1
PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI: “PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”
MARLINA S.
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
2
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul:
PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI: “PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)” Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Agustus 2012
Marlina S. NRP. H353090091
3
ABSTRACT
MARLINA S. The Role Investment of Agricultural Sector in Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach and Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Under The Direction of MUHAMMAD FIRDAUS and RATNA WINANDI. This research used the input-output analysis and Analitycal Hierarchy Process (AHP) to know the role investment of agricultural sector in economic growth Jambi provinces. The research aimed: (1) analyze the level of backward and forward linkages of agricultural sector with other economic sectors; (2) analyzing the impact of the agricultural sector investment towards the establishment of output, income, and labor; (3) analyze the factors that drive the policies and decisions of investors to invest in agriculture. The analysis showed that the role of agricultural sector in the province of Jambi is a huge. It can be seen from its contribution to the formation of the structure of final demand, output and value added in the economic structure of Jambi Province in 2010. The role played by the agricultural sector is a key sector of agricultural commodities (the leading sectors) Jambi Province. In addition, the role of the agricultural sector can also be seen from the backward linkages and forward linkage on the economy of Jambi Province. Based on linkage analysis, linkage sectors have direct and indirect output to the rear is dominated by the agricultural sector both on-farm and offfarm, the sector is the sector of rubber; Industry CPO; Sawmills and Wood Processing Industry; Pinang; and Plywood Industry likes; Industrial Building Materials and Furniture of Wood; Eggs; Palm oil; Industrial Rubber, Rubber and Plastic Goods, while the agricultural sector has a direct and indirect linkages to the highest front rubber sector; other food industry sectors; rice sector, and forest products. The changes value with the highest percentage due to the impact of agricultural sector investment to the formation of the value of output, income and labor that largest is the plantation sub-sector. That has the highest level of importance in influencing the policy of investment is a infrastructure factor with the actor of the most decisive is BAPEDDA Province of Jambi. Key words: The Role Investment of Agricultural Sector, Input-Output Analysis and AHP, Jambi Province
4
RINGKASAN MARLINA S. Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi: “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS dan RATNA WINANDI. Investasi disektor pertanian selama ini dianggap belum memberikan keuntungan baik bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing, sehingga investasi untuk sektor pertanian setiap tahun mengalami flutuasi, disisi lain investasi sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor ini, menyediakan lapangan kerja dan bahan baku bagi industri. Dengan demikian, investasi dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri sehingga meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan standar hidup yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian dapat ditingkatkan. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi; (2) menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja; (3) menganalisis faktor-faktor yang mendorong kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Provinsi Jambi cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan struktur permintaan dan penawaran. Bila dilihat dari sisi permintaan akhir, sektor pertanian memiliki nilai sebesar Rp15 369,00 milyar atau sebesar 35,46 persen dari total permintaan akhir. Permintaan akhir tersebut dialokasikan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, perubahan stok, ekspor dan impor. Total konsumsi masyarakat terhadap sektor pertanian sebesar Rp 6 804,68 milyar atau sebesar 14,99 persen, Investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp 970,83 milyar atau sebesar 13,45 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 163,93 milyar dan perubahan stok sebesar Rp 806,89 milyar. Nilai ekspor keseluruhan sektor pertanian adalah sebesar Rp 7 593,48 milyar atau sebesar 21,33 persen dari total ekspor keseluruhan sektor perekonomian. Nilai impor sektor pertanian sebesar Rp 2 019,27 milyar atau sebesar 8,50 persen dari total impor keseluruhan sektor perekonomian.
5
Berdasarkan analisis keterkaitan, Sektor yang memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang didominasi oleh sektor pertanian baik on-farm maupun off-farmnya, sektor tersebut adalah sektor karet; Industri CPO; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Pinang; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Telur; Kelapa sawit; Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik, sedangkan sektor pertanian yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah sektor karet; sektor industri makanan lainnya; sektor padi; dan hasil hutan. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan menarik pertumbuhan sektor hulunya, sedangkan nilai derajat kepekaan merupakan kemampuan yang kuat suatu sektor untuk mendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya. Sektor yang memiliki indeks daya penyebaran (IDP) paling tinggi dan indeks derajat kepekaan IDK) paling tinggi adalah sektor karet; industri CPO; industri makan lainnya; perdagangan; listrik dan air minum; dan kelapa sawit. Empat dari sektor yang memiliki IDP dan IDK yang paling tinggi tersebut adalah sektor pertanian. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut merupaka sektor kunci atau sektor andalan dalam pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi. Dampak investasi sub sektor pertanian sebesar Rp 150 milyar pada Tahun 2013 terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sub sektor perkebunan, dan dampak investasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan tenaga kerja sub sektor perkebunan. Lima faktor yang mempengaruhi kebijakan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi yaitu faktor infrastruktur, ekonomi, teknologi, ketenagakerjaan dan kapasitas produksi yang mempunyai prioritas atau tingkat kepentingan yang paling tinggi dalam mempengaruhi kebijakan investasi adalah faktor infrastruktur dengan nilai 0,361 dengan prioritas pelaku yang paling menentukan faktor infrastuktur adalah BAPEDDA Provinsi jambi dengan nilai 0,618. Hal yang dapat disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah Sektor Pertanian untuk komoditi Karet, dan kelapa sawit perlu mendapat perhatian serius terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang tinggi, sehingga jika sektor ini ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya. Kebijakan bidang pertanian di Provinsi Jambi diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan keterkaitan yang lebih baik. Keterbatasan pada penelitian ini adalah metode yang lebih lengkap dengan membandingkan investasi perusahaan besar dengan investasi yang dilakukan oleh unit-unit usaha kecil dan menengah guna meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci : Peranan Investasi Sektor Pertanian, Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP), Provinsi Jambi.
6
©
Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisa karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
7
PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI: “PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”
MARLINA S.
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
8
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ana Fariyanti, MS Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Wakil PS. EPN: Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen
9
10
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)” dengan baik. Temuan dalam tesis ini bukanlah merupakan hal yang baru dalam studi mengenai pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan yang pertama secara ilmiah diteliti untuk daerah Provinsi Jambi. Berbagai pendekatan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya memberi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini dapat menambah hasil studi sebelumnya. Penulis juga menyadari bahwa walaupun telah berusaha semaksimal mungkin namun hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, karenanya sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang mendalam kepada Bapak M. Firdaus, SP, Msi, Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah berkenan dengan kesabaran dan kasih sayangnya meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, pengarahan petunjuk serta dorongan semangat dalam penulisan tesis hingga selesai. Rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada : 1. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Pengelola dan para Dosen IPB (Bapak Faroby Falatehan, Ph.D) yang telah memberi kesempatan, masukan, dan dukungan bagi penyelesaian tesis ini.
11
2. Ayahanda M. Saman R., Ibunda Nadia (Almarhumah), My grandmother Rogaya (Almarhumah) dan Saudara-saudaraku (Sofyan Akmal, M. Nurhelwan, Azhari, Hamdani dan Yuliana), beserta suami tercinta (H. Ali Hamdan, Ph.D) yang tak pernah putus memberikan doa dan semangat di tiap langkah. 3. Staff administrasi pada Magister Ilmu Ekonomi Pertanian (mbak Yani, mbak Ruby, Ibu Kokom dan Bapak Husein) yang telah banyak memberikan kemudahan dalam pelayanan. 4. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ilmu ekonomi Pertanian Angkatan 2009 (Elfiana, Rizki Gemala Busyra, Ibu Mutmainnah, Hastuti, Khoirul Aziz, Nining, Santi, Fitri, Aditya, Nia, Yudi Sapta P, Indra, Ibu Ahya Kamila, Tatoe, Dian, Bismar, Jhony, Micha, dan Andrew), beserta teman-teman Mega Kos Bogor atas kerjasama dan bantuannya selama proses pembelajaran maupun dalam proses penyusunan tesis. 5. Teman-teman Kosan Putri Lr. Tegalan Matraman (mbak Risma, kak Chrismy, Rahma, Sarah, Dewika, kak Novi, dan Indah) yang telah banyak memberikan support dan bantuan kepada penulis. Terimakasih atas kasih sayang kalian selama ini. Love you sister’s. 6. Ibu Rahni Diansari, dan keponakan-keponakanku Rizkia Arifani, Yulia Arifina, dan Novia Arifini. Terimakasih atas bantuan dan perhatiannya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2012
Marlina S.
12
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Marlina S. lahir pada Tanggal 4 Juni 1984 di Muaro Kumpeh, Provinsi Jambi. Penulis anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak M. Saman R. dan Ibu Nadia (Almarhumah). Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah SD Negeri 155/I Muaro Kumpeh Tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 1 Kumpeh Ulu dan lulus pada Tahun 1999, kemudian melanjutkan ke MAN Model Jambi dan lulus pada Tahun 2002. Pada Tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Universitas Jambi menjadi pilihan penulis dengan harapan besarnya dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya manusia yang berguna bagi pengembangan kota tercinta. Penulis masuk UNJA melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan SEP Program Studi Agribisnis, pada Fakultas Pertanian. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana Magister IPB, Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN). Selama menempuh perkuliahan S2, penulis aktif di kepengurusan PB HMI Tahun 2009 – 2011. Tahun 2011 penulis menikah dengan H. Ali Hamdan, Ph.D.
13
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................................
i
DAFTAR TABEL.............................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................
1
1.1
Latar Belakang.....................................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah..............................................................................
9
1.3
Tujuan Penelitian..................................................................................
13
1.4
Manfaat Penelitian.................................................................................
13
1.5
Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................
14
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
15
2.1
Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto.....
15
2.2
Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat....................
17
2.2.1 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat..................................
21
2.3
Konsep Produksi....................................................................................
23
2.4
Konsep Tenaga Kerja............................................................................
24
2.5
Konsep Kapital.....................................................................................
26
2.6
Konsep Investasi...................................................................................
27
2.7
Peranan Investasi dalam Pembangunan................................................
32
2.8
Defenisi Pertumbuhan Ekonomi...........................................................
33
2.9
Pembangunan Pertanian dan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi.....
34
2.10 Investasi di Sektor Pertanian.................................................................
37
2.11 Analisis Input-Output...........................................................................
39
2.11.1 Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output...............................
41
2.11.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input-Output................
41
2.12 Analitycal Hierarchi Proces (AHP).....................................................
43
14
2.13 Penelitian Terdahulu.................................................................................
III. KERANGKA PEMIKIRAN........................................................................ 3.1
44
48
Kerangka Teoritis.......................................................................................
48
3.1.1 Konsep Analisis Input-Output...........................................................
48
3.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah.............
48
3.1.1.2. Konsep Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Stok (Investasi)..................................................................................
