I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai
sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang menempati daratan dan lautan. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari daratan yang memiliki banyak sungai, hutan, danau, gunung dan lautan yang didalamnya terdapat ekosistem laut, terumbu karang serta flora dan fauna yang memperkaya isi lautan. Kekayaan hayati itulah yang menjadikan Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pariwisata telah ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Bahkan pariwisata ditetapkan menjadi sektor andalan pembangunan nasional. Sebagai sektor andalan, sektor pariwisata mengemban fungsi-fungsi strategis seperti: sebagai instrument penghasil devisa, instrument pemerataan kesejahteraan, dan instrument pemersatu kekuatan bangsa. Kepariwisataan mempunyai peranan yang penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, dan memperbesar pendapatan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat (Gelgel, 2006). Selama ini ukuran atau indikator yang digunakan untuk mengetahui peranan masing-masing sektor ekonomi masih terbatas pada sektor-sektor yang ada pada klasifikasi lapangan usaha Indonesia (KLUI).
Secara garis besar,
berdasarkan pengklasifikasian yang dilakukan dalam System of National Accounts 1
(SNA), kegiatan ekonomi dibagi dalam sembilan sektor utama yang
biasa
digunakan. Masing-masing sektor tersebut adalah : (1) Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Minum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan komunikasi, (8) Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (9) Sektor Jasa Lainnya. Semua kegiatan ekonomi habis dibagi dalam sembilan sektor tersebut (Suhendra, et al. 2006). Sektor pariwisata dalam klasifikasi
SNA tidak secara eksplisit
mencantumkan hal tersebut, namun tidak berarti bahwa sektor pariwisata tidak terdapat dalam klasifikasi yang dibuat. Pariwisata merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai subsektor. Kegiatan pariwisata dapat mencakup semua kegiatan ekonomi terutama subsektor perhotelan, restoran, jasa, maupun industri. Sehingga peranan pariwisata dalam perekonomian dapat tercakup di semua kegiatan ekonomi (Suhendra, et al. 2006). Kinerja sektor pariwisata Indonesia
sampai
saat ini masih
cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dimana terjadi peningkatan tiap tahun kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui berbagai pintu masuk atau bandar udara di Inodenesia Tabel 1. Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2009 6.323.730 2010 7.002.944 2011 7.649.731 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia di tahun 2011 mencapai 7.649.731 orang, atau naik sebesar 9,2 persen dari tahun 2010 2
dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 7.002.944 orang. Pertumbuhan jumlah
wisatawan pada tahun 2011 meningkat pesat
dibandingkan pertumbuhan jumlah wisatawan di tahun 2009, sebesar 20,9 persen dengan jumlah wisatawan pada tahun tersebut yang mencapai 6.323.730 orang. Banyaknya
kunjungan
wisatawan
mancanegara
menjadi
faktor
meningkatnya penerimaan devisa negara, menurut Berita Resmi Statistik BPS tahun 2012 tercatat pada tahun 2011 penerimaan devisa negara sebesar US$8,6 miliar atau naik 13,6 persen jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai US$ 7,6 miliar dan naik sebesar 36,51 persen jika dibandingkan pada tahun 2009 sebesar US$ 6,3 miliar. Pembangunan industri di sektor pariwisata memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2010 kontribusi sektor pariwisata terhadap devisa Indonesia berada pada peringkat kelima. Adapun peringkat kontribusi dari sektor-sektor industri terhadap devisa Indonesia yaitu: (1) sektor minyak dan gas bumi dengan Rp 28.039,60 triliun; (2) sektor minyak kelapa sawit Rp 13.468,97 triliun; (3) batu bara Rp 11.976,3 triliun (4) karet olahan Rp 9.314,97 triliun, dan (5) pariwisata Rp 7.603,45 triliun 1 . Hal ini diperoleh dari penerimaan dari kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Mengingat pentingnya pembangunan di bidang kepariwisataan tersebut, maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, adil, merata, peri kehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri (Suwantoro, 2004).
