BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada
tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74%. Pariwisata Indonesia apabila mampu dikemas dan dikelola dengan baik akan menjadi aset Negara Indonesia. Keberagaman objek wisata dari wisata alam, budaya dan kesenian serta objek wisata buatan seperti taman wisata sebenarnya dapat dijadikan salah satu penopang perekonomian negara dan juga dapat banyak menyerap tenaga kerja sehingga sumber daya manusia dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal. Saat ini pariwisata di Indonesia belum berjalan optimal, padahal aspek ini sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat
terutama
pendapatan asli daerah. Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam. Permintaan (demand) terhadap pariwisata harus dipenuhi melalui penyediaan destinasi oleh negara-negara sebagai tujuan wisata di dunia jika ingin merasakan keuntungan yang optimal dari pariwisata. Namun tidak dapat dilupakan bahwa permintaan dalam pariwisata tersebut sangat sensitif dengan citra (image) suatu
1
2
negara yang dijadikan sebagai negara tujuan wisata. Negara-negara pesaing dalam pemasaran kepariwisataan Indonesia seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, telah menempati peringkat yang cukup jauh jika dibandingkan dengan Indonesia. Dengan demikian, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerja sama antarnegara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.
1.1.1 Pariwisata Sebagai Penggerak Ekonomi Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu Negara, tanpa terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara. Seiring dengan hal di atas, menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama seperti berikut ini:
3
1. Pariwisata sebagai
faktor pemicu bagi
perkembangan
ekonomi nasional maupun international. 2. Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. 3. Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi 4. Pemerataan kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi. 5. Penghasil devisa. 6. Pemicu perdagangan international. 7. Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan 8. Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang di Indonesia.
1.1.2. Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian Sektor pariwisata memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian, dimana apabila Negara memiliki banyak asset untuk pariwisata akan mendatangkan keuntungan baik untuk masyarakat setempat dan perekonomian Negara tersebut. Dampak baik yang diberikan adalah
4
pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan berwisata. Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barangbarang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung. Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata,
terbukti
bahwa
sektor
pariwisata
secara
internasional
berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usahausaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taksi, dan usaha kerajinan seni cinderamata. Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan semua itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan masyarakat local yang merupakan tuan rumah.Pendapatan sektor pariwisata seringkali
5
digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi ilegal, pramuwisata ilegal, dan lain sebagainya. Terlepas dari dampak positif yang diberikan sektor pariwisata bagi perekonomian, terdapat pula efek negatif yang dapat dirasakan suatu Negara adalah
Leakage
atau
kebocoran
dalam
pembangunan
pariwisata
dikategorikan menjadi dua jenis kebocoran yaitu kebocoran impor dan kebocoran ekspor. Khususnya pada negara-negara berkembang, makanan dan minuman yang berstandar internasional harus di datangkan dari luar negeri dengan alasan standar yang tidak terpenuhi, dan akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai produsennya tidak biasa memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata tersebut. Kondisi ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage” kebocoran ekspor. Kemudian Enclave tourism sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar hanya singgah pada sebuah destinasi tanpa bermalam di hotel-hotel yang telah disediakan industri lokal, akibatnya
6
dalam kedatangan wisatawan kapal pesiar tersebut dianggap sangat rendah atau bahkan tidak memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat lokal. Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar internasional dapat menjadi beban biaya pemerintah dan akibatnya merupakan beban sektor pajak untuk membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan pajak dinaikkan. Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun atau inflasi yang pastinya akan berdampak negatif bagi masyarakat lokal. Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan pariwisata yang dianggap tidak memerlukan sumber daya yang besar namun pada negara yang memiliki sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga mengembangkan sektor lainnya secara proporsional
1.1.3 Perkembangan Pariwisata Nasional Di tengah krisis global yang melanda dunia, sektor ini mampu bertahan bahkan melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dengan angka pertumbuhan industri pariwisata Indonesia di tahun 2014 yang mencapai angka 9,39 persen melampaui angka pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Nirwandar,2014). Perkembangan sektor pariwisata terlihat pula pada sumbangsih sektor ini pada produk domestik bruto yang mencapai Rp 347 triliun. Bila
7
dibandingkan, angka itu mencapai 23 persen dari dengan total pendapatan negara yang tercantum di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013, yakni Rp 1.502 triliun, Sektor pariwisata juga menempati urutan
keempat
sebagai
penyumbang
devisa
negara
tahun
2013.
(Nirwandar,2014). Dengan melihat jumlah penduduk Indonesia yang dapat dijabarkan menjadi piramida penduduk nasional seperti pada Gambar 1.1 maka sector pariwisata merupakan para peminat untuk menjadi wisatawan lokal karena Indonesia memiliki daerah tujuan wisata yang sangat menarik karena mempunyai
keunikan
di
masing-masing
daerah.
