BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kewirausahaan dapat dijadikan sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam beberapa dekade terakhir banyak peneliti dan pembuat kebijakan fokus terhadap masalah kewirausahaan (Peng et al., 2012; Sarwoko, 2011) bahkan dalam Ferreira et al, (2012) disebutkan bahwa tidak hanya peneliti dan pembuat kebijakan yang lebih fokus terhadap masalah tersebut tetapi kalangan pendidik/pengajar juga sedang gencar menyebarkan ilmu kewirausahaan. Kini pemerintah Indonesia merancang
program
yang
dapat
mendukung
meningkatnya
aktivitas
kewirausahaan masyarakat. Berdasarkan situs resmi Kementerian Perindustrian Republik Indonesia terdapat sebanyak 13 Kementerian/institusi termasuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) dengan tujuan meningkatkan jumlah wirausaha yang baru sekitar 0,24 persen dari populasi menjadi sekurangnya 1 persen dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014 (www.kemenperin.go.id). Terkait dengan masalah kewirausahaan tersebut Amos dan Kubasu (2014) menyebutkan bahwa faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam tahap kewirausahaan seseorang yang ingin memulai suatu bisnis baru adalah niat. Dengan meningkatnya niat berwirausaha maka aktivitas kewirausahaan juga akan meningkat. Hal inilah yang menjadi faktor pendorong diadakannya penelitian di bidang niat berwirausaha.
1
Faktor lain yang menjadi pendorong diadakannya penelitian mengenai niat berwirausaha adalah terkait dengan akan diadakannya perdagangan bebas ASEAN atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berdasarkan
situs
resmi
Kementerian
Perdagangan
Republik
Indonesia
(Kemendag), Direktur Kerjasama ASEAN Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan “Hal mendasar yang harus mendapatkan perhatian semua pemangku kepentingan di Indonesia, khususnya para pengusaha UKM, adalah pentingnya perubahan cara pandang dalam menyikapi persaingan yang timbul dari AEC 2015,” oleh karena itu Kemendag menyelenggarakan soft-launching iklan layanan masyarakat berdurasi 60 detik mengenai MEA 2015 yang ditayangkan diberbagai media pada tahun 2014. Diharapkan iklan tersebut mampu meningkatkan kesadaran dan merubah cara pandang para stakeholder baik dari kalangan bisnis, pemerintah, dan masyarakat Indonesia untuk secara bersama-sama berperan aktif dalam
meningkatkan
daya
saing
Indonesia
dalam
menghadapi
MEA
(http://ditjenkpi.kemendag.go.id). MEA merupakan gerbang bagi Indonesia agar lebih dikenal oleh dunia Internasional. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang telah mendunia adalah Pulau Bali. Ketenaran Bali bahkan mengalahkan Indonesia itu sendiri, terkadang wisatawan yang mengenal Bali justru tidak mengenal Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Januari 2015 mencapai 301.748 jiwa, jumlah ini meningkat sebesar 8,05 persen dibandingkan dengan bulan Januari 2014, tetapi kenyataannya persentase kemiskinan di Bali terus mengalami kenaikan. BPS mencatat kemiskinan di Bali bulan September
2
2012 sebesar 254. 221 Per kapita (Rp) lalu pada bulan September 2013 naik menjadi 284. 009 Per kapita (Rp) (http://bali.bps.go.id). Kemiskinan penduduk memiliki hubungan yang erat dengan pengangguran, sedangkan pengangguran dapat diatasi dengan cara meningkatkan niat berwirausaha. Menggalakkan budaya berwirausaha dalam masyarakat akan mampu membantu membuka lapangan kerja, sehingga tenaga kerja dapat terserap dan berdampak mengurangi pengangguran (Srimulyani, 2014). Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong diadakannya penelitian mengenai niat berwirausaha di Bali. Faktor lain yang menjadi pendorong penelitian ini dilaksanakan di Bali adalah data
yang termuat dalam situs Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia bahwa keberadaan industri kecil menengah pada tahun 2013 berjumlah 3,8 juta unit usaha dengan sebaran 75 persen yang berada di pulau Jawa dan 25 persen di luar pulau Jawa, diharapkan akan bergeser menjadi 60 persen di pulau Jawa dan 40 persen di luar pulau Jawa pada tahun 2014. Hal ini berarti kegiatan kewirausahaan masyarakat luar jawa termasuk Bali tergolong lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat di Jawa sehingga penting dilakukan pengujian faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Penelitian ini tidak dilakukan di Bali secara menyeluruh melainkan hanya difokuskan untuk wilayah Kota Denpasar saja. Hal ini karena, Kota Denpasar merupakan tempat yang digemari sebagai tempat perantauan, baik oleh masyarakat Etnis Bali yang berasal dari kawasan pedesaan maupun oleh masyarakat Etnis Non Bali yang merantau dari luar Bali. Berdasarkan hal tersebut sampel yang diambil di wilayah Kota Denpasar diasumsikan telah mewakili masyarakat Bali secara keseluruhan.
