BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1 Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Industri Pariwisata Indonesia saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke16 di dunia, dari 221,932,000 jumlah populasi penduduk (natgeo travel Indonesia, 2014), 53% dari populasi di kota-kota menghasilkan 74% dari GDP. Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia mengakibatkan 5 juta penduduk memasuki kelas konsumsi urban setiap tahunnya dengan perkiraan konsumsi pengeluaran yang akan berkembang menjadi 7.7% per tahun (Mckinsey, Indonesian consumer report, 2013). Populasi di indonesia muda, berkembang dan urbanisasi yang cepat, membuat masyarakat indonesia menjadi salah satu consumer market di dunia dengan pertumbuhan tercepat.
1
2
Gambar 1.1 Indonesia Urban Population Sumber: Mckinsey Consumer Insights Indonesia 2013 Dari data gambar 1.1 dapat kita lihat pertumbuhan consuming class, yaitu golongan yang menghabiskan uang rata-rata $2 - $10 seharinya di Indonesia pada tahun 2010 – 2013 meningkat hingga 10 juta orang, Dan di proyeksikan terus meningkat jumlahnya di tahun 2020 mencapai total 86 juta orang dengan diikuti menurunnya jumlah aspiring class, yaitu golongan yang memiliki kemiripan dengan consuming class namun yang membedakan adalah ketertarikan akan berbelanja dan keakraban dengan dunia digital dan struggling class, yaitu golongan yang pesimis akan masa depan, kurang rela untuk mengeluarkan uang mereka dan kurang tertarik akan berbelanja atau mengatur rencana keuangan (mckinseyonmarketingandsales.com, 2014). Meningkatnya
pendapatan
perkapita
masyarakat
Indonesia,
telah
mendorong perubahan gaya hidup dan preferensi masyarakat dalam hal membelanjakan uang mereka. Pergeseran konsumsi tersebut hampir relevan dengan teori hukum Engel, Yang menyatakan bahwa pada saat pendapatan
3
masyarakat seseorang meningkat, maka proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan semakin berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan itu sendiri meningkat. Maksud dari hukum Engel, proporsi pengeluaran masyarakat untuk produk makanan (dalam persen) meningkat, tetapi lebih kecil daripada peningkatan pendapatan (Ekonomi-holic.com, 2012). Teori Engel ini dibuktikan dengan adanya pergeseran konsumsi masyarakat Indonesia, hal ini diperkuat dari data Mckinsey terkait pengeluaran tahunan masyarakat Indonesia di tahun 2011 dan proyeksinya ditahun 2030.
Gambar 1.2 Distribusi Pengeluaran Tahunan Masyrakat Indonesia (Dalam Miliar Dollar) Sumber: McKinsey Annual Consumer Spending in Indonesia 2011
Pada gambar 1.2 menunjukan bahwa di tahun 2011 Tabungan dan investasi adalah pengeluaran terbesar masyarakat Indonesia, disusul makanan dan minuman diposisi ke dua dan rekreasi di peringkat ke-3 dengan total pengeluaran mencapai 26 Miliar dollar atau setara dengan 241 triliun rupiah setahun (asumsi
4
harga dollar 9,300) dan diproyeksi rata-rata pertumbuhan-nya sebesar 7.5% per tahun melebihi pertumbuhan untuk pengeluaran makanan dan minuman. Dalam hal ini artinya rekreasi merupakan satu hal yang cukup penting bagi masyarakat di Indonesia, bahkan melebihi pengeluaran untuk pakaian dan pendidikan. Rekreasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang di samping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Konsekuensi dari peningkatan pengeluaran untuk rekreasi itu berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan di beberapa sektor industri, salah satunya adalah sektor pariwisata di Indonesia yang setiap tahun-nya terus bertumbuh dengan baik. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan – tujuan lainnya (Meyers, 2009). Pariwisata adalah salah satu jenis rekreasi yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Ini dibuktikan dengan data perkembangan perjalanan wisatawan Nusantara yang terus tumbuh tiap tahun-nya yang dapat kita lihat pada tabel 1.1. Wisata nusantara atau wisnus yang dimaksud dalam hal ini adalah wisatawan yang berasal dari negeri sendiri ataupun dari negara asing yang berwisata/melakukan perjalanan didalam negeri dan mengkonsumsi barang didalam negeri.
