PERANAN PEREMPUAN SEBAGAI PROVIDER DALAM UPAYA MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN KELUARGA DI KELURAHAN BANTA-BANTAENG MAKASSAR
THE ROLE OF WOMEN AS PROVIDERS IN IMPROVING FAMILY HEALTH LEVEL IN BANTA-BANTAENG OF MAKASSAR
Nurnahdiaty1, Yamin Sani2, Muh. Basir Said2
1
Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar,2Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Nurnahdiaty Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan (PIKES) – STIKES Panakkukang Makassar, 90231 HP: 08124205790 Email :
[email protected]
1
ABSTRAK Perempuan sebagai provider dalam kesehatan adalah orang yang menjaga, merawat, dan memutuskan dalam upaya mencari upaya pengobatan bagi anggota keluarganya terutama pada anak-anak mereka. Penelitian ini bertujuan menjelaskan perilaku kesehatan keluarga sehubungan dengan pola penyakit, upaya peningkatan kesehatan keluarga, peranan perempuan sebagai provider dalam perilaku preventif dan kuratif kesehatan keluarga. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumen. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga utamanya perempuan memberikan peranan yang besar terhadap terjaganya kesehatan keluarga yang sehat. Bagi keluarga, perempuan memiliki peran besar dalam mengajarkan nilai-nilai kebersihan dan hidup sehat di rumah. Perempuan berpotensi merawat keluarganya bahkan mereka berkontribusi nyata kepada masyarakatnya, minimal menjadi kader kesehatan di lingkungannya. Kesimpulannya bahwa perempuan menjadi motor penggerak dalam penanganan kesehatan keluarga, maka perempuan harus diberikan ruang untuk dapat meningkatkan aktualisasinya. Kata Kunci : Peranan perempuan, provider, kesehatan keluarga
ABSTRACT
The aim of the research is to explain family health behavior, related to disease pattern, the efforts of improving family health, and the role of women as providers in preventive and curative behavior of family health. The methods of obtaining the data were interview, observation, and documentation study. The data were analyzed descriptively. The result of the research indicate that the members of family especially women have a big role to take care of family health. Women have a big role to teach the values of cleanliness and health life in the family. They have a potency to take of their family even to give a real contribution to the communit. At least, the become health cadres in their environment. In conclusion, women become motivator in handling family health, so they have to be given space to improve their actualization.
Keyword : the role of women, provider, family health
2
PENDAHULUAN Sehat menurut WHO (Maryani, 2010) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, sedangkan sehat menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian, hidup sehat bagi suatu keluarga bukan suatu yang mustahil. Semua orang di dunia ini menginginkan hidup sehat, tidak mengalami penyakit. Tetapi kenyataannya di sekitar kita, penyakit-penyakit dan sumber-sumbernya ada di mana-mana, Sehat yang dimaksud bukan semata-mata bebas lepas dari penyakit infeksi, radang ataupun penyakit lainnya tetapi juga sehat mental, juga sehat rohani. Jadi apa gunanya ketika manusia tidak menderita penyakit fisik tapi ternyata menderita penyakit mental misalnya depresi, kurang waras atau lainnya. Seiring dengan itu maka “setiap manusia berhak hidup sehat”, slogan ini disampaikan oleh Tini Hadad (Topatimasang, 2005), dan bahwa setiap orang berhak sehat dengan memperoleh akses pelayanan kesehatan yang telah dijamin didalam konvensi global maupun hukum nasional Indonesia. Slogan ini seiring dengan impian setiap perempuan dalam sebuah keluarga yang berkeinginan menciptakan keluarga yang sehat dalam arti sehat secara fisik maupun non fisik, karena hanya dengan kondisi keluarga yang sehat, sebuah keluarga akan lebih mudah mencapai tahapan kesejahteraan. Sayangnya keluarga sehat yang diimpikan teramat sulit dicapai di era sekarang ini. Belakangan ini banyak kita temui keluarga-keluarga yang orangtua dan anak-anaknya yang rentan terhadap penyakit yang entah itu disebabkan karena lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan tidak terjaga kebersihannya, berlantai tanah yang dipastikan lembab, kurang sanitasi, tiadanya tempat pembuangan limbah rumah tangga yang memadai, serta pekarangan rumah yang cenderung tidak terawat. Ini belum termasuk tercemarnya lingkungan sosial budaya oleh pengaruh globalisasi dan informasi yang terbuka tanpa batas. Saat ini bukanlah hal yang sulit, menemukan anak atau remaja dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti suka merokok, minum-minuman keras, mabuk-mabukan, menyalahgunakan narkoba atau menganut paham seks bebas. (Mardiya, 2009) Selain itu, kita dapat pula menemukan keluarga-keluarga dengan tingkat ekonomi yang lebih baik yang juga rentan terhadap penyakit dikarenakan kemakmuran telah mengubah cara pandang seseorang dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang terkadang tidak sesuai 3