49
3.1.1.3. Konsep Ekspor Bersih...............................................................
52
3.1.2 Pengertian Investasi Pertanian..........................................................
52
3.1.3 Konsep Analitycal Hierarchy Process (AHP)...................................
53
3.1.3.1. Kelebihan AHP.........................................................................
54
3.1.3.2. Kelemahan AHP........................................................................
55
3.1.3.3. Tahapan AHP.............................................................................
55
3.1.3.4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP...............................................
58
3.2
Kerangka Konsepsional............................................................................
60
3.3
Hipotesis Penelitian....................................................................................
63
IV. METODE PENELITIAN.................................................................................
65
4.1
Tempat Penelitian.....................................................................................
65
4.2
Jenis dan Sumber Data..............................................................................
65
4.3
Metode Analisa Data..................................................................................
66
4.3.1 Metode RAS......................................................................................
66
4.3.2 Analisa ontribusi................................................................................
72
4.3.3 Indeks Keterkaitan.............................................................................
73
1. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang..........................................
74
2. Indeks Total Keterkaitan ke Depan...............................................
74
4.3.4 Analisis Penentuan Sektor/ Subsektor Kunci (Prioritas)...................
75
1. Indeks Daya Penyebaran (Pd).......................................................
75
2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds)......................................................
76
4.3.5 Analisis Multiplier.............................................................................
77
4.3.6 Dampak Investasi..............................................................................
78
ii
15
4.3.7 Analisis Simulasi...............................................................................
79
Langkah Kerja Analitycal Hierarchy Process (AHP)................................
80
V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI...................................................
84
4.4
5.1
Kondisi Geografis dan Administrasi...........................................................
84
5.2
Kependudukan dan Sumbrdaya Manusia....................................................
85
5.3
Pendidikan.................................................................................................
88
5.4
Profil Sektor Ekonomi Provinsi Jambi......................................................
88
5.4.1Pertanian............................................................................................
88
5.4.1.1 Tanaman Bahan Makanan....................................................
88
5.4.1.2 Perkebunan...........................................................................
89
5.4.1.3 Kehutanan............................................................................
89
5.4.1.4 Peternakan............................................................................
89
5.4.1.1 Kelautan dan Perikanan........................................................
89
5.4.2 Perindustrian, Pertambangan dan Energi...........................................
90
5.5.2.1 Perindustrian...........................................................................
90
5.5.2.2 Pertambangan dan Energi.......................................................
90
5.5.2.3 Listrik, Gas dan Air Minum...................................................
90
5.4.3 Perdagangan.......................................................................................
91
5.4.3.1 Pedangangan Luar Negeri.....................................................
91
5.4.3.2 Perdagangan Dfalam Negeri..................................................
91
5.4.4 Transportasi, Komunikasi dan Pariwisata.........................................
91
5.4.4.1 Panjang Jalan........................................................................
91
5.4.4.2 Perhubungan Darat, Air dan Udara.......................................
92
5.4.4.3 Pos, Telekomunikasi dan Hotel.............................................
92
5.4.5 Keuangan dan Harga.........................................................................
92
5.4.5.1 Keuangan Negara..................................................................
92
5.4.5.2 Perbankan dan Koperasi.......................................................
93
5.5
Pertumbuhan dan Penggunaan PDRB.........................................................
94
5.6
Distribusi Penggunaan PDRB.....................................................................
94
5.7
Pengeluaran untuk Konsumsi......................................................................
95
5.8
Konsumsi Rumah Tangga..........................................................................
96
iii
16
5.9
Pembentukan Modal dan Perubahan Stok...................................................
97
5.10 Perkembangan Ekspor dan Impor...............................................................
97
5.11 Pertumbuhan dan Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
VI.
Sektoral.......................................................................................................
98
5.11.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan...............
98
5.11.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian.............................................
99
5.11.3 Sektor Industri Pengolahan.............................................................
99
5.11.4 Sektor Listrik, gas Air Bersih.........................................................
99
5.11.5 Sektor Bangunan............................................................................
100
5.11.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran........................................
100
5.11.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi...........................................
101
5.11.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.......................
101
5.11.9 Sektor Jasa-jasa..............................................................................
101
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
103
6.1 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Jambi
103
6.1.1 Permintaan dan Penawaran Output....................................................
103
6.1.2 Struktur Permintaan Akhir Munurut Komponen................................
107
6.1.3 Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen............................
110
6.1.4 Struktur Output Sektoral....................................................................
112
6.1.5 Struktur Konsumsi.............................................................................
113
6.1.6 Struktur Ekspor-Impor.......................................................................
116
6.1.7 Struktur Investasi................................................................................
120
6.1.8 Struktur Nilai Tambah Bruto.............................................................
122
6.2 Analisis Keterkaitan......................................................................................
124
6.2.1 Keterkaitan Kebelakang.....................................................................
124
6.2.2 Keterkaitan Kedepan..........................................................................
125
6.3 Dampak Penyebaran dan Kepekaan..............................................................
127
6.3.1 Indeks Daya Penyebaran....................................................................
127
6.3.2 Indeks Derajat Kepekaan....................................................................
128
6.4 Penentuan Sektor Kunci (key sector) pada Perekonomian Provinsi Jambi...
129
6.5 Analisis Multiplier.........................................................................................
132
iv
17
6.6 Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Perekonomian Provinsi jambi................................................................................................
136
6.6.1. Analisis Simulasi Investasi Pertanian...............................................
137
6.6.2 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Makanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012...................
139
6.6.3 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012.............................................................
141
6.6.4 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012.............................................................
143
6.6.5 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012..............................................................
145
6.6.6 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150
6.7
Milyar Proyeksi Tahun 2012..............................................................
147
Potensi, Kebijakan dan Perkembangan Invetasi Provinsi Jambi.................
150
6.7.1 Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian.....
151
6.7.2 Faktor Investasi Sektor Pertanian.......................................................
152
6.7.3 Pelaku Investasi Sektor Pertanian......................................................
153
6.7.4 Kendala Investasi Sektor Pertanian....................................................
160
6.7.5 Alternatif Kebijakan...........................................................................
169
6.7.6 Sensitivitas..........................................................................................
170
6.7.7 Implikasi Kebijakan............................................................................
171
VII. SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................
174
7.1 Simpulan......................................................................................................
174
7.2 Saran............................................................................................................
175
7.2.1 Saran Kebijakan..................................................................................
175
7.2.2 Saran Penelitian Selanjutnya..............................................................
177
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
179
LAMPIRAN.............................................................................................................
184
v
18
DAFTAR TABEL Halaman
1.
Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi JambiTahun 2001 – 2010 (Persen)...........................................................
2.
3
Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa)............................................................................
3.
Format Dasar Tabel Transaksi Input-Output..............................................
4.
Agregasi 32 Sektor Ekonomi Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun
5 42
2007 Provinsi Jambi..................................................................................
68
5.
Struktur Tabel Input-Output Tahun 2007...................................................
71
6.
Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas..................................
75
7.
Nilai Skala banding Bepasangan.................................................................
81
8.
Beberapa Indikator Ketenagakerjaan provinsi jambi.................................
87
9.
Penduduk 10 Tahun ke atas menurut tingkat pendidikan Tahun 2010.....
88
10. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah).......................................
105
11. Struktur Permintaan Akhir Menurut Komponen (Juta Rupiah) terhadap
Sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah)............................................................................................
108
12. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 ( Milyar Rupiah)..............................................
110
13. Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponen Terhadap Distribusi Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto (Milyar rupiah)...........................
111
14. Distribusi Output Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar output (Milyar Rupiah)....................................................
113
15. Distribusi Konsumsi Rumah Tangga Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rupiah)..
114
16. Distribusi Konsumsi Pemerintah Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Pemerintah (Milyar Rupiah)...................
115
19
17. Distribusi Ekspor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Ekspor (Milyar Rupiah).....................................................
117
18. Distribusi Impor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Impor (Milyar Rupiah)......................................................
119
19. Distribusi Investasi Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 42 Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah)..............................................
120
20. Distribusi Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 10 Besar Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah)...................
123
21. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung ke Belakang..........................................................................................................
124
22. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang.....................................................................................
125
23. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung Ke Depan........
126
24. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan.......................................................................................... 25. Klasifikasi
10
Besar
Sektor
Ekonomi
Indeks
127
Daya
Penyebaran........................................................................................................
128
26. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Derajat Kepekaan....................
129
27. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan...........................
132
28. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di
Provinsi
Jambi
Tahun
2010
Klasifikasi
9
Sektor............................................................................................................... 29. Multiplier
Output,
Pendapatan,
dan
Tenaga
Kerja
133
Sektor-sektor
Perekonomian Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor..............
135
30. Proyeksi Permintaan Akhir 9 Sektor Ekonomi Tahun 2012 (Milyar Rupiah)
138
31. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Bahan Makanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar
Rupiah),
dan
Tenaga
Kerja
(Orang)
Proyeksi
Tahun
2012..................................................................................................................
140
32. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012...................................................
vii
142
20
33. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012...................................................
144
34. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012...................................................
146
35. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012...................................................
148
36. Urutan Nilai Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi.................................................................................
152
37. Urutan Nilai Prioritas Pelaku Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi.......
159
38. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Infrastruktur............................
161
39. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ekonomi.................................
163
40. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Teknologi................................
165
41. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ketenagakerjaan.....................
167
42. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Kapasitas Produksi...................
168
43. Susunan Nilai Prioritas untuk Alternatif Kebijakan dari Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian di Provinsi Jambi..........................
170
44. Hasil Analisis Sensitivitas dengan faktor inrfastruktur dikurangi 10 persen...
171
viii
21
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi........................................
18
2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat............................................
22
3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi....................................................
29
4. Kerangka Pemikiran....................................................................................
63
5. Peta Administratif Provinsi Jambi...............................................................
84
6. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan......................
130
7. Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian...............
151
22
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Berlaku (Juta Rupiah) Tahun 2000 – 2009......................................................................
184
2. Distribusi PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010......................
185
3. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli Provinsi Jambi Tahun 2010.................................................................................
186
4. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010................................................................................. 5. Tabel Input-Output (Updating)
193
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga
Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010...................................................................
200
6. Matriks Margin Perdagangan dan Pengangkutan Provinsi Jambi Tahun 2010.......................................................................................................................
207
7. Matriks Impor Provinsi Jambi Tahun 2010..........................................................
214
8. Matriks Koefisien Input Transaksi Domestik Atas Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010.................................................................................................
221
9. Matriks Kebalikan Leontif ( I-A)-1 Transaksi Domestik Atas Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010...................................................................................
