PERANAN ISLAMIC INSURANCE SOCIETY DENGAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN DALAM PENGEMBANGAN SDM ASURANSI SYARIAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Achmad Mujiharto NIM : 104046201702
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PENGESAHAAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERANAN ISLAMIC INSURANCE SOCIETY DENGAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN DALAM PENGEMBANGAN SDM ASURANSI SYARIAH telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 14 Mei 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 14 Mei 2009 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Prof.Dr.H. M. Amin Suma, SH,MA,MM. (………………...) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. MH. NIP. 150 318 308
(………………...)
3. Pembimbing I
: Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA. NIP. 150 050 917
(………………...)
4. Pembimbing II
: Dra. Hj. Nuriyah Thahir, MM. NIP. 150 321 873
(………………...)
5. Penguji I
: Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA. NIP. 150 222 824
(………………...)
6. Penguji II
: AM. Hasan Ali, MA. NIP. 150 370 226
(………………...)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Mei 2009
Achmad Mujiharto
ABSTRAKSI
Dalam upaya untuk mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia dan pentingnya kualitas SDM di industri asuransi syariah, maka Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 426/KMK.06/2003 Pasal 23 (2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah. Fokus utama dari skripsi ini adalah pada peranan Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah, dimana Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 426/KMK.06/2003 tersebut diatas dijelaskan bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah. Pada kenyataannya apakah setiap perusahaan asuransi syariah telah menjalankan regulasi tersebut, dengan mengirimkan stafnya untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah di Islamic Insurance Society. Di sinilah digambarkan bagaimana peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian berdasarkan pada pendekatan kualitatif. Melalui penelitian kualitatif nantinya akan digunakan untuk menganalisis data dari lapangan dan sifatnya lebih mendalam. Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana peneliti berusaha
melukiskan secara sistematis peranan Islmaic Insurance Society (IIS) dengan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dimulai dari perkembangan asuransi syariah di Indonesia, kebutuhan SDM asuransi syariah, regulasi asuransi syariah, dan sekilas tentang Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM, juga bagaimana usaha Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah dan analisis peluang dan tantangan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah sehingga kelaknya akan ditemukan peranan dari Islamic Insurance Society dengan Program Sertifikasi Keahlian asuransi syariah ini. Data-data yang didapat dikumpulkan melalui hasil wawancara dan juga observasi. Hubungan antara regulasi asuransi syariah dengan respon industri asuransi syariah terhadap adanya program sertifikasi keahlian asuransi syariah inilah yang coba ditampilkan, yaitu bagaimana peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Hal ini untuk mengetahui gap antara idealita yang dicitakan dan kondisi riil yang ada di lapangan
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmad dan hidayahNya. Tak lupa pula dorongan dari keluarga serta bimbingan para dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Lembaga Sertifikasi Islamic Insurance Society. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Sarjana (S1). Dalam rangka penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dialami penulis, antara lain keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis serta keterbatasan waktu. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi Muamalat Konsentrasi Asuransi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. MH. Selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Konsentrasi Asuransi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA. Selaku Dosen Pembimbing I. 5. Ibu Dra. Hj. Nuriyah Thahir, MM. Selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA. Selaku Dosen Penguji I. 7. Bapak AM. Hasan Ali, MA. Selaku Dosen Penguji II. 8. Bapak Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. Selaku Ketua Umum pada Islamic Insurance Society (IIS). 9. Bapak Ayim Ayatulloh Selaku Kepala Sekretariat pada Islamic Insurance Society (IIS). 10. Pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Ayahanda Abok Masnah dan Ibunda Sutinah yang selalu memberikan cinta dan dorongan kepada penulis dalam belajar dan menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Kakanda Mintarsih, Dede Nurasiah, Siti Husnah dan Adinda Nina Apriyana, Chairun Nisa, Chairul Rizal, Runi Choiriyah serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 13. Dwi Helida Thuala atas semua yang telah diberikan, baik waktu dan tenaganya serta motivasi yang tiada henti kepada penulis. 14. Teman-Teman seperjuangan, sahabat mahasiswa Konsentrasi Asuransi Syariah 2004 (Adit, Ustad, Fitri Alim, Nur Hasanah), Kosan Antala’lai (Bapak Novenk, Uchal, Erman, Kiki, Irul), UKM Forsa divisi sepak bola dan futsal, Country FC (bapak Apri, Nurdin), dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan semangat dan motifasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
15. Dan tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberikan data yang diperlukan maupun bantuan lainnya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata’ala memberikan bimbingan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis dengan senang hati akan menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan karya ini.
Tangerang, 4 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................
8
D. Tinjauan Pustaka ...............................................................................
9
E. Kerangka Teori dan Konsep............................................................... 10 F. Metode Penelitian.............................................................................. 14 G. Sistematka Penulisan ......................................................................... 17 BAB II TINAJAUAN UMUM ASURANSI SYARIAH, PENGEMBANGAN SDM, DAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASURANSI SYARIAH A. Tinjauan Umum Asuransi Syariah ..................................................... 19 1. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................ 19 2. Dasar Hukum Asuransi Syariah ................................................... 23 B. Tinjauan Umum Pengembangan SDM Asuransi Syariah.................... 25 1. ............................................................................................... Pe ngertian Pengembangan SDM...................................................... 26 2. ............................................................................................... Tuj uan Pengembangan SDM ............................................................ 27
C. Tinjauan Umum Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah...................... 30 1. Pengertian Sertifikasi Ahli Asuransi............................................. 30 2. Kurikulum Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah ........................ 37 BAB III GAMBARAN UMUM ISLAMIC INSURANCE SOCIETY (IIS) A. Sejarah Islamic Insurance Society (IIS).............................................. 40 B. Struktur Organisasi Islamic Insurance Society (IIS) ........................... 43 C. Visi dan Misi Islamic Insurance Society (IIS) .................................... 44 D. Landasan Pembentukan Islamic Insurance Society (IIS) .................... 44 E. Tujuan Pembentukan Islamic Insurance Society (IIS) ........................ 45 F. Nama Kelembagaan dan Gelar Keahlian............................................ 45 BAB IV ANALISIS PERANAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN ASURANSI SYARIAH DALAM PENGEMBANGAN SDM A. Peranan Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah Dalam Pengembangan SDM Pada Islamic Insurance Society. ....................... 46 B. Usaha Islamic Insurance Society Dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah................................................................................ 67 C. Peluang Dan Tantangan Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah Dalam Pengembangan SDM Pada Islamic Insurance Society............................................................................................... 70 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 74 B. Saran ................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 80 LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR 1.1
KERANGKA KONSEP.
GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI ISLAMIC INSURANCE SOCIETY (IIS).
GAMBAR 4.1
BAGAIMANA MEMPEROLEH FIIS / AIIS.
TABEL 2.1
KURIKULUM TRAINING CERTIFIED ISLAMIC INSURANCE SYARIAH.
TABEL 4.1
MARKET SHARE USAHA ASURANSI DAN REASURANSI SYARIAH.
TABEL 4.2.1
PERKEMBANGAN JUMLAH PERUSAHAAN YANG MENYELENGGARAKAN USAHA DENGAN PRINSIP SYARIAH TAHUN 2002 – 10 JULI 2008.
TABEL 4.2.2
DAFTAR PERUSAHAAN (PER 10 JULI 2008) YANG MEMILIKI USAHA DENGAN PRINSIP SYARIAH.
TABEL 4.2.3
DAFTAR PERUSAHAAN (PER 10 JULI 2008) YANG MEMILIKI USAHA DENGAN PRINSIP SYARIAH.
TABEL 4.3
KONDISI SDM DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH INDONESIA.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu, industri jasa keuangan syariah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada dekade belakangan ini terjadi percepatan pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah di berbagai belahan dunia, tidak saja di negara-negara Muslim tetapi juga di kawasan berpenduduk mayoritas nonMuslim. Di Benua Eropa misalnya, telah didirikan Islamic Bank of Britain dan Islamic Investment Bank, asuransi syariah, manajemen investasi, dan beberapa lembaga keuangan mikro syariah. Hal serupa terjadi juga di dataran benua Amerika dan Australia. London pun sekarang bersiap-siap untuk menjadi salah satu pusat keuangan syariah dunia.1 Meskipun pertumbuhannya relatif sangat cepat, industri keuangan syariah masih menghadapi beberapa kendala terutama di sektor sumber daya manusia (SDM). Pertumbuhan yang tinggi dari sisi asset keuangan syariah hendaknya diimbangi oleh pertumbuhan dari tenaga professional pelaku industri keuangan syariah itu sendiri. 2 Tentu saja, tenaga profesional yang diharapkan adalah mereka yang memiliki dan memenuhi kualifikasi tertentu sebagai pelaku industri keuangan syariah. Bukan
1
Nuruddin Mhd. Ali, “Menyoal Profesionalisme dalam Industri Keuangan Syariah” artikel diakses pada 12 Juni 2008 dari http://www.tazkia.online.com.html. 2 Hadari Nawawi, Perencanaan SDM; Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), Hal. 108.
sekedar pelaku industri keuangan konvensional yang diberi pelatihan beberapa hari tentang dasar-dasar keuangan syariah. Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah di Indonesia merupakan kabar baik bagi perkembangan industri Asuransi syariah saat ini. Namun, sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung jumlah SDM terbatas.3 Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret 2006, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah belum memiliki ajun ahli syariah. Islamic Insurance Society (IIS) mengestimasi asuransi syariah Indonesia per Maret 2006 memiliki sekitar 200 cabang dan hanya didukung 30 ajun ahli syariah. Jumlah yang cukup sedikit bila dibandingkan kondisi SDM di asuransi konvensional. Per Maret 2006, sebagian besar cabang asuransi konvensional telah memiliki sedikitnya seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan departemen keuangan (Depkeu).4 Padahal, keahlian ajun ahli syariah sangat dibutuhkan dalam mendorong perkembangan inovasi produk asuransi syariah. Hal tersebut berdampak pada kurang berkembangnya produk inovatif di industri asuransi syariah. Saat ini, sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi syariah (mirroring). ''Jadi, produk asuransi
3
Mihami Tjokrosaputro, Perkembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia, Kendala dan Prospeknya dalam Menghadapi AFTA Tahun 2003. Jakarta : Jurnal Ekonomi, 2002. Hal. 144. 4 Republika, “Tantangan Dalam Sumber Daya Manusia (SDM) Asuransi Syariah”, artikel diakses pada, 14 Mei 2008 dari http://www.republika.com.html.
syariah yang ada saat ini lebih banyak merupakan produk ikut-ikutan dari asuransi konvensional. Contohnya, mereka ada bank assurance, kita buat yang syariahnya,'' Dalam upaya untuk mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia dan pentingnya kualitas SDM di industri asuransi syariah, maka Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 426/KMK.06/2003 Pasal 23(2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah.5 Dalam KMK Nomor 426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha asuransi dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, hanya menyebutkan pada pasal 4 ayat 3 bahwa selain harus memenuhi ketentuan dalam ayat (1), pendirian atau konversi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah harus pula menyampaikan: (a) bukti pendukung bahwa tenaga ahli yang dipekerjakan memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah.6 Dari perkembangan itu muncul suatu kebutuhan bahwa industri asuransi syariah juga harus ada dan kebutuhan itu harus dipenuhi dengan tenaga SDM yang berkualitas dengan itu Islamic Insurance Society (IIS) masuk kewilayah itu. Perusahaan asuransi syariah sangat memahami bahwa sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberhasilannya. Sadar akan 5
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) BPPK Departemen Keuangan Republik Indonesia, brosur pendaftaran UJian Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah, (Jakarta: Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) BPPK Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2006) 6 Muhammad Syakir Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, (Jakarta : Gema Insani Press, 2004), hal. 569
pentingnya kualitas dari tenaga kerja untuk mencapai standar yang diperlukan baik oleh pelanggan-pelanggan lokal maupun internasional, Perusahaan asuransi syariah menyadari bahwa sumber daya manusia adalah sumbangan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Perusahaan. Perusahaan asuransi syariah bangga akan kemampuannya dalam menyediakan kesempatan bagi seluruh karyawan untuk mengembangkan kreatifitas, memajukan prospek usaha dan mencapai tujuannya untuk menjadi Perusahaan yang mendunia.7 Dari gambaran di atas terlihat bahwa industri ekonomi syariah sudah berkembang dan menjangkau hampir semua aspek industri asuransi syariah. Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan permintaan (demand) masyarakat akan produk dan jasa asuransi syariah dan keuangan syariah. Permintaan itu sendiri akan semakin berkembang dengan semakin meluasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang asuransi syariah. Dengan demikian, lembaga-lembaga keuangan dan ekonomi syariah harus terus melakukan sosialisasi dan pendidikan tentang ekonomi syariah dari berbagai aspek kepada masyarakat. Syarat utama yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan tersebut adalah pengembangan keahlian dan competensi di bidang jasa asuransi syariah dan keuangan syariah. Hal ini dibutuhkan untuk mendorong terjadinya akselerasi dalam inovasi dan meningkatkan kinerja perusahaan asuransi syariah dalam penguatan kapasitas sumber daya manusia.
7
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), h.28.