5
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Sumber : Pusdatin Kemenparekfraf & BPS
Pertumbuhan ini dapat kita lihat pada tabel 1.1 dimana jumlah perjalanan dan pengeluaran per perjalanan terus meningkat dari tahun ke tahun-nya, sehingga didapatkan total pengeluaran tahunan pariwisata Nusantara mencapai 177 triliun pada 2013 lalu, yang bila kita hitung pertumbuhannya mencapai 12,9% jika dibandinginkan pada tahun 2009 yang hanya 137 triliun. Lebih jauh lagi kita bisa kita lihat bahwa total pengeluaran masyarakat untuk pariwisata menyumbang lebih dai 50% dalam hal rekreasi. Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (tahun 2013), Mari Elka Pangestu menyebutkan bahwa perkiraan jumlah wisatawan nusantara pada tahun 2022 akan mengalami pertumbuhan 3-4% dari tahun 2013 hingga mencapai angka 400 juta jiwa, setelah meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia (Metrotvnews.com, 2013). Pertumbuhan sektor pariwisata telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat dirasakan ketika perekonomian nasional tengah menghadapi krisis global
6
seperti tahun 2013 lalu, ketika penerimaan ekspor menurun dengan tajam. Pariwisata mengalami peningkatan kontribusinya naik dari 10% menjadi 17% dari total ekspor barang dan jasa Indonesia.a dan posisinya sebagai penyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5 menjadi peringkat 4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 Milyar USD.
Tabel 1.2 Ranking Devisa Pariwisata Tahun 2009-2013 (Dalam Juta US $) Sumber: Parekfraf.go.id 2013
Bila kita lihat pada tabel 1.2 komoditas pariwisata telah menjadi sumber pemasukan devisa yang memiliki peranan penting bagi Indonesia, dimana tiap tahun-nya komoditas pariwisata terus bertumbuh hingga pada tahun 2013 lalu menduduki ranking ke empat dengan total penghasilan devisa mencapai 10 Milyar dollar US, naik satu peringkat dari tahun sebelumnya yaitu di peringkat ke-5 mengalahkan komoditas karet olahan. Sementara itu, kontribusinya secara langsung terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) sudah mencapai 3,8% dan jika memperhitungkan efek penggandanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga sudah mencapai 10,18 juta orang atau 8,9% dari
7
total jumlah pekerja sehingga merupakan sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat (Parekraf.go.id, 2014). Di lihat dari sejumlah indikator yang ada, peluang untuk lebih meningkatkan peran pariwisata dalam perekonomian nasional cukup terbuka lebar bagi Indonesia. Daya saing sektor pariwisata Indonesia terus mengalami perbaikan seperti disebutkan oleh World Economic Forum, daya saing pariwisata Indonesia meningkat, dari peringkat 74 dari 140 negara dan terakhir ke posisi 70 dari 140 negara. Untuk ASEAN daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat ke-4. (Parekraf.go.id, 2014) Peningkatan daya saing sektor pariwisata Indonesia ini tentunya di didukung dengan destinasi yang beraneka ragam di Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan sangat kaya akan keindahan alam yang semakin hari semakin mendunia, dari hutan tropis, gunung dan pantai yang sangat banyak jumlahnya. Menurut survey yang dilakukan oleh Tripadvisor tahun 2014 lalu, dari semua destinasi di Indonesia ada 10 tempat wisata yang paling difavoritkan turis dunia. Pemilihan ini ditentukan dengan menggunakan satu algoritma yang memperhitungkan kuantitas dan kualitas review dan peringkat untuk hotel, objek wisata dan restoran di tujuan wisata di dunia yang dikumpulkan selama periode 12 bulan. Berikut urutan 10 tujuan wisata teratas Ubud, Seminyak, Sanur, Jakarta, Nusa dua, Kuta, Borobudur, Yogyakarta, Bandung dan Legian (Tripadvisor.com, 2014). Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan Bali adalah destinasi yang paling favorit oleh turis dunia, ini dapat di lihat 5 dari 10 destinasi tersebut berlokasi di Bali. Dan lebih jauh lagi bila dilihat dari tujuan destinasi tersebut maka kami
8
menarik kesimpulan objek wisata yang menjadi pilihan favorit turis berdasarkan urutannya adalah sawah, pantai, bangunan bersejarah dan wisata kota (Tripadvisor.com, 2014). Namun bukan hanya industri pariwisata yang terus berkembang di Indonesia, perkembangan internet dn e-commerce juga terus mengalami peningkatan. Bahkan sudah menjadi salah satu kebutuhan yang hamper tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat modern saat ini terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. 1.1.2 Perkembangan Internet dan e-commerce di Indonesia Di era yang semakin modern ini penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi masyarakat modern terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Di Indonesia sendiri pengguna internet terus meningkat setiap tahunnya. Hal Ini dibenarkan dari lembaga riset dunia eMarketer, dimana Indonesia memiliki jumlah pengguna Internet terbesar ke-6 di dunia.