1
http://jakarta.okezone.com/read/2012/02/11/450/573811/sektor-pariwisata-penyumbang-devisa-
nomor-5. diakses pada tanggal 24 Mei 2012
3
Pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor industri lain meliputi: industri kerajinan tangan, industri cenderamata, penginapan, dan transportasi (Wahab, 1992). Salah satu obyek wisata di Indonesia yang dimiliki Indonesia adalah Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Tempat wisata ini terletak di wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TMR merupakan kategori wisata cagar alam atau konservasi yang memiliki koleksi satwa kurang lebih 2.101 ekor dengan luas area 140 ha. TMR selain berfungsi sebagai tempat wisata juga merupakan sebagai sarana konservasi pelestarian flora dan fauna secara eksitu (Latipah, 2010). Jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Margasatwa Ragunan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung selama tujuh tahun terakhir pada Tabel 2. Tabel 2. Data Jumlah Pengunjung TMR Tahun 2005-2011 No Tahun Jumlah (orang) 1 2005 2.390.077 2 2006 2.553.087 3 2007 3.379.561 4 2008 3.302.549 5 2009 3.439.102 6 2010 3.580.204 7 2011 4.090.642 3.247.889 Rata-rata Sumber: Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan, 2011
Banyaknya kunjungan wisatawan ke TMR tidak lepas dari faktor harga tiket masuk yang relatif terjangkau. Pengunjung dapat memasuki TMR dengan 4
dikenakan tarif masuk sebesar Rp 3.000,00
untuk anak-anak (3-12 tahun)
sedangkan untuk dewasa Rp 4.000,00 dan masing-masing tarif masuk tersebut ditambah Rp 500,00 untuk asuransi. Tiket masuk TMR yang relatif lebih murah dibandingkan dengan taman margasatwa lainnya dan tempat wisata lainnya yang ada di Indonesia membuat TMR menjadi tempat rekreasi favorit pilihan para pengunjung. Perbandingan harga tiket masuk TMR dengan kebun binatang milik Pemda lainnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nama Kebun Binatang Milik Pemda beserta Keterangannya Nama Kebun Koleksi Luas Status Harga No Binatang (ekor) (ha) Kepemilikan Tiket 1 Taman Marga 204 7 Pemda Anak Satwa dan Budaya Bukittinggi Rp 5000, “Kinantan” Dewasa Bukittinggi Rp 8000 2
Taman Satwa Bengkulu
83
3
Taman Satwa Jurang Kencono Kendal, Jawa Tengah
58
3 Pemda (Dinas Pariwisata)
Rp 7500
4
Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah
45
5,5 Pemda (Dinas Pariwisata)
Libur Rp 5000, Biasa Rp 3500
5
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
140 Pemda DKI Jakarta (Dinas Kelautan dan Pertanian)
Anak Rp 3000, Dewasa Rp 4000
6
Taman Margasatwa Semarang
3.200
278
2,5 Pemda (Dinas Pertanian dan Peternakan)
65 Pemda Semarang
Rp 6000
Libur Rp 7500 Biasa Rp 5000
Sumber : Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia, 2007
Taman Margasatwa Ragunan memiliki berbagai macam wahana wisata tambahan selain wisata konservasinya diantaranya: rakit wisata, perahu bebek, 5
taman satwa anak, kuda tunggang, unta tunggang, gajah tunggang, dan atraksi satwa. Selain itu, TMR juga memiliki wisata konservasi tambahan yaitu pusat primata Schumutzer. Untuk menikmati wahana wisata tambahan tersebut pengunjung dikenakan biaya masuk tambahan. Keberadaan wahana wisata tambahan memiliki tujuan antara lain yaitu: untuk memberi tambahan hiburan bagi pengunjung, memecah konsentrasi pengunjung sehingga dapat mencegah overing capacity dan kemungkinan satwa-satwa mengalami stress karena terlalu ramai pengunjung, serta juga dapat meningkatkan pendapatan pengelola TMR yang selanjutnya dari hasil pendapatan tambahan itu dapat memabantu pembiayaan kegiatan konservasi. Pembangunan dan peningkatan kualitas serta kuantitas terhadap sejumlah atribut wisata yang dimiliki oleh TMR mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan wisata. Kebutuhan dan keinginan setiap pengunjung berbeda-beda terhadap apa yang ditawarkan dari atribut wisata TMR. Oleh karena itu penelitian mengenai preferensi setiap pengunjung terhadap atribut wisata yang ada di TMR perlu dilakukan guna membantu pengelola TMR untuk dapat mengevaluasi dan memperbaiki manajemen pengelolaan obyek wisata sehingga tujuan dari pengembangan TMR dapat tercapai. Keberadaan TMR memberikan dampak positif diantaranya sebagai salah satu hutan kota yang masih ada di Jakarta, tempat wisata bagi masyarakat yang ingin berlibur menghilangkan kejenuhan dari padatnya aktivitas, dan juga dengan adanya obyek wisata TMR cukup memberi dampak besar terhadap perubahan ekonomi masyarakat sekitar yang dimana masyarakat bukan hanya beralih profesi tetapi dari profesi yang baru tersebut mendapatkan penghasilan yang cukup untuk 6
memperbaiki
kehidupannya
(Latipah,
2010).