Melihat perkembangan SDM di industri asuransi syariah di atas, terlihat seperti ada jarak antara yang diidealkan dengan kenyataan di lapangan. Hal ini antara lain ditandai oleh masih minimnya pengetahuan tentang aturan-aturan syariah di kalangan pelaku industri itu sendiri. Ini terjadi karena masih kurangnya pendidikan lanjutan setelah pendidikan dasar ekonomi dan keuangan syariah. Perusahaan asuransi syariah harus menjadi learning organization yang terus belajar dan mengembangkan pengetahuan keuangan syariah. Dari sini lah mereka kemudian dapat mempercepat munculnya inovasi produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat.8 Selama ini ada beberapa kritikan masyarakat terhadap pelaku industri keuangan syariah karena dianggap sama saja dengan yang konvensional. Bahkan, di beberapa bagian terkesan bahwa perusahaan asuransi konvensional lebih baik daripada perusahaan asuransi syariah. Hal ini terkait dengan kualitas layanan yang diberikan. Perusahaan asuransi syariah harus betul-betul syariah dari segi operasional dan layanan yang diberikan kepada masyarakat dan bukan sekedar namanya saja yang syariah. Ala kulli hal (pada setiap keadaan), para profesional keuangan syariah diharapkan juga mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang keuangan syariah itu sendiri. Masyarakat harus dididik terus menerus tentang bagaimana berekonomi dan bertransaksi yang sesuai syariah, menanamkan pemahaman bahwa asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pendidikan masyarakat ini memang membutuhkan investasi waktu dan ada 8
Nuruddin Mhd. Ali, “Menyoal Profesionalisme dalam Industri Keuangan Syariah”
opportunity costnya, namun in long run investasi itu akan kembali kepada industri asuransi syariah itu sendiri. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi tentang peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM. Pertanyaan mendasar yang hendak dikaji dalam masalah ini adalah apakah peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society? Pada bagian selanjutnya akan diuraikan bagaimana upaya Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah yang berkarir di industri keuangan syariah? serta analisis peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society?. Hal ini untuk mengetahui gap antara idealita yang dicitakan yaitu
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
nomor
426/KMK.06/2003 Pasal 23 (2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah dan kondisi riil yang ada di lapangan. Maka penulis mengangkat masalah tersebut dengan menjadikan fokus penelitian skripsi yang diberi judul : “PERANAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN ASURANSI SYARIAH DALAM PENGEMBANGAN SDM PADA ISLAMIC INSURANCE SOCIETY”. Akhirnya, semoga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan bermanfaat bagi semua kalangan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada uraian latar belakang diatas dapat dilihat bahwa peran sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah sangatlah dibutuhkan oleh berbagai perusahaan asuransi syariah untuk dapat terus memenuhi standar kualitas perusahaan yang baik. Untuk mencegah terjadinya penelitian yang terlalu kompleks dan melenceng dari tujuan awal penelitian, maka penulis membatasi penelitian pada: a. Penelitian ini dilakukan pada lembaga sertifikasi pendidikan dan pelatihan asuransi syariah yaitu Islamic Insurance Society (IIS). b. Pengembangan SDM asuransi syariah yang menjadi objek penelitian adalah peranan Islamic Insurance Society (IIS) dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM. c. Menggunakan tolak ukur berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 Pasal 23 (2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah. 2. Perumusan Masalah Melihat dari perkembangan pendidikan asuransi syariah dan semakin dibutuhkannya SDM yang berkualitas serta agar sesuai dengan penelitian yang akan
penulis lakukan maka dari itu, berikut adalah perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini: a. Apa peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah? b. Bagaimana usaha Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah? c. Apa peluang dan tantangan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah. b. Mengetahui usaha Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah. c. Mengetahui peluang dan tantangan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah. 2. Manfaat Penelitian Dari pemaparan tujuan diatas, penulis juga mengharapkan adanya manfaat dari penelitian ini, yaitu: a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang khazanah ekonomi Islam khususnya tentang SDM asuransi syariah.
b. Untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi SDM konsentrasi asuransi syariah dalam memasuki dunia kerja asuransi syariah dan memberikan sumbangsih pemikiran bagi kemajuan konsentrasi asuransi syariah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan dan pelatihan, khususnya program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam menghasilkan SDM yang berkualitas untuk terjun di industri asuransi syariah. d. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian asuransi syariah. e. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada kalangan akademisi sehingga dapat menambah literatur tentang Asuransi Syariah. Dari pemaparan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini, kepentingan yang utama dalam penulisan penelitian ini adalah untuk membuktikan kompetensi keilmuan penulis dalam bidang studi asuransi syariah yang intinya guna memenuhi persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana. D. Review Kajian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang membahas tentang SDM (sumber daya manusia) diantaranya: a. Iis Aisyah tahun 2005 dengan judul “Manajemen Sumber Daya Manusia Perbankan Syariah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek
manajemen SDM pada perbankan syariah. Perbedaan mendasar antara skripsi Iis Aisyah dengan skripsi penulis adalah pada bidang kajian yang diteliti yaitu pada skripsi Iis Aisyah sumber daya yang dibahas adalah pada bidang Perbankan Syariah sedangkan bidang kajian penulis adalah Asuransi Syariah. b. Salma Arfiani tahun 2005 dengan judul “Peningkatan Profesionalisme dan Kinerja Sumber Daya Manusia Pada Bank BNI Syariah Pendekatan Balance Scorecard”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses peningkatan profesionalisme dan kinerja SDM pada BNI Syariah. Perbedaan mendasar antara skripsi Salma Arfiani dengan skripsi penulis adalah lokasi penelitian dan metode penelitian yang digunakan. Pada skripsi Salma Arfiani, lokasi penelitian dilakukan pada Bank BNI Syariah dan dengan metode pendeketan Balance Scorecard, sedangkan pada skripsi ini, penulis meneliti SDM aktuaria pada AJB Bumiputera 1912 Divisi Syariah dan dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori a. Pengertian SDM Pengertian SDM dibedakan menjadi dua pengertian yaitu secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau masyarakat atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Sedangkan pengertian SDM secara mikro di
lingkungan sebuah organisasi / perusahaan pengertiannya dapat dilihat dari tiga sudut: 1) SDM adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi / perusahaan yang dapat dihitung jumlahnya (kuantitatif). 2) SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi / perusahaan sesuai dengan ketrampilan dan keahlian masing-masing yang mendapatkan penghargaan financial. 3) Manusia sebagai sumber daya adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai penggerak organisasi / perusahaan berbeda dengan sumber daya lainnya sehingga mengharuskan manusia diperlakukan secara berlainan dengan sumber lainnya. Dari uraian pengertian SDM diatas berarti sukses organisasi / perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak sekedar ditentukan oleh jumlah SDM yang dipekerjakannya, tetapi sangat dipengaruhi oleh kualitas dan sifat kompetitifnya.9 b. Peranan Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah Dalam Pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society. Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah di Indonesia merupakan kabar baik bagi perkembangan industri Asuransi syariah saat ini. Namun, sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan 9 H.Hadari Nawawi, Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang Kompetitif, cet.II, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), h.37-39.
cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung jumlah SDM terbatas. Dalam upaya untuk mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia dan pentingnya kualitas SDM di industri asuransi syariah, maka Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 426/KMK.06/2003 Pasal 23(2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah. Dari perkembangan itu muncul suatu kebutuhan bahwa industri asuransi syariah juga harus ada dan kebutuhan itu harus dipenuhi dengan tenaga SDM yang berkualitas dengan itu IIS masuk kewilayah itu. Dari perkembangan itu muncul suatu kebutuhan bahwa industri asuransi syariah juga harus ada dan kebutuhan itu harus dipenuhi dengan tenaga SDM yang berkualitas dengan itu Islamic Insurance Society (IIS) masuk kewilayah itu. Islamic Insurance Society (IIS) berdiri pada tahun 2003 dengan misi utama melakukan sertifikasi bagi praktisi asuransi syariah. Program diklat sertifikasi Islamic Insurance Society (IIS) terdiri dari 3 (tiga) tahapan kegiatan pelatihan, yakni pelatihan tingkat dasar, pelatihan tingkat ajun ahli (Associateship) dan pelatihan tingkat (Fellowship). Untuk memperoleh gelar sertifikasi tersebut praktisi diwajibkan mengikuti serangkaian pelatihan dan ujian pada tingkat ajun ahli dan tingkat ahli. Praktisi yang telah memenuhi persyaratan sertifikasi berhak
menggunakan gelar AIIS (Associate of Islamic Insurance Society) untuk ajun ahli dan FIIS (Fellow of Islamic Insurance Society) untuk tingkat ahli. Melihat perkembangan SDM di industri asuransi syariah di atas, terlihat seperti ada jarak antara yang diidealkan dengan kenyataan di lapangan. Hal ini antara lain ditandai oleh masih minimnya pengetahuan tentang aturan-aturan syariah di kalangan pelaku industri itu sendiri. Ini terjadi karena masih kurangnya pendidikan lanjutan setelah pendidikan dasar ekonomi dan keuangan syariah. Perusahaan asuransi syariah harus menjadi learning organization yang terus belajar dan mengembangkan pengetahuan keuangan syariah. Dari sini lah mereka kemudian dapat mempercepat munculnya inovasi produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. 2. Kerangka Konsep Konsep penelitian ini mengarah pada tujuan untuk mengetahui peranan Islamic
Insurance
Society dengan
program
sertifikasi keahlian
dalam
pengembangan SDM asuransi syariah. Oleh karena itu berikut adalah kerangka konsep dari penelitian ini yang akan menggambarkan hubungan timbal balik antara beberapa variabel penting dalam penelitian agar tercipta manfaat bagi bidang asuransi syariah itu sendiri. Dalam kerangka konsep ini akan diterangkan tentang peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM di industri asuransi syariah menurut usaha-usaha yang dilakukan oleh Islamic Insurance Society dan membandingkannya dengan Regulasi Pemerintah yaitu Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 426 / KMK.06 2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. sehingga nantinya dapat dilihat korelasi diantara keduanya dalam kapasitasnya masing-masing yang tentunya bertujuan untuk semakin meningkatkan kualitas dari bidang aktuaria itu sendiri. GAMBAR 1.1 KERANGKA KONSEP
Regulasi Pemerintah KMK No. 426/ KMK.06
Islamic Insurance Society
Industri Asuransi Syariah SDM Asuransi Syariah
F. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam rangka penyusuran skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan Penelitian ini merupakan usaha pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap Ketua Umum Islamic Insurance Society (IIS) dan pihak-pihak yang berkompeten lainnya guna mendapatkan informasi dan data yang diperlukan untuk melengkapi penelitian ini. 2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep yang dikaji, yaitu dengan pengumpulan data dari buku-buku, makalah, dan bacaan lain yang berhubungan dengan bahasan penelitian ini. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data pengamatan / observasi dan wawancara mendalam / in-depth interviews (Chaedar, 2002: 154-156). Kedua metode / teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengamatan / Observasi yang dimaksud adalah pengamatan yang sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti. Pengamatan ini tentunya dilakukan pada lembaga sertifikasi pendidikan dan pelatihan yang sudah dipilih yaitu Islamic Insurance Society (IIS). 2. Wawancara mendalam (in-depth interviews). Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu. Wawancara dilakukan untuk mendapat berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada responden yang dianggap menguasai masalah penelitian. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah: 1. Data Primer diperoleh dari : Metode Wawancara : Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. Ketua Umum Islamic Insurance Society (IIS) 2. Data Sekunder antara lain berupa: a. Data Kegiatan Akademik Training Asuransi Syariah pada Islamic Insurance Society (IIS)
b. Program dan Training yang dilakukan oleh Islamic Insurance Society (IIS). c. Data alumni atau lulusan peserta Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah pada Islamic Insurance Society (IIS) dan nama perusahaan asuransi syariah. d. Data
berupa
Undang-Undang,
Keputusan
Menteri
Keuangan,
Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Dewan Syariah Nasional tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, yang mensyaratkan adanya ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah dalam perusahaan asuransi yang menjalankan prinsip syariah. Adapun teknik pengolahan dan analisis data untuk menganalisis penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, dan observasi langsung. 2. Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. 3. Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan. 4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan. (Miles dan Huberman, 1992: 18) Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode yang menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti. Adapun acuan teknik penulisan berpedoman
pada Buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”. E. Sistematika Penulisan Pengembangan dari proposal ini nantinya diharapkan agar dapat dijadikan materi skripsi untuk penulis. Oleh karena itu, penulis telah membuat rancangan sistematika penulisan skripsi seperti yang akan penulis jabarkan dibawah ini: BAB I
: Pendahuluan, pada bab ini, terdapat hal-hal pokok yang dijadikan landasan berfikir penulis untuk penelitian skripsinya. Hal-hal yang terdapat pada bab ini antara lain Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dari Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Metode Penelitian, Dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Tinjauan Umum Asuransi Syariah, Pengembangan SDM Dan Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah. Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan tentang Tinjauan Umum Asuransi Syariah yang terdiri dari Pengertian Asuransi Syariah dan Dasar Hukum Asuransi Syariah. Selain itu, penulis juga menjelaskan tentang Tinjauan Umum Pengembangan SDM Asuransi Syariah yang terdiri dari Pengertian Pengembangan SDM dan Tujuan Pengembangan SDM. Serta Tinjauan Umum Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah yang terdiri dari Pengertian Ahli Asuransi dan Kurikulum Sertifikasi Keahlian Asuransi.
