PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI Johan Arifin, Sri Gunani Partiwi, Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected] Abstrak
Proses administrasi obat mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya human error. Sebagian besar rumah sakit mengatasi masalah tersebut dengan pendekatan reaktif atau menunggu hingga error terjadi kemudian dicari solusinya. Pendekatan ini sangat kurang efektif jika dibandingkan dengan pendekatan proaktif yang cenderung mengarah pencegahan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu alat yang dapat mengukur keandalan manusia sehingga dapat dilakukan suatu pencegahan (metode proaktif). Perancangan alat ukur keandalan manusia tersebut dapat dibuat dalam bentuk game yang menyimulasikan kondisi sebenarnya di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan software game pengukuran keandalan manusia, melakukan simulasi pengukuran keandalan manusia, mengetahui waktu kritis shift jaga, dan memberikan solusi untuk mengurangi terjadinya human error di rumah sakit. Penyelesaian masalah dalam penelitian ini dilakukan melalui Human Reliability Analysis dengan Metode Hierarchical Task Analysis (HTA), Metode Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA) serta Metode Human Error Assestment and Reduction Technique (HEART). Dari penelitian ini, dihasilkan rancangan software game pengukuran keandalan manusia yang sudah merepresentasikan kondisi sebenarnya. Software game tersebut memiliki batasan human reliability sebesar 0,930326873. Berdasarkan pengamatan, waktu shift jaga tidak mempengaruhi nilai human reliability. Namun, shift jaga sore memiliki nilai human reliability yang paling kecil dibandingkan dengan shift jaga yang lainnya. Hasil penenlitian juga menunjukkan bahwa 59% human error yang terjadi merupakan jenis error retrieval yaitu tidak adanya informasi yang didapatkan dan 78% human error yang terjadi disebabkan oleh ketidaksesuaian prosedur. Oleh karena itu, perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan check list, monitoring, dan evaluasi terhadap setiap aktivitas. Kata Kunci: Proses Administrasi Obat, Human Reliability Analysis, HTA, SHERPA, HEART. ABSTRACT Medication administration process has a major role in the occurrence of human error. Most hospitals cope this problem by reactive approach or wait until an error occurs then look for a solution. This approach is less effective when compared with the proactive approach that tends to lead to prevention. Therefore we need the existence of a tool that can measure human reliability so that it can be a preventive (proactive method). The design of the human reliability measure can be made in the form of a game that simulates the actual conditions at the hospital. This research aims to develop game software of humans reliability measurement, simulating human reliability measurement, knowing the critical time of work shift, and provide solutions to reduce the occurrence of human error in hospitals. The problem solving in this research is done through the Human Reliability Analysis with Hierarchical Task Analysis Methode (HTA), Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach Methode (SHERPA) and Human Error Assestment and Reduction Technique Methode (HEART). From this research, resulted game software of human reliability measurement design which already represents the actual conditions. The game software has limit of human reliability for 0.930326873. Based on observations, the time of work shift does not affect the value of human reliability. However, the evening shift has the smallest value of human reliability compared to the other work shift. The research results also showed that 59% of human error that occurred is a type of retrieval error which is information not obtained and 78% human error that occurs due to the mismatch procedure. Therefore, the improvement can be done by using the check list, monitoring, and evaluation of each activity. Key Words: Medication Administration Process, Human Reliability Analysis, HTA, SHERPA, HEART.
1
1.
Pendahuluan
Setiap aktivitas atau proses dalam sebuah industri akan cenderung mengalami error. Error ini dapat disebabkan oleh system error atau human error. System error adalah error yang biasanya disebabkan oleh sistem yang mengontrol proses dan apabila diperbaiki sekali maka error tersebut tidak akan muncul lagi. Sebagai contoh, sebuah program komputer menghitung nilai yang salah dikarenakan error dalam pengkodean. Sekali error ini diperbaiki, maka masalah tersebut terselesaikan karena komputer hanya akan melakukan tugas yang diperintahkan. Hal ini berbeda dengan human error. Manusia dapat diberitahu prosedur yang benar dan seringkali memahami prosedur tersebut, tetapi dikarenakan sistem yang kompleks maka sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan benar tidak dapat diselesaikan. Hal ini yang dinamakan dengan human error (Seastrunk, 2005). Di rumah sakit, human error tidak hanya memberikan dampak pada kualitas dan efisiensi dari organisasi rumah sakit, tetapi juga memberikan dampak pada keselamatan pasien. Rumah sakit berbeda dengan berbagai jenis industri yang lain. Di industri manufaktur, error dapat menyebabkan kerugian sejumlah uang, tetapi di rumah sakit error dapat merugikan keselamatan pasien (Lyons et al., 2004). Human error di rumah sakit terjadi di beberapa aktivitas. Sebuah penelitian oleh Philip et al (2001) menyatakan bahwa dari 5366 error reports, antara tahun 1993 sampai dengan tahun 1998 di seluruh dunia, human error menyebabkan kematian dan masalah yang serius. Berdasarkan penelitian tersebut, sekitar 40,9% error terjadi dalam kesalahan pemberian dosis, 16% terjadi dalam kesalahan pemberian obat, 9.5% kesalahan administrasi, dan sisanya adalah karena faktor lain. Sedangkan United Stated Pharmocepia (USP) melaporkan bahwa selama tahun 2000 hingga tahun 2008, dari 41.296 error reports yang diterima sekitar 42% terjadi dalam proses administrasi obat, 13% dalam proses memberikan resep obat, 27% dalam pencatatan (documenting), 17% dalam dispensing, dan 1% dalam monitoring. Berdasarkan data tersebut, proses administrasi obat mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya human error (Lane et al., 2008).
