PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (STUDI KASUS DI DI DESA BABAKANPARI, KECAMATAN CIDAHU, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT)
NANY JULIJANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Pengembangan Masyarakat ”Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor,
Mei 2008
Nany Julijanti NRP. I354060125
ABSTRACT NANY JULIJANTI. Community perception about Corporate Social Responsibility Programs of PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province. Guide by Mrs. NINUK PURNANINGSIH and Mr. NELSON ARITONANG. Company & community around the company, need Corporate Social Responsibility program from the company. Commonly, CSR Programs has short term benefit as money or goodies gift from company to community around the company. PT Aqua Golden Mississippi in Babakan Pari Village, kecamatan Cidahu, Sukabumi Distric, West Java Province, has a various CSR programs, but some of that, has not been giving continuous benefit (sustainable) to community. Because of that, it’s needed CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, that’s has continuous benefit (sustainable). This review, has a purpose to evaluate various CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi, to evaluate community perception of benefit of CSR Program of PT Aqua Golden Mississippi, and to design revision of CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi. To percept an object, people effected by personal/individual factor (as an internal factor) and environment (as a external factor). Personal factor, are age, education, and occupation. Environment factor, are availability of CSR Programs and community involvement on CSR Programs. Base on interview result and data analysis, this research shows, community percept there are 4 (four) CSR Programs of PT Aqua Golden Mississippi that has benefit to community. 4 (four) CSR Programs are Water Pooling related to convenience to has water, replanting, social welfares, and religion. Community percept PT Aqua Golden Mississippi, has less benefit to community, because PT Aqua Golden Mississippi could not increase community involvement on development. To make sure CSR Programs could increase community welfares, it’s has to designed the programs that has continuous benefit (sustainable). The Next CSR Program for PT Aqua Golden Mississippi, that has been planned, as community discussion forum, training program to increase skill/capability, program to increase community economy, and program to provide fresh water to community. Key word: Corporate Social Responsibility, sustainable, program benefit, program designed.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI : KASUS KABUPATEN SUKABUMI
NANY JULIJANTI
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Fredian Tonny, MS
Judul Tesis
Nama Nomor Pokok
: Persepsi Masyarakat terhadap Program-program Corporate Social Reponsibility PT. Aqua Golden Mississippi (Kasus di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat) : Nany Julijanti : I354060125
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi Ketua
Drs. Nelson Aritonang, MSSW Anggota
Diketahui
Dekan Sekolah Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS.
Tanggal Ujian :14 Mei 2008
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM), yang berjudul : ”PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (Kasus Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat). Salam dan shalawat serta iringan doa kepada Nabi Besar kita Muhammad Rasulullah saw. Kajian Pengembangan Masyarakat ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam menyusun Kajian Pengembangan Masyarakat ini, penulis sadar betul, bahwa semuanya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, Msi., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Drs. Nelson Aritonang, MSSW., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 3. Dr. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS., selaku Penguji Luar Komisi. 4. Dr. Mardjuki, M.Sc., selaku Kepala Badiklit yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS., selakuk Dekan Sekolah Pascasarjana IPB. 6. Drs. Wawan Heryana, M.Pd., selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung; 7. Teman-teman angkatan IV, yang telah memberikan kritik dan sumbang saran pada saat dilangsungkannya kolokium dan seminar KPM ini. 8. Suamiku, Abi kamal, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil serta doa, sekaligus sebagai motivator disela-sela kesibukannya yang begitu padat. 9. Juga anak-anakku tersayang, Mbak Nida, Mbak Ain, De’ Nofal dan adik bayi (de’ Rizal), sebagai sumber inspirasi dan penyemangat dalam penulisan kajian ini, serta ibunda tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya, yang juga turut sibuk membantu penulis untuk menyelesaikan kajian ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah berusaha membantu penulis dalam berbagai hal sehingga Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa karya yang telah penulis buat ini masih jauh dari sempurna, kesemuanya itu karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun demikian, penulis berharap Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang telah terkait sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan penyusunan program-program pengembangan masyarakat.
Bogor, Mei 2008 Nany Julijanti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Juli 1967 dari ayah Hadi Suparmanto dan ibu Martini. Penulis merupakan putri keempat dari enam bersaudara. Menyelesaikan pendidikan SMA Negri 4 Bandung pada tahun 1986 dan dapat menyelesaikan level sarjana (S1) di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung pada tahun 1991. Selanjutnya, tanpa pernah diduga, tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti Tugas Belajar sebagai Mahasiswa Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) kerja sama dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Penulis memilih Program Studi Pengembangan Masyarakat. Beasiswa pendidikan pascasarjana, penulis peroleh dari Departemen Sosial Republik Indonesia. Penulis mulai bekerja di Departemen Sosial pada tahun 1995, awal bekerja di tempatkan di Kecamatan Parungkuda Kabupaten Sukabumi sebagai Sarjana Pendamping Desa IDT. Tahun 1997 sebagai Petugas Sosial Kecamatan di Kecamatan Parungkuda. Selanjutnya 1999 sebagai Petugas Sosial Kecamatan masih di Kecamatan Parungkuda merangkap Kecamatan Kalapanunggal. Dengan diberikannya kewenangan penuh kepada Pemerintah Daerah (adanya Otonomi Daerah) semua pegawai pusat menjadi milik daerah, maka sejak tahun 2001 penulis dipercaya menjadi Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial di Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………................................ 1 1.2. Masalah Kajian ………………………………………………................. 4 1.3. Tujuan Kajian ……………………………………………………….......... 4 1.4. Manfaat Kajian ………………………………..………………................ 5 II.
TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep ....……………………………………………………......... 2.1. Tinjauan tentang Persepsi …..……………………………..….............. 2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan ..…......…………..…………………. 2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat … ..……………………. 2.4. Tinjauan tentang Masyarakat ……..…..……………………………….. 2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility ....…….................. 2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial .................................................... 2.7. Kerangka Pemikiran Kajian …… ………………………………….......
6 6 10 12 14 15 20 24
METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian .......…………………………………..…….…………... 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ……………………………..…….………..... 3.3. Metode Pengumpulan Data ……………………………….................. 3.4. Teknik Analisis Data ………………………………………. ……….… 3.5. Penyusunan Rancangan Perbaikan Program ...........…...…........….
27 28 29 32 33
IV.
PROFIL KOMUNITAS .............................................................................. 4.1. Kependudukan ... …………………………………………………........ 4.2. SistemEkonomi ……………… ………………………………….... 4.3. Struktur Organisasi dan Kelembagaan Komunitas ……… ….…...... 4.4. Struktur Pelapisan Komunitas ..........................................................
35 36 40 43 44
V.
GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1 Program Raksa Desa .............………………………………………... 5.2. Program BKS-FM ……………………………………………………...
46 48
KERAGAMAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI 6.1. Profil PT. Aqua Golden Mississippi …………………………………. 6.2. Bentuk Corporate Social Responsibility ……………………………. 6.3. Keberadaan Community Development Perusahaan ……………. 6.4. Sumber Dana Corporate Social Responsibility …………............... 6.5. Analisis terhadap Pendekatan sasaran program ............................
53 54 57 57 57
III
VI .
VII. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 7.1. Persepsi Perusahaan terhadap CSR ............................................... 59 7.2. Persepsi Pemerintah Kecamatan terhadap CSR ............................. 60 7.3. Persepsi Masyarakat terhadap Program-program CSR .................. 61
7.4. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program –program /CSR .................................................................. 92 7.5. Analisis Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik Lingkungan dengan Faktor Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi ……………………..… 110 Analisis Hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap manfaat program-program CSR .................................................................... 148 Harapan-harapan Masyarakat terhadap Program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi ………………………………... 155 VIII
RANCANGAN PERBAIKAN PROGRAM ……………………………... .. 8.1. Analisis Masalah dan Kebutuhan …………………………………. . 8.2. Menyusun Program dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat ...… 8.2.1. Program ............................................................................. 8.2.2. Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat ...................... 8.2.3. Situasi pendukung Pelaksanaan Program ........................
162 164 167 168 168 171
IX
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan .................................................................................. 172 9.2. Rekomendasi Kebijakan .............................................................. 174
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 175 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 178
DAFTAR TABEL
1. Jadwal Pelaksanaan Kajian .......................................................... 2. Data variabel karakteristik informan, karakteristik lingkungan informan, pengetahuan informan dan persepsinya terhadap Program-program CSR ................................................................. 3. Kelengkapan Metode .................................................................... 4. Komposisi penduduk berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ........................................................................................ 5. Komposisi penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 6. Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian .................. 7. Jumlah dan Persentase informan menurut Umur .......................... 8. Jumlah dan Persentase informan menurut Tingkat Pendidikan .... 9. Jumlah dan Persentase informan menurut Jenis Pekerjaan ........... 10. Jumlah dan Persentase informan berdasarkan Ketersediaan Informasi tentang program-program CSR .................................... 11. Jumlah dan Persentase informan berdasarkan Keterlibatan dalam Program-program CSR ....................................................... 12. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap Program pendidikan ....................................................................... 13. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan program pendidikan ............................................................ 14. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap Program kesehatan .......................................................................... 15. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan Program kesehatan ............................................................... 16. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap program penampungan air bersih ................................................... 17. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan program penampungan air bersih ......................................... 18. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap program ekonomi ............................................................................ 19. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan program ekonomi ................................................................ 20. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap program penghijauan ...................................................................... 21. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan Program penghijauan ............................................................ 22. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap program kesejahteraan sosial ........................................................... 23. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan program kesejahteraan sosial ................................................ 24. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap program keagamaan ......................................................................... 25. Jumlah dan Persentase informan untuk pengetahuan terhadap tujuan program keagamaan .............................................................. 26. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program pendidikan ...........................................................
Halaman 29
31 34 36 38 40 57 58 58 60 64 69 70 72 73 75 76 78 79 80 81 83 84 86 87 90
27. Jumlah dan persentase menurut persepsi informan tentang Manfaat program kesehatan ............................................................. 28. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air bersih...................................................................... 29. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan Kebutuhan air bersih ........................................................................ 30. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan ................................................................... 31. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program penghijauan .......................................................... 32. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program kesejahteraan sosial .............................................. 33. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program keagamaan ............................................................ 34. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat keberadaan perusahaan terhadap kesempatan kerja ............. 35. Jumlah dan Persentase menurut persepsi informan tentang manfaat program-program CSR terhadap peningkatan partisipasi masyarakat .......................................................................
92
94
97
99 100 102 103 104
105
DAFTAR GAMBAR
Halaman Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program CSR ............... 26 Piramida Penduduk Desa Babakan Pari Tahun 2006 ...................... 37 Struktur Pelapisan Komunitas ............................................................ 45 Struktur Organisasi Satuan Pelaksana (Satlak) Program Raksa Desa ........................................................................................ 47 5. Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Program BKS-FM .............................................................................................. 51 1. 2. 3. 4.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Data Informan Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat Desa 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi ..................... Persentase hubungan antara faktor umur dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR ........................................................... Persentase hubungan antara faktor pendidikan dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR ............................................................ Persentase hubungan antara faktor pekerjaan dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR............................................................. Persentase hubungan antara faktor ketersediaan informasi dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR ........................................ Persentase hubungan antara faktor keterlibatan dalam program dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR ........................... Persentase hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan Persepsinya terhadap manfaat program CSR ........................................ Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik Lingkungan dengan Persepsi terhadap Manfaat Program CSR ............ Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan Pari Tahun 2008 .................................................................................... Rencana Prioritas Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan Pari Tahun 2008 ...................................................................... Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat .................. Pelaksanaan FGD
178 194 196 198 200 202 204 206 208 209 210
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sosial merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Pembangunan sosial adalah usaha yang terencana dan terarah untuk memenuhi kebutuhan manusia dan mengatasi masalah sosial. Sebagai penanggung jawab pelaksana pembangunan, pemerintah tidak dapat sepenuhnya melaksanakan pembangunan sendiri. Oleh karenanya peran aktif masyarakat dan semua pihak yang berkompeten di dalamya menjadi sangat penting, termasuk di dalamnya dunia usaha. Perusahaan sebagai dunia usaha, dapat mewujudkan keterlibatannya dalam pembangunan masyarakat
melalui program-program
yang dikemasnya sebagai
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responcibility). Salah satu dimensi dari Corporate Social Responcibility (CSR) ini adalah Community Development (CD) atau Pengembangan Masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna
mencapai
kondisi
sosial-ekonomi-budaya
yang
lebih
baik.
Sehingga
diharapkan masyarakat menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Menurut Surna T. Djajadingrat (2003), Kegiatan pengembangan masyarakat memiliki tiga karakter yang perlu dicermati yang kesemuanya sangat bersifat adaptif terhadap masyarakat. Ketiga karakter tersebut yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Menurut Suharto (2005), Adanya program-program CSR, merupakan perluasan peran perusahaan yang pada dasarnya tidak hanya mengurusi kesejahteraan pegawai dan kebutuhan konsumen saja. Melainkan turut pula peduli akan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Hal tersebut dipicu oleh semakin banyaknya kasus-kasus dimana perusahaan-perusahaan besar, umumnya perusahaan asing, pengoperasiannya memunculkan masalah sosial, seperti : 1. Polusi (air, udara, suara, termasuk di dalamnya polusi sosial). 2. Kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara “masyarakat” perusahaan dengan penduduk lokal.
2
3. Pemiskinan
struktural
masyarakat
setempat,
eksploitasi
dan
perusakan
lingkungan atau sumberdaya alam yang dilakukan perusahaan. Dengan adanya kondisi seperti ini, menyebabkan CSR semakin penting keberadaannya.
Program-program
CSR
sebaiknya
tidak
hanya
sekedar
“melaksanakan kewajiban” semata, tetapi setiap program manfaatnya dapat berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti diutarakan oleh Suharto (2005), bahwa program-program CSR harus djadikan strategi perusahaan yang rasional, terencana dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan masyarakat. Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk : 1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan, 2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat 3. Membantu
pemerintah
dalam
rangka
pengentasan
kemiskinan
dan
pengembangan ekonomi wilayah. Menurut Suharto (2005), program-program CSR sering kali bersifat filantropis, yakni hanya melibatkan program-program sosial jangka pendek dan pemberian uang atau barang dari perusahaan kepada masyarakat sekitar perusahaan.
Perusahaan seolah-olah sekedar melunasi tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat lokal. Terkadang menyebabkan masyarakat menjadi tergantung pada bantuan dari perusahaan. Hal tersebut menyebabkan program manfaatnya tidak berkelanjutan (sustainable). Jika program CSR dapat benar-benar dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat secara optimal, maka pada gilirannya nanti dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat untuk mencapai kemandirian. Salah satu perusahaan yang telah melaksanakan program CSR yaitu PT. Aqua Golden Mississippi yang berlokasi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Beragam program CSR telah dilaksanakan, antara lain program pendidikan, kesehatan, keagamaan dan lain-lain. Sampai sekarang (Januari tahun 2008) perusahaan belum memiliki program yang manfaatnya dapat dirasakan jangka panjang. Program atau bantuan diberikan dalam bentuk uang dan barang
3
serta kegiatan sosial lainnya, yang manfaatnya jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut, perlu diupayakan semaksimal mungkin, bagaimana konsep program CSR yang ideal bagi perusahaan, sehingga manfaatnya berkelanjutan (sustainable), khususnya dapat mensejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil Pemetaan Sosial dan Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, memberi gambaran bahwa program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan kurang melibatkan warga masyarakat. Penerima manfaat program tidak sepenuhnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, penentuan langkah-langkah yang ditempuh dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Warga masyarakat yang disertakan dalam program, dipilih langsung oleh aparat desa (kasus program BKS-FM), yang ternyata salah sasaran dan Program Raksa Desa (tidak semua sasaran berasal dari keluarga miskin). Program Raksa Desa mulai diterima bulan Agustus 2005, sasaran program terbagi atas program fisik yaitu pembangunan infrastruktur yang mendukung kagiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, dan program ekonomi yaitu peningkatan ekonomi yang ditujukan langsung kepada masyarakat miskin tetapi masih produktif untuk berusaha dan dianggap mampu melakukan kegiatan ekonomi berupa mengelola pinjaman modal usaha. Jika dilihat dari jumlah peminjam yang mengembalikan pinjamannya, maka hanya 25% yang lancar mengembalikan sementara sisanya 75% tersendat-sendat bahkan tidak mengembalikan sama sekali. Hal tersebut terjadi karena tidak ada uji kepatutan dalam berusaha sehingga banyak yang mengalami kegagalan dan Kepala Desa yang diduga menyalahgunakan dana program. Untuk Program BKS-FM, mulai diterima bulan April tahun 2006. Program ini berasal dari Departemen Sosial yang ditujukan khusus untuk keluarga miskin. Kenyataan yang terjadi, program tidak ditujukan untuk keluarga miskin tetapi untuk staf desa, Kepala Dusun, RT dan RW, bahkan istri Kepala Desa masuk ke dalam kelompok penerima bantuan. Jika dilihat dari awal program hingga perkembangannya, dapat dikatakan program mengalami kegagalan, karena selain salah sasaran juga jumlah bantuan semakin berkurang atau tidak mengalami perkembangan. Kedua program di atas dalam pelaksanaannya, tidak memperhatikan prinsip-prinsip partisipasi yang meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputuan, dalam menerapkan hasil keputusan dan dalam mengevaluasi kegiatan/program.
4
Memperhatikan alasan-alasan dari kedua kasus program di atas, maka pada kajian ini penulis lebih menerapkan azas-azas pemberdayaan yang partisipatif. Selain
itu,
menawarkan
dimensi
lain
dari
pemberdayaan,
yaitu
dengan
menggunakan dimensi masyarakat sebagai sasaran program pemberdayaan yang juga sekaligus menjadi unit analisis kajian. Diharapkan model pemberdayaan yang penulis ajukan dapat dijadikan bahan bagi perusahaan untuk turut serta secara aktif dalam memberdayakan masyarakat melalui program-program CSR-nya. Programprogram CSR yang hendak dijadikan bahan kajian oleh penulis yaitu programprogram CSR PT. Aqua Golden Mississipi.
1.2. Masalah Kajian Pengembangan masyarakat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan suatu masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai. Pengembangan masyarakat atau yang biasa disebut dengan comdev, merupakan bagian dari CSR. Berdasarkan informasi yang diterima, Programprogram CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi sudah cukup banyak. Tetapi belum ada yang bermanfaat jangka panjang, yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Babakan Pari. Dari gambaran latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah kajian sebagai berikut : a. Bagaimana keragaman program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ? b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap manfaat dari program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ? c. Bagaimana rancangan perbaikan terhadap program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi ?
1.3. Tujuan Kajian Adapun tujuan dari kajian ini, yaitu a. Untuk mengkaji keragaman program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi. b. Untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap manfaat dari program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississipi.
5
c. Untuk merancang perbaikan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi.
1.4. Manfaat Kajian Manfaat dari kajian ini, dapat ditinjau dalam perspektif praktis, akademis dan strategis, yaitu sebagai berikut : a. Manfaat praktis, dapat memberi masukan tentang kebijakan dan program pemberdayaan yang aspiratif dan partisipatif bagi : Departemen Sosial, Bappenas, Pemerintah Kabupaten Sukabumi serta semua Dinas instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat. b. Manfaat akademis,
dapat mengkayakan literatur tentang teori dan praktek
pengembangan masyarakat dengan model partisipatif dan komprehensif yang dilakukan oleh masyarakat. c. Manfaat Strategis, dapat memberi masukan alternatif teknik dan model pemberdayaan bagi Dunia Usaha atau Perusahaan melalui program-program Corporate Social Responsibility-nya, atau bagi semua elemen yang memiliki kepedulian terhadap usaha pengembangan masyarakat pada umumnya.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep Dalam bagian berikut dibahas mengenai beberapa teori dan konsep yang terkait dengan kajian.
2.1. Tinjauan tentang Persepsi a. Pengertian Ada beberapa macam pendapat ahli yang berhasil dikumpulkan mengenai konsep persepsi, yaitu sebagai berikut : Menurut Hammer dan Organ (1978) dalam Indrawijaya (1990), bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkunganya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya. Thoha (1996) mengatakan, bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang
dialami
oleh
setiap
orang
dalam
memberi
informasi
tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Pendapat lain mengatakan, bahwa persepsi adalah menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia di sekitar kita (Morgan, King dan Robinson dalam Adi, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, persepsi terbentuk atas dasar informasi atau data yang diperoleh dari lingkungan, kemudian diserap oleh panca indera manusia
serta pengolahan sebagian dari pengolahan
ingatan yaitu berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang
dan
terjadilah proses psikologis sehingga manusia yang bersangkutan menyadari apa yang dilihat, didengar, diterima dan sebagainya, maka individu tersebut mengalami persepsi, yang diwujudkan dalam perilaku terhadap suatu obyek. Melengkapi pengertian di atas, Rahmat (1996) mengemukakan pengertian persepsi yaitu pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
7
stimuli). Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori. Selanjutnya, masih menurut Rahmat, persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional. Krech dan Crutchfield (1977) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Dengan demikian, ada beberapa aspek yang turut menentukan terjadinya persepsi, yaitu : aspek perhatian, aspek motivasi, aspek pengetahuan, aspek personal dan aspek situasi. Merujuk pada Kartono (1984), bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana
individu
mengenal,
membandingkan,
menggolongkan
dan
menginterpretasikan terhadap rangsangan yang datang. Dari beberapa pengertian persepsi di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi individu atau seseorang dapat terjadi apabila ada : a. obyek yaitu adanya stimuli atau peristiwa yang diamati atau yang dialami. b. Situasi atau lingkungan yang mendukung c. Personal (pengamat atau yang diamati)
b. Proses Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh adanya obyek yang direspon oleh penginderaan, yaitu proses yang berujud diterimanya sebagai stimulus oleh individu melalui alat reseptornya yang diteruskan melalui pengolahan ingatan (memory) dan terjadi proses psikologis sehingga individu tersebut mengalami persepsi. Dengan kata lain persepsi terjadi melalui tahap-tahap dimana setiap tahapannya dapat dibedakan. Proses terjadinya persepsi menurut Indrawijaya (1990) terbagi dalam empat tahap, yaitu : 1) Proses Masukan (Input Proces), yaitu proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun faktor dari dalam manusianya sendiri, yang dapat dikategorikan atas lima faktor, yaitu pertama,
faktor lingkungan, yang secara sempit hanya
menyangkut warna, bunyi, sinar, dan secara luas dapat menyangkut faktor ekonomi, sosial, dan politik. Semua unsur faktor ini mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan. Kedua, faktor konsepsi, yaitu pendapat atau teori seseorang tentang manusia dengan segala tindakannya. Seseorang yang mempunyai konsepsi, pendapat, dan teori bahwa manusia pada dasarnya baik,
8
cenderung menerima semua rangsangan sebagai sesuatu yang baik atau paling tidak sebagai sesuatu yang bermanfaat. Orang yang mempunyai konsepsi, pendapat, dan teori bahwa manusia itu jahat, cenderung mencurigai latar belakangnya. Selanjutnya yang berpendapat bahwa seseorang tidak seluruhnya baik dan tidak seluruhnya jahat, akan cenderung mencari tahu dan berusaha mengerti secara keseluruhan latar belakang setiap rangsangan. Ketiga, faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri (The concept of self). Seseorang mungkin saja beranggapan bahwa dirinyalah yang terbaik, sedangkan orang lain selalu kurang baik dari dirinya. Orang demikian akan berkeyakinan bahwa apapun bentuk dan sifat rangsangan, ia selalu bertindak berdasarkan apa yang menurut dirinya baik. Sebaliknnya, ada pula orang yang beranggapan bahwa orang lain selalu baik dari dirinya. Keempat, Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, yang pokoknya berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang dalam menafsirkan suatu. Dapatlah dimengerti bahwa orang selalu berusaha menarik manfaat dari suatu rangsangan untuk kepentingannya sendiri, karena akan memberikan suatu harapan baginya. Kelima, Faktor pengalaman masa lampau. Setiap kali orang dihadapkan pada suatu rangsangan, maka ia akan membandingkan dengan pengalaman masa lalunya. 2) Selektivitas Manusia memperoleh berbagai rangsangan
dari lingkungannya
terbatasi oleh kemampuannya, artinya manusia tidak mampu memproses seluruh rangsangan dan akan cenderung memberikan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Manusia bersifat memilih, walaupun sering tidak disadari bahwa setiap rangsangan akan mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya. Ini berarti, tingkat pentingnya suatu rangsangan pada setiap orang atau orang yang satu dengan yang lainnya dapat saja berbeda. 3) Proses Penutupan (closure) Tingkat kemampuan manusia dalam menerima rangsangan selalu terbatas, namun manusia selalu berusaha mengisi kekurangannya dengan pengalamannya sendiri. Ini terjadi bila ia telah memahami keseluruhan
9
situasi. Proses untuk saling melengkapi kekurangan ini disebut proses penutupan. 4) Konteks Persepsi terjadi dalam suatu kesatuan atau dalam suatu konteks. Isi kesatuan atau konteks ini dapat berupa faktor lingkungan fisik, emosional dan lingkungan sosial.
c. Faktor-faktor yang mempengaruh Persepsi Persepsi banyak dipengaruh oleh beberapa faktor, Rahmat (1989) mengemukakan, secara garis besar ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu : faktor perhatian, faktor fungsional dan faktor struktural. Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor Perhatian Andersen dalam Rahmat (1989) memberikan definisi perhatian adalah proses mental ketika
stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian itu sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor Eksternal yang mempengaruhi perhatian adalah : a. Gerakan. Manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. b. Intensitas stimuli. Dimana manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. c. Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, dan yang berbeda akan menarik perhatian. d. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian.
Faktor Internal yang mempengaruhi perhatian adalah : a) Faktor biologis, yaitu suatu kecenderungan seseorang menaruh perhatian pada hal-hal tertentu sesuai dengan tuntutan
kebutuhan
dalam dirinya. b) Faktor Sosiopsikologis, yaitu kemampuan seseorang
menaruh
perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman
stimuli yang mendapat perhatian, makin berkurang
ketajaman persepsi seseorang pada stimuli tertentu.
10
c) Faktor Sosiogenis adalah sikap, kebiasaan dan kemauan seseorang dapat mempengaruhi apa yang diperhatikan. 2) Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang memberikan respon pada stimuli itu. 3) Faktor Struktural yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf
individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler,
merumuskan prinsiup-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori ini, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Dalam hal ini untuk memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya. Senada dengan hal di atas, Thoha (1996), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : 1) Faktor Psikologis Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi 2) Faktor Famili Banyak sikap dan persepsi-persepsi
seseorang diturunkan oleh
orang tuanya karena famili sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi seseorang. 3) Faktor Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruh sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Menurut Wirawan (1983), terdapat beberapa aspek dalam persepsi yang dapat dijadikan alasan bahwa suatu persepsi itu ada. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : 1) Aspek pengetahuan Yaitu bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang mempunyai kesadaran. Hal itu dapat terlihat dari kemampuannya untuk melakukan suatu
11
proses berfikir, berkehendak dan merasa sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia memperoleh banyak pengetahuan. 2) Aspek Pemahaman Yaitu berkaitan dengan obyek tingkah laku atau respon yang dimiliki, mewakili suatu pengertian terhadap pesan dalam komunikasi, oleh karena itu pengertian tentang pemahaman merupakan proses menerima suatu obyek kedalam pemikiran seseorang dan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek dalam bentuk tingkah laku. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa persepsi sangat bersifat pribadi. Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor personal. Oleh karenanya, seseorang sering kali melihat segala sesuatu atau suatu kejadian dengan cara yang berbeda walaupun dalam obyek yang sama, tergantung pada personalnya dan lingkungan dimana orang tersebut berada Jika dikaitkan dengan judul kajian, maka secara umum kajian akan mengkaji tentang persepsi masyarakat terhadap program-program Corporate Social Responsibility dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Aqua Golden Mississipi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi.
2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan Konsep pemberdayaan muncul karena kritik terhadap pembangunan yang lebih menekankan pada ekonomi dengan menggunakan pendekatan trickle down effect, definisi yang lebih luas diungkapkan oleh Pranarka dan Prijono (1996) bahwa pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. Pemberdayaan diadopsi dari istilah empowerment, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai ’pemberkuasaan’ dalam arti pemberian atau peningkatan ’kekuasaan’ atau power, yang merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Menurut Pranarka (dalam Pranarka dan Prijono, 1996) proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu : (1) kecenderungan primer yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
12
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. (2) kecenderungan sekunder yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Lebih lanjut Stewart (1998) dalam Rudito (2003) menyatakan bahwa pemberdayaan menuntut perluasan peran, wewenang dan kekuasaan dan bertambahnya keluwesan tentang bagaimana (dan oleh siapa) peran-peran tersebut dilakukan. Pemberdayaan merupakan suatu proses dan mempunyai tujuan, sebagaimana
dinyatakan
Solomon
(1976)
dalam
Purnama
(2006)
bahwa
pemberdayaan mengandung dua unsur ”proses” dan unsur ”hasil atau tujuan akhir yang hendak dicapai”. Sebagai proses, maka pemberdayaan digunakan untuk memperoleh keberdayaan atau kemampuan mengembangkan keberdayaan, serta memperoleh dan menggunakan keberdayaan tersebut. Sedangkan pemberdayaan dipandang sebagai suatu hasil atau tujuan akhir yaitu sebagai keberdayaan. Lebih lanjut, Torre (1985) dalam Purnama (2006) menyimpulkan dalam sintesisnya bahwa pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana orang menjadi kuat atau mampu untuk berpartisipasi, memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi
peristiwa
serta
institusi-institusi
yang
berkaitan
dengan
kehidupannya. Pemberdayaan memiliki konsekuensi untuk memdidik orang untuk memperoleh
ketrampilan,
pengetahuan,
serta
tenaga
yang
cukup
untuk
mempengaruhi kehidupannya. Menurut Ife (1995), ’empowerment aims to increase the power of disadvantaged’, dalam tulisan yang sama Ife menjelaskan pemberdayaan pada aspek tujuan, bahwa pemberdayaan manusia dilakukan dengan meningkatkan sumber-sumber daya, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi masa depan dan berpartisipasi dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat. Pendapat lain mengatakan, bahwa pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat ”people-centered, participatory, empowering, and sustainable. (Chambers, 1995 dalam Rudito, 2003) Di dalam literatur pembangunan, konsep pemberdayaan bahkan memiliki perspektif yang lebih luas. Pearse dan Stiefel yang dikutip oleh Prijono (1996) mengatakan bahwa menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan
13
partisipatif. Sedangkan pendapat Borrini dan Shanty yang masih dikutip oleh Prijono (1996) mendefinisikan dalam pespektif lingkungan, bahwa pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses terhadap sumberdaya alami dan pengelolaan secara berkelanjutan. Menurut Kartasasmita (1996) bahwa memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu
untuk
melepaskan
diri
dari
perangkap
kemiskinan
dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara simultan. Perpaduan kedua komponen tersebut akan menghasilkan kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaan. Berdasarkan uraian-uraian mengenai pemberdayaan di atas, nampak bahwa pemberdayaan berorientasi kepada pembangunan masyarakat yang diharapkan masyarakat dapat menjadi mandiri, memiliki kemampuan, memiliki akses terhadap sumberdaya yang berkelanjutan dan aktif berpartisipasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas sehingga dari keadaan tidak berdaya atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, yang dilaksanakan melalui suatu proses terencana dengan cara memberikan atau berbagi kekuasaan atau kekuatan dari mereka yang memiliki kekuatan penuh (powerfull) yaitu pemerintah dan perusahaan kepada mereka yang memiliki kekuatan lemah (powerless) yaitu masyarakat. Dimana pembangunan masyarakat tersebut bercirikan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, artinya tidak bersifat top down tetapi berpusat pada masyarakat (people centered development), dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial. Dalam pemberdayaan
pencapaian memerlukan
tujuan
dari
komitmen
pemberdayaan, untuk
memelihara
penerapan dan
strategi
memperbaiki
efektivitas pelayanan dan bisa mengeliminasi penilaian negatif dan diskriminatif bagi kelompok
minoritas.
Sebagaimana
Ife
(1995)
juga
menyatakan
bahwa
pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari keadaan yang merugikan.
14
2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat Masyarakat yang ideal adalah jika masing-masing anggotanya dapat menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan posisi masing-masing yang disandangnya, namun pada tataran faktual, karena kemajuan dan ekspansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat pada saat ini, umat manusia mengalami keterasingan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tercabut dari nilai-nilai agama dan budayanya sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya dalam kondisi seperti itu masyarakat membutuhkan bantuan,
keterlibatan
dan
kepedulian
dari
pihak
lain
untuk
mengatasi
permasalahannya, sesuai dengan jenis permasalahan yang mereka rasakan sehingga diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jika fungsi setiap anggota masyarakat dapat dijalankan dengan baik maka keberfungsiaan sosial akan tercapai. PBB (1987) mengungkapkan beberapa permasalahan masyarakat di negara berkembang adalah : kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan nutrisi, perumahan dan sanitasi yang tidak layak, anak-anak yang tidak diinginkan dan tidak terdidik, serta masalah sosial psikhologis yang menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan dalam suatu masyarakat. Selama ini sudah banyak intervensi kegiatan atau program-program pemberdayaan
yang
telah
dilaksanakan
tetapi
belum
efektif
dan
belum
menampakkan hasil yang optimal. Menurut Sulistiati (2006), beberapa analisis perkiraan kelemahan program pemberdayaan yang selama ini dijalankan yaitu : 1) Perencanaan program kurang didasarkan pada analisis kebutuhan (need analisys). Ini menjadi faktor penting, sebab pihak perencana program seringkali membuat perencanaan dari atas (top down planning) dibanding perencanaan dari bawah (bottom up planning). 2) Program
lebih
banyak
memberikan
bantuan
material
dibanding
aspek
pemberdayaan (empowering). 3) Kurang ada koordinasi dan komunikasi lintas unit yang sama-sama fokus pada sasaran (coodination). 4) Kurang menyadari hakekat masyarakat sebagai sistem yang terkait erat dengan lingkungannya,
sehingga
setiap
perencanaan
program
sebaiknya
juga
memperhatikan penguatan sub-sistem yang lainnya sebagai lingkungan seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, perumahan dan kesehatan 5) Kurang diperhatikan aspek kesinambungan (sustainability)
15
6) Kurang dikembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait (networking).
Tanggung jawab terhadap pembangunan sosial bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga tugas semua komponen yang terkait di dalamnya, antara lain masyarakat, Dunia Usaha (Perusahaan) dan stakeholders lainnya.
Perusahaan
merupakan salah satu komponen yang ada di lingkungan masyarakat, yang dapat diandalkan sebagai mitra kerja pemerintah dalam membangun masyarakat atau mengembangkan masyarakat, tugas tersebut sebagai instrument strategis dalam menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera, kokoh, kuat dan dapat diandalkan dalam segala aspek kehidupan. Perusahaan sebagai Dunia Usaha, dapat mewujudkan keterlibatannya dalam pembangunan masyarakat
melalui program-program
yang dikemasnya sebagai
Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/perusahaan (Corporate Social Responcibility). Salah satu dimensi dari Corporate Social Responcibility (CSR) ini adalah Community Development (Comdev) atau Pengembangan Masyarakat. Untuk itu dunia usaha atau perusahaan yang memiliki posisi strategis dalam pendanaan sangatlah diharapkan peran dan kepeduliannya terhadap masyarakat disekitar perusahaan berada. Hal tersebut sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/Perusahaan yang sekarang ini sedang digalakkan oleh pemerintah yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui programprogram yang ada dalam CSR inilah diharapkan program pemberdayaan masyarakat di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi dapat dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississpi.
2.4. Tinjauan tentang Masyarakat Pengertian masyarakat sering dihubungkan dengan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan mempunyai nilai dan norma. Menurut Suparlan (1990), masyarakat
adalah kumpulan dari sejumlah orang dalam suatu tempat
tertentu yang menunjukkan adanya kepemilikan norma-norma hidup bersama walaupun didalamnya terdapat berbagai lapisan atau lingkungan sosial. Pengertian lain disampaikan oleh Sadily (1993), masyarakat adalah segolongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertahan secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.
16
Merujuk pendapat Iver dan Page yang dikutip Soekanto (1990), menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Dari kedua pengertian di atas, masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, dengan aturan yang berlaku di tempat tersebut berupa norma dan nilai atau dengan kata lain mempunyai adat istiadat sebagai hasil dari interaksi yang mereka lakukan sejak lama. Menurut Linton yang dikutip Soekanto (1990), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sumarjan yang dikutip Soekanto (1990) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Walaupun definisi-definisi tersebut di atas berlainan, akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pengertian masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama. b. Bercampur untuk waktu
yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah
sama dengan kumpulan benda mati seperti meja, kursi dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya, maka akan muncul manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan atau perasaan-perasaan, sebagai akibat hidup bersama itu, tumbuhlah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka adalah merupakan satu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.
17
Menurut Koentjaraningrat (1990) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Definisi tersebut sejalan dengan yang diajukan oleh J.L. Gillin dan J.P. Gillin yang dikutip Koentjaraningrat (1990) yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah ”...... The largest groupings in which common customs, traditions, attitudes, and feelings of unity are operative. Dari definisi tersebut, masyarakat merupakan kesatuan manusia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : interaksi antar warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warganya.
2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Reponsibility (CSR) yang dimaknai sebagai Tangung Jawab Sosial Perusahaan/Dunia Usaha adalah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab dunia usaha terhadap masyarakat. Merujuk kepada Schermerhorn (1993) dalam Suharto (2007), mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah sebuah pendekatan, dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis
dan
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan. Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) seringkali diidentikan dengan Pengembangan Masyarakat (Community Development), yang akhir-akhir ini banyak diterapkan
oleh perusahaan dengan istilah Comdev. Sesungguhnya
Community Development (Comdev) merupakan salah satu dimensi dari Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR), karena CSR ini terdiri atas tujuh dimensi yaitu : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Keberagaman (Diversity), Lingkungan (Environment), Hubungan Internasional
(International
Relationship),
Marketplace
Practices,
Fiscal
Responsibility, dan Tanggung jawab (Accountability). Menurut Suharto (2007), Kalau ditelaah secara seksama, tujuan utama dari Pengembangan masyarakat (Community Development)
adalah bukan sekedar
membantu atau memberi sesuatu kepada masyarakat, melainkan berusaha agar masyarakat memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mampu menolong dirinya
18
sendiri. Dengan kata lain, semangat utama Comdev
adalah pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan Comdev biasanya diarahkan pada proses pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para penerima pelayanan. Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk : 1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan 2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat 3. Membantu
pemerintah
dalam
rangka
pengentasan
kemiskinan
dan
pengembangan ekonomi wilayah. Pada dasarnya, sejalan dengan semangat Otonomi Daerah, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sosial, dimana permasalahannya semakin beragam dan kompleks sehingga diperlukan dukungan dari Dunia Usaha/Perusahaan. Hal tersebut harus disadari, bahwa tanggung jawab sosial dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha itu sendiri. Persolannya adalah bagaimana kepedulian dan tindakan dunia usaha untuk ikut berperan dalam pembangunan sosial. Tujuan dari pembangunan sosial menurut pandangan ESCAP dalam Adi (2001) pada dasarnya adalah ”development of the well being of the people” (untuk membangun atau mengembangkan taraf hidup manusia). Berdasarkan tujuan tersebut, maka ESCAP melihat bahwa penekanan dari pembangunan sosial pada dasarnya ada pada pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), yaitu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan pembangunan itu sendiri. Sehubungan dengan adanya pandangan betapa pentingnya kepedulian dan keterlibatan dunia usaha/perusahaan dalam pembangunan sosial, maka tanggung jawab sosial dunia usaha adalah merupakan etika bisnis yang menjadi panduan perilaku atau tindakan dunia usaha/perusahaan untuk menjalankan usaha bisnisnya itu sendiri dengan tetap memperhatikan norma, budaya masyarakat, dan budaya perusahaan yang berpihak pada lingkungan sekitarnya.
19
Tanggung jawab dunia usaha/perusahaan (CSR) dilaksanakan dalam suatu tindakan-tindakan tertentu atau cara-cara tertentu dalam melayani kepentingankepentingan, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tindakan atau cara-cara tersebut biasanya direncanakan dan dilaksanakan dalam bentuk suatu program. Menurut Johanes (2004) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsbility (CSR) lahir dengan latar belakang beberapa hal, seperti : 1) Adanya kesenjangan antara dunia usaha dengan lingkungan sosial, sehingga memicu
disharmonisasi
yang
dapat
menimbulkan
inattentive
(kurang
diperhatikan), suspicious (curiga), hearthbuming (rasa iri hati yang mendalam) serta conflict of interest pada kedua belah pihak; 2) Harmonisasi yang tidak terpelihara, sangat rawan bagi kalangan dunia usaha, karena sewaktu-waktu dapat mengancam keberlanjutan investasi bisnis yang dikelola; 3) Orientasi bisnis selalu menginginkan agar usaha yang dijalankan dapat berjalan tanpa hambatan; 4) Kepedulian sosial dari kalangan dunia usaha terhadap wrga masyarakat disekitarnya, akan menjadi langkah awal yang baik guna memelihara social relationship yang selaras, serasi dan langgeng. Keselarasan hubungan sosial ini diwujudkan melalui kepeduliaan dunia usaha untuk ikut secara aktif menangani berbagai permasalahan sosial. Berdasarkan kondisi obyektif yang ada, menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan/dunia usaha yang mampu tumbuh dan berkembang tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Untuk itu, demi keberlangsungan perusahaan yang bersangkutan harus terdapat kesediaan untuk turut serta memikul tanggung jawab sosial yang dituntut oleh masyarakat. Jika suatu perusahaan keberadaannya ingin diakui dan didukung oleh masyarakat sekitarnya, maka sebaiknya jangan bersikap eksklusif dan bersikap arogan dalam menghadapi lingkungannya. Menurut Suharto (2005), bahwa Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P : 1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
20
2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program TJSP/CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberkelanjutan hayati. Beberapa program TJSP/CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (ekoturisme) Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), menggambarkan tiga tahap atau paradigma yang berbeda dari mulai munculnya TJSP/CSR hingga sekarang ini. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan.
Tahap
kedua
adalah
corporate
philantrophy,
yakni
dorongan
kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Di dalamnya mulai mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Merujuk
pada
Wahyutomo
(2004)
berdasarkan
pengamatan
dan
pengalaman, menunjukkan bahwa terdapat paling sedikit lima wujud kepedulian sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1) Penggunaan tenaga kerja setempat dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan perusahaan, sepanjang tenaga kerja lokal memeuhi berbagai persyaratan administrasi dan perundang-undangan, termasuk jumlah dan mutunya. 2) Pemanfaatan masyarakat sekitar perusahaan sebagai pemasok bahan yang diperlukan oleh perusahaan, baik dalam arti bahan mentah maupun bahan setengah jadi, tanpa mengabaikan keharusan terjaminnya mutu dari bahan tersebut. 3) Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang berlangsung di masyarakat sekitar seperti perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, apacara khitanan, upacara pernikahan, olahraga dan berbagai kegiatan sosial lainnya. 4) Penyediaan sarana dan prasarana umum dan sosial, termasuk pembuatan jalan dan pemeliharaannya, fasilitas olahraga, tempat-tempat ibadah, pelayanan dan kesehatan seperti klinik dan apotik, bahkan jika mungkin rumah sakit, yang
21
kesemuanya dapat di akses oleh warga masyarakat sekitar dan tidak hanya diperuntukkan bagi karyawan perusahaan dan para anggota keluarganya. 5) Berperan
aktif
dalam
membangun
masyarakat
sekitar
sehingga
dapat
menjadikan masyarakat yang mandiri dengan kemampuan yang semakin tinggi. Salah satu caranya ialah dengan memberikan bantuan untuk membangun sarana pendidikan dan bantuan keuangan berupa beasiswa bagi anak-anak yang hidup disekitar perusahaan yang memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitasnya, tetapi dengan kemampuan finansial orang tua yang sangat terbatas. Sejatinya, setiap perusahaan dalam menunaikan kewajiban sosialnya yang diaplikasikan dalam bentuk program-program Corporate Social Responsibility (CSR), bukanlah karena pertimbangan yang altruistik semata-mata, akan tetapi juga dalam rangka menjaga dan memelihara citra positif
perusahaan yang pada gilirannya
mengejawantah dalam bentuk dukungan dan kepercayaan masyarakat sekitar. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan masyarakat disekitar perusahaan, tidak saja akan memberi manfaat terhadap kelangsungan hidup perusahaan, tapi juga akan mengurangi resiko perusahaan. Untuk memastikan bahwa CSR dilakukan dengan benar, maka perusahaan harus menggali potensi daerah dan masyarakat. Keberhasilan CSR bukanlah hanya pada perbaikan kondisi ekonom atau peningkatan penghasilan masyarakat, tapi juga pada peningkatan kemampuan (capabilities) dasar masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mandiri.
2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial Menurut Zastrow (1999) dalam Suharto (2005), pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi
sosial dan
menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000, International Federation of Socisl Workers (IFSW) Tan dan Envall (2000) dalam Suharto (2005), mengunkapkan tentang pekerjaan sosial sebagai berikut : ”Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayaan dan pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teoriteori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial
22
melakukan intervensi pada situasi di mana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak azasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial” Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut (Dubois dan Miley : 2005 dalam Suharto : 2006) : 1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya. 2.
Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh
berbagai sumber, pelayanan dan
kesempatan. 3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualtas dan berperikemanusiaan. 4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Menurut Suharto (2005), secara garis besar, dalam pekerjaan sosial ada tiga metoda utama yang termasuk kedalam pendekatan makro, yaitu communitywork – yang populer dengan nama ”pengembangan masyarakat” atau community development, manajemen pelayanan kemanusiaan (human service management) dan analisis kebijakan sosial (socisl policy analysis). Perbedaan dari ketiganya yaitu, dua metode pertama merupakan pendekatan dalam praktek langsung (direct practice) dengan kliennya, maka analisis kebijakan sosial merupakan metode dalam praktek tidak langsung (indirect practice). Pusat perhatian pengembangan masyarakat adalah orang-orang dan sumber-sumber kemasyarakatan yang biasanya bermatra lokal. Program-program peningkatan pendapatan masyarakat seperti usaha ekonomi produktif, kelompok usaha bersama (KUBE), kredit mikro, adalah contoh konkrit penerapan metode pengembangan masyarakat. Sementara itu, sasaran analisis kebijakan sosial lebih luas lagi, yaitu pada keberfungsian sistem yang mempengaruhi masyarakat yang akan dibantu. Perumusan kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan sosial, jaminan sosial, dan pemerataan pendapatan adalah contoh konkrit pendekatan analisis kebijakan sosial.
23
Kaitan antara TJSP/CSR dengan Pekerjaan Sosial, Tanggungjawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Resposibility (CSR) merupakan salah satu model dari tipologi
pelayanan pekerjaan sosial
Straussner
(1989)
dalam
Suharto
industri. Seperti yang diungkapkan oleh (2007),
bahwa
satu
cara
untuk
mengkonseptualisasikan beragam pelayanan sosial yang diberikan pekerja sosial beserta peranan dan keterampilan yang dijalankannya adalah dengan membuat sebuah tipologi model setting Pekerjaan Sosial Industri (PSI), yaitu sebagai berikut : 5. Model pelayanan sosial bagi pegawai (the employee service model); 6. Model pelayanan sosial bagi majikan atau organisasi perusahaan (the employerwork organization service model); 7. Model pelayanan sosial bagi konsumen (the consumer service model); 8. Model Tanggungjawab sosial perusahaan (the corporate social responsibility model) 9. Model kebijakan publik di bidang kepegawaian (work related public policy model). Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik pekerjaan
sosial
yang
secara
khusus
menangani
kebutuhan-kebutuhan
kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metoda pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu dan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, pSI dapat menangani beragam kebutuhan individu dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat (NASW : 1987 dalam Suharto : 2007), yang dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) (Suharto : 2007). Konsep TJSP/CSR seringkali oleh perusahaan diidentikan dengan metoda Pengembangan masyarakat, yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah ComDev. Dalam pengembangan masyarakat terkait erat dengan pemberdayaan masyarakat. Suatu pengembangan masyarakat tanpa adanya pemberdayaan masyarakat secara maksimal, maka tidak akam membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Suharto (2005), pemberdayaan masyarakat dalam ComDev, didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis, dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Bekerja bersama berperan serta 2. Membantu rakyat agar mereka dapat membantu drinya sendiri dan orang lain. 3. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam
24
4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya. 5. Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial. Masih menurut Suharto (2005), fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosil (social functioning) melalui
intervensi yang
bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Suharto dan kawan-kawan, mendefinisikan
keberfungsian sosial
sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial serta menghadap goncangan dan tekanan sosial (Suharto, 2005). Mengacu pada Parson, Jorgensen dan Hernandez (1994) dalam Suharto (2005), ada beberapa peran pekerjaan sosial dalam pembimbingan sosial, yaitu sebagai berkut : 1, Fasilitator Menurut Barker (1987) dalam Suharto (2005), mendefinisikan fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu seseorang menjadi mampu menangani tekanan situasional
atau transisional. Strategi-strategi khusus untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi : pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya.
2. Broker Seperti halnya dipasar modal, seorang broker berusaha memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Namun demikian, pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni jaringan pelayanan sosial. Selain itu, seorang broker berusaha menghubungkan klien dengan barang-barang dan pelayanan serta mengontrol kualitas barang dan pelayanan tersebut. Dengan demikian ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker, yaitu : menghubungkan (linking), barang-barang dan pelayanan (goods and service), dan pengontrolan kualitas (quality control).
25
Dalam melaksanakan peran sebagai broker, ada dua pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial, yaitu - Pengetahuan dan ketrampilan melakukan assessmen kebutuhan masyarakat (community needs assessment) - Pengetahuan dan ketrampilan membangun konsorsium dan jaringan antar organisasi.
3. Mediator Peran mediator terutama diperlukan pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) dalam Suharto (2005) memberikan contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai ” fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi : kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik.
4. Pembela Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Menurut Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994) dalam Suharto (2005), bahwa peran pembelaan dapat dibagi dua : advokasi kasus (case advocacy) ditujukan untuk pembelaan terhadap individu dan advokasi kausal (cause advocacy) ditujukan untuk pembelaan terhadap sekelompok anggota masyarakat.
5. Pelindung Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pendukung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung
(guardian role), pekerja sosial bertindak
berdasarkan kepentingan korban, calon korban dan populasi yang beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut (a) kekuasaan, (b) pengaruh, (c) otoritas, dan (d) pengawasan sosial
26
2.7. Kerangka Pemikiran Kajian Pada dasarnya masyarakat memiliki potensi yang harus digali dan dikembangkan. Adapun potensi yang senantiasa ada dalam lingkungan masyarakat yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi. Potensipotensi ini pada kenyataannya seringkali memiliki keterbatasan, baik sumberdaya manusia (pendapatan, pendidikan, kesehatan dan kemampuan), sumberdaya alam (dalam pemanfatan dan pengembangannya) maupun sumberdaya ekonomi. Melalui program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, meningkatkan kemampuan, meningkatkan akses dan menjadi percaya diri untuk ikut terlibat aktif dalam suatu kegiatan pembangunan. Melalui program pemberdayaan ini, diharapkan pada gilirannya nanti akan tercipta kemandirian
dan
peningkatan
kemampuan
sehingga
masyarakat
dapat
melaksanakan keberfungsian sosialnya dengan baik dan terciptanya kesejahteraan sosial. Kaitannya dengan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
terhadap
masyarakat
disekitar
perusahaan, yang kesemuanya dikemas dalam bentuk program-program dalam Corporate Social Responsibility (CSR). Untuk bisa terlaksananya program-program tersebut, haruslah melalui suatu perencanaan yang di dalamnya meliputi pembiayaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan. Tetapi apakah masyarakat dilibatkan dalam prosesnya secara langsung ? Berbagai jenis program dalam Corporate Social Responsibility yang sudah dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi, tetapi hingga sekarang belum diketahui secara pasti bagaimana manfaatnya terhadap masyarakat. Untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat, dibutuhkan penilaian secara langsung dari masyarakat terhadap program-program tersebut. Oleh karenanya perlu dikaji lebih jauh untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi masyarakat dengan adanya program-program tersebut. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruh oleh faktor personal dan lingkungan, dimana dalam hal ini lingkungan dilaksanakan.
