PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Suatu Penelitian di Desa Motilango Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang bagaimana Perena Petani Perempuan Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Desa Motilango. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan secara deskritif dengan tehnik pengumpulan data observasi dan wawancara serta dokumentasi, sehigga data yang dikumpulkan benar-benar akurat. Analisis yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Motilango ternyata dalam sektor pertanian tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki saja namun, kaum perempuan yang ada di Desa ini turut serta dalam usaha tani, baik usaha tani milik sendiri maupun milik orang lain. Namun para petani perempuan ini juga tidak selalu menggantungkan hidup mereka pada usaha tani, terlebih yang hanya mempunyai lahan yang sempit. Para perempuan ini ketika waktu mereka dipertanian berkurang, mereka mengalokasikan waktu tersebut untuk pekerjaan lain, seperti berdagang, menjahit, menganyam dll. Dengan demikian wanita betul-betul terlihat mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah, berati wanita mempunyai peran yang besar terhadap kelangsungan hidup keluarga.
KATA KUNCI : Peran, Perempuan, Bekerja
Dian Ahmad.1 NIM 281410013. Peran Petani Perempuan Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Desa Motilango, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. Jurusan Sosiologi.Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Di Bawah Bimbingan Bapak Rauf A. Hatu M.Si2 dan Ibu Yoan Tamu, S.Ag, MA.3
1
Peneliti Dosen Pembimbing 1 (Satu) 3 Dosen Pembimbing 2 (Dua) 2
1
Dalam setiap masyarakat pasti akan di jumpai keluaraga batih (nuclear family). Keluarga batih di dasarkan atas ikatan perkawinan yang terdiri atas suami, istri dan anak yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dalam proses pergaulan hidup, dan keluarga kerabat merupakan atas adanya perikatan darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.4 Dari pandangan manapun, keluarga dianggap sebagai elemen sistem sosial yang akan membentuk sebuah masyarakat. Adapun lembaga perkawinan, sebagai sarana pembentuk keluarga adalah lembaga yang paling bertahan dan digemari seumur kehadiran masyarakat manusia. Berdasarkan definisi diatas suatu keluarga terbentuk melalui perkawinan, yaitu ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera. Perilaku yang dilakukan oleh suami dan istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera dipandang sebagai perilaku kekeluargaan, ini juga dapat diartikan sebagai perilaku dalam kehidupan bersama yang di dasari semangat saling pengertian, kebersamaan rela berkorban, saling asah, asih, dan asuh serta tidak ada maksud untuk menguntungkan diri pribadi dan merugikan anggota lain dalam keluarga tersebut. Wanita yang cenderung lebih emosional atau lebih melihat segala sesuatu dari sudut perasaan dinilai sangat sesuai dengan tugasnya untuk merawat, mengasuh, dan mendidik anak. Wanita memang dilahirkan dengan naluri keibuan. Dengan
4
Sofyan Willis, Sosiologi Keluarga. Bandung: Alvabeta, 2012, hal 8.
2
naluri ini seorang istri diserahi tanggung jawab untuk mengasuh anak.5 Wanita sebenarnya tidak hanya cukup di rumah saja karena wanita juga dituntut untuk ikut aktif berperan dalam publik. Jadi wanita juga harus dituntut untuk ikut aktif dalam pengembangan sektor-sektor yang ada. Dalam kehidupan berkeluarga wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga melakukan kegiatan produktif guna untuk menambah pengahasilan. Masyarakat yang ada di Desa Motilango, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango adalah salah satu bukti nyata yang ada di dalam masyarakat mengenai peranan petani perempuan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Sebagai salah satu Desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.324 jiwa dan 263 kepala keluarga, sebagian besar mata pencaharian masyarakat desa Motilango adalah petani. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani sawah, termasuk para perempuan. Disisi lain, sebagai anggota keluarga petani, perempuan yang ada di Desa Motilango, selain berperan aktif dalam membantu usaha tani, mereka juga turut andil dalam bekerja untuk mencari nafkah. Para petani perempuan yang ada di Desa Motilango, selain bekerja di sektor pertanian, mereka juga banyak yang melakukan pekerjaan yang bersifat informal. Seperti berdagang, menjahit, menganyam, dan lain sebagainya. Berdasarkan permasalahan-permasalah tersebut diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Petani Perempuan Dalam Meningkatkan
5
Ibid, hlm. 8.