Terdapat berbagai macam faktor yang menjadi penyebab human error di rumah sakit. Lane et al (2008) menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian USP, faktor performansi yang rendah, kurangnya pengetahuan, kurangnya informasi mengenai pasien, pelanggaran peraturan, komunikasi yang buruk, masalah distribusi dan stok obat serta slips dan memory lapses memicu terjadinya error. Sebagian besar rumah sakit mengatasi masalah human error dengan menggunakan pendekatan reaktif atau menunggu hingga error terjadi kemudian dicari solusinya. Pendekatan ini juga mengubah bagaimana pekerja dalam melakukan pekerjaan atau prosedurnya sehingga pendekatan ini kurang efektif apabila dibandingkan dengan pendekatan proaktif yang cenderung mengarah ke pencegahan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu alat yang dapat mengukur keandalan manusia sehingga dapat dilakukan suatu pencegahan (metode proaktif) untuk meminimalkan failure pekerja dalam melaksanakan pekerjaan (Seastrunk, 2005). Metode proaktif dapat dilakukan dengan menggunakan game karena game merupakan metode pembelajaran langsung dengan pola learning by doing. Pembelajaran yang dilakukan merupakan konsekuensi dari pemain game untuk dapat melalui tantangan yang ada dalam suatu game. Pola pembelajaran dari suatu game dapat diperoleh dari faktor kegagalan yang telah dialami pemain sehingga mendorong untuk tidak mengulangi kegagalan di tahapan selanjutnya melalui pencegahan. Dengan kata lain, game akan dapat membuat pemain lebih berhati-hati dalam memainkan perannya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dirancang alat ukur keandalan manusia dalam proses administrasi obat di rumah sakit yang berbasis game yang menyimulasikan kondisi yang sebenarnya di rumah sakit. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengembangkan software game pengukuran keandalan manusia, melakukan simulasi pengukuran keandalan manusia, mengetahui waktu kritis shift jaga, dan memberikan solusi untuk mengurangi terjadinya human error di rumah sakit. Penelitian ini hanya terbatas
pada perawat administrasi obat pada satu ruangan dan error yang diamati adalah omit error. Sedangkan asumsi dalam penelitian
2
ini adalah metode kerja yang dilakukan tidak
ada perubahan dan semua penyebab error dalam level pekerjaan adalah sama. Dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam proses perekrutan karyawan khususnya perawat administrasi obat dan sebagai alat ukur keandalan karyawan khususnya perawat administrasi obat.
Pada penelitian sebelumnya, Lane et al. (2008) mereduksi human error di rumah sakit dengan menggunakan metode HTA dan SHERPA. Penelitian ini dilakukan dalam proses administrasi obat. Penelitian ini digunakan sebagai referensi dalam dalam menganalisis proses tingkat kerja melalui metode HTA di dalam administrasi obat. Sedangkan metode SHERPA digunakan untuk mereduksi error dan memberikan solusi tertentu dari analisis tersebut. Berbeda dengan Lane et al. (2008), Parastutik (2009) melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan human reliability assestment terhadap produksi tabung LPG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah HEART. Penelitian ini digunakan sebagai referensi dalam menentukan peluang terjadinya error dalam setiap aktivitas pekerjaan melalui metode HEART. Kusbiantoro (2009) melakukan penelitian kejadian human error yang disebabkan oleh faktor lingkungan kerja dengan menggunakan software simulasi human error yang terintegrasi terhadap tingkat pencahayaan, kebisingan, dan suhu. Penelitian ini sebagai dasar dalam melakukan validasi game. Sedangkan Novira (2010) merancang alat ukur keandalan manusia untuk aspek kognitif dengan menggunakan metode Cognitive Reliabilty Error and Analysis Methode. Dalam penelitian ini, penulis melakukan simulasi dan pengukuran keandalan manusia untuk aspek kognitif melalui game Es Cream. Uji statistik digunakan dalam validitas game tersebut dengan kondisi yang sebenarnya. Penelitian ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan validitas game. Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan software pengukuran keandalan manusia yang berupa game dalam proses administrasi obat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Hierarchical Task Analysis (HTA), Metode Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA) serta Metode Human Error Assestment and Reduction Technique (HEART). 2. Tinjauan Pustaka 2.1 HTA Mengidentifikasi proses kerja sangat penting untuk dilakukan. Apabila tidak dipecah menjadi sub-sub proses maka akan mengakibatkan adanya sesuatu yang tidak dapat terpikirkan dalam penyusunan alternatif solusi dan dapat menyebabkan error masih ada dalam proses tersebut (Seastrunk, 2005). Lane et al. (2008) menyebutkan bahwa menganalisis proses pada tingkat kerja mampu membantu dalam mengurangi error. Hal ini dapat dilakukan dengan Hierarchical Task Analysis (HTA). HTA akan sangat membantu bahkan ketika alokasi pekerjaan sangat krusial. Dalam HTA, pekerjaan dipecah menjadi beberapa level pekerjaan. Hal ini juga sangat bermanfaat dalam melihat pekerja dalam berinteraksi dengan peralatan kerja dan aspek lingkungan kerja. Pekerjaan dipecah menjadi beberapa level pekerjaan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai (Lyons et al., 2004). Level 0 menunjukkan aktivitas atau sub-goals yang ingin dicapai. Pekerjaan ini dipecah menjadi operasi sampai level yang paling rendah (Lane et al., 2008). HTA merupakan metode yang digunakan dalam proses analisis task. HTA merupakan metode yang paling sering digunakan karena penerapannya sangat detail, mudah dan langsung mengenai sasaran. HTA mendeskripsikan task dari level atas hingga level dasar yang merupakan level operasi dari individu. Terdapat tiga aspek dalam HTA yaitu plan, stopping rule dan numbering. Plan mendefinisikan aturan main bagaimana aktivitas-aktivitas yang ada pada level di bawahnya dilakukan mencapai goal. Ada beberapa macam plan yaitu dikerjakan secara berurutan tertentu, sembarang urutan (any order), berurutan dan sebagainya. Stopping rule atau keputusan di mana seorang analis harus berhenti memecah task adalah aturan yang membatasi sampai sejauh mana task harus dipecah menjadi subtask dan operasi. Konsep stopping rule yang utama digunakan adalah berhenti meredeskripsi task jika redeskripsi task
3
lebih lanjut tidak lagi menambah informasi yang berguna untuk analisis proses. Biasanya HTA berhenti pada saat mencapai level operasi dari pada level task. Numbering (penomoran) dilakukan secara berurutan sesuai hierarchy task dan aktivitas yang sudah dibuat (Findiastuti, 2002).