Tabel 1.3 Top 25 Countries, Ranked by Internet Users, 2013-2018 (in millions) Sumber: www.eMarketer.com
9
Pada tabel 1.3 menjelaskan betapa menjanjikannya pasar pengguna internet Indonesia dimana diprediksi jumlah pengguna internet di Indonesia diprediksi akan melampaui jumlah pengguna internet di jepang pada tahun 2017 yakni mencapai 112 juta orang (eMarketer.com, 2014). Selain itu data dari APJII(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indoensia) menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai 107 juta orang dari total penduduk Indonesia yaitu 255 juta. Dan diprediksi akan mencapai 139 juta orang pada tahun 2015. Seperti terlihat pada gambar 1.3 dimana pertumbuhan pengguna internet di Indonesia mencapai 20 – 30 % setiap tahunnya.
Gambar 1.3 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia (Dalam Jutaan Orang) Sumber: APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) Selain itu riset yang dilakukan oleh APJII ditahun 2012 pada 2000 pengguna Internet di Indonesia di 42 kota ini juga memberikan gambaran mengenai perilaku dan gaya hidup para pengguna Internet di Indonesia serta tren penggunaan Internet di Indonesia. Hasil temuan mengindikasikan pegguna
10
internet terbesar berasal dari segmen muda kelompok umur 12- 35 tahun, yaitu sebesar 60% dari seluruh pengguna Internet. Segmen pengguna Internet pada usia ini adalah digital natives, yaitu kelompok usia yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang sudah serba terkomputerisasi, terbiasa dengan informasi dan data digital sertas aling terkoneksi dalam sebuah sistem atau jaringan. Kelompok ini sudah sangat “melek Internet” dan secara intuitif dapat mengoperasikan berbagai gadget dengan mudah karena sudah terbiasa menggunakannya sejak kecil. Survei ini juga menunjukkan, 65% pengguna Internet Indonesia lebih sering terkoneksi melalui ponsel. Menurut Nielsen Indonesia (tahun 2014), konsumen Indonesia mulai menyukai belanja online seiring dengan meningkatnya penetrasi Internet di Indonesia. Mereka senang membaca ulasan dan mencari informasi mengenai produk dan jasa yang dibutuhkan. Hasil survei yang didapat dari Nielsen, urusan travelling menempati posisi teratas dalam aktivitas belanja online orang Indonesia. Sekitar setengah dari konsumen Indonesia berencana untuk membeli secara online tiket pesawat (55%) serta melakukan pemesanan hotel dan biro perjalanan (46%) dalam enam bulan ke depan.
11
Gambar 1.4 Presentase Aktifitas Belanja Online di Indonesia Sumber: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014
Perangkat yang paling sering digunakan untuk berbelanja online adalah telepon seluler (ponsel). Menurut laporan itu, Indonesia berada dalam urutan teratas secara global dalam hal penggunaan ponsel untuk belanja online bersama dengan Filipina, Vietnam, dan Thailand. Setidaknya enam dari sepuluh konsumen Indonesia (61%) menyatakan paling banyak menggunakan telepon genggam untuk berbelanja online.
