ANALISIS HUKUM ASURANSI SYARIAH DENGAN HUKUM ASURANSI KONVENSIONAL Oleh: Putra Halomoan Hasibuan Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu IAIN Padangsidimpuan Email :
[email protected]
Abstract In generally, insurance is an agreement, which insurer makes a bond with insured by accepting a lot of premium to provide reimbursement to insured for any risk of lack, broke, or losing something which may be experienced as a result of an unexpected event. Implementation of the revenue sharing system of sharia insurance assigned based on agreement both of sharia insurance with their costumer depend of insurance kinds, product and premium classification followed by costumer, while conventional insurance rate system have an interest to be insured, good-faith, balance principle, subrogation principle, and causality.
Kata kunci: Hukum Asuransi Syariah, Konvensional A. Pendahuluan
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.1
Asuransi secara umum adalah perjanjian dimana penanggung membuat ikatan dengan
Dengan mengambil produk asuransi, maka
tertanggung dengan menerima sejumlah premi
seseorang akan menjadi lebih tenang dalam
untuk memberikan suatu penggantian kepada
melakukan aktivitasnya. Seseorang tidak perlu
tertanggung atas suatu risiko kerugian, kerusakan,
memikirkan risiko-risiko yang mungkin timbul
atau kehilangan yang mungkin akan dialami akibat
akibat suatu kejadian, karena sebagian dari
peristiwa yang tidak terduga. Firman Allah SWT
risikonya tersebut telah dialihkan ke perusahaan
dalam surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
asuransi.
Konsep asuransi datang atas kebutuhan tersebut, di mana setiap manusia membutuhkan
ketenangan dalam hidupnya. Umumnya manusia
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
merasakan ketenangan tersebut ketika menyadari
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
bahwa mereka sedang berada pada jalur yang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
mengandung sedikit atau minim risiko.Dan bisnis
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
asuransi ada untuk menjembatani hal tersebut, di mana seseorang dapat mengalihkan risiko yang dihadapinya 1
ke
perusahaan
asuransi.Untuk
Tim Penyusun Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 549.
55
56 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 mendapatkan pertanggungan atas risiko yang
miskin dan
dihadapinya tersebut, seseorang harus membayar
besar.Sistem ekonomi kapitalis membuat bangsa
sejumlah premi kepada perusahaan asuransi yang
Indonesia terseret dalam putaran keuangan kapitalis
mana besarannya tergantung kepada besar kecilnya
yang dahsyat.Sudah cukup lama umat Islam
risiko
Indonesia, demikian pula dunia Islam lainnya
yang
dialihkan
kepada
penanggung
(perusahaan asuransi).
masyarakat kaya
yang semakin
menginginkan sistem perekonomian yang berbasis
Fenomena perekonomian dunia telah berubah
nilai dan prinsip syariah (Islamic Economic System)
dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan
untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek
zaman dan perubahan teknologi.Banyak nilai baru
kehidupan bisnis dan transaksi umat. Keinginan ini
yang dibentuk namun sulit untuk menentukan mana
didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan
yang benar dan mana yang salah, sehingga
Islam secara utuh dan total seperti yang ditegaskan
terkadang membawa kebaikan namun adakalanya
Allah SWT.
menyesatkan.Globalisasi ekonomi yang diwarnai Pada dasarnya melakukan kegiatan ekonomi,
dengan bebasnya arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar negara, telah mengubah suasana kehidupan menjadi individualistis dan persaingan yang amat ketat. Firman Allah dalam surat an-Nisa
yang dalam Islam dikenal dengan muamalah adalah mubah
hukumnya.Karena
melakukan
kegiatan
ekonomi adalah fitrah manusia. Akan tetapi tidak semua kegiatan ekonomi dibenarkan oleh hukum
ayat 29:
Islam,
yakni
apabila
kegiatan
tersebut
menimbulkan ketidakadilan (unjustice), kezaliman, dan merugikan orang lain. Salah satu kegiatan
ekonomi
yang
dilarang
keras
Islam
adalah
menerima keuntungan atau laba dalam suatu
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan
janganlah
Sesungguhnya
kamu Allah
membunuh Maha
dirimu.
Penyayang
kepadamu”.2 Dalam tataran perekonomian dunia, telah terjadi pada kesenjangan ekonomi yang dialami oleh negara miskin dan negara kaya, serta munculnya jurang kesenjangan antara masyarakat
transaksi bisnis atau lainnya tanpa memberikan imbalan yang seimbang.Dalam Islam kegiatan semacam
ini
dinamakan
riba.Menurut
Abdurrahman al-Jaziriy, para ulama sependapat bahwa tambahan atas pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tanggungan waktu tanpa ‘iwad (imbalan) adalah riba. Salah
satu
kegiatan
ekonomi
yang
berkembang dengan pesat dewasa ini adalah asuransi.Namun
sistem
bunga
yang
dipakai
asuransi konvensional menjadi masalah tersendiri bagi umat Islam, di samping itu dalam asuransi konvensional juga dianggap mengandung riba,
2
Ibid., hlm. 84.