227
23
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara lebih luas dapat diartikan sebagai usaha untuk lebih meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara, baik sumber daya alam berupa teknologi, dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (Todaro dalam Novita, 2007). Dewasa ini pembangunan dilakukan dan dikembangkan melalui pendekatan yang terintegrasi
dan
diaplikasikan
diberbagai
negara
sehingga
pelaksanaan
pembangunan ekonomi tersebut diharapkan dapat berhasil. Keberhasilan pembangunan bisa diidentifikasikan dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat, untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah ada beberapa indikator hasil pembangunan yang bisa kita lihat seperti PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita suatu daerah. Saktyanu dan Noekman (2007) menyebutkan salah satu indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, selain itu dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini juga termasuk yang paling banyak dibandingkan penyerapan tenaga kerja di sektor lain terutama di daerahdaerah perdesaan yang terdapat di seluruh Indonesia. Sektor
pertanian
telah
diakui
memiliki
peranan
penting
dalam
perekonomian nasional yang dapat dilihat dari kemampuannya berkontribusi
2 24
terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat bahkan perolehan devisa. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity). Semakin besar perhatian terhadap melebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebih besar untuk memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan yang lebih baik lagi. Kontribusi besar yang dimiliki sektor pertanian tersebut memberikan sinyal bahwa sudah saatnya Indonesia sebagai negara agraris untuk memprioritaskan sektor pertanian demi terciptanya pembangunan perekonomian secara merata sehingga bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia (Daryanto, 2001). PDRB sebagai ukuran produktifitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Secara nominal Provinsi Jambi hanya menyumbang dibawah 1 persen terhadap pembentukan PDB Nasional. Sementara untuk pendapatan perkapita menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Provinsi Jambi cukup baik, hal ini dapat dilihat dari angka PDRB perkapita selalu meningkat bahkan sudah mencapai 15 juta perkapita. Secara umum pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dalam 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif, yaitu mencapai 6 persen. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Jambi sebesar 5,6 persen dan tahun 2009 sebesar 6,37 persen. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 7,2 persen. Distribusi PDB daerah, dominasi sektor masih berada pada sektor pertanian sebesar 26 persen, ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa Provinsi Jambi masih sangat tergantung pada sektor pertanian. BPS Provinsi Jambi (2010).
25 3
Sektor pertanian di Provinsi Jambi merupakan leading sector dimana pertumbuhannya dalam PRDB Provinsi Jambi selalu dominan dibandingkan dengan sektor lain. Lampiran 1 menunjukkan nilai Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) atas harga berlaku Provinsi Jambi pada Tahun 2001 – 2010, dimana sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar mulai dari tahun 2001sampai pada Tahun 2010, diikuti dengan sektor petambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor pertanian terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan sektor lain. Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian setiap tahunnya mencapai Rp 6 122 499,48 juta, ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan nilai total PDRB yaitu sebesar Rp 2 256 977,38 juta. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi berfluktuasi dari tahun ketahun. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian JambiTahun 2001 – 2010 (Persen) Tahun Total (Juta Rupiah) 2001 3 522 932,18 2002 4 159 217,68 2003 4 729 040,90 2004 5 314 707,09 2005 6 053 437,68 2006 7 173 738,25 2007 8 366 857,97 2008 9 791 984,59 2009 12 113 078,49 2010 15 905 977,21 Sumber: BPS Provinsi Jambi 2011 (diolah)
Terhadap
PDRB
Provinsi
Laju Pertumbuhan (Persen) 18,06 13,70 12,38 13,90 18,51 16,63 17,03 23,70 31,31
Lampiran 1 menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada tahun 2001 – 2010 yaitu 16,37 persen, namun sektor pertanian tetap memiliki persentase pertumbuhan yang tinggi mencapai 27,13 persen. Pada tabel 1 dapat dilihat laju pertumbuhan sektor pertanian setiap tahunnya. Jumlah
26 4
kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB selalu meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan yang selalu naik turun. Peningkatan yang sangat terlihat mulai tahun 2007 yaitu sebesar Rp 8 366 857,97 juta dengan laju pertumbuhan 16,63 persen, di tahun 2008 sebesar Rp 9 791 984,59 juta dengan laju pertumbuhan 17,03 persen, pada tahun 2009 dengan jumlah Rp 12 113 078,49 juta atau laju pertumbuhannya naik mencapai 23,70 persen dan memuncak pada tahun 2010 dengan jumlah Rp 15 905 977,21 juta dengan laju pertumbuhan sebesar 31,31 persen. Menurut Dermoredjo (2007), bahwa variabel pertumbuhan PDRB nonpertanian dan PDRB pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan pertanian melalui kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor akan membentuk arah yang sama dalam berbagai program pembangunan. Sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2004), peran pertanian sangat penting dalam hal menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat, meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, meningkatkan penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.
275
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Semakin banyak penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian maka akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Negara. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor pertanian maka akan semakin tinggi tingkat pembangunan di daerah tersebut (Husaini, 2009). Tabel 2 akan menunjukkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Tabel 2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa) Kesempatan Kerja Per Sektor
2009
Pertanian
Persentase
2010
Persentase
700 340
55,04
670 841
51,97
Pertambangan
21 713
1,71
22 727
1,76
Industri
45 176
3,55
34 821
2,70
3 225
0,25
5 268
0,41
56 385
4,43
46 063
3,57
Perdagangan, Hotel, Restoran
201 979
15,87
211 946
16,42
Pengangkutan dan Komunikasi
61 584
4,84
63 675
4,93
6 778
0,53
13 526
1,05
175 340
13,78
221 839
17,19
1 272 520
100,00
1 290 706
100,00
Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan
Keuangan, Persewaan Jasa-jasa dan lainnya Jumlah
Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2011. Tabel 2 menunjukkan penduduk pekerja menurut sektor lapangan usaha di Provinsi Jambi tahun 2009 – 2010 didominasi oleh sektor pertanian. Tahun 2009 setelah sektor pertanian dengan jumlah 700 340 juta jiwa atau 55,04 persen , diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 201 979 juta jiwa atau sekitar 15,87 persen, serta sektor jasa-jasa dan lainnya sebesar 175 340 juta jiwa atau sekitar 13,78 persen. Peringkat yang sama pada Tahun 2010, sektor pertanian menyerap sebesar 670 841 juta jiwa tenaga kerja atau sekitar 51,97 persen, sektor
28 6
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 211 946 juta jiwa atau sekitar 16,42 persen meningkat sedikit dari tahun sebelumnya, dan terakhir sektor jasa-jasa dan lainnya sebesar 221 839 juta jiwa atau sekitar 17,19 persen . Priyarsono, dkk (2008) menyatakan bahwa sektor pertanian hanya akan mampu
mengangkat
kesejahteraan
petani
kalau
produktivitas
pertanian
ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi pada nilai tambah. Untuk itu diperlukan beberapa hal, yaitu: peningkatan kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, mengadakan restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung kemandirian ekonomi dan dapat dijalankan dalam skala individual dan kelompok/ koperasi/ perusahaan, kembalikan pola pertanian dengan model kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspor, dan perlu adanya reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan petani. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Oleh karena itu, mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sehingga untuk pengembangan pertanian secara menyeluruh tentu dibutuhkan jumlah investasi yang besar. Tanpa adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur penunjang serta peningkatan kualitas produk pertanian maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara lain di sektor ini. Investasi merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembangunan ekonomi. Keberadaan investasi merupakan modal dasar bagi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Apabila dalam jangka panjang dibarengi dengan peningkatan daya saing, investasi akan meningkatkan penawaran melalui peningkatan stok kapital
297
yang pada gilirannya akan meningkatkan sektor produksi untuk menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi (Bappenas, 2007). Guna menarik minat investor untuk berivestasi diperlukan upaya memperbaiki iklim investasi yang selaras dengan pembangunan sektoral, hal ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah. Dengan terciptanya iklim investasi yang kondusif, akan memungkinkan suatu dearah untuk memacu daya tumbuh perekonomiannya. Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga investasi diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor pertanian, karena secara signifikan investasi akan mendorong kenaikan output, meningkatkan permintaan input, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat (BKPM, 2005). Akan tetapi pada kenyataannya investasi disektor pertanian selama ini masih dianggap
belum memberikan keuntungan baik bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing, sehingga investasi untuk sektor pertanian setiap tahun mengalami flutuasi. Padahal investasi sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor ini, menyediakan lapangan kerja dan bahan baku bagi industri. Dengan demikian, investasi dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri sehingga meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan standar hidup yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Menurut Amir (2005), selain menitikberatkan perhatian terhadap sektor-sektor ekonomi ekonomi unggulan, pembangunan juga sebaiknya diarahkan kepada sektor perdagangan dan sektor-sektor pertanian. Hal ini
30 8
didukung oleh adanya peningkatan besaran keterkaitan yang menyeluruh (pure total linkage) sektor perdagangan dan sektor-sektor pertanian. Selain itu, sektorsektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Lampiran 2 menunjukkan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jambi. Nilai PMDN di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor sekunder atau sektor industri pengolahan dengan jumlah persentase setiap tahunnya mulai tahun 2006 – 2010 yaitu senilai 53,59 persen, diikuti dengan sektor tersier senilai 16, 35 persen dan terakhir pada sektor primer senilai 10,06 persen. Sektor pertanian tergabung dalam sekktor primer yang hanya mendapatkan kontribusi PMDN sejumlah 8, 18 persen. PMA di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor tersier yaitu senilai 41,43 persen dan terfokus pada sektor transportasi, gudang, dan komunikasi dengan jumlah PMA senilai 27,73 persen, diikuti dengan sektor sekunder yang merupakan sektor industri pengolahan mendapatkan nilai kontribusi PMA rata per tahun dengan jumlah 34,32 persen, dan yang terakhir sektor primer senilai 4,24 persen dan masuk pada sektor pertanian hanya sejumlah 2,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antar sektor di Provinsi Jambi dimana kontribusi PMDN dan PMA tidak melihat keterkaitan akan pentingnya sektorsektor dominan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jambi yang sangat menentukan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi seperti sektor pertanian. Pada Lampriran 2 terlihat perkembangan investasi di Provinsi jambi yang selalu berubah sehingga terlihat jelas turun naiknya jumlah investasi di Provinsi
31 9
Jambi. Semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan investasi total (stok kapital total) investasi dalam R dan D (Riset and Development) dan tenaga kerja maka akan tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Begitu pula semakin tingginya tingkat pertumbuhan investasi sektor pertanian (stok kapital pertanian) investasi dalam R dan D sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan sektor pertanian (Sakka, 2004). Masalah yang bertolak belakang dengan teori pertumbuhan ekonomi menurut teori Dornbush dimana pengeluaran PDB didistribusikan untuk konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi dan ekspor bersih. Perekonomian di Provinsi Jambi dari sisi penerimaan PDRB sebagian besar disumbangkan oleh sektor pertanian, namun pengeluaran PDRB untuk investasi sektor pertanian masih sangat rendah. Latar belakang di atas menunjukkan bahwa peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian ditingkatkan. 1.2. Perumusan Masalah Tantangan pembangunan yang dihadapi oleh Provinsi Jambi pada masa yang akan datang adalah mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi disektor pertanian agar semakin meningkat sehingga masih bisa tetap memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan perekonomian pada masa yang akan
32 10
