Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra1 Toto Sugiharto2 Teddy Oswari3 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta 1 (
[email protected]), 2 (
[email protected]), 3(
[email protected])
Abstrak Krisis moneter yang berkelanjutan hingga sekarang telah melanda Indonesia dan berbagai aksi terorisme khususnya di Bali menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan nasional. Propinsi Bali, yang dikenal sebagai kantong devisa bagi perekonomian Indonesia karena kegiatan pariwisatanya. Hal tersebut menandakan bahwa sektor pariwisata perlu mendapatkan perhatian sebagai sektor yang utama dalam mendukung perekonomian makro Bali dan perekonomian Indonesai pada umumnya. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang memiliki kontribusi dominan bagi suatu perekonomian makro perlu mendapatkan perhatian yang lebih sehingga dapat dioptimalkan. Analisis input-output diterapkan dalam penelitian ini. Jumlah sektor yang digunakan dalam analisis tersebut adalah 68 sektor sebagaiman tercantum dalam tabel Input-Output Indonesia 2000. Model ini digunakan untuk menganalisis secara terintegrasi peranan sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi Bali secara menyeluruh serta untuk mengetahui proyeksi investasi di sektor pariwisata. Model input-output dianggap sebagai model yang paling komprehensif dan sistematis karena model ini merupakan pengembangan konsep inputoutput yang mengintegrasikan unsur ruang secara "simple" dan "elegan" (West et.al., 1989). Model ini akan membagi ekonomi nasional berdasarkan sektor dan daerah kegiatan (Hulu, 1990) Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi Propinsi Bali masih cukup besar. Peranan suatu sektor dalam perekonomian selain dapat dilihat dari kontribusi sektor tersebut dalam penciptaan output, juga dapat dilihat dari besaran nilai tambah yang dihasilkan. Nilai tambah yang dihasilkan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan suatu sektor dalam menciptakan output namun juga oleh biaya yang dikeluarkan dalam menciptakan output tersebut. Peranan sektor hotel berbintang dan sektor perdagangan dalam menghasilkan nilai tambah bagi Propinsi Bali masing-masing sebesar 12,32 persen dan 12,11 persen, sementara sektor restoran menyumbang 8,14 persen. Sub-sektor yang berpotensi untuk dijadikan subsektor unggulan, adalah sub-sektor yang mempunyai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang baik. Sub-sektor tersebut adalah perdagangan, pemotongan ternak, industri makanan dan minuman. Hasil penelitian ini juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah investasi yang diharapkan untuk memenuhi atau mengimbangi ekses permintaan yang ada. Kata kunci: model input-output, sektor pariwisata, investasi 1. Pendahuluan Provinsi Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Industri pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Tidak pelak lagi, segala upaya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring wisatawan untuk berbondong1
bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan seni ini. Namun saat ini pariwisata pulau Bali dapat dilukiskan dalam kondisi sekarat, tepatnya setelah tragedi bom Kuta dan Jimbaran, 1 Oktober 2005 yang lalu. Wisatawan yang berkunjung ke Bali terus merosot, diikuti dengan pembatalan rencana bepergian ke Bali dalam jumlah yang signifikan. Kemunduran pariwisata di pulau Bali, dapat diindikasikan dengan terjadinya penurunan tingkat hunian hotel sekitar 70 persen, kebangkrutan dari perusahaan penerbangan Air Paradise yang beroperasi tahun 2003 dengan tujuan khusus mendukung pariwisata Bali. Hal ini diakibatkan terjadinya pembatalan bepergian ke Bali. Pada awalnya perusahaan ini dapat mengangkut 40.000 penumpang per bulan, namun sejak tragedi bom tersebut mengalami penurunan jumlah penumpang yang mencapai 80 persen. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu digali dan dioptimalkan potensi lain yang ada di pulau Bali untuk tetap atau bahkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Berkaitan dengan hal itu, maka untuk mengetahui posisi masing-masing sektor ekonomi dan kontribusinya terhadap pembangunan perekonomian Bali perlu dikaji lebih jauh. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan berdasarkan pada tingginya nilai-nilai budaya suatu daerah yang diharapkan dapat menarik banyak wisatawan. Dengan demikian maka segala aspek yang terkait dengan kepariwisataan seperti promosi, atraksi, arsitektur, etika, pola manajemen, perkembangan pariwisata yang pesat diharpakan dapat memberikan dampak ganda terhadap kegiatan-kegiatan di sektor lainnya. Selama ini ukuran atau indikator yang digunakan untuk mengetahui peranan masingmasing sektor ekonomi masih terbatas pada sektor-sektor yang ada pada klasifikasi lapangan usaha Indonesia (KLUI). Secara garis besar, berdasarkan pengklasifikasian yang dilakukan dalam System of National Accounts (SNA) , kegiatan ekonomi dibagi dalam sembilan sektor utama yang biasa digunakan. Masing-masing sektor tersebut adalah : (1) sektor pertanian, (2) sektor pertambangan dan penggalian, (3) sektor Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Minum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (9) Sektor Jasa Lainnya. Semua kegiatan ekonomi habis dibagi dalam sembilan sektor tersebut. Sektor pariwisata dalam klasifikasi SNA tidak secara explisit mencantumkan hal tersebut, namun tidak berarti bahwa sektor pariwisata tidak terdapat dalam klasifikasi yang dibuat. Sektor pariwisata merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai sektor kegiatan. Kegiatan pariwisata dapat mencakup semua kegiatan ekonomi terutama sektor hotel, restoran, sektor jasa, maupun sektor industri. Sehingga peranan pariwisata dalam perekonomian dapat tercakup di semua kegiatan ekonomi. Peranan pariwisata dalam berekonomian Bali perlu diposisikan untuk melihat bagaimana pariwisata memberikan kontribusi dalam perekonomian dan dampak pengembagan pariwisata terhadap sektor-sektor ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan komoditi yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata. Salah satu alat analisis yang dapat mengungkapkan secara menyeluruh hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara unit ekonomi di Bali khususnya keterkaitan unit-unit ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan di bidang kepariwisataan dengan unit-unit ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung menopang kegiatan pariwisata adalah dengan analisis Input-Output. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan sektor pariwisata dan subsektor unggulan, menganalisis tingkat kebutuhan investasi di sektor pariwisata yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
2
2. Metodologi Secara sederhana model IO menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel. Isian sepanjang baris menunjukkan alokasi output dan isian menurut kolom menunjukkan pemakaian input dalam proses produksi (Biro Pusat Statistik, 2000). Sebagai model kuantitatif, tabel IO mampu memberi gambaran menyeluruh tentang: (1) struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah, (2) struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah, (3) struktur penyediaan barang dan jasa baik yang berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor, dan (4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor. 2.1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh langsung Table Input-Output Bali 2000 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik Propinsi Bali. Tabel tersebut terdiri atas 68 x 68 sektor. Data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pelbagai laporan dan/atau publikasi dari Badan Pusat Statistik dan dari pelbagai laporan dan/atau publikasi Departemen Pariwisata. 2.2. Analisis Peranan Sektor Pariwisata Penelitian ini menggunakan pendekatan input output, dengan analisis keterkaitan baik kedepan maupun ke belakang yang digunakan untuk mengetahui sturktur dalam subsektor pariwisata Indonesia berdasarkan data input-output tahun 2000. Backward linkages (kaitan ke belakang) dan forward linkages (kaitan ke depan) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor / sub-sub sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Kaitan ke belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbangkan input kepadanya. Kaitan ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi sektor-sektor yang lain. Pendekatan Input-Output menggunakan analisis antar sektor. Model ini dibangun berdasarkan neraca komoditas sebagai berikut : n
Qi = ∑ Z ij + Fi
(1)
j =1
dimana : Qi
= Nilai output sektor i
Z ij
= Nilai output sektor j yang digunakan dalam proses produksi sector i
Fi n
= Nilai permintaan akhir terhadap sector i = Banyaknya sektor dalam perekonomian.