Dengan
adanya
kedua
faktor
tempat program CSR
tersebut
akan
memunculkan
pengetahuan masyarakat terhadap program CSR sehingga masyarakat penerima program dapat memberikan penilaian terhadap manfaat program. Selanjutnya dapat dirancang perbaikan program agar manfaatnya berkelanjutan. Tentunya perbaikan program tersebut dipengaruhi pula oleh kebijakan perusahaan. Untuk lebih jelasnya,
27
berikut
skema
kerangka
pemikiran
untuk
perbaikan
program
kedepannya
berdasarkan persepsi masyarakat terhadap program-program CSR yang telah diterimanya :
Faktor personal : - Pendidikan, pekerjaan dan usia
Faktor Lingkungan : - Akses terhadap informasi program - Akses terhadap keterlibatan dalam program.
Pengetahuan terhadap program CSR, meliputi : - Penumbuhan Ekonomi Lokal - Pendidikan - Kesehatan - Bimbingan dan Pelatihan - Pelestarian Lingkungan
Persepsi terhadap manfaat Program CSR : - Peningkatan akses terhadap sumber : pendidikan, kesehatan, modal, kesempatan berusaha dan bekerja - Peningkatan Kemampuan - Semakin terlibat aktif dalam pembangunan (perencanaan dan pelaksanaan) - Meningkatnya jejaring dalam berusaha - Kualitas dan kuantitas air tetap terjaga
Rancangan perbaikan terhadap Program CSR
Kebijakan Perusahaan
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program berdasarkan persepsi masyarakat terhadap Program CSR
BAB II TINJAUAN TEORITIS Teori dan Konsep Dalam bagian berikut dibahas mengenai beberapa teori dan konsep yang terkait dengan kajian.
2.1. Tinjauan tentang Persepsi a. Pengertian Ada beberapa macam pendapat ahli yang berhasil dikumpulkan mengenai konsep persepsi, yaitu sebagai berikut : Menurut Hammer dan Organ (1978) dalam Indrawijaya (1990), bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkunganya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya. Thoha (1996) mengatakan, bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memberi informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Pendapat
lain
mengatakan,
bahwa
persepsi
adalah
menunjukkan
bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia di sekitar kita (Morgan, King dan Robinson dalam Adi, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, persepsi terbentuk atas dasar informasi atau data yang diperoleh dari lingkungan, kemudian diserap oleh panca indera manusia
serta pengolahan sebagian dari pengolahan ingatan yaitu
berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang
dan terjadilah proses
psikologis sehingga manusia yang bersangkutan menyadari apa yang dilihat, didengar, diterima dan sebagainya, maka individu tersebut mengalami persepsi, yang diwujudkan dalam perilaku terhadap suatu obyek. Melengkapi pengertian di atas, Rahmat (1996) mengemukakan pengertian persepsi yaitu pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
7
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori. Selanjutnya, masih menurut Rahmat, persepsi ditentukan oleh personal
faktor
dan situasional. Krech dan Crutchfield (1977) menyebutnya faktor
fungsional dan faktor struktural. Dengan demikian, ada beberapa aspek yang turut menentukan terjadinya persepsi, yaitu : aspek perhatian, aspek motivasi, aspek pengetahuan, aspek personal dan aspek situasi. Merujuk pada Kartono (1984), bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana
individu
mengenal,
membandingkan,
menggolongkan
dan
menginterpretasikan terhadap rangsangan yang datang. Dari beberapa pengertian persepsi di atas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi individu atau seseorang dapat terjadi apabila ada : a. obyek yaitu adanya stimuli atau peristiwa yang diamati atau yang dialami. b. Situasi atau lingkungan yang mendukung c. Personal (pengamat atau yang diamati)
b. Faktor-faktor yang mempengaruh Persepsi Persepsi banyak dipengaruh oleh beberapa faktor, Rahmat (1989) mengemukakan, secara garis besar ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu : faktor perhatian, faktor fungsional dan faktor struktural. Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor Perhatian Andersen dalam Rahmat (1989) memberikan definisi perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian itu sendiri dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor Eksternal yang mempengaruhi perhatian adalah : a. Gerakan. Manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. b. Intensitas stimuli. Dimana manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.
8
c. Kebaruan (Novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, dan yang berbeda akan menarik perhatian. d. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian.
Faktor Internal yang mempengaruhi perhatian adalah : a. Faktor biologis, yaitu suatu kecenderungan seseorang menaruh perhatian pada hal-hal tertentu sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam dirinya. b. Faktor Sosiopsikologis, yaitu kemampuan seseorang menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. Makin besar keragaman stimuli yang mendapat perhatian, makin berkurang ketajaman persepsi seseorang pada stimuli tertentu. c. Faktor Sosiogenis adalah sikap, kebiasaan dan kemauan seseorang dapat mempengaruhi apa yang diperhatikan.
2) Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang memberikan respon pada stimuli itu.
3) Faktor Struktural yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, merumuskan prinsiup-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori ini, bila
kita
mempersepsi
sesuatu,
kita
mempersepsinya
sebagai
suatu
keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Dalam hal ini untuk memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteksnya, dalam lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya. Senada dengan hal di atas, Thoha (1996), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : 1) Faktor Psikologis
9
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi
2) Faktor Famili Banyak sikap dan persepsi-persepsi seseorang diturunkan oleh orang tuanya karena famili sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi seseorang.
3) Faktor Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruh sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Menurut Wirawan (1983), terdapat beberapa aspek dalam persepsi yang dapat dijadikan alasan bahwa suatu persepsi itu ada. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : 1) Aspek pengetahuan Yaitu bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang mempunyai kesadaran. Hal itu dapat terlihat dari kemampuannya untuk melakukan suatu proses berfikir, berkehendak dan merasa sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia memperoleh banyak pengetahuan. 2) Aspek Pemahaman Yaitu berkaitan dengan obyek tingkah laku atau respon yang dimiliki, mewakili suatu pengertian terhadap pesan dalam komunikasi, oleh karena itu pengertian tentang pemahaman merupakan proses menerima suatu obyek kedalam pemikiran seseorang dan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek dalam bentuk tingkah laku.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa persepsi sangat bersifat pribadi. Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor personal. Oleh karenanya, seseorang sering kali melihat segala sesuatu atau suatu kejadian dengan cara yang berbeda walaupun dalam obyek yang sama, tergantung pada personalnya dan lingkungan dimana orang tersebut berada Jika dikaitkan dengan judul kajian, maka secara umum kajian akan mengkaji tentang
persepsi
masyarakat
terhadap
program-program
Corporate
Social
10
Responsibility yang dilakukan oleh PT. Aqua Golden Mississipi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi.
2.2. Tinjauan tentang Pemberdayaan Konsep pemberdayaan muncul karena kritik terhadap pembangunan yang lebih menekankan pada ekonomi dengan menggunakan pendekatan trickle down effect, definisi yang lebih luas diungkapkan oleh Pranarka dan Prijono (1996) bahwa pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. Pemberdayaan diadopsi dari istilah empowerment, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai ’pemberkuasaan’ dalam arti pemberian atau peningkatan ’kekuasaan’ atau power, yang merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Menurut Pranarka (dalam Pranarka dan Prijono, 1996) proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu : (1) kecenderungan primer yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. (2) kecenderungan sekunder yaitu pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Lebih lanjut Stewart (1998) dalam Rudito (2003) menyatakan pemberdayaan
menuntut
perluasan
peran,
wewenang
dan
bahwa
kekuasaan
dan
bertambahnya keluwesan tentang bagaimana (dan oleh siapa) peran-peran tersebut dilakukan.
Pemberdayaan
merupakan
suatu
proses
dan
mempunyai
tujuan,
sebagaimana dinyatakan Solomon (1976) dalam Purnama (2006) bahwa pemberdayaan mengandung dua unsur ”proses” dan unsur ”hasil atau tujuan akhir yang hendak dicapai”. Sebagai proses, maka pemberdayaan digunakan untuk memperoleh keberdayaan atau kemampuan mengembangkan keberdayaan, serta memperoleh dan menggunakan keberdayaan tersebut. Sedangkan pemberdayaan dipandang sebagai suatu hasil atau tujuan akhir yaitu sebagai keberdayaan. Lebih lanjut, Torre (1985) dalam Purnama (2006) menyimpulkan dalam sintesisnya bahwa pemberdayaan dapat
11
didefinisikan
sebagai suatu proses dimana orang menjadi kuat atau mampu untuk
berpartisipasi, memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mempengaruhi peristiwa serta institusi-institusi yang berkaitan dengan kehidupannya. Pemberdayaan memiliki konsekuensi untuk memdidik orang untuk memperoleh ketrampilan, pengetahuan, serta tenaga yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya. Menurut
Ife
(1995),
’empowerment
aims
to
increase
the
power
of
disadvantaged’, dalam tulisan yang sama Ife menjelaskan pemberdayaan pada aspek tujuan, bahwa pemberdayaan manusia dilakukan dengan meningkatkan sumber-sumber daya, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengatasi masa depan dan berpartisipasi dalam aspekaspek kehidupan masyarakat. Pendapat lain mengatakan, bahwa pemberdayaan adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat ”people-centered, participatory, empowering, and sustainable. (Chambers, 1995 dalam Rudito, 2003) Di dalam literatur pembangunan, konsep pemberdayaan bahkan memiliki perspektif yang lebih luas. Pearse dan Stiefel yang dikutip oleh Prijono (1996) mengatakan bahwa menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif. Sedangkan pendapat Borrini dan Shanty yang masih dikutip oleh Prijono (1996) mendefinisikan
dalam pespektif lingkungan, bahwa pemberdayaan mengacu pada
pengamanan akses terhadap sumberdaya alami dan pengelolaan secara berkelanjutan. Menurut Kartasasmita (1996) bahwa memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata
lain
memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat. Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara
simultan.
Perpaduan
kedua
komponen
tersebut
akan
menghasilkan
kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaan. Berdasarkan uraian-uraian mengenai pemberdayaan di atas, nampak bahwa pemberdayaan berorientasi kepada pembangunan masyarakat yang diharapkan
12
masyarakat dapat menjadi mandiri, memiliki kemampuan, memiliki akses terhadap sumberdaya yang berkelanjutan dan aktif berpartisipasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkualitas sehingga dari keadaan tidak berdaya atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, yang dilaksanakan melalui suatu proses terencana dengan cara memberikan atau berbagi kekuasaan atau kekuatan dari mereka yang memiliki kekuatan penuh (powerfull) yaitu pemerintah dan perusahaan kepada mereka yang memiliki kekuatan lemah (powerless) yaitu masyarakat. Dimana pembangunan masyarakat tersebut bercirikan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, artinya tidak bersifat top down tetapi berpusat pada masyarakat (people centered development), dalam rangka mewujudkan keberfungsian sosial. Dalam
pencapaian
tujuan
dari
pemberdayaan,
penerapan
strategi
pemberdayaan memerlukan komitmen untuk memelihara dan memperbaiki efektivitas pelayanan dan bisa mengeliminasi penilaian negatif dan diskriminatif bagi kelompok minoritas. Sebagaimana Ife (1995) juga menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari keadaan yang merugikan.
2.3. Urgensi Pemberdayaan dalam Masyarakat Masyarakat
yang
ideal
adalah
jika
masing-masing
anggotanya
dapat
menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan posisi masing-masing yang disandangnya, namun pada tataran faktual, karena kemajuan dan ekspansi ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat pada saat ini, umat manusia mengalami keterasingan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tercabut dari nilai-nilai agama dan budayanya sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya dalam kondisi seperti itu masyarakat membutuhkan bantuan, keterlibatan dan kepedulian dari pihak lain untuk mengatasi permasalahannya, sesuai dengan jenis permasalahan yang mereka rasakan sehingga diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jika fungsi setiap anggota masyarakat dapat dijalankan dengan baik maka keberfungsiaan sosial akan tercapai. PBB (1987) mengungkapkan beberapa permasalahan masyarakat di negara berkembang adalah : kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan nutrisi, perumahan dan sanitasi yang tidak layak, anak-anak yang tidak diinginkan dan tidak terdidik, serta masalah sosial psikhologis yang menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan dalam suatu masyarakat.
13
Selama
ini
sudah
banyak
intervensi
kegiatan
atau
program-program
pemberdayaan yang telah dilaksanakan tetapi belum efektif dan belum menampakkan hasil yang optimal. Menurut Sulistiati (2006), beberapa analisis perkiraan kelemahan program pemberdayaan yang selama ini dijalankan yaitu : 1) Perencanaan program kurang didasarkan pada analisis kebutuhan (need analisys). Ini menjadi faktor penting, sebab pihak perencana program seringkali membuat perencanaan dari atas (top down planning) dibanding perencanaan dari bawah (bottom up planning). 2) Program
lebih
banyak
memberikan
bantuan
material
dibanding
aspek
pemberdayaan (empowering). 3) Kurang ada koordinasi dan komunikasi lintas unit yang sama-sama fokus pada sasaran (coodination). 4) Kurang menyadari hakekat masyarakat sebagai sistem yang terkait erat dengan lingkungannya,
sehingga
setiap
perencanaan
program
sebaiknya
juga
memperhatikan penguatan sub-sistem yang lainnya sebagai lingkungan seperti lapangan pekerjaan, pendidikan, perumahan dan kesehatan 5) Kurang diperhatikan aspek kesinambungan (sustainability) 6) Kurang dikembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait (networking).
Tanggung jawab terhadap pembangunan sosial bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga tugas semua komponen yang terkait di dalamnya, antara lain masyarakat, Dunia Usaha (Perusahaan) dan stakeholders lainnya. Perusahaan merupakan salah satu komponen yang ada di lingkungan masyarakat, yang dapat diandalkan sebagai mitra kerja pemerintah dalam membangun masyarakat atau mengembangkan masyarakat, tugas tersebut sebagai instrument strategis dalam menciptakan suatu masyarakat yang sejahtera, kokoh, kuat dan dapat diandalkan dalam segala aspek kehidupan. Perusahaan sebagai Dunia Usaha, dapat mewujudkan keterlibatannya dalam pembangunan masyarakat
melalui program-program
yang dikemasnya sebagai
Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/perusahaan (Corporate Social Responcibility). Salah satu dimensi dari Corporate Social Responcibility (CSR) ini adalah Community Development (Comdev) atau Pengembangan Masyarakat.
14
Untuk itu dunia usaha atau perusahaan yang memiliki posisi strategis dalam pendanaan sangatlah diharapkan peran dan kepeduliannya terhadap masyarakat disekitar perusahaan berada. Hal tersebut sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha/Perusahaan yang sekarang ini sedang digalakkan oleh pemerintah yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Melalui program-program yang ada dalam CSR inilah diharapkan program pemberdayaan masyarakat di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi dapat dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississpi.
2.4. Tinjauan tentang Masyarakat Pengertian masyarakat sering dihubungkan dengan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan mempunyai nilai dan norma. Menurut Suparlan (1990), masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dalam suatu tempat tertentu yang menunjukkan adanya kepemilikan norma-norma hidup bersama walaupun didalamnya terdapat berbagai lapisan atau lingkungan sosial. Pengertian lain disampaikan oleh Sadily (1993), masyarakat adalah segolongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertahan secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Merujuk pendapat Iver dan Page yang dikutip Soekanto (1990), menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Dari kedua pengertian di atas, masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, dengan aturan yang berlaku di tempat tersebut berupa norma dan nilai atau dengan kata lain mempunyai adat istiadat sebagai hasil dari interaksi yang mereka lakukan sejak lama. Menurut Linton yang dikutip Soekanto (1990), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur
diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sumarjan yang dikutip Soekanto (1990) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
15
Walaupun definisi-definisi tersebut di atas berlainan, akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pengertian masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda mati seperti meja, kursi dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya, maka akan muncul manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Juga mempunyai keinginan
untuk
menyampaikan kesan atau perasaan-perasaan, sebagai akibat hidup bersama itu, tumbuhlah sistem komunikasi
dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka adalah merupakan satu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. Menurut Koentjaraningrat (1990) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Definisi tersebut sejalan dengan yang diajukan oleh J.L. Gillin dan J.P. Gillin yang dikutip Koentjaraningrat (1990) yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah ”...... The largest groupings in which common customs, traditions, attitudes, and feelings of unity are operative. Dari definisi tersebut, masyarakat merupakan kesatuan manusia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : interaksi antar warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warganya.
2.5. Tinjauan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Reponsibility (CSR) yang dimaknai sebagai Tangung Jawab Sosial Perusahaan/Dunia Usaha adalah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab dunia usaha terhadap masyarakat. Merujuk kepada Schermerhorn (1993) dalam Suharto (2007), mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu
16
kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah sebuah pendekatan, dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela dan kemitraan. Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) seringkali diidentikan dengan Pengembangan Masyarakat (Community Development), yang akhir-akhir ini banyak diterapkan
oleh perusahaan dengan istilah Comdev. Sesungguhnya Community
Development (Comdev) merupakan salah satu dimensi dari Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Resposibility/CSR), karena CSR ini terdiri atas tujuh dimensi yaitu : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Keberagaman (Diversity),
Lingkungan
(Environment),
Hubungan
Internasional
(International
Relationship), Marketplace Practices, Fiscal Responsibility, dan Tanggung jawab (Accountability). Menurut Suharto (2007), Kalau ditelaah secara seksama, tujuan utama dari Pengembangan masyarakat (Community Development)
adalah bukan sekedar
membantu atau memberi sesuatu kepada masyarakat, melainkan berusaha agar masyarakat memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mampu menolong dirinya sendiri. Dengan kata lain, semangat utama Comdev masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan Comdev
adalah pemberdayaan
biasanya diarahkan pada proses
pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para penerima pelayanan. Pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh perusahaan, yang biasa dikemas dalam program Corporate Social Responsibility, Menurut Budimanta (2003) dalam Rudito (2003) bertujuan untuk : 1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik disekitar wilayah perusahaan 2. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat 3. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi wilayah.
17
Pada dasarnya, sejalan dengan semangat Otonomi Daerah, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan upaya strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sosial, dimana permasalahannya semakin beragam dan kompleks sehingga diperlukan dukungan dari Dunia Usaha/Perusahaan. Hal tersebut harus disadari, bahwa tanggung jawab sosial dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha itu sendiri. Persolannya adalah bagaimana kepedulian dan tindakan dunia usaha untuk ikut berperan dalam pembangunan sosial. Tujuan dari pembangunan sosial menurut pandangan ESCAP dalam Adi (2001) pada dasarnya adalah ”development of the well being of the people” (untuk membangun atau mengembangkan taraf hidup manusia). Berdasarkan tujuan tersebut, maka ESCAP melihat bahwa penekanan dari pembangunan sosial pada dasarnya ada pada pendekatan
pembangunan
yang
berpusat
pada
manusia
(people
centered
development), yaitu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan pembangunan itu sendiri. Sehubungan dengan adanya pandangan betapa pentingnya kepedulian dan keterlibatan dunia usaha/perusahaan dalam pembangunan sosial, maka tanggung jawab sosial dunia usaha adalah merupakan etika bisnis yang menjadi panduan perilaku atau tindakan dunia usaha/perusahaan untuk menjalankan usaha bisnisnya itu sendiri dengan tetap memperhatikan norma, budaya masyarakat, dan budaya perusahaan yang berpihak pada lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab dunia usaha/perusahaan (CSR) dilaksanakan dalam suatu tindakan-tindakan tertentu atau cara-cara tertentu dalam melayani kepentingankepentingan, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tindakan atau cara-cara tersebut biasanya direncanakan dan dilaksanakan dalam bentuk suatu program. Menurut Johanes (2004) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsbility (CSR) lahir dengan latar belakang beberapa hal, seperti : 1) Adanya kesenjangan antara dunia usaha dengan lingkungan sosial, sehingga memicu disharmonisasi yang dapat menimbulkan inattentive (kurang diperhatikan), suspicious (curiga), hearthbuming (rasa iri hati yang mendalam) serta conflict of interest pada kedua belah pihak;
18
2) Harmonisasi yang tidak terpelihara, sangat rawan bagi kalangan dunia usaha, karena sewaktu-waktu dapat mengancam keberlanjutan investasi bisnis yang dikelola; 3) Orientasi bisnis selalu menginginkan agar usaha yang dijalankan dapat berjalan tanpa hambatan; 4) Kepedulian sosial dari kalangan dunia usaha terhadap wrga masyarakat disekitarnya, akan menjadi langkah awal yang baik guna memelihara social relationship yang selaras, serasi dan langgeng. Keselarasan hubungan sosial ini diwujudkan melalui kepeduliaan dunia usaha untuk ikut secara aktif menangani berbagai permasalahan sosial. Berdasarkan kondisi obyektif yang ada, menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan/dunia usaha yang mampu tumbuh dan berkembang tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Untuk itu, demi keberlangsungan perusahaan yang bersangkutan harus terdapat kesediaan untuk turut serta memikul tanggung jawab sosial yang dituntut oleh masyarakat. Jika suatu perusahaan keberadaannya ingin diakui dan didukung oleh masyarakat sekitarnya, maka sebaiknya jangan bersikap eksklusif dan bersikap arogan dalam menghadapi lingkungannya. Menurut Suharto (2005), bahwa Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P : 1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program TJSP/CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberkelanjutan hayati. Beberapa program TJSP/CSR
yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa
penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (ekoturisme)
19
Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), menggambarkan tiga tahap atau paradigma yang berbeda dari mulai munculnya TJSP/CSR hingga sekarang ini. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Di dalamnya mulai mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Merujuk pada Wahyutomo (2004) berdasarkan pengamatan dan pengalaman, menunjukkan bahwa terdapat paling sedikit lima wujud kepedulian sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1) Penggunaan tenaga kerja setempat dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan perusahaan, sepanjang tenaga kerja lokal memeuhi berbagai persyaratan administrasi dan perundang-undangan, termasuk jumlah dan mutunya. 2) Pemanfaatan masyarakat sekitar perusahaan sebagai pemasok bahan yang diperlukan oleh perusahaan, baik dalam arti bahan mentah maupun bahan setengah jadi, tanpa mengabaikan keharusan terjaminnya mutu dari bahan tersebut. 3) Keterlibatan dalam aktivitas sosial yang berlangsung di masyarakat sekitar seperti perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, apacara khitanan, upacara pernikahan, olahraga dan berbagai kegiatan sosial lainnya. 4) Penyediaan sarana dan prasarana umum dan sosial, termasuk pembuatan jalan dan pemeliharaannya,
fasilitas
olahraga,
tempat-tempat
ibadah,
pelayanan
dan
kesehatan seperti klinik dan apotik, bahkan jika mungkin rumah sakit, yang kesemuanya dapat di akses oleh warga masyarakat sekitar dan tidak hanya diperuntukkan bagi karyawan perusahaan dan para anggota keluarganya. 5) Berperan aktif dalam membangun masyarakat sekitar sehingga dapat menjadikan masyarakat yang mandiri
dengan kemampuan yang semakin tinggi. Salah satu
caranya ialah dengan memberikan bantuan untuk membangun sarana pendidikan dan bantuan keuangan berupa beasiswa bagi anak-anak yang hidup disekitar perusahaan yang memiliki potensi untuk mengembangkan kreativitasnya, tetapi dengan kemampuan finansial orang tua yang sangat terbatas. Sejatinya, setiap perusahaan dalam menunaikan kewajiban sosialnya yang diaplikasikan dalam bentuk program-program Corporate Social Responsibility (CSR),
20
bukanlah karena pertimbangan yang altruistik semata-mata, akan tetapi juga dalam rangka menjaga dan memelihara citra positif
perusahaan yang pada gilirannya
mengejawantah dalam bentuk dukungan dan kepercayaan masyarakat sekitar. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan masyarakat disekitar perusahaan, tidak saja akan memberi manfaat terhadap kelangsungan hidup perusahaan, tapi juga akan mengurangi resiko perusahaan. Untuk memastikan bahwa CSR dilakukan dengan benar, maka perusahaan harus menggali potensi daerah dan masyarakat. Keberhasilan CSR bukanlah hanya pada perbaikan kondisi ekonom atau peningkatan penghasilan masyarakat, tapi juga pada peningkatan kemampuan (capabilities) dasar masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mandiri.
2.6. Tinjauan tentang Pekerjaan Sosial Menurut Zastrow (1999) dalam Suharto (2005), pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi
sosial dan
menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000, International Federation of Socisl Workers (IFSW) Tan dan Envall (2000) dalam Suharto (2005), mengunkapkan tentang pekerjaan sosial sebagai berikut : ”Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan
relasi
kemanusiaan,
perubahan
sosial,
pemberdayaan
dan
pembebasan manusia, serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada situasi di mana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak azasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial” Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja sosial dalam melaksanakan peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut (Dubois dan Miley : 2005 dalam Suharto : 2006) :
21
1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya. 2.
Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh
berbagai sumber, pelayanan dan
kesempatan. 3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualtas dan berperikemanusiaan. 4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial. Menurut Suharto (2005), secara garis besar, dalam pekerjaan sosial ada tiga metoda utama yang termasuk kedalam pendekatan makro, yaitu communitywork – yang populer dengan nama ”pengembangan masyarakat” atau community development, manajemen pelayanan kemanusiaan (human service management) dan analisis kebijakan sosial (socisl policy analysis). Perbedaan dari ketiganya yaitu, dua metode pertama merupakan pendekatan dalam praktek langsung (direct practice) dengan kliennya, maka analisis kebijakan sosial merupakan metode dalam praktek tidak langsung (indirect practice). Pusat perhatian pengembangan masyarakat adalah orang-orang dan sumbersumber kemasyarakatan yang biasanya bermatra lokal. Program-program peningkatan pendapatan masyarakat seperti usaha ekonomi produktif, kelompok usaha bersama (KUBE), kredit mikro, adalah contoh konkrit penerapan metode pengembangan masyarakat. Sementara itu, sasaran analisis kebijakan sosial lebih luas lagi, yaitu pada keberfungsian sistem yang mempengaruhi masyarakat yang akan dibantu. Perumusan kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan sosial, jaminan sosial, dan pemerataan pendapatan adalah contoh konkrit pendekatan analisis kebijakan sosial. Kaitan antara TJSP/CSR dengan Pekerjaan Sosial, Tanggungjawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Resposibility (CSR) merupakan salah satu model dari tipologi pelayanan pekerjaan sosial industri. Seperti yang diungkapkan oleh Straussner (1989) dalam Suharto (2007), bahwa satu cara untuk mengkonseptualisasikan beragam pelayanan sosial yang diberikan pekerja sosial beserta peranan dan keterampilan yang dijalankannya adalah dengan membuat sebuah tipologi model setting Pekerjaan Sosial Industri (PSI), yaitu sebagai berikut :
22
1. Model pelayanan sosial bagi pegawai (the employee service model); 2. Model pelayanan sosial bagi majikan atau organisasi perusahaan (the employerwork organization service model); 3. Model pelayanan sosial bagi konsumen (the consumer service model); 4. Model Tanggungjawab sosial perusahaan (the corporate social responsibility model) 5. Model kebijakan publik di bidang kepegawaian (work related public policy model). Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik pekerjaan sosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi
dan penerapan metoda
pertolongan yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu dan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, pSI dapat menangani beragam kebutuhan individu dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat (NASW : 1987 dalam Suharto : 2007), yang dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) (Suharto : 2007). Konsep TJSP/CSR seringkali oleh perusahaan diidentikan dengan metoda Pengembangan masyarakat, yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah ComDev. Dalam pengembangan masyarakat terkait erat dengan pemberdayaan
masyarakat.
Suatu
pengembangan
masyarakat
tanpa
adanya
pemberdayaan masyarakat secara maksimal, maka tidak akam membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Menurut Suharto (2005), pemberdayaan masyarakat dalam ComDev, didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis, dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Bekerja bersama berperan serta 2. Membantu rakyat agar mereka dapat membantu drinya sendiri dan orang lain. 3. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam 4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya. 5. Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial. Masih menurut Suharto (2005), fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosil (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan
23
atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Suharto dan kawan-kawan, mendefinisikan
keberfungsian sosial sebagai
kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga
dan
jaringan
sosial)
dalam
memenuhi/merespon
kebutuhan
dasar,
menjalankan peranan sosial serta menghadap goncangan dan tekanan sosial (Suharto, 2005). Mengacu pada Parson, Jorgensen dan Hernandez (1994) dalam
Suharto
(2005), ada beberapa peran pekerjaan sosial dalam pembimbingan sosial, yaitu sebagai berkut : 1, Fasilitator Menurut Barker (1987) dalam Suharto (2005), mendefinisikan fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu seseorang menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi : pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. 2. Broker Seperti halnya dipasar modal, seorang broker berusaha memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Namun demikian, pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain,
yakni
jaringan
pelayanan
sosial.
Selain
itu,
seorang
broker
berusaha
menghubungkan klien dengan barang-barang dan pelayanan serta mengontrol kualitas barang dan pelayanan tersebut. Dengan demikian ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker, yaitu : menghubungkan (linking), barang-barang dan pelayanan (goods and service), dan pengontrolan kualitas (quality control). Dalam melaksanakan peran sebagai broker, ada dua pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial, yaitu - Pengetahuan dan ketrampilan melakukan assessmen kebutuhan masyarakat (community needs assessment) - Pengetahuan dan ketrampilan membangun konsorsium dan jaringan antar organisasi.
24
3. Mediator Peran mediator terutama diperlukan pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) dalam Suharto (2005) memberikan contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai ” fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi : kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. 4. Pembela Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik. Menurut Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994) dalam Suharto (2005), bahwa peran pembelaan dapat dibagi dua : advokasi kasus (case advocacy) ditujukan untuk pembelaan terhadap individu dan advokasi kausal (cause advocacy) ditujukan untuk pembelaan terhadap sekelompok anggota masyarakat. 5. Pelindung Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pendukung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban dan populasi yang beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut
(a) kekuasaan, (b)
pengaruh, (c) otoritas, dan (d) pengawasan sosial
2.7. Kerangka Pemikiran Kajian Pada
dasarnya
masyarakat
memiliki
potensi
yang
harus
digali
dan
dikembangkan. Adapun potensi yang senantiasa ada dalam lingkungan masyarakat yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi. Potensipotensi ini pada kenyataannya seringkali memiliki
keterbatasan, baik sumberdaya
manusia (pendapatan, pendidikan, kesehatan dan kemampuan), sumberdaya alam (dalam pemanfatan dan pengembangannya) maupun sumberdaya ekonomi. Melalui
25
program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, meningkatkan kemampuan, meningkatkan akses dan menjadi percaya diri untuk ikut terlibat aktif dalam suatu kegiatan pembangunan. Melalui program pemberdayaan ini, diharapkan pada gilirannya nanti akan tercipta kemandirian dan peningkatan kemampuan sehingga masyarakat dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya dengan baik dan terciptanya kesejahteraan sosial. Kaitannya dengan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat disekitar perusahaan, yang kesemuanya dikemas dalam bentuk program-program dalam Corporate Social Responsibility (CSR). Untuk bisa terlaksananya program-program tersebut, haruslah melalui suatu perencanaan yang di dalamnya meliputi pembiayaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan. Tetapi apakah masyarakat dilibatkan dalam prosesnya secara langsung ? Berbagai jenis program dalam Corporate Social Responsibility yang sudah dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississipi, tetapi hingga sekarang belum diketahui secara pasti bagaimana manfaatnya terhadap masyarakat. Untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat, dibutuhkan penilaian secara langsung dari masyarakat terhadap programprogram tersebut. Oleh karenanya perlu dikaji lebih jauh untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi masyarakat dengan adanya program-program tersebut. Persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruh oleh faktor personal dan lingkungan, dimana dalam hal ini lingkungan tempat program CSR dilaksanakan. Dengan adanya kedua faktor tersebut akan memunculkan pengetahuan masyarakat terhadap program CSR sehingga masyarakat penerima program dapat memberikan penilaian terhadap manfaat program. Selanjutnya dapat dirancang perbaikan program agar manfaatnya berkelanjutan. Tentunya perbaikan program tersebut dipengaruhi pula oleh kebijakan perusahaan. Untuk lebih jelasnya, berikut skema kerangka pemikiran untuk perbaikan program kedepannya berdasarkan persepsi masyarakat terhadap program-program CSR yang telah diterimanya :
26
Faktor personal : - Pendidikan, pekerjaan dan usia
Faktor Lingkungan : - Akses terhadap informasi program - Akses terhadap keterlibatan dalam program.
Pengetahuan terhadap program CSR, meliputi : - Penumbuhan Ekonomi Lokal - Pendidikan - Kesehatan - Bimbingan dan Pelatihan - Pelestarian Lingkungan
Persepsi terhadap manfaat Program CSR : - Peningkatan akses terhadap sumber : pendidikan, kesehatan, modal, kesempatan berusaha dan bekerja - Peningkatan Kemampuan - Semakin terlibat aktif dalam pembangunan (perencanaan dan pelaksanaan) - Meningkatnya jejaring dalam berusaha - Kualitas dan kuantitas air tetap terjaga
Rancangan perbaikan terhadap Program CSR
Kebijakan Perusahaan
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Rancangan Perbaikan Program berdasarkan persepsi masyarakat terhadap Program CSR
BAB III METODE KAJIAN 3.1. Strategi Kajian Kajian ini menitikberatkan pada pengkajian program-program yang ada dalam Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Aqua Golden Mississipi sebagai sarana pemberdayaan masyarakat dalam komunitas Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu. Metodologi yang digunakan untuk memperoleh
gambaran
yang
komprehensif
berkaitan
dengan
program
pengembangan masyarakat dilihat dari jenis penelitiannya yaitu menggunakan kajian terapan deskriptif, bertujuan untuk mengorganisasikan studi kasus yang menjadi alternatif jika proposisi secara praktis tidak ada (Yin : 2002).
Menurut
Koentjaraningrat dalam Hermawati (2004), Penelitian deskriptif dilakukan sebagai langkah utama untuk penelitian yang lebih mendalam, baik untuk penelitian deskriptif maupun penelitian eksplaratif. Merujuk pada Moh. Nazir (1985), tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Ambert et. al dalam Hermawati (2004), Pendekatan kualitatif lebih mencari kedalaman daripada keluasan. Selain itu, pendekatan kualitatif berupaya untuk menemukan informasi secara intim dan mendalam mengenai sekelompok manusia. Menurut Sugiyono (2005), Metode penelitian kualitatif tidak menolak angka dan menggunakan teknik statistik untuk penyajian data dan analisis. Statistik disini tidak untuk menguji hipotesis, sehingga tidak ada kata signifikan. Metode penelitan studi kasus digunakan pada kegiatan kajian ini, karena untuk mengungkapkan kenyataan yang ada atau terjadi di lapangan, agar dapat dipahami secara mendalam, sehingga akhirnya diperoleh temuan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian.
28
Merujuk pada Yin (2003), studi kasus dilakukan dengan alasan sebagai berikut : 1. Bentuk pertanyaan penelitian yang digunakan adalah ”bagaimana” atau ”mengapa”. 2. Kontrol penelitian atas peristiwa yang dikaji, tidak ada atau sangat kecil, artinya peneliti tidak dapat memanipulasi peristiwa yang dikaji. 3. Masa kejadian/gejala yang diteliti adalah masa kini dalam konteks kehidupan nyata. Dengan menggunakan strategi-strategi di atas, maka pengkajian terhadap masyarakat yang ada disekitar perusahaan akan lebih mudah dipahami dan akan lebih mendalam sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan yang lebih signifikan.
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi kajian yang ditetapkan adalah di Komunitas Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Menurut Iskandar (1993), istilah komunitas juga digunakan untuk menyebutkan dusun dan desa kecil, hal senada dengan pendapat Suparlan dalam Ancok (2005), komuniti adalah pemukiman yang merupakan sebuah satuan kehidupan yang menempati sebuah wilayah yang terbatas luasnya, dapat berupa kampung, atau dusun, desa atau satuan RT atau RW. Pengkaji akan sering mengulang atau saling bergantian mempertukarkan istilah komunitas/komuniti dengan masyarakat atau desa, seperti yang didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 (revisi UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Adapun alasan pemilihan lokasi kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Desa Babakan Pari memiliki potensi sumberdaya alam yang baik, khususnya sumber mata air yang cukup banyak. 2. Desa Babakan Pari merupakan desa yang dikelilingi oleh empat Perusahaan, 3 perusahaan bergerak dalam bidang kemasan air mineral dan satu perusahaan bergerak dalam bidang pembuatan minuman suplemen, salah satu dari ke empat perusahaan tersebut yaitu PT. Aqua Golden Misissipi. 3. Masalah geografis dan praktis, seperti juga yang diungkapkan oleh Moleong (1998), keterbatasan geografis dan praktis seperti masalah waktu, biaya, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Kegiatan kajian sesi ketiga ini dilakukan dalam waktu lima bulan, yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan sebelumnya yaitu Praktek Lapangan I dan
29
Praktek Lapangan II. Adapun jadual kajian dari awal hingga rencana kajian sesi ketiga ini, sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Kajian Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Tahun 2007 2006 KEGIATAN
Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial)
2007
Sesi I
Sesi II
Des
April
Sesi III Juli
Agt
Sept
Okt
Nop
Des
√
Praktek Lapangan II (Analisis Program)
√
Penyusunan Proposal Rencana Kajian
√
Kolokium
√
Revisi Rencana Kajian
√
Kajian Lapangan
√
√
√
Penyusunan Laporan
√
√
√
Seminar/Ujian
√
3.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu dengan cara menggali melalui data primer, data ini di dapatkan dari sumber data (informan) pertama kemudian ditelaah, dibandingkan atau dicocokan dengan data skunder sebagai data tambahan. Lofland dan Lofland yang dikutip Moleong (1998) , menjelaskan bahwa sumber data utama
dalam penelitian kualitatif
ialah
kata-kata, dan tidakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sugiyono (2005) menjelaskan, sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam pengumpulan data, penulis juga menggunakan teknik triangulasi, menurut Sugiyono (2005), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, ketiga kegiatan tambahan dalam rangka pengumpulan data tersebut adalah :
30
a. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu, menurut Moleong (1998) dan Aribowo (2004) menjelaskan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas jika dibanding wawancara terstruktur. Menurut Sugiyono (2005), wawancara semiterstruktur termasuk dalam kategori wawancara mendalam, yang menjadi sasaran ini adalah para tokoh kunci (key informant). Tokoh kunci adalah mereka yang dinilai memiliki wawasan atau pendapat mengenai pokok masalah yang diteliti, atau tokoh lain yang dianggap kompeten. b. Pengamatan Lapangan, kegiatan ini dilakukan untuk melihat kejadian yang sebenarnya, dengan pengamatan langsung ini, kita bisa mengecek silang dari kebenaran (keakuratan) data yang diambil sebelumnya. Pengamatan langsung dilakukan untuk memperhatikan beberapa rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu waktu, lewat pengamatan ini pula dilakukan jika komunikasi tidak memungkinkan digunakan, seperti keterbatasan bahasa tutur informan yang terbatas. c. Studi dokumentasi, menurut Yin (2002), penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Data ini disebut data kedua, dokumen yang dipelajari tersebut berupa data numerikal dan non-numerikal. d. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion), yaitu mengadakan diskusi secara sistematis untuk memahami, memecahkan permasalahan dan merencanakan kegiatan secara partisipatif. Pada diskusi ini, peneliti berperan sebagai fasilitator. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2005) bahwa, teknik purposive sampling
merupakan
teknik
pengambilan
sampel
sumber
data
dengan
pertimbangan tertentu, artinya kita mencari data kepada orang yang kita anggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan. Untuk menentukan informan sebagai sumber informasi dalam kajian ini, diawali dengan meminta data kepada informan kunci yang merupakan tokoh masyarakat sekaligus orang yang dipercaya oleh PT.Aqua Golden Mississipi untuk memfasilitasi setiap program-program CSR
31
yang digulirkan ke masyarakat. Data yang diminta yaitu data orang-orang yang pernah terlibat atau pernah menerima program-program CSR dari PT. Aqua Golden Mississipi. Setelah penulis melakukan wawancara kepada 28 orang informan, penulis nilai sudah mencapai kejenuhan informasi yang penulis terima. Dari 28 informan tersebut, hampir sebagian besar memberikan informasi yang tidak jauh berbeda tentang persepsinya terhadap program-program CSR PT. Aqua Golden Mississipi. Akhirnya untuk melengkapi data informan, penulis putuskan untuk memperoleh data dari 30 orang informan. Data dalam kajian ini meliputi
: data variabel karakteristik individu,
karakteristik lingkungan terkait dengan program CSR, pengetahuan terhadap program Corporate Social Responsibility dan persepsi terhadap manfaat program CSR. Adapun data-data tersebut dijelaskan dalam tabel 2. Untuk kelengkapan metode, dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 2 Data variabel karakteristik responden, karakteristik lingkungan responden, pengetahuan responden dan persepsi terhadap program Corporate Social Responsibility di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu, Tahun 2007 Variabel
Definisi
Parameter
Karakteristik individu : - Usia - Pendidikan - Pekerjaan
- Tingkat usia - Tingkat pendidikan - Jenis pekerjaan
- Tamat SD/TTSD, SLTP, SLTA, PT - Wiraswasta, karyawan swasta, petani, guru dll
Karakteristik Lingkungan - Ketersediaan informasi tentang program CSR
Ada/tidak informasi tentang program CSR dari perusahaan, baik secara langsung maupun melalui tokoh masyarakat
- Ada/tidak - Mengetahui yang menyampaikan informasi atau tidak - Mudah dipahami/tidak
32
Lanjutan Tabel 2 Data variabel karakteristik responden, karakteristik lingkungan responden, pengetahuan responden dan persepsi terhadap program Corporate Social Responsibility di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu, Tahun 2007 Variabel
Definisi
Parameter
Karakteristik Lingkungan - Keterlibatan dalam program
Terlibat atau tidak masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan program, meliputi : - jenis program - sasaran - biaya - waktu - proses
Persepsi terhadap manfaat program CSR
Bermanfaat atau tidak program CSR terhadap : - Peningkatan akses terhadap sumber : pendidikan, kesehatan, modal, kesempatan berusaha dan bekerja. - Peningkatan kemampuan - Semakin terlibat dalam proses pembangunan - Peningkatan jejaring dalam berusaha - Pelestarian lingkungan
- Terlibat/tidak dalam perencanaan dan pelaksanaan program - Mengetahui sasaran program/tidak - Mengetahui besar biaya/tidak - Mengetahui waktu pelaksanaan/tidak - Mengetahui proses perencanaan/tidak Bermanfaat/tidak terhadap peningkatan : - Pendidikan - Sarana pendidikan - Kesehatan - Sarana kesehatan - Kesempatan berusaha - Penyerapan tenaga kerja - Pendapatan - Kemampuan - Partisipasi - Jejaring berusaha - Kualitas dan kuantitas air
3.4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, menurut Bogdan dalam Sugiyono (2005), bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan
mengorganisasikan
lapangan
data
dalam
dan
dokumentasi
kategori,
data,
menjabarkan
dengan
kedalam
cara
unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami sendiri maupun orang lain.
33
Teknik analisis data yang digunakan melalui tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang diperoleh dari catata-catan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diidentifikasi. 2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Kesimpulan dan Verifikasi, kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpangan dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti dan tuntutan sponsor. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Pembuktian kembali atau verifikasi dapat dilakukan untuk mencari pembenaran dan persetujuan sehingga validitas dapat tercapai.
3.5. Penyusunan Rancangan Perbaikan Program Rencana aksi program pemberdayaan masyarakat dilaksanakan secara partisipatif, yaitu dengan mengikutsertakan masyarkat secara bersama, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Sebelum program dibangun, pengkaji terlebih dahulu menjelaskan hasil temuan kajian untuk mendapatkan kesepakatan dengan komunitas. Selanjutnya setelah mendapatkan kesepakatan dengan komunitas, pengkaji memfasilitasi diskusi kelompok terfokus yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang ada disekitar perusahaan. Maksud dan tujuan dilakukannya diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) adalah mengidentifikasi kembali kebutuhan komunitas berdasarkan analisa keadaan, dengan menggunakan pendekatan Rapid Rural Appraisal (PRA).
34
Tabel 3 Tabel Kelengkapan metode
Tujuan
Variabel
Parameter
Sumber Data
Instrumen
Mengetahui karakteristik masyarakat
- Usia - Pendidikan - Pekerjaan
- Tk. Usia - Tk. Pendidikan - Jenis Pekerjaan
Informan dan masyarakat
Wawancara studi dokumenta si
Mengetahui persepsi masyarakat thd program CSR
Pengetahuan
Pengetahuan terhadap program-program CSR, meliputi : - Penumbuhan ekonomi lokal - Pendidikan - Kesehatan - Bimbingan dan Pelatihan - Pelestarian Lingk
Informan, perusahaan
Wawancara , dan studi dokumenta si
Penilaian
Penilaian thd manfaat program-program CSR : - Penumbuhan ekonomi lokal, - Pendidikan, - Kesehatan, - Bimbingan dan - Pelatihan, - Pelestarian Lingk
Mengetahui harapanharapan masyarakat terhadap program CSR
Harapanharapan
- Harapan-harapan masyarakat terhadap program CSR
Informan
Wawancara Dan FGD
Menyusun rancangan perbaikan program CSR
- Potensi/ Kekuatan - Hambatan/ kelemahan
- Ketersediaan SDA, kemampuan SDM dan perusahaan - Keterbatasan SDA, SDM dan perusahaan
Masyarakat Tokoh, masyarakat, Aparat Desa, dan perusahaan
Wawancara , dan FGD
BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI Desa Babakan Pari berada di ketinggian 600 m dpl, luas wilayah desa 212.535 ha adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa Babakan Pari terdiri atas tiga dusun yaitu Dusun
I (Dusun Pasir Dalam) Lokasi dimana PT. Aqua Golden
Mississipi beroperasi, Dusun II (Dusun Babakan Pari) dan Dusun III
(Dusun
Papisangan) serta 6 RW dan 22 RT. Secara geografis, batas administrasi wilayah Desa Babakan Pari berbatasan dengan beberapa wilayah lainnya, meliputi : sebelah utara berbatasan dengan Desa Tangkil Kecamatan Cidahu,
sebelah selatan
berbatasan dengan Pondokaso Tonggoh Kecamatan Cidahu dan Desa Mekarsari Kecamatan Cicurug, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tangkil dan Desa Pondokaso Tonggoh Kecamatan Cidahu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Caringin Kecamatan Cicurug. Desa Babakan Pari merupakan desa yang sangat berpotensi, dikelilingi oleh perusahaan-perusahaan besar (empat perusahaan) yang sebagian besar memproduksi air kemasan yaitu PT. Aqua Golden Mississipi, PT. Alto Tribayan Tirta,
PT. Agra Wira Tirta, dan PT. Aheb (Kratingdaeng), karena memiliki
sumberdaya alam yang melimpah khususnya sumber mata air. Untuk mencapai ibukota Kecamatan, masyarakat harus berjalan dahulu apabila tinggal jauh dari Kantor Balai Desa, dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum melalui jalan aspal dengan lebar tiga meter, dua kilo pertama jalan aspal tersebut kondisinya baik dan satu kilo kemudian kondisi jalan aspal nampak buruk (berlubang-lubang). Banyak angkutan umum berwarna putih yang biasa melintasi Desa Babakan Pari untuk mengangkut masyarakat jika hendak berhubungan dengan Pemerintah
kecamatan, Puskesmas
atau ke pasar,
angkutan umum ini beroperasi sampai pukul 21.00 WIB menghubungkan antara terminal di Kecamatan Cidahu dengan terminal di Kecamatan lain yaitu Kecamatan Cicurug. Kondisi demikian akan mempermudah arus komunikasi dan transportasi
sehingga
kegiatan
Kesehatan) kepada masyarakat
pelayanan-pelayanan
(administrasi
atau
dapat berjalan lancar atau arus jual beli ke
pasar mudah ditempuh dengan waktu 0,5 jam.
36
Jarak Desa Babakan Pari ke pusat pemerintahan Kecamatan Cidahu sekitar 3 Km dengan waktu tempuh 20 menit, dari Ibukota Kabupaten berjarak sekitar 60 Km dengan waktu tempuh sekitar
3 jam dan ke Ibukota Provinsi
berjarak 80 Km dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
4.1. Kependudukan Data kependudukan masyarakat Desa Babakan Pari sampai dengan bulan Desember 2006 berjumlah 5842 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 3084 jiwa atau 53% dan perempuan sebanyak 2758 jiwa atau 47%. Jumlah penduduk terbanyak berada di dusun I yaitu Dusun Pasir Dalam. Komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Babakan Pari Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 No
Kelompok Umur
Jenis Kelamin Laki-laki
Jumlah (jiwa)
Prosentase Total
Perempuan
1.
0 – 4
382
311
693
11,86
2.
5 – 9
331
295
626
10,72
3.
10 – 14
320
262
582
9,96
4.
15 - 19
311
266
577
9,88
5.
20 - 24
296
272
568
9,72
6.
25 - 29
215
178
393
6,73
7.
30 - 34
214
160
374
6,40
8.
35 - 39
190
167
357
6,11
9.
40 - 44
173
161
334
5,72
10.
45 - 49
167
152
319
5,46
11.
50 - 54
172
168
340
5,82
12.
55 - 59
140
138
278
4,76
13.
60 - 64
107
108
215
3,68
14.
65 ke atas
96
90
186
3,18
Jumlah
3084
2758
5842
100,00
Sumber : Data Potensi Desa Babakan Pari Tahun 2006 Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia belum produktif (0 – 14 th) sebanyak 1901 jiwa atau 33 %, usia tidak produktif (65 tahun
37
ke atas) sebanyak 186 jiwa atau 3% dan jumlah penduduk usia produktif (14 – 64 th) sebanyak 3755 jiwa atau 64%. Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jumlah penduduk Desa Babakan Pari berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Gambar 2 Piramida Penduduk Desa Babakan Pari Tahun 2006
65 + 60 – 64 55 – 59 50 – 54 45 – 49 40 – 44 35 – 39 30 – 34 25 – 29 20 – 24 15 – 19 10 – 14 5 – 9 0-4 4
3
2
1
0
0
1
2
3
Penduduk dalam 100 Laki-laki
Perempuan
Berdasarkan bentuk piramida penduduk di atas, yang melebar pada bagian bawah, baik untuk laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa angka kelahiran masih cukup tinggi. Data yang ada di desa, menunjukkan bahwa angka kelahiran tahun 2006
berjumlah 147 jiwa, kematian 13 jiwa dengan
perincian neonatal 1 jiwa, usia produktif 3 jiwa dan usia lanjut 9 jiwa. Kematian usia produktif disebabkan karena sakit dan kematian usia lanjut dikarenakan kondisi ketuaannya. Selain itu penduduk yang melakukan migrasi pada tahun
38
2006 ini untuk yang melaksanakan migrasi masuk berjumlah 4 orang dan yang melaksanakan migrasi keluar berjumlah 18 orang. Mereka yang melaksanakan migrasi keluar dan masuk karena pindah tempat tinggal/rumah sehingga dapat digolongkan sebagai migrasi permanent. Besarnya Rasio Beban Tanggungan (dependency Ratio) menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) yaitu antara 0 – 4 tahun dan usia 65 tahun ke atas terhadap jumlah penduduk usia produktif (usia kerja) yaitu usia 15 – 64 tahun. Rasio Beban Tanggungan (RBT) penduduk Desa Babakan Pari
adalah 56, artinya
setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 56 orang penduduk usia belum produktif atau tidak produktif. Sementara jumlah penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif mencapai 2.087 jiwa atau 36% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk usia kerja yaitu antara 15 – 64 tahun digunakan untuk menilai apakah seseorang tergolong angkatan kerja atau bukan angkatan kerja. Jumlah penduduk yang tergolong usia kerja adalah 3755 orang atau 64% sedangkan penduduk yang tergolong angkatan kerja yang bekerja sekitar 2816 orang atau 75%. Pada saat ini, jumlah penganggur di wilayah Desa Babakan Pari sekitar 939 orang atau 25% dari seluruh penduduk usia kerja, mereka terdiri dari para ibu rumah tangga, penduduk yang baru menyelesaikan pendidikan dan tengah mencari pekerjaan. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Babakan Pari Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Prosentase (%)
1.