dengan prinsip hidup sehat yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru yang tidak ada sebelumnya, atau jumlahnya meningkat dibandingkan dengan era sebelumnya. Misalnya, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, diet makanan berlemak dan rendah serat, narkoba, kurang gerak dan lain-lain, yang berakibat munculnya penyakit akibat dari perubahan gaya hidup seperti penyakit jantung koroner, stroke, kencing manis, obesitas, sindrom metabolik, HIV/AIDS, kecelakaan lalu lintas, depresi, bunuh diri, dan lainnya. (Cahyono, 2008). Jelaslah bahwa ini menjadi keprihatinan kita bersama, karena dalam lingkungan keluargalah akan terlahir individu-individu baru yang menjadi harapan bangsa untuk meneruskan pembangunan. Bagaimana mungkin kita dapat berharap pada mereka anak-anak bangsa ini berperan dalam pembangunan bila ternyata kondisi mereka sendiri tidak sehat baik secara jasmani maupun rohani. Keluarga sebagai nuclear family, yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan peranan bagi anakanaknya. Namun dalam perbicaraan mengenai kesehatan keluarga disini, maka penulisan ini akan lebih memfokuskan peranan perempuan dalam keluarga sebagai orangtua walaupun tentunya keikutsertaan bapak tidak dapat diabaikan begitu saja. Perempuan memainkan peran yang penting dengan mengaitkannya dengan kesehatan anak sebagai penerus pembangunan. Perempuan sebagai seorang ibu haruslah bisa mengusahakan penyediaan kesehatan yang optimal bagi keluarganya terutama anak-anaknya sejak dini. Anak-anak ini berada dalam lingkup keluarga dimana perempuan sebagaimana diungkapkan oleh Soetrisno (1997) berperan sebagai role models bagi anak-anaknya untuk hidup sehat dengan cara menganjurkan anggota keluarganya untuk mau memperhatikan kesehatan mereka masingmasing, dan mendorong anggota keluarganya untuk terbiasa dengan hidup sehat. Dalam peningkatan derajat kesehatan perempuan sebagai provider dalam kesehatan, atau penyedia kesehatan yang dalam kapasitasnya adalah orang yang menjaga, merawat, memutuskan dalam upaya mencari pengobatan bagi anggota keluarganya terutama pada anak-anak mereka. Perempuan sebagai tenaga kesehatan non formal menganjurkan dan bertindak kepada anggota keluarga untuk senantiasa menjaga kesehatan, hidup dengan cara yang sehat, tentunya akan memperkecil resiko akan terjangkitnya suatu penyakit terutama pada anak-anak. Banyak kasus kita temui sekarang ini, dimana ada anak yang telah merokok sejak kecil, atau yang senangnya mengkonsumsi bukan pangan seperti obat nyamuk, cat, bensin, dan yang lainnya, ataupun kekurangan gizi. Mengapa hal-hal seperti ini dapat terjadi dalam keluarga? Maka dapat dikatakan bahwa disinilah peran perempuan sebagai provider dalam upaya menjaga atau memelihara derajat kesehatan keluarga terutama terhadap anak-anaknya. 4
Sehingga penelitian ini bertujuan memahami peranan perempuan sebagai provider dalam perilaku preventif dan kuratif kesehatan keluarga.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Design Penelitian Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kelurahan Banta-Bantaeng Kecamatan Rappocini Kotamadya Makassar. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti telah melakukan pendampingan pada masyarakat Banta-Bantaeng sejak lama dikarenakan aktif di salah satu lembaga swadaya masyarakat yang terdapat di Kotamadya Makassar dalam melakukan advokasi pada hak-hak kesehatan mereka. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi melalui observasi dan wawancara. Penentuan Informan Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dimana informan berasal dari tokoh masyarakat, kepala keluarga, ibu rumah tangga, dan anggota keluarga lainnya. Tentunya informan yang dipilih adalah yang mudah diajak bicara oleh peneliti, memahami tentang informasi yang dibutuhkan, terbuka dan memberikan akses ke informan lain. Informasi yang diperoleh dari informan terkait dengan lingkungan keluarga sehubungan dengan gaya hidup atau perilaku keluarga yang berkenaan dengan masalah kesehatan keluarga. Sumber Data dan Teknik Pencarian Data Data yang diperoleh terbagi atas dua, yakni 1) data primer dan 2) data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi. Menurut Endraswara (2003) observasi merupakan penyelidikan sistematis yang menggunakan kemampuan indera manusia dengan dibantu pula dengan catatan (note), foto, dan tape recorder. Pengamatan dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dirangkaian dengan kegiatan wawancara mendalam (indept interview) yang menurut Endraswara (2003) adalah percakapan yang memiliki tujuan (a conversation with purpose) antara lain : 1) Menggali pemikiran konstruktif informan, menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian dan sebagainya yang terkait aktivitas budaya, 2) Merekonstruksi pemikiran ulang mengenai perihal yang dialami informan di masa lalunya, 3) Mengungkap proyeksi pemikiran informan tentang kemungkinan budaya miliknya di masa yang akan datang. Selain wawancara mendalam, peneliti juga melakukan Focus Group Discussion (FGD) seperti yang dikemukakan Kuntjara (2006) bahwa fokus grup bertujuan agar fokus perhatian bukan pada peneliti yang bertanya tetapi pada responden yang bebas 5
membicarakan masalahnya yang merupakan cara yang tepat jika yang dibutuhkan adalah pendapat, kejadian dan pengalaman yang otentik. Dalam fokus grup terdiri atas empat hingga delapan orang saja, untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang sudah diolah diperoleh dari kantor pemerintah, arsip, dan teks-teks yang berkaitan dengan penelitian. Analisa Data Dalam menganalisa data, mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka dalam proses analisisnya penelitian ini akan diawali pengumpulan data, setelah itu dilakukan kategorisasi dan diakhiri dengan pengintegrasian dengan melakukan reduksi data (pengambilan data). Data yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan menurut proporsi kebutuhan penelitian. Hal ini diungkapkan pula Bogdan & Biklen (Moleong, 2008) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisa sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.
HASIL Perempuan memainkan peranan sangat penting dan strategis sebagai motor di dalam menciptakan keluarga yang berkualitas. Salah satu aspek yang mendukung keluarga berkualitas adalah kondisi kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga Dalam mengenal masalah kesehatan, pengambilan keputusan, perawatan anggota keluarga, memelihara lingkungan tempat tinggal, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan, kebanyakan keluarga bertumpu pada ibu yang diposisikan sebagai istri dan sebagai pemberi asuhan kesehatan. Pentingnya peranan perempuan dalam peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat menyebabkan perempuan selalu dijadikan ujung tombak dalam setiap program pembangunan kesehatan masyarakat, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat yang bersifat menaikkan derajat kesehatan bayi dan anak. Pemberdayaan perempuan dalam pembangunan di Kelurahan Banta-Bantaeng dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya dengan membentuk kelompok perempuan yang bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat. Kelompok perempuan ini merupakan kelompok dengan posisi dan kepentingan perempuan yang tidak lagi secara sederhana dilihat pada adanya kenyataan kultur dan sosiologis bahwa perempuan berperan 6
besar dalam berbagai interaksi yang berlangsung dalam masyarakat. Oleh karena itu pemberdayaan kelompok perempuan diperlukan agar perempuan dapat ikut serta dalam pembangunan, Tingkat pendidikan yang rendah dan terbatasnya akses terhadap informasi menyebabkan perempuan menjadi rentan terhadap krisis yang terjadi baik ekonomi maupun sosial. Keterbatasan akses pendidikan ini disebabkan diskriminasi gender yang sudah mengakar dalam tradisi dan budaya kita. Stigma kultural meminggirkan perempuan sehingga tak layak duduk di bangku pendidikan hingga tingkat tinggi. Karena hanya mengenyam pendidikan rendah, wajar jika pengetahuan perempuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, sangat minim sekali. Apalagi mengenai kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri. Bila perempuan yang