3
Pendapatan Keluarga” (suatu penelitian di desa Motilango Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango). Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ilmiah ini adalah bagaimanakah peran petani perempuan dalam meningkatkan pendapatan keluarga? Teori Struktural Fungsional Adapun teori yang digunakan adalah teori struktural fungsional. Teori struktural fungsional merupakan teori dengan pendekatan sosiologis yang memandang bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Pendekatan ini mengakui adanya keragaman kehidupan sosial dalam struktur masyarakat.6 Pendekatan ini juga tidak pernah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai serta adat istiadat yang melandasi sistem masyarakat tersebut. Teori sturktural fungsional dapat dilihat dari penerapannya dalam keluarga melalui sturuktur dan aturan yang diterapkan. Menurut Levy dalam Megawangi, menyatakan bahwa pembagian peran dan tugas dalam keluarga dibutuhkan untuk dapat saling melengkapi dan menjaga keharmonisan keluarga. Adapun hakikat kerja dalam kehidupan sebuah keluarga terdiri dari tiga macam alasan, yaitu (1) kerja untuk nafkah, (2) kerja untuk kedudukan, (3) kerja untuk berkelanjutan. Dalam teori struktural fungsional mengasumsikan bahwa suatu keluarga terdiri dari bagian yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan struktur keluarga dapat berfungsi secara efektif pada keluarga inti yang tersusun dari seorang laki-laki sebagai pencari
6
Nasrullah Naszir. Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran, 2008, hlm 38.
4
nafkah dan perempuan sebagai ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.7 Pengertian Keluarga Sofyan Willis mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.8 Keluarga menurut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1 Ayat 6 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anaknya”. Peran Petani Perempuan Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian peran adalah sesuatu yang menciptakan bagian yang memegang pimpinan atau kekuasaan terutama dalam terjadinya suatu hal ataupun peristiwa. Dengan kata lain peranan adalah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi.9 Perempuan tani adalah sosok perempuan pedesaan baik yang dewasa maupun yang masih muda. Mereka adalah istri petani ataupun anggota keluarga tani yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kesibukan lainnya berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga tani di pedesaan. Perempuan tani dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama. Secara umum mereka menghadapi masalah yang sama pula. Yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar dsb.
7 http://repository.usu.ac.id/wibstream/123456789/3837/1/Sosiologi-hardiana.Pdf. Diakses tanggal 18/02/2014. Jam 8.30. 8 Sofyan Willis, Op.cit: hlm 7. 9 Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Jogjakarta: Gajah Mada. 2007, hlm 39.
5
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk dapat menggambarkan sifat-sifat individu, kelompok, dan keadaan atau kehidupan sosial budaya. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Adapun tehnik nalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu, data reduction (Reduksi Data), data display (Penyajian Data) dan conclusion drawing (Verification). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mata Pencaharian Desa Motilango sebagian besar daerahnya adalah di sektor pertanian atau agraris, oleh sebab itu pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduknya, sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia pangan nasional. Masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil bertani ataupun bercocok tanam seperti padi, jagung dan ada juga sayur-sayuran. Bagi mereka sistem pertanian adalah merupakan cara bagaimana mereka bisa tetap bertahan hidup. Terlebih untuk masyarakat desa yang masih bersahaja, yang kehidupannya tergantung sepenuhnya pada partanian. Maka bagi masyarakat desa semacam itu, sistem pertanian adalah identik dengan sistem perekonomian mereka, yakni bila ekonomi diartikan sebagai cara “pemenuhan keperluan jasmaniah manusia”.