datang dengan diikuti oleh sektor-sektor lain yang laju pertumbuhannya juga semakin meningkat dengan adanya perluasan kesempatan kerja, sehingga sektor ekonomi Provinsi Jambi pada masa akan datang akan lebih baik lagi sehingga akan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Ada beberapa kendala yang dihadapi sektor pertanian sehingga menyebabkan sektor ini sedikit lambat dalam meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu: tenaga kerja dengan upah yang rendah, prasarana dan sarana yang kurang, koordinasi antar lembaga masih kurang, kemiskinan petani di pedesaan, dan penggunaan teknologi masih kurang (BPS Prov. Jambi, 2009). Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian maka kebijakan pemerintah harus diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara pembangunan sektoral dan regional, meningkatkan pertumbuhan yang harmonis antar sektor dan meningkatkan inisiatif partisipasi penduduk lokal dalam proses pembangunan pertanian. Dengan demikian, sektor pertanian diharapkan mengalami pengembangan dan memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam pembangunan ekonomi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa perkembangan sektor pertanian dalam beberapa tahun terakhir merupakan penyumbang terbesar PDRB meskipun laju pertumbuhannya selalu berfluktuasi, dan diharapkan pada masa akan datang sektor pertanian akan mencapai pertumbuhan produksi yang tinggi dan laju pertumbuhanya akan selalu tinggi meskipun pada berbagai kondisi ekonomi yang selalu berubah. Teori ekonomi makro menunjukkan, dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi. Investasi sendiri dipengaruhi oleh
3311
investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta, baik berasal dari investasi pemerintah maupun investasi swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya. Menurut Sadono Sukirno (2000), kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan proses produksi termasuk produktivitasnya maupun distribusi input dan output sektor tertentu. Melalui investasi kapasitas produksi dapat ditingkatkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembangunan daerah memerlukan investasi yang terus meningkat dan harus dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah sendiri dan kemampuan nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan dana dari luar. Pembangunan ekonomi mempunyai arti pengolahan dan pemanfaatan kekuatan ekonomi potensial melalui penanaman modal, penggunaan teknologi
34 12
tepat guna, peningkatan kemampuan berorganisasi dan manajemen sehingga membawa
manfaat
bagi
daerah
serta
dapat
menjamin
kelangsungan
pembangunan. Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertamakali harus menerapkan kebijaksanaan investasi di sektor-sektor publik sehingga dapat mendorong investasi di sektor swasta. Sasaran investasi sektor swasta pada dasarnya dipisahkan menjadi dua, yakni melalui PMA/PMDN serta investasi tanpa fasilitas PMA/PMDN (non PMA/PMDN). Investasi yang dilakukan oleh swasta tersebut merupakan wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan secara umum dan pembangunan ekonomi secara khusus. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun berdasarkan atas harga konstan. Investasi Provinsi Jambi dari tahun ketahun selalu menunjukkan angka yang berfluktuasi dan cenderung menurun, secara tidak langsung juga mengurangi jumlah investasi pada sektor pertanian. Sebagian besar dari total keseluruhan dari jumlah PDRB Provinsi Jambi disumbangkan oleh sektor pertanian, maka dari itu penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan investasi disektor pertanian. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu bagaimana peranan sektor pertanian dan dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian di Provinsi Jambi terhadap pembentukan
13 35
output, pendapatan dan tenaga kerja dan bagaimana pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, ekspor, investasi, nilai tambah dan output sektoral dalam perekonomian provinsi Jambi? dan faktor apakah yang mempengaruhi investor dalam menentukan prioritas untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan masalah penting yang akan dijawab melalui kegiatan penelitan ini. 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian adalah 1.
Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi.
2.
Menganalisis dampak investasi sub-sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.
3.
Menganalisis faktor-faktor yang menjadi prioritas kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah 1. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan
dalam
merumuskan
dan
merencanakan
arah
kegiatan
pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Provinsi Jambi serta sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian. 2. Sebagai informasi dan pengetahuan mengenai kebutuhan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi yang berguna untuk pemerintah dalam membantu
36 14
menentukan program pembangunan di sektor pertanian. Bagi pihak swasta, penelitian ini berguna sebagai panduan dan bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian maka dibutuhkan ruang lingkup untuk mengetahui batasan-batasan penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis peranan investasi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi dengan menggunakan pendekatan analisis input-output, yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan analisis AHP (Analitycal Hierarchy Process) guna melengkapi informasi yang tidak dapat dihasilkan dari analisa Input-Output seperti penentuan prioritas faktor-faktor investasi, pelaku investasi, kendala investasi, serta kebijakan atau keputusan yang diambil dalam berinvestasi. Tabel dasar input output Provinsi Jambi yang digunakan, yaitu Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP) Provinsi Jambi tahun 2007 yang
telah dipublikasikan kemudian di update ke Tahun 2010 dengan data agregasi dari Tabel dasar Input-Output Tahun 2007 sebanyak 42 sektor ekonomi dengan menggunakan metode RAS. Peranan investasi sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sub sektor tanaman pangan dan bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
37
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto Tidak dipungkiri bahwa sektor pertanian adalah sektor utama dalam perekonomian nasional Indonesia, baik dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional, maupun jumlah penduduk yang hidupnya tergantung padanya. Bahkan beberapa kali terbukti sektor pertanian menjadi semacam penyangga perekonomian pada saat-saat resesi dunia memberikan pengaruh buruknya dan melemahkan sendi-sendinya. Usaha sektor pertanian yang menggunakan kandungan lokal dalam hal ini menguntungkan sehingga dijadikan sebagai pemicu peningkatan ekspor. Selain itu umumnya banyak menyerap tenaga kerja yang bersifat padat karya. Kondisi di atas menunjukkan bahwa pertanian merupakan alternatif upaya yang terus didorong pengembangannya dalam rangka perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja (Nainggolan, 1998). Menurut Simatupang (2000), sektor pertanian mampu bertahan dan tetap tumbuh positif pada periode krisis. Bukti empiris menunjukkan ketika ekspor produksi nonpertanian akan melakukan pemutusan hubungan kerja, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan. Fenomena ini menunjukkan tiga karakteristik sektor pertanian yang sangat esensial dalam pembangunan ekonomi yaitu: (1) Usaha pertanian berbasis pada sumberdaya domestik dan permintaan terhadap produknya tidak elastis terhadap pendapatan maupun harga sehingga tangguh dalam menghadapi gejolak ekonomi; (2) penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sangat fleksibel sehingga sektor pertanian dapat berfungsi sebagai jaring pengaman dalam keadaan darurat, dan (3)
38 16
produksi pertanian relatif stabil, karena memiliki keterkaitan antar sektoral yang luas dan sangat penting untuk pemantapan ketahanan pangan. Krisis keuangan yang melanda Indonesia mempunyai dampak terhadap pertanian rakyat tetapi intensitas dampaknya tergantung pada sumber perolehan bahan baku dari dalam dan luar negeri, dan struktur permodalan usaha agribisnis pertanian tersebut. Diperkirakan penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan jika krisis keuangan menyebabkan harga output dan keuntungan komoditas pertanian meningkat, sebaliknya akan negatif terhadap pertanian rakyat (Tambunan, 2001). Bagi kaum klasik, pembentukan modal adalah pengeluaran yang akan mempertinggi jumlah barang-barang modal dalam masyarakat. jika hal ini dapat ditingkatkan, maka dengan sendirinya produksi dan pendapatan nasional akan bertambah tinggi dan pembangunan ekonomi akan tercipta (Sukirno, 2007). Persamaan dasar ekonomi makro yang dapat dijelaskan adalah: Y = C + I + G + (X-M) Secara sederhana bisa dilihat bahwa output daerah (PDRB) akan meningkat ketika terjadi peningkatan pada konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M). Produk domestik bruto merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi didalam suatu negara. Pada kondisi keseimbangan, jumlah output yang diproduksi sama dengan jumlah yang diminta. Produksi output menghasilkan pendapatan bagi yang memproduksinya. Bagian terbesar dari pendapatan tersebut diterima oleh tenaga kerja dan pemilik modal. Nilai dari produk domestik bruto bergantung pada produksi fisik dan tingkat bunga. Inflasi adalah perubahan dari
3917
tingkat harga sepanjang waktu. Peranan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto ialah sektor pertanian menghasilkan sejumlah barang atau output sebagai kontribusi terhadap pendapatan suatu negara. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada kegiatan pertanian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari strategi pembangunan wilayah secara menyeluruh yang tidak saja mengalokasikan secara khusus kegiatan bisnis pertanian dengan wilayah pemasok sarana produksi pertanian, pengolahan produksi pertanian dan meningkatkan nilai tambah lainnya dengan wilayah pasar yang luas, baik secara nasional, regional maupun internasional. 2.2. Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan tali kemiskinan. Hal ini karena investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda (multiplier effect). Hal ini sesuai dengan konsep teori Keynesian yang menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan ini khususnya dalam bentuk uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya
4018
peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y=C+S dimana : Y = Pendapatan Masyarakat S = Tabungan C = Konsumsi I = Investasi dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut : 1. Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas, 2. Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas. Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Tingkat Harga (P)
450
AD2 AD1 0
Y1
Y2
Pendapatan (Y)
Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi (Mankiw,2000)
4119
Keterangan : Y1 = Pendapatan awal Y2 = Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi AD1 = Permintaan agregat / agregat demand awal AD2 = Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000). Rahdiana
(2011),
menyebutkan
Permintaan
efektif
menentukan
keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Permintaan efektif terdiri atas permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku bunga. Efisiensi marginal modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal baru. Sedangkan suku bunga yang merupakan faktor kedua dari investasi tergantung pada kuantitas. Naiknya kecenderungan berkonsumsi dapat mengakibatkan kenaikan pada pekerjaan tanpa kenaikan pada investasi. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dan karena pendapatan meningkat, muncul permintaan yang lebih banyak atas barang konsumsi yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Akibatnya kenaikan tertentu pada investasi menyebabkan kenaikan yang berlipat pada pendapatan melalui kecenderungan berkonsumsi (K). Hubungan antara kenaikan investasi (∆I) dan pendapatan (∆Y) ini oleh keynes disebut multiplier K pengali dimana rumusannya adalah:
42 20
∆Y = K. ∆I dan 1 − Jadi K =
=
mewakili kecenderungan marginal konsumsi. C=
BPS (2000) menyebutkan dalam model ekonomi makro dikenal suatu terminologi yang disebut sebagai pengganda (multiplier) yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variabel eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya, pengganda pendapatan nasional yang dirumuskan seperti diatas dimana MPC adalah marginal propensity to consume atau kecenderunganmarginal mengkonsumsi. Pengganda tersebut menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan MPC; semakin besar MPC, maka semakin besar pendapatan nasional. Dalam tabel I-O, pengganda tersebut juga dapat dapat diperoleh, tidak hanya merupakan satu besaran pengganda tetapi bahkan merupakan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matriks pengganda (mulitiplier matrix). Sama dengan pengganda pada model ekonomi makro yang telah dijelaskan di atas, matriks pengganda pada tabel I-O juga menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada suatu atau beberapa peubah eksogen. Matriks pengganda dalam tabel I-O digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis), seperti analisis dampak output, analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja, dan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat kepekaan). (BPS, 2000). Basu (2000) menyebutkan dalam model Harrod-Domar pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (AD),
4321
tetapi juga terhadap penawaran agregat (AS) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I= K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan. 2.2.1. IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat Mankiw (2006) menyatakan, IS-LM dapat digunakan untuk menjelaskan pendapatan nasional dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap. Untuk melihat bagaimana model IS-LM sesuai dengan model penawaran agregat dan permintaan agregat yang telah di telaah dalam model IS-LM jika tingkat harga dibiarkan berubah. Dengan mengkaji efek dari perubahan tingkat harga untuk menjelaskan posisi dan kemiringan dari kurva permintaan agregat. Determinan permintaan agregat dapat dipahami secara lebih lengkap, dengan menggunakan model IS-LM. Model IS-LM untuk dapat menunjukkan mengapa pendapatan nasional turun ketika tingkat harga naik yaitu dan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, dan juga dapat melihat kurva permintaan agregat bergeser. Penjelasan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, dapat ditelaah dalam model IS-LM ketika tingkat harga berubah. Pada Gambar. 2 dapat dilihat untuk setiap jumlah uang beredar M, tingkat harga P yang lebih tinggi mengurangi penawaran keseimbangan uang riil M/P. Penawaran keseimbangan uang riil yang lebih rendah akan menggeser kurva LM ke atas, yang
22 44
mengdongkrak tingkat bunga ekuilibrium dan mengurangi tingkat pendapatan ekuilibrium, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2(a). (a) Model IS-LM
1.