gharar dan maisir.Oleh karena itulah, konsep
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 57 asuransi syariah perlu untuk segera dikembangkan
asuransi syariah dan sistem bunga
dan
konvensional, maka penulis ingin membahasnya
sebagaimana
diketahui
bersama
bahwa
kebangkitan kedua sektor keuangan syariah setelah
asuransi
dalam bentuk karya ilmiah
perbankan, dialami oleh asuransi. B. Landasan Teori Mustafa
Ahmad
az-Zarqa
memaknai
1. Pengertian Asuransi Syariah
asuransi adalah sebagai suatu cara atau metode
Istilah asuransi berasal dari kata assurantie
untuk memelihara manusia dalam menghindari
(bahasa
risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan
insurance (bahasa Inggris), yang artinya antara lain
terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan
formal guarantee, the actions or means of ensuring
hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya. Ia
or making certain, guarantee. Asuransi, makna
berpendapat bahwa sistem asuransi adalah sistem
substantifnya adalah sebuah akad yang merupakan
ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk
alat ekonomi untuk memindahkan risiko kepada
menutupi
insurer
kerugian
peristiwa-peristiwa
atau
Belanda)
atau
(perusahaan
kata
assurance
asuransi)
dan
yang
musibah-musibah oleh sekelompok tertanggung
mengharusakannya
kepada orang yang tertimpa musibah tersebut.
nasabah atau kliennya (insured/assured) sejumlah
Penggantian tersebut dari premi mereka.
harta sebagai konsekuensi dari pada akad itu ketika
untuk memberikan
kepada
terjadi bencana maupun kecelakaan sebagaimana Di Indonesia sendiri, asuransi Islam sering dikenal dengan istilah takaful.Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu, yang berarti menjamin atau saling menanggung.Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful dalam pengertian muamalah adalah saling memikul risiko di antara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam digunakan istilah at-takaful al-ijtima’i atau solidaritas yang diartikan sebagai sikap anggota masyarakat Islam yang saling memikirkan, memperhatikan, dan membantu mengatasi kesulitan, anggota masyarakat Islam yang satu merasakan penderitaan yang lain sebagai penderitaannya
sendiri
dan
tertera dalam akad (kontrak), sebagai imbalan dari uang (premium) yang dibayarkan oleh nasabah (insured) secara rutin dan berkala atau secara kontan dari klien atau nasabah tersebut kepada perusahaan asuransi. Definisi asuransi sendiri menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246: “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung. Dengan menerima suatu premi untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu”.3
keberuntungannya Definisi asuransi menurut Undang-Undang
adalah juga keberuntungan yang lain.
Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian: Oleh
karenanya
perbedaan
pendapat
dikalangan para ulama maupun ahli perbankan tersebut tentang pelaksanaan sistem bagi hasil 3
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246
58 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 “Asuransi
atau
pertanggungan
adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
pihak yang mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima
premi,
untuk
memberikan
2. Sejarah Asuransi Syariah Dalam
penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
Islam,
praktik
asuransi
pernah
yang
dilakukan oleh Nabi Yusuf as, yaitu pada saat ia
diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak
menafsirkan mimpi dari rajanya. Tafsiran yang ia
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
sampaikan adalah bahwa Mesir akan mengalami
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
tujuh panen yang melimpah dan diikuti dengan
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
masa delapan tahun paceklik. Untuk menghadapi
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
masa paceklik itu, Nabi Yusuf as menyarankan agar
yang dipertanggungkan.”4
menyisihkan sebagian dari hasil panen pada masa
kerusakan
atau
kehilangan
keuntungan
tujuh tahun pertama, sehingga masa paceklik bisa Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal
ditangani dengan baik.
dengan istilah at-ta’min, penanggung disebut muammin, tertanggung disebut muamman lahu atau
Pada masyarakat Arab sendiri terdapat sistem
musta’min, at-ta’min diambil dari amana yang
‘aqilah yang sudah menjadi kebiasaan mereka sejak
artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa
masa pra-Islam.‘Aqilah merupakan cara penutupan
aman dan bebas dari rasa takut, seperti yang disebut
dari keluarga pembunuh terhadap keluarga korban
dalam QS. Quraisy (106): 4. Pengertian dari at-
(yang
ta’min
atau
terbunuh oleh anggota suku lain, maka keluarga
telah
pembunuh harus membayar diyat dalam bentuk
adalah
menyerahkan
seseorang
uang
membayar
sebagaimana
yang
disepakati atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang.
terbunuh).
Ketika
terdapat
seseorang
uang darah. Konsep asuransi Islam berasaskan konsep
Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001
takaful yang merupakan perpaduan rasa tanggung
telah mengeluarkan fatwa mengenai asuransi
jawab dan persaudaraan antara peserta.Kata takaful
syariah
berasal dari bahasa Arab yang berakar pada
dalam
fatwa
DSN
No.