Tabel 2. Error Producing Condition (EPCs) No 1 2
Kondisi yang menyebabkan error Tidak mengenal situasi yang mungkin penting dan jarang terjadi Kekurangan waktu untuk mendeteksi error dan melakukan perbaikan (terburuburu) Kurang jelasnya tanda bahwa operasi yang dilakukan salah
Maksimum Nominal Unreliability 17 11
2.2 HEART
3
Fungsi utama proses perhitungan HEART adalah untuk mengelompokkan task dalam kategori generalnya dan nilai level nominalnya untuk human unreliability sesuai dengan Tabel 1.
4
Informasi larangan yang kurang jelas
9
5
Tidak tersedianya petunjuk terjadinya kesalahan
8
6
Terjadi ketidaksamaan cara antara operator dengan atasan
pandang
8
7
Tidak bisa melakukan mengulang kembali operasi
tindakan
8
Terjadi (sibuk)
produksi
9
Adanya teknik yang benar-benar baru, belum pernah dilakukan
6
10
Dibutuhkannya pengetahuan yang benarbenar antar operasi
5,5
11
Ketidakjelasan standar performansi yang diminta
5
12
Terjadi ketidaksamaan antara resiko yang terjadi dengan yang diperkirakan
4
13
Tidak adanya timbal balik atas tindakan yang dilakukan
4
Tabel 1 Generic Task No
Kategori Task
A
Operasi tidak dikenal, dijalankan tanpa tahu konsekuensinya
B C D E F
G
H
Operasi merubah suatu sistem tanpa prosedur atau pengawasan Operasi yang kompleks, membutuhkan skills yang tinggi Operasi yang mudah, bisa diandalkan keberhasilannya Operasi rutin, sering dilakukan, sudah terlatih Operasi merubah suatu sistem dengan proses checking Operasi sudah dikenal, sering dikerjakan, sudah ada standarnya, sangat terlatih, dilakukan oleh orang pengalaman, mengetahui kesalahan yang mungkin terjadi dengan tersedianya waktu untuk koreksi tanpa bantuan operator khusus Operasi sudah otomatis, tetapi masih memerlukan tindakan koreksi dan pengawasan
Nominal Human Unreliability 0,55 0,26 0,16 0,09 0,02 0,003
0,0004
0,00002
Sumber: Findiastuti, 2002
Metode HEART merupakan bagian dari perhitungan keandalan yang diartikan sebagai seberapa besar operator melakukan kesalahan dalam task yang seharusnya dilakukan. Kondisi yang mengakibatkan terjadinya error (ErrorProducing Condition, EPCs) yang ditunjukkan dalam skenario yang memberikan pengaruh negatif terhadap performansi manusia yang ditampilkan dalam Tabel 2.
kelebihan
kapasitas
10
8 6
Sumber: Findiastuti, 2002
Menurut Parastuti (2009), langkahlangkah dalam melakukan perhitungan dengan menggunakan metode HEART adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tipe task dari kemungkinan error yang terjadi (HEPj) yang diperoleh dari tabel HEART Generic Categories. 2. Menentukan Error Producing Conditions, EPCs yang diperoleh dari tabel HEART Error Producing Conditions. 3. Menentukan proportion of effect yang bernilai antara 0 sampai 1. 4. Menghitung assessed effect yang dirumuskan sebagai berikut: AEi = [(bi-1) x ci +1]. 5. Keandalan, dirumuskan sebagai berikut: HEPj = a x AE1 x AE2 x AE3 x … x AEn. Poin b dan c ada jika dibutuhkan dan jika tidak terdapat EPCs maka poin b dan c tidak diperlukan sehingga perumusan keandalan menjadi: HEPj = a. Sehingga tingkat keandalan dapat dihitung dengan rumus: K = HEP1 + HEP2 + HEP3 + … + HEPk. = . Dimana: 4
AEi : besarnya assessed effect pada EPCs ke-i. HEPj : besarnya HEP pada tipe task ke-j. bi : besarnya nilai nominal pada EPCs kei. ci : besarnya proportion of effect pada EPCs ke-i. i : 1,2,3, …, n. : 1,2,3, …. K. k 6. Hitung nilai human reliability total dengan rumus: Human reliability total = 1-(∏ probability of failure).
2.3 SHERPA Lane et al. (2008) mengidentifikasikan failure mode dengan menggunakan metode Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA). Metode ini menggunakan HTA sebagai input untuk dievaluasi dengan menggunakan “SHERPA error modes” yang ditunjukkan dalam Tabel 3. Dalam SHERPA error modes, error dibagi menjadi lima kategori perilaku yaitu action, checking, retrieval, communication dan selection. Setiap jenis error ini memiliki kode dan dibagi dalam failure mode. Tabel 3 SHERPA Error Mode Jenis Error
Kode
Failure Mode Pekerjaan terlalu lama atau terlalu A1 singkat Pekerjaan tidak terlaksana sesuai A2 dengan jadwal Pekerjaan dilaksanakan dengan A3 jalan yang salah Pekerjaan terlalu sedikit atau A4 terlalu lama A5 Tidak sejalan Action errors Pekerjaan yang benar pada objek A6 yang salah Pekerjaan yang salah pada objek A7 yang benar A8 Pekerjaan terlalaikan A9 Pekerjaan tidak terselesaikan Pekerjaan yang salah pada objek A10 yang salah C1 terlalaikan Sumber:Pemeriksaan Lane et al., 2008 C2 Pemeriksaan tidak selesaikan 3. Perancangan AlatPemeriksaan Ukur yang benar pada Pada bab C3ini akan mengenai objekdijelaskan yang salah Checking Pemeriksaan yang sakit salah haji, pada proses administrasi obat di rumah C4 errors objek yang benar skenario software game, penentuan human error Pemeriksaan tidak sesuai dengan probability danC5probability waktu of failure dengan menggunakan metode HEART, sertapadaoutputSalah pemeriksaan objek C6 salah human error analysisyangdengan menggunakan R1 Informasi tidak didapatkan metode SHERPA Retrieval R2 Informasi salah didapatkan errors R3 Informasi tidak lengkap Communication I1 Informasi tidak disampaikan
3.1
Proses Administrasi Obat di Rumah Sakit Haji
Secara umum, aktivitas dalam proses administrasi obat di rumah sakit haji dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut ini. Start
Input nama dan shift jaga perawat
Memasukan data pasien (Nama, waktu pemberian obat, jenis obat yang diberikan)
Ya
Ada pasien berikutnya?