Gambar 1.5 Presentase Media yang Digunakan Untuk Mengakses Internet Sumber: Nielsen Global Survey of E-Commerce, Q1 2014
12
Badan Pusat Statistik (2013) menyebut, kebanyakan pengguna internet di Indonesia menggunakan internet untuk menerima dan mengirimkan surat elektronik (95,75%), mencari berita terkini (78,49%), mencari informasi barang atau jasa yang mereka butuhkan (77,81%), mengakses media sosial (61,23%) dan mengakses informasi lembaga pemerintahan sekitar (65,07%). Seiring
dengan
meningkatnya
jumlah
pengguna
internet
dan
menjamurmnya toko online di Indonesia, transaksi belanja online pun tercatat meningkat. Menurut riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres), nilai pasar ecommerce Indonesia mencapai Rp 94,5 triliun pada tahun 2013. Tahun 2016 nilainya diprediksi meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 295 triliun. Sama seperti konsumen Amerika di atas, para konsumen Indonesia memilih belanja di Internet karena faktor kenyamanan dan proses yang mudah. Konsumen mengaku, mereka rela membeli dengan harga lebih mahal dibanding di toko asal tidak terkena macet di jalan. Adapun menurut data Survei Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA) barang yang paling banyak dibeli oleh konsumen di toko online yaitu Fashion.
13
Gambar 1.5 Barang yang Paling Bayak Dibeli di Toko Online Sumber: Survei Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) 2014.
1.2
Definisi Permasalahan Dengan meningkatnya kebutuhan rekreasi dan travelling seperti data yang
disebutkan diatas, maka kebutuhan untuk barang-barang yang mendukung untuk kegiatan travelling menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Indepth interview yang telah dilakukan dengan enam orang narasumber kelas flashpacker dan tiga orang wisatawan kelas backpacker, dengan rentang usia 23 hingga 29 tahun, dan tinggal di daerah perkotaan, membantu kami dalam memahami tingkah laku flashpacker, diantaranya adalah kebutuhan informasi yang lebih rinci pada saat ingin travelling sangat diperlukan, blog dan sosial media yang saat ini menjadi sumber informasi bagi flashpacker belum dapat memberikan informasi yang cukup, contohnya mengenai akses transportasi, perlengkapan atau kebutuhan yang disarankan untuk dibawa dan sebagainya. Selain itu untuk melengkapi barangbarang yang dibutuhkan, flashpacker harus mendatangi beberapa toko offline, 86% narasumber mengatakan tidak pernah berbelanja barang kebutuhan secara online karena tidak mengetahui harus berbelanja dalam website apa, serta ketidak
14
lengkapan barang yang dicari. Menurut hasil indepth interview tersebut, Sembilan orang menyetujui pentingnya kegiatan travelling dilakukan, enam orang menyetujui bahwa belum adanya media online yang menyediakan peralatan travelling yang nyaman dan aman secara lengkap untuk kebutuhan flashpacker, 100% menyetujui one stop shopping kebutuhan travelling dapat membantu mereka melengkapi keperluan travelling dengan lebih efisien dan praktis. Menurut Filokalitour.com, 2013, bila diklasifikasikan tipe traveller dapat dibagi menjadi tiga tipe, Backpacker, Flashpacker dan Turis. Bila istilah backpacker sudah tidak asing lagi bagi kita, portal komunitas dan barang-barang keperluan backpacker pun sudah banyak ditemui, lain halnya dengan flashpacker. Flashpacker adalah salah satu definisi dari jenis traveller yang baru muncul diawal tahun 2000an, dan bahkan belum banyak orang yang mengetahui istilah ini dan perbedaan-nya dengan backpacker. Flashpacker dan backpacker pada umumnya memiliki beberapa kesamaan mendasar, namun yang membedakan adalah flashpacker mementingkan tingkat kenyamanan-nya, dapat dikatakan bahwa backpacker lebih “budget oriented”, maka flashpacker “experience oriented” (Jejakku.co, 2015). Hasil indepth interview memperlihatkan bahwa experience menjadi hal yang penting bagi flashpacker, mereka rela mengeluarkan budget yang lebih untuk mendapatkan experience yang diinginkan. Experience yang dimaksud dapat beruba berbagai macam hal, tidak semua narasumber kelas flashpacker menyetujui pentingnya melakukan wisata kuliner untuk menyicipi menu lokal, menu yang jarang mereka temui ataupun menu andalan yang sedang populer, flashpacker memilih pergi ke tempat-tempat yang belum pernah mereka datangi untuk mencari suatu hal atau kegiatan baru, seperti mencoba glamping
15
(glamour camping) camping dengan konsep “mewah”, ataupun kegiatan olahraga seperti diving yang membutuhkan biaya cukup mahal, enam orang narasumber flashpacker rela mengeluarkan uang yang lebih untuk mendapatkan experience tersebut namun tetap dapat merasa nyaman. Nyaman menurut tolak ukur narasumber
kami
adalah
dapat
mudah
mengakses
alat
transportasi,
penginapan/hotel yang bersih serta makanan dan minuman yang enak untuk dikonsumsi selama melakukan suatu perjalanan. Flashpacker, menurut dailymail.co.uk, 2008 adalah tipe wisatawan kelas backpacker yang telah berkembang seiring dengan meningkatnya penghasilan dan kemampuan mereka dalam mengeluarkan expenses selama melakukan perjalanan, Flashpacker menginginkan pengalaman adventure yang sama dengan backpacker, namun wisatawan kelas ini ingin menambahkan style dan culture kedalam perjalanan mereka.