BAB III
: Pada Bab ini akan dipaparkan tentang Gambaran Umum Islamic Insurance Society yang meliputi Sejarah berdirinya Islamic Insurance
Society, Struktur Organisasi, Visi dan Misi, Landasan Pembentukan, Tujuan Pembentukan, Nama Kelembagaan dan Gelar Keahlian. BAB IV
: Analisa peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah meliputi peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah, usaha Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah yang berkarir di industri asuransi syariah, dan peluang dan tantangan yang dihadapi Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah.
BAB V
: Penutup. Pada bab terakhir ini penulis akan mengetengahkan kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini.
BAB II TINJAUAN UMUM ASURANSI SYARIAH, PENGEMBANGAN SDM DAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASURANSI SYARIAH
Tinjauan Umum Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah
Latar belakang dari didirikannya asuransi adalah untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian pada masa yang akan datang. Karena pada dasarnya asuransi berusaha untuk mengurangi konsekuensikonsekuensi yang tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan (peril), yang sudah diperkirakan sebelumnya, sehingga biaya atau akibat finansial dari kerugian tersebut menjadi pasti dan relatif pasti. Menurut bahasa asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, apabila terjadi sesuatu yang menimpa dirinya atau miliknya10. Asuransi itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu alat sosial untuk mengurangi resiko dengan mengabungkan unit-unit exposures yang cukup jumlahnya untuk membuat kerugian-kerugian individual mereka secara bersama dapat diramalkan. Kerugian yang dapat diramalkan itu kemudian dibagi rata di antara semua mereka yang bergabung. Definisi ini mengandung arti bahwa ketidakpastian dikurangi dan juga kerugian dibagi rata. lnilah inti sagri penting dari asuransi11. Di Indonesia pengertian asuransi menurut ketentuan pasal 1 ayat 1 UndangUndang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha asuransi adalah sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan 10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1988). Cet. Ke-I, h. 54 A. Hasymi A1i, Pengantar Asuransi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995). Cet. Ke-2, h. 30
11
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang mungkin akan diderita oleh pihak tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. 12 Dari Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi terdapat empat unsur yang mesti ada: (l) Perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan (muamalah), (2) Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh pihak tertanggung kepada penanggung, (3) Adanya ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai, (4) Adanya suatu peristiwa yang tidak tertentu yang menyebabkan adanya suatu resiko yang memungkinkan atau tidak ada resiko.13 Dalam asuransi konvensional bahaya / risiko yang dipertanggungkan sifatnya tidak pasti terjadi. Premi pertanggungan pun tidak mesti sesuai dengan yang tertera dalam polis. Jumlah uang santunan atau ganti rugi pada umumnya kadang atau bahkan lebih besar dari pada premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi.
Hal-hal itulah yang oleh para ahli hukum Islam dipermasalahkan dalam soal asuransi konvensional. Unsur ketidakpastian dalam perjanjian asuransi konvensional, dipandang tidak sejalan dengan syarat sahnya suatu perjanjian menurut hukum Islam. Akan tetapi bahaya yang dipertanggungkan resikonya terdapat ketidaktentuan.
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta, Citra Aditya Bakti. 1999),Cet. Ke-4,h
11 13
HA. Djazuli dan Yadi Anwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat Sebuah Pengenalan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2002), h. 119
Demikian pula premi yang tidak seimbang dengan ganti rugi atau santunan, dipandang sebagai pertukaran yang tidak seimbang. Di dalam hukum Islam, menurut Husain Hamid Hasan tidak terdapat dalil atau nash al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW yang menerangkan tentang asuransi, tetapi timbulnya asuransi berdasarkan pendapat dan ijtihad khilafiyah diantara para ulama fiqh tentang hukum asuransi menurut pandangan hukum Islam. Tidak ada satu pun ketentuan yang mengatur secara eksplisit tentang asuransi. Namun begitu, nilai-nilai asuransi dikandung oleh al-Qur'an dan Hadist Nabi. Oleh karena itu masalah asuransi ini di dalam Islam termasuk bidang hukum "Ijtihadiah", artinya untuk menentukan hukumnya asuransi ini halal atau haram masih diperlukan peranan akal dan pikiran para ulama ahli fiqih melalui ijtihad. Asuransi syari'ah atau sering disebut dengan istilah takaful yang diambil dari bahasa Arab dengan kata dasar takafala - yatakafalu - takafulan yang berarti saling menanggung
bersama.
Secara
operasional,
penggunaan
istilah
takaful
ini
dimaksudkan bahwa semua peserta asuransi menjadi penolong atau penjamin satu sama lainnya.14
Asuransi syariah dalam bahasa Arab adalah at-ta’min (keamanan), definisi asuransi syariah merupakan perumusan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam syariah terutama hukum yang mengatur tentang etika pergaulan (muamalah) kehidupan manusia yang heterogen yang banyak sekali resiko muamalah manusia 14
HA. Djazuli dan Yadi Anwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Ummat Sebuah Pengenalan, h. 122
salah satunya karena jiwa, harta dan keselamatannya dijamin oleh asuransi berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di asuransi syariah yang disetujui oleh dua belah pihak. Menurut Fatwa Dewan Pengawas Syariah pengertian asuransi syariah (ta'min, tadhamun atau takaful) adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.15 Pengertian asuransi syariah (takaful) seperti dikutip Juhaya S. Praja dalam pengertian muamalah mempunyai pengertian sebagai berikut: “Saling memikul resiko di antara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko itu dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru') yang ditujukan untuk menanggung resiko tersebut”.16 Eksistensi asuransi syariah di Indonesia merupakan solusi terhadap praktek asuransi konvensional yang diyakini tidak sejalan dengan ketentuan yang digariskan o1eh syariat Islam. Hal-hal yang dipraktekkan oleh asuransi konvensional yang berlawanan dengan syari'at Islam adalah adanya unsur riba, maisir, gharar. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan asuransi syariah adalah jaminan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah yaitu penjamin di antara para peserta asuransi dalam menghadapi resiko yang tidak diperkirakan sebelumnya didasarkan atas tabarru’ (kebaikan), ketaqwaan dan takaful 15
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah, (Dewan Syari'ah Nasional MUI, 2001) 16 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1997), h. 99
(saling menanggung di antara para anggotanya), berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. 2. Dasar Hukum Asuransi Syariah Asuransi merupakan suatu kebutuhan manusia. Asuransi adalah sistem yang sudah diaplikasikan dengan nyata dalam aktivitas kehidupan dan telah diatur oleh Undang-Undang yang didasarkan pada terpikirnya suatu prinsip ilmiah sosial yang amat berguna, dengan menanamkan sejumlah kecil modal, individu dapat bebas dari kerugian finansial yang mungkin terjadi akibat kecelakaan atau kerusakan, yang kejadiannya dapat diukur secara akurat dalam hubungannya dengan sekelompok besar manusia. Apabila dilihat bahwa Islam menentang perusahaan asuransi masa kini dengan segala bentuk praktek transaksinya, itu tidak berarti bahwa Islam menentang ide asuransinya sendiri. Islam hanya menentang sistem dan perangkatnya yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Asuransi sedikitpun tidak ada kaitannya dengan perjudian yang dilarang Allah. Adalah mungkin menyelenggarakan asuransi dalam sistem yang Islami dengan cara sedemikian rupa sehingga menjadi rahmat bagi masyarakat luas. Dalam syariat Islam, terdapat jaminan bagi individu untuk mendapat bantuan ketika tertimpa musibah. Sebagaimana jaminan asuransi bagi ahli waris setelah ditinggal. Landasan asuransi syariah (asuransi Islam sebenarnya bertumpu pada konsep wa ta’awanu 'alal birri wat taqwa (tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa), dan at-ta'min (memberi rasa aman) yang menjadikan semua peserta asuransi sebagai
keluarga besar yang menanggung dan menjamin resiko satu sama lain. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT, QS. al-Ma'idah ayat 2:
!"#$% & '( )* (" )* %,-%⌧) / - 01! Artinya: “… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Dasar hukum asuransi syariah sama dengan asuransi konvensional di Indonesia hingga dewasa ini pada dasarnya dan dalam kenyataannya masih diatur dalam berbagai Keputusan Menteri Keuangan RI, terutama:17 1. No.421/KMK.06/2003 tentang penilaian kemampuan dan kepatuhan bagi direksi dan komisaris perusahaan asuransi. 2. No.422/KMK.06/2003 tentang penyelenggara usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 3. No.423/KMK.06/2003 tentang pemeriksaan perusahaan asuransi. 4. No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 5. No.425/KMK.06/2003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi. 6. No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan
17
M. Amin Suma, Sh, MA, MM., Asuransi Syari'ah dan Asuransi Konvensional (Teori, sistem, Aplikasi dan Pemasaran), (Jakarta, Kholam Publishing, 2006). Cet.1, h. 44-45
asuransi dan perusahaan reasuransi.
B. Tinjauan Umum Pengembangan SDM Manusia adalah unsur terpenting dalam keberhasilan suatu usaha. Dalam mengatur para karyawan pimpinan (manajer) tidak boleh berfikir bahwa karyawankaryawan tersebut hanya merupakan salah satu faktor biaya. Seharusnya karyawan dipandang dari sudut kemanusiaan, yaitu manusia yang ingin memenuhi kebutuhankebutuhannya agar mendapat kepuasan materiil maupun immaterial dari perusahaan tempat ia bekerja. Berikut ini diketengahkan tiga pengertian SDM, yang masingmasing mengatakan sebagai berikut:18 a. SDM adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). b. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak oranisasi dalam mewujudkan eksistensinya. c. SDM adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material atau non financial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dalam kaitannya dengan asuransi syariah, SDM asuaransi syariah harus mempunyai kemampuan teknis dibidang asuaransi, serta memiliki akhlak yang tinggi.
18
Hadary Nawawi, Manajemen SDM Untuk Bisnis yang kompetitif, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), h. 40.
Akhlakul karimah yang bersumber dari ciri pokok : (1) Shidiq (jujur), (2) Fathonah (cerdas dan professional). (3) Amanah (dapat dipercaya), (4) Tabligh (menyampaikan apa saja yang ditugaskan kepada yang berhak, untuk menuju kebaikan). 1. Pengertian Pengembangan SDM Suatu organisasi hanya dapat berkembang dan terus hidup bilamana organisasi selalu tanggap terhadap perubahan lingkungan, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Tantangan dan kesempatan bagi suatu organisasi baik dari dalam maupun dari luar, begitu rumit. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menyesuaikan tenaga kerjanya, khususnya dari segi kualitatifnya terhadap berbagai perubahan tersebut, dengan membekali tenaga kerjanya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui program pengembangan tenaga kerja. Untuk jelasnya, akan dibahas pengertian pengembangan berdasarkan beberapa versi :19 Malayu S.P. Hasibuan Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Andrev F. Sikula Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisir dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.
19
Malayu S. P. Hasibuan, manajemen SDM, (Jakarta: Bumi Aksara, t.t.), ed. Revisi, h. 69-70
Drs. Jan Bella Pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama, dan biasanya menjawab wh. Latihan berorientasi pada praktik, dilakukan di lapangan, berlangsung singkat, dan biasanya menjawab how. 2. Tujuan Pengembangan Pengembangan karyawan bertujuan dan bermanfaat bagi perusahaan, karyawan, konsumen, atau masyarakat yang mengkonsumsi barang/jasa yang dihasilkan perusahaan.20 Tujuan pengembangan hakikatnya menyangkut hal-hal berikut : a. Produktivitas Kerja Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, dan managerial skill karyawan semakin baik. b. Efisiensi Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang, biaya produki relative kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar.
20
Ibid., h. 70-72.
c. Kerusakan Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesim-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. d. Kecelakaan Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang. e. Pelayanan Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah perusahaan karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekan-rekan perusahaan bersangkutan. f. Moral Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. g. Karir Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang.
h. Konseptual Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skillnya lebih baik. i.
Kepemimpinan Dengan pengembangan, kepemimpinan seseorang manajer akan lebih baik, human relationnya lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertical dan horizontal semakin harmonis.
j.
Balas jasa Dengan pengembangan, balasa jasa (gaji, upah insentif, dan benefits) karyawan akan semakin meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.
k. Konsumen Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu. Tujuan umum latihan : a. Untuk pengembangan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional. c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman pegawai dan manajemen. 21 21
Moekijat, Latihan dan pengembangan, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1975), h. 14.
C. Tinjauan Umum Sertifikasi Ahli Asuransi 1. Pengertian Sertifikasi Ahli Asuransi a. Pengertian Ahli Asuransi (Konvensional) Pengertian tenaga ahli perusahaan asuransi di sini sebagaimana yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang terbaru adalah sebagai berikut.22 1. Tenaga ahli asuransi kerugian adalah memiliki kualifikasi sebagai ahli asuransi kerugian dari asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI). Dan, memiliki pengalaman kerja dalam bidang pengelolaan risiko sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.23 Gelar professional (keahlian) yang diberikan kepada mereka adalah Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAIK). 2. Tenaga ahli perusahaan asuransi jiwa adalah memiliki kualifikasi sebagai ahli manajemen asuransi jiwa dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI). Dan, memiliki pengalaman kerja dalam bidang pengelolaan risiko sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Gelar professional (keahlian) yang diberikan kepada mereka adalah Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAIJ).