Z ij tak lain ialah permintaan input langsung sektor j yang merupakan output dari sektor
i. Dengan demikan Z j = ∑ Z ij adalah permintaan total antar sektor terhadap output sektor j. Oleh karena itu persamaan 3.1. tak lain ialah dekomposisi permintaan terhadap output sektor i ( Qi ) menjadi dua komponen yaitu permintaan antar sektor ( Z j = ∑ Z ij ) dan permintaan akhir ( Fi ). Asumsi selanjutnya adalah, koefisien input-output adalah tetap :
3
a ij = Z ij / Q j
(2)
a ij = nilai output sector i yang digunakan untuk menghasilkan setiap satu rupiah nilai produksi sector j. Apabila persamaan (2) dimasukkan ke dalam persamaan (1) maka akan diperoleh :
Qi = ∑ aij Q j + Fi
(3)
Persamaan 3. adalah sistem persamaan yang terdiri dari n persamaan, di mana n adalah jumlah sektor dalam perekonomian. Seperti yang telah disebutkan, Z ij adalah permintaan input langsung sektor j yang merupakan output dari sektor i. Dengan demikian
Z ij merupakan simpul pengikat langsung sektor j
dengan sektor i. Oleh karena itu a ij tak lain ialah pengganda langsung sector j terhadap sector i. Oleh karena itu Z j = ∑ Z ij = ∑ aij Q j adalah total permintaan input langsung sector j dari seluruh sector-sektor lainnya. Oleh karena ikatan antar sector tersebut muncul melalui kebutuhan input sector j dari sector-sektor lainnya, maka Z j disebut pula kaitan antar sektor langsung ke belakang (Panchamukhi, 1975). Dalam bentuk indeks kaitan langsung ke belakang (direct backward lingkage) tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
Uj = Uj
∑Z
ij
Qj
= ∑ aij
(4)
i =1
= kaitan langsung ke belakang.
Dengan cara yang sama, didapat bahwa Z j = ∑ Z ij adalah total produk I yang langsung digunakan sebagai input bagi seluruh sector dalam perekonomian. Oleh karena itu, Z i seringkali disebut sebagai kaitan langsung ke depan. Dalam ukuran indeks, kaitan langsung ke depan sector I (direct forward lingkage) dihitung sebagai berikut.
Wi = Wi
∑Z Qj
ij
= ∑ aij
(5)
j =1
= kaitan langsung ke depan (direct backward linkage)
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Peranan Sektoral dalam Perekonomian Untuk mengetahui sektor-sektor unggulan dalam suatu wilayah, dengan mengetahui nilai output yang dihasilkan oleh suatu sektor maupun melalui peranan nilai tambah yang dihasilkan. Besaran output merupakan nilai produksi suatu sektor dalam menghasilkan barang maupun jasa. Besarnya output yang dihasilkan suatu sektor menunjukkan peranan atau sumbangan sektor tersebut dalam pembentukan otuput Bali secara keseluruhan. Berikut adalah tabel sepuluh sektor terbesar menurut peringkat output.