Tidak
Ada pasien yang diberi obat tablet?
Ya
Mengambil obat di lemari
Tidak
Memasuki ruang pasien
Ya Melakukan perlakuan terhadap pasien
Ada pasien yang diberi perlakuan lagi?
Tidak
Output error dan human reliability
End
Gambar 1 Aktivitas secara Umum dalam Proses Administrasi Obat di Rumah Sakit Haji
Proses administrasi obat di rumah sakit haji berdasarkan Gambar 1 dimulai dengan pembacaan informasi yang ada di dalam rekam medik. Apabila perawat akan memberikan obat tablet maka perawat akan mengambil obat di lemari tetapi apabila perawat memberikan obat cair atau infus atau suntik maka perawat mengambil obatnya di laci pasien kemudian perawat melakukan perlakuan terhadap pasien. Setelah itu, perawat tersebut akan memperbaharui rekam medik pasien.
5
Tabel 4 HTA Proses Administrasi Obat di Rumah Sakit Haji
0 Proses Administrasi Obat di Rumah Sakit Haji 1 Ambil Obat 1.1 Ambil Obat di lemari 1.2 Ambil Obat di laci pasien 2 Mengantarkan Obat ke Pasien 2.1 Mengambil Obat Tablet 2.1.1 Mengambil Gelas 2.1.2 Isi Gelas dengan Air 2.1.3 Periksa ID Tempat Tidur Pasien 2.1.4 Memberikan Obat Tablet ke Pasien 2.1.5 Memberikan Air ke Pasien 2.1.6 Mengamati Pasien Meminum Obat 2.2 Memberikan Obat Cair Oral 2.2.1 Periksa ID Tempat Tidur Pasien 2.2.2 Memberikan obat cair ke keluarga pasien 2.2.3 Sajikan Obat ke Pasien 2.2.4 Mengamati Pasien Meminum Obat 2.3 Memasang Infus 2.3.1 Periksa Rekam Medik 2.3.2 Periksa ID Tempat Tidur Pasien 2.3.3 Menggantungkan Infus 2.3.4 Siapkan Pasien 2.3.5 Pasangkan Selang ke Bag 2.3.6 Memulai Infus 2.3.7 Periksa Aliran Infus Bag 2.3.8 Periksa Aliran Secara Periodik 2.4 Memberikan Suntikan 2.4.1 Periksa ID Tempat Tidur Pasien 2.4.2 Periksa Dosis yang Tertulis dalam Relam Medik 2.4.3 Siapkan Pasien 2.4.4 Periksa Volume Obat dalam Suntikan 2.4.5 Hilangkan Udara dalam Suntikan 2.4.6 Suntikan Obat ke IV 2.4.7 Suntikan Obat ke SC 2.4.8 Suntikan Obat ke IC 2.4.9 Suntikan Obat ke IM 3 Pencatatan atau suntik. HTA tersebut juga dapat dilihat Tabel 4 menunjukkan bahwa proses dalam lampiran 1 HTA Proses Administrasi administrasi obat di rumah sakit haji dimulai Obat di Rumah Sakit Haji. dengan pengambilan obat, kemudian mengantarkan obat dan yang terakhir adalah Setelah teridentifikasi aktivitas yang ada pencatatan. Mengambil obat dapat dilakukan di dalam proses administrasi obat maka langkah selanjutnya adalah menetukan HEP dari setiap lemari atau di laci pasien sedangkan obat yang stopping rule dalam HTA. Aktivitas-aktivitas diberikan dapat berupa obat tablet, cair, infus, 6
tersebut merupakan aktivitas yang akan diidentifikasi besarnya nilai probability of failure dengan menggunakan metode HEART.
Tabel 5 di bawah ini adalah HEP dari proses administrasi obat di rumah sakit haji.
Tabel 5 HEP Proses Administrasi Obat
Stopping RuleTabel Aktivitas HEP 4.2 HEP Proses Administrasi Obat (lanjutan) Ambil Obat di Lemari Tidak mengambil obat di lemari Ambil Obat di Laci Pasien Tidak mengambil obat di laci pasien Mengambil Gelas Tidak mengambil gelas Isi Gelas dengan Air Tidak mengisi gelas dengan air Periksa ID Tempat Tidur Pasien Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Memberikan Obat Tablet ke Pasien Tidak memberikan obat tablet ke pasien Memberikan Air ke Pasien Tidak memberikan air ke pasien Mengamati Pasien Meminum Obat Tidak mengamati pasien meminum obat tablet Periksa ID Tempat Tidur Pasien Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Memberikan obat cair ke keluarga pasien Tidak memberikan obat cair ke keluarga pasien Sajikan Obat ke Pasien Tidak menyajikan obat ke pasien Mengamati Pasien Meminum Obat Cair Tidak mengamati pasien meminum obat cair Periksa Rekam Medik Tidak memeriksa rekam medik Periksa ID Tempat Tidur Pasien Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Menggantungkan Infus Tidak menggantungkan infus Siapkan Pasien Tidak menyiapkan Pasien Pasangkan Selang ke Bag Tidak memasangkan selang ke bag Memulai Infus Tidak memulai Infus Periksa Aliran Infus Bag Mengabaikan aliran infus bag Periksa Aliran Secara Periodik Mengabaikan aliran secara periodik Periksa ID Tempat Tidur Pasien Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Periksa Dosis yang Tertulis dalam Relam Medik Mengabaikan dosis yang tertulis dalam relam medik Siapkan Pasien Tidak menyiapkan Pasien Periksa Volume Obat dalam Suntikan Mengabaikan volume obat dalam suntikan Hilangkan Udara dalam Suntikan Tidak menghilangkan udara dalam suntikan Suntikan Obat ke IV Tidak menyuntikan obat ke IV Suntikan Obat ke SC Tidak menyuntikan obat ke SC Suntikan Obat ke IC Tidak menyuntikan obat ke IC Suntikan Obat ke IM Tidak menyuntikan obat ke IM Pencatatan Tidak melakukan pencatatan 3.2
Skenario Software Game Setelah teridentifikasi HTA proses administrasi obat dan HEP nya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendefinisian setiap aktivitas tersebut menjadi skenario
software game berupa algoritma melalui flow chart atau diagram alir. Gambar 2 berikut ini merupakan flow chart dari skenario soft ware game.