22
Muhammad Syakir Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, (Jakarta : Gema Insani Press, 2004), h. 560. 23 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426 / KMK.06 /2003
3. Tenaga ajun ahli auransi jiwa/kerugian adalah memiliki kualifikasi sebagai ajun ahli manajemen asuransi jiwa atau kerugian dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI). Dan, memiliki pengalaman kerja di bidang teknis asuransi jiwa atau kerugian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Gelar professional (keahlian) yang diberikan kepada mereka adalah Ajun Ahli Asuransi Indonesia Jiwa (AAAIJ) atau AAAIK Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAAIJ). Setiap perusahaan asuransi (jiwa maupun kerugian) harus mengangkat seorang tenaga Ahli Asuransi Indonesia Kerugiaan (AAIK) untuk asuransi perusahaan asuransi kerugian, dan seorang tenaga Ahli Asuransi Indonesia Jiwa (AAIJ) untuk perusahaan asuransi jiwa, serta seorang tenaga Ahli Asuransi Kerugian (AAIK) untuk perusahaan reasuransi. Sedangkan pembukaan kantor cabang perusahaan asuransi (kerugian maupun jiwa), harus mengangkat seorang tenaga Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAAIK) pada setiap kantor cabang perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi. Dan seorang tenaga Ajun Ahli Asuransi Indonesia Jiwa (AAAIJ) pada setiap kantor cabang perusahaan asuransi jiwa. Ujian gelar professional keanggotaan Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) sektor asuransi jiwa meliputi 9 (Sembilan) mata ujian tertulis, dan satu pilihan penyusunan skripsi mulai dapat dilaksanakan setelah kandidat menempuh delapan dari Sembilan mata ujian tersebut dan dinyatakan lulus.
b. Pengertian Ahli Asuransi (Syariah) Dalam KMK yang baru pengertian tenaga ahli perusahaan asuransi syariah belum terdefenisikan secara jelas sebagaimana defenisi tenaga ahli perusahaan asuransi (konvensional) di atas.24 Dalam KMK nomor 426/KMK.06?2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi; hanya menyebutkan pada pasal 4 ayat 3 bahwa selain harus memnuhi ketentuan dalam ayat (1), pendirian atau konversi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah harus pula menyampaikan: (a) bukti pendukung bahwa tenaga ahli yang dipekerjakan memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah. Demikian pula dalam pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi konvensional, diatur dalam pasal 32 ayat (1) pembukaan kantor cabang sebagaimana huruf d, harus memnuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 331 dan memenuhi ketentuan sebagai berikut: huruf (c) memiliki tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) dan pasal 24 (2): yang memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah. Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki kualifikasi sebagai ajun ahli manajemen asuransi kerugian dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari AAMAI; 24
Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, h. 569
b. Memiliki pengalaman teknis asuransi kerugian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; dan c. Tidak sedang dalam pengenaan sanksi dari asosiasi profesi. Dari penjelasan dalam dua pasal diatas, kami berkesimpulan bahwa yang dimaksud tenaga ahli asuaransi dan atau ekonomi syariah (dalam KMK tersebut) adalah tenaga ahli yang telah memperoleh gelar professional dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) (AAIJ atau AAIK) dan pada saat yang sama yang bersangkutan telah mendapat pendidikan tambahan yang sepadan dengan itu dalam bidang ekonomi syariah (Islamic insurance).25 c. Sertifikasi Ahli Asuransi Syariah (Indonesia) Dalam kapasitas itulah, Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) mencoba melakukan terobosan untuk melakukan program pendidikan Certified Islamic Insurance Specialist (CIIS). Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) sebagai wadah tunggal bagi perusahaan-perusahaan asuransi yang beroperasional dengan prinsip-prinsip syariah. Saat ini Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) telah menyiapkan education programmes bekerja sama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Depkeu dan Lembaga Pengembangan Kepemimpinan Global (LPKG) yayasan Artha bhakti Departemen Keuangan (Depkeu). Program ini telah berjalan bebrapa angkatan yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan asuransi syariah yang telah ada maupun yang sedang mempersiapkan konversi atau pembentukan cabang syariah. Certified Islamic Insurance Specialist (CIIS) education 25
Ibid., h. 570
programmes ini telah mendapat pengakuan resmi dari regulator (Depkeu) dan diharapkan dapat dituangkan dalam SK dirjen atau peraturan lainnya yang akan menyusul setelah keluarnya Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang baru. Mereka adalah para ahli asuransi konvensional yang telah mendapat sertifikasi keahlian dari dalam dan luar negeri, yaitu Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI), kemudian mengikuti program Islamic Insurance Society (IIS) di Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan (Depkeu). Dalam perkembangannya yang demikian cepat (kurang dari 1 tahun) Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) dengan lembaga sertifikasi di atas telah melahirkan tujuh ahli asuransi syariah pertama di Indonesia, yaitu:26 Jafril Khalil (CIERA Consulting), Muhammad Syakir Sula (Takaful Keluarga Insurance), Endy Astiwara (Dewan Syariah Nasional), Moch. Shaifie Zein (Binagraya Upakara Insurance), Muhaimin Iqbal (Tugu Pratama Insurance), H. Agus Haryadi (Takaful Keluarga
Insurance),
Karnaen
A.
Pertaatmadja
(Lembaga
Pengembangan
Kepemimpinan Global) dengan gelar Fellow Islamic Insurance Society (FIIS) dan sekitar 20 Ajunt Islamic Insurance Society (AIIS). Para ahli asuransi syariah tersebut, saat ini membentuk suatu institusi baru di bawah naungan AASI, yang bertugas untuk memberikan sertifikasi keahlian asuransi
26
Lembaga Pengembangan Kepemimpinan Global (LPKG) Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Islamic Insurance Society, Kegiatan Akademik Training Asuransi Syariah Periode Oktober 2003 s.d. Desember 2008 (Jakarta: Lembaga Pengembangan Kepemimpinan Global (LPKG) Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Islamic Insurance Society, 2009), h. 16.
sariah, yaitu FIIS dan AIIS, yang disebut Islamic Insurance Society (IIS), semacam Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI)-nya Dewan Asuaransi Indonesia (DAI).27 Asosiasi Ausransi Syariah Indonesia (AASI) juga akan membangun kerja sama dan networking dengan institusi-institusi lain, misalnya kampus-kampus yang mempunyai program ekonomi syariah baik setingkat S1, S2, maupun S3, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), demikian juga dengan lembaga konsultan dan pendidikan ekonomi syariah yang ada saat ini misalnya Tazkia Institute, Muamalat Institute, Asbisindo, CEIRA, Syariah Management Consulting, Karim Consulting dan lembaga-lembaga syariah lainnya. Bentuk education programmes ini dilakukan dalam tiga level.28 •
Program traning tingkat basic (untuk setingkat sebelum ajun ahli).
•
Program training I, tingkat intermediate (untuk setingkat ajun ahli asuransi jiwa atau kerugian – AAAIJ / AAAIK).
•
Program training II, tingkat advance (untuk setingkat ahli asuransi jiwa atau kerugian – AAIJ / AAIK). d. Sertifikasi Ahli Asuransi Syariah (Internasional) AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) sebagai wadah tunggal asuransi
syariah Indonesia perlu melakukan kerja sama Internasional dengan lembagalembaga syariah lainnya di luar negeri. Misalnya, ASIA Takaful Confererence dan
27 28
Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, h. 570. Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009
BIRT (Bimb Institute of Research and Training SDN BHD) yang semula menjadi salah satu anak perusahaan Syarikat Takaful Malaysia, saat ini menjadi institusi yang langsung di bawah Bank Negara dan secara resmi diberi kuasa untuk menjadi lembaga yang memberikan pendidikan dan sertifikasi keahlian di bidang perbankan asuaransi syariah.29 Standarisasi ahli asuransi syariah secara internasional dipandang perlu dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia perusahaan-perusahaan asuaransi syariah di dunia. Juga dalam rangka meningkatkan peran lembaga keuangan syariah, dalam perekonomian dunia. Di Indonesia market share asuransi syariah terhadap asuransi konvensional per 2003 baru sekitar 1 persen dari total premi asuransi konvensional sekitar 30 triliun. Sedangkan di Malaysia, maket share asuransi syariah belum mencapai 10 persen, untuk kurun waktu 20 tahun. Ini merupakan perkembangan yang sangat lamban jika melihat potensi market asuransi syariah di Indonesia misalnya, yang jumlah penduduknya 200 juta lebih dengan mayoritas muslim. Jika membandingkan jumlah penduduk muslim terhadap penduduk non muslim dunia, yang kurang lebih jumlah penduduk dunia, atau 1,2 miliar (muslim) dari 4,4 miliar (non muslim). Ini merupakan potensi market yang luar biasa besar dibandingkan market share sekitar 65 perusahaan asuransi syariah di dunia.
29
Ibid., h. 581
2. Kurikulum Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah. TABEL 2.1 KURIKULUM TRAINING CERTIFIED ISLAMIC INSURANCE SYARIAH 30 Peringkat
Tingkat DASAR
Tingkat AJUN
Kompete nsi Yang Diperluka n Memaha mi operasio nal dan pengelola an
Pengetah uan Yang Diperluka n Pengenal an prisip dasar muamala h dan asuransi syariah
Materi pelajaran Yang diperlukan
Konsep dan filosofi syariah. 1. Pengantar ekonomi islam. 2. Asuransi syariah:prinsip dan filosofi 3. Kajian syariah tentang gharar, maisir, dan riba. Keterampilan manajerial Peraturan 4. perasuransian syariah dan pemerintah Keterampilan teknis Pengantar 5. keuangan asuransi syariah. 6.1 pengantar teknis dan aktuaris asuransi syariah (life) 6.2 pengantar teknik dan operasional (general) Menguas Pemantap Konsep dan filosofi ai an prinsip syariah operasio muamalah 1. Karakteristik hukum islam nal dan dan 30
Pengajar (fasilitator)
Tingkat Penguasaa an Minimal
keterang an
1. Kehadiran minimal 95 % 2. Hasil evaluasi minimal 55 % 3. kesempata n mengulang evaluasi 2 kali
Total jumlah pelatiha n 24 jam @ 45 menit
1. Prof, Dr. Kehadiran Faturrahma minimal 80 n Jamil, % 2. Hasil
Total jumlah pelatiha n 40 jam
Drs. Amir Rajab/Kana en PA. SE, MPA Ir. M. Syakir Sula, AAIJ Dr. Jafril Khalid, MCL Masdar,MB A/ Salustra,M BA Amin Musa, SE/N. Lubis, SE. MM Ir. Agus Haryadi, FSAI, AAIJ Nusirwan, SE, AAAIK/ M. Shaefie, SE, CIIA
Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, h. 574-575.
