PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut)
CHICHI RIZKY
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN CHICHI RIZKY. Peranan Koperasi Unit Desa (KUD terhadap Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah. Dibimbing Oleh ADI HADIANTO. Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi seberapa besar peranan KUD terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah. Tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) Mengkaji seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak pada sapi perah, (2) Menganalisis kelembagaan pengelolaan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2010. Kajian mengenai seberapa besar peranan koperasi terhadap pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak sapi perah serta pengelolan kelembagaan KUD Mandiri Cisurupan dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung struktur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi susu dan menghitung penerimaan peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUD Mandiri Cisurupan cukup berperan besar dalam pengembangan usaha bagi para peternak sapi perah yaitu tersedianya pelayanan kesehatan secara gratis, yang terdiri dari kegiatan pelaksanaan IB pada sapi perah dan kegiatan pelayanan pemeriksaan kebuntingan, persediaan bahan baku, penyuluhan mengenai cara beternak yang baik secara teknis, pemasaran dan distribusi yang lebih memudahkan hasil produksi, waserda yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para anggota dalam beternak dengan harga yang lebih terjangkau, dan kegiatan simpan pinjam yang memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan penyimpanan serta peminjaman dana untuk kepentingan para anggota. Oleh karena itu, KUD Mandiri Cisurupan sangat berperan besar dalam peningkatan pengembangan usaha ternak sapi perah. Selain itu kelembagaan pengelolaan KUD Cisurupan sudah cukup baik, diantaranya dapat dilihat dari pengorganisasian kerja yang sudah berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang baik dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku. Akan tetapi, kelemahan KUD Cisurupan adalah kurangnya pengetahuan manajer dan karyawan sehingga kurang optimal dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Kata kunci: koperasi, kelembagaan, usaha ternak, pendapatan
2
PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut)
CHICHI RIZKY H44070059
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 3
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan skripsi ini benarbenar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Bogor, Juni 2011
Chichi Rizky H44070059
1
Judul Skripsi Nama NIM
: Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah : Chichi Rizky : H44070059
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Adi Hadianto, SP, M. Si NIP : 19790615 200501 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
4
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Adi Hadianto, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi. 2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran. 3. Bapak H. Ishak Maliki (Ketua KUD Mandiri Cisurupan), Bapak Nyanyang (Sekretaris KUD Mandiri Cisurupan), dan Bapak Jajang (Karyawan KUD Mandiri Cisurupan) yang telah memberikan bantuan dan informasi data yang terkait dengan penelitian. 4. Orang tua dan keluarga tercinta atas perhatian, nasihat, doa, segala kasih sayang dan cintanya. 5. Teman-teman ESL 44, terima kasih atas semangat, doa, bantuan, saran dan pengeditan data. 6. Dosen dan pegawai departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.
5
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan koperasi dimana dalam penelitian ini adalah peranan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan. Kajian yang dilakukan meliputi kajian seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan
kelembagaan
pengelolaan
KUD
Mandiri
Cisurupan
yaitu
dengan
menggunakan analisis deskriptif. Selain itu, juga dilakukan analisis struktur biaya dan pendapatan peternak sapi perah untuk mengetahui peranan koperasi terhadap penghasilan para peternak sapi perah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini.
6
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................
1 4 6 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
8
2.1 Konsep Koperasi .......................................................................... 2.1.1 Pengertian Koperasi ............................................................ 2.1.2 Pembangunan Peternakan dan Koperasi ............................. 2.1.3 Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi............................ 2.2 Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak ................................... 2.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah .......................................... 2.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah ................................ 2.3 Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia ............... 2.4 Penelitian Terdahulu ....................................................................
8 8 10 12 14 14 15 16 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN...........................................................
20
3.1 Kerangka Teoritis ........................................................................ 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak .................................................. 3.1.2 Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah .................................. 3.1.3 Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi .................. 3.1.4 Sistem Pengelolaan Koperasi .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................
20 20 22 24 26 29
IV. METODOLOGI PENELITIAN......................................................
32
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 4.3 Metode Pengambilan Sampel ...................................................... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 4.4.1 Analisis penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah .................. 4.4.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah ............................ 4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah .................. 4.4.4 Analisis Deskriptif ..............................................................
32 32 32 33 33 34 34 35
7
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...........................................
36
5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat ............. 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian ................. 5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................. 5.2 Karakteristik Responden ............................................................. 5.2.1 Umur Peternak Responden ................................................. 5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden .......................................... 5.2.3 Lama Beternak Petrenak .................................................... 5.3 Profil Singkat dan Sejarah KUD Cisurupan ................................ 5.3.1 Profil KUD Cisurupan ........................................................ 5.3.2 Visi dan Misi KUD Cisurupan ............................................ 5.3.3 Keanggotaan KUD Cisurupan ............................................ 5.4 Kondisi Umum Usaha Ternak Sapi Perah Cisurupan .................
36 36 37 38 39 40 40 41 41 42 43 44
PERANAN KUD MANDIRI CISURUPAN terhadap USAHA TERNAK SAPI PERAH ..............................................................
48
6.1 Pelayanan Kesehatan ................................................................ 6.1.1 Kegiatan Pelaksanaan IB pada Sapi Perah ....................... 6.1.2 Kegiatan Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan ............... 6.2 Persediaan Bahan Baku............................................................. 6.3 Penyuluhan ................................................................................ 6.4 Pemasaran ................................................................................. 6.4.1 Analisis Pelanggan ........................................................... 6.4.2 Penjualan Produk ............................................................. 6.4.3 Perencanaan Produksi ...................................................... 6.4.4 Distribusi .......................................................................... 6.5 Waserda dan Simpan Pinjam ....................................................
48 49 51 51 53 54 54 55 55 56 58
VI.
VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI PERAH KUD MANDIRI CISURUPAN ...................................................
60
7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan .................... 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Cisurupan ............................... 7.1.2 Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan ........... 7.2 Permodalan ............................................................................... 7.3 Skala Usaha .............................................................................. 7.3.1 Skala Usaha KUD Mandiri Cisurupan ............................. 7.3.2 Skala Usaha Peternak Anggota KUD Cisurupan ............. 7.4 Kemitraan dengan Unit Usaha Lain ......................................... 7.5 Struktur Biaya Usaha Peternakan Sapi Perah KUD Cisurupan .................................................................................. 7.5.1 Analisis Biaya UsahaTernak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ......................................................................... 7.5.2 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ............................................................... 7.5.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ...............................................................
60 60 64 66 67 67 68 69 70 71 72 73
8
VIII. KESIMPULAN dan SARAN ....................................................... 8.1 Kesimpulan ............................................................................. 8.2 Saran .......................................................................................
74 74 75
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
76
LAMPIRAN.............................................................................................
78
9
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Data Perkembangan Koperasi di Indonesia ..............................
1
2
Populasi Ternak Indonesia tahun 2004-2008 ...........................
2
3
Populasi Sapi Perah Nasional ...................................................
3
4
Tabel Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................
33
5
Tabel Jumlah Penduduk Cisurupan berdasarkan Kelompok Umur ........................................................................................
37
6
Tabel Jumlah Anggota dan Simpanan Anggota........................
44
7
Tabel Perkembangan Jumlah Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan ..................................................................................
49
8
Tabel Pelayanan IB dan PKB di KUD Cisurupan ....................
49
9
Tabel Struktur Biaya Peternak Bergabung dengan KUD ........
70
10
Tabel Biaya Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan...........
72
11
Tabel Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan ..................................................................................
73
Tabel Pendapatan Total Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan ..................................................................................
73
12
10
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Skema Kerangka Pemikiran Penelitian .................................
31
2
Peta Lokasi Penelitian ...........................................................
36
3
Jumlah Penduduk Kecamatan Cisurupan..............................
37
4
Jumlah Penduduk berdasarkan Lapangan Usaha .................
38
5
Jumlah Peternak Responden berdasarkan Umur ...................
39
6
Jumlah Peternak Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................................................................
40
7
Jumlah Penduduk berdasarkan Lama Beternak ...................
41
8
Perkembangan Jumlah Kelahiran Sapi KUD Cisurupan Tahun 2006-2009....................................................................... 46
9
Perkembangan Jumlah Populasi Sapi Perah KUD Cisrupan Tahun 2006-2009 ................................................................
48
Perkembangan Produksi Susu KUD Cisurupan Tahun 2006-2009 .............................................................................
52
Perkembangan Penjualan Susu KUD ke IPS tahun 2006-2009 .............................................................................
55
12
Proses Pendistribusian Susu oleh KUD Cisurupan ..............
57
13
Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan ......................
61
14
Bagan Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan .....
65
15
Perkembangan SHU keseluruhan KUD Cisurupan tahun 2004-2008 ............................................................................
67
Bagan Kerjasama KUD Mandiri Cisurupan .........................
69
10 11
16
11
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2 3 4 5
Halaman Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Per Bulan .......................................................
79
Biaya Peralatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Per Bulan .......................................................
79
Biaya Usaha Ternak Sapi perah Anggota KUD Cisurupan Per Bulan ...................................................................................
79
Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Per Bulan .................................................................
80
Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Per Bulan .................................................................
80
12
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi
sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo, 2009). Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, sebagaimana praktek pengembangan koperasi yang telah dilakukan selama ini. Berdasarkan data perkembangan koperasi di Indonesia pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah koperasi aktif, permodalan, volume usaha, sisa hasil usaha bertambah setiap tahunnya. Perkembangan koperasi yang positif tersebut menjadi pertanda mulai tumbuhnya perkoperasian di Indonesia. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun 2004-2008 Thn 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Modal sendiri Koperasi (Rp juta ) Aktif (Unit) 93.402 11.989.451 94.818 14.836.208 98.944 16.790.860 104.999 20.231.699 108.966 21.973.936
Modal luar (Rp juta) 16.897.052 18.179.195 22.062.212 23.324.032 24.697.110
Volume Usaha (Rp juta) 37.649.091 40.831.693 62.718.499 63.080.595 62.252.170
Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2.164.234 2.198.320 3.216.817 3.470.459 4.285.869
Sumber : Departemen Koperasi (2009)
Koperasi dapat dikembangkan pada berbagai sektor usaha, salah satunya sektor peternakan. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan.
13 1
Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor) Ternak
2006
2007
10.875
11.515
12.257
12.760
13.633
369
374
458
475
495
2.167
2.086
1.931
1.933
2.005
398
401
393
399
409
13.790
14.470
15.147
15.815
16.821
Domba
8.980
9.514
9.605
10.199
10.932
Babi
6.218
6.711
6.338
6.975
7.212
Ayam Buras
291.085
272.251
243.423
249.964
268.957
Ayam Ras Petelur
100.202
111489
107.955
99.768
103.841
Ayam Ras Pedaging
797.527
891.659
902.052
991.281
1.249.952
32.481
35.867
38.840
42.318
45.292
Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kuda Kambing
Itik
2008
2009
2010*
*) Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2009)
Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum terjadi fluktuasi populasi ternak Indonesia setiap tahunnya. Dari tahun 2006-2010 populasi ternak terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan memberikan peluang usaha yang cukup menjanjikan terutama dalam hal perbaikan perekonomian. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak, 2009), Jawa Barat saat ini merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Timur. Sekitar 40 persen populasi ternak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32 persen produksi susu segar nasional dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat (GKSI, 2007). Peternakan sapi perah Jawa Barat masuk dalam tiga besar peternakan sapi perah nasional dengan jumlah ternak mencapai 114.588 ekor pada tahun 2009. Semakin berkembangnya populasi ternak merupakan sinyal positif untuk meningkatkan perkembangan peternakan di Indonesia. Populasi sapi perah dapat dilihat pada Tabel 3.
14 2
Tabel 3. Populasi Sapi Perah Nasional No 1 2 3 4 5
Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Sumatera Utara
2005 134.043 114.116 92.770 3.347 6.521
Tahun (ekor) 2006 2007 136.497 139.277 115.158 116.260 97.367 103.489 3.343 3.685 6.526 2.093
2008 212.322 118.424 111.250 3.355 2.290
2009 221.944 134.821 114.588 3.422 2.505
Sumber : Departemen Pertanian (2010)
Salah satu sentra penghasil susu di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, produk unggulan peternakan Kabupaten Garut salah satunya adalah Sapi Perah. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 ton/Ha. Pencapaian populasi ternak Kabupaten Garut apabila dibandingkan dengan tahun 2005, saat ini mengalami pertumbuhan antara 0,2 persen sampai dengan 18,66 persen, kecuali pada populasi itik. Peningkatan pertumbuhan populasi tersebut diperoleh antara lain melalui fasilitasi program pengembangan ternak dan breeding, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, peternak maupun swasta (Ditjennak, 2009). Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang berperan penting dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi ini merupakan tempat bernaung peternak yang tersebar di Kabupaten Garut bagian selatan dan sekitarnya. Koperasi ini berperan dalam memberikan penyuluhan peternakan, kesehatan ternak, pembibitan sapi perah, warung serba ada (waserda), pengumpulan susu, pengolahan susu, dan pemasaran susu.