diharapkan sebagai elemen penting dalam berperan aktif dalam pembangunan, maka diperlukan upaya terpadu dalam rangka memberdayakan perempuan. Perempuan memiliki peranan yang penting bagi kesehatan keluarga. Bagi keluarga, perempuan memiliki peranan yang besar dalam mengajarkan nilai-nilai kebersihan dan hidup sehat di rumah. Maka, jika perempuan sehat, maka masyarakat pun akan sehat, termasuk bangsanya. Masalah yang ditemukan adalah permasalahan gizi yang tidak disadari oleh keluarga bahwa perlakuan mendahulukan orangtua atau laki-laki makan terlebih dahulu masih biasa dilakukan seperti yang diungkapkan bahwa terkadang memang itu dilakukan oleh keluarga walaupun ada pula keluarga yang tidak melakukannya tetapi menerapkan makan bersama dalam keluarga. Bila perempuan tidak memperoleh asupan makanan yang lebih baik dalam jumlah yang memadai, perempuan akan mengalami gangguan kesehatan secara umum, termasuk kelelahan yang luar biasa, rasa lemah, serta anemia. Jika seorang perempuan yang selama hidupnya kurang mendapat makanan yang sebanding dengan energi yang dikeluarkan kemudian hamil, pada waktu melahirkan nanti mungkin saja ia mengalami berbagai kesulitan, antara lain pendarahan yang tak normal, infeksi, atau bayinya lahir terlalu kecil. Lingkungan keluarga dalam wilayah Kelurahan Banta-Bantaeng, dalam perilaku sosial budayanya telah berkembang lebih maju sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka yang lebih baik. Untuk ukuran rumah sehat dalam lingkungan masyarakat disini secara umum sudah memenuhi standard dengan kondisi tempat tinggal yang bersih, pengadaan jamban dan air bersih sudah menjadi prioritas utama dalam keluarga, walaupun masih adapula warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan tempat misalnya di parit-parit depan rumahnya, sehingga pada musim hujan, jentik-jentik nyamuk dapat berkembang biak, yang nantinya mendatangkan penyakit bagi warganya sendiri. Dengan perilaku seperti ini telah 7
dilakukan penyebaran pengetahuan kepada warga untuk berpartisipasi dalam menjaga kesehatan berupa kebiasaan membersihkan lingkungan, kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiasaan menutup tempat penampungan air. Kebiasaan memilah-milah sampah sehingga ada sampah yang dapat dijadikan kompos, dan ada sampah yang didaur ulang, karena kebersihan lingkungan sekitar akan meningkatkan tingkat kesehatan. Berbicara mengenai kesehatan anak-anak harus dijaga sebab mereka adalah asset masa depan yang sangat besar nilainya. Dalam keluarga menengah ke atas maupun menengah ke bawah, bagi masyarakat Kelurahan Banta-Bantaeng terlihat perbedaan yang tidak mencolok dalam persoalan pangan bagi anak-anak, bahwa kebiasaan menjaga kesehatan keluarga tercermin dari pola makan anak-anak, para orangtua sudah lebih banyak menyadari akan kebutuhan gizi anak-anak mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan. Dalam masyarakat Kelurahan Banta-Bantaeng makanan dengan lauk pauk yang beragam, seperti ikan, sayur, tempe, tahu, ayam, daging sudah menjadi santapan sehari-hari, bahkan buah dan susu pun sebagai pelengkap kebutuhan gizi tidaklah susah untuk diperoleh. Namun suatu kebiasaan yang sangat memudahkan bagi ibu-ibu tapi efeknya bagi kesehatan diragukan adalah kegemaran membeli makanan-makanan instan di swalayan-swalayan yang memang sangat disenangi anak-anak, apalagi melihat swalayan-swalayan yang sudah merambah ke pemukiman warga, sehingga semakin memberikan kemudahan bagi ibu-ibu dan anak-anak untuk membeli makanan-makanan instan yang mempunyai banyak bahan pengawet yang dipastikan tidak bagus bagi kesehatan bila sering dikonsumsi. Namun disisi lain dibandingkan dengan masyarakat menengah ke bawah, maka masyarakat menengah ke atas lebih menyadari akan kebutuhan gizi anak-anak mereka sehingga dari beberapa keluarga yang menjadi partisipan menyediakan suplemen vitamin bagi anak-anak mereka. Hal ini dikemukakan ketika diadakan pertemuan kelompok ibu-ibu dan membahas mengenai perilaku makan anakanak mereka. Mereka berbincang pula mengenai persoalan susu sebagai makanan pokok awal bagi bayi yang baru lahirpun menjadi perbincangan mereka, sebagaimana dikemukakan ada seorang ibu bernama AD (34 tahun) tidak dapat menyusui bayinya karena tidak memiliki ASI (air susu ibu) untuk diberikan kepada bayinya sehingga harus menggantinya dengan susu formula
yang
banyak
tersedia
di
swalan-swalayan.
