i
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT
GINA NEFSTIA SHABRINA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Gina Nefstia Shabrina NIM I34110097
iii
ABSTRAK Gina Nefstia Shabrina. Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN dan MAHMUDI SIWI Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab yang mutlak dilakukan oleh perusahaan sebagai kewajiban terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Program CSR menjadi sebuah solusi dalam pemecahan masalah di tengah masyarakat terkait dengan dampak operasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan modal sosial, efektivitas Program Kemitraan, dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kekuatan modal sosial masyarakat yang tergolong cukup kuat, efektivitas Program Kemitraan tergolong cukup tinggi dan taraf hidup mayoritas pada tingkat sedang. Pada penelitian ini modal sosial dapat meningkatkan efektivitas Program Kemitraan dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, terdapat hubungan antara modal sosial dengan efektivitas program dan taraf hidup masyarakat. Kata kunci : CSR, efektivitas program, modal sosial, taraf hidup. ABSTRACT Gina Nefstia Shabrina. Role of Social Capital to Improve Program Effectiveness of Corporate Social Responsibility and Community’s Standard of Living. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN and MAHMUDI SIWI Corporate social responsibility is a form of responsibility which is to be conducted by the company as an obligation towards community. CSR programs become a solution in solving problems in the community related to the impact of operations. This study aimed to analyze the strength of social capital, the effectiveness of the kemitraan program, and community’s standard of living. This study use quantitative methods supported by qualitative data. Quantitative data were collected through a structured interview using a questionnaire. While the qualitative data were collected through interviews and documents. Results of this study showed the power of community social capital is quite strong, the effectiveness of the kemitraan program is quite high and the standard of living of the majority at a medium level. In this study social capital can improve the effectiveness of the kemitraan program and community’s standard of living. In addition, there is also a relationship between capital social with the effectiveness of program and community’s standard of living. Keywords : CSR, program efectiveness, social capital, standard of living.
iv
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT
GINA NEFSTIA SHABRINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
v
Judul Skripsi : Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat Nama : Gina Nefstia Shabrina NIM : I34110097
Disetujui oleh
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS Pembimbing I
Mahmudi Siwi, SP, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus : ______________
vi
PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang maha Esa yang kebenaran dan keberadaan-Nya tidak dapat diragukan oleh siapapun. Berkat rahmat nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Peranan Modal Sosial dalam Meningkatkan Efektivitas Program Corporate Social Responsibility dan Taraf Hidup Masyarakat” dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak Februari 2014 di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran modal sosial masyarakat sekitar perusahaan terhadap berkembangnya program CSR ANTAM Pongkor. Kemudian menganalisis hubungan modal sosial terhadap efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dan menganalisis hubungan efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dengan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan. Ucapan terimakasih dan rasa hormat yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Bapak Mahmudi Siwi, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang paling dalam untuk kedua orang tua yang telah memberikan semangat lahir dan batin Ibunda Hesti dan Ayahanda Conefi Antono yang telah memberikan motivasi dan doa yang tidak pernah ada habisnya, dan juga kepada Adikku Muhammad Irsyadh Pribadi yang juga selalu memberikan doa dan semangat dalam kehidupan penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar SKPM 48 dan teman-teman sebimbingan. Terima kasih kepada sahabat dalam suka duka yaitu Novia, Cynda, Amel, Hafid, Kiki, Pingkan, Tara, Dhira, Lingga, Wenny, dan Ami sebagai teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memberikan semangat. Terimakasih pun tidak lupa penulis sampaikan kepada Farhat Zhilal yang memberikan semangat dan menemani dalam pengumpulan data di lapangan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2015
Gina Nefstia Shabrina
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep Modal Sosial Komponen Modal Sosial Dimensi Modal Sosial Konsep Efektivitas Konsep Taraf Hidup Kerangka Penelitian Hipotesis Penelitian Hipotesisi Uji Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Informan dan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data PROFIL KOMUNITAS DESA BANTARKARET Kondisi Geografis Struktur Sosial Kondisi Sarana dan Prasarana Pola Kebudayaaan Pola Adaptasi Ekologis Karakteristik Responden Ikhtisar SEJARAH DAN PROGRAM KEMITRAAN CSR ANTAM Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Departemen CSR Visi dan Misi Departemen CSR Program CSR ANTAM Program Kemitraan CSR ANTAM Awal Pelaksanaan Program Implementasi Program Hasil Program
ix x x 1 1 3 4 5 7 7 7 9 9 10 11 12 12 13 13 14 21 21 21 22 23 25 25 26 28 29 30 30 32 33 33 33 34 35 37 38 39 40
viii
Ikhtisar MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN DAN TARAF HIDUP Modal Sosial Tingkat Jaringan Tingkat Kepercayaan Hubungan Sosial Kekuatan Modal Sosial Efektivitas Program Tingkat Manfaat Tingkat Partisipasi Tingkat Keberlanjutan Tingkat Keberdayaan Tingkat Dampak Tingkat Kesesuaian Tingkat Efektivitas Program Kemitraan Taraf Hidup Ikhtisar HUBUNGAN MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN DAN TARAF HIDUP Hubungan Modal Sosial dengan Efektivitas Program Kemitraan Hubungan Efektivitas Program Kemitraan dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Bantarkaret Hubungan Modal Sosial dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Bantarkaret Ikhtisar PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
41 43 43 43 44 46 47 49 49 50 50 51 52 52 53 54 60 61 61 62 63 64 65 65 66 67 89
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial Definisi operasional kekuatan modal sosial Definisi operasional tingkat efektivitas program Definisi operasional perubahan taraf hidup Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan agama Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan mata pencaharian Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bantarkaret Jumlah sarana keagamaan di Desa Bantarkaret Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah responden berdasarkan kelompok umur Jumlah responden berdasarkan jenis mata pencaharian Persentase RKA dan realisasi CSR 2014 Persentase RKA dan realisasi Program Community Development Persentase RKA dan realisasi Program Kemitraan Persentase RKA dan realisasi Program Bina Lingkungan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat jaringan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kepercayaan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan modal sosial Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat manfaat Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat partisipasi Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberlanjutan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberdayaan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat dampak Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kesesuaian Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program Kemitraan Taraf hidup berdasarkan pengeluaran masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan pendapatan masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan tabungan masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan luas rumah masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan jenis lantai bangunan masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan jenis dinding bangunan masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan fasilitas buang air besar masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan sumber penerangan masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan sumber air minum masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan bahan bakar memasak masyarakat Desa Bantarkaret
8 14 15 17 22 27 27 28 28 29 31 31 31 36 36 37 37 43 45 46 47 49 50 51 51 52 53 53 55 55 56 56 56 57 57 57 58 58
x
39 40 41 42 43 44 45
Taraf hidup berdasarkan transportasi masyarakat Desa Bantarkaret Taraf hidup berdasarkan tempat berobat masyarakat Desa Bantarkaret Skor taraf hidup dan kategori masyarakat berdasarkan tahun mengikuti Program Kemitraan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan taraf hidup Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial dengan taraf hidup
58 59 59 59 61 62 63
DAFTAR GAMBAR 1 Konsep Triple Bottom Line 2 Kerangka pemikiran peranan modal sosial dalam meningkatkan efektivitas program corporate social responsibility dan taraf hidup masyarakat 3 Piramida penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin 4 Bagan dari struktur organisasi CSR PT. ANTAM (Persero) Tbk, UPBE Pongkor 5 Persentase masyarakat berdasarkan jaringan masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 6 Persentase masyarakat berdasarkan kepercayan masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 7 Persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 8 Persentase masyarakat berdasarkan modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 9 Persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program Kemitraan Desa Bantarkaret Tahun 2015
7
13 26 34 44 45 47 48 54
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Rencana jadwal penelitian Peta Desa Bantarkaret Desa Bantarkaret berdasarkan RW, RT dan kampung Hasil uji kolerasi rank spearman Indeks komposit Dokumentasi penelitian Tematik catatan harian
72 73 74 75 77 78 80
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut salah satunya terlihat pada sumberdaya pertambangan. Berdasarkan data Indonesia mining asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang. Cadangan emas Indonesia berkisar 2.3% dari cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi terbesar di dunia (Dahlius [tidak ada tahun]). Sehubungan dengan sumberdaya alam yang melimpah, berkembang perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan tidak selamanya baik, ada pula dampak buruk yang ditimbulkan terhadap masyarakat akibat usaha yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat serta menjalankan visi perusahaan. Pada kenyataannya masih banyak diantara perusahaanperusahaan yang mengabaikan isu-isu seperti kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar perusahaan. Permasalahan tersebut diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 Butir 3. Peraturan tersebut mengharuskan tiap perusahaan melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Serupa dengan konsep Corporate Social Responsibility, yang dikenal dengan sebutan CSR. Definisi CSR menurut ISO 26000 (Jalal 2011) adalah bentuk tanggung jawab organisasi terhadap dampak dari keputusan dan aktivitas organisasi terhadap masyarakat serta lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; turut mempertimbangkan harapan dari pemangku kepentingan; sejalan dengan hukum yang berlaku dan sesuai dengan norma-norma universal; dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam hubungan-hubungannya. Aturan ini sebagai standar pentingnya perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. CSR menjalankan kegiatan yang menitikberatkan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan seperti mengacu pada konsep Triple Bottom Line (People, Profit, Planet). Didukung pernyataan Bowen (1985) dalam Solihin (2009), bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Setiap perusahaan tidak bisa hanya mengeruk laba sebanyak-banyaknya namun juga tetap memperhitungkan dampak operasi perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Konsep CSR menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perusahaan dan masyarakat, sehingga kedua stakeholder tersebut harus memiliki modal sosial. Modal sosial juga sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view),
2
kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dan Cullen 2000 dalam Nasdian 2014). Dalam suatu pembangunan, modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koodinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama (Daryanto 2004). Berdasarkan definisi tersebut menggambarkan hubungan modal sosial dan perilaku masyarakat dengan sesamanya dilihat dari hubungan timbal balik dan solidaritasnya. Modal sosial merupakan faktor pendukung yang dapat mempermudah membangun masyarakat. Peran modal sosial sangat penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini berkaitan dengan timbulnya unsur jaringan, kepercayaan, hubungan sosial didalam modal sosial untuk mendukung keberlanjutan program CSR. Penerapan atau implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam masyarakat/komunitas tidak selalu berjalan dengan baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki indikator keberhasilan program CSR. Indikator ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengetahui keberhasilan pelaksanaan CSR. Keberhasilan program dapat diukur dengan indikator efektivitas program. Menurut Supriadinata dan Goestaman (2013), Efektivitas program harus sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial. Efektivitas program CSR bermanfaat bagi perusahaan program CSR dalam meningkatkan citra perusahaan, selanjutnya dapat meningkatkan keuntungan bagi masyarakat melalui program CSR diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan, dan bagi pemerintah melalui program CSR dapat meminimalisir bahkan menyelesaikan masalah sosial yang ada. Oleh karena itu, pencapaian program CSR ini sangat berkaitan dengan perilaku dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. PT ANTAM (Persero), Tbk Unit Pertambangan Bisnis Emas Pongkor yang selanjutnya akan disingkat ANTAM Pongkor atau ANTAM menjadikan salah satu fokus perhatian melalui program CSR. Dikutip dari PT. Aneka Tambang (2013), ANTAM Pongkor adalah salah satu bisnis yang dimiliki oleh PT. ANTAM (Persero), Tbk. ANTAM Pongkor merupakan Badan Usaha Milik Negara yang beroperasi tahun 1994, bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam yakni emas dan perak. Corporate Social Responsibility menurut ANTAM Pongkor dimaknai sebagai suatu komitmen usaha untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik. Implementasi CSR ANTAM Pongkor dituangkan dalam disain lima tahunan rencana CSR ANTAM (master plan). Kehadiran ANTAM Pongkor ditengah-tengah masyarakat tidak semata-mata hanya sebagai entitas perusahaan melainkan juga sebagai bagian dari entitas sosial yang hidup berdampingan dan saling mempengaruhi dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam mewujudkan program unggulan dalam CSR, ANTAM Pongkor membaginya dalam tiga bidang
3
yakni; Community Development (Pengembangan masyarakat), Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL). Kegiatan CSR ANTAM Pongkor menghasilkan perubahan penting bagi masyarakat. Salah satunya desa ring 1 yang berbatasan langsung dengan ANTAM yaitu Desa Bantarkaret. Desa Bantarkaret merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Nanggung. Berdasarkan monografi desa, Desa Bantarkaret memiliki luas lahan total sebesar 841.04. Pada tahun 1990 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kecamatan Nanggung menempati urutan terbawah. Kondisi daerahnya masih terisolir dan terburuk dari aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi serta infrastruktur. Kemudian dikutip dari PT. Aneka Tambang (2013), hadirnya ANTAM menjadikan IPM pada tahun 2000 naik dua tingkat menjadi tingkat middle. Hadirnya ANTAM ditengah-tengah masyarakat Desa Bantarkaret memperhatikan MDGs (Millenium Development Goals) dalam perumusan progam/kegiatan CSR yaitu tentang IPM yang sudah dirintis sejak 1990-an yaitu untuk menguak isolasi daerah baik isolasi fisik (geografis) maupun isolasi sosiologis. Peranan modal sosial dalam pembangunan sangat erat kaitannya, dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dimensi kultural dan pendayagunaan peran lembaga-lembaga yang tumbuh dalam masyarakat untuk mempercepat dan mengoptimalkan proses-proses pembangunan (Inayah 2012). Oleh karena itu, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana peran modal sosial dalam meningkatkan efektivitas program CSR dan taraf hidup masyarakat?
Masalah Penelitian Brehm dan Rahn (1997) dalam Daryanto (2004), berpendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Sebelum melihat implementasi program CSR, maka penting untuk dikaji jaringan kerjasama antar stakeholder, kepercayaan antar masyarakat dan hubungan sosial antar masyarakat dengan perusahaan. Svendsen (1998) dalam Rahardja et al. (2011), modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan. Pentingnya mengembangkan jejaring sosial yang kuat dan memanfaatkan sumberdaya sosial dalam memberikan kontribusi terhadap capaian kinerja finansial perusahaan. Artinya kinerja finansial perusahaan masih dapat ditingkatkan apabila dua indikator dalam variabel modal sosial tersebut semakin dikuatkan. Dalam hal ini, yang menjadi bahan kajian adalah kekuatan modal sosial yang terbentuk antara masyarakat sekitar dengan perusahaan. Oleh karena itu, salah satu rumusan masalah yang dilihat yakni bagaimana peran modal sosial masyarakat sekitar perusahaan terhadap program CSR ANTAM Pongkor? Peran modal sosial penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pencapaian tujuan program yang dibuktikan dalam efektivitas program CSR dalam Prayogo dan Hilarius (2012). Menurut Barnard dikutip Yulianti (2012), pengertian efektif dan efisien dikaitkan dengan sistem
4
kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Pada implementasi CSR, apakah ada keterkaitan antara modal sosial masyarakat dengan pencapaian tujuan program. Adakah unsur-unsur modal sosial yang berperan penting bagi keefektifan program atau tidak sama sekali? Menarik untuk selanjutnya membahas keterkaitan antara modal sosial dan efektivitas program. Oleh karena itu pertanyaan penelitian selanjutnya adalah bagaimana hubungan modal sosial terhadap efektivitas program CSR ANTAM Pongkor? Efektivitas menurut Hadayaningrat (1995) dalam Yulianti (2012) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Salah satu capaian pada implementasi CSR dapat memberikan peningkatan pada kondisi ekonomi dan kondisi sosial. Menurut Supriadinata dan Goestaman (2013), efektivitas program harus sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan suatu program dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan indikator taraf hidup. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis hubungan efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dengan taraf hidup masyarakat desa sekitar perusahaan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka secara umum penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran modal sosial dalam meningkatkan efektivitas program CSR dan taraf hidup masyarakat. Setelah itu tujuan khusus penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan peran modal sosial masyarakat sekitar perusahaan terhadap berkembangnya program CSR ANTAM Pongkor. 2. Menganalisis hubungan modal sosial terhadap efektivitas program CSR ANTAM Pongkor. 3. Menganalisis hubungan efektivitas program CSR ANTAM Pongkor dengan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan.
5
Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian mengenai Analisis Modal Sosial Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran yang dilakukan oleh PT ANTAM Pongkor dalam aktivitas CSR sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memberi manfaat bagi masyarakat dalam mengoptimalkan peranan program CSR perusahaan. Bagi perusahaan, sebagai sarana membentuk strategi baru terhadap apa dan bagaimana seharusnya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.
6
7
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep corporate social responsibility (CSR) merupakan perkembangan dari ketiga konsep yaitu konsep social sustainability, economic sustainability dan environmental sustainability dalam melaksanakan tanggung jawab sosial (Anatan 2008). Johnson (2006) dalam Hadi (2011), mendefinisikan tanggungjawab perusahaan (CSR) adalah bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan terhadap masyarakat. John Elkington memandang bahwa inti dari CSR yaitu pembangunan berkelanjutan, yang digambarkan sebagai triple bottom line sebagai pertemuan tiga pilar pembangunan yaitu “sosial, lingkungan, dan keuntungan” yang merupakan tujuan pembangunan (Rachman, Efendi, dan Wicaksana 2011 dalam Irawan 2013). Sosial (people)
3P Lingkungan (planet) (people)
Keuntungan (profit)
Sumber: Hadi (2011)
Gambar 1 Konsep Triple Bottom Line Menurut Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan (profit) ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat (people) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). CSR juga merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (Anatan 2008). Bowen dikutip Solihin (2009), berpendapat bahwa pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Seperti yang telah ditekankan oleh Bowen, kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar kepada keselarasan dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (values) dari suatu
8
masyarakat. dua premis dasar tanggung jawab sosial: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat; (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral (moral agent) dalam masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Premis kedua ini memuat dimensi etika dan tanggung jawab sosial (Solihin 2009). Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat yaitu program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut dikutip Ambadar (2008): Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial Paradigma Motivasi
Misi
Pengelolaan
Charity Agama, tradisi, adaptasi
Philanthropy Norma, etika, dan hukum universal
Mencari dan Mengatasi masalah mengatasi akar setempat masalah Jangka pendek, Terencana, mengatasi masalah terorganisir, sesaat terprogram
Pengorganisasian
Kepanitiaan
Yayasan / dana abadi / profesionalitas
Penerima Manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Good Corporate Citizenship (GCC) Pencerahan diri & rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontribusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah (sosial & pembangunan serta keterlibatan sosial)
Sumber: Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)
Berbeda dengan aktivitas charity, pada Tabel 1 terlihat jelas bahwa dalam aktivitas philanthropy, aktivitas lebih didorong oleh norma, etika dan hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, inspirasi aktivitas adalah untuk memenuhi kepentingan semua pihak. Tampak bahwa Community Development (Comdev) merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. CSR yang berbasiskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, selain untuk mencapai keuntungan optimum juga bermanfaat bagi komunitas (Ambadar 2008). Susanto (2009) dalam Irawan (2013) memaparkan ada enam manfaat program CSR bagi perusahaan yakni sebagai berikut: (1) mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan, (2) pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis, (3) keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (4) mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholder-
9
nya, (5) meningkatkan penjualan, (6) inisiatif-inisiatif lainnya, seperti inisiatif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Konsep Modal Sosial Modal sosial adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dan Cullen 2000 dalam Nasdian 2014). Sementara menurut Suharto (2006), modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi tersebut, seperti: terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Dalam suatu pembangunan, modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (noms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama (Daryanto 2004). Definisi modal sosial menurut beberapa ahli dikutip Inayah (2012) yaitu: 1. Putnam et al. menyatakan modal sosial adalah penampilan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (atau hal timbal balik), dan jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat), yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. 2. Fukuyama menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas. 3. Eva Cox menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi. Komponen Modal Sosial BPS (2013), menyajikan ukuran modal sosial dalam masyarakat dengan membaginya menjadi: 1. Tingkat jaringan adalah kemudahan dalam memperoleh/mengakses pendidikan, kesehatan, serta pelayanan masyarakat lainnya 2. Tingkat kepercayaan adalah keadaan mempercayai atau meyakini keberadaan orang lain untuk membantu/menolong 3. Hubungan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi antar manusia satu dengan lainnya sehingga kehidupan lebih baik Merujuk pada Ridell (1997) dalam Suharto (2006) dijelaskan bahwa terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:
10
1.
Kepercayaan Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubunganhubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya Robert (2002).
2.
Norma Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama (Putnam 1993 dalam Fukuyama 1995). Normanorma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. 3.
Jaringan Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia Putnam (1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringanjaringan sosial yang kokoh. Putnam (1995) mengemukakan argumennya bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya. Dimensi Modal Sosial Dimensi-dimensi yang terkandung dalam modal sosial meliputi: 1. Integrasi (integration), yaitu ikatan yang kuat antara anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya. Contohnya ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik dan agama. 2. Pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain diluar komunitas asal, berupa jejaring (network), dan asosiasi-asosiasi yang bersifat kewarganegaraan (civil associations) yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik dan agama. 3. Integritas organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan.