Tingkat Bunga, r
(b) Kurva Permintaan Agregat
Tingkat harga P yang lebih tinggi menggeser kurva LM ke atas
3. Kurva AD meringkas hubungan antara P dan Y
LM(P2)
P2 LM(P1)
2. ...yang menurunkan pendapatan Y
IS
Y2
Y1
P1
AD
Pendapatan, output, Y
Y2
Y1
Gambar 2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat Disini tingkat harga naik dari P1 ke P2, dan pendapatan turun dari Y1 ke Y2. Kurva permintaan agregat dalam bagian (b) menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva permintaan agrerat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul dalam model ISLM ketika mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi dengan pendapatan. Menderivasi kurva permintaan agregat dan model IS-LM
bagian (a)
menunjukkan model IS-LM; kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 menurunkan keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM ke atas. Pergeseran dalam kurva LM menurunkan pendapatan dari Y1 ke Y2. Bagian (b) menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas hubungan antara tingkat harga dan pendapatan yaitu semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat pendapatan. Perubahan pendapatan dalam IS-LM
yang disebabkan oleh
45 23
perubahan tingkat harga menunjukkan pergerakkan di sepanjang kurva permintaan agregat. Perubahan pendapatan dalam model IS-LM untuk tingkat harga tetap menunjukkan pergeseran dalam kurva permintaan agregat. 2.3. Konsep Produksi Pengertian produksi ditinjau dari segi ekonomi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya dapat diperdagangkan. Menurut Soekartawi (1994), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Berdasarkan pengertian
ini,
dapat
dipahami
bahwa
kegiatan
produksi
adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input produksi dengan output dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Dengan demikian, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor utama, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Hubungan antara jumlah output (Y) dengan jumlah input dalam proses produksi (X1, X2, X3,....Xn), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f(X1, X2, X3,....Xn) Dimana; Y = Output X = Input
46 24
BPS (2000) menyebutkan Pendapatan Nasional atau PDB yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi dalam praktiknya yaitu dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output setiap sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang lainnya. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double accounting) atau bahkan multiple accounting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindarkan hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan yaitu nilai tambah (value added) setiap sektor. Nilai tambah yaitu selisih antara nilai output dan nilai input antara. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah, digunakan rumus sebagai berikut. NT = NO - NI Keterangan: NT = Nilai Tambah NO = Nilai output NI = Nilai Input Antara 2.4. Konsep Tenaga Kerja Nicholson W. (1995) menyebutkan bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu adalah q = f (K, L) dimana k merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L
25 47
maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunan produktivitasnya serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi pengeluaran. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan karena pelaku utama pembangunan ialah manusia. Gambaran ini dapat melihat berapa besar nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang diberikan oleh setiap tenaga kerja pada suatu kegiatan ekonomi dengan menghitung produktivitas
tenaga
kerja.
Beberapa
hal
yang
berhubungan
dengan
ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhi daya tarik terhadap investasi diantaranya ketersediaan tenaga kerja. Kegiatan investasi diperlukan adanya tenaga kerja yang besar, baik yang tidak berpengalaman maupun yang sudah berpengalaman. Ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan usaha dilihat dari rasio jumlah penduduk usia produktif; rasio pencari kerja terhadap angkatan kerja; maupun tenaga kerja dengan basis pendidikan. Disisi lain produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi. Secara makro hanya dapat diperoleh produkstivitas rata-rata pada
26 48
sektor-sektor ekonomi agregatif, bukan besarnya produksi barang dan jasa tetapi besarnya pertumbuhan ekonomi (PDRB). Produktifitas di ukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu dibagi dengan jumlah tenaga kerja disektor tersebut. 2.5. Konsep Kapital Nanga, M (2005) menjelaskan teori akselerator memusatkan perhatiannya pada hubungan antara permintaan akan barang modal ( capital goods) dan permintaan akan produk akhir (final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini mulai dengan mengasumsikan adanya capital output ratio (COR) tertentu, yang ditentukan oleh kondisi teknis produksi. Hubungan antara kapital dan output ( COR) tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : K =k Y Dimana K adalah jumlah kapital yang digunakan, Y adalah tingkat output agregat, k adalah rasio kapital output yang tetap (fixed capital output ratio). Ini menjelaskan bahwa untuk menghasilkan tingkat output Yt pada periode waktu t, membutuhkan jumlah kapital sebesar Kt yang besarnya sama dengan k.Yt. Dari hal diatas, persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi : Kt = k . Yt Kt-1 = k . Yt-1, Karena investasi bersih (net investment ) pada kurun waktu t, It : It = Kt - Kt-1 = k (Yt – Yt-1) = k. Δ Yt
49 27
Persamaan diatas menunjukkan bahwa investasi netto (It) adalah sama dengan koefisien akselerator (k) dikali dengan perubahan dalam output agregat selama kurun waktu t (Yt). Oleh karena k diasumsikan konstan, maka investasi netto dengan sendirinya menjadi fungsi dari perubahan di dalam output agregat. Kalau output agregat meningkat, maka investasi netto akan positif. Jika output agregat meningkat dengan jumlah yang semakin besar, maka investasi netto akan meningkat dengan jumlah yang lebih besar lagi. 2.6. Konsep Investasi Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti atau menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan, dengan perkataan lain investasi adalah kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian (Sukirno, 2000). Dornbusch & Fischer (2004) berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1986) adalah: (1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia; (2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya; (3) Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital
28 50
formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Sukirno (2000) juga menjelaskan kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Menurut Mankiw (2006), salah satu alasan yang bisa meningkatkan permintaan investasi adalah inovasi teknologi, misalnya, seseorang menemukan teknologi baru, seperti jalan tol atau komputer. Sebelum menikmati manfaat inovasi ini, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang-barang investasi. Penemuan jalan tol tidak bernilai sampai mobil-mobil diproduksi dan jalur jalan dibuat. Gagasan tentang komputer tidak tidak prokduktif sampai komputer diproduksi. Jadi, inovasi teknologi akan meningkatkan permintaan investasi. Gambar 3(a). menunjukkan dampak dari kenaikan permintaan investasi. Pada tingkat bungan berapapun, permintaan terhadap barang-barang investasi (dan juga untuk dana pinjaman) adalah lebih tinggi. Kenaikan permintaan ini
29 51
ditunjukkan oleh pergeseran kurva investasi ke kanan. Perekonomian bergerak dari ekuilibrium yang lama, titik A, ke ekuilibrium baru, titik B. Jumlah investasi ekuilibrium tidak berubah, maka tingkat tabungan yang tetap akan tetap menentukan jumlah investasi. Peningkatan dalam investasi hanya akan meningkatkan tingkat bunga ekuilibrium. Kenaikan permintaan terhadap investasi merupakan kenaikan permintaan terhadap barang-barang investasi menggeser kurva investasi ke kanan. Pada tingkat bunga berapapun, jumlah investasi lebih besar. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B karena jumlah tabungan adalah tetap, maka kenaikan permintaan investasi kenaikkan tingkat bunga sedangkan jumlah investasi ekuilibrium tidak berubah. Tingkat Bunga riil, r
S Kenaikan Investasi yang diinginkan
(A) B
I1
A
I2
Kenaikan Tingkat bunga
Investai, Tabungan, I, S
S (r)
Tingkat Bunga riil, r (B) B A
Kenaikan Investasi yang diinginkan
I2 I1
Kenaikan Tingkat bunga
Investai, Tabungan, I, S Meningkatkan investasi dan tabungan ekuilibrium
Gambar 3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi (Mankiw, 2006)
30 52
Gambar 3(b). menunjukkan kenaikan permintaan investasi ketika tabungan bergantung pada tingkat bunga, ketika tabungan bergantung pada tingkat bunga, pergeseran ke kanan dalam kurva investasi menaikkan tingkat bunga dan jumlah investasi. Tingkat bunga yang lebih tinggi mendorong orang-orang meningkatkan tabungan, yang pada gilirannya membuat investasi meningkat. Dengan tabungan yang miring ke atas, kenaikan permintaan investasi akan meningkat tingkat bunga ekuilibrium maupun jumlah investasi ekuilibrium. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan. Namun, kesimpulannya akan berbeda jika fungsi konsumsi sederhana dimodifikasi dan memungkinkan konsumsi (dan sisi dibaliknya, tabungan) bergantung pada tingkat bunga. Karena tingkat bunga merupakan hasil tabungan (seperti biaya pinjaman), maka tingkat bunga yang semakin tinggi mengurangi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan. Teori Investasi adalah teori permintaan modal dimana Investasi merupakan arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik atau dengan kata lain investasi adalah jumlah yang dibelanjakan sektor usaha untuk menambah stok modal dalam periode tertentu. Investasi biasanya menempati proporsi yang relatif sedikit dari permintaan agregat, akan tetapi fluktuasi investasi menempati sebagian besar pergerakan siklus bisnis dalam PDB. Salah satu alasan mengapa negara-negara dengan pertumbuhan tinggi merupakan negara-negara dengan pertumbuhan tinggi ialah karena mereka mencurahkan bagian substansial dari
53 31
output mereka ke dalam investasi (Dornbush, 2004). Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006). Selain ini, investasi dapat dibedakan atas investasi finansial dan investasi non-finansial. Investasi finansial lebih ditujukan kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan, pemilikan saham, obligasi, dan sejenisnya. Sedangkan investasi non-finansial dalam bentuk investasi fisik (kapital dan barang modal), termasuk pula inventori (persediaan). Menurut Sukirno (2000), mengartikan bahwa investasi adalah sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini menunjukkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah haus dan perlu di depresiasikan.
5432
Nanga (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada (net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal (capital formation) atau akumulasi
modal
(capital
accumulation).
Dengan
demikian,
didalam
makroekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal (capital). Dalam Makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu. 2.7. Peranan Investasi dalam Pembangunan Kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Aktvitas ekonomi akan menghasilkan nilai tambah ekonomi maupun nilai tambah masyarakat. nilai tambah tersebut antara lain berupa timbulnya barang dan jasa, kesempatan kerja, dan pemanfaatan aset/faktor produksi yang menganggur. Kesejahteraan masyarakat suatu bangsa secara umum tergambar oleh Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh negara tersebut. Semakin tinggi PDB, semakin sejahtera masyarakatnya. Dengan demikian maka tingkat kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan investasi, yaitu berupa penciptaan nilai tambah oleh kegiatan investasi tersebut. Menurut Makmun dan Yasin (2003), Keberhasilan pertumbuhan PDRB, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan
5533
kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dan meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. Investasi penting bagi upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Provinsi Jambi sebagai salah satu Provinsi yang sedang membangun, sangat membutuhkan investasi. Baik investasi dari luar negeri (PMA) maupun investasi yang berasal dari dalam negeri (PMDN). Adanya arus investasi akan mempercepat
pertumbuhan
ekonomi
melaui
transfer
modal,
teknologi,
manajemen dan kewirausahaan. Untuk dapat secara terus menerus menarik minat investor berinvestasi maka upaya-upaya perbaikan daya saing investasi harus ditingkatkan. 2.8. Defenisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Mankiw (2008), dalam terminologi fungsi produksi pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total output dalam proses produksi akibat peningkatan faktor produksi dan kemajuan teknologi pada periode tertentu. Sedangkan menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu yang dipresentasikan oleh peningkatan output per kapita. Pengukuran output suatu perekonomian diklasifikasikan melalui indikator PDB yang dibagi dalam dua pendekatan yaitu pendekatan sisi penerimaan (income side) dan pendekatan sisi pengeluaran (expenditure side). PDB dari sisi penerimaan merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Sementara PDB dari sisi pengeluaran terdiri dari konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi dan ekspor bersih (Dornbush, 2008).
56 34
Menurut Miller dan Blair dalam Hadianto (2010), output suatu negara dalam model input output merupakan penjumlahan antara input antara (intermediate input) dan permintaan akhir (final demand). Permintaan akhir terdiri atas permintaan domestik dan permintaan luar negeri atau disebut ekspor. Selain itu dalam proses perdagangan internasional, produksi barang dan jasa membutuhkan faktor input yang berasal dari impor. 2.9. Pembangunan Pertanian dan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi Kemampuan sektor pertanian sebagai lokomotif penarik pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya tidak hanya melalui keterkaitan produksi seperti dalam pandangan Hirschman, tetapi juga melalui keterkaitan konsumsi atau pendapatan dan pada banyak kasus juga melalui keterkaitan investasi. Dalam bentuk-bentuk keterkaitan ekonomi tersebut, sektor pertanian mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor -sektor non-pertanian : surplus uang (Money Suplay) di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor -sektor lain, kedua, sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektorsektor lainnya, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan, ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. (Tambunan. T, 2003). Todaro (1986) yang menyatakan bahwa dalam sektor pertanianlah ditentukan berhasil atau tidaknya upaya-upaya pembangunan ekonomi jangka panjang. Jika suatu negara menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan maka negara itu harus memulainya dari sektor pertanian khususnya. Intisari yang terkandung dalam masalah kemiskinan yang terus meluas, ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah, laju pertumbuhan
57 35
penduduk yang semakin cepat serta terus melonjaknya tingkat pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran kehidupan perekonomian di sektor pertanian. Todaro (2003), menyatakan suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yaitu: percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil, peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang beroirentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan, diversifikasi kegiatan pembangunan daerah yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Karena itu, pada skala yang lebih luas, pembangunan sektor pertanian kini diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak pihak. Harus diingat bahwa
tanpa
pembangunan
daerah
pedesaan/pertanian
yang
integratif,
pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan Pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah-masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan pengangguran. Menurut Analis klasik dari Kuznets (1964) dalam Tambunan.T (2003), pertanian di Negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor
36 58
ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut : 1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat bergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Hal ini kemudian disebut sebagai kontribusi produk. 2. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama bertahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri, baik untuk barangbarang produsen maupun barang-barang konsumen yang kemudian disebut sebagai kontribusi Pasar. 3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output-nya terhadap pembentukan PDB dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian.Hal ini disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi. 4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik
37 59
lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditikomoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini disebut sebagai kontribusi devisa. Menurut Tambunan. T (2003), kontribusi sektor pertanian di suatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut atas komoditi-komoditi pertanian. Tentu, kontribusi sektor pertanian terhadap ekspor juga bisa bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk berbasis pertanian, seperti makanan dan minuman, tekstil, dan produk-produknya. 2.10. Investasi di Sektor Pertanian BPS (2007), menyatakan sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan yaitu : (1) Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek Sektor Pertanian muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan; (2) menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar)
60 38
khususnya yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya. (3) sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting; (4) sektor pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan struktural dari perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan-kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Investasi yang dilaksanakan disektor pertanian meliputi lima sub sektor pertanian, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Tujuan dari penanaman investasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat petani, penciptaan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja serta meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan petani, meningkatkan hasil produksi pertanian baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor sehingga akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pengembangan dan kelestarian sumber daya alam, pengembangan wilayah dan penyebaran kegiatan
39 61
pembangunan pertanian, menunjang pengembangan sektor-sektor perekonomian lainnya, pemerataan pendapatan dan peningkatan partisipasi masyarakat tani serta adanya pengalihan teknologi dan keahlian (BPS, 2007). Dilihat dari tujuannya, investasi di sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar tidak hanya bagi peningkatan pembangunan pertanian itu sendiri tetapi bagi peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Namun pada kenyataannya, prospek yang cukup baik dari adanya investasi di sektor pertanian ini kurang mendapat perhatian secara khusus dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta bahkan investasi di sektor pertanian ini cenderung menurun.
2.11. Analisis Input-Output Alat analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan antarsektor dalam suatu perekonomian. Hubungan antarsektor ini mulai menjadi penting di pertengahan abad ini, sejak analisis pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga melihat pembagian pertumbuhan antar faktor-faktor produksi, dan juga sumber-sumber pertumbuhan itu sendiri. Nazara (2005) menyatakan analisis input-output sebagai usaha memasukan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Analisis input -ouput merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antarsektor perekonomian.
40 62
Penekanan utama dalam analisis input-output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir juga kerap dijadikan sebagai variabel endogen. Menurut BPS Provinsi Jambi (2007), Analisis Input-Ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut,
dapat
dilihat
seberapa
besar
kemakmuran
masyarakat
bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya, misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan faktor-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran/keterlibatannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).
41 63
2.11.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input Output Analisis input-output memiliki beberapa manfaat/ kegunaan, yaitu: (1) menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian suatu wilayah bukan lagi sekedar kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan secara langsung mempengaruhi keseluruhan sektor; (2) dapat digunakan untuk mengetahui daya tarik keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan daya pendorong keterkaitan ke depan (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian suatu wilayah; (3) dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran); (4) sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif; (5) dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah, seandainya inputnya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja dan modal. 2.11.2. Tabel Dasar Transaksi Dalam Metode Input-Output Tabel dasar transaksi input-output terdiri atas 4 kuadran, yaitu kuadrankuadran yang berisi transaksi-transaksi dalam perekonomian meliputi transaksi sektor produksi, permintaan akhir, input primer, dan balas jasa. Secara lebih sistematis penjelasan terhadap 4 kuadran tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
42 64
Tabel 3. Format Dasar Tabel Transaksi Input –Output Alokasi Output Sumber Input
Permintaan antara
Taraf Penyediaan Permintaan akhir
Impor
Jumlah Output
a. Input antara
Sektor Produksi
Sektor Produksi
Kuadran I
Kuadran II
Sektor 1
X1i … X1j …. X1m
F1
M1
X1
Sektor 2
X2i …. X2j ….. X2m
F2
M2
X2
…….
.... …. …. …. ….
….
….
….
Sektor i
X3i … X3j …. X3m
Fi
Mi
Xi
……
.... …. …. …. ….
….
….
….