pengelola asuransi an syariah asuransi syariah
2. Kontrak-kontrak (akad) asuransi syariah 3. Ekonomi islam i 4. Prinsip muamalah (1) Keterampilan manajerial 5. Budaya perusahaan asuransi syariah 6. Manajemen keuangan islami 7. Manajemen portofolio syariah 8. Manajemen pemasaran islami (1) Keterampilan teknis 9. Konsep akuntansi asuransi syariah 10. Analisa laporan keuangan (1) 11.1 aspek-aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi jiwa 11.2 aspek-aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi umum 12. Implementasi akad pada asuransi syariah 13.1 disain produk asuransi syariah (life) 13.2 disain asuransi (general)
MA. Dr. Jafril Khalil, MCL. Karnaen A.P, SE, MPA Dr. Endy Astiwara, MA, AAAIJ Ir. M. Syakir Sula, AAIJ BPPK/ Depkeu BPPK/ Depkeu Ir. M. Syakir Sula, AAIJ Nurmansya h Lubis,SE,M M Salusra,MB A/ Masdar , MSc Drs. Ir. Agus Haryadi, FSAI, AAAIJ Ir. M. Iqbal FIINZ, MCL
Dr. Jafril produk Khalil, MCL syariah Ir. Syafrial S, FSAI, AAAIJ M. Shaefie, SE, ACCI Nusirwan,
@ 45 evaluasi minimal 65 menit % 3. kesempata n mengulang evaluasi 3 kali
SE, AAAIK Tingkat AHLI
Sangat menguas ai operasio nal dan pengelola an asuransi syariah
Pendalam an prinsip dasar muamalah dan asuransi syariah
Konsep dan filosofi syariah Kajian syar’i 1. tentang fenomena riba dan bunga bank 2. Islamic economic ii 3. Prinsip muamalat ii Keterampilan manajerial 4. Prinsip dan praktik perusahaan asuransi syariah 5. Budaya perusahaan asuransi syariah ii 6. Etika islami
Karnaen AP, SE, MPA Karnaen AP, SE, MPA Dr. Endy Astiwara, MA, AAAIJ Dr. Jafril Khalid, MCL
Ir. M. Syakir Sula, AAIJ Dr.M,Hiday 7. Manajemen at MBA pemasaran islami ii (MUI) Keterampilan teknis Ir. M. Syakir 8. Produk investasi Sula, AAIJ dan asset keuangan Iwan 9.1 analisa laporan Ir, Ponco keuangan (life) 9.2 analisa laporan W,MM BPPK keuangan (general) 10.1 pengukuran kinerja keuangan Ir. M. Iqbal, FIINZ, MBA, perusahaan ii (life) 10.2 pengukuran AAIK kinerja keuangan ii Ir. Masdar, (general) MSc Ir. Salusra Satria, MBA
1. Kehadiran minimal 80 % 2. Hasil evaluasi minimal 65 % 3. kesempata n mengulang evaluasi 3 kali
Total jumlah pelatiha n 40 jam @ 45 menit
BAB III GAMBARAN UMUM ISLAMIC INSURANCE SOCIETY (IIS)
A. Sejarah Islamic Insurance Society (IIS) Sejarah sertifikasi keahlian asuransi syariah muncul pada saat Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tahun 1991. Pada tahun 1994 berdiri asuransi Takaful,sebagai asuransi syariah pertama di Indonesia yang dibentuk oleh holding company PT Syarikat Takaful Indonesia (STI). Hadirnya Asuransi Takaful saat itu dapat memperkuat keberadaan lembaga perbankan syariah yang sudah ada, yakni Bank Muamalat Indonesia (BMI) karena asumsinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) juga membutuhkan lembaga asuransi yang dijalankan dengan prinsip syariah yang dapat mengcover dana-dana dari Bank Muamalat Indonesia (BMI).31 Sejak Takaful berdiri sampai tahun 2000 belum banyak perusahaan asuransi yang membuka cabang syariah, baru pada pertengahan tahun 2000 tersebut ada pengajuan izin menjual produk syariah dari PT. Great Eastern Indonesia dan PT. MAA Assurance ke Depatemen Keuangan. Inilah yang dianggap menjadi cikal bakal pendirian cabang-cabang perusahaan asuransi syariah di Indonesia Sampai dengan pertengahan tahun 2003 sudah ada sekitar 7 (tujuh) cabang perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Kepala cabang atau PIC cabang-cabang perusahaan asuransi inilah yang berkumpul dan berinisiasi membentuk Asosiasi 31
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dibawah koordinasi Bapak Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS yang sekaligus menjadi ketua umumnya dan berdasarkan berita acara pembentukan, diantara ke-7 cabang perusahaan asuransi tersebut yaitu: 1. PT. Great Eastern Indonesia 2. PT. Syarikat Takaful Indonesia 3. PT. AJB Bumiputera 1912 4. PT. Asuransi Central Asia (ACA) 5. PT. MAA Assurance 6. PT. Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur (Bringin Insurance) 7. PT. Asuransi Tri Pakarta Kehadiran Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menjadi mediator atau perantara antara Departemen Keuangan selaku regulator dengan industri asuransi khususnya asuransi syariah. Kehadiran Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) telah mendorong tumbuh kembangnya bisnis syariah dan memacu perusahaan asuransi untuk membuka cabang asuransi syariah. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan tersedianya sumber daya manusia (SDM) atau tenaga ahli yang kompeten di bidang asuransi syariah juga meningkat. Atas dasar pemikiran tersebut maka industri asuransi syariah melalui Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) memandang perlu untuk membentuk lembaga yang dapat menyediakan kebutuhan tersebut. Maka dibentuklah lembaga yang dapat memberikan keahlian asuransi syariah dengan nama Islamic Insurance Society (IIS).
Berdirinya Islamic Insurance Society (IIS) diawali dengan diadakannya workshop tentang asuransi syariah yang dihadiri oleh hampir 120 orang lebih peserta dari perwakilan perusahaan asuransi, leasing, broker asuransi, akademisi dan dari perwakilan Departemen Keuangan. Pada waktu itu Pak Muhaimin Iqbal menyampaikan presentasi dihadapan rapat pengurus Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dan disepakati oleh penguurus Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Gagasan pendirian Islamic Insurance Society (IIS) disampaikan oleh beberapa tokoh dan praktisi asuransi syariah sebagai tindak lanjut dari kegiatan workshop. Hasil dari workshop inilah yang diwujudkan dalam bentuk program diklat sertifikasi keahlian asuransi syariah (certified Islamic Insurance Specialist). Islamic Insurance Society (IIS) berdiri pada tahun 2003 dengan misi utama melakukan sertifikasi bagi praktisi asuransi syariah. Program diklat sertifikasi Islamic Insurance Society (IIS) terdiri dari 3 (tiga) tahapan kegiatan pelatihan, yakni pelatihan tingkat dasar, pelatihan tingkat ajun ahli (Associateship) dan pelatihan tingkat (Fellowship). Untuk memperoleh gelar sertifikasi tersebut praktisi diwajibkan mengikuti serangkaian pelatihan dan ujian pada tingkat ajun ahli dan tingkat ahli. Praktisi yang telah memenuhi persyaratan sertifikasi berhak menggunakan gelar AIIS (Associate of Islamic Insurance Society) untuk ajun ahli dan FIIS (Fellow of Islamic Insurance Society) untuk tingkat ahli.
B. Struktur Organisasi GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI ISLAMIC INSURANCE SOCIETY COMMITTEE OF FELLOWS Karnaen Perwataatmaja Muhaimin Iqbal Jafril Khalil M. Syakir Sula M. Endy Astiwara M. Shaifie Zein Delil Khairat
Muhammad Syakir Sula Chairman
M. Nasyubun (Bumida) Treasurer
Research & data Management Department Faustinus wirasadi (CAR)* Hafriansar (Simas Life) Adjis (Askrindo)
International Relation Department Khusnun Arief (Tugu)* Esti Handayani (Tokio Marine) Agung Jatmika (BNI Life) Sugiri Wiryono (Marein)
C. Visi dan Misi 1. Visi
Public Relation Department Sangkut Wijaya* Denden Nurdiasena (Bringin Life) Ricky Avicenna (ATU) Ahaddin Noekman (Tugu)
Delil Khairat (ReINDO) General Secretary
Membership Department Nuryadi (Fadent)* Nursirwan (ATU) Wati Hermawati (Sinar Mas) M. Fajri Arnianto (ReINDO)
Certification & Training Department M. Shaifie Zein (nasre)* Agus Haryadi M. Zamachsyari (ATK) Syahrial Syakni (ATK)
Secretary Ayim Ayatullah
Visi dari Islamic Insurance Society (IIS) adalah “Menuju Industri Asuransi Yang Lebih Sehat Dengan Mengikuti Aturan Syariah.”32 2. Misi Sedangkan Misi dari Islamic Insurance Society (IIS) adalah “Melakukan Sertifikasi Bagi Praktisi Asuransi Syariah.” D. Landasan Pembentukan IIS33 •
KMK nomor 426/KMK.06/2003 pasal 23 (2) dan pasal 32 (1.c) yang mensyaratkan adanya ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah dalam perusahaan asuransi yang menjalankan prinsip syariah.
•
Keputusan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) untuk membentuk lembaga yang mengurusi keahlian asuransi syariah dengan nama Islamic Insurance Society (IIS).
•
Kebutuhan akan tersedianya tenaga ahli yang kompeten di bidang asuransi syariah seiring dengan pertumbuhan industri asuransi syariah di dalam maupun luar negeri.
E. Tujuan Pembentukan IIS34
32
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 571. 33 Ibid., h 571. 34 Ibid, h. 571
•
Meningkatkan pengetahuan dan standarisasi aplikasi ketentuan-ketentuan syariah dalam praktik bisnis asuransi, baik umum maupun jiwa.
•
Mendorong terlaksananya praktik bisnis asuransi yang sesuai dengan ketentuan syariah.
•
Merumuskan dan memberlakukan kode etik bagi para anggota society.
•
Memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli dan ajun ahli asuransi syariah.
•
Mempromosikan atau mensosialisasikan pengetahuan ilmu asuransi syariah, baik di industri asuransi maupun luar negeri.
F. Nama Kelembagaan dan Gelar Keahlian35 •
Nama lembaga yang dibentuk oleh AASI adalah Islamic Insurance Society.
•
Gelar keahlian yang akan diberikan adalah Fellow Of Islamic Insurance Society (FIIS) untuk setingkat ahli dan Associate Of Islamic Insurance Society (AIIS) untuk setingkat ajun ahli.
•
Nama kelembagaan maupun gelar sengaja dibuat dalam Bahasa Inggris agar mudah
dikenali
secara
internasional,
disamping
kemungkinan
juga
memasarkan program IIS kenegara-negara Islam. Karena keahlian asuransi syariah ini langka dipasar internasional, maka IIS dapat menjadi rujukan internasional. (hal ini sangat memungkinkan karena Indonesia selalu dipandang sebagai Negara dengan umat Islam terbesar – jadi wajar apabila menjadi pusat lahirnya pemikiran-pemikiran islam modern seperti dalam bidang bisnis asuransi ini).
35
Ibid., h. 571
BAB IV ANALISA PERANAN ISLAMIC INSURANCE SOCIETY DENGAN PROGRAM SERTIFIKASI KEAHLIAN DALAM PENGEMBANGAN SDM ASURANSI SYARIAH
A. Peranan Islamic Insurance Society Dengan Program Sertifikasi Keahlian Dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah. Lembaran-lembaran berikut berusaha menguraikan sisi profesionalisme SDM di dalam industri asuransi syariah. Pertanyaan mendasar yang hendak didiskusikan dalam masalah ini adalah bagaimana peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Sebelumnya diuraikan tentang perkembangan asuransi syariah di Indonesia, kebutuhan SDM asuransi syariah, dan regulasi asuransi syariah. Pada bagian selanjutnya diuraikan usaha apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai idealitas tersebut? Pada bagian selanjutnya akan diuraikan beberapa peluang dan tantangan Islamic Insurance Society dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Hal ini untuk mengetahui gap antara idealita yang dicitakan dan kondisi riil yang ada di lapangan. 1. Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia Industri asuransi syariah dalam tahun-tahun terakhir ini pertumbuhannya cukup menakjubkan. Jika industri asuransi konvensional tumbuh rata-rata antara 20 25 persen, maka asuransi syariah mencapai 40 persen. 36 36
Kepustakaan, “Bangkitnya asuransi syariah dan dampak deregulasi pemerintah” artikel diakses pada pada 26 Januari 2009 dari http://www.takaful.com.html
Sampai dengan akhir 2007, usaha asuransi syariah terus mencatat pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut antara lain ditunjukkan oleh jumlah perusahaan, perkembangan premi, dan perkembangan kekayaan yang dimiliki. Pertumbuhan premi bruto, klaim dan kekayaan usaha asuransi dan reasuransi syariah serta perbandingannya terhadap premi bruto, klaim dan kekayaan dari seluruh usaha asuransi dan reasuransi komersial ditunjukkan dalam tabel berikut :37 Tabel 4.1 Market Share Usaha Asuransi dan Reasuransi Syariah Dalam Milyar Rupiah
No. Keterangan
Premi Bruto 2006
I. Seluruh Asuransi
27.498
2007
Klaim 2006
Kekayaan 2007
2006
2007
45.580,57 14.623,58 19.686,32 71.034,09 102.172,42
Jiwa Jiwa
282,09
511,37
99,76
195,08
614,39
1.020,20
Persentase As. Jiwa
1,03%
1,12%
0,68%
0,99%
0,86%
1,00%
Asuransi Syariah
Syariah
37
Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan RI, “Silaturahmi Tukar Menukar Informasi dan Sosialisasi Rancangan Peraturan Pemerintah (Jakarta: 17 Desember 2007)
II.
Seluruh
As. 16.628,20 18.911,90
7.819,75
9.490,67
24.982,33
29.788,25
Kerugian & Reas. As.
Kerugian
dan
216,85
294,18
88,48
118,40
336,05
491,61
1,30%
1,56%
1,13%
1,25%
1,35%
1,65%
Reasuransi Syariah Persentase
As.
Kerugian
dan
Reasuransi Syariah
Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi syariah cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 51 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri dari 42 operator asuransi syariah, tiga reasuransi syariah, dan enam broker asuransi dan reasuransi syariah. Berikut data asuransi syariah sampai dengan 10 Juli 2008:38 TABEL 4.2.1 Perkembangan Jumlah Perusahaan yang Menyelenggarakan Usaha dengan Prinsip Syariah Tahun 2002 – 10 Juli 2008 No.