Karena
Indonesia
merupakan Negara yang memiiliki berbagai macam suku, maka disetiap daerah akan terlihat perbedaan baik dari keindahan alam hingga budaya yang terdapat didalamnya.
Gambar 1.1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2011 (Sumber: BPS)
8
Sektor ini ditunjang dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Indonesia. Hal ini dikarenakan makin baiknya infrastruktur penunjang pariwisata nasional dan peningkatan konektivitas penerbangan langsung terutama di maskapai low cost carrier (LCC). Data kedatangan wisatawan ke Indonesia dapat di lihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Grafik Jumlah Wisatawan di Indonesia (Sumber : BPS)
1.1.4 Kondisi Museum di Indonesia Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri. Demikianlah sebuah ungkapan terkenal yang pernah dicetuskan salah seorang pendiri bangsa Indonesia, yaitu Bapak Ir. Soekarno. Sejarah dapat menjadi cerminan bagaimana bangsa kita ini berdiri, bagaimana perjuangan untuk memperoleh kemerdekaaan, dan bagaimana kehidupan masyarakatnya. Museum adalah salah satu objek wisata bangunan
9
yang mampu menceritakan kembali kisah-kisah tersebut. Di Indonesia sendiri terdapat 328 museum yang resmi tercatat. (Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementrian Pendidikan,2014). Pemilik museum di Indonesia memiliki suatu wadah organisasi yang bernama Asosiasi Museum Indonesia. Direktorat Permuseuman pada tahun 1971 mengelompokkan museum-museum menurut jenis koleksinya menjadi 3 jenis, yaitu museum umum, museum khusus, dan museum lokal. Dalam sejarahnya, museum mengalami perubahan dalam arti fungsi museumnya. Dari fungsi awal sebagai gudang barang, tempat disimpan benda warisan budaya yang bernilai luhur meluas fungsinya pada pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran. Selanjutnya, fungsi museum diperluas lagi sampai pada fungsi pendidikan dalam rangka untuk kepentingan umum. Namun Demikian, walaupun terjadi perubahan dan perluasan fungsi museum, tetapi hakekat pengertian museum itu tidak pernah berubah. Ciri ilmiah dan kesenian, serta bersenang-senang tetap menjiwai arti museum sampai saat ini. Pengelompokkan itu diubah pada tahun 1975 menjadi museum umum, museum khusus, dan museum pendidikan. Selanjutnya pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi museum umum dan museum khusus. Museum umum dan museum khusus itu, berdasarkan tingkat nasional, museum tingkat regional (propinsi), dan museum tingkat lokal (kotamadya/kabupaten). Dalam kebijakannya Direktorat Permuseuman telah menetapkan 3 pilar utama yang dijadikan kebijakan bagi permuseuman di Indonesia, yaitu
10
Mencerdaskan bangsa, kepribadian bangsa, ketahanan nasional dan wawasan nusantara.
ketiga
pilar
utama
itu
harus
dijadikan
landasan
bagi
penyelenggaraan dan pengelolaan museum dalam rangka mengelola museumnya. Dengan diberlakukannya Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka 26 museum Negeri Propinsi diserahkan kepada daerah dan semenjak itu Penyelenggaraan dan pengelolaanya ada pada
tanggung
jawab
Pemerintahan
Daerah.
Sementara
Direktorat
Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2000. Pada tahun 2001 Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Pada tahun 2001 itu juga Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Pada tahun 2003, Direktorat Purbakala Permuseuman diubah menjadi asisten Deputi Urusan Kepurbakalaan dan Permuseuman di bawah Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Dan pada tahun 2005 Asisten Deputi Urusan Kepurbakalaan dan Permuseuman diubah menjadi Direktorat Museum di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum kini menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat untuk mengisi liburan dan menambah wawasan apalagi museum memiliki nilai historis tinggi sebagai tempat penyimpanan sejarah. Kebijakan pemerintah terkait program 'Kunjungi Museum' juga berpengaruh besar pada kenaikan jumlah pengunjung museum. Dari data pengunjung Museum Nasional Jakarta, pengunjung pada tahun 2013 mencapai 192.116 orang. (Sri Hadi,
11
2014). Usaha pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan museum hendaknya juga ditunjang dengan perbaikan fasilitas yang ditawarkan oleh museum itu sendiri. Realita di lapangan menunjukkan masih “buruknya” paradigma masyarakat baik lokal maupun mancanegara terhadap kondisi museum Indonesia. Beberapa koleksi yang kurang terawat serta penjelasan yang kurang menarik menjadi salah satu alasan paradigma ini muncul. Paradigma museum sebagai tempat yang kuno, membosankan, sepi dan kurang menarik perlu dihilangkan agar pengunjung akan lebih tertarik untuk mengunjungi museum tersebut. pengunjung museum lebih banyak mengandalkan katalog maupun pemandu wisata di dalam melakukan kunjungan di museum. Ketergantungan inilah yang terkadang memunculkan masalah baru di mana kurang lengkapnya ketersediaan katalog serta minimnya tenaga ahli yang dapat bertindak sebagai tourist guide.