11
4. Sinergi (synergy), yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintah dengan komunitas (state-community relations). Fokus dalam perhatian sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak bagi partisipasi warga negaranya. Dimensi pertama dan kedua berada pada tingkat horizontal, sedangkan dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar berada pada tingkat vertical (Woolcock dalam Nasdian 2014). Konsep Efektivitas Menurut Barnard (Nurudin 2007 dalam Yulianti 2012), pengertian efektif adalah efisien dikaitkan dengan sistem kerja sama seperti dalam organisasi perusahaan atau lembaga pemerintahan, yaitu efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Sementara efisiensi dalam hubungan kerjasama suatu sistem merupakan hasil gabungan efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu. Efektivitas program harus sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan program yang memiliki dampak positif dalam menyelesaikan masalah lingkungan sosial (Supriadinata dan Goestaman 2013). Definisi efektivitas yang dikutip oleh Yulianti (2012) yaitu: 1. Menurut Hadayaningrat (1995), efektivitas merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. 2. Menurut Susanto (1975), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Dalam Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator dalam mengukur efektivitas program dibagi menjadi enam yaitu: 1. Efectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya, 2. Relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal, 3. Sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen, 4. Impact dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif dari program, 5. Empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat keberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen, 6. Participation dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program.
12
Konsep Taraf Hidup Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia. Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga kelangsungan hidup. Menurut Badan Pusat Statistik (2005) dalam Sugiharto (2007), indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada depalan yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan masuk jenjang pendidikan, kemudahaan mendapatkan fasilitas transportasi. Sementara, taraf hidup dari BPS dalam Rahman (2009) yaitu variabel kemiskinan yaitu luas lantai bangunaan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu per minggu, pembeliaan pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup menjadi penting untuk diperhatikan, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh berbagai definisi CSR bahwa salah satu tujuan diadakannya program adalah adanya peningkatan taraf hidup. Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar.
Kerangka Penelitian Perusahaan memiliki strategi dan kebijakan tersendiri dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Rahardja et al. (2011), modal sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR. Modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan. Modal sosial yang terdapat dalam masyarakat akan diidentifikasi terkait hubungan antar masyarakat. Terdapat tiga parameter kapital sosial yaitu jaringan, kepercayaan, hubungan sosial. Komponen modal sosial tersebut kemudian akan diteliti hubungannya dengan efektivitas program CSR. Efektivitas merupakan indikator keberhasilan suatu program. Menurut Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Komponen penilaian efektivitas program CSR yaitu tingkat manfaat, tingkat kesesuaian, tingkat keberlanjutan, tingkat dampak, tingkat keberdayaan, serta tingkat partisipasi.
13
Tingkat efektivitas program CSR dapat mendorong perubahan tingkat taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan. Kekuatan Modal Sosial - Tingkat Kepercayaan - Tingkat Jaringan - Hubungan Sosial Taraf Hidup -
Efektivitas Program (Prayogo dan Hilarius 2012) -
Tingkat Manfaat Tingkat Kesesuaian Tingkat Keberlanjutan Tingkat Dampak Tingkat Keberdayaan Tingkat Partisipasi
Gambar 2
Luas lantai Jenis lantai Jenis dinding Fasilitas buang air besar Sumber penerangan Sumber air minum Bahan bakar Pendapatan Pengeluaran Tabungan Kepemilikan Aset Kemampuan berobat
Kerangka pemikiran peranan modal sosial dalam meningkatkan efektivitas program corporate social responsibility dan taraf hidup masyarakat
Keterangan: Hubungan
Hipotesis Penelitian Dari kerangka penelitian yang telah dibahas dapat dirumuskan hipotesis, yaitu: 1. Semakin kuat modal sosial, maka semakin tinggi efektivitas program CSR. 2. Semakin tinggi efektivitas program CSR, maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat. 3. Semakin kuat modal sosial, maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat.
Hipotesis Uji 1. Terdapat hubungan antara modal sosial dengan efektivitas program CSR; 2. Terdapat hubungan antara efektivitas program CSR dengan tingkat taraf hidup; dan 3. Terdapat hubungan antara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat
14
Definisi Operasional
Kekuatan Modal Sosial Menurut BPS (2013) penyajian ukuran modal sosial dalam masyarakat dengan membaginya menjadi tingkat kepercayaan, tingkat jaringan dan hubungan sosial. Pada penelitian ini setiap aspek pernyataan memiliki 4 variasi jawaban yang terdiri dari “sangat tidak setuju” dengan skor 1, “tidak setuju” dengan skor 2, “setuju” dengan skor 3, dan “sangat setuju” dengan skor 4. Jika keseluruhan pada aspek modal sosial memiliki total skor terendah kurang dari 56 dan total skor tertinggi lebih dari 89. Setelah itu, penilaian dikategorikan sesuai dengan kategori lemah (skor 1), sedang (skor 2) dan kuat (skor 3). Tabel 2 Definisi operasional kekuatan modal sosial No
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan BPS, 2013
1.
Tingkat kepercayaan
Keadaan mempercayai atau meyakini keberadaan orang lain untuk membantu/menolong
1: Sangat Tidak Setuju 2: Tidak Setuju 3: Setuju 4: Sangat Setuju
2.
Tingkat jaringan
Kemudahan dalam memperoleh/mengakses pendidikan, kesehatan, serta pelayanan masyarakat lainnya
1: Sangat Tidak Setuju 2: Tidak Setuju 3: Setuju 4: Sangat Setuju
Ordinal
BPS, 2013
3.
Hubungan sosial
Kekuatan norma dan kemampuan untuk berinteraksi antar manusia satu dengan lainnya sehingga kehidupan lebih baik
1: Sangat Tidak Setuju 2: Tidak Setuju 3: Setuju 4: Sangat Setuju
Ordinal
BPS, 2013
Tingkat Efektvitas Program Dalam Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator dalam mengukur efektivitas program yaitu tingkat manfaat, tingkat kesesuaian, tingkat
15
keberlanjutan, tingkat dampak, tingkat keberdayaan, dan tingkat partisipasi. Pada penelitian ini setiap aspek penilaiannya terdapat 5 pernyataan dan masing-masing pernyataan memiliki 2 variasi jawaban yang terdiri dari “tidak” dengan skor 1, dan “ya” dengan skor 2 sehingga pada setiap aspek akan memiliki total skor terendah 5 dan total skor tertinggi 10. Setelah setiap aspek penilaian dikategorikan sesuai dengan kategori rendah (skor 1), sedang (skor 2) dan tinggi (skor 3), selanjutnya dikategorikan menjadi efektivitas program secara keseluruhan. Tabel 3 Definisi operasional tingkat efektivitas program No
Variabel
Definisi Opersional Tingkat manfaat program CSR terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya Tingkat kesesuaian program CSR terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
1. Rendah: 5-6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
Ordinal
Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
Indikator
1
Tingkat manfaat
1. Rendah: 5-6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
2
Tingkat kesesuaian
3
Tingkat keberlanjutan
Tingkat keberlanjutan program CSR dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen
1. Rendah: 5-6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
Ordinal
Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
4
Tingkat dampak
Besaran (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif dari program CSR
1. Rendah: 5–6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
Ordinal
Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
16
No
Variabel
Definisi Opersional
Indikator
5
Tingkat keberdayaan
Seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program CSR, baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen
1. Rendah: 5-6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
6
Tingkat partisipasi
Seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program CSR.
1. Rendah: 5-6 2. Sedang: 7-8 3. Tinggi: 9-10
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
Ordinal
Dody Prayogo dan Yosep Hilarius
Taraf Hidup Perubahan yang dirasakan dan diperoleh oleh anggota masyarakat penerima program CSR setelah terlibat dalam program CSR dengan mengacu pada variabel-variabel taraf hidup menurut BPS (2005) dalam Sugiharto (2007). Pada penelitian ini variabel pengeluaran, pendapatan, tabungan dan luas rumah terlebih dahulu dilakukan standar deviasi sehingga dapat mengetahui rentan pada kategori rendah, sedang dan tinggi. Selanjutnya taraf hidup diukur menggunakan indeks komposit. Perhitungan taraf hidup menggunakan indeks komposit dimulai dengan membagi masyarakat berdasarkan kategori tahun mengikuti program Kemitraan. Selanjutnya memilih salah satu pilihan jawaban dari setiap variabel yang memiliki skor tertinggi dalam kuesioner. Kemudian menghitung persentase masyarakat dari masing-masing kategori tahun yang memiliki jawaban skor tertinggi tersebut, dan membaginya dengan rata-rata persentase dari kedua lapisan sosial lalu dikali 100. Berikut rumus perhitungan: Skor taraf hidup = Keterangan: : Persentase masyarakat yang memiliki jawaban terpilih (jawaban skor tertinggi) pada tiap kategori : Rata-rata persentase dari seluruh kategori \
17
Tabel 4 Definisi operasional perubahan taraf hidup 1
Jenis lantai bangunan tempat tinggal
Merupakan jenis lantai bangunan terluas yang menjadi tempat tinggal rumah tangga.
1. Tanah 2. Bambu 3. Kayu murah 4. Kayu mahal 5. Keramik 6. Lainnya
Jenis dinding terluas
Merupakan jenis dinding bangunan terluas yang menjadi tempat tinggal rumah tangga.
1. Rumbia Ordinal 2. Bambu 3. Kayu kualitas rendah 4. Tembok bata 5. Tembok beton 6. Lainnya 1. WC umum Ordinal 2. WC bersama tanah/seme n 3. WC bersama keramik 4. WC pribadi tanah/ semen 5. WC pribadi keramik 6. Lainnya
BPS (2005)
1. Sumber Ordinal penerangan : Obor 2. Senter/petr omak 3. Listrik nonPLN 4. Listrik PLN (bersama tetangga) 5. Listrik PLN 6. Lainnya
BPS (2005)
3
4
Fasilitas tempat buang air besar/WC
Merupakan jenis fasilitas yang dimiliki rumah tangga responden yang digunakan untuk aktivitas buang air besar.
Sumber penerangan
Merupakan sumber penerangan yang digunakan oleh rumah tangga responden dalam bangunan tempat tinggalnya.
Indikator
Sumber Rujukan BPS (2005)
Variabel
2
Definisi Opersional
Jenis Data Ordinal
No
dalam Sugiharto (2007)
dalam Sugiharto (2007)
BPS (2005)
dalam Sugiharto (2007)
dalam Sugiharto (2007)
18
No
Variabel
5
Sumber air minum
6
7
8
9
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan BPS (2005)
Definisi Opersional
Indikator
Merupakan sumber air yang digunakan untuk konsumsi minum maupun masak oleh rumah tangga responden Air sungai, air hujan.
1. mata air 2. Sumur, ledeng eceran 3. Ledeng meteran 4. Sumur bor/pompa terlindung 5. Air minum dalam kemasan/isi ulang 6. Lainnya
Merupakan jenis bahan bakar yang digunakan oleh rumah tangga responden untuk aktivitas memasak
1. Kayu bakar Ordinal 2. Minyak tanah 3. Kayu bakar dan Gas 4. Gas 5. Listrik 6. Lainnya
BPS (2005)
Kepemilikan alat transportasi utama
Merupakan jenis alat transportasi utama yang dimiliki oleh rumah tangga responden
1. Gerobak 2. Sepeda 3. Sepeda motor 4. Mobil untuk angkutan umum 5. Mobil untuk pribadi 6. lainnya
Ordinal
BPS (2005)
Tingkat pendapatan
Rata-rata hasil (X) kerja berupa uang yang diperoleh tiap individu per bulan, tingkat pendapatan diukur berdasarkan rataan pendapatan rumah tangga responden.
< X : Rendah = X : Sedang > X : Tinggi
Ordinal
Rata-rata (X) konsumsi/pengeluaran untuk pemenuhan
< X : Rendah = X : Sedang > X : Tinggi
Ordinal
Bahan bakar untuk memasak
Tingkat pengeluaran
dalam Sugiharto (2007)
dalam Sugiharto (2007)
dalam Sugiharto (2007)
BPS (2005)
dalam Sugiharto (2007)
BPS (2005)
dalam
19
No
Variabel
Definisi Opersional
Indikator
Jenis Data
kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatan (nonpangan). Pengukuran tingkat pengeluaran didasarkan pada pengeluaran rumah tangga responden untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan pendidikan dan jasa (non-pangan). 10
Tingkat tabungan
Jumlah pendapatan yang disimpan dalam bentuk uang. Dalam hal ini tingkat investasi diukur dengan jumlah pendapatan yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk uang. Tingkat tabungan dikategorikan berdasarkan nilai ratarata (X) dari keseluruhan.
Sumber Rujukan
Sugiharto (2007)
< X : Rendah = X : Sedang > X : Tinggi
Ordinal
BPS (2005)
dalam Sugiharto (2007)
20
21
PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis hubungan modal sosial, efektivitas progran CSR ANTAM dan taraf hidup masyarakat ini dilaksanakan di Desa Bantarkaret Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor selama tiga bulan terhitung mulai Bulan Februari-April 2015. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan berbagai pertimbangan, yaitu: 1. Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan ANTAM Pongkor yang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Aneka Tambang (Persero), Tbk yang bergerak di bidang pengelolaan emas dan perak. Perusahaan telah memanfaatkan sumberdaya alam untuk produksi tambang yang mereka jalankan. Keberadaan perusahaan ditengahtengah masyarakat mempunyai tanggung jawab sosial kepada lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian efektivitas program CSR khususnya dalam bentuk pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat sekitar perusahaan. 2. Berdasarkan hasil observasi, Desa Bantarkaret merupakan daerah Ring 1 karena lokasi kantor administrasi ANTAM berada di desa ini. Daerah ring 1 merupakan penerima manfaat terbesar yaitu sekitar 50%. 3. Terdapat hubungan efektivitas program CSR dengan taraf hidup masyarakat karena masyarakat Desa Bantarkaret adalah penerima manfaat terbesar. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Teknik Pemilihan Informan dan Responden Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu informan dan responden. Informan untuk memperoleh data kualitatif, sedangkan responden untuk data kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh, Desa Bantarkaret memiliki 13 RW, 38 RT atau 34 kampung dengan jumlah penduduk 10 329 jiwa. Penelitian ini membutuhkan responden yang merupakan penerima manfaat program CSR Kemitraan ANTAM. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang tinggal di Desa Bantarkaret. Pengambilan sample atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Pada awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan jumlah populasi masyarakat penerima manfaat program CSR Kemitraan sebanyak 82 orang di Desa Bantarkaret lalu dikategorikan sesuai jenis usaha dan tahun mengikuti program kemudian dilakukan metode simple random sampling. Unit contoh penelitian ini adalah rumah tangga dan unit sasaran pengamatannya adalah kepala rumah tangga (atau salah satu anggota rumah tangga). Unit sasaran pengamatan (responden) seluruhnya berjumlah 45 orang. Responden tersebut adalah penerima manfaat atau partisipan program CSR Kemitraan ANTAM Pongkor dan yang dipilih secara acak yang selanjutnya disebut dalam analisis laporan ini sebagai masyarakat desa atau warga desa
22
Sementara data kualitatif dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Pemilihan informan, sebagai sumber informasi primer untuk memperoleh data kualitatif, dengan menggunakan Teknik bola salju (snowball samping) dipilih dalam pengumpulan data dari infoman. Pengumpulan data dari informan melalui teknik ini digambarkan dengan perolehan dari satu informan ke informan lain. Pengumpulan data berhenti ketika informan lain tidak lagi menghasilkan pengetahuan dan informasi baru, sehingga dikatakan data berada pada titik jenuh. Dalam penelitian ini, informan yang diperlukan dalam pengumpulan infomasi adalah aparat desa, tokoh masyarakat, pihak CSR ANTAM Pongkor dan juga masyarakat penerima program CSR ANTAM Pongkor. Jika memungkinkan, beberapa responden yang telah mengisi kuesioner juga akan di wawancara lebih lanjut.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Berikut teknik pengumpulan data disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian No.
Data Wawancara terstruktur
Metode Pengamatan Data Sekunder Dokumen monografi desa
1.
Profil Desa dan Pola-Pola Adaptasi
2.
Profil perusahaan
3.
Kekuatan Modal Sosial
Responden
4.
Tingkat Efektivitas Program CSR Tingkat Taraf Hidup
Responden
Usaha Responden
Responden
Kondisi sosial dan ekonomi
5.
Dokumen ANTAM Pongkor Dokumen monografi desa
Wawancara Mendalam Aparat Desa, Tokoh Masyarakat dan Responden Manager diwakilkan staf perusahaan Aparat desa, Masyarakat dan Tokoh masyarakat Pihak CSR ANTAM, Responden Aparat desa, Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat
Data primer diperoleh langsung dari lapang melalui survei dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam dengan informan dan pengamatan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, kecamatan, pemerintah daerah Kabupaten Bogor, dan ANTAM Pongkor. Selain itu juga dapat diperoleh dari buku, Undang-Undang, dan jurnal-jurnal hasil penelitian terkait modal sosial, efektivitas program CSR, taraf hidup dan data monografi serta profil desa.
23
Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 45 responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data primer kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada sejumlah informan yang diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan cara “direkam” dalam suatu manuskrip catatan harian menurut tematik. Setelah pengumpulan data primer kualitatif selesai kemudian, dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kepada 45 responden.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis datanya, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan aplikasi microsoft excel 2010 dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20.0 dalam bentuk tabel frekuensi, grafik, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data dari masing-masing variabel dan hubungan antar variabel. Berdasarkan uji reliabilitas pada seluruh pertanyaan dalam kuesioner dihasilkan Cronbach's Alpha sebesar 0.8 dalam 64 pertanyaan total (lihat Lampiran 4). Menurut standar statistika ditetapkan Cronbach's Alpha >0.5 berarti reliabel. Taraf nyata yang digunakan dalam pengolahan data kuantitatif adalah 95% atau nilai α sebesar 5%. Kemudian untuk melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antar dua variabel, digunakan pendapat dari Sarwono (2009) dalam Rahmah (2014) dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: a. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. > 0 – 0.25 : Korelasi sangat lemah c. > 0.25 – 0.5 : Korelasi cukup kuat d. > 0.5 – 0.75 : Korelasi kuat e. > 0.75 – 0.99 : Korelasi sangat kuat f. 1 : Korelasi sempurna Pengolahan data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap. Pertama tahap reduksi data, dimulai dari proses merangkum, memilih hal-hal pokok, menyederhanakan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Reduksi data bertujuan untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua penyajian data dalam bentuk uraian singkat yang mudah dibaca untuk mempermudah penelitian dalam mengorganisir data, menyusun pola dan memahami data yang diperoleh. Ketiga penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah.
24
25
PROFIL KOMUNITAS DESA BANTARKARET Secara administratif Desa Bantarkaret berada di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Batas wilayah Desa Bantarkaret dapat dilihat dari: 1. Sebelah utara : Desa Pangkal Jaya 2. Sebelah timur : Kecamatan Leuwiliang 3. Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi 4. Sebelah barat : Desa Curugbitung. Jarak Desa Bantarkaret dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 15 km sedangkan jarak dari Pemerintahan Kabupaten Bogor sekitar 70 km. Terdapat angkutan umum yang melewati Desa Bantarkaret. Sarana transportasi yang menghubungkan desa dengan wilayah sekitarnya termasuk lancar. Hal ini dibuktikan dengan ketersediaan angkutan umum maupun ojeg yang memungkinkan akses masyarakat terhadap fasilitas publik seperti pendidikan, perdagangan, dan rekreasi berlangsung cepat. Kelembagaan yang ada di Desa Bantarkaret di antaranya adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan jumlah pengurus sebanyak 11 orang, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan jumlah pengurus sebanyak 50 orang, Dewan Keluarga Masjid (DKM) dengan jumlah pengurus sebanyak 15 orang dan Perlindungan Masyarakat atau disebut Linmas dengan jumlah anggota sebanyak 40 orang. Desa Bantarkaret memiliki kelembagaan kemasyarakatan dengan perangkat desa yang terdiri dari: : 2 orang 1. Sekretaris Desa 2. Kepala Urusan : 5 orang : 7 orang 3. Kepala Dusun 4. Bendahara Desa : 1 orang 5. Staf : 3 orang 6. Badan Permusyawaratan Desa : 11 orang Desa Bantarkaret terdiri dari tujuh Dusun, 13 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT). Masing-masing RW terdiri dari dua sampai lima RT yang terdapat pada Lampiran 3.