Belum sekolah
722
12,36
2.
Tidak Tamat SD
975
16,69
3.
Tamat SD
2068
35,40
4.
SLTP (Sederajat)
1189
20,35
5.
SLTA (Sederajat)
866
14,82
6.
Perguruan Tinggi
22
0,38
5842
100,00
Jumlah
Sumber : Data Potensi Desa Babakan Pari Tahun 2006
39
Berasarkan data di atas, tingkat pendidikan penduduk Desa Babakan Pari termasuk pada kategori rendah, karena sebagian besar penduduk hanya tamat Sekolah Dasar (SD) berjumlah 2068 orang atau 35% dan masih banyak penduduk yang tidak tamat SD yaitu 975 orang atau 17%, akibatnya kualitas Sumber Daya Manusianya rendah. Kondisi demikian secara umum akan mempengaruhi
tingkat
pengetahuan,
ketrampilan,
jenis
pekerjaan
dan
pendapatan. Sangat sulit dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, mau tidak mau masyarakat harus dapat menerima pekerjaan hanya sebagai buruh dengan upah yang kecil. Kaitannya dengan perusahaan, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Babakan Pari ini merupakan kendala terbesar bagi PT. Aqua Golden Mississipi untuk menerima pegawai yang berasal dari desa tersebut, karena dengan pendidikan yang rendah secara otomatis akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga akan mempengaruhi pula kualitas pekerjaan seseorang yang terkait erat dengan hasil produksi.
40
4.2. Sistem Ekonomi Mata pencaharian penduduk Desa Babakan Pari sangat heterogen, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6 Komposisi Penduduk Desa Babakan Pari Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006
No
Mata Pencaharian
Jumlah (jiwa)
01
02
03
Prosentase (%) 04
1.
Petani
545
17,07
2.
Buruh tani
317
9,93
3.
Buruh lainnya/kary.swasta
1776
55,64
4.
PNS
19
0,60
5.
Guru swasta
32
1,00
6.
Pengrajin (home industri)
16
0,50
7.
Pedagang
198
6,20
8.
Jasa : - Penjahit
19
- Bengkel
2
- Wartel
4
- Tukang rias/dekor
6
- Penggilingan padi
3
- Tukang cukur
2
- Tukang Pijit
3
- Dukun beranak
4
1,35
43 9.
Ojeg
209
6,55
10
Supir
37
1,16
Jumlah
3192
100,00
Sumber Data : Data Potensi Desa Babakan Pari . Tahun 2006
Dari data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Babakan Pari sebagian besar beraktivitas sebagai buruh atau karyawan swasta berjumlah 1776 orang atau 56%, termasuk buruh pengelola limbah dan karyawan di PT. Aqua Golden Mississipi. Demikian pula masyarakat
41
yang bermata pencaharian sebagai buruh tani cukup banyak yaitu 317 orang atau 9,93%. Untuk
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani,
sebagian besar bukan pemilik tanah tetapi hanya sebagai petani penggarap saja, artinya yang bersangkutan mengolah sawah dan hasil panennya dibagi dua atau berdasarkan bagi hasil. Jika hasil panen melimpah biasanya masyarakat menjualnya, pembeli terkadang datang sendiri atau langsung dijual ke pasar. Letak pasar tidak terlalu jauh, hanya 2 Km, lokasinya di Kecamatan lain yaitu Kecamatan Cicurug. Diantara 16 orang pemilik home industri, 5 orang diantaranya sebagai pengolah limbah botol dan gelas plastic. Awalnya limbah plastic tersebut diperoleh hanya dari perusahaan setempat, karena limbah harus dibagi ke pengolah limbah di desa lainnya maka perolehan limbah semakin mengecil, sehingga akhirnya para pengolah limbah mencari keluar desa bahkan luar kecamatan dan hingga saat ini limbah justru sebagian besar dikirim dari luar kecamatan. Dengan adanya pengolahan limbah plastik tersebut, cukup banyak tenaga kerja yang terserap sekitar 450 orang termasuk mereka yang bekerja di pengolahan limbah yang berlokasi di luar desa. Salah seorang pengolah limbah dapat dikatakan sebagai pencipta lapangan kerja, karena sebagian besar masyarakat bekerja di pengolahan limbah palstik miliknya, yaitu sekitar 200 orang sebagai tenaga kerja borongan, sisanya sekitar 250 orang bekerja di pengolahan limbah lainnya termasuk di luar desa sebagai tenaga kerja tetap dan borongan. Sebagian besar masyarakat
bekerja di pengolahan limbah sebagai
tenaga kerja borongan, artinya bekerja dibayar sesuai dengan banyaknya limbah yang dibersihkan. Mereka tidak terikat jam kerja, kapan mereka mau dapat bekerja, serta waktunya tidak tentu, karena sebagian besar bekerja di rumah masing-masing. Tenaga kerja borongan, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga, biasanya limbah dibawa pulang atau dikirim oleh pemilik pengolahan limbah jika limbah yang hendak dibersihkan cukup banyak, dan dibersihkan bersama-sama anggota keluarga lainnya, sehingga ibu-ibu tidak perlu pergi keluar rumah dan tetap masih bisa mengawasi anak-anaknya serta mengurus keluarga. Upah hasil membersihkan limbah plastik ini per kg Rp. 400,00 dibayar ketika limbah plastik selesai ditimbang. Pada umumnya setiap keluarga dapat membersihkan limbah plastik antara 40 kg -
60 kg per harinya, tergantung
42
banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam membersihkan limbah plastik. Hasil limbah yang sudah digiling atau dihancurkan maupun yang hanya dibersihkan dijual ke Jakarta, bahkan ada pengolah limbah yang menjual hasil gilingannya ke sesama pengolah limbah dengan alasan berbagi keuntungan karena yang bersangkutan tidak memperoleh limbah dari perusahaan. Home industri lainnya, bergerak dalam bidang pembuatan rengginang dan dodol dari ketan (7 rumah). Pemasarannya disekitar desa serta keluar desa, bahkan keluar kecamatan. Lainnya bergerak dalam bidang pengergajian kayu, pembuatan batako dan bubut kayu. Mata pencaharian lainnya yang banyak dilaksanakan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupannya yaitu sebagai pedagang berjumlah 198 orang atau 6,27%. Sektor perdagangan ini diantaranya meliputi perdagangan sembako, rumah makan, baso,kebutuhan sehari-hari, toko bangunan dan lain-lain. Masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai tukang ojeg cukup banyak yaitu 209 orang atau 6,55%, menempati urutan keempat. Tukang ojeg ini tersebar di berbagai tempat, bahkan banyak yang jangkauannya sampai ke luar kecamatan, khususnya kecamatan Cicurug. Motor yang digunakan untuk membawa penumpang ini pada umumnya merupakan motor sewaan atau biasa disebut sebagai motor setoran sebagian kecil merupakan motor milik sendiri. Mata pencaharian penduduk lainnya yaitu sebagai PNS 19 orang atau 0,60%, sebagai guru swasta 32 orang atau 1%, yang bergerak dalam bidang jasa 43 orang atau 1,35% dn sebagai supir 37 orang atau 1,16%. Kaitannya dengan perusahaan, di Desa Babakan Pari terdapat empat perusahaan yang beroperasi yaitu PT. Aqua Golden Mississipi, PT. Alto Tribayan Tirta, PT. Agra Wira Tirta, dan PT. Aheb (Kratingdaeng). Cukup banyak masyarakat yang tergolong usia kerja yang mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut.
Khususnya PT. Aqua Golden Mississipi,
masyarakat yang tergolong usia kerja yang bekerja di perusahaan tersebut sekitar 150 orang. Kendala PT. Aqua Golden Mississipi dalam menerima tenaga kerja dari Desa Babakan Pari yaitu Sumber Daya Manusianya yang rendah, karena sebagian besar hanya lulusan pendidikan dasar (SD atau SLTP), terkadang masyarakat tidak mau mengerti dengan kualitas SDM-nya sendiri, selalu menuntut ingin dapat diterima sebagai tenaga kerja. Padahal Sumber Daya Manusia yang rendah mempengaruhi kinerja dan kualitas hasil produksi.
43
Dilihat dari fenomena jenis mata pencaharian penduduk, nampaknya sudah terjadi pergeseran sumber matapencaharian, yaitu dari sektor pertanian berubah ke sektor industri, karena penduduk yang bekerja sebagai karyawan swasta atau buruh di luar pertanian cukup dominant yaitu 1776 orang atau 55,64% ditambah sektor industri 16 orang atau 0,50 sementara sektor pertanian berjumlah 862 orang atau 27% baik sebagai petani penggarap maupun sebagai buruh tani. Kaitan antara mata pencaharian dengan sumber daya ekonomi lokal, yaitu adanya perusahaan-perusahaan di sekitar desa yang sangat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, adanya limbah-limbah dari perusahan yang dapat dibeli oleh pengolah limbah untuk diolah dan dijual serta dengan adanya pengolah limbah ini masyarakat memperoleh tambahan pendapatan sebagai tenaga kerja tetap atau borongan, walau pendapatannya kecil. Selain itu ketersediaan lahan pesawahan seluas 100,10 ha dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk bertani baik sebagai petani penggarap
maupun buruh tani untuk menghidupi keluarganya. Permasalahan
yang seringkali dihadapi masyarakat yaitu masalah
permodalan. Pada dasarnya di tingkat desa ada lembaga ekonomi yaitu Lembaga Simpan Pinjam dari Program Raksa Desa dengan modal awal Rp. 60.000.000,00 dan Lembaga Simpan Pinjam dari BUMDES dengan modal awal Rp. 10.000.000,00 tetapi kedua lembaga ini berjalan agak tersendat-sendat, sebagian besar kelompok masyarakat yang meminjam enggan mengembalikan pinjamannya, karena adanya kelompok yang dibentuk oleh pemimpin formal yang mereka nilai tidak layak dan hingga saat ini belum mengembalikan pinjamannya. Selain itu terdapat Koperasi Unit Desa yang tidak berfungsi sama sekali, sejak 9 tahun yang lalu.
4.3. Struktur Organisasi dan Kelembagaan Komunitas Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 (revisi Nomor 25 tahun 2004) tentang Otonomi Daerah, memberi kuasa kepada Desa Babakan Pari untuk memimpin dan membina serta berhak membuat peraturan desa, artinya Pemerintah Desa diberi wewenang untuk mengelola desa sesuai dengan potensi yang dimiliki, termasuk yang ada di komunitas Desa Babakan Pari. Desa Babakan Pari mempunyai struktur kelembagaan formal dan informal yang sejalan dengan peraturan tersebut.
44
Struktur Formal : BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna, Posyandu, dan Forum Silahturahmi Desa Sehat. Pada dasarnya Posyandu dan Karang Taruna seharusnya dibentuk atas inisiatif masyarakat, tetapi pada umumnya kedua lembaga ini dibentuk atas inisiatif pemerintah. Struktur Informal : kelompok jimpitan, kelompok kematian, kelompok arisan, DKM, Majlis Ta’lim, kelompok pengajian, kelompok remaja mesjid dan Kelompok Arjuna Lima. Untuk kelompok jimpitan dan kematian yang rutin berjalan di RW II. Lembaga kemasyarakatan seperti ini sangat membantu masyarakat, karena bergerak dibidang sosial. Apabila masyarakat yang menjadi anggota ada yang sakit maka dapat meminjam untuk biaya pengobatannya. Untuk anggota yang meninggal dunia akan mendapat bantuan, walaupun nilai kecil hanya
Rp. 200.000,00 – Rp. 300.000,00. Kelompok arisan yang rutin
berjalan di RW I, dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Kelompok Arjuna lima, merupakan kelompok yang dibentuk atas inisiatif para pemuda yang peduli unutk mengatasi permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang seringkali diatasi yaitu membantu para Lanjut Usia dari keluarga miskin baik dalam pembangunan rumah tidak layak huni maupun untuk bantuan pengobatan. Untuk pendanaan bersumber dari masyarakat agniya dan donatur lain di luar desa. Kelompok pengajian untuk laki-laki biasanya diadakan pada malam hari dan perempuan pada siang hari, dalam seminggu jadwalnya berfariatif dari setiap DKM yang ada. Jumlah mesjid di Desa Babakan Pari ada 5 buah (yang biasa digunakan untuk Jum’atan).
4.4. Struktur Pelapisan Komunitas Di Desa Babakan Pari, struktur pelapisan komunitas yang terbentuk ada empat tingkatan, dari mulai tingkat atas sampai tingkat bawah. Tingkatan paling atas atau berada pada tingkatan pertama, adalah anggota masyarakat yang dinilai memiliki kekayaan dan memiliki kepedulian kepada masyarakat. Orang yang dinilai berada pada tingkat satu, biasanya oleh masyarakat sangat dihormati dan disegani, serta jumlahnya sedikit, mereka yang tergolong tingkat satu yaitu para aghniya dan para tokoh masyarakat. Tingkatan kedua, adalah anggota masyarakat yang menjadi Pegawai Negeri Sipil, guru, ustadz, dan pedagang yang cukup berhasil. Pada tingkatan kedua ini, rasa hormat masyarakat tidak berlebihan seperti kepada tingkatan pertama. Tingkatan ketiga,
45
adalah anggota masyarakat pedagang atau mereka yang memiliki mata pencaharian tetap/karyawan dan hasilnya lumayan serta petani yang memiliki lahan. Tingkatan ke empat, adalah anggota masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau serabutan dengan upah kerjanya sangat minim, termasuk buruh di dalamnya. Mereka yang berada pada tingkatan ke empat ini, biasanya tergolong keluarga miskin dan jumlahnya paling banyak dibanding tingkatan lainnya. Untuk lebih jelasnya, ditampilkan pada gambar 5 berikut :
I
Mereka yang memiliki kekayaan masyarakat (6,52%)
II
dan tokoh
1
Para PNS, guru, unstadz dan pedagang yang cukup berhasil (12,30%)
III
IV
Pedagang dan mereka yang memiliki pendapatan tetap tetapi nilainya terbatas (34,76%) Mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap (serabutan) dan buruh kecil dengan upah yang minim (46,41%)
Gambar 3. Struktur Pelapisan Komunitas yang terjadi di Desa Babakan Pari
1) .
Data berasal dari data Potensi Desa Babakan Pari Tahun 2006
BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program pengembangan masyarakat perusahaan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), pengkaji nila belum ada program yang dapat dijadikan bahan untuk dianalisa. Hal tersebut karena selama ini sebagian besar program manfaatnya belum berkelanjutan (sustainable) atau belum bermanfaat jangka panjang. Oleh karenanya dalam kajian ini yang digambarkan yaitu program pengembangan masyarakat yang pernah diterima oleh Desa Babakan Pari dari pemerintah. Adapun program yang dimaksud sebagai berikut :
5.1. Program Raksa Desa Program ini merupakan program yang dicanangkan oleh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat , dalam rangka mewujudkan visi ”Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010”, oleh karenanya perlu dilakukan upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan daerah yang efektif dan efisien. Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat. Dalam Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat 2003 - 2008 dinyatakan bahwa indikator pencapaian visi Jawa Barat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2010 diharapkan mencapai nilai 80, artinya Jawa Barat pada tahun 2010 dapat mensejajarkan kualitas pembangunan manusianya pada kelompok daerah yang terkategorikan sejahtera. Sasaran kegiatan Program Raksa Desa Babakan Pari terdiri atas : pertama, program fisik, yaitu pembangunan infrastruktur desa yang perlu diperbaiki, dipandang
dapat
mendukung
kegiatan
perekonomian
dan
kesejahteraan
masyarakat. Kedua, kegiatan perekonomian yang ditujukan langsung kepada masyarakat tidak mampu tetapi masih dapat bekerja dan mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif dalam bentuk pemberian modal bergulir. Desa Babakan Pari Menerima Program Raksa Desa ini pada Tahun Anggaran 2005, besar dana yang diterima Rp. 100.000.000,00 dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya Rp. 60.000.000,00 untuk perekonomian. Dalam pelaksanaan program, diharuskan membentuk Tim Satlak Desa yang diketuai oleh Kepala Desa dan tidak boleh melibatkan anggota BPD sebagai tim.
47
Susunan kepengurusan Tim Satlak Desa terdiri atas Ketua, Sekretaris, Pemegang Kas/bendahara, Ketua Bidang Ekonomi, Ketua Bidang Kesehatan, Ketua Bidang Pendidikan dan Ketua Bidang Prasarana Fisik. Adapun Bagan Organisasi Tim Satlak Desa sebagai berikut :
Gambar 4 : Struktur Organisasi Satuan Pelaksana (Satlak) Program Raksa Desa di Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu
KETUA SATLAK DESA KEPALA DESA
PEMEGANG KAS
BIDANG PENDDIDIKAN
BIDANG KESEHATAN
SEKRETARIS
BIDANG EKONOMI
BIDANG PRASARANA FISIK
Khusus yang diperuntukkan bidang ekonomi, yaitu dengan memberikan pinjaman modal bergulir kepada keluarga miskin yang masih produktif, tiap peminjam dikelompokkan yang terdiri atas 5 sampai 10 orang. Setiap kelompok memiliki Ketua yang nantinya mengkoordinir pengembalian modal pinjaman. Untuk mendapatkan pinjaman modal kelompok mengajukan/mengusulkan atas nama kelompok, sesuai dengan kebutuhan modal masing-masing anggota. Program Raksa Desa di Desa Babakan Pari terdiri atas 20 kelompok (54 orang) sudah digulirkan kepada 41 orang dengan jenis usaha bervariasi. total yang pinjam 95 orang, yang lancar mengembalikan 24 orang (25%), yang tersendatsendat 17 orang (18%) dan yang tidak pernah mengembalikan/baru satu kali berjumlah 54 orang (57%). Karena ternyata pinjaman dikelompokkan tidak seluruh anggota mau bertanggung jawab untuk mengembalikan dana pinjaman, sehingga akhirnya kelompok-kelompok tersebut bubar dan pinjaman atas nama perorangan.
48
Alasan mereka yang enggan mengembalikan pinjaman sangat bervariasi, yaitu : -
Usahanya mengalami kegagalan atau kemacetan.
-
Kepala Desapun tidak mengembalikan dana yang digunakannya. Menurut Bendahara Kepala desa sudah mengembalikan pinjamannya.
-
Menganggap dana dari Pemerintah sebagai hibah, tidak perlu dikembalikan.
-
Banyak orang yang memakai uang negara lebih besar dari yang dipakai masyarakat dan tidak diberikan sanksi. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan program Raksa Desa
Babakan Pari yaitu Perencanaan program tidak melibatkan masyarakat, kurang komitmen dari pihak-pihak terkait, belum adanya pembinaan dan dukungan nyata dari pihak-pihak terkait dan Kurangnya sosialisasi
5.2. Program BKS-FM Program BKS-FM merupakan salah satu program yang dimiliki oleh Departemen
Sosial
dalam
rangka
penanggulangan
kemiskinan
melalui
pemberdayaan masyarakat miskin. Dalam program tersebut anggota masyarakat yang
memenuhi
kriteria
kemiskinan
untuk
mendapatkan
bantuan
sosial,
dikelompokan, setiap kelompok terdiri atas 5 – 10 KK, kelompok-kelompok tersebut biasa disebut KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dan mereka disebut sebagai KBS (keluarga Binaan Sosial). KUBE Fakir Miskin adalah himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin dengan keinginan dan kesepakatan bersama membentuk suatu wadah kegiatan, tumbuh dan berkembang atas prakarsa sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, dan tinggal dalam satuan wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas
anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang
harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama. (Departemen Sosial : 2005) Penyelengara Program BKS-FM adalah Departemen Sosial, yang dalam hal ini penyelenggaraan di daerah berada pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat dan Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi. Pada tahap pelaksanaannya Dinas Sosial Provinsi selanjutnya hanya melakukan monitoring setelah menyerahkan bantuan sosial yaitu dengan frekuensi satu tahun sekali. Selanjutnya bimbingan dan pembinaan diserahkan pada tingkat lokal yaitu desa,
49
dengan didampingi seorang pendamping lapangan, sementara pengelolaannya langsung diserahkan pada KUBE masing-masing. Sumber dana Program Bantuan Kesejahteraan Sosial untuk Fakir Miskin ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pendekatan kelompok ini dapat dilihat pada tujuan Program BKS-FM, yaitu : Tujuan Umum : meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial keluarga miskin. Tujuan Khusus. 1) Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial keluarga miskin 2) Mewujudkan kemandirian usaha sosial ekonomi keluarga miskin. 3) Meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar dan jaminan kesejahteraan sosial. 4)
Peningkatan jumlah aset individual keluarga miskin dan anggota KUBE
5) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam program pemberdayaan kelaurga miskin. 6) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam memberdayakan keluarga miskin. 7) Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial terhadap keluarga miskin. Berkaitan dengan upaya pengembangan masyarakat, dalam Ilmu Pekerjaan Sosial, dikenal pendekatan kelompok sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan program KUBE. Metode ini sering digunakan oleh Pekerja Sosial dalam kelompok. Menurut Hartford dalam Edi Suharto (1997 : 275) bahwa metode ini digunakan untuk memelihara atau memperbaiki keberfungsian personal dan sosial para anggota kelompok dalam beragam tujuan : 1) tujuan korektif, 2) tujuan preventif, 3) tujuan pertumbuhan sosial norma, 4) tujuan peningkatan personal, 5) tujuan peningkatan partisipasi dan 6) tanggung jawab masyarakat. Pembentukan KUBE ditujukan untuk meningkatkan kemampuan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu keluarga miskin, dalam berwirausaha dan meningkatkan rasa gotong royong baik diantara anggota dengan masyarakat di sekitarnya. Melalui KUBE mereka dapat saling menopang dalam melaksanakan usaha, bertukar pengalaman dan kemampuan dalam berusaha, memecahkan masalah bersama dan saling memotivasi untuk tetap berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga.
50
Desa Babakan Pari menerima Program BKS-FM pada bulan April tahun 2006. Berdasarkan tujuan program, telah dilaksanakan beberapa kegiatan kaitannya dengan pelaksanaan program, tetapi kegiatan yang telah dilakukan ini tidak sesuai dengan tahapan program yang seharusnya dilaksanakan tahap demi tahap. Tahapan yang terpenting, yaitu pelaksanaan seleksi dan identifikasi, yang seharusnya dilaksanakan secara khusus, tetapi justru dalam pelaksanaannya disatukan dengan pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan. Akibatnya, ketika peserta pelatihan telah hadir berdatangan,
diadakan seleksi dan identifikasi, ternyata
peserta yang hadir tidak sesuai dengan kriteria keluarga miskin yang telah ditetapkan. Karena sudah tidak mungkin lagi diganti para peserta tersebut, akhirnya pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan kelompok dan menentukan pengurusnya, terdiri atas tiga kelompok dan sekaligus tetap dilaksanakan sekalipun salah sasaran. Selain itu dalam pelaksanaannya, program tersebut tidak ada pendamping lapangan padahal
dalam Program BKS-FM menggunakan pendekatan pendampingan
(Technical Assistance). Pada Pelatihan ini, peserta diberi kebebasan untuk melakukan pembentukan pemberian nama kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 10 KK, yaitu KUBE Rahayu, KUBE Baranahan dan KUBE Saluyu. Ketiga kelompok yang terbentuk memilihi jenis usaha yang akan dilakukan yaitu beternak kambing. Dengan alasan mengurusnya mudah dan sumberdaya alam untuk beternak kambing ini sangat mendukung yaitu adanya padang rumput yang cukup luas untuk menggembala dan tersedianya air yang cukup melimpah. Agar dalam pengelolaan KUBE dapat teratur, baik masalah pengeloaan keuangan, pengaturan jadwal tugas mengurus ternak dan jadwal piket keamanan, maka setiap KUBE harus memiliki Ketua, sekretaris dan bendahara, mereka sebagai pengurus KUBE yang memiliki tanggung jawab lebih untuk mengatur
jalannya
keberlangsungan KUBE, walaupun pada dasarnya semua anggota memiliki tanggung jawab yang sama. Adapun untuk lebih jelasnya, susunan kepengurusan KUBE sebagai berikut :
51
KETUA
BENDAHARA
SEKRETARIS
URUSAN
Gambar 5 : Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Program BKS-FM Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu
Pada bulan Agustus 2006, bantuan kambing turun, setiap kelompok mendapatkan bantuan kambing 36 ekor, yang terdiri atas 27 ekor betina dan 9 ekor jantan. Tidak disertai obat-obatan. Berdasarkan informasi yang diterima dari Sekretaris Desa yang juga merupakan Sekretaris dari KUBE Saluyu, staf desa dan anggota KUBE lainnya, bahwa bantuan kambing yang turun kualitasnya tidak sesuai dengan yang tertera dalam Berita Acara, tetapi kambing tetap diterima karena petugas yang datang menjajikan jika ada yang mati dalam waktu satu minggu agar segera dilaporkan dan akan diganti. Anggota kelompok tidak seluruhnya mematuhi peraturan termasuk dalam jadwal pembagian tugas (jadwal mencari rumput, memberi makan ternak, membersihkan
kandang
dan
lain-lain)
masing-masing
anggota
saling
mengandalkan anggota lainnya. Dapat dikatakan, anggota KUBE sebagian besar tidak aktif menjalankan tugas yang telah ditentukan bersama. Terjadinya masalah seperti ini, tidak ada yang mendamaikan atau yang meluruskan masalah karena tidak ada pendamping lapangan. Biasanya jika terjadi masalah dalam kelompok, pendamping yang akan membantu menyelesaikan dan berusaha memotivasi
52
anggota kelompok agar tetap menjalankan komitmen yang telah disepakati untuk mencapai tujuan bersama. Pada akhirnya KUBE bubar, tiap anggota KUBE menerima kambing dengan jumlah yang bervariasi, ada yang menerima 4 ekor atau 3 ekor, sesuai dengan keaktifannya dan keterlibatannya dalam memelihara kambing. Informasi yang diterima dari penerima bantuan kambing, bahwa kambing yang mati cukup banyak dan ada juga yang sempat dipotong,
rata-rata tiap
kelompok 9 ekor. Selain itu, bantuan kambingpun ada yang hilang/dicuri, jumlah seluruhnya ada 4 ekor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, rata-rata setiap anggota kelompok masih memiliki kambing 2 ekor, bahkan ada beberapa orang yang sudah tidak memiliki kambing lagi, dengan alasan kambing dijual atau mati karena sakit dan tidak ada obatnya. Ada juga kambing yang belum pernah beranak, menurut masyarakat karena kualitas kambing yang buruk, biasa disebut oleh masyarakat kambing ”bajir” atau tidak dapat beranak. Jumlah kambing yang ada hingga sekarang, jika dijumlahkan tiap kelompoknya yaitu : KUBE Rahayu, tinggal 23 ekor; KUBE Baranahan, tingal 24 ekor dan KUBE Saluyu tinggal 27 ekor. Kesimpulan yang dapat dambil dari pelaksanaan program BKS-FM yaitu Program Top down, Tidak partisipatif, program salah sasaran, kurang komitmen dari pihak-pihak terkait, belum adanya pembinaan dan dukungan nyata dari pihakpihak terkait dan kurangnya sosialisasi.
BAB VI KERAGAMAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI 6.1. Profil PT. Aqua Golden Mississippi Aqua lahir atas ide almarhum Tirto Utomo, SH (1930 – 1994). Beliau menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT. Golden Mississippi pada tanggal 23 Februari 1973. Kegiatan fisik perusahaan dimulai pada bulan Agustus 1973, ditandai dengan pembangunan pabrik di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Percobaan produksi dimulai tanggal 1 Oktober 1974. Tahun 1974 hingga tahun 1978 merupakan masa sulit Aqua, karena masih rendahnya
tingkat permintaan masyarakat terhadap produk Aqua.
Dengan berbagai upaya dan kerja keras, Aqua mulai dikenal masyarakat sehingga penjualan dapat ditingkatkan dan akhirnya tingkat impals berhasil dicapai pada tahun 1978. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat, Aqua memperluas usahanya dengan membuat pabrik yang berlokasi di Sukabumi, juga memberikan lisensi untuk memproduksi Aqua diberikan kepada PT. Tirta Jaya Mas Unggul di Pandaan, Jawa Timur pada tahun 1984 dan Pt. Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987. Pemberian lisensi ini disertai ini disertai dengan kewajiban penerapan standar produksi dan pengendalian mutu yang prima. Upaya ekspor dirintis sejak medio 1987 dan terus berjalan baik hingga kini, mencakup Singapura, Malaysia, Maldives, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Pada saat go public pada tangga 1 Maret 1990 maka nama PT. Golden Mississippi dirubah menjadi PT. Aqua Golden Mississippi. Kerjasama dengan Pihak Lain Peristiwa sejarah kembali terukir melalui perjanjian kerjasama yang ditanda tangani pada tanggal 4 September 1998 di Jakarta antara pemilik Group Aqua dan Groupe Danone dari Perancis, melalui salah satu perusahaan investasi mereka yaitu Feddian Pte. Ltd. Dari sinilah Danone masuk dengan 40% sahamnya dalam induk perusahaan (Holding Company) Group Aqua yakni PT. Tirta Investama (TIV) disusul dengan masuknya satu investor lain dibidang
54
keuangan dengan jumlah saham 11% sehingga keluarga almarhum Tirto Utomo memiliki 49% saham di PT. Tirta Investama sebagai induk perusahaan dari Grup Aqua. 6.2. Bentuk
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan/Corporate
Social
Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi 6.2.1. Lokasi dan Ruang Lingkup Kegiatan Lokasi kegiatan TJSP/CSR perusahaan meliputi Desa Babakan Pari
Kecamatan Cidahu, Desa Mekarsari dan Desa Nyangkowek
Kecamatan Cicurug, karena lokasi pabrik ada disekitar tiga desa tersebut. Sementara di Desa Babakan Pari selain merupakan lokasi pabrik juga merupakan lokasi sumber air, tepatnya di Kampung Kubang Jaya. Jenis kegiatan TJSP/CSR di tiga desa ini tidak selalu sama. Khusus kegiatan TJSP/CSR di Desa Babakan Pari , lebih difokuskan di tiga kampung, yaitu kampung Pasirdalam, kampung Pojok dan kampung Kubang Jaya, karena ketiganya berdekatan dengan lokasi pabrik. 6.2.2. Berbagai jenis Program TJSP/CSR Berikut ini disajikan jenis-jenis kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility yang telah dilaksanakan di lapangan. 6.2.2.1. Program Pendidikan Program pendidikan dalam TJSP/CSR perusahaan ada empat macam program yaitu : 1. Program Beasiswa bagi anak yang berprestasi, peringkat 1 – 5 khusus siswa yang duduk di kelas lima. Tujuan : untuk meningkatkan minat belajar anak, agar tetap belajar dan melanjutkan pendidikan. 2. Program Renovasi sekolah yang diberikan dalam bentuk barang senilai Rp. 5.000.000,00. diberikan berdasarkan proposal ajuan dari pihak sekolah.
55
Tujuan : berpartisipasi dalam bangunan fisik sekolah agar kondisi fisik bisa lebih
baik sehingga siswa nyaman balajar.
3. Program Kebun Sekolah (School Garden) Tujuan : siswa sejak kecil dikenalkan dengan pendidikan pertanian dan praktek
langsung sehingga dapat bermanfaat untuk masa depannya
kelak, selain itu untuk membantu operasional sekolah untuk membeli buku-buku perpustakaan. 4. Hutan sekolah, merupakan program yang baru diluncurkan, dikelola oleh siswa SD Tujuan : - Mendidik siswa untuk mengetahui cara pemeliharaan dalam pembibitan pohon keras yang berguna untuk penghijauan. -
Penghijauan lingkungan, hutan dan sumber mata air.
6.2.2.2. Program Kesehatan Program Kesehatan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam program yaitu : 1. Program
penyemprotan
nyamuk
deman
berdarah
(foging),
dilaksanakan hanya di dua ke-RT yaitu RT 02/I dan RT 02/II. Tujuan : Memberantas nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah 2. Khitanan masal per RT 2 -3 orang, untuk tiga kampung. Tujuan : Meningkatnya pemahaman thd pentingnya kesehatan dan meringankan beban masyarakat. 6.2.2.3. Penampungan Air Bersih Program Penampungan air bersih dalam TJSP/CSR perusahaan berlokasi di tiga tempat yaitu : di Kampung Kubang, Kampung Pojok dan kampung Babakan Pari. Untuk yang berlokasi di kampung Babakan Pari hingga sekarang tidak berjalan karena air tidak keluar. Tujuan dari program ini yaitu membantu masyarakat untuk mendapatkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. 6.2.2.4.
Program Ekonomi Program Ekonomi dalam TJSP/CSR perusahaan ada satu macam
program yaitu : Penanaman 3000 pohon sawo, yang diberikan kepada
56
masing-masing rumah sebanyak dua pohon. Tujuan dari program ini, selain untuk penghijauan lingkungan juga untuk membantu masyarakat kelak dalam hal kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat, Diharapkan pendistribuasian pohon sawo ini kelak dapat menjadi hasil pertanian unggulan Desa Babakan Pari yang dapat dipasarkan hasilnya jika sudah menghasilkan buah yang cukup melimpah. Program ini baru berjalan satu tahun sehingga hasilnya belum nampak. 6.2.2.5. Program Penghijauan Program Penghijauan dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam program, yaitu : 1. Pendistribusian 3000 bibit pohon sawo kepada masyarakat, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak 2 pohon. Tujuan : untuk penghijauan juga ke depannya diharapkan dapat menjadi hasil pertanian unggulan desa, dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat. 2. Penanaman 200 pohon buah-buahan (manggis, mangga, rambutan dan sawo) dilakukan bersama-sama ibu-ibu PKK. Tujuan : penghijauan disekitar sumber mata air dan pelestarian air 3. Penghijauan disekitar bukit Gunung Salak bersama murid SD dan masyarakat, mananam 583 pohon mahoni, , 60 pohon pala. Tujuan : penghijauan dan kelestarian hutan. 6.2.2.6. Kesejahteraan Sosial Program Kesejahteraan Sosial dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam kegiatan, yaitu : 1. Pendistribusian sembako kepada keluarga miskin. Tujuan : Meringankan beban keluarga miskin 2. Pendistribusian hewan qurban setiap Hari Raya Qurban, setiap RT mendapat satu ekor kambing. Tujuan : Untuk berbagi dan meringankan beban kelurga miskin 3. Bantuan bahan bangunan bagi pembangunan raumah jompo, diberikan berdasarkan pengajuan proposal dari panitia pembangunan rumah jompo.
57
Tujuan : turut berpartisipasi dalam meringankan beban anggota masyarakat yang sudah jompo agar dapat menempati tempat tinggal yang layak huni. 6.2.2.7. Program Keagamaan Program Keagamaan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam kegiatan, yaitu : 1. Renovasi mesjid atau Majlis Ta’lim, bantuan diberikan dalam bentuk barang sebagai stimulan dan diberikan berdasarkan pengajuan proposal panitia pembangunan. 2. Bantuan
finansial
untuk
Hari
Besar
Keagamaan,
diberikan
berdasarkan pengajuan proposal dari panitia kegiatan. 6.3. Keberadaan Community Development di Perusahaan Comdev di PT. Aqua Golden Mississippi, berada di bawah Corporate Secretary yaitu bagian yang khusus menangani TJSP/CSR merangkap sebagai Humas. Bagian TJSP/CSR ini senantiasa berkoordinasi dengan bagia HRD jika ada kegiatan yang membutuhkan tenaga cukup banyak, juga dengan bagian finansial terkait dengan pendanaan yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan CSR di masyarakat. Selain itu, berkoordinasi dengan Bagian CSR di kantor pusat (CSR HO (Head Office). 6.4. Sumber Dana CSR Sumber dana TJSP/CSR PT. Aqua Golden Mississippi memiliki budget tersendiri di kantor pusat, sementara daerah, termasuk Aqua di Sukabumi, jika ada program TJSP/CSR yang sifatnya program tersendiri atau berbeda dengan pusat, maka daerah dapat membuat pengajuan ke pusat untuk mendanai program TJSP/CSR yang akan dilaksanakannya. 6.5. Analisis terhadap Pendekatan sasaran program Berbagai program CSR telah diluncurkan oleh PT. Aqua Golden Mississippi. Kaitannya dengan sasaran program, dapat bersifat personal, kelompok atau masyarakat. Dari keragaman program yang di telah diluncurkan oleh perusahaan, berikut identifikasi terkait sasaran program : 1. Personal : program beasiswa, pendistrbusian sembako,
58
2. Kelompok : program kebun sekolah dan hutan sekolah, 3. Masyarakat :Penampungan air bersih, penghijauan, pendistribusian pohon sawo, pemberian bantuan kambing qurban, bantuan keagamaan dan renovasi sekolah
59
BAB VII Persepsi Terhadap Program CSR PT. Aqua Golden Mississippi 7.1. Persepsi Perusahaan terhadap CSR Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dimaknai perusahaan sebagai Community Development (Comdev), yang dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam perusahaan karena mengandung unsur kemitraan antara perusahaan dan lingkungan, juga merupakan komitmen bisnis perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. CSR sebagai suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dalam rangka keberlangsungan perusahaan ke depan, selain itu untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Dalam pengaplikasiannya perlu bekerja sama dengan : -
Para karyawan perusahaan
-
Masyarakat setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan
-
Dinas Instansi terkait. Dalam hal ini, perusahaan berusaha memperhatikan kondisi masyarakat
di sekitar perusahaan, seluruh kebutuhan atau keinginan masyarakat akan dipenuhi yang tentunya harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan perusahaan. Hingga saat ini perusahaan belum memiliki standar untuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan secara terprogram dengan baik, fokus strategipun belum terbentuk secara khusus juga belum memiliki rekan stakeholders yang selaras, sesuai dengan harapan. Diharapkan melalui program-program yang diluncurkan oleh perusahaan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), dapat membuat citra positif terhadap
lingkungan,
berpartisipasi
dalam
dari masyarakat terhadap perusahaan. CSR
konsepnya setiap
mengarahkan
kegiatan
yang
agar
masyarakat
dilaksanakan
di
aktif
lingkungan
masyarakat, misalnya terlibat dalam kepanitiaan dengan tujuan agar masyarakat turut merasa bertanggung jawab terhadap bantuan-bantuan yang diberikan, misalnya : bantuan penampungan air bersih, yang diharapkan masyarakat memiliki kesadaran untuk marawat dan memeliharanya sehingga bantuan tersebut manfaatnya dapat berkelanjutan.
60
Corporate sebagai suatu sistem, tidak bisa berdiri sendiri, artinya membutuhkan kemitraan dan kerjasama yang saling timbal balik (resiprocal) dengan institusi lain. Corporate, selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya sendiri, juga memerlukan alam sebagai sumber daya olahannya dan stakeholders lainnya untuk mencapai tujuan perusahaan. Penanggung jawab program-program CSR senantiasa
melakukan
komunikasi dengan masyarakat sekitar dan stakeholder, melaksanakan kegiatan sosial, baik yang rutin maupun insidentil dengan komitmen memiliki nilai strategis dan manfaatnya untuk jangka panjang. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program, perusahaan senantiasa mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah berjalan. Adapun kendala yang selama ini dihadapi yaitu adanya perbedaan kepentingan diantara masyarakat atau stakeholders, perbedaan kemampuan masyarakat yang terkait dengan sumberdaya manusia serta pemahaman yang kurang terhadap makna dari kegiatan Community Development. 7.2. Persepsi Pemerintah Daerah (Kecamatan) terhadap CSR Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
Camat
Cidahu,
beliau
mengutarakan : ”Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya dimana perusahaan itu berada. Jika CSR Aqua disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, dalam pelaksanaan dan manfaatnya belum sepenuhnya optimal, yang terpenting untuk saat ini rutin dilaksanakan. Tentunya dalam pelaksanaan CSR ini disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, tidak setiap keinginan dan kebutuhan masyarakat dipenuhi oleh Aqua, tergantung jenis kegiatan atau kebutuhannya juga. Setiap perusahaan memiliki kebijakan tersendiri terkait tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya”. Selanjutnya, Camat mengungkapkan : ”Idealnya Aqua dapat menyisihkan dari keuntungannya untuk program-program CSR ini sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah kecamatan,
tidak dapat
memberikan penilaian apakah selama ini Aqua dalam melaksanakan programprogram kemasyarakatannya sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, sudah sesuai atau belum dengan aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah kecamatan sendiri tidak pernah mengetahui berapa persen dari keuntungan
61
perusahaan
dialokasikan
untuk
melaksanakan
program-program
kemasyarakatannya. Camat menuturkan : ”Selama ini, kami terlibat dalam program-program CSR jika ada pemberitahuan untuk hadir pada waktunya. Kami menginginkan jika ada program-program sosial yang akan diluncurkan ke masyarakat, sebaiknya perusahaan datang dahulu kepada kami, untuk meminta masukan bagaimana sebaiknya program dilaksanakan di masyarakat. Selain itu, agar melibatkan masyarakat dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program. Berdasarkan pengamatan, program dari Aqua belum menyeluruh, baru dirasakan oleh sebagian masyarakat saja. Wilayah yang sering mendapatkan program dari Aqua ada tiga kampung yaitu kampung Kubang Jaya, Pasirdalam dan kampung Pojok, itupun belum seluruhnya dapat menerima program, barangkali karena keterbatasan dana perusahaan”. Lebih lanjut Camat mengungkapkan : ” Setiap program tidak harus sama jenisnya, khususnya program ekonomi, berikan saja masyarakat bantuan modal usaha atau berupa pinjaman, jenis usahanya tidak harus sama tergantung dari ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat. Sasaran untuk program ekonomi ini, sebisa mungkin mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan modal, biasanya masyarakat yang tergolong miskin. Masyarakat kecil yang seharusnya menjadi prioritas sasaran setiap perusahaan, termasuk Aqua. Mereka biasanya bekerja sebagai buruh atau tidak menentu pekerjaannya, mereka harus diberikan bantuan untuk diberdayakan dengan baik, juga ditopang dengan pelatihan-pelatihan dan bimbingan dalam berusaha. Tentunya harus disesuaikan dengan skill yang dimiliki masyarakat atau sesuai dengan minat usaha masyarakat”. 7.3. Persepsi Masyarakat terhadap Program-program CSR Sebelum memaparkan tentang persepsi masyarakat terhadap programprogram CSR, terlebih dahulu akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam penelitian ini. Dalam mempersepsikan suatu objek seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (karakteristik indvidu/personal) dan faktor eksternal (karakteristik lingkungan).
62
7.3.1. Karakteristik Individu/personal Karakteristik individu, meliputi Usia, pendidikan, pekerjaan, demikian pula masyarakat dalam mempersepsikan program CSR/TJSP dipengaruhi oleh karakteristik individu. Faktor umur diduga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, yang dalam hal ini dalam bentuk suatu program. Penggolongan umur responden dalam kajian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok muda (kurang dari 41 tahun) dan kelompok tua (lebih dari 40 tahun). Penggolongan tersebut mengacu pada pengelompokan yang dilakukan oleh Departemen Sosial bahwa mereka yang tergolong generasi muda berusia maksimal empat puluh (40) tahun sehingga responden yang berumur kurang 41 tahun digolongkan ke dalam kelompok umur muda dan responden yang berumur lebih dari 40 tahun digolongkan kelompok tua. Berdasarkan sampel yang diambil, dari 30 orang
responden, 7 orang tergolong kelompok muda yaitu 23,33%
berumur kurang dari 41 tahun dan 23 orang tergolong kelompok tua yaitu 76,67% berumur lebih dari 40 tahun, seperti ditampilkan dalam tabel 7 berikut : Tabel 7 .
Jumlah dan Persentase Responden menurut Umur Kategori Usia
Muda (<= 40)
Total
Tua (> 40)
∑
%
∑
%
∑
%
7
23,33
23
76,67
30
100
Tingkat pendidikan responden sangat bervariasi, dari mulai tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi, sehingga diharapkan dapat dicapai persepsi yang beragam. Dari sampel yang dipilih secara acak, diperoleh tingkat pendidikan responden sebagian besar berada di tingkat dasar (SD dan SLTP) yaitu 46,67% atau berjumlah 14 orang, tingkat menengah (SLTA) sebesar 23,33% dan tingkat tinggi (perguruan tinggi) sebesar 26,67%. Seperti ditampilkan dalam tabel 8.
63
Tabel 8 .
Jumlah dan Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Dasar
Menengah
Total
Tinggi
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
15
50,00
7
23,33
8
26,67
30
100
Pekerjaan yang ditekuni oleh responden sebagian besar wiraswasta yaitu 33.33% orang, disusul oleh profesi guru sebesar 26,67% selanjutnya karyawann 23,33% baik sebagai karyawan di PT, Aqua Golden Mississippi maupun di perusahaan lain. Untuk lebih jelasnya ditampilakan dalam tabel 9. Tabel 9 .
Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Pekerjaan
No
Jenis Pekerjaan
∑
%
1
Karyawan swasta
7
23,33
2
Guru
8
26,67
3
Petani
3
10,00
4
Wiraswasta
10
33,33
5
Aparat Desa
2
6,67
30
100,00
Total
7.3.2. Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan yang merupakan faktor eksternal, yang terkait dengan program CSR/TJSP meliputi ketersediaan informasi tentang program CSR/TJSP dan keterlibatan masyarakat dalam program, dengan menggunakan parameter, ada tidaknya informasi dan siapa yang menyampaikan informasi tersebut. 7.3.2.1. Ketersediaan Informasi tentang Program CSR Pada dasarnya informasi tentang program selalu ada, tetapi tidak semua masyarakat selalu menerimanya. Informasi tidak selalu langsung dari pihak perusahaan,. masyarakat pada umumnya menerima informasi dari ketua RT, tokoh masyarakat atau bahkan tetangganya yang
64
menerima informasi terlebih dahulu dari mereka yang mengikuti sosialisasi.
Biasanya
mereka
yang
diundang
untuk
mengikuti
pertemuan/sosialisasi program, orang-orang tertentu saja, misalnya para ketua RT dan tokoh masyarakat. Seperti apa yang diungkapkan oleh salah seorang responden Udn sw, : ” Saya mah tidak pernah mengikuti pertemuan langsung dengan perusahaan tetapi saya menerima informasi tentang program dari pak RT yang selalu mengikuti pertemuan, karena kalau RT terkadang diundang kalau ada pertemuan dengan perusahaan, nanti pak RT yang menyampaikan hasil pertemuan kepada warganya” Tidak semua ketua RT selalu menginformasikan hasil pertemuan pada warganya, terbukti masih ada responden yang tidak pernah menerima informasi tentang program-program perusahaan , seperti diungkapkan oleh Hdnn, 50 th : ”Bapak tidak pernah menerima informasi tentang program Aqua, tahu program karena bekerja di Aqua” Ada pula responden yang kadang-kadang saja menerima informasi
program, mengetahui adanya program setelah program
dilaksanakan di masyarakat, seperti diungkapkan oleh Omn, 43 th : ” Kadang-kadang saja saya menerima kabar tentang adanya kegiatan, tahu-tahu kegiatan sudah dilaksanakan” Senada
dengan
penuturan
Omn,
responden
Ddng
(RT)
mengungkapkan : ” Informasi tentang program tidak selalu saya terima, karena tidak semua program diinformasikan kepada para RT” PT. Aqua Golden Mississippi dalam mensosialisasikan programprogramnya tidak selalu melibatkan masyarakat secara keseluruhan tetapi dengan cara mengundang para tokoh masyarakat, Ketua RT dan perangkat desa karena kondisi yang tidak memungkinkan. Pada dasarnya, diharapkan masyarakat dapat menerima informasi tentang program-program tersebut dari mereka yang mengikuti sosialisasi tetapi terkadang
mereka
yang
mengikuti
sosialisasikan
tersebut
tidak
menyampaikan kembali kepada masyarakat. Oleh karenanya sumber informasi
diterima
masyarakat
tidak
selalu
langsung
dari
pihak
perusahaan, terkadang diterima melalui RT, tokoh masyarakat bahkan terkadang menerima informasi dari tetangga, sekalipun pemberi informasi
65
tidak mengikuti sosialisasi. Seperti dituturkan oleh Slmn, pensiunan sebagai berikut : ”Kabar tentang kegiatan Aqua biasanya bapak terima dari para tetangga yang lebih dulu tahu” Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 10, data hasil wawancara dengan para responden tentang ketersediaan informasi dan sumber informasi. Tabel 10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan Ketersediaan Informasi tentang Program CSR/TJSP No 1
2
Jenis Pertanyaan
Kategori Jawaban
Apakah Informasi tentang Program tersedia
Siapa yang menyampaikan informasi
Selalu
Apakah penyampaian mudah dipahami
%
7
23,33
22
73,34
Tidak Pernah
1
3,33
Jumlah
30
100,00
3
10,00
Desa /Tokoh Masy.
17
56,67
RT/Masyarakat
10
33,33
30
100,00
9
30,00
17
56,67
4
13,33
30
100,00
Kadang-kadang
Pihak Aqua
Jumlah 3
Jml
informasi Mudah Kadang-kadang Tidak Mudah Jumlah
Dari tabel 10, menyajikan data ketersediaan informasi tentang program CSR/TJSP.