Sektor n
Xni …. Xnj ….. Xnm
Fn
Mn
Xn
Kuadran III b. Input Primer
Vi ... Vj …. Vm
Jumlah Input
Xi ... Xj …. Xm
Sumber : Tarigan (2007)
Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/kegiatan, yaitu arus barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk digunakan oleh sektor lain (termasuk sektor itu sendiri), baik bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Artinya barang dan jasa itu dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual kembali pada putaran berikutnya. Matriks yang ada dalam kuadran I merupakan sistem produksi dan bersifat endogen, sedangkan matriks yang berada di luar kuadran I (II, III, IV) bersifat eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena pengaruh dari dalam diri sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar. Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat untuk dikonsumsi (habis terpakai) dan untuk investasi. Termasuk permintaan akhir ini adalah barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat umum,
65 43
dibeli oleh pemerintah, digunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri/ke luar wilayah, dan tidak lagi berada di dalam negeri/wilayah karena habis terpakai. Kuadran III berisikan input primer, yaitu semua daya dan dana yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi diluar kategori input antara. Termasuk dalam kategori ini adalah tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan, bangunan dan tanah. Sumbangan masing-masing pihak dihitung sesuai dengan balas jasa yang diterimanya karena keikutsertaannya dalam proses produksi. Apa yang tertera dalam kuadran III adalah balas jasa bagi faktor -faktor produksi dan karenanya merupakan pendapatan yang menggambarkan kemakmuran masyarakat di suatu wilayah seandainya seluruh faktor produksi dimiliki oleh masyarakat setempat. Jumlah keseluruhan balas jasa tersebut adalah sama dengan nilai tambah bruto wilayah tersebut (Tarigan, 2007). 2.12. Analitycal Hierarchy Process (AHP) Teknik AHP menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengindetifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Tujuan AHP adalah untuk menemukan jenis keptusan atau kebijakan yang terbaik, yaitu yang memiliki rata-rata skor paling tinggi dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan faktor-faktor yang di anggap penting (Firdaus, 2008). Berdasarkan pendekatan AHP, yang menjadi narasumber untuk melakukan pembobotan adalah seorang ahli (expert), yang dimaksud dengan expert disini tidak harus seorang pakar pada satu bidang keiluan tertentu, melainkan orang yang tahu betul akan permasalahan yang hendak diteliti. Dalam konteks dampak investasi. Expert yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang yang paham benar mengenai seluk beluk kegiatan investasi. Dengan
44 66
demikian, mereka dapat memberikan pendapat mengenai pertimbanganpertimbangan yang melandasi seorang investor mau menanamkan modalnya di suatu daerah. 2.13. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menunjukkan gambaran penelitian yang serupa dengan penelitian ini, dan dapat digunakan sebagai referensi dari hasil penelitian nantinya. Menurut Zaini (2003), dalam penelitiannya mengenai Peranan Sektor Pertanian Sebelum Dan Masa Krisis Ekonomi Di Indonesia. Menunjukkan sektor pertanian seperti: sektor perikanan, tanaman pangan, peternakan dan pertanian tanaman lainnya, baik sebelum krisis maupun pada masa krisis ekonomi ternyata mempunyai output multiplier dan faktorial multiplier yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertambangan, industri dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan adanya potensi besar apabila dilakukan pengembangan terhadap sektor pertanian itu sendiri maupun pengaruh terhadap kenaikan produksi sektor lain serta peningkatan faktor produksi baik berupa kapital maupun tenaga kerja. Dari hasil penelitian terdahulu menerangkan bahwa semua kegiatan perekonomian suatu daerah dan nasional, sektor pertanian mempunyai peranan yang penting. Terutama dalam penciptaan tenaga kerja, walaupun posisinya semakin tergeser akibat transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor industri. Lena (2004) menyimpulkan bahwa dampak pembangunan di sektor pertanian terjadi secara langsung (direct impact) dan tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung menunjukkan bahwa pembangunan di sektor pertanian akan memiliki pengaruh terhadap kenaikan gross output, value added,
67 45
kegiatan produksi di sektor-sektor lainnya, dan pendapatan masyarakat, jika pembangunan di sektor ini berjalan melalui proses dan kegiatan yang sinergis dengan sektor-sektor lainnya. Dimas Gadang (2010), dengan judul penelitian “ Analisis Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Analisis Input-Output digunakan untuk melihat keterkaitan antara input dan output serta multiplier dari dan untuk sektor pertanian. Estimasi keterkaitan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2008 Klasifikasi 88 sektor yang kemudian disederhanakan menjadi 37 sektor dengan mengagregasi sektor-sektor diluar sektor pertanian. Hasil analisis keterkaitan sektor pertanian adalah lebih banyak sektor yang memiliki keterkaitan langsung ke depan yang lebih besar dibandingkan dengan keterkaitan langsung ke belakang sehingga sub-sub sektor pertanian lebih banyak berperan dalam output multipliernya. Angka keterkaitan ke belakang yang paling besar adalah sub sektor Bahan Makanan Lainnya sebesar 1,46018 dan angka ketrkaitan ke depan yang paling besar adalah sub sektor Tebu dengan angka keterkaitan sebesar 38,06591. Angka output multiplier terbesar adalah subsektor Bahan Makanan Lainnya sebesar 52,76845. Optimalisasi output dan input dari sub sektor Bahan Makanan Lainnya dan Tebu dapat memaksimalkan produksi dari sektor lain yang menggunakan output dari sub sektor tersebut sebagai bahan baku produksi, selain itu juga dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja untuk sub-sub sektor lainnya. Penelitian ini juga melihat bagaimana dampak perubahan output akibat adanya perubahan input primer, dampak peningkatan input primer pada anggaran subsidi pupuk sebesar 14,1 milyar akan meningkatkan output perekonomian
6846
sebesar 2.912 milyar rupiah. Priyarsono,dkk (2008) dalam penelitiannya yang ”Dampak Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan” dengan menggunakan pendeka tan SAM (Social Accounting Matrix) menyatakan bahwa investasi untuk peningkatan output sektor pertanian memiliki dampak yang lebih besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dan peningkatan pendapatan rumah tangga, Persentase penyerapan tenaga kerja terbesar untuk sektor pertanian terdapat pada sektor tanaman pangan. Semua sektor pertanian dan agroindustri memberikan pengaruh ke rumah tangga akan melewati tenaga kerja non pertanian serta modal swasta dan pemerintah. Berdasarkan skenario yang dilakukan Kalangi, injeksi penanaman modal pada sektor pertanian, agroindustri, dan sektor produksi lainnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing memberikan dampak yang positif bagi peningkatan faktorial, rumah tangga, sektor produksi itu sendiri maupun sektor produksi lainnya. Susanti (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh peningkatan investasi sektor perikanan terhadap kinerja perekonomian Indonesia secara umum berpengaruh positif, dimana telah menimbulkan peningkatan output sektoral Sedangkan pengaruh dari perubahan produktivitas juga memberikan hasil yang sama, dimana perubahan produktivitas baik produktivitas total, kapital, maupun tenaga kerja memberikan pengaruh meningkatkan output sektor perekonomian di Indonesia. Apabila investasi dan produktivitas dirubah sescara bersama-sama maka perubahan output yang terjadi di sektor perikanan relatif lebih besar dibandingkan bila dirubah secara parsial. Konsumsi rumah tangga sektoral mengalami peningkatan akibat peningkatan investasi dan produktivitas.
69 47
Deddy Rustiono (2008), denga judul penelitian “ Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah” Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5 Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Provinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel
investasi
dan
penyerapan
angkatan
kerja
diharapkan
mampu
meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
70
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Analisis Input-Output Analisis input-output dilakukan dengan menggunakan tabel input-output yang mempunyai kegunaan memperkirakan dampak dari permintaan akhir dan perubahannya terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah, impor, permintaan, pajak, kebutuhan tenaga kerja, dan sebagainya. Kemudian memproyeksi variabel-variabel ekonomi makro dari dampak tersebut. Selain itu dapat memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional mapun daerah (BPS, 2000). Analisis input-output ini menghitung permintaan akhir yang merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto dan perubahan stok (investasi), serta ekspor. 3.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang yang dicakup meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama (BPS, 2000). Mankiw (2000) menjelaskan bahwa konsumsi merupakan permintaan akhir sejumlah barang dan jasa oleh rumah tangga dalam suatu perekonomian.