Kondisi Geografis Desa Bantarkaret adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 841.04 ha. Desa Bantarkaret memiliki bentuk wilayah berbukit dan bergunung dengan kemiringan 21-40o. Ketinggian desa ini adalah sekitar 700 mdpl dengan curah hujan 400-800 mm/tahun dan kelembaban dengan suhu rata-rata 26-34o C. Sehingga Desa Bantarkaret cocok sebagai wilayah pertanian dan perkebunan. Lahan persawahan Desa Bantarkaret sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sedangkan dibeberapa kampung menggunakan irigasi tradisional. Mayoritas warga Desa Bantarkaret yang bermata pencaharian sebagai petani,
26
biasanya menggarap lahan milik sendiri, sedangkan sisanya menggarap lahan milik orang lain. Secara umum, kondisi jalan di Desa Bantarkaret cukup baik namun, masih banyak jalan yang berlubang dan berbatuan menuju kampung ke kampung. Hal ini membuat beberapa warga asli Bantarkaret pun ada yang belum pernah mengunjungi kampung-kampung yang jauh karena sulitnya akses jalan. Kemudian, terdapat sungai yang melintasi Desa Bantarkaret yaitu Sungai Cikaniki. Menurut warga dahulu sungai tersebut biasa digunakan untuk mencuci, memancing dan air minum. Saat ini Sungai Cikaniki sangat keruh dan tidak dapat lagi dimanfaatkan karena sudah tercemar oleh limbah pengolahan emas.
Struktur Sosial Desa Bantarkaret dengan luas wilayah 841.04 ha memiliki jumlah penduduk sebanyak 10 329 jiwa. Penduduk Desa Bantarkaret sangat beragam. Keberagaman ini dapat dilihat dari kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, stastus kewarganegaraan, agama hingga tingkat pendidikan. Berikut piramida penduduk Desa Batar Karet: 70 Keatas 65 – 69 60 – 64 55 – 59 50 – 54 45 – 49 40 – 44 35 – 39
Laki-Laki
30 – 34
Perempuan
25 – 29 20 – 24 15 – 19 10 – 14 5–9 0–4 15%
10%
5%
%
5%
10%
15%
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Gambar 3 Piramida Penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa penduduk berjenis kelamin laki-laki jumlah terbanyak ada pada kelompok umur 20-24 tahun. Pada penduduk berjenis kelamin perempuan jumlah terbanyak ada pada kelompok umur 60-64
27
tahun. Berdasarkan jumlah penduduk gabungan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak ada pada kelompok umur 20-24. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bantarkaret berusia produktif. Selain itu bila dianalisis menggunakan tipe-tipe piramida penduduk menurut Thompson dan Lewis (1995) dalam Rusli (2012), Gambar 3 termasuk dalam tipe 4. Tipe ini mempunyai kecenderungan menurunnya umur median dan meningkatnya angka rasio beban tanggungan umur muda serta angka rasio beban tanggungan total (Thompson dan Lewis 1995 dalam Rusli 2012). Selanjutnya, jumlah penduduk berdasarkan agama dan aliran kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan agama Agama Islam Khatolik Total
∑ (Orang) 10 323 6 10 329
% 99.94 0.06 100.0
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Tabel 6 menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat Desa Bantarkaret beragama Islam. Hanya enam orang yang beragama Khatolik dan statusnya merupakan pendatang yang menetap di Desa Bantarkaret. Sebaran penduduk Desa Bantarkaret juga dapat dilihat berdasarkan tingkat pendidikan. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ini dapat dilihat mulai dari penguasaan terhadap baca tulis hingga perguruan tinggi. Berikut jumlah penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan tingkat pendidikan: Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Buta huruf Belum Sekolah Tidak Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SMU/Sederajat Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat D4 Tamat S1 Total
∑ (Orang) 83 1 061 3 572 4 106 1 017 473 2 5 4 0 6 10 329
% 0.80 10.27 34.58 39.75 9.85 4.58 0.02 0.05 0.04 0.00 0.06 100.00
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Pada Tabel 7 terlihat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Desa Bantarkaret yaitu tamat SD. Selain itu, tamat D1 persentase terkecil yang ditemukan di Desa Bantarkaret. Sebaran mata pencaharian masyarakat Desa Bantarkaret dapat dilihat melalui jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pada Tabel 8.
28
Tabel 8 Jumlah penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Petani Pengusaha Pengrajin Buruh Pedagang Pengemudi Pegawai Negeri Sipil Total
∑ (Orang) 3 873 3 12 90 200 21 25 4 224
% 91.69 0.07 0.28 2.13 4.73 0.50 0.59 100.00
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mata pencaharian terbanyak yaitu sebagai petani. Hal ini didukung oleh kondisi geografis desa yang sebagian besar lahannya merupakan lahan persawahan. Mata pencaharian terbesar kedua adalah pedagang.
Kondisi Sarana dan Prasarana Terdapat beberapa sarana dan prasarana penunjang kehidupan di Desa Bantarkaret. Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bantarkaret dapat dilihat melalui Tabel 9. Tabel 9 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bantarkaret Jenjang TK SD SD/MI SLTP Total
∑ (Buah) 4 5 3 1 13
% 30.8 38.5 23.1 7.7 100.0
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Tabel 9 menunjukkan bahwa telah terdapat beberapa bangunan sekolah. Sarana pendidikan yang ada di Desa Bantarkaret telah mencapai jenjang SLTP. Belum terdapat sarana dan prasarana untuk jenjang di atas SLTP, seperti SMA atau Perguruan Tinggi. Sarana dan prasarana pendidikan terbanyak dimiliki oleh jenjang SD yang terdapat di lima lokasi, sedangkan sarana dan prasarana yang paling sedikit dimiliki oleh jenjang SLTP yang terdapat di satu lokasi. Selain dari bidang pendidikan, terdapat juga sarana dan prasarana untuk bidang keagamaan yang dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa hanya terdapat sarana keagamaan untuk agama Islam di Desa Bantarkaret. Hal ini didukung dari persentase penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan agama, bahwa hanya terdapat enam warga nonIslam dari seluruh penduduk desa.
29
Tabel 10 Jumlah sarana keagamaan di Desa Bantarkaret Sarana Keagamaan Mesjid Agung Mesjid Jami Mushola Langgar Majelis Ta’lim Total
∑ (Buah) 2 15 37 12 5 71
% 2.8 21.1 52.1 16.9 7.0 100.0
Sumber: Monografi Desa Bantarkaret Tahun 2015 (sudah diolah)
Pola Kebudayaaan Secara umum, kebudayaan di Desa Bantarkaret merupakan budaya pada etnis Sunda. Hal ini karena struktur penduduk desa yang didominasi oleh etnis Sunda. Agama yang dianut oleh penduduk asli pun turut dipengaruhi oleh budaya sunda ini, yaitu agama Islam. Budaya Sunda sendiri memang sangat lekat dengan agama Islam, hal ini dapat dilihat dari kegiatan kebudayaan yang tidak lepas dari ritual keagamaan seperti syukuran, atau sunatan. Semakin maraknya penambang liar membuat Desa Bantarkaret didatangi beragam suku dan etnis. Oleh karena itu, masyarakat Desa Bantarkaret yang seluruhnya merupakan etnis Sunda, saat ini sudah banyak mengalami percampuran etnis akibat adanya pernikahan. Sebagian warga mengeluhkan banyaknya pendatang karena mengurangi keamanan desa. Kebanyakan pendatang yang tidak berhasil dalam “usaha” atau gurandil, biasanya mencuri dan membobol usaha di desa. Menurut pemaparan warga desa, keamanan saat ini di desa pun terbilang kurang aman. Kebiasaan ronda atau piket jaga lingkungan sudah tidak ada. Menurut warga, jika ada pencurian atau kejahatan, maka ronda baru dijalankan selama dua sampai tiga hari saja. Kurangnya keamanan di desa juga disebabkan oleh lunturnya kebiasaan gotong royong dalam masyarakat. Gaya hidup modern membuat masyarakat hanya memikirkan uang daripada lingkungannya sehingga munculnya penambang liar karena tuntutan gaya gidup. Menurut ASP, ANTAM juga menarik para pendatang dari berbagai tempat seperti Cianjur, Sukabumi dan lainnya, sehingga persentase pendatang setiap tahunnya semakin tinggi. Budaya gotong royong ditengah masyarakat semakin memudar karena banyaknya benturan-benturan budaya antara pendatang dan warga asli. Hal ini juga ditunjukan dengan sulit dikumpulkannya masyarakat. “Budaya gotong royong sih alhamdulilah, sekalipun hanya berlaku dibeberapa titik. Bahkan untuk mengumpulkan warga di beberapa titik sudah sulit dilakukan.” ASP, 32 tahun
Hal ini menunjukkan bahwa dibeberapa wilayah di Desa Bantarkaret sudah mengalami kelunturan budaya sehingga menimbulkan berkurangnya kekompakan, gotong-royong antar masyarakat.
30
Pola Adaptasi Ekologis Berdasarkan wawancara dari beberapa warga dan aparatur desa, ketika ANTAM Pongkor berdiri di Desa Bantarkaret, terdapat sebagian lahan milik warga yang dibeli dengan harga murah oleh perusahaan. Sebagian dari lahan yang dibeli oleh ANTAM merupakan lahan pertanian seperti lahan sawah atau kebun. Hal ini menyebabkan adanya perubahan kondisi ekologi Desa Bantarkaret. Menurut informasi yang didapat dari beberapa informan, untuk menghadapi perubahan kondisi ekologi ini, banyak warga desa yang beralih profesi menjadi penambang emas liar atau pedagang. Dana pembebasan lahan yang diberikan oleh PT. ANTAM kepada warga digunakan sebagai modal untuk berdagang atau menambang emas secara ilegal. Semakin menyempitnya lahan pertanian akibat keperluan lahan untuk perusahaan dan pemukiman membuat semakin sedikitnya mata pencaharian petani di desa ini. Sebagian besar warga yang masih memiliki lahan persawahan memilih untuk tidak menjual hasil pertaniannya. Menurut warga, hasil pertanian hanya untuk konsumsi keluarga karena sehubungan dengan semakin mahalnya beras. Namun berdasarkan penuturan beberapa informan, warga desa Bantarkaret memang menggunakan hasil pertanian secara subsisten sejak dahulu. Hal ini karena pada waktu sebelum datangnya ANTAM, akses menuju pasar terdekat sangatlah sulit. Belum adanya jalanan aspal serta alat transportasi umum membuat masyarakat sulit mencapai pasar untuk menjual hasil pertaniannya. Ditegaskan oleh pernyataan Pak PRN, sebelum adanya ANTAM warga sekitar bermata pencaharian sebagai petani. Lahan pertanian warga sebagian besar tadah hujan dan penggarapan masih menggunakan teknik tradisional, sehingga hasilnya pun “pas-pas an”. Semenjak adanya PT. ANTAM, warga mulai mengetahui bahwa di Desa Bantarkaret kaya akan sumberdaya alam emas. Hal ini menyebabkan warga banyak beralih profesi menjadi penambang emas liar atau sering disebut warga sekitar sebagai gurandil. Ada pula petani yang juga mengerjakan pekerjaan membantu gurandil seperti memikul tanah saja atau menumbuk tanah saja. Hasil dari memikul tanah saja 3 ribu rupiah/kilo dan menumbuk tanah saja 40 ribu rupiah/karung. Hal ini sudah sangat menguntungkan untuk para petani yang menunggu panen sehingga, masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Lahan pertanian juga banyak beralih fungsi menjadi wilayah ANTAM dan pemukiman tapi tetap masih cukup banyak lahan pertanian. Menurut PRN, hal ini merubah gaya hidup masyarakat, masyarakat berfikir “instan”, dibuktikan dengan banyaknya gurandil.
Karakteristik Responden Berdasarkan data primer yang telah dikumpulkan, didapatkan karakteristik responden. Karakteristik resonden dilihat dari tingkat pendidikan, kelompok umur dan mata pencaharian utama. Berikut jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 11 menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan responden yaitu tamat SD. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas responden di Bantarkaret yang merupakan tamat SD.
31
Tabel 11 Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan SD - tidak tamat SD – tamat SMP – tamat SMA – tamat Perguruan Tinggi Total
∑ (Orang) 3 33 6 2 1 45
% 6.7 73.3 13.3 4.4 2.2 100.0
Selanjutnya sebaran responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan jumlah terbanyak responden pada kelompok umur 46-52 tahun. Berdasarkan piramida penduduk kelompok umur 46-52 tahun bukan merupakan kelompok umur terbanyak di Desa Bantarkaret. Namun, sebaran responden terbanyak menurut kelompok umur terdapat pada 4652 tahun. Tabel 12 Jumlah responden berdasarkan kelompok umur Kelompok Umur 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70 Keatas Total
∑ (Orang) 2 6 9 11 6 7 1 2 1 45
% 4.4 13.3 20.0 24.4 13.3 15.6 2.2 4.4 2.2 100.0
Selain kelompok umur, karakteristik responden juga dapat dilihat dari jenis mata pencaharian utamanya. Berikut jumlah responden berdasarkan jenis mata pencaharian. Tabel 13 Jumlah responden berdasarkan jenis mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Pedagang Buruh Petani Karyawan Pengusaha Pengemudi PNS Total
∑ (Orang) 31 6 3 2 1 1 1 45
% 68.9 13.3 6.7 4.4 2.2 2.2 2.2 100.0
Berdasarkan Tabel 13 memperlihatkan jumlah responden berdasarkan jenis mata pencaharian terbanyak yaitu pedagang. Mayoritas mata pencaharian utama responden sebagai pedagang sesuai dengan penelitian yang berhubungan dengan program pinjaman untuk usaha masyarakat sekitar perusahaan. Selain itu berdasarkan pengamatan beberapa responden lainnya memilih berdagang hanya
32
sebagai mata pencaharian tambahan atau sebagai pekerjaan tambahan istri mereka.
Ikhtisar Desa Bantarkaret merupakan desa ring 1 yang berbatasan langsung dengan ANTAM dengan luas wilayah 841.04 ha. Desa Bantarkaret menjadi salah satu desa binaan ANTAM dari 11 desa lainnya. Wilayah Desa Bantarkaret sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sedangkan dibeberapa kampung terdapat sawah menggunakan irigasi tradisional. Berdasarkan jumlah penduduk gabungan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak ada pada kelompok umur 20-24. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bantarkaret berusia produktif. Namun, sebaran responden terbanyak menurut kelompok umur terdapat pada 46-52 tahun. Mayoritas masyarakat Bantarkaret beragama Islam dan etnis Sunda walaupun sudah banyak pendatang yang menetap di desa ini. Sampai saat ini tingkat pendidikan mayoritas di Desa Bantarkaret, yaitu tamat SD. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas responden di Bantarkaret yang merupakan tamat SD. Desa Bantarkaret mengalami kelunturan budaya dalam hal kebersamaan dan kekeluargaan akibat hadirnya pertambangan. Hadirnya tambang membuat masyarakat mengalami pergeseran pola pikir dan gaya hidup. Masyarakat tidak lagi mengutamakan gotong-royong dan tolong-menolong dan hanya berpikir instan dalam mendapatkan penghasilan. Pertambangan juga mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perusahaan dan pemukinan karena pertambahan penduduk. Masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian petani, kini sebagian besar beralih profesi menjadi penambang liar (gurandil) sehingga hanya sedikit yang masih bekerja di bidang pertanian.
33
SEJARAH DAN PROGRAM KEMITRAAN CSR ANTAM Sejarah Perusahaan Dikutip dari data ANTAM Pongkor, awal mula ANTAM menambang emas di Cikotok pada tahun 1988. Menipisnya cadangan emas di Cikotok membuat ekplorasi Pongkor diintensifkan ke daerah Gunung Limbung, Cibugis dan sekitarnya yaitu sebelah Utara-Timur Gung Pongkor. Penemuan tambang emas Pongkor bermula dari kebijakan penting yang mengantarkan dibentuknya Tim Eksplorasi Jawa Barat di tahun 1987. Salah satu pekerjaan yang ditangani tim saat itu adalah evaluasi kuasa-kuasa pertambangan Jawa Barat berdasarkan sumber-sumber informasi yang dihimpun para geologis Belanda. Penemuan tambang emas Pongkor merupakan penemuan tim geologi ANTAM tanpa campur tangan pihak manapun. Tujuan utamanya adalah mencari cebakan bijih logam dasar (base metal) yang saat itu permintaan pasaran masih tinggi. Pada akhir Tahun 1979, saat eksplorasi di daerah Gunung Limbung, juga diperoleh informasi adanya mineralisasi sulfida pirit di daerah sekitar Gunung Pongkor. Selanjutnya pada tahun 1981, tim unit geologi melakukan reconnaissance (survei tinjau) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kwarsa dengan kandungan logam Au = 4 ppm dan logam Ag = 126 ppm di lokasi Pasir Jawa. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut direncanakan untuk mengambil kuasa pertambangan (KP), didapatkan KP Eksplorasi seluas 4 339 ha (KP DU 562/Jabar). Berdasarkan wilayah, daerah operasional ANTAM Pongkor berada di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dengan luas ijin usaha pertambangan seluas 6.047 ha. Pabrik Pongkor I mulai dibangun tahun 1993. Ketika mulai berdiri, tambang emas Pongkor didukung oleh 660 karyawan tetap. Tenaga kerja tambang bawah tanah (underground miner) sebagian besar berasal dari tambang emas Cikotok. Karena sulit mencari tenaga kerja tambang bawah tanah, maka ditempuh rekrutmen tenaga kerja untuk dididik oleh ANTAM sendiri (in-house training) dengan mengutamakan penduduk setempat. Pabrik Pongkor II dibangun perluasaan pada tahun 1995 karena kapasitas produksi pengolahan emas yang dirasa kurang cukup. Setelah memperluas Tambang Emas Pongkor, ANTAM memperluas wilayah eksplorasinya di kawasan lain Jawa Barat yang mengandung emas, perak, tembaga, antara lain di Cirotan, Cipiru, Cibugis, Pangleseran dan Cikidang yang ditaksir mengandung cadangan geologi sebesar 400.000 ton.
Struktur Organisasi Departemen CSR Dikutip dari data ANTAM Pongkor, struktur organisasi pengelola program Community Development (Comdev) PT ANTAM (Persero) Tbk, UBP Emas Pongkor di bawah struktur organisasi CSR dan di pimpin langsung oleh Manager CSR. Struktur organisasi departemen CSR UPBE Pongkor sebagai berikut:
34
CSR Manager Shobirin Sukian, SE. M. Si
AM Comdev Gemi Sesariana, SH
Community Development
PKBL
Agus Setiyono, SE
PK : Agus Setiyono, SE
Rohyan
BL : Rohyan
Yandi Arnaz, SP
Abdul Hadi
Suharta, SE
Budianto
M. Khairul Basyr
Saeful
Gambar 4 Bagan dari struktur organisasi CSR PT. ANTAM (Persero) Tbk, UPBE Pongkor
Visi dan Misi Departemen CSR Dikutip dari data ANTAM Pongkor, visi CSR ANTAM yaitu menjadi perusahaan dengan tanggung jawab sosial yang terkemuka dan terpercaya di industri pertambangan Indonesia. Misi CSR ANTAM dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Mewujudkan CSR yang terpercaya dengan kemanfaatan tinggi bagi stakeholders 2. Mewujudkan CSR yang terbaik diantara perusahaan tambang nasional 3. Mewujudkan CSR excellent yang mengacu pada standar internasional (ISO 26000, IFC, GRI) Dalam menerapkan CSR, PT. ANTAM (Persero) Tbk.UBP Emas Pongkor, telah dituangkan dalam desain lima tahunan rencana CSR ANTAM (master plan) yang berisikan program-program unggulan, yaitu: 1. Mengembangkan program agrogeoedutourism, 2. Mendukung kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan pihak-pihak lain, 3. Penguatan kemandirian kelembagaan institusi ekonomi lokal yang berbasiskan komoditas lokal, 4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan kualitas ibu dan anak Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, 5. Pemenuhan pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.
35
Setiap tahun anggaran CSR PT ANTAM telah dirancang melalui RKA CSR (Rencana Kegiatan dan Anggaran CSR). RKA CSR Tahun 2014 yang kegiatannya berdasarkan pada misi pemberdayaan yaitu mengembangkan pola operasional yang menekankan pada upaya sebagai berikut: 1. Pengembangan usaha kecil masyarakat setempat/pembangunan ekonomi masyarakat, 2. Peningkatan kegiatan pendidikan, 3. Peningkatan kesehatan masyarakat, dan 4. Perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana penunjangnya. Dalam melaksanakan CSR PT ANTAM pada tahun 2014 bertujuan untuk memberikan partisipasi dan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah operasi pertambangan dan menjadikan masyarakat yang mandiri dan siap dalam menghadapi masa paska tambang nanti di tahun 2019.
