Mekanisme Pemasaran dalam ...
Mekanisme Pemasaran dalam Membumikan Asuransi Syariah Ratu Humaemah Abstrak Allah SWT menganjurkan hambanya untuk senantiasa saling tolong menolong dalam hal kebaikan dari segi apapun selama masih berada di koridor-Nya, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan prinsip tersebut lahirlah Asuransi Syariah yang menganut azas tolong menolong dengan membagi resiko diantara peserta asuransi (risk sharing) dan pola bagi hasil pada kontrak tabarru’ didasarkan pada “akad”. Jadi prinsip utama dari “akad” ini adalah keadilan antara pemilik modal dan pengusaha (mudharib). Asuransi syariah adalah salah satu instrumen transaksi yang secara sistem operasional berdasar sistem Islam dan bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun asalkan tetap berpegang pada norma-norma islami, termasuk mekanisme pengelolaan dana, mekanisme operasional perusahaan, budaya perusahaan, marketing produk harus sesuai dengan syariah. Adapun mekanisme pemasaran dalam membumikan asuransi Syariah adalah diantaranya melalui agen, dengan melakukan pendekatan terhadap calon konsumen secara langsung, maupun melalui teman dekat, dengan memberikan presentasi untuk menjelaskan mengenai manfaat produk asuransi yang ditawarkan termasuk hak dan kewajiban nasabah. Pemasaran melalui agen dalam fikih islam disebut Wakalah yang berarti perwakilan, dan dapat pula diartikan sebagai penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Untuk itu, pemasaran dalam asuransi syariah harus memiliki prinsip-prinsip yang kuat sebagai pedoman bagi tenaga pemasar yaitu mengandung nilai Iman ( Ikhtiar, Manfaat, Amanah dan Nasihat) Kata Kunci : Asuransi Syariah, Pemasaran, Agen 29
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
1.1 Pendahuluan Manusia dalam hidupnya selalu dihadapkan pada peristiwa yang tidak terduga akan terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan maupun perusahaan, sehingga banyak orang ingin mengelak dari risiko dengan alasan selalu ingin aman dan hidup tentram. Kemanapun mengelak dari risiko, maka disitupun akan menemukan resiko yang lainnya. Risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan, karena segala aktivitas pasti mengandung risiko. Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang tidak diduga atau tidak diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang apabila terjadi mengakibatkan kerugian.1 Dalam dunia bisnis risiko yang di hadapi dapat berupa risiko kerugian atau kehilangan atau risiko lainnya. Oleh karena itu, setiap risiko yang dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dan saling bergantung satu sama lain. Usaha dan upaya manusia untuk menghindari risikonya dilakukan dengan cara melimpahkannya kepada pihak lain, maka pilihan yang paling tepat terdapat pada institusi yang bernama asuransi,2 perusahaan yang mau dan sanggup menanggung setiap risiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha.
1Soeisno
Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 2003, hlm. 2. 2Husain Syahatah, “Asuransi Dalam Perspektif Syariah”, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006, hlm. 7.
30
Mekanisme Pemasaran dalam ...