21/DSN-
MUI/X/2001.Bagian pertama mengenai Ketentuan
takafala-yatakafulu.Ilmu
Umum angka 1, disebutkan pengertian asuransi
memasukkan kata takaful ke dalam bina muta’adi
syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah usaha
yaitu tafaa’ala yang artinya saling menangung atau
saling melindungi dan tolong menolong di antara
saling menjamin.Untuk itu, harus ada persetujuan
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
dari para peserta takaful
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan
sumbangan keuangan sebagai derma (tabarru)
pola
karena Allah semata dengan niat membantu sesama
pengembalian
untuk
menghadapi
risiko
tashrif
atau
sharaf
untuk memberkan
peserta yang tertimpa musibah, seperti kematian, bencana, dan sebagainya. 4
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 59 sebagai cikal bakal asuransi konvensional Dari
Adapun prinsip-prinsip asuransi syariah
al-‘aqilah kebiasaan suku Arab jauh sebelum
adalah sebagai berikut:
Islam a. Saling bertanggung jawab.
oleh
(Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung
c. Saling melindungi dari segala kesusahan.
oleh Rasulullah.
d. Menghindari unsur gharar, maisir, dan, riba.
3.
e. Prinsip pengorbanan dan jaminan, dengan
Sumber
hukum
bersumber
dari
pikiran
manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum
dipakainya konsep tabarru’.
positif, hukun alami, dan contoh sebelumnya.
f. Prinsip keselamatan, kesejahteraan dan
Bersumber dari wahyu Illahi. Sumber hukum
perlindungan.
dalam syariah Islam adalah al-Qur’an, Sunnah
Perbandingan antara asuransi syariah dan
atau kebiasaan Rasul, Ijma’, Fatwa Sahabat,
asuransi konvensional konsep asuransi syariah
Qiyas, Istihsan, ‘Urf ‘tradisi’ dan Mashalih
berbeda dengan konsep asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini, tentunya akan
Mursalah. 4.
mempengaruhi operasional yang dilaksanakan akan sama
disahkan
tertuang dalam konstitusi pertama di dunia
(tolong-menolong).
satu
Kemudian
Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah
b. Saling bekerjasama untuk bantu-membantu
berbeda
datang.
lainnya.
Berikut
selaras dengan syariah Islam karena adanya
adalah
maisir, gharar, dan riba; hal yang diharamkan
perbedaan antara konsep asuransi syariah dengan
dalam muamalah. Bersih dari adanya praktik
konsep asuransi konvensional yang dikemukakan oleh Muhammad Syakir Sula.
“Maghrib” (maisir, gharar, dan riba) tidak
maisir, gharar, dan riba. 5.
DPS (Dewan Pengawas Syariah) tidak ada, sehingga
Perbedaan antara asuransi konvensional dan
dalam
banyak
praktiknya
asuransi syariah dapat diperhatikan pada penjelasan
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’.
berikut:
Ada
yang
pelaksanaan 1.
Konsep perjanjian antara dua pihak atau lebih,dengan
mana
pihak
orang
yang
saling
membantu,
6.
7.
saling
House of London berdirilah Lloyd of London
Akad. Akad jual beli terbagi kepada akad
Jaminan/risk (risiko) transfer of risk, di mana
penanggung. Sharing of risk, di mana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta
Asal usul dari masyarakat Babilonia 4000-
Hamumurabi. Dan tahun 1667M di Coffe
agar
terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada
masing-masing mengeluarkan dana tabarru’.
3000SM yang dikenal dengan Perjanjian
perusahaan
tabarru’ dan mu’awadhah.
menjamin, dan bekerja sama, dengan cara
2.
mengawasi
bertentangan prinsip-prinsip syariah.
menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung. Sekumpulan
operasional
untuk
terbebas dari praktik-praktik muamalah yang
penanggung
mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan
berfungsi
dengan peserta lainnya (ta’awun). 8.
Pengelolaan dana tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving life). Pada produk-
60 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 produk saving life terjadi pemisahan dana,
sebagian yang lainnya mengambil dari sekitar
yaitu dana tabarru’ ‘derma’ dan dana peserta,
20-30 persen saja dari premi tahun pertama.
sehingga
Dengan demikian, nilai tunai tahun pertama
tidak
mengenal
dana
hangus.
Sedangkan untuk term insurance (life) dan
9.
sudah terbentuk.
general insurance semuanya bersifat tabarru’.
13. Sumber pemberdayaan klaim. Sumber biaya
Investasi bebas melakukan investasi dalam
klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai
batas-batas ketentuan perundang-undangan,
konsekuensi
dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya
tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada
objek atau sistem investasi yang digunakan.
nuansa spiritual. Sumber pembayaran klaim
Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan
diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu peserta
perundang-undangan,
tidak
saling menanggung. Jika salah satu peserta
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut
Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat
menanggung bersama risiko.
sepanjang
investasi terlarang.
peserta
perusahaan
terhadap
14. Sistem akuntansi menganut konsep akuntansi
10. Kepemilikan dana. Dana yang terkumpul dari premi
penanggungan
seluruhnya bebas
menjadi
milik
menggunakan
dan
accrual basis yaitu proses akuntansi yang mengikuti terjadinya peristiwa atau keadaan non
kas.