15 3
Keberhasilan dari suatu kegiatan seperti koperasi tidak akan terlepas dari adanya suatu sistem pengelolaan usaha yang mengaturnya. Pengembangan masyarakat kelompok peternak melalui koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui
usaha
bersama
peternak
untuk
memperbaiki
keragaan
sistem
perekonomian masyarakat pedesaan. Adanya suatu sistem dalam pengelolaan usaha koperasi ini pun pastinya
akan
memberikan
dampak terhadap
pengembangan usaha ternak sapi perah terutama dalam hal perekonomiannya. 1.2
Perumusan Masalah Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi agar dengan demikian tingkat kesejahteraan golongan tersebut semakin meningkat. Selain itu, sistem pengelolaan usaha
dalam koperasi memiliki peranan yang
sangat penting dalam menunjang subsistem pengembangan koperasi. Mekanisme kelompok dan musyawarah dalam rangka pengaturan hasil menjadi satu komponen penting di dalam sistem pengelolaan pengembangan koperasi itu sendiri. Kesepakatan yang dihasilkan mempunyai orientasi utama terciptanya koperasi sesuai dengan yang diharapkan dimana akan membawa pada kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Dilihat dari lapangan usahanya, setidak-tidaknya koperasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu koperasi produksi, koperasi konsumsi, dan koperasi kredit atau simpan pinjam. Dalam konteks ini, rakyat atau masyarakat peternak yang umumnya memiliki skala usaha kecil, banyak yang telah bergabung dalam wadah koperasi produksi, baik mereka yang memiliki ternak besar, ternak kecil, maupun
16 4
ternak unggas. Bergabungnya mereka dalam suatu wadah koperasi tentu disertai banyak harapan. Keterbatasan peternak secara individual yang umumnya berpendidikan relatif rendah, memiliki modal finansial yang sedikit, bekal keterampilan yang kurang memadai, akan kalah bersaing jika mereka bergabung dalam koperasi. Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Hal ini tidak terlepas dari peran KUD Mandiri Cisurupan yang dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Dimana Pengurus Koperasi dipilih melalui rapat anggota dengan masa jabatan lima tahun. Adapun sistem pengelolaan usaha KUD Mandiri Cisurupan salah satunya meliputi: sistem pengelolaan pelayanan kesehatan sapi perah (pos kesehatan hewan) di bawah bimbingan dan kontrol dari Sub Dinas Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Garut. Pada tingkat pertama KUD Mandiri Cisurupan harus nyata menunjukkan tentang manfaatnya bahwa badan tersebut benar-benar bisa memberi manfaat dan jasa kepada warga desa sekitarnya. Di bidang agribisnis atau usaha tani/ternak, KUD Mandiri Cisurupan telah berhasil menarik kepercayaan para anggotanya dan masyarakat petani/peternak umumnya. Sebagian besar keberadaan KUD Mandiri Cisurupan ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para peternak sehingga adanya antusiasme yang tinggi dari para peternak untuk ikut bergabung dalam koperasi karena menganggap koperasi akan meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu, dengan adanya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah tentang
17 5
koperasi semakin meningkatkan keinginan masyarakat untuk ikut bergabung dalam koperasi. Selain itu, konsep pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan yang dimaksud salah satunya adalah dimaksud ketidakmampuan sistem pengelolaan usaha peternak/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produksi ternak anggotanya. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan dari KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan? 2. Bagaimana sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah : 1. Menganalisis peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan. 2. Menganalisis sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini.
18 6
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di wilayah Kabupaten Garut. 2. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan koperasi dengan pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan 3. Bagi peneliti, dapat menjadi referensi dan pengetahuan dasar dalam melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan pengembangan koperasi dan peningkatan usaha ternak sapi perah.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan sistem pengelolaan usaha pengelolaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan di Kecamatan Cisurupan. 2. Unit analisis usaha dibatasi pada unit usaha peternakan sapi perah dengan kepemilikan 3 ekor sapi yang merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut. 3. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan yang menjadi anggota KUD Mandiri Cisurupan.
19 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Konsep Koperasi
2.1.1
Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2
dikatakan bahwa “koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai suatu usaha bersama harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dalam kehidupan keluaraga. Dalam suatu keluarga, segala sesuatu yang dikerjakan secara bersamasama ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga. Selain itu, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi memiliki tujuan dan peranan penting dalam menjalankan usahanya. Dalam Bab II pasal 3 No. 26 tahun 1992 dikatakan bahwa : “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut memnbangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”, dari bunyi pasal 3 tersebut jelas, bahwa koperasi hendak memajukan kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Sedangkan peranan koperasi menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 4 dikatakan bahwa fungsi dan peranan koperasi adalah sebagai berikut. 1. Koperasi dapat mengurangi tingkat pengangguran. Kehadiran koperasi KUD, misalnya diharapkan dapat menolong nasib mereka yang membutuhkan pekerjaan, karena dengan adanya KUD tersebut akan dibutuhkan banyak pekerja untuk mengelola usahanya.
20 8
2. Koperasi dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat. Misalnya KUD yang bergerak di bidang pertanian. KUD tersebut dapat menyediakan alat-alat pertanian yang dibutuhkan petani dengan harga lebih murah, sehingga petani akan membeli kebutuhan tersebut di KUD dan dapat meningkatkan usahanya. 3. Koperasi dapat berperan serta meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan perkiperasian dan dunia usaha. Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada para anggota dan kemudian secara berantai para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuan tersebut kepada masyarakat sekitarnya. 4. Koperasi dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi. Sikap ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan fasilitas dari pemerintah harus dihilangkan. Koperasi harus dapat mandiri, sehingga mampu bersaing dengan badan usaha yang lain. Majunya koperasi akan dapat member dorongan untuk meningkatkan taraf hidup para anggota dan masyarakat. 5. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi berdasar Pancasila dan UUD 1945, dimana demokrasi ekonomi tersebut menekankan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, sedangkan pemerintah hanya wajib member dorongan, pengarahan dan bimbingan. Di KUD Mandiri Cisurupan pun sudah menerapkan nilai-nilai koperasi tersebut dimana bergabungnya para peternak dengan koperasi atas keinginan mereka sendiri tanpa adanya paksaaan dari pihak manapun, pengelolaanya dilakukan oleh para pengurus koperasi yang dipilih oleh anggota koperasi pada
21 9
rapat anggota, pembagian sisa hasil usaha dilakukan berdsarkan besarnya usaha yaitu berdasarkan hasil produksi susu yang dihasilkan masing-masing ternak yang dimiliki, selain itu KUD Mandiri Cisurupan juga sudah berhasil melakukan kerjasama dengan Industri Pengolahan Susu (IPS). 2.1.2
Pembangunan Peternakan dan Koperasi Menurut Handoko (2003), usaha koperasi umumnya masih berskala kecil,
namun usaha kecil ini sangat mendukung perekonomian bangsa. Pembangunan peternakan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan relatif lebih meningkatnya taraf hidup masyarakat. Keberhasilan pembangunan sektor ini berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang tadinya banyak mengkonsumsi karbohidrat ke konsumsi protein hewani seperti daging, telur, dan
susu. Sebagian dari permintaan akan produk hewani
tersebut
belum
sepenuhnya dapat dilayani oleh produksi dalam negeri, dengan demikian para peternak diharapkan lebih meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha ternak, kiranya dapat difasilitasi jika para peternak yang umumnya terdiri atas peternak kecil mau bergabung dalam suatu wadah koperasi. Cernea (1991) mengatakan bahwa “mengutamakan manusia” dalam pembangunan dapat dipandang sebagai keinginan yang manusiawi dari para perencana pembangunan. Pengertian dari hal tersebut juga sebagai suatu permintaan yang sungguh-sungguh agar memberikan prioritas pada aspek dasar dalam pembangunan. Makna ini harus digunakan dalam jangka panjang apapun rintangannya. Mengutamakan manusia dalam pembangunan, termasuk dalam pembangunan koperasi, dalam perjalanannya sangat sering tidak semulus konsep
22 10
idealnya. Koperasi yang seharusnya mengutamakan para anggota, sering terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan lain, baik itu dari dalam koperasi sendiri
maupun
dari
luar
koperasi.
Sementara
para
anggota
sendiri
kesejahteraannya terabaikan, hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan keruntuhan institusi koperasi. Untuk melihat bagaimana berkembang tidaknya koperasi, dapat dilihat dari kondisi aktual koperasi itu. Aspek-aspek yang bisa memberikan gambaran tentang performa koperasi antara lain dengan melihat profil koperasi berdasarkan dimensi sistem pengelolaan usaha, permodalan dan usahanya. Krisnamurti (1998) menyatakan sedikitnya ada lima alasan mengapa kegiatan usaha dilakukan dengan badan hukum berbentuk koperasi. Pertama, karena koperasi merupakan perusahaan komunitas. Koperasi mempertahankan manfaat ekonomi dalam masyarakat yang bersangkutan. Keuntungan tidak dibawa keluar oleh kepentingan luar karena anggota koperasi pemilik, dan keberadaan koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh bentuk usaha atau perusahaan lainnya. Kedua, koperasi mendorong demokrasi, setiap anggota dalam koperasi mengembangkan modal bersama-sama, mengangkat pengurus dan menerima manfaat dari koperasi dengan prinsip kebersamaan dan pemerataan. Pemecahan masalah dan kebijakan usaha juga diputuskan secara demokratis melalui suatu mekanisme tertentu. Ketiga, koperasi mengembangkan pasar terbuka. Keberadaan koperasi dengan melibatkan banyak anggota mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada beberapa swasta tertentu. Keempat, koperasi meningkatkan harkat hidup dan harga diri manusia. Kelima, koperasi merupakan sistem untuk melakukan pembangunan, terutama jika kegiatan komunitas dikembangkan dalam jaringan regional dan nasional. Di era
23 11
globalisasi dewasa ini, koperasi masih relevan sebagai institusi rakyat untuk memperjuangkan bisnis dan ekonominya. Koperasi masih bisa diandalkan dengan cara memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk membangun koperasi berdasarkan kekuatan sendiri agar rakyat dapat menerapkan doktrin koperasi yang sebenarnya. 2.1.3
Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi Menurut Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (1999)
SHU atau sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan koperasi, penyusutan, dan kewajiban lainnya, serta pajak pada tahun buku yang bersangkutan. Proporsi alokasi penjatahan dan pembagian SHU ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Analisis terhadap usaha koperasi antara lain dapat dilakukan berdasarkan jenis unit usaha dan volume usahanya. Namun demikian, dapat juga dikaji dari segi aspek bentuk-bentuk usaha kerjasama dengan pihak lain, partisipasi anggota dalam usaha, bagaimana pelaksanaan rencana operasional program dan rencana kerjanya, serta aspek administrasi organisasi dan sarana usaha. Pengkajian aspek usaha koperasi sangat perlu dilakukan, sebab koperasi memiliki peranan yang cukup berarti dalam memberdayakan perekonomian masyarakat luas. Pada sisi lain, pengembangan usaha koperasi masih berhadapan dengan beberapa hambatan antara lain masih rendahnya aspek sumber daya manusia yang tercermin dari kurang berkembangnya semangat atau jiwa wirausaha, lemahnya penyerapan inovasi dan kurangnya kreativitas, serta rendahnya etos kerja dan profesionalisme. Kondisi seperti ini pada gilirannya
24 12
akan menghambat daya saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha. Usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui kemitraan usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal. Secara rinci, Hakim (2004) memaparkan tujuan dari kemitraan, yaitu : a. Tujuan dari Aspek Ekonomi Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara konkrit adalah : 1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat. 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan agar lebih menguntungkan. 3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. 4. Meningkatkan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional. 5. Memperluas kesempatan kerja. 6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional b. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya Sebagai wujud tanggungjawab sosial dari pengusaha besar menurut Hakim (2004) diwujudkan melalui pemberian pembinaan dan bimbingan kepada usaha kecil. Dengan pembinaan dan bimbingan terus menerus, diharapkan pengusaha kecil dapat tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Selain itu, berkembangnya kemitraan diharapkan dapat menciptakan pemerataan pendapatan dan mencegah kesenjangan sosial. Dari segi pendekatan
25 13
kultural, tujuan kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa dan kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan aspekaspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan. c. Tujuan dari Aspek Teknologi Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil, baik dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha ini bersifat pribadi atau perorangan sehingga kemampuan mengadopsi teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian diharapkan dengan adanya kemitraan, perusahaan besar dapat membina dan membimbing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha. d. Tujuan dari Aspek Manajemen Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga memiliki pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha diharapkan pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk membenahi manajemen, meningkatkan mutu SDM dan memantapkan organisasi usaha. 2.2
Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak
2.2.1
Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Soekartawi et.al (1986) mendefinisikan pengeluaran total usahatani
sebagai nilai semua masukan yang dikeluarkan dan habis terpakai di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : (a) biaya tetap; dan (b) biaya tidak tetap. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang
26 14
relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Dalam jangka pendek ditemui biaya tetap dan biaya variabel, namun dalam jangka panjang semua biaya bersifat variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi, antara lain mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Sementara biaya variabel yang yang dikeluarkan tergantung dari besarnya jumlah output yang dproduksi, meliputi antara lain, biaya pakan, obat-obatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya (Mubyarto, 1989). Menurut Gittinger (1986) cara yang praktis untuk menentukan besarnya hasil secara keseluruhan dari suatu usaha pertanian adalah dengan membandingkan manfaat yang diterima dengan atau tanpa usaha. Usaha ini dalam rangka pemanfaatan limbah ternak sapi perah. 2.2.2
Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka
waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut (Soekartawi et al, 1986). Penerimaan usahatani dibagi menjadi : a. Penerimaan Tunai Usahatani Penerimaan tunai uasaha tani adalah nilai yang diterima dari penjualan usahatani.