Sebagian besar responden yaitu 73,34% atau
sebanyak 22 orang menjawab bahwa kadang-kadang saja informasi tersedia. Sebagian kecil responden yaitu
3,33 % menjawab bahwa
ketersediaan informasi tentang program-program Corporate Social Responsibility tidak pernah diterima. Terkait dengan ketersediaan informasi, beberapa orang mengungkapkan hal tersebut. Seperti disampaikan oleh Bapak LAJ, 38 tahun : ” Saya tidak pernah mengikuti pertemuan-pertemuan program dari Aqua karena yang diundang hanya orangorang tertentu saja. Pak RT biasanya yang
66
menginformasikan program kepada masyarakat, itupun tidak selalu diundang pada pertemuannya. Hanya programprogram tertentu saja pak RT diundang oleh desa untuk menghadiri pertemuan yang dihadiri pihak perusahaan, misalnya penghijauan” Pada pertemuan-pertemuan untuk mensosialisasikan program, PT. Aqua tidak selalu mengundang Ketua RT. Seperti diungkapkan oleh Bapak Ddn, 36 tahun : ” Selaku ketua RT tidak selalu diundang jika ada pertemuan dengan Aqua di Balai Desa, hanya pertemuan pada program-program tertentu saja, biasanya program penghijauan, yang banyak membutuhkan tenaga sehingga harus melibatkan masyarakat pada pelaksanaannnya. Program lainnya terkadang saya tidak tahu sama sekali” Hal senada disampaikan oleh Ibu Lnd selaku pengurus PKK, sebagai berikut : ”Kalau program penghijauan saya selalu tahu, karena seringkali terlibat pada pelaksanaannya sehingga pada pertemuan untuk perencanaan program saya selalu diundang. Informasi program lainnya hanya kadang-kadang saja saya terima dari bapak RT”” Bapak Wrsn sebagai penanggung jawab program-program CSR dari PT. Aqua mengakui kebenaran informasi yang disampaikan oleh masyarakat, sebagai berikut : ”Memang tidak semua program pada sosialisasinya kami mengundang masyarakat. Hanya program-program tertentu saja, masyarakat dihadirkan pada pertemuan. Biasanya untuk program penghijauan, itupun yang diundang para Ketua RT, Tokoh masyarakat, pengurus PKK dan staf di desa. Untuk menginformasikan ke masyarakat, kewajiban para ketua RT atau tokoh masyarakat, biasanya disampaikan pada saat jum’atan” Informasi tentang program CSR/TJSP,
56,66% responden
menerima informasi dari pihak desa atau tokoh masyarakat, sementara responden yang menjawab bahwa informasi diterima langsung dari pihak perusahaan sebanyak 10,00% atau 3 orang dan responden yang menjawab menerima informasi dari Ketua RT atau tetangga sebanyak 10 orang atau 33,33%. Seperti ditampilkan pada tabel 8 di atas.
67
Kaitan
dengan
pihak
yang
menginformasikan
program,
disampaikan oleh Bapak Mjm, 52 tahun sebagai berikut : ”Biasanya informasi tentang program dari Aqua disampaikan oleh tokoh masyarakat pada saat Jum’atan. Pak RT mah jarang menginformasikan program pada warganya ” Hal senada disampaikan oleh Bapak Ddng, 57 tahun sebagai berikut : ”Saya mah menerima informasi tentang program dari H. Kkng, karena bekerja di desa, jadi suka tahu aja tentang program-program dari perusahaan-perusahaan. Pak RT disaya jarang menginformasikan hasil pertemuan jadi masyarakat banyak bertanyanya pada H. Kkng ” Kaitannya dengan pemahaman dari informasi yang diterima masyarakat. Sebagian besar responden yaitu 56,67% menjawab bahwa dalam penyampaian informasi, kadang-kadang mudah dipahami, baik yang disampaikan oleh tokoh masyarakat ataupun oleh ketua RT. Sebagian kecil responden yaitu 13,33%, menjawab tidak mudah dipahami karena terkadang informasinya tidak jelas. Seperti diungkapkan oleh Ibu Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Menurut saya, perusahaan kalau menyampaikan informasi tentang suatu program mudah dimengerti, tetapi kalau yang menyampaikannya orang desa suka tidak nyambung atau berbeda dengan yang dinformasikan tokoh masyarakat. Kadang-kadang saja informasi tentang adanya program mudah dimengerti oleh saya. Seorang tokoh masyarakat yaitu H. Mmn, mengungkapkan : ”Wajarlah bu kalau masyarakat saling memberikan informasi dan tidak jelas dalam menyampaikannya sehingga kadang-kadang informasinya satu dan lainnya berbeda-beda karena keterbatasan kemampuan masyarakat dalam mengingat. Terkadang juga informasi yang disampaikan ke masyarakat sama ketua RT tidak mudah dipahami, karena ketika mengikuti pertemuan tidak benar-benar mendengarkan kalahka ngobrol” 7.3.2.2. Keterlibatan dalam Program Keterlibatan
masyarakat
dalam
program
diawali
dengan
keterlibatan dalam perencanaan yang di dalamnya membahas tentang jenis program, sasaran, besarnya biaya yang dibutuhkan dan waktu
68
pelaksanaan
program.
Sehingga
untuk
mengetahui
sejauhmana
keterlibatan responden dalam proses suatu program yaitu dengan cara mengetahui data tentang hal-hal
yang terkait dalam perencanaan
program. Tidak semua masyarakat dilibatkan dalam perencanaan program, tergantung program yang akan dilaksanakan. Seperti dituturkan oleh Bpk. Wrsn sebagai penanggung jawab program CSR/TJSP dari PT. Aqua Golden Mississippi : ”Tidak seluruh program, masyarakat dilibatkan dalam perencanaannya, tergantung program yang diberikan. Untuk program pendistribusian pohon sawo dan penampungan air bersih, masyarakat dilibatkan dalam proses, dari mulai perencanaan sampai evaluasi, demikian pula program pendidikan (School Garden) perencanaan dilakukan bersama pihak sekolah” Berdasarkan
penuturan
dari
penanggung
jawab
program
CSR/TJSP perusahaan di atas, nampak pemberdayaan masyarakat dengan pola partisipasi baru dilakukan untuk dua program yaitu Program pendistribusian pohon sawo dan penampungan air bersih. Masyarakat diberi tanggung jawab untuk mengelola apa yang telah diterimanya, sehingga berhasil tidaknya program tergantung sejauh mana masyarakat berusaha untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah diterimanya. Kaitannya dengan proses suatu program, sekalipun H.Mmn dinilai sebagai kepanjangan tangan perusahaan, yang selalu terlibat dalam setiap program, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program, tetapi perihal biaya yang dibutuhkan untuk setiap program beliau tidak selalu mengetahui. Hal tersebut dikemukakan oleh H.Mmn sebagai tokoh masyarakat : “Setiap program yang diberikan kepada masyarakat saya biasanya selalu dilibatkan, tetapi kaitannya dengan biaya yang dibutuhkan untuk suatu program, tidak selalu diinformasikan, tergantung programnya, khususnya program-program pendidikan biasanya besarnya biaya yang dibutuhkan diinformasikan, misalnya beasiswa, School Garden dan rehab sekolah” Bahkan untuk masyarakat, pada umumnya tidak mengetahui perihal besarnya biaya yang dibutuhkan oleh suatu program, seperti diungkapkan oleh Hsn, 40 th :
69
”Tidak setiap program dilibatkan dalam perencanaannya, kalaupun dilibatkan biasanya perihal biaya yang dibutuhkan dalam suatu program tidak pernah diinformasikan, biasanya yang diinformasikan tentang jenis program, siapa penerima program dan waktu pelaksanaan” Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 11 data hasil wawancara dengan para responden tentang keterlibatan dalam program Tabel 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan Keterlibatan dalam Program CSR/TJSP No 1.
2.
Jenis Pertanyaan Apakah dilibatkan dalam perencanaan
Apakah mengetahui jenis-jenis program (kegiatan) dari PT. Aqua ? Sebutkan !
3.
4.
5.
Apakah mengetahui sasaran setiap program
Apakah mengetahui besarnya biaya setiap program
Apakah mengetahui waktu pelaksanaan program
Kategori Jawaban Selalu
Jml
%
2
6,67
20
66,66
Tidak pernah
8
26,67
Mengetahui seluruhnya (17 kegiatan)
1
3,33
24
80,00
Mengetahui kurang dari 7 kegiatan
5
16,67
Selalu
6
20,00
19
63,33
Tidak mengetahui
5
16,67
Selalu
0
0,00
Kadang-kadang
4
13,33
Tidak mengetahui
26
86,67
Selalu
11
36,67
Kadang-kadang
13
43,33
6
20,00
Kadang-kadang
Mengetahui 7 – 14 kegiatan
Kadang-kadang
Tidak mengetahui Jumlah
30 100,00
Tabel 11, menyajikan data tentang keterlibatan responden dalam perencanaan dan pelaksanaan program, nampak sebagian besar responden tidak selalu dilibatkan dalam program sehingga responden menjawab kadangkadang dilibatkan dalam perencanaan program yaitu sebesar 66,66% atau 20 orang, yang menjawab selalu dilibatkan dalam perencanaan sebesar 6,67%
70
atau 2 orang, sementara yang menjawab tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan sebanyak 26,67% atau 8 orang. Masyarakat menilai selama ini, program-program dari perusahaan sebagian besar tanpa melibatkan masyarakat dalam prosesnya, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program. Seperti diungkapkan oleh Bapak ESK sebagai berikut : “Banyak program yang kami tidak pernah tahu prosesnya, tahutahu masyarakat menerima program, untuk kepanitiaan biasanya perusahaan membentuk sendiri, hanya ada satu orang warga yang biasanya selalu terlibat dalam setiap program yang diberikan kepada masyarakat yaitu H. Mmn, beliau dinilai sebagai kepanjangan tangan Aqua untuk program-program di masyarakat. Kaitannya dengan pengetahuan responden terhadap berbagai jenis program CSR, sebagian besar responden yaitu 80% mengetahui 7 – 14 jenis program. Responden yang mengetahui 15 – 17 jenis program ada satu orang atau 3,33%. Responden yang mengetahui jenis program kurang dari 7 yaitu 16,67% atau 5 orang. Seperti dungkapkan oleh Bpk. Slm, 72 tahun : ”Program dari Aqua yang bapak tahu mah, beasiswa, sembako, Ramadhan kemarin bapak dapat bantuan sembako dari pak RT, alhamdulillah neng. Lainnya .... itu tuh ada bantuan penampungan air di rumah mantan RT, ada juga sunatan untuk keluarga miskin dan belum lama ini bapak dikasih pohon sawo dua pohon. Program lainnya mah bapak teu apal (ga tahu)” Responden yang menjawab selalu mengetahui sasaran dari setiap program ada 6 orang atau 20,00%, sebagian besar menjawab kadang-kadang saja mengetahui sasaran yaitu sebesar 63,33% atau 19 orang dan yang tidak mengetahui sasaran dari setiap program sebanyak 16,67% atau 5 orang. Kaitannya dengan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam setiap program, sebagian besar responden yaitu 86,67% atau 26 orang menjawab tidak mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan program, tidak ada responden yang selalu mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan dalam setiap program yaitu 0% dan responden yang menjawab kadang-kadang mengetahui besarnya biaya dalam pelaksanaan program sebesar 13,33% atau 4 orang. Kaitannya dengan biaya program, H. Kkng, 47 tahun, staf Desa Babakan Pari, mengungkapkan : ”Sasaran program insya Allah saya tahu karena desa seringkali dilibatkan dalam program. Kalau biaya dalam suatu program, sangat jarang disampaikan, barangkali itu urusan intern Aqua. Kecuali program dalam bentuk bantuan uang, misalnya bantuan
71
kegiatan keagamaan dan bantuan bahan bangunan untuk pembangunan sekolah atau sarana keagamaan. Pendapat yang sama disampaikan oleh DS, 42 tahun, Ketua RT 03/01 : ”Hampir setiap program dari Aqua masyarakat jarang tahu nilai bantuannya, hanya bantuan untuk kegiatan keagamaan yang dapat diketahui masyarakat karena bantuannya dalam bentuk uang. Hal senada diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Sekalipun hampir setiap program Aqua saya dilibatkan, tetapi untuk masalah biaya saya jarang tahu, hanya program-program tertentu saja saya mengetahui besar biayanya, misalnya bantuan yang langsung dalam bentuk uang atau barang untuk bantuan keagiatan keagamaan dan renovasi bangunan ” Dalam suatu perencanaan selalu dibahas tentang waktu pelaksanaan kegiatan. Kaitannya dengan waktu pelaksanaan program, sebagian besar responden yaitu 43,33% atau 13 orang menjawab kadang-kadang mengetahui waktu pelaksanan program, responden yang menjawab selalu mengetahui waktu pelaksanaan program sebanyak 36,67% atau 11 orang dan yang tidak mengetahui pelaksanaan program 20,00% atau 6 orang responden. Masyarakat mengharapkan ke depannya agar dilibatkan dalam perencanaan program dan sosialisasi program sehingga mengetahui proses suatu program dari awal perencanaan sampai pelaksanaan program. Karena pada dasarnya sekalipun program tersebut tidak selalu diperuntukan bagi masyarakat luas, tetapi seharusnya tetap harus mengetahui setiap programprogram TJSP/CSR. Terlebih jika program tersebut diperuntukan bagi masyarakat,
maka
masyarakat
harus
terlibat
dalam
prosesnya
agar
masyarakat mengerti apa maksud dan tujuan dilaksanakannya suatu program sehingga masyarakat turut merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan program. Seperti diungkapkan oleh Bpk. ESK, 34 tahun : ”Saya mengharapkan setiap program, masyarakat dilibatkan dari awal sampai akhir sehingga masyarakat mengetahui programprogram apa saja yang telah diberikan oleh perusahaan. Selain itu, program jangan selalu diberi dari Aqua, sekali-kali biarkan masyarakat yang menentukan program sesuai dengan kebutuhan. Selama ini pelaksanaan program hanya melibatkan orang-orang tertentu saja, sehingga kalau ada kebutuhankebutuhan yang sekiranya perusahaan dapat bantu, kami agak sulit untuk menyampaikannya. Kedepannya mudah-mudahan akan lebih baik lagi”
72
7.4. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Program-program TJSP/CSR dan Tujuannya Untuk mempersepsikan berbagai macam program CSR/TJSP perusahaan haruslah diawali dengan pengetahuan terhadap berbagai macam program tersebut termasuk tujuannya. Adapun program-program CSR/TJSP yang dimiliki oleh perusahaan adalah Program pendidikan, kesehatan, penampungan air bersih, peningkatan ekonomi, pelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, pembangunan fasilitas umum dan keagamaan. 7.4.1. Program Pendidikan Program pendidikan dalam TJSP/CSR perusahaan ada empat macam program yaitu : 1. Program Beasiswa bagi anak yang berprestasi, peringkat 1 – 5 khusus siswa yang duduk di kelas lima. Tujuan : untuk meningkatkan minat belajar anak, agar tetap belajar dan melanjutkan pendidikan. 2. Program Renovasi sekolah yang diberikan dalam bentuk barang senilai Rp. 5.000.000,00. diberikan berdasarkan proposal ajuan dari pihak sekolah. Tujuan : berpartisipasi dalam bangunan fisik sekolah agar kondisi fisik bisa lebih
baik sehingga siswa nyaman balajar.
3. Program Kebun Sekolah (School Garden) Tujuan : siswa sejak kecil dikenalkan dengan pendidikan pertanian dan praktek
langsung sehingga dapat bermanfaat untuk masa
depannya kelak, selain itu untuk membantu operasional sekolah untuk membeli buku-buku perpustakaan. 4. Hutan sekolah merupakan program yang baru diluncurkan, dikelola oleh pihak sekolah dengan melibatkan siswa SD kelas enam. Tujuan : - Mendidik siswa untuk mengetahui cara pemeliharaan dalam pembibitan pohon keras yang berguna untuk penghijauan. - Penghijauan lingkungan, hutan dan sumber mata air. Untuk program pendidikan, masyarakat tidak banyak mengetahui karena sosialisasi lebih banyak melibatkan pihak sekolah, para ketua RT
73
jarang dilibatkan, sehingga sebagian besar masyarakat tidak mengetahui program pendidikan, hanya program beasiswa yang banyak dikenal, selain itu
program
renovasi
sekolah
cukup
dikenal
walaupun
tidak
rutin
dilaksanakan di masyarakat. Seperti dituturkan oleh Jnj, 46 th, mantan RT : ”Program pendidikan, hanya beasiswa yang dikenal di masyarakat, itupun tidak seluruh masyarakat mengetahui karena yang menerima hanya orang yang berprestasi saja. Program lainnya tidak banyak yang tahu termasuk saya karena pertemuan biasanya langsung diadakan dengan guruguru, tidak melibatkan masyarakat, hanya tokoh masyarakat tertentu saja yang diundang, biasanya H.Mmn” Responden lain, yaitu Ddn 36 tahun mengungkapkan sebagai berikut : ”Program pendidikan saya tidak banyak tahu, beasiswa dan renovasi sekolah saja yang saya tahu”
hanya
Untuk Program Pendidikan, setiap guru pasti mengetahui betul proses dari awal
hingga pelaksanaannya karena selain tempat sosialisasi
selalu di sekolah juga selalu dilibatkan dalam perencanaannya, Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Tt, guru SD Negri Induk sebagai berikut : ”Alhamdulillah setiap ada program pendidikan kami selalu dilibatkan dalam perencanaannya tetapi tidak semua program sesuai dengan keinginan kami, karena program telah ditentukan jenisnya dari Aqua” Pendapat lain diungkapkan oleh DS, 42 tahun : ” Walaupun saya RT, tidak semua program saya tahu, termasuk program pendidikan, biasanya yang diundang pada pertemuan guru-guru dan tokoh masyarakat saja, kalau ketua RT tidak pernah diundang ” Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 12, data hasil wawancara dengan para responden tentang pengetahuan program pendidikan beserta tujuannya.
74
Tabel 12. Jumlah dan persentase responden terhadap program pendidikan
NO
Pengetahuan thd Program
untuk pengetahuan
Jml
%
1.
Tidak tahu
3
10,00
2.
Mengetahui 1 program
4
13,33
3.
Mengetahui 2 program
14
46,67
4.
Mengetahui 3 program
4
13,33
5.
Mengetahui 4 program
5
16,67
30
100,00
Jumlah
Dari tabel 12 dan tabel 13 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar mengetahui program pendidikan sebanyak 2 program yaitu 46,67% , pada umumnya dua program tersebut meliputi beasiswa dan renovasi sekolah, tetapi tidak semua responden yang mengetahui kedua program tersebut mengetahui tujuannya, terkadang hanya mengetahui satu tujuan saja dari kedua program yang diketahuinya. Demikian pula responden yang mengetahui tiga program yaitu 13,33%, umumnya program beasiswa, renovasi sekolah dan kebun sekolah, tetapi belum tentu mereka mengetahui tujuan dari ketiga program tersebut, terkadang hanya mengetahui dua program saja atau bahkan satu program saja. Oleh karenanya terlihat dalam tabel di atas, terjadi perbedaan persentase dan jumlah responden antara pengetahuan terhadap program dan pengetahuan dari tujuan program. Sementara responden yang tidak mengetahui program pendidikan sebanyak 3 orang atau 10%. Kaitan dengan tujuan program, tidak setiap program masyarakat mengetahui tujuannya, demikian pula dengan program pendidikan. Seperti diungkapkan oleh Hsn, 40 tahun : ”Tujuan dari program pendidikan, hanya beasiswa saja saya yang tahu, untuk membantu siswa agar lebih bersemangat dalam belajar dan bisa melanjutkan sekolahnya, yang lainnya saya tidak tahu. Hal senada disampaikan oleh AL, 62 tahun : ”Sebagian besar program pendidikan saya tidak tahu, kalau beasiswa saya tahu, untuk anak yang berprestasi
75
agar lebih sumanget belajarna dan terus bersekolah. Jarang masyarakat yang dapat beasiswa, seharusnya beasiswa untuk anak keluarga miskin biar manfaatnya besar” Untuk program pendidikan, pengetahuan terhadap tujuan program ditampilkan pada tabel 13 berikut. Tabel 13. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap tujuan program pendidikan NO
Pengetahuan thd Tujuan Program
Jml
%
1
Tidak tahu
5
16,67
2
Mengetahui 1 tujuan
7
23,33
3
Mengetahui 2 tujuan
14
46,67
4
Mengetahui 3 tujuan
1
3,33
5
Mengetahui 4 tujuan
3
10,00
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar responden mengetahui tujuan dari programprogram yang dilaksanakan hanya dua macam tujuan saja yaitu sebanyak 46,67% atau 14 orang responden. Sementara responden yang mengetahui tujuan program secara keseluruhan hanya 3 orang saja atau 10,00%. Responden
yang
mengetahui
tujuan
secara
keseluruhan
merupakan
stakeholder yang menjadi kepercayaan perusahaan untuk memfasilitasi program kepada masyarakat termasuk para guru yang terlibat langsung dalam program pendidikan. Pendapat lain yang diungkapkan oleh masyarakat kaitannya dengan tujuan program, sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Acn, 53 tahun : ”Program pendidikan yang saya tahu bantuan bahan bangunan, beasiswa dan kebun sekolah. Tujuan dari beasiswa ngebantu siswa supaya semakin cerdas dan pintar serta tidak putus sekolah. Kalau bantuan bahan bangunan untuk meringankan beban sekolah dalam hal biaya, yah sebagai bentuk partisipasi perusahaan biar anak bersekolah tidak khawatir bangunannya rubuh. Kebun sekolah saya kurang tahu tujuannya, yang menanam murid SD kelas enam termasuk yang memanennya”
76
Selain itu, Ibu St Jzm, 52 tahun mengungkapkan : ”Program pendidikan pihak sekolah selalu dilibatkan dalam setiap programnya. Selaku kepala sekolah saya harus mengetahui semua program yang diterima sekolah termasuk tujuan program, sasaran dan waktu pelaksanaannya. Kalau biaya program secara keseluruhan, tidak selalu diinformasikan. Biasanya perusahaan mengadakan pertemuan di sekolah untuk merencanakan program bersama para guru dan komite sekolah” 7.4.2. Program Kesehatan Program Kesehatan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam program yaitu : 1. Program
penyemprotan
nyamuk
deman
berdarah
(fogging),
dilaksanakan hanya di dua ke-RT yaitu RT 02/I dan RT 02/II. Tujuan : Memberantas nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah 2. Khitanan masal per RT 2 -3 orang, untuk tiga kampung. Tujuan : Meningkatnya pemahaman thd pentingnya kesehatan dan meringankan beban masyarakat. Program kesehatan hingga saat ini hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat, sehingga hampir sebagian besar masyarakat tidak mengetahui adanya program tersebut. Kegiatan khitanan masal yang oleh perusahaan digolongkan kedalam program kesehatan, pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat sehingga ketika
masyarakat
diwawancarai
tentang
macam-macam
program
kesehatan, tidak ada satu orangpun yang menjawab bahwa khitanan masal termasuk program kesehatan. Demikian pula kegiatan fogging dalam rangka penyemprotanan nyamuk demam berdarah, hanya diperuntukkan bagi sebagian kecil masyarakat, yaitu untuk dua ke-RT-an. Bahkan ada anggota masyarakat yang tinggal di lokasi tempat diadakannya
kegiatan
fogging,
tetapi
yang
bersangkutan
tidak
mengetahui adanya kegiatan fogging tersebut ketika diwawancarai tentang adanya kegiatan fogging. Seperti dituturkan oleh Acn, 53 tahun warga RT 02/II, sebagai berikut ”Selama ini tidak ada program kesehatan di masyarakat, juga penyemprotan nyamuk demam berdarah tidak pernah ada”
77
Kaitannya dengan program kesehatan, Pendapat lain diungkapkan oleh Bapak Slmn, 72 tahun : Belum adanya program kesehatan yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat ini diakui pula oleh pihak perusahaan, sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Warsono sebagai penanggungjawab program CSR/TJSP PT. Aqua, sebagai berikut : Untuk program kesehatan belum ada yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, kami merencanakan akan membuat program yang dapat bermanfaat untuk masyarakat banyak, semacam pengobatan gratis” Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 14, data hasil wawancara dengan para responden tentang pengetahuan program kesehatan beserta tujuannya. Tabel 14. Jumlah dan persentase responden terhadap program kesehatan NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2. 3.
untuk pengetahuan
Jml
%
23
76,67
Mengetahui 1 program
5
16,66
Mengetahui 2 program
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa sebagian besar responden yaitu 76,67% atau sebanyak 23 orang tidak mengetahui adanya program kesehatan, hal ini disebabkan karena program kesehatan yang dilaksankaan tidak untuk masyarakat luas. Sementara yang mengetahui satu program kesehatan yaitu 6 orang responden atau 6,67%. Kaitannya dengan program kesehatan, bapak M. Edng, 55 tahun mengungkapkan : ”Upami program kasehatan mah dugi ka ayeuna teu acan aya, mugi-mugi ka payunna aya program kanggo pengobatan gratis nu rutin diayakeun ku perusahaan”. (Kalau program kesehatan sampai sekarang belum ada. Mudah-mudahan untuk ke depannya ada program pengobatan gratis yang rutin dari perusahaan)
78
Hal senada diungkapkan bapak Slmn, 72 tahun sebagai berikut : ”Untuk program kesehatan setahu bapak belum pernah ada, kalau akan diadakan sebaiknya pengobatan gratis yang rutin dijadwalkan” H. Mmn, 52 tahun sebagai tokoh masyarakat yang selama ini selalu dilibatkan dalam setiap program CSR Aqua mengungkapkan : ”Program kesehatan pernah diadakan yaitu fogging dan yang sudah rutin dilaksanakan khitanan masal. Masyarakat mah menilaina teuh khitanan masal bukan program kesehatan dan untuk fogging hanya dilaksanakan di dua keRT-an sehingga sebagian besar masyarakat tidak tahu. Saya mendukung kalau perusahaan akan mengadakan pengobatan gratis yang rutin dilaksanakan karena itu memang harapan masyarakat” Untuk program kesehatan, pengetahuan terhadap tujuan program ditampilkan pada tabel 15 berikut. Tabel 15. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap tujuan program kesehatan No
Pengetahuan thd Tujuan
1
Tidak tahu
2 3
Jml
%
23
76,67
Mengetahui 1 tujuan
5
16,66
Mengetahui 2 tujuan
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, nampak dalam tabel di atas sebagian besar tidak mengetahui tujuan dari program kesehatan karena tidak mengetahui jenis programnya sehingga dikategorikan tidak mengetahui tujuan program. Responden yang mengetahui jenis program pada umumnya mengetahui pula tujuannya sehingga nampak antara pengetahuan jenis program dan pengetahuan terhadap tujuan program terdapat kesesuaian dalam jumlahnya. 7.4.3. Program Penampungan Air Program Penampungan air bersih dalam TJSP/CSR perusahaan berlokasi di tiga tempat yaitu : di Kampung Kubang, Kampung Pojok dan
79
kampung Babakan Pari. Untuk yang berlokasi di kampung Babakan Pari hingga sekarang tidak berjalan karena air tidak keluar. Tujuan dari program ini yaitu membantu masyarakat untuk mendapatkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Program penampungan air bersih sudah dilakukan di tiga tempat yaitu di Kampung Pojok, Kampung Kubang Jaya dan Kampung Babakan pari, tetapi untuk yang berlokasi di Kampung Babakan Pari tidak berjalan disebabkan air tidak keluar. Tidak keluarnya air disebabkan oleh lokasi yang ditetapkan ternyata salah artinya bukan sebagai sumber air. Perusahaan menginformasikan bahwa dana yang telah dikeluarkan cukup besar yaitu Rp. 150.000.000. Dengan tidak berjalannya penampungan air di kampung Babakan Pari maka masyarakat tidak menilai hal tersebut termasuk ke dalam program, sekalipun dana yang dikeluarkan sudah cukup besar. Oleh karenanya bantuan penampungan air bersih yang berjalan ada di kampung Pojok dan kampung Kubang Jaya sebagai lokasi sumber mata air milik perusahaan. Seluruh masyarakat mengetahui adanya program penampungan air ini, termasuk tujuannya, hanya lokasinya saja yang tidak semua masyarakat tahu. Sebagaimana dituturkan oleh Bapak Ojk, 63 tahun, sebagai berikut : ”Penampungan air ada di dua tempat yaitu di kampung Pojok dan kampung Kubang Jaya, agar masyarakat terbantu dalam mendapatkan air bersih” Pendapat lain diungkapkan oleh bapak Mjm, guru, sebagai berikut :
52 tahun
”Penampungan air sudah dibuat oleh perusahaan di tiga tempat, tetapi untuk yang di kampung Babakan Pari hingga sekarang tidak berjalan karena airnya tidak dapat keluar. Tujuannya untuk memberikan kemudahan pada masyarakat dalam memperoleh air” Responden lain mengungkapkan, bapak Ecm, 46 tahun : ”Penampungan air yang telah dibangun oleh Aqua ada di Kampung Kubang Jaya dan Kampung Pojok. Maksudnya untuk memberi kemudahan pada masyarakat unutk mendapatkan air bersih” Pengetahuan terhadap program penampungan air bersih untuk lebih jelasnya ditampilkan pada tabel 16.
80
Tabel 16. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap program penampungan air bersih NO
Pengetahuan thd Program
Jml
%
1.
Tidak tahu
-
0,00
2.
Mengetahui 1 lokasi
4
13,33
3.
Mengetahui 2 lokasi
17
56,67
4.
Mengetahui 3 lokasi
9
30,00
30
100,00
Jumlah
Jika dilihat dari tabel 16 dan tabel 17, pada umumnya masyarakat mengetahui program penampungan air bersih ini. Perbedaannya, ada responden yang mengetahui program di tiga lokasi sekaligus yaitu sebanyak 9 orang atau 30,00% dan yang mengetahui program didua lokasi sebanyak 17 orang atau 56,67%. Kaitannya dengan program penampungan air bersih, bapak Hdnn, 50 tahun tahun mengungkapkan : ”Bapak mah mung terang penampungan air bersih teh nu di kampung Kubang Jaya wungkul, da cakeut sareng rorompok bapak. Nu sanesna mah teu apal. Maksadna ti program bantosan ieu, supados masyarakat cakeut ka cai” (Bapak mah hanya tahu penampungan air yang di kampung Kubang Jaya karena dekat dengan rumah bapak. Yang lainnya tidak tahu. Maksud dari bantuan penampungan air bersih ini yaitu agar masyarakat dekat dengan air”) Responden lain, bapak Hsn, 40 tahun mengungkapkan sebagai berikut : ”Bantuan penampungan air bersih yang sudah dibangun oleh perusahaan ada di dua lokasi yaiu di kampung Kubang Jaya dan Kampung Pojok. Tujuannya untuk membantu masyarakat agar mudah mendapatkan air bersih” Kaitannya dengan program penampungan air bersih, semua responden mengetahui tujuan dari program tersebut., seperti ditampilkan pada tabel 17.
81
Tabel
NO
17. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap tujuan program penampungan air bersih Pengetahuan thd Tujuan Program
Jml
%
1.
Tidak tahu
-
0,00
2.
Mengetahui 1 tujuan
4
13,33
3.
Mengetahui 2 tujuan
17
56,67
4.
Mengetahui 3 tujuan
9
30,00
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, terlihat dalam tabel 17 sebagian besar mengetahui tujuan dari program penampungan air bersih. Dan terdapat kesesuaian antara pengetahuan terhadap program dan pengetahuan terhadap tujuan program, karena tujuan dari program penampungan air bersih di tiga lokasi seluruhnya memiliki tujuan yang sama. 7.4.4. Program Ekonomi Program
Ekonomi
dalam
TJSP/CSR
perusahaan
yaitu
:
penanaman 3000 pohon sawo, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak dua pohon. Tujuan dari program ini, selain untuk penghijauan lingkungan juga untuk membantu masyarakat dalam hal kesempatan
berusaha
dan
peningkatan
pendapatan
masyarakat,
Diharapkan pendistribuasian pohon sawo ini kelak dapat menjadi hasil pertanian unggulan Desa Babakan Pari yang dapat dipasarkan hasilnya jika sudah menghasilkan buah yang cukup melimpah. Program ini baru berjalan satu tahun sehingga hasilnya belum nampak. Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui kalau pembagian pohon sawo ini mengandung tujuan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga berdasarkan hasil wawancara, masyarakat menilai selama ini tidak ada program ekonomi karena pendistibusian pohon sawo dalam rangka penghijauan. Seperti dituturkan oleh Slh, 62 tahun sebagai berikut : ”Teu acan aya program ekonomi kanggo peningkatan pendapatan, pembagian pohon sawo mah sigana keur penghijauan lingkungan”
82
(Belum ada program ekonomi untuk peningkatan pendapatan, nampaknya pembagian pohon sawo itu untuk penghijauan lingkungan). Bahkan masyarakat ada yang tidak mengetahui sama sekali tujuan dari pembagian pohon sawo ini. Seperti diungkapkan oleh M. Edng, 55 tahun sebagai berikut : ”Duka teu apal naon maksadna dibagikeun tangkal sawo teh, pokokna mah ku Pak RT dipiwarang ngadamel lobang engkin rek dipasihan tangkal sawo, ari can ngadamel lobang mah moal dipasihan tangkal sawo, da hoyong dipasihan abdi teras ngadamel lobang, ditaroskeun ka pak RT kanggo naon pohon sawo teh, jawabna teh, tong loba tanya pokokna mah pelak we tangkal sawo ieu teh. Sigana mah keur penghijauan” (Tidak tahu apa maksud pembagian pohon sawo, pokoknya Pak RT menyuruh membuat lubang nanti diberi pohon sawo, kalau belum membuat lubang maka tidak akan diberi pohon sawo, karena saya ingin diberi pohon sawo kemudian saya membuat lubang, ditanyakan ke Pak RT untuk apa pembagian pohon sawo itu, jawabnya jangan banyak bertanya, tanam saja pohon sawo ini. Barangkali untuk penghijauan) Berdasarkan
informasi
di
atas,
nampak
bahwa
program
pendistribusian pohon sawo kurang disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui maksud dan tujuan program, padahal jumlah pohon sawo yang didistribusikan cukup banyak yaitu 3000 pohon dan semua anggota masyarakat menerima. Program pendistribusian pohon sawo merupakan salah satu program yang prosesnya dari awal perencanaan hingga pendistribusian melibatkan berbagai unsur, yaitu pihak kecamatan, desa, Dinas Instansi (PPL Pertanian), Para tokoh masyarakat dan para Ketua RT. Diharapkan setelah sosialisasi para Ketua RT atau para tokoh masyarakat menyampaikan hasilnya kepada masyarakat luas, tetapi kenyataannya tidak semua peserta sosialisasi menginformasikan kembali kepada masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Bapak Warsono, penanggung jawab CSR/TJSP perusahaan sebagai berikut : ”Salah satu program yang proses dari awal hingga pelaksanaan program masyarakat dilibatkan yaitu pendistribusian pohon sawo. Semua pihak dilibatkan dalam sosialisasi, diharapkan masyarkat yang mengikuti sosialisasi khususnya para Ketua RT dan tokoh
83
masyarakat, dapat menginformasikan hasilnya kepada masyarakat, sehingga masyarakat mempersiapkan segala sesuatu yang harus dikerjakan sebelum pohon sawo dibagikan yaitu membuat lubang untuk menanam pohon sawo tersebut” Bahkan masyarakat yang mengikuti proses dari awal hingga pelaksanaan program tidak ada yang menganggap pendistribusian pohon sawo sebagai program peningkatan ekonomi tetapi lebih mengarah pada penghijauan. Hal tersebut nampak dari hasil wawancara (tabel 18) bahwa seluruh responden tidak mengetahui adanya program peningkatan ekonomi karena selama ini belum pernah ada program tersebut. Tabel 18 berikut
menampilkan
pengetahuan
responden
terhadap
program
peningkatan ekonomi . Tabel 18. Jumlah dan persentase responden terhadap program ekonomi NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak mengetahui
2.
Mengetahui
untuk pengetahuan
Jml
Jumlah
Kaitannya
dengan
program
ekonomi,
ibu
%
30
100,00
-
0,00
30
100,00
Lnd
35
tahun
mengungkapkan : ”Sepengetahuan saya belum ada program ekonomi. Kalau pohon sawo, karena belum menghasilkan maka belum dapat dinilai program ekonomi, tetapi lebih pada penghijauan” Responden lain mengungkapkan, bapak Ddng, 42 tahun : ”Dari Aqua belum ada program ekonomi, kalau pohon sawo kan itu untuk penghijauan, kalau dijadikan program ekonomi kan belum menghasilkan buah” Untuk program ekonomi, karena masyarakat menilai selama ini belum ada program ekonomi, maka tujuannyapun masyarakat tidak tahu. pengetahuan terhadap tujuan program ditampilkan pada tabel 19 berikut.
84
Tabel 19. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap tujuan program ekonomi NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak mengetahui
2.
Mengetahui
Jml
%
30
100,00
Jumlah
30
0,00 100,00
Jika dilihat dari tabel 18 dan tabel 19, bahwa seluruh responden yaitu 100% tidak mengetahui bahwa program pembagian pohon sawo ini memiliki tujuan ekonomi, pada umumnya masyarakat mengetahui pembagian pohon sawo bertujuan untuk penghijauan lingkungan. Selain itu, karena penanaman pohon sawo belum menghasilkan maka masyarakat menilai bukan program ekonomi, tetapi untuk sementara ini baru dikategorikan sebagai program penghijauan. Seperti diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Program Ekonomi belum ada, kalau pohon sawo sementara ini sebagai perogram penghijauan, karena belum menghasilkan dan belum dapat meningkatkan pendapatan masyarakat” 7.4.5. Program Penghijauan Program Penghijauan dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam program, yaitu : 1. Pendistribusian 3000 bibit pohon sawo kepada masyarakat, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak 2 pohon. Tujuan : untuk penghijauan juga ke depannya diharapkan dapat menjadi hasil pertanian unggulan desa, dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat. 2. Penanaman 200 pohon buah-buahan (manggis, mangga, rambutan dan sawo) dilakukan bersama-sama ibu-ibu PKK. Tujuan : penghijauan disekitar sumber mata air dan pelestarian air 3. Penghijauan disekitar bukit Gunung Salak bersama murid SD dan masyarakat, mananam 583 pohon mahoni, , 60 pohon pala. Tujuan : penghijauan dan kelestarian hutan. Kaitannya dengan program penghijauan, masyarakat lebih banyak mengetahui pendistribusian pohon sawo sebagai program penghijauan dan
85
penanaman buah-buahan serta pephonan di lokasi sumber mata air. Program
penghijauan
selain
kedua
kegiatan
tersebut
tidak
banyak
masyarakat yang mengetahui karena agak jauh dari lokasi tempat tinggal penduduk. Seperti dikemukakan oleh Bapak Ecm, 46 tahun, sebagai berikut : ”Program penghijauan yang saya tahu, pembagian pohon sawo dan belum lama ini dilakukan penanaman buah-buahan dan pepohonan di lokasi sumber mata air, masyarakat banyak yang dilibatkan dan ibu-ibu PKK, kebetulan istri saya anggota PKK, mudah-mudahan dengan program penghijauan ini jumlah air di Desa Babakan Pari dapat terjaga ” Hal senada diungkapkan oleh Bapak Acn, 53 tahun, sebagai berikut : ”Beberapa bulan yang lalu ada program penghijauan menanam macam-macam pepohonan di sumber mata air Kubang,termasuk pohon buah-buahan, ada pohon manggis, pohon mangga, kebetulan saya ikut terlibat, masyarakat juga pernah dibagikan pohon sawo untuk penghijauan” Responden yang mengetahui seluruh program penghijauan yaitu tokoh masyarakat dan aparat desa, seperti ditampilkan pada tabel 20 berikut : Tabel 20. Jumlah dan persentase responden terhadap program penghijauan NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2.
untuk pengetahuan
Jml
%
4
13,33
Mengetahui 1 kegiatan
11
36,67
3.
Mengetahui 2 kegiatan
12
40,00
4.
Mengetahui 3 kegiatan
3
10,00
30
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden yaitu 40,00% atau 12 orang mengetahui dua macam kegiatan penghijauan, pada umumnya kegiatan yang diketahui adalah pembagian pohon sawo dan penanaman pohon buah-buahan disekitar sumber mata air. Yang mengetahui semua kegiatan yang dilaksanakan dalam penghijauan sebanyak 10,00% atau 3 orang tetapi adapula responden yang tidak mengetahui program sama sekali yaitu sebanyak 4 orang atau 13,33%.
86
Kaitannya dengan program penghijauan, bapak AL, 62 tahun, mengungkapkan sebagai berikut : ”Program penghijauan sudah beberapa kali diadakan, tapi sebagian besar penanaman pohon masih dilsekitar sumber mata air. Tujuannya tentunya agar air yang ada di Desa Babakan Pari tidak terus berkurang”” Untuk program penghijauan, pengetahuan terhadap tujuan program ditampilkan pada tabel 21. Tabel 21. Jumlah dan persentase responden terhadap tujuan program penghijauan NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2.
untuk pengetahuan
Jml
%
4
13,33
Mengetahui 1 tujuan
11
36,67
3.
Mengetahui 2 tujuan
12
40,00
4.
Mengetahui 3 tujuan
3
10,00
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, terlihat dalam tabel di atas terdapat kesesuai antara responden yang mengetahui kegiatan program dan yang mengetahui tujuan kegiatan, karena program penghijauan ini pada dasarnya tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk penghijauan dan pelestarian air. 7.4.6. Program Kesejahteraan Sosial Program Kesejahteraan Sosial dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam kegiatan, yaitu : 1. Pendistribusian sembako kepada keluarga miskin. Tujuan : Meringankan beban keluarga miskin 2. Pendistribusian hewan qurban setiap Hari Raya Qurban, setiap RT mendapat satu ekor kambing. Tujuan : kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat dan untuk meringankan beban keluarga miskin
87
3. Bantuan bahan bangunan bagi pembangunan rumah jompo, diberikan berdasarkan pengajuan proposal dari panitia pembangunan rumah jompo. Tujuan : turut berpartisipasi dalam meringankan beban anggota masyarakat yang sudah jompo agar dapat menempati tempat tinggal yang layak huni. Masyarakat umumnya mengetahui program kesejahteraan sosial hanya pembagian sembako, karena rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang diperuntukkan bagi keluarga miskin, sementara bantuan qurban tidak banyak diketahui karena jumlah bantuan per-RT satu kambing sehingga tidak semua masyarakat mendapat bagian. Seperti dikemukakan oleh M. Edng, 55 tahun : ”Kegiatan sosial nu rutin dilaksanakeun perusahaan Aqua nyaeta pembagian sembako,biasana dibagikeun upami nuju bulan puasa, puasa kamari ge bapak nampi, upami bantuan kambing kanggo kurban bapak teu terang da tara dugi kadieu” (Kegiatan sosial yang rutin dilaksanakan oleh perusahaan Aqua yaitu pembagian sembako, biasanya dibagikan pada saat bulan puasa, puasa yang lalupun bapak menerima, kalau bantuan kambing untuk kurban bapak tidak tahu karena tidak pernah sampai kesini) Responden lain yaitu bapak Ll, 38 tahun, mengungkapkan sebagai berikut : ”Bantuan kambing saya kurang tahu karena tidak pernah ada pembagian ke daerah sini, kalau sembako saya kadang-kadang tahu, walau nilai bantuannya kurang memadai” Kadang terjadi bantuan kambing dijual dengan alasan untuk keperluan kegiatan di masjid, yang dilakukan oleh pengurus masjid tanpa musyawarah terlebih dahulu sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya bantuan tersebut, seperti dikemukakan oleh Bapak Ad Pjk, 62 tahun, sebagai berikut : ”Bantuan kambing masyarakat terkadang tidak tahu karena oleh Ketua RT atau pengurus masjid suka dijual tanpa bermusyawarah dahulu, dengan alasan unutk keperluan masjid, bantuan kambing yang lalupun masyarakat tidak tahu karena ternyata dijual oleh Pak RT, katanya untuk kegiatan di masjid”
88
Kebenaran hal tersebut setelah ditanyakan kepada pengurus masjid di lingkungan RT 02/II, ternyata memang benar dan beralasan sebagai berikut : ”Kumargi bantuan kambing mung hiji, upami dibagikeun moal cekap, sok pa sirik-sirik, kalah pi omongeun, tos we akhirna dijual kaggo kaperluan di masjid” (Karena bantuan kambing hanya satu, kalau dibagikan tidak akan cukup, justru akan menjadi pembicaraan, ya sudah saja akhirnya dijual untuk keperluan di masjid) Sementera untuk kegiatan bantuan bahan bangunan untuk rumah jompo, masyarakat pada umumnya tidak mengetahui karena jarang sekali dilakukan, selama ini ada dua rumah jompo yang mendapat bantuan, dan bantuan diberikan kepada panitia pembangunan berdasarkan ajuan proposal dari panitia,
tanpa dipublikasikan.
Untuk lebih jelasnya
ditampilkan pada tabel 22 berikut : Tabel 22. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap program kesejahteraan sosial NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2.
Jml
%
7
23,33
Mengetahui 1 kegiatan
16
53,33
3.
Mengetahui 2 kegiatan
5
16,67
4.
Mengetahui 3 kegiatan
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Dari tabel 22, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui kegiatan yang dilaksanakan dalam program kesejahteraan sosial sebanyak satu macam kegiatan yaitu 53,33%, pada umumnya kegiatan yang diketahui responden yaitu pembagian sembako, responden yang mengetahui program kesejahteraan sosial secara keseluruhan 6,67% atau 2 orang, dan ada pula responden yang tidak mengetahui kegiatan program yaitu sebesar 23,33% atau sebanyak 7 orang, dengan alasan tidak pernah mendengar atau tidak pernah menerima informasi. Kaitannya dengan program Kesejahteraan Sosial, Bapak AS, 39 tahun, mengungkapkan sebagai berikut :
89
”Barang kali kalau program kesejahteraan sosial itu seperti pembagian sembako dan pembagian daging qurban. Tetapi nilai bantuannya masih kecil sehingga belum mencukupi. Mudah-mudahan tahun depan nilai bantuannya bisa ditambah” Untuk program kesejahteraan sosial, pengetahuan terhadap tujuan program ditampilkan pada tabel 23. Tabel 23. Jumlah dan persentase responden untuk pengetahuan terhadap tujuan program kesejahteraan sosial NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2.
Jml
%
7
23,33
Mengetahui 1 tujuan
18
60,00
3.
Mengetahui 2 tujuan
3
10,00
4.
Mengetahui 3 tujuan
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, nampak dalam tabel 23 bahwa sebagian besar responden yaitu 60,00% atau 18 orang yang mengetahui tujuan program untuk satu kegiatan saja, pada umumnya tujuan yang diketahui responden yaitu kegiatan pembagian sembako. Jika dilihat antara pengetahuan terhadap kegiatan dalam program dan tujuan dari setiap kegiatan, ada perbedaan persentase. Hal tersebut berarti tidak semua responden yang mengetahui jenis kegiatan dalam program akan mengetahui tujuannya pula, masih ada responden yang tidak mengetahui tujuan dari kegiatan yang diketahuinya. Selain itu, responden yang tidak mengetahui jenis kegiatan dalam program maka dikategorikan tidak mengetahui pula tujuannya, yaitu sebesar 23,33% atau 7 orang. Kaitannya dengan tujuan program kesejahteraan sosial, bapak Slmn, 72 tahun, mengungkapkan : ”Bantuan sembako dapat membantu meringankan beban kehidupan keluarga miskin. Untuk tahun depan kalau bisa nilai bantuannya ditambah biar lebih bermanfaat” Responden lain, bapak Jrnj, 46 tahun, mengungkapkan sebagai berikut :
90
”Mungkin bantuan sembako bisa dibillang program kesejahteraan sosial, yang lainnya bapak tidak tahu. Bapak berharap untuk kedepannya bantuan sembako lebih ditingkatkan besar bantuannya” 7.4.7. Program Keagamaan Program Keagamaan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam kegiatan, yaitu : 1. Renovasi mesjid atau Majlis Ta’lim, bantuan diberikan dalam bentuk barang sebagai stimulan dan diberikan berdasarkan pengajuan proposal panitia pembangunan. 2. Bantuan
finansial
untuk
Hari
Besar
Keagamaan,
diberikan
berdasarkan pengajuan proposal dari panitia kegiatan. Program keagamaan pada umumnya masyarakat mengetahui hanya satu macam kegiatan yaitu bantuan finansial pada Hari Besar Islam karena kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun dan pelaksanaannya setahun dapat dua sampai tiga kali. Sementara bantuan untuk renovasi masjid jarang dilakukan karena pembangunan atau renovasi masjid jarang dilakukan, itupun yang mendapat bantuan hanya masjid yang mengajukan proposal saja. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Akhyr, 73 tahun, sebagai berikut : ”Setiap memperingati Rajaban atau Muludan biasanya masyarakat mengajukan permohonan bantuan ke Aqua, terkadang dapat Rp. 150.000,00 atau Rp. 200.000,00 tetapi prosesnya berbelit-belit. Masjid disini pernah dapat bantuan keramik dari Aqua, alhamdulillah dapat membantu sekali” Tidak semua masjid pernah mendapat bantuan dari perusahaan, jika menginginkan bantuan maka harus mengajukan proposal terlebih dahulu, seperti dikemukakan oleh Bapak Ddn, 36 tahun, sebagai berikut : ”Jika memperingati Hari Besar Islam, perusahaan akan memberi bantuan tetapi harus membuat permohonan terlebih dahulu, kalau masjid disini tidak pernah mendapat bantuan dari Aqua” Untuk lebih jelasnya ditampilkan pada tabel 24 mengenai pengetahuan responden tentang program keagamaan.
91
Tabel 24. Jumlah dan persentase responden terhadap program keagamaan NO
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2. 3.
untuk pengetahuan
Jml
% -
0,00
Mengetahui 1 kegiatan
17
56,67
Mengetahui 2 kegiatan Jumlah
13
43,33
30
100,00
Berdasarkan tabel 24 terlihat bahwa sebagian besar responden yaitu 56,67% mengetahui hanya satu kegiatan dalam program keagamaan, pada umumnya satu kegiatan yang diketahui oleh responden yaitu bantuan dana jika memperingati Hari Besar Keagamaan, sementara responden lainnya mengetahui dua kegiatan yaitu sebesar 43,33% atau 13 orang. Kaitannya dengan program keagamaan, bapak Acn, 53 tahun mengungkapkan : ”Bantuan untuk kegiatan keagamaan akan kami terima jika mengajukan proposal permohonan. Kalau bantuan untuk rehab masjid kami belum mengajukan karena agak berbelitbelit prosesnya, padahal sekarang ini kami sedang merehab masjid, bisa ibu lihat sendiri masjidnya disebelah rumah” Ibu Es, 42 tahun, mengungkapkan kaitannya dengan bantuan kegiatan keagamaan, sebagai berikut : ”Kami selalu menerima bantuan dana untuk muludan atau rajaban, besarnya bervariasi kadang-kadang Rp. 150.000 atau Rp. 200.000, tetapi harus mengajukan proposal terlebih dahulu” Lainnya yaitu bapak Udn Sw, 50 tahun, mengungkapkan sebagai berikut : ”Bantuan untuk kegiatan keagamaan biasanya nilainya berbeda-beda dan harus mengajukan proposal dahulu, masjid kami pernah mendapat bantuan semen untuk merehab masjid, alhamdulillah bermanfaat” Untuk
program
keagamaan,
pengetahuan
program ditampilkan pada tabel 25 berikut.
terhadap
tujuan
92
Tabel 25. Jumlah dan persentase responden terhadap tujuan program keagamaan NO
untuk pengetahuan
Pengetahuan thd Program
1.
Tidak tahu
2. 3.
Jml
% -
0,00
Mengetahui 1 tujuan
17
56,67
Mengetahui 2 tujuan
13
43,33
30
100,00
Jumlah
Untuk pengetahuan terhadap tujuan program, nampak dalam tabel di atas bahwa setiap responden yang mengetahui kegiatan dalam program maka akan mengetahui pula tujuan dari kegiatan tersebut, sehingga terlihat adanya kesesuaian dalam persentase antara pengetahuan terhadap kegiatan program dengan tujuan kegiatan program. 7.5. Analisis Keragaman Persepsi terhadap CSR 7.5.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program –program /CSR Program-program
Corporate
Social
Responsibility/Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dari PT. Aqua Golden Mississippi terdiri atas : Program pendidikan, kesehatan, penampungan air bersih, peningkatan ekonomi, pelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, dan keagamaan. Parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap
manfaat
bermanfaatnya pendidikan, kesempatan
program-program
program-program
sarana
pendidikan,
berusaha,
tersebut
tersebut
yaitu
sejauhmana
terhadap
peningkatan
sarana
kesehatan,
kerja,
peningkatan
kesehatan,
penyerapan
tenaga
pendapatan, peningkatan kemampuan, peningkatan partisipasi, jejaring berusaha dan peningkatan kualitas dan kuantitas air. Berikut ditampilkan data persepsi responden terhadap manfaat program-program CSR/TJSP. 7.5.1.1. Persepsi terhadap manfaat Program Pendidikan Program
pendidikan
tidak
semua
masyarakat
merasakan
manfaatnya karena lebih cenderung melibatkan pihak sekolah dan manfaatnyapun untuk sekolah yang bersangkutan, baik terhadap
93
kebutuhan sekolah maupun siswanya. Seperti program renovasi yang manfaatnya tidak langsung dirasakan oleh masyarakat dan jarang program renovasi ini dilaksanakan. Program beasiswa diperuntukkan untuk siswa yang berprestasi mulai peringkat satu sampai lima khusus untuk kelas lima saja sehingga sebagian besar masyarakat tidak merasakan manfaatnya, selain karena penerima beasiswa sangat terbatas jumlahnya, selama ini mereka
yang berprestasi berasal dari
kalangan berada. Seperti dikemukakan oleh Ibu Tt, 37 tahun, sebagai berikut : ”Bantuan renovasi sekolah jarang dilakukan, baru sekali untuk satu ruangan, bantuan dalam bentuk bahan bangunan senilai Rp. 5.000.000,00. Untuk beasiswa tidak semua masyarakat pernah menerima karena diperuntukkan untuk mereka yang berprestasi dari mulai peringkat satu sampai lima, khusus untuk kelas lima saja, sebanyak lima orang. Biasanya anak yang berprestasi berasal dari kalangan yang orang tuanya mengerti dan tergolong mampu” Kaitannya dengan program pendidikan, program lainnya yaitu School Garden (kebun sekolah) yaitu program penanaman sayuran jangka
pendek
(sosin,
kangkung,
tomat,
dan
lain-lain)
dengan
memanfaatkan lahan perusahaan yang belum digunakan. Hasil yang didapat dari penjualan sayuran ini pembagiannya yaitu 60% untuk operasional sekolah termasuk pembelian buku-buku perpustakaan, 20% untuk penggarap tanah (relawan yang ada di masyarakat dan merupakan karyawan perusahaan) dan 20% untuk biaya pengolahan berikutnya. Masyarakat yang berasal dari kalangan pendidik, para Ketua RT dan tokoh masyarakat menilai bahwa program pendidikan sangat bermanfaat, sebagaimana diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Semua program pendidikan sangat bermanfaat, khususnya untuk pihak sekolah dan siswanya, walaupun tidak semua siswa dan tidak semua masyarakat merasakan manfaatnya secara langsung. Program beasiswa sudah baik, tetapi perlu dikembangkan untuk anak yang berasal dari keluarga miskin, bahkan jika perlu ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat SLTP dan SLTA. Demikian pula program School Garden dan Hutan sekolah sangat bermanfaat untuk menambah wawasan siswa, siswa diharapkan menjadi tahu cara menanam sayuran yang baik dan mengerti arti pentingnya penghijauan”
94
Kaitannya dengan program beasiswa, masyarakat menilai kurang tepat sasarannya, sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Ddng, 42 tahun sebagai berikut : ”Bantuan pendidikan itu yang membutuhkan anak yang berasal dari keluarga miskin, karena walaupun SPP gratis tetapi masih ada kebutuhan yang harus dibeli oleh orang tua, misalnya seragam sekolah, sepatu, tas dan lain-lain, oleh karenanya akan bermanfaat jika sasarannya dirubah saja dan penerima bantuan jumlahnya ditambah” Masyarakat termasuk pihak sekolah lebih banyak mengomentari program beasiswa, karena bantuan tersebut rutin dilaksanakan. Selama ini beasiswa diberikan dalam bentuk barang yaitu berupa buku pelajaran 5 macam dan seragam (seragam sekolah, olahraga, dan pramuka). Teknis pelaksanaannya, pihak sekolah memberikan contoh seragam sekolah kepada
perusahaan termasuk buku-buku yang harus dibeli, disertai
kuitansi pembelian, setelah perusahaan menerima maka pembelian peralatan sekolah dilaksankan sendiri oleh perusahaan. Dengan cara-cara seperti ini, pihak sekolah menilai terlalu berbelit-belit dan terkesan perusahaan tidak percaya kepada pihak sekolah sehingga mau tidak mau pihak sekolah harus mengeluarkan biaya dahulu untuk membeli contoh seragam tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Tn, 46 tahun, sebagai berikut : ”Bantuan pendidikan berupa beasiswa juga harus memperhatikan anak yang berasal dari keluarga miskin karena sebenarnya yang harus mendapat bantuan pendidikan itu adalah anak dari keluarga miskin agar terus dapat melanjutkan sekolahnya, selain itu agar beasiswa lebih bermanfaat, jika bantuan yang akan diberikan berupa peralatan sekolah (buku-buku dan seragam sekolah), maka sebaiknya memberikan apa yang dibutuhkan oleh penerima beasiswa, karena selama ini pemberian beasiswa berupa peralatan sekolah, padahal belum tentu barang tersebut merupakan kebutuhan penerima beasiswa, oleh karenanya sebaiknya percayakan saja pada pihak sekolah dan pihak sekolah yang nanti akan membelikan barang sesuai dengan kebutuhan penerima beasiswa”. Seperti juga diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Program beasiswa agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh penerima beasiswa, sebaiknya berikan saja uangnya kepada sekolah, nanti oleh sekolah dibelikan
95
peralatan sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa, dan jumlah penerima beasiswa agar ditambah menjadi 10 (sepuluh) orang” Kaitannya
dengan
persepsi
masyarakat
terhadap
manfaat
program pendidikan, ditampilkan dalam tabel 26. Tabel 26. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program pendidikan NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
1.
Bermanfaat
13
43,33
2.
Kurang Bermanfaat
15
50,00
3.
Tidak Bermanfaat
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa 43,33% responden menjawab sangat bermanfaat program-program pendidikan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan selama ini, khususnya program beasiswa dan renovasi sekolah walaupun dinilai masih kurang memadai nilai bantuan untuk renovasi sekolah dan sasaran beasiswa masih kurang tepat. Sementara yang menjawab kurang bermanfaat mencapai 50,00% atau berjumlah 15 orang responden, jawaban kurang bermanfaat tersebut karena sasaran penerima beasiswa hanyalah siswa SD yang berprestasi dan memiliki peringkat satu sampai lima, yang diperuntukan khusus buat siswa kelas lima saja. Reponden menilai jika penerima beasiswa ternyata berasal dari keluarga mampu maka manfaatnya tentunya tidak sebesar jika penerima beasiswa berasal dari keluarga tidak mampu. Selain itu, responden yang berstatus guru menilai bantuan beasiswa tahun 2006 yang diberikan dalam bentuk barang (buku pelajaran 5 macam dan seragam sekolah, olahraga, pramuka) dinilai belum tentu
merupakan
kebutuhan penerima beasiswa. Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
responden
yang
berstatus guru, menilai bahwa program School Garden agar ditinjau kembali, karena dinilai manfaatnya kurang jika dinilai dari waktu yang digunakan pada saat jam pelajaran, hasil finansial yang diperoleh dan tenaga yang dikeluarkan. Dari hasil panen sebanyak tiga kali diperoleh keuntungan Rp. 150.000,00 padahal waktu yang tersita cukup banyak
96
untuk menanam dan memetik hasil panen juga tenaga yang harus dikeluarkan, selain itu hasil panen dijual kepada siswa yang sebenarnya sudah cukup melelahkan untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Bapak Dd, 43 tahun, sebagai berikut : ”Program School Garden sebaiknya dipertimbangkan kembali untuk kelanjutannya, karena mengganggu waktu belajar siswa, khususnya kelas enam. Anak yang seharusnya ada dalam ruangan untuk belajar tetapi jika waktunya menanam atau panen maka harus ke kebun karena siswa kelas enam yang mengelola kebun sekolah ini, selain itu kegiatan tersebut cukup melelahkan, tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Padahal siswa sudah cukup lelah dituntut harus membeli hasil panen, boro-boro siswa mendapatkan uang lelah.. Bayangkan, selama tiga kali panen memperoleh keuntungan Rp. 150.000,00. Sementara perusahaan menilai, bahwa manfaat program ini tidak hanya dinilai dari finansial semata tetapi lebih dari itu. Konsep program ini, penanaman dan pemetikan hasil panen dilakukan oleh para siswa kelas enam. dalam rangka membimbing anak didik sedari kecil untuk memberikan bimbingan teknik-teknik menanam sayuran, yang diharapkan akan bermanfaat untuk masa depannya kelak. 7.5.1.2. Persepsi terhadap Manfaat Program Kesehatan Program Kesehatan yang sudah dilaksanakan selama ini, manfaatnya baru dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat karena sasaran program sangat terbatas, yaitu khitanan masal untuk keluarga miskin, tiap RT 2 -3 orang per tahunnya, juga tidak rutin dilaksanakan dan kegiatan penyemprotan nyamuk demam berdarah (foging ) ketika ada salah seorang warga yang terjangkit penyakit DBD, dilaksanakan hanya di dua ke-RT-an. Masyarakat menilai selama ini tidak pernah ada program kesehatan, karena kegiatan sunatan masal tidak langsung berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Ddn, 36 tahun, sebagai berikut : ”Selama ini belum ada program kesehatan untuk masyarakat, karena khitanan hanya untuk sebagian kecil masyarakat dan itupun diprioritaskan untuk keluarga miskin sehingga manfaatnya kurang terasa, selain itu tidak rutin dilaksanakan”
97
Masyarakat yang anaknya pernah mengikuti program khitanan masal menilai bahwa program ini sangat bermanfaat karena dapat meringankan beban orang tua. Hal tersebut diungkapkan oleh Bpk. Slmn, 72 tahun, sebagai berikut : ”Incu bapak ngiringan sunatan di Aqua, alhamdulillah ngabantos pisan” (Cucu bapak ikutan sunatan di Aqua, alhamdulillah membantu sekali) Perusahaan mengakui bahwa program kesehatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak belum pernah diadakan, seperti dikemukakan oleh Bapak Wrsn, penanggung jawab program CSR/TJSP perusahaan, sebagai berikut : ”Untuk program kesehatan belum ada yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, kami merencanakan akan membuat program yang dapat bermanfaat untuk masyarakat banyak, semacam pengobatan gratis” Untuk lebih jelasnya sejauh mana manfaat program kesehatan bagi masyarakat, ditampilkan dalam tabel 27 berikut : Tabel 27. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden terhadap manfaat program kesehatan No
Kategori Jawaban
Jumlah
%
1.
Bermanfaat
7
23,33
2.
Kurang Bermanfaat
8
26,67
3.
Tidak bermanfaat
15
50,00
30
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel 27, sebagai besar responden yaitu 50% atau separuh dari jumlah responden menjawab bahwa program kesehatan tidak bermanfaat, karena banyak yang tidak mengetahui program kesehatan. Adapun program kesehatan yang telah dilakukan perusahaan tidak
untuk
masyarakat
secara
keseluruhan
yaitu
pelaksanaan
penyemprotan nyamuk deman berdarah (foging), itupun hanya di dua keRT-an (RT 02/I dan RT 02/II) karena di wilayah tersebut adanya anggota masyarakat yang terkena penyakit Demam Berdarah. Bahkan ada
98
responden yang tidak mengetahui adanya penyemprotan nyamuk demam berdarah padahal bertempat tinggal di lokasi dilaksanakannya foging.
7.5.1.3. Persepsi terhadap Manfaat Program Penampungan Air Bersih untuk Kemudahan Mendapatkan Air Program Penampungan air bersih dalam TJSP/CSR perusahaan berlokasi di tiga tempat yaitu : di Kampung Kubang, Kampung Pojok dan kampung Babakan Pari. Untuk yang berlokasi di kampung Babakan Pari hingga sekarang tidak berjalan karena air tidak keluar. Dengan dibangunnya penampungan air bersih oleh perusahaan, masyarakat sangat terbantu karena untuk memperoleh air bersih tidak perlu mengambil jauh-jauh. Seperti dikemukakan oleh Bapak Hsn, 40 tahun, sebagai berikut : ”Semenjak dibangunnya penampungan air bersih, meringankan warga, tidak perlu mengambil air ke sumber mata air di bawah” Tidak berfungsinya penampungan air di Kampung Babakan Pari mengakibatkan masyarakat kecewa, disatu sisi masyarakat menyalahkan perusahaan dengan alasan tenaga ahli dari perusahaan tidak memastikan bahwa lokasi pengeboran bukan sumber yang baik, disatu sisi perusahaan menganggap bahwa masyarakat bersikukuh untuk tetap tidak bersedia merubah lokasi pengeboran air sehingga ketika air tidak keluar, kedua belah pihak saling menyalahkan. Seperti diungkapkan oleh Bapak ESK, 34 tahun, sebagai berikut : ”Kalau memang lokasi pengeboran ternyata bukan lokasi sumber mata air, seharusnya tenaga ahli dari Aqua memastikan bahwa lokasi tersebut salah. Jika Aqua mau berkorban, ada lokasi yang dinilai merupakan sumber mata air tetapi lokasi tersebut harus dibeli karena berlokasi di luar Kecamatan Cidahu, tetapi perusahaan berkeberatan untuk membeli lahan tersebut” Sementara pihak perusahaan menganggap masyarakat tidak bersedia untuk pindah lokasi, seperti dituturkan oleh Bapak Warsono, penanggung jawab program CSR/TJSP : ”Keengganan masyarakat untuk berpindah lokasi pada pengeboran air di kampung Babakan Pari menyebabkan kegagalan pengeboran sehingga air tidak keluar karena
99
lokasi pengeboran bukan titik sumber air, padahal biaya yang sudah dikeluarkan cukup besar yaitu Rp. 150.000.000” Untuk lebih jelasnya, sejauh mana persepsi responden terhadap manfaat program penampungan air bersih kaitannya dengan kemudahan untuk mendapatkan air bersih ditampilkan pada tabel 28. Tabel 28. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden terhadap manfaat program penampungan air bersih untuk kemudahan mendapatkan air bersih NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
21
70,00
1.
Bermanfaat
2.
Kurang Bermanfaat
4
13,33
3.
Tidak Bermanfaat
5
16,67
30
100,00
Jumlah
Dari tabel 28, nampak bahwa program bantuan penampungan air bersih sebagin besar responden yaitu 70,00% atau berjumlah 21 orang menjawab sangat bermanfaat, hal tersebut karena tempat tinggal responden tidak jauh dari penampungan air bersih sehingga merasakan adanya kemudahan untuk mendapatkan air bersih. Seperti diungkapkan oleh Bapak AS, 39 tahun : “Adanya penampungan air bersih sangat bermanfaat untuk masyarakat disini karena tidak perlu lagi mengambil air ke bawah sehingga manjadi lebih mudah untuk mendapatkan air bersih” Hal senada diungkapkan oleh Bapak Hsn, 40 tahun, ketua RT, sebagai berikut : ”Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air bersih, pembangunan penampungan air bersih benarbenar bermanfaat untuk warga kami karena menjadi lebih dekat dengan sumber air, walaupun belum mencukupi”. Sementara responden yang bertempat tinggal agak jauh dari penampungan air bersih menjawab kurang bermanfaat yaitu 13,33%, karena agak kesulitan untuk mendapatkan air bersih. diungkapkan oleh bapak Encum, 46 tahun :
Hal tersebut
100
”Tempat tinggal kami cukup jauh dari lokasi penampungan air sehingga kami agak kesulitan untuk mendapatkan air. Kalau bisa tiap ke-RW-an dibangun satu buah torn air bersih sehingga benar-benar bermanfaat” Komentar lain disampaikan oleh ibu Tt, 37 tahun, sebagai berikut : ”Rasanya penampungan air bersih yang sudah ada, kurang bermanfaat karena tetap saja kami agak kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan jumlahnya terbatas karena harus bergiliran” Bahkan responden yang tempat tinggalnya lebih jauh dari tempat penampungan air bersih dan penampungan air tersebut tidak berfungsi, menjawab tidak bermanfaat yaitu 16,67% atau berjumlah 5 orang responden,
hal
tersebut
karena
responden
sangat
sulit
untuk
mendapatkan air bersih. Hal tersebut diungkapkan oleh bapak Ll, 38 tahun sebagai berikut : ”Perusahaan tidak sungguh-sungguh dalam membantu pembangunan penampungan air bersih. Di kampung saya air belum keluar hingga sekarang dan perusahaan tidak melanjutkan kegiatannya. Tidak bermanfaat keberadaan penampungajn air bersih di lingkungan saya” ”Hal senada diungkapkan oleh bapak ESK, 34 tahun sebagai berikut : ”Saya tidak mengerti mengapa Aqua tidak melanjutkan kegiatan membangun penampungan air bersih di kampung Babakan Pari. Sekarang ini tidak bermanfaat apa yang sudah dibangun” 7.5.1.4. Persepsi
tentang
Manfaat
Penampungan
Air
Bersih
terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Air Sekalipun penampungan air bersih telah tersedia tetapi jumlahnya sangat terbatas, dari tiga lokasi yang ada, hanya dua penampungan yang dapat berfungsi, satu penampungan tidak berfungsi karena air tidak dapat keluar. Salah satu lokasi penampungan air bersih yaitu di Kampung Kubang Jaya. Penampungan air bersih ini dimanfaatkan oleh masyarakat di dua kampung yaitu Kampung Kubang Jaya dan sebagian Kampung Pasirdalam, jumlah penduduk di kedua kampung ini cukup banyak sehingga keberadaan penampungan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan
101
air
bersih
masyarakat
jika
dikaitkan
dengan
kecukupan
pemenuhan kebutuhan air. Seperti diungkapkan oleh
dalam
Bapak AS, 39
tahun : ”Pada dasarnya keberadaan penampungan air ini sangat bermanfaat tetapi masih kurang mencukupi karena yang memerlukannya sangat banyak sehingga orang berebut untuk memperolehnya sekalipun dalam jumlah yang terbatas. Padahal telah diatur dalam penggunaannya tetapi tetap saja seringkali menimbulkan masalah”. Dengan terbatasnya penampungan air bersih ini, masyarakat untuk mendapatkan air bersih dijatah dengan cara dijadwal secara bergantian. Selain itu, penyebab terhambatnya untuk mendapatkan air bersih
ini,
salah
satu
penyebabnya
yaitu
kurangnya
kesadaran
masyarakat untuk merawat fasilitas yang telah diberikan, sehingga pernah terjadi mesin air terbakar dan akibatnya selama beberapa hari masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Perusahaan mengharapkan dengan diberikannya program bantuan penampungan air bersih ini diharapkan masyarakat dapat mengelola dengan baik dan merasa memiliki sarana yang telah disediakan. Seperti dikemukakan oleh Bapak Warsono, penanggung jawab program CSR/TJSP Aqua : ”Penampungan air bersih diberikan selain untuk membantu pemenuhan kebutuhan air masyarakat juga dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk ikut serta bertanggung jawab terhadap keberadaan penampungan tersebut yaitu dengan cara merawatnya secara baik, tetapi ternyata kesadarannya masih kurang, terbukti dengan terjadinya kerusakan mesin, tetapi sekarang mesin sudah baik kembali, kami telah memperbaikinya” Ketika penulis mewawancarai salah seorang responden dan berniat untuk ke kamar kecil, ternyata air di rumah tersebut sudah dua hari tidak mengalir disebabkan oleh kerusakan mesin. Seperti dituturkan oleh Ibu Et : ”Maaf bu, di rumah kami sedang tidak ada air karena air dari penampungan tidak dapat mengalir, sedang mengalami kerusakan mesinnya, sudah dua hari. Masyarakat yang membutuhkan air sangat banyak sementara penampungan hanya satu sehingga banyaknya airpun terbatas ,terlebih rumah kami jauh dari penampungan”
102
Untuk lebih jelasnya, sejauh mana persepsi responden terhadap manfaat program penampungan air bersih kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan air bersih ditampilkan pada tabel 29. Tabel 29. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden terhadap manfaat program penampungan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan air bersih NO
Kategori Jawaban
1.
Mencukupi
2.
Kurang Mencukupi
3.
Tidak Mencukupi Jumlah
Jumlah
%
6
20,00
15
50,00
9
30,00
30
100,00
Dari tabel di atas, program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air, separuh responden yaitu 50,00% menjawab kurang mencukupi bahkan 30,00% menjawab tidak mencukupi. Hal tersebut karena penampungan air yang telah dibangun perusahaan dan telah berfungsi baru ada di dua lokasi yaitu kampung Pojok dan kampung Kubang sementara yang ada di lokasi kampung Babakanpari tidak berfungsi karena air tidak keluar sama sekali. Sementara masyarakat yang membutuhkan air bersih sangat banyak tetapi jumlah penampungan dan debit air yang tersedia sangat terbatas. Responden yang tempat tinggalnya benar-benar dekat dan ada disekitar penampungan air bersih merasakan tercukupinya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sehingga menjawab mencukupi yaitu 20,00% atau berjumlah 6 orang responden. Sekalipun
masyarakat
yang
tinggal
dekat
dengan
lokasi
penampungan air begitu mudah untuk mendapatkan air tetapi menilai bahwa masih kurang mencukupi jika dilihat dari pemenuhan kebutuhan, hal tersebut dikemukan oleh Bapak Hsn, 41 tahun, sebagai berikut : ”Saya sebagai ketua RT menyadari betul kekurangan air yang dirasakan oleh masyarakat, karena memang jumlahnya masih terbatas sementara yang memanfaatkan sangat banyak, mudah-mudahan kedepannya perusahaan dapat menambah jumlah penampungan air”
103
7.5.1.5. Persepsi tentang Manfaat Program Ekonomi Terhadap Kesempatan Berusaha dan Peningkatan Pendapatan Program Ekonomi dalam TJSP/CSR perusahaan ada satu macam program yaitu : Penanaman 3000 pohon sawo, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak dua pohon. Tujuan dari program ini, selain untuk penghijauan lingkungan juga untuk membantu masyarakat kelak dalam hal kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat, Diharapkan pendistribuasian pohon sawo ini suatu saat dapat menjadi hasil pertanian unggulan Desa Babakan Pari yang dapat dipasarkan hasilnya jika sudah menghasilkan buah yang cukup melimpah. Program ini baru berjalan satu tahun sehingga hasilnya belum nampak. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, nampak bahwa program ekonomi yang telah dilaksanakan perusahaan tidak berdampak
positif
atau
tidak
berpengaruh
terhadap
kesempatan
berusaha dan peningkatan pendapatan. Hal tersebut karena program ekonomi yang diberikan perusahaan baru diterima masyarakat setahun yang lalu tepatnya dimulai tanggal 22 Nopember 2006. Pohon-pohon tersebut belum dapat menghasilkan sehingga belum dapat membantu kesempatan
berusaha
dan
peningkatan
pendapatan.
Seperti
dikemukakan oleh H. Mmn, 52 tahun : ”Jika pendistribusian pohon sawo mempunyai tujuan ekonomi, untuk sekarang belum berdampak positif, artinya belum mempengaruhi kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat” Sebagian besar masyarakat menilai bahwa penanaman pohon sawo tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan karena belum menghasilkan, bahkan sebagian besar pohon yang ditanam belum berbuah. Seperti dikemukakan oleh Bapak Ddn, 36 tahun sebagai berikut : ”Banyak pohon sawo yang belum berbuah, sehingga tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan karena untuk menghasilkan buah yang melimpah membutuhkan waktu yang cukup lama”
104
Untuk lebih jelasnya mengenai persepsi masyarakat tentang manfaat program peningkatan ekonomi terhadap kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan, ditampilkan dalam tabel 30 berikut : Tabel 30. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan Program
Manfaat Program ekonomi terhadap kesempatan berusaha
Manfaat Program Ekonomi terhadap peningkatan pendapatan
Kategori Jawaban
Jml
%
Berpengaruh
0
0,00
Kurang berpengaruh
0
0,00
Tidak berpengaruh
30
100,00
Jumlah
30
100,00
Berpengaruh
0
0,00
0
0,00
30
100,00
30
100,00
Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Jumlah
Dari tabel 30 terlihat bahwa seluruh responden menjawab tidak berpengaruh adanya program ekonomi terhadap kesempatan berusaha dan tidak ada responden yang menjawab kurang berpengaruh atau berpengaruh. Sementara kaitannya dengan peningkatan pendapatan, seluruh responden yaitu 100% menjawab tidak berpengaruh adanya program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. 7.5.1.6.
Persepsi tentang Manfaat Program Penghijauan Program Penghijauan dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga
macam program, yaitu : 1. Pendistribusian 3000 bibit pohon sawo kepada masyarakat, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak 2 pohon. 2. Penanaman 200 pohon buah-buahan (manggis, mangga, rambutan dan sawo) dilakukan bersama-sama ibu-ibu PKK.
105
3. Penghijauan disekitar bukit Gunung Salak bersama murid SD dan masyarakat, mananam 583 pohon mahoni, , 60 pohon pala. Sebagian besar masyarakat menilai bahwa program penghijauan yang dilaksanakan oleh perusahaan sangat bermanfaat tetapi masih sangat kurang jumlahnya sehingga masih perlu ditingkatkan karena terkait dengan keberadaan air. Seperti diungkapkan oleh Bapak Ddng, 42 tahun : ”Penghijauan yang dilakukan perusahaan sangat bermanfaat tetapi masih sangat kurang jumlahnya, karena mempengaruhi kondisi air, dahulu jika membuat sumur dalamnya tujuh meter sudah ada air, sekarang harus lima belas meter baru ada air” Penghijauan yang dilakukan perusahan lebih banyak dilakukan disekitar sumber mata air milik perusahaan sementara untuk di luar lokasi sumber mata air masih kurang. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Ecm, 46 tahun sebagai berikut : ”Penghijauan seharusnya dikembangkan keluar lokasi sumber mata air, karena dampak dari pemanfaatan air oleh Aqua dirasakan oleh masyarakat sehingga penghijauan harus lebih ditingkatkan, tidak hanya di lokasi sumber mata air saja” Berdasarkan hasil wawancara mengenai persepsi masyarakat tentang program penghijauan terhadap pelestarisn lingkungan dan air, ditampilkan dalam tabel 31. Tabel 31. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program penghijauan terhadap pelestarian lingkungan dan air NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
21
70,00
1.
Bermanfaat
2.
Kurang Bermanfaat
6
20,00
3.
Tidak Bermanfaat
3
10,00
30
100,00
Jumlah
Berdasarkan tabel 31, terlihat bahwa program penghijaun yang selama ini dilakukan perusahaan dinilai sangat bermanfaat oleh 70,00% responden karena program penghijauan ini terkait dengan pelestarian
106
lingkungan dan pelestarian air.da pula responden yang menjawab kurang bermanfaat yaitu 20,00% atau 6 orang responden karena dinilai penghijauan yang selama ini dilaksanakan sebagian besar di sumber mata air, sementara di luar lokasi mata air masih sangat kurang, padahal program penghijauan ini harus dilaksanakan di semua lokasi yang akan mempengarungi pelestarian lingkungan dan lebih khusus lagi akan mempengaruhi kondisi air di Desa Babakan Pari. 7.5.1.7. Persepsi tentang Manfaat Program Kesejahteraan Sosial terhadap Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Program Kesejahteraan Sosial dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam kegiatan, yaitu : 1.
Pendistribusian sembako kepada keluarga miskin.
2. Pendistribusian hewan qurban setiap Hari Raya Qurban, setiap RT mendapat satu ekor kambing. 3. Bantuan bahan bangunan bagi pembangunan rumah jompo, diberikan berdasarkan pengajuan proposal dari panitia pembangunan rumah jompo. Program Kesejahteraan Sosial, khususnya pembagian sembako dilakukan perusahaan secara rutin satu tahun sekali yang diperuntukkan bagi keluarga miskin, biasanya diberikan pada saat bulan puasa untuk membantu meringankan beban keluarga miskin. Masyarakat merasakan bahwa program kesejahteraan sosial yang dilakukan perusahaan belum merata, tidak semua ke-RT-an mendapatkan bantuan, khususnya pembagian sembako, jumlah penerimanyapun banyaknya bervariasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Slmn, 72 thn sebagai berikut : ”Pembagian sembako yang dilaksanakan melalui RT, belum merata, masih banyak keluarga miskin yang tidak kebagian” Hal senada diungkapkan oleh Ibu Lnd, 38 tahun : ”Bantuan sembako cukup bermanfaat, tetapi belum merata, tetangga saya miskin terkadang tidak dapat, kasihan dia. Nilai bantuanpun harus ditambah karena terlalu sedikit sehingga manfaatnya masih kurang” Tabel 32 berikut menampilkan data persepsi responden tentang manfaat program kesejahteraan sosial terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.
107
Tabel 32. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program kesejahteraan sosial terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
1.
Membantu
19
63,34
2.
Kurang Membantu
10
33,33
3.
Tidak Membantu
1
13,33
30
100,00
Jumlah
Dari tabel 32, terlihat bahwa responden yang menjawab membantu dari adanya program kesejahteraan sosial yaitu sebanyak 63,33% atau 19 orang responden, khususnya bantuan sembako walau besarnya bantuan dinilai masih sangat kurang, tetapi untuk masyarakat dari kalangan tidak mampu sebagai sasaran program, hal tersebut sangat membantu disaat
harga-harga barang
pokok meningkat harganya. Sementara responden yang menjawab kurang membantu sebanyak 33,33% atau 10 orang responden,
karena besarnya bantuan dinilai kurang
memadai. Adapun program pendistribusian paket sembako bagi keluarga miskin ini pada tahun 2007 terdiri atas beras 1,5 liter, minyak 0,5 kg dan mie instan 3 buah yang dinilai masyarakat harga perbuahnya Rp. 500,00. Selain itu, berdasarkan informasi yang diterima melalui wawancara dengan
responden
bahwa
program
paket
sembako
tahun
2007
ini
pembiayaannya berasal dari para karyawan perusahaan, yaitu setiap karyawan diwajibkan mengumpulkan uang senilai Rp. 10.000,00. 7.5.1.8. Persepsi tentang Manfaat Program Bantuan Sarana Keagamaan dan Kegiatan Keagamaan Program Keagamaan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam kegiatan, yaitu : 1. Renovasi mesjid atau Majlis Ta’lim, bantuan diberikan dalam bentuk barang sebagai stimulan dan diberikan berdasarkan pengajuan proposal panitia pembangunan. 2. Bantuan
finansial
untuk
Hari
Besar
Keagamaan,
berdasarkan pengajuan proposal dari panitia kegiatan.
diberikan
108
Tabel 33 berikut menampilkan data persepsi responden tentang manfaat program keagamaan.
Tabel 33. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program keagamaan NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
1.
Bermanfaat
18
60,00
2.
Kurang Bermanfaat
11
36,67
3.
Tidak Bermanfaat
1
3,33
30
00,00
Jumlah
Dari tabel 33, nampak 60,00% responden menjawab bermanfaat terhadap program bantuan sarana keagamaan dan kegiatan keagamaan. Sementara responden yang menjawab kurang bermanfaat sebanyak 36,67% atau 11 orang responden. Hal tersebut karena bantuan untuk sarana keagamaan khususnya renovasi masjid atau Majlis Ta’lim tidak semua kampung menerima, hanya mesjid-mesjid yang menyampaikan proposal saja yang mendapat bantuan stimulan ini, dimana bantuan diberikan dalam bentuk barang. Bantuan lain yang sifatnya insidentil yaitu bantuan untuk Hari-hari besar Agama, misalnya Maulidan, Rajaban dan lain-lain, diberikan berdasarkan proposal yang diberikan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, pengajuan proposal ini agak berbelit-belit prosedurnya sehingga datangnya bantuanpun cukup memakan waktu lama. Program
yang
berkaitan
dengan
keagamaan
lainnya,
yaitu
pendistribusian hewan qurban pada Hari Raya Qurban, yang diberikan setiap RT satu ekor dan hanya diberikan di tiga kampung, yaitu kampung Pasirdalam, kampung Pojok dan kampung Cikubang. Bantuan qurban ini dinilai masyarakat masih jauh dari cukup sehingga manfaatnya kurang.
109
7.5.1.9. Persepsi tentang Manfaat Keberadaan PT. Aqua Golden Mississippi terhadap Kesempatan Kerja Tabel 34 berikut menampilkan data persepsi responden tentang manfaat keberadaan perusahaan terhadap kesempatan kerja. Tabel 34. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat keberadaan perusahaan terhadap kesempatan kerja NO
Kategori Jawaban
Jumlah
%
1.
Bermanfaat
15
50,00
2.
Kurang Bermanfaat
15
50,00
3.
Tidak Bermanfaat
0
0,00
30
100,00
Jumlah
Tabel 34 menyajikan data persepsi responden tentang manfaat keberadaan perusahaan terhadap kesempatan kerja, responden yang menjawab bermanfaat dan kurang bermanfaat seimbang yaitu masing-masing sebesar 50,00% atau 15 orang responden. Sementara yang menjawab tidak bermanfaat 0,00% atau tidak ada responden yang memilih kategori jawaban tersebut. Jawaban kurang bermanfaat diberikan oleh responden disebabkan karena sekarang ini penerimaan tenaga kerja di perusahaan sangat sulit, sementara masih banyak masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Sulitnya
penerimaan
tenaga
kerja
sekarang
ini
disebabkan
keterbatasan daya tampung perusahaan dalam menerima tenaga kerja, bahkan sekarang ini perusahaan mengarahkan tenaga kerja tetap untuk menjadi tenaga kerja harian, yaitu dengan cara
menawarkan kepada pegawai tetap untuk
mengambil program paket bagi yang berminat dan atas kesadaran sendiri, dengan cara membuat pernyataan artinya pegawai keluar dari status pegawai tetap dan mendapatkan pesangon serta beralih menjadi pegawai harian.
110
7.5.2.10. Persesi tentang manfaat Program-program CSR/TJSP terhadap peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desanya Tabel 35 berikut menampilkan data persepsi responden tentang manfaat program-program CSR/TJSP terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan di desanya Tabel 35. Jumlah dan persentase menurut persepsi responden tentang manfaat program-program CSR/TJSP terhadap peningkatan partisipasi masyarakat NO
Kategori Jawaban
1.
Berpengaruh
2. 3.
Jumlah
%
0
0,00
Kurang Berpengaruh
13
43,33
Tidak Berpengaruh
17
56,67
30
100,00
Jumlah
Dari tabel 35 terlihat bahwa program TJSP/CSR PT. Aqua Golden Mississippi manfaatnya terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di wilayahnya menurut para responden tidak berpengaruh yaitu responden yang menjawab demikian sebanyak 56,67% dan yang menjawab kurang berpengaruh sebanyak 43,33% atau berjumlah 13 orang responden, sementara yang menjawab berpengaruh tidak ada atau 0,00% Hal tersebut terjadi, karena selama ini masyarakat kurang dilibatkan dalam proses program, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program, hanya orang-orang tertentu sajalah yang seringkali dilibatkan dalam pelaksanaan program sehingga masyarakat kurang merasa memiliki program. 7.6. Analisis
Hubungan
antara
Faktor
Karakteristik
Individu
dan
Karakteristik Lingkungan dengan Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Program-program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi Pada bab tinjauan teoritis telah dikemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Pada intinya, dalam mempersepsikan sesuatu seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (karakteristik individu/personal) dan faktor eksternal (karakteristik
111
lingkungan). Seperti dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat (1996), bahwa persepsi ditentukan oleh faktor personal dan situasional. 7.6.1. Karakteristik Individu/Personal Karakteristik individu, meliputi nama, umur, pendidikan dan pekerjaan. Individu yang dijadikan responden sebagai subjek kajian terdiri dari masyarakat yang ada di tiga kampung yaitu kampung Pojok, Pasirdalam dan Kubang Jaya. Dari setiap kampung dipilih secara acak sepuluh orang, untuk mewakili wilayahnya. Ketiga kampung tersebut merupakan wilayah yang terdekat dengan keberadaan perusahaan. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap program-program CSR dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, maka dilakukan analisis terhadap hubungan antara keduanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 orang penduduk sebagai sampel yang dipilih secara acak dan representatif mewakili golongan masyarakat yang wilayahnya terdekat dengan perusahaan dan terbanyak dalam menerima program-program CSR. 1. Umur Faktor umur diduga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, yang dalam hal ini dalam bentuk suatu program. Penggolongan umur respondendalam kajian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok muda (kurang dari 41 tahun) dan kelompok tua (lebih dari 40 tahun). Penggolongan tersebut mengacu pada pengelompokan yang dilakukan oleh Departemen Sosial bahwa mereka yang tergolong generasi muda berusia maksimal empat puluh (40) tahun sehingga responden yang berumur kurang dari 41 tahun digolongkan ke dalam kelompok umur muda dan responden yang berumur lebih dari 40 tahun digolongkan kelompok tua. Tabel lampiran 2, menyajikan data persentase responden menurut umur dan
persepsinya
terhadap manfaat program-program CSR. Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel lampiran 2, menyajikan data hubungan antara karakteristik umur dengan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa kelompok umur tua
cenderung memberikan persepsi yang
lebih baik. Sebanyak 47,8% menilai bahwa program pendidikan yang selama ini
112
dilaksanakan oleh perusahaan, dirasakan bermanfaat terhadap kelanjutan siswa untuk terus bersekolah. Kelompok muda sebagian besar yaitu 71,4% menilai bahwa program pendidikan selama ini kurang bermanfaat. Sementara yang menilai bermanfaat sebanyak 28,6% karena sebagian menilai bahwa program tersebut tidak tepat sasarannya, seharusnya ditujukan untuk anak dari keluarga miskin, yang sebenarnya lebih memerlukan bantuan. Program pendidikan yang dilakukan oleh perusahaan belum sepenuhnya dirasakan bermanfaat oleh masyarakat.
Hal ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi perusahaan untuk memperbaiki atau membuat perencanaan yang lebih baik lagi untuk program pendidikan kedepannya agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Bapak LAJ, 38 tahun (kelompok umur muda) sebagai berikut : ”Program pendidikan jika saya perhatikan kurang bermanfaat, karena hanya orang-orang tertentu saja yang merasakan manfaatnya. Seperti beasiswa hanya untuk mereka yang mendapatkan rangking 1 – 5 dan duduk di kelas lima. Padahal sebagian besar mereka yang berprestasi berasal dari keluarga mampu. Sementara anak dari keluarga miskin tidak tersentuh program ini, yang seharusnya lebih diprioritaskan” Hal senada disampaikan oleh oleh Ibu Lnd, 35 tahun (kelompok umur muda) sebagai berikut : ”Sebagian besar masyarakat tidak merasakan manfaat dari program pendidikan, karena hanya sebagian kecil saja masyarakat yang merasakan. Seperti misalnya beasiswa hanya untuk siswa yang berprestasi saja, padahal bantuan biaya pendidikan sangat dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari keluarga miskin agar tetap dapat bersekolah” Pendapat lain disampaikan oleh H. Mmn, 52 tahun (kelompok umur tua) : ”Sebetulnya program pendidikan sudah bermanfaat, seperti misalnya program beasiswa, hanya sasarannya saja yang perlu dirubah dan jumlah penerima bantuan harus ditambah. Selain itu, program Garden School, benar-benar mendidik siswa untuk mengerti teknik menanam sayuran yang berjangka pendek, seperti secim atau kangkung” Penilaian yang berbeda diungkapkan oleh Bpk. Dd, 39 tahun (kelompok umur muda) sebagai berikut : ”Program beasiswa salah sasaran, seharusnya untuk anak dari keluarga miskin. Geus puguh anak dari keluarga mampu mah kebanyakan berprestasi, berbeda dengan anak dari keluarga miskin. Selain itu, saya mohon pihak perusahaan agar
113
mempertimbangkan kembali program Garden School, karena jika dilihat dari manfaatnya sangat kurang, karena keuntungan yang didapat tidak sesuai dengan waktu dan tenaga yang dikeluarkan, apalagi siswa harus mengorbankan waktu belajarnya untuk berkebun” Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel lampiran 2 menyajikan data hubungan antara karakteristik umur dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut kelompok tua yaitu sebesar 60,9% program kesehatan tidak bermanfaat karena hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat saja. Kelompok umur muda yaitu sebesar 71,4% menilai program kesehatan tidak bermanfaat karena hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Dari kedua kelompok umur tersebut, tidak ada yang menilai bahwa program kesehatan bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Ddn, 36 tahun, sebagai berikut : ”Selama ini belum ada program kesehatan untuk masyarakat, karena khitanan hanya untuk sebagian kecil masyarakat dan itupun diprioritaskan untuk keluarga miskin sehingga manfaatnya kurang terasa, selain itu tidak rutin dilaksanakan” Hal senada disampaikan oleh Hsn, 40 tahun sebagai berikut : ”Program kesehatan belum pernah ada, kalau fogging kan hanya untuk dua ke-RT-an. Jadi menurut saya mah programnya tidak bermanfaat” Penilaian lain yang disampaikan oleh Ddng, 57 tahun : ”Kalau kita perhatikan, selama ini tidak ada program kesehatan yang menyentuh masyarakat banyak. Hanya sebagian kecil yang merasakannya. Harus direncanakan mengadakan program kesehatan yang bermanfaat untuk masyarakay banyak, seperti misalnya pengobatan gratis” Faktor umur dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air.
Pada tabel lampiran 2,
menyajikan data hubungan antara karakteristik umur dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Dari kelompok umur tua, sebagian besar yaitu 73,9% menilai bahwa program tersebut
bermanfaat
karena
dengan
adanya
bantuan
pembangunan
penampungan air bersih masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air bersih. Kelompok umur muda, sebagian besar yaitu 57,1% menilai bermanfaat.
Dibanding kelompok umur tua, maka kelompok umur muda
114
memberikan penilaian lebih kecil. Seperti disampaikan oleh Bpk Ll, 38 tahun (kelompok umur muda) sebagai berikut : ”Sekalipun sudah ada bantuan penampungan air bersih untuk masyarakat, menurut saya kurang bermanfaat karena bagi mereka yang jauh dari lokasi penampungan, tetap saja agak sulit untuk mendapatkan air bersih” Pendapat lain yang disampaikan oleh kelompok umur tua yaitu bapak AL, 62 tahun : ”Dengan adanya penampungan air bersih, masyarakat menjadi mudah untuk mendapatkan air. Banyak manfaatnya untuk masyarakat, sekalipun belum mencukupi” Faktor umur dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air.
Pada tabel menyajikan data
hubungan antara Faktor umur dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut, nampak sebagian besar kelompok umur muda yaitu 57,3% dan kelompok umur tua yaitu 47,8% menjawab kurang mencukupi ketersediaan air yang ada, karena ketersediaan air bersih masih terbatas sementara yang membutuhkan sangat banyak. Seperti diungkapkan oleh Bpk Ecm, 46 tahun : ”Ketersediaan air bersih disini kurang terpenuhi, sekalipun sudah ada penampungan air bersih, karena yang membutuhkan air sangat banyak. Kalau bisa ditambah oleh perusahaan untuk pembangunan penampungan air bersih” Pendapat lain disampaikan oleh Bpk. Mmn, 52 tahun : ”Adanya penampungan air bersih yang hanya satu di kampung ini, tidak dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat. Harus ditambah pembangunan untuk penampungan air bersih, kalau bisa tiap RT ada satu buah penampungan ” Bpk
Slmn,
72
tahun
mengungkapkan,
kaitannya
dengan
penampungan air bersih : ”Kebutuhan air bersih kurang dapat terpenuhi karena penampungan hanya satu, tetapi masyarakat yang membutuhkan air cukup banyak” Faktor umur dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 2 menyajikan data hubungan antara faktor umur dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Tabel lampran 2, nampak bahwa kedua kelompok umur tersebut, tidak ada yang menilai bermanfaat dari program ekonomi kaitannya
115
dengan kesempatan berusaha. Sebagian besar menilai tidak bermanfaat yaitu kelompok umur tua sebesar 86,96% dan kelompok muda yaitu sebesar 85,7% karena program yang dilaksanakan oleh perusahaan baru berjalan satu tahun sehingga manfaatnya belum dapat berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Seperti diungkapkan oleh Ibu Lnd, 35 tahun : ”Perusahaan pernah memberikan bantuan pohon sawo untuk setiap KK dua buah. Tujuan jangka panjangnya untuk membantu perekonomian masyarakat tetapi karena antuannya baru berjalan satu tahun, sehingga belum berpengaruh terhadap kesempatan berusaha” Masyarakat lainnya yaitu Bpk Ddg, 57 tahun, menyampaikan penilaiannya sebagai berikut : ”Bantuan pohon sawo menurut saya lebih cenderung untuk penghijauan karena manfaatnya kita tidak pernah tahu nantinya kalau dikaitkan dengan kesempatan berusaha. Untuk sementara ini, program bantuan pohon sawo saya nilai tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha” Faktor umur dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan.
Pada tabel lampiran 2 ,menyajikan data hubungan
antara faktor umur dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh responden dari kelompok umur muda dan tua yaitu 100%, keduanya sama-sama menilai bahwa program ekonomi tidak berpengaruh
terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan program ekonomi yang dilaksanakan baru berjalan satu tahun sehingga dampaknya belum terasa. Seperti diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun : ”Memang bantuan pohon sawo jika dikaitkan dengan peningkatan pendapatan masih jauh dari harapan, karena manfaatnya belum dapat dirasakan sekarang ini oleh masyarakat. makanya dinilai tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat” Hal senada disampaikan oleh Bpk. Ojk, 63 tahun sebagai berikut : ”Perasaan mah belum ada program ekonomi dari perusahaan apalagi yang dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat. Kalau pohon sawo mah program penghijauan, kalau mau dibilang sebagai program ekonomi entah kapan akan berbuahnya masih lama rasanya” Pendapat lain disampaikan oleh Bpk. ESK, 34 tahun : ”Selama ini program ekonomi belum pernah ada, karena bantuan pohon sawo masih jauh dari harapan, sebagian besar belum
116
berbuah sehingga tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat dan menurut saya lebih cenderung kepada program penghijauan” Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Pada tabel lampiran 2 menyajikan data hubungan antara faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar kelompok umur muda yaitu 71,4% dan kelompok umur tua yaitu 65,2% menilai program penghijauan yang dilaksanakan oleh perusahaan bermanfaat karena akan mempengaruhi kondisi air yang ada. Ada juga responden yang menilai tidak bermanfaat yaitu kelompok umur muda 14,3% dan kelompok umur tua 8,7%, karena dinilai belum merata dalam pelaksanaannya, masih terfokus di sumber mata air milik perusahaan. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Slh, 62 tahun : ”Program penghijauan nu tos dilaksanakeun ku perusahaan ageung manfaatna, kumargi tiasa ngajagi kondisi cai di desa Babakan Pari. Tapi kedah dikembangkeun ka luar lokasi sumber mata air dina pelaksanaannana jadi engkinna tiasa seimbang antara nu aya dilingkungan masyarakat sareng nu aya di lokasi sekitar sumber mata air” (Program penghijauan yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan besar manfaatnya karena dapat menjaga kondisi air di desa Babakan Pari. Tetapi harus dikembangkan ke luar lokasi sumber mata air dalam pelaksanaannya sehingga nantinya dapat seimbang antara yang ada dilingkungan masyarakat dengan yang ada di lokasi sekitar sumber mata air) Hal senada diungkapkan oleh Bpk. Mjm, 52 tahun : ”Program penghijauan harus dikembangkan ke luar sumber mata air karena selama ini lebih banyak dilakasanakan disekitar sumber mata air sehingga manfaatnya kurang terasa, dahulu membuat sumur cukup lima sampai tujuh meter sekarang harus lima belas meter” Pendapat lain diutarakan oleh Ibu Tt, 37 tahun sebagai berikut : ”Penanaman pepohonan sebagai perogram penghijauan sangat bermanfaat untuk menjaga kondisi air, karena jika tidak dilaksanakan akan berkurang jumlah air yang ada. Sekarangpun kondisi air sudah berbeda dengan jaman dahulu ketika belum ada perusahaan-perusahaan” Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampran 2, menyajikan data hubungan antara faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program kesejahteraan sosial. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar kelompok umur tua yaitu 69,6% menilai program
117
bermanfaat. Kelompok umur muda antara responden yang menilai bermanfaat dan
yang
kurang
bermanfaat
seimbang
yaitu
42,9%
karena
dinilai
pendistribusiannya kurang merata. Dari kelompok umur muda, 14,2% responden menilai bahwa program tidak bermanfaat, selain karena tidak merata pendistribusiannya juga nilai bantuannya terlalu kecil. Seperti disampaikan oleh Bpk Hsn, 40 tahun : ”Bantuan sembako masih kecil nilai bantuannya dan kurang merata dalam pembagiannya sehingga menurut saya tidak bermanfaat. Nilai bantuan harus ditingkatkan agar bermanfaat dan benar-benar dapat dirasakan manfaatnya” Pendapat lain diungkapkan oleh Bpk. Jnj, 46 tahun sebagai berikut : ”Program bantuan sembako walau nilai bantuan masih kecil tetapi sudah bermanfaat. Kalau memungkinkan kedepannya dapat ditingkatkan nilai bantuannya agar lebih bermanfaat” Hal senada diungkapkan oleh Bpk. AL, 62 tahun : ”Program kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan selama ini bermanfaat untuk masyarakat, contohnya pembagian sembako yang biasa dibagikan pada saat bulan Ramadhan. Untuk kedepannya nilai bantuan agar lebih ditingkatkan agar lebih bermanfaat” Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat program keagamaan. Pada tabel lampran 2 menyajikan data hubungan antara faktor umur dan persepsi terhadap manfaat keagamaan. Dari tabel tersebut, nampak kelompok umur muda yaitu 57,1% dan kelompok umur tua 60,9% menilai bahwa program keagamaan yang selama ini telah dilaksanakan oleh perusahaan dirasakan bermanfaat. Untuk kelompok umur tua, ada responden yang menilai bahwa program tidak bermanfaat yaitu sebesar 4,3%. Hal tersebut dinilai selain karena nilai bantuan kecil juga proses untuk mendapatkan bantuan berbelit-belit. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Acn, 53 tahun : ”Bantuan dana untuk kegiatan keagamaan, kurang bermanfaat, karena nilai bantuannya kecil dan prosesnya berbelit-belit, jadi tidak praktis” Pendapat lain diungkapkan oleh Bpk. Akhy, 73 tahun sebagai berikut : ”Mesjid disini pernah dapat bantuan bahan bangunan berupa keramik dan semen. Saya menilai bantuan seperti itu bermanfaat untuk kelancaran renovasi mesjid” Pendapat senada disampaikan oleh AS, 39 tahun :
118
Bantuan untuk kegiatan keagamaan bermanfaat, karena dapat meringankan beban biaya panitia. Kalau bisa untuk kedepannya besar bantuan dapat ditambah dan prosesnya tidak berbelit-belit” Faktor umur dan persepsi terhadap manfaat kesempatan kerja. Pada tabel lampiran 2 menyajikan data hubungan antara faktor umur dan persepsi terhadap manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kelompok umur muda yaitu sebesar 71,4%, menilai adanya perusahaan kaitannya dengan kesempatan kerja dirasakan kurang bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena sekarang ini untuk penerimaan tenaga kerja sangat sulit, sementara dari luar desa dapat diterima sebagai tenaga kerja. Kelompok umur tua, sebagian besar yaitu 56,5% menilai bermanfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja karena jika dibandingkan dengan dahulu sebelum ada perusahaan, banyak masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dibanding sekarang ini. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Al, 62 tahun sebagai berikut : ”Jika dibanding jaman dahulu, sebelum ada perusahaan, sebagian besar masyarakat menganggur. Dengan adanya perusahaan, membawa manfaat untuk masyarakat karena masyarakat dapat bekerja di dalamnya, khususnya Aqua. Bapakpun dulu pernah bekerja di Aqua, sekarang sudah berhenti karena sudah tua” Pendapat lain disampaikan oleh Ibu Ld, 35 tahun : ”Sekarang ini perusahaan sulit menerima pegawai, saya menginginkan agar masyarakat yang dekat dengan pabriklah yang diprioritaskan untuk diterima bekerja, sebelum orang dari luar desa. Rasanya adanya perusahaan, sekarang ini kurang bermanfaat karena untuk dapat bekerja sangat sulit” Faktor umur dan persepsi terhadap keterlibatan dalam pembangunan. Pada tabel lampran 2,
menyajikan data hubungan antara faktor umur dan
persepsi terhadap keterlibatan dalam pembangunan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa baik kelompok umur muda maupun kelompok umur tua, keduanya menilai bahwa adanya program-program CSR dari perusahaan tidak berdampak pada keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Hal tersebut nampak dari jawaban responden yang sebagian besar yaitu kelompok umur muda sebesar 57,1% dan kelompok umur tua yaitu sebesar 56,5% menjawab tidak terlibat dalam pembangunan di desanya. Tidak ada responden yang menjawab terlibat dalam pembangunan di desanya. Hal tersebut disebabkan karena selama ini perusahaan kurang melibatkan masyarakat dalam program-programnya, bahkan
119
jarang sekali masyarakat terlibat dalam program CSR. Hanya orang-orang tertentu saja yang terlibat dalam program-program CSR. Seperti diungkapkan oleh H. Kkng, 47 tahun : ”Perusahaan kurang melibatkan masyarakat dalam membuat program, mangkanya sekalipun program-program Aqua dilaksanakan di masyarakat, tetapi kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa” Hal senada disampaikan oleh Ibu euis, 42 tahun sebagai berikut : Sekalipun perusahaan sudah melaksanakan berbagai macam program, tetapi tidak menjadikan masyarakat aktif terlibat dalam pembangunan di desanya. Perusahaan jarang mengundang masyarakat keseluruhan dalam pertemuan-pertemuan
2. Pendidikan Selain faktor umur, tingkat pendidikan diduga juga mempengaruhi seseorang menunjukkan
dalam
mempersepsikan
kemampuan
individu
suatu untuk
objek. menilai
Tingkat sesuatu
pendidikan berdasarkan
pengalaman atau kejadian yang dialaminya. Tabel lampran 3 menyajikan data persentase responden menurut pendidikan dan persepsi masyarakat terhadap manfaat program-program CSR. Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel lampran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden, baik mereka yang berpendidikan tingkat dasar, menengah ataupun tinggi, menilai bahwa program pendidikan yang dilaksanakan oleh perusahaan dinilai kurang bermanfaat yaitu mereka yang berpendidikan dasar 53,33% dan menengah 57,1%. Hal tersebut disebabkan karena dinilai salah sasaran. Masyarakat menghendaki bahwa program pendidikan khususnya beasiswa, diperuntukkan bagi anak yang berasal dari keluarga miskin. Untuk tingkat pendidikan tinggi, terjadi penilaian yang seimbang yaitu masing-masing sebesar 50% antara
responden yang menilai bahwa
program pendidikan bermanfaat dan kurang bermanfaat. Mereka yang berpendidikan tinggi, menilai bahwa anak yang berprestasi layak untuk mendapatkan beasiswa sekalipun bukan dari keluarga miskin, tetapi perlu dikembangkan kepada mereka yang berasal dari keluarga miskin sekalipun
120
mereka tidak berprestasi sehingga manfaatnya maksimal. Seperti diungkapkan oleh Ibu SJ, 52 tahun, D2 sebagai berikut : ”Beasiswa yang diberikan kepada siswa berprestasi saya nilai bermanfaat karena dapat memotivasi anak didik untuk lebih baik lagi. Perlu dikembangkan beasiswa yang telah ada kepada mereka yang berasal dari keluarga miskin, agar mereka dapat terus melanjutkan pendidikan” Pendapat lain disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun, SLTA : ”Pemberian beasiswa kepada anak yang berprestasi menurut saya kurang bermanfaat, akan menjadi bermanfaat jika diberikan kepada anak dari keluarga miskin. Biasanya halangan anak dari keluarga miskin untuk terus bersekolah lebih besar, misalnya membeli seragam, buku, sepatu dan lain sebagainya. Kalau tidak dapat terbeli kadang-kadang anak tidak mau sekolah. Oleh karenanya, sebaiknya beasiswa diberikan kepada anak yang berasal dari keluarga miskin, saya rasa ini lebih tepat sasaran. Hal yang hampir senada diungkapkan oleh Udin Sow, 50 tahun, SD sebagai berikut : ”Bantuan biaya pendidikan mah hanya untuk anak yang pintar saja, biasanya anak pintar berasal dari orang berada. Padahal yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk kebutuhan sekolah itu anak dari keluarga miskin. Mangkanya saya berharap agar sasaran penerima beasiswa agar dirubah untuk anak dari keluarga miskin saja, biar anak tidak minder dan dapat terus bersekolah. Juga jumlah penerima tidak hanya kelas lima saja tetapi semua kelas. Terima kasih kalau masalah ini bisa disampaikan ke Aqua, syukursyukur bisa dirubah sasarannya” Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel tersebut nampak bahwa sebagian besar responden, yaitu yang berpendidikan dasar 60%, menengah 57,1% dan tinggi 75% menilai bahwa program kesehatan tidak bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena hanya sebagian kecil saja masyarakat
yang
menerima
program
kesehatan,
sebagian
besar
tidak
merasakan manfaatnya. Seluruh responden tidak ada yang menilai bahwa program kesehatan bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh Ibu Tt, 37 tahun, D2 : ” Selama ini tidak pernah ada program kesehatan, kalau kata orang pernah ada saya tidak tahu, berarti programnya tidak bermanfaat karena tidak semua masyarakat merasakan manfaatnya” Hal senada disampaikan oleh M. Edng, 55 tahun, SD sebagai berikut :
121
”Perasaan saya, tidak pernah ada program kesehatan dari perusahaan. Saya ingin ada pengobatan gratis untuk masyarakat, syukur-syukur bisa dijadwalkan secara rutin, semacam pustu begitu” Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 3menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel tersebut nampak bahwa sebagian besar responden, yaitu yang berpendidikan dasar 73,3%, menengah 71,4% dan tinggi 62,5% menilai bahwa program dirasakan oleh masyarakat bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena dengan adanya penampungan air bersih ini, masyarakat tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan air bersih, terutama mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dengan penampungan air. Mereka yang tergolong berpendidikan rendah, memberikan penilaian tertinggi yaitu 73,3% dibanding yang lainnya, karena sebagian besar tinggal dekat dengan penampungan air. Sementara mereka yang tergolong berpendidikan tinggi, sekalipun tidak merasakan secara langsung keberadaan penampungan air bersih tetapi memberikan penilaian yang baik. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Ddng, 57 tahun, S1 sebagai berikut : ”Tentunya adanya bantuan penampungan air bersih akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan air bersih. Perlu ditambah jumlah penampungan agar manfaatnya lebih besar lagi” Hal senada disampaikan oleh Bpk. Slm, 72 tahun, SLTA : ”Adanya penampungan air membantu kami untuk memudahkan mendapatkan air bersih sekalipun kapasitasnya masih terbatas. Manfaatnya sangat besar, kami bersyukur dengan adanya bantuan pembangunan torn untuk menampung air bersih di lingkungan kami. Mudah-mudahan jumlah penampungan dapat ditambah” Faktor
pendidikan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
program
penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden yaitu yang berpendidikan dasar 53,3%, menengah 57,1% dan tinggi 50% menilai bahwa program dirasakan oleh masyarakat kurang bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat yang membutuhkan air sangat banyak
122
sementara debit air yang tersedia sangat terbatas sehingga kebutuhan akan air bersih kurang dapat terpenuhi sekalipun sudah ada penampungan air bersih. Mereka yang tergolong berpendidikan tinggi 50% menilai bahwa keberadaan penampungan air bersih tersebut tidak mencukupi jika dikaitkan dengan kebutuhan air yang dirasakan oleh masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Mjl, 52 tahun, D2 : ”Keberadaan penampungan air masih jauh dari harapan jika dikaitkan dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan air. Saya rasa adanya penampungan ini kurang bermanfaat karena tidak dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat” Pendapat lain disampaikan oleh Bpk. Omn, 43 tahun, SD sebagai berikut : ”Dengan adanya penampungan air bersih, masyarakat cukup terbantu tetapi masih sangat terbatas jumlahnya, harus ditambah pembangunan penampungannya” Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar 100%, menengah 85,7,1% dan tinggi 62,5% menilai bahwa program dirasakan oleh masyarakat tidak bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat tidak merasakan manfaat adanya program. Seluruh responden menilai bahwa program ekonomi untuk saat ini tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha masyarakat. Hal tersebut dikarenakan program ekonomi baru berjalan baru satu tahun yaitu program penanaman pohon sawo sehingga untuk merasakan manfaatnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Seperti diungkapkan oleh Bpk. AL, 62, SD sebagai berikut : ”Kalau pemberian pohon sawo dimasukkan ke dalam program ekonomi, tidak dapat dikatakan berpengaruh terhadap kasempatan berusaha. Da bantuanna ge baru satahun yang lalu, sebagian besar belum berbuah jadi belum karasa dapat membantu masyarakat” Pendapat yang senada disampaikan oleh Bpk. Ecm, 46 tahun, SLTA : ”Pemberian pohon sawo sampai sekarang pada umumnya belum berbuah, sehingga untuk sementara ini tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha masyarakat”
123
Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa seluruh responden, baik yang berpendidikan dasar, menengah dan tinggi yaitu 100% menilai bahwa program dirasakan oleh masyarakat tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Hal tersebut karena program ekonomi baru berjalan satu tahun yaitu penanaman pohon sawo, sehingga manfaatnya belum dapat dirasakan untuk sekarang ini. Seperti diungkapkan oleh Ibu Tt, 37 tahun, D2 sebagai berikut : ”Rasanya sampai sekarang belum ada program ekonomi yang sudah dapat dirasakan oleh masyarakat. Kalau pohon sawo tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, masih jauh dari harapan. Hal senada disampaikan oleh Ibu. Lnd, 35 tahun, SLTA : ”Belum ada program ekonomi yang pernah dilaksanakan oleh perusahaan. Jika penanaman pohon sawo dikaitkan dengan peningkatan pendapatan, rasanya tidak mempengaruhi pendapatan masyarakat, masyarakat masih gitu-gitu aja, Bahkan pohon sawonya belum berbuah Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut nampak bahwa sebagian besar responden yaitu berpendidikan dasar 60%, menengah 85,7% dan tinggi 62,5% menilai bahwa program penghijauan dirasakan bermanfaat. Hal tersebut karena akan mempengaruhi kondisi air di Desa Babakan Pari. Seperti diungkapkan oleh Bpk. Acn, 53 tahun, SLTP : ”Dari sejak dahulu bapak selalu ikut terlibat. Program penghijauan karena bapak nilai itu sangat penting sekali dan bermanfaat untuk kondisi air di daerah ini” Hal senada disampaikan oleh Bpk. Jnj, 46, SLTA sebagai berikut : ”Program penghijauan bermanfaat untuk menjaga kondisi air di wilayah kami, karena begitu banyak air yang dimanfaatkan oleh perusahaan. Jika penghijauan tidak dilaksanakan air disini akan sangat berkurang” Faktor
pendidikan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
program
kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program kesejahteraan sosial.
124
Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar 80%, menengah 57,1% dan tinggi 62,5% menilai bahwa program kesejahtera sosial dirasakan bermanfaat meskipun nilainya masih kecil. Hal tersebut dikarenakan, dengan kondisi perekonomian yang agak sulit, adanya bantuan sembako walau sedikit tetapi dinilai bermanfaat. Mereka yang berpendidikan
rendah
memberikan
penilaian
tertinggi
dibanding
tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. Pada umumnya mereka keluarga miskin sehingga dengan kondisi perekonomian yang minim, adanya bantuan sekecil apapaun dirasakan bermanfaat. Tetapi untuk mereka yang berpendidikan tinggi ada yang menilai bahwa program tidak bermanfaat yaitu sebesar 12,5%. Hal tersebut dikarenakan nilai bantuan terlalu kecil. Seperti diungkapkan oleh TMY, 37 tahun, D2 : ”pemberian bantuan sembako nampaknya tidak bermanfaat karena nilai bantuan terlalu kecil. Kedepannya diharapkan perusahaan dapat meningkatkan nilai bantuan agar bermanfaat bagi masyarakat miskin” Pendapat lain yang disampaikan oleh Slm, 72 tahun, SD sebagai berikut : ”Adanya bantuan sembako bermanfaat untuk saya, yang serba kekurangan ini. Ramadhan kemarin pak RT memberi saya sembako, mudah-mudahan bantuan bisa rutin dan besarnya bantuan ditambah” Hal senada disampaikan oleh HMD, 60 tahun, SLTA sebagai berikut : ”Program kesejahteraan sosial berupa bantuan sembako, bermanfaat untuk masyarakat walaupun nilai bantuan masih kecil dan belum merata. Saya berharap agar tahun depan nilai bantuan dapat ditambah dan jumlah penerima bantuan ditambah” Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program keagamaan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar 53,3%, menengah 71,4% dan tinggi 62,5% menilai bahwa program bermanfaat. Mereka yang terlibat dalam kegiatan keagamaan pada umumnya dari kalangan masyarakat berpendidikan menengah sehingga merasakan betul manfaat adanya bantuan dari perusahaan. Oleh karenanya sebagian besar memberikan penilaian yang lebih baik di banding dua kelompok lainnya. Seperti diungkapkan oleh Bpk. ADL, 62 tahun SLTA : ”Bantuan pendanaan dari perusahaan untuk kegiatan Hari Besar Islam bermanfaat bagi kami, karena meringankan beban keuangan panitia. Kadang-kadang kami menerima juga bantuan Aqua gelas.
125
Kalau mau dapat bantuan ini, harus mengajukan proposal dahulu, agak berbelit-belit prosesnya. Kalau bisa, pengajuan proposal diberikan kemudahan, jadi tidak berbelit-belit” Pendapat senada disampaikan oleh Ibu Lnd, 35 tahun, SLTA : ”Kegiatan keagamaan terbantu dengan adanya bantuan keuangan dari perusahaan tetapi kita harus mengajukan proposal dahulu. Pendapat lain diungkapkan oleh SLH, 62 tahun, SD sebagai berikut ”Kanggo program keagamaan, abdi sareng panitia pembangunan Majlis Ta’lim kangtos nampi bantosan bahan-bahan bangunan ti Aqua, alhamdulillah mangpaat. Bantosanna berupa semen, jeung kudu ngajukeun proposal heula” (Untuk program keagamaan, saya beserta panitia pembangunan Mejlis Ta’lim pernah menerima bantuan berupa bahan bangunan dari Aqua, alhamdulillah bermanfaat. Bantuannya berupa semen, dan harus mengajukan proposal dahulu) Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Pada tabel lampran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar 53,3%, menengah 42,9% dan tinggi 50% menilai bahwa adanya perusahaan kaitannya dengan kesempatan kerja memberikan manfaat. Mereka yang berpendidikan dasar merasakan betul manfaat adanya perusahaan. Hal tersebut karena mereka membutuhkan pekerjaan sehingga memberikan penilaian tertinggi dibanding mereka yang berpendidikan menengah dan tinggi. Seperti disampaikan oleh Bpk. Slm, 72 tahun, SD sebagai berikut : ”Anak saya alhamdulillah dapat bekerja di Aqua, saya menjadi tenang dan bersyukur. Mudah-mudahan dia tidak dirubah ke pegawai kontrak” Pendapat yang hampir senada diungkapkan oleh Ibu Tt, 37 tahun, D2 sebagai berikut ”Masyarakat terbantu dengan adanya Aqua, membuka peluang bagi masyarakat untuk memdapatkan pekerjaan. Dahulu sangat banyak masyarakat yang tidak bekerja, sekarang alhamdulillah sudah berkurang. Faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program-program CSR terhadap peningkatan partisipasi dalam pembangunan di desa. Pada tabel lampiran 3 menyajikan data hubungan antara faktor pendidikan dan persepsi terhadap manfaat program CSR terhadap peningkatan partisipasi dalam
126
pembangunan di desa. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar 53,3% dan tinggi 75% menilai bahwa adanya program-program CSR tidak berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi masyarakat
pada
pembangunan
di
desa.
Sedangkan
responden
yang
berpendidikan menengah sebagian besar 57,1% menilai kurang berpengaruh. Seperti diungkapkan oleh DS, 42 tahun, SLTA : ”Dampak dari adanya program-program dari Aqua, kurang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa. Tidak semua program Aqua masyarakat tahu, sehingga tidak berdampak pada tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat aktif pada pembangunan” Pendapat lain diungkapkan oleh DJ, 57 tahun, S1 : ”Program-program yang dilaksanakan oleh Aqua sebagian besar tidak melibatkan masyarakat. Biasanya hanya program penghijauan yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Oleh karenyanya masyarakat sering tidak mengetahui programprogramnya Aqua sehingga keinginan untuk berpartisipasi pada pembangunan desa masih kurang. 3. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan juga menjadi indikator dari karakteristik individu yang diduga mempengaruhi seseorang dalam mepersepsikan suatu objek. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi masyarakat terhadap manfaat programprogram CSR dari PT. Aqua Golden Mississippi ditampilkan dalam tabel 30. Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik umur dengan persepsi tentang manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu menurut mereka yang berprofesi sebagai karyawan swasta sebesar 57,1%, guru dan Staf desa masing-masing sebesar 50%, bahkan menurut mereka yang berprofesi sebagai petani 100% menilai bahwa program kurang bermanfaat. Hal tersebut disebabkan karena manfaat program hanya dirasakan oleh mereka yang berprestasi saja. Padahal sebagian besar siswa yang berprestasi berasal dari kalangan berada sehingga dinilai program salah sasaran. Seperti diungkapkan oleh M. Endg, 55 tahun, Petani : ”Abdi mah masyarakat alit, seuseueurna mah barudak nu palalinter teh ti kalangan nu ngarartos sareng garaduh. Jarang masyarakat alit nu anakna berprestasi. Jadi upami beasiswa dipasihkeun ka siswa nu berprestasi wungkul, kumaha nasib siswa ti kaluarga miskin nu teu ber-prestasi? Padahal supados tiasa terus sakola,
127
jaman ayeuna mah teu saukur masalah bayaran, seeur kabutuhan sanesna nu pakait sareng budak nu keur sakolah mah, misalna meser saragam, buku, sapatu jeung nu sajabana. Janten kedahna bantuan pendidikan teuh diarahkeun ka barudak khusus ti kaluarga miskin, supados mangpaat”. (Saya masyarakat kecil, pada umumnya anak yang pintar berasal dari lingkungan yang mengerti dan orang mampu. Jarang keluarga miskin yang anaknya berprestasi. Jadi kalau beasiswa diberikan kepada siswa yang berprestasi saja, bagaimana nasib siswa yang berasal dari keluarga miskin yang tidak berprestasi ? Padahal agar bisa terus bersekolah, jaman sekarang masalahnya tidak hanya sekedar iuran, banyak kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan anak yang sedang bersekolah, misalnya membeli seragam, buku, sepatu dan sebagainya. Jadi seharusnya bantuan pendidikan itu diberikan kepada anak-anak khusus dari keluarga miskin, agar bermanfaat) Pendapat lain diungkapkan oleh AL, 62 tahun, wiraswasta, sebagai berikut : ”Anak yang berprestasi pantes untuk mendapatkan imbalan beasiswa sebagai bentuk penghargaan atas kesungguhannya dalam belajar, diharapkan bisa memotivasi anak-anak lainnya. Tetapi diharapkan bantuan beasiswa ini dapat dikembangkan kepada anak dari keluarga miskin, agar anak dapat terus melanjutkan sekolahnya” Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel lampran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa seluruh profesi menilai bahwa program kesehatan tidak bermanfaat karena hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Mereka yang berprofesi sebagai guru memberikan penilaian terbesar yaitu 75% program tidak bermanfaat. Bahkan mereka yang berprofesi sebagai petani, seluruh responden (100%) menilai bahwa program tidak bermanfaat karena tidak mengetahui adanya program kesehatan. Seperti diungkapkan oleh Slm, 72, Petani : ”Bapak tidak pernah tahu adanya program kesehatan, karena tidak pernah terdengar informasinya. Kalaupun ada, nampaknya tidak bermanfaat programnya karena tidak dirasakan oleh banyak orang” Hal senada terkait dengan kebermanfaatan program diungkapkan oleh Ibu Es, 42 tahun, guru : ”Program kesehatan tidak bermanfaat, selain karena banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya program, juga program hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat saja”
128
Faktor
jenis
pekerjaan
dan
persepsi
tentang
manfaat
program
penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dengan persepsi
tentang
manfaat
program.
penampungan
air
bersih
terhadap
kemudahan mendapatkan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut mereka yang berprofesi sebagai wiraswastawan
yaitu sebesar 90%
menilai program bermanfaat karena dengan adanya penampungan air mempermudah untuk mendapatkan air bersih. Mereka yang berprofesi sebagai Petani,
tidak ada yang menilai program bermanfaat. Sebagian besar petani
(66,7%) menilai program tidak bermanfaat karena tempat tinggal mereka jauh dari tempat penampungan air. Seperti diungkapkan oleh M. Endg, 55, Petani : ”Didieu mah seusah pami bade ngala cai, kumargi tebih ti penampungannana. Teu mangpaat saur bapak mah penampungan cai teuh, anger-anger keneh hese cai. Raos mah masyarakat nu di Kubang cakeut ka cai. Masyarakat didieu ge hoyongna mah di pang ngabangunkaeun panampungan cai, supados cakeut pami ngala cai. (Disini susah kalau hendak mencari air, karena jauh dari tempat penampungan air. Tidak bermanfaat manurut bapak penampungan air yang ada, tetap saja masyarakat susah mencari air. Enak kalau masyarakat yang ada di daerah kubang, dekat ke penampungan air. Masyarakat disinipun menginginkan dibangunkan penampungan air, agar dekat kalau memerlukan air) Pendapat lain disampaikan oleh Dadeng Setiawan, 42 tahun, wiraswasta sebagai berikut : ”Alhamdulillah kami tidak kesulitan untuk mendapatkan air, bermanfaat untuk masyarakat penampungan air yang dibangun oleh Aqua, sekalipun jumlahnya masih terbatas. Mudah-mudahan kedepannya dapat ditambah” Faktor jenis pekerjaan
dan persepsi tentang manfaat program
penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih. tabel lampran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dan persepsi
tentang
manfaat
program
penampungan
air
bersih
terhadap
pemenuhan kebutuhan air bersih.. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar menilai program kurang bermanfaat. Menurut mereka yang berprofesi sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 71,4% menilai program kurang bermanfaat. Hal tersebut dinilai karena debit air masih sangat terbatas sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Bahkan
129
mereka yang berprofesi sebagai petani (100%) menilai program tidak bermanfaat karena tempat tinggal mereka jauh dari tempat penampungan air sehingga pemenuhan kebutuhan air tidak terpenuhi. Seperti diungkapkan oleh HMD, 60 tahun, Petani : ”Masyarakat disini jauh dari lokasi penampungan air, boro-boro terpenuhi kebutuhan air bersih, mau mendapatkanpun susah. Kondisi seperti ini menurut saya penampungan air tidak bermanfaat karena tidak semua masyarakat dapat memanfaatkannya. Pendapat lain disampaikan oleh H. AD, 59 tahun, wiraswasta sebagai berikut : “Adanya penampungan air bermanfaat untuk masyarakat, walaupun masih terbatas untuk daerah tertentu saja, juga banyaknya air masih terbatas. Saya rasa, perusahaan sudah berusaha untuk membantu masyarakat dengan membangunkan penampungan air, kalaupun masih terbatas mudah-mudahan kedepannya dapat ditambah jumlah penampungan dan debit airnya” Faktor jenis pekerjaan dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan
bahwa
menurut
sebagian
responden
menilai
program
tidak
berpengaruh terhadap kesempatan berusaha masyarakat. Responden yang berprofesi sebagai guru sebesar 62,5% menilai program tidak berpengaruh. Bahkan responden yang berprofesi sebagai karyawan swasta, petani dan wiraswasta seluruhnya (100%) menilai program tidak bermanfaat karena sama sekali tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha yang langsung dirasakan oleh mereka. Seperti disampaikan oleh Hsn, 40 tahun, karyawan swasta : ”Tidak pernah ada program ekonomi yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Kalau pemberian pohon sawo merupakan program ekonomi, saya rasa tidak mempengaruhi masyarakat untuk memberi kesempatan berusaha, tetapi kalau pohon sawo lebih kepada penghijauan” Pendapat serupa diiungkapkan oleh Ojk, 63 tahun, wiraswasta : ”Kalau pohon sawo mah tidak dapat mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat, sampai sekarang belum menghasilkan apaapa. Barangkali untuk sementara sebagai program penghijauan saja”
130
Faktor jenis pekerjaan dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan . Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik faktor jenis pekerjaan dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa seluruh responden yaitu sebesar 100% menilai program tidak bermanfaat karena tidak mempengaruhi kondisi pendapatan masyarakat. Seperti diungkapkan oleh Ibu Lnd, 35 tahun, wiraswasta : ”Sebenarnya program ekonomi sudah ada, yaitu pembagian pohon sawo, tetapi sampai sekarang belum kelihatan hasilnya sehingga tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat” Pendapat senada disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun, staf desa : ”Pada umumnya masyarakat menilai pembagian pohon sawo merupakan program penghijauan saja, tetapi sebenarnya juga merupakan program ekonomi. Untuk sementara, karena hingga saat ini belum menghasilkan, maka bisa dikatakan tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat” Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik
jenis
pekerjaan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
program
penghijauan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu mereka yang berprofesi sebagai karyawan swasta (71,4%), wiraswasta (70%), guru (62,5%) bahkan staf desa (100%) menilai
program
penghijauan bermanfaat karena dapat memulihkan kondisi air baik kualitas maupun kuantitas air. Tetapi responden yang berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 66,7% menilai program kurang bermanfaat karena dirasakan sekalipun sudah ada penanaman pepohonan tetapi kondisi air masih terbatas khususnya untuk kebutuhan pertanian. Seperti diungkapkan oleh Hmd, 60 tahun, petani : ”Sekarang ini sebagian besar tanah sudah dibeli oleh perusahaan jadi jarang masyarakat yang bertani dan tanah-tanah sudah bukan lagi sawah. Maka sawah saya kesulitan untuk mendapatkan air, apalagi kalau musim kemarau. Sepertinya karena penghijauan yang dilaksanakan Aqua belum banyak jadi kurang manfaatnya” Pendapat
lain disampaikan oleh Ddn, 36 tahun, karyawan swasta
sebagai berikut ”Program penghijauan yang dilaksanakan oleh Aqua bermanfaat untuk menjaga kelestarian air di wilayah desa kami, meskipun penghijauan yang dilakukan masih harus terus ditambah dan dikembangkan keluar sumber mata air”
131
Hal senada diungkapkan oleh Dj, 57 tahun, guru sebagai berikut : ”Penghijauan yang telah dilakukan Aqua menurut saya bermanfaat untuk menjaga keberadaan air di desa Babakan Pari, tetapi masih harus terus ditambah dan ditingkatkan” Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik
jenis
pekerjaan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
program
kesejahteraan sosial Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden karyawan swasta (85,7%), wiraswastawan (70%), bahkan staf desa (100%) menilai program bermanfaat. Hal tersebut karena menurut mereka, sekalipun nilai bantuan kecil kita harus tetap bersyukur. Tetapi mareka yang berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 66,7% menilai bahwa program kurang bermanfaat karena nilai bantuan terlalu kecil. Seperti disampaikan oleh Slm, 72 tahun, petani, sebagai berikut : ”Bantuan sembako nilainya terlalu kecil jadi manfaatnya kurang, tahun depan kalau bisa ditingkatkan nilainya” Hal senada disampaikan oleh Ibu Tn, 46 tahun, guru, sebagai berikut : Program kesejahteraan sosial yaitu pembagian sembako, nilainya terlalu kecil sehingga kurang manfaatnya. Diharapkan kedepannya nilai bantuan dapat ditingkatkan agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat miskin” Pendapat lain dikemukakan oleh AL, 62 tahun, wiraswasta, sebagai berikut : ”Walau bantuan sembako kata orang-orang nilainya kecil, tetapi menurut bapak sangat bermanfaat bagi kalangan keluarga miskin, karena harga sembako sedang naik. Kita harus tetap bersyukur dengan apa yang telah kita terima dari perusahaan Aqua. Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik
jenis
pekerjaan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
program
keagamaan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut mereka yang berprofesi sebagai karyawan swasta (57,1%) menilai program bermanfaat. Sementara yang berprofesi sebagai wiraswasta dan guru menilai seimbang yaitu masing-masing 50% antara yang menilai program bermanfaat dan kurang bermanfaat karena prosesnya berbelit-belit dalam pengajuan proposal bantuan. Bahkan staf desa seluruhnya menilai program bermanfaat (100%). Tetapi
132
mereka yang berprofesi sebagai petani,
seluruhnya menilai sebesar 100%
program kurang bermanfaat karena tidak merasakan secara langsung. Seperti disampaikan oleh M. Endang, 55 tahun, petani : ”Bantosan biaya kanggo kagiatan nu pakait sareng agama saur abdi mah kirang mangpaatna, kumargi nu ngaraosan mah jalmi nu ngajengkeun proposal jadi upami teu ngajeungkeun nya moal kenging bantosan. Sami kanggo rehab sarana ibadah ge keudah ngajeungkeun proposal heula. Jaba rada hararese prosesna” (Bantuan biaya untuk kegiatan yang terkait dengan keagamaan, menurut saya mah kurang manfaatnya, karena yang merasakan mah orang yang mengajukan proposal. Jadi kalau tidak mengajukan proposal ya tidak akan mendapatkan bantuan. Sama dengan rehab sarana ibadah, harus mengajukan proposal dahulu. Selain itu prosesnya agak susah)
Pendapat lain disampaikan oleh Hdn, 50 tahun, karyawan swasta : ”Program keagamaan yang terkait dengan bantuan untuk merayakan perayaan maulidan, rajaban dan sebagainya menurut saya bermanfaat karena dapat meringankan beban biaya panitia. Tetapi proses pengajuan proposalnya agak sulit, mudahmudahan untuk berikutnya lebih dipermudah lagi” Faktor
jenis
pekerjaan
dan
persepsi
terhadap
manfaat
adanya
perusahaan terkait dengan kesempatan kerja. Pada tabel lampran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dengan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terkait dengan kesempatan kerja. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu karyawan swasta sebesar 57,1% , wiraswastawan dan guru memberikan penilaian seimbang yaitu masing-masing 50% antara yang menilai program bermanfaat dan kurang bermanfaat. Bahkan responden staf desa menilai bahwa program 100% bermanfaat. Hal tersebut karena dengan adanya perusahaan, masyarakat terbantu untuk mendapatkan lapangan pekerjaan walau jumlahnya terbatas. Tetapi mereka yang berprofesi sebagai petani seluruhnya (100%) menilai bahwa program kurang bermanfaat karena penerimaan tenaga kerja tidak merata dan sekarang ini sangat sulit untuk dapat bekerja di PT. Aqua Golden Mississippi. Seperti diungkapkan oleh Hmd, 60 tahun, petani sebagai berikut : ”Sekarang ini penerimaan pegawai di Aqua sulit, masyarakat mengharapkan warga disekitar perusahaan lebih diutamakan, tetapi justru dari luar yang lebih banyak. Untuk sekarang ini
133
rasanya penerimaan pegawai kurang bermanfaat karena banyak masyarakat yang belum dapat diterima di Aqua. Saya dengar malah sekarang ini pegawai tetap ditawarkan untuk menjadi tenaga harian” Pendapat lain disampaikan oleh Aco, 53 tahun, staf desa sebagai berikut : ”Adanya Aqua memberi manfaat bagi masyarakat untuk dapat bekerja. Jika dibandingkan dengan dahulu sebelum adanya perusahaan masyarakat banyak yang menganggur” Pendapat yang hampir senada diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun, wiraswasta sebagai berikut : ”Memang sekarang ini sulit untuk dapat bekerja di Aqua karena Aqua sendiri memiliki keterbatasan dalam penerimaan pegawai. Saudara saya saja tidak dapat bekerja di Aqua karena memang sudah banyak pegawai di Aqua.Tetapi walau bagaimanapun Aqua telah memberi manfaat bagi masyarakat erkait dengan penerimaan pegawai” Faktor jenis pekerjaan dan persepsi terhadap manfaat program-program CSR terhadap peningkatan partisipasi dalam pembangunan di desa. Pada tabel lampiran 4 menyajikan data hubungan antara karakteristik jenis pekerjaan dengan persepsi tentang manfaat program-program CSR terhadap peningkatan partisipasi dalam pembangunan di desa. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut mereka yang berprofesi sebagai petani, bahwa adanya programprogram CSR dinilai (100%) tidak berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi terhadap pembangunan di desa. Profesi gurupun sebagian besar (75%) menilai program tidak berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi masyarakat. Sementara staf desa menilai (100%) bahwa program kurang berpengaruh terhadap peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembanguan. Hal tersebut karena dalam perencanaan program CSR sebagian besar tidak melibatkan masyarakat, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program. Seperti disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun, staf desa : ”Adanya program-program dari Aqua kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa. Sebagian besar masyarakat jarang yang dilibatkan dalam perencanaan program, hanya program-program tertentu yang melibatkan masyarakat dalam perencanaannya, misalnya program pendidikan. Biasanya untuk program pendidikan perencanaan program langsung dengan pihak sekolah yaitu guru-guru” Pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Tmy, 37 tahun, guru :
134
”Dalam membuat perencanaan program, perusahaan jarang melibatkan masyarakat, hanya program-program tertentu saja melibatkan masyarakat, misalnya penghijauan yang membutuhkan banyak tenaga dan pendidikan dimana dalam perencanaannya melibatkan pihak sekolah. Maka program tidak mempengaruhi keterlbatan warga dalam pembangunan di desa” 7.6.2. Karakteristik Lingkungan 1. Ketersediaan Informasi Dalam mempersepsikan suatu objek, seseorang haruslah memiliki informasi tentang apa yang akan dipersepsikan (objeknya), baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya informasi ini, memudahkan untuk memberikan penilaian atas apa yang didengar, dirasakan dan dilihat oleh seseorang. Untuk itu, agar masyarakat dapat mempersepsikan program-program CSR perusahaan maka haruslah ada sumber atau sarana untuk menerima informasi tersebut, biasanya informasi disampaikan sebagai sosialisasi dari suatu program, baik disampaikan secara langsung dari pihak perusahaan maupun tidak langsung dari mereka yang mengikuti sosialisasi. Informasi yang diterima akan mempengaruhi bagaimana seseorang memberikan penilaian terhadap apa yang didengarnya. Oleh karenanya, ketersediaan informasi
sangatlah penting untuk membantu
masyarakat dalam memberikan penilaian terhadap program-program CSR. Hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi masyarakat terhadap manfaat program-program CSR disajikan dalam tabel 31. Faktor ketersediaan informasi dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan
Pada
tabel
lampiran
5
menyajikan
data
hubungan
antara
ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, memberikan penilaian yang seimbang (50%) bahwa program bermanfaat dan kurang bermanfaat. Hal tersebut dinilai karena program walau bagaimanapun tetap bermanfaat sekalipun hanya untuk mereka yang berprestasi saja. Mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah sebagian besar (62,5%) memberikan penilaian bahwa program kurang bermanfaat. Disamping itu, ada yang menilai bahwa program tidak bermanfaat yaitu sebesar 12,5%. Hal tersebut dinilai karena program salah sasarann, seharusnya diperuntukan bagi anak dari keluarga miskin. Seperti diungkapkan oleh Hsn, 40 tahun :
135
”Program pendidikan yang saya tahu beasiswa dan kebun sekolah. Untuk beasiswa hanya dikhususkan untuk anak yang berprestasi. Padahal sebenarnya yang benar-benar membutuhkan bantuan itu anak dari keluarga miskin. Menurut saya beasiswa selama ini salah sasaran sehingga tidak bermanfaat bagi sebagian besar warga Pendapat serupa diungkapkan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut : ”Bantuan biaya pendidikan dalam bentuk beasiswa menurut saya kurang bermanfaat karena yang menerima hanya yang berprestasi saja, padahal yang membutuhkan bantuan itu anak dari keluarga miskin, mereka ada yang enggan pergi sekolah karena tidak memilik sepatu. Faktor ketersediaan informasi dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu sebesar 68,2% memberikan penilaian tidak bermanfaat adanya program kesehatan karena banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya program kesehatan. Mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, memberikan penilaian yang seimbang yaitu 50% bahwa program kurang bermanfaat dan tidak bermanfaat karena
manfaat program
hanya dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Tidak ada responden yang menilai bahwa program kesehatan bermanfaat. Seperti disampaikan oleh DS, 42 tahun sebagai berikut : ”Tidak ada kegiatan kesehatan yang diterima masyarakat, pernah ada cuma penyemprotan nyamuk, itupun hanya untuk dua ke-RTan, Jadi menurut saya kurang bermanfaat. Coba kalau ada pengobatan gratis secara rutin jadwalnya, pasti akan membentu masyarakat dan sangat bermanfaat” Pendapat serupa disampaikan oleh Ibu Ttn, 46 tahun : Kalau untuk program kesehatan saya tidak pernah tahu, tapi katanya pernah ada, kalau begitu program tidak bermanfaat karena hampir semua masyarakat tidak tahu dan tidak menerima program kesehatan” Hal senada diungkapkan oleh Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Program kesehatan belum ada yang menyentuh masyarakat secara keseluruhan, Rasanya program ini tidak bermanfaat. Diharapkan kedepan ada program pengobatan gratis secara rutin”
136
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 5, menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air . Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, menurut mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, bahwa sebagian besar menilai program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air yaitu sebesar 40,9% menilai bermanfaat. Hal tersebut karena dengan adanya penampungan air bersih masyarakat menjadi lebih mudah untuk memperoleh air bersih. Demikian pula mereka yang berpendapat ketersediaaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 50,0% menilai bahwa program bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh Bapak AS, 39 tahun : ”Adanya penampungan air bersih bermanfaat untuk masyarakat disini. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan ait bersih” Pendapat senada disampaikan oleh Hsn, 40 tahun sebagai berikut : ”Saya merasakan betul manfaat adanya penampungan air di daerah saya, menjadi tidak sulit untuk mencarinya sekalipun masih terbatas banyaknya air” Hal yang senada diungkapkan oleh JNJ, 46 tahun sebagai berikut : Penampungan air bersih yang telah ada bermanfaat untuk masyarakat, tetapi masih terbatas jumlahnya. Untuk kedepannya saya harapkan bisa ditambah pembangunan torn air bersih di setiap ke-RW-an” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi
tentang
manfaat
program
penampungan
air
bersih
terhadap
pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, menurut mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, bahwa sebagian besar yaitu 50,0% menilai ketersediaan air bersih masih kurang mencukupi. Demikian pula mereka yang berpendapat ketersediaaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 50,0% menilai bahwa ketersediaan air bersih masih kurang mencukupi. Hal tersebut karena yang membutuhkan air bersih sangat banyak sementara ketersediaan air terbatas. Seperti diungkapkan oleh Ecm, 46 tahun : ”Biarpun penampungan air bersih sudah ada, tetapi masih kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tidak
137
seimbang, di daerah saya yang membutuhkan air bersih banyak sementara penampungan air hanya satu, diharapkan Aqua bisa menambah penampungan air bersih” Hal senada disampaikan oleh Tt, 37 tahun sebagai berikut : ”Penampungan air bersih masih kurang mencukupi ketersediaan airnya, karena jumlah penampungannya masih sangat terbatas padahal yang membutuhkan banyak. Saya mengharapkan perusahaan dapat menambah pembangunan torn air bersih” Pendapat lain diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Saya akui, sekalipun saya hampir selalu dilibatkan oleh Aqua dalam program-programnya, untuk program penampungan air bersih saya nilai tidak mencukup kalau dikaitkan dengan jumlah air yang tersedia, karena yang membutuhkan banyak” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, baik menurut
mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi
maupun rendah, sebagian besar dari keduanya yaitu 81,8% dan 100%, samasama menilai bahwa program ekonomi tidak bermanfaat. Hal tersebut karena adanya masyarakat yang menilai tidak pernah ada program ekonomi. Mereka yang mengetahui adanyan program ekonomi, dari program tersebut menilai belum berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Seperti disampaikan oleh Tn, 46 tahun : ”Rasanya program ekonomi belum pernah ada, katanya sawo untuk program ekonomi tetapi belum menghasilkan sama sekali,, makanya saya nilai tidak pernah mempengaruh kesempatan berusaha masyarakat” Pendapat serupa diungkapkan oleh Slh, 62 tahun sebagai berikut : ”Pami tangkal sawo nu di pasihkeun ka masyarakat dimaksadkeun kanggo program ekonomi, berarti heunteu pangaruh kana kasempatan usaha masyarakat, margi dugi ayeuna teu acan ngahasilkeun buahna” (Kalau pohon sawo yang diberikan ke masyarakat dimaksudkan untuk program ekonomi, berarti tidak mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat, karena sampai sekarang belum menghasilkan buah)
138
Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan . Dari tabel tersebut dapat dijelaskan,
baik
mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi maupun
rendah, seluruhnya menilai bahwa program ekonomi tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Hal tersebut karena program belum dapat dirasakan manfaatnya. Seperti diungkapkan oleh St Jzm, 52 tahun : ”Pembagian pohon sawo tidak dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat karena sebagian besar belum berbuah. Mudah-mudahan dikemudian hari dapat menghasilkan buah yang banyak untuk membantu perekonomian masyarakat” Hal senada disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun : ”Program ekonomi yang diterima masyarakat yaitu pembagian pohon sawo. Sampai sekarang belum berbuah, sehingga tidak dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program penghijauan. Pada tabel 31 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 72,7% dan mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu
62,5%, keduanya sama-sama menilai program
penghijauan bermanfaat karena tanpa adanya program tersebut kondisi air di Desa Babakan Pari
akan sangat berkurang. Sekalipun program penghijauan
belum optimal karena masih banyak terfokus di sekitar sumber mata air. Seperti diungkapkan oleh Jnj, 46 tahun : ”penghijauan yang dilakukan Oleh Aqua bermanfaat untuk menjaga kondisi air di Desa Babakan Pari. Kedepannya diharapkan bisa dikembangkan lebih luas ke luar lokasi sumber mata air” Pendapat serupa disampaikan oleh Euis, 42 tahun sebagai berikut : ”Penanaman berbagai macam pohon untuk melakukan penghijauan bermanfaat sekali untuk melestarikan air di wilayah kami, kalau tidak digiatkan penghijauan, maka air diwilayah sini akan sangat berkurang” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara
139
ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi,
sebagian besar yaitu 54,5% dan mereka yang menilai
ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 75,0%, keduanya samasama menilai program kesejahteraan sosial bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini program bisa dilaksanakan secara rutin sekalipun nilai bantuan masih jauh dari memadai. Seperti disampaikan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut : ”Pembagian sembako yang diberikan oleh Aqua bermanfaat untuk meringankan beban kehidupan keluarga miskin, sekalipun nilainya masih jauh dari memadai. Kalau memungkinkan tahun depan dapat ditingkatkan nilai bantuannya” Hal senada disampaikan oleh Ddn, 36 tahnun sebagai berikut : ”Sembako yang dibagikan kepada keluarga miskin saya nilai bermanfaat dengan kondisi perekonomian seperti sekarang ini, tetapi berikutnya mudah-mudahan bisa ditingkatkan nilai bantuannya dan lebih merata”. Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat program keagamaan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi,
sebagian besar yaitu 68,2% menilai bahwa program bermanfaat. Hal
tersebut karena permohonan bantuan senantiasa ditanggapi oleh perusahaan sekalipun prosesnya berbelit-belit. Sementara mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu
50,0%, menilai program kurang
bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini program tidak dirasakan secara langsung oleh mereka. Seperti diungkapkan oleh Ad Pjk, 50 tahun : ”Bantuan untuk memperingati maulidan atau rajaban kurang bermanfaat karena peringatan tersebut terkadang tidak berbekas manfaatnya” Pendapat lain diungkapkan oleh Bpk. Akhy, 73 tahun sebagai berikut : ”Pemberian bantuan dana untuk perayaan hari besar islam seperti maulidan, tentunya bermanfaat karena dapat meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan oleh panitia. Kekurangannya agak berbelit-belit dalam penyampaian proposal” Hal senada disampaikan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut :
140
”Bantuan keagamaan untuk memperingari hari besar islam, menurut saya bermanfaat karena dapat membantu untuk memenuhi keuangan panitia, panitia menjadi lebih ringan dan kegiatan dapat berjalan lancar” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 59,1% menilai bahwa adanya perusahaan bermanfaat bagi kesempatan kerja masyarakat. Hal tersebut karena adanya informasi yang baik memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melamar pekerjaan. Sementara mereka yang menilai ketersediaan informasi rendah, sebagian besar yaitu 62,5%, menilai program kurang bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini jarang mengetahui adanya penerimaan tenaga kerja. Seperti disampaikan oleh H. Ojk, 63 tahun : ”Alhamdulillah adanya Aqua bermanfaat untuk masyarakat disini, termasuk anak saya bisa bekerja disana. Saya dengar sekarang agak sulit untuk bisa diterima di Aqua, barangkalai pegawainya sudah kebanyakan” Hal senada disampaikan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Keberadaan perusahaan Aqua membantu masyarakat untuk mempunyai pekerjaan. Saya menilai bermanfaat dengan adanya Aqua ini. Dahulu orang umumnya bekerja serabutan, jarang yang bekerja di perusahaan. Sekalipun keponakan saya sendiri tidak dapat bekerja di Aqua, padahal dia sarjana dan memiliki keahlian komputer. Yah barangkali karena Terbatasnya daya tampung perusahaan. Tetapi kalau ada orang yang melamar ke Aqua, kalau tidak diterima sebaiknya berkas lamaran disimpan yang baik, jangan dibuang begitu saja ke tempat sampah. Saya menemukan kembali berkas lamaran keponakan saya di tempat sampah Aqua” Faktor ketersediaan informasi dan persepsi tentang manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunans. Pada tabel lampiran 5 menyajikan data hubungan antara ketersediaan informasi dengan persepsi tentang manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai ketersediaan informasi tinggi, sebagian besar yaitu 59,1% menilai bahwa adanya program-program CSR kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Hal tersebut karena selama ini masyarakat
141
kurang dilibatkan dalam proses program. Seperti diungkapkan oleh Udn, 50 tahun : ”Adanya program-program dari Aqua tidak berdampak pada meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pembanguan di desa. Hal tersebut karena Aqua tidak melibatkan masyarakat pada perencanaan programnya. Pendapat senada disampaikan oleh Mjml, 52 tahun sebagai berikut : ”Cukup banyak program dari Aqua, tetapi tidak membuat masyarakat menjadi terlibat aktif dalam pembangunan di desa. Selama ini Aqua tdak banyak melibatkan masyarakat dalam perencanaan program. 2. Keterlibatan dalam Program Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu jika terlibat langsung ke dalam suatu kegiatan atau program, dari mulai awal program yaitu adanya perencanaan sampai pelaksanaan program. Keterkaitan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi terhadap program tersebut, ditampilkan dalam tabel 31. Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program pendidikan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% menilai bahwa program pendidikan bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini perusahaan sudah berusaha memperhatikan bidang pendidikan. Sementara mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah, sebagian besar yaitu 72,7% menilai bahwa program pendidikan kurang bermanfaat. Hal tersebut karena mereka
tidak
banyak
mengetahui
program-program
pendidikan.
Seperti
diungkapkan oleh Jnj, 46 tahun : ”Untuk program pendidikan saya tidak banyak tahu, hanya tahu beasiswa dan kebun sekolah, tetapi program-program ini menurut saya kurang bermanfaat. Kalau beasiswa hanya diberikan kepada anak yang berprestasi saja, bagaimana dengan anak yang berasal dari keluarga miskin, yang sebenarnya justru harus mendapatkan bantuan. Mangkanya sebaiknya beasiswa dikembangkan kepada anak yang berasal dari keluarga miskin. Untuk program kebun sekolah, saya tidak terlalu paham, hanya tahu bertanam sayuran jangka pendek yang dikerjakan oleh siswa SD. Pendapat lain disampaikan oleh H. Kkng, 47 tahun :
142
”Adanya program pendidikan rasanya bermanfaat untuk masyarakat, sekalipun tidak semua masyarakat menerima program tersebut. Program beasiswa dapat memotivasi siswa untuk berprestasi. Sementara Kebun sekolah, mendidik siswa untuk mengenal cara-cara bercocok tanam sehingga menambah ilmu dan wawasan bagi siswa. Demikian pula program renovasi sekolah dapat meringankan beban sekolah sekalipun nilai bantuan masih kecil”
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program kesehatan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% menilai bahwa program kesehatan tidak
bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini
perusahaan belum memiliki program kesehatan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Sementara mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah, sebagian besar yaitu 72,7% menilai bahwa program kesehatan tidak bermanfaat. Hal tersebut karena mereka menilai selama ini tidak pernah ada program kesehatan. Seperti diungkapkan oleh Ddng, 42 tahun : ”Tidak pernah ada program kesehatan di sini mah, kalau kata orang lain pernah ada, berarti program tidak bermanfaat karena sebagian besar masyarakat tidak tahu adanya program dan tidak pernah menerimanya” Pendapat serupa disampaikan oleh Slh, 62 tahun sebagai berikut : ”Rasanya selama ini program kesehatan masih sangat kurang, sebagian besar masyarakat tidak tahu dan tidak pernah menerima program, mangkanya kata saya mah program teh tidak bermanfaat” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR
tinggi, sebagian besar yaitu
79,0% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena dengan adanya penampungan air bersih, masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air. Sekalipun mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR rendah,
143
sebagian besar yaitu 54,5% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena mereka menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air sekalipun belum dapat mencukup sesuai kebutuhan warga. Seperti disampaikan oleh Hsn, 40 tahun : ”Adanya penampungan air bersih bermanfaat bagi masyarakat karena menjadi lebih mudah untuk mendapatkan air. Tidak harus pergi ke sumber mata air di bawah sana” Pendapat senada diungkapkan oleh Slm, 72 tahun sebagai berikut : ”Pembangunan torn air bersih bermanfaat karena dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan air dengan mudah sekalipun masih belum terpenuhi sesuai kebutuhan” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR
tinggi, sebagian besar yaitu
57,9% menilai bahwa adanya penampungan air bersih kurang dapat mencukupi kebutuhan air masyarakat. Mereka yang keterlibatannya rendah sebagian besar yaitu 46,4%, menilai adanya penampungan air bersih tidak dapat memenuhi kebutuhan air sesuai kebutuhan masyarakat. Hal tersebut karena penampungan air bersih yang ada debit airnya sangat terbatas sehingga tidak dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Seperti diungkapkan oleh Encm, 46 tahun : ”Sekalipun sudah ada penampungan air bersih, tetapi tidak dapat terpenuhi kebutuhan air karena masih terbatas banyaknya air. Mudah-mudahan perusahaan dapat menambah pembangunan penampungan air. Pendapat serupa diungkapkan oleh H. Mmn, 52 tahun : ”Memang selama ini kebutuhan air tidak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan air yang diperlukan masyarakat sekalipun sudah ada penampungan air. Diharapkan kedepannya perusahaan dapat menambah penampungan air”
Pendapat lain disampaikan oleh AS, 39 tahun sebagai berikut : ”Karena penampungan air masih sangat terbatas jumlahnya, maka belum dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat. Air masih terbatas sehingga harus dijadwal dan dibatasi untuk memanfaatkannya ”
144
Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam programprogram CSR
tinggi, sebagian besar yaitu 78,9% menilai bahwa adanya
program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal tersebut karena dari program ekonomi belum dapat dirasakan manfaatnya. Sementara mereka yang keterlibatannya rendah, seluruhnya yaitu 100% menilai bahwa program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal tersebut karena mereka menganggap selama ini tidak pernah ada program ekonomi.Seperti diungkapkan oleh Ibu St, 52 tahun : ”Rasanya selama ini ada program ekonomi yang dapat memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Kalau pemberian pohon sawo dimasukkan sebagai program ekonomi, berarti tidak dapat mempengaruh kesempatan berusaha masyarakat karena belum berbuah sampai sekarang. Menurut saya kalau pembagian pohon sawo untuk penghijauan, kalau untuk ekonomi masih jauh” Pendapat senada disampaikan oleh Acn, 53 tahun sebagai berikut : ”Pembagian pohon sawo mah hingga sekarang belum berbuah sehingga tidak dapat mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat. Untuk sementara kalau pohon sawo lebih baik dimasukkan kedalam program penghijauan” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program ekonomi terhadap peningkatan pendapatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa baik mereka yang keterlibatan dalam programprogram CSR tinggi maupun yang rendah, seluruhnya yaitu 100%, keduanya sama-sama menilai bahwa program tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Hal tersebut karena adanya program belum dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan sehinga masyarakat menilai bahwa selama ini tidak pernah ada program ekonomi. Seperti diungkapkan oleh DJ, 57 tahun : ”Program ekonomi hingga sekarang belum menghasilkan, juga tidak dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan karena baru berjalan satu tahun”
145
Pendapat yang senada disampaikan oleh Tn, 46 tahun sebagai berikut : ”Bantuan pohon sawo sampai sekarang belum berbuah, mangkanya tidak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Mudah-mudahan nantinya pohon sawo ini dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program penghijauan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa baik mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi maupun yang rendah, sebagian besar yaitu 78,9% dan 45,4% keduanya menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena tanpa adanya program tersebut kondisi air di Desa Babakan Pari akan sangat berkurang. Sekalipun program penghijauan belum optimal karena masih banyak terfokus di sekitar sumber mata air. Seperti disampaikan oleh ESK, 34 tahun : ”Penghijauan sangat bermanfaat bagi pelestarian air, tetapi belum optimal karena masih terfokus hanya di sumber mata air. Kedepannya diharapkan dapat dikembangkan ke luar sumber mata air” Pendapat senada disampaikan oleh H. Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Pelaksanaan penghijauan sudah cukup banyak dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar perusahaan khususnya untuk menjaga kondisi air, tetapi masih banyak disekitar sumber mata air saja. Diharapkan kalau ada lagi penanaman pohon-pohonan, dilaksanakan di luar sumber mata air, sehingga manfaatnya lebih banyak” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program kesejahteraan sosial. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang menilai keterlibatan dalam program tinggi, sebagian besar yaitu 57,9% dan mereka yang menilai keterlibatan dalam program rendah, sebagian besar yaitu 63,6%, keduanya sama-sama menilai program kesejahteraan sosial bermanfaat. Hal tersebut karena selama ini program bisa dilaksanakan secara rutin dan bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat, sekalipun nilai bantuan masih jauh dari memadai. Seperti diungkapkan oleh AL, 62 tahun :
146
”Bantuan sembako bermanfaat untuk masyarakat karena dapat meringankan biaya ekonomi masyarakat walau nilai bantuan masih jauh dari memadai. Mudah-mudahan tahun depan nilai bantuan dapat ditingkatkan agar lebih bermanfaat” Pendapat serupa diungkapkan oleh M. Endng, 55 tahun sebagai berikut : ”Abdi nampi sembako nembe sakali ieu, nembe taun ieu, alhamdulillah dipasihan bantosan sembako ti Aqua, ku pak RT didatana, mangpaat kanggo kaluarga abdi mah, masing bantuan masih saalit. Pami tiasa, taun payun bantosan ditambihan” (Saya menerima sembako baru sekali ini, baru tahun ini, alhamdulillah diberi bantuan sembako dari Aqua, Pak RT yang mendatanya, bermanfaat untuk keluarga saya, walaupun nilai bantuan masih kecil. Kalau memungkinkan, tahun depan bantuan ditingkatkan) Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data 4hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat program keagamaan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam program-program CSR tinggi, sebagian besar yaitu 63,2% dan mereka yang menilai keterlibatan dalam program rendah, sebagian besar yaitu
54,5%, keduanya sama-sama menilai bahwa program keagamaan
bermanfaat. Hal tersebut karena manfaat program dapat dirasakan. Seperti diungkapkan oleh Pak AS, 39 tahun : ”Setiap merayakan Hari Besar Islam, kami selalu mandapat bantuan dana dari Aqua, terkadang airpun diberi. Tetapi panitia harus mangajukan proposal terlebih dahulu dan prosesnya cukup lama. Kami menilai bermanfaat adanya bantuan ini, sekalipun nilai bantuan masih kecil” Pendapat senada diungkapkan oleh Ibu Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Kalau ada maulidan atau rajaban, panitia disini biasanya mengajukan proposal bantuan ke Aqua dan bantuan dana pasti turun, walau agak berbelit-belit. Bermanfaat untuk meringankan beban biaya panitia, terkadang juga ada bantuan air minum” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja.. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat adanya perusahaan terhadap kesempatan kerja. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang keterlibatan dalam programprogram CSR
tinggi, sebagian besar yaitu 63,2% menilai bahwa adanya
147
perusahaan berpengaruh terhadap kesempatan kerja.
Hal tersebut karena
adanya perusahaan dapat membantu masyarakat untuk memiliki pekerjaan. Sementara mereka yang menilai keterlibatannya dalam program-program CSR rendah, yaitu 63,6% memberikan jawaban kurang berpengaruh adanya perusahaan Aqua terhadap kesempatan kerja masyarakat, karena kenyataannya masyarakat sulit untuk menjadi pegawai di perusahaan. Seperti disampaikan oleh Bpk. Slh, 62 tahun : ”Sekarang ini sulit untuk bisa bekerja di Aqua, malahan yang sudah jadi pegawai tetap dialihkan menjadi pegawai harian dan diberi pesangon. Saya berusaha membantu masyarakat saya dengan cara mencari informasi jika ada penerimaan pegawai, walaupun menjadi pegawai harian. Kalau begini menurut saya adanya perusahaan kurang berpengaruh untuk memberi kesempatan kerja masyarakat” Pendapat lain diutarakan oleh ADL, 62 tahun sebagai berikut : ”Adanya Aqua memberi pengaruh yang besar kepada masyarakat, telah memberi kesempatan kerja, sekalipun sekarang ini agak sulit dalam penerimaan pegawai, karena keterbatasan Aqua dalam menerima pegawai” Faktor keterlibatan dalam program dan persepsi terhadap manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunans. Pada tabel lampiran 6 menyajikan data hubungan antara keterlibatan dalam program dengan persepsi tentang manfaat adanya program CSR terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan, mereka yang keterlibatan dalam program tinggi, sebagian besar yaitu 52,6% menilai bahwa adanya program-program CSR kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Hal tersebut karena selama ini masyarakat kurang dilibatkan dalam proses program. Sementara mereka yang keterlibatan dalam program rendah, sebagian besar yaitu 72,7% menilai bahwa adanya program-program CSR tidak berperngaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa. Hal tersebut karena mereka menilai selama ini tidak pernah dilibatkan dalam proses program, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program. Seperti diungkapkan oleh LAJ, 38 tahun : ”Sebagian besar masyarakat tidak dilibatkan dalam perencanaan program-program Aqua bahkan ada juga yang tidak pernah dilibatkan dalam kegiatannya, hanya orang-orang tertentu saja
148
yang dilibatkan dalam program. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak terlibat aktif dalam pembangunan di desa” Pendapat yang hampir senada disampaikan oleh Ibu Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Biarpun banyak program-program dari Aqua tetapi ah...... masyarakat nggak banyak aktif dalam pembangunan di desa. Karena kita tidak banyak diajak dalam perencanaan kegiatan, hanya orang-orang tertentu saja. Biasanya pak H. Mmn yang banyak diajak dalam kegiatan Aqua” 7.7. Analisis Hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap manfaat program-program CSR Untuk mempersepsikan berbagai macam program CSR perusahaan haruslah diawali dengan pengetahuan terhadap berbagai macam program tersebut termasuk tujuannya. Selanjutnya akan dianalisis hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap program-program CSR, seperti ditampilkan pada tabel lampiran 7. Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program pendidikan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap manfaat
program pendidikan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiiliki pengetahuan tinggi cenderung memberikan persepsi yang lebih baik. Sebanyak 55,6% responden menilai bahwa program pendidikan yang selama ini dilaksanakan oleh perusahaan, dirasakan bermanfaat
terhadap kelanjutan
siswa. Responden yang memiliki pengetahuan rendah, sebagian besar yaitu 66,7% menilai bahwa program pendidikan kurang bermanfaat dan ada responden yang menilai bahwa program pendidikan tidak bermanfaat yaitu sebesar 8,3%. Seperti diungkapkan oleh DJ, 57 tahun : ”Bantuan beasiswa seharusnya untuk anak dari keluarga miskin karena mereka membutuhkan bantuan. Ada anak yang berhenti sekolah karena tidak memiliki sepatu atau sepatunya sudah robek, hal ini harus menjadi perhatian untuk perusahaan. Saya nilai program pendidikan seperti ini kurang bermanfaat” Pendapat lain disampaikan oleh Uds, 50 tahun sebagai berikut : ”Kalau bantuan beasiswa hanya untuk yang berprestasi, itu mah salah sasaran, jadi tidak bermanfaat. Bantuan beasiswa teh harusna mah untuk anak keluarga miskin biar mereka tetep bersekolah, jangan sampai berhenti karena mereka benar-benar sangat membutuhkan bantuan, bu”
149
Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program kesehatan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap manfaat
program kesehatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiiliki pengetahuan tinggi cenderung memberikan persepsi yang lebih baik. Sebanyak 44,4% responden menilai bahwa program kesehatan kurang bermanfaat. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang program, sebagian besar yaitu 75,0% menilai bahwa program tidak bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh ESK, 34 tahun : ””Untuk kesehatan rasanya tidak pernah ada, kalaupun ada hanya sebagian kecil masyarakat yang menerima. Saya nilai tidak bermanfaat programnya karena tidak menyeluruh penerimaannya” Pendapat lain disampaikan oleh End, 55 tahun : “Asa tara aya program kasehatan ti perusahaan keur sakabeuh masyarakat, ari keur saetikan mah ceunah pernah aya Teu mangpaat ari kitu mah, da masyarakat mah ngahaepkeun diayakaeun pengobatan gratis nu rutin” (Perasaan tidak pernah ada program kesehatan dari perusahaan untuk seluruh masyarakat, kalau untuk sebagian kecil masyarakat katanya pernah ada. Tidak bermanfaat kalau begitu, karena masyarakat mengharapkan diadakan pengobatan gratis yang rutin) Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program penampungan air bersih terkait kemudahan mendapatkan air. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terkait kemudahan mendapatkan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki
pengetahuan tinggi cenderung memberikan persepsi
yang lebih baik. Sebagian besar yaitu 88,9% responden menilai bahwa program bermanfaat karena masyarakat menjadi mudah untuk mendapatkan air, tidak perlu mengambil ke bawah. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang program, sebagian besar yaitu 41,7% menilai program bermanfaat tetapi yang menilai program tidak bermanfaat cukup besar juga yaitu 41,6%. Seperti dungkapkan oleh LAJ, 38 tahun : ”Sekalipun sudah dibangun penampungan air bersih tetapi diwilayah saya masih tetap kesultan air bersih. Perlu ditambah pembangunan penampungan air bersih dan penampungan yang belum selesai agar segera diselesaikan hingga keluarnya air, jadi dapat bermanfaat”
150
Pendapat lain diungkapkan oleh AS, 39 tahun sebagai berikut : ”Masyarakat di lingkungan saya bersyukur adanya penampungan air bersih, bermanfaat buat masyarakat. Kedepannya mudahmudahan bisa ditambah penampungan air bersih untuk di wilayah lainnya” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program penampungan air bersih terkait pemenuhan kebutuhan air. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsi terhadap manfaat program penampungan air bersih terkait pemenuhan kebutuhan air. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki
pengetahuan tinggi cenderung memberikan persepsi
yang lebih baik. Sebagian besar yaitu 66,7% responden menilai bahwa program kurang bermanfaat. Sementara responden yang memiliki pengetahuan rendah, sebagian besar yaitu 58,3% menilai bahwa program tidak bermanfaat. Hal tersebut karena mereka merasa selama ini kebutuhan air bersih tidak dapat tercukupi. Seperti diutarakan oleh HMD, 60 tahun : ”Selama ini kami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, penampungan yang sudah dibangun tidak dapat keluar airnya, sehingga tidak bermanfaat keberadaannya. Kami mohon agar penbangunan air bersih yang sudah ada, dimusyawarahkan kembali untuk mencari jalan keluarnya agar air bisa keluar dan biaya yang sudah dikeluarkan menjadi bermanfaat” Pendapat lain disampaikan oleh HSN, 40 tahun sebagai berikut : ”Saya rasa adanya penampungan air bersih ini dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, walau belum mencukupi sepenuhnya dan masih ada yang kesulitan untuk mendapatkannya. Saya berharap perusahaan dapat menambah pembangunan penampungan air bersih di tempat lainnya. Syukursyukur bisa satu RT satu penampungan air” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program ekonomi terkait kesempatan berusaha. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan
persepsi terhadap manfaat program ekonomi terkait kesempatan berusaha. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, sebagian besar yaitu 77,8% menilai bahwa program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang program, seluruhnya menilai bahwa program tidak berpengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal tersebut karena, program
151
yang dinilai perusahaan sebagai program ekonomi yaitu pembagian pohon sawo, hingga saat ini belum menghasilkan atau belum berbuah. Seperti diungkapkan oleh SLH, 62 tahun : ”Kalau pembagian pohon sawo dinilai sebagai program ekonomi, hingga saat ini tidak dapat mempengaruhi kesempatan berusaha masyarakat. Barangkali untuk sekarang ini digolongkan untuk penghijauan saja” Pendapat senada disamp aikan oleh ROH, 43 tahun : ”Sawo tidak berpengaruh terhadap kesempatan masyarakat karena belum dapat menghasilkan apa-apa” Hubungan pengetahuan terhadap program
berusaha
dan persepsi terhadap
manfaat program ekonomi terkait peningkatan pendapatan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsi terhadap manfaat program ekonomi terkait peningkatan pendapatan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa baik mereka yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, maupun yang berpengetahuan rendah, keduanya
sama-sama
sebesar
100,00% menilai bahwa program
tidak
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Hal tersebut karena selama ini tidak pernah ada program ekonomi. Seperti diutarakan oleh Ojk, 65 tahun : ”Program kanggo ekonomi teu acan aya, kumargi tangkal sawo mah kanggo penghijauan. Jaba dugi ka ayeuna teu acan buahan, jadi teu aya pangaruh ka masyarakat” (Program untuk ekonomi belum ada, karena pohon sawo mah untuk penghijauan. Selain itu, sampai sekarang pohon sawonya belum berbuah, jadi tidak berpegaruh untuk masyarakat) Pendapat sedana disampaikan oleh Ibu Lnd, 35 tahun sebagai berikut : ”Sampai saat ini pohon sawo mah belum menghasilkan jadi tidak mempengaruhi kondisi pendapatan masyarakat. Untuk saat ini, pohon sawo termasuk untuk penghijauan saja karena kalau mau dibilang ekonomi, masih lama kelihatan hasilnya, itupun kalau penanamannya berhasil” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program penghijauan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap
manfaat program penghijauan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, sebagian besar
152
yaitu 82,4% menilai bahwa program bermanfaat. Demikian pula responden yang memiliki pengetahuan rendah sebagian besar yaitu 46,1% menilai program bermanfaat,
sekalipun
belum
optimal
dalam
pelaksanaannya.
Seperti
disampaikan oleh DDN, 36 tahun : ”Program penghijauan sudah bermanfaat untuk masyarakat, tetapi masih harus terus dilaksanakan dan dikembangkan keluar sumber mata air, karena akan mempengaruhi kondisi air diwilayah sini” Pendapat yang sama diutarakan oleh Acn, 53 tahun sebagai berikut : ”Penghijauan yang dilakukan perusahaan cukup banyak dan bermanfaat. Kedepannya harus dikembangkan keseluruh wilayah desa agar keadaan air tidak semakin memburuk” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program kesejahteraan sosial. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap
manfaat program kesejahteraan sosial. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, sebagian besar yaitu 72,2% menilai bahwa program bermanfaat. Hal tersebut karena sekalipun nilai bantuan masih kecil tetapi lumayan membantu masyarakat miskin. Responden
yang memiliki pengetahuan rendah tentang program,
sebagian besar yatu 50,0% menilai bahwa program kurang bermanfaat. Seperti diungkapkan oleh DJ, 57 tahun : ”Bantuan sembako menurut saya, kurang bermanfaat untuk masyarakat karena katanya nilainya terlalu kecil dan pembagiannya tidak merata. Masih banyak keluarga miskin yang tidak mendapatkan bagian. Mudah-mudahan tahun depan dapat ditambah jumlah penerimanya agar lebih merata dan nilai bantuan ditingkatkan” Pendapat lain diutarakan oleh Ibu TN, 46 tahun sebagai berikut : ”Pembagian sembako rasanya bermanfaat untuk keluarga miskin karena dalam kondisi ekonomi yang sulit begini, diberi bantuan tentunya harus bersyukur. Tetapi kedepannya, nilai bantuan agar ditingkatkan dan jumlah sasaranpun ditambah agar lebih terasa dan merata manfaatnya” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat program keagamaan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap manfaat
program keagamaan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang
153
memiliki
pengetahuan tinggi
tentang program, sebagian besar yaitu 77,8%
menilai program bermanfaat. Hal tersebut karena dapat meringankan anggaran keuangan panitia. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang program, sebagian besar yaitu 50,0% menilai bahwa program kurang bermanfaat. Seperti disampaikan oleh ESK, 34 tahun : ”Menurut saya, bantuan untuk biaya kegiatan keagamaan ataupun bantuan barang-barang untuk renovasi mesjid, manfaatnya kurang, karena akan dirasakan oleh masyarakat kalau kita mengajukan proposal, selain itu prosesnya tidak mudah” Pendapat lain diutarakan oleh Ahyr, 73 tahun sebagai berikut : ”Bantuan kanggo muludan atanapi rajaban ageung mangpaatna, kumargi tiasa ngabantos anggaran panitia. Masjid didieu kangtos nampi bantosan barang kanggo renovasi ti perusahaan, mangpaat pisan” (Bantuan untuk peringatan Maulid Nabi dan Rajaban, besar manfaatnya karena dapat membantu anggaran panitia. Mesjid disini pernah dapat bantuan barang untuk renovasi dari perusahaan, bermanfaat sekali) Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat adanya perusahaan terkait kesempatan kerja. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan
persepsi terhadap manfaat adanya perusahaan terkait kesempatan kerja. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, sebagian besar yaitu 65,0% menilai bahwa adanya perusahaan
dapat
bermanfaat
terkait
kesempatan
kerja
yang
diterima
masyarakat. Sementara responden yang memiliki pengetahuan rendah terhadap program, sebagian besar yaitu 60,0% menilai bahwa adanya perusahaan kurang bermanfaat terkait kesempatan kerja yang diterima masyarakat. Hal tersebut karena sekarang ini sangat sulit bagi masyarakat untuk bisa diterima bekerja di PT. Aqua Golden Mississippi. Seperti diutarakan oleh Ibu Lnd, 35 tahun : ”Sekarang ini sulit kalau mau bekerja di Aqua, anak saya saja hingga saat ini tidak diterima. Menurut saya adanya perusahaan kurang bermanfaat kalau dikaitkan dengan kesempatan kerja bagi masyarakat Desa Babakan Pari. Seharusnya penerimaan pegawai, yang lebih didahulukan masyarakat yang tinggal dekat dengan perusahaan” Pendapat lain disampaikan oleh Roh, 43 tahun sebagai berikut :
154
”Adanya Aqua alhamdulillah bermanfaat kalau dinilai dari kesempatan kerja yang diterima masyarakat. Anak saya juga bekerja di Aqua” Hubungan pengetahuan terhadap program
dan persepsi terhadap
manfaat adanya program-program CSR terkait dengan peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Pada tabel lampiran 7, menyajikan data hubungan antara pengetahuan terhadap program
dengan persepsi terhadap
manfaat adanya program-program CSR terkait dengan peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki pengetahuan tinggi tentang program, sebagian besar yaitu 64,7% menilai bahwa adanya program-program CSR kurang berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Sementara responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang program, sebagian besar yaitu 78,6% menilai bahwa adanya program-program CSR tidak berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Seperti diutarakan oleh TMY, 37 tahun : ”Sekalipun ada program-program dari Aqua, tetapi tidak menjadikan masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan. Hal tersebut karena masyarakat jarang dilibatkan dalam perencanaan program-program dari Aqua” Pendapat senada diungkapkan oleh Kk, 47 tahun sebagai berikut : ”Aqua dalam merencanakan program-programnya, kurang melibatkan masyarakat, sehingga adanya program-program tersebut kurang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa” Pendapat lain disampaikan oleh Mmn, 52 tahun sebagai berikut : ”Aqua dalam merencanakan program tidak selalu melibatkan masyarakat, tergantung program yang akan dilaksanakannya. Ada kemungkinan juga karena masyarakat kurang dilibatkan maka kurang mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa” Berdasarkan hasil wawancara dan analisa data mengenai hubungan antara pengetahuan tentang program dengan persepsi terhadap program-program CSR, maka dapat disimpulkan bahwa program yang dinilai bermanfaat ada empat program yaitu program penampungan air bersih terkait kemudahan mendapatkan air, penghijauan, kesejahteraan sosial dan keagamaan. Program yang dinilai kurang bermanfaat yaitu program pendidikan dan
155
adanya PT. Aqua Golden Mississippi dinilai pula kurang bermanfaat terkait kesempatan kerja yang diterima masyarakat. Program yang dinilai tidak bermanfaat
atau
tidak
berpengaruh
yaitu
program
kesehatan,
penampungan air bersih terkait pemenuhan kebutuhan air bersih, ekonomi terhadap kesempatan, ekonomi terhadap peningkatan pendapatan dan adanya program-program Aqua tidak berpengaruh terhadap keterlibatan masyarakat dalam pembangunan di desa. 7.8. Harapan-harapan Masyarakat terhadap Program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi Setelah mengetahui persepsi masyarakat terhadap manfaat dari programprogram CSR/TJSP yang dilaksanakan, agar terdapat perbaikan ke depannya dari program-program tersebut maka perlu pula mengetahui harapan-harapan masyarakat masyarakat
terhadap tidak
program-program
hanya
adanya
CSR/TJSP.
perbaikan
terhadap
Harapan-harapan program-program
CSR/TJSP tetapi juga harapan untuk ikut terlibat dalam proses program yaitu dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan bahkan jika perlu evaluasi. Berikut
harapan-harapan
responden
terhadap
program-program
CSR/TJSP. Nomor urut pertama merupakan harapan yang paling banyak diinginkan oleh responden, nomor urut terbawah merupakan harapan yang dinginkan oleh responden dengan jumlah paling sedikit. 7.8.1. Harapan terhadap Program Pendidikan Program pendidikan dalam TJSP/CSR perusahaan yang telah dilakukan ada empat macam program yaitu : 1. Program Beasiswa bagi anak yang berprestasi, peringkat 1 – 5 khusus siswa yang duduk di kelas lima. Tujuan : untuk meningkatkan minat belajar anak, agar tetap belajar dan melanjutkan pendidikan. 2. Program Renovasi sekolah yang diberikan dalam bentuk barang senilai Rp. 5.000.000,00. diberikan berdasarkan proposal ajuan dari pihak sekolah. Tujuan : berpartisipasi dalam bangunan fisik sekolah agar kondisi fisik bisa lebih
baik sehingga siswa nyaman balajar.
3. Program Kebun Sekolah (School Garden)
156
Tujuan : praktek
siswa sejak kecil dikenalkan dengan pendidikan pertanian dan langsung sehingga dapat bermanfaat untuk masa depannya kelak,
selain itu untuk membantu operasional sekolah untuk membeli buku-buku perpustakaan. 4. Hutan sekolah merupakan program yang baru diluncurkan, dikelola oleh pihak sekolah dengan melibatkan siswa SD Tujuan : - Mendidik siswa untuk mengetahui cara pemeliharaan dalam pembibitan pohon keras yang berguna untuk penghijauan. - Penghijauan lingkungan, hutan dan sumber mata air. Dari ke empat
program pendidikan tersebut, berikut
harapan-harapan
masyarakat terhadap program pendidikan yaitu : 1. Beasiswa agar diperuntukan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu. 2. Beasiswa agar dikembangkan, tidak hanya untuk yang berprestasi saja tetapi juga untuk anak dari keluarga tidak mampu sekalipun tidak berprestasi, beasiswa jumlah penerimanya agar ditambah dan agar dikembangkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SLTP dan SLTA). 3. Beasiswa agar dikembangkan, tidak hanya untuk yang berprestasi saja tetapi juga untuk anak dari keluarga tidak mampu sekalipun tidak berprestasi 4. Beasiswa agar diperuntukan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu dan agar dikembangkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SLTP dan SLTA). 5. Beasiswa agar dikembangkan, tidak hanya untuk yang berprestasi saja tetapi juga untuk anak dari keluarga tidak mampu sekalipun tidak berprestasi, bantuan renovasi nilainya ditingkatkan dan program School Garden agar ditinjau kembali. 6. Beasiswa jumlah penerimanya agar ditambah dan diberikan dalam bentuk uang yang dipercayakan ke sekolah untuk dibelikan peralatan sekolah anak sesuai kebutuhan penerima beasiswa, agar diadakan program kejar paket A, B dan C dan beasiswa agar dikembangkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SLTP dan SLTA). 7.8.2. Harapan terhadap Program Kesehatan Program Kesehatan dalam CSR PT. Aqua Golden Mississippi ada dua macam program yaitu :
157
1. Program penyemprotan nyamuk deman berdarah (foging), dilaksanakan hanya di dua ke-RT yaitu RT 02/I dan RT 02/II. Tujuan : Memberantas nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah 2. Khitanan masal per RT 2 -3 orang, untuk tiga kampung. Tujuan : Meningkatnya pemahaman thd pentingnya kesehatan dan meringankan beban masyarakat. Dari ke dua program kesehatan tersebut, berikut harapan-harapan masyarakat terhadap program kesehatan yaitu : 1. Diadakan pengobatan gratis secara rutin 2. Diadakan pengobatan gratis secara rutin, khususnya untuk keluarga miskin 3. Dibuat program kesehatan untuk seluruh masyarakat, tidak hanya wilayah tertentu saja. 4. Dibuat program kesehatan dengan tempat yang menetap, misalnya semacam puskesmas pembantu (pustu) 5. Program kesehatan agar lebih jelas dan ditingkatkan kegiatannya 6. Diadakan pengobatan gratis secara rutin dengan tempat yang menetap 7. Memberikan bantuan pengobatan gratis bagi keluarga miskin yang tidak memiliki askeskin. 7.8.3. Harapan terhadap Program Penampungan air bersih Program Penampungan air bersih perusahaan berlokasi di tiga tempat yaitu : di Kampung Kubang, Kampung Pojok dan kampung Babakan Pari. Untuk yang berlokasi di kampung Babakan Pari hingga sekarang tidak berjalan karena air tidak keluar. Tujuan dari program ini yaitu membantu masyarakat untuk mendapatkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Dari program Penampungan air bersih tersebut, berikut harapan-harapan masyarakat terhadap program Penampungan air bersih yaitu : 1. Sarana penampungan air bersih agar ditambah dan debit air ditingkatkan 2. Sarana penampungan air bersih agar ditambah, debit air ditingkatkan dan dialirkan ke rumah-rumah
158
3. Sarana penampungan air bersih agar ditambah dan dikembangkan ke kampung yang lainnya di wilayah desa Babakan Pari 4. Sarana penampungan air bersih agar ditambah dan debit air ditingkatkan, jika memungkinkan tiap RT dibuat satu penampungan . 7.8.4. Harapan terhadap Program Ekonomi Program Ekonomi dalam TJSP/CSR perusahaan ada satu macam program yaitu : Penanaman 3000 pohon sawo, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak dua pohon. Tujuan dari program ini, selain untuk penghijauan lingkungan juga untuk membantu masyarakat kelak dalam hal kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat, Diharapkan pendistribuasian pohon sawo ini kelak dapat menjadi hasil pertanian unggulan Desa Babakan Pari yang dapat dipasarkan hasilnya jika sudah menghasilkan buah yang cukup melimpah. Program ini baru berjalan satu tahun sehingga hasilnya belum nampak. Dari program ekonomi tersebut, berikut
harapan-harapan masyarakat
terhadap program ekonomi yaitu : 1. Diberikan bantuan modal usaha bagi masyarakat beserta pelatihan ketrampilan sesuai dengan jenis usaha. 2. Dibuat program yang dapat memberikan kesempatan masyarakat untuk berusaha mandiri. 3. Diberikan bantuan modal usaha bagi pedagang kecil beserta bimbingan usaha. 4. Diberikan bantuan modal usaha bagi pedagang kecil 5. Diberikan pinjaman tanpa bunga beserta bimbingan usaha 6. Dibuat program ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 7. Dibuat program yang manfaatnya berkesinambungan 8. Diperbaiki saluran air untuk pertanian (bendungan irigasi), agar sawah dapat teraliri air dengan baik sehingga pertanian dapat berjalan dengan baik.
159
7.8.5. Harapan terhadap Program Penghijauan Program Penghijauan dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam program, yaitu : 1. Pendistribusian 3000 bibit pohon sawo kepada masyarakat, yang diberikan kepada masing-masing rumah sebanyak 2 pohon. Tujuan : untuk penghijauan juga ke depannya diharapkan dapat menjadi hasil pertanian unggulan desa, dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat. 2. Penanaman 200 pohon buah-buahan (manggis, mangga, rambutan dan sawo) dilakukan bersama-sama ibu-ibu PKK. Tujuan : penghijauan disekitar sumber mata air dan pelestarian air 3. Penghijauan disekitar bukit Gunung Salak bersama murid SD dan masyarakat, mananam 583 pohon mahoni, , 60 pohon pala. Tujuan : penghijauan dan kelestarian hutan. Dari program penghijauan tersebut, berikut harapan-harapan masyarakat terhadap program penghijauan yaitu : 1. Penghijauan ditingkatkan. 2. Penghijauan
ditingkatkan
di
lokasi
sumber
mata
air
dan
dikembangkan keluar lokasi sumber mata air. 3. Penghijauan dikembangkan ke luar sumber mata air 4. Penghijauan ditingkatkan di seluruh desa 5. Penghijauan sudah cukup 7.8.6. Harapan terhadap Program Kesejahteraan Sosial Program Kesejahteraan Sosial dalam TJSP/CSR perusahaan ada tiga macam kegiatan, yaitu : 1. Pendistribusian sembako kepada keluarga miskin. Tujuan : Meringankan beban keluarga miskin 2. Pendistribusian hewan qurban setiap Hari Raya Qurban, setiap RT mendapat satu ekor kambing. Tujuan : Untuk berbagi dan meringankan beban kelurga miskin 3. Bantuan bahan bangunan bagi pembangunan raumah jompo, diberikan berdasarkan pengajuan proposal dari panitia pembangunan rumah jompo.
160
Tujuan : turut berpartisipasi dalam meringankan beban anggota masyarakat yang sudah jompo agar dapat menempati tempat tinggal yang layak huni. Dari program kesejahteraan sosial tersebut, berikut harapan-harapan masyarakat terhadap program yaitu : 1. Program
kesejahteraan
sosial
agar
lebih
ditingkatkan
nilai
bantuannya 2. Program kesejahteraan sosial lebih ditingkatkan nilai bantuannya dan ditambah jumlah sasarannya 3. Program kesejahteraan sosial agar lebih merata 7.8.7. Harapan terhadap Program Keagamaan Program Keagamaan dalam TJSP/CSR perusahaan ada dua macam kegiatan, yaitu : 1. Renovasi mesjid atau Majlis Ta’lim, bantuan diberikan dalam bentuk barang sebagai stimulan dan diberikan berdasarkan pengajuan proposal panitia pembangunan. 2. Bantuan
finansial
untuk
Hari
Besar
Keagamaan,
diberikan
berdasarkan pengajuan proposal dari panitia kegiatan. Dari program keagamaan tersebut, berikut harapan-harapan masyarakat terhadap program
yaitu : Jika ada pengajuan proposal agar jangan
berbeli-belit, prosesnya dipermudah. 7.8.8. Harapan masyarakat kaitannya dengan kesempatan kerja Adanya PT. Aqua Golden Mississippi membuka peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Kurang lebih 150 orang masyarakat Desa Babakan Pari yang bekerja di perusahaan tersebut. Sekarang ini penerimaan tenaga kerja diperketat sehubungan dengan keterbatasan perusahaan dalam menampung tenaga kerja.
Oleh
karenanya, dengan semakin sulitnya untuk menjadi tenaga kerja di perusahaan, masyarakat berharap agar penerimaan tenaga kerja diprioritaskan bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Babakan Pari.
161
7.8.9. Harapan masyarakat kaitannya dengan peningkatan keterlibatan dalam pembangunan. Adanya program-program CSR dari PT. Aqua Golden Mississippi, ternyata tidak menjadikan masyarakat meningkat keterlibatannya dalam pembangunan. Untuk itu masyarakat berharap agar senantiasa dilibatkan dalam
setiap
proses
dalam
program-program
CSR,
dari
mulai
perencanaan sampai pelaksanaan program. Adanya keterlibatan dalam proses program diharapkan setiap program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Hal tersebut diharapkan berdampak dapat meningkatkan
keterlibatan
masyarakat
dalam
setiap
kegiatan
pembangunan di desa, karena adanya rasa memiliki terhadap program.
BAB VIII RANCANGAN PERBAIKAN PROGRAM Kegagalan pembangunan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupannya, disebabkan karena pendekatan yang tidak melibatkan masyarakat, baik dalam proses perencanaan (pengambilan keputusan), pelaksanaan (atas dasar kesadaran penuh evaluasi maupun menikmati hasil atas program yang direncanakan oleh pihak lain sebagai cerminan perencanaan pembangunan yang sentralistis dan top down (Sumardjo dan Saharudin, 2004). Atas dasar itulah maka partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan menjadi sangat penting, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta yang dalam hal ini perusahaan, sehingga masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Pembangunan merupakan kapasitas berkelanjutan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi semua. Hal ini berarti setiap individu diberi kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga setiap orang dalam masyarakat memiliki hak terhadap kesempatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Oleh karenanya, seluruh elemen dalam masyarakat dipandang sebagai bagian yang penting
untuk
diberdayakan agar dapat menuju suatu tingkat perkembangan yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri. Pengembangan Masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memberdayakan masyarakat agar dapat mandiri. Hal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat disekitar perusahaan. Setiap program harus bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, dengan cara melibatkan masyarakat dalam prosesnya, mulai dari perencanaan program sampai pelaksanaannya bahkan evaluasi. Program yang dilaksanakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki masyarakat serta berkelanjutan manfaatnya sehingga benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan semata-mata untuk sekedar mengamankan keberadaan perusahaan. Oleh karenanya perlu strategi atau cara tertentu dalam pelaksanaannya. Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemandirian masyarakat. Usaha memberdayakan masyarakat dilaksanakan dalam rangka pengembangan
163
masyarakat ke arah yang lebih baik. Usaha memberdayakan tersebut, dalam pembangunan daerah dapat dilakukan melalui tiga cara (Kartasasmita, 1985) yaitu : (1) menciptakan suatu iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki
potensi-
potensi yang dapat dikembangkan; (2) memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat masyarakat (Empowering) ; dan (3) memberdayakan mengandung arti melindungi. Untuk itu usaha memberdayakan masyarakat yang dilakukan perusahaan harus mengikutsertakan semua potensi yang ada pada masyarakat agar mereka dapat mengatasi masalah dan mencapai kesejahteraannya, selain itu agar masyarakat merasa memiliki terhadap program yang dilaksanakannya sehingga berusaha untuk sungguh-sungguh dan bertanggung jawab terhadap program tersebut. Pengembangan masyarakat menurut Ife (2001) dapat didefinisikan sebagai berikut : ”Tindakan sosial dimana komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya”. Mengacu pada hal tersebut, maka pengembangan masyarakat adalah pembangunan alternatif komprehensif dan berbasis komunitas. Oleh sebab itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan komunitas, karena pendekatan ini mempunyai ciri : (1) partisipasi yang berbasis luas, (2) komunitas merupakan konsep yang penting (3) kepeduliannya bersifat holistik. Dengan pendekatan komunitas maka dapat memecahkan masalah yang menjadi kepentingan masyarakat. Keunggulan menggunakan pendekatan komunitas adalah adanya partisipasi yang tinggi dari warga dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan, adanya penelaahan masalah-masalah secara keseluruhan dan menghasilkan perubahanperubahan yang didasari oleh pengertian, dukungan moral pelaksanaan oleh seluruh warga. (Gunardi, Sarwititi, 2003) Oleh karena itulah berdasarkan hasil pemetaan sosial dan evaluasi program pengembangan masyarakat di Desa Babakan Pari, penulis telah mencoba mengajak masyarakat untuk mencari sebab akibat mengapa program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan perlu ditingkatkan kualitas programnya khususnya kaitannya dengan keterlibatan masyarakat dalam proses program dan
164
memikirkan bagaimana alternatif pemecahannya serta membuat rancangan program atas kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Dalam kegiatan ini sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat yang diarahkan langsung pada pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalahnya yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pembangunan fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dengan mengutamakan partisipasi dari bawah bersama-sama dengan masyarakat mengembangkan kesadaran atas potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, khususnya melalui program-program perusahaan secara partisipatif, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Coorporate Social Responsibility) dari PT. Aqua Golden Mississippi. Selain itu, peran serta masyarakat dalam pembangunan suatu komunitas merupakan hal yang penting dan harus segera diwujudkan. Dalam menyusun program pengembangan masyarakat melalui programprogram Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi dilakukan tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut :
8.1. Analisis Masalah dan Kebutuhan Masalah adalah suatu kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang terjadi sesungguhnya. Kondisi yang ideal dapat berupa kondisi yang diharapkan atau diidamkan atau dicita-citakan, tetapi bisa juga sesuatu yang sebenarnya bisa dicapai, tetapi karena sesuatu hal ternyata belum diwujudkan. (Sumardjo dan Saharudin, 2003) Dalam memberdayakan masyarakat melalui program-program CSR/TJSP untuk
meningkatkan
kemandirian
masyarakat
,
perlu
dilakukan
identifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan perlunya peningkatan kemampuan, memiliki akses terhadap sumberdaya yang berkelanjutan dan aktif berpartisipasi untuk meningkatkan kehidupan menjadi lebih baik. Dalam pengidentifikasian masalah ini, dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan dengan anggota masyarakat untuk melakukan diskusi dalam kelompokkelompok. Diskusi yang dilakukan dengan anggota masyarakat menggunakan Metode Partisipatory Assesment (MPA), yaitu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh peserta diskusi, secara bersama-sama untuk menemukenali masalah
165
yang dihadapi masyarakat pada selembar kertas yang telah dibagikan. Selain itu, saran dan masukan dari peserta diskusi dibahas untuk pengelompokan masalah, mencari sebab timbulnya masalah, akibatnya dan bagaimana pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat, dapat teridentifikasi permasalahan-permasalahan yang dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi masyarakat a. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat b. Masih banyak pengangguran c. Tidak memiliki keahlian/ketrampilan d. Keterbatasan modal usaha e. Terbatasnya air bersih f.
Masyarakat miskin sering mengalami kendala dalam biaya pengobatan
g. Terbatasnya kepemilikan lahan karena sebagian besar lahan telah dibeli oleh perusahaan e. Pemimpin yang dipilih oleh masyarakat ternyata tidak dapat dipercaya sehingga program tidak berjalan dengan baik
2. Permasalahan
yang
dirasakan
masyarakat
berkaitan
dengan
program
CSR/TJSP PT. Aqua Golden Mississippi a. Penerimaan tenaga kerja tidak merata dan sulit b. Pengolahan limbah perusahaan belum merata c. Penampungan air bersih masih kurang d. Beasiswa dari perusahaan tidak tepat sasaran seharusnya untuk anak dari keluarga miskin e. Penghijauan masih sangat kurang f.
Bantuan sosial belum merata (sembako dan bantuan kambing qurban)
g. Banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan oleh perusahaan. h. Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses program, dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan program Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat bersifat kompleks, meliputi permasalahan yang langsung
166
berkaitan dengan kondisi masyarakat dan permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan khususnya PT. Aqua Golden Mississippi, meliputi aspek ekonomi, sosial dan psikologis yang saling berkaitan. Bertitik tolak dari permasalahan yang diidentifikasi tersebut, dengan melalui diskusi kelompok dirumuskan kembali permasalahan yang paling dirasakan peserta diskusi atau sebagai permasalahan yang memiliki skala prioritas utama untuk dipecahkan, sehingga dapat teridentifikasi masalah-masalah yang dinilai dapat mewakili masalah yang lainnya karena satu dan lainnya saling berkaitan. Adapun masalah-masalah yang digolongkan skala prioritas untuk dipecahkan yaitu 1. Pengangguran 2. Tidak memiliki keahlian atau ketrampilan 3. Terbatasnya modal usaha 4. Pengolahan limbah yang belum merata 5. Terbatasnya air bersih Pada dasarnya ketiga permasalahan yang digolongkan skala prioritas ini (penggangguran, terbatasnya modal usaha dan pengolahan limbah) mewakili dan saling terkait dengan permasalahan yang lain. Pengangguran terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya kemampuan atau tidak memiliki ketrampilan dan terbatasnya modal usaha. Sementara perusahaan memiliki syarat tertentu dalam penerimaan tenaga kerja, antara lain minimal pendidikan SLTA, selain itu, setiap perusahaan memiliki keterbatasan daya tampung tenaga kerja sehingga tidak mungkin jika setiap pelamar dari Desa Babakan Pari harus selalu diterima, terlebih dengan tingkat pendidikan yang rendah. Oleh karenanya perlu dicarikan jalan keluarnya agar masyarakat memiliki pekerjaan atau penghasilan sekalipun tidak bekerja di perusahaan. Selama ini pengolahan limbah dari PT. Aqua Golden Mississippi belum merata, masyarakat menghendaki adanya pemeratan dengan cara bergilir karena padasarnya semua masyarakat memiliki peluang yang sama untuk dapat mengelola limbah tersebut. Dengan diberinya kesempatan untuk mengelola limbah berarti dapat mengurangi angka pengangguran bahkan dapat terserapnya tenaga kerja untuk bekerja membantu mengolah limbah. Seseorang untuk dapat mengolah limbah diperlukan kemampuan atau ketrampilan cara pengolahannya dan modal usaha untuk membeli limbah tersebut.
167
Masyarakat berharap limbah dikelola secara bergilir dan diadakan pelatihan mengenai cara-cara pengolahan limbah yang baik dan benar karena masyarakat belum paham betul hal-hal yang terkait dengan pengolahan limbah, selain itu adanya bantuan pinjaman modal usaha dari perusahaan. Dengan adanya PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari, tidak berarti setiap orang yang menganggur harus bekerja di perusahaan karena terbatasnya daya tampung perusahaan untuk menerima tenaga kerja. Alternatif lain agar masyarakat tetap memiliki penghasilan atau pendapatan, sekalipun tidak bekerja di perusahaan yaitu dengan diberi kesempatannya masyarakat untuk mengolah limbah yang berasal dari perusahaan dan pinjaman modal usaha. Selain itu, banyak Usaha Kecil dan Menengah yang mengalami permasalahan dalam permodalan sehingga perlu dibantu untuk diberikan pinjaman modal usaha agar usahanya dapat berkembang, terlebih dengan terjadinya krisis moneter, masalah permodalan menjadi kendala utama untuk dapat tetap bertahan (survive) dalam berusaha. Kaitannya dengan terbatasnya air bersih, disebabkan oleh begitu banyaknya perusahaan (empat perusahan bergerak dibidang kemasan air minum) yang memanfaatkan sumber mata air di Desa Babakan Pari. Pada dasar perusahaan sudah berusaha membantu masyarakat untuk mengatasi masalah keterbatasan air bersih yaitu dengan cara membuatkan fasilitas bak penampungan atau torn air bersih, tetapi jumlahnya masih sangat terbatas yaitu baru dua penampungan sementara yang membutuhkan air bersih sangat banyak. Karena air dinilai merupakan kebutuhan yang sangat penting sehingga keterbatasan air bersih digolongkan kedalam masalah yang dijadikan skala prioritas untuk segera dipecahkan.
8.2. Menyusun Program dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pada tahap ini dengan mengacu pada alternatif kegiatan yang telah disusun terdahulu dan mempertimbangkan potensi yang ada, masyarakat secara bersama-sama menentukan kagiatan yang diinginkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Potensi yang teridentifikasi adalah : 1. Secara human capital, dapat dilihat dari adanya kemauan masyarakat untuk mengembangkan dirinya dengan cara memiliki usaha sendiri.
168
2. Berdasarkan social capital, terlihat dari faktor sosial budaya, yaitu adanya sifat saling menolong, gotong royong, solidaritas sosial yang cukup tinggi 3. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat sebagai pengelola limbah yang sudah berpengalaman dan memiliki tenaga kerja yang cukup banyak. 4. Banyaknya sumber mata air 5. Banyak lahan kosong PT. Aqua Golden Mississippi yang belum dimanfaatkan 6. Beberapa perusahaan yang beroperasi di Desa Babakan Pari (ada empat perusahaan, sekarang ini berdiri sebuah perusahaan baru) 7. Dukungan dari aparat desa dan kecamatan, berupa penyediaan fasilitas pertemuan dan dukungan moril. Dari potensi-potensi di atas, banyak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat guna tercapainya kesejahteraan. Salah satu masukan dan pendapat serta harapan masyarakat ketika dilaksanakannya diskusi yaitu diberikannya kesempatan untuk memanfaatkan lahan kosong milik perusahaan untuk pertanian, tentunya dengan terlebih dahulu dibuat suatu perjanjian agar dikemudian hari tidak terjadi masalah. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut teridentifikasi, maka peserta secara bersama-sama menentukan jenis program dan tujuan program, serta merancang waktu pelaksanaan program yang sekaligus dengan sumber biaya kegiatan tersebut. Rancangan program tersebut. Adapun
rencana program yang merupakan hasil
diskusi masyarakat dalam pertemuan ditampilkan dalam lampiran tabel 9.
8.2.1. Program Program pemberdayaan masyarakat yang akan disusun menempatkan partisipasi sebagai proses utama kegiatan dengan peningkatan pendapatan dan kemudahan untuk mendapatkan air bersih sebagai tujuan program, Adapun program tersebut dinamakan ”Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Program—program CSR/TJSP PT. Aqua Golden Mississippi”
8.2.2. Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat yang dirancang melalui program-program CSR/TJSP PT. Aqua Golden Mississippi berupaya untuk memberikan keahlian
169
tertentu, memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat dalam rangka peningkatan pendapatan dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Ketiga hal tersebut merupakan target dari program yang dinilai sebagai prioritas masalah. Apabila upaya ini berhasil, tentunya akan mempengaruhi tingkat kemampuan masyarakat, kondisi perekonomian masyarakat dan dapat teratasinya masalah keterbatasan air bersih. Rancangan program yang dibuat dengan melaksanakan berbagai kegiatan melalui program-program
CSR/TJSP perusahaan dengan
memanfaatkan potensi –potensi yang dimiliki oleh Desa Babakan Pari, baik physical capital (sumberdaya alam), human capital (sumberdaya manusia) dan social capital (sumberdaya sosial). Strategi yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat terkait dengan program-program CSR perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat, yaitu dengan cara : Secara Langsung, berupa 1. Pembentukan forum rembug masyarakat. Kegiatannya berupa membentuk kepengurusan forum rembug masyarakat yang beranggotakan masyarkat umum dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Tujuan dari program ini yaitu untuk memfasilitasi antara masyarakat dengan perusahaan. Khususnya untuk menampung aspirasi masyarakat terkait dengan program-program CSR/TJSP dan menjalin komunikasi dengan perusahaan. 2. Program Peningkatan Kemampuan (keahlian) Berupa pelatihan pengelolaan usaha, pertanian dan pengolahan limbah. Tujuan : meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengelola usaha limbah dan dalam memanfaatkan lahan kosong milik perusahaan melalui pendekatan partisipatif. Adapun bentuk kegiatannya adalah pelatihan. 3. Peningkatan Ekonomi Masyarakat Berupa bimbingan usaha dan pinjaman modal usaha. Tujuan : memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
pendapatan.
Dalam
diskusi,
peserta
sebagian
besar
menginginkan diberikannya kesempatan untuk turut mengelola limbah pabrik
170
secara bergiliran sehingga dapat merata, tetapi masyarakat mengalami keterbatasan dalam permodalan sehingga diharapkan melalui program ini perusahaan berkenan untuk memberikan pinjaman modal sekaligus bimbingan usaha. Selain itu, agar perusahaan, khususnya PT. Aqua Golden Mississippi mengijinkan masyarakat untuk menggarap lahan kosong milik perusahaan yang belum digunakan, karena lahan milik masyarakat sebagian besar telah dibeli oleh perusahaan. Berdasarkan hasil diskusi, agar lebih efektif dan dapat berkembang dana pinjaman yang diberikan kepada masyarakat, merencanakan untuk membentuk lembaga keuangan mikro yang langsung berada dalam bimbingan perusahaan. 3. Pembangunan Fasilitas Air Bersih Kegiatannya berupa pembangunan torn/bak penampungan air bersih di beberapa
lokasi
yaitu
di
kampung
Kubang
Jaya
ditambah
satu
torn/penampungan, di kampung Darmaga du torn/penampungan (yang sudah direncanakan oleh perusahaan satu torn), di kampung Babakan Pari satu torn tetapi torn yang telah dibangun agar dilanjutkan sampai air keluar, di kampung Pasir dalam satu torn (satu torn berasal dari perusahaan lain) dan di kampung Pojok satu torn/penampungan.
jika memungkinkan satu buah torn per-RT.
Pembangunan torn/Penampungan ini dapat dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas. Berdasarkan skala prioritas, maka lokasi pertama pembangunan torn adalah di kampung Babakan Pari yaitu melanjutkan pembangunan torn yang sudah ada sampai keluarnya air atau lokasi pengeboran air dipindahkan ke lokasi yang dinilai sebagai sumber mata air. Tujuan program ini adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih.