Masyarakat
sekitar
yang
memperoleh penghasilan dari adanya TMR umumnya mereka yang bekerja pada pengelolaan TMR ataupun mereka yang membuka usaha di kawasan TMR. Salah satu pihak yang merasakan dampak positif adanya TMR adalah pedagang. Unit usaha pariwisata yang dimiliki pedagang secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka. Oleh karena itu sangat menarik melakukan penelitian tingkat pendapatan dan sejauh mana tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang yang memiliki unit usaha di TMR. 1.2
Perumusan Masalah Taman Margasatwa Ragunan merupakan salah satu kebun binatang di
Indonesia yang telah lama berdiri sejak tahun 1966 dan sampai saat ini masih terjaga eksistensinya. Jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara, cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagai contohnya dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan ke TMR dari tahun 2005 sampai 2011 pada Tabel 2 sebelumnya. Peningkatan kunjungan wisatawan perlu dipertahankan agar dapat terjaga keberlangsungan kegiatan wisata di TMR. Adapun untuk mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan dan keberlangsungan kegiatan wisata diperlukan upaya dalam hal pengelolaan wisata yang baik. Pengelolaan dapat dilakukan dengan mengembangkan sumber daya manusia yang terorganisir serta terstruktur, menjaga kelestarian flora dan fauna yang dimiliki sebagai aset utama wisata cagar alam atau konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan yang dikelola dengan baik dan mendapat perhatian serta dukungan dari semua pihak akan berkembang menjadikan tempat 7
wisata tersebut menjadi maju. Peningkatan kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana menjadi hal yang harus diperhatikan dengan seksama karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan wisata. Pelayanan, sarana dan prasarana yang baik akan menumbuhkan citra positif dari pengunjung terhadap tempat wisata tersebut sehingga diharapkan pengunjung mau berkunjung kembali. Keberadaan TMR merupakan urat nadi kehidupan bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah di kawasan wisata tersebut. Ketergantungan mereka terhadap kawasan TMR tidak dapat dihilangkan mengingat kawasan wisata tersebut memberi dampak ekonomi dengan menyediakan berbagai macam lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar penduduk kelurahan Ragunan dan sekitarnya banyak yang berjualan di TMR, baik itu di dalam obyek wisata TMR maupun di luar gerbang dan di sepanjang jalan menuju pintu masuk TMR serta dengan banyaknya pendatang dari berbagai daerah, maka penduduk kelurahan Ragunan dan sekitarnya memanfaatkan rumah/tanah mereka untuk disewakan pada pendatang itu sebagai tempat usaha seperti warung, toko, rumah makan, dan lain-lain (Latipah, 2010). Dampak ekonomi dari kegiatan wisata itu sendiri merupakan perubahan mendasar yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut terhadap kondisi masyarakat sekitar, seperti misalnya peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Kegiatan wisata di TMR akan terselenggara apabila ada penawaran dan permintaan terhadap wisata. Pengunjung selaku konsumen atas produk wisata yang ditawarkan pihak pengelola TMR merupakan komponen penting kegiatan 8
wisata. Hal ini disebabkan pengunjung memberikan dampak ekonomi dari biayabiaya yang dikeluarkan selama berkunjung di kawasan TMR sehingga menghasilkan pendapatan bagi pihak pengelola dan pemilik unit usaha. Peranan pedagang selaku pemilik unit usaha juga penting karena mereka membantu menyediakan kebutuhan pengunjung selama berwisata. Pengunjung dan pedagang saling membutuhkan satu sama lain sehingga proses kegiatan wisata dapat berjalan. Karakteristik pengunjung dan pedagang tiap individu berbeda-beda, kebutuhan serta harapan dari mereka terhadap kegiatan wisata di TMR pun berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian mengenai bagaimana karakteristik pengunjung dan pemilik unit usaha perlu dilakukan sehingga nantinya akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kebijakan yang dibuat pihak pengelola dalam menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan wisata di TMR selanjutnya. Selain penilaian yang dilakukan mengenai karakteristik pengunjung dan pedagang, penilaian persepsi dan preferensi yang dirasakan oleh pengunjung terhadap fasilitas dan pengelolaan obyek wisata TMR perlu juga dilakukan. Penilaian ini akan menjadi informasi penting yang bermanfaat bagi pengelola TMR dan pemerintah guna terus memperbaiki sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata serta pengembangan obyek wisata tersebut. Keberadaan kegiatan wisata yang baik adalah dapat memberikan manfaat positif kepada masyarakat salah satunya pedagang, dimana dengan adanya kegiatan wisata dapat meningkatkan kesejahteraan pedagang yang mencari nafkah di lokasi wisata tersebut. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di TMR yang 9
meningkat tiap tahunnya semestinya berhubungan positif dengan peningkatan kesejahteraan pedagang, jika yang terjadi sebaliknya tidak sejahtera maka kemungkinan dapat menimbulkan dampak negatif dari aktivitas pedagang selama menjalankan usaha sehingga nantinya dapat mengganggu kegiatan wisata di TMR. Penelitian mengenai bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang di TMR perlu dilakukan sebagai informasi dan bahan evaluasi kebijakan yang dibuat pengelola untuk pengembangan wisata TMR selanjutnya. Kebijakan yang dibuat oleh pengelola TMR perlu memperhatikan pedagang apabila ditemukan tingkat kesejahteraan pedagang yang rendah. Selain itu, peningkatan partisipasi pedagang oleh pengelola dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat perlu dilakukan sehingga rasa ikut memiliki TMR dari dalam diri pedagang semakin besar dengan cara lebih menaati peraturan dalam berjualan seperti waktu yang diperbolehkan berjualan dan memperhatikan kebersihan dari sampah-sampah sisa berjualan. Peran kedua pihak antara pengelola dan pedagang yang bersinergi akan menciptakan kegiatan wisata di TMR yang kondusif dan berjalan lancar. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan,maka menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu: 1.
Bagaimana karakteristik pengunjung dan pedagang TMR?
2.
Bagaimana persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata yang ada di TMR?
3.
Bagaimana tingkat kesejahteraan pedagang di kawasan TMR?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain: 10
1.
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan pedagang di TMR
2.
Mengkaji persepsi dan preferensi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata yang ada di TMR
3.
Menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang di lokasi TMR
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi beberapa pihak,
diantaranya: 1.
Pengelola untuk menentukan kebijakan pengelolaan dalam pengembangan TMR
2.
Pemerintah DKI Jakarta sebagai salah satu masukan dalam pengembangan sektor pariwisata, khususnya wisata cagar alam atau konservasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
3.
Masyarakat umum dan khususnya pengunjung lebih mematuhi perturan berkunjung yang telah dibuat pengelola TMR agar kelestarian lingkungan dan satwa dapat terjaga.
4.
Mahasiswa yang bersangkutan sebagai sarana untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
1.
Penelitian ini hanya dilakukan di TMR dan tidak membandingkan dengan obyek wisata lainnya yang ada di DKI Jakarta
2.
Persepsi dan preferensi dari pengunjung yakni wisatawan domestik tehadap sarana dan prasarana serta obyek wisata di TMR
11
3.
Responden analisis tingkat kesejahteraan adalah pedagang resmi yang ada di TMR dan telah berkeluarga
12