27 15
b. Penerimaan Kotor / Total Usahatani Penerimaan kotor atau total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai, seperti konsumsi keluarga, bibit, dan pakan ternak). Menurut Siregar (1990), penerimaan usahaternak sapi perah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penjualan susu, penjualan sapi-sapi afkir, dan penjualan pedet yang tidak digunakan untuk mengganti sapi laktasi merupakan penerimaan tunai usaha ternak sapi perah. Penjualan limbah kotoran ternak sapi perah yang digunakan untuk input usahatani peternak, penjualan susu untuk konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai. 2.3
Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia Menurut Sudono (1999), koperasi sapi perah merupakan perusahaan yang
bergerak di dalam produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi. Sebagai anggota koperasi, peternak adalah juga pemegang saham melalui simpanan wajib dan simpanan pokok dan sebagainya. Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya jika terjadi mismanajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan peternak anggota koperasi. Pada kenyataannya, berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa usaha sapi perah rakyat selama 25 tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, malah cenderung statis, khususnya dalam ukuran usaha yang tetap bertahan pada skala 2-3 ekor per peternak. Pada sisi koperasi
28 16
dilaporkan pula bahwa hanya 20 persen dari total koperasi sapi perah yang dapat dinyatakan beroperasi secara layak dengan tingkat produksi yang relatif tinggi. Permintaan susu dalam negeri relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan dan baru dapat dipenuhi 30 persen sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor. Beberapa tahun lagi, Indonesia akan memasuki pasar bebas dunia, dan ini berarti koperasi harus segera mencari jalan keluar bagi peningkatan produksi dan menjadi tuan di rumah sendiri. Sekalipun setelah krisis ekonomi, susu impor menurun dan penyerapan susu segar dalam negeri meningkat, IPS (Industri Pengolahan Susu) akan lebih menyukai impor susu karena harganya akan lebih murah. Meskipun saat ini, harga susu dunia melonjak hingga lebih dari 100% akibat kekeringan di Australia. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi. Peternakan rakyat menurut Badan Pusat Statistik tahun 2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala kepemilikan 2-3 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari. Hal ini disebabkan antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal. Skala usaha KUD sebagian besar (60%) kapasitas produksinya masih rendah, yaitu di
29 17
bawah 5.000 liter per hari. Skala kepemilikan sapi perah 2-3 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. 2.4
Penelitian Terdahulu Anisa (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Fungsi Biaya
dan Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah di Wilayah kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa rata-rata peternak memiliki sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau hanya 3,18 ST dari rata-rata kepemilikan sapi 4,03 ST. rataan produksi susu di daerah penelitian adalah 14,68 liter per ekor per hari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya produksi terbesar yang dikeluarkan peternak alah biaya pakan yaitu mencapai 54 persen pada peternak skala I dengan pemilikan sapi 3,91 ST dan 69,17 persen, pada peternak skala II dengan pemilikan sapi 4,29 ST. komponen biaya terbesar kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah biaya pembelian ternak dan biaya tenaga kerja. Penerimaan usaha ternak sapi perah di daerah penelitian yang paling utama adalah dari penjualan susu. Penerimaan sampingan usaha ternak sapi perah di lokasi penelitian berasal dari penjualan ternak, penjualan karung, penjualan kotoran ternak, nilai perubahan ternak dan susu yang dikonsumsi oleh keluarga peternak. Selanjutnya, Penelitian yang sama dilakukan oleh Sinaga (2003) dengan judul Pendugaan Fungsi Biaya Usaha Ternak Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha maka semakin tinggi produktivitas sapi laktasi. Produksi optimal dicapai pada saat produksi susu 670,99 liter per bulan per peternak atau 99,70 liter per ekor per
30 18
bulan atau pada saat penerimaan peternak hasil penjualan susu sebesar Rp 1.072.769,75 per peternak per bulan. Nurhayati (2000) melakukan penelitian dengan judul Pendugaan Fungsi Biaya dan Analisis Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah di Wilayah KUD Mukti Kabupaten Bandung, menunjukkan besarnya Biaya Variabel untuk skala usaha sampai tiga ekor sapi laktasi adalah Rp 365.270,00 per peternak per bulan dan untuk skala lebih dari atau sama dengan empat ekor sapi laktasi adalah Rp 576.038,00 per peternak per bulan. Ini berarti bahwa semakin besar skala usaha maka semakin besar biaya variabel yang dikeluarkan.
31 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Teoritis
3.1.1
Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dibutuhkan untuk pembentukan jaringan tubuh, sumber protein, energi dan aktivitas sel-sel dalam tubuh. Susu dapat dihasilkan dari ternak yang diperah. Saat ini, ternak yang dapat menghasilkan susu untuk dikonsumsi oleh manusia hampir semuanya berasal dari ternak sapi dan kambing perah. Susu dari sapi perah harganya lebih murah dan kuantitas dipasaran lebih banyak dibandingkan susu dari ternak kambing. Industri Pengolahan Susu (IPS) supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu segar dari industri peternakan. Industri peternakan di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu memasok 30 % bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 % bahan baku susu segar masih harus diimpor. Dengan melihat kondisi ini, maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi populasi dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha peternakan rakyat merupakan usaha budidaya ternak yang dikelola oleh petani peternak di pedesaan dengan skala kepemilikan ternak kecil dengan rata-rata kepemilikan kurang dari 5 ekor. Usaha tani ternak sapi perah rakyat umumnya hanya dijadikan sambilan oleh para petani jika mereka sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang cukup besar.
32 20
Untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan, maka harus lebih intensif dalam menjalankan usaha. Karena sebagian besar para peternak sapi perah merupakan skala usaha peternakan rakyat, maka difokuskan pada peningkatan skala usaha dari usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani peternak di Pedesaan. Sebelum melakukan perluasan skala usaha maka dibutuhkan suatu kajian dan analisis mengenai usaha peternakan sapi perah rakyat. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi usaha dan pendapatan yang diperoleh petani peternak dengan jumlah ternak yang dimilikinya. Analisis usaha tani ternak sapi perah dapat dilakukan dengan menganalisis usaha tani. Dalam analisis usaha tani perlu dicermati biaya-biaya yang diperhitungkan dan biaya yang tidak diperhitungkan. Contohnya sebagian besar petani tidak memperhitungkan tenaga dan pakan yang dapat diperoleh dari kebun sendiri. Oleh karena itu, dalam analisis usaha tani diperlukan analisis pendapatan. Soekartawi (1986) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan diperoleh dari penjualan output hasil produksi. Output yang harus diperhitungan meliputi penjualan susu, penjualan pedet, penjualan limbah peternakan dan penjualan sapi perah afkir. Sedangkan input dibagi menjadi input biaya tetap dan input biaya variabel. Input biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor produksi dan input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh volume faktor produksi. Selain itu, investasi yang dikeluarkan juga harus diperhitungkan. Penyusutan investasi dimasukkan dalam biaya tetap. Investasi pada usaha tani ternak sapi perah seperti
33 21
pembangunan kandang, peralatan dan pembelian sapi. Dengan dilakukannya analisis usaha tani ternak sapi perah rakyat maka dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perluasan skala usaha dengan melihat kemampuan dan sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, pembangunan peternakan khususnya usaha ternak sapi perah perlu mendapat bantuan dan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta dan investor. 3.1.2
Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barangbarang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Sistem pemasaran merupakan cara memasarkan hasil. Untuk peternakan, sistem ini bertujuan untuk memasarkan hasil peternakan. Sistem pemasaran dikenal dengan sistem pemasaran tunggal, pemasaran berganda dan pemasaran bertahap. Untuk saat ini para peternak sering menggunakan sistem pemasaran berganda. Sistem pemasaran berganda ini memakai lebih dari satu cara untuk memasarkan produknya. Tentu hal ini merupakan kebalikan dari sistem pemasaran tunggal. Pada sistem ini bukan hanya kepada pengumpul saja suatu produk dipasarkan, tetapi juga kepada distributor, pedagang besar, pabrik
34 22
makanan, hotel, restoran ataupun konsumen akhir. Tentu saja ini memerlukan lembaga, karena tidak mungkin semua itu dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan produksi peternakan (Rasyaf, 1996). Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen akhir atau petani produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul atau pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan sistem pemasaran. Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan lembaga pemasaran, yaitu : 1. Pembelian, yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual lagi atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual dan kuantitas tertentu, 2. Penjualan, yaitu bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh laba,
35 23
3. Pengambilan resiko, yaitu menghindari dan mengurangi resiko terhadap semua masalah dalam pemasaran, 4. Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama, 5. Penyimpanan, yaitu melakukan penyesuaian waktu antara penawaran dengan permintaan terhadap barang, 6. Pengangkutan, yaitu pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan, 7. Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang yang akan disalurkan, 8. Perbelanjaan atau pembiayaan, yaitu pengadaan dana dalam melakukan transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos pemasaran, 9. Informasi pasar, yaitu tingkat kepentingan pembeli atau penjual terhadap barang yang akan disalurkan. 3.1.3
Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi Biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini tetap
dipakai dalam analisis teori biaya produksi. Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (Rahardja, 2000). Menurut Rahim (2000), pengeluaran usahatani sama artinya dengan biaya usahatani. Biaya ini merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Daam hal ini, disebut ushatani untuk petani, melaut untuk
36 24
nelayan dan beternak untuk peternak. Biaya usaha ternak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). 1. Biaya Tetap (fixed Cost), umumnya diberikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan sebagai biaya yang tidak dipengaruhi
oleh
besarnya
produksi
komoditas
pertanian,
misalnya
penyusutan peralatan dan gaji tenaga kerja jika tenaga kerjanya berasal dari luar keluarga, sewa lahan, alat peternakan. 2. Biaya Variabel (Variable Cost), merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi susu. Jika menginginkan produksi susu yang tinggi, faktor produksi pakan ternak perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya akan berubah tergantung pada komoditi pertanian yang dihasilkan. 3. Biaya Total (Total Cost), biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 1985). Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung dari jumlah produksi yang mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai perubahan kuantitas produksi yang dihasilkan. Semakin besar kuantitas produk yang dihasilkan, makin besar biaya variabel yang diperlukan. Biaya ini meliputi biaya pakan, biaya obat-obatan dan vaksin, upah tenaga kerja dan biaya lainnya. Biaya total merupakan keseluruhan biaya produksi yang mencakup biaya tetap dan biaya variabel.
37 25
Sedangkan untuk pendapatan dalam usaha ternak sapi perah, Soekartawi (1985), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu : Π = TR – TC Keterangan : Π = Keuntungan, TR = Penerimaan, TC = Biaya 1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk. 2. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani. 3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. 4. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 5. Pengeluaran total usaha, yaitu semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antar penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha. Pendapatan usaha ternak merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja baik yang berasal dari keluarga ataupun tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, modal keluarga. 3.1.4
Sistem Pengelolaan Koperasi Koperasi memiliki perangkat organisasi yang terdiri atas rapat anggota,
pengurus, dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi. Dalam rapat ini semua anggota
38 26
menggunakan hak-haknya sebagai anggota koperasi. Keputusan yang diambil dalam rapat anggota ini dijadikan dasar untuk kerja koperasi dalam satu tahun mendatang. Pada umumnya rapat anggota koperasi diadakan satu tahun sekali, sehingga rapat ini dikenal dengan sebutan RAT (Rapat Anggota Tahunan). Keputusan rapat anggota diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat, jika hal ini tidak bisa dilaksanakan, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota memiliki satu suara. Rapat anggota dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis dari 10 persen jumlah anggota maupun atas kehendak pengurus. Segala
keputusan
dalam
rapat
anggota dinyatakan syah atau memiliki kekuatan hukum jika diputuskan melalui pengambilan keputusan yang demokratis. Keputusan dinilai demokratis apabila rapat anggota dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari 50 persen jumlah anggota. Apabila ini tidak tercapai, rapat ditunda paling lama dalam jangka waktu 7 hari. Perangkat organisasi lain adalah Pengurus Koperasi yaitu sekelompok orang yang diberi kepercayaan oleh anggota koperasi melalui rapat anggota untuk menjalankan keputusan-keputusan rapat anggota, dengan demikian pengurus merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota.
Pemilihan pengurus dapat
dilakukanmdengan cara yang telah disepakati oleh rapat anggota, yaitu pemilihan langsung, pemilihan aklamasi, dan pemilihan formatur. Tugas dan wewenang pengurus adalah mengelola koperasi dan usahanya, menyelenggarakan rapat anggota, dan memajukan rancangan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi untuk waktu tertentu. Selain itu pengurus harus membuat laporan hasil pekerjaannya kepada rapat anggota, mengajukan laporan keuangan dan laporan pelaksanaan tugas, memelihara daftar
39 27
buku anggota dan pengurus, serta memelihara semua kekayaan koperasi. Anggaran dasar telah mengatur, untuk tugas-tugasnya itu pengurus berhak untuk memperoleh uang atau jasa tertentu dari SHU atau sisa hasil usaha setiap satu tahun sekali. Besar kecilnya uang jasa ditetapkan oleh AD/ART. Masa jabatan pengurus paling lama 5 tahun, namun setelah itu dapat dipilih kembali. Kepengurusan dapat saja berhenti sebelum masa bakti selesai. Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diperlukan untuk mengawasi jalannya koperasi. Pengawas dipilih dari anggota yang memenuhi persyaratan sama untuk menjadi pengurus, dan memberikan pertanggung jawabannya kepada rapat anggota. Umumnya koperasi memilih tiga orang anggota sebagai pengawas, dengan posisi masing-masing sebagai ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan anggota. Pengawas memiliki tugas dan wewenang yang berbeda dari pengurus. Tugasnya antara lain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan koperasi. Sedangkan wewenangnya adalah meneliti catatan yang ada pada koperasi dan memperoleh seluruh keterangan yang diperlukan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya ini tentu saja harus didukung oleh para pengurus agar kegiatan koperasi selaras dengan AD/ART. Selain itu di beberapa koperasi yang telah berkembang usahanya, ada yang mempekerjakan manajer dan karyawan. Manajer adalah orang yang diangkat oleh pengurus dan diberi wewenang untuk mengelola usaha koperasi sesuai dengan aturan yang telah disepakati dalam perjanjian kontrak kerja, sedangkan karyawan adalah orang yang dipekerjakan dan digaji atau diupah oleh koperasi (Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. 1999).
40 28
3.2
Kerangka Pemikiran Penelitian Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, salah satunya
peternakan Sapi Perah. Sub sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian, sehingga harus dilaksanakan secara bertahap dan berencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu jenis usaha pada sub sektor peternakan yang cukup mendapat perhatian yaitu usaha sapi perah yang dikembangkan untuk memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan juga melihat tendensi pertambahan jumlah penduduk, pendapatan dan meningkatnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka pembangunan sub sektor peternakan juga mendapatkan porsi untuk dikembangkan karena subsektor ini mempunyai peranan yang cukup penting didalam perekonomian. Pertumbuhan subsektor peternakan cukup tinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya pada sektor pertanian. Kecamatan Cisurupan merupakan salah satu wilayah sentra penghasil susu di Kabupaten Garut. Namun hingga saat ini wilayah Kecamatan Cisurupan walaupun sebagai sentra penghasil susu di Kabupaten Garut tetap saja tidak memberikan kesejahteraan bagi para peternak. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu upaya untuk pengembangan usaha ternak sapi perah salah satunya dengan dibentuknya wadah koperasi. Dalam UU. No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam ramgka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
41 29
Undang Dasar 1945. Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggotanya dilakukan melalui koperasi. Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang terdapat di Cisurupan Kabupaten Garut. Tetapi, tidak semua peternak yang ada di kecamatan Cisurupan ini ikut bergabung dalam wadah koperasi, hanya sebagian peternak saja yang ikut bergabung dalam wadah koperasi. Oleh karena itu, perlu dianalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peternak ikut bergabung dalam wadah koperasi. Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Akan tetapi dengan adanya koperasi ini, belum tentu bisa benar-benar memperbaiki kondisi perekonomian masyrakat sekitar terutama peternak sapi perah. Banyak kendala-kendala dan hambatan-hambatan yang dihadapi salah satunya terkait dengan kelembagaan yaitu lemahnya manajemen usaha. Suatu koperasi tidak akan bisa berjalan dengan baik apabila tidak ada sistem pengelolaan usaha yang mengatur didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai aktor-aktor mana saja yang terlibat, apa saja hak dan kewajibannya, serta aturan main yang jelas. Suatu kelembagaan sangat penting dalam perkembangan kegiatan koperasi dan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha ternak itu sendiri. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka alur kerangka berpikir terkait penelitian ini tersaji dalam Gambar 1.
42 30
Potensi Ternak Sapi Perah
Peranan KUD Mandiri Cisurupan
Pengembangan Usaha KUD Mandiri Cisurupan
- Jumlah Produksi susu, jumlah Populasi Ternak, Jumlah Peternak - Pelayanan Kesehatan - Persediaan Bahan Baku - Penyuluhan - Pemasaran - Waserda dan Simpan Pinjam - Peranan KUD terhadap peternak Sapi Perah Cisurupan
- Analisis Deskriptif
Sistem Pengelolaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan
- Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan - Sistem Pengelolaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan - Permodalan - Skala Usaha - Kemitraan dengan Unit Usaha Lain
- Analisis Deskriptif
Hasil dan Rekomendasi Gambar 1. Kerangka Operasional KUD dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah
43 31
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakuan secara sengaja (purvosive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cisurupan merupakan daerah sentra produksi komoditas susu segar sapi perah yang terdapat kelompok peternak sapi perah dan telah menjadi anggota koperasi. Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2011. 4.2
Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data Primer akan diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dilapangan dengan peternak, ketua kelompok peternak dan pihak perusahaan mitra yang merupakan responden dalam penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para peternak, kelompok peternak mulai dari kegiatan memerah sampai tahap pemasaran serta pihak-pihak yang menjalin kemitraan. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS), KUD Mandiri Cisurupan, laporan kegiatan kelompok ternak, Garut dalam angka, Buku Monografi Kec. Cisurupan, serta berbagai referensi yang terkait dalam penelitian. 4.3
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan
sampel
sebagai
responden
dalam
penelitian
ini
menggunakan metode purposive, yaitu populasi sampel dibagi menjadi kelompok yang homogen terlebih dahulu (wilayah) dan anggota sampel ditarik setiap 44 32
wilayah. Wilayah yang akan dijadikan (sampel) dalam penelitian ini didasarkan pada tempat dimana peternak yang tergabung merupakan kelompok terbesar, masing-masing diambil 5 orang dari setiap kelompok anggota untuk dijadikan responden yaitu kelompok Desa Cisurupan, Desa Balewangi, Desa Cisero, Desa Sukatani, Desa Sukawargi, dan Desa Sirnajaya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang peternak anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri yang diambil dari 5 kelompok anggota peternak yang berasal dari 30 kelompok anggota KUD Mandiri. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Cara pengumpulan dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian secara singkat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tujuan Mengetahui peranan KUD terhadap pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak pada sapi perah Menganalisis kelembagaan pengelolaan KUD Cisurupan
4.4.1
Jenis dan Sumber Data Data primer dari masyarakat peternak Data primer
Metode Pengumpulan Data Kuisioner dan wawancara
Wawancara dan pengamatan langsung di lapangan
Metode Analisis Data Analisis deskriptif dan analisis pendapatan peternak sapi perah Analisis deskriptif
Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per
satuan. Analisis penerimaan usaha ternak merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya.
45 33
4.4.2
Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Biaya merupakan komponen paling penting dalam kegiatan usaha ternak
sapi perah. Biaya usaha ternak sapi perah dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai biaya untuk input produksi hingga biaya pemasaran. Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja peternak dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan (Rp). 4.4.3
Analisis Pendapatan dan Analisis BiayaUsaha Ternak Sapi Perah Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usaha ternak bertujuan
untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilihat dari total penerimaan dan total biaya. Pendapatan usaha ternak adalah total penerimaan dari usaha ternak dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak tersebut. Pada penelitian ini, pendapatan peternak dalam kurun waktu satu bulan. Π Tunai/bulan = TR – TC Π
= Π1 + Π2 + Π 3 + Π4
Keterangan : Π = Pendapatan (Rp/bulan ) Π1 = Pendapatan dari penjualan susu (Rp/bulan ) Π2 = Pendapatan dari usaha tani (Rp/bulan ) Π3 = Pendapatan dari buruh tani (Rp/bulan ) Π4 = Pendapatan dari buruh bangunan (Rp/bulan ) TR = Total Penerimaan (Rp/bulan)
46 34
TC = Biaya Tunai Produksi (Rp/bulan) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/bulan) 4.4.4
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Peneleitian dengan analisis deskriptif tidak terbatas sampai pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi lingkungan sosial ekonomi dan daerah sample. Hasil analisis kualitatif berupa perbandingan kondisi riil di lapang yang diperoleh dari pendapat-pendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kelembagaan koperasi dengan kondisi ideal yang diperoleh dari studi pustaka.
47 35
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1
Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat
5.1.1
Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota
Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat berkisar antara 900-1.215 meter persegi diatas permukaan laut. Berikut peta Kecamatan Cisurupan telihat pada Gambar 2.
Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)
Gambar 2. Peta Lokasi Kec. Cisurupan Batas wilayah Kecamatan Cisurupan sebagai berikut : ● Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi ● Timur berbatasan dengan Kecamatan Cigedug dan Bayongbong ● Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikajang ● Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung
48 36
5.1.2
Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat Jumlah penduduk Kecamatan Cisurupan Tahun 2010 sebanyak 94.812
orang, yang terdiri dari 48.039 orang laki-laki dan 46.773 orang perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 34.478 KK.
49%
51%
Laki-laki
Perempuan
Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)
Gambar 3. Jumlah Penduduk Cisurupan Laki-laki dan Perempuan Sedangkan berdasarkan kelompok umur, penduduk Cisurupan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Cisurupan berdasarkan Kelompok Umur No 1 2 3
Kelompok Umur (Tahun) 0-14 15-64 >65 Jumlah
Jumlah Orang 34.977 55.949 3.886 94.812
Persen 36,89 % 59,01 % 4,10 % 100 %
Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)
Kecamatan Cisurupan memiliki luas ± 4.521, 04 ha memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 1.089,77 jiwa/km2. Wilayah Kecamatan Cisurupan meliputi..RW, RT, dan Dusun yang sebagian besar dari luas wilayahnya adalah pertanian. Ekonomi masyarakat atau daya beli masyarakat Kecamatan Cisurupan dapat diketahui dari lapangan usaha penduduk.
49 37
1,40%
0,95% 0,77%
0,64% 0,32%
0%
4,56%
Buruh tani Petani
10,48%
5,53%
Buruh Serabutan 10,41%
5,65% 9,46%
Pedagang Peternak Jasa Angkutan Petani Penggarap
. Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)
Gambar 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk mayoritas berusaha disektor pertanian, baik di lahan milik sendi (berperan sebagai petani pemilik tanah) kurang lebih sekitar 10,41 % ataupun dilahan milik orang lain(bereperan sebagai petani penggarap tanah, petani penyakap, buruh tani) kurang lebih sekitar 10,48 %. Dengan demikian pendapatan perkapita masyarakat Cisurupan sangat dipengaruhi dengan oleh pertanian. Penduduk lainnya bermata pencaharian sebagai pedagang, buruh, PNS, pengrajin/ industri kecil, TNI/ POLRI, pensiunan, peternak, jasa dan lain-lain. 5.2
Karakteristik Responden Lokasi penelitian di Kabupaten Garut yaitu di Kecamatan Cisurupan,
merupakan kecamatan pengahasil susu segar sapi perah di Kabupaten Garut. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yang dilihat yaitu umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah kepemilikan 3 ekor sapi. Karakteristik peternak digunakan untuk mengetahui bagaimana cara peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perah.
50 38
5.2.1
Umur Peternak Responden Peternak yang dipilih sebagai responeden dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 orang peternak sapi perah dari 6 desa di Kecamatan Cisurupan yaitu, Desa Cisurupan, Desa Balewangi, Desa Cisero, Desa Sukatani, Desa Sukawargi, dan Desa Sirnajaya. Secara umum rata-rata umur petani responden dari 6 desa berumur 25-75 tahun. Umur peternak responden termuda berumur 25 tahun, sedangkan umur petermak responden tertua berumur 75 tahun. 10 %
36,67%
37-47 tahun
53,33%
25-37 tahun
47-75 tahun
Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 5. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Umur Responden Berdasarkan Gambar 5. dapat dilihat bahwa persentase terbesar berada pada kelompok unur 37-47, yaitu sebanyak 16 orang (53,33%), sedangkan persentase terbesar kedua berada pada kelompok umur 25-37 tahun, yaitu sebanyak 11 orang (36,67%) dan sisanya berada pada kelompok umur 47-75 tahun, yaitu sebanyak 3 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak responden yang beternak sapi perah adalah peternak yang cukup berpengalaman. Peternak tersebut biasanya mampu mengambil keputusan dalam menghadapi resiko produksi dalam usaha ternak.
51 39
5.2.2
Tingkat Pendidikan Peternak Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang akan mempengaruhi
bagaimana cara peternak berpikir dan bertindak. Tingkat pendidikan yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal. Tingkat pendidikan peternak responden meliputi tamat SD, tamat SMP, tamat SMA. Struktur tingkat pendidikan peternak responden tersebut yang dapat dilihat
20% 50% 30%
SD
SMP
SMA
Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 6. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Tingkat Pendidikan Hasil wawancara dengan peternak responden yang ditunjukkan pada Gambar 6, menunjukkan bahwa sebagian besar petrenak responden hanya berpendidikan hingga SD, yaitu sebanyak 15 orang (50 %). Kemudian tamat SMP sebanyak 9 orang (30 %). Selanjutnya tamat SMA sebanyak 6 orang (20 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak responden tergolong masih cukup rendah. 5.2.3
Lama Beternak Peternak Lamanya beternak yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi
bagaimana cara peternak mengambil suatu keputusan dalam produksi usaha ternak. Lama tidaknya peternak dalam beternak bisa menunjukkan tingkat pengalamannya dalam menghadapi berbagai resiko dalam beternak.
52 40
10% 30%
60%
0-5 tahun
5-10 tahun
> 10 tahun
Sumber : Hasil Wawancara dengan Peternak Anggota KUD Cisrupan
Gambar 7. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Lama Beternak Hasil wawancara dengan peternak responden yang ditunjukkan pada Gambar 7, menunjukkan bahwa sebagian besar petrenak responden sudah cukup berpengalaman dalam beternak sapi perah, hal ini terlihat dari cukup lamanya usaha mereka dalam beternak sapi perah
yaitu dengan pengalaman beternak
selama 5- 10 tahun sebanyak 16 orang (53 %). Kemudian pengalaman beternak selama 0-5 tahun sebanyak 11 orang (37 %). Selanjutnya pengalaman beternak lebih dari 10 tahun sebanyak 3 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa para peternak sudah cukup berpengalaman dalam beternak sapi perah. 5.3
Profil dan Keanggotaan KUD Mandiri Cisurupan
5.3.1
Profil KUD Mandiri Cisurupan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan beralamat di Jln. Raya
Cisurupan Km.12 Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. KUD Cisurupan telah berbadan hukum didasarkan pada No. 4827 C/BH/KWK/10/14. Saat ini KUD Cisurupan dipimpin oleh H. Ishak Maliki sebagai ketua dan jabatan sekretaris oleh Nyanyang Suhersa serta Ahmad Endang sebagai bendahara. KUD Mandiri Cisurupan memiliki pihak pengawas yang dipimpin oleh Maman Sukmana. Dalam menjalankan usahanya manajemen KUD Mandiri Cisurupan dibantu oleh
53 41
65 karyawan dan pada umumnya karyawan yang diperkerjakan di KUD Mandiri Cisurupan merupakan masyarakat sekitar KUD Mandiri Cisurupan. Karyawan KUD Mandiri Cisurupan yang terdiri dari 65 karyawan terdiri dari beberapa bagian diantaranya: 2 orang tim manajemen, 1 dokter hewan, 15 orang karyawan staf, 23 orang karyawan lapangan, 4 orang karyawan laboratorium, 12 orang karyawan IB/Keswan, 2 orang karyawan unit listrik, 1 orang karyawan waserda, 2 orang karyawan bengkel, 2 orang satpam/keamanan, dan 3 orang kernet. Tingkat pendidikan karyawan yang diperkerjakan di KUD Mandiri Cisurupan rata-rata lulusan SD . Tingkat pendidikan karyawan sangat mempengaruhi kualitas suatu organisasi, semakin tinggi pendidikan karyawan maka kualitas koperasi pasti akan semakin baik pula. Untuk mempermudah pengawasan terhadap anggotanya KUD Mandiri Cisurupan membentuk kelompok-kelompok kecil dari setiap desa di Kecamatan Cisurupan.
Pembentukan
kelompok
untuk
mengefisiensikan
pengelolaan
organisasi yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan baik antar pengurus dengan anggota maupun antara anggota dengan anggota lainnya. Kelompok ini dapat dijadikan sebagi media informasi dan konsultasi yang dilakukan antar anggota dengan pengurus KUD Mandiri Cisurupan. 5.3.2 Visi dan Misi KUD Cisurupan Visi dan misi suatu organisasi merupakan suatu sarana untuk menjaga hubungan komunikasi pihak manajemen, antar anggota serta para stakeholder yang memiliki kepentingan dalam kegiatan organisasi tersebut. Manfaat terbesar dari dua pernyataan ini dapat dijadikan sebagai alat manajemen strategis yang berasal dari spesifikasi mereka terhadap tujuan akhir organisasi. Visi adalah suatu
54 42
pernyataan singkat yang merupakan tujuan jangka panjang suatu organisasi yang mampu menggambarkan bentuk atau jatidiri dari organisasi yang dijalankan. Misi merupakan suatu deklarasi sikap dan pandangan. Misi yang baik memungkinkan penciptaan dan pengembangan beragam tujuan dan strategi alternative tanpa kemudian menghambat krestivitas manajemen. Selain itu, pernyataan misi perlu luas agar dapat secara efektif merekonsiliasi perbedaan di kalangan, dan menarik bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu individu-individu dan kelompok-kelompok individu yang memiliki kepentingan atau tuntutan khusus pada organisasi atau perusahaan. KUD Cisurupan hingga saat ini belum memiliki visi dan misi yang tertulis secara jelas. Sedangkan arahan misi organisasi yang digunakan KUD Cisurupan untuk
mencapai
tujuannya
didasarkan
pada
konsep
koperasi
yaitu
“menyejahterakan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya”, artinya KUD Cisurupan memiliki tujuan untuk berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada anggotanya melalui unit usaha yang dijalankan, guna meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyrakat sekitarnya. 5.3.3
Keanggotaan KUD Mandiri Cisurupan Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung
keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan dapat direalisasikan. Semua program yang akan dilaksanakan oleh manajemen memperoleh dukungan dari semua unsur atau komponen dalam organisasi. Dalam koperasi semua program manajemen bukan hanya perlu mendapat dukungan dari anggota saja namun merupakan kebutuhan bagi anggotanya.
55 43
Tabel 6. Jumlah Anggota dan jumlah Simpanan Anggota
Thn
Anggota Aktif (orang)
Anggota Dilayani (orang)
Calon Anggota (orang)
Jumlah Anggota (orang)
Jumlah Simpanan
2004 2005 2006 2007 2008
1.490 1.268 1.271 1.298 1.117
2.045 2.006 2.011 2.063 2.156
1.497
5.567 3.274 3.282 3.361 3.273
Rp. 476.148.129,00 Rp. 491.302.629,00 Rp. 509.480.629,00 Rp. 523.407.629,00 Rp. 537.334.629,00
Sumber : Laporan Data KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Mandiri Cisurupan Tahun Buku 2009, Perkembangan anggota KUD Mandiri Cisurupan cukup fluktuatif. Pada tahun 2006 jumlah anggota KUD Mandiri Cisurupan mengalami penurunan drastis yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang buruk serta perubahan cuaca yang tidak menentu mengakibatkan jumlah dan kualitas susu yang dihasilkan rendah. Hal ini berdampak pada rendahnya harga susu di tingkat peternak, dan memancing para peternak untuk menjual produksi susunya ke tempat yang mampu membayar produksi susunya lebih tinggi dari KUD Mandiri Cisurupan. Pada tahun 2007, KUD Mandiri Cisurupan mulai melakukan pembenahan sedikit demi sedikit pada manajemen koperasinya. Hal tersebut pun berdampak pada peningkatan kembali jumlah anggota secara berangsur-angsur diikuti meningkatnya kapasitas dan kualitas produksi susu yang dihasilkan. 5.4
Kondisi Umum Usaha ternak Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu sumber mata pencaharian
sebagian masyarakat di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut disamping bertanam sayuran dan padi. Usaha ternak sapi perah merupakan kegiatan usaha koperasi yang memiliki kontribusi besar dalam memberikan kesejahteraan bagi
56 44
anggota KUD Cisurupan. Usaha peternakan ini dilakukan secara tradisional mulai dari pengambilan pakan, perawatan hingga pemerahan. Selain sapi perah masih ada jenis ternak lain yang diusahakan diantaranya domba, kambing dan kerbau. Kegiatan yang dilaksanakan dalam unit ternak sapi perah meliputi upaya menjaga ketersediaan pakan ternak, menjaga kebersihan, kesehatan dan pelestarian keturunan ternak, menjaga kapasitas dan kualitas produksi susu, hingga pada pemasaran susu yang dihasilkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Upaya menjaga kebersihan, kesehatan dan pelestarian ternak merupakan tanggung jawab peternak, yang kemudian dibantu dengan pelayanan yang diberikan KUD Mandiri Cisurupan melalui penyuluhan, pemeriksaan kesehatan hewan dan inseminasi buatan (IB) melalui penyediaan dokter hewan keliling. Kemudian untuk menjaga kapasitas dan kualitas sangat bergantung terhadap upaya kerja sama peternak dalam menjaga kebersihan dan kesehatan ternaknya. Disamping pemberian penyuluhan, upaya pengontrolan secara berkala pun dilakukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan ternak dilapangan. Saat ini Industri Pengolahan Susu (IPS) menetapkan standar kualitas susu yang akan diterima dari peternak lokal, jika standar tersebut tidak dipenuhi maka akan dikenakan sanksi penolakan terhadap susu yang dipasok atau penalti terhadap harga susu, dan penalti biasanya dilakukan jika kandungan bakteri yang terdapat dalam susu melebihi standar yang ditentukan. Hal ini berdampak pada penurunan harga susu yang diberikan Industri Pengolahan Susu (IPS). Secara umum saat ini standar kulaitas susu yang diterapkan perusahaan meliputi komponen Total Solid (TS), Total Plate Count (TPC), Fat (Lemak Susu), Solid
57 45
Non Fat (SNF), Freezing Point, Lactose, Ph, dan Antibiotik. Berikut rincian susu yang diterapkan : TPC (<5 juta/ml susu), TS (> 11,3), Fat (+/- 4%), SNF (+/- 8%), Freezing Point (< 0,565), Lactose ( < 4,6), Ph (<6,9), Antibiotik (-). Hingga saat ini produksi akan susu segar dari peternak dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Masing-masing perusahaan hanya mampu meyerap kurang lebih 400-475 ton per hari susu segar dari peternak. Jumlah itu hanya memenuhi 20-25 % dari kebutuhan perusahaan, sedangkan sisanya IPS menyerap dari susu impor. Untuk memenuhi standar tersebut KUD Mandiri Cisurupan menerapkan SOP dalam pengelolaan susu mulai penerimaan dari peternak hingga pada pengiriman ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yang menjadi target pemasaran susu segar KUD Mandiri Cisurupan. Perkembangan jumlah kelahiran ternak sapi perah KUD Mandiri Cisurupan saat ini mencapai ± 2250 ekor sapi dengan jumlah peternak kurang lebih 1.300 orang. Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Cisurupan Tahun Buku 2004-2009 berikut perkembangan jumlah pedet KUD Cisurupan dapat dilihat
Jumlah Populasi
pada Gambar 7. 2300 2250 2200 2150 2100 2006
2007
2008
2009
Perkembangan Kelahiran Sapi Sumber : : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 8. Perkembangan Jumlah Kelahiran Sapi KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009
58 46
Tingkat kelahiran sapi dari tahun 2006-2009 mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari adanya penurunan pada tahun 2008 disebabkan terjadinya krisis ekonomi dan kondisi iklim yang tidak mendukung, dan terjadi peningkatan kembali pada tahun 2008 hingga saat ini.
59 47
VI. PERANAN KUD MANDIRI CISURUPAN TERHADAP USAHA TERNAK SAPI PERAH 6.1
Pelayanan Kesehatan Pelayanan ini berupa pelayanan dokter hewan dan obat-obatan dengan
adanya tunjangan dari pemerintah untuk ternak yang sakit. Peternak juga mendapatkan tunjangan dalam melakukan inseminasi buatan. Tidak semua sapi melakukan inseminasi buatan dan dilakukan apabila ada permintaan dari peternak. Peternakan sapi perah di KUD Mandiri Cisurupan mengalami peningkatan, hal ini
Jumlah Populasi (ekor)
dapat terlihat dari jumlah populasi sapi perah di KUD Mandiri Cisurupan. 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2006
2007
2008
2009
Perkembangan Usaha Sapi Perah Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 9. Perkembangan Jumlah Populasi Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009 Perkembangan usaha sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan sudah cukup baik, hal ini terlihat pada gambar yang menunjukkan jumlah populasi sapi perah yang dimiliki para peternak terus mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan karena kondisi ekonomi yang menurun dan pendidikan peternak yang masih rendah sehingga usaha ternak sapi perah mengalami penurunan, akan tetapi berkat usaha dan kerja keras dari para pengurus KUD Mandiri Cisurupan sehingga koperasi pun berhasil menarik kepercayaan masyarakat untuk ikut bergabung kembali dengan koperasi dan
60 48
memulai usaha ternak sapinya kembali. Selain itu, jumlah peternak yang menjadi anggota KUD Mandiri Cisurupan pun mengalami peningkatan. Tabel 7. Perkembangan Jumlah Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009 No Tahun Jumlah Anggota (orang) 1 2006 1.250 2 2007 1.300 3 2008 1.268 4 2009 1.350 Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009) Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Mandiri Cisurupan Tahun Buku 2009, jumlah peternak mengalami peningkatan. Akan tetapi, pada tahun 2008 jumla peternak sempat mengalami penurunan karena para peternak tidak mampu mempertahankan usahanya dan juga karena pengetahuan mereka yang masih sangat rendah sehingga tidak mampu mengatasi berbagai resiko yang dihadapi. Pada tahun 2009, koperasi melakukan pembenahan dan berkat kerja keras dan keyakinan pengurus koperasi sehingga KUD Mandiri Cisurupan berhasil menarik kembali kepercayaan masyarakat untuk bisa mengembangkan kembali usaha ternak sapi perah. 6.1.1 Kegiatan Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pada Sapi Perah. Pelayanan bidang reproduksi di peternakan sapi perah KUD Mandiri Cisurupan meliputi pelayanan inseminasi buatan (IB), pemeriksaan kebuntingan (PKB), penanganan infertilitas dan sterilitas (kemajiran). Pelayanan inseminasi buatan (IB) dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) yang diikuti mahasiswa bersama petugas lapangan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Pelayanan IB dan PKB di KUD Mandiri Cisurupan per Bulan No Kegiatan Jumlah (ekor) 1 Inseminasi buatan (IB) 324 2 Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) 108 Sumber: Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
61 49
Sistem pelaporan inseminasi buatan di KUD Mandiri Cisurupan dilakukan dengan beberapa cara yaitu: menitipkan nama peternak ke petugas pengambil susu, datang langsung ke KUD atau menghubungi melalui telpon atau pesan singkat ponsel. Di KUD ada seorang petugas yang merekapitulasi laporan permintaan inseminasi buatan dari peternak dan akan mengelompokkan berdasarkan wilayah kerja inseminatornya. Pada pukul 08.00 inseminator akan mendapatkan daftar nama peternak dari tiap wilayah kerjanya siapa saja yang sapinya minta diinseminasi. Setelah selesai melakukan inseminasi petugas akan mencuci tangan dan mencatat pelaksanaan inseminasi tersebut pada struk rangkap tiga, di mana lembar pertama untuk peternak, lembar kedua akan diserahkan ke KUD dan lembar terakhir sebagai arsip inseminator. Di KUD lembar tadi akan dipindahkan ke komputer data base KUD untuk data keberhasilan IB, jumlah straw yang terpakai dan kinerja inseminator. Lembar tersebut berisi data antara lain: nama peternak, kelompok, alamat, nama atau nomor sapi, tanggal IB terakhir, tanggal kelahiran terakhir, inseminasi keberapa setelah partus, informasi straw, derajat birahi, petugas dan tandatangan peternak. Pelaksanaan inseminasi buatan di KUD Mandiri Cisurupan sudah dilakukan dengan baik sesuai literatur. Pelaksanaan inseminasi buatan yang dilaksanakan dengan benar akan memberikan beberapa keuntungan antara lain: menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding), dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantannya telah mati, menghindari
62 50
kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin (Rahadi 2009). 6.1.2
Kegiatan Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) Pemeriksaan kebuntingan pada peternakan sapi perah di Cisurupan tidak
terjadwal rutin oleh KUD. Petugas lapangan baru memeriksa kebuntingan apabila ada permintaan dari peternak, banyak kejadian di lapangan peternak mengasumsikan bila sapi tidak kembali menunjukan gejala estrus setelah sebulan diinseminasi dianggap berhasil, sedangkan bila kembali menunjukan gejala estrus akan dilaporkan untuk diinseminasi lagi. Apabila ada laporan pemeriksaan kebuntingan petugas akan datang ke kandang dan bertanya kapan terakhir diinseminasi dan melihat kartu bukti IB terakhir. Apabila sudah memasuki hari ke 60, petugas akan melakukan palpasi. Apabila di bawah 60 hari petugas akan menunda pemeriksaan kebuntingan sampai mencapai hari ke 60. Pengetahuan tentang kebuntingan ternak setelah inseminasi sangat penting bagi peternak dan petugas lapangan untuk memutuskan tindakan selanjutnya terhadap ternak tersebut. 6.2
Persediaan Bahan Baku Untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak baik untuk kelangsungan
hidupnya maupun untuk berproduksi perlu diketahui komposisi zat makanan dari bahan yang akan digunakan. Rumput dan hijauan pada umumnya mengandung protein dan energi yang lebih rendah dari pada konsentrat. Pemberian rumput yang baik tanpa tambahan konsentrat biasanya hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok 1-2 liter susu. Bahan baku yang disediakan KUD Cisurupan dalam
63 51
menjalankan usaha ternak sapi adalah ketersediaan pakan ternak. Pakan yang diberikan berupa pakan konsentrat. Pakan konsentrat membutuhkan bahan baku yang diperoleh dari para pengumpul daerah sekitar, pihak GKSI dan pengumpul baku lainnya. Untuk persediaan pakan konsentrat yang dikelola oleh KUD Mandiri setiap bulannya diperlukan 200-288 ton konsentrat. Konsentrat yang diberikan dikemas dalam bentuk karungan dengan harga jual Rp. 1600 Per kilonya. Pengolahan pakan konsentrat meliputi beberapa langkah kegiatan dengan menggunakan alat bantu mesin gilling dan mixer. Kualitas konsentrat sangat berpengaruh terhadap hasil produksi susu yang dihasilkan sapi perah. Berikut adalah jumlah produksi susu yang dihasilkan sapi perah pada KUD Mandiri
Jumlah susu (liter)
Cisurupan pada tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Gambar 10. 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2006
2007
2008
2009
Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 10. Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009 Rata-rata kemampuan produksi sapi perah meningkat meskipun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang disebabkan para peternak tidak mampu melanjutkan usaha ternaknya kembali karena kondisi ekonomi yang semakin memburuk dan tingkat pengetahuan peternak yang masih sangat rendah dalam mengahadapi berbagai resiko. Akan tetapi pada tahun 2009 produksi susu sapi 64 52
perah mengalami peningkatan kembali karena usaha dan kerja keras dari koperasi dan para peternak itu sendiri untuk mengembangkan usahanya, serta usaha dari koperasi dalam peningkatan kualitas konsentrat yang sangat berpengaruh terhadap hasil produksi susu yang dihasilkan sapi perah. Hal ini dapat dikatakan bahwa KUD Mandiri Cisurupan sudah cukup baik dalam memberikan pelayanan dalam hal penyediaan baku karena mempermudah para peternak dalam mencari pakan konsentrat untuk sapi perah. 6.3
Penyuluhan Kegiatan penyuluhan telah banyak dilakukan oleh Dinas Peternakan
setempat tentang hal-hal yang menyangkut teknis beternak, sedangkan yang menyangkut organisasi koperasi dilakukan oleh Kantor Koperasi setempat. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan KUD Cisurupan terhadap para anggota peternak tidak menentu, kadang penyuluhan dilakukan setiap sebulan sekali terkadang juga dilakukan setiap 3 bulan sekali. Materi penyuluhan ini biasanya berupa hal-hal teknis tentang cara beternak yang baik dan cara-cara menghadapi resiko selama beternak. Akan tetapi, karena sebagian besar pendidikan dari para anggota peternak KUD Cisurupan ini masih rendah sehingga sebagian besar dari mereka kurang mengerti dan kurang memahami apa yang disampaikan dalam penyuluhan. Oleh karena itu, dalam hal ini pihak koperasi harus betul-betul dalam memberikan penyuluhan dan juga harus dilakukan secara perlahan-lahan agar para anggota peternak akhirnya bisa lebih mengerti dan lebih memahami apa yang disampaikan dalam penyuluhan, sehingga pada akhirnya penyuluhan tersebut bisa diaplikasikan dengan baik oleh para peternak anggota Koperasi Cisurupan.
65 53
6.4
Pemasaran Sasaran pemasaran koperasi berbeda dengan perusahaan yang pada
umumnya. Dalam koperasi sasaran pemasaran tidak hanya memaksimumkan keuntungan saja, melainkan perlu memaksimumkan output, meminimumkan biaya rata-rata, keseimbangan kompetitif, dan memaksimumkan deviden (SHU) peranggota guna memberikan pelayanan dan kesejahteraan terhadap anggota. Untuk pemasaran yang optimal organisasi perlu memperhatikan konsumen, perencanaan produksi, penetapan harga, dan distribusi. 6.4.1
Analisis Pelanggan Pelanggan produk unit usaha ternak sapi perah KUD Cisururpan
merupakan Industri Pengolahan Susu (IPS) yang membutuhkan konsumsi susu segar dalam jumlah yang besar. Konsumsi terhadap susu segar tersebut, selanjutnya akan diolah menjadi berbagai macam produk olahan susu. PT. Indomilk, PT. Danone, dan PT. Diamond merupakan industri pengolahan susu yang menampung hasil susu KUD Mandiri Cisurupan. Dalam proses menyerap susu segar dari peternak, Industri Pengolahan Susu (IPS) menetapkan standar kualitas susu yang harus dipenuhi KUD Mandiri Cisurupan. Hal ini berkaitan dengan upaya perusahaan dalam menjaga citra perusahaan terhadap produk olahan susu yang dihasilkan, melihat kondisi masyarakat yang semakin selektif dan kritis dalam menggunakan produk olahan susu. Namun, disisi lain adanya penetapan standar penerimaan susu Industri Pengolahan Susu (IPS) ini hanyalah strategi yang diterapkan oleh perusahaan untuk memberikan peluang besar konsumsi impor serta menghambat penyerapan susu lokal.
66 54
6.4.2 Penjualan Produk KUD Cisurupan merupakan koperasi yang mampu memproduksi susu dan menjualnya dalam bentuk susu segar melalui unit ternak sapi perahnya kepada IPS. Penjualan susu KUD Cisurupan dilakukan kepada 3 perusahaan IPS Indonesia yaitu PT. Indomilk, PT. Danone, dan PT. Diamond. Perkembangan penjulan susu KUD Cisurupan mengalami tren peningkatan pada salah satu IPS
Liter Susu
dan tren penurunan pada IPS lainnya. 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 2006 PT. Indomilk
2007
2008
2009
PT. Danone
PT. Diamond
Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 11. Perkembangan Penjualan susu KUD Mandiri Cisurupan ke IPS Kebutuhan bahan baku susu setiap perusahaan rata-rata sebesar 1900 ton perhari, akan tetapi hanya 25 % nya atau sekitar 475 ton yang di suplai dari dalam negeri. Sisanya sekitar 1.425 ton bahan baku susu masih diimpor. Oleh karena itu, saat ini KUD Mandiri Cisurupan harus terus berupaya untuk melakukan peningkatan produksi susu baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi permintaan Industri Pengolahan Susu (IPS) tersebut. 6.4.3 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi unit ternak sapi perah KUD Mandiri Cisurupan saat ini difokuskan pada pemenuhan standar kualitas susu yang diterapkan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) serta peningkatan kualitas susu yang dihasilkan sapi perah. Fokus rencna tersebut dilakaukan karena semakin ketatnya standar
67 55
kualitas susu yang diterapkan Industri Pengolahan Susu (IPS), serta gencarnya akses impor susu yang dipermudah dengan penerimaan bea masuk nol persen. Jumlah kapasitas susu yang dihasikan KUD Mandiri Cisurupan pun perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan akan susu, sebagai dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan pola hidup masyrakat yang sadar akan pentingnya kesehatan. Upaya yang dilakukan berbentuk kegiatan penyuluhan dan pengontrolan kesehatan ternak, dan pemenuhan kelengkapan fasilitas pengontrolan kualitas susu dengan berstandar industri. 6.4.4 Distribusi Saluran distibusi susu yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan yaitu di mulai dari peternak, kemudian dilakukan proses dan pengecekan standar industri oleh KUD, hingga pada penyaluran langsung ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Dalam pendistribusian susu ini, KUD Mandiri Cisurupan menyediakan beberapa unit kendara operasional pada masing-masing wilayah peternak untuk mengangkut susu, dan kendaraan operasional penyalur ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Dalam pendistribusian susu dari peternak hingga ke Industri Pengolahan Susu (IPS) terdapat proses pengecekan dan pengolahan susu yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan guna menjamin kualitas susu yang disalurkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Proses pengontrolan pertama berawal dari pengambilan susu dari peternak yang dilakukan pada pos-pos penampungan susu KUD di daerah setempat. Pengontrolan ini meliputi tes total solid (TS), berat jenis, serta suhu susu. Setelah susu dinyatakan lolos check, maka susu
68 56
dimasukkan ke dalam tangki penampungan untuk kemudian dibawa ke KUD dilakukan proses berikutnya.
Peternak
IPS
Pos Penampungan
Check 3
Check 1
Tangki Penampungan 1
Tangki Penampungan 2
Chilling
KUD
Check 2
Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)
Gambar 12. Proses Pendistribusian oleh Susu KUD Mandiri Cisurupan Setelah tiba di KUD susu kemudian dilakukan pengontrolan kedua mencakup test TS, berat jenis dan suhu susu, kemudian susu diambil sample (contoh susu) ke laboratorium untuk kemudian dicheck kandungan susu yang meliputi: TPC, Fat, Ts, Laktosa, Protein, dan sebagainya. Proses lanjutan dari tangki penampungan pertama adalah proses chilling, proses ini merupakan kegiatan pengolahan susu untu sterilisasi susu yang dihasilkan. Setelah proses chilling, susu kemudian dimasukkan ke tangki penampungan kedua dan dilakukan pengecheckan terakhir sebelum susu disalurkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS), di dalam tangki penampungan susu dikondisikan pada susu lima hingga enam derajat celcius untuk menghambat perkembangan bakteri selama perjalanan. Susu yang telah mengalami proses pengecheckan dan pengolahan berdasarkan standar industri selanjutnya dikirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Distribusi susu dari koperasi menuju Industri Pengolahan Susu (IPS) cukup memakan banyak risiko pengurangan susu mulai dari penyusutan, dan tumpah lapang. Jarak KUD Mandiri Cisurupan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) kurang lebih mencapai 209-221 km.
69 57
6.5
Waserda (Warung Serba Ada) dan Simpan Pinjam Unit Waserda merupakan kegiatan usaha koperasi dalam bentuk warung
yang menyediakan berbagai produk kebutuhan anggota, seperti peralatan rumah tangga, penyediaan sembilan bahan pokok, makanan kecil dan minuman, pakaian dan produk-produk lainnya yang menjadi kebutuhan anggota. Pelayanan yang diberikan oleh unit waserda selain menyediakan produk dan perlatan kebutuhan anggota adalah pada sistem pembayaran yang diperkenankan untuk meminjam terlebih dahulu. Kemudian dari sisi harga produk yang disediakan unit waserda KUD Mandiri Cisurupan dari sisi harga produk yang disediakan unit waserda KUD Mandiri Cisurupan relatif lebih murah dibandingkan dengan warungwarung pada umumnya sehingga mampu bersaing. Selain itu, KUD Mandiri Cisurupan juga memiliki usaha simpan pinjam, yaitu kegiatan koperasi yang pelaksanaannya meliputi simpanan, pinjaman dan pendidikan. Simpanan yang dimaksud adalah usaha untuk melayani simpanansimpanan para anggota koperasi, seperti simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan cadangan. Simpanan pokok adalah biaya administrasi pada waktu anggota pertama kali mendaftar. Simpanan wajib adalah tabungan yang dibayar secara berkala bisa per bulan atau per minggu sesuai dengan peraturan dan kesepakatan Dana cadangan adalah dana yang diperoleh bukan dari anggota. Koperasi simpan pinjam umumnya didirikan agar menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan anggotanya dalam hal bantuan pinjaman (modal berupa pinjaman uang). Dari dana yang ada, koperasi meminjamkannya kembali kepada anggotanya, dengan persyaratan-persyaratan, waktu, cara pengambilannya, dan besar nominal yang sudah ditentukan oleh rapat anggota.
70 58
Koperasi simpan pinjam sangat membantu nadi ekonomi masyarakat, khususnya usaha-usaha kecil atau tradisional yang membutuhkan pinjaman modal dengan syarat yang tidak sulit dan bunga yang tidak terlalu besar. Usaha simpan pinjam akan berjalan dengan lancar apabila didukung oleh kerja sama para anggotanya, misalnya anggota membayar simpanan secara rutin, anggota yang meminjam dana mengembalikannya tepat waktu, dan peran aktif semua pihak yang terkait dalam memajukan koperasi.
71 59
VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN 7.1
PERAH KUD
Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan
7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen KUD Mandiri Cisurupan dibantu oleh 65 karyawan yang terdiri dari 2 orang tim manajemen, 1 dokter hewan, 15 orang karyawan staf, 23 orang karyawan lapangan, 4 orang karyawan laboratorium, 12 orang karyawan IB/Keswan, 2 orang karyawan unit listrik, 1 orang karyawan waserda, 2 orang karyawan bengkel, 2 orang satpam/keamanan, dan 3 orang kernet. Untuk mempermudah pengawasan terhadap anggotanya KUD Mandiri Cisurupan membentuk kelompok-kelompok kecil dari setiap desa di Kecamatan Cisurupan.
Pembentukan
kelompok
untuk
mengefisiensikan
pengelolaan
organisasi yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan baik antar pengurus dengan anggota maupun antara anggota dengan anggota lainnya. Kelompok ini dapat dijadikan sebagi media informasi dan konsultasi yang dilakukan antar anggota dengan pengurus KUD Mandiri Cisurupan.
72 60
Rapat Anggota
Badan Penasehat
Pengurus
Pengawas
Manajer
Bag. Personalia/ umum
Bag. Pelayanan Teknis Sapi Perah
Bag. Kontrol Kualitas & Sanitasi Susu
Bag. Makan Ternak
Bag. Produksi & Pemasaran Susu
Bag. Simpan Pinjam &Waserda
Bag. Angkutan
Anggota Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Cisurupan
Gambar 13. Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Keterangan
: : Garis Komando/Pendelegasian : Garis Tanggung Jawab : Pelayanan
● Rapat Anggota Kekuasaan tertinggi dalam kehidupan perkoperasian terletak pada rapat anggota. Rapat anggota sekurang-kurangnya diadakan satu kali dalam satu tahun sehingga sering disebut rapat anggota tahunan (RAT).
73 61
Di KUD Mandiri Cisurupan sebelum pelakasanaan RAT dilakukan pra RAT yang berfungsi untuk mempersiapkan laporan-laporan serta hal-hal yang akan dibicarakan dalam RAT. Dalam pelaksanaan RAT tidak semua anggota KUD Mandiri Cisurupan mengikutinya. Hal ini dikarenakan faktor tempat RAT yang tidak dapat menampung seluruh anggota. Anggota yang mengikuti RAT wakil yang dipilih dalam pra RAT dari masing-masing kelompok. Hal yang ditetapkan dalam RAT adalah sebagai berikut : 1. Anggaran Dasar 2. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi 3. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas 4. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan 5. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya 6. Pembagian sisa hasil usaha RAT sudah dapat dimanfaatkan oleh anggota dengan berpartisipasi aktif. Untuk anggota peternak, partisipasinya dapat dikatakan cukup tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan dimana yang menghadiri adalah wakil kelompok yang dipilih oleh anggotanya sehingga yang hadir adalah peternak aktif. ● Pengurus Pengurus koperasi merupakan pimpinan koperasi yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan koperasi. Pengurus koperasi dipilih, diangkat dan diberhentikan anggota melalui rapat anggota. Pengurus di KUD Mandiri Cisurupan berjumlah 4 orang yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan
74 62
bendahara dengan masa jabatan 5 tahun. Berdasarakan hasil rapat anggota tentang pemilihan pengurus untuk masa bakti 2005-2010 terpilih sebanyak 4 orang, yaitu : a. Ketua
: sebagai penanggungjawab umum bertugas membidangi usaha koperasi
b. Wakil Ketua
: membantu ketua dalam membidangi usaha koperasi
c. Sekretaris
: bertugas membidangi kesekretariatan dan keanggotaan
d. Bendahara
: bertugas dalam pengelolaan dan keuangan
Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya pengurus koperasi berpedoman pada Anggaran Dasar KUD Mandiri Cisurupan. Sedangkan untuk operasionalnya, pengurus berpedoman kepada program kerja yang telah dirumuskan dan diputuskan bersama sesuai dengan anggaran dasar KUD Mandiri Cisurupan. ● Pengawas Pengawas koperasi dipilih oleh anggota dalam rapat anggota dengan masa jabatan 3 tahun. Pengawas berkewajiban melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi, dan memberikan koreksi, saran serta teguran kepada Pengurus. ● Badan Penasehat dan Pelindung (BPP) Keberadaan badan penasehat dan pelindung (BPP) sangat penting artinya, dimana tugas BPP ini adalah : a. Membantu menumbuhkembangkan KUD dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi.
75 63
b. Terlindungnya KUD dari kegiatan usaha dan tindakan yang dapat merugikan dan merusak citra KUD baik yang dilakukan pengelola, anggota maupun oleh masyarakat pada umumnya. Pemilihan BPP ini dilakukan setiap 3 tahun sekali, keberadaan BPP di KUD Mandiri Cisurupan ini belum berfungsi dengan baik. Proses pergantian anggota BPP ini sangat tergantung kepada pemerintah daerah setempat karena baik gaji ataupun pertanggungjawaban dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. 7.1.2 Sistem Pengambilan Keputusan Sistem pengambilan keputusan KUD Mandiri Cisurupan berada pada rapat anggota. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi, dimana Rapat Anggota KUD Mandiri Cisurupan ini dilaksanakan untuk menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga perubahan AD/ART. Rapat Anggota ini dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun dan dapat dilakukan secara langsung atau melalui perwakilan yang pengaturannya ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga. Rapat Anggota KUD Mandiri Cisurupan ini terdiri dari Rapat Anggota Tahunan (RAT), Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RARK dan RAPBK), Rapat Anggota Khusus (RA Khusus) dan Rapat Anggota Luar Biasa (RA LB).
76 64
Sistem Pengambilan Keputusan
Rapat Anggota
RAT
RARK dan RAPBK
RA Khusus
RALB Pengurus KUD Mandiri Cisurupan Sumber : Hasil Wawancara dengan Pengurus KUD Mandiri Cisurupan
Gambar 14. Bagan Sistem Pengambilan Keputusan KUD Mandiri Cisurupan Rapat Anggota diselenggrakan oleh Pengurus KUD Mandiri Cisurupan, dapat dipimpin langsung oleh pengurus KUD Mandiri Cisurupan atau oleh pimpinan sidang dan sekretaris sidang yang dipilih dalam Rapat Anggota (RA) tersebut. Rapat Anggota Tahunan (RAT) dilaksanakan untuk membahas dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas KUD Mandiri Cisurupan, penggunaan dan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). RA, RK , dan RAPB membahas dan mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja KUDMandiri Cisurupan. Rapat Anggota Khusus (RAK) dilaksanakan untuk mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KUD Mandiri Cisurupan, sedangkan Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) dapat 77 65
diselenggarakan
apabila
sangat
diperlukan
adanya
keputusan
yang
kewenangannya ada pada Rapat Anggota dan tidak dapat menunggu dilaksanakan Rapat Anggota Biasa. 7.2
Permodalan Berdasarkan
Undang-undang
nomor
25
Tahun
1992
tentang
perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah, sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya. Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Mandiri Cisurupan Tahun Buku 2009, modal kerja yang dimiliki KUD Cisurupan sebagai sumber yang digunakan untuk kegiatan usahanya, antara lain : 1. Simpanan Pokok dan Wajib
: Rp. 568.566.155,00
2. Modal Donasi
: Rp.750.000,00
3. Cadangan
: Rp.1.102.444.202,58
4. Investasi
: Rp.1.718.643.041,00
5. Dana Pemupukan Modal
: Rp.2.919.662.661,53
6. SHU Tahun
: Rp.743.451.302,60
Jumlah
: Rp.7.053.517.322,71
Dalam memenuhi persyaratan permodalannya KUD Cisurupan khusunya unit ternak sapi oerah bekerja sama dengan beberapa lembaga keuangan seperti bank-bank negeri maupun swasta. Bank yang bekerja sama dengan KUD Mamdiri Cisurupan dalam membantu unit usaha ternak sapi perah yaitu Bank Harapan
78 66
Saudara (BHS), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Pendapatan Daerah (BPD). 7.3
Skala Usaha
7.3.1
Skala Usaha KUD Mandiri Cisurupan Perkembangan pada skala usaha KUD Mandiri Cisurupan bisa dilihat dari
volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) koperasi. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Laporan Tahunan KUD Mamdiri Cisurupan Tahun buku 2000-2008, perkembangan SHU dari keseluruhan KUD Mandiri Cisurupan mengalami
Besar SHU (Rp)
penurunan dan peningkatan kembali. 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 2004 2005 2006 2007 2008 Perkembangan SHU KUD Sumber : Laporan KUD Cisurupan Tahun Buku 2008
Gambar 15. Perkembangan SHU Keseluruhan KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2004-2008
79 67
Perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KUD Mandiri Cisurupan mengalami penurunan yang sangat drastis pada Tahun 2004. Hal ini disebabkan karena para anggota koperasi tidak dapat melanjutkan usaha mereka, karena disebabkan faktor-faktor yaitu faktor eksternal dan juga faktor internal. Faktor eksternal ini bisa disebabkan karena faktor lingkungan seperti iklim/ musim yang tidak menentu dan lahan produksi yang semakin berkurang, sedangkan faktor internal
bisa
disebabkan
karena
berkurangnya
biaya
produksi
untuk
mengembangkan usaha mereka dan juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka dalam menjalankan usahanya. Sehingga hal ini memberikan pengaruh terhadap penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Mandiri Cisurupan. Akan tetapi, pihak koperasi secara terus menerus berusaha menjalankan usaha sebaik mungkin dengan bekerjasama dengan para anggota koperasi, sehingga pada tahun 2008 SHU koperasi kembali mengalami peningkatan hingga sekarang. 7.3.2 Skala Usaha Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan Perkembangan skala usaha para peternak anggota KUD Mandiri Cisurupan hal ini bisa dilihat dari penambahan jumlah sapi perah yang dipelihara masing-masing peternak dan juga jumlah produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para anggota koperasi, sebagian dari mereka mengatakan bahwa mereka sangat kesulitan untuk mencari tenaga kerja, hal ini di sebabkan karena para pekerja yang dulu bekerja kini sudah kebanyakan memiliki sapi perah masing-masing, sehingga terpaksa pemeliharaan sapi perah dari mulai pencarian pakan sampai membersihkan kandang dilakukan sendiri. Selain itu, jumlah produksi susu yang dihasilkan pun semakin menurun dibandingkan tahun-
80 68
tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karen faktor cuaca yang tidak menentu dan juga kualitas pakan ternak yang masih rendah sehingga belum memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan sapi. 7.4
Kemitraan dengan Unit Usaha Lain Dalam menjalankan usahanya, KUD Mandiri Cisurupan bekerja sama
dengan beberapa perusahaan diantaranya untuk menjaga ketersediaan pakan KUD Mandiri Cisurupan bekerjasama dengan PT. Radiana untuk dapat memasok ketersediaan bahan baku pakan konsentrat, sedangkan untuk penjualan hasil susu KUD Mandiri Cisurupan bekerjasama dengan beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS) Sedangkan dalam hal peminjaman modal, KUD Mandiri bekerjasama dengan beberapa bank. Berikut bagan kerjasama KUD Cisurupan dengan beberapa perusahaan dan Bank dapat dilihat pada Gambar 14. Anggota Peternak Sapi Perah Peminjaman Modal
KUD Mandiri Cisurupan
Pemasaran
PT. Danone
Bank Pendapatan Daerah (BPD)
Bank Negara Indonesia (BNI)
susu
PT. Indomilk
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
PT. Diamond
Bank Harapan Saudara (BHS)
Sumber : Hasil Wawancara dengan Pengurus KUD Cisurupan
Gambar 16. Bagan kerjasama KUD Mandiri Cisurupan
81 69
Dalam hal peminjaman modal, KUD Mandiri Cisurupan menjalin kerjasama dengan beberapa Bank, diantaranya Bank Pendapatan Daerah (BPD), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Harapan Saudara (BHS). Hingga saat ini, baik Industri Pengolahan susu (IPS) maupun Bank masih tetap menjalin kerjasama dengan KUD Mandiri Cisurupan. 7.5
Struktur Biaya Usaha Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan cukup berperan besar bagi
para peternak sapi perah salah satunya dalam hal pemasaran. Para peternak cukup terbantu dengan adanya koperasi ini, karena mereka tidak terlalu kesulitan dalam mendistribusikan susu, koperasi mendistribusikan susu langsung ke Industri Pengolahan Susu (IPS), sehingga dengan menjadi anggota koperasi para peternak pun tidak perlu mengeluarkan biaya tata niaga diantaranya biaya untuk pemasaran, biaya transportasi susu dan biaya transportasi pakan, semua biaya tata niaga ditanggung oleh koperasi. Tabel 9. Struktur Biaya Usaha Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan No 1 2
-
3
Komponen Biaya Biaya Variabel : Pakan Ternak Obat-obatatan Biaya Tetap : Biaya Listrik Simpanan Wajib Akses DUKM Anggota Dana Kematian Retribusi Susu DPSP Tabungan Anggota Tenaga Kerja Penyusutan Biaya Tata Niaga* : Biaya Transportasi Susu Biaya Transportasi Pakan Biaya Pemasaran Biaya Modal Total Biaya
Ket : *) Ditanggung Koperasi Sumber : KUD Mandiri Cisurupan, 2009
82 70
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa dengan adanya koperasi para peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk biaya tata niaga (biaya transportasi susu, biaya transportasi pakan, biaya pemasaran). Untuk transportasi susu KUD Mandiri Cisurupan memiliki 2 kendaraan operasional untuk mendistribusikannya ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Akan tetapi beda halnya apabila peternak tidak ikut bergabung dengan koperasi, para peternak pasti akan mengeluarkan biaya sendiri untuk pemasarannya, untuk biaya transportasi susu dan biaya transportasi pakan. 7.5.1
Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Mandiri Cisurupan Biaya merupakan hal penting pada setiap usaha termasuk usaha ternak sapi
perah. Biaya yang terdapat dalam usaha ternak ini adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan yang merupakan investasi pada awal usaha, biaya peralatan dan biaya-biaya lain yang harus dibayar tetap berapapun susu yang dihasilkan. Biaya variabel merupakan biaya yang akan berubah jika produksi berubah. Biaya Penyusutan terdiri dari beberapa jenis peralatan yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Jumlah biaya penyusutan dalam ternak sapi perah tidak tergantung pada produksi susu yang dihasilkan sehingga biaya penyusutan termasuk ke dalam biaya tetap.
83 71
Tabel 10. Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan per Bulan No Komponen Biaya Jumlah Harga Satuan Nilai Biaya Variabel Pakan Ternak a. Konsentrat b. Hijauan c. Jerami d. Ampas Tahu 2 Obat-obatan a. Vitamin b. Antibiotik 3 Biaya Angkut Pakan Biaya Tetap 1 Biaya Listrik 2 Simpanan Wajib 3 Akses DUKM Anggota 4 Dana Kematian 5 Retribusi Susu 6 DPSP 7 Tabungan Anggota 8 Tenaga Kerja a. Pemeliharaan dan Pemerahan b. Pencarian Pakan Hijauan 12 Penyusutan a. Peralatan b. Kandang 13 Pajak 14 Biaya Tata Niaga c. Biaya Transportasi Susu d. Biaya Transportasi Pakan e. Biaya Pemasaran f. Biaya Modal Total Biaya 1
189 850 7 6
1600 100 2500 3000
Kg Kg Karung Karung
302.400 85000 17500 18000 7.150 38.000 10.000 20.000 5.000 1.000 1.500 1.440 537 1.500
2
10.000
HOK
600.000
5.000
HOK
150.000
1
53.555 40.000 8.500 0 0 0 0 1.361.082
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
7.5.2 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Mandiri Cisurupan Penerimaan usaha ternak sapi perah anggota KUD Cisurupan berasal dari penjualan susu sapi, tetapi ada juga yang penerimaannya di dapat dari usaha lain yaitu usahatani, buruh tani, dan buruh bangunan.
84 72
Tabel 11. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan per Bulan No 1 2
Komponen Penerimaan Penjualan susu Usaha Sampingan a. Usahatani b. Buruh tani c. Buruh Bangunan Total Penerimaan (Rp)
Jumlah 544
Satuan Liter
Harga 1.577.957 575.000 150.000 300.000 2.602.957
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Penerimaan penjualan susu sapi dari total seluruh penerimaan/bln adalah sebesar Rp. 1.577.957,00, penerimaan yang berasal dari usahatani Rp.575.000,00 sebagai buruh tani Rp. 150.000,00 dan sebagi buruh bangunan sebesar Rp. 300.000,00. 7.5.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Pendapatan peternak merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan juga biasanya disebut keuntungan atau laba dari usaha. Total pendapatan usaha ternak sapi perah sebesar Rp. 1.241.875. Tabel 12. Pendapatan Total Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan per Bulan Komponen Biaya dan Penerimaan Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan Total
Jumlah 2.602.957 1.361.082 1.241.875
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Jika dilihat dari total pendapatan usaha ternak sapi perah/bln maka keputusan pemilik untuk menjadikan usaha peternakan sapi perah sebagai mata pencaharian utama sudah tepat.
85 73
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. KUD Mandiri Cisurupan cukup berperan bagi perkembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan, hal ini dapat terlihat dari perkembangan jumlah populasi sapi perah dan juga peningkatan jumlah anggota peternak sapi perah di KUD Mandiri Cisurupan. Selain itu, KUD Mandiri Cisurupan juga menyediakan pelayanan kesehatan dengan adanya tunjangan dari pemerintah, yang terdiri dari kegiatan pelaksanaan IB pada sapi perah dan kegiatan pelayanan pemeriksaan kebuntingan, persediaan bahan baku, penyuluhan mengenai cara beternak yang baik secara teknis, pemasaran dan distribusi yang lebih memudahkan hasil produksi, waserda yang menyediakan barangbarang yang dibutuhkan para anggota dalam beternak dengan harga yang lebih terjangkau, dan kegiatan simpan pinjam yang memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan penyimpanan serta peminjaman dana untuk kepentingan para anggota. Oleh karena itu, KUD Mandiri Cisurupan sangat berperan besar dalam peningkatan pengembangan usaha ternak sapi perah. 2. Sistem pengelolaan KUD Cisurupan sudah cukup baik, diantaranya dapat dilihat dari pengorganisasian kerja yang sudah berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang baik dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku. Akan tetapi, kelemahan KUD Cisurupan adalah kurangnya pengetahuan manajer dan karyawan sehingga kurang optimal dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
86 74
8.2 Saran Saran-saran yang dapat dikemukakan dengan dasar hasil pembahasan dan kesimpulan di atas adalah: 1. Dalam hal persediaan bahan baku, khususnya konsentrat KUD Mandiri Cisurupan belum mampu memproduksi kualitas konsentrat yang sesuai dengan gizi yang dibutuhkan sapi, oleh karena itu hendaknya pihak KUD berusaha untuk lebih meningkatkan kembali kulaitas konsentrat, sehingga meskipun harganya relatif mahal akan tetapi bisa memenuhi gizi sapi sehingga bisa menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi. Selain itu, koperasi juga harus lebih sering memberikan penyuluhan bagi para anggotanya agar bisa merubah pola pikir para peternak yang masih rendah sehingga tidak melakukan kesalahan dalam beternak. 2. Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan harus menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek organisasi yang jelas dan kongkrit berdasarkan kebutuhan dan kepentingan anggota untuk memperkuat dan menciptakan
keteraturan
organisasi
dalam
mengembangkan
usaha
menghadapi persaingan usaha yang semakin kompleks. Selain itu, KUD Mandiri Cisurupan harus lebih sering memberikan pelatihan di bidang perkoperasian sehingga para karyawan memiliki pengetahuan yang optimal untuk mendukung sumber-sumber pengetahuan KUD Cisurupan.
87 75
DAFTAR PUSTAKA Cernea, A. 1991. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. LSP 21. Jakarta. Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. 2009. Pengembangan Sistem Data dan Informasi Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah”. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Buku Statistik Peternakan Tahun 2009. Direktorat Jenderal Petrnakan. Jakarta. Gittinger, J. 1986. Economic Analysis of Agricultural Projects (2nd Edition). Edisi Terjemahan Bahasa Indonesia VI-Press. Jakarta, 1986. GKSI. 2007. Perencanaan Usaha Koperasi. http://www. henry.wordpress.com. diakses pada tanggal 28 juni 2011. Hafsah, M. 1999. Kemitraan Usaha. Jakarta: Sinar Harapan. Hakim, I. 2004. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri. IPB Press. Bogor. Kecamatan Cisurupan. 2009. Buku Monografi Kec. Cisurupan Tahun 2009. Garut. Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan. Laporan Tahunan KUD 2009. KUD Mandiri Cisurupan, Garut. Krisnamurti, 1998. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi dan Koperasi. PT. Intermas. Banda Aceh. Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Cetakan ke-2. Penerbit Sinar Harapan, Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Pakpahan, A. 1989. Perspektif Ekonomi Institusi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 37(4): 445-464. Pakpahan, A. 1990a. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam Rekayasa Institusi (koperasi). Makalah disampaikan pada Seminar Pengkajian Makalah Perkoperasian Nasional, 23 Oktober 1990. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Koperasi dan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian, Bogor.
88 76
Pakpahan, A. 1991b. Penanggulangan Kemiskinan: Prinsip Dasar, Metodologi dan Upaya Penanggulangannya. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional (Semiloka Nasional) Penanggulangan Kemiskinan. 20-24 Mei 1991. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Partomo, T.S. 2009. Ekonomi Koperasi . Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahardja. 2000. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Rahim, A. 2000. Ekonomi Pertanian Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, 1996. Kelembagaan Peternakan. Penerbit Universitas Padjajaran : Bandung. Saragih, B. 2000.Agribisnis Berbasis Peternakan.Kumpulan Pemikiran.USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor. Sembara, R. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Bayongbong, Kaupaten.Garut Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Schmid, A. A. 1987. Property, Power and Public Choice: An Inquiry into Law and Economics. Second Edition. Preager, New York. Siregar, 1990. Analisis Usahaternak. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta Soekartawi. 1985. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi, Tjipto L, dan Yanuar R. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia, Jakarta. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang-undang Republik Indonesia UU No. 12 Tahun 1967 tentang Perkoperasian. Undang-undang Republik Indonesia.
89 77
LAMPIRAN
90 78
Lampiran 1. Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Jenis Penyusutan Harga Umur Penyusutan Unit Jumlah Awal Ekonomis (Thn) Lahan 4.000.000 10 30.000 1 30.000 Kandang Kecil 500.000 10 50.000 1 50.000 Lampu Kandang 30.000 3 15.000 1 15.000 Selang 300.000 3 65.000 1 65.000 Jumlah Total 160.000 Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Lampiran 2. Biaya Peralatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan Harga Umur Jumlah Jenis Peralatan Nilai (Rp) Awal Ekonomis Pemakaian Sikat Kawat 25.000 2 (thn) 1 25.000 Tambang 20.000 2 (thn) 1 20.000 Arit 32.000 3 (thn) 1 32.000 Sekop 20.000 3 (thn) 1 20.000 Cangkul 50.000 3 (thn) 1 50.000 Ember Stainless Steel 40.000 5 (thn) 2 80.000 Saringan Susu 15.000 1 (bulan) 1 30.000 Pemotong Kuku 20.000 10 (thn) 12 180.000 Literan 45.000 10 (thn) 1 45.000 Total Biaya Peralatan 322.000 Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Lampiran 3. Biaya Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan per Bulan No 1
2
3 1 2 3
Komponen Biaya Biaya Variabel Pakan Ternak a. Konsentrat b. Hijauan c. Jerami d. Ampas Tahu Obat-obatan a. Vitamin b. Antibiotik Biaya Angkut Pakan Biaya Tetap Biaya Listrik Simpanan Wajib Akses DUKM Anggota
Jumlah
189 850 7 6
Harga
1600 100 2500 3000
Satuan
Kg Kg Karung Karung
Nilai
302.400 85000 17500 18000 7.150 38.000 10.000 20.000 5.000 1.000
91 79
No 4 5 6 7 8
Komponen Biaya Dana Kematian Retribusi Susu DPSP Tabungan Anggota Tenaga Kerja a. Pemeliharaan dan Pemerahan b.Pencarian Pakan Hijauan 12 Penyusutan a. Peralatan b. Kandang 13 Pajak 14 Biaya Tata Niaga a. Biaya Transportasi Susu b. Biaya Transportasi Pakan c. Biaya Pemasaran d. Biaya Modal Total Biaya
Jumlah
2 1
Harga
Satuan
Nilai 1.500 1.440 537 1.500
10.000
HOK
600.000
5.000
HOK
150.000 53.555 40.000 8.500 0 0 0 0 1.361.082
Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Lampiran 4. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan per Bulan Komponen Penerimaan Jumlah Satuan Harga 1 Penjualan susu 544 Liter 1.577.957 2 Usaha Sampingan a.Usahatani 575.000 b.Buruh tani 150.000 c.Buruh Bangunan 300.000 Total Penerimaan (Rp) 2.602.957 Sumber : Data Primer, diolah (2011)
Lampiran 5. Pendapatan Usaha Ternak Anggota KUD Cisurupan per Bulan Komponen Biaya dan Penerimaan Jumlah Penerimaan Total 2.602.957 Biaya Total 1.361.082 Pendapatan Total 1.241.875 Sumber : Data Primer, diolah (2011)
92 80
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 31 Agustus 1989 sebagai putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yana dan Ibu Nia. Pada tahun 1994 penulis memulai studinya di TK PGRI I Garut. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan studinya di SDN Karangmulya II Garut dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN I Garut dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis bersekolah di SMAN II Garut dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah setahun belajar di Tingkat Persiapan Bersama (TPB-IPB) pada tahun 2007, penulis memilih Mayor Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang diampu Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen-IPB. Untuk melengkapi
kompetensi Mayor, penulis memilih Minor Konservasi Sumberdaya Hutan IPB. Selama kuliah penulis aktif pada berbagai lembaga kemahasiswaan intra kampus. Tercatat penulis pernah menjadi ketua divisi Humas Domba Cup, staf divisi Human Resource Development (HRD) BEM FEM IPB, Bendahara Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA), staf Logstran Stimulus For A BEM TPB. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan baik sebagai peserta maupun sebagai panitia.
93