1.1.5 Peranan Augmented Reality System (AReS) Berdasarkan masalah yang muncul, terdapat opportunity yang membuat museum dapat terlihat menarik bagi pengunjungnya, dimana saat ini seakan mati hiburan apabila dating ke museum. AReS dapat menjadi solusi untuk membangkitkan bisnis museum di Indonesia, yaitu dengan meluncurkan inovasi berupa penggunaan Augmented Reality System. Dengan AReS, pengunjung melalui smartphone pribadinya dapat menikmati fitur-
12
fitur yang sebelumnya sulit dihadirkan pihak museum, berupa virtual guide, maps, animated information, dan lain-lain. Pemilihan smartphone sebagai platform dinilai relevan mengingat kebiasaan para wisatawan Indonesia yang tercatat sebagai pengguna internet dan smartphone yang aktif (Fuad, 2014). AReS akan membantu baik pihak museum maupun para pengunjung untuk menikmati wisata sejarah yang dilakukan akan lebih berkesan. Bagi pihak museum, AReS akan menjadi value proposition baru yang dapat ditawarkan para pengunjung, sementara bagi para pengunjung AReS akan bertindak sebagai sarana dalam menikmati pengalaman berkunjung yang menarik di museum.
1.2
Rumusan Masalah Pertumbuhan sektor pariwisata nasional hendaknya menjadi pendorong
bangkitnya industri museum nasional. Masih rendahnya ketertarikan masyarakat Indonesia dan wisatawan mancanegara terhadap wisata musem yang ada di Indonesia merupkan salah satu factor penghambat berkembangnya industri ini. Pengunjung museum juga masih belum mendapatkan tingkat kepuasan yang baik sehingga dapat memastikan customer retention di kemudian hari. Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi yang mampu memberikan kesan yang menarik bagi para pengunjung museum sehingga dapat memberikan citra yang baik bagi museum nasional.
13
1.3
Manfaat Pembelajaran Business Model Canvas digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu
organisasi dapat menawarkan suatu value kepada pelanggan, mengundang minat pelanggan agar mau membayar atas value yang ditawarkan tersebut, dan pada akhirnya akan beujung pada keuntungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis model digunakan untuk menjabarkan dan mengklasifikasikan bisnis mulai dari strategi, infrastruktur, struktur operasi, kegiatan operasi, dan kebijakan perusahaan.
1.3.1 Tujuan 1. Menawarkan inovasi bagi bisnis museum yang dapat memberikan nilai positif baik bagi pemilik museum maupun bagi para pengunjung museum. 2. Membangun bisnis yang menguntungkan dan berkesinambungan
1.3.2 Manfaat Pemilik museum dapat meningkatkan pendapatan yang diperolehnya seiring dengan meningkatnya pengunjung museum dan para pengunjung dapat menikmati kunjungan ke museum yang lebih menarik.
1.4. Ruang Lingkup Dalam pembuatan model bisnis Augmented Reality System untuk bisnis museum ini memiliki batasan dalam pembahasan sebagai berikut :
14
1. Target dari implementasi sistem ini adalah museum-museum yang terdapat di Indonesia yang berpotensi untuk mendapatkan keuntungan lebih dengan unique experience yang sistem ini berikan
2. Wilayah pengembangan Augmented Reality System ini untuk sementara ini difokuskan di DKI Jakarta, namun demikian di masa yang akan datang dapat diperluas ke kota besar yang terdapat di Indonesia
1.5
Metodologi Dalam penulisan thesis ini menggunakan metodologi Business Model Canvas.
Business Model Canvas digunakan untuk menjelaskan bagaimana suatu organisasi dapat menawarkan suatu value kepada pelanggan, mengundang minat pelanggan agar mau membayar atas value yang ditawarkan tersebut, dan pada akhirnya akan beujung pada keuntungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis model digunakan untuk menjabarkan dan mengklasifikasikan bisnis mulai dari strategi, infrastruktur, struktur operasi, kegiatan operasi, dan kebijakan perusahaan. Adapun untuk melengkapi data-data untuk Business Model Canvas tersebut, metodologi yang digunakan antara lain: a)
Metode Studi Literatur Penulis menggunakan metode studi literatur untuk pengumpulan data
yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku,
15
jurnal, laporan penelitian, dan lain sebagainya untuk ditelaah lebih lanjut sebagai bahan pendukung penelitian.
b)
Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan kuisioner sebagai metode pengumpulan data
dalam melakukan analisis. c)
Metode Pengamatan Langsung Penulis langsung mengamati lapangan untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya.