ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh: DESIANA PUJA ASTUTI NIM: 105046201710
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 2010M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (......................................) NIP. 195505051982031012
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA
(......................................)
(......................................)
Pembimbing II: Yuke Rahmawati, S.Ag, MA NIP. 197509032007011016
(......................................)
Penguji I
: DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A NIP. 195811281994031001
(......................................)
Penguji II
: AM. Hasan Ali, MA NIP. 19751201200501105
(......................................)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Analisis Pengembangan Produk Takaful Mikro Sakinah (Studi Kasus Pada Takmin Working Group, Bogor) , telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (......................................) NIP. 195505051982031012
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001
(......................................)
Pembimbing I : A.M. Hasan Ali, MA Nip. 19751201200501105
(......................................)
Penguji I
: Dr. Hj. Mesraini, MA NIP. 150326895
(......................................)
Penguji II
: Ir. Ela Patriana, AAAIJ, MM NIP. 196905282008012010
(......................................)
ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh: Desiana Puja Astuti NIM: 105046201710
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA
Yuke Rahmawati, S.Ag.,MA NIP: 197509032007011016
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 2010M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 21 Juni 2010
Desiana Puja Astuti
ABSTRAK Desiana Puja Astuti, Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Allianz Life Indonesia. Skripsi strata satu (S1) konsentrasi Asuransi Syariah Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep syariah dalam operasional pada tataran riil, dalam hal pada dua perusahaan asuransi syariah yang memiliki perbedaan latar balakang. Perusahaan yang dimaksud adalah Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia. Setelah mengetahui bagaimana penerapan antara keduanya, selanjutnya akan dibandingkan penerapannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer, baik melalui wawancara, observasi, maupun penggunaan catatan dan laporan miliki perusahaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif pendekatan kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa di dalam mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga sudah sesuai dengan prinsip syariah, sedangkan mekanisme operasional pada Asuransi Allianz Life Indonesia secara umum sudah sesuai dengan prinsip syariah, namun perlu dilakukan penelitian lebih dalam lagi tentang pembayaran premi tabarru’ pada produk Allisya Protection yang pembayarannya dilakukan mulai bulan ke-13 sementara itu berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional pembayran premi tabarru’ harus dilakukan sejak bulan pertama kepesertaan.
Kata Kunci: Prinsip Syariah, Mekanisme Operasional
KATA PENGANTAR
اﻟﺮﺣﻴﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ Puji syukur bagi Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena hanya dengan limpahan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata I pada Universitas Islam Negeri (UIN) “Syarif Hidayatullah” Jakarta. Shalawat dan salam, yang mengiringi rasa syukur penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan yang paling sempurna dalam sikap dan tutur katanya. Rasa bahagia dan haturan terimakasih atas terselesaikannya skripsi yang berjudul
“ANALISIS
KOMPARASI
PENERAPAN
PRINSIP
SYARIAH
TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA” penulis sembahkan khusus untuk Ayahanda Dwi Junarko serta Ibunda tercinta Rohani yang dengan do’a, perhatian serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah membantu penulis hinggga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan kepada: 1. Bapak Prof. H. Muhammad Amin Suma, MA. SH., Dekan Fakultas Syariah 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat.
3. Bapak Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, Ph.D, Pembimbing Akademik Asuransi Syariah 2005. 4. Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA serta Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag.,MA, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi penulis. 5. PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Pegawai Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kakak ku Nova, serta adik-adik ku Desiani Puji Astuti, S.Si, Ibnu Maulana Siddiq, Dian Anggraini yang telah memberikan baik support, materi maupun doanya, serta ponakan ku tersayang Fabian Ananda Syakir yang selalu membuat ku tertawa akan kelucuannya 8. Abang ku tersayang Ridwan, terimakasih atas pengorbanan mu selama ini yang tidak henti-hentinya memberikan nasehat dan semangat untuk penulis 9. Sahabat-sahabat terbaik ku (Sarah, Nana, Sukree, Azis) Serta keluarga besar asuransi syariah 2005. Thanks a lot…. Tentunya segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan balasan yang melebihi daripada balasan Allah SWT. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita jalan yang terbaik. Amin. Jakarta, 21 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. iv ABSTRAK ……………………………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………....
6
C. Tujuan dan Manfaat …………………………………………..
8
D. Review Studi Terdahulu ………………………………………
9
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian ………………………………………….... 10 2. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………... 11 3. Data dan Sumber Data ……………………………………. 12 4. Lokasi Penelitian …………………………………………. 13 5. Teknik Pengumpulan Data
a. Catatan dan Laporan …………………………………. 13 b. Wawancara …………………………………………… 13 c. Observasi ……………………………………………… 14 6. Metode Analisis Data ……………………………………… 14 F. Sistematika penulisan ………………………………………… 16 BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN BERBASIS SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah ……………….. 18 B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Definisi Asuransi …………………………………………… 22 2. Prinsip Dasar Asuransi …………………………………… 24 3. Teori Dasar Asuransi ………………………………………...
27
4. Unsur Operasional Asuransi ……………………………… 28 C. Asuransi dalam Perspektif Islam …………………………………..
30
D. Asuransi Syariah (Takaful) 1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah ……………………… 32 2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah ……………………………. 34 3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia …... 36 4. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah …………. 40 5. Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional …. 45
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH A. Sejarah Umum Perusahaan 1. PT. Asuransi Takaful Keluarga …………………………. 48 2. PT. Allianz Life Indonesia …………………………………….. 51 B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Produk 1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga) ………………… 55 2. Allisya Protection (Allianz Life Indonesia) ……………….. 67
BAB IV
MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA A. Sistem Operasional asuransi syariah berdasarkan akad 1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi………………………………….. 82 2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim………………………………………………………
89
3. Pelaksanaan manejemen risiko …………………………..
93
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah)……………………………………………..
98
B. Pengelolaan Dana Investasi ………………………………………… 101 C. Peran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional …………………………………………….. 102
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………… 103 B. Saran ………………………………………………………………... 105
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk keuangan tidak mungkin dihindari pada saat ini, baik produk keuangan yang berasal dari lembaga keuangan bank ataupun non-bank. Keduanya menawarkan manfaat-manfaat yang menjanjikan. Selain terciptanya kemudahan dalam melakukan transaksi dan memberikan fungsi proteksi, lembaga keuangan juga merupakan sarana investasi yang tepat serta mampu bersifat fleksibel dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Dikatakan bersifat fleksibel karena lembaga keuangan kini mencoba memasukkan nilai-nilai kerohanian dalam sistemnya, yaitu nilai-nilai yang dibutuhkan masyarakat dalam menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Di Indonesia, munculnya berbagai lembaga keuangan berbasis syariah kini tengah menjadi fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Setelah dunia perbankan yang menerapkan prinsip syariah berkembang cukup pesat, kini giliran industri perusahaan asuransi yang mencoba melakukan penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasionalnya. Asuransi syariah di Indonesia dinilai masih baru dalam dunia perasuransian Indonesia, dimana asuransi syariah dikenal di Indonesia kurang lebih 16 tahun yang lalu dan menjadi tren baru lima tahun belakangan. Diperkirakan permintaan atas asuransi syariah akan membantu peningkatan
1
2
penetrasi asuransi di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya pengetahuan masyarakat atas manfaat dari produk asuransi yang ditawarkan serta membaiknya keadaan ekonomi 1 . Fenomena yang terjadi diawali dengan berdirinya perusahaan asuransi syariah murni, PT Asuransi Takaful Indonesia (tahun 1994), kemudian asuransi berbasis syariah
mulai
digarap
oleh
beberapa
perusahaan
asuransi
konvensional dengan pendirian divisi syariah. Hal ini terjadi karena memang dalam perkembangannya, Asuransi Takaful mengalami pertumbuhan yang cepat sehingga menarik minat beberapa perusahaan asuransi konvensional untuk membuka divisi syariah dan menciptakan produk-produk syar’i. Sampai tahun 2010 sudah ada sekitar 42 lembaga asuransi syariah di Indonesia, empat diantaranya adalah perusahaan asuransi yang murni secara utuh berdiri menerapkan prinsip syariah, sementara lainnya adalah perusahaan asuransi konvensional yang menjadikan asuransi syariah sebagai bagian dari produk dan layanan mereka. Menurut survei dari Karim Business Consulting (KBC), potensi pasar asuransi syariah di Indonesia, setidak-tidaknya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok potensial, yaitu:
1
Jens Reisch, Fokus Kepada Nasabah Mendorong Allianz Life Untuk Luncurkan Asuransi Syariah Bagi Masyarakat Indonesia Jakarta: Siaran Pers, 2006 diakses melalui www.allianz.co.id, pada tanggal 26 Februari 2010.
3
1. Pengguna produk keuangan syariah yang menghendaki agar transaksi asuransinya benar-benar memiliki orientasi syariah. Jumlah pengguna seperti ini tidak terlalu besar, mengingat kesadaran terhadap produk-produk asuransi bernilai syariah masih belum signifikan. 2. Pengguna produk keuangan syariah yang melakukan perpindahan (switching) dari model asuransi konvensional. Mereka ini lebih menginginkan profit dan benefit daripada nilai syariahnya. Jumlahnya sangat dominan dan umumnya berasal dari kelas menengah. 3. Pengguna produk keuangan syariah yang selama ini setia pada produk asuransi konvensional dan sulit untuk berpindah ke model lain karena sudah merasa nyaman dan percaya. Satu-satunya penyebab mereka melakukan perpindahan adalah karena kualitas model asuransi syariah dianggap sama atau lebih dari model konvensional yang selama ini mereka preferensikan. Oleh karenanya baik dari sisi perusahaan maupun nasabahnya, konsep asuransi berbasis syariah yang ditawarkan perusahaan dan diminati oleh nasabahnya bukan semata-mata berorientasi pada sisi keislaman-nya saja, akan tetapi juga mempertimbangkan sisi strategi bisnis dan profit. Asuransi dalam literatur keislaman lebih banyak bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan bisnis). Hal ini dikarenakan oleh aspek tolong menolong menjadi dasar utama dalam menegakkan praktik asuransi dalam Islam. Maka ketika konsep asuransi syariah tersebut dikemas
4
dalam sebuah organisasi perusahaan yang berorientasi kepada profit, akan berakibat pada penggabungan dua visi yang berbeda, yaitu visi sosial (social oriented) yang seharusnya menjadi landasan utama dan visi ekonomi yang menjadi
landasan penunjangnya. Yang menjadi dasar pijakan utama dalam
membangun kelembagaan ekonomi Islam dalam tataran riil, semacam perbankan dan asuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai; pelarangan riba dan bunga bank, mengutamakan dan mempromosikan perdagangan dan jual-beli, keadilan, kebersamaan dan tolong menolong, serta saling mendorong untuk meningkatkan prestasi. Beberapa prinsip utama tersebut harus ada dalam sebuah lembaga keuangan syariah, khususnya prinsip bebas riba. Maka sebuah lembaga keuangan belum dikatakan syariah tatkala dalam realitanya masih memakai instrumen bunga sebagai pijakan operasionalnya 2 Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa kini ada sekitar 42 lebih perusahaan asuransi syariah di Indonesia, dimana dalam perindustrian asuransi syariah tersebut terdiri dari perusahaan asuransi syariah yang murni dan utuh menawarkan produk- produk syar’i serta perusahaan konvensional yang mendirikan divisi syariah atau menawarkan produk syariah. Asuransi Takaful Keluarga, sebagai salah satu perusahaan asuransi yang secara murni berdiri sebagai perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip syariah dalam sistem operasional dan pengelolaan dananya, kini bersaing dengan perusahaan-
2
Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teorotis Dan Praktis, Jakarta, Prenada Media, 2004
5
perusahaan asuransi konvensional yang menawarkan produk dan layanan yang sejenis. Seperti misalnya Asuransi Allianz Life Indonesia, yang telah menawarkan produk asuransi jiwa syariah tetapi berada pada satu atap dengan produk asuransi konvensional yang mereka miliki. Indonesia merupakan negara pertama dimana Allianz Asia mulai menciptakan dan menawarkan produkproduk syariah-nya. Hal tersebut sangat menarik, mengingat Allianz adalah perusahaan asuransi konvensional yang terkemuka pada beberapa negara di dunia. Berdasarkan realita tersebut maka diperlukan sebuah kajian dan penelitian mengenai kesesuaian konsep asuransi syariah dengan praktiknya pada kedua jenis perusahaan asuransi syariah tersebut, yaitu Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi syariah murni dan Asuransi Allianz Life Indonesia sebagai perusahaan asuransi konvensional dengan produk syariah didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengkaji dan menganalisis tentang sejauh mana konsep syariah benar-benar diterapkan dalam tataran riil, serta membandingkan hal tersebut pada dua jenis perusahaan asuransi yang memiliki perbedaan latar belakang, melalui sebuah penelitian yang berjudul: “ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA”
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Asuransi syariah merupakan sebuah solusi bagi pengguna jasa keuangan yang sistemnya menekankan pada prinsip dasar keislaman (prinsip tauhid, keadilan, pertimbangan faktor halal-haram, tolong menolong, saling melindungi, saling bertanggung jawab, dan saling bekerja sama). Sehingga secara teori, asuransi syariah harus menerapkan sistem dan operasional yang tidak melanggar prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam. Adapun kekhususan sistem operasional asuransi syariah secara garis besar terletak pada dua bidang, yaitu: 1. Dalam hal perjanjian (akad), yang kemudian berdampak pada: a) Posisi peserta asuransi sepenuhnya sebagai pemilik dana, sementara perusahaan hanya sebagai fasilitator dan pemegang amanah dalam menjaga dan mengelola dana mereka. b) Penetapan biaya premi sesuai kesepakatan antara perusahaan dengan peserta asuransi, yang bebas dari keadaan yang sarat akan ketidakpastian biaya (gharar) serta unsur perjudian (maisir). c) Adanya pengendalian resiko dalam bentuk risk sharing antara sesama peserta asuransi sesuai prinsip ta’awun (asas tolong – menolong), yang diimplementasikan melalui konsep tabarru’ d) Adanya sistem profit and loss sharing (mudharabah) 2. Adanya arahan terhadap investasi dari dana yang tekumpul ke sektorsektor investasi yang tidak bertentangan dengan Islam.
7
3. Adanya pemantauan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional atas kinerja operasional agar tetap berada dalam jalur syariah. Oleh karena itu agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka batasan masalah ditekankan pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia, dimana mekanisme operasional yang akan dianalisis terdiri dari: 1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi. 2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim. 3. Pelaksanaan manejemen risiko 4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah) 5. Pengelolaan dana investasi 6. Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) Disamping itu, perbandingan dapat dilakukan jika objek-objek yang dibandingkan memiliki kesetaraan. Dalam artian, kedua objek tersebut tidak memiliki kesenjangan yang sangat mencolok sehingga sulit diperbandingkan. Maka dari itu, penelitian inipun dibatasi pada dua produk asuransi jiwa / takaful keluarga yang memiliki kesetaraan jenis, yaitu:
8
1. Produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga 2. Produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia Selanjutnya untuk mempermudah alur bahasan ini, penulis merumuskan permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah
penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasional
pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia? 2. Adakah perbedaan antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dalam menerapkan prinsip syariah pada mekanisme operasionalnya?
C. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. 2. Membandingkan penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mencapai manfaat manfaat sebagai berikut:
9
1. Berdasarkan fenomena terkini, kajian tentang asuransi dilihat dari kacamata Islam semakin intensif dilakukan. Untuk itu penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi wacana dan referensi tambahan dalam mengembangkan kajian ekonomi Islam, terlebih mengenai asuransi syariah. 2. Bagi para praktisi perasuransian syariah di Indonesia, diharapkan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai ajang evaluasi, motivasi, dan instropeksi, sehingga terjadi perbaikan penerapan prinsip syariah yang sebenar-benarnya dalam tataran riil. Hal ini perlu dilakukan agar immage syariah yang melekat pada lembaga keuangan tersebut tidak sekedar perbedaan istilah saja sementara
substansinya
masih
menggunakan
prinsip-prinsip
asuransi
konvensional, melainkan secara sungguh-sungguh menerapkan prinsip syariah yang telah ditawarkan pada masyarakat. 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pengguna jasa-jasa keuangan, khususnya jasa asuransi, agar lebih kritis dan selektif dalam menentukan produk keuangan yang digunakan
D. Review Studi Terdahulu Penelitian tentang aplikasi prinsip syariah dalam mekanisme operasional perusahaan asuransi syariah memang belum banyak dilakukan, terlebih dengan membandingkan penerapan konsep syariah pada dua jenis perusahaan asuransi syariah yang berbeda latar belakang. Namun demikian dalam
10
penelitiannya, Fatihin (2009) mencoba meneliti tentang Implementasi NilaiNilai Syariah Pada Pengelolaan Hotel Sofyan Betawi Jakarta Pusat. Penelitian tersebut menjelaskan sejauh mana penerapan nilai-nilai syariah pada pengelolaan Hotel Sofyan Betawi. Didalam skripsi ini hanya dua variabel yang digunakan untuk menilai sejauh mana implementasi nilai syariah sudah diterapkan pada pengelolaan Hotel Sofyan Betawi, yaitu penerapan prinsip Ketuhanan dan prinsip Aqidah. Kemudian Yani Haryati (2005) dalam penelitiannya menganalisis Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah studi kasus pada PT. MAA Life Assurance Syariah. Skripsi ini meneliti seputar peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap mekanisme operasional pada PT. MAA Life Assurance Syariah.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Mengingat penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan sistem syariah pada operasional Asuransi Takaful dan Asuransi Syariah Allianz, serta membandingkan antara kedua perusahaan asuransi tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bersifat kualitatif karena penelitian ini digunakan untuk melihat realitas tidak sekedar sebuah hasil, tetapi bagaimana
11
sebuah proses berlangsung dan realitas-realitas lain yang melingkupi proses tersebut tanpa melibatkan perhitungan dengan alat-alat matematis. Sementara itu penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang ada pada individu, kelompok, dan atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dan dalam. Penelitian kualitatif diharapkan menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat, dan perilaku suatu organisasi tertentu dalam sebuah setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic 3 . 2. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada dua produk asuransi syariah dari Asuransi Takaful Kelurga dan Allianz Life Indonesia, dimana keduanya merupakan produk asuransi syariah yang termasuk dalam jenis asuransi jiwa. Dua produk tersebut adalah : a. Takafulink (Produk dari Asuransi Takaful Keluarga) b. Allisya Protection (Produk dari Allianz Life Indonesia) Disamping itu, penelitian ini juga dilakukan hanya memfokuskan pada sisi operasional tertentu pada kedua perusahaan asuransi tersebut. Sisi operasional yang dimaksud adalah:
3
A. M. Hubberman dan Matthew Miles Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press: Jakarta
12
1) Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi 2) Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim 3) Pelaksanaan manejemen risiko 4) Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah) 5) Pengelolaan dana investasi 6) Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) 3. Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan langsung oleh peneliti (Fanani, 2003:5). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berwujud kata- kata dan bukan rangkaian angka. Data primer diperoleh dengan beberapa instrumen, seperti pengamatan/ wawancara, dan catatan/ laporan dari pihak yang terlibat dalam objek penelitian, dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan operasional Perusahaan Asuransi Takaful Keluarga dan Allianz Life Indonesia.
13
4. Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian skripsi pada dua perusahaan asuransi berbeda yaitu pada P T .
Asuransi Takaful Keluarga (Graha Takaful
Indonesia Jl. Mampang Prapatan Raya No.100, Jakarta 12790 Telp. 799 1234, 799 2345) dan pada P T . A s u r a n s i Allianz Life Indonesia Divisi Syariah (Jl. Summitmas II, 19th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.61-62 Jakarta Pusat 12190Telp. 5299 8888) 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan catatan dan laporan, wawancara, serta pengamatan. (observasi). a. Catatan dan Laporan Perusahaan-perusahaan biasanya menyimpan berbagai catatan dan membuat laporan untuk alasan pertanggungjawaban berlangsungnya operasional perusahaan tersebut. Dalam catatan dan laporan tersebut, memungkinkan
adanya
data
yang penting mengenai operasional
perusahaan. b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, sama seperti penggunaan
14
daftar pertanyaan yang bersifat semi-struktural 4 . Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses operasional, baik dari sisi perusahaan maupun nasabah (peserta asuransi). c. Pengamatan (observasi) Teknik pengamatan digunakan dengan cara mengamati dan menerima informasi serta mengolah informasi yang diperoleh tersebut dengan menggunakan organ indera peneliti. Dalam hal ini untuk mendapatkan data, peneliti mencoba mengamati proses operasional yang sebenarnya terjadi.
Metode
pengamatan
dilakukan
sebagai penunjang metode
wawancara, jika metode wawancara dianggap kurang memuaskan. 6. Metode Analisis Data Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Dalam metode ini, analisa dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang telah diolah secara kualitatif serta mengembangkan data tersebut secara logis. Analisa dilakukan melalui pemaparan menggunakan bahasa verbal mengenai permasalahan yang telah diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian diproses
sebelum
siap
dianalisis
melalui
pencatatan,
pengetikan,
penyuntingan, atau alih tulis. Sehingga data-data yang disajikan secara kualitatif, dijabarkan dengan menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun
4
sh.143
Moehar Daniel: 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta :2002, Bumi Aksara,
15
ke dalam teks yang diperluas. Alur Analisis dilakukan dengan tiga tahapan 5 , yaitu: a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catatan yang diperoleh dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data, data yang diperoleh dapat
diseleksi. Artinya, data mana yang dikode, mana yang tidak
digunakan, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, atau informasi-informasi apa yang dapat dikembangkan secara kronologis dan logis. b. Penyajian Data Penyajian data merupakan kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data yang digunakan dalam tulisan ini adalah bentuk teks naratif, didukung dengan matriks dan bagan yang menjelaskan proses operasional asuransi
5
A. M. Hubberman dan Matthew Miles Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press: Jakarta, h.16
16
syariah di lapangan. c. Penarikan Kesimpulan Proses penarikan kesimpulan dilakukan sejak pengumpulan data, dimana dari proses tersebut mulai dicari pola-pola tertentu, penjelasan, serta alur-alur tertentu yang relevan dengan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya penarikan kesimpulan final dilakukan setelah data yang terkumpul dianalisis
F. Sistematika Penulis Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam lima bab yang secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian serta membahas mengenai sistematika penulisan. BAB II Kajian Teoritis Tentang Lembaga Keuangan Berbasis Syariah Dan Asuransi Syariah Bab ini menguraikan dengan jelas tentang prinsip lembaga keuangan berbasis syariah, tinjauan umum tentang asuransi mulai dari definisi asuransi, prinsip dasar asuransi, teori dasar asuransi, unsur operasional
17
asuransi, serta menguraikan tentang asuransi dalam perspektif islam, dan menguraikan tentang asuransi asuransi syariah mulai dari definisi dan jenis asuransi syariah, prinsip dasar asuransi syariah, landasan operasional asuransi syariah, mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah, dewan pengawas syariah dan dewan syariah nasional, perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional. BAB III Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah Bab ini menguraikan tentang sejarah umum perusahaan asuransi syariah mulai dari sejarah umum PT. Asuransi Syariah Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, serta menguraikan tentang pengertian, manfaat dan mekanisme operasional produk Takafullink (Asuransi Takaful Keluarga) dan Allisya Protection (Allianz Life Indonesia) BABIV Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia
Membahas tentang analisis komparasi penerapan sistem syariah pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Allianz Life Indonesia. BAB V Penutup Bab ini memberikan penerangan tentang intisari (kesimpulan) dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran
18
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN BERBASIS SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah Lembaga Keuangan Syariah pada dasarnya menjadikan prinsip - prinsip pada sistem ekonomi Islam sebagai dasar sistem operasional. Hal yang paling utama dalam prinsip tersebut adalah tidak diperbolehkannya konsep bunga uang (riba’) serta tujuan komersial Islam yang tidak mengenal peminjaman uang tetapi adanya pelaksanaan kemitraan / kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun. Didalam menjalankan operasinya, fungsi lembaga keuangan berbasis syariah 6 terdiri dari: 1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi lembaga keuangan. 2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana / sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai manajer 6
Achmad Baraba. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses melalui www.google.com.
18
19
investasi. 3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah 4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan Dari fungsi tersebut, lembaga keuangan memiliki beberapa prinsip akad terjadinya transaksi, yang terdiri dari : 1. Prinsip mudharabah ( Profit and Loss Sharing) yaitu perjanjian antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik dana (sahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib) untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah (misconduct). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib, maka mudharabah dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis yang lain adalah mudharabah muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/ pengelola.
20
2. Prinsip
Musyarakah
yaitu
perjanjian
antara
pihak-pihak
untuk
menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek. 3. Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan, dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan maka
wadiah
penerima
titipan
kewenangan
yang
diberikan
dibedakan menjadi wadiah ya dhamanah yang berarti berhak
mempergunakan
dana/barang
titipan
untuk
didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, sedang disisi lain wadiah amanah
tidak
memberikan
kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan. 4. Prinsip Jual Beli (Al Buyu') yaitu terdiri dari : a. Murabahah, yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah dapat dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar
21
dengan angsuran. b. Salam, yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang diserahkan kemudian. c. Ishtisna', yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap. 5. Jasa-Jasa terdiri dari : a. Ijarah, yaitu kegiatan
penyewaan
suatu
barang
dengan
imbalan
pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama dengan operating lease) b. Wakalah, yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi. c. Kafalah, yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak
kedua
sepanjang
sesuai
dengan
yang
diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi). d. Sharf, yaitu pertukaran/ jual beli mata uang yang berbeda dengan penyerahan segera /spot, berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran
22
6. Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk zakat, infaq, shodaqah dan lainnya, serta penyaluran alqardul hasan , yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa
diminta imbalan
kecuali pengembalian pokok hutang. B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Definisi Asuransi Definisi Asuransi menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab I Pasal 1: “ Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan ketentuan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah: “ Suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penagggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
23
memberikan penggantian
kepadanya,
karena
suatu
kerusakan,
kerugian,
kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral)” Sementara itu, definisi asuransi 7 dalam berbagai sudut pandang. Dalam pendangan ekonomi, asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai
organisasi
sosial
yang
menerima
pemindahan
risiko
dan
mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (risk sharing) diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko, 7
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.60
24
dimana hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan Perusahaan asuransi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Perusahaan Asuransi Umum adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah. Sementara yang dimaksud dengan Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah. 2. Prinsip Dasar Asuransi Enam prinsip dasar asuransi 8 , yaitu: a. Insurable
Interest
(adanya
kepentingan
yang
dipertanggungkan):
menjelaskan bahwa insurable interest merupakan hak atau adanya hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita kerugian finansial sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian atau kehancuran suatu harta. Tanpa insurable interest, suatu kontrak akan menimbulkan niat jahat untuk menyebabkan terjadinya kerugian 8
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media
25
dengan tujuan memperoleh santunan. Jika insurable interest itu ada, maka tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari peristiwa tersebut. b. Utmost Good Faith ( Kejujuran Sempurna): bahwa kita berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan, karena kontrak asuransi seharusnya dibuat berdasarkan itikad baik. Prinsip ini juga menjelaskan
mengenai risiko-risiko yang dijamin maupun yang
dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku: 1) Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat persetujuan kontrak tersebut. 2) Pada saat perpanjangan kontrak asuransi 3) Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal- hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan itu. c. Indemnity (Indemnitas): merupakan kontrak penggantian kerugian, dimana penanggung menyediakan penggantian kerugian untuk kerugian yang nyata diderita tertanggung, dan tidak lebih besar daripada kerugian ini batas tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan tertanggung pada ekonomi yang sama dengan
26
posisinya sebelum terjadi kerugian. d. Subrogation (Subrogasi): merupakan prinsip dimana penanggung
telah
membayar
ganti
rugi
ketika
sepenuhnya
seorang kepada
tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung. Hak subrogasi dibatasi sampai dengan jumlah kerugian yang dibayarkan oleh penanggung kepada pihak tertanggung. e. Contribution (Kontribusi): maksud dari prinsip ini adalah, apabila penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama menutup asuransi harta benda milik tertanggung) untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya. f. Proximate Cause (Kausa Proksimal): prinsip ini mengandung konsep tentang arti pentingnya mencari penyebab suatu peristiwa, dengan menelusuri rangkaian peristiwa sebelumnya tanpa terputus hingga suatu musibah terjadi melalui klausa proksimal ini akan dapat diketahui apakah penyebab terjadinya musibah / kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis asuransi atau tidak.
27
3. Teori Dasar Asuransi Berbicara masalah asuransi, tentu saja tidak akan terlepas dari masalah penanggulangan risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Sementara itu, apa yang terjadi di masa mendatang adalah suatu keadaaan dimana penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). Sehingga dalam hal ini manusia hanya bisa membuat sebuah perencanaan dengan menggunakan berbagai prediksi (perkiraan) tentang kejadian di masa yang akan datang, sedangkan kepastian hanya terlatak di tangan Tuhan. Teori dasar yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi dalam merencanakan dan memperkirakan kejadian dimasa yang akan datang, dimana teori yang dimaksud adalah Hukum Bilangan Besar (the Law of Large Number). Konsep penting dari Hukum Bilangan Besar ini mengatakan bahwa, walaupun peristiwa yang timbul tampaknya tidak beraturan, namun pada hakikatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola itu dikenali melalui observasi terhadap masa lalu, kemungkinan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi (probabilitas sebuah kejadian) dapat ditentukan. Jadi menurut hukum, ini makin banyak jumlah observasi yang dilakukan oleh suatu peristiwa, maka semakin besar kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi probabilita yang benar 9 .
9
R. Gene Morton. Principles of Life and Health Insurance (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: 1995 Yayasan Bumiputera, h.6
28
Dalam menerapkan hukum ini, perusahaan asuransi mengumpulkan informasi khusus tentang sekelompok orang, agar dapat mengenali pola kerugian yang telah dialami. Sehingga dengan menggunakan informasi tersebut, perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan timbul pada jenis kelompok yang serupa dengan lebih akurat. 4. Unsur Operasional Perusahaan Asuransi Unsur terpenting dalam hal operasional perusahaan asuransi adalah unsur pengendalian risiko (manajemen risiko). Cara paling umum yang digunakan oleh perusahaan asuransi dalam mengendalikan risiko 10 adalah : 1. Transfer risiko (risk transfer): risiko dialihkan kepada pihak lain, dimana risiko yang terjadi pada peserta asuransi dialihkan kepada pihak perusahaan asuransi dan pihak peserta membayar atas jasa tersebut. 2. Risk sharing: menanggung risiko secara bersama-sama, dimana risiko ditanggung bersama antara sesama peserta asuransi, dengan tujuan untuk saling tolong menolong. Unsur operasional perusahaan asuransi dalam sembilan divisi 11 , yaitu: a. Marketing (pemasaran) 10
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.84 11
Kenneth Huggins, Operations of Life and Health Insurance (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: Yayasan Bumiputera,1992
Companies
29
b. Aktuaria: divisi yang melakukan studi statistik dan finansial pada jangka panjang melalui prinsip yang diterapkan dalam Hukum Bilangan Besar. c. Underwriting: divisi yang melakukan penafsiran dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung d. Customer service: divisi yang menjaga pelanggan tetap puas dan bersikap positif terhadap perusahaan e. Administrasi klaim: divisi yang bertanggung jawab untuk memenuhi pembayaran uang sebagaimana yang dijanjikan oleh perusahaan dalam polis asuransi f. Fund manager: divisi yang bertanggung jawab di bagian keuangan perusahaan untuk menginvestasikan sejumlah besar uang yang terkumpul untuk pembayaran klaim di masa depan ditambah dana perusahaan agar tidak ada dana menganggur g. Administrasi:
fungsi
akuntansi
paling penting dalam pengelolaan
memberikan
informasi
yang
bisnis. Dimana pengumpulan,
penganalisaan dan peringkasan dana keuangan dilakukan untuk membuat keputusan bisnis dan untuk melengkapi persyaratanpersyaratan laporan keuangan. h. Legal formal: Divisi ini mengamati kegiatan-kegiatan perusahaan dan mengevaluasi apakah perusahaan telah memenuhi tanggung jawab
30
hukum kepada semua pihak serta melindungi hak-hak perusahaan. i. Sumber daya manusia : divisi yang mengatur segala sesuatu tentang pegawai dan karyawan perusahaan.
C. Asuransi Dalam Perspektif Islam Ada beberapa kalangan Islam yang meragukan kebenaran konsep asuransi dilihat dari kacamata Islam. Menurut kalangan tersebut, asuransi dianggap merupakan bentuk usaha yang menentang takdir (qadla dan qadar), karena pada dasarnya Islam mengakui
bahwa
musibah,
kecelakaan
dan
kematian
merupakan takdir Allah. Memang alasan tersebut tidak dapat disalahkan, akan tetapi Islam juga selalu melihat segala sesuatu secara universal. Berbagai interpretasi mengenai makna ayat-ayat Al- Quran dan hadits yang bersifat konstan-absolut
dapat
digunakan
menjadi
modal utama dalam menjawab
tantangan dan perkembangan jaman yang bersifat positif relatif, termasuk menanggapi masalah asuransi ini. Dalam surat Al Hasyr: 18, Allah memerintahkan manusia untuk membuat perencanaan dalam menghadapi masa depan. Sementara itu dalam Al Qur’an (Q.S. Yusuf :43-49) Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara ringkas, ayat ini mengandung anjuran agar kita berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk.
31
Sehingga ayat tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bahwa ber-asuransi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi yang dikenal dalam mekanisme asuransi. Jadi, sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat- syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami setidaknya ada b e be r a p a hal yang jelas diharamkan, yaitu: adanya unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling), riba, zhulum (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan perbuatan maksiat Sementara itu, Hukum Bilangan Besar yang menjadi teori dasar dari cara kerja asuransi dalam memperkirakan masa depan, merupakan aplikasi dari kaidah fiqhiyyah, al-‘adah muhakkamah. Dimana kaidah tersebut menjelaskan bahwa kebiasaan yang telah berlalu merupakan suatu ketetapan hukum yang dapat dijadikan landasan hukum bagi peristiwa berikutnya. Interaksi ini mengharuskan adanya persesuaian dengan nilai dasar yang ada dalam syariah Islam12 .
12
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media.
32
D. Asuransi Syariah (Takaful) 1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah (Takaful) Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa’ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang muamalah, Muhammad mengatakan bahwa asuransi syariah (takaful) adalah: “Saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masingmasing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut 13 .” Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful, yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat: al-gharar, al-maisir, al-riba. Berkaitan dengan
ini,
menurut
Praja ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya
13
Muhammad. Kebijakan Fiskal & Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: 2002 Salemba Empat, h.105-106
33
takaful, yaitu: a. Beberapa pihak yang berasuransi b. Pengelola asuransi (Perusahaan
Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan
asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara para peserta asuransi 14 Perusahaan
asuransi
syariah
dapat
menawarkan
dua
jenis
pertanggungan 15 , yaitu: 1) Takaful keluarga (Asuransi Jiwa): adalah bentuk takaful yang memberi perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful. Sementara itu produk takaful keluarga dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu: a) Takaful dengan unsur tabungan, meliputi: Takaful berencana/ Dana Investasi, Takaful Dana Haji dan Takaful Pendidikan. b) Takaful tanpa unsur tabungan, meliputi: Takaful Berjangka, Takaful majelis Ta’lim, Takaful Khairat Keluarga, Takaful Pembiayaan, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Wisata dan Perjalanan, Takaful Kecelakaan Siswa, Takaful Perjalanan Haji dan Umroh. 14
Gemala.Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.,2004 15
Muhammad., Lembaga - Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press, 2004,h.107
34
2) Takaful Umum (Asuransi umum): adalah bentuk asuransi yang memberi perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta takaful, seperti rumah, kendaraan bermotor, bangunan pabrik dan sebagainya. Jenis produk takaful umum meliputi; Takaful Kebakaran, Takaful Kendaraan bermotor, Takaful Risiko Pembangunan, Takaful Pengangkutan Barang, Takaful Risiko Mesin, dll 2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah Takaful
dalam
menjalankan
usahanya
bertujuan
memberikan
perlindungan kepada peserta yang bermaksud menyediakan sejumlah dana bagi ahli warisnya dan atau penerima hibah, wasiat, bila peserta tersebut meninggal dunia. Selain itu takaful berfungsi pula sebagai penyedia dana yang dapat digunakan untuk berjaga-jaga apabila mendapatkan kesulitan disaat mendatang, akibat sakit, kecelakaan maupun karena sebab lainnya., takaful memiliki tiga konsep dasar 16 , antara lain: a. Saling bertanggung jawab, dimana sesama peserta mampu merasakan bahwa antara satu dengan lainnya adalah bersaudara. b. Saling bekerja sama dan saling membantu, artinya sesama peserta harus semakin meningkatkan kepeduliannya dalam upaya meringankan beban saudara yang lain. Jadi dengan bertakaful, diharapkan azas 16
Masyhuril. Khamis, Takaful, Asuransi Syariah, Suatu Solusi. Jakarta, 2000
35
kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya, sehingga komitmen saling membantu benar-benar tercipta. c. Saling
melindungi,
dimana
komitmen
membela
dan
saling
mensejahterakan sangat diharapkan tercipta melalui kepesertaannya di Takaful. Ketiga konsep ini tidak akan dapat dilaksanakan, bila nilai taqwa dan iman yang kokoh serta niat ikhlas belum meresap secara mendalam pada semua peserta dan pengelola Takaful. Pada dasarnya konsep ini ada pada asuransi konvensional, namun dalam aplikasinya masih mempunyai kekurangan, di antaranya unsur-unsur al-gharar, maisir dan ribawi masih ada dalam pelaksanaannya. Karenanya konsep dasar ini harus bermuara pada operasional pelaksanaannya, sehingga komitmen saling menolong, melindungi dan bertanggung jawab benar-benar terlaksana. Tiga prinsip dasar di atas dengan beberapa prinsip yang tidak kalah pentingnya 17 . Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1) Tauhid (Unity): merupakan dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam syariah Islam, dimana setiap gerak langkah
17
serta bangunan hukum harus menceminkan nilai-nilai
Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.125
36
Ketuhanan 2) Keadilan (justice): merupakan upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi sehingga terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dalam akad asuransi. 3) Kerelaan (al-ridha): merupakan prinsip yang harus diterapkan pada setiap peserta asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi untuk difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). 4) Larangan
riba:
tidak
diperbolehkannya
riba
dalam
bentuk
apapun, termasuk masalah bunga dalam mengalokasikan dana untuk investasi. 5) Larangan maisir (judi): tidak diperbolehkannya unsur perjudian dalam bisnis asuransi. 6) Larangan gharar (ketidakpastian): dengan prinsip ini maka akad yang dilakukan dalam transaksi asuransi serta kepemilikan dana harus pasti dan jelas adanya. 3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional). Namun kemudian ada peraturan secara khusus
37
yang mengatur masalah asuransi syariah, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2008 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, KMK No. 422/KMK/2003 tentang penyelenggaran usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, PMK No.18/PMK.010/2010 tentang prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, kemudian Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep 390/ LK/2005 tentang pedoman perhitungan tingkat kesehatan keuangan serta bentuk dan susunan laporan dan pengumunan laporan keuangan bagi perusahaan asuransi non PT. Disamping
itu,
pedoman
mengenai
asuransi
syariah
ini
juga
dimantapkan oleh adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Akad yang diperbolehkan dalam asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. 2) Akad dalam asuransi: a) Akad yang dilakukan antara peserta asuransi dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan akad tabarru’. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, sedangkan akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang
38
dilakukan untuk tujuan kebajikan. b) Dalam akad setidak-tidaknya harus dibedakan: 1. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan 2. Cara dan waktu pembayaran premi 3. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syaratsyarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang
diakadkan. c) Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’: 1. Dalam akad tijarah, perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis) 2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana. d) Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’: 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru’ bila pihak yang tertahan haknya, dengan sukarela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya
39
2. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah. e) Masalah premi: 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru. 2. Untuk menentukan besarnya premi, perusahaan asuransi syariah
dapat
menggunakan
rujukan,
misalnya
tabel
mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan. 3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagihasilkan kepada peserta. 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat f) Masalah klaim: 1. Klaim
dibayarkan
berdasarkan
akad
yang
disepakati
pada awal perjanjian 2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah sesuai dengan premi yang dibayarkan. 3. Klaim peserta,
atas
akad
tijarah
sepenuhnya
merupakan
hak
dan merupakan kewajiban perusahaan untuk
memenuhinya.
40
4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan merupakan hak perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad. g) Masalah Investasi: 1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul. 2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah h) Masalah pengelolaan dana: 1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. 2. Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah). 3. Urusan
asuransi
syariah
memperoleh
ujrah
(fee) dari
pengelolaan dana akad tabarru’ atau hibah. 4. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa didalam operasional asuransi syariah yang seharusnya terjadi adalah saling bertanggung jawab, saling membantu dan melindungi di antara para peserta sendiri. Perusahaan asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan
41
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut. Keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari para peserta, yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati. Adapun mekanisme pengelolaan dana peserta ( premi) terbagi menjadi dua sistem yaitu: a. Sistem yang mengandung unsur tabungan Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung kepada kemampuan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal, semester maupun tahunan. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dipotong dengan fee atau ujrah akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua rekening yang berbeda, yaitu:
42
1.
Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: a) Perjanjian berakhir b) Peserta mengundurkan diri c) Peserta meninggal dunia
2.
Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: a) Peserta meninggal dunia b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana) Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan
beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi
menurut prinsip Al- Mudharabah. Prosentase pembagian mudharabah (bagi hasil) dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta. b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila:
43
1. Peserta meninggal dunia 2. Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana) Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta (misalnya, 30% untuk perusahaan dan 70% untuk peserta). Persentase untuk kedua rekening tersebut ditentukan sesuai dengan
kelompok umur
peserta
Takaful
dan
jangka
waktu
pertanggungan. Dalam asuransi syariah, semakin tua kelompok umur tertanggung dan semakin lama jangka waktu pertanggungan, maka semakin besar jumlah presentasenya. Untuk memberi gambaran lebih jelas tentang mekanisme atau perhitungan dalam asuransi syariah akan diilustrasikan sebagai berikut 18 :
18
Usia peserta asuransi
: 25 tahun
Jangka waktu pertanggungan
: 10 tahun
Premi per tahun
: Rp. 1.000.000,00
Rekening peserta (98%)
: 98% x Rp. 1.000.000
Salim Abbas, Asuransi dan Manejemen Resiko, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Cet-7, ed-2,h.112
44
= Rp. 980.000,00 Rekening khusus peserta
: 2% x Rp. 1.000.000
Rasio bagi hasil
:70%
untuk
peserta:
= Rp. 20.000 30%
untuk
perusahaan Apabila peserta meninggal dunia pada tahun ke 5 masa angsuran, maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5
= Rp. 4.900.000
- Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. - Sisa premi yang belum dibayar
400.000
= Rp. 5.000.000
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp. 10.300.000 Apabila
peserta
masih
hidup
hingga
berakhirnya
masa
pertanggungan (setelah 10 tahun), maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 10 = Rp 9.800.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 10 tahun = Rp 1.800.000 - Rekening khusus peserta (tidak ada)
= Rp.
0
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.11.600.000 Bila peserta mengundurkan diri pada tahun kelima masa angsuran, maka: - Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5
= Rp.4.900.000
- Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun
= Rp.
Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya
400.000
= Rp.5.300.000
45
5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) Definisi Dewan Pengawas Syariah (DPS) menurut Keputusan Dewan Pimpinan
MUI
tentang
susunan
pengurus
DSN-MUI
No:
Kep-
98/MUI/III/2001 adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN- MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001, maka fungsi dari Dewan Pengawas Syariah dirumuskan sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya. b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN. c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran. d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan- pembahasan DSN DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi
46
komisaris sebagai pengawas / direksi. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah bertanggung
jawab
atas
pembinaan
akhlak
Islam.
seluruh
DPS
karyawan
berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya, ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan tersebut, serta bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh sekretaris DPS. Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya. Dewan Pengawas Syariah bersama komisaris dan direksi bertugas untuk terus-menerus mengawal dan menjaga penerapan nilai-nilai Islam dalam setiap aktifitas yang dikerjakan Lembaga Keuangan
Syariah.
DPS juga bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah, melalui media-media yang sudah berjalan dan berlaku di masyarakat, seperti khutbah, majelis ta'lim, pengajian- pengajian, maupun melalui dialog rutin dengan para tokoh
47
agama dan tokoh masyarakat Untuk menyelaraskan fatwa-fatwa yang berbeda antara DPS lembaga yang satu dengan yang lainnya, maka MUI membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) yang membawahi seluruh Lembaga Keuangan Syariah. Dewan Syariah Nasional adalah Dewan yang dibentuk oleh MUI untuk menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah. DSN membantu pihak terkait, seperti Kementrian Keuangan, BI dan lain-lain dalam menyusun peraturan/ ketentuan untuk lembaga keuangan syariah. Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi, dan para pakar dalam bidang yang terkait dengan muamalah syariah.
48
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
A. Sejarah Umum Perusahaan Asuransi 1. Asuransi Takaful Keluarga PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan anak perusahaan dari PT Syarikat Takaful Indonesia, dimana perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi yang menjadi pelopor asuransi berbasis syariah murni di Indonesia. PT. Syarikat Takaful Indonesia berdiri pada 24 februari 1994 atas inisiatif Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha muslim Indonesia. Sementara itu PT Asuransi Takaful Keluarga sendiri didirikan pada 4 Agustus 1994 dan mulai beroperasi pada 25 Agustus 1994, dimana dalam sejarahnya PT. Asuransi Takaful Keluarga pernah meraih MUI Award 2004 sebagai Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia. Visi dari Takaful Indonesia adalah menjadi grup asuransi terkemuka yang menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang komprehensif dengan jangkauan signifikan diseluruh Indonesia menjelang tahun 2011. Sedangkan misi dari perusahaan ini adalah kami bertekad memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko
48
49
bagi umat dengan menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang dikelola secara professional, adil, tulus dan amanah. Company Profile PT Asuransi Takaful Keluarga adalah sebagai berikut: Pemegang saham: •
PT Syarikat Takaful Indonesia (99,94%)
•
Koperasi Karyawan Takaful (0,06%)
Dewan Komisaris: •
Komisaris Utama: Dato’ Mohamed Hassan Md Kamil
•
Komisaris Independen: H.M.U. Suwendi FSAI, FLMI, MBA
•
Komisaris: Muhammad Harris, SE
•
Komisaris: Saiful Yazan Ahmad
Dewan Pengawas Syariah (DPS): •
Ketua
•
Anggota : Dr. H.M. Syafi’i Antonio, MSc
: Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin
Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA Prof. Madya Dr. Shobri Salamon Dewan Direksi: •
Direktur Utama: Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA
•
Direktur: Nor Effuandy Pfordten
50
Walaupun merupakan dua jenis perusahaan asuransi yang memiliki manajemen berbeda, Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Takaful Umum berada pada satu kantor yang sama. Asuransi Takaful Keluarga berusaha menerapkan budaya perusahaan berbasis keislaman, seperti kalimat “salam” selalu diucapkan jika ada orang baru memasuki ruangan. Ruangan kantor Asuransi Takaful Keluarga dilengkapi sejumlah interior yang bernuansa Islam. Selama penelitian, Bpk. Nastain, selaku responden dari Asuransi Takaful Keluarga senantiasa membagikan pemahamannya kepada peneliti mengenai Asuransi dipandang dari kacamata Islam, juga mengenai hadisthadist yang melatarbelakanginya. Saat menjelaskan segala sesuatu tentang operasional asuransi syariah, beliau menggunakan istilah-istilah yang tidak lepas dari bahasa syariah. Bpk. Nastain juga mengatakan bahwa perusahaanperusahaan asuransi syariah di Indonesia masih dalam proses menuju kepada kebaikan Islam yang sempurna, begitupun yang terjadi pada Asuransi Takaful. Adapun produk – produk yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Keluarga diantaranya adalah: a. Takafulink : Produk yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus ber- asuransi sesuai syariah. b. Takaful Dana Pendidikan (Fulnadi): Produk untuk perorangan atau individu yang ditujukan bagi orang tua, yang merencanakan dana
51
pendidikan untuk putra- putrinya sampai pendidikan sarjana. c. Takaful Dana Haji : Bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana untuk biaya menjalankan ibadah haji. d. Takaful Kesehatan: Produk yang diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana santunan Rawat Inap dan Operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian. 2. Asuransi Allianz Life Indonesia Allianz sebagai perusahaan Asuransi bertaraf internasional didirikan pada tahun 1890 di Berlin, Jerman. Saat ini Allianz merupakan salah satu perusahaan asuransi dan jasa keuangan yang hadir di lebih dari 70 negara di dunia. Untuk wilayah Asia Pasifik, Allianz hadir sejak tahun 1917 dan beroperasi di 14 negara serta berkantor pusat regional di Singapura. Kemudian pada tahun 1981 Allianz hadir di Indonesia melalui kantor representatif yang selanjutnya berdiri sebagai perusahaan asuransi kerugian joint venture di tahun 1989 yang dikenal sebagai PT Asuransi Allianz Utama Indonesia. Kemudian tahun 1996 Allianz mengembangkan bisnis di bidang asuransi jiwa dengan mendirikan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, yang hingga kini memiliki 75 kantor pemasaran dan outlet yang berlokasi di 43 kota di seluruh Indonesia, mulai Banda Aceh sampai dengan Jayapura.
52
Visi dari Allianz Life Indonesia adalah menjadi pilihan pertama dan utama bagi pelanggan, rekan bisnis, dan karyawan. Disamping itu, Allianz akan membangun hubungan kerjasama jangka panjang atas dasar saling percaya. Sementara itu, misi dari Allianz Indonesia adalah menjadi perusahaan asuransi dan penyedia jasa keuangan nomor satu di tahun 2010. Bapak
Supriyono,
Agency
Director
Allianz
Life
Indonesia,
menjelaskan bahwa seiring dengan pencapaian visi dan misi-nya, Allianz Life Indonesia
sangat mengutamakan
pemenuhan
keinginan
dan
kebutuhan berbagai kalangan di masyarakat, karena itulah mengapa Allianz Life Indonesia menawarkan produk asuransi jiwa syariah. Menyadari meningkatnya permintaan produk asuransi syariah, Allianz Life Indonesia merespons atas tingginya permintaan tersebut dengan menawarkan produk asuransi jiwa syariah pada bulan Januari 2006, dimana Indonesia merupakan negara pertama Allianz Asia memperkenalkan produk-produk syariah. Menurut kutipan sebuah siaran pers melalui website resmi Allianz, Jens Reisch, Presiden Direktur Allianz Life Indonesia, mengungkapkan bahwa dengan menawarkan produk syariah ini Allianz bermaksud memenuhi kebutuhan masing- masing nasabah yang unik disetiap negara, termasuk di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Berdasarkan penjelasan dari Bapak Supriyono, produk konvensional dan produk syariah yang ditawarkan oleh Allianz Life Indonesia ditangani oleh dua fund management yang berbeda, tetapi keduanya memiliki link yang
53
kuat dengan Allianz Life Indonesia. Walaupun demikian, agen dan distributor untuk produk konvensional tetap
merangkap
sebagai
agen
yang
memasarkan produk syariah, tidak ada agen khusus untuk produk syariah. Sehingga kantor Allianz Life Indonesia yang menawarkan produk- produk konvensional juga melayani masyarakat yang tertarik dengan produk – produk syariah. Berbeda dengan Asuransi Takaful Keluarga, suasana kantor Allianz Life Indonesia terlihat lebih “hidup”, dimana kesibukan sangat tampak sepanjang hari. Disamping itu suasana kantor tidak menonjolkan sesuatu yang ber-nuansakan Islam, hal ini dikarenakan konsep syariah hanya diterapkan pada produk- produk syariah-nya saja, dimana produk ini dinilai baru dan merupakan sebagian kecil dari seluruh produk-produk yang ada (termasuk produk konvensional). Para staff dan karyawan yang terdiri dari sejumlah laki- laki dan perempuan berpenampilan seperti umumnya para pegawai pada lembaga keuangan konvensional, karena sama sekali tidak menampilkan sesuatu yang sarat ke-islaman (untuk pegawai perempuan tidak memakai jilbab). Keadaan perusahaan yang tidak memunculkan suasana ke-Islaman juga tercermin dari ucapan yang terlontar dari Bpk. Supriyono, selaku direktur agen, ketika menjelaskan tentang mekanisme operasional produk syariah, dimana dengan ramah beliau mengatakan:
54
“…..intinya mbak, risiko itu tidak ditanggung perusahaan tetapi ditanggung oleh kumpulan peserta melalui sistem tanggung renteng, itu lho…namanya…apa ya bahasa syariah-nya, tahu..?” Ucapan dari Bpk. Supriyono tersebut menggambarkan bahwa, walaupun telah memasarkan mengenal
sepenuhnya
produk
syariah,
tetapi
mereka
belum
istilah- istilah syariah yang berhubungan dengan
operasional perusahaan, dimana mereka masih memakai istilah- istilah umum, seperti istilah “tanggung renteng” untuk konsep tabarru’, konsep penting dalam asuransi syariah. Adapun produk-produk syariah yang ditawarkan oleh Allianz Life Indonesia adalah sebagai berikut: a. Allisya Protection : Untuk memenuhi
kebutuhan individu dan
keluarga mulai dari perencanaan pendidikan, tabungan dan investasi, menyediakan dana untuk kebutuhan di masa pensiun. b. Allisya Invest : Sarana berinvestasi dengan cara pembayaran premi sekaligus untuk memenuhi kebutuhan financial individu dan keluarga. c.
Allisya Invest Plus : Sarana berinvestasi dengan cara pembayaran premi sekaligus untuk memenuhi kebutuhan finansial individu selama 5 tahun atau 10 tahun.
55
B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Takafulink dan Allisya Protection 1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga) Takafulink merupakan salah satu produk Asuransi Takaful Keluarga yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus berasuransi sesuai syariah, dimana Takafulink ini menawarkan hasil investasi yang optimal dengan pilihan sesuai preferensi peserta asuransi. Manfaat yang ditawarkan dari produk ini adalah: a. Manfaat asuransi (dana santunan) sebesar 800% dari premi tahunan atau 125% dari premi sekaligus. b. Peserta asuransi dapat memperluas manfaat asuransi dengan menambahkan program asuransi Takaful Kecelakaan Diri dan/ atau Asuransi Kesehatan. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasional produk Takafulink, maka harus diketahui terlebih dahulu bagaimana mekanisme operasional dari produk tersebut dilapangan. Peneliti membagi penjelasan mengenai mekanisme operasional ini dalam tiga tahap yaitu, masa pra-transaksi, masa transaksi, dan mekanisme operasional intern perusahaan.
56
Berikut ulasan lebih lanjut mengenai tiga tahapan tersebut : a. Masa Pra-Transaksi Produk Takafulink Masa pra-transaksi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam proses pemasaran dan tahapan lain yang terjadi antara perusahaan dan peserta sebelum akad terbentuk. Perlu diketahui bahwa khusus untuk data yang menjelaskan, bagaimana pihak marketing Asuransi Takaful Keluarga melakukan proses pemasaran, diperoleh dari buku panduan untuk agen (pemasar) milik intern perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari buku panduan untuk agen (pemasar) milik intern perusahaan, maka hal-hal yang harus dilakukan oleh agen atau pihak marketing sesuai prosedur perusahaan, adalah sebagai berikut: 1) Menerangkan manfaat produk dengan jelas dan benar. 2) Menyarankan untuk mengambil produk sesuai kebutuhan. 3) Meyakinkan bahwa aplikasi sudah dipahami dan semua keterangan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sehingga bila ternyata tidak benar dapat membatalkan perjanjian asuransinya. 4) Menginformasikan dan menerangkan isi syarat umum polis. 5) Memberikan kewajiban peserta yang berhubungan dengan premi dan konsekuensinya jika pembayaran terhenti.
57
6) Memberikan keterangan yang benar tentang keadaan calon peserta, hal ini dimantapkan dengan pengisian surat pernyataan penutup oleh agen yang merupakan salah satu bagian dari lembar aplikasi. Sebelum mengajukan permohonan asuransi, calon peserta harus memenuhi ketentuan kepesertaan, dimana calon peserta harus sehat jasmani dan rohani serta usia masuk minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun. Lamanya masa perjanjian adalah 16 tahun untuk usia 17 s/d 54 tahun, atau masa perjanjian ditambah usia masuk, asal tidak melebihi 70 tahun. Sebelum mengisi dan menandatangani Surat Pengajuan Asuransi (SPA/ aplikasi), calon peserta asuransi diharapkan membaca dan memahami dengan seksama isi dan maksud dari SPA. Lembar isian dalam SPA tersebut terdiri dari formulir data pribadi, akad tertulis dan pernyatan calon peserta. Setelah membaca dan memahami Surat Pengajuan Asuransi (SPA), calon peserta diwajibkan mengisi dan menandatangani sendiri SPA tersebut dengan lengkap dan jujur, dimana hal ini merupakan bagian dari dasar perjanjian yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Bagianbagian yang harus diisi oleh calon peserta adalah formulir data pribadi, yang berisi tentang data-data pribadi calon peserta dan data kepesertaan tentang program-program yang akan diikuti. Lembar berikutnya dalam
58
SPA adalah akad tertulis dan pernyataan calon peserta, yang merupakan pernyataan tertulis dari calon peserta mengenai persetujuan-nya memberikan kuasa kepada PT.Asuransi Takaful Keluarga untuk mengikuti program Asuransi Takafulink, serta menyetujui adanya kewajiban yang timbul dari program tersebut. Disamping itu, terdapat juga
pernyataan
calon
peserta bahwa dia telah memahami semua
keterangan dalam SPA dan mengisi SPA tersebut dengan benar. Format dan isi tulisan dalam akad telah ditentukan oleh perusahaan, dan peserta hanya membaca, memahami, serta menandatanganinya jika ada kata sepakat. Calon peserta juga diwajibkan membaca serta memahami secara seksama akad tertulis mengenai kesanggupannya untuk membayar premi tabarru’. Dijelaskan juga dalam akad tertulis, bahwa premi tabarru’ nantinya akan dikelola oleh PT Asuransi Takaful Keluarga
dalam
rekening khusus sebagai dana kebajikan untuk tolong menolong diantara peserta yang mengalami musibah. Jumlah premi tabarru’ yang akan dibayarkan calon peserta ditetapkan pihak perusahaan yang kemudian ditawarkan kepada calon peserta untuk mendapatkan kesepakatan. Sebelum menyetujui akad, calon peserta diberikan juga penjelasan secara detail mengenai biaya premi, biaya-biaya pengelolaan,biaya tabarru, biaya administrasi, hasil investasi, serta manfaat takaful (dana
59
klaim) melalui ilustrasi pengembangan dana. Jika calon peserta telah memahami benar mekanisme pengembangan dananya, maka calon peserta diwajibkan menandatangani lembar ilustrasi tersebut, sebagai bentuk pernyataan bahwa calon peserta telah memahami ilustrasi tersebut. Dengan menandatangani aplikasi, calon peserta telah menyepakati bahwa transaksi dilakukan berdasarkan prinsip Al-Wakalah bil-Ujrah. Dengan prinsip tersebut, peserta merupakan pihak pemilik dana yang mempercayakan dananya kepada perusahaan untuk dikelola melalui beberapa jenis investasi, dan kemudian peserta memberikan ujrah (komisi/ biaya pengelolaan) kepada perusahaan. Besar biaya pengelolaan ditetapkan oleh perusahaan yang kemudian ditawarkan kepada calon peserta untuk memperoleh kesepakatan. Jika
kemudian
ternyata
keterangan
yang
diberikan
peserta
kepada perusahaan tidak benar dan atau palsu sedangkan perjanjian telah berjalan, maka perusahaan mempunyai hak untuk membatalkan perjanjian tersebut dan mengembalikan nilai tunainya. Namun jika peserta dapat membuktikan bahwa yang tidak benar itu ternyata tidak dengan sengaja, maka perjanjian dapat dilanjutkan dengan mengadakan penyesuaian menurut keadaan yang sebenarnya. Semua keterangan yang diberikan oleh calon peserta dalam formulir aplikasi selanjutnya diperiksa oleh underwriter untuk kemudian
60
dilakukan seleksi resiko. Jika informasi yang diberikan ternyata tidak memenuhi kriteria sebagai peserta asuransi Takafulink maka perusahaan berhak menolak calon peserta untuk menjadi calon
peserta
memenuhi
persyaratan,
peserta.
Tetapi
jika
maka diterbitkan polis resmi
untuknya. b. Masa Transaksi Produk Takafulink Pada bagian ini dijelaskan tahap- tahap kegiatan antara peserta dan perusahaan setelah SPA disetujui dan polis resmi telah dikeluarkan untuk peserta asuransi. Dengan kata lain, calon peserta sudah menjadi peserta asuransi. Sejak aplikasi dan akad ditandatangani, serta perusahaan telah mengeluarkan polis resmi, maka calon peserta telah menjadi peserta asuransi dan asuransi berlaku mulai tanggal yang tercantum dalam polis. Peserta membayar premi dasar sesuai kesepakatan yang telah dilakukan ketika mengisi dan menandatangani formulir permohonan asuransi Takafulink, dimana ada dua cara membayar premi dasar. Cara yang pertama adalah dengan pembayaran Premi tahunan, dengan pembayaran minimum Rp. 1.000.0000 dan maksimum Rp. 8.000.000. Cara yang kedua adalah dengan cara pembayaran Premi sekaligus, dimana pembayaran minimum Rp. 8.000.000 dan pembayaran maksimum Rp. 64.000.000.
61
Peserta memiliki kebebasan untuk memilih jenis investasi, dan mempercayakan perusahaan sebagai manajer investasi. Atas pilihan investasi tersebut segala risiko investasi menjadi tanggung jawab peserta dan perusahaan tidak menjamin kinerja investasinya Pilihan investasi tersebut menentukan jenis Takafulink yang diikuti peserta asuransi. Pilihan investasi tersebut terdiri dari: 1) Takaful Dana Istiqomah: menawarkan cara berinvestasi dengan hasil yang stabil dan risiko yang aman. Pada pilihan ini seluruh dana peserta asuransi akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan tetap. 2) Takaful Dana Mizan: menawarkan cara berinvetasi dengan hasil yang optimal dan risiko yang moderat. Pada pilihan ini sebagian dana akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan tetap dan sebagian lainnya pada saham. Peserta membayar premi tabarru’ sesuai dengan perjanjian awal (akad). Besarnya tabarru’ yang dibayarkan adalah 7,5% dari premi dasar tahunan, maksimum 8 tahun, dan 1,25% dari premi dasar sekaligus, maksimum juga 8 tahun. Selama masa polis, peserta dapat melakukan fleksibilitas melalui fasilitas Top Up, Pengalihan Investasi dan Penarikan Dana. Dengan fasilitas Top Up, peserta dapat meningkatkan dana investasi sewaktu-
62
waktu dengan ketentuan minimal sebesar Rp.1000.000.Dan dengan fasilitas Pengalihan Investasi, peserta dapat menentukan kembali pilihan investasi yang diinginkan, setelah masa kepesertaan satu tahun. Selain itu, peserta juga dapat melakukan penarikan dana dengan ketentuan minimum penarikan Rp.1.000.000 dan harus ada minimum dana tersisa sebesar Rp. 1000.000, dengan ketentuan setelah masa kepesertaan satu tahun. Biaya-biaya yang telah disepakati dan harus dibayarkan oleh peserta asuransi adalah sebagai berikut: o Biaya polis (administrasi): Rp. 25.000 o Biaya pengelolaan investasi: 2,5%/ tahun o Biaya Top Up: 3% dari premi Top Up o Biaya setiap kali penarikan dana, maksimum Rp.25.000. o Biaya setiap kali pengalihan investasi: 1% dari dana yang dialihkan, maksimum Rp. 25.000 o Biaya pengelolaan yang dibebankan hanya pada tahun pertama, sebesar 32,5% dari premi dasar tahunan atau 3,75% dari premi dasar sekaligus. Jika peserta meninggal dunia selama masa perjanjian, maka besarnya dana santunan yang diperoleh peserta adalah 125% dari premi sekaligus atau 800% dari premi tahunan.
63
Selama
masa
polis
sampai
polis
berakhir,
peserta akan
memperoleh manfaat takaful dengan perhitungan yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat peserta mengajukan klaim tersebut. Adapun manfaat takaful yang diperoleh peserta ketika mengajukan klaim tersebut adalah sebagai berikut: o Jika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir, maka peserta akan mendapatkan dana investasi yang terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun peserta mengundurkan diri. o Jika peserta meninggal dunia dalam masa polis, maka ahli waris peserta memperoleh dana investasi yang telah terkumpul dan hasil investasinya ditambah dana santunan o Jika peserta hidup sampai masa polis berakhir, maka peserta mendapatkan dana investasi terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun terakhir perjanjian. Untuk menjaga prinsip amanah
dan transparansi, maka peserta
akan menerima laporan transaksi setiap tahun, dimana laporan tersebut memuat mutasi transaksi yang terjadi dan jumlah unit yang dimiliki peserta. Disamping itu, peserta juga dapat melihat perkembangan nilai unit Takafulink setiap hari Rabu di harian Bisnis Indonesia, atau melalui telepon ke Customer Care Takaful.
64
c. Mekanisme
Operasional
Intern
Perusahaan
Dalam
Produk
Takafulink Pada bagian ini dijelaskan mengenai kegiatan - kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk penetapan biaya- biaya dan mengelola dana yang diberlakukan kepada peserta Penetapan biaya pengelolaan didasarkan atas prinsip Al-Ujrah, dimana biaya tersebut merupakan bentuk imbalan (komisi) dari pemilik dana/ peserta kepada perusahaan. Sehingga penetapan biaya disesuaikan dengan nilai jasa yang diberikan perusahaan dan biaya-biaya administrasi yang berhubungan dengan kegiatan investasi. Biaya yang telah ditetapkan selanjutnya ditawarkan kepada peserta untuk memperoleh kesepakatan. Penetapan premi tabarru’ dilakukan dengan perhitungan berdasarkan konsep mortalita yang merupakan bentuk khusus dari Hukum Bilangan Besar. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan keterangan dari peserta asuransi mengenai umur, kesehatan serta informasi penunjang lain, yang nantinya akan digunakan utuk memprediksi besar dana santunan yang akan dikeluarkan dalam periode tertentu. Dana santunan tersebut diambil dari premi tabarru’ yang telah dimasukkan dalam rekening khusus. Premi dasar yang sudah dikurangi biaya pengelolaan dan premi tabarru’ diinvestasikan jenis
keberbagai
jenis
investasi
sesuai
dengan
program Takafulink yang dipilih. Jenis investasi untuk program
65
Takafulink antara lain: 1) Deposito Mudharabah 2) Unit penyertaan Reksadana Syariah 3) Investasi pembiayaan mudharabah 4) Investasi pembiayaan murabahah Perusahaan juga memperhitungkan zakat maal terhadap peserta. Namun, ketika
peneliti
menanyakan
tentang
investasi prosedur
penetapan zakat maal tersebut, responden dari perusahaan menjawab: “pokoknya ada-lah…panjang banget…” Dari jawaban responden tersebut, peneliti menangkap bahwa responden enggan menjelaskan lebih jauh, sehingga tidak dapat diperoleh informasi lebih lanjut mengenai bagaimana perusahaan menetapkan zakat maal.
66
Mekanisme Pengelolaan Dana Takafulink Pendapatan Perusahaan Beban Operasional Profit
Ujrah Akad + Surplus Tabarru’
PREMI NASABAH
Investasi
Hasil Investasi
Total Dana Tabarru’ nasabah
Total Dana Tabarru’ hasil investasi
Ujrah
Tabarru’
Beban Asuransi: Re-as, Klaim, Pajak
Perusahaan SU
Cadangan Klaim Nasabah
Sumber: PT. Asuransi Takaful Keluarga
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan. Nasabah membayar premi. Pada saat pembayaran premi, nasabah sudah harus mengetahui berapa besaran ujrah dan besaran dana tabarru’ dari premi yang dibayarkan. Ujrah akan menjadi milik perusahaan yang akan dialokasikan untuk biaya pengelolaan perusahaan seperti, pembayaran gaji karyawan, marketing fee dan sebagainya. Sedangkan dana tabarru’ akan digunakan sebagai dana tolong-menolong dan tetap menjadi milik nasabah yang kelak akan dialokasikan kepada nasabah yang tertimpa musibah. Kumpulan dana tabarru’ akan diinvestasikan pada investasi-investasi syariah. Hasil dari investasi tersebut akan kembali kekumpulan dana tabarru’ menjadi hak
67
milik nasabah. Kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasinya digunakan untuk biaya klaim, reasuransi dan sebagainya. Apabila ada surplus dari dana tabarru’, sebagian dana akan dikembalikan kepada nasabah yang tidak mengajukan klaim mendapatkan manfaat berupa pengembalian surplus dana tabarru’. Sebagiannya lagi disisihkan untuk cadangan tabarru’ dan sebagiannya lagi akan dialokasikan kepada perusahaan asuransi. 2. Allisya Protection (Allianz Life Indonesia) Allisya Protection merupakan produk untuk memenuhi kebutuhan finansial individu dan keluarga, berupa tabungan dan investasi yang juga menyediakan dana untuk kebutuhan dimasa pensiun sesuai dengan perencanaan keuangan keluarga sejak dari usia dini hingga masa tuanya. Adapun manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan melaui produk ini adalah: a. Menyediakan
dana
tunai
yang
dapat diambil kapan saja bila
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seseorang atau keluarga b. Menyediakan
dana
sebesar
uang
pertanggungan
ditambah
nilai
investasi apabila peserta mengalami musibah meninggal dunia. c. Ketika peserta mencapai usia 100 tahun, dibayarkan dana tunai sebesar hasil investasi dan kontrak polis berhenti.
68
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa untuk mengetahui bagaimana prinsip syariah diterapkan dalam operasional produk syariah Allianz Life Indonesia, maka terlebih dahulu diketahui tahap-tahap operasional dari produk tersebut, khususnya untuk produk Allisya Protection. Dalam mekanisme operasional produk Allisya Protection, peneliti juga membaginya dalam tiga tahapan, yaitu masa pra- transaksi, masa transaksi, dan mekanisme intern perusahaan. Berikut merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan perusahaan dan peserta asuransi dalam produk Allisya Protection: 1. Masa Pra-Transaksi Allianz Life Indonesia Bagian ini menjelaskan tentang kegiatan- kegiatan atau tahapan yang dilakukan, baik oleh perusahaan maupun peserta asuransi, sebelum akad atau perjanjian terbentuk.. Khusus untuk data mengenai hal- hal yang berkaitan dengan proses marketing, diperoleh dari modul presentasi produk syariah khusus untuk agen (staff marketing) perusahaan. Berikut merupakan penjelasan detail mengenai tahapan yang dimaksud: a. Hal- hal yang dilakukan marketing perusahaan kepada calon peserta: 1) Menjelaskan tentang Asuransi Syariah Allianz, dimana asuransi tersebut merupakan bentuk usaha saling tolong menolong diantara peserta dalam menghadapi musibah melalui dana kebajikan yang dikelola Allianz Life Indonesia (perusahaan menyebutnya sebagai
69
Allianz Life Indonesia Cabang Syariah), sekaligus melakukan investasi sesuai syariah untuk memenuhi kebutuhan masa depan calon peserta. 2) Menekankan kepada calon peserta asuransi bahwa Allianz Syariah akan mengelola dana calon peserta sesuai prinsip-prinsip syariah, bebas riba, judi, maksiat, ketidakjelasan, dan menempatkan investasi peserta ke dalam jenis investasi syariah. 3) Menjelaskan kepada calon peserta bahwa dengan asuransi syariah, setiap peserta asuransi akan saling membantu, bekerja sama dan saling bertanggung jawab kepada sesama peserta lain melalui dana kebajikan. 4) Menjelaskan kepada calon peserta bahwa walaupun premi dibayarkan kepada perusahaan, tetapi perusahaan hanya mengelola dana premi tersebut dan keuntungannya diberikan kepada peserta setelah dipotong biaya dan komisi. 5) Mengajukan dan menjelaskan proposal Allianz Syariah, yang berisi ilustrasi pembayaran premi, biaya-biaya dan ilustrasi manfaat kepada calon peserta. Dengan kata lain, menjelaskan mengenai hak dan kewajiban peserta asuransi.
70
b. Ketentuan kepesertaan yang perlu diperhatikan adalah: 1) Laki-laki dan perempuan dengan usia masuk minimal 1 bulan dan maksimal 70 tahun berdasarkan ulang tahun terdekat. Untuk calon tertanggung usia 1 bulan sampai 18 tahun dapat diwakilkan, dan pihak yang mewakili tersebut merupakan pihak yang memegang polis. 2) Masa perlindungan Asuransi adalah sejak polis diterbitkan hingga tertanggung mencapai usia 100 tahun. 3) Masa pembayaran premi hingga peserta berusia 99 tahun. c. Peserta diwajibkan mengisi surat permintaan Asuransi Jiwa Allianz Syariah dengan sebenar-benarnya. Surat permintaan tersebut berisi tentang hal-hal yang terdiri dari: 1) Data pribadi calon tertanggung dan calon pemegang polis 2) Data pekerjaan calon tertanggung dan calon pemegang polis 3) Data termaslahat, yaitu pihak-pihak yang ditunjuk sebagai ahli waris atau orang yang bertanggung jawab untuk membagikan manfaat asuransi kepada ahli waris. 4) Perincian pertanggungan dan premi, termasuk jenis investasi yang diinginkan. 5) Data tentang calon peserta dalam hal keikutsertaannya pada asuransi lain.
71
6) Daftar pertanyaan tentang hal-hal yang menunjang untuk keperluan underwriting. Pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan berkaitan dengan kesehatan calon peserta serta hal- hal yang berkaitan dengan kebiasaan yang bisa menggambarkan risiko di masa depan. d. Calon peserta diwajibkan membaca akad yang diajukan pihak perusahaan untuk kemudian
menandatanganinya
jika
ada
kata
sepakat. Akad tersebut berisi tentang: 1) Pernyataan calon peserta untuk menjadi anggota kumpulan peserta asuransi syariah lainnnya
untuk
saling
Allianz
bersama
dengan
peserta
tolong menolong (ta’awun) terhadap
musibah yang mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta. 2) Kesediaan calon peserta untuk membayar dana tabarru’ sebagai dana ta’awun peserta. 3) Pernyataan dan persetujuan untuk memberikan kuasa kepada Asuransi Allianz Life Indonesia untuk mengelola dana, risiko, dan melakukan transaksi atas nama peserta. 4) Pernyataan kesediaan membayar biaya pengelolaan risiko, biaya administrasi, dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi polis sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan prinsip wakalah bil-ujrah.
72
5) Pernyataan calon peserta untuk menunjuk Allianz Syariah sebagai manajer investasi untuk melakukan transaksi investasi sesuai jenis investasi yang dipilih peserta. 6) Pernyataan tentang kesediaan peserta untuk menerima hak gratis biaya administrasi pada tahun pertama dan wajib membayar biaya tabarru’ mulai bulan ke 13 sejak polis diterbitkan. 7) Pernyataan
tentang
keikhlasan
peserta
untuk
menyetujui
pembagian surplus underwriting sebesar 70% ke dadalam rekening tabarru’ dan 30% kepada Allianz Life Indonesia Cabang Syariah. Sedangkan jika terjadi defisit underwriting, maka kekurangannya menjadi tanggung jawab para peserta dan PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia
Syariah
berdasarkan
prinsip
al-qardh akan
meminjamkan sementara untuk membayar manfaat atas musibah yang terjadi diantara peserta, yang akan dikembalikan dari surplus underwriting yang akan datang. 8) Calon peserta diwajibkan membaca dan memahami Pernyataan dan Surat Kuasa untuk kemudian menandatanganinya jika ada kata sepakat. Adapun isi dari Pernyataan dan Surat Kuasa tersebut adalah mengenai pernyataan calon peserta tentang: a) Kebenaran semua informasi yang diberikan. b) Kesediaan menerima ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
73
polis. c) Kesediaaan untuk memahami dan menyetujui sepenuhnya bahwa polis menjadi batal jika keterangan yang diberikan tidak benar/ kurang benar, sehingga Allianz Life Indonesia Cabang Syariah dibebaskan dari segala kewajiban membayar uang pertanggungan, segala gugatan atau bagian dari itu. d) Persetujuan untuk melakukan perubahan polis apabila usia masuk tertanggung berdasarkan perhitungan sebenarnya harus diubah karena disesuaikan dengan kondisi sebenarnya. e) Pertanggungan asuransi akan mulai berlaku jika permohonan asuransi disetujui dan premi pertama dibayar lunas. f) Memberikan kuasa kepada pihak-pihak yang mempunyai catatan atau mengetahui
keadaan
atau
kesehatan calon
tertanggung untuk memberitahukan kepada Allianz Life Cabang Syariah. g) Pemberian kuasa tidak dapat ditarik kembali dan mengikat para pengganti, ahli waris/ termaslahat. h) Pembayaran semua biaya pemeriksaaan yang timbul kepada perusahaan, jika peserta membatalkan permintaan asuransi yang diterima pada tingkat premi yang standar.
74
i) Pemahaman calon peserta mengenai nilai investasi yang tidak
dijamin perusahaan, risiko investasi yang ditanggung
peserta, dan biaya-biaya yang dikenakan atas polis. j) Semua informasi dan kondisi yang tertulis dalam surat permintaan kemudian diperiksa oleh divisi underwriter untuk kemudian dilakukan seleksi risiko dan untuk menentukan dana tabarru’ yang wajib dibayarkan oleh peserta. Jika pada akhirnya calon tertanggung ditolak kepesertaannya, maka seluruh premi yang sudah dibayarkan akan dikembalikan. k) Setelah underwriter menyatakan kelayakan calon peserta untuk menjadi peserta asuransi serta surat permohonan asuransi disetujui, maka calon peserta resmi menjadi peserta dan diterbitkan polis untuknya. 2. Masa Transaksi Allianz Life Indonesia Pada bagian ini dijelaskan mengenai tahap-tahap yang dilakukan peserta asuransi dan perusahaan setelah akad terbentuk. Berikut merupakan penjelasan rinci mengenai tahapan yang dimaksud: a) Peserta membayar premi secara berkala, yaitu secara tahunan, semesteran, kuartalan, dan bulananan. Untuk premi tahunan, besarnya dana minimum yang disetor peserta adalah sebesar Rp.1.500.000, untuk cara bayar persemester minimum dana sebesar Rp.1.000.000, serta pembayaran secara
75
kuartalan dan bulanan minimum dana yang disetorkan berturut-turut adalah Rp.625.000 dan Rp.200.000. Pembayaran premi pertama dan premi lanjutan dilakukan via transfer atau cash ke bank syariah yang telah bekerja sama dengan Allianz, yaitu Bank Permata Syariah dan Bank Syariah Mandiri. b) Apabila calon tertanggung membatalkan/ tidak setuju dengan kondisi yang diberikan oleh perusahaan, maka premi yang sudah dibayarkan akan dikembalikan setelah dikurangi biaya pemeriksaan kesehatan (bila ada). c) Kemudian premi yang disetor peserta dikelola dan diinvestasikan ke beberapa instrumen keuangan syariah, dimana peserta dapat memilih jenis investasi yang dikehendaki. Pilihan dari investasi yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. Allisya
Rupiah
Cash
Fund:
dana
diinvestasikan
ke
dalam
instrumen- instrumen syariah jangka pendek yang berkualitas tinggi. 2. Allisya Rupiah Fixed Income Fund: dana diinvestasikan ke dalam instrumen- instrumen syariah jangka pendek atau menengah dan instrumen-instrumen jangka panjang. 3. Allisya Rupiah Balanced Fund: dana diinvestasikan ke dalam instrumen- insrumen jangka pendek atau menengah dan instrumeninstrumen syariah jangka panjang dan instrumen-instrumen saham, termasuk saham yang masuk dalam JII atau reksadana saham syariah.
76
d) Pembayaran dana tabarru’ oleh peserta dihitung pihak perusahaan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jumlah uang pertanggungan yang dipilih, dipotong setiap bulan dari unit yang ada selama polis masih inforce. Tabarru’ yang digunakan untuk dana kebajikan akan dikurangkan dari unit setiap bulannya, mulai bulan ke-13 sejak polis diterbitkan hingga kontrak polis berakhir atau terakhir pada usia 99 tahun 11 bulan. e) Peserta dapat melakukan fleksibilitas dengan melakukan Top Up, yaitu penambahan dana Investasi sewaktu-waktu, dimana Top Up tidak mempengaruhi jumlah pertanggungan dan tetap dapat dilakukan pada masa Premium Holiday. Fasilitas Top Up dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, 1. Top Up Tunggal : Penambahan dana investasi tunggal yang dilakukan setiap setiap saat, dimana penyetoran dana minimum yang dibayarkan adalah sebesar lima kali uang pertanggungan. 2. Top Up Berkala : Penambahan dana investasi yang dilakukan bersamaan dengan premi berkala. Tabel berikut menjelaskan tentang ketentuan pembayaran minimum yang harus disetor peserta ketika mengikuti fasilitas Top Up Berkala.
77
Penyetoran Minimum Top Up Berkala No
Keterangan
Minimum Top Up Berkala:
1
Tahunan
Rp. 1.000.000
2
Semester
Rp. 500.000
3
Kuartalan
Rp. 250.000
4
Bulanan
Rp. 100.000
Sumber: Allianz Life Indonesia
f) Peserta juga memperoleh fasilitas fleksibilitas dengan melakukan penarikan dana investasi (withdrawal) dan pengalihan dana investasi (switching), yang dapat dilakukan setiap saat. g) Peserta membayar komisi dengan ketentuan, untuk tahun ke-1 dan ke-2 komisi yang dibayarkan adalah sebesar 30 % dari nilai premi. Sedangkan untuk tahun ke-3 sampai seterusnya sebesar 5 % dari nilai premi. Untuk premi tambahan (Top Up) berkala atau tunggal, komisi yang dibayarkan adalah sebesar Rp. 1,5 % dari nilai premi. h) Peserta juga membayar sejumlah biaya, dimana antara lain terdiri dari: 1. Biaya pengelolaan risiko sebesar 25% dari dana tabarru’ untuk membayar biaya pengelolaan risiko, sisanya dimasukkan dalam account tabarru’ untuk membayar klaim. Dipotong setiap bulan dari unit mulai bulan ke-13. 2. Biaya administrasi Rp. 26.500 dipotong setiap bulan dari unit yang ada selama polis masih inforce. Khusus bulan ke-1 sampai bulan ke-12
78
peserta digratiskan dari biaya administrasi 3. Biaya pengelolaan dana investasi (Management Fee) sebesar 2%. 4. Biaya pengalihan investasi yang dilakukan lebih dari 3 kali dalam setahun, sebesar 1% dari dana yang dialihkan. 5. Biaya pembatalan polis dalam masa Cooling of Periode (waktu yang diberikan perusahaan kepada peserta, sejak tanggal polis diterbitkan sampai selambat- lambatnya 21 hari setelah itu, untuk membatalkan polis jika tidak menyetujui syarat yang tercantum didalamnya) 6. Ahli waris (termaslahat) untuk peserta beragama Islam mengikuti ketentuan Islam. Nama yang dicantumkan dalam Surat Permintaan Asuransi adalah orang yang ditunjuk untuk menerima atau membagikan ahli waris. Ahli waris yang non Islam adalah orang yang ditunjuk untuk menerima manfaat. i)
Pernyataan transaksi diberikan setiap ada perubahan atau transaksi, dan Laporan tahunan dikirimkan setiap ulang tahun polis, mengenai jumlah unit yang dimiliki, perkembangan hasil investasi dan semua transaksi dalam satu tahun.
j)
Dana klaim yang diperoleh peserta asuransi merupakan bagian dari manfaat asuransi, dan berikut manfat- manfaat yang diperoleh peserta asuransi ketika mengajukan klaim:
79
1. Peserta dapat mengklaim (mengambil) dana tunai sewaktuwaktu bila dibutuhkan. 2. Peserta akan mendapatkan dana sebesar uang pertanggungan ditambah nilai investasi apabila peserta meninggal dunia. 3. Ketika nasabah mencapai usia 100 tahun, dibayarkan dana tunai sebesar nilai investasi dan kontrak polis berhenti. 3. Mekanisme Operasional Intern Perusahaan Dalam bagian ini dijelaskan mengenai mekanisme operasional yang dilakukan perusahaan dalam melakukan penetapan biaya dan mengelola dana milik peserta asuransi. Berikut merupakan rincian tahapan yang dimaksud: a. Premi
ditentukan
sesuai
dengan
hasil
underwriting, dimana
dalam proses underwriting digunakan tabel usia dan tabel pemeriksaan kesehatan. Semakin tua usia dan semakin buruk latar belakang kesehatan calon peserta, maka ketentuan untuk pembayaran premi juga semakin tinggi, karena risiko yang diperkirakan juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil seleksi risiko tersebut, tertanggung diharuskan membayarkan sejumlah tambahan premi (ekstra premi) atas kondisi kesehatan dan pekerjaannya. b. Perusahaan
tidak
menetapkan
pembayaran tabarru’ bagi
semua
prosentase produk
yang syariah
tetap Allianz
untuk Life
80
Indonesia. Perhitungan tabarru’dilakukan setelah mengetahui hasil underwriting,
khususnya
pertimbangan mengenai
usia,
jenis
kelamin, dan jumlah premi yang dibayarkan. Sehingga setiap peserta memiliki kewajiban bayar premi tabarru’ dengan jumlah yang berbeda-beda. c. Khusus untuk klaim pada tahun pertama polis, tabarru’ milik peserta dalam posisi minus karena baru dibayarkan mulai bulan ke-13. Apabila terjadi klaim dalam tahun pertama polis maka dana klaim akan dibayarkan melalui pinjaman dari PT. Asuransi Allianz Life Indonesia Cabang Syariah. Perlu diketahui, bahwa istilah “cabang syariah” setelah kalimat Allianz Life Indonesia merupakan istilah yang tertulis dalam surat perjanjian (akad). Walaupun dalam kenyataannya tidak ada Allianz Life Indonesia Cabang Syariah, karena yang ada adalah produk syariah dari Allianz Life Indonesia. Mengenai hal ini juga tersirat dari penjelasan Bpk. Supriyono berikut: “…jika ada kematian diantara peserta, maka yang nanggung resiko kematian tersebut ya sesama peserta juga, yang saya bilang tadi lho mbak…tanggung renteng. Nah, kalau semisal, rekening peserta dalam keadaan minus, maka disini Allianz Life yang meminjami dana kepada rekening peserta, yang nantinya peserta mengembalikan lagi kalau ada surplus rekening peserta. Nah, manajamen konvensional sama manajemen syariah punya link dengan Allianz Life yang memberi suntikan dana tadi…” Pernyataan responden diatas telah menggambarkan secara eksplisit bahwa yang memberikan
pinjaman
dana
adalah
Allianz
Life
81
Indonesia dan bukan Allianz Life Indonesia Cabang Syariah. d. Setelah perusahaan menerima premi dari peserta, maka premi tersebut akan dialokasikan ke sejumlah investasi, dimana jenis investasi dipilih sendiri oleh peserta dan perusahaan berperan sebagai manajer investasi. Jenis-jenis investasi tersebut adalah: 1. Allisya Fixed Income: deposito syariah, reksadana pendapatan tetap syariah, dan obligasi syariah. 2. Allisya Balanced Fund Rupiah: deposito syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, dan reksadana saham syariah. 3. Allisya Cash Fund Rupiah: deposito syariah atau reksadana syariah dan obligasi syariah dibawah satu tahun
82
BAB IV MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA
A. Sistem Operasional asuransi syariah berdasarkan akad Dalam bab ini Mekanisme operasional yang ada dilapangan selanjutnya dianalisis kesesuaiannya dengan prinsip syariah, dimana ada enam hal penting mengenai mekanisme operasional yang menjadi pembeda antara operasional perusahaan asuransi syariah dan perusahaan asuransi konvensional. Enam hal tersebut adalah mengenai; kedudukan akad antara peserta dan perusahaan dalam transaksi, konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim, pelaksanaan manejemen risiko, prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah), pengelolaan
dana
investasi,
serta
peran
Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Sub bab berikutnya merupakan analisis dari masing- masing mekanisme operasional tersebut. 1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi. Fungsi dari lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai penerima amanah untuk mengelola dana- dana yang dipercayakan oleh pemilik dana. Sehingga hal ini menentukan posisi peserta asuransi dalam
82
83
perjanjian (akad), dimana peserta asuransi merupakan pihak yang menjadi pemilik dana sepenuhnya (shahibul maal), sementara perusahaan hanya sebagai fasilitator untuk menjaga dan mengelola dana mereka (mudharib). Hal ini berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang memposisikan peserta sebagai pembeli produk berupa polis dan perusahaan sebagai penjual, berdasarkan akad jual-beli. Polis tersebut merupakan bentuk bukti bahwa risiko telah dialihkan kepada perusahaan dengan konsekuensi peserta asuransi harus membayar sejumlah premi kepada perusahaan. Sehingga seringkali dalam proses pemasarannya, perusahaan asuransi konvensional bertumpu pada penjualan produk-produk yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut, maka proses marketing perusahaan asuransi syariah seharusnya lebih berorientasi terhadap penawaran keikutsertaan untuk saling menanggung dengan peserta lain, pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam jangka waktu tertentu. Jika dilihat dari proses pemasarannya, produk PT. Asuransi Takaful Keluarga, khususnya
produk
Takafulink,
menempatkan
peserta
dan
perusahaan dalam akad pada posisi yang tepat secara syariah. Hal ini dapat digambarkan melalui tahap- tahap marketing dan proses terbentuknya akad pada produk Takafulink. Pada saat masa pra- transaksi, ada hal penting yang harus dilakukan staf marketing kepada calon peserta asuransi, dimana marketing perusahaan diharuskan menginformasikan dan menerangkan isi syarat umum polis secara detail kepada calon peserta. Lebih lanjut lagi, bahwa
84
dalam Pasal (1) Syarat Umum Polis Individu PT. Asuransi Takaful Keluarga memuat tentang pengertian istilah- istilah dalam asuransi syariah, termasuk diantaranya mengenai pengertian peserta dan perusahaan. Dalam pasal tersebut, yang dimaksud dengan Peserta adalah pemegang polis yang bertindak sebagai shohibul maal (pemilik dana) yang mengadakan perjanjian. Sementara itu, yang dimaksud dengan Perusahaan adalah PT. Asuransi Takaful Keluarga sebagai pemegang amanah. Dengan demikian sebelum peserta melakukan transaksi, peserta telah diyakinkan terlebih dahulu bahwa pihaknya bukanlah sebagai pembeli produk yang dijual perusahaan, melainkan sebagai pemilik dana sepenuhnya. Hal itu juga dimantapkan dengan adanya dasar-dasar perjanjian (akad) yang harus dibaca, dipahami, untuk kemudian ditandatangani oleh peserta, jika ada kesepakatan. Diantara dasar-dasar perjanjian tersebut memuat akad tertulis yang menyatakan kesediaan peserta untuk memberikan kuasa kepada PT. Asuransi Takaful Keluarga untuk mengikuti program Asuransi Takafulink, berdasarkan prinsip wakalah bil- ujrah. Dengan prinsip tersebut, peserta merupakan pihak pemilik dana yang mempercayakan dananya kepada perusahaan untuk dikelola melalui berbagai portofolio investasi, dan kemudian peserta memberikan ujrah (komisi/ biaya pengelolaan) kepada perusahaan. Disamping itu, dalam proses marketing pihak perusahaan senantiasa menekankan bahwa risiko kematian ditanggung
oleh
kumpulan
peserta
sendiri atas dasar asas tolong–menolong, melalui pembayaran dana
85
tabarru’ yang diambil dari dana yang disetor calon peserta dan dikelola oleh perusahaan. Hal ini berarti akad yang dilakukan telah memposisikan peserta sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi syariah untuk mengelola premi dan perusahaan sebagai wakil (pengelola dana). Hal itu dilakukan tanpa paksaan karena sebelumnya peserta telah diwajibkan untuk membaca dan memahami secara seksama isi dari akad tertulis, bahkan terdapat juga surat pernyataan bahwa peserta telah benarbenar paham akan hal itu, sebelum menandatangani kontrak (akad). Begitupula yang terjadi dalam fungsi pemasaran dan proses pembentukan kontrak (akad) produk Allisya Protection dan semua produk syariah dari Allianz Life Indonesia (dimana mereka menyebut perusahaan dengan sebutan “Allianz Life Indonesia Cabang Syariah”). Keduanya mencerminkan kejelasan posisi dalam akad antara peserta dan perusahaan secara syariah, yaitu peserta merupakan pemilik dana sepenuhnya sementara perusahaan berkewajiban mengolah dana yang dipercayakan peserta kepada perusahaan melalui berbagai investasi. Sama dengan PT. Asuransi Takaful Keluarga, Allianz Life Indonesia dalam usaha pemasaran produk syariahnya, selalu
menekankan
kepada
calon
peserta
bahwa
Allianz
syariah
merupakan pihak yang akan mengelola dana sesuai syariah. Dalam hal ini agen diwajibkan untuk menjelaskan kepada calon peserta, bahwa walaupun premi dibayarkan kepada perusahaan, akan tetapi perusahaan hanya mengelola dana premi tersebut dan keuntungannya diberikan kepada peserta
86
setelah dipotong biaya dan komisi yang telah disetujui, serta dana tabarru’ yang telah ditetapkan perusahaan. Disamping itu, dalam proses perjanjian calon peserta diwajibkan membaca akad yang diajukan pihak perusahaan untuk kemudian menandatanganinya jika telah memahami akad tersebut serta menyetujuinya. Salah satu isi dari akad tersebut adalah pernyataan dan persetujuan calon peserta untuk memberikan kuasa kepada Asuransi Allianz Life Indonesia, untuk mengelola dana dan melakukan transaksi atas nama peserta, serta bersedia membayar biaya atas jasa- jasa tersebut berdasarkan prinsip wakalah bil- ujrah . Artinya, perusahaan bukan sebagai pihak yang menjual polis asuransi yang siap menanggung risiko di masa yang akan datang, akan tetapi sebagai pengelola dana, yang mana nantinya risiko yang terjadi tetap ditanggung oleh kumpulan peserta, dalam hal ini risiko yang dimaksud adalah risiko kematian. Sehingga dilihat dari proses marketing dan proses terbentuknya akad, produk Allisya Protection telah menempatkan peserta dan perusahaan pada posisi yang benar secara syariah. Walaupun demikian, Allianz Life Indonesia memiliki perbedaan dengan Asuransi Takaful Keluarga dalam hal peran perusahaan. Dalam hal ini, Allianz Life Indonesia juga berperan sebagai penyuntik dana jika terjadi kekurangan pembayaran santunan peserta dalam proses ta’awun., dikarenakan rekening khusus milik seluruh peserta minus. Hal tersebut tidak terjadi dalam operasional Asuransi Takaful Keluarga karena pembayaran premi untuk produk Takafulink dilakukan bersamaan pembayaran premi dasar tahun
87
pertama sampai dengan tahun ke delapan. Berbeda dengan Allianz Life Indonesia dalam produk Allisya Protection, dimana tabarru’ baru dibayarkan pada bulan ke-13 pembayaran premi hingga masa polis berakhir, sehingga jika terjadi klaim pada tahun pertama polis maka dana klaim yang akan dibayarkan merupakan pinjaman dari PT. Asuransi Allianz Life Indonesia. Dilihat dari bentuk pinjaman, yaitu didasarkan pada prinsip alqardh, hal tersebut masih dibenarkan secara syariah karena pinjaman itu merupakan bentuk bantuan perusahaan yang dilakukan tanpa unsur riba dan bantuan tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab mereka untuk mengelola dana dengan sebaik-baiknya. Kemudian pada akhirnya, secara bersama- sama para peserta asuransi mengembalikan dana yang dipinjam dengan menggunakan dana surplus underwriting milik peserta yang akan datang. Oleh karena itu, jika hanya dilihat dari peran perusahaan sebagai penyuntik dana, maka operasional ini masih dapat dikatakan sejalan dengan prinsip syariah. Perbedaan yang kedua adalah mengenai usia masuk calon tertanggung yang kemudian membawa dampak ketidakjelasan status peserta, yang pada akhirnya menciptakan ketidakjelasan akad. Syarat kepesertaan dalam Asuransi Takaful Keluarga (Takafulink) adalah seseorang yang sehat jasmani dan rohani dengan usia masuk calon tertanggung 17 s/d 60 tahun, sedangkan pada Allianz Life Syariah (Allisya Protection) usia masuk calon tertanggung adalah 1 bulan s/d 70 tahun. Ketentuan untuk produk Allisya
88
Protection menetapkan bahwa calon tertanggung yang berusia 1 bulan s/d 18 tahun dapat diwakilkan oleh orang tua wali atau oleh pihak yang ditunjuk sebagai pemegang polis. Dengan demikian pada produk Takafulink, setiap calon tertanggung merupakan calon pemegang polis (peserta), sedangkan pada produk Allisya Protection setiap calon tertanggung belum tentu merupakan calon pemegang polis (peserta). Seperti diketahui sebelumnya bahwa baik pada produk Takafulink maupun produk Allisya Protection, akad ditandatangani atas nama peserta asuransi, sehingga semua pernyataan
yang
ada
dalam
akad
adalah bentuk persetujuan peserta
asuransi. Hal ini menciptakan ketidakjelasan akad ketika calon tertanggung bukanlah pemegang polis (peserta), dimana pernyataan untuk menjadi anggota kumpulan peserta ta’awun dan kesanggupan berbagi risiko dengan peserta lain dilakukan oleh peserta, sementara pihak yang memiliki risiko sebenarnya adalah calon tertanggung. Sehingga dapat dikatakan bahwa, penentuan usia calon tertanggung yang demikian akan menimbulkan ketidakjelasan akad, dimana kerelaan dan keikhlasan calon tertanggung tidak diketahui. Padahal kerelaan (al-ridha) merupakan salah satu dari prinsip dasar terbentuknya akad dalam asuransi syariah. Disamping itu, merujuk pada konsep ta’awun pada asuransi syariah, maka itikad buruk dan kecurangan sangat mungkin terjadi ketika perusahaan memperbolehkan calon tertanggung diwakili oleh pihak lain, dalam hal ini adalah pemegang polis. Konsep ta’awun merupakan konsep yang tercipta berdasarkan keinginan untuk saling menolong sesama
89
peserta, dimana setiap peserta menjadi penanggung bagi semua peserta. Konsep ini secara otomatis mendorong setiap peserta untuk melakukan pencegahan risiko dan mengelola risiko masing- masing dengan baik. Akan tetapi jika calon tertanggung bukanlah peserta yang menyetujui akad, maka moral hazard dalam transaksi akan rawan terjadi, yaitu keadaan dimana ada pihak- pihak yang dengan sengaja mengambil keuntungan dari terjadinya risiko peristiwa yang tidak diinginkan terhadap calon tertanggung, mengingat calon tertanggung yang sebenarnya ditanggung risikonya bukanlah peserta yang terlibat secara langsung dalam akad. 2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim. Berikut merupakan analisis bagaimana prinsip syariah diterapkan dalam hal penetapan biaya premi dan penetapan dana klaim, yang masingmasing dianalisis dalam dua bagian yang berbeda. a. Penetapan Biaya Premi Prinsip- prinsip dasar asuransi syariah dalam menetapkan biaya premi harus terdapat tiga hal penting yaitu, adanya unsur kerelaan (alridha), kejelasan dana (tidak adanya unsur gharar) dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan (tidak ada unsur maisir). Disamping itu, penetapan biaya premi menurut prinsip syariah harus memasukkan unsur tabarru’ di dalamnya.