7
Ya
1
Start
Rekam medik
Rekam medik menunjukan obat tablet?
Ya
Tidak
Rekam medik menunjukan obat cair?
Ya
Tidak
Rekam medik menunjukan obat infus?
Error semua aktivitas memberi obat tablet
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Memberi obat tablet?
Ya
Mengambil gelas?
Error semua aktivitas memberi obat cair
Error
Tidak
Tidak
Memberi obat Cair?
Periksa ID tempat tidur pasien?
Ya
Ya
Mengambil gelas
Error
Tidak
Mengisi gelas dengan air?
Ya
Mengisi gelas dengan air
Periksa ID tempat tidur pasien?
Menyajikan obat ke pasien?
Ya
Menyajikan obat ke pasien
Error
Memetiksa ID tempat tidur pasien
Memberikan obat ke keluarga pasien?
Ya
Memberikan obat cair ke keluarga pasien
Mengamati pasien meminum obat?
Error semua aktivitas memberi obat infus
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Memberi obat Infus?
Periksa rekam medik
Ya
Memeriksa rekam medik
Ya
2
Ya
3
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Periksa ID tempat tidur pasien?
Ya
Memetiksa ID tempat tidur pasien
Menggantungkan infus
Ya
4
Tidak
5
Gambar 2 Algoritma Software Game
1
Ya
Memeriksa ID tempat tidur
2
1
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Memberikan obat tablet ke pasien?
Ya
Memberikan obat tablet ke pasien
Memberikan air ke pasien
Ya
Mengamati pasien minum obat?
Memberikan air ke pasien
Ya
Mengamati pasien minum obat
2
Mengamati pasien minum obat cair
3
4
Menggantungkan infus
3
Error
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Siapkan pasien?
Menyiapkan pasien
Ya
Pasangkan selang ke bag?
Ya
Memasangkan selang ke bag
Memulai infus?
Ya
Memulai infus
Periksa aliran infus bag?
Ya
4
5
Tidak
Rekam medik menunjukan obat suntik?
Error semua aktivitas memberi obat suntik
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Memberi obat suntik
Ya
Periksa ID tempat tidur pasien?
Ya
Memetiksa ID tempat tidur pasien
Periksa dosis dalam rekam medik
Ya
Memeriksa dosis dalam rekam medik
Siapkan pasien
Ya
Gambar 2 Algoritma Software Game (Lanjutan)
8
6
7
6
Ya
Menyiapkan pasien
Error
Error
Error
Tidak
Tidak
Tidak
Periksa volume dalam suntikan?
Ya
Memeriksa volume obat dalam suntikan
Hilangkan udara dalam suntikan?
Ya
Menghilangkan udara dalam suntikan
Rekam medik menunjukan suntik ke IV
Ya
Suntiikan di IV?
Ya
Menyuntikan di IV
Error
Tidak
8
Tidak
Rekam medik menunjukan suntik ke IV
Ya
Suntiikan di SC?
Ya
Menyuntikan di SC
Error
Tidak
9
Tidak
Rekam medik menunjukan suntik ke IV
Ya
Suntiikan di IC?
Ya
Menyuntikan di IC
10 Error
Tidak
Tidak
Rekam medik menunjukan suntik ke IV
Ya
Suntiikan di IM?
Ya
Menyuntikan di IM
Gambar 2 Algoritma Software Game (Lanjutan) 1
Ya
2
Error
Error
3 Tidak
4
Memeriksa aliran infus bag
Periksa aliran secara periodik
Ya
Memeriksa aliran secara periodik
Ada jenis obat lain?
Tidak
Melakukan pencatatan?