4
Tabel 1. Peranan Sepuluh Sektor Terbesar berdasarkan Nilai Output No. Kode Sektor Peranan Sektor (persen) 1 48 Hotel berbintang 11,02 2 46 Perdagangan 10,68 3 47 Resotran, R. Makan, Warung 9,84 4 45 Bangunan tempat tinggal 6,59 5 55 Angkutan Udara 5,03 6 68 Jasa perorangan dan R.T. lainnya 4,55 7 15 Jasa pemotongan ternak 4,28 8 64 Jasa Pemerintahan umum 4,06 9 23 Penggilingan Padi, Penyosohan beras 4,04 10 1 Padi 3,65 Jumlah 63,73 Sektor Lainnya 36,27 Jumlah output 100,00 Peranan suatu sektor dalam perekonomian selain dapat dilihat dari kontribusi sektor tersebut dalam penciptaan output, juga dapat dilihat dari besaran nilai tambah yang dihasilkan. Nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan suatu sektor dalam menciptakan output namun juga oleh biaya yang dikeluarkan dalam menciptakan output tersebut. Dengan kata lain, nilai tambah suatu sektor merupakan input primer yang diperlukan dalam penciptaan output sektor tersebut, sehingga suatu sektor yang besar kontribusinya dalam penciptaan output belum tentu memberikan kontribusi yang besar pula dalam menghasilkan nilai tambah seperti sektor jasa pemotongan ternak. Nilai output jasa pemotongan ternak sebagian besar merupakan input antara jasa tersebut yang berupa hewan ternak yang dipotong. Tabel 2. Peranan Sepuluh Sektor terbesar berdasarkan Nilai Tambah No. Kode Sektor Peranan Sektor (persen) 1 48 Hotel berbintang 12,32 2 46 Perdagangan 12,11 3 47 Resotran, R. Makan, Warung 8,14 4 64 Jasa pemerintahan umum 6,57 5 68 Jasa perorangan dan RT lainnya 5,97 6 1 Padi 5,85 7 55 Angkutan udara 4,49 8 45 Bangunan tempat tinggal 4,16 9 61 Persewaan bangunan dan tanah 2,68 10 14 Ternak kecil 2,39 Jumlah 64,68 Sektor Lainnya 35,32 Jumlah output 100,00 Peranan sektor hotel berbintang dan sektor perdagangan dalam menghasilkan nilai tambah bagi propinsi Bali masing-masing sebesar 12,32 persen dan 12,11 persen. Sementara itu sektor restoran dan rumah makan, warung menyumbang 8,14 persen. Jasa pemerintahan umum, jasa perorangan dan lainnya, padi, angkutan udara serta bangunan tempat tinggal selain 5
menempati urutan sepuluh besar dalam peringkat output, juga merupakan sepuluh besar dalam penciptaan nilai tambah. Sementara itu, sektor persewaan bangunan dan ternak kecil yang tidak masuk sepuluh besar dalam penciptaan output, ternyata merupakan penyumbang sepuluh besar dalam penciptaan nilai tambah, hal tersebut disebabkan karena sektor persewaan bangunan dan ternak kecil mempunyai komponen biaya antara yang relatif kecil. 3.2. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Keterkaitan ke depan sering disebut juga sebagai derajat kepekaan dan keterkaitan ke belakang sebagai daya penyebaran. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dibandingkan terhadap sektor lainnya, sedangkan sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi berarti sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lainnya. Indeks daya penyebaran memberikan indikasi bahwa sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran lebih besar dari 1, menunjukkan daya penyebarannya di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertian yang sama juga berlaku untuk indeks derajat kepekaan. Berdasarkan Tabel 3. terlihat sektor jasa pemotongan ternak mempunyai daya penyebaran tertinggi dengan nilai 2,36767, Angka tersebut mempunyai arti bahwa kenaikan satu unit output sektor jasa pemotongan ternak akan membutuhkan output sektor lainnya sebagai input sebesar 2,36767unit. Selanjutnya sektor industri makanan, minuman dantembakau, industri tenun, industri pakaian jadi, penggilingan padi dan penyosohan beras, industri kertas dan barang kertas, industri kimia barang dari kimia karet dan plastik, industri kayu lainnya dan banunguan tempat tinggal juga termasuk sepuluh sektor dengan daya penyebaran tertinggi. Tabel 3. Indeks Daya Penyebaran Sektor Pertanian di Indonesia, 2000 Daya Penyebaran No. Kode Sektor Jumlah Indeks 1 15 Jasa