Gambar 1.6 .Perbedaan antara backpacker danFlashpacker Sumber: Dailymail.uk, 2008
16
Dari gambar 1.6 dapat dilihat perbedaan significant antara kedua tipe wisatawan. Yang pertama dari segi umur, tipe Backpacker lebih cenderung ke golongan remaja. Kemudian dari segi financial, Flashpacker memiliki kemampuan lebih untuk mengeluarkan uang mereka dalam melakukan kegiatan. Dari segi akomodasi dan pilihan kamar, kedua tipe wisatawan memilih detail yang sangat berbeda, jika budget hostel / Penginapan untuk yang ingin berhemat, biasanya disukai untuk kalangan backpacker dan shared bed rooms / Penginapan dengan konsep berbagi kamar dengan kostumer lain akan cukup bagi backpacker (AsiaHotelsReview1.com, 2007) lain halnya bagi flashpacker yang memilih untuk lebih nyaman walaupun dengan harga yang lebih mahal, misalnya menginap di hotel atau bed and breakfast dengan konsep yang unik dan menarik. Bagi flashpacker kenyamanan dan pengalamanlah yang menjadi pertimbangan mereka dalam menentukan pilihan-pilihan dalam melakukan kegiatan. Adapun definisi flashpacker secara umum menurut travel.detik.com adalah tipe wisatawan independen yang memiliki pekerjaan tetap dengan tingkat penghasilan menengah keatas, sehingga mereka memiliki waktu libur yang singkat tetapi sebaliknya memiliki anggaran yang lebih longgar. Pada umumnya, flashpacker adalah orang-orang yang memiliki kesibukan, maka kebutuhan akan berkomunikasi selama perjalanan menjadi sesuatu yang penting, hal ini berkaitan dengan ketergantungan mereka terhadap tech gear seperti ponsel, laptop, kamera dan powerbank kemanapun mereka pergi. Bagi flashpacker, jalan-jalan bukan hanya sekedar jalan-jalan, tetapi juga merupakan wujud dari ekspresi diri, seperti halnya penampilan, gaya berbusana, buku yang
dibaca, atau gadget
yang
17
dipakai. Satu karakteristik utama yang paling menonjol dari flashpacker adalah prinsip untuk selalu memilih apa yang mereka inginkan ketika melakkukan perjalanan, tanpa perlu harus terjebak kedalam aturan, gengsi, status, paham, penampilan atau identitas kelompok, sehingga anggaran seringkali bukan suatu hal yang dapat membatasi mereka. Berdasarkan hasil metode survey non-probability – Convenient sampling mengenai travelling yang telah kami lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data perilaku konsumen terhadap travelling, kepada total 60 responden pada awal bulan April lalu melalui kuisioner online, kami mendapati bahwa 75% dari mereka adalah flashpacker yaitu dengan kriteria budget menengah, fasilitas dan kenyamanan menjadi cukup prioritas atau salah satu hal yang menjadi pertimbangan utama, disusul backpacker yaitu dengan kriteria budget minim dan kenyamanan bukanlah prioritas sebanyak 18.3% dan Turis yaitu dengan kriteria budget besar dan kenyamanan adalah prioritas utama sebanyak 6.7%. Dengan hasil ini kami menyadari bahwa ada market yang besar dari jenis wisatawan flashpacker namun belum tersentuh dengan baik dalam hal penyediaan konten informasi, wadah komunitas dan barang-barang kebutuhan untuk flashpacker. Lebih jauh lagi dari hasil survey yang telah kami lakukan informasi yang dibutuhkan para flashpacker terkait seputar informasi wisata masih minim dan belum ada media yang membahas secara lengkap seputar liburan bagi flashpacker, dimana banyak dari mereka menjawab sumber informasinya berasal dari teman, blogger dan media sosial. Selain itu dari hasil tinjauan kami, belum ada wadah/forum untuk komunitas flashpacker online di Indonesia. Dan dari hasil survey kami jenis wisatawan flashpacker dalam hal kebutuhan barang yang wajib
18
mereka
bawa
pada
saat
melakukan
travelling
yaitu
gadget
berikut