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah sangat berat siksanya” (QS al Maidah : 5) Dari ayat diatas sangat jelas bahwa Allah SWT menganjurkan hambanya untuk senantiasa saling tolong menolong dalam hal kebaikan dari segi apapun selama masih berada di koridor-Nya. “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al Asy’ari) Berpegang dari nilai-nilai diataslah yang mengedepankan prinsip Asuransi berdasarkan syariah di Indonesia. Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi di mana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai macam ancaman, misal, pada masa perkembangan umat Islam meluas di kalangan para saudagar yang merantau untuk berniaga terdapat kebiasaan untuk mengumpulkan sejumlah uang dengan tujuan saling tolong menolong untuk meringankan kerugian yang dialami oleh seorang saudagar yang mengalami kemalangan atau perampokan. Jadi asuransi merupakan suatu sistem atau bisnis yang memberikan perlindungan finansial (ganti rugi) atau digunakan untuk mendapat penggantian dari kejadiankejadian yang dapat terjadi di luar kemampuan manusia. Asuransi syariah adalah salah satu instrumen transaksi yang secara sistem operasional berdasar sistem Islam dan bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak terbatas pada umat Islam saja, serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang 31
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
pada kerangka kerja atau acuan norma-norma islami. Sehingga akad, mekanisme pengelolaan dana, mekanisme operasional perusahaan, budaya perusahaan, marketing produk harus sesuai dengan syariah. Perkembangan Asuransi syariah tidak berdasarkan prinsip pengalihan resiko dengan imbalan sejumlah uang atas suatu kejadian di masa datang yang tidak pasti kapan akan terjadinya, uang imbalan akan hangus atau menjadi pemilik pihak asuransi apabila sampai dengan waktu diperjanjikan tidak terjadi resiko. Faktor yang membedakan asuransi konvensional dengan asuransi syariah adalah cara pengelolaan resiko. Pada asuransi konvensional berupa transfer risiko dari peserta kepada perusahaan asuransi (risk transfer) sedangkan asuransi jiwa syariah menganut azas tolong menolong dengan membagi resiko diantara peserta asuransi (risk sharing). Selain itu pola bagi hasil pada kontrak tabarru’ didasarkan pada “akad”. Prinsip utama dari “akad” ini adalah keadilan antara pemilik modal dan pengusaha (mudharib). Di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama muslim, salah satu penerapan sistem asuransi dilakukan dengan ketentuan syariah. Kelahiran asuransi syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpendapat untuk menghindari riba, maisir, gharar, risywah yang dilarang oleh agama. Dan aspek hukum, yang mendasari perkembangan asuransi syariah di Indonesia adalah UU No 2 pasal 3 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, dengan demikian, perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dimulai pada tahun 1992, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia 32
Mekanisme Pemasaran dalam ...
(BMI) sebagai perbankan yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional No.21/DSNMUI/X/2001 adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Pada hakikatnya, secara teoritis semangat yang terkandung dalam sebuah lembaga asuransi tidak bisa dilepaskan dari semangat sosial dan saling tolongmenolong antara sesama manusia. Asuransi syariah memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Tetapi dalam hal ini masih banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan asuransi syariah. Permasalahan yang muncul antara lain rendahnya pengetahuan tentang perasuransian syariah terutama yang disebabkan dominasi perasuransian konvensional sehingga perasuransian syariah masih dianggap sebelah mata. Karena dalam pelaksanaannya sistem perasuransian syariah sering mengalami beberapa kendala diantaranya belum optimalnya SDM yang di miliki oleh perasuransian syariah tersebut, kesalahan–kesalahan persepsi tentang perasuransian syariah dan masih ditemukannya praktikpraktik perasuransian syariah yang menyimpang dari prinsip-prinsip syariah. Melihat fenomena ini, penulis jadi merasa tertarik untuk membahas bagaimana meknisme pemasaran asuransi syariah.
33
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
1.2 Tinjauan teori a. Asuransi syariah Asuransi merupakan lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan di samping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi juga memberikan perlindungan atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak dapat diduga. Dengan demikian kehadiran asuransi dalam masyarakat lebih bermanfaat Menurut Dewan Syariah Nasional No.21/DSNMUI/X/2001 adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Pada hakikatnya, secara teoritis semangat yang terkandung dalam sebuah lembaga asuransi tidak bisa dilepaskan dari semangat sosial dan saling tolongmenolong antara sesama manusia. Perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Perbedaan tersebut adalah: 1. Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi konvensional. 2. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli 3. Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi 34
Mekanisme Pemasaran dalam ...
konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya 4. Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya. 5. Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masareversing period, maka dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'. 6. Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari danatabarru' (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan. 7. Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan. 1.3 Strategi Pemasaran Asuransi Syari’ah 1.3.1 Pengertian Strategi Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang, dengan kata lain adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber 35
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Oleh karena itu, sifat strategi berorientasi ke masa depan. Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya dan usaha suatu organisasi. Penggunaannya dilakukan pada saat; pertama, sumber daya yang dimilki terbatas. kedua, adanya ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi. Ketiga, komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi. Keempat, keputusankeputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang waktu dan kelima, adanya ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif. Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang suatu organisasi. Disamping itu juga, berkaitan dalam menentukan begaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan sekelilingnya, terutama terhadap pesaingnya.3 Strategi memberikan manfaat melalui kegiatan taktiknya yang mempu membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas serta konsisten. Selain itu, arah strategi yang jelas akan disepakati bersama sehingga perencanaan menjadi lebih mudah dan cepat. Secara hakikat, strategi merupakan perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan melalui taktik operasionalnya. 1.3.2. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan suatu konsep, penerapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang atau jasa untuk menciptakan 3David Faulkjer dan Gery Johnson, 1992, David Faulkner and Gery Johnson, 1992, Strategi Manajemen, Elek Media Komputindo, Jakarta
36
Mekanisme Pemasaran dalam ...
pertukaran yang dapat memenuhi kebutuhan individu dan sasaran organisasi (American Management Association). Definisi ini menekankan kegiatan pemasaran yang beragam, mulai dari memutuskan produk apa yang ditawarkan, berapa harganya, pengembangan promosi penjualan dan kampanye iklan serta mendistribusikan produk itu sehingga tersedia bagi konsumen pada jumlah, mutu, dan waktu yang tepat Menurut Kotler (1997)4, pemasaran adalah proses sosial dan manajerial, dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukarn produk yang bernilai satu sama lain. Dalam era ekonomi global, konsep pemasaran telah kehilangan kemampuan adaptasinya. Karena pada situasi persaingan dan perubahan yang bergerak begitu cepat ini perusahaan ditekan oleh faktort-faktor eksternal seperti perubahan teknologi, ekonomi, sosial, kultur dan pasar. Di sisi lain, secara internal perusahaan menghadapi perubahan organisasi yang tak kalah peliknya, seperti masalah budaya perusahaan, struktur, karyawan, pemegang saham. Dalam situasi seperti ini konsep pemasaran tidak lagi cukup hanya berbicara tentang penjualan, periklanan, atau bahkan konsep bauran pemasaran 4 P (product, place, pricing, dan promotions Pemasaran harus dilihat sebagai suatu konsep bisnis strategi (Strategy Bussiness Concept). Artinya pemasaran tidak lagi sekedar marketing, as it is, melainkan harus diintergrasikan perusahaan secara keseluruhan.
4Abdullah Amrin, Strategi Menjual Asuransi Syariah, Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta hal, 2
37
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
1.3.3 Pemasaran Asuransi Syari’ah Dalam rangka menentukan segmentasi pasar bagi produk-produk lembaga keuangan syari’ah, khususnya asuransi, adalah berdasarkan perilaku (behavior) yang terbagi dalam tiga segmen yaitu: Loyalis syari’ah sebagai spiritual market, floating market sebagai emotional market, dan conventional loyalist sebagai rasional market. Segmentasi behavior kemudian dikombinasikan dengan segmentasi psikografis yang berorientasi pada quality atau benefit, hal ini disebut juga dynamic attribute segmentation. Segmentasi emosional market sangat diperlukan bagi perasuransian syari’ah. Sebab, ketika pendekatan yang dilakukan hanya terbatas untuk spiritual market demana usaha yang dilakukan khusus untuk segmen syari’ah loyalist saja, maka pinsip-prinsip ekonomi syari’ah tidak bisa berkembang dengan baik. Apalagi jika hanya mengedepankan untuk kalangan muslim. Kendala yang akan terjadi adalah adanya gap antara pasar rasional, emosional dan spiritual. Gap terjadi karena konsumen pasar rasional cenderung bersikap resisten terhadap konsumen spiritual dan menganggap produk-produk asuransi syari’ah hanya khusus untuk golongan muslim yang loyalist. Padahal sesungguhnya, makna loyalist tidak terbatas untuk golongan muslim saja, namun untuk semua manusia yang memegang teguh nilai-nilai spiritualnya. Selanjutnya, strategi yang harus dirumuskan penentuan target pasar yang akan dibidik. Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif. 38
Mekanisme Pemasaran dalam ...