Program CSR ANTAM PT ANTAM (Persero) Tbk, UBPE Pongkor merupakan salah satu BUMN yang menjalankan fungsi utamanya sebagai entitas yang berorientasi pada perolehan laba, akan tetapi di samping itu ANTAM Pongkor juga ikut turut serta dalam membantu terciptanya kesejahteraan masyarakat dan juga lingkungan, yaitu dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Hal tersebut dilakukan karena PT. ANTAM (Persero) Tbk. menyadari keberadaannya di tengah masyarakat tidak hanya sebagai entitas perusahaan, melainkan juga bagian dari entitas sosial yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya. Menurut ANTAM Pongkor, CSR sebagai sebuah benteng dan pilar untuk mendekatkan perusahaan dan masyarakat. “Pada akhirnya CSR ini menjadi sebuah benteng, pilar untuk mendekatkan perusahaan dan masyarakat sehingga peran CSR sangat penting sekali baik sebagai kewajiban maupun untuk keamanan perusahaan” KSR, 27 tahun
Penerapan atau implementasi CSR yang dilakukan PT ANTAM (Persero) UBP Emas Pongkor merupakan suatu komitmen berkelanjutan yang dilakukan untuk bertindak etis dan diwujudkan secara nyata dengan memberikan kontribusi, baik kepada komunitas setempat maupun masyarakat luas guna meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Implementasi program CSR dilakukan secara dua arah, yaitu tidak hanya satu arah dari perusahaan saja, melainkan dua arah dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan keterlibatan masyarakat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan program CSR, sehingga program CSR benar-benar efektif dan efisien yang nantinya akan menghasilkan dampak positif kepada kedua belah pihak. Selanjutnya dikutip dari PT Aneka Tambang (2013), anggaran Community Development dimasukkan ke RKA perusahaan, anggaran bisa naik ataupun turun dalam setiap tahunnya tegantung dari usulan program. Adapun yang menjadi dasar penentuan jumlah anggaran pada setiap program/kegiatan CSR adalah penjabaran dari setiap program. Anggaran untuk program Program Kemitraan dan
36
Bina Lingkungan (PKBL) diambilkan dari laba bersih perusahaan yaitu maksimal sebesar 2%. Program Kegiatan CSR UBP Emas Pongkor dilaksanakan berdasarkan RKA No 7505/0045/DAT/2013 tanggal 17 Desember 2013 yang telah disyahkan dan disetujui Manajemen UBPE dan Direksi PT. ANTAM (Persero),Tbk untuk selanjutnya dapat direalisasikan. Tabel 14 Persentase RKA dan realisasi CSR 2014 Program CSR Community Development Program Kemitraan Program Bina Lingkungan Total
RKA 2014 (Rp) 3 684 432 000 3 000 000 000 1 800 000 000 8 484 432 000
Realisasi 2014 (Rp) 3 674 539 570 2 895 000 000 1 775 392 000 8 344 931 570
% 99.7 96.5 98.6 98.4
Sumber: Laporan kinerja program CSR ANTAM Pongkor Tahun 2014 (sudah diolah)
CSR sebagai pilar perusahaan direalisasikan dalam bentuk program bagi masyarakat. CSR PT ANTAM UBPE Pongkor membagi tiga jenis program yaitu Community Development, Kemitraan, dan Bina lingkungan. Menurut RHY dana program CSR yang direalisasikan bergantung kepada banyaknya pengajuan proposal bantuan dari masyarakat, namun tetap mengacu kepada total anggaran dana setiap program. Berikut program CSR ANTAM Pongkor dan realisasi dana tahun 2014. 1. Community Development (Pengembangan Masyarakat). Program ini merupakan bantuan dan pelatihan kelompok tani dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Bantuan dan pendampingan masyarakat dilakukan pada delapan sektor, yaitu sektor bencana alam, pendidikan, kesehatan, prasarana umum, keagamaan, pelestarian dan konservasi alam, sosial/budaya/olahraga dan peningkatan perekonomian masyarakat. Tabel 15 Persentase RKA dan realisasi Program Community Development No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Program Community Development Bencana Alam Pendidikan Kesehatan Prasarana Umum Keagamaan Pelestarian dan Konservasi Alam Sosial/Budaya/Olahraga Peningkatan Perekonomian Masyarakat Total Biaya
Jumlah (Rp) RKA 2014 Realisasi 2014 30 000 000 58 490 040 462 075 000 460 020 449 416 550 000 413 083 096 811 000 000 819 926 180 723 852 000 578 825 000 152 375 000 443 676 079 573 050 000 740 898 226 515 530 000 159 620 500 3 684 432 000
3 674 539 570
% 195.0 99.6 99.2 101.1 80.0 291.2 129.3 31.0 99.7
Sumber: Laporan kinerja program CSR ANTAM Pongkor Tahun 2014 (sudah diolah)
2. Program Kemitraan (PK). Program ini menyediakan akses pinjaman untuk tujuan produktif pelaku usaha mikro atau kecil di sekitar perusahaan. Usaha mikro PK meliputi delapan
37
sektor, yaitu sektor industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor perikanan, sektor jasa dan sektor lainnya. Tabel 16 Persentase RKA dan realisasi Program Kemitraan No
Program Kemitraan
1. Sektor Industri 2. Sektor Perdagangan 3. Sektor Pertanian 4. Sektor Peternakan 5. Sektor Perkebunan 6. Sektor Perikanan 7. Sektor Jasa Total Biaya
Jumlah (Rp) RKA 2014 Realisasi 2014 300 000 000 410 000 000 2 000 000 000 1 190 000 000 25 000 000 0 200 000 000 90 000 000 0 0 250 000 000 0 225 000 000 205 000 000 3 000 000 000 1 895 000 000
% 136.7 59.5 0.0 45.0 0.0 0.0 91.1 63.2
Sumber: Laporan kinerja program CSR ANTAM Pongkor Tahun 2014 (sudah diolah)
Merujuk data Tabel 16 terdapat sektor lain yang tidak dianggarkan sebelumnya, namun dalam realisasi 2014 dikeluarkan sebesar Rp1 000 000 000. 3. Bina Lingkungan (BL). Program ini merupakan bantuan pada tujuh sektor meliputi bantuan bencana alam, diklat/pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, pengentasan kemiskinan untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat. Tabel 17 Persentase RKA dan realisasi Program Bina Lingkungan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Program Bina Lingkungan
Bantuan Bencana Alam Bantuan Diklat/Pendidikan Bantuan Kesehatan Bantuan Prasarana Umum Bantuan Sarana Ibadah Bantuan Pelestarian Alam Bantuan Pengentasan Kemiskinan Total Biaya
Jumlah (Rp) RKA 2014 Realisasi 2014 30 000 000 0 656 100 000 489 740 000 240 250 000 134 300 000 742 500 000 686 483 000 131 150 000 174 889 000 0 0 0 0 1 800 000 000
1 775 392 000
% 0.0 74.6 55.9 92.5 133.4 0.0 0.0 98.6
Sumber: Laporan kinerja program CSR ANTAM Pongkor Tahun 2014 (sudah diolah)
Program Kemitraan CSR ANTAM Dari ketiga jenis program CSR yang dimiliki oleh ANTAM, yang menjadi fokus penelitian ini adalah Program Kemitraan. Hal ini karema Program Kemitraan memiliki pemberdayaan dalam bidang usaha yang memudahkan dalam mengukur efektivitas dan taraf hidup masyarakat akibat program. Program Kemitraan (PK) merupakan salah satu program CSR ANTAM yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Program ini menyediakan akses pinjaman untuk
38
tujuan produktif pelaku usaha mikro atau kecil di sekitar perusahaan. Usaha mikro PK meliputi delapan sektor, yaitu sektor industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor perikanan, sektor jasa, dan sektor lainnya. Program Kemitraan bertujuan untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan khusus PK bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi ANTAM yaitu: 1. Meningkatkan dan mengembangkan usaha mikro dan kecil melalui bantuan modal usaha dengan tingkat pengembalian biaya administrasi yang ringan. 2. Membantu meningkatkan kualitas dan skala usaha mikro dan kecil mitra binaan, melalui program pembinaan usaha termasuk akses pemasaran. 3. Menciptakan lapangan kerja melalui program pelatihan dan pendampingan usaha bagi calon-calon usahawan baru. 4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan sehingga terciptanya kualitas sumber daya manusia yang lebih baik, seperti pemberian beasiswa dan pelatihan keterampilan. 5. Memperkokoh hubungan kerja sama dengan masyarakat di sekitar wilayah operasi Perseroan. Dikutip dari laporan PKBL (2014), ANTAM menyadari bahwa kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan masih memiliki berbagai tantangan, salah satunya adalah kondisi keuangan Perseroan yang sedang mengalami penurunan yang diakibatkan menurunnya harga komoditas dan berkurangnya volume penjualan akibat regulasi Pemerintah tentang pelarangan ekspor bahan mentah tambang. Namun Perseroan tetap berkomitmen untuk terus melaksanakan keberlanjutan pembangunan, khususnya turut serta dalam rangka upaya pemerataa kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasi ANTAM. Dengan berbagai strategi dalam mengoptimalkan sumberdaya yang ada, Perseroan terus melaksanakan PKBL sesuai tujuan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan karkteristik tahap-tahap kedermawanan sosial (Zaidi 2003 dalam Ambadar 2008), Program Kemitraan ini berada diantara bentuk philanthropy. Hal ini dilihat dari; (1) motivasi norma, etika dan hukum universal; (2) misi mengatasi masalah setempat; (3) pengelolaan terorganisir dan terprrogram; (4) pengorganisasian dengan profesionalitas; (4) penerima manfaat masyarakat luas; (5) kontribusi hibah sosial dan pembangunan; dan (6) inspirasi yang cenderung sebagai kewajiban perusahaan dalam melakukan tanggungjawab sosial. Pembahasan selanjutnya adalah memaparkan bagaimana program tersebut berlangsung, mulai dari awal pelaksanaan, implementasi, sampai hasil program. Awal Pelaksanaan Program CSR ANTAM bertujuan mengembangkan potensi dari 11 desa binaan ANTAM dimana Desa Bantarkaret merupakan salah satunya, perusahaan melakukan pendampingan untuk pengembangan potensi tersebut dengan memberi bantuan modal bergulir. ANTAM melakukan sosialisasi program dengan cara informal yaitu memutus duta desa dari pihak CSR ANTAM untuk turun langsung ke masyarakat. Duta desa bertugas turun ke dua atau tiga desa untuk memberikan informasi program dan kondisi perusahaan. Menurut RHY sosialisasi dilakukan
39
duta desa ke rumah-rumah warga, kantor desa atau tokoh-tokoh masyarakat. Hal ini seperti dijelaskan sebagai berikut: “Sosialisasi yang dilakukan pihak CSR ANTAM lebih sering secara informal dengan adanya perwakilan 1 orang ke 3 desa. Sosialisasi terkadang banyak berkunjung ke rumah warga atau pun ke kantor desa. kalau banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai informasi program maupun tentang ANTAM, mungkin karena pihak desa tidak menyampaikan kembali ke masyarakat atau ada masyarakat yang tidak bertemu pihak ANTAM di lapang” RHY, 42 tahun
Ditambahkan oleh penuturan EKS, menurutnya masyarakat yang ingin mengikuti program kemitraan ANTAM dapat bertanya kepada orang-orang di kantor desa atau pengusaha ternak domba yang sering dijadikan contoh oleh duta desa. Seleksi penerima manfaat program ada dua cara yaitu dengan proposal yang diajukan langsung oleh masyarakat dan bidikan tim duta desa ANTAM. Persyaratan untuk mengajukan pinjaman yaitu: 1. Usaha sudah berjalan minimal 1 tahun 2. Jaminan surat tanah 3. Jenis usaha yang akan menjadi pertimbangan 4. Tidak terkait gurandil Setiap proposal pengajuan mengikuti program akan di seleksi langsung oleh Manager CSR ANTAM. Proposal yang dirasa visible akan di survey oleh tim CSR untuk melihat usaha dan kelayakan pemohon. Menurut RHY, seleksi penerima manfaat sangat ketat karena ANTAM mengalami kemacetan dana sebesar kurang lebih 8 miliyar sampai pada tahun 2013. Hal ini menyebabkan tim survei ANTAM lebih teliti untuk mengamati usaha dan juga keterlibatan calon penerima manfaat pada gurandil. Keterlibatan calon penerima program dengan gurandil dan kemacetan dana merupakan tantangan besar ANTAM. Implementasi Program Antusiasme pengajuan pinjaman modal masih cukup banyak. Calon penerima manfaat program harus memenuhi prasyaratan yang diberikan oleh pihak CSR ANTAM kemudian, proposal yang masuk akan kembali diseleksi oleh manajemen CSR ANTAM. Modal yang dipinjamkan beragam sesuai dengan jenis usaha dan besar/kecilnya toko, dana berkisar 2 juta-50 juta. Setelah modal diterima langsung oleh penerima manfaat program, maka penerima wajib mengikuti pelatihan. Menurut RHY, pelatihan biasa dilakukan sekitar tiga bulan setelah menjadi mitra, namun pelatihan dilakukan tidak terjadwal. Hal ini akan di sesuaikan kondisi mitra. Seperti penyataan RHY sebagai berikut: “Pelatihan penerima program kemitraan biasanya dilakukan per tiga bulan setelah masuk menjadi mitra, tapi kadang enam bulan sekali. Antusiasme untuk pelatihan pun masih cukup tinggi, persentase ketidakhadiran pun sedikit hanya 2-3 orang dalam 30 orang. Pelatihan ini juga menekankan pada kehadiran agar ada peningkatan pengetahuan mengenai rumus-rumus usaha” RHY, 42 tahun
40
Penerima manfaat akan dipantau usahanya setiap bulan pada saat debt collector (Penagih Angsuran) meminta angsuran peminjaman. Kendala pada implementasi yaitu terkadang penagih angsuran tidak datang rutin setiap bulan sehingga beberapa masyarakat mengeluhkan hal itu. Salah satunya Pak RDN seperti yang menyatakan sebagai berikut: “Tapi kadang yang nagih ngga dateng neng, ya bapak aja ke kantor bilang kalo bisa sih yang nagih dateng setiap bulan. Ya memang modalnya masih tidak sesuai sama usaha tapi enaknya angsurannya juga ringan neng, mana bisa nunggak dulu nanti di double bulan depan. Kalo ngajuin di bank kan agak lumayan bunganya” RDN, 38 tahun
Penerima manfaat yang telah meminjam modal biasanya akan lebih mudah jika ingin meminjam untuk kedua kalinya. Hal ini disebabkan kepercayaan ANTAM terhadap mitra akan lebih kuat. Dijelaskan oleh RHY sebagai berikut: “Biasanya kalo peminjaman kedua kali, penerimanya memang usahanya bagus dan bayarnya lancar kita udah percaya jadi akan lebih mudah. Malahan kita suka tawar kan, kang mau pinjem lagi ngga nih” RHY, 42 tahun
Hasil Program Hadirnya program kemitraan sangat bermanfaat untuk masyarakat sekita perusahaan. Walaupun beberapa masyarakat mengaku modal yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan usaha. Namun, penerima tidak terlalu terbebani karena bunga pinjaman dan angsuran sangat ringan. Menurut HDY, Program Kemitraan berdampak baik untuk masyarakat sekitar perusahaan karena kemitraan membantu mengembangkan usaha masyarakat. Hal ini memudahkan masyarakat desa untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus keluar desa atau ke pasar, seperti penyataannya sebagai berikut: “Adanya tambang pinjemin modal ya sekarang makin banyak aja yang buka usaha jadi kita di desa aja kalo mau ini itu, ngejait sampe ngebengkel ngga jauh ya gampanglah” HDY, 82 tahun
Program kemitraan menyediakan modal di berbagai bidang usaha sehingga semakin banyak masyarakat sekitar perusahaan yang membuka usaha dan mengembangkan usaha lebih mudah. Seperti Bapak UJG yang telah dua kali mengikuti program, akhirnya Bapak UJG dapat membeli lahan warung dan memperbaiki warung tersebut. Salah satu manfaat dirasakan masyarakat, seperti penyataan Pak UJG: “Ya alhamdulillah dikasih lagi modal, Bapak ini udah yang kedua kali ikut program tambang manfaatnya juga ada, ini kan dulunya warung cuma nyewa tapi sekarang udah Bapak beli” UJG, 56 tahun
41
Ikhtisar ANTAM Pongkor merupakan salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh PT ANTAM (Persero),Tbk yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam yakni emas dan perak. ANTAM Pongkor adalah badan usaha milik negara yang menjalankan metode tambang bawah tanah. Berdasarkan wilayah, daerah operasional ANTAM UBPE berada di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dengan luas ijin usaha pertambangan seluas 6.047 ha. Pabrik pertama ANTAM berdiri pada tahun 1993. Sebelum mendirikan pabrik, ANTAM melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar sampai saat ini. Hal ini menunjukkan ANTAM turut serta dalam membantu terciptanya kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dengan melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Pandangan ANTAM terhadap CSR yaitu sebagai sebuah benteng dan pilar untuk mendekatkan perusahaan dan masyarakat. Dalam mewujudkan program unggulan dalam CSR, ANTAM membaginya dalam tiga bidang yakni; Community Development (Pengembangan masyarakat), Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL). Program CSR tersebut meliputi beberapa sektor dari mulai pembangunan, pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Kegiatan CSR ada yang bersifat charity dan pengembangan masyarakat. Hal ini menunjukkan komitmen berkelanjutan yang dilakukan untuk memberikan kontribusi, baik kepada komunitas setempat maupun masyarakat luas guna meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Selanjutnya fokus penelitian ini yaitu pada Program Kemitraan ANTAM yang merupakan program pengembangan usaha mikro dan kecil melalui bantuan modal usaha dan pendampingan masyarakat dengan tingkat pengembalian biaya administrasi yang ringan. Usaha mikro PK meliputi delapan sektor, yaitu sektor industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor perikanan, sektor jasa dan sektor lainnya. Sosialisasi program dilakukan secara informal melalui duta desa yang turun langsung ke rumah-rumah masyarakat. Seleksi penerima manfaat program dibagi menjadi dua cara, yaitu melalui proposal yang di ajukan calon penerima dan pemilihan langsung oleh tim survei/duta desa. Persyaratan untuk mengajukan pinjaman yaitu usaha sudah berjalan minimal 1 tahun, jaminan surat tanah, jenis usaha yang akan menjadi pertimbangan dan tidak terkait gurandil. Penyeleksian semakin ketat karena pengalaman ANTAM yang mengalami kemacetan dana akibat pengembalian pinjaman modal yang tidak lancar. Selanjutnya penerima manfaat program wajib mengikuti pelatihan setelah 3-6 bulan menjadi mitra ANTAM. Pelatihan usaha menekankan pada peningkatan pengetahuan mitra ANTAM terhadap cara usaha yang efektif. Usaha akan dipantau setiap bulan melalui penagih angsuran (debt collector). Antusiasme masyarakat dalam mengikuti program masih cukup tinggi. Namun secara kuantitas, jumlah penerima program mengalami pengurangan akibat kondisi keuangan ANTAM yang sedang mengalami penurunan.
42
43
MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN, DAN TARAF HIDUP Pembahasan ini mengenai modal sosial yang dimiliki masyarakat Desa Bantarkaret. Modal sosial masyarakat dilihat dari jaringan, tingkat kepercayaan dan hubungan sosialnya. Selanjutnya menguraikan mengenai tingkat efektivitas Program Kemitraan ANTAM yang akan di ukur melalui tingkat manfaat, tingkat partisipasi, tingkat keberlanjutan, tingkat dampak, tingkat keberdayaan dan tingkat kesesuaian. Kemudian terakhir membahas taraf hidup masyarakat di Desa Bantarkaret.
Modal Sosial Menurut Suharto (2006), modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam komunitas. Dalam penelitian ini modal sosial diukur melalui hasil interaksi gotong royong antar masyarakat, hubungan antar umat beragama, dan terpeliharanya kepercayaan antar masyarakat dengan aparatur desa serta jaringan yang terbentuk dalam masyarakat sehingga memudahkan masyarakat mendapakan pekerjaan maupun fasilitas kesehatan. Modal sosial dilihat dari hubungan kemitraan masyarakat dan ANTAM. Pada penelitian ini modal sosial dilihat pula dalam Program Kemitraan. Program Kemitraan memiliki pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kepada setiap mitra ANTAM. Hal ini memudahkan terbentuknya jaringan antara mitra ANTAM. Selanjutnya pembahasan ini memaparkan unsur modal sosial seperti jaringan, kepercayaan dan hubungan sosial. Tingkat Jaringan Salah satu unsur dari modal sosial adalah jaringan. Pada penelitian ini jaringan yang dilihat merupakan jaringan yang terbentuk antara sesama warga maupun dengan perusahaaan. Tingkat jaringan diukur dengan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan maupun pendidikan serta kemudahan dalam mendapat pekerjaan formal. Berikut data mengenai tingkat jaringan di Desa Bantarkaret dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat jaringan No. 1. 2. 3.