perlengkapannya seperti smartphone, power bank, laptop, camera pocket, colokan listrik, dll. Selain itu kebutuhan apparel yang nyaman dan trendi juga menjadi salah satu hal yang wajib untuk mereka bawa berikut peralatan dandan untuk mendukung penampilan mereka pada saat travelling. Berdasarkan hasil survey, kami juga mendapati dua penyebab kesulitan para flashpacker dalam melengkapi kebutuhan travelling-nya yaitu kemacetan terutama di daerah perkotaan sehingga mempersulit akses menuju toko dan tingkat kesibukan yang cukup tinggi menyebabkan sedikitnya waktu yang mereka miliki untuk berbelanja menjadi permasalahan utama para traveller dalam melengkapi kebutuhan travelling-nya. Dengan hasil ini kami yakin dengan adanya portal berbelanja berbasis online untuk para wisatawan akan dapat menjawab kebutuhan mereka dengan memberikan kemudahan dan menghemat waktu mereka dalam melengkapi kebutuhan untuk travelling.
1.3
Ide Bisnis Berdasarkan dari latar belakang, permasalahan diatas dan juga dengan
hasil survey yang telah kami dapatkan, maka kami melihat sebuah peluang untuk menciptakan portal website bagi para traveller khususnya untuk segmen flashpacker, dengan menyediakan konten informasi travelling, forum komunitas dan online shopping yang berisi berbagai peralatan untuk travelling dengan nama Flashready. Dimana dalam konten informasi travelling Flashready akan menyajikan seputar informasi pariwisata yang lengkap yang membahas objek wisata, wisata kuliner, sampai acara/perayaan disuatu kota/daerah tertentu. Dan untk melengkapi interkasi dan komunikasi antar flashpacker kami akan
19
menyediakan wadah untuk menampung komunitas tersebut dimana dalam hal ini kami akan menyediakan forum agar para flashpacker dalam lebih mengenal, berdiskusi dan sharing satu sama lain. Dan tidak lupa kami akan menyediakan tempat mereka untuk berbelanja barang-barang kebutuhan travelling-nya yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan bagi para traveller.
1.4
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari Business Model Creation :
Mendapatkan profit dari hasil penjualan produk secara online
Menjadi satu-satunya one stop shopping website bagi flashpacker Indonesia
Manfaat dari Business Model Creation :
Memudahkan flashpacker untuk menemukan kebutuhan mengenai informasi maupun barang yang diperlukan pada saat ingin travelling
Mengurangi effort flashpacker dalam berbelanja tanpa harus pergi ke beberapa toko untuk melengkapi barang-barang keperluan untuk travelling
Menghewat waktu dan tenaga dengan layanan pengiriman yang nyaman dan aman
1.5
Ruang Lingkup Ruang Lingkup pada bisnis ini perlu ditentutkan berdasarkan latar
belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ruang lingkup dari model bisnis ini adalah sebagai berikut:
20
1. Model bisnis ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen market flashpacker dalam hal penyediaan informasi travelling, forum komunitas dan portal berbelanja online kebutuhan travelling 2. Model bisnis ini dibuat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja kebutuhan travelling
1.6
Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Dalam Bab ini berisi tentang latar belakang, ide bisnis, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran menyeluruh mengenai bisnis model creation ini.. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas mengenai teor–teori yang digunakan dalam proses pembuatan bisnis model. Penjelasan tentang teori-teori dasar. BAB III : DESAIN AKHIR BISNIS MODEL Bab ini menjelaskan tentang bisnis model canvas beserta 9 building blocks. Disini juga menjelaskan mengenai bagaimana implementasi dari 9 building blocks tersebut. BAB IV : PERENCANAAN BISNIS Bab ini membahas mengenai aktivitas pokok dari bisnis model creation sebagai struktur organisasi BMC. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan mengenai implementasi dari bisnis yang telah dibuat secara nyata