pemotongan ternak 2,36767 1,48517 2 27 Industri makanan, minuman, tembakau 2,23771 1,40365 3 28 Industri tenun / tekstil 2,19266 1,37359 4 29 Industri pakaian jadi 2,14744 1,34703 5 24 Penggilingan padi 2,14347 1,34454 6 34 Industri kertas dan barang kertas 2,11235 1,32502 7 35 Industri kimia barang dari karet, plastic 2,10665 1,32144 8 33 Industri kayu lainnya 2,10157 1,31826 9 45 Bangunan tempat tinggal 2,08854 1,31008 10 56 Travel Biro 2,04511 1,28284 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (diolah) Selanjutnya, sepuluh sektor yang mempunyai derajat kepekaan tertinggi dapat dilihat pada table berikut. Sektor perdagangan , bahan bakar minyak, jasa perorangan dan RT lainnya, industri kimia, barang dari kimia termasuk karet dan plastik, industri kertas, barang dari kertas, penggergajian kayu, industri tenun dan tektil, padi, bangunan tempat tinggal, industri makanan minuman dan temabkau merupakan sepuluh sektor utama dengan derajat kepekaan yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorong yan cukup kuat dibandingkan sektor
6
lainnya. Sebaliknya sektor yang mempunyai kerajat kepekaan tinggi berarti sektor tersebut mempunyai ketergantungan / kepekaan backward yang tinggi terhadap sektor lainnya. Tabel 4. Indeks Derajat Kepekaan Sektor Pertanian di Indonesia, 2000. Derajat Kepekaan No. Kode Sektor Jumlah Indeks 1 46 Perdagangan 6,05729 3,79957 2 36 Bahan Bakar minyak 4,08139 2,56014 3 68 Jasa perorangan, RT lainnya 3,33735 2,09343 4 35 Industri kimia, karet , plastik 2,82945 1,77483 5 34 Industri kertas, barang dari kertas 2,51496 1,57756 6 31 Penggergajian kayu 2,48797 1,56063 7 28 Industri tenun/tekstil 2,47582 1,55301 8 1 Padi 2,27363 1,42618 9 45 Bangunan tempat tinggal 2,22022 1,39268 10 27 Industri makanan minuman tembakau 2,11750 1,32825 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (diolah) Berdasarkan hasil pengolahan data I-O tahun 2000, dapat disusun suatu matriks 4 dimensi, dengan klasifikasi sebagai berikut: (1) mempunyai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi; (2) mempunyai daya penyebaran tinggi dan derajat kepekaan yang rendah; (3) mempunyai daya penyebaran rendah dan derajat kepekaan yang tinggi; (4) mempunyai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang rendah. Klasifikasi tinggi berdasarkan angka sektoralnya melebihi angka rata-rata keseluruhan sub-sektor keseluruhan dalam perekonomian. Klasifikasi rendah apabila angka kaitan sektoralnya lebih rendah dibanding angka rata-rata keseluruhan subsektor dalam perekonomian. Tabel 5. Matriks sektor berdasarkan Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan di Propinsi Bali, 2000 Derajat Kepekaan Tinggi Rendah Daya Penyebaran Kelapa, ternak besar, jasa Ternak kecil, industri makanan Tinggi minuman, industri tenun tekstil, pemotongan ternak, unggas, pengeringan penggaraman ikan, penggergajian kayu, industri kertasi, industri kimia, bangunan penggilingan padi, industri kopra, industri kopi, industri garmen, tempat tinggal, perdagangan, industri barang dari kulit, industri restoran, angkutan umum darat, kerajinan kayu, industri barang kayu angkutan udara lainnya, industri kerajinan dan bahan galian, industri bahan bangunan, industri karoser, industri perhiasan, industri pengolahan lainnya, air minum, hotel bintang, hotel non bintang, angkutan carter darat, travel biro, lembaga keuangan lainnya Rendah
Padi, tembakau, bahan bakar
Jagung, umbi-umbian, sayuran, 7
minyak, industri logam, listrik, jasa penunjang angkutan, komunikasi pos giro, perbankan, jasa perorangan/ rumah tangga
buahan, kacang tanah, kacang kedelai, tanaman bahan pangan lain, kopi, tanaman perkebunan lain, kehutanan, ikan laut, ikan darat, batu padas, barang galian, pertambangan, angkutan laut antar pulau, angkutan wisata, angkutan penyeberangan, money changer, persewaan bangunan dan tanah, jasa perusahaan, jasa sosial kemasyarakatan, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya.