Keterangan
38
2002 2003 2004 2005 2006 2007 10
Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) Departemen Keuangan RI, “Annual Report2007” h. 49
juli 2008 1
Perusahaan Asuransi Jiwa 2
2
2
2
2
2
2
Asuransi 1
1
1
1
1
1
1
Perusahaan Asuransi Jiwa 1
2
3
8
9
13
17
6
11
13
15
19
22
-
1
2
3
3
3
11
18
26
30
38
42
Syariah 2
Perusahaan Kerugian syariah
3
yang
memiliki
Kantor
Cabang Syariah 4
Asuransi 1
Perusahaan Kerugian
yang
memiliki
Kantor Cabang Syariah 5
Perusahaan yang
Reasuransi -
memiliki
Kantor
Cabang Syariah Total
5
TABEL 4.2.2
Daftar Perusahaan (per 10 Juli 2008) yang Memiliki Usaha dengan Prinsip Syariah Perusahaan Asuransi Syariah Perus.As. Jiwa
Perusahaan Asuransi Jiwa Konvensional yang memiliki Usaha Asuransi Syariah
1. PT As Takaful Keluarga
1. PT MAA Life Assurance
2. PT AS Mubarakah
2. PT Great Eastern Life Ind.
Perus As. Kerugian
3. PT A. J. Bringin Jiwa S.
1. PT As Takaful Umum
4. AJB Bumiputera 1912
Perusahaan Reasuransi Konvensional
5. PT A. J. BNI Life Indonesia
yang memiliki Usaha Asuransi Syariah
6. PT A. J. Sinar Mas
1. PT Reasuransi Int’l Ind. (ReIndo)
7. PT As. AIA Indonesia
2. PT Reasuransi Nas.Ind. (Nasre)
8. PT As. Panin Life
3. PT Mask. Reasuransi Ind. (Marein)
9. PT Allianz Life Indonesia 10. PT Equity Life
Broker Asuransi dan Reasuransi 11. PT As. Mega Life 1. PT Fresnel Perdana Mandiri 12. PT As Central Asia Raya 2. PT Asiare Binajasa 13. PT As.J. Prudential 3. PT Amanah Jamin Indonesia 14. PT AIG Life 4. PT Asrinda Re-Brokers dan AA 15. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Pialang Asuransi 16. PT Equity Financial Solution 5. PT Madani Karsa Mandiri 17. PT Asuransi Jiwa Askrida 6. PT Aon Indonesia. TABEL 4.2.3
Daftar Perusahaan (per 10 Juli 2008) yang Memiliki Usaha dengan Prinsip Syariah PerusahaanAsuransi KerugianKonvensional yang memiliki Usaha Asuransi Syariah 1. PT As. Adira Dinamika
12. PT As. Ramayana
2. PT As. Allianz Utama Indonesia
13. PT As. Sinar Mas
3. PT As. Astra Buana
14. PT As. Staco Jasapratama
4. PT As. Binagriya Upakara
15. PT As. Tokio Marine Indonesia
5. PT As. Bintang
16. PT As. Triparkarta
6. PT As. Bringin Sejahtera A. M.
17. PT As. Tugu Pratama Indonesia
7. PT As. Bumiputera Muda 1967
18. PT As. Umum Mega
8. PT As. Central Asia
19. PT As. Bangun Askrida
9. PT As. Jasa Indonesia
20. PT Jasaraharja Putera
10. PT MAA General Insurance
21. As. PT Karyamas Sentralindo
11. PT As. Parolamas
22. As. PT Jasindo Takaful
Selain jumlah di atas, saat ini masih terdapat sejumlah asuransi konvensional yang sedang dealam proses pembuatan cabang syariah, dan beberapa perusahaan yang sedang dalam taraf persiapan untuk konversi maupun mendirikan perusahaan asuransi syariah yang baru. Beriringan dengan perkembangan tersebut, perusahaan asuransi syariah yang telah ada saat ini pada tanggal 14 agustus 2003, kemudian membentuk suatu wadah
perkumpulan atau asosiasi, yaitu Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dibentuk selain sebagai media komunikasi sesame anggota, juga secara eksternal sebagai wadah resmi untuk mewakili asuransi syariah, baik kepada pemerintah, legeslatif, maupun ke luar negeri. Terutama dalam rangka membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga serupa di luar negeri yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. AASI sebagi wadah tunggal asuransi syariah, telah menyiapkan sertifikasi ahli asuransi syariah sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang baru, bekerjasama dengan BPPK Departemen Keuangan, LPKG Yayasan Artha Bhakti Departemen Keuangan, menyiapkan Education Program, yaitu Certified Islamic Insurance Society (CIIS). 2. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Asuransi Syariah. Dari gambaran di atas terlihat bahwa industri asuransi syariah sudah berkembang dan menjangkau aspek industri keuangan syariah di Indonesia. Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan permintaan (demand) masyarakat akan produk dan jasa asuransi syariah. Permintaan itu sendiri akan semakin berkembang dengan semakin meluasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang asuransi syariah. Dengan demikian, industri-industri asuransi syariah, lembaga-lembaga sertifikasi pendidikan dan pelatihaan dan ekonomi syariah harus terus melakukan sosialisasi dan pendidikan tentang ekonomi syariah dari berbagai aspek kepada masyarakat. Syarat utama yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan tersebut adalah pengembangan keahlian dan kompetensi SDM asuransi syariah di bidang jasa
asuransi syariah. Hal ini dibutuhkan untuk mendorong terjadinya akselerasi dalam inovasi dan meningkatkan kinerja asuransi syariah. Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah di Indonesia merupakan kabar baik bagi perkembangan industri Asuransi syariah saat ini. Namun, sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah yang berkualitas. Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung jumlah SDM terbatas.39 Sebaran profesi di lembaga ekonomi syariah cukup luas cakupannya meliputi: lembaga-lembaga perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, BMT, pelaku pasar perdagangan antar negara-negara Muslim, wirausaha, lembaga pemerintah, bisnis syariah, Lembaga atau Badan Amil Zakat (LAZ/BAZ), lembaga pendidikan, dan konsultan publik. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:40
TABEL 4.3 Kondisi SDM
39
Mihami Tjokrosaputro, Perkembangan Industri Asuransi Syariah di Indonesia, Kendala dan Prospeknya dalam Menghadapi AFTA Tahun 2003. Jakarta : Jurnal Ekonomi, 2002. Hal. 144. 40 Harymurthy, “Eran perguruan Tinggi Dalam Menghasilkan SDM Syariah Yang Profesional.”: Workshop: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. h. 12.
di Lembaga Keuangan Syariah Indonesia Sumber Daya
Kondisi
Keterangan
Manusia Latar Belakang Pendidikan
1. 18% SMU 2. 21% D3
Karyawan
Dominasi lulusan sarjana dalam lembaga keuangan syariah
3. 59% S1
Indonesia
4. 2% S2
Karakteristik Keilmuan Karyawan
a. 10% Ilmu Syariah b. 90% Ilmu Konvensional
Belum ada lulusan lembaga pendidikan ekonomi Islam**
Sumber Karyawan
1.
lembaga keuangan
PT
syariah
20% Fresh Graduate
Kecenderungan konvensional yang kuat
2. 70% As. Konvensional
dalam perkembangan lembaga keuangan
3.
5% Asuransi Syariah
Lain 4. 5% Sumber lain
syariah
Sumber: Kajian Kondisi dan Kebutuhan SDM pada Asuransni Syariah di Indonesia, FE UI 2003, hingga saat ini belum ada penelitian yang lebih kontemporer untuk mengetahui kondisi SDM dalam Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia **Saat ini telah ada lulusan lembaga pendidikan ekonomi Islam
Dari tabel di atas terlihat bahwa cakupan profesi di bidang ekonomi syariah sangat luas dan akan terus berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat untuk berekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk itu, kebutuhan terhadap tenaga profesional di masing-masing lembaga tersebut semakin besar dari waktu ke waktu. 3. Regulasi Asuransi Syariah Di Indonesia Mengenai regulasi asuransi syariah, khususnya mengenai tenaga ahli asuransi syariah. Islamic Insurance Society sedang memperjuangkan semacam Takaful Act (Undang-undang Asuransi Syariah). Diharapkan ke depan pemerintah lebih merespon perkembangan asuransi syariah. Regulasi yang mendukung perkembangan asuransi syariah khususnys SDM asuransi syariah, yaitu: a. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia nomor 426 / KMK.06 2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Paragraf 5 (Tenaga ahli pada kantor cabang) pasal 23 ayat 2: 1. Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Memiliki kualifikasi sebagai ajun ahli manajemen asuransi kerugian dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih dahulu memperoleh pengakuan dari AAMAI; b) Memiliki pengalaman teknis asuransi kerugian sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; dan c) Tidak sedang dalam pengenaan sanksi dari asosiasi profesi. 2. Pasal 32 ayat (1.c): Memiliki tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 (ayat 2) dan pasal 24 (ayat 2), yang memiliki keahlian di bidang asuransi dan atau ekonomi syariah. b. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. Pasal 3 (1.d) Mempekerjakan tenaga ahli sesuai dengan bidang usahanya dalam jumlah yang cukup untuk mengelola kegiatan usahanya.41 Berdasarkan KMK nomor 426/KMK. 06/2003 tersebut dijelaskan bahwa Departemen Keuangan mensyaratkan adanya ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah dalam perusahaan asuransi yang menjalankan prinsip syariah. Hal Ini diartikan oleh industri asuransi syariah, Apakah semua perusahaan asuransi syariah wajib memiliki ahli asuransi syariah dan atau ekonomi syariah? 41
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2008
Berikut data peserta program sertifikasi keahlian asuransi syariah periode oktober 2003- desember 2008:42 (Daftar nama peserta dan nama perusahaan terlampir) 1. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat dasar asuransi syariah : 412 peserta dengan 29 angkatan. 2. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ajun ahli asuransi syariah : 161 peserta dengan 13 angkatan 3. Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ahli asuransi syariah : 21 peserta dengan 2 angkatan. Dari fakta diatas telah dijelaskan bahwa setiap perusahaan asuransi syariah telah menjalankan regulasi tersebut, yaitu mengikutsertakan stafnya untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah di Islamic Insurance Society sesuai dengan KMK nomor 426/KMK. 06/2003. Sebab setiap perusahaan asuransi yang akan mengajukan izin membuka unit syariah harus mencantumkan tenaga ahli yang akan dipekerjakan di bidang asuransi atau ekonomi syariah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) dan Peraturan Pemerintah (PP). Selain itu, ketika mengajukan permohonan surat rekomendasi kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) sering dipertanyakan kesiapan tenaga ahli yang akan dipekerjakan.43 42
Kerjasama Lembaga Pengembangan Kepemimpinana Global (LPKG), Asosiasi Asuransi Syariah (AASI), Dan Islamic Insurance Society, Kegiatan Akademik Training Asuransi Syariah, Periode Oktober s.d Desember 2008 (Jakarta: Lembaga Pengembangan Kepemimpinana Global (LPKG), Januari 2009), h. 1. 43 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009.
Berikut persyaratan pengurusan izin lembaga keuangan syariah: 1. Aspek Legal o
Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
o
Persetujuan dari rapat umum pemegang saham
o
Identitas pengurus seperti dari Dewan Pengawas Syariah, Unit Usaha Asuransi Syariah setingkat divisi dan kantor unit syariah
2. Aspek Operasional o
Business plan
o
Hasil analisis peluang pasar an potensi ekonomi
o
Rencana kegiatan usaha
o
Rencana kebutuhan pegawai
o
Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan
o
Proyeksi neraca dan perhitungan laba/rugi
o
Manual operasional
o
Manual produk
o
Cadangan teknis (sesuai ketentuan undang-undang)
o
Sumber daya manusia yang dilengkapi sertifikat training, serta dari tenaga ahli asuransi syariah
3. Aspek Syariah o
Penempatan dan tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah Ketika mengajukan surat ke Departemen Keuangan juga harus menyertakan
surat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. Karena Dewan Syariah itu nanti
akan menunjuk 3 orang Dewan Pengawas Syariah yang ditempatkan diperusahaan asuransi syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah itulah yang nanti bersama team syariahnya mengawasi kegiatan usaha perusahaan asuransi syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syari'ah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional : 1. Menyusun produk, 2. Bagaimana memasarkan, 3. Bagaimana memisiahkan dana yang konvensinal dan syariah, 4. mana yang diinvestasikan ke syariah dan konvensional. Sebelum
semua
dokumen
pengajuan
pembukaan
cabang
syariah
ditandatangani dan disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah, dokumen tersebut tidak akan diproses oleh Departemen Keuangan. Hal tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya SDM asuransi syariah. 4. Sekilas Tentang Islamic Insurance Society (IIS) Islamic Insurance Society (IIS) berdiri pada tahun 2003 dengan misi utama melakukan sertifikasi bagi praktisi asuransi syariah. Program diklat sertifikasi Islamic Insurance Society (IIS) terdiri dari 3 (tiga) tahapan kegiatan pelatihan, yakni pelatihan tingkat dasar, pelatihan tingkat ajun ahli (Associateship) dan pelatihan tingkat (Fellowship). Untuk memperoleh gelar sertifikasi tersebut praktisi diwajibkan mengikuti serangkaian pelatihan dan ujian pada tingkat ajun ahli dan tingkat ahli. Praktisi yang telah memenuhi persyaratan sertifikasi berhak menggunakan gelar AIIS
(Associate of Islamic Insurance Society) untuk ajun ahli dan FIIS (Fellow of Islamic Insurance Society) untuk tingkat ahli.44 Dengan visi, misi dan Tujuan Pembentukan:45 1. Visi dari Islamic Insurance Society (IIS) adalah “Menuju Industri Asuransi Yang Lebih Sehat Dengan Mengikuti Aturan Syariah.” 2. Misi dari Islamic Insurance Society (IIS) adalah “Melakukan Sertifikasi Bagi Praktisi Asuransi Syariah.” 3. sedangkan tujuan Islamic Insurance Society adalah: •
Meningkatkan pengetahuan dan standarisasi aplikasi ketentuan-ketentuan syariah dalam praktik bisnis asuransi, baik umum maupun jiwa.