Tingkat Jaringan Lemah Sedang Kuat Total
∑ 11 20 14 45
% 24.4 44.4 31.1 100.0
Tabel 18 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan unsur jaringan masyarakat di Desa Bantarkaret. Persentase terbesar pada tingkat jaringan sedang yaitu sebesar 44.4%, jaringan kuat sebesar 31.1% dan jaringan lemah hanya sebesar 24.4%. Berdasarkan persentase pada Tabel 18 tingkat jaringan cenderung
44
kuat. Persebaran jaringan masyarakat lebih jelas juga dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Persentase masyarakat berdasarkan tingkat jaringan masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 Gambar 5 terlihat sebaran masyarakat berdasarkan tingkat jaringan masyarakat Desa Bantarkaret lebih banyak pada tingkat sedang. Tingkat jaringan cukup kuat artinya jaringan yang memudahkan kepentingan masyarakat masih cukup baik. Pada jaringan antara masyarakat dan perusahaan di jelaskan oleh pernyataan RDN yang menyatakan tidak pernah bertanya dan berdiskusi mengenai usahanya dengan pihak CSR ANTAM, RDN lebih senang bertukar pikiran dengan pengusaha lainnya dan sering bikin forum atau sekedar kumpulkumpul. Berikut kutipan langsung RDN: “Ikut pelatihan menurut saya sebagai ajang memperluas jaringan dengan pengusaha lain yang lebih berpengalam jadi bisa nanya-nanya dan tuker pikiran malahan kita suka buat pertemuan kaya forum neng biar silaturahmi juga” RDN, 38 tahun
Tingkat Kepercayaan Menurut pada Ridell (1997) dalam Suharto (2006), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Tingkat kepercayaan pada modal sosial pada penelitian ini diukur dari rasa percaya yang terbangun antara masyarakat dengan warga, aparatur Desa Bantarkaret, serta perusahaan. Berikut data mengenai tingkat kepercayaan warga Desa Bantarkaret dapat dilihat dari Tabel 19.
45
Tabel 19 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kepercayaan No. 1. 2. 3.
Tingkat Kepercayaan Lemah Sedang Kuat Total
∑ 7 24 14 45
% 15.6 53.3 31.1 100.0
Tabel 19 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan unsur kepercayaan masyarakat di Desa Bantarkaret. Persentase terbesar pada tingkat kepercayaan sedang sebesar 53.3%, kepercayaan kuat sebesar 31.1% dan kepercayaan lemah hanya sebesar 15.6%. Tingkat kepercayaan tergolong cenderung kuat jika dilihat pada persentase Tabel 19. Persebaran kepercayaan masyarakat lebih jelas juga dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Persentase masyarakat berdasarkan tingkat kepercayan masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 Pada Gambar 6 terlihat sebaran masyarakat berdasarkan tingkat kepercayaan masyarakat Desa Bantarkaret lebih banyak pada tingkat sedang. Kepercayaan yang cukup kuat diartikan masyarakat cukup percaya dengan tetangga dan apartur desa. Selain itu kepercayaan masyarakat pada perusahaan dijelaskan oleh II sebagai berikut: “Secara umum, masyarakat masih percaya terhadap PT. ANTAM. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya proposal-proposal bantuan yang diajukan oleh warga kepada PT. ANTAM” II, 49 tahun
Pandangan berbeda dinyatakan PPN sebagai berikut:
46
“Sedikit persoalan adalah pada ketransparanan dana CSR dari PT. ANTAM. Selama ini belum ada rincian tentang penggunaan dana CSR tersebut. Harusnya pihak ANTAM memberi tahu rincian dana CSR untuk desa dan sudah dialokasi untuk apa saja. Itu saja” PPN, 45 tahun
Hubungan Sosial Unsur modal sosial yang juga diteliti selain jaringan dan kepercayaan adalah hubungan sosial. Tingkat hubungan sosial diukur melalui kekuatan norma yang berlaku di tengah masyarakat serta interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan warga, aparatur Desa Bantarkaret, serta perusahaan. Berikut data mengenai hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret dapat dilihat dari Tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial No. 1. 2. 3.
Hubungan Sosial Lemah Sedang Kuat Total
∑ 17 18 10 45
% 37.8 40.0 22.2 100.0
Tabel 20 menunjukkan sebaran masyarakat pada hubungan sosial antar masyarakat di Desa Bantarkaret. Persentase terbesar yaitu hubungan sosial pada tingkat sedang sebesar 40.0%, hubungan sosial lemah sebesar 37.8% dan hubungan sosial kuat hanya sebesar 22.2%. Hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret cenderung rendah jika dilihat dari persentase pada Tabel 20. Persebaran hubungan masyarakat lebih jelas juga dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 terlihat sebaran masyarakat berdasarkan hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret lebih banyak pada tingkat sedang. Selisih persentase antara tingkat hubungan sosial lemah dan sedang sangat kecil. Hal ini dapat digolongkan hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret cenderung lemah. Hubungan sosial yang dimaksud adalah hubungan interaksi antar masyarakat. Hubungan sosial masyarakat dengan perusahaan yang rendah dibuktikan oleh pernyataan ASP, menurutnya hubungan masyarakat yang terbangun baik pada masa kejayaan ANTAM tujuh tahun yang lalu, programprogram CSR yang diluncurkan bernilai besar dan terlihat cepat tanggap pada masyarakat. Saat ini hubungan ANTAM dengan masyarakat semakin renggang seiring berjalannya waktu sudah jarang pihak ANTAM yang ke desa. Ditambahkan pernyataan langsung SBN sebagai berikut: “Bantuan CSR ke masyarakat sekarang sudah sangat berkurang tanggapannya. Bantuan biasanya sangat diprioritaskan. Mungkin ini karna anggarannya atau pimpinan manajemen yang tidak royal” SBN, 36 tahun
47
Gambar 7 Persentase masyarakat berdasarkan hubungan sosial masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 Berdasarkan hasil keseluruhan hubungan sosial masyarakat dan perusahaan cukup lemah. Hal ini disebabkan interaksi antar masyarakat dengan perusahaan yang sudah merenggang. Kekuatan Modal Sosial Modal sosial dalam penelitian ini membahas mengenai jaringan, kepercayaan dan hubungan sosial masyarakat. Pengukuran modal sosial dilihat dari jarinngan yang terbentuk dalam masyarakat, terpeliharanya kepercayaan antar masyarakat dengan aparatur desa dan hubungan sosial antar masyarakat. Berikut data modal sosial keseluruhan masyarakat Desa Bantarkaret dapat dilihat dalam Tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan modal sosial No. 1. 2. 3.
Modal Sosial Lemah Sedang Kuat Total
∑ 9 19 17 45
% 20.0 42.2 37.8 100.0
Tabel 21 memperlihatkan sebaran masyarakat berdasarkan keseluruhan unsur modal sosial masyarakat penerima manfaat program di Desa Bantarkaret. Persentase modal sosial tingkat sedang sebesar 42.2%, modal sosial tingkat kuat
48
sebesar 37.8%. Sedangkan modal sosial lemah hanya sebesar 20.0%. Persebaran modal sosial masyarakat lebih jelas juga dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 8 Persentase masyarakat berdasarkan modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret Tahun 2015 Pada Gambar 8 terlihat jelas bahwa kekuatan modal sosial masyarakat Bantarkaret lebih banyak pada tingkat sedang. Hal ini disebabkan sudah berkurangnya hubungan ketetanggaan, gotong-royong dan kurangnya rasa kepercayaan dengan pengurus desa. RDN menjelaskan bahwa di kampungnya gotong-royong dan kepedulian terhadap lingkungan sudah sangat berkurang, seperti pada pernyataan berikut: “Sekarang sih lingkungan kurang aman neng, yah maklum ronda ya udah ngga ada, hansip juga paling mau jaga kalo ada kondangan doang. Sesekali kalo ada kemalingan yang heboh baru ada ronda itu juga cuma 2 hari selebihnya ngga ada lagi” RDN, 38 tahun
Pertanyaan berbeda dialami oleh informan di kampung yang berbeda. Kampung yang jauh dengan jalan utama memiliki modal sosial yang masih cukup kuat seperti pernyataan EKS. “Alhamdulilah kampung ini masih aman, hubungan antar warga disini cukup dekat jadi kalau mau minta bantuan juga mudah, kerja bakti lingkungan pun masih kita galakan bersama disini” EKS, 48 tahun
Pernyataan EKS ditambahkan oleh SBN, menurutnya gotong royong masyarakatnya masih cukup tinggi, biasanya masyarakat yang memiliki uang lebih, menyumbangkan uang untuk keperluan gotong royong, SBN sendiri baru
49
saja ikut membantu pembuatan rumah tetangganya karena hanya bisa menyumbang tenaga. Berdasarkan hasil keseluruhan modal sosial masyarakat Bantarkaret dapat digolongkan cukup kuat, hanya sebagaian kecil dari masyarakat yang modal sosialnya lemah. Modal sosial yang kuat artinya masih cukup tinggi hubungan ketetanggan, kepercayaan dengan aparatur desa dan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan baik kesehatan maupun pendidikan.
Efektivitas Program Menurut Hadayaningrat (1995) dalam Yulianti (2012), efektivitas merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam penelitian ini efektivitas yang diukur adalah efektivitas Program Kemitraan CSR perusahaan yang dikaitkan dengan konteks CSR secara ideal. Pengukuran dilihat dari tingkat manfaat program dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial, tingkat partisipasi dalam keikutsertaan pada program, tingkat keberlanjutan dalam kemandirian usaha masyarakat, tingkat keberdayaan dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, tingkat dampak dalam peningkatan usaha dan kepedulian lingkungan, dan tingkat kesesuaian program dalam mengatasi masalah masyarakat. Selanjutnya pembahasan mengenai aspek penilaian efektivitas Program Kemitraan seperti tingkat manfaat, tingkat partisipasi, tingkat keberlanjutan, tingkat keberdayaan, tingkat dampak dan tingkat kesesuaian. Tingkat Manfaat Prayogo dan Hilarius (2012) menyatakan bahwa penilaian aspek manfaat merupakan tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan para penerima program berdasarkan tingkat kebutuhannya. Pada Program Kemitraan manfaat tercapai ketika terjadi peningkatan pendapatan pada keluarga dan mampu pemenuhan kebutuhan ekonomi serta pendidikan keluarga penerima program. Berikut data mengenai penilaian masyarakat terhadap tingkat manfaat Program Kemitraan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat manfaat No. 1. 2. 3.
Tingkat Manfaat Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 7 8 30 45
% 15.6 17.8 66.7 100.0
Tabel 22 menunjukkan bahwa sebaran masyarakat berdasarkan tingkat manfaat Program Kemitraan tergolong tinggi. Sebanyak 66.7% tingkat manfaat tinggi, 17.8% tingkat manfaat sedang dan 15.6% tingkat manfaat rendah. Tingkat manfaat tinggi artinya masyarakat merasakan adanya manfaat dari program untuk
50
memenuhi kebutuhan ekonominya. Penilaian masyarakat pada tingkat manfaat program ini dipengaruhi oleh perkembangan usaha mereka. Masyarakat yang mengalami perkembangan usaha yang baik cenderung memberikan penilaian yang baik pula pada manfaat program UMKM. Salah satu contohnya RDN yang sudah mengalami peningkatan pendapatan karena perkembangan usahanya. Kemudian UJG juga dapat membeli warung yang dahulu hanya di sewa. Tingkat Partisipasi Keikutsertaan masyarakat berdasarkan kualitas maupun kuantitas pada agenda program merupakan salah satu penilaian efektivitas program. Dalam penelitian ini tingkat partisipasi warga yang mengikuti program dapat diukur melalui keaktifannya mengikuti pelatihan, pelaporan, menyalurkan kritik dan saran. Berikut data mengenai tingkat partisipasi masyarakat pada program dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat partisipasi No. 1. 2. 3.
Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 27 12 6 45
% 60.0 26.7 13.3 100.0
Tabel 23 menunjukkan bahwa sebaran masyarakat berdasarkan tingkat partisipasi dalam Program Kemitraan termasuk rendah. Sebanyak 13.3% tingkat partisipasi tinggi, 26.7% tingkat partisipasi sedang dan 60.0% tingkat partisipasi rendah. Tingkat partisipasi rendah dimaksudkan rendahnya keaktifan masyarakat dalam memberi kritik, saran dan pelaporan. Mengenai pelaporan menurut RDN, tidak pernah ke perusahaan untuk melaporkan perkembangan usaha, namun penagih angsuran setiap bulan yang akan menanyakan perkembangan usaha. Berdasarkan observasi, keaktifan masyarakat dinilai kurang dalam memberikan kritik dan saran pada program. Rendahnya tingkat partisipasi juga disebabkan intensitas pengadaan pelatihan yang tidak tentu, bahkan beberapa masyarakat hanya sekali merasakan adanya pelatihan. Tingkat Keberlanjutan Pada Program Kemitraan CSR ANTAM pinjaman modal yang telah diberikan dan masyarakat mengikuti seluruh pelatihan yang diagendakan oleh program, maka kemajuan usaha masyarakat atas kemandiriannya merupakan tolak ukur keberhasilan dalam keberlanjutan Program Kemitraan CSR ANTAM. Berikut data mengenai tingkat keberlanjutan pada program dapat dilihat melalui Tabel 24. Tabel 24 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan tingkat keberlanjutan dalam Program Kemitraan tergolong tinggi. Sebanyak 71.1% tingkat keberlanjutan tinggi, sebanyak 20.0% tingkat keberlanjutan rendah dan
51
8.9% pada tingkat sedang. Hal ini artinya sangat banyak masyarakat yang dapat berusaha secara mandiri. Tabel 24 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberlanjutan No. 1. 2. 3.
Tingkat Keberlanjutan Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 9 4 32 45
% 20.0 8.9 71.1 100.0
Berdasarkan beberapa masyarakat yang keberlanjutannya rendah karena mengalami bangkrut. Berikut pendapat Bu MRY yang merasa modal yang berikan tidak cukup, namun usaha adalah pekerjaan utamanya: “Saya jualan muter aja ya paling satu kampung, lumayan sehari bisa 2 kali ambil dagangan. Saya sih biasa jualan apa aja keliling yang penting modal muter terus untuk makan sehari hari” MRY, 33 tahun
Kasus lain, ARM mengeluhkan bahwa budidaya lele yang dikembangkan sejak 2008, sudah lama mengalami kebangkrutan. Menurutnya, kebangkrutan usaha disebabkan oleh sulitnya mencari informasi teknik budidaya lele yang sesuai serta jumlah konsumen yang sedikit. Saat ini ARM hanya membayar hutang cicilannya pada ANTAM. ARM yang hanya mempunyai sedikit petak sawah untuk makan, sebenarnya tidak mampu membayar angsuran. Namun, ARM bekerja serabutan di Jakarta untuk melunasi cicilannya. Ditegaskan oleh pernyataan ARM sebagai berikut: “Kolam sih masih ada, saya juga masih mau ngembangin lagi, waktu itu saya sampe ikut pelatihan budidaya lele di leuwiliang tapi belum juga berhasil. Kalo neng punya kenalan boleh Bapak minta diajarin” ARM, 56 tahun
Tingkat Keberdayaan Pelatihan yang diberikan oleh Program Kemitraan CSR ANTAM merupakan salah satu usaha dalam memberdayakan masyarakat. Keterampilan, sikap, serta pengetahuan yang didapat oleh masyarakat merupakan tolak ukur dalam tingkat keberdayaan. Berikut data mengenai tingkat keberdayaan pada program dapat dilihat melalui Tabel 25. Tabel 25 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat keberdayaan No. 1. 2. 3.
Tingkat Keberdayaan Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 26 3 16 45
% 57.8 6.7 35.6 100.0
52
Tabel 25 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan tingkat keberdayaan dalam Program Kemitraan tergolong rendah. Sebanyak 57.8% tingkat keberdayaan rendah, 35.6% tingkat keberdayaan tinggi dan 6.7% pada tingkat sedang. Pemberdayaan yang rendah dalam Program Kemitraan artinya tidak ada peningkatan pada segi pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah mengikuti pelatihan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam RDN merasa pelatihan yang diberikan hanya membahas yang umum saja. Kemudian ditambahkan pernyataan UJG sebagai berikut: “Kalo ada pelatihan sih Bapak ikut terus neng tapi ngga ngerti isi yang dibahas, kan yang ngomong juga doktor da Bapak mah kan lulusan SD” UJG, 56 tahun
Tingkat Dampak Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat dampak yaitu seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif dari program. Dalam penelitian ini, efektivitas dalam Program Kemitraan CSR ANTAM dapat dilihat berdasarkan seberapa besar dampak program terhadap perkembangan usaha masyarakat, perubahan kesejahteraan dan kepedulian kepada lingkungan sekitar. Berikut data mengenai tingkat dampak pada Program Kemitraan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat dampak No. Tingkat Dampak ∑ % 1. Rendah 11 24.4 2. Sedang 16 35.6 3. Tinggi 18 40.0 Total 45 100.0 Tabel 26 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan tingkat dampak dalam Program Kemitraan tergolong tinggi. Sebanyak 40.0% tingkat dampak tinggi, 35.6% tingkat dampak sedang dan 24.4% pada tingkat rendah. Selisih pada setiap kategori sangat kecil, hal ini berarti sebagian masyarakat tidak mengalami dampak dalam Program Kemitraan. Tingkat dampak yang dimaksud yaitu mengalami peningkatan usaha yang signifikan, perubahaan tingkat pendapatan dan peningkatan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Menurut RDN yang mengalami peningkatan usaha, bahkan tabungan selama setahun kemarin sudah dibelikan tanah untuk membuka cabang usahanya. Namun, pendapat berbeda dari MRY yang memaparkan bahwa program tidak memberikan dampak pada usahanya. MRY juga tidak mengalami peningkatan pendapatan dan kedua anaknya putus sekolah karena kekurangan biaya. Tingkat Kesesuaian Penilaian efektivitas program CSR pada aspek kesesuaian program merupakan kesesuaian program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal (Prayogo dan Hilarius 2012). Ketepatan suatu program dalam mengatasi masalah
53
tertentu merupakan suatu bentuk kesesuaian yang tinggi dalam program. Dalam penelitian ini diukur dari bagaimana Program Kemitraan dapat mengatasi masalah kekurangan modal dan pengembangan usaha mandiri warga Desa Bantarkaret. Berikut data mengenai tingkat kesesuaian Program Kemitraan dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat kesesuaian No. 1. 2. 3.
Tingkat Kesesuaian Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 7 30 8 45
% 15.6 66.7 17.8 100.0
Tabel 27 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan tingkat kesesuaian Program Kemitraan lebih banyak pada tingkat sedang. Sebanyak 66.7% tingkat kesesuaian sedang, 17.8% tingkat kesesuaian tinggi dan 15.6% pada tingkat rendah. Tingkat kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian peraturan dan ketentuan, kesesuaian tujuan, kesesuaian dana yang diberikan kepada mitra ANTAM serta kesesuaian pelatihan yang diberikan. Hasil wawancara dengan RDN, menurutnya dana dan pelatihan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan usaha. Di tambahkan pernyataan oleh MRY: “Modal yang di kasih ngga seberapa tapi jaminannya surat rumah yah itu kan ngga sesuai neng” MRY, 33 tahun
Tingkat Efektivitas Program Kemitraan Efektivitas merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program. Efektivitas program dianalisis untuk mengetahui seberapa efektif Program Kemitraan yang dilakasanakan oleh CSR ANTAM Pongkor. Menurut Prayogo dan Hilarius (2012), terdapat enam aspek penilaian yang digunakan untuk menilai efektivitas program CSR. Keenam aspek tersebut yaitu aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, aspek dampak, aspek pemberdayaan, serta aspek partisipasi. Berikut data keseluruhan aspek tingkat efektivitas Program Kemitraan CSR ANTAM Pongkor di Desa Bantarkaret dapat dilihat dari Tabel 28. Tabel 28 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program Kemitraan No. 1. 2. 3.