Sumber : Tabel Input-Output 2000 (diolah) Matriks tersebut disajikan pada tabel 5. Dari tabel tersebut dapat ditarik suatu pola keterkaitan sebagai berikut : 1. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi mengindikasikan bahwa peningkatan investasi di subsektor-subsektor ini akan memberikan dampak yang luas tidak hanya terhadap sektor input namun juga sektor outputnya. Tingginya daya penyebaran menunjukkan tingginya penyebaran dampak perubahan dari subsektor tersebut terhadap subsektor lainnya, yang berada dalam industri yang lebih hulu (subsektor input). Output dari subsektor-subsektor ini akan menjadi input bagi subsektor lain yang lebih hilir. 2. Sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi namun daya penyebaran yang rendah mengindikasikan bahwa yang termasuk klasifikasi ini adalah sektor primer, yang umumnya masih diolah lebih lanjut oleh sektor industri manufaktur, khususnya industri pengolah hasil pertanian. Dengan demikian, subsektor-subsektor ini peka terhadap perubahan subsektor lainnya sebagai akibat perubahan permintaan akhir terhadap masingmasing subsektor tersebut. Sementara itu perubahan permintaan akhir terhadap subsektorsubsektor ini tidak banyak dampaknya terhadap subsektor lainnya karena daya penyebaran yang rendah. 3. Sub sektor yang mempunyai daya penyebaran yang tinggi dan derajat kepekaan yang rendah mengindikasikan bahwa dengan nilai daya penyebaran yang tinggi, subsektor ini diharapkan dapat dijadikan prioritas dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Investasi di sektor ini akan menumbuhkan subsektor hulu, khususnya sektor pertanian. 4. Sub sektor yang mempunyai daya penyebaran yang rendah dan derajat kepekaan yang rendah mengindikasikan bahwa subsektor-subsektor ini tidak peka terhadap perubahan subsektor lainnya sehingga sulit diandalkan untuk menumbuhkan subsektor lainnya jika investasi ditanamkan di subsektor-subsektor ini, namun perlu diketahui penyebabnya dan dapat dipecahkan dengan berbagai solusi yang cocok dengan jenis sektor dan kondisinya 4. Kesimpulan Dari hasil analisis struktur sektor perekonomian di propinsi Bali dapat ditarik penemuan utama dari penelitian ini sebagai berikut : Kondisi keseimbangan antara sektor pariwisata dan non pariwisata harus ada, sehingga adanya goncangan akibat ancaman teroris tidak mematikan semua sudut perekonomian dari propinsi Bali. Peranan Sektor berdasarkan Nilai Output , dan nilai tambah terbesar memang masih didominasi oleh sektor-sektor pariwisata. Namun dari derajat kepekaan dan daya
8
penyebaran yang bernilai cukup tinggi dari sektor-sektor yang bukan pariwisata, memberikan indikasi dapatnya dilakukan pengembangan sektor-sektor tersebut di atas menjadi lebih baik. Dari matrix derajat kepekaan dan daya penyebaran yang telah di buat, dapat diprediksi sektor-sektor yang dapat terus dikembangkan dan sektor yang menjadi sektor hulu dan sektor yang menjadi sektor hilir dari suatu perekonomian, sehingga pengembangan yang ada dapat menjadi suatu proyeksi yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan ekonomi yang ada. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 1995, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, Badan Pusat Statistika, Jakarta. Bulmer, T., 1982, Input Output Analysis in Developing Countries: Sources, Methods and Applications, John Wesley & Sons Ltd., New York., NY, USA. El-Said, M., H. Lofgren, Sherman Robinson, 2001, The Impact of Alternative Development Strategies on Growth and Distribution Simulations with a Dynamic Model for Egypt, Working Paper, Trade and Macroeconomics Division Research Institute, Washington DC., USA. Jhingan, M. L., 2003, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Indonesia. Roberts Brian. and Robert J. Stimson, 1998, “Multi Sectoral Qualitative Analysis: a Tool for Assessing The Competitiveness of regions and Formulating Strategies for Economic Development”, The Annals of Regional Science 1998, Vol. 32, pp. 469-494. Sadoulet, de Janvry, 1995, Accounting for the Linkages of Agriculture in Hawaii’s Economy with An Input-output Model: a Final Demand Base Approach, Department of Agricultural and Resource Economic, University of Hawaii USA,
9