•
Mendorong terlaksananya praktik bisnis asuransi yang sesuai dengan ketentuan syariah.
•
Merumuskan dan memberlakukan kode etik bagi para anggota society.
•
Memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli dan ajun ahli asuransi syariah.
•
Mempromosikan atau mensosialisasikan pengetahuan ilmu asuransi syariah, baik di industri asuransi maupun luar negeri.
Proses pelaksanaan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dilaksanaka dalam 3 tingkatan, yaitu:46
44 45
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009.
Muhammad Syakir Sula, Asuaransi Syariah ; Konsep dan Operasional, (Jakarta : Gema Insani Press, 2004), hal. 571. 46 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009.
GAMBAR 4.1 BAGAIMANA MEMPEROLEH FIIS / AIIS47
Where to Starts Fellow atau Tingkat Ahli
Syariah Ins. Training I
Syariah Ins. Training II
AAI-K/J
FIIS
Basic Syariah Ins. Training Intermediate atau Tingkat Ajun Ahli
Syariah Ins. Training I Basic Syariah Ins. Training
General/Life Ins. Training II Syariah Ins. Training II
Program Setara Ajun Ahli*
Program Setara Ahli**
AAI-K/J
AIIS
FIIS
Basic Syariah
Basic Syariah Ins. Training
AIIS Syariah Ins. Training I
FIIS Syariah Ins. Training II
a. Basic syariah, diikuti praktisi asuransi atau non asuransi secara umum karena selain dari kalangan praktisi, akademisi, dan pemerhati pernah ada yang
47
Ibid., h. 572
mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini dari lawyer atau pengacara, Dewan Syariah, dan staf Departemen Keuangan biro asuransi. Dilakukan dalam waktu 3 hari dengan 7 materi pelajaran ditambah ujian sertifikasi. 1. Program training tingkat basic (untuk setingkat sebelum ajun ahli) dengan materi sebagai berikut: Basic Syariah Insurance Training Konsep dan filosofi syariah •
Pengantar ekonomi islam.
•
Asuransi syariah : prinsip dan filosofi
•
Kajian syariah tentang gharar, maisir, dan riba. Keterampilan manajerial
•
Peraturan perasuransian : syariah dan pemerintah Keterampilan teknis
•
Pengantar keuangan asuransi syariah.
•
Aspek teknis dan aktuaris jiwa (life)
•
Konsep dan operasional asuransi keuangan (general)
•
Evaluasi/ujian.
b. Intermediate atau tingkat ajun ahli, diharuskan sudah lulus basic syariah dan lulus AAAIK atau AAAIJ dari AAMAIi atau yang setara dengan itu dari luar
negeri yang diakui di Indonesia. Dilakukan dalam waktu 10 hari dengan 16 subjek dan ditambah ujian sertifikasi. 2. Program training I, tingkat intermediate (untuk setingkat ajun ahli asuransi jiwa atau kerugian – AAAIJ / AAAIK). Dengan materi sebagai berikut: Syariah Insurance Training I Konsep dan filosofi syariah •
Karakteristik hukum Islam
•
Ekonomi Islam (kajian syariah tentang riba dan bunga bank)
•
Kontrak syariah
•
Implementasi aqad pada asuransi syariah. Keterampilan manajerial
•
Budaya perusahaan asuransi syariah
•
Manajemen pemasaran islami I
•
Manajemen portofolio syariah
•
Manajemen keuangan Islami Keterampilan teknis
•
Konsep akuntansi syariah
•
Analitis laporan keuangan
•
Aspek – aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi umum
•
Aspek – aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi jiwa
•
Disain produk asuransi umum syariah
•
Disain produk asuransi jiwa syariah
•
Prinsip – prinsip Muamalah I
•
Ujian sertifikasi
c. Fellow atau tingkat ahli, diharuskan sudah lulus basic syariah, ajun syariah, kemudian dilengkapi dengan AAIK atau AAIJ dari AAMAI atau yang setara dengan itu dari luar negeri yang diakui di Indonesia. Dilakukan dalam waktun 10 hari dengan 10 subjek materi dan ditambah ujian sertifikasi. 3. Program training II, tingkat advance (untuk setingkat ahli asuransi jiwa atau kerugian – AAIJ / AAIK) dengan materi sebagai berikut: Syariah Insurance Training II Konsep dan filosofi syariah •
Ekonomi islam II (dampak makro penghapusan system riba)
•
Prinsip – prinsip muamalah II Keterampilan manajerial
•
Prinsip dan praktik perusahaan asuransi syariah
•
Etika islami
•
Budaya perusahaan asuransi syariah II
•
Manajemen pemasaran islami II Keterampilan teknis
•
Produk investasi dan asset keuangan
•
Aspek – aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi jiwa II
•
Aspek – aspek syariah dalam akseptasi dan produk asuransi umum II
•
Manajemen kinerja asuaransi umum syariah
•
Manajemen kinerja asuaransi jiwa syariah
•
Ujian sertifikasi
5. Peranan Islamic Insurance Society dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Jika kualifikasi di atas dapat disepakati maka ini harus ditunjang oleh tersedianya lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah yang mencetak lulusan yang siap menjadi profesional asuransi syariah dengan kualifikasi yang ideal. Islamic Insurance Society (IIS) berdiri sebagai salah satu lembaga sertifikasi yang membuka program sertifikasi keahlian asuransi syariah yang diikuti dalam 3 tingkatan basic, tingkat ajun ahli, dan tingkat ahli yang kemudian direspon baik oleh industri asuransi syariah. Meski harus disikapi dengan apresiasi atas usaha mereka dalam menelurkan lulusan tenaga ahli di bidang asuransi syariah dan ekonomi syariah, lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah harus terus meningkatkan beberapa aspek seperti kurikulum, metode pengajaran, dan evaluasi agar lulusan yang dihasilkan sesuai dengan yang diidealkan.
Lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah yaitu Islamic Insurance Society (IIS) banyak berperan dalam pendidikan bagi para pelaku industri asuransi syariah. Materi pelatihan mencakup pengenalan tentang dasar-dasar asuransi baik dari
Keahlian di bidang teknik industri asuransinya sendiri dan keahlian di bidang ekonomi syariahnya. Artinya dengan 2 kualifikasi ini SDM yang bersangkutan bisa mengeliminir hal-hal yang diharamkan dalam praktek asuransi syariah. Dari gambaran diatas sangatlah jelas betapa pentingnya keberadaan lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah yaitu Islamic Insurance Society (IIS) di industri asuransi syariah saat ini, Islamic Insurance Society hadir sabagai wadah para praktisi, akademisi, dan pemerhati industri asuransi syariah untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas SDM asuransi syariah di Indonesia. Hal ini didasarkan pada data Isalmic Insurance Society periode Oktober 2003Desember 2008 Desember 2008 dari 51 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Mereka terdiri dari 42 operator asuransi syariah, tiga reasuransi syariah, dan enam broker asuransi dan reasuransi syariah telah memiliki tingkat ajun ahli syariah untuk setiap cabang atau divisi asuransi syariah dan tingkat ahli syariah untuk setiap induk perusahaan asuransi syariah. Berikut data peserta program sertifikasi keahlian asuransi syariah periode Oktober 2003-Desember 2008: (Daftar nama peserta dan nama perusahaan terlampir) 1
Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat dasar asuransi syariah : 412 peserta dengan 29 angkatan.
2
Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ajun ahli asuransi syariah : 161 peserta dengan 13 angkatan
3
Jumlah peserta program sertifikasi pendidikan dan pelatihan tingkat ahli asuransi syariah : 21 peserta dengan 2 angkatan.
Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia (RI) nomor 426.06/2003 pasal 23 (2) dan pasal 32 (1c) tentang perizinan usaha asuransi syariah, bahwa untuk membuka cabang perusahaan asuransi syariah di butuhkan tenaga ahli dibidang asuransi syariah atau ekonomi syariah. Dari fakta diatas telah dijelaskan bahwa dalam prakteknya dilapangan setiap perusahaan
asuransi
syariah
telah
menjalankan
regulasi
tersebut,
yaitu
mengikutsertakan stafnya untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah di Islamic Insurance Society sesuai dengan KMK nomor 426/KMK. 06/2003. Peranan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society (IIS) yaitu: 1. Meningkatkan dan mengembangkan mutu profesionalisme para pelaku usaha asuransi syariah 2. Membantu pemerintah dalam pemenuhan tenaga ahli dibidang asuransi syariah 3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran berasuransi syariah masyarakat 4. Ikut serta meningkatkan peran industri asuransi dalam pembangunan 5. Memacu pertumbuhan asuarsi syariah di Indonesia 6. Sebagai
perpanjangan
tangan
Dewan
menterjemahkan fatwa fatwa dibidang asuransi.
Syariah
Nasional
dalam
B. Usaha Islamic Insurance Society (IIS) Dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia (RI) Nomor 426/KMK.06/2003 Pasal 23 (2) dan Pasal 32 (1c) tentang Perizinan Usaha Asuransi Syariah, bahwa untuk membuka cabang Perusahaan Asuransi Syariah dibutuhkan tenaga ahli dibidang asuransi atau ekonomi syariah, maka Islamic Insurance Society (IIS) pun selalu berusaha untuk mendukung pengembangan SDM asuransi syariah melalui program sertifikasi keahlian asuransi syariah baik untuk internal lembaga maupun untuk eksternal lembaga. Pengembangan SDM asuransi syariah yang bersifat internal tentunya meliputi pengembangan untuk kemajuan Islamic Insurance Society sendiri, yaitu melalui program sertifikasi keahlian asuransi syariah dengan: meningkatkan kinerja tenaga pengajar, silabus pendidikan, materi ujian dan kurikulum pendidikan. Hal ini tentunya akan tentunya akan dapat meningkatkan kualitas SDM asuransi syariah yang akan dan telah mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah pada Islamic Insurance Society.48 1. Meningkatkan standar kompetensi pendidikan dan pelatihan. Pada prinsipnya standar kompetensi yang ditetapkan oleh Islamic Insurance Society (IIS) mengacu pada standar yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi yang ada di Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) yaitu bagaimana kualifikasi atau kualitas dari lulusan program yang ada di AAMAI itu sendiri, ini artinya Islamic Insurance Society (IIS) melihat bagaimana lulusan dari AAMAI jika dari AAMAI-nya bagus berarti dikita jg bagus, bahkan bagus plus. 48
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Syakir Sula. Jakarta. 21 Januari 2009.
Artinya Islamic Insurance Society tidak menerima tenaga ahli maksudnya SDM yang akan disertifikasi kalau belum lulus dari AAMAI tapi itu khusus untuk yang ajun ahli dan ahli, sementara untuk tingkat basicnya adalah pembekalan umum bagi praktisi yang akan terjun di asuransi syariah. Sehingga standar kompetensinya yang ditetapkan oleh IIS meliputi 3 tingkatan, yaitu: a. Basic syariah, diikuti praktisi asuransi atau non asuransi secara umum karena selain dari kalangan praktisi, akademisi, dan pemerhati pernah ada yang mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini dari lawyer atau pengacara, Dewan Syariah, dan staf Departemen Keuangan biro asuransi. Dilakukan dalam waktu 3 hari dengan 7 materi pelajaran ditambah ujian sertifikasi. b. Intermediate atau tingkat ajun ahli, diharuskan sudah lulus basic syariah dan lulus AAAIK atau AAAIJ dari AAMAIi atau yang setara dengan itu dari luar negeri yang diakui di Indonesia. Dilakukan dalam waktu 10 hari dengan 16 subjek dan ditambah ujian sertifikasi. c. Fellow atau tingkat ahli, diharuskan sudah lulus basic syariah, ajun syariah, kemudian dilengkapi dengan AAIK atau AAIJ dari AAMAI atau yang setara dengan itu dari luar negeri yang diakui di Indonesia. Dilakukan dalam waktu 10 hari dengan 10 subjek materi dan ditambah ujian sertifikasi. Sedangkan dari aspek legalnya, IIS mengacu kepada ketetapan pemerintah dalam KMK nomor 426.06/2003 pasal 23 (2) dan pasal 32 (1c) tentang perizinan usaha asuransi syariah, bahwa untuk membuka cabang perusahaan asuransi syariah di butuhkan tenaga ahli dibidang asuransi syariah atau ekonomi syariah, minimal 1 tenaga ahli.