Efektivitas Program Kemitraan Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 10 18 17 45
% 22.2 40.0 37.8 100.0
Tabel 28 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan tingkat efektivitas Program Kemitraan di Desa Bantarkaret. Persentase terbesar yaitu pada efektivitas tingkat sedang sebesar 40.0%, efektivitas tinggi sebesar 37.8% dan
54
efektivitas rendah hanya sebesar 22.2%. Efektivitas Program Kemitraan cenderung tingg jika dilihat dari persentase Tabel 28. Persebaran kepercayaan masyarakat lebih jelas juga dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Persentase masyarakat berdasarkan efektivitas Program Kemitraan Desa Bantarkaret Tahun 2015 Gambar 9 menunjukkan efektivitas keseluruhan Program Kemitraan cukup tinggi karena memiliki selisih kecil antara efektivitas tingkat sedang dan tinggi. Menurut RYN, efektivitas program sangat tergantung oleh penerima program. Namun, usaha yang banyak di ajukan di kecamatan nanggung adalah warung. Menurut survei tahunan usaha warung sangat rentan terkena bangkrut. Pernyataan lain juga disampaikan PRN bahwa kelemahan dari program CSR ANTAM adalah kurangnya pelatihan padahal masyarakat menunggu adanya pelatihan dan monitoring evaluasi jelas diadakan. “Pelatihan sih ada namun tidak berkelanjutan, padahal jika program benarbenar fokus saya yakin bisa sukses” PRN, 53 tahun
Taraf Hidup Salah satu capaian yang diharapkan dari Program Kemitraan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur melalui taraf hidup. Pada variabel taraf hidup dibedakan berdasarkan tahun mengikuti program. Metode yang digunakan yaitu indeks komposit untuk memperoleh skor taraf hidup dalam setiap kategori tahun mengikuti program. Pengeluran, pendapatan, tabungan, luas rumah, sumber penerangan, sumber air minum, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas WC, kepemilikan kendaraan dan kemampuan berobat merupakan
55
aspek-aspek yang diukur dalam melihat taraf hidup masyarakat. Menurut RDN dan UJG Program Kemitraan membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Dibuktikan RDN dapat memiliki kendaraan pribadi dari hasil usahanya dan dapat mengembangkan usaha dengan membuka cabang baru. Kemudian UJG juga dapat membeli warungnya yang sebelumnya hanya di sewa. Selanjutnya pembahasan ini mengenai taraf hidup masyarakat berdasarkan tahun mengikuti program dilihat dari setiap aspek pengukuran taraf hidup. Berikut data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan pengeluaran pada Tabel 29. Tabel 29 Taraf hidup berdasarkan pengeluaran masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Rendah 5 6 2 13
Pengeluaran Sedang 18 2 4 24
Tinggi 1 3 4 8
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 29 pengeluaran masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak pada kategori sedang. Tingkat pengeluaran digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Pengeluaran di kategorikan tinggi apabila pengeluaran lebih besar dari Rp4 947 866, pengeluaran dikategorikan sedang apabila pengeluaran antara Rp2 607 689 hingga lebih kecil dari Rp4 947 866, dan pengeluaran dikategorikan rendah apabila lebih kecil dari Rp2 607 689. Pengeluaran mayoritas masyarakat Desa Bantarkaret antara Rp2 607 689 hingga lebih kecil dari Rp4 947 866. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan pendapatan pada Tabel 30. Tabel 30 Taraf hidup berdasarkan pendapatan masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Rendah 6 6 1 13
Pendapatan Sedang 17 2 5 24
Tinggi 1 3 4 8
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 30 pendapatan masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak pada kategori sedang. Tingkat pendapatan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Pendapatan di kategorikan tinggi apabila pendapatan lebih besar dari Rp8 161 199, pendapatan dikategorikan sedang apabila pendapatan yang diperoleh antara Rp5 821 022 hingga lebih kecil dari Rp8 161 199, dan pendapatan dikategorikan rendah apabila lebih kecil dari Rp5 821 022. Pendapatan yang diperoleh mayoritas masyarakat Desa Bantarkaret antara Rp5 821 022 hingga lebih kecil dari Rp8 161 199. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan tabungan dalam setahun terakhir pada Tabel 31.
56
Tabel 31 Taraf hidup berdasarkan tabungan masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Tidak ada 10 5 2 17
Tabungan dalam Setahun Sedang Tinggi Rendah 7 1 1 9
6 2 5 13
1 3 2 6
Total 24 11 10 45
Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan luas rumah pada Tabel 32. Tabel 32 Taraf hidup berdasarkan luas rumah masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Sempit 13 3 0 16
Luas Rumah Sedang 10 5 6 21
Luas 1 3 4 8
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 32 luas rumah masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak pada kategori sedang. Luas rumah digolongkan menjadi tiga kategori yaitu luas, sedang, sempit. Luas rumah dikategorikan luas apabila pendapatan lebih besar dari 104 m2, luas rumah dikategorikan sedang apabila luas rumah antara 65 m2 hingga lebih kecil dari 104 m2, dan luas rumah dikategorikan sempit apabila lebih kecil dari 65 m2. Luas rumah mayoritas masyarakat Desa Bantarkaret antara 65 m2 hingga lebih kecil dari 104 m2. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan jenis lantai bangunan pada Tabel 33. Tabel 33 No. 1. 2. 3.
Taraf hidup berdasarkan jenis lantai bangunan masyarakat Desa Bantarkaret
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Jenis Lantai Bangunan Kayu murah Kayu mahal Keramik 2 0 22 2 1 8 0 0 10 4 1 40
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 33 jenis lantai bangunan masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu keramik. Jenis lantai dibagi menjadi kayu murah, kayu mahal dan keramik. Sebanyak 40 orang (88.9%) yang jenis lantainya keramik, sebanyak 4 orang (8.9%) yang jenis lantainya kayu murah dan hanya 1 orang (2.2%) yang jenis lantainya kayu mahal. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan jenis dinding bangunan pada Tabel 34.
57
Tabel 34 Taraf hidup berdasarkan jenis dinding bangunan masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Kayu 0 1 0 1
Jenis Dinding Bangunan Tembok bata Tembok beton 24 0 10 0 6 4 40 4
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 34 jenis dinding bangunan masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu tembok bata. Jenis dinding dibagi menjadi kayu, tembok bata dan tembok beton. Sebanyak 40 orang (88.9%) yang jenis dindingnya tembok bata, sebanyak 4 orang (8.9%) yang jenis dindingnya tembok beton dan hanya 1 orang (2.2%) yang jenis dindingnya kayu. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan fasilitas buang air besar pada Tabel 35. Tabel 35 Taraf hidup berdasarkan fasilitas buang air besar masyarakat Desa Bantarkaret No.
Tahun Mengikuti Program
1. 2. 3.
2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Fasilitas Buang Air Besar WC pribadi WC pribadi tanah/semen keramik 11 13 3 8 2 8 16 29
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 35 fasilitas buang air besar yang dimiliki masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu WC pribadi keramik. Fasilitas buang air besar dibagi menjadi WC pribadi tanah/semen dan WC pribadi keramik. Sebanyak 29 orang (64.4%) yang memiliki WC pribadi keramik dan sebanyak 16 orang (35.6%) yang memilki WC pribadi tanah/semen. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan sumber penerangan pada Tabel 36. Tabel 36 No. 1. 2. 3.
Taraf hidup berdasarkan sumber penerangan masyarakat Desa Bantarkaret Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Sumber Penerangan Listrik PLN pribadi 24 11 10 45
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 36 seluruh masyarakat Desa Bantarkaret sudah menggunakan sumber penerangan PLN pribadi. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan sumber air minum pada Tabel 37.
58
Tabel 37
No. 1. 2. 3.
Taraf hidup berdasarkan sumber air minum masyarakat Desa Bantarkaret
Tahun Mengikuti Program
Mata air
2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
23 9 9 41
Sumber Air Minum Sumur Air kemasan/isi ulang 1 0 1 1 1 0 3 1
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 37 sumber air minum yang digunakan masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu dari mata air. Sumber air minum dibagi menjadi mata air, sumur dan air kemasan/isi ulang. Sumber air minum dari mata air digunakan sebanyak 41 orang (91.1%), sumber air minum dari sumur digunakan sebanyak 3 orang (6.7%) dan hanya 1 orang (2.2%) yang menggunakan air kemasan sebagai sumber air minum. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan bahan bakar memasak pada Tabel 38. Tabel 38
Taraf hidup berdasarkan bahan bakar memasak masyarakat Desa Bantarkaret
No.
Tahun Mengikuti Program
1. 2. 3.
2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Bahan Bakar Memasak Kayu bakar dan gas Gas 3 21 2 9 0 10 5 40
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 38 bahan bakar untuk memasak yang digunakan masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu gas. Bahan bakar untuk memasak dibagi menjadi gas dan kayu bakar/gas. Sebanyak 40 orang (88.9%) yang menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak dan sebanyak 5 orang (11.1%) yang menggunakan kayu bakar/gas sebagai bahan bakar memasak. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan alat transportasi yang dimiki pada Tabel 39. Tabel 39 Taraf hidup berdasarkan transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Bantarkaret No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program
Tidak ada
2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
2 2 1 5
Alat Transportasi Sepeda Mobil untuk motor angkutan umum 18 1 6 0 4 1 28 2
Mobil untuk pribadi
Total
3 3 4 10
24 11 10 45
59
Berdasarkan Tabel 39 alat transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu sepeda motor. Alat transportasi dibagi menjadi sepeda motor, mobil untuk angkutan umum dan mobil untuk pribadi. Sebanyak 28 orang (62.2%) yang memiliki sepeda motor, sebanyak 10 orang (22.2%) yang memiliki mobil untuk pribadi, sebanyak 2 orang (4.5%) yang memiliki mobil untuk angkutan umum dan sebanyak 5 orang (11.1%) yang tidak memiliki alat transportasi pribadi. Selanjutnya data taraf hidup masyarakat Bantarkaret yang sudah dikategorikan tahun mengikuti program berdasarkan tempat berobat pada Tabel 40. Tabel 40 Taraf hidup berdasarkan tempat berobat masyarakat Desa Bantarkaret No.
Tahun Mengikuti Program
1. 2. 3.
2008-2009 2010-2011 2012-2014 Total
Tempat Berobat Puskesmas Rumah sakit 21 3 7 4 6 4 34 11
Total 24 11 10 45
Berdasarkan Tabel 40 tempat berobat masyarakat Desa Bantarkaret terbanyak yaitu puskesmas. Tempat berobat dibagi menjadi puskesmas dan rumah sakit. Puskesmas dalam penelitian ini juga termasuk praktek dokter/bidan. Sebanyak 34 orang (75.6%) yang sering berobat ke puskesmas dan sebanyak 11 orang (24.4%) yang sering berobat ke rumah sakit. Berikut ini keseluruhan taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret berdasarkan tahun mengikuti program dapat dilihat hasil indeks komposit taraf hidup masyarakat pada Tabel 41. Tabel 41 Skor taraf hidup dan kategori masyarakat berdasarkan tahun mengikuti Program Kemitraan No. 1. 2. 3.
Tahun Mengikuti Program 2008-2009 2010-2011 2012-2014
Skor Taraf Hidup 58.3 21.1 20.5
Taraf Hidup Tinggi Sedang Rendah
Tabel 41 menunjukkan bahwa taraf hidup masyarakat berbanding lurus dengan lamanya mengikuti Program Kemitraan. Semakin lama mengikuti program maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat (Lampiran 5). Taraf hidup tinggi dimaksud masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Selanjutnya data mengenai sebaran masyarakat Desa Bantarkaret berdasarkan taraf hidup keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan taraf hidup No. 1. 2. 3.
Taraf Hidup Rendah Sedang Tinggi Total
∑ 5 30 10 45
% 11.1 66.7 22.2 100.0
60
Tabel 30 menunjukkan sebaran masyarakat berdasarkan taraf hidup. Sebanyak 66.7% taraf hidup sedang, 22.2% taraf hidup tinggi dan 11.1% pada tingkat rendah. Hal ini memperlihatkan taraf hidup mayoritas masyarakat tergolong sedang karena sebagian besar usaha masyarakat yaitu warung sehingga untung yang didapat hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ikhtisar Hasil penelitian menunjukkan kekuatan modal sosial masyarakat pada cenderung kuat. Modal sosial yang kuat berarti secara keseluruhan unsur seperti tingkat jaringan, tingkat kepercayaan dan hubungan sosial antara masyarakat Desa Bantarkaret dengan ANTAM Pongkor masih cukup baik. Pada hubungan sosial menurut Gambar 7 terlihat cenderung lemah. Hal ini menunjukkan renggangnya hubungan sosial antar masyarakat dan juga masyarakat dengan perusahaan. Efektivitas Program Kemitraan berdasarkan Tabel 28 cenderung tinggi. Apabila dilihat dari tingkatan aspek-aspek efektivitas program sangat beragam. Pada tingkat manfaat, keberlanjutan, dan dampak Program Kemitraan menunjukkan pada kategori tinggi. Pada tingkat partisipasi dan pemberdayaan menunjukkan pada kategori rendah. Kemudian pada tingkat kesesuaian menunjukkan pada kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Program Kemitraan cukup efektif. Taraf hidup masyarakat dapat dilihat berdasarkan kategori tahun mengikuti program. Hasil penelitian menunjukkan taraf hidup masyarakat berbanding lurus dengan kategori tahun mengikuti program. Taraf hidup masyarakat Desa Bantakaret juga dapat dilihat dari setiap indikator pengukuran taraf hidup yang beragam antara masyarakat pada kategori tahun mengikuti program. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret tergolong sedang. Hal ini disebabkan sebagian besar usaha masyarakat yaitu warung sehingga keuntungan yang didapat hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
61
HUBUNGAN MODAL SOSIAL, EFEKTIVITAS PROGRAM KEMITRAAN, DAN TARAF HIDUP Menurut Rahardja et al. (2011), modal sosial menjadi faktor pendorong kegiatan CSR. Modal sosial yang dibangun oleh perusahaan memberikan kontribusi nyata terhadap capaian kinerja sosial perusahaan. Modal sosial juga sebagai salah satu modal korporat yang strategis berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang dicapai dan salah satu representasi kinerja finansial perusahaan. Merujuk pada hasil penelitian bab sebelumnya, peneliti ingin melihat hubungan modal sosial dengan efektivitas Program Kemitraan. Selanjutnya pembahasan mengenai hubungan bagaimana hubungan efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup penerima manfaat program. Efektivitas merupakan indikator keberhasilan suatu program. Menurut Prayogo dan Hilarius (2012), tingkat keberhasilan program CSR dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Setelah itu pembahasan juga mengenai bagaimana hubungan modal sosial dengan taraf hidup. Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS v.20.0 untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel.
Hubungan Modal Sosial dengan Efektivitas Program Kemitraan Modal sosial merupakan variabel yang mengefesienkan interaksi yang terjadi antar individu. Dalam penelitian ini, tingkat modal sosial yang tinggi turut serta dalam mengefesienkan hubungan yang terjadi antara warga Desa Bantarkaret dengan ANTAM. Dengan hubungan efesien yang terjadi antara warga Desa Bantarkaret dengan ANTAM, maka diduga tingkat efektivitas Program Kemitraan yang diadakan oleh ANTAM pun akan tinggi. Berikut hasil tabulasi silang antara kekuatan modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan ANTAM dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan Kekuatan Tingkat Efektivitas Program Kemitraan Total No Modal Sosial Rendah Sedang Tinggi ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1. Lemah 4 44.4 5 55.6 0 0.0 9 100 2. Sedang 4 21.1 7 36.8 8 42.1 19 100 3. Kuat 2 11.8 6 35.3 9 52.9 17 100 10 22.2 18 40.0 17 37.8 45 100 Total Tabel 43 memperlihatkan hubungan antara kekuatan modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan. Berdasarkan data pada kolom tingkat efektivitas tinggi berjumlah 17 orang. Pada kolom tingkat efektivitas tinggi menunjukkan meningkatnya persentase kekuatan modal sosial. Persentase meningkat sebanyak 0.0%, 42.1% dan 52.9%. Hal ini
62
menunjukkan semakin kuat modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret maka semakin tinggi tingkat efektivitas Program Kemitraan. Terdapat hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi rank spearman. Hasil uji korelasi rank spearman dengan SPSS v.20.0 didapatkan hubungan positif yang kuat diantara variabel kekuatan modal sosial dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan (lihat Lampiran 4). Berdasarkan hasil wawancara RDN dan istri banyak memiliki jaringan pengusaha karena mereka dulu sering diminta membantu berjualan sehingga berjalannya usaha mereka juga tidak lepas dari peran dan masukan dari teman-teman pengusahanya. RDN juga menjadikan pelatihan sebagai ajang memperluas jaringan sehingga dapat saling bertukar pikiran bersama dengan pengusaha lainnya. RDN yang aktif dalam kelompok masyarakat juga memberikan dampak terhadap lingkungannya. Berikut penyataan tambahan RDN: “Karena saya termasuk kelompok masyarakat mungkin, jadi kalau usaha lancar ya peduli sama lingkungan sih udah pasti kaya kemarin bikin peralon di depan tuh” RDN, 38 tahun
Pengalaman RDN menunjukkan modal sosial yang dimiliki berhubungan nyata dengan efektivitas Program Kemitraan.
Hubungan Efektivitas Program Kemitraan dengan Taraf Hidup Masyarakat Bantarkaret Berdasarkan konsep CSR yang dikemukakan oleh Anatan (2008), maka tujuan CSR sendiri merupakan suatu perkembangan dari tiga konsep yaitu social sustainability, economic sustainability dan environmental sustainability dalam melaksanakan tanggung jawab sosial. Pada penelitian ini, ANTAM harus memberikan suatu kontribusi positif bagi masyarakat melalui program CSR-nya. Tingkat efektivitas Program Kemitraan menunjukkan seberapa besar keberhasilan ANTAM dalam melakukan pencapaian target-target pada program. Sedangkan tingkat taraf hidup merupakan salah satu tolak ukur kesejahteraan warga Desa Bantarkaret. Keberhasilan program berdasarkan konsep CSR yang telah dijabarkan dapat berhubungan dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Berikut hasil tabulasi silang antara tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44
No 1. 2. 3.
Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup Tingkat Taraf Hidup Total Efektivitas Rendah Sedang Tinggi Program ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Rendah 4 40.0 6 60.0 0 0.0 10 100 Sedang 0 0.0 17 94.4 1 5.6 18 100 Tinggi 1 5.9 7 41.2 9 52.9 17 100 5 11.1 30 66.7 10 22.2 45 100 Total
63
Pada Tabel 44 menunjukkan hubungan antara tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan data pada kolom taraf hidup tinggi berjumlah 10 orang. Pada kolom taraf hidup tinggi terdapat persentase yang meningkatnya tingkat efektivitas Program Kemitraan. Persentase meningkat sebesar 0.0%, 5.6% dan 52.9%. Hal ini memperlihatkan jelas terdapat hubungan positif yaitu semakin tinggi efektivitas Program Kemitraan maka semakin tinggi taraf hidup masyarakat. Terdapat hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi rank spearman. Hasil uji korelasi rank spearman dengan SPSS v.20.0 didapatkan hubungan positif yang kuat diantara tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat (Lampiran 4). Berdasarkan hasil wawancara mendalam RDN yang memiliki efektivitas program cukup tinggi dengan niat dan kegigihan, RDN dapat mengembangkan usahanya dari mulai 2010 berjualan buah-buahan kemudian merambah berjualan ayam potong. Usaha RDN juga memberikan peningkatan taraf hidup karena dapat memperluas cabang usahanya. Pada kasus yang berbeda yaitu MRY yang memiliki efektivitas cenderung rendah dan taraf hidupnya pun tergolong cukup rendah karena hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, MRY tidak dapat menyekolah kedua anaknya ke jenjang SMA. Menurut MRY hasil berjualan kelilingnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan efektivitas program berhubungan nyata dengan taraf hidup masyarakat.
Hubungan Modal Sosial dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Bantarkaret Menurut Daryanto (2004), modal sosial adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Modal sosial dan taraf hidup masyarakat di Desa Bantarkaret masing-masing telah dibahas pada bagian sebelumnya. Pembahasan ini mengenai hubungan antara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat di Desa Bantarkaret. Berikut Tabel 45 merupakan hasil tabulasi silang antara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret. Tabel 45 Jumlah dan persentase masyarakat berdasarkan kekuatan modal sosial dengan taraf hidup Kekuatan Taraf Hidup Total No Modal Sosial Rendah Sedang Tinggi ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1. Lemah 2 22.2 7 77.8 0 0.0 9 100 2. Sedang 3 15.8 10 52.6 6 31.6 19 100 3. Kuat 0 0.0 13 76.5 4 23.5 17 100 5 11.1 30 66.7 10 22.2 45 100 Total Pada Tabel 45 menunjukkan hubungan antara kekuatan modal sosial dengan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan data pada kolom taraf hidup tinggi berjumlah 10 orang dan persentase taraf hidup tinggi tidak menunjukkan semakin
64
kuat modal sosial semakin besar persentase kekuatan modal sosial. Terdapat persentase 0.0%, 31.6% dan 23,5% pada kolom taraf hidup tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman dengan SPSS v.20.0 didapatkan hubungan positif yang cukup kuat diantara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan modal sosial dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat namun, tidak cukup kuat hubungannya. Berdasarkan hasil obeservasi, beberapa responden yang memiliki modal sosial kuat belum tentu tinggi pula taraf. Pada kasus UJG unsur modal sosial yang dimiliki lemah dalam hubungan sosial karena mereka tinggal di kampung pinggir jalan. Mayoritas masyarakat disekitar tempat tinggalnya sudah tidak lagi mementingkan gotong-royong dan kebersamaan. Pada UJG modal sosial yang lemah tidak behubungan dengan taraf hidupnya. Berbeda dengan kasus RDN dan istri yang banyak memiliki jaringan pengusaha karena mereka dulunya sering diminta membantu berjualan sehingga berjalannya usaha mereka juga tidak lepas dari peran dan masukan dari teman-teman pengusahanya. Hal ini menyebabkan taraf hidup RDN meningkat. Berikut pernyataan RDN: “Kemajuan usaha kita juga karena dibantu masukan dari temen-temen seprofesi Bapak” RDN, 38 tahun
Ikhtisar Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel modal sosial, efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat. Adanya hubungan tersebut di uji korelasi rank spearman melalui SPSS v 20.0 dan pengolahan data dengan menggunakan tabulasi silang. Berdasarkan tabulasi silang menunjukkan hubungan antara modal sosial kuat dengan semakin tinggi efektivitas Program Kemitraan. Hal ini dikuatkan dengan uji korelasi rank spearman yang menunjukkan hubungan positif yang kuat. Hal ini dibuktikan oleh RDN yang memiliki modal sosial tinggi yaitu dengan banyak memperluas jaringan pengusaha sehingga dapat saling bertukar pikiran agar usahanya tetap berkelanjutan. Selanjutnya terdapat hubungan antara efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat. Dibuktikan dengan tabulasi silang, semakin tinggi efektivitas program maka semakin tinggi taraf hidupnya. Dikuatkan dengan uji korelasi rank spearman yang menunjukkan hubungan positif yang kuat. Selain itu hasil wawancara menunujukkan hubungan nyata seperti MRY yang memiliki efektivitas program yang cenderung rendah dan taraf hidupnya pun cukup rendah karena hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu terdapat hubungan antara modal sosial dengan taraf hidup masyarakat dibuktikan oleh hasil uju korelasi rank spearman yang menunjukkan hubungan positif yang cukup kuat. Pada hasil tabulasi silang tidak menunjukkan semakin kuat modal sosial maka semakin tingginya taraf hidup masyarakat. Berdasarkan observasi, beberapa responden yang memiliki modal sosial tinggi belum tentu tinggi pula taraf hidupnya. Berbeda dengan kasus RDN bahwa modal sosial yang cukup kuat dapat meningkatkan taraf hidupnya.
