BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan sektor yang prospektif hal ini ditandai dengan kenaikan realisasi investasi relatif cukup besar. Kenaikan ini didukung dengan rencana pemerintah untuk merevisi Perpres 39 tahun 2014 mengenai bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal (www.bkpm.go.id.). Industri pariwisata khususnya pada sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor yang dipromosikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terutama kepada investor asing. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata merupakan sektor penyumbang devisa terbesar bagi suatu Negara, sehingga dapat dengan mudah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan juga sebagai jembatan penghubung antara sektor yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dengan mudah menciptakan multiplier effect karena, dengan adanya pariwisata, sektor-sektor lain pun secara tidak langsung akan ikut hidup (Artanti, 2015). Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan, sektor pariwisata termasuk sektor yang prospektif hal ini ditandai dengan adanya kenaikan realisasi investasi yang mencapai 48,9% atau senilai Rp49,6 triliun, sementara untuk bidang usaha hotel dan restoran tercatat kenaikannya mencapai 69,9% dari posisi Rp7,3 triliun pada 2014 menjadi Rp12,1 triliun pada 2015 (Apriyani, 2016). Hal tersebut
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
didasari atas banyaknya potensi wisata alam Indonesia sehingga tak heran jika sektor pariwisata menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia karena melihat dari panorama alam, budaya serta sejarah yang ada di berbagai tempat wisata di Indonesia. Ditambah lagi dengan dibentuknya daerah Kawasan Ekonomi Khusus yaitu dengan menciptakan 10 Destinasi Bali baru, diharapkan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia karena dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung akan semakin meningkatkan pendapatan bagi investor itu sendiri, serta bagi Negara Indonesia yaitu melalui pembayaran pajak yang telah dibayarkan dari pengeluaran wisatawan asing (Utomo, 2016). Berikut grafik perkembangan realisasi Penanaman Modal Asing yang masuk ke Indonesia dari tahun 2010-2015.
Sumber: BKPM Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Realisasi PMA 2010-2015 Berdasarkan gambar 1.1 diatas, diketahui perkembangan realisasi Penanaman Modal Asing yang masuk ke Indonesia terjadi peningkatan setiap
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
triwulannya dari tahun 2010-2015. Adanya tren naik untuk jumlah dana investasi yang masuk ke Indonesia dari tahun ke tahun, menunjukan meningkatnya rasa kepercayaan asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sedangkan untuk Realisasi Penanaman Modal Asing berdasarkan sektor dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri Menurut Sektor Ekonomi (miliar rupiah) tahun 2011-2015 Investasi
Sektor Ekonomik
2011
2012
2013
2014
2015
1.243,6
1.621,7
1.616,6
2.237,5
2.147,1
Kehutanan
10,3
26,9
28,8
53,3
19,0
Perikanan
10,0
29,0
10,0
35,3
53,1
Pertambangan dan Penggalian
3.612,9
4.255,4
4.816,4
4.665,1
4.017,2
Perindustrian /Manufacturing
6.789,5
11.770,0
15.858,8
13.019,3
11.763,1
Listrik, Gas dan Air
1.864,9
1.514,6
2.221,8
1.248,8
3.028,9
Konstruksi/Construction Perdagangan Besar dan Eceran, Restoran, dan Hotel : Perdagangan
353,7
239,6
526,8
1.383,6
954,5
826,0
483,6
606,5
866,8
625,1
Restoran dan Hotel Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa Masyarakat, Sosial, dan Perorangan Jumlah
242,2
768,2
462,5
513,1
650,2
3.798,9
2.808,2
1.449,9
3.000,8
3.289,9
198,7 517,3
401,8 645,8
677,7 341,7
1.168,4 337,5
2.433,6 294,3
19.474,5
24.564,7
28.617,5
28.529,6
29.275,9
Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan Perikanan : Pertanian
Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan nilai investasi modal asing yang masuk ke Indonesia dari tahun 2011 hingga 2015 cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya, dimana jumlah kenaikan terbesar terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp5.090,2 miliar dan mengalami sedikit penurunan sebesar Rp89,7 miliar ditahun 2014. Pada sektor ekonomik Restoran dan Hotel jumlah dana investasi luar negeri yang masuk ke Indonesia mengalami tren naik dari tahun 2011. Hal ini sangat sejalan dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan asing yang masuk ke Indonesia setiap tahunnya (www.indonesia-investments.com). Keadaan tersebut, menunjukan bahwa pemerintah melalui Kementerian Pariwisata benar – benar melakukan perbaikan dalam industri sektor pariwisata dan sektor pendukungnya, sehingga rasa percaya asing untuk berinvestasi di Indonesia juga ikut meningkat ditambah dengan perekonomian yang sehat setiap tahun serta stabilitas politik yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu alasan untuk
berinvestasi di
Indonesia (Utomo, 2016). Meningkatnya jumlah investasi yang masuk ke Indonesia pada sektor ekonomik Restoran dan Hotel diharapkan manpu meningkatkan harga saham perusahaan pada sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran sehingga nilai perusahaan semakin meningkat, karena semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan (Hermuningsih dalam Suffah, 2016). Perusahaan yang berorientasi pada perolehan keuntungan, umumnya akan lebih memfokuskan pada kegiatan untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai maksimum maka dari itu, perusahaan harus diorganisir dan dijalankan dengan baik (Mardiyanto, 2009). Nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh calon investor sehingga ia mampu membayarnya, jika suatu saat nanti perusaahaan akan dijual. Bagi perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
yang menjual sebagian sahamnya ke masyarakat (go public), indikator nilai perusahaan adalah besarnya harga saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (Fuad dkk 2006). Price Book Value (PBV) merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku dari perusahaan, dimana jumlah modal yang diinvestasikan ditunjukan dengan kemampuan perusahaan menciptakan nilai yang relatif. Tingginya PBV mencerminkan tingginya harga saham jika dibandingkan dengan nilai buku perlembar saham. Meningkatnya harga saham akan mempengaruhi nilai perusahaan secara maksimum sehingga memberikan kemakmuran bagi pemegang saham dengan kata lain, ketika harga saham tinggi maka kemakmuran pemegang sahamnya semakin tinggi. Enterprise Value (EV) atau Firm Value (nilai perusahaan) adalah suatu indikator bagi pasar dalam memberikan penilaian secara keseluruhan terhadap perusahaan (Salvatore, 2011). Rata-rata nilai perusahaan pada sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran dari tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Rata-rata Nilai PBV Perusahaan Sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran Tahun 2011-2015 Tahun
Rata-rata nilai PBV
2011
2.20
2012
2.52
2013
2.20
2014
1.95
2015 Sumber: Bursa Efek Indonesia
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2.43
6
Berdasarkan Tabel 1.2, rata-rata nilai perusahaan pada sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2014, dimana terjadi penurunan terbesar pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,32. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan jumlah dana investasi yang masuk ke Indonesia yang menyebabkan perkembangan industri pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Berdasarkan Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan WTTC menunjukkan bahwa tahun 2013 di Indonesia terjadi pertumbuhan pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan pertumbuhan ekonomi 7,2% dalam pariwisata domestik (Mahmudah, 2014). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan salah satunya dari faktor internal, diantaranya : likuiditas, profitabilitas, dan struktur modal. Menurut Michalski dalam Putra (2016) manajemen likuiditas harus mampu memberi kontribusi untuk realisasi penciptaan nilai perusahaan. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (Hery, 2015). Kelangsungan hidup perusahaan juga dapat diukur melalui likuiditasnya, karena likuiditas memainkan peran penting dalam kesuksesan perusahaan sehingga likuiditas menjadi perhatian serius pada perusahaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka akan dianggap memiliki kinerja yang baik oleh investor sehingga dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Putra, 2016).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rompas (2013) mengenai likuiditas terhadap nilai perusahaan menyebutkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Wulandari (2013) menyebutkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Analisa dalam Putra (2016) menyatakan, nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan perusahaan. Menurut Riyanto (2011) profitabilitas merupakan kemampuan dari suatu perusahaan dalam memperoleh laba melalui keseluruhan kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Naccur dan Goaied (dalam Putra, 2016) menyatakan profitabilitas adalah salah satu faktor yang menciptakan nilai masa depan untuk menarik investor baru. Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder). Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, salah satu cara yang digunakan yaitu dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Tingginya
profitabilitas
menunjukan
efektivitas
pengelolaan
manajemen perusahaan, setelah memperoleh keuntungan perusahaan harus membuat keputusan untuk mempertahankan keuntungan atau membagikan labanya (Oladipupo dalam Putra, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, namun dalam penelitiannya Romadhoni (2015) menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
Baik buruknya struktur modal dapat berdampak secara langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Bagi perusahaan yang mempunyai struktur modal yang kurang baik dan mempunyai jumlah hutang yang cukup besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2011). Teori struktur modal menyebutkan bahwa ketika struktur modal berada diatas dari target optimal dan jumlah hutang perusahaan mengalami pengingkatan maka hal ini akan menyebabkan nilai perusahaan menurun. Dalam Trade off Theory (diasumsikan titik target dari struktur modal yang belum optimal) nilai perusahaan akan meningkat ketika rasio utang pada stuktur modal ditingkatkan. Perusahaan akan meningkatkan hutang sampai dengan tingkat utang tertentu, hingga menyebabkan suatu perusahaan kredibilitasnya menurun. Penurunan kredibilitas perusahaan tersebut terjadi karena adanya pengurangan pajak dari penambahan biaya hutang atau biaya kesulitan keuangan (Prastuti, 2016). Struktur modal merupakan kunci kinerja perusahaan dan perbaikan produktivitas. Untuk mengoptimalkan nilai perusahaan dijelaskan dalam teori struktur modal yaitu financial policy (kebijakan pendanaan perusahaan) yang digunakan untuk menentukan bauran antara hutang dan ekuitas. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) menyebutkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan berdasarkan hasil penelitian Moniaga (2013) menyebutkan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI tahun 2011 - 2015 ?
2.
Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahan
pada
perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2015 ? 3.
Apakah terdapat pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2015 ?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab latar belakang dan rumusan masalah diatas, yaitu: a. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI. b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
c. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran yang terdaftar di BEI.
2. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya menganai nilai persahaan. Adapun kegunaan penelitian ini yaitu: a. Bagi para pemimpin perusahaan agar dapat mempersiapkan dan mengambil keputusan yang tepat supaya tercapai nilai perusahan yang maksimal. b. Bagi para investor dan calon investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan perimbangan untuk mengambil keputusan dalam berinvesati pada perusahaan sub sektor pariwisata, hotel, dan restoran. c. Bagi akademisi sebagai salah satu landasan teori untuk meyusun penelitian berikutnya mengenai nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z