Perusahaan-perusahaan
yang
menghasilkan susu formula menginginkan agar ibu-ibu berhenti menyusui dan memberi bayi susu formula, agar mereka mendapatkan pendapatan yang banyak. Selain itu pemberian susu formula kepada bayi memberikan peluang kepada bayi untuk kekurangan gizi, sakit-sakitan, seperti yang dialami seorang ibu BM (34 tahun) yang memiliki bayi perempuan berusia 3 bulan, karena harus ditinggal bekerja, sang bayi harus diberi susu formula, sehingga bayi itu 8
mengalami diare di awal pemberian susu formula sehingga harus dirawat di rumah sakit selama seminggu. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh ketidaktahuan tentang pemberian ASI ekslusif, cara pemberian makan bayi dan anak dan penyakit infeksi, khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun. Padahal untuk perempuan bekerja dapat dilakukan upaya pemberian ASI dengan cara memompa ASI sebelum ibu berangkat bekerja kemudian memberikan ASI pada anak dengan menggunakan sendok. Secara fisiologis bayi memang membutuhkan makanan yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental serta kemampuan berpikirnya. Dan memberi ASI kepada bayi memberikan keuntungan tertentu, bahwa ASI merupakan satu-satunya makanan yang sempurna untuk bayi, membuat bayi sehat dan kuat, melindungi bayi dari penyakit dan infeksi, misalnya diare. ASI jelas lebih sehat karena ASI mudah diberikan di mana saja, kapan saja, selalu bersih, selalu memiliki suhu yang tepat pada bayi. Dengan memberikan ASI segera sesudah melahirkan, pendarahan rahim akan berhenti, ibu dan bayi menjadi dekat satu sama lain, terjalin ikatan emosional, ibu terhindar dari penyakit seperti kanker dan pengeroposan tulang (osteoporosis), dan bisa terlindungi dari kehamilan yang terlalu cepat. Dan ini sangat riskan, karena dari beberapa ibu-ibu yang ditemui, cenderung setelah melahirkan bayinya, telah memilihkan susu formula sebagai salah satu alternatif utama dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka. Di lain pihak susu formula harganya kian hari semakin melambung, sehingga masyarakat cenderung tidak mampu untuk menjangkaunya, apalagi bagi kalangan keluarga menengah ke bawah. Oleh sebab itu, para ibu harus dapat menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral yang dapat menggantikan susu formula. Selain hal tersebut diatas, anak-anak yang berada dalam usia sekolah dalam keluarga tertentu sebelum berangkat sekolah, ada yang rutin sarapan dengan nasi baik itu nasi putih, nasi kuning, nasi goreng, ataupun kue-kue, yang dibuat sendiri oleh ibu mereka, ataupun dibeli di warung-warung terdekat, yang dapat dilihat di setiap pagi hari, warung-warung yang menjajakan sarapan dan kue-kue ramai dikunjungi warga sekitar, yang bagi mereka sudah merupakan hal yang wajib untuk menjaga kondisi anak-anak agar tetap fit selama di sekolah, walaupun adapula yang tidak mewajibkan sarapan, tetapi dibekali uang jajan sehingga anakanak bisa jajan di kantin sekolah. Namun hal ini perlu pengawasan dari orangtua, agar anakanak tidak jajan sembarangan dengan membeli makanan dan minuman yang tidak sehat. Pola hidup masyarakat dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan dan perekonomian keluarga. Secara umum tingkat pendidikan dan wawasan pengetahuan masyarakat menengah ke atas sudah lebih maju, sehingga tentu saja mempengaruhi tingkat perekonomian mereka 9
yang rata-rata berpenghasilan tetap dan lebih dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dibandingkan tingkat perekonomian pada masyarakat menengah ke bawah. Dalam pembiasaan menjaga kebersihan badan sebagai salah satu upaya memelihara kesehatan, ibu-ibu berperan dominan misalnya anak-anak diupayakan mandi dua kali sehari dan sikat gigi dua kali sehari, walaupun anak-anak tidak dapat dipastikan rutin mandi dua kali sehari sebab kebanyakan mereka mandi sesuai keinginan atau kebutuhan mereka sendiri, tetapi dalam hal ini orangtua haruslah memberikan penjelasan kepada anak-anak untuk lebih menjaga kebersihan badan agar kesehatan dapat terjaga dengan lebih baik. Selain gaya hidup, aspek sanitasi lingkungan juga menjadi resiko berkembangnya suatu penyakit. Di lingkungan Kelurahan Banta-Bantaeng, keluarga yang menjadi partisipan memiliki WC, kebutuhan air bersih diperoleh dari PAM, polusi udara dari hasil pabrik-pabrik pun tidak ada, karena di wilayah Kelurahan Banta-Bantaeng tidak terdapat pabrik yang dapat mencemari udara, yang perlu diperhatikan adalah membuang sampah disembarang tempat, terlebih di parit-parit rumah, yang cenderung pada musim hujan, biasanya pemukiman akan mengalami kebanjiran. Namun oleh pemerintah setempat telah dibuatkan solusi dengan adanya bank sampah pada rukun wilayah tertentu, hanya saja belum berjalan secara maksimal, dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam membantu penanganan banjir di musim penghujan.