Dan
mengakui
pendapatan,
menginvestasikan ke mana saja. Dana yang
peningkatan, aset, expences dalam jumlah
terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau
tertentu yang baru akan diterima dalam waktu
kontribusi, merupakan milik peserta (shahibul
yang akan datang. Menurut konsep akuntansi
mal),
sebagai
cash basis, mengakui apa yang benar-benar
dalam
telah ada, sedangkan accrual basis dianggap
asuransi
pemegang
syariah
amanah
hanya
(mudharib)
mengelola dana tersebut.
bertentangan dengan syariah karena mengakui
11. Unsur premi. Unsur premi terdiri dari tabel
adanya pendapatan, harta, beban, atau, utang
moralitas, bunga, dan biaya asuransi. Iuran
yang akan terjadi di masa yang akan datang.
atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan
Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi
tabungan (yang tidak mengandung unsur riba).
hanya Allah yang tahu.
Tabarru’ juga terhitung dari tabel moralitas, tapi tanpa perhitungan teknik.
15. Keuntungan
(profit).
Keuntungan
yang
diperoleh dari surplus, komisi, dan hasil
12. Loading asuransi konvensional cukup besar
investasi
seluruhnya
adalah
keuntungan
terutama diperuntukkan untuk komisi agen,
perusahaan. Profit yang diperoleh dari surplus,
bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua.
komisi, dan hasil investasi seluruhnya menjadi
Karena itu, nilai tunai pada tahun pertama dan
milik perusahaan, tapi dilakukan bagi hasil
kedua biasanya belum ada (masih hangus).
(mudharabah) dengan peserta.
Pada
sebagian
(komisi
agen)
asuransi syariah,
loading
tidak
kepada
dibebankan
peserta, tetapi dana pemegang saham. Namun,
16. Misi dan Visi. Secara garis besar misi utama dari
asuransi
konvensional
adalah
misi
ekonomi dan misi sosial. Misi yang diemban
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 61 dalam asuransi syariah adalah misi akidah,
beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris
misi
dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan
ibadah,
misi
ekonomi,
dan
misi
pemberdayaan umat.
peristiwa tersebut kepada Rasulullah SAW., maka Rasulullah SAW memutuskan ganti rugi dari
C. Dasar Hukum Asuransi Syariah 1. Landasan Hukum a. Al-Quran.
pembunuhan
terhadap
janin
tersebut
pembebasan
seorang
budak
dengan
laki-laki
atau
Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat al-
perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian
Quran, tidak terdapat suatu ayat pun yang
wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang
menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita
dibayarkan oleh aqilahnya (kerabat dari orangtua
kenal sekarang ini, baik istilah at-ta’min ataupun at-
laki-laki).” (HR. Bukhari).
takaful.
Namun
demikian,
walaupun
tidak
menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang memiliki muatan nilai-nilai yang ada dalam praktik asuransi, di antaranya sebagai berikut:
Hadits kesulitan
tentang
seseorang.
anjuran
menghilangkan
Diriwayatkan
oleh
Abu
Hurairah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa
yang
menghilangkan
kesulitan
duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT a.
b.
Perintah Allah untuk mempersiapkan hari
akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.
depan terdapat dalam QS. al-Hasyr (59): 18
Barangsiapa
dan QS. Yusuf (12): 47-49.
seseorang, maka Allah SWT akan mempermudah
Perintah Allah untuk saling tolong menolong
urusannya di dunia dan akhirat”
yang
mempermudah
kesulitan
dan bekerjasama terdapat dalam QS. alMaidah (5): 2 dan QS. al-Baqarah (2): 185. c.
Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah terdapat dalam QS. al-Quraisy (106): 4 dan QS. al-Baqarah (2): 126.
d.
Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha terdapat dalam QS. at-Taghabun (64): 11 dan QS. Luqman (31): 34.
e.
Penghargaan Allah terhadap perbuatan mulia yang dilakukan manusia terdapat dalam QS. al-Baqarah (2): 261. b. Sunnah Nabi SAW. Hadits tentang ‘Aqilah diriwayatkan oleh
Abu Hanifah r.a., dia berkata: “Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut
c. Ijtihad. Fatwa Sahabat. Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman (ganti rugi) pernah dilaksanakan oleh Umar bin Khattab. Beliau berkata: “Orang-orang yang namanya tercantum dalam diwam tersebut berhak menerima bantuan dari satu sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak disengaja) yang dilakukan oleh salah satu seorang anggota masyarakat mereka.” d. Ijma. Para
sahabat
telah
melakukan
ittifaq
(kesepakatan dalam hal ‘aqilah yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. Adanya Ijma’ atau kesepakatan ini tampak dengan tidak adanya
62 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 sahabat yang lain yang menentang pelaksanaan
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
‘aqilah ini.
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
e. Qiyas.
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
Sebagaimana
kita
tahu
bahwa
konsep
asuransi yang dilakukan dewasa ini sama dengan ‘aqilah pra Islam yang kemudian diterima oleh Rasulullah SAW menjadi bagian dari hukum Islam. Maka hukum asuransi ini diqiyaskan dengan hukum ‘aqilah.
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga
yang
mungkin
akan
diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti,
atau
untuk
memberikan
suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.5
f. Istihsan. Kebaikan
dari
kebiasaan
‘aqilah
di
E. Sejarah Asuransi Konvensional Kata
kalangan suku Arab kuno terletak pada kenyataan bahwa sistem ‘aqilah dapat menggantikan atau menghindari
balas
dendam
berdarah
yang
asuransi
berasal
dari
bahasa
Inggris, insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata
berkelanjutan.
“pertanggungan”.Echols dan Shadilly memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, (b) jaminan.
D. Pengertian Asuransi Konvensional Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah
Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan
mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko
istilah assurantie (asuransi)
kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko
dan verzekering (pertanggungan).6
kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa definisi asuransi menurut beberapa sumber:
Dalam
Kitab
Undang-Undang
Hukum
Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang Hukum
dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah
Dagang pasal 246 Asuransi atau pertanggungan
“suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana
adalah suatu perjanjian dengan mana sesorang
seorang penanggung mengikatkan diri kepada
penanggung mengikatkan diri kepada seseorang
seorang tertanggung, dengan menerima suatu
tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya,
memberikan penggantian kepadanya karena suatu
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
Menurut
kitab
Undang-undang
yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu. Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
5
. Hasibuan, H. Malayu SP, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. 6 Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisa Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 57.
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 63 dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syari’ah. Adapun secara stratifikasi
7
(onzeker vooral)”.
peraturan perundang-undangan yang mengatur Definisi asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1 Pasal 1: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak
tentang
usaha
reasuransi,
perasuransian
serta
penyelenggaraan
tentang
usaha
dan
perusahaan
perizinan
perusahaan
dan
penunjang
usaha asuransi dapat dituliskan sebagai berikut:
atau lebih, dimana mana pihak penanggung mengikatkan
diri
kepada
tertanggung
karena
a.
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
Usaha Perasuransian b.
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak
seseorang yang dipertanggungkan.
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyeleggaraan Usaha Perasuransian
c.
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP No.73 Tahun 1992
d.
8
Keputusan
Perusahaan Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan
e.
dipraktikan
di
masyarakat
Keputusan
Perusahaan
menjadi praktik
perjanjian Bottomrysekitar 1600-1000 SM yang
Asuransi
dan
Perusahaan
Menteri
Keuangan
No.
225/KMK.017/1993 tentang Perizinan Usaha
Babilonia dalam 282 ketentuan pada tahun 2250 berkembang
No.
Reasuransi
perjanjian Hammurabi. Dikumpulkan oleh Raja
Kemudian
Keuangan
223/KMK.017/1993 tentang Perizinan Usaha
Asuransi berasal mula dari masyarakat
SM.
Menteri
Asuransi
dan
Perusahaan
Menteri
Keuangan
Reasuransi f.
Yunani.Praktik
Keputusan
481/KMK.017/1999
perjanjian kemudian berkembang ke Roma, India,
Keuangan
Italia, Eropa dan Amerika.
tentang
Perusahaan
No.
Kesehatan
Asuransi
dan
Keuangan
No.
Perusahaan Reasuransi
F. Dasar Hukum Asuransi Konvensional
g.
Keputusan
Menteri
operasional
226/KMK.017/1993 tentang Perizinan dan
asuransi syari’ah di Indonesia masih menginduk
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Penunjang
pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian
Usaha Asuransi
Secara
struktual,
landasan
secara umum (konvensional). Dan baru ada
h.
Keputusan
Direktur
Jenderal
Lembaga
peraturan yang secara tegas dijelaskan asuransi
Keuangan
syari’ah pada Surat Keputusan Direktur Jenderal
Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Lembaga Keuangan No.Kep.4499/LK/2000 tentang
Perusahaan
jenis,
Reasuransi dengan Sistem Syari’ah.
7
penilaian
dan
pembatasan
investasi
Ibid., hlm. 59. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1 Pasal 1 8
No.Kep.4499/LK/2000
Asuransi
dan
tentang
Perusahaan
64 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 mengakibatkan
G. Prinsip-prinsip Asuransi Konvensional 1. Insurable Interest (Kepentingan yang
kepentingan
asuransinya
mengalami suatu peristiwa kerugian.
Dipertanggungkan) 6. Contribution
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan
Bahwa
hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu
berhak
mengajak
penanggung-penanggung yang lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung
yang dipertanggungkan.
meskipun 2.
penanggung
Utmost Good Faith (itikad baik)
jumlah
tanggungan
masing-masing
belum tentu sama besar.
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik.Antar pihak tertanggung
dan
penanggung
harus
saling
mengungkapkan keterbukaan.Kewajiban dari kedua
H. Analisa Pembahasan 1. Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Asuransi Syariah Asuransi syariah merupakan salah satu
belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut
jenis lembaga keuangan syariah non bank. Asuransi
duty of disclosure.
syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan 3.
Indemnity
Konsep
lembaga keuangan syariah non bank lainnya yakni
indemnity
mekanisme
untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi
penanggung untuk mengompensasi risiko yang
dana yang dikumpulkan dari peserta asuransi.
menimpa
rugi
Ketentuan teknis bagi hasil ditetapkan berdasarkan
finansial.Konsep ini tidak dapat mengganti nyawa
kesepakatan kedua belah pihak antara kantor
yang hilang atau anggota tubuh yang rusak atau
asuransi dengan kantor peserta. Kesepakatan bagi
cacat karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi
hasil tersebut sangat bergantung kepada jenis
finansial.
asuransi, produk asuransi dan klasifikasi premi
tertanggung
adalah
dengan
ganti
yang disetor oleh peserta asuransi. 4.
Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang
Adapun pada asuransi syariah, reversing
mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara
period atau masa dibolehkannya peserta untuk
berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu
membatalkan kontrak dan mengambil uang/premi
ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif
yang telah dibayarkannya adalah sepanjang waktu
dari suatu sumber baru dan independent.
pertanggungan. Meskipun peserta baru membayar satu kali masa angsuran, ia berhak mengundurkan
5. Subrogation
diri dan mendapatkan kembali uang/premi yang
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang
telah
memberikan
ganti
rugi
kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
telah
dibayarkannya
administrasi penggunaan
dan prinsip
setelah dana bagi
dipotong
tabarru’. hasil
ini,
biaya Dengan pihak
penanggung dan pihak tertanggung masing-masing
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 65 akan memperoleh keuntungan. Pihak tertanggung
9)
Prinsip ini menghendaki bahwa tindakan
akan mendapatkan manfaat asuransi yang diberikan
penanggungan,
akibatnya
oleh penanggung untuk menutupi risiko yang
termasuk
menimpanya tanpa dihantui rasa keragu-raguan.
berlaku bagi penanggung pertama berlaku pula
Sedangkan pihak penanggung dapat menutup biaya
bagi penanggung ulang.10
peraturan
segala
dan
sesuatu
perjanjian
yang
operasional perusahannya dari keuntungan investasi 3. Perbedaan dan Persamaan Bagi Hasil
dana peserta.
Asuransi Syariah dan Sistem Bunga Asuransi Konvensional
2. Pelaksanaan Sistem Bunga Asuransi
Pelaksanaan Asuransi Syariah di Indonesia:
Konvensional Asuransi
sebagai
suatu
perjanjian 1.
dilengkapi juga dengan beberapa prinsip. Hal ini supaya
sistem perjanjian asuransi
Prinsip Operasional. Berbeda dengan asuransi konvensinal,
itu dapat
asuransi Islam harus beroperasi sesuai
dipelihara dan dipertahankan, sebab suatu norma
dengan prinsip syariah Islam dengan
tanpa dilengkapi dengan prinsip cenderung untuk
cara
tidak mempunyai kekuatan mengikat. Prinsip-
menghilangkan
kemungkinan
prinsip yang terdapat dalam sistem hukum asuransi
sama
terjadinya
sekali
unsur-unsur
gharar, maisir, dan riba. Bentuk-bentuk
tersebut antara lain:
usaha dan investasi yang dibenarkan 1)
2)
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan
syariat
atau insurable interest.
menekankan
keadilan
dengan
Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD.
mengharamkan
riba
dengan
Pasal ini menyimpulkan tentang syarat-syarat
mengembangkan kebersamaan dalam
kepentingan
menghadapi risiko usaha.
yang
dapat
diasuransikan,
Islam
adalah
yang
dan
lebih
mempunyai pengertian yang sempit karena 2.
harus dapat dinilai dengan uang sedangkan ada
Pada
kepentingan yang tidak dapat dinilai dengan
berdirinya
produk
kebutuhan masyarakat sehingga dapat
anak, istri, dan lain-lain.9 3)
Prinsip Itikad Baik atau Utmost Goodfaith.
4)
Prinsip
atau
menjadi
5)
Prinsip subrogasi atau subrogation principle.
6)
Prinsip sebab akibat atau causaliteit principle.
7)
Prinsip kontribusi.
8)
Prinsip follow the fortunes.
produk
asuransi
contoh, pada PT Syarikat takaful yang merupakan pelopor asuransi Islam di Indonesia terdapat dua jenis asuransi yang disesuaikan dengan ketentuan yang
10
Emy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 55.
alternatif
konvensional yang telah ada.Sebagai
Idemniteit
Principle.
9
awal
takaful paling sedikit harus memenuhi
uang misalnya hubungan kekeluargaan, jiwa,
keseimbangan
Jenis dan Produk.
Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 55-64.
66 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 berlaku pada saat itu, yaitu UU.No. 2
sementara pihak tertanggung merasa untung secara
Tahun 1992.
materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut: 1.
rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masingmasing pihak menjalankan transaksi tersebut.
Akad (Perjanjian)
Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa mendatang.Akad dalam praktik muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah.Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktik asuransi syariah.Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
jumlah
mengakibatkan
ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar.Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum. Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolongmenolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah.Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari
Akad pada asuransi konvensional didasarkan
pembayaran
larangan
Allah
dalam
praktik
muamalah yang gharar.
pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli.Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas
Pada akad asuransi konvensional dana
adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang
peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer
diperjual-belikan.Sementara itu di dalam perjanjian
of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana
yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya
yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal)
memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan
dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak
barang yang diperjual-belikan.
bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.
2.