Melakukan pencatatan
Ya
7 Output error
8
End
9
10
Gambar 2 Algoritma Software Game (Lanjutan)
9
3.3
HEART
Setelah teridentifikasi probability error dan skenario software game maka langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya probability of failure dengan menggunakan metode HEART dari setiap HEP tersebut. Sebagai contoh, untuk menentukan nilai probability of failure dari HEP tidak mengambil obat dalam lemari terbuka yaitu: Diketahui: Deskripsi: Mengambil obat di lemari terbuka. HEP: tidak mengambil ob at dilemari terbuka. Proporsi = 0%. Ditanya: Nilai probability of failure =? Jawab: Berdasarkan diskusi dengan ahli, operasi mengambil obat dilemari terbuka termasuk kategori operasi E, yaitu operasi rutin, sering dilakukan, dan sudah terlatih berdasarkan tabel generic task HEART dan memiliki nilai normal human unreliability sebesar 0,02. Faktor penyebab dari HEP adalah sibuk. Berdasarkan tabel error producing condition HEART, faktor penyebab ini memiliki nilai total HEART effect sebesar 6. Assed effect = ((Total HEART effect-1) x Assed proportion)+1 = ((6-1) x 0) + 1 = 1 Assed effect x Normal human HEP1 = unreliability = 1 x 0,02 = 0,02 Probability of failure
= ∑HEPi = HEP1= 0,02
Jadi, nilai probability of failure untuk HEP tidak mengambil obat di lemari terbuka adalah 0,02. Tabel 3 HEP Tidak Mengambil Obat di Lemari HEP tidak mengambil obat di lemari terbuka Generic task
E, Operasi rutin, sering dilakukan, sudah terlatih
Deskripsi aksi operator Normal human unreliability
Mengambil obat di lemari terbuka
Error producing condition
Total HEART effect
Assesed proportion
Assed effect
HEPi
6
0
1
0.02
0.02
Sibuk Probability of failure
0.02
Berdasarkan perhitungan HEP dengan menggunakan metode HEART maka nilai
probability of failure untuk masing-masing HEP dapat direkap dalam Tabel 4. Tabel 4 Probability of Failure untuk setiap HEP HEP Tidak mengambil obat di lemari terbuka Tidak mengambil obat di laci pasien Tidak mengambil tablet untuk pasien Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Tidak mengambil gelas Tidak mengisi gelas dengan air Tidak memberikan obat tablet ke pasien Tidak memberikan air ke pasien Tidak mengamati pasien meminum obat tablet Tidak mengambil obat cair untuk pasien Tidak menyajikan obat ke pasien Tidak mengamati pasien meminum obat cair Tidak memeriksa rekam medik Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Tidak menggantungkan infus Tidak menyiapkan Pasien Tidak memasangkan selang ke bag Tidak memulai Infus Mengabaikan aliran infus bag Mengabaikan aliran secara periodik Mengabaikan ID Tempat Tidur Pasien Mengabaikan dosis yang tertulis dalam relam medik Tidak menyiapkan Pasien Mengabaikan volume obat dalam suntikan Tidak menghilangkan udara dalam suntikan Tidak menyuntikan obat ke IV Tidak menyuntikan obat ke SC
3.4
Proability of failure 0.02 0.02 0.0004 0.0024 0.09 0.09 0.4275 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.023 0.0024 0.00046 0.000408 0.0004 0.0004 0.000408 0.001012 0.0024 0.0004 0.000408 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004
SHERPA
Setelah dilakukan perhitungan nilai probability of failure dari masing-masing HEP maka langkah selanjutnya adalah menentukan output-human error analysis dengan menggunakan metode SHERPA. Metode ini dilakukan melalui wawancara. Dalam metode ini setiap aktivitas yang memiliki HEP akan di definisikan jenis error nya sesuai dengan Tabel SHERPA Error Mode. Kemudian dicari probability dan tingkat kekritisannya. Probability dapat dihasilkan dari metode HEART, sedangkan tingkat kekritisan dapat didapatkan dengan mengacu pada tingkat kekritisan. Sebagai contoh, aktivitas mengambil obat di lemari terbuka dengan HEP tidak mengambil obat di lemari terbuka maka HEP ini memiliki kategori error mode A2 atau pekerjaan tidak terlaksana sesuai dengan jadwal. Dengan adanya error ini maka konsekuensinya yaitu pekerjaan tersebut menjadi akan tertunda. Nilai probability error HEP ini berdasarkan metode HEART adalah 0,02 dan berdasarkan Tabel
10
Tingkta kekritisan, HEP ini memiliki tingkat kekritisan low. HEP ini dapat diatasi dengan adanya waktu pengingat atau alarm sehingga perawat tidak akan lupa saat waktu pemberian
obat tiba. Kemudian identifikasi tersebut direkap dalam tabel SHERPA. Tabel 5 berikut ini adalah rekapan output human error analysis berdasarkan metode SHERPA.
Tabel 5 Output Human Error Analysis
4.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai verifikasi dan validasi alat ukur. Proses tersebut dilakukan melalui pengolahan data observasi yang meliputi perhitungan human reliability, uji ANOVA, uji kecukupan data, uji validasi, dan penentuan batas ukur. 4.1
Perhitungan Human Reliability
Untuk melakukan uji validitas maka dibutuhkan output perhitungan nilai human reliability berdasarkan pengamatan proses administrasi obat secara langsung dan berdasarkan output dari game. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai human reliability berdasarkan pengamatan proses administrasi obat secara langsung dan berdasarkan output dari game.
Tabel 6 Output Human Realiabily Hasil Pengamatan
Tabel 6 Output Human Realiabily Hasil Software Game
11
4.2
Uji ANOVA
Uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui apakah variable waktu shift jaga berpengaruh terhadap nilai human reliability atau tidak. Uji ANOVA dilakukan dengan menggunakan software Minitab 14. Dalam pengujian ini, yang dijadikan sebagai response variable adalah total human reliability setiap perawat dan factor variable nya adalah shift jaga. Dalam pengujian ini digunakan derajat kepercayaan sebesar 95% dan α = 5%. H0: μ1 = μ2 = μ3. (nilai total human reliability pagi = nilai total human reliability siang = nilai total human reliability sore) Ha: μi tidak semua sama. Berdasarkan running software Minitab didapatkan hasil sebagai berikut:
s : Derajat ketelitian dalam pengamatan. N: Jumlah pengamatan yang sudah dilakukan. xi : Data pengamatan. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5% maka banyaknya data yang seharusnya diambil dalam pengamatan dapat dihitung sebagai berikut:
Oleh karena N > N’ = 15 > 1 maka data pengamatan dianggap cukup. 4.4
Gambar 3 Hasil Running Uji ANOVA
Dari hasil running software minitab tersebut dapat dilihat bahwa nilai p-value nya sebesar 0,742. Oleh karena nilai ini lebih besar dari α = 5% maka keputusannya adalah terima H0 yang berarti variable waktu shift jaga tidak berbeda secara signifikan atau tidak berpengaruh terhadap total human reliability perawat. 4.3
Uji Kecukupan Data
Untuk menentukan banyaknya data yang dibutuhkan dalam pengamatan, dapat dilakukan dengan menggunkan rumus sebagai berikut:
Dimana: N’ : Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan. k : Tingkat kepercayaan dalam pengamatan (untuk tingkat kepercayaan 95% maka nilai k = 2).