2. Meningkatkan Kualifikasi Pendidikan dan Pelatihan. Kualifikasi utama yang harus dimiliki oleh SDM asuransi syariah yaitu : 1. Keahlian di bidang teknik industri asuransinya sendiri. 2. Keahlian di bidang ekonomi syariahnya Artinya dengan 2 kualifikasi ini SDM yang bersangkutan bisa mengeliminir hal-hal yang diharamkan dalam praktek asuransi syariah. 3. Melakukan Kerjasama Dengan Sarana Pendidikan Lain. Program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini terselenggara dengan menjalin kerja sama dengan LPKG BPPK Departemen Keuangan karena LPKG ini adalah salah satu lembaga Diklat yang ada dibawah Yayasan Artha Bhakti Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan sehingga lebih dekat ke regulator tapi saat ini selain dengan LPKG Departemen Keuangan, Islamic Insurance Society (IIS) juga sudah menjalin kerjasama dengan ICDIF (International Center For Development In Islamic Finance). Fungsinya, LPKG sebagai pelaksana Diklat sertifikasi, sementara pengadaan kurikulum, materi, pengajar, dan soal ujian dari Islamic Insurance Society (IIS). Begitu juga dengan ICDIF fungsinya sebagai penyelenggara saja sementara sertifikasinya dari Islamic Insurance Society (IIS). Islamic Insurance Society juga memberikan kontribusi yang bersifat eksternal dalam usaha meningkatkan kualitas SDM dari dunia pendidikan asuransi syariah. Hal ini erat hubungannya dengan program sertifikasi keahlian asuransi syariah yang telah dijalankan sampai saat ini, menyambung regulasi yang ada dengan kebutuhan SDM asuransi syariah.
1. Perusahaan asuransi syariah mengirim karayawannya atau SDM-nya untuk mengikuti program sertifikasi keahlian syariah di Islamic Insurance Society (IIS), hal ini bisa dilihat dengan sudah terlaksananya program sertifikasi sejak tahun 2003 sampai sekarang untuk tingkat sebanyak 29 angkatan, tingkat ajun ahli 13 angkatan, tingkat ahli 2 angkatan dan sertifikasi internasional 1 angkatan. 2. Islamic Insurance Society (IIS) Melakukan in house training asuransi syariah dibeberapa perusahaan asuransi. 3. Islmic Insurance Society (IIS) Memberikan jasa konsultasi pembukaan cabang asuransi syariah. C. Analisis Peluang Dan Tantangan Islamic Insurance Society (IIS) Dengan Program Sertifikasi Keahlian Dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada Islamic Insurance Society (IIS), dapat dilihat bahwa Islamic Insurance Society (IIS) benar-benar memperhatikan kualitas SDM asuransi syariah melalui program sertifikasi keahlian asuransi syariah. Hal ini dikarenakan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dapat mendorong perkembangan industri asuransi syariah. Islamic Insurance Society (IIS) memberikan Pengembangan SDM dengan kualifikasi lengkap baik dari konvensional dan syariah sehingga dapat mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia. Berikut ini adalah analisis peluang dan tantangan Islamic Insurance Society (IIS) dalam bidang pengembangan SDM asuransi syariah yang dilakukan oleh penulis setelah melakukan pengamatan serta wawancara pada Islamic Insurance Society (IIS):
1. Peluang Islamic Insurance Society (IIS) dengan Program Sertifikasi Keahlian dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah. a. Pada dasarnya jumlah karyawan atau tenaga ahli asuransi syariah pada setiap perusahaan asuransi syariah masih minim. Ini didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan yang diwajibkan minimal memiliki 1 tenaga ahli asuransi syariah. Hal ini berarti masih terbuka banyak kesempatan untuk menjadi seorang tenaga ahli asuransi syariah disetiap perusahaan asuransi syariah, baik di induk perusahaan asuransi syariah dan dicabang asuransi syariah. Karena hal ini menjadi sangat penting bagi seseorang yang ingin terjun langsung di industri asuransi syariah. b. Melihat tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang SDM tenaga ahli asuransi syariah yang telah mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah dan telah dinyatakan lulus oleh Islamic Insurance Society (IIS) sangatlah penting dalam sebuah perusahaan asuransi syariah, sehingga memiliki peluang untuk mendapatkan insentif yang besar. c. Seorang SDM tenaga Ahli asuransi syariah memiliki peluang untuk bekerja pada banyak jenis usaha seperti asuransi, dana pensiun, dan berbagai bentuk lembaga investasi lainnya. d. Banyak perusahaan asuransi syariah maupun perusahaan investasi yang membutuhkan tenaga ahli. Hal ini membuka kesempatan kepada kalangan akademisi maupun masyarakat umum untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah menjadi profesional asuransi syariah yang diakui secara Internasional. Kesempatan untuk mengembangkan karir dengan cepat
dapat dengan mudah dicapai apabila seorang karyawan asuransi syariah telah memiliki gelar AIIS (Associate of Islamic Insurance Society) atau FIIS (Fellow of Islamic Insurance Society) dan memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan. Dari peluang yang disebutkan diatas, jelas terlihat bahwa Islamic Insurance Society membuka banyak peluang untuk berbagai kalangan dalam mengembangkan karir dan kesempatan sebagai tenaga ahli asuransi syariah. Melihat kebutuhan pasar akan industri asuransi syariah selalu ada begitu juga kebutuhan akan SDM asuransi syariah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa: Islamic Insurance Society (IIS) memberikan Pengembangan SDM dengan kualifikasi lengkap baik dari konvensional dan syariah sehingga dapat mendorong perkembangan asuransi syariah di Indonesia. 2. Tantangan program sertifikasi keahlian asuransi syariah dalam pengembangan SDM pada Islamic Insurance Society (IIS) a. Masih belum memasyarakatnya program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini di masyarakat umum sehingga belum banyak SDM asuransi syariah yang tersedia. b. Kurangnya minat masyarakat untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah. c. Jenjang pendidikan yang panjang dan bobot ujian yang berat untuk menjadi seorang tenaga ahli asuransi syariah yang sering menyurutkan minat masyarakat.
d. Belum di-up-gradenya silabus sertifikasi asuransi syariah dalam program kerja kepengurusan periode 2007-2010. e. Belum lengkapnya situs IIS yang bisa diakses secara gratis untuk umum, yang dapat menjadi media informasi pengetahuan mengenai asuransi syariah dan ekonomi syariah. f. Masih minimnya fasilitas yang dimiliki Islamic Insurance Society dalam memasyaratkan program ini. artinya belum didukungnya system IT dan komunikasi yang baik, sehingga terkadang informasi yang disampaikan untuk pelatihan terlambat sampai ke klien g. Terdapat kesan exclusive pada Islamic Insurance Society (IIS) dengan program sertifikasi keahlian asuransi syariah sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk dapat memasyarakatkan program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini kepada masyarakat luas. Tantangan diatas dapat menunjukkan bahwa tenaga ahli asuransi syariah masih sangat asing dalam pandangan masyarakat umum. Oleh karena itu, menjadi suatu tantangan besar bagi Islamic Insurance Society untuk dapat semakin memasyarakatkan program sertifikasi keahlian asuransi syariah di Indonesia.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pada Bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Peranan Islamic Insurance Society (IIS) dengan program sertifikasi keahlian dalam pengembangan SDM asuransi syariah yaitu: a. Meningkatkan dan mengembangkan mutu profesionalisme para pelaku usaha asuransi syariah b. Membantu pemerintah dalam pemenuhan tenaga ahli dibidang asuransi syariah c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran berasuransi syariah masyarakat d. Ikut serta meningkatkan peran industri asuransi dalam pembangunan e. Memacu pertumbuhan asuarsi syariah dindonesia f. Sebagai
perpanjangan
tangan
Dewan
Syariah
Nasional
dalam
menterjemahkan fatwa-fatwa dibidang asuransi. 2. Usaha Islamic Insurance Society (IIS) dalam Pengembangan SDM Asuransi Syariah.
a. Usaha Internal, yaitu dengan meningkatkan kinerja tenaga pengajar, silabus pendidikan, materi ujian dan kurikulum pendidikan. Melalui beberapa upaya, yaitu:
• Meningkatkan
standar
kompetensi
pendidikan
dan
pelatihan. • Meningkatkan kualifikasi pendidikan dan pelatihan • Melakukan kerja sama dengan sarana pendidikan lain. b. Usaha Eksternal, yaitu Islamic Insurance Society meningkatkan kualitas SDM-nya dari program sertifikasi keahlian asuransi syariah kepada industri asuransi syariah, yaitu: •
Islamic Insurance Society (IIS) melakukan kegiatan sertifikasi keahlian asuransi syariah tiap tahunnya, hal ini bisa dilihat dengan sudah terlaksananya program sertifikasi sejak tahun 2003 sampai sekarang untuk tingkat sebanyak 29 angkatan, tingkat ajun ahli 13 angkatan, tingkat ahli 2 angkatan dan sertifikasi internasional 1 angkatan.
•
Islamic Insurance Society (IIS) Melakukan in house training asuransi syariah dibeberapa perusahaan asuransi.
•
Islmic Insurance Society (IIS) Memberikan jasa konsultasi pembukaan cabang asuransi syariah.
3. Peluang dan Tantangan Program Sertifikasi Keahlian Asuransi Syariah Dalam Pengembangan SDM asuransi syariah
a. Peluang SDM Asuransi Syariah e. Pada dasarnya jumlah karyawan atau tenaga ahli asuransi syariah pada setiap perusahaan asuransi syariah masih minim. Ini didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan yang diwajibkan minimal memiliki 1 tenaga ahli asuransi syariah. Hal ini berarti masih terbuka banyak kesempatan untuk menjadi seorang tenaga ahli asuransi syariah disetiap perusahaan asuransi syariah, baik di induk perusahaan asuransi syariah dan dicabang asuransi syariah. Karena hal ini menjadi sangat penting bagi seseorang yang ingin terjun langsung di industri asuransi syariah. f. Melihat tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang SDM tenaga ahli asuransi syariah yang telah mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah dan telah dinyatakan lulus oleh Islamic Insurance Society sangatlah penting dalam sebuah perusahaan asuransi syariah, sehingga memiliki peluang untuk mendapatkan insentif yang besar. g. Seorang SDM tenaga Ahli asuransi syariah memiliki peluang untuk bekerja pada banyak jenis usaha seperti asuransi, dana pensiun, dan berbagai bentuk lembaga investasi lainnya. h. Banyak perusahaan asuransi syariah maupun perusahaan investasi yang membutuhkan tenaga ahli. Hal ini membuka kesempatan kepada kalangan akademisi maupun masyarakat umum untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah menjadi profesional asuransi syariah yang diakui secara Internasional. Kesempatan untuk mengembangkan karir dengan
cepat dapat dengan mudah dicapai apabila seorang karyawan asuransi syariah telah memiliki gelar AIIS (Associate of Islamic Insurance Society) atau FIIS (Fellow of Islamic Insurance Society) dan memberikan kontribusi yang besar kepada perusahaan.
b. Tantangan SDM asuransi syariah h. Masih belum memasyarakatnya program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini di masyarakat umum sehingga belum banyak SDM asuransi syariah yang tersedia. i.
Kurangnya minat masyarakat untuk mengikuti program sertifikasi keahlian asuransi syariah.
j.
Jenjang pendidikan yang panjang dan bobot ujian yang berat untuk menjadi seorang tenaga ahli asuransi syariah yang sering menyurutkan minat masyarakat.
k. Belum di-up-gradenya silabus sertifikasi asuransi syariah dalam program kerja kepengurusan periode 2007-2010. l.
Belum lengkapnya situs IIS yang bisa diakses secara gratis untuk umum, yang dapat menjadi media informasi pengetahuan mengenai asuransi syariah dan ekonomi syariah.
m. Masih minimnya fasilitas yang dimiliki Islamic Insurance Society dalam memasyaratkan program ini. artinya belum didukungnya system IT dan
komunikasi yang baik, sehingga terkadang informasi yang disampaikan untuk pelatihan terlambat sampai ke klien n. Terdapat kesan exclusive pada program sertifikasi keahlian asuransi syariah
sehingga
menjadi
tantangan
tersendiri
untuk
dapat
memasyarakatkan program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini kepada masyarakat luas. B. Saran 1. Sebagai salah satu lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah, hendaknya Islamic Insurance Society Syariah perlu untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja lembaga dalam segala hal khususnya dalam pengembangan SDM asuransi syariah. Hal ini untuk mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang yang cenderung lebih kompleks lagi. 2. Islamic Insurance Society sebaiknya dapat lebih sering mengadakan pendidikan atau pelatihan untuk mensosialisasikan program sertifikasi keahlian asuransi syariah kepada masyarakat agar minat masyarakat terhadap program sertifikasi keahlian asuransi syariah ini semakin besar. 3. Islamic Insurance Society adalah lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah yang akan terus menghasilkan SDM asuransi syariah yang berkualitas sehingga diharapkan kepada Islamic Insurance Society untuk dapat terus melakukan pembenahan terhadap kurikulum, materi, dan metode pengajaran agar para lulusannya memenuhi standar kompetensi yang ideal.
4. lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah pada Islamic Insurance Society memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan SDM asuransi syariah dengan berbagai fungsinya sebagai learning organization yang terus belajar dan mengembangkan pengetahuan keuangan syariah. diharapkan Islamic Insurance Society dapat selalu menjalin kerja sama yang baik dengan departemen keuangan, industri asuransi syariah dan lembaga pendidikan lain dalam meningkatkan kompetensi pendidikan dan pelatihan. 5. Lembaga sertifikasi keahlian asuransi syariah yaitu Islmic Insurance Society sebaiknya tidak hanya menekankan aspek how to terhadap peserta didiknya. Tetapi juga melakukan disimenasi dan internalisasi tentang filosofi dan semangat ekonomi syariah, etika profesi dan pribadi Islami.