3. Tabarru dan Tabungan
Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii
Tabarru
berasal
dari
kata
tabarraa-
adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam
yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan
pandangan kita dan akibat yang paling kita
atau derma.Orang yang menyumbang disebut
takuti.Gharar/ketidakjelasan
pada
mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud
asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya
memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk
batas waktu pembayaran premi yang didasarkan
tujuan saling membantu satu sama lain sesama
atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa
peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada
usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa.
yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana
Jika baru sekali seorang tertanggung membayar
tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila
premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi
ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
itu
terjadi
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 67 diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah
reasuransi.Semua jenis investasi yang diatur dalam
diniatkan
peraturan
oleh sesama
peserta
untuk saling
menolong. 4.
dan
KMK
dilakukan
berdasarkan sistem bunga. Maisir (Judi)
6. Dana Hangus
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat
pemerintah
90,"Hai
beriman
konvensional ketika seorang peserta karena suatu
sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum
nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk
masa reversing period. Sementara ia telah beberapa
perbuatan
kali
perbuatan
orang-orang
syaitan. itu
Maka agar
yang
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi
jauhilah kamu
perbuatan-
mendapatkan
membayar
premi
atau telah membayar
sejumlah uang premi.
keberuntungan." Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan.Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi.Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang
dibayar.Sebab
keuntungan
perusahaan
asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya
7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW.Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama-sama
klaim yang dibayarkannya.
memikul
suatu
kerugian
atau
penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. 5.
Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai
dengan
kewajiban
yang
8. Dewan Pengawas Syariah Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operasional perusahaan, investasi maupun SDM.Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris. I. Analisis Pembahasan
harus
Agus Haryadi menyebutkan ada beberapa
dipenuhi.Begitu pula dengan keputusan menteri
aspek yang dapat menjadi peluang, ancaman
keuangan No. 424/KMK.6/2003 tentang kesehatan
(tantangan),
keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan
kekuatan
dan
kelemahan
dalam
68 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 memperluas jaringan bisnis asuransi syari’ah di
b.
Indonesia.
Faktor yang masih merupakan ancaman
Acaman (tantangan)
merupakan a.
Peluang (prospek)
dan mendukung prospek asuransi syari’ah adalah: Keunggulan konsep asuransi syari’ah atau
rasa
keadilan
1.
kesadaran
khususnya
pada
3.
untuk
masyarakat
4.
Tumbuhnya lembaga keuangan syari’ah
Kompetitor
dalam
Berlakunya daerah
bisnis
akan
5.
Sarana investasi syari’ah yang ada sekarang
belum
mendukung
secara
optimal untuk peerkembangan asuransi
6.
memacu
Belum ada UU dan PP yang secara khusus mengatur asuransi syari’ah.
7.
Kebutuhan meningkatkan pendidikan (anak).
9.
Citra lembaga keuangan syariah belum
syaria’ah. otnomi
perkembangan ekonomi daerah. 8.
semangat
sangat tinggi.
asuransi
undang-undang yang
memiliki
ekspektasi masyarakat terhadap LKS
syari’ah ini masih sedikit. 7.
dan
mapan di mata masyarakat, padahal
Meningkatnya kebutuhan jasa asuransi
lainnya seperti bank dan reksadana. 6.
Langkanya ketersediaan SDM yang syari’ah.
karena perkembangan ekonomi umat. 5.
dan
Asuransi konvensional dan lembaga
”qualified”
golongan menengah. 4.
besar
keuangan lainnya yang lebih efisien.
bermuamalah sesuai syari’ah, tumbuh subur
kapital
preni asuransi yang lebih murah. 2.
Meningkatnya
memiliki:
teknologi yang tinggi sehingga membuat
Jumlah penduduk yang beragama Islam di Indonesia lebih dari 180 juta orang.
3.
bagi
Globalisasi, masuk asuransi lua negeri yang
dai
masyarakat. 2.
tantangan
adalah
dapat memenuhi peningkatan tuntutan ”fairness”
atau
perkembangan asuransi syari’ah di Indonesia
Beberapa faktor yang merupakan peluang
1.
ancaman
Budaya suap dan kolusi dalam asuransi kumpulan masih kental.
8.
Meningkatnya risiko kehidupan.
Alokasi pengeluaran masyarakat untuk asuransi masih sangat terbatas, hal ini
10. Meningkatnya bea-bea kesehatan (harga
tampaknya berkaitan dengan masalah
obat dan lain-lain).
sosialisasi asuransi dan pengalaman
11. Menurunya rasa tolong-menolong di
berasuransi.
masyarakat. 12. Globalisasi (teknologi Internet sebagai penunjang bisnis). 13. Adanya undang-undang dana pensiun
c.
Kekuatan
Dalam
upaya
pengembangan
operator
asuransi syariah baru di Indonesia, yang dapat menjadi kekuatan positif adalah sebagai berikut:
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 69 1.
Tenaga kerja profesional/sumber daya manusia
inti
yang
kompeten
3.
4.
hasil
Islam,
memerlukan dukungan sistem yang
yang berada
dalam sebuah
Pemegang sahasm yang memiliki visi
Kelompok
pemegang
tingkat
hasil
investasi)
4.
Permodalan
yang
mempengaruhi:
saham
yang
pendukung
a.
terbatas
akan
Sistem/teknologi
manajemen,
b.
Strategi
mampu mengusahakan ”captive market”
bisnis dan c. Ketersediaan infrastruktur
awal.
