 3474065277 4149055260 674989983 438697175 Net Benefit (rata-rata/th) =
Total NPV+ 591808382 Total NPV-
2274466577 2687680930
(Bunga 9%) NPV 5% -2687680930 486194200 498921681 510685819 520198222 528872314 2544872237 2687680930
Biaya tetap Benefit Biaya variabel
(bunga=20%) (rata-rata/th) (rata-rata/th)
537536186 4149055260 2469695930
NPV (20%) = NPV (22%) = -413214353 -142808693 Net B/C (20%) = Net B/C (22%) = 0,846256172 0,946865459
BEP (20%)= 1328046535 NPV"-(-NPV') = IRR = IRR =
Payback periods (th) = 4,5
-270405659,9 0,03 3
Tabel . Biaya Makan yang Dibebankan Kepada Mahasiswa Asrama TPB-IPB
No
Komponen yang Dianalisis
Nilai per Tahun
1 Investasi Kebun Produksi (Biaya Tetap dan Variabel)
2687680930
2 Profit Kebun Produksi (2 kali biaya variabel)
4939391860
3 Pembiayaan Katering 4 Over head cost
@ 1250000/bulan
15000000 46601210
Jumlah Pembiayaan
7688674000
Biaya yang Dibebankan kepada 3000 Mahasiswa
2562891,333