Secara Tidak Langsung Mendorong pemerintah desa dan kecamatan untuk bersungguh-sungguh dan meningkatkan komitmen dalam memberdayakan masyarakat dengan cara turut membimbing dan memotivasi masyarakat dalam berusaha, baik di sektor pengolahan limbah maupun pertanian. Selain itu, mendorong agar Pemerintah daerah
dapat
perusahaan
menyusun
kepada
suatu
masyarakat
memberdayakan masyarakat
kebijakan
tentang
melalui
program
peningkatan CSR-nya
kepedulian agar
dapat
171
Untuk tercapainya program pemberdayaan, rencana program yang telah disusun oleh masyarakat perlu adanya dukungan kebijakan dari pemda agar memiliki posisi tawar yang tinggi. Diharapkan rencana program tersebut dengan adanya dukungan dari Pemda dapat dijadikan program CSR/TJSP sehingga dapat tercapai keberdayaan masyarakat. Selain itu, bersama perusahaan-perusahaan yang ada, membentuk konsorsium perusahaan untuk menyamakan persepsi tentang program-program CSR. Strategi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mencapai keberdayaan ditampilkan dalam gambar 1. Berdasarkan hal tersebut, rincian rencana program sebagai prioritas masalah beserta kegiatannya dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui programprogram CSR/TJSP perusahaan ditampilkan dalam lampiran tabel 10
8.2.3. Situasi Pendukung Pelaksanaan Program Dalam penyusunan program kerja untuk memberdayakan masyarakat, perlu memperhatikan situasi-situasi
tertentu yang dapat dijadikan pendorong atau
pendukung, sehingga rancangan program y ang telah disusun dapat direalisasikan dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, dapat diketahui situasi pendukung yang dapat menunjang pelaksanaan program yaitu sebagai berikut : 1. Terbangunnya kesadaran
masyarakat untuk membentuk forum rembug
masyarakat sebagai wadah untuk memfasilitasi komunikasi dan hubungan antara masyarakat dengan perusahaan serta untuk menampung aspirasi masyarakat kaitannya dengan program-program CSR/TJSP perusahaan. 2. Terbangunya kesadaran bahwa selama ini program-program CSR/TJSP tidak melibatkan masyarakat dalam prosesnya artinya masyarakat tidak diberdayakan secara sungguh-sungguh dan program-programnya tidak merubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik untuk mencapai kesejahteraan 3. Dukungan dari aparat desa dan kecamatan, berupa penyediaan fasilitas pertemuan dan dukungan moril.
BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan Berbagai macam program telah dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun program-program tersebut yaitu : 1. Program pendidikan : beasiswa, kebun sekolah, renovasi sekolah dan hutan sekolah. 2. Kesehatan : Sunatan masal dan fogging (hanya dilaksanakan di dua RT pada tahun 2006). 3. Pembangunan Penampungan Air Bersih : ada di tiga tempat yaitu di Kampung Pojok, Kampung Kubang Jaya dan Kampung Babakanpari (air tidak keluar sehingga tidak berfungsi sampai sekarang). 4. Program Ekonomi : Pemberian pohon sawo untuk tiap keluarga dua pohon. Sampai kajian ini selesai dilakukan, pohon sawo sebagian besar belum berbuah. 5. Program Penghijauan : Pendistribusian 3000 bibit pohon sawo kepada masyarakat, penanaman 200 pohon buah-buahan dan penghijauan disekitar bukit Gunung Salak. 6. Program Kesejahteraan Sosial : pendistribusian sembako kepada keluarga miskin, pendistribusian hewan qurban setiap Hari Raya Qurban dan bantuan bahan bangunan bagi pembangunan raumah jompo (berdasarkan ajuan proposal panitia). 7. Program Keagamaan : renovasi mesjid atau Majlis Ta’lim dan bantuan finansial untuk Hari Besar Keagamaan. Keduanya diberikan berdasarkan ajuan proposal. Berdasarkan hasil analisa data dan wawancara dengan masyarakat, bahwa program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi mendapat penilaian dari masyarakat sebagai berikut : 1. Bermanfaat ada empat program yaitu Penampungan air bersih terkait kemudahan keagamaan.
mendapatkan
air,
penghijauan,
kesejahteraan
sosial
dan
173
2.
Adanya PT. Aqua Golden Mississippi, dinilai kurang bermanfaat kaitannya dengan kesempatan kerja yang diterima masyarakat.
3. Tidak bermanfaat atau tidak berpengaruh ada enam program yaitu pendidikan, kesehatan, penampungan air terkait pemenuhan kebutuhan air, ekonomi terhadap kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan, serta adanya program-program CSR
tidak meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan. Adapun strategi yang digunakan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat sebagai rancangan dalam perbaikan program-program CSR yaitu : Secara Langsung, berupa 1. Pembentukan forum rembug masyarakat. Kegiatannya berupa membentuk kepengurusan forum rembug masyarakat yang beranggotakan masyarkat umum dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Tujuan dari program ini yaitu untuk memfasilitasi antara masyarakat dengan perusahaan. Khususnya untuk menampung aspirasi masyarakat terkait dengan program-program CSR/TJSP dan menjalin komunikasi dengan perusahaan. 2. Program Peningkatan Kemampuan (keahlian) Kegiatannya berupa pelatihan pengelolaan usaha, pertanian dan pengolahan limbah. Tujuan : meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengelola usaha limbah dan dalam memanfaatkan lahan kosong milik perusahaan melalui pendekatan partisipatif. Adapun bentuk kegiatannya adalah pelatihan. 3. Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kegiatannya berupa bimbingan usaha dan pinjaman modal usaha. Tujuan : memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan. 3. Pembangunan Fasilitas Air Bersih Kegiatannya berupa pembangunan torn/bak penampungan air bersih di beberapa lokasi Tujuan program ini adalah terpenuhinya kebutuhan air bersih.
174
Secara Tidak Langsung 1. Mendorong pemerintah desa dan kecamatan untuk bersungguh-sungguh dan meningkatkan komitmen dalam memberdayakan masyarakat dengan cara turut membimbing dan memotivasi masyarakat dalam berusaha, baik di sektor pengolahan limbah maupun pertanian. 2. Pembuatan suatu kebijakan atau Perda oleh Pemda, agar memiliki posisi tawar yang tinggi yaitu untuk mewajibkan setiap perusahaan melaksanakan program-program CSR-nya dengan sungguh-sungguh. Selain itu, bersama perusahaan-perusahaan yang ada, membentuk konsorsium perusahaan untuk menyamakan persepsi tentang program-program CSR.
Rekomendasi Kebijakan Untuk mendukung terlaksananya program yang telah direncanakan oleh masyarakat, perlu adanya rekomendasi kebijakan terhadap : a. Pemda Sukabumi, agar dapat menyusun kebijakan tentang peningkatan kepedulian sosial perusahaan terhadap masyarakat disekitar perusahaan melalui CSR-nya. Bersama perusahaan-perusahaan yang ada, agar memfasiltasi pembentukan konsorsium perusahaan-perusahaan. Tujuan dari Pembentukan Konsorsium Perusahaan yaitu untuk menyamakan persepsi dan keberagaman program CSR setiap perusahaan, selain itu Pemda dapat mengetahui bagaimana komitmen setiap perusahaan terhadap masyarakat di lingkungannya. b. Perusahan, agar lebih memiliki kepedulian dalam program yang benar-benar dapat memberdayakan masyarakat sehingga dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan berkelanjutan manfaatnya. Bersama perusahaanperusahaan lain, yang difasilitasi Pemda, membentuk Konsorsium Perusahaan agar dapat menyamakan persepsi dan berbagai jenis program CSR, tentunya program disesuaikan dengan kondisi perusahaan. c. Pemerintah Kecamatan dan desa, agar ikut serta mendorong perusahaan agar memiliki kepedulian terhadap masyarakat disekitar perusahaan dan membimbing serta memotivasi masyarakat dalam berusaha dan ikut terlibat aktif dalam program-program pengembangan masyarakat, baik yang dilaksanakan oleh perusahaan maupun oleh pemerintah.
175
DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Raja Grafindo Persada, Jakarta Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.Lembaga Penerbitan Fakultas FE UI, Jakarta. Ancok, Djamaludin. 2005. Investasi Sosial. LaTofi Enterprise, Jakarta Bidang Bantuan Sosial, 2006, Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Cendekia, Ilham. 2002. Metode Fasilitasi Pembuatan Keputusan Partisipatif, PATTIRO, Jakarta Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin. 2005. Panduan Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Departemen Sosial RI, Jakarta ___________, 1996, Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Melalui KUBE, Departemen Sosial, Jakarta. Departemen Sosial RI. 1996. Pola Dasar Pembangunan Kesejahteraan Sosial Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial. 2004. Pemetaan Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha, Departemen Sosial RI. Ife, Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternative, Vision Analisys and Practice. Longman. Australia Indrawijaya, Adam I. 1990. Perilaku Organisasi. Sinar Baru. Bandung. Iskandar, Jusman dan Carolina Nitimiharjo. 1990. Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial. Kopma STKS dan An-Naba DKM Al-Ihsan STKS. Bandung. Johanes, Ferry. 2004. Media Informasi Kerjasama Lintas Sektor dan Dunia Usaha : Pembentukan Jaringan Kemitraan sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial Kalangan Lintas Sektor dan Dunia Usaha. Dirjen Pemberdayaan Sosial. Departemen Sosial RI Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan Untuk Perumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta
Rakyat,
Kartono, Kartini. 1984. Psikologi Umum. Mandar Maju. Bandung Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Universitas. Jakarta.
Memadukan
176
Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung Nazir, Moh. 1993. Metode Penelitian Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta Nuryana, M.2005. “Social Accounting / auditing bagi Kinerja Sosial Perusahaan,” Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. Volume 10. Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial. BPPS RI. Petunjuk Teknis Program Raksa Desa, Tahun Anggaran 2005, Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Priyono S. Onny dan Pranarka A.M.W. 1996, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta. Purnama, A. Sasa. 2006. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Puslitbangsos. Departemen Sosial RI. Jakarta Rahmat, Jalaludin. 1996. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Rudito, Bambang, Prasetijo, Adi dan Kusairi, 2003. Akses Peran Serta Masyarakat (Lebih Jauh Memahami Community Development), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rusli, Said. Sri, Ekawati W. Sunito, Melani A. 2006. Kependudukan Modul Kuliah Pascasarjana Magister Pengembangan Masyarakat, IPB. Sadily, Hasan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta Sitorus, Felix. Agusta, Ivanovich. 2006. Metodologi Kajian Komunitas, Modul Kuliah Pascasarjana Magister Pengembangan Masyarakat, IPB. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri (Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR). Refika Aditama. Bandung Sukoco, Dwi Heru. 1992. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongan. Kopma STKS. Bandung Sulistiati. 2006. Isus-isu Tematik Pembangunan Sosial : Pemberdayaan Sosial Keluarga. Puslitbangsos. Departemen Sosial RI. Jakarta Suparlan, YB. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Kanisius. Yogyakarta Toha, Miftah. 1996. Perilaku Organisasi. Rajawali. Jakarta
177
Undang-undang RI. Tentang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 Widhiaharti, Betty. 2004. Medi Informasi Kerjasama Lintas Sektor dan Dunia Usaha : Kerjasama Lintas Sektoral dan Dunia Usaha dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Peran Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Puslitbangsos. Departemen Sosial RI. Jakarta Wirawan, Sarlito. 1983. Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali. Jakarta Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus : Desain dan Model. Raja Grafindo. Jakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. DATA INFORMAN PENYUSUNAN KAJIAN MASYARAKAT
DESA BABAKAN PARI KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN SUKABUMI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama LAJ ESK SJZ TMY H. KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HDN ENC MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AHYR UDSW END HMD SLM ADL ACN HSN ADP
Usia
Pendidikan
38 34 52 37 47 46 42 43 57 39 46 50 46 52 52 58 38 62 36 42 65 73 50 55 60 72 62 53 40 50
D2 S1 D2 D2 SLTA D2 D2 SD S1 SMP SD SD SLTA SLTP D2 SLTA SLTA SD SLTP SLTA SD SD SD SD SLTA SLTA SLTA SLTP SD SLTP
Pekerjaan Guru swasta Guru swasta Guru SD Negri Guru SD Negri Staf Desa Guru SD Negri Guru SD Negri Karyawan Guru SD Negri Karyawan Karyawan Karyawan Wiraswasta Wiraswasta Guru swasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Karyawan Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Tani Tani Tani Wiraswasta Staf Desa Karyawan Wiraswasta
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN I.
Karakteristik Responden 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Agama
:
4. Alamat
: RT
5. Status Perkawinan
:
6. Tingkat Pendidikan
:(
7. Pekerjaan II.
RW
Kp.
) SD (Tamat/Tidak Tamat)
(
) SMP (Tamat/Tidak Tamat)
(
) SMA ( Tamat/Tidak Tamat)
(
) PT (D1, D2, D3, S1)
:
Karakteristik Lingkungan A. Ketersediaan Informasi tentang program dari PT. Aqua Golden Mississippi 1. Apakah informasi tentang program-program dari PT. Aqua selalu diterima oleh bapak/ibu? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
2. Dari siapakah informasi ini diterima ? a. Pihak Aqua
b. Desa /Tokoh masyarakat c. RT/Masyarakat
3. Apakah penyampaian informasi mudah dipahami ? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak mudah dipahami
B. Keterlibatan Dalam Program 1. Apakah bapak/ibu dilibatkan dalam perencanaan program ? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah terlibat
2. Apakah bapak/ibu mengetahui berbagai jenis program (kegiatan) dari PT. Aqua ? a. Mengetahui seluruhnya (17 kegiatan) b. Mengetahui sebagian (7- 14 kegiatan) c. Tidak mengetahui ( kurang dari 7) 2. Apakah bapak/ibu mengetahui sasaran dari setiap program ? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
3. Apakah bapak ibu mengetahui besar biaya dari setiap program ? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
4. Apakah bapak/ibu mengetahui waktu pelaksanaan dari setiap program ? a. Selalu
III.
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
Pengetahuan terhadap berbagai program 1. Apakah bapak/ibu mengetahui program pendidikan dari PT. Aqua ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
2. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program pendidikan tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
3. Apakah bapak/ibu mengetahui program kesehatan dari PT. Aqua ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
4. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program kesehatan tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
5. Apakah bapak/ibu mengetahui program bantuan penampungan air bersih dari PT. Aqua ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
6. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program bantuan penampungan air bersih tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
7. Apakah bapak/ibu mengetahui program peningkatan ekonomi dari PT. Aqua ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
8. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
9. Apakah bapak/ibu mengetahui program penghijauan ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
10. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
11. Apakah bapak/ibu mengetahui program kesejahteraan sosial yang diberikan PT. Aqua ? a. Mengetahui
b.Kadang-kadang mengetahui c. Tidak mengetahui
12. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program tersebut ? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
13. Apakah bapak/ibu mengetahui bantuan-bantuan program keagamaan? a. Mengetahui
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
14. Apakah bapak/ibu mengetahui tujuan dari program tersebut ? a. Mengetahui
IV.
b. Kadang-kadang
c. Tidak mengetahui
Persepsi terhadap manfaat program
1. Bagaimana manfaat program pendidikan terhadap kesempatan untuk terus bersekolah ? a. bermanfaat
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
2. Apa alasannya ? ....................................................................................................................... 3. Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? ..................................................................................................................... 4. Bagaimana manfaat program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan ? a. sangat bermanfaat
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
5. Apa alasannya ? ....................................................................................................................... 6. Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? ..................................................................................................................... 7. Bagaimana manfaat bantuan penampungan air bersih terhadap kemudahan mendapatkan air bersih ? a. bermanfaat
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
8. Apa alasannya ? ........................................................................................................................ 9. Bagaimana manfaat bantuan penampungan air bersih terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih ? a. Mencukupi 10.
b. Kurang mencukupi
c. Tidak mencukupi
Apa alasannya ? .......................................................................................................................
11.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .....................................................................................................................
12.
Bagaimana manfaat program ekonomi terhadap kesempatan berusaha ? a. baik
13.
b. Kurang baik
c. Tidak ada
Apa alasannya ? .....................................................................................................................
14.
Bagaimana manfaat program ekonomi terhadap perubahan pendapatan keluarga ? a. baik
15.
b. kurang baik
c. Tidak berpengaruh
Apa alasannya ? ........................................................................................................................
16.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
17.
Bagaimana manfaat program penghijauan bagi kelestarian air dan lingkungan ? a. bermanfaat
18.
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
Apa alasannya ? ........................................................................................................................
19.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
20.
Bagaimana manfaat bantuan kesejahteraan sosial bagi pemenuhan kebutuhan keluarga? a. bermanfaat
21.
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
Apa alasannya ? .......................................................................................................................
22.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
23.
Bagaimana manfaat bantuan untuk program-program keagamaan? a. bermanfaat
24.
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
Apa alasannya ? .......................................................................................................................
25.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
26. Bagaimana manfaat keberadaan PT. Aqua terhadap kesempatan kerja masyarakat ? a. bermanfaat 27.
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
Apa alasannya ? .......................................................................................................................
28.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
29.
Bagaimana manfaat program-program PT. Aqua terhadap keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa ? a. terlibat
30.
b. Kurang terlibat
c. Tidak terlibat
Apa alasannya ? .......................................................................................................................
31.
Apa harapan bpk/ibu dari program tersebut ? .......................................................................................................................
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN (Tokoh masyarakat : H. Mmn, Kkng dan Bpk Is) A. Topik : Program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi 1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang tanggung jawab sosial perusahaan ? 2. Bagaimana keterlibatan perusahaan dalam memberdayakan masyarakat ? 3. Program-program apa saja yang pernah diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat ? 4. Siapa yang menjadi sasaran program-program tersebut ? 5. Bagaimana proses penerimaan program sampai pelaksanaan program ? 6. Apakah masyarakat terlibat didalamnya ? 7. Bagaimana kenyataan pelaksanaan program di lapangan ? 8. Bagaimana respon warga dengan adanya program-program tersebut ? 9. Bagaimana perkembangan program sampai saat ini ? 10. Bagaimana manfaatnya untuk sasaran program ?
B. Topik : Program-program Pengembangan Masyarakat dari Pemerintah 1. Program pemberdayaan masyarakat apa saja yang pernah diterima masyarakat dari pemerintah ? 2. Siapa yang menjadi sasaran program-program tersebut ? 3. Apakah bapak mengetahui proses penerimaan program sampai pelaksanaan program ? 4. Apakah masyarakat terlibat didalamnya ? 5. Bagaimana kenyataan pelaksanaan program di lapangan ? 6. Bagaimana respon warga dengan adanya program-program tersebut ? 7. Bagaimana perkembangan program sampai saat ini ? 8. Bagaimana manfaatnya untuk sasaran program ?
C. Topik : Kelembagaan di Desa 1. Lembaga apa saja yang ada di desa ? 2. Lembaga apa saja bentukan pemerintah dan lembaga apa saja yang dibentuk atas inisiatif masyarakat ? 3. Bagaimana aktivitas lembaga-lembaga tersebut ? 4. Apakah dapat memberi manfaat untuk masyarakat ?
5. Apakah ada lembaga yang dapat memfasilitasi antara kepentingan masyarakat dengan perusahaan ? 6. Kalau ada, bagaimana aktivitasnya selama ini ? 7. Kalau tidak ada, mengapa ? 8. Bagaimana keberadaan lembaga-lembaga yang telah ada untuk memfasilitasi antara kepentingan masyarakat dan perusahaan ?
D. Topik : Struktur Pelapisan dalam Masyarakat 1. Siapa saja di wilayah desa ini yang dihormati atau disegani oleh masyarakat ? 2. Sebutkan secara berurutan dari mulai orang yang paling dihormati ? 3. Kenapa orang-orang tersebut dihormati atau disegani oleh masyarakat ? 4. Siapa saja biasanya yang dipatuhi oleh masyarakat ? 5. Kenapa orang-orang tersebut dipatuhi oleh masyarakat ? 6. Bagaimana aktivitas orang-orang tersebut dilingkungan masyarakat ? 7. Siapa saja di desa ini yang memiliki kepedulian sosial terhadap masyarakat ? 8. Mengapa orang tersebut memiliki kepedulian ? 9. Kepada siapa biasanya masyarakat untuk mengadu atau meminta tolong untuk memecahkan masalahnya ? 10. Mengapa kepada orang-orang tersebut ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH (Pemerintah Kecamatan : Camat) 1. Apa yang bapak ketahui tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ? 2. Bagaimana konsep dari program CSR yang ideal ? 3. Apakah Pemerintah Daerah Sukabumi memiliki kebijakan tersendiri terkait dengan program-program CSR ? 4. Apakah PT. Aqua Golden Mississippi sudah melaksanakan CSR tersebut ? 5. Bagaimana menurut bapak program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi ? 6. Sejauhmana keterlibatan Pemerintah Kecamatan terhadap CSR-nya PT. Aqua Golden Mississippi ? 7. Apakah selama ini PT. Aqua Golden Mississippi melaporkan program-program CSRnya? 8. Apa harapan bapak terhadap Program-program CSR dari PT. Aqua Golden Mississippi ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PERUSAHAAN A. Topik : Profil PT. Aqua Golden Mississippi 1. Bagaimana sejarah perkembangan PT. Aqua Golden Mississippi ? 2. Bagaimana lokasi dan lingkungan fisik perusahaan ? 3. Apa visi dan misi PT. Aqua Golden Mississippi ?
B. Topik : Program-program CSR PT. Aqua Golden Mississippi 1. Bagaimana PT. Aqua Golden Mississippi memaknai Corporate Social Responsibility sebagai tanggung jawab sosial perusahaan ? 2. Apakah program-program yang terkait dengan CSR ada divisi khusus yang menanganinya ? 3. Bagaimana posisinya dalam struktur organisasi PT. Aqua Golden Mississippi ? 4. Bagaimana strategi PT. Aqua Golden Mississippi dalam melaksanakan programprogram CSR ? 5. Bagaimana lokasi dan ruang lingkup kegiatan CSR perusahaan ? 6. Bagaimana kebijakan perusahaan terkait program-program CSR-nya? 7. Apa saja jenis program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari ? 8. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan dari program-program tersebut ? 9. Bagaimana management pembiayaan dalam pengalokasian anggaran untuk kegiatan program-program CSR ? 10. Khusus bagi masyarakat yang ada di Desa Babakan Pari, bagaimana ruang lingkup kegiatan program CSR perusahaan ? 11. Adakah program yang dinilai perusahaan berkelanjutan manfaatnya ? 12. Apakah sudah ada program yang dapat memandirikan masyarakat ? 13. Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses pelaksanaan program ? 14. Siapa saja stakeholders yang selama ini dilibatkan oleh perusahaan ? 15. Sejauhmana keterlibatan masyarakat dan stakeholder dalam program ? 16. Apakah ada evaluasi untuk setiap program yang dilaksanakan ? 17. Bagaimana mekanisme evaluasinya ? 18. Apakah dalam melaksanakan evaluasi melibatkan pihak lain atau dilakukan hanya oleh perusahaan saja ? 19. Apakah pelaksanaan program CSR di lapangan selama ini sudah sesuai dengan rencana program yang dibuat ?
20. Apakah kegiatan dari program-program CSR senantiasa dikoordinasikan kepada Pemerintah Desa, Kecamatan dan Daerah ? 21. Bagaimana respon pemerintah terhadap program-program tersebut ?
C. Topik : Sumberdaya yang tersedia 22. Bagaimana untuk pengelolaan limbah perusahaan ? 23. Apakah masyarakat diberdayakan dalam pengelolaan limbah ? 24. Ada berapa sumber mata air yang dimanfaatkan oleh PT. Aqua Golden Mississippi ? 25. Bagaimana PT. Aqua Golden Mississippi dalam menjaga dan memelihara sumber mata air guna kelestarian air serta lingkungan ? 26. Apakah masyarakat dilibatkan dalam memelihara sumber mata air dan menjaga kelestarian air? 27. Dengan adanya pemanfaatan air sebagai sumberdaya alam masyarakat, adakah keluhan masyarakat terkait kebutuhan air ? 28. Apakah ada lahan perusahaan yang belum dimanfaatkan oleh perusahaan ? 29. Jika ada, berapa luasnya dan apakah masyarakat diperbolehkan memanfaatkan lahan tersebut selama belum dimanfaatkan oleh perusahaan ?
Daftar Skor Variabel Pengetahuan responden terhadap Program CSR
LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS OMN DJ AS JNJ HNN ECM MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AKHY UDS END HMD SLM ADL ACO HSN AD PJ
1 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1
No. Pertanyaan - Skor 5 6 7 8 9 10 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2 2 3 3 1 1 3 3 2 3 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 2 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1
Jmlh
74
74
38
38
78
Rata2
2,5
2,5 1,3 1,3 2,6 2,7
NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
81
12 1 2 1 1 1 2 1 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 1
13 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3
14 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3
64
58
75
74
Jml
Ktgr
Ket
22 24 28 27 30 30 28 27 22 31 30 24 26 36 27 34 32 30 29 26 30 29 21 22 22 26 29 29 30 24
1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
< 27 = 1 (rendah) ≥ 27 = 2 (tinggi)
30 31
64
1
2,1 2,2 2,1 1,9 2,5 2,5 27,5
1
66
11 1 2 1 1 2 2 1 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2
825
Data Hubungan antara pengetahuan terhadap program dg persepsi thd program-program CSR No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HNN EN MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AHYR UDS END HMD SLM AD AC HSN AD PJ Jml
Kategori pengetahuan 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
Prog Prog PAB PAB Pddk Ksh KMA PKA 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2
1 1 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 3 3 3 3 1 1 1 2 2 2 2
72
41
76
57
Eknm Eknm PengKtlbt Ksmp ksmp pnktn hijau- KS Agm dlm krja kerja pdptn an pemb 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 1 1 1 3 3 2 3 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 1 1 3 3 2 3 1 1 1 3 3 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 1 1 3 2 3 3 1 1 1 3 2 3 3 1 1 1 3 2 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 1 1 3 3 3 3 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 1 1 1 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 3 3 3 2 2 1 1 1 3 2 2 1 34
30
77
77
77
76
43
Daftar Skor Variabel Ketersediaan Informasi Program CSR No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HNN EN MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AKHYR UDSW END HMD SLM AD AC HSN AD PJK JUMLAH RATA-RATA
No. Pertanyaan - Skor 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 1 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1 2 66 56 65 2,2 1,9 2,2
Jmlh
Kategori
6 6 7 6 9 6 7 7 6 7 7 4 5 7 6 8 4 6 8 8 6 5 3 5 6 4 7 8 8 5 187 6,2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1
Keterangan < 6 = 1 (rendah) > = 6 = 2 (tinggi)
Data Hubungan antara faktor ketersediaan informasi dg persepsi thd program-program CSR No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HNN EN MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AHYR UDS END HMD SLM AD AC HSN AD PJ Jml
Eknm Eknm PengKtlbt Kategori Prog Prog PAB PAB Ksmp ksmp pnktn hijau- KS Agm dlm ktrsdiaan Pddk Ksh KMA PKA krja kerja pdptn an pemb informasi 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 3 2 3 2 1 1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 3 3 3 1 2 3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 3 1 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 3 1 3 2 2 1 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 1 1 3 3 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 3 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 2 1 3 1 3 2 1 1 3 3 2 3 1 1 3 1 3 2 1 1 3 3 2 2 1 2 3 1 3 1 1 1 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 1 3 2 2 2 1 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 3 3 1 2 3 1 2 2 1 1 3 2 3 3 1 2 3 1 2 1 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 2 2 3 1 3 3 1 1 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1 2 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 1 2 2 1 3 2 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 3 3 3 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 3 2 2 1 72 41 76 57 34 30 77 77 77 76 43
Daftar Skor Variabel Keterlibatan dalam Program CSR No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HNN EN MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AKHYR UDSW END HMD SLM AD AC HSN AD PJK JUMLAH RATA-RATA
No. Pertanyaan - Skor 2 3 4 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 53 58 60 35 1,7 1,9 2,0 1,2
1
5 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2 65 2,2
Jmlh
Kategori
8 10 9 9 13 12 9 9 8 8 11 9 9 12 9 12 13 8 11 11 6 6 5 5 9 7 8 10 9 8 271 9,03
1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1
Keterangan <9=1 (rendah) >= 9=2 (tinggi)
Data Hubungan antara faktor keterlibatan dalam program dengan persepsi terhadap program-program CSR
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama LAJ ESK SJZ TMY H.KK TN EUS ROH DJ AS JNJ HNN EN MMN MJM AZD LND SLH DDN DS OJK AHYR UDS END HMD SLM AD AC HSN AD PJ Jml
Kategori ktrlbtn dalam program 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1
Prog Prog PAB PAB Pddk Ksh KMA PKA
Eknm Eknm PengKtlbt Ksmp ksmp pnktn hijau- KS Agm dlm krja kerja pdptn an pemb
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2
1 1 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 3
1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 3 3 3 3 1 1 1 2 2 2 2
1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 2 3 2 3 1
2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3
2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 3 2
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1
72
41
76
57
34
30
77
77
77
76
43
SOSIALISASI PENGEMBANGAN PROGRAM PERUSAHAAN DESA BABAKAN PARI KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN SUKABUMI Babakan Pari, 26 September 2007 Nomor Sifat Perihal
: 01/SPPP/XI/07 : Biasa : Pertemuan dengan Mahasiswa
Kepada Yth.Bpk/Ibu/Sdr __________________ di Babakan Pari
Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB di Desa Babakan Pari, yang mengkhususkan pada pengembangan programprogram kemasyarakatan, maka kami mengundang bapak/ibu/sdr. untuk dapat hadir pada : Hari/Tanggal Tempat Acara
: 28 September 2007 : Balai Desa Babakan Pari : Sosialisasi Kegiatan KPM bagi masyarakat
Demikian, atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima kasih.
Mengetahui Kepala Desa Babakan Pari
Dedi S
Tembusan Yth. : 1. Bpk. Camat Kecamatan Cidahu (sebagai laporan) 2. Ketua BPD Desa Babakan Pari
Hormat Kami,
Nany Julijanti
Lampiran
: Hasil pertemuan antara mahasiswa, masyarakat, tokoh masyarakat, aparat desa dan pihak kecamatan pada kegiatan sosialisasi Kegiatan Pengembangan Program-program kemasayarkatan khususnya yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Mississippi di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi
Hasil Sosialisasi : Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Babakan Pari pada tanggal 28 September 2007, pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 15.00. Pada kegiatan tersebut, dihadiri oleh Wakil dari kecamatan (kasie kesos) Ibu Nani, Aparat Desa Babakan Pari (Kepala Desa Babakan Pari, Sekdes dan Kaur Pemerintahan), Tokoh masyarakat (Bpk. Isak, Bpk. Maman, Bpk Dayat dll) dan mahasiswa sebagai pengkaji. Adapun proses pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 1. Diawali dengan pembukaan oleh Wakil dari tokoh masyarakat sebagai anggota masyarakat yang senantiasa terlibat pada kegiatan-kegatan program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Aqua Golden Miassissippi , yaitu Bapak Maman: menjelaskan tentang tujuan dari kedatangan mahasiswa dan menyampaikan harapan-harapan dari manfaat dilaksanakannya pengkajian ini. 2. Mahasiswa sebagai pengkaji yaitu Nany Julijanti : menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangannya serta harapan-harapan adanya kerja sama yang baik dari masyarakat sebagai bentuk dukungan dari pelaksanaan kegiatan KPM. 3. Sambutan dari Kepala Desa Babakan Pari yaitu bapak Dedi : Yang mendukung adanya kegiatan kajian terhadap program-program CSR PT. Aqua, dan meminta masyarakat agar dapat bekerja sama demi kelancaran kegiatan ini, dengan cara memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengkaji 4. Wakil dari Kecamatan Cidahu yatu Ibu Nany, beliau menyampaikan mengenai harapan-harapannya terjadinya perubahan yang lebh baik dari program-program yang dilaksanakan oleh PT. Aqua.
SOSIALISASI PENGEMBANGAN PROGRAM PERUSAHAAN DESA BABAKAN PARI KECAMATAN CIDAHU KABUPATEN SUKABUMI Babakan Pari, 29 Oktober 2007 Nomor Sifat Perihal
: 02/SPPP/XI/07 : Biasa : Pertemuan dan Musyawarah
Kepada Yth.Bpk/Ibu/Sdr __________________ di Babakan Pari
Dengan Hormat, Menindaklanjuti kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat yang dilakukan oleh Mahasiswa Pascasarjana IPB di Desa Babakan Pari dengan mengkhususkan pada pemberdayaan masyarakat melalui program-program PT. Aqua Golden Mississippi, guna merancang program ke depan, dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu/Sdr. Untuk dapat hadir pada : Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara
: 2 Nopember 2007 : Pkl. 13.00 - selesa : Balai Desa Babakan Pari : Musyawarah dengan para tokoh masyarakat dan para ketua RT
Demikian, atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan terima kasih.
Mengetahui Kepala Desa Babakan Pari
Dedi S Tembusan Yth. : 3. Bpk. Camat Kecamatan Cidahu (sebagai laporan) 4. Ketua BPD Desa Babakan Pari
Hormat Kami,
Nany Julijanti
Lampiran
: Hasil pertemuan FGD dengan para tokoh masyarakat, Staf Desa, Kepala Dusun, dan Ketua RT
Hasil : Pelaksanaan kegiatan hari Jum’at tanggal 5 Oktober 2007 yang bertempat di Aula Balai Desa Babakan Pari pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Kegiatan FGD ini dihadiri oleh Para tokoh masyarakat , para ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Desa beserta stafnya dan mahasiswa sebagai pengkaji Adapun hasil dari kegiatan FGD yaitu sebagai berikut : 1. Penjelasan tentang FGD oleh mahasiswa : menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya pertemuan, yaitu memaparkan hasil kajian di lapangan yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara menggunakan pedoman wawancra. Untuk memperoleh informasi tentang potensi sumberdaya yang dimiliki Desa Babakan Pari, permasalahan yang dihadapi masyarakat, program-program CSR yang pernah diterima masyarakat. Bersama peserta diskusi mengelompokkan sumberdaya yang dinilai sebagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Babakan Pari dan apa yang dinilai masyarakat sebagai permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya khususnya yang terkait dengan program-program CSR PT. Aqua. 2. Peserta dibagi kertas dan spidol untuk menulis potensi sumberdaya yang ada di Desa Babakan Pari . Daftar potensi-potensi sumberdaya ditulis oleh seorang peserta yang bernama Ibu Linda termasuk permasalahan-permasalahannya. 3. Peserta dibagikan kertas dan spidol kembali untuk mencatat program-program CSR yang pernah diterima Bpk. H. Maman : meninventarisir bersama peserta lainnya, program-program CSR yang pernah diberikan oleh PT. Aqua. Program-program CSR yang dinilai benarbenar dibutuhkan oleh masyarakat dan yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Juga menginventarisir kebutuhan-kebutuhan yang juga sebagai salah satu cara untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Kebutuhan ini dalam bentuk program untuk mensejahterakan masyarakat agar program CSR PT. Aqua lebh berkelanjutan manfaatnya. 4. Terakhir Ibu Linda : meninventarisir program-program yang diinginkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan real yang dirasakan oleh masyarakat, terkait dengan program-program CSR yang telah digulirkan ke masyarakat dan harapanharapan yang diinginkan dari program-CSR kedepannya., sebagai rancangan perbaikan program CSR. .
Dokumentasi Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat Di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi
Salah satu potensi yang dimiliki Desa Babakan Pari (limbah), nampak ibu-ibu sedang mengolah limbah di lokasi pengolahan limbah milik tokoh masyarakat
Bantuan pohon sawo dari PT. Aqua merupakan program ekonomi sekaligus penghijauan
Salah seorang anggota masyarakat sedang menanam pohon sawo yang diberi oleh PT. Aqua Golden Mississippi
Salah seorang tokoh masyarakat mendistribusikan pohon sawo Bantuan PT. Aqua Ke Balai Desa Babakan Pari
Salah satu bentuk program CSR PT. Aqua Golden Mississippi, pembangunan penampungan air bersh
Masyarakat sedang menyembelih hewan qurban bantuan dar PT. Aqua, program Kesejahteraan Sosial
Kegiatan sosialisasi sekaligus perencanaan program kebun sekolah (program pendidikan) yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan dan pihak sekolah sebagai pelaksana
Perencanaan program kebun sekolah, yang dihadiri para guru. Nampak pemandu kegiatan perwakilan dari Aqua pusat (baju putih), Penanggungjawab program-program CSR di Aqua Sukabumi (baju coklat) dan salah seorang tokoh masyarakat yang senantiasa dlbatkan dalam program CSR
Tabel Lampiran 2. Persentase hubungan antara faktor umur dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Pendidikan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Muda (100%)
28,6
71,4
-
-
28,6
71,4
57,1
14,3
28,6
-
57,1
42,9
-
14,3
85,7
Tua (100%)
47,8
47,8
4,3
-
39,1
60,9
73,9
13,04
13,04
26,1
47,8
26,1
-
13,04
86,96
Umur
177
Lanjutan Tabel Lampiran 2. Persentase hubungan antara faktor umur dengan persepsi terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Kesempatan Kerja (Total 100%)
Keterlibatan dalam Pembngunan (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Muda (100%)
-
-
100
71,4
14,3
14,3
42,9
42,9
14,2
57,1
42,9
-
28,6
71,4
-
-
42,9
57,1
Tua (100%)
-
-
100
65,2
26,1
8,7
69,6
30,4
-
60,9
34,8
4,3
56,5
43,5
-
-
43,5
56,5
Umur
Keterangan Umur : Kelompok Umur muda : <= 40 tahun Kelompok Umur Tua : > 40 tahun
Manfaat Program : 3 = Bermanfaat 2 = Kurang bermanfaat 1 = Tidak bermanfaat
178
Tabel Lampiran 3. Persentase hubungan antara faktor pendidikan dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR
Persepsi thd program
Pendidikan (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Faktor yang mempengaruhi
Tingkat Pendidikan
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Dasar 15 (100%)
33,3
53,33
13,33
-
40,0
60,0
73,3
20,0
6,7
26,7
53,3
20,0
-
-
100
Menengah 7 (100%)
42,9
57,1
-
-
42,9
57,1
71,4
14,3
14,3
28,6
57,1
14,3
-
14,3
85,7
Tinggi 8 (100%)
50,0
50,0
-
-
25,0
75,0
62,5
-
37,5
-
50,0
50,0
-
37,5
62,5
179
Lanjutan Tabel Lampiran 3. Persentase hubungan antara faktor pendidikan dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Tingkat Pendidikan
Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Kesempatan Kerja (Total 100%)
Keterlibatan dalam Pembngunan (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Dasar 15 (100%)
-
-
100
60,0
26,7
13,3
80,0
20,0
-
53,3
40,0
6,7
53,3
46,7
-
-
46,7
53,3
Menengah 7 (100%)
-
-
100
85,7
14,3
-
57,1
42,9
-
71,4
28,6
-
42,9
57,1
-
-
57,1
42,9
Tinggi 8 (100%)
-
-
100
62,5
25,0
12,5
62,5
25,0
12,5
62,5
37,5
-
50,0
50,0
-
-
25,0
75,0
Keterangan : Tingkat Pendidikan : Dasar = SD dan SLTP Menengah = SLTA Tinggi = Perguruan Tinggi
Manfaat Program : 3 = Bermanfaat 2 = Kurang bermanfaat 1 = Tidak Bermanfaat
180
Tabel Lampiran 4. Persentase hubungan antara faktor pekerjaan dengan persepsi terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Pekerjaan
Pendidikan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Kryw swasta (100%)
42,9
57,1
-
-
42,9
57,1
85,7
14,3
-
14,3
71,4
14,3
-
-
100
Tani (100%)
-
100
-
-
-
100
-
33,3
66,7
-
-
100
-
-
100
Wirswsta (100%)
50,0
40,0
10,0
-
50,0
50,0
90,0
10,0
-
50,0
40,0
10,0
-
-
100
Guru (100%)
50,0
50,0
-
-
25,0
75,0
62,5
-
37,5
-
50,0
50,0
-
37,5
62,5
Staf Desa (100%)
50,0
50,0
-
-
50,0
50,0
50,0
50,0
-
-
100
-
-
50,0
50,0
181
Lanjutan Tabel Lampiran 4. Persentase hubungan antara faktor pekerjaan dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Pekerjaan
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Kesempatan Kerja (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Keterlibatan dalam Pembngunan (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Kryw swasta (100%)
-
-
100
71,4
14,3
14,3
85,7
14,3
-
57,1
28,6
14,3
57,1
42,9
-
-
57,1
42,9
Tani (100%)
-
-
100
33,3
66,7
-
33,3
66,7
-
-
100
-
-
100
-
-
-
100
Wirswsta (100%)
-
-
100
70
20,0
10,0
70,0
30,0
-
50,0
50,0
-
50,0
50,0
-
-
50,0
50,0
Guru (100%)
-
-
100
62,5
25,0
12,5
37,5
50,0
12,5
50,0
50,0
-
50,0
50,0
-
-
25,0
75,0
Staf Desa (100%)
-
-
100
100
-
-
100
-
-
100
-
-
100
-
-
-
100
-
182
Tabel Lampiran 5. Persentase hubungan antara faktor ketersediaan informasi dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang Mempengaruhi
Ketersediaan informasi
Pendidikan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tinggi 22 (100%)
50,0
50,0
-
-
31,8
68,2
40,9
36,4
22,7
18,2
50,0
31,8
-
18,2
81,8
Rendah 8 (100%)
25,0
62,5
12,5
-
50,0
50,0
50,0
37,5
12,5
25,0
50,0
-
-
100
25,0
183
Lanjutan Tabel Lampiran 5. Persentase hubungan antara faktor ketersediaan informasi dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Ketersediaan informasi
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Kesempatan Usaha (Total 100%)
Keterlibatan dalam Pembangunan (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tinggi 22 (100%)
-
-
100
72,7
22,7
4,5
54,6
40,9
4,5
68,2
31,8
-
59,1
40,9
-
-
59,1
40,9
Rendah 8 (100%)
-
-
100
62,5
25,0
12,5
75,00
25,00
-
37,5
50,0
12,5
37,5
62,5
-
-
-
100
Keterangan : Manfaat Program : 3 = Bermanfaat 2 = Kurang Bermanfaat 1 = Tidak Bermanfaat
184
Tabel Lampiran 6. Persentase hubungan antara faktor keterlibatan dalam program dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Keterlibatan dlm program
Pendidikan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tinggi (100%)
57,9
42,1
-
-
42,1
57,9
79,0
10,5
10,5
15,8
57,9
26,3
-
21,1
78,9
Rendah (100%)
18,2
72,7
9,1
-
27,3
72,7
54,5
18,2
27,3
27,2
36,4
46,4
-
-
100
185
Lanjutan Tabel Lampiran 6. Persentase hubungan antara faktor keterlibatan dalam program dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Keterlibatan dlm program
Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Kesempatan Kerja (Total 100%)
1
2
3
4
5
Keterlibatan dalam Pembngunan (Total 100%)
Tinggi (100%)
-
-
100
78,9
21,1
-
57,9
36,8
5,3
63,2
36,8
-
63,2
36,8
-
-
52,6
47,4
Rendah (100%)
-
-
100
45,4
27,3
27,3
63,6
36,4
-
54,5
36,4
9,1
36,4
63,6
-
-
27,3
72,7
Keterangan : Manfaat Program : 3 = Bermanfaat 2 = Kurang Bermanfaat 1 = Tidak Bermanfaat
186
Tabel Lampiran 7. Persentase hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Persepsi thd program Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan terhadap program
Pendidikan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Kemudahan Mendapatkan Air (Total 100%)
Kesehatan (Total 100%)
Penampungan Air Bersih thd Pemenuhan Kebutuhan Air (Total 100%)
Ekonomi thd Kesempatan Berusaha (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tinggi 18 (100%)
55,6
44,4
-
-
44,4
55,6
88,9
11,1
-
22,2
66,7
11,1
-
22,2
77,8
Rendah 12 (100%)
25,0
66,7
8,3
-
25,0
75,0
41,7
16,7
41,6
16,7
25,0
-
-
100
58,3
187
Lanjutan Tabel Lampiran 7. Persentase hubungan antara pengetahuan terhadap program dengan persepsinya terhadap manfaat program CSR Ekonomi thd peningkatan pendapatan (Total 100%)
Persepsi thd program Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan terhadap program
Penghijauan (Total 100%)
Kesejahteraan Sosial (Total 100%)
Program Keagamaan (Total 100%)
Kesempatan Usaha (Total 100%)
Keterlibatan dalam Pembangunan (Total 100%)
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tinggi 18 (100%)
-
-
100
82,4
11,7
5,9
72,2
27,8
-
77,8
22,2
-
65,0
35,0
-
-
64,7
35,3
Rendah 12 (100%)
-
-
100
46,1
38,5
15,4
41,7
50,0
8,3
41,7
50,0
8,3
40,0
60,0
-
-
21,4
78,6
Keterangan : Manfaat Program : 3 = Bermanfaat 2 = Kurang Bermanfaat 1 = Tidak Bermanfaat
188
Tabel Lampiran 8. Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik Lingkungan dengan Persepsi terhadap Manfaat Program CSR Persepsi thd program Pendidikan
Kesehatan
Penampungan Air Bersih terhadap Kemudahan Mendapatkan Air
Penampungan Air Bersih terhadap Pemenuhan Kebutuhan Air
Ekonomi terhadap Kesempatan Berusaha
1
2
3
4
5
Muda
-
-
√
-
-
Tua
-
-
√
-
-
Dasar
-
-
√
-
-
Menengah
-
-
√
-
-
Tinggi
-
-
√
-
-
Karyw. Swasta
-
-
√
-
-
Tani
-
-
-
-
-
Wiraswasta
√
-
√
√
-
Guru
-
-
√
-
-
Staf Desa
-
-
-
-
-
Tinggi
-
-
√
-
-
Rendah
-
-
√
-
-
Tinggi
√
-
√
-
-
Rendah
-
-
√
-
-
Faktor yang mempengaruhi
Umur
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Ketersediaan Informasi Keterlibatan dlm program
189
Lanjutan Tabel Lampiran 8. Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dan Karakteristik Lingkungan dengan Persepsi terhadap Manfaat Program CSR Persepsi thd program
Ekonomi terhadap peningkatan pendapatan
Penghijauan
Kesejahteraan Sosial
Keagamaan
Kesempatan Kerja
Keterlibatan dalam Pembangunan
1
2
3
4
5
6
Muda
-
√
-
√
-
-
Tua
-
√
√
√
√
-
Dasar
-
√
√
√
√
-
Menengah
-
√
√
√
-
-
Tinggi
-
√
√
√
-
-
Kary. swasta
-
√
√
√
√
-
Tani
-
-
-
-
-
-
Wiraswasta
-
√
-
-
-
-
Guru
-
√
-
-
-
-
Staf Desa
-
√
√
√
√
-
Tinggi
-
√
√
-
-
-
Rendah
-
√
√
-
-
-
Tinggi
-
√
√
√
√
-
Rendah
-
√
√
√
-
-
Faktor yang mempengaruhi Umur
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Ketersediaan Informasi Keterlibatan dlm Program
190
Tabel Lampiran 9. Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan Pari Tahun 2008 No
Program
Tujuan
Kegiatan
Indikator
Sasaran
Pelaksana
Waktu
Sumber Dana
1.
Pendidikan
Memotivasi dan Membantu anak dari keluarga miskin agar tetap dapat melanjutkan pendidikan
Pemberian bantuan kebutuhan sekolah
Anak menjadi lebih semangat dan tetap melanjutkan sekolah
Anak dari keluarga miskin
Perusahaan dan Pihak sekolah
Satu tahun sekali menjelang ajaran baru
PT. Aqua Golden Mississippi
2.
Kesehatan
Menyediakan fasilitas kesehatan dan memberikan kemudahan
Pengobatan gratis
Terjaminnya kesehatan masyarakat
Masyarakat
Petugas kesehatan yang ditunjuk perusahaan
Diadakan secara rutin satu bulan sekali
PT. Aqua Golden Mississippi
3.
Pembangunan Fasilitas Air Bersih
Terpenuhinya kebutuhan air bersih
Pembuatan/pembangunan torn/penampungan air bersih
- Tersedianya sarana dan ketersediaan air yang memadai
Masyarakat di Kp. Bbk. Pari, Pasir dalam, Darmaga dan Kp. Pojok
Perusahaan, aparat desa dan masyarakat
Triwulan tiga
PT. Aqua Golden Mississippi
4.
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
Meningkatan kemampuan dan ketrampilan
- Pelatihan pengelolaan usaha - Pelatihan pertanian dan pengolahan limbah
- Trampil dalam rencana usaha - Trampil dalam mengolah pertanian -Trampil dalam mengolah limbah
Masyarakat belum memiliki ketrampilan dan pemilik UKM
Perusahaan, Aparat desa dan masyarakat
Triwulan ke empat
PT. Aqua Golden Mississippi
5.
Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Memberikan kesempatan berusaha dalam rangka meningkatkan pdptan
-Bimbingan Usaha -Pinjaman modal usaha -Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro
- Pengelolaan usaha yang lebih terarah - Tersedianya modal untuk berusaha
Masyn sekaraalkat yang belum memiliki usaha dan UKM
Perusahaan, Aparat desa dan masyarakat
Triwulan ke empat
PT. Aqua Golden Mississippi
6.
Penghijauan
Menjaga kelestarian air dan lingkungan
Kelestarian air tetap terjaga dan lingkungan menjadi bersih
Seluruh wilayah di Desa Babakan Pari
Perusahaan dan masyarakat
Triwulan ke tiga
PT. Aqua Golden Mississippi
Penanaman berbagai macam pohon
191
Tabel Lampiran 10. Rencana Prioritas Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Babakan Pari Tahun 2008 No
Program
Tujuan
Kegiatan
Indikator
Sasaran
Pelaksana
Waktu
Sumber Dana
1.
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
Meningkatan kemampuan dan ketrampilan
- Pelatihan pengelolaan usaha - Pelatihan pertanian dan pengolahan limbah - Studi banding kelokasi pengolahan limbah yang telah berhasil
- Trampil dalam rencana usaha - Trampil dalam mengolah pertanian -Trampil dalam mengolah limbah
Masyarakat yang berminat khususnya yang belum memiliki ketrampilan dan pemilik UKM
Perusahaan, Aparat desa dan masyarakat
Triwulan ke empat
PT. Aqua Golden Mississippi
2.
Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Memberikan kesempatan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan
-Bimbingan Usaha -Pinjaman modal usaha -Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro
- Pengelolaan usaha yang lebih terarah - Tersedianya modal untuk berusaha
Masyarakat yang belum memiliki pekerjaan/usaha dan pemilik UKM
Perusahaan, Aparat desa dan masyarakat
Triwulan ke empat
PT. Aqua Golden Mississippi
3.
Pembangunan Fasilitas Air Bersih
Terpenuhinya kebutuhan air bersih
Pembuatan/pembangunan torn/penampungan air bersih
- Tersedianya sarana dan ketersediaan air yang memadai
Masyarakat di Kp. Bbk. Pari, Pasir dalam, Darmaga dan Kp. Pojok
Perusahaan, aparat desa dan masyarakat
Triwulan ke tiga
PT. Aqua Golden Mississippi
4.
Pembentukan Forum Komunikasi Kelompok Usaha
Untuk memfasilitasi dan meningkatkan komunikasi antara masyarakat dengan perusahaan
Membentuk forum komunikasi kelompok usaha
Terbentuknya wadah untuk menyampaikan aspirasi dan meningkatnya hubungan dengan perusahaan
Pemilik UKM yang sudah lama berjalan maupun yang baru
Tokoh masyarakat dan masyarakat pemilik usaha
Triwulan ke empat
Swadaya masyarakat
192
Tidak Langsung
Pemda Sukabumi
Pembuatan Kebijakan
Keberdayaan Masyarakat
Program Pemberdayaan Masyarakat
Langsung
Perusahaan
Programprogram CSR
-
Meningkatkan kemampuan Ketersediaan modal Memiliki usaha Terjangkaunya akses pendidikan - Terjangkaunya akses kesehatan - Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan - Kelestarian air dan lingkungan terjaga
Lampiran Gambar 1. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
193