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini terlihat bahwa perempuan berperan dalam menjaga, merawat, dan turut serta dalam membuat keputusan kesehatan keluarga yang akan dapat menciptakan kesehatan keluarga yang sehat bagi setiap anggota keluarga. Perubahan pola penyakit berhubungan dengan cara hidup yang berubah sesuai bertambahnya tingkat ekonomi sebuah keluarga. Membaiknya tingkat ekonomi dapat mengubah pola atau jenis makan seseorang. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makanan kebarat-baratan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat serta banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung soda ataupun alkohol. Disamping cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi hingga sore bahkan kadang sampai malam hari menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berolahraga dan berekreasi. Hal ini terjadi pada keluarga partisipan, NS (48 tahun) dimana suaminya yang sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari bahkan kadang pulang malam, tibatiba saja kadar glukosa darah dalam tubuhnya meningkat sehingga menyebabkan sang suami 10
tidak berdaya dalam beberapa hari. Orang dengan pola makan yang mengkonsumsi tinggi protein, lemak, gula dan rendah serat, insiden terhadap peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita diabetes untuk menghindari dan membatasi fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga penderita tidak mengalami hipolikemia atau koma karena hiperglikemia. Menurut Harvey (Ambardini, 2008) tujuan terapi diet diabetes adalah untuk mencapai kadar gula darah normal, melindungi jantung, mengontrol kadar kolesterol, dan tekanan darah, mencapai berat badan ideal, mencegah timbulnya komplikasi, dan mencapai derajat kesehatan secara umum. Menu makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat dari biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan susu rendah lemak atau tanpa lemak. Protein ikan dan kedelai lebih baik bagi penderita diabetes. Kebutuhan gula dari makanan sebaiknya dipenuhi dari buah-buahan dengan jumlah sesuai kebutuhan. Perilaku preventif bertujuan mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 1998). Perempuan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga kesehatan keluarganya. Saat seorang ibu mengandung dia sudah berperan aktif menjaga kesehatan buah hatinya selama sembilan bulan. Lalu setelah anak lahir, ibu terus memperhatikan perkembangan anak baik melalui asupan makanan dan kebersihan serta kesehatan mereka. Disaat masih bayi dan balita sang anak dibawa ke posyandu untuk imunisasi dan memperhatikan kesehatannya agar gizinya cukup, di Kelurahan Banta-Bantaeng sendiri posyandu diadakan pada minggu kedua setiap bulannya. Ibu memberi pengaruh besar dan banyak mengajarkan hal-hal positif untuk sebagaimana yang pernah dikatakan oleh seorang ibu NB (64 tahun) pensiunan tenaga kesehatan, berkata: “Bila mau sehat di usia tua, perbaiki pola makanmu di usia mudamu, Lebih baik itu mencegah daripada mengobati, tidak banyak ji biayanya”
Tidak banyak yang menyadari arti penting kebiasaan pemberian makan anak pada tumbuh kembang anak, kerentanan kesehatan dan gizi anak. Seorang ibu akan berupaya terus agar anaknya tumbuh sehat mulai dari awal kelahirannya sudah sewajarnya untuk bertanggungjawab dan berkewajiban memberikan kasih sayang kepada anaknya, yaitu dengan cara memberikan ASI dan merawat anaknya dengan sebaik-baiknya, hal ini sejalan dengan nilai-nilai budaya tentang menyusui atau “mappasusu”, dimana seorang bayi, sesaat setelah dilahirkan, tanpa dibersihkan, langsung ditelungkupkan pada dada ibu dan si bayi diminta 11