3
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 diperoleh data jumlah penduduk Kota Denpasar sebesar 788.589 jiwa. Dari keseluruhan jumlah penduduk tersebut, keberadaan penduduk dengan latar belakang Etnis Bali tetap mendominasi dengan persentase 65,52 persen, sedangkan sisanya 34,48 persen merupakan penduduk Etnis Non Bali. Meskipun persentase jumlah penduduk Etnis Non Bali dinyatakan lebih kecil dibandingkan penduduk Etnis Bali tetapi hal tersebut tidak mengurangi eksistensinya dalam kegiatan berwirausaha. Pada kenyataannya sering dijumpai pedagang kaki lima bukan merupakan warga asli Bali melainkan warga Etnis Non Bali yang merantau ke Bali, terutama pemilik UMKM yang sebagian besar berasal dari Etnis Jawa. Selain itu, keberadaan toko-toko retail yang sebagian besar di kelola oleh penduduk dengan latar belakang Etnis Tionghoa semakin membuktikan pentingnya peranan Etnis Non Bali dalam kegiatan kewirausahaan masyarakat Kota Denpasar. Selain kedua etnis tersebut masih banyak etnis lainnya yang tidak kalah penting peranannya dalam kegiatan kewirausahaan di wilayah Kota Denpasar diantaranya: Etnis Madura, Melayu, Sasak, Sunda, Bugis, Flores, dan lain-lain. Fenomena ini yang menjadi pendorong dilakukannya penelitian komparatif variabel-variabel niat berwirausaha diantara dua kelompok etnis tersebut yaitu Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar. Dalam ensiklopedia Indonesia Etnis disama artikan dengan suku bangsa yaitu satu kesatuan sosial atau kolektif yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budaya, yang seringkali dikuatkan oleh adanya kesatuan bahasa. Sedangkan, budaya berasal dari kata sanskerta buddha–yah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal.” Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
4
yang bersangkutan dengan akal (Koentjaningrat, 1985). Menurut Edward Burnett Tylor pada abad ke-19, kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan segala kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ensiklopedia Indonesia, 1996, 1988). Berberapa peneliti kewirausahaan telah mengklaim bahwa peran variasi budaya dalam menjelaskan perilaku kewirausahaan yang berbeda di seluruh negara dan budaya dapat sangat bervariasi dalam kelompok orang yang berbeda (Autio et al., 2001; Liñán dan Chen., 2009; Gassea dan Tremblayb., 2011 dalam Kocoglu dan Masood, 2013). Dua pertanyaan khusus memerlukan penyelidikan lebih lanjut: mengapa budaya tertentu menghasilkan individu yang lebih termotivasi untuk menjadi pengusaha daripada yang lain dan bagaimana individu melakukannya dengan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi penciptaan usaha baru tersebut (Gasses dan Tremblayb, 2011 dalam Kocoglu dan Massood, 2013). Dalam penelitian ini tidak secara spesifik membedakan suku bangsa, etnis, ataupun budaya karena berdasarkan definisi diatas ketiganya memiliki keterkaitan. Untuk melihat seberapa besar
niat berwirausaha tersebut, digunakan
Theory of Planned Behavior (TPB) oleh Ajzen (1991) yang mengidentifikasi tiga konseptual independen penentu niat berwirausaha yaitu Personal Attitude (PA), Subjective Norm (SN) dan Perceived Behavioral Control (PBC). yaitu, a) Personal Attitude (PA) merupakan sikap yang menunjukkan sejauh mana seorang individu memberikan penilaian suka atau tidak, baik atau buruk terhadap suatu objek tertentu (Fukukawa, 2002 dalam Astuti dan Fanny, 2012), b) Subjective
5
Norm (SN) adalah pengaruh sosial yang paling penting (misalnya, orang tua, teman-teman, dan pengaruh orang terdekat lainnya) termasuk "panutan" atau "mentor." Pengaruh sosial tersebut digunakan sebagai referensi persepsi individu mengenai niat berwirausaha (Krueger et al., 2000), dan c) Perceived Behavioral Control (PBC) merupakan sejauh mana seseorang mempersepsi kemampuannya untuk berhasil menangani situasi yang dihadapi (Azjen, 1991 dalam Engle et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Kocoglu dan Massood (2013) tentang perbandingan niat berwirausaha antara dua budaya yang berbeda yaitu Turki dan Pakistan yang menganut Theory of Planned Behavior (TPB) dan memperoleh hasil bahwa Personal Attitude (PA) dan Perceived Behavioral Control (PBC) memiliki pengaruh positif dan signifikan serta mampu membedakan niat berwirausaha, sedangkan Subjective Norm (SN) berpengaruh terhadap niat berwirausaha tetapi tidak secara langsung, melainkan melalui perantara Personal Attitude (PA) dan Perceived Behavioral Control (PBC). Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Andika dan Madjid (2012) memperoleh hasil bahwa variabel Personal Attitude (PA), Subjective Norm (SN) dan Efikasi Diri memiliki pengaruh secara signifikan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharti dan Hani (2011) yang melakukan penelitian terkait sikap atau Personal Attitude (PA) yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap niat berwirausaha Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Theory of Planned Behavior (TPB) juga merupakan teori utama yang menjadi dasar penelitian yang dilakukan oleh Moriano et al., (2011) dalam penelitiannya tentang pemahaman niat berwirausaha berdasarkan pendekatan