Mata pencaharian masyarakat Desa Motilango adalah di sektor
pertanian yaitu di sawah, karena bagi mereka bertani merupakan pekerjaan pertama
6
terbesar yang diandalkan oleh para istri dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup. Adapun jumlah istri yang berprofesi sebagai petani di desa ini ada sebanyak 107 jiwa. Peran Perempuan Dalam Keluarga Peran dan tugas perempuan dalam keluarga secara garis besar dibagi menjadi peran wanita sebagai ibu rumah tangga, sebagai istri, dan anggota masyarakat. Ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita/perempuan yang mengatur dan mengurusi berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan kata lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri ataupun ibu yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan domestik saja. Adapun fungsi ibu/perempuan dalam rumah tangga biasanya mengurus suami dan anak, menyapu, memasak, dan mencuci. Di dalam rumah tangga pekerjaan ini biasa mereka lakukan setiap hari, dari pagi bahkan sampai menjelang malam hari. Memang pekerjaan ini sepintas dilihat hanya sepele dan mudah untuk dikerjakan begi seorang perempuan atau seorang istri, namun jika pekerjaan ini dilakukan hanya seorang diri pasti akan terasa kesulitan karena banyaknya pekerjaan yang hanya dilakukan sendirian. Secara umum wanita memiliki tiga fungsi utama yang sangat berkaitan dengan kedudukan dan peran wanita, yaitu fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, dan fungsi produksi. Fungsi reproduksi sering dihubungkan dengan hak dan kewijiban sekaligus sebagai simbol kelebihan dan kekurangan wanita. Fungsi sosialisasi berkaitan erat dengan fungsi dan tanggung jawab dalam mempersiapkan anakanaknya masuk ke dalam pergaulan masyarakat luas, dimana pengasuhan dan pendidikan boleh dilakukan oleh orang lain tetapi tanggung jawabnya tetap terletak
7
pada seorang ibu. Sementara fungsi produksi berkaitan dengan fungsi ekonomi dari wanita.10 Sebagai istri, perempuan dituntut pada tugas-tugas domestiknya yang tidak dapat dihindari, namun sebagai perempuan juga harus dapat melaksanakan tugas emansipasi wanita. Sebagai perempuan harus melaksanakan beberapa peran untuk dapat mengikuti perkembangan dan tuntutan kemajuan. Adapun peran perempuan di dalam keluarga adalah : a.
Perempuan Sebgai Istri Ketika dalam rumah tangga seorang suami yang bekerja untuk mencari nafkah mencukupi kebutuhan rumah tangga pasti akan membutuhkan kehadiran seorang istri yang dapat menyenangkan, melegakan, melepaskan rasa lelah di badan maupun penat dalam pikiran dan yang memberikan inspirasi harapan serta motivasi baru untuk menunaikan tugas- tugasnya. Wanita tidak hanya berperan sebagai ibu, namun tetap harus bersikap sebagai kekasih suami sseperti sebelum menikah, agar dalam rumah tangga tetap terjalin ketentraman yang dilandasi oleh kasih sejati.
b.
Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga Sebagai ibu rumah tangga yang dituntut untuk bertanggung jawab serta berkewajiban untuk memperhatikan rumah tangga, mengatur segala sesuatu yang ada di dalam rumah tangga. Karena rumah tangga akan mencerminkan suasana aman, tentram dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga. 10
Pudjiwati Sajogyo, Peranan Wanita Dalam Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Obor. 1994, hlm
54.
8
c.
Perempuan sebagai Pembawa Keturunan Sesuai fungsi fitrahnya, wanita adalah sebagai penerus keturunan yang diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang sehat jasmani dan rokhaninya, cerdas pikirannya dan yang memiliki tanggung jawab, luhur budi dan terpuji perilakunya.
d.