untuk mencari sendiri payudara ibunya, tujuannya agar terjalin hubungan emosional sejak awal antara bayi dan ibunya. Dan agar ASI tetap mencukupi bagi si anak, biasanya si ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi daun katuk, daun bayam, jantung pisang, kacang ijo, pisang, pepaya, ikan gabus. Daun katuk yang tua 3 tangkai dicuci bersih lalu dimasak dengan air tiga gelas hingga menjadi dua gelas, dan diminum setiap hari selama diperlukan. Dapat juga daun katuk muda dimasak dengan kacang ijo dan dijadikan sayur. Banyak orang yang ketika memasuki usia setengah baya atau tua menderita penyakit yang sama dengan orangtua mereka, faktor genetis adakalanya berpengaruh tapi hanya dalam intensitas yang kecil dan terbatas. Penyebab terbesar penyakit keturunan adalah mewarisi kebiasaan-kebiasaan penyebab penyakit degeneratif tersebut. seperti hipertensi, jantung, dan kanker, sebagaimana pengakuan seorang ibu yang bernama NB (64 tahun) yang mengalami hipertensi di usia tuanya mengemukakan : “Saya sering bilang ke anak saya yang memasuki usia 40 tahun agar menjaga makanan, jangan terlalu banyak makan coto, konro, nanti hipertensi seperti saya, karena waktu usia muda sering makan seperti itu, saya tentu berharap anak saya tidak mengalami hipertensi seperti saya, yang sekarang ini selalu minum obat penurun tekanan darah setiap harinya secara rutin”
Sebagaimana dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah didasari dengan mengkonsumsi lemak secara berlebihan. Oleh karena itu untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi mengkonsumsi lemak secara berlebihan disamping pemberian obat-obatan bila diperlukan ataupun ramuan untuk pertolongan pertama hipertensi, bawang putih sebanyak 4-5 siung bawah putih diiris halus dan dimasukkan ke dalam gelas, lalu disiram air panas, tutup gelasnya hingga hangat, kemudian diminum secara teratur selagi masih hangat. Hal ini ditegaskan oleh Federal Bureau of Prison (Ambardini, 2008) bahwa saat hipertensi sudah terdiagnosis, maka modifikasi gaya hidup harus menjadi terapi awal. Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan, membatasi asupan garam, dan melakukan latihan fisik adalah bagian modifikasi gaya hidup. Pembatasan kolestorel dan lemak jenuh harus dilakukan. Sementara asupan kalium dan kalsium yang berasal dari buah dan sayuran tetap harus ada. Di sisi lain, rokok dan alkohol harus dihindari karena akan meningkatkan resiko timbulnya komplikasi. Pola makanan yang serba instan saat inipun sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan, seperti gorengan jenis makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya memang enak. Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang molen, serta banyak yang lainnya dengan rasa yang gurih, renyah, dan berharga murah, membuat orang menyukai makanan gorengan. 12
Selain perilaku preventif yang telah dilakukan diatas, adapula perilaku kuratif yang bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. (Effendy, 1998). Pada keluarga Kelurahan Banta-Bantaeng bila salah satu keluarga terkena cacar atau ”puru-puru”. Ibaratnya tamu tak diundang, cacar tiba-tiba datang tanpa pandang bulu. Kendati bisa disembuhkan, penyakit ini tidak boleh disepelekan, selain bisa mengundang komplikasi sejumlah penyakit, bekas gelembungnya juga bisa meninggalkan bopeng yang menganggu penampilan. Selain pengobatan medis, masyarakat juga lebih sering mengobati penyakit cacar ini dengan ramuan tradisional. Dalam pengobatan Bugis Makassar setidaknya ada dua jenis ramuan untuk mengobati penyakit ini. Cara membuat ramuan. Ambillah beberapa lembar daun paria, iriskan dua siung bawang merah, garam, lima sendok makan minyak kelapa. Remas hingga menjadi satu, hingga garamnya lumer bersama minyak gorengnya. Getah daun paria yang telah menyatu dengan minyak goreng tadi, dioleskan ke sekujur tubuh penderita cacar. Selain daun paria, dikenal pula “kesumba terate” disebut demikian, karena bentuk dan bunga serta putik bunga kuma-kuma memang hampir mirip dengan teratai air tetapi Kuma-kuma tumbuh di daratan. Cara membuat ramuan “kasumba terate”, bunga kasumba direbus dengan dua gelas air, bisa pula dengan diseduh air mendidih. Setelah