Kriteria untuk menentukan target market adalah pertama, berdasarkan market size, artinya apakah segmen pasar yang dipilih cukup besar dan menguntungkan bagi perusahaan. Kedua, keunggulan daya saing merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan dan keahlian yang yang memadai untuk mendominasi segmen pasar yang dipilih. Ketiga, competitive situation, semakin tinggi tingkat persaingan, perusahaan perlu mengoptimalkan segala usaha yang ada secara efektif dan efisien. Karena itu, asuransi syari’ah harus bisa membidik hati dan jiwa dari para calon konsumennya. Segmen selanjutnya adalah membuat positioning yang tepat. Artinya, perusahaan harus dapat membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetisi bagi perlanggan untuk merebut posisi dibenak konsumen. Setelah menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, perusahaan harus mengetahui posisinya di tengah arena kompetisi, apakah ada penawaran yang sama dari perusahaan lain? Untuk itu positioning harus bisa sustainable terhadap perubahanperubahan yang terjadi di pasar. Walaupun positioning harus bisa berkelanjutan dan relevan dalam berbagai situasi, positioning harus dikomunikasikan secara konsisten dan tidak berubah-rubah. Dengan bekerja secara profesional dan berkonsentrasi maka semua produk atau jasa yang dihasilkan pasti mempunyai positioning tersendiri. Pesaing bukanlah suatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan dimusuhi. Justru sebaliknya para competitor dirangkul sebagai mitra complementer yang saling bersinergis, karena mereka akan membuka, menciptakan dan melebarkan pasar, semakin banyak pesaing maka akan semakin tumbuh berbagai pasar. 39
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Pesaing juga bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki kinerja manajemen perusahaan. Sehingga menjadikan perusahaan selalu lebih professional. Pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerjasama secara lebih efisiensi dan efektif5. Dalam menghadapi era kompetisi dewasa ini maka yang pertama harus dihindari adalah persaingan antar asuransi Syariah. Persaingan perlu dieliminasi dalam memperebutkan nasabah dengan jalan pemberian pelayanan yang terbaik dalam menarik nasabah muslim maupun non-muslim. Secara internal selain mengeliminasi persaingan antar asuransi syariah, maka pelayanan asuransi syariah terhadap nasabah (muslim dan non muslim) perlu terus ditingkatkan sekurang-kurangnya sama bahkan harus lebih baik dari bentuk pelayanan dari asuransi konvensional terutama pada penggunaan information and communication technology (ICT). Selain itu, Petugas asuransi jangan hanya memberikan pengertian seolah-olah berfatwa dengan ayat dan hadits, tetapi bagaimana secara inovatif menerangkan aplikasi dan prosedur sehingga mereka tertarik untuk memilih menggunakan produk tersebut. Pemasaran asuransi syariah merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator ke stakeholdersnya yang dalam keseluruah prosesnya sesuai dengan akad dan prisip-prinsip muamalah dalam islam. Pemasaran dalam fikih islam disebut Wakalah yang berarti perwakilan., dan dapat pula diartikan sebagai 5
40
Abdullah Amrin, Ibid, hal 8
Mekanisme Pemasaran dalam ...
penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Pemasaran dalam asuransi syariah harus memiliki prinsipprinsip yang kuat sebagai pedoman bagi tenaga pemasar yaitu mengandung nilai Iman ( Ikhtiar, Manfaat, Amanah dan Nasihat) Penjualan yang dilakukan perusahaan asuransi syariah adalah diantaranya melalui agen dengan melakukan pendekatan terhadap calon konsumen secara langsung, maupun melalui teman dekat, dengan memberikan presentasi untuk menjelaskan mengenai manfaat produk asuransi yang ditawarkan termasuk hak dan kewajiban nasabah. Dan diakhir penutupan diwujudkan dengan bukti bahwa nasabah mengisi dan melengkapi aplikasi atau formulir surat permintaan asuransi dan menyerahkan preminya. Penutupan asuransi bukanlah akhir dari aktifitas penjualan melainkan awal dari pelayanan resmi suatu penjualan kepada konsumen asuransi atau pemegang polis, sebab kontrak asuransi adalah kontrak jangka panjang. Dengan demikian penutupan asuransi merupakan bagian awal dari suatu proses penjualan. Setelah penutupan asuransi dilakukan, maka pelayanan yang diberikan oleh agen kepada konsumen disebut pelayanan purna jual, atau istilah dalam asuransi disebut dengan konservasi polis asuransi. Pada fase ini agen asuransi harus berperan sebagai penasehat keluarga yang baik, untuk itu agen harus menjalankan tugasnya secara profesional. Sebagai seorang konsultan atau penasehat keuangan keluarga konsumen asuransi, agen harus bijaksana. Segala urusan investasi dan manajemen resiko harus dikuasai oleh agen asuransi dengan baik dan konsumen asuransi tidak akan berhubungan dengan agen asuransi yang tidak memiliki 41
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
kemampuan dan ketrampilan dibidangnya. Oleh sebab itu konsumen hanya akan berhubungan dan berlangganan kepada agen asuransi yang ramah, menguasai pekerjaanya, dan dapat melayani dengan baik. Agen punya peranan penting dalam mendistribusikan produk produk asuransi, sebab dari pelayanannya diharapkan dapat terjadi pembelian ulang atau penambahan polis baru. Prakteknya dalam pemasaran asuransi pada umumnya, konsumen menganggap agen sebagai perusahaan asuransi, karena dari agenlah didapatkan pemahaman tentang asuransi, baik manfaatnya, pembelianya, pelayanan lanjutan, bahkan sampai pada penyelesaian klaim asuransi. Berdasarkan penelitian di Amerika, bahwa 65 persen, bahwa informasi pasar dapat diperoleh dari konsumen, untuk itu seorang agen harus memiliki kepekaan dan menjadi kunci dalam berhubungan dengan konsumen. Berikut ini adalah kunci keberhasilan agen dalam pemasaran asuransi, antara lain : a. Melayani konsumen secara jujur berkaitan dengan keluhan konsumen atas produk dan pelayanan b. Hindari perdebatan dengan calon konsumen berkaitan dengan konsep asuransi c. Berikan perhatian dan pemahaman mengenai resiko, masa depan, cita cita, dan harapan konsumen d. Jangan pernah memaksakan suatu produk kepada calon konsumen e. Bersikap optimis dihadapan calon konsumen f. apresiatif terhadap kehidupan pribadi konsumen g. tindak lanjut secepatnya apabila konsumen membutuhkan pelayanan 42
Mekanisme Pemasaran dalam ...