Perempuan Sebagai Anggota Masyarakat Pada masa pembangunan ini, sebagai anggota masyarakat peranan wanita diusahakan untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan sesuai dengan kebutuhannya. Organisasi kemasyarakatan wanita perlu difungsikan sebagai wadah bersama dalam usaha mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam membina dan membentuk pribadi serta watak seseorang dalam rangka pembangunan manusia indonesia seutuhnya. Peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru pada masyarakat. Terutama
pada masyarakat pedesaan. Keterlibatan mereka menjalankan peran ganda tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti adanya keyakinan dan penilaian positif terhadap diri mereka sendiri akan kemampuan untuk melakukan hal-hal positif yang dapat membawa perubahan di masa yang akan datang, terutama perubahan perekonomian keluarga mereka. Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Desa Motilango, para ibu rumah tangga yang ada di desa ini tidak hanya berperan sebagai istri, ataupun yang lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas. Peran Petani Perempuan Di Sektor Pertanian Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas perempuan pada umumnya hanya bekerja dan mengurus rumah tangga tetapi, perempuan yang ada di Desa
9
Motilango tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, mereka juga bekerja di sektor pertanian. Namun, mereka tidak selalu menggantungkan hidup mereka pada usaha tani, terlebih bagi mereka yang hanya mempunyai lahan yang sempit yang hasilnya hanya sedikit pula. Para perempuan ini ketika kesempatan mereka di pertanian berkurang, mereka mengalokasikan atau mempergunakan waktu mereka tersebut untuk melakukan pekerjaan lain, seperti berdagang, menganyam, dan lain-lain. Hal ini mereka lakukan untuk menambah penghasilan mereka sebagai petani yang tidak menentu, selain itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun peran petani perempuan di sektor pertanian adalah sebagai berikut : a. Mencabut rumput (menyiang) Pekerjaan ini bertujuan untuk membersihkan sawah dari sisa-sisa rumput ataupun sampah seperti sampah plastik, botol dan lain-lain. Biasanya mereka mengerjakannya pada saat pagi hari, dan kemudian rumput-rumput tersebut akan mereka bawa pulang untuk pakan ternak. Sedangkan untuk sampah plastik seperti botol akan mereka bakar. b. Mengantarkan makanan Hal ini para istri petani lakukan apabila sang suami sudah terlebih dahulu pergi ke sawah dan belum membawa bekal karena mungkin sang istri juga sering terlambat menyediakan bekal sebab harus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.
c. Membersihkan Pematang Pekerjaan ini biasanya mereka lakukan setelah selesai pemanenan. fungsinya agar pada saat menanam benih/bibit padi dapat terlihat rapi. Disamping itu,
10
biasanya beberapa setelah selesai panen sisa-sisa dari jerami padi yang ada di lahan akan dibakar agar ulat-ulat yang ada di dalam batang padi bisa mati. d. Membuat Persemaian Umumnya bila kita akan menanam padi sawah, terlebih dahulu disemaikan di persemaian. Ada pula yang akan dijadikan bibit adalah biasanya yang masih berbentuk gabah. Adapun letak persemaian yang baik adalah ditengah-tengah lahan atau areal yang akan ditanami sehingga mudah untuk membagi bibit. Dalam persemaian ini tanah harus di buat berpetak-petak selebar 120 cm. e. Menyulam Pekerjaan ini biasa mereka lakukan ketika ada benih/bibit padi yang sudah mati yang diakibatkan oleh serangan hama. Oleh karena itu bibit/benih yang sudah mati tersebut harus diganti dengan bibit yang baru. Adapun bibit yang akan dijadikan sebagai pengganti bibit yang sudah mati adalah sisa bibit yang biasanya mereka letakkan di sudut petakan. f. Memupuk Pemupukkan ini dilakukan pertama kali pada saat tanaman (padi) masih berumur 25 hari. fungsinya agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan subur dan terhindar dari serangan hama. Pemupukan ini biasanya dilakukan 6-7 kali, tergantung jenis pupuk yang akan diguanakan dalam memupuk. Dalam pemupukkan ini, para perempuan sering bergantian dengan sumi mereka.