65
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi mengenai kekuatan modal sosial, tingkat efektivitas Program Kemitraan, dan taraf hidup masyarakat. Modal sosial dapat meningkatkan efektivitas Program Kemitraan CSR ANTAM Pongkor. Terdapat hubungan positif kuat antara modal sosial dengan efektivitas Program Kemitraan. Selain itu juga terdapat hubungan positif kuat antara efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup. Kemudian pada modal sosial dengan taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret terdapat hubungan cukup kuat. Komponen modal sosial seperti jaringan, kepercayaan dan hubungan sosial dapat mendorong efektivitas program sehingga memudahkan terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat. Selanjutnya dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Modal sosial masyarakat Desa Bantarkaret dilihat dari terpeliharanya kepercayaan antar masyarakat dengan aparatur desa yang cenderung kuat, hubungan sosial masyarakat yang cenderung lemah dan jaringan yang terbentuk dalam masyarakat yang juga cenderung kuat sehingga masyarakat tergolong mudah dalam mendapatkan pekerjaan formal, pendidikan maupun fasilitas kesehatan. Secara keseluruhan warga Desa Bantarkaret memiliki kekuatan modal sosial cenderung kuat. Namun hubungan masyarakat dengan ANTAM yang lemah disebabkan menurunnya kondisi keuangan ANTAM dinilai tidak ada keterbukaan kepada apatur desa maupun masyarakat mengenai alokasi dana CSR. Hal tersebut kemungkinan besar berdampak pada renggangnya hubungan yang terjadi antara ANTAM dengan warga Desa Bantarkaret 2. Unsur modal sosial mampu meningkatkan efektivitas Program Kemitraan yang diukur melalui tingkat manfaat, kesesuaian, dampak, keberlanjutan, pemberdayaan, serta partisipasi. Tingkat efektivitas Program Kemitraan di Desa Bantarkaret cenderung tinggi. 3. Selanjutnya, peningkatan efektivitas program dapat mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat. Pengukuran taraf hidup dikategorikan berdasarkan lama masyarakat bermitra dengan ANTAM menunjukkan bahwa semakin lama masyarakat bermitra dengan ANTAM, maka taraf hidup yang dimilikinya pun semakin tinggi. Sedangkan secara umum, taraf hidup masyarakat tergolong sedang. Hal ini disebabkan karena usaha yang banyak digeluti oleh masyarakat adalah warung. Berdasarkan temuan lapang, keuntungan yang diperoleh warung tidak begitu besar. Namun, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai modal sosial, efektivitas Program Kemitaan dengan taraf hidup, terdapat hal yang dapat menjadi masukan atau saran diantaranya sebagai berikut: 1. Akademisi, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai modal sosial dengan taraf hidup masyarakat Desa Bantarkaret 2. Masyarakat, sebaiknya masyarakat lebih aktif dalam memberikan kritik dan saran serta mencari informasi mengenai Program Kemitraan. 3. Perusahaan, sebaiknya pihak CSR ANTAM meningkatkan sosialisasi mengenai program. Rincian penggunaan dana CSR ANTAM pun sebaiknya dapat diakses oleh
66
4.
5.
6.
7.
masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui rincian dana yang telah ANTAM keluarkan untuk desa. Perusahaan, sebaiknya meningkatkan pelatihan secara spesifik mengenai usaha dalam sektor perikanan. Hal tersebut didasarkan atas penemuan-penemuan di lapang bahwa sebagian besar usaha perikanan yang ada di Desa Bantarkaret dapat dikatakan hampir bangkrut. Pelatihan yang diadakan dapat menambah pengetahuan pengusaha perikanan dalam mengembangkan usahanya sekaligus mencegahnya dari kebangkrutan. Perusahaan, sebaiknya meningkatkan modal sosial dan efektivitas Program Kemitraan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian, taraf hidup masyarakat berhubungan kuat dengan efektivitas program dan modal sosial juga berhubungan kuat dengan efektivitas program. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan taraf hidup diperlukan efektivitas Program Kemitraan yang tinggi. Perusahaan, sebaikan ditinjau kembali sasaran dari Program Kemitraan ini. Penting untuk lebih difokuskan kepada masyarakat ekonomi lemah agar manfaatnya bisa lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat kecil. Masyarakat ekonomi lemah merupakan masyarakat yang rentan terkena dampak operasi secara langsung. Hal ini perlu dijadikan pertimbangan agar Program Kemitraan ini lebih tepat sasaran. Pemerintah, sebaiknya pemerintah juga turut serta dalam mengawasi jalannya pelaksanaan program CSR secara langsung.
67
DAFTAR PUSTAKA Ambadar J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo Anatan L. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) Tinjauan Teoritis dan Praktik di Indonesia. J Manajemen. [Internet]. [diunduh 2014 Des 19]. 4. Tersedia pada: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-manajemen/article/view/220 Azimi S. 2013. Partisipasi dan dampak program CSR PTPN VII terhadap taraf hidup masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Modal Sosial 2012. [Internet]. [diunduh 2014 Des 19]. Tersedia pada: http://bps.go.id/int/index.php/publikasi/20130431002 Dahlius AZ. [tidak ada tahun]. Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2015 Mei 31]. Tersedia pada: http://www.imaapi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1937:potensidan-tantangan-pertambangan-di-indonesia&catid=47:medianews&Itemid=98&lang=id Daryanto A. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekomoni Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan. J IPB. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 1]. 9(1). Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43755 Hadi N. 2011. Corporate Social Responsibility. Jakarta (ID): Graha Ilmu. 230 hal. Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. J Pembangunan Humaniora. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 1]. 12(1). Tersedia pada: http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_6%20apr% 202012.pdf Irawan E. 2013. Program Corporate Social Responsibility Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. J UNPAD. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 1]. http://pustaka.unpad.ac.id/wpTersedia pada: content/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_respo nsibility.pdf Jalal. 2011. ISO 26000 dan Isu-Isu CSR Industri Teknologi Informasi & Komunikasi. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 1]. Tersedia pada: http://csrindonesia.com/data/articles/20111205105214-a.pdf Laporan PKBL. 2014. Laporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). [Internet]. [diunduh 2014 Des 14]. Tersedia pada: http//antam.com/image/stories/joget/file/annual/2014/pkbl_antam_2014.pdf Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 317 hal. Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. J Sosiologi.
68
[Internet]. [diunduh tanggal 4 Okt 2014]. 17(1). Tersedia pada: http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf Rahardja, Rahayu, Salim, Ubud. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility dan Implikasinya dalam Perspektif Teori Stakeholder (Studi pada Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah). J Manajemen. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 4]. 9(2). Tersedia pada: http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/download/247/278 Rahmah DA. 2014. Gerakan Paguyuban Petani Versus Negara dan Dampaknya Pada Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Sukamulya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rahman A. 2009. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT HOLCIM Indonesia Tbk (Studi Kasus Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [skripsi]. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 9]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11433/I09ara1.pdf? sequence=2 Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Pedesaan. Sodality. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 30]. 5(1). Tersedia pada: http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf PT. Aneka Tambang Tbk. 2013. Laporan Hasil Verifikasi Lapang. [Internet]. [diunduh 2014 Des 14]. Tersedia pada: http://proper.menlh.go.id/portal/filebox/131228122157PT.%20Aneka%20 Tambang,%20Tbk.%20%20Unit%20Bisnis%20Pertambangan%20Emas%20Pongkor.pdf Rusli S. 2012. Pengatar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia Sugiharto E. 2007. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Benua Baru Ilir berdasarkan indikator Badan Pusat Statistik. JEPP. [Internet]. [diunduh 2014 Nov 4]; 13(2): 32-36. Tersedia pada: https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4-no1-eko.pdf Suharto E. 2006. Modal Sosial dan Kebijakan Publik. [Internet]. [diunduh 2015 Apr 1]. Tersedia pada: http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/MODAL_SOSIAL_DAN_ KEBIJAKAN_SOSIA.pdf Solihin I. 2009. Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta (ID): Salemba Empat. 216 hal. Supriadinata W, Goestaman I. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Persahaan Studi Kasus PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. J Ilmiah. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 4]. 2(1). Tersedia
69
pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455 Yulianti D. 2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. (Suatu Evaluasi atas Program CSR). J Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet]. [diunduh 2014 Okt 4]. 3(1). Tersedia pada: http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112353-1-P
70
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Rencana jadwal penelitian
Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambila n Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Penelitian
2015 Des Januari Februari Maret April Mei 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
73
Lampiran 2. Peta Desa Bantarkaret
74
Lampiran 3. Desa Bantarkaret berdasarkan RW, RT dan kampung Nama Kampung Cadas Leuer
RW 1 2
Bojongsari
3
Nutug Jatake Leuwibolang Sirnasari Cikaung Tela Leuwicatang Leuwibuluh Sidempok
4
Bantarkaret
7
Gunung Dahu Puspa Gunung Dahu Babakan Gunung Dahu Wetan Gunung Dahu Kaler Gunung Dahu Lapang Leuwibitung Pabuaran Tugu Cipanas Nunggul Bawah
5
6
8 9
10
Nunggul Atas Cimanganten
11
Ciguha
12
Cilanggar
13
RT 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2 1 2
75
Lampiran 4. Hasil uji kolerasi rank spearman Hasil uji korelasi Rank Spearman antara kekuatan modal sosial dengan efektivitas Program Kemitraan didapatkan nilai signifikannya sebesar 0.01. Uji hubungan kekuatan modal sosial dengan tingkat efektivitas Program Kemitraan memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.527. Nilai Correlation Coeficient +0.527 artinya terdapat hubungan positif yang kuat Correlations Kekuatan Modal Sosial Correlation Coefficient Modal Sosial Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Efektivitas Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Efektivitas Program Kemitraan
1.000
.527**
. 45
.000 45
.527**
1.000
.000 45
. 45
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat didapatkan nilai signifikannya sebesar 0.01. Uji hubungan tingkat efektivitas Program Kemitraan dengan taraf hidup masyarakat memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.714. Nilai Correlation Coeficient +0.714 artinya terdapat hubungan positif yang kuat Correlations Efektivitas Program Kemitraan Correlation Coefficient Efektivitas Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Taraf hidup Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Taraf Hidup Masyarakat
1.000
.714**
. 45
.000 45
.714**
1.000
.000 45
. 45
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara kekuatan modal sosial dengan taraf hidup didapatkan nilai signifikannya sebesar 0.01. Uji hubungan kekuatan modal sosial dengan taraf hidup memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.465. Nilai Correlation Coeficient +0.465 artinya terdapat hubungan positif yang cukup kuat
76
Correlations Kekuatan Modal Sosial Correlation Coefficient Modal Sosial
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho
Correlation Coefficient Taraf Hidup
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil uji reliabel berdasarkan pertanyaan kuesioner Reliability Statistics Cronbach's Alpha .894
N of Items 64
Taraf Hidup Masyarakat
1.000
.465**
.
.001
45
45
.465**
1.000
.001
.
45
45
77
Lampiran 5. Indeks komposit Tahun Pengeluaran 1 75.0 2 8.3 3 16.7 Total 100.0
Pendapatan 70.8 8.3 20.8 100.0
Tabungan 58.8 29.4 11.8 100.0
Luas Rumah 47.6 23.8 28.6 100.0
Jenis Lantai 55.0 20.0 25.0 100.0
Fasilitas WC 44.8 27.6 27.6 100.0
Penerangan 53.3 24.4 22.2 100.0
Air Minum 56.1 22.0 22.0 100.0
Bahan Bakar 52.5 22.5 25.0 100.0
Transportasi 64.3 21.4 14.3 100.0
Tempat Berobat 61.8 20.6 17.6 100.0
Total
Skor
700.1 253.4 246.5 1200.0
58.1 21.1 20.5 100.0
Keterangan: Tahun 1 = 2008-2009 Tahun 2 = 2010-2011 Tahun 3 = 2012-2014
77
78
Lampiran 6. Dokumentasi penelitian
Kantor Desa Bantarkaret
Plang Nama PT. ANTAM
Wawancara Responden
Sungai Cikaniki
Gerbang Utama PT. ANTAM
Manager CSR ANTAM
79
Usaha RM Padang
Usaha Ayam Potong
Pengolahan Limbah Tailing Dam
Usaha Warung dan Bensin
80
Lampiran 7. Tematik catatan harian
Profil Desa Berdasarkan hasil pemetaan partisipatif pada tahun 2014, luas wilayah Desa Bantarkaret adalah 841.04 Ha. Desa Bantarkaret dibagi menjadi 7 Dusun, 13 RW, dan 46 RT. Penduduk Desa Bantarkaret berdasarkan data terakhir hasil sensus penduduk pada tahun 2012, tercatat 9.297 jiwa. Jumlah rumah tangga yaitu sebanyak 2.987 rumah tangga/KK. Pada awal sebelum hadirnya PT.ANTAM di tengah-tengah masyarakat Bantarkaret, mata pencaharian mayoritas masyarakat Bantarkaret adalah petani (sekitar 80%). Sekarang mayoritas mata pencaharian masyarakat sekitar 70% penambang dan 30% petani. -ASP Mayoritas mata pencaharian masyarakat Bantarkaret saat ini yaitu ke gunung, biasanya ada yang gurandil, pembantu gurandil (tukang pikul dan lainnya). Di kampung ini sendiri tidak banyak yang menjadi gurandil, tapi ada beberapa yang menjadi kuli pikul. Menurut EKS banyak juga gurandil yang berasal dari luar desa, kebetulan dulu pas zaman di gunung emasnya masih banyak sekali, orang-orang luar kota banyak yang sampai tidur dimusholamushola.-EKS Mata pencaharian sebagai petani yang memang semenjak dahulu digeluti oleh warga asli Desa Bantarkaret hingga kini pun masih bertahan walaupun dengan semakin sedikitnya lahan pertanian. Menurut HLM, mayoritas penambang liar merupakan pendatang dan sebagian kecilnya merupakan warga asli. -HLM Budaya dan Pola-Pola Adaptasi Keberadaan PT.ANTAM secara tidak langsung melunturkan budayabudaya yang ada pada masyarakat. Contohnya terjadi perubahan gaya hidup masyarakat, dalam segi konsumsi makanan yang lebih ke kotaan. ANTAM juga menarik para pendatang dari berbagai tempat seperti cianjur, sukabumi dan lainnya, sehingga persetase pendatang setiap tahunnya semakin tinggi. Oleh karena itu, budaya gotong royong ditengah masyarakat semakin memudar karena banyaknya benturan-benturan budaya antara pendatang dan warga asli. Hal ini juga ditunjukan dengan sulit dikumpulkannya masyarakat. ASP mengatakan “Budaya-budaya kalo dibilang sirna sih ngga. Untuk budaya gotong royong sih Alhamdulillah, sekalipun ini hanya berlaku di beberapa titik. kebersamaan masyarakat bahkan di beberapa titik sudah susah dilakukan.“ -ASP ASP juga menambahkan bahwa Bantarkaret tidak lagi seperti “desa” yang kita tahu, sudah banyak yang mempunyai mobil mewah seperti orang kota bahkan jika kita ke Kampung Ciguha saat malam gemerlap dan saat siang bisa dilihat kemewahan bangunannya, hal ini menunjukan gaya hidup sebagian besar masyarakat Desa Bantarkaret layaknya orang kota . Munculnya penambang liar yang semakin banyak dikarenakan tuntutan gaya hidup, orientasi yang mereka pikirkan hanyalah mendapatkan uang. Mereka tidak lagi memikirkan hambatan dan resiko yang akan terjadi. –ASP
81
Kepadatan penduduk yang tinggi ini menurutnya dapat dilihat dari semakin sempitnya lahan sawah sebagai salah satu usaha pertanian utama di Desa Bantarkaret. Lahan-lahan pertanian tersebut berubah menjadi lahan pemukiman dengan semakin padatnya penduduk. HLM secara pribadi menyatakan ketidaksukaannya terhadap pendatang, karena menurutnya, pendatang menimbulkan banyak terjadinya “kawin kontrak” antara pendatang dengan warga asli. -HLM Adanya perusahaan tambang tersebut turut berperan dalam melunturkan nilai-nilai budaya masyarakat Desa Bantarkaret. Sebagai contoh, sebelum adanya PT. ANTAM, jumlah warga yang mengikuti kerja bakti yang diadakan sangat banyak, bahkan pernah mencapai 2000 orang lebih ketika ada kerja bakti pembangunan jalan di Desa Bantarkaret. Namun, saat ini warga cenderung lebih memilih untuk membantu dalam bentuk uang. -II PRN menyatakan bahwa sebelum adanya PT. ANTAM, warga sekitar bermata pencaharian sebagai petani. Lahan pertanian warga sebagian besar tadah hujan dan penggarapan masih menggunakan teknik tradisional, sehingga hasilnya pun “pas-pas an”. Semenjak adanya PT. ANTAM, warga mulai mengetahui bahwa di Desa Bantarkaret kaya akan sumberdaya alam emas. Hal ini menyebabkan warga banyak beralih profesi menjadi penambang emas liar atau sering disebut warga sekitar sebagai gurandil. Ada pula petani yang juga mengerjakan pekerjaan membantu gurandil seperti memikul tanah saja atau menumbuk tanah saja. Hasil dari memikul tanah saja 3 ribu rupiah/kilo dan menumbuk tanah saja 40 ribu rupiah/karung. Hal ini sudah sangat menguntungkan untuk para petani yang menunggu panen namun, masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Lahan pertanian juga banyak beralih fungsi menjadi wilayah ANTAM dan pemukiman tapi tetap masih cukup banyak lahan pertanian. Menurut PRN, hal ini merubah gaya hidup masyarakat, masyarakat berfikir “instant”, dibuktikan dengan banyaknya gurandil. -PRN Saat ini usaha pertanian di Desa Bantarkaret dinilai kurang oleh HDY karena adanya usaha tambang baik secara ilegal maupun legal. Padahal menurut HDY, lahan pertanian yang ada di Desa Bantarkaret tidak banyak berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemauan warga yang kurang dalam usaha pertanian. -HDY Modal Sosial Modal sosial dibagi menjadi tiga unsur yaitu jaringan, kepercayaan dan hubungan sosial. Secara keseluruhan modal sosial di Desa Bantarkaret cukup kuat. Hal ini disebabkan oleh unsur jaringan pada masyarakat Desa Bantarkaret yang cukup kuat, serta unsur kepercayaan yang cukup kuat. Namun pada unsur hubungan sosial dirasa lemah. Unsur Jaringan yang kuat dapat terlihat dari pengalaman informan yang memberikan kutipan sebagai berikut Rdn dan istri banyak memiliki jaringan pengusaha karena mereka dulunya sering diminta membantu berjualan sehingga berjalannya usaha mereka juga tidak lepas dari peran dan masukan dari teman-teman pengusahanya. “kemajuan usaha kita juga karena dibantu masukan dari temen-temen seprofesi Bapak”. RDN tidak pernah bertanya dan berdiskusi mengenai usahanya dengan pihak CSR ANTAM menurutnya ia lebih senang bertukar pikiran dengan pengusaha lainnya dan sering bikin forum atau sekedar kumpul-kumpul. “Ikut pelatihan menurut