90
Dalam menetapkan premi minimum dan premi maksimum produk Takafulink, Asuransi Takaful Keluarga menggunakan konsep Hukum Bilangan Besar melalui tabel mortalita, dimana informasi usia, jenis kelamin dan kesehatan sangat dibutuhkan. Informasi tersebut digunakan untuk memprediksi dana santunan, yang kemudian digunakan sebagai dasar perhitungan dana tabarru’ yang menjadi bagian dari premi. Perhitungan premi dilakukan dan ditetapkan oleh perusahaan, dimana untuk produk Takafulink ditawarkan minimal premi sebesar Rp. 1.000.000 dan maksimum Rp. 8.000.000 untuk premi tahunan, serta minimum premi sebesar Rp.8.000.000 dan maksimum Rp. 64.000.000 untuk premi sekaligus. Ketetapan premi tersebut kemudian ditawarkan kepada calon peserta untuk kemudian mendapatkan kesepakatan. Pada proses ini, peserta tidak dilibatkan dalam penetapan premi, sehingga peserta tidak mengetahui bagaimana angka 7,5% dan 1,25% dari premi untuk membayar dana tabarru’ ditetapkan. Berkaitan dengan hal ini, ketika peneliti menanyakan kenapa dana tabarru’ yang dibayarkan peserta ditetapkan sampai pembayaran premi tahun ke-8 dan apakah peserta terlibat dalam proses penetapan biaya tersebut, maka Bpk. Nastain selaku responden menjawab: “…itu ada prosesnya mbak, dengan menggunakan tabel mortalita, dalam tabel itu ada keterangan-keterangan mengenai usia, jenis kelamin, dan kesehatan peserta, yang bisa digunakan untuk memprediksi risiko dan dana santunan yang dikeluarkan nanti…perusahaan yang menetapkan dan
91
ditawarkan kepada calon peserta…” Sama halnya dengan produk Takafulink, Allisya Protection milik Allianz Life Indonesia
juga
menetapkan
premi
minimum
dan
premi maksimum dengan menggunakan tabel mortalita, dimana semakin tinggi usia maka premi dasar yang ditetapkan juga semakin besar, akan tetapi disini perhitungan dana tabarru’ terpisah dari premi. Pemotongan dana tabarru’ dilakukan dari nilai unit milik peserta {dana investasi + hasil investasi- (komisi + biaya}, dan dilakukan mulai bulan ke 13 sejak premi diterbitkan. Di awal perjanjian dalam produk Allisya Protection ini, pihak perusahaan juga menawarkan pembayaran premi secara berkala dengan jumlah minimum yang telah ditetapkan, untuk kemudian memperoleh kesepakatan dengan calon peserta. Sejauh tahap ini prinsip al-ridha
masih
diterapkan,
yaitu
keikhlasan
peserta
untuk
menginvestasikan sejumlah dana dengan minimal tertentu. b. Penetapan Dana Klaim Hal terpenting dari prosedur biaya klaim yang sesuai syariah adalah diterapkannya prinsip kejelasan dana atau tidak adanya unsur gharar. Sehingga konsep dana hangus yang ada dalam asuransi konvensional tidak diperbolehkan dalam asuransi syariah. Selain itu, klaim atas akad tijarah dan akad tabarru’ sepenuhnya merupakan hak peserta. Sehingga kesesuaian prosedur dana klaim dengan prinsip syariah dapat dilihat
92
melalui manfaat produk yang diberikan, dimana hal itu mencerminkan hak-hak peserta yang harus dipenuhi perusahaan. Pada produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga, tidak mengenal konsep dana hangus ketika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir. Hal ini dikarenakan ketika peserta mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir, maka peserta akan mendapatkan dana investasi yang terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun peserta mengundurkan diri. Pada kasus tersebut, dana tabarru’ yang telah dibayar peserta tidak dikembalikan, karena telah disepakati dan diikhlaskan di awal perjanjian untuk dimasukkan kedalam rekening tabarru’ sebagai dana kebajikan. Disamping itu, jika peserta meninggal dunia dalam masa polis, maka ahli waris peserta memperoleh dana investasi yang telah terkumpul dan hasil investasinya ditambah dana santunan yang diambil dari rekening tabarru’ peserta. Dan jika peserta hidup sampai masa polis berakhir, maka peserta mendapatkan dana investasi terkumpul ditambah hasil investasi sampai tahun terakhir perjanjian.
Dengan demikian sesuai prinsip syariah, klaim atas akad
tijarah dan akad tabarru’ dalam produk takafulink sepenuhnya merupakan hak peserta, namun tentu saja setelah dikurangi komisi dan biaya- biaya transaksi yang telah disepakati. Pada produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia juga tidak mengenal adanya dana hangus, ini dikarenakan adanya fasilitas withdrawl.
93
Fasilitas tersebut memungkinkan peserta untuk melakukan penarikan dana investasi yang dapat dilakukan sewaktu-waktu, termasuk ketika peserta ingin mengundurkan diri sebelum masa polis berakhir. Fasilitas withdrawl tersebut mencerminkan bahwa klaim atas akad tijarah adalah hak penuh peserta. Dan hak atas akad tabarru’ dicerminkan melalui manfaat yang diperoleh nasabah ketika meninggal dunia, yaitu sebesar uang pertanggungan ditambah nilai investasi, dalam hal ini uang pertanggungan yang dimaksud terdiri dari dana investasi yang terkumpul dan dana santunan yang diambil dari rekening tabarru’. 3. Pelaksanaan manejemen risiko Salah satu prinsip akad dari asuransi berbasis syariah adalah prinsip ta’awun (tolong menolong) dan bukan prinsip jual- beli. Hal ini berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang menerapkan prinsip jual beli dalam transaksinya, dimana risiko di masa yang akan datang dialihkan dari peserta kepada perusahaan, dengan kompensasi perusahaan menerima pembayaran premi dari peserta. Sistem pengendalian risiko semacam ini disebut dengan sistem risk transfer. Sehubungan dengan itu, untuk menerapkan prinsip ta’awun dalam asuransi syariah, diterapkan sistem risk sharing dalam usaha pengendalian risikonya. Sistem risk sharing merupakan bentuk usaha saling menanggung risiko diantara sesama peserta, dan sistem ini diimplementasikan melalui akad tabarru’. Penerapan akad tabarru’
94
harus dilakukan secara tepat sesuai dengan prinsip dasar asuransi syariah, khususnya mengenai prinsip kerelaan (al-ridha) dari peserta asuransi dan tidak adanya unsur maisir. Dan yang tidak kalah penting adalah, bahwa dalam prinsip asuransi syariah, akad tabarru’ tidak boleh diubah menjadi akad tijarah, sehingga akad harus menerapkan bahwa dana tabarru’ sepenuhnya adalah untuk kepentingan tolong menolong sesama peserta asuransi. Asuransi Takaful Keluarga, khususnya untuk produk takafulink, telah menerapkan adanya akad tabarru’. Sebelum menandatangani kontrak (akad tertulis), calon peserta diwajibkan membaca dan memahami secara seksama akad tertulis mengenai kesanggupan peserta untuk membayar premi tabarru’, yang nantinya premi tabarru’ tersebut akan dikelola oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dalam rekening khusus sebagai dana kebajikan untuk tolong menolong diantara peserta yang mengalami musibah. Pada tahapan ini, penerapan akad tabarru’ mencerminkan adanya prinsip kerelaan (al-ridha), karena peserta telah mengetahui tentang keberadaan akad tabarru’ beserta hak dan kewajiban yang timbul, sebelum menyetujui dan melaksanakan akad. Sehingga uang yang disetor oleh peserta asuransi (yang merupakan kewajiban peserta) merupakan dana tabarru’ yang sengaja diniatkan untuk melindungi dirinya dan peserta lain ketika terjadi musibah, dan inilah yang mencerminkan kerelaan peserta untuk melakukan akad tabarru’ tanpa ada paksaan. Disamping itu, dengan mewajibkan peserta membaca dan memahami bahwa dana tabarru’ yang dibayarkan pada akhirnya digunakan
95
untuk menanggung risiko atas dirinya dan peserta lain, dalam hal ini yang dimaksud adalah risiko kematian, maka sampai tahap ini perusahan telah berusaha menghilangkan unsur gharar dalam akad. Hal itu dikarenakan setiap awal transaksi sudah ditekankan adanya kejelasan dana yang digunakan untuk menanggung risiko yang mungkin terjadi. Selama masa perjanjian, PT. Asuransi Takaful Keluarga diberi kuasa oleh peserta asuransi untuk memotong langsung dana investasi peserta sebesar 7,5% dari premi dasar tahunan selama 8 tahun atau 1,25% dari premi dasar sekaligus, yang kemudian dimasukan dalam rekening khusus sebagai dana tabarru’.
Perhitungan
premi
tabarru
dilakukan
perusahaan
dengan
menggunakan konsep “Hukum Bilangan Besar” dengan menggunakan tabel mortalita, untuk memprediksi kemungkinan kerugian di masa depan. Dengan informasi yang diperoleh dari calon peserta, seperti usia, kesehatan dan jenis kelamin, perusahaan dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan timbul pada jenis kelompok yang serupa dan lebih akurat. Dari sini bisa diprediksi berapa jumlah uang yang dibutuhkan untuk dana santunan peserta. Premi tabarru’ dalam produk takafulink ditentukan terlebih dahulu dalam prosentase
yang
sama
untuk semua peserta. Sehingga melalui proses
underwriting, calon peserta yang diterima adalah calon peserta yang memenuhi kriteria yang pantas membayar sejumlah dana tabarru’ yang telah ditetapkan dalam produk takafulink. Dalam hal ini peserta- peserta dalam produk Takafulink memiliki latar belakang kesehatan dan cara hidup
96
yang cenderung sama, serta range usia dari 17 hingga 60 tahun. Pada tahap ini, perusahaan telah berusaha menegakkan prinsip keadilan, dimana dengan menetapkan kelompok yang memiliki kesamaan latar belakang sebagai calon yang diterima sebagai peserta, sementara prosentase pembayaran premi yang diberlakukan adalah sama untuk semua peserta, maka diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan, karena masing- masing peserta menanggung tingkat risiko yang hampir sama dengan pembayaran premi tabarru yang sama pula. Penerapan akad tabarru’ juga dilakukan di dalam mekanisme operasional produk Allisya Protection milik Allianz Life Indonesia. Sama halnya dengan Asuransi Takaful Keluarga, Allianz Life Indonesia Syariah juga mengharuskan calon peserta untuk membaca dan memahami akad tertulis yang salah satu isinya adalah bahwa nantinya calon peserta akan menjadi anggota kumpulan peserta asuransi syariah Allianz bersama dengan para peserta lainnya untuk saling tolong menolong terhadap musibah yang mungkin dialami oleh salah seorang diantara peserta dan untuk itu peserta diwajibkan membayar sejumlah dana tabarru sebagai dana ta’awun. Selain itu pada saat proses marketing, perusahaan juga menjelaskan kepada calon peserta asuransi bahwa dengan berasuransi syariah setiap peserta asuransi akan saling membantu, bekerjasama dan saling bertanggung jawab kepada sesama peserta lain melalui dana kebajikan (tabarru’). Langkah perusahaan untuk meyakinkan calon peserta mengenai adanya prinsip tolong menolong
97
dalam akad
serta kewajibannya membayar dana tabarru’ adalah salah satu
bentuk usaha perusahaan untuk mengedepankan prinsip dasar asuransi syariah, kerelaan (al-ridha), dan menghilangkan unsur paksaan. Namun ada perbedaan penerapan akad tabarru’ antara Allianz Life Indonesia Syariah dengan Asuransi Takaful Keluarga. Perbedaan tersebut terletak pada prosedur penetapan jumlah dan pembayaran premi tabarru’ yang dilakukan oleh peserta. Setiap peserta dalam produk Allisya Protection dikenakan dana tabarru’ yang berbeda- beda jumlahnya disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan jumlah uang pertanggungan, dan dihitung berdasarkan hasil underwriting. Oleh karena itu, diawal perjanjian atau pada saat penandatangan kontrak tidak disebutkan jumlah pasti yang harus dibayarkan peserta untuk dana tabarru’. Hal ini cukup beralasan, karena perusahaan juga menetapkan
perjanjian
agar
peserta
menyetujui
dan
mengikhlaskan
pembagian surplus underwriting (surplus account tabarru’) sebesar 30% serta pembayaran fee sebesar 25% dari dana tabarru’ kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, sementara peserta tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah account tabarru di awal perjanjian. Disamping itu, pemotongan dana tabarru’ untuk keperluan biaya pengelolaan risiko tersebut tentu saja menyalahi prinsip asuransi syariah, dimana akad tabarru’ tidak boleh diubah menjadi akad tijarah serta menyalahi aturan dimana seharusnya dana tabarru’ sepenuhnya untuk dana kebajikan yang menjadi hak peserta, yang digunakan dalam proses ta’awun (saling tolong menolong).