11
g. Penanaman Bibit Padi Penanaman benih/bibit ini biasanaya dilakukan setalah panen selesai, setelah itu membersihkan pematang, lalu kemudian panaman bibit/benih. Sebelum panaman bibit sawah dibiarkan tergenang air selama satu atau dua minggu. Sementara itu sisasisa tanaman padi sebelumnya serta tumbu-tumbuhan lain di sawah dibersihkan. Sementara itu sudah disiapkan juga tempat untuk menyebarkan benih. Persemaian itu berupa bidang-bidang kecil pada bagian sawah yang mudah diberi iar, yang sebelumnya telah dioalah dengan cangkul dan diratakan. Peran Petani Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Akhir-akhir
ini
perempuan
seolah
menjadi
peyelamat
dalam
hal
perekonomian. Berbicara mengenai ekonomi, tidak lepas juga berbicara mengenai perempuan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pekerjaan mencari nafkah adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan uang atau upah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kebanyakan biasanya dikerjakan oleh kaum pria. Akan tetapi sekarang ini semuanya tidak seperti itu lagi, mengingat keperluan atau kebutuhan sehari-hari sering mengalami peningkatan harga, maka mengharuskan kaum perempuan khususnya, yang sudah berkeluarga ikut serta dalam menambah penghasilan sang suami. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas perempuan pada umumnya hanya bekerja dan mengurus rumah tangga tetapi perempuan yang ada di Desa Motilango tidak hanya mengerjakan pekerjaan domestiknya saja, mereka juga ada yang bekerja di sektor pertanian, baik usaha tani milik mereka sendiri ataupun milik orang lain.
12
Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan bekerja tidaklah hanya untuk kepentingan mereka sendiri, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dan tekanan kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi. Hal ini dapat terlihat pada masyarakat yang ada di Desa Motilango, khususnya para ibu rumah tangga. Sebagian dari mereka tidak hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja, melainkan juga mereka berprofesi sebagai tenaga kerja. Secara otomatis peran perempuan bekerja menjadi ganda ketika perempuan diwajibkan untuk melayani suami dan mendidik anak-anak mereka. Selain menjadi ibu rumah tangga para petani perempuan ini juga harus bekerja demi kesejahteraan keluarganya. Saran a. Diharapkan kepada para petani perempuan yang ada di Desa Motilango selain bekerja membantu suami untuk mencari nafkah, agar dapat memperhatikan pekerjaan domestik juga, sebab jika keduanya berjalan dengan baik maka, kehidupan keluarga juga akan terasa tentram dan harmonis walaupun kehidupan ekonomi tidak terlalu mencukupi. b. Diharapkan kepada mahasiswa sosiologi untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap petani perempuan pada masyarakat Desa Motilango, agar diketahui secara jelas bagaimana peran petani perempuan dalam meningkatkan pendapatan kelaurga khususnya pada masyarakat Desa Motilango.
13
DAFTAR PUSTAKA A. Buku : Black, A. James dan Champion. J. Dean. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Penerbit Refika Aditama, 1999. Hardjodinomo, Soekirno. Cara Bertanam Padi. Bandung: Percetakan Binacipta, 1987. Naszir, Nasrullah. Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Penerbit Widya Padjajaran, 2008. Narbuko Cholid dan Achmadi Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Rahardjo. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian: Yogyakarta: Gajah Mada Unuversity Press, 2010. Sugihastuti dan Septiawan Hadi Itsna. Gender & Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest. 2010. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Sunnaru, Samsi. Dampak Pembangunan Pertanian Terhadap Wanita Desa. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990. Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar – Teori & Konsep Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2009. Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2011. Spradley, J.P. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Sajogyo, Pudjiwati. Sosiologi Pedesaan. Jogjakarta: Gajah Mada, 2007. --------. Peranan Wanita Dalam Pengembangan Ekonomi. Jakarta: Obor, 1994. Willis, Sofyan. Sosiologi Keluarga. Bandung: Alfabeta, 2012. B. Jurnal : Haryanto, Sugeng. (2008). “Peran Aktif Wanita Dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin.” Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 9. No 2.
14
C. Internet : Hardiana. “Teori teori Sosiologi.” http :// repository.usu.ac.id/wibstream/ 123456789 /3837/1. (18 Feb. 2014). http://id.wikipedia.org/wiki/Desa.. D. Karya Imiah : Jume’edy. Peran Wanita Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan (Suatu Penelitian di Kelurahan Ujungbatu Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara). Semarang: Program Studi Magister Manajemen Sumber Daya Petani Universitas Diponegoro. 2005.
15