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah software game yang dibuat sudah merepresentasikan kondisi sebenarnya atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan t-paired comparison karena sample yang diamati memainkan game setelah dilakukan pengamatan secara langsung. Dalam pengujian ini digunakan derajat kepercayaan sebesar 95% dan α = 5%. H0: μ1 = μ2. (nilai total human reliability hasil pengamatan = nilai total human reliability pada output game). Ha: μ1 ≠ μ2 (nilai total human reliability hasil pengamatan ≠ nilai total human reliability pada output game). Berdasarkan running software Minitab 14 didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 4 Hasil Running Uji Validitas
12
Dari hasil running software minitab tersebut dapat dilihat bahwa nilai p-value nya sebesar 0,812. Oleh karena nilai ini lebih besar dari α = 5% maka keputusannya adalah terima H0 yang berarti nilai total human reliability hasil pengamatan tidak jauh berbeda secara signifikan dengan nilai total human reliability pada output game. Sehingga dapat disimpulkan bahwa software game yang telah dibuat valid atau sudah merepresentasikan kondisi sebenarnya. 4.5
Penentuan Batas Minimum Human Reliability
Untuk menentukan batasan minimum human reliability yang diperbolehkan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: UCL = μ Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data human reliability berdasarkan output software game. Nilai rata-rata ( ) hasil perhitungan adalah 0,991083832 dan standar deviasi ( ) adalah 0,02025232, sehingga: UCL
=μ-3 = 0,991083832 – 3. 0,02025232. = 0,930326873.
Jadi, apabila perawat memiliki nilai human reliability di bawah 0,930326873 maka perawat tersebut tidak handal. 4.6
Penentuan Critical Shift Jaga
Berdasarkan uji ANOVA shift jaga tidak mempengaruhi total human reliability dari perawat. Oleh karena itu, untuk menentukan critical shift jaga dilakukan dengan pendekatan batas minimum human reliability yang diperbolehkan dan nilai rata-rata terkecil. Tabel 7 menunjukan rekapan data untuk penentuan critical shift jaga. Tabel 7 Rekapan Data Shift Jaga Nama Perawat Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5 Rata-rata
Shift Pagi 0,999592 0,96986757 0,9988 0,999796 0,969757 0,987562514
Shift Siang 0,999271 0,9998177 0,977450793 0,999755117 1 0,995258922
Shift Sore 0,999687963 0,998988 0,999818 0,925 0,999796 0,984657993
Berdasarkan Tabel 7, shift sore memiliki rata-rata nilai human reliability yang paling kecil dan terdapat perawat yang memiliki nilai human
reliability yang berada di bawah batasan minimum yang diperbolehkan sehingga dapat disimpulkan bahwa shift sore merupakan shift yang paling kritis diantara shit jaga yang lainnya. 5.
Analisis dan Interpretasi Data
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis dan interpretasi data yang meliputi analisis mengenai output human reliability, analisis mengenai pengujian alat ukur, analisis menganai waktu shift jaga dengan error, analisis sistem perbaikan proses administrasi obat, analisis fungsi game, serta analisis fungsi dan manfaat game. 5.1
Analisis Output Human Reliability Pada penelitian ini perhitungan setiap error yang terjadi dengan menggunakan metode HEART. Nilai probability of failure dalam metode ini berbanding lurus dengan faktor penyebab HEP karena nilai probability of failure merupakan penjumlahan HEP dari setiap faktor penyebab HEP itu sendiri. Apabila suatu aktivitas memiliki faktor penyebab HEP yang banyak maka nilai probability of failure nya akan semakin besar pula sehingga nilai human reliability nya cenderung kecil, sebaliknya apabila suatu aktivitas memiliki faktor penyebab HEP yang sedikit maka nilai probability of failure nya akan semakin kecil sehingga nilai human reliability nya akan cenderung besar. Berdasarkan hasil wawancara untuk membantu dalam perhitungan nilai probability of failure dalam penelitian ini, sebagian besar HEP memiliki faktor penyebab satu. Hal ini tentunya akan menyebabkan nilai probability of failure dalam penelitian ini akan semakin kecil sehingga human reliability dalam penelitian ini cenderung memiliki nilai yang besar.
5.2
Analisis Pengujian Alat Ukur Uji validitas dipengaruhi oleh output human reliability hasil pengamatan dan hasil game. Uji validitas di sini dilakukan dengan menggunakan soft ware Minitab 14 dan berdasarkan hasil running software tersebut nilai p-value nya berada di atas tingkat significan level atau α sehingga keputusan dalam uji validitas tersebut adalah terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara output human reliability hasil pengamatan dengan hasil pada game. Hal ini menunjukkan bahwa software game yang telah dibuat sudah merepresentasikan kondisi sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, 13
maka dapat dinyatakan bahwa perawat dapat mengetahui nilai human reliability nya dengan memainkan software game. Akan tetapi, apabila nilai p-value yang dihasilkan dari software Minitab lebih kecil dari significan level atau α maka keputusannya adalah tolak H0 yang berarti game belum merepresentasikan kondisi sebenarnya sehingga tidak bisa digunakan dalam menghitung human reliability proses administrasi obat di Rumah Sakit Haji. Jadi, penentuan uji validitas sangat dipengaruhi oleh significan level dan nilai p-value nya. 5.3
Ketidaksesuaian prosedur Sibuk Terburu-buru Persediaan (Infus) habis 3% 6% 13%
Analisis Waktu Shift Jaga dengan Error
Pada penelitian ini, penentuan waktu shift jaga perawat yang paling buruk nilai human reliability nya dilakukan dengan pendekatan batas minimum human reliability yang diperbolehkan dan nilai rata-rata terkecil. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada sub bab 5.6 dapat disimpulkan bahwa shift jaga sore hari memiliki nilai human reliability yang paling jelek karena pada waktu shift tersebut memiliki nilai human reliability yang paling kecil dibandingkan dengan shift jaga yang lain. Selain itu, pada waktu shift tersebut juga terdapat perawat yang memiliki nilai human reliability yang berada di bawah batas minimum yang diperbolehkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa shift jaga sore memiliki human error yang paling besar. 5.4
Faktor Penyebab
Analisis Sistem Perbaikan Administrasi Obat
Proses
Untuk membuat sistem perbaikannya dapat mengacu pada dua hal yaitu failure modes dan faktor penyebab human error. Gambar 5 dan Gambar 6 di bawah ini menunjukkan persentase kejadian human error berdasarkan failure modes dan faktor penyebab human error.