(internal, eksternal, customer support,
Kelompok pemegang saham diharapkan
etc).
diintegrasikan
dengan
sistem
5.
yang
Apabila
pemegang
saham
kurang
menghargai pentingnya investasi di
dimiliki ‘professional teamwork’.
bidang IT sebagai ”modeling tools” dan
Kelompok pemegang saham diharapkan
”administration tools”.
memiliki infrastruktur teknologi dan
6.
dan
andal.
memiliki potensi ‘network’ yang bisa
5.
administrasi
memiliki integritas moral dan ghirah
dan misi syari’ah yang jelas. 3.
dalam
syari’ah (misalnya: perhitungan bagi
dan
teamwork yang solid. 2.
Kompleksitas
6.
Pengalaman langsung atau penerapan
potensi tenaga ahli (misalnya: fund
model terhadap bisnis riil belum cukup
manager).
(baru pada tahap teoritis).
Dalam aspek legal, sifat perjanjian yang memenuhi
syarat
syari’ah
Lemahnya
7.
mampu
”public
relation”
untuk
mwngombinasikan keunggulan LKS.
memberi rasa aman kepada peserta asuransi, selain unsur duniawi semata. 7.
Adanya unsur dakwah.
8.
Produk
asuransi
e.
Strategi
Hal semacam ini akan tercapai jika dan
bersifat
trasparan
(berkeadilan).
hanya jika dipegang oleh seseorang yang ahli dalam hukum Islam (syari’ah) sekaligus ahli dalm bidang asuransi syariah. Ini dapat dilakukan leh Dewan
d.
Pengawas Syariah yang ada dalam lingkungan
Kelemahan (kendala)
Namun demikian, sistem asuransi syari’ah
perusahaan
asuransi
syariah
untuk
lebih
dan ’core team’ asuransi syari’ah baru ini memiliki
meningkatkan
beberapa kelemahan yang masih dalam tahap
operasional bisnis asuransi di samping ’modal’
peningkatan yaitu:
yang telah ada, yaitu dalam bentuk pemahaman
kualitas
pemahaman
terhadap
terhadap hukum Islam (syari’ah). 1.
SDM
pendukung
belum
banyak
memahami bisnis syari’ah. 2.
Dalam distribusi
hal
pemasaran,
relatif
masih
dibanding pola konvensional.
Perlu
adany
transparasi
antara
peserta
alternatif
asuransi (nasabah) dan perusahaan asuransi sebagai
terbatas
lembaga pengelola dana. Transparansi tersebu dapat berwujud dengan penjelasan dari perusahaan
70 | Vol. 2 No. 1 Januari 2016 kepada peserta asuransi tentang akad, produk, dan
produk dan klasifikasi premi yang diikuti
pola pengelolaan dana.
peserta sedangkan pelaksanaan sistem bunga asuransi konvensional memiliki
Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, tertanggung
disebut
mu’amman
lahu
atau
musta’min. At-ta’min diambil dari amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut. 11
kepentingan yang dapat diasuransikan, iktikad
baik,
prinsip
keseimbangan,
prinsip subrogasi serta prinsip sebab akibat. 3. Terdapat
perbedaan
asuransi
syariah
mendasar dan
antara asuransi
konvensional, baik dalam aspek konsep,
J. Penutup
bentuk akad, model operasi, hubungan Berdasarkan beberapa hasil tulisan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Konsep
dasar
asuransi
syariah
dan lain-lain. dan
konvensional adalah suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam perjalanan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya. Prinsip-prinsipnya adalah: (1) saling bertanggung jawab; (2) saling bekerja sama untuk bantu-membantu; (3) saling
melindungi
diri
dari
segala
kesusahan; (4) menghindari unsur gharar, maisir dan riba; (5) Prinsip pengorbanan dan jaminan; dan (6) Prinsip keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan. Dasar hukum asuransi syariah berdasarkan pada al-Quran, sunnah Nabi SAW, dan ijtihad. 2. Pelaksanaan sistim bagi hasil asuransi syariah
ditetapkan
berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak antara kantor asuransi syariah dengan peserta yang didasarkan kepada jenis asuransi, 11
antara perusahaan asuransi dengan peserta
Wirdyaningsih, Karnaen Purwataatmadja, Gemala Dewi, Yeni Salma Barlinti. Bank Dan asuransi Islam DI Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenada Setia. 2005). hlm. 177.
Analisis Hukum Asuransi .....Putra Halomoan Hasibuan | 71 Daftar Pustaka Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Hartono, Sri Redjeki, Kapita Selekta Hukum Ekonomi” Bandung: Mandar Maju, 2000. Hasan ,Ali,Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisa Historis, Teoritis dan PraktisEdisi Revisi Cetakan ke 3, Jakarta: Kencana, 2006. Hasibuan, H. Malayu SP, Aspek-Aspek Hukum dalam Syariah
Perbankan di
dan
Indonesia,
Perasuransian Jakarta:
Bumi
Aksara, 2001. Ningsih, Widya, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana Prenada Media, 2007. Sastrawidjaja, Man Suparman dan Endang. 2003. Hukum
Asuransi
Perlindungan
Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Bandung: Alumni. Simanjuntak, Emy Pangaribuan. 2003. Hukum Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara. Syariah. Jakarta: Dewan Syariah Nasional MUI. Umar,
Husein,Evaluasi
Kinerja
Perusahaan,
Jakarta: ramedia Pustaka Utama, 2002. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. t.tp: tt.