h. lakukan pelayanan secara pribadi seperti saudara sendiri Prakteknya di lapangan, seringkali agen asuransi tidak memberikan pelayanan dengan baik, sesuai dengan kepentingan konsumen. Perilaku agen yang buruk misalnya dalam penagihan premi, seringkali konsumen mengeluh karena premi tidak ditagih oleh agen, padahal pada saat penutupan asuransi agen sudah berjanji akan melakukan penagihan sesuai alamat penagihan. Hal ini seringkali dilakukan oleh agen sehingga dapat mengancam kepentingan konsumen karena akan berakibat polis konsumen tersebut Lapse, dengan demikan konsumen kehilangan manfaat perlindungan (proteksi) asuransi. Namun apabila dipersalahkan agen asuransi berdalih bahwa ia tidak sempat atau sibuk dengan prospek baru, karena memang prospek baru lebih menguntungkan dibandingkan dengan pelayanan penagihan (purna jual). Hal ini terjadi karena agen asuransi lebih mementingkan mengejar prestasi penutupan, sekaligus akan mendapatkan provisi tahun pertama yang nilai nominalnya lebih besar dibandingkan dengan inkaso penagihan Berkaitan dengan contoh diatas, apabila konsumen melakukan penuntutan (complain) terhadap perusahaan asuransi sering konsumen mendapatkan jawaban sinis dan cenderung merugikan. Perusahaan asuransi berdalih bahwa pada dasarnya dalam pembayaran premi konsumenlah yang mempunyai kewajiban, bukan agen asuransi atau perusahaan asuransi. Perusahaan berdalih bahwa jika karena sesuatu hal pengutipan atau penagihan premi tidak dilakukan tepat pada waktunya oleh Badan, tidak membebaskan kewajiban pemegang polis untuk membayar premi kepada Badan. 43
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Seharusnya agen bersikap profesional dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, artinya agen asuransi dapat berperan sebagai penasehat yang baik, memiliki pengetahuan terkait produk dari perusahaanya dengan baik, memiliki etika dan sopan santun, sehingga agen asuransi dituntut untuk meningkat pengetahuan dan ketrampilanya, mengikuti pendidikan serta pelatihan tentang berbagai aspek, terutama berkaitan dengan bisnis asuransi Oleh sebab itu pelayanan purna jual merupakan suatu proses yang penting karena terkait dengan kesinambungan informasi yang diberikan oleh agen melalui tindakan yang cepat tanggap atas kebutuhan dan permintaan nasabah, sehingga menguntungkan berbagai pihak baik perusahaan, nasabah, maupun agen asuransi sendiri. 1.4 Penutup Asuransi syariah adalah salah satu instrumen transaksi yang secara sistem operasional berdasar sistem Islam dan bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak terbatas pada umat Islam saja, serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada kerangka kerja atau acuan norma-norma islami. Sehingga akad, mekanisme pemasaraan produk harus sesuai dengan akad dan prisip-prinsip muamalah dalam islam. Pemasaran dalam fikih islam disebut Wakalah yang berarti perwakilan., dan dapat pula diartikan sebagai penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Pemasaran dalam asuransi syariah harus memiliki prinsipprinsip yang kuat sebagai pedoman bagi tenaga pemasar 44
Mekanisme Pemasaran dalam ...
yaitu mengandung nilai Iman ( Ikhtiar, Manfaat, Amanah dan Nasihat) Penjualan yang dilakukan perusahaan asuransi syariah adalah diantaranya melalui agen dengan melakukan pendekatan terhadap calon konsumen secara langsung, maupun melalui teman dekat, dengan memberikan presentasi untuk menjelaskan mengenai manfaat produk asuransi yang ditawarkan termasuk hak dan kewajiban nasabah. Dan diakhir penutupan diwujudkan dengan bukti bahwa nasabah mengisi dan melengkapi aplikasi atau formulir surat permintaan asuransi dan menyerahkan preminya.
45
Jurnal Syar’Ínsurance Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2015
Daftar Pustaka Abdullah Amrin, Strategi Menjual Asuransi Syariah, Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta David Faulkjer dan Gery Johnson, 1992, David Faulkner and Gery Johnson, 1992, Strategi Manajemen, Elek Media Komputindo, Jakarta Husain Syahatah, “Asuransi Dalam Perspektif Syariah”, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006. Kertajaya, Hermawan, Syakir Sula, 2006, Syari’ah Marketing, Bandung, Mizan __________________, 2002, Markplus Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
on
Strategy,
Karim, Adiwarman, 2006, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Kortler, Philip, 1999, Manajemen Pemasaran, an Asian Perspective, Yogyakarta, Penerbit ANDI Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 2003
46