82
saya sebagai ajang memperluas jaringan dengan pengusaha lain yang lebih berpengalam jadi bisa nanya-nanya dan tuker pikiran malahan kita suka buat pertemuan kaya forum neng biar silaturahmi juga”-RDN Jaringan yang dibangun oleh PT. ANTAM terhadap masyarakat sudah dapat dikatakan cukup baik. Biasanya ada duta desa yang datang ke beberapa warga untuk memberikan informasi terkait program dan berita perusahaan. –HDY Pihak CSR mempunyai duta desa yang berfungsi untuk membentuk jaringan sosial di masyarakat. Jaringan sosial ini sangat penting untuk keberlangsungan perusahaan juga sebagai jembatan perusahaan dan masyarakat. “Pada akhirnya CSR ini menjadi sebuah benteng, pilar untuk mendekatkan perusahaan dan masyarakat sehingga peran CSR sangat penting sekali baik sebagai kewajiban maupun untuk keamanan perusahaan”-KSR Unsur jaringan yang lemah dapat terlihat dari kutipan beberapa informan sebagai berikut Menurut PRN, banyak warga yang belum mengetahui program-program CSR PT. ANTAM. Sosialisasi yang dilakukan PT. ANTAM dirasa masih kurang sehingga masyarakat yang harus aktif bertanya ke perusahaan. PRN sendiri melihat sosialisasi yang dilakukan oleh PT. ANTAM hanya dilakukan ketika MUSREMBANG Desa yang hanya dilakukan setahun sekali. Sosialisasi yang dilakukan PT. ANTAM terkait dengan program CSR-nya pun hampir sebagian besarnya dilakukan hanya pada lingkup aparatur desa. –PRN Sosialisasi program CSR dari pihak ANTAM menurut EKS tidak ada, beliau hanya tahu dari mendengar kata orang saja. “mungkin kalau orang yang sering jalan ya tahu juga tentang program-programnya, kalau undangan ke desa tentang sosialisasi program sih ngga ada tapi ngga tahu mungkin saya ngga ke undang”- EKS Sosialisasi terkadang banyak berkunjung ke rumah warga atau pun ke kantor desa. Maka dari itu banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai informasi program maupun ANTAM, mungkin karena pihak desa tidak menyampaikan kembali ke masyarakat atau ada masyarakat yang tidak bertemu pihak ANTAM di lapang. Namun, pihak ANTAM memiliki jaringan yang akan terus memperluas jaringan dengan kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh ulama agar ada kedekatan dan kepercayaan walaupun di antara tokoh tersebut masing ada yang tidak percaya dan tidak memperdulikan ANTAM. –RYN Pada unsur kepercayaan kuat di buktikan dari pernyataan informan berikut Secara umum, masyarakat masih percaya terhadap PT. ANTAM. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya proposal-proposal bantuan yang diajukan oleh warga kepada PT. ANTAM. -II Pada program kemitraan, usaha yang di ajukan di kecamatan nanggung sendiri banyaknya warung. Menurut survey tahunan, usaha warung sangat rentan terkena bangkrut sehingga pihak ANTAM sangat selektif memilih mitra nya. Adapun syarat penerima program CSR yaitu pendirian usaha minimal 1 tahun, jenis usaha dan mempunyai jaminan surat tanah. Tidak hanya syarat tersebut, jika calon penerima manfaat terkait dengan gurandil melalui survey maka pengajuan pun tidak diterima. Ketatnya prosedur untuk penerima manfaat program kemitraan karena pengalaman ANTAM yang sudah terlalu banyak mengalami kemacetan
83
dana. Sampai tahun 2013 sekitar 8 Milyar dana CSR ANTAM macet total, sehingga ini menjadi pengalaman untuk ANTAM lebih selektif dan membuat kebijakan menggunakan jaminan. –RYN Warga yang tidak mendukung adanya PT. ANTAM ini adalah warga yang terlibat dalam usaha gurandil. Warga tersebut berdalih usaha gurandil-nya adalah untuk “eusi beuteung”, sebuah istilah bahasa sunda yang berarti mengisi perut. Padahal menurut HDY, keberadaan PT. ANTAM itu secara hukum adalah legal dan merupakan perusahaan negara yang bertujuan untuk membangun Negara. HDY Kepercayaan lemah disampaikan oleh informan sebagai berikut Namun ada kekecewaan yang diungkapkan oleh ASP, walaupun PT. ANTAM berdalih bahwa kondisi perusahaannya saat ini sedang “collapse”, namun transparansi mengenai dana CSR tersebut kepada pihak desa dan masyarakat tidak terbuka. –ASP Menurut HLM bantuan-bantuan yang diajukan oleh masyarakat tidak pernah dikabulkan dengan jumlah nominal yang diharapkan. Bahkan seringkali sangat jauh dari jumlah yang diajukan warga. “kalau saya sih males ikut program, prasyaratannya banyak menurut saya sih ribet dan juga dikasihnya sedikit, kalaupun warga saya butuh bantuan misalnya rumah jompo saya lebih mengandalkan iuaran warga dibanding harus minta bantuan tambang”. –HLM “Sedikit persoalan adalah pada ketransparanan dana CSR dari PT. ANTAM. Selama ini belum ada rincian tentang penggunaan dana CSR tersebut. Harusnya pihak ANTAM memberi tahu rincian dana CSR untuk desa dan sudah dialokasi untuk apa saja. Itu saja”.-PPN Namun saat ini bantuan dari ANTAM sudah sulit, bahkan sudah tidak ada lagi bantuan untuk guru honorer di SDN 1 Bantarkaret. Beberapa kali PRN juga memohon bantuan seperti untuk WC siswa di SD namun sampai sekarang tidak ada tanggapan. PRN sudah memberi proposal bahkan menghubungi pihak CSR langsung. Menurutnya, pihak CSR yang dihubungi merupakan murid SD nya dahulu. Bahkan PRN mengatakan “kalau sekarang dipersulit, enakan jaman Pak Puryono dan Pak Maryono”. -PRN Menurut SBN “bantuan CSR ke masyarakat sekarang sudah sangat berkurang tanggapannya. Bantuan biasanya sangat diprioritaskan. Mungkin ini karna anggarannya atau pimpinan manajemen yang tidak royal”. –SBN Lingkungan Kampung sekarang tidak diperhatikan ANTAM, SBN juga sudah memfoto daerah sini yang dilewati irigasi, disana tidak dirawat dan memprihantinkan namun, sudah setahun lebih tidak ada tanggapan apapun dari pihak ANTAM. Hal ini menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan warga terhadap ANTAM.-SBN Unsur hubungan sosial yang masih tinggi dipaparkan oleh warga kampung yang berada di atas gunung. Di beberapa kampung tersebut, antar warga masih sangat terasa kedekatannya. Di buktikan oleh kutipan wawancara berikut Sosialisasi yang dilakukan pihak CSR ANTAM lebih sering secara informal dengan adanya perwakilan 1 orang ke 3 desa. Sosialisasi terkadang banyak berkunjung ke rumah warga atau pun ke kantor desa. Maka dari itu banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai informasi program maupun
84
ANTAM, mungkin karena pihak desa tidak menyampaikan kembali ke masyarakat atau ada masyarakat yang tidak bertemu pihak ANTAM di lapang.RHY Menurut SBN gotong royong masyarakatnya masih cukup tinggi, biasanya masyarakat yang memiliki uang lebih, menyumbangkan uang untuk keperluan gotong royong , SBN sendiri baru saja ikut membantu pembuatan rumah tetangganya karena hanya bisa menyumbang tenaga. –SBN “Alhamdulilah kampung ini masih aman, hubungan antar warga disini cukup dekat jadi kalau mau minta bantuan juga mudah, kerja bakti lingkungan pun masih kita galakan bersama disini”-EKS Unsur hubungan sosial rendah banyak ditemukan di kampung yang berada di pinggir jalan umum. Banyaknya masyarakat pendatang membuat kampung dipinggir jalan rentan kejahatan, banyak usaha warga dan rumah yang dibobol maling serta pembegalan disejumlah jalan gelap. Hal ini disebabkan tidak adanya ronda atau hansip yang menjaga. Kerja bakti dan gotong royong pun sudah hampir jarang sekali ditemui. Bahkan beberapa warga mengaku tahu siapa RT dan RW nya namun tidak mengenal dekat. Berikut bukti kutipan informan Hubungan masyarakat yang terbangun baik pada masa kejayaan PT. ANTAM 7 tahun yang lalu program-program CSR yang diluncurkan bernilai besar dan terlihat cepat tanggap pada masyarakat. Namun saat ini hubungan ANTAM dengan masyarakat semakin renggang seiring berjalannya waktu sudah jarang pihak ANTAM yang ke desa. -ASP Saat ini warga sudah jauh hubungannya dengan ANTAM, hampir sebulan 2 kali ada demo dan pernah sampai membakar kantor admin ANTAM karena banyak gurandil yang ditangkap. -PRN “sekarang sih lingkungan kurang aman neng, yah maklum ronda ya udah ngga ada, hansip juga paling mau jaga kalo ada kondangan doang. Sesekali kalo ada kemalingan yang heboh baru ada ronda itu juga cuma 2 hari selebihnya ngga ada lagi”. -RDN Efektivitas Program Efektivitas program dapat dinilai melalui tingkat manfaat, tingkat kesesuaian, tingkat keberdayaan, tingkat dampak, tingkat dampak dan tingkat partisipasi. Program kemitraan dapat disimpulkan kurang efektif. Bukti wawancara mendalam mengenai efektivitas program sebagai berikut Menurut RYN efektivitas program sangat tergantung oleh penerima program. Namun, usaha yang banyak di ajukan di kecamatan nanggung adalah warung. Menurut survey tahunan, usaha warung sangat rentan terkena bangkrut. “Pelatihan penerima program kemitraan biasanya dilakukan per tiga bulan setelah masuk menjadi mitra, tapi kadang enam bulan sekali. Antusiasme untuk pelatihan pun masih cukup tinggi, persentase ketidakhadiran pun sedikit hanya 2-3 orang dalam 30 orang. Pelatihan ini juga menekankan pada kehadiran agar ada peningkatan pengetahuan mengenai rumus-rumus usaha”. Menurut RHY dana program CSR yang direalisasikan bergantung kepada banyaknya pengajuan proposal bantuan dari masyarakat, namun tetap mengacu kepada total anggaran dana setiap program.
85
Menurut ASP orientasi CSR ANTAM adalah pengembalian uang bukan peningkatan ekonomi masyarakat. dapat dilihat dari dua orang di desa ini yang menerima bantuan program (Peternakan Domba) yaitu orang-orang besar sehingga masyarakat berpikir mengapa bantuan diberikan kepada orang yang justru terlihat tidak memiliki kesulitan ekonomi. –ASP “kalo ada pelatihan sih Bapak ikut terus neng tapi ngga ngerti isi yang dibahas, kan yang ngomong juga doktor da Bapak mah kan lulusan SD”. Program Kemitraan juga telah memberikan manfaat untuk UJG, “ya alhamdulilah di kasih lagi modal, Bapak ini udah yang kedua kali ikut program tambang manfaatnya juga ada, ini kan dulunya warung cuma nyewa tapi sekarang udah Bapak beli”. UJG Kelemahan dari program CSR ANTAM adalah kurangnya pelatihan padahal masyarakat menunggu adanya pelatihan. “pelatihan sih ada namun tidak berkelanjutan, padahal jika program benar-benar fokus saya yakin bisa sukses” , beliau juga menambahkan semua program harusnya ada monev tapi kenyataanya tidak ada. PRN menjelaskan bahwa kemarin ada program penanaman manggis, tapi kelompok tani nya tidak jelas, tidak ada monitoring dan evaluasi seminggu atau sebulan sekali padahal program sudah berjalan setahun lebih.-PRN Masyarakat sendiri belum banyak yang tahu mengenai program CSR ANTAM, EKS mengatakan jika masyarakat ingin tahu biasanya ke desa atau ke rumah Pak Haji Sama. Haji Sama adalah pengusaha domba yang bekerja sama dengan ANTAM. Menurut EKS manfaat program secara umum hanya sedikit manfaatnya karena tidak merata dan penerima nya juga hanya beberapa saja.EKS Menurut SBN ada beberapa program yang salah sasaran, contohnya program perikanan, warga Sidempok yang sebagian besar memiliki kolam ikan tidak diikut sertakan tapi beberapa warga yang dipilih yang tidak punya kolam ikan. SBN tidak tahu alasannya tapi menurut beliau mengapa tidak merata dan Sidempok tidak diberitahu.-SBN Pada kasus ARM, ARM bercerita bahwa budidaya lele yang ia kembangkan sejak 2008, sudah lama mengalami kebangkrutan. Saat ini ARM hanya membayar hutang cicilannya pada ANTAM. ARM yang hanya mempunya sedikit sawah untuk makan, sebenarnya tidak mampu membayar angsuran. Namun, ARM bekerja serabutan di Jakarta untuk melunasi cicilannya. Menurutnya “kolam sih masih ada, saya juga masih mau ngembangin lagi, waktu itu saya sampe ikut pelatihan budidaya lele di leuwiliang tapi belum juga berhasil. Disini juga kalo mau jual lele susah neng” “kalau dibilang bermanfaat sih gimana ya neng, uang 5 juta tuh sebenarnya ga cukup tapi balik lagi gimana niat kita ya dicukup-cukupin. Dagang buah begini kan rentan busuk kadang malah rugi tapi ya alhamdulilah juga ada yang mau kasih pinjeman. Alhamdulilah sampe sekarang masih jalan terus dagang buahnya”. Ditanya mengenai pelatihan menurut RDN pelatihan yang ANTAM berikan sangatlah umum dan kurang sesuai dengan kebutuhan usahanya. “pelatihan itu membahasnya yang umum aja, menurut saya masih kurang sesuai sama kebutuhan usaha saya intinya sih penjelasnya itu ibarat keran kalau mau airnya deres ya kita harus gedein lobang kerannya ya begitu”. Mengenai pelaporan menurut RDN, tidak pernah melaporkan langsung ke pihak perusahaan mengenai perkembangan usahanya namun penagih angsuran yang setiap bulan
86
datang akan menanyakan perkembangan usahanya. “tapi kadang yang nagih ngga dateng neng, ya bapak aja ke kantor bilang kalo bisa sih yang nagih dateng setiap bulan. Ya memang modalnya masih tidak sesuai sama usaha tapi enaknya angsurannya juga ringan neng, mana bisa nunggak dulu nanti di double bulan depan. Kalo ngajuin di bank kan agak lumayan bunganya”-RDN RDN yang aktif dalam kelompok masyarakat juga memberikan dampak terhadap lingkungannya “karena saya termasuk kelompok masyarakat mungkin, jadi kalau usaha lancar ya peduli sama lingkungan sih udah pasti kaya kemarin bikin peralon di depan tuh”- RDN Program CSR sangat bermanfaat bagi warga Desa Bantarkaret. Bantuanbantuan yang bersifat charity atau sumbangan langsung berupa materi banyak diluncurkan oleh PT. ANTAM. Contoh dari bantuan-bantuan tersebut adalah seperti bantuan biaya pembuatan jalan, pembuatan tempat ibadah, beasiswa anak sekolah, bantuan honor guru, dan bantuan pembangunan rumah jompo. Namun bantuan-bantuan yang bersifat sumbangan tersebut semakin berkurang, karena menurut kabar yang didengar II, PT. ANTAM saat ini sedang mengalami pengurangan produksi disebabkan sumberdaya tambang yang semakin susah didapat. Selain program CSR yang bersifat sumbangan tersebut, II juga mengetahui adanya program yang bersifat pelatihan seperti program kemitraan. Program tersebut telah berjalan lama di Desa Bantarkaret. Banyak warga yang telah dibantu usahanya dengan peminjaman modal dari PT. ANTAM. Namun modal yang dipinjamkan oleh PT. ANTAM ini seringkali disalahgunakan oleh warga, bahkan digunakan untuk modal usaha gurandil. Terdapat pelatihanpelatihan terhadap mitra usaha PT. ANTAM, namun beliau tidak mengetahui pasti frekuensi pelatihan tersebut.-II Dengan hidup yang “pas pasan”, MRY dan suami yang bekerja berjualan serabutan dari mulai pisang, durian dan lainnya. MRY mengatakan manfaat program yang kurang karena modal yang pinjamkan sangat sedikit. Anak pertama dan kedua mereka putus sekolah sehingga hanya lulus SMP. “saya jualan muter aja ya paling satu kampung, ya lumayan sehari bisa 2 kali ambil dagangan. Saya sih biasa jualan apa aja keliling yang penting modal muter terus untuk makan sehari hari”-MRY “Modal yang di kasih ngga seberapa tapi jaminannya surat rumah yah itu kan ngga sesuai neng” -MRY “Adanya tambang pinjemin modal ya sekarang makin banyak aja yang buka usaha jadi kita di desa aja kalo mau ini itu, ngejait sampe ngebengkel ngga jauh ya gampanglah” -HDY Taraf Hidup Taraf hidup merupakan tingkat perubahan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Sebelum hadirnya ANTAM, Desa Bantarkaret masih merupakan desa tertinggal, belum masuknya listrik dan tidak adanya jalan mempersulit masyarakat untuk keluar masuk desa. ANTAM meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bantarkaret dengan membangun fasilitas umum dan membuka peluang kerja untuk masyarakat desa. Taraf hidup masyarakat desa di buktikan dalam kutipan wawancara kepada informan sebagai berikut :
87
Kini RDN sudah mempunyai 4 orang anak buah dan sedang membesarkan kembali kandang ayam. Ia juga bercerita bahwa uang tabungan setahunnya sudah ia belikan tanah di Cibeber seharga 50 juta untuk menambah cabang usaha ayam potongnya. Sekarang ia juga sedang menyicil mobil perbulan 3 juta. Dua usaha beliau masih jalan, usaha dagang buah dikelola oleh Istri RDN dan ayam potong dikelola RDN. Istri RDN juga menjelaskan bahwa uang keuntungan usaha buah dan ayam itu dipisah sehingga untuk modal lagi.-RDN Manfaat dari program CSR kurang terasa bagi kesejahteraan individu. Namun jika dilihat dari kesejahteraan secara umum menurutnya manfaat dari program tersebut sudah lumayan terasa. Hal tersebut dapat dilihat dari dibangunnya infrastruktur seperti pengaspalan jalan, pembangunan sekolah dan tempat ibadah.-HLM Desa Bantarkaret mengalami peningkatan pesat. Masyarakat yang sebelumnya kekurangan dari segi ekonomi, mengalami peningkatan pesat dengan adanya PT. ANTAM. Perusahaan tersebut membuka lapangan kerja bagi warga Desa Bantarkaret serta membuka wawasan mereka mengenai penambangan emas.-II Bantarkaret tidak lagi seperti “desa” yang kita tahu, sudah banyak yang mempunyai mobil mewah seperti orang kota bahkan jika kita ke Kampung Ciguha saat malam gemerlap dan saat siang bisa dilihat kemewahan bangunannya, hal ini menunjukan gaya hidup sebagian besar masyarakat Desa Bantarkaret layaknya orang kota.-ASP Struktur masyarakat secara SDM dan Ekonomi semakin tahun semakin meningkat. Hal ini karena saat ini akses jalan dan komunikasi mudah sehingga memudahkan masyarakat yang mau usaha. Tapi sedikit persentase peningkatan taraf hidup masyarakat yang memang dibantu ANTAM karena sedikit masyarakat yang bisa kerja di ANTAM dan tidak banyak penerima program kemitraan di kampung ini. -EKS Adanya ANTAM membuat masyarakat tahu dan mengerti bahan emas di gunung sehingga muncullah banyak gurandil. “ekonomi masyarakat meningkat jauh dari sekitar tahun 1980 an hingga 2015, ini menunjukan dampak adanya ANTAM bukan dampak program ANTAM”. -PRN Perubahan-perubahan yang dibawa oleh PT. ANTAM yang sangat terlihat adalah dari segi ekonomi. Menurut HDY, peningkatan taraf hidup warga Desa Karet semenjak adanya PT. ANTAM meningkat sangat pesat. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan wawasan mengenai pertambangan sehingga memperluas mata pencaharian warga, pembangunan fasilitas seperti jalan dan listrik yang mendukung kehidupan serta usaha warga Desa Bantarkaret.-HDY
88
89
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten suatu pagi pada tanggal 25 Desember 1992 sebagai anak pertama dari 2 bersaudara. Buah cinta pasangan Conefi Antono dan Hesti yang kini bertempat tinggal di Jakarta Timur. Menempuh pendidikan formal di SDN 05 pagi Rambutan Jakarta, SMP 9 SSN Jakarta, SMAN 48 Jakarta, dan Program Sarjana Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Penulis juga aktif mengikuti pendidikan non-formal seperti les berbahasa inggris dan pelatihan public speaking. Selain aktif menjalani kegiatan perkuliahan di kampus. Penulis juga aktif menjalani kehidupan berorganisasi, penulis mendedikasikan dirinya sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai staf divisi Public Relation (PR). Berbagai kepanitian dalam acara kemahasiswaan telah dilakukan untuk memperkaya pengalaman di masa perkuliahan.
90