dingin, diminum sebanyak tiga kali sehari. Lakukan secara teratur hingga sakit cacar menghilang. Selain itu, dalam hal proses penyembuhan penyakit kepada anggota keluarga, ada yang disebut dengan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan keluarga pada saat mengalami gangguan kesehatan mewarnai perilaku keluarga mencari pertolongan kesehatan (health seeking behavior) yang dikaitkan dengan sistem kepercayaan tentang sehat dan sakit, pengetahuan dan sikap mereka terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia. Pengambilan keputusan dalam hal pemilihan cara pengobatan pun dialami oleh keluarga S. Dg. S (66 tahun), saat ini anak laki-lakinya sedang menderita ‘”pacca bukku” atau tulang retak, sang ibu telah memberikan saran demikian pula adik perempuannya tapi ternyata sang kakak tidaklah menghiraukan saran ibu dan saudaranya untuk berobat ke pengobatan medis, ia bertahan tetap berobat ke orang pintar atau “sandro” karena merasa nyaman dan tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Hal ini berkaitan bahwa pengambilan keputusan bisa jadi dipengaruhi oleh keluarga inti, karena status sehat dan sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagaimana diungkapkan Gilliss dkk (Ali, 2009), keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga. 13
KESIMPULAN DAN SARAN Dalam interaksi antara keluarga dan status kesehatan anggota keluarga, keluarga utamanya perempuan menjadi kunci utama bagi kesehatan serta perilaku sehat dan sakit keluarga. Oleh karena itu, perempuan sebagai bagian dari keluarga terlibat langsung dalam mengambil keputusan dan terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit anggota keluarga. Seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga mempunyai peran yang paling penting untuk menciptakan pola hidup sehat yang bisa menghindarkan keluarganya dari berbagai jenis ancaman penyakit. Salah satu bentuk tanggung jawab yang harus dipikul oleh ibu rumah tangga untuk menjaga kesehatan keluarga adalah setiap hari harus selalu membuat dan menyediakan makanan yang sehat, bergizi dan tetap enak untuk dinikmati serta sesuai dengan standar dari pola hidup sehat. Ini merupakan tugas yang cukup berat, karena pada saat ini anak-anak mudah tergoda dan tergiur oleh berbagai macam iklan yang muncul di televisi, iklan tersebut menawarkan aneka makanan instan yang terlihat sangat nikmat namun tidak mengandung gizi yang sesuai standar pola hidup sehat. Melihat kenyataan bahwa perempuan menjadi motor penggerak dalam penanganan kesehatan keluarga, maka perlu peningkatan aktualisasi perempuan melalui pendidikan, karena pendidikan adalah elemen essensial, sarana perempuan menemukan makna, pengetahuan, keterampilan, dan memahami kebudayaannya. Dengan pendidikan, cakrawala perempuan menjadi demikian luasnya. Maka semua pihak, tak terkecuali harus memberikan akses pendidikan kepada perempuan.
14
DAFTAR PUSTAKA Ali, H. Zaidin, (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Ambardini, Rachmah Laksmi, dkk, (2008). Naskah Publikasi Simulasi Pengelolaan Mandiri Penyakit Kronik Degeneratif Bagi Kader Yandu Lansia Desa Weomartani, Ngeplak, Sleman. Yogyakarta: Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta. (online) diakses 21 Oktober 2011. Cahyono, JB. Suharjo B (ed.), (2008) Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Jakarta: Penerbit Kanisius. Effendy, Nasrul, (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Cetakan I. Endraswara, Suwardi, (2006). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Kuntjara, Esther, (2006). Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Mardiya, (2009). Optimalisasi Peran TP PKK Dalam Membangun Keluarga Sehat Berketahanan (online) (http://www.mypdfsearchengine.com diakses 23 Desember 2009) Maryani, Lidya; Muliana, Rizki (2010). Epidemiologi Kesehatan Pendekatan Penelitian Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Moleong, Lexy J, (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Soetrisno, Loekman, (1997). Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Topatimasang, Roem, et.al. (eds), (2005). SEHAT itu HAK : Panduan advokasi Masalah Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Koalisi Untuk Indonesia Sehat-INSIST
15