9%
Failure Modes A8
R1 12%
C1
A7
A9
1% 19%
59% Gambar 5 Persentase Kejadian Human Error Berdasarkan Failure Modes
78% Gambar 0 Persentase Kejadian Human Error Berdasarakan Faktor Penyebab
Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa 59% human error yang terjadi merupakan jenis error retrieval yaitu tidak adanya informasi yang didapatkan dan 78% human error yang terjadi disebabkan oleh ketidaksesuaian prosedur. Ketidak sesuaian prosedur mungkin dapat disebabkan oleh kurangnya pengawaasan atau prosedur yang sudah ada masih kurang jelas. Oleh karena itu, perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan check list, monitoring, dan evaluasi terhadap setiap aktivitas. Dengan adanya check list maka informasi yang ada akan tersampaikan dengan mudah. Selain itu check list tersebut juga akan membantu perawat dalam melakukan aktivitas sesuai dengan prosedur yang sesuai. Sedangkan monitoring dari pihak atasan akan membuat pengawasan lebih ketat sehingga perawat akan lebih memperhatikan prosedur yang ada dan berhati-hati dalam bertindak. Dengan demikian, setiap tindakan yang salah dapat dievaluasi untuk mencegah tindakan tersebut terulang kembali, misalnya karena prosedur yang kurang jelas. 5.5
Analisis Simulasi Game
Berdasarkan pengujian alat ukur, disimpulkan bahwa game yang telah dirancang sudah valid atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara game dan kondisi sebenarnya. Namun, pengujian tersebut hanya mengacu pada simulasi dari game. Padahal, masih banyak sapek yang tidak tercakup dalam game tersebut misalnya aspek ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan dan waktu pengerjaan aktivitas. Akibatnya, setiap pemain mungkin dapat
14
memainkan game tersebut dengan baik tetapi dalam kondisi yang sebenarnya belum tentu dia dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan yang dimainkan di game tersebut. Faktor-faktor tersebut sebenarnya merupakan faktor yang dapat menyebabkan human error dalam kondisi yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah ketepatan dalam menjalankan aktivitas. Dalam kondisi yang sebenarnya, apabila perawat tidak melakukan aktivitas yang tepat seperti proses mengambil obat yang benar maka hal ini merupakan aktivitas human error. Apalagi apabila perawat tersebut memiliki waktu yang terbatas sehingga menyebabkan perawat tersebut terburu-buru, tentunya akan menyebabkan aktivitas yang dilakukan tidak sesuai. Oleh karena itu, walaupun secara statistik game tersebut sudah valid, tetapi masih ada faktor-faktor yang tidak terlingkup dalam game sehingga dapat dikatakan bahwa pemain yang baik dalam game belum tentu bagus dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik di kondisi yang sebenarnya karena faktor-faktor tersebut. 5.6 Analisis Fungsi dan Manfaat Game Skenario yang digunakan dalam game adalah HTA dari proses adminstrasi obat. Dengan mengacu pada skenario HTA, game tersebut mampu mengukur nilai human reliability terkait dalam proses administrasi obat. Oleh karena itu, game tersebut dapat digunakan dalam membantu salah satu proses dalam perekrutan karyawan. Dengan melihat pada nilai human reliability yang baik maka dapat menjadi pertimbangan oleh pihak manajemen dalam merekrut pengetahuan karyawan dalam proses administrasi obat. Selain itu, game ini juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai human reliability karyawan yang dapat dilakukan secara periodik. Dari situ dapat dijadikan acuan bagi pihak manajemen untuk mengetahui performansi pengetahuan perawat dalam proses administrasi obat sehingga mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam mengevaluasi sistem kerja. 6.
Simpulan
Setelah dilakukan proses perancangan alat ukur sertaproses validasi dan verifikasi alat ukur maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dihasilkan rancangan software game pengukuran keandalan manusia yang
mampu menghitung nilai human reliability. Software game tersebut memiliki batasan human reliability yang baik dengan nilai sebesar 0,930326873 2. Hasil dari validasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai human reliability nya. 3. Shift jaga sore memiliki human error yang paling besar 4. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan check list, monitoring, dan evaluasi terhadap setiap aktivitas. 7.
Daftar Pustaka
Findiastuti, W. 2002. Analisa Human Error pada Kecelakaan Kereta Api di Persilangan Kereta Api (Studi Kasus: Persilangan No. 25 Jemur Andayani Surabaya). Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Health, D. O. 2000. An Organisation with a Memory: Report of an Expert Group on Learning from Adverse Events in the NHS. London. Kusbiantoro. 2009. Perancangan Game Simulasi Human Error yang Terintegrasi terhadap Tingkat Pencahayaan Kebisingan, dan Suhu Ruangan. Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Lane, R., Stanton, N. A. & Harrison, D. 2008. Hierarchical Task Analysis to Medication Administration Errors, Kingston Lane Uxbridge, Departemen of Design and Information System Brunel University. Lyons, M., Adams, S., Woloshynowych, M. & Vincent, C. 2004. Human Reliability Analysis in Healthcare: A Review of Technique. International Journal of Risk & Safety in Medicine, 16, 223-237. Novira, I. 2010. Perancangan Alat Ukur Human Cognitive Reliability dengan Menggunakan Cognitive Reliability Error and Analysis Methode. Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Parastuti, I. 2009. As Human Error yang Berpengaruh pada Cacnalisiat Produk dengan Pendekatan Human Reliability Assestment (HRA) (Studi Kasus: PT Energi Multitech Indonesia). Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Seastrunk, C. S. 2005. Algorithm to Systematically Reduce Human Error in Healthcare. Master of Science, North Carolina State University. 15