98
4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah) Prinsip mudharabah adalah salah satu prinsip yang membentuk akad asuransi berdasarkan syariah. Berdasarkan Fatwa MUI tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, akad yang terjadi dalam asuransi syariah terdiri dari dua jenis, yaitu akad yang berdasarkan prinsip tijarah dan akad yang berdasarkan prinsip tabarru’. Akad tijarah adalah semua akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, dalam hal ini adalah akad mudharabah. Sementara akad tabarru adalah akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong, dan tentu saja semua akad tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip syariah Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul maal (pemegang amanah). PT. Asuransi Takaful Keluarga, dalam produk Takafulink-nya menerapkan prinsip Wakalah bil Ujrah dalam akad dan proses transaksinya, bukan prinsip mudharabah. Wakalah bil Ujrah, berasal dari gabungan kata “Al- wakalah” dan “al- ujrah”. Wakalah merupakan bentuk transaksi dimana pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi, pemberian imbalan berupa fee atau komisi inilah yang disebut dengan prinsip Al- ujrah. Dalam mekanisme operasional produk Takafulink, peserta
asuransi
memberikan
kuasa
kepada
PT.
Asuransi
Takaful
Keluarga (perusahaan) untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa
99
rekening tabarru' menunjuk
dan
rekening
investasi,
dimana
peserta
asuransi
perusahaan sebagai manajer investasi-nya. Untuk itu sebagai
imbalan berdasarkan prinsip al – ujrah, peserta menyatakan kesediaaanya untuk membayar komisi kepada perusahaan sebesar 3,75% dari Premi Dasar Sekaligus, 32,5% dari Premi Dasar Tahunan pada tahun pertama, dan atau 3% dari Premi Top Up bila dilakukan penambahan premi Top Up. Prosentase komisi tersebut ditetapkan perusahaan berdasarkan nilai jasa yang diberikan perusahaan dalam usaha pengelolaan dana milik peserta, dan biaya – biaya lain yang timbul akibat proses transaksi. Sama halnya dengan produk Takafulink, produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia juga menerapkan prinsip Wakalah bil Ujrah. Dalam operasional produk Allisya Protection, peserta memberikan kuasa kepada PT. Asuransi Allianz Life Indonesia Syariah selaku wakil untuk mengelola dana, risiko dan melakukan transaksi atas nama peserta. Untuk itu peserta bersedia membayar komisi kepada perusahaan yang dilakukan secara berkala, bersamaan dengan pembayaran premi berkala sampai tahun ke-5. Ketentuan jumlah premi dilakukan oleh perusahaan, kemudian ditawarkan kepada calon peserta, dimana besar komisi yang ditetapkan adalah sebesar 30% dari premi dasar tahun ke-1 sampai tahun ke-2 serta sebesar 5%dari premi dasar untuk tahun ke-3 sampai tahun ke-5. Sementara komisi untuk premi tambahan (premi Top Up) adalah sebesar 1,5% dari premi dasar. Sama halnya dengan produk Takafulink, pada produk Allisya Protection peserta
100
juga tidak mempunyai pilihan selain membayar komisi yang telah ditetapkan oleh perusahaan, meskipun jumlah yang dibayarkan dinilai tidak sesuai dengan nilai jasa yang diberikan perusahaan kepada peserta. Dari keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa konsep mudharabah tidak diterapkan dalam operasional kedua perusahaan., baik Asuransi Takaful Keluarga maupun pada Allianz Life Indonesia. Walaupun konsep wakalah bil-ujrah merupakan salah satu dari prinsip transaksi berdasarkan syariah, akan tetapi jika pelaksanaannya masih mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan syariah, maka hal itu tidak dibenarkan. Konsep tersebut akan sulit diterapkan dalam usaha asuransi syariah, mengingat sulitnya menemukan titik kesepakatan antara peserta dan perusahaan mengenai nilai jasa yang sulit diukur. Konsep wakalah bil ujrah sesuai jika diterapkan antara individu-individu dalam transaksi tertentu, dan bukan antara individu dan perusahaan. Maka usaha asuransi syariah seharusnya menerapkan konsep mudharabah, mengingat transaksi investasi secara kolektif antara individu dan perusahaan lebih mudah mencapai keadilan dengan jalan berbagi untung dan rugi. Sehingga adil jika peserta untung dalam investasinya perusahaan juga mengalami kuntungan, dan sebaliknya. Berbeda dengan wakalah bil ujrah yang diterapkan oleh Asuransi Takaful Keluarga dan Allianz Life Indonesia, dimana peserta harus membayar komisi yang ditetapkan perusahaan meskipun dalam keadaan merugi dalam kegiatan investasinya.
101
B. Pengelolaan Dana Investasi Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi, dimana berdasarkan prinsip syariah, alokasi investasi harus berada pada sektorsektor investasi yang tidak bertantangan dengan Islam, yaitu investasi yang bebas riba’. Untuk Asuransi Takaful Keluarga, data terbaru yang diperoleh, yaitu data tahun 2009, menggambarkan bahwa 60% dari total nilai investasi dari dana terkumpul ditempatkan pada Deposito Mudharabah, 14% dalam bentuk Tanah dan Bangunan, 21% dalam bentuk Reksadana Syariah dan Sukuk, serta 5% dalam bentuk investasi lainnya, termasuk pembiayaan Murabahah dan Mudharabah. Disini peserta asuransi menentukan sendiri jenis investasinya dan menunjuk perusahaan sebagai manajer investasi. Hasil investasi yang dibukukan ke rekening peserta setiap tahun akan diperhitungkan dengan zakat maal atas dana tersebut. Sementara untuk Allianz Life Indonesia Syariah, data terbaru yang diperoleh adalah data bulan Desember tahun 2009 yang menjelaskan tentang proporsi alokasi investasi dari tiga jenis portofolio yang berbeda, yang dipilih oleh peserta asuransi. Berikut merupakan rincian pengelolaan dana investasi yang terdiri dari 3 jenis portofolio tersebut: a. Allisya Cash Fund, rincian portofolio: Reksadana Syariah (0,00%), Kas/ Deposito Syariah (100%)
102
b. Allisya Fixed Income, rincian portofolio: Kas/Deposito Syariah (7,20%), Reksadana Pendapatan Tetap Syariah (92,80%) c. Allisya Balanced Fund, rincian portofolio: Reksadana Saham Syariah (97%), Reksadana Pendapatan Tetap Syariah (0,00%), Obligasi Syariah di bawah 1 tahun (0,00%), Kas/ Deposito Syariah (3,00%) Oleh karena itu dengan mengamati rincian portofolio dari Asuransi Takaful Keluarga dan Allianz Life Indonesia, dapat dikatakan bahwa kedua perusahaan asuransi tersebut menempatkan dana milik peserta asuransi ke sektor-sektor investasi yang memenuhi prinsip syariah dan sesuai dengan landasan operasional Asuransi Syariah di Indonesia.
C. Pemantauan Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional Salah
satu
hal
yang
tidak
terdapat
pada
Perusahaan
Asuransi
Konvensional adalah adanya Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional
yang bertugas untuk mengawasi dan menjamin agar operasional
perusahaan tetap sesuai dengan prinsip syariah. Baik pada PT. Asuransi Takaful Keluarga maupun PT. Allianz Life Indonesia Syariah terdapat pemantauan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Sehingga Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia Divisi Syariah juga telah memenuhi persyaratan penting untuk menjadi lembaga keuangan berbasis syariah.
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data melalui metode analisis deskriptif, dimana dalam proses analisis telah dilakukan dua tahapan dasar yaitu, reduksi data dan penyajian data, yang kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif, pada akhirnya diperoleh beberapa kesimpulan. Dan berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini: 1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia khususnya pada produk Takafulink dan Allisya Protection sudah sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini terlihat dari akad yang diterapkan pada kedua produk tersebut, yaitu akad wakalah bil ujrah yang memposisikan peserta sebagai muwakil yaitu nasabah yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi syariah untuk mengelola premi, sementara perusahaan asuransi syariah bertindak atas nama wakil nasabah yang disebut sebagai wakil. 2. Penetapan Biaya Premi pada produk Takafulink dan Allisya Protection sudah sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini terlihat bahwa dalam penetapan biaya premi tersebut tidak mengandung unsur gharar dan maisir. Tetapi disini terdapat sedikit kejanggalan dalam pembayaran biaya premi tabarru’ pada produk Allisya protection, dimana pada produk tersebut pembayaran biaya 103
104
premi tabarru’ baru dimulai pada bulan ke-13 sejak premi diterbitkan. 3. Penetapan dana klaim dalam produk Takafulink dan Allisya Protection tidak
mengenal
adanya “dana hangus”. Disamping itu, peserta juga
memperoleh hak atas manfaat transaksi, berupa klaim dari akad tijarah dan akad tabarru’ setelah dikurangi komisi dan biaya untuk akad tijarah. Hal ini telah sesuai dengan prinsip syariah. 4. Pelaksanaan manejemen risiko pada PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Syariah Aliianz Life Indonesia, melalui produk Takafulink dan Allisya Protection telah menerapkan akad tabarru’ sebagai bentuk dari implementasi konsep risk sharing, konsep yang diperbolehkan menurut syariah. 5. Prinsip transaksi yang diterapkan dalam prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil pada produk Takafulink dan Allisya Protection adalah prinsip wakalah bil ujrah. Dimana peserta asuransi memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa rekening tabarru’ dan rekening investasi dimana peserta asuransi merujuk perusahaan sebagai manejer investasinya. Untuk itu sebagai imbalan berdasarkan prinsip al-ujrah peserta menyatakan kesediaannya untuk membayar komisi kepada perusahaan. Hal demikian sudah sesuai dengan prinsip syariah. 6. Pengelolaan dana investasi dilakukan oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Syariah Aliianz Life Indonesia dengan mengalokasikan dana investasi ke berbagai instrumen yang berbasis syariah, seperti Deposito
105
Mudharabah, Tanah dan Bangunan, Reksadana Syariah dan Sukuk, pembiayaan Murabahah dan Mudharabah, Kas/ Deposito Syariah, Reksadana Pendapatan Tetap Syariah, dan Obligasi Syariah.. Hasil investasi yang dibukukan ke rekening peserta setiap tahun akan diperhitungkan dengan zakat maal atas dana tersebut. Pemungutan dana tersebut telah sesuai dengan prinsip syariah. 7. Dewan Pengawas Syariah menjadi bagian intern struktur organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, yang bertugas melakukan meeting secara rutin dengan jajaran manajemen untuk membahas isi-isi tentang operasional perusahaan serta mengesahkan laporan keuangan perusahaan. Dan pada PT. Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, perusahaan membuka akses kepada peserta agar dapat terhubung dengan Dewan Pengawas Syariah, untuk mengarahkan kinerja perusahaan agar selalu sejalan dengan prinsip syariah. Perbandingan mengenai penerapan konsep syariah menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Syariah, dapat dilihat melalui lampiran. B. Saran Merujuk pada hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
106
1. Perusahaan asuransi syariah yang telah menggunakan image syariah sebaiknya memperbaiki mekanisme operasional-nya agar sesuai dengan image yang ditawarkan kepada masyarakat. 2. Dan seharusnya masyarakat juga bisa lebih kritis mengkoreksi tentang penerapan prinsip syariah pada usaha perasuransian syariah, dalam hal ini sangat bergantung juga pada usaha perusahaan untuk mempublikasikan secara intensif dan detail mengenai program-program yang ditawarkan serta prosedur yang menyertainya, kepada publik. 3. Tidak kalah penting adalah perbaikan fungsi dari Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah, agar pemantauan lebih ketat dilakukan serta pemberian sanksi kepada perusahaan asuransi yang tidak melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA , Fatwa Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. , Surat Keputusan Dirjen Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/ LK/ 2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah, dalam http://www.djlk.depkeu.go.id/asuransi/hal_301.htm , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Astiwara, Endy M. 2001. Perbedaan Secara Syariah Asuransi Takaful Dengan Asuransi Konvensional. Muamalatuna. Vol. I/Edisi I/Th. I/25 Mei. Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta : Prenada Media Antonio, Muhammad Syafi’i. 1994. Prinsip Dasar Asuransi Takaful, Dalam Arbitrase Islam Di Indonesia. Jakarta: BAMI Baraba, Achmad. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses melalui www.google.com. Daniel, Moehar: 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara Dewi,
Gemala. 2004. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
dan
Huggins, Kenneth. 1992. Operations of Life and Health Insurance Companies (terjemahan: Yayasan Dharmaputera). Jakarta: Yayasan Bumiputera. Khamis, Masyhuril. 2000. Takaful, Asuransi Syariah, Suatu Solusi. Jakarta
Perbandingan penerapan Konsep Syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI Antara Operasional Asuransi Takaful keluarga & Asuransi Allianz Life Indonesia No 1.
Konsep Syariah Menurut Fatwa DSN – MuI Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi
2.
Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan dana klaim
3.
Pelaksanaan manejemen risiko
4.
Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil
Impelementasi Asuransi Takaful Keluarga Alianz Life Indonesia Produk Takafulink menerapkan prinsip wakalah Produk Allisya Protection menerapkan prinsip bil ujrah, peserta sebagai muwakil yaitu nasabah wakalah bil ujrah, peserta sebagai muwakil yang mewakilkan kepada perusahaan asuransi yaitu nasabah yang mewakilkan kepada untuk mengelola premi dan perusahaan asuransi perusahaan asuransi untuk mengelola premi dan sebagai wakil yaitu pengelola dana. perusahaan asuransi sebagai wakil yaitu pengelola dana. Tetapi disini perusahaan Allianz Life Indonesia juga berperan sebagai penyuntik dana jika terjadi kekurangan pembayaran dana santunan peserta dalam proses ta’awun. Premi tabarru’ dibayarkan sejak pembayaran Premi tabarru’ dibayarkan mulai bulan ke-13 premi dasar tahun pertama hingga tahun ke-8 sejak premi diterbitkan sedangkan penetapan dan penetapan dana klaim berasal dari akad dana klaim berasal dari akad tijarah dan akad tijarah dan akad tabarru’ setelah dikurangi tabarru’ setelah dikurangi komisi dan biaya komisi dan biaya untuk akad tijarah. untuk akad tijarah. Produk Takafulink telah menerapkan akad Dalam produk Allisya Protection telah tabarru’ sebagai bentuk implementasi konsep diterapkan adanya akad tabarru’ sebagai wujud sistem risk sharing. risk sharing Peserta asuransi memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dana yang ia miliki, yang berupa rekening tabarru’ dan rekening investasi dimana peserta asuransi merujuk perusahaan sebagai manejer investasinya. Untuk itu sebagai imbalan peserta menyatakan kesediaannya untuk membayar komisi kepada perusahaan
Peserta membayarkan ujrah kepada perusahaan sebagai kompensasi yang telah mengelola dana, risiko dan telah melakukan transaksi atas nama peserta.
Lanjutan No 5.
6.
Konsep Syariah Menurut Fatwa DSN – MuI Pengelolaan dana investasi
Impelementasi
Asuransi Takaful Keluarga Dana investasi dialokasikan ke berbagai instrumen berbasis syariah, seperti Deposito Mudharabah, Tanah dan Bangunan, reksadana syariah dan Sukuk serta Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Peran Dewan Pengawas Dewan Pengawas Syariah menduduki posisi Syariah dan Dewan Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris dan di atas Nasional Dewan Direksi. Dewan Pengawas Syariah melakukan meeting secara rutin untuk membahas tentang operasional perusahaan serta mengesahkan laporan keuangan perusahaan.
Alianz Life Indonesia Dana investasi dialokasikan ke berbagai instrumen berbasis syariah, seperti Reksadana Syariah, Kas / Deposito Syariah, Reksadana Pendapatan Tetap Syariah dan Obligasi Syariah Manejemen semua produk milik Allianz Life Indonesia dipantau langsung oleh Dewan Pengawas Syariah dan perusahaan juga membuka akses kepada peserta agar dapat terhubung langsung dengan Dewan Pengawas Syariah.