6
antar budaya yang dilakukan di enam budaya yang berbeda yaitu Jerman, India, Iran, Polandia, Spanyol, dan Belanda. Hasil dari penelitian ini adalah secara umum Personal Attitude (PA) dan Perceived Behavioral Control (PBC) memiliki pengaruh yang positif signifikan dan mampu membedakan niat berwirausaha di budaya yang berbeda tersebut, sedangkan pengaruh Subjective Norm (SN) hanya berpengaruh positif signifikan di India dan Belanda saja. Selain itu, berdasarkan survey awal yang telah dilakukan terkait dengan niat berwirausaha terhadap 20 responden yang terdiri dari 10 responden Etnis Bali dan 10 responden Etnis Non Bali di Kota Denpasar menghasilkan responden Bali: 8 responden memiliki niat berwirausaha sedangkan 2 tidak memiliki niat berwirausaha, dari 8 reponden yang memiliki niat berwirausaha tersebut mengaku sebagai pribadi yang pantang menyerah dan memiliki keyakinan mampu berwirausaha, pernyataan ini sekaligus mewakili variabel Personal Attitude (PA) dan Perceived Behavioral Control (PBC), kemudian hanya 6 responden yang memiliki niat berwirausaha karena adanya pengaruh dari keluarga, mentor, atau sahabat yang mewakili variabel Subjective Norm (SN). Sedangkan responden Non Bali: 9 responden memiliki niat berwirausahan dan 1 responden tidak memiliki niat berwirausaha, 8 dari 9 responden yang memiliki niat berwirausaha tersebut tergolong orang yang pantang menyerah dan memiliki keyakinan mampu melakukan kegiatan berwirausaha yang menunjukkan Personal Attitude (PA) dan Perceived Behavioral Control (PBC), kemudian hanya 7 responden saja yang memiliki niat berwirausaha karena pengaruh dari keluarga, mentor, atau sahabat hal ini merupakan gambaran pengaruh variabel Subjective Norm (SN). Berdasarkan hasil survey awal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
7
perbedaan niat berwirausaha antara masyarakat Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar dari segi jumlah maupun hal-hal yang mempengaruhinya hingga memiliki niat berwirausaha. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul Variabel-variabel Pembeda Niat Berwirausaha Antara Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah Personal Attitude (PA) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar? 2) Apakah Subjective Norm (SN) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar? 3) Apakah Perceived Behavioral Control (PBC) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menjelaskan apakah Personal Attitude (PA) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar. 2) Untuk menjelaskan apakah Subjective Norm (SN) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar. 3) Untuk menjelaskan apakah Perceiced Behavioral Control (PBC) mampu membedakan niat berwirausaha Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar.
8
1.4 Kegunaan penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu hasil studi empiris untuk memberikan pemahaman, gambaran, dan wawasan dalam bidang ilmu kewirausahaan, khususnya dalam meneliti niat berwirausaha. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu masukan bagi masyarakat agar termotivasi untuk menumbuhkan niat berwirausaha yang dimilikinya baik bagi masyarakat Etnis Bali maupun Non Bali di Kota Denpasar.
1.5 Sistematika Penulisan Penyajian penelitian ini dibagi atas lima bab yang uraiannya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Bab ini menyajikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menyajikan teori-teori yang berasal dari literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, meliputi landasan teori, dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian
9
Bab ini menyajikan kerangka pemikiran, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis data. BAB IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini dimuat karakteristik responden dan pembahasan data yang berhasil dikumpulkan dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai permasalahan, metodologi dan tujuan penelitian. BAB V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi masyarakat maupun pihak lain yang membutuhkan.
10