49 71
Besarnya konsumsi dipengaruhi oleh disposable income yang merupakan total penerimaan rumah tangga setelah dikurangi pajak. Persamaan fungsi konsumsi dituliskan dimana C adalah konsumsi rumah tangga, T adalah pajak, dan (Y-T) adalah besarnya disposable income. C = T (Y-T) Sedangkan pengeluaran pemerintah merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk barang dan jasa serta transfer payment. Persamaan tersebut digambarkan dengan pendapatan
nasional (Y),
pengeluaran pemerintah
merupakan variabel eksogen. G= 3.1.1.2.Konsep Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Stok (Investasi) Mankiw (2000) menyebutkan bahwa modal dan investasi merupakan konsep yang saling berhubungan hanya saja modal merupakan konsep stock dan investasi merupakan konsep flow. Perusahaan membeli barang investasi untuk menambah sejumlah stok modal dan mengganti barang modal yang telah rusak atau habis. Perubahan dalam stok modal atau investasi bersih (net-investment) tergantung pada perbedaan antara marginal product of capital (MPK) dengan biaya riil modal (Pk/ P) (r + δ). Jika MPC lebih besar dari biaya riil modal, akan menguntungkan jika menambah persediaan modal. Jika MPK lebih kecil dari biaya riil modal, maka dibiarkan persediaan modal mengecil. Demikian dapat ditulis persamaan investasi tesebut: ∆K = In [ MPK - (Pk/ P) (r + δ)] dimana In merupakan fungsi yang menunjukkan seberapa besar investasi bersih respon terhadap insentif untuk berinvestasi. Dengan demikian investasi (I)
72 50
merupakan penjumlahan investasi bersih dan pergantian penyusutan barang modal yang dapat ditulis dengan persamaan: I = In [ MPK - (Pk/ P) (r + δ)] Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2, investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga riil r. Penurunan dalam tingkat suku bunga riil mengurangi biaya modal, oleh karena itu memiliki modal yang lebih bisa menguntungkan, demikian juga sebaliknya. Kemudian dalam jangka panjang, MPK sama dengan biaya modal riil. Dengan demikian seberapa besar investor akan menanamkan modalnya dipengaruhi juga oleh kebijakan tingkat suku bunga (Mankiw, 2000). Terdapat keterkaitan yang erat antara pendapatan nasional dan investasi. Hubungan keduanya menjadi suatu sorotan para ekonom, baik dari kalangan Klasik maupun Neo Klasik. Teori pendapatan nasional Keynesian yang menggunakan pendekatan pengeluaran agregatif dimana besarnya pendapatan nasional suatu negara diukur dari komponen-konponen expenditure para pelaku ekonominya lewat anggaran-anggarannya, yaitu; sektor konsumsi rumah tangga (C), perilaku usaha dan dunia usaha tercermin lewat komponen investasi yang ditanam (I), pemerintah melalui anggaran belanjanya (G) dan sektor perdagangan internasional yang tercermin lewat nilai ekspor/impor netto-nya. Teori diatas selanjutnya menurunkan pertimbangan parsial pada faktorfaktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi. Seperti halnya dalam konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, investasi oleh para pengusaha ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu diantara faktor-faktor penting yang dipertimbangkan adalah besarnya nilai pendapatan nasional yang dicapai (Sukirno, 2000). Hal ini berarti bahwa pendapatan nasional menjadi acuan atau menjadi salah satu faktor untuk melakukan investasi, semakin tinggi
51 73
pendapatan nasional maka semakin tinggi pula upaya penanaman investasi. Kebanyakan dalam analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya variabel investasi yang dilakukan oleh pengusaha berbentuk investasi autonomi (besaran/nilai tertentu investasi yang selalu sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional). Tetapi adakalanya tingkat pendapatan nasional sangat besar pengaruhnya pada tingkat investasi yang dilakukan. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi baru pada sektor usaha. Dengan demikian, apabila nilai pendapatan nasional semakin bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional maka nilai permintaan investasinya akan semakin rendah pula. Menurut Dornbusch (2008), Pengembangan yang dilakukan para ekonom Neo Klasik pada teori Keynes ini terlihat pada formulasi yang dikembangkannya pada model akselerator investasi. Dijelaskan bahwa laju investasi adalah sebanding dengan perubahan output dalam perekonomian. Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan untuk mengukur dampak kegiatan ekonomi terhadap pernciptaan output wilayah. Pertumbuhan wilayah tersebut merupakan indikator perkembangan ekonomi suatu wilayah. Analisis terhadap pertumbuhan output akan diperoleh informasi yang dapat dijadikan dasar kebijakan dalam pengembangan wilayah khususnya
74 52
terhadap sektor-sektor yang memiliki efek pengganda (multiplier) dan keterkaitan tinggi (lingkages) sebagai motor penggerak perekonomian. 3.1.1.3. Konsep Ekspor Bersih Dalam tabel I-O suatu negara atau daerah, permintaan akhir dirinci menurut komponennya, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Dengan demikian apabila komponen permintaan akhir tersebut dikurangi dengan jumlah impornya, maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik, dalam dalam statistik sering disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, 2000). Pendapatan Nasional atau output perekonomian (Y) dalam model perekonomian terbuka, dipengaruhi oleh ekspor bersih yang merupakan selisih antara ekspor dan impor. Besarnya ekspor bersih dipengaruhi oleh nilai tukar (exchange rate) dimana persamaan ekspor bersih ini dapat dituliskan dengan NX(e) yang merupakan ekpor bersih yang dipengaruhi oleh nilai tukar. NX(e) = Y – C(Y – T) – I(r) 3.1.2. Konsep Investasi Pertanian Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi dan pendapatan di masa yang akan datang (Dornbusch dan Fischer, 2008). Dua tujuan utama yang tercakup dalam investasi yaitu untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi) dan tambahan penyediaan modal yang ada (investasi netto). Perhitungan dalam pendapatan nasional, investasi di artikan seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan
75 53
pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang belum di proses, dan barang jadi. Investasi
sektor
pertanian
adalah
pengeluaran-pengeluaran
yang
dialokasikan pada usaha-usaha yang tergolong bermanfaat untuk membiayai proses produksi sektor pertanian mulai dari hulu sampai hilir. Salah satu cara untuk mengetahui perkembangan dan prospek sektor pertanian maka digunakan analisis Input-Output yang akan memperlihatkan beberapa kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi, ekspor, dan impor, serta sektor dominan yang menjadi informasi penting dalam meningkatkan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi. Selanjutnya, Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi atau kebijakan dari pada investor untuk menanamkan modal di sektor pertanian Provinsi Jambi. 3.1.3. Konsep Analitycal Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode
76 54
pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. 3.1.3.1. Kelebihan AHP Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah : 1.
Kesatuan (Unity). AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2.
Kompleksitas (Complexity). AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3.
Saling ketergantungan (Inter Dependence). AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
4.
Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring). AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5.
Pengukuran (Measurement). AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
55 77
6.
Konsistensi (Consistency). AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7.
Sintesis (Synthesis). AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing
8.
Trade Off. AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9.
Penilaian dan Konsensus (Judgement
and Consensus). AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10. Pengulangan Proses (Process Repetition). AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan. 3.1.3.2. Kelemahan AHP Disamping kelebihan-kelebihan AHP, terdapat beberapa kelemahan dalam menggunakan analisis ini, yaitu: 1.
Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2.
Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk
3.1.3.3. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
56 78
1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkanlebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah membuat tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada
dibawahnya
yaitu
kriteria-kriteria
yang
cocok
untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan. 3.
Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas
79 57
hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5. 4.
Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masingmasing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua
80 58
kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. 5.
Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6.
Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7.
Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8.
Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 persen.
3.1.3.4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu: 1. Dekomposisi Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih
81 59
detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung
beberapa
elemen,
di
mana
elemen-elemen
tersebut
bisa
dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level
yang
baru.
2.
Perbandingan
penilaian/pertimbangan
(comparative
judgments). Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. 3. Sintesa Prioritas. Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya. AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu: 1.
Aksioma Resiprokal. Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka B=1/5 A.
2.
Aksioma Homogenitas. Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Ketika hirarki
60 82
dibangun, kita harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. 3. Aksioma Ketergantungan Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki. 3.2. Kerangka Konsepsional Aktivitas suatu sektor perekonomian tidak terlepas dengan sektor-sektor perekonomian yang lain, sehingga suatu kebijakan yang berkaitan langsung dengan sektor tersebut akan berimbas pada perekonomian secara makro. Peranan sektor-sektor perekonomian pada hakekatnya merupakan penggambaran dari adanya saling keterkaitan diantara sektor-sektor perekonomian tersebut yang keterkaitannya perlu di analisis lebih lanjut terhadap sektor-sektor lainnya. Keseimbangan secara umum seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan atau ketidakseimbangan disektor lain. Perubahan di salah satu sektor akan dapat berpengaruh terhadap sektor yang lainnya. Peranan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi di analisa dengan menggunakan analisis Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP) . Analisis keterkaitan ke belakang dan ke depan digunakan untuk mengetahui struktur sektor pertanian sehingga pada akhirnya dapat ditentukan subsektor mana yang merupakan sektor kunci (key sector) pada sektor pertanian. Penelitian ini mengagregasi sektor-sektor lain dalam perekonomian selain sektor pertanian, sehingga tetap bisa dilihat pengaruh sektor pertanian terhadap perekonomian secara keseluruhan.
83 61
Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), pertanian di negara-negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, diantaranya adalah: (1) ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, tetapi juga untuk menyediakan bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit dan farmasi yang disebut sebagai kontribusi produk; (2) kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah perdesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar permintaan domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen yang disebut sebagai kontribusi pasar; (3) pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan outputnya terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dan andilnya dalam penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi dimana pembangunan ekonomi transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian yang disebut sebagai kontribusi untuk factor-faktor produksi; dan (4) sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi-komoditi
8462
pertanian menggantikan impor (substitusi impor) yang disebut Kuznets sebagai kontribusi devisa. Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara menyeluruh dapat diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang menyeluruh pula. Dalam suatu perekenomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan perekonomian yang ada di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi secara umum tetap memprioritas dan menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini sektor pertanian juga harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah sehingga diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sektor yang memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor, begitupun dengan sektor pertanian pasti akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan dalam sektor pertanian pasti memiliki pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor pertanian. Peningkatan daya saing sektor pertanian tidak dapat dicapai tanpa adanya kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor pertanian akan lebih mampu memanfaat resources (sumberdaya) yang dimiliki secara optimal. Akan tetapi, mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di Provinsi Jambi secara umum, dan investasi sektor pertanian secara khusus serta masih pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian Provinsi Jambi maka dengan menggunakan pendekatan analisis Input-Output dan AHP
85 63
diharapkan akan mampu melihat bagaimana peranan sektor pertanian bagi perekonomian di Provinsi Jambi secara lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nilai multiplier yang dihasilkan karena adanya investasi serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi sektor pertanian di Provinsi Jambi. Sektor Pertanian
PDRB
Analisis Input-Output
Kontribusi dalam pembentukan: -
Keterkaitan dan Indeks Penyebaran
Permintaan dan Penawaran Konsumsi Ekspor- Impor Investasi Nilai Tambah Output Sektoral
Investasi Sektor Pertanian
Dampak Investasi : Dampak Perubahan Investasi
Penentuan Sektor Kunci - Tenaga kerja, -Output, -Pendapatan
Kebijakan Investasi Sektor Pertanian
Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Perekonomian Propinsi Jambi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran 3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dirumuskan diatas maka hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
64 86
1. Sektor pertanian memiliki keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan Langsung dan Tidak Langusng Ke Depan 2. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian mendapat kontribusi tertinggi dibandingkan terdapat pembentukan output dan pendapatan. 3. Prioritas Kebijakan dan keputusan Investasi di sektor pertanian dipengaruhi oleh kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Jambi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dan dipengaruhi oleh peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku industri dan juga sebagai penyerap tenaga kerja yang besar serta infrastruktur yang memadai.
87
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup Provinsi Jambi. Pemilihan
tempat penelitian disebabkan bahwa masih besarnya peranan sektor pertanian yang merupakan sektor yang diandalkan bagi perekonomian Provinsi Jambi dan pentingnya
investasi
sektor
pertanian
guna
menunjang
pertumbuhan
perekonomian di Provinsi Jambi. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data persepsi dan keputusan (kebijakan) yang bersumber dari 6 responden yang dipilih secara sengaja dengan memperhatikan kontinuitas investasi dalam beberapa tahun, memiliki jumlah investasi yang terbesar, mewakili persentase dari populasinya, dan sebagai penentu kebijakan publik khususnya dibidang investasi. Data ini akan didapatkan melalui survey dan wawancara dengan menggunakan quisioner yang telah disediakan. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro,2003). Jenis data yang digunakan berikutnya dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data yang digunakan adalah data Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2010 atas dasar harga produsen. Data tersebut di Update dengan menggunakan metode RAS berdasarkan tahun dasar Input-Output Tahun 2007 atas dasar harga produsen.
88 66
4.3 Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa input-output dengan menggunakan metode RAS yang di update dari data InputOutput Provinsi Jambi Tahun 2007 atas dasar harga produsen dengan data InputOutput Provinsi Jambi Tahun 2010 atas dasar harga produsen yang telah diagregasi menjadi 42 sektor ekonomi untuk sektor pertanian, serta didukung oleh data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), data ketenagakerjaan serta data lainnya yang mendukung, dengan asumsi tidak terdapat perubahan struktur teknologi di Provinsi Jambi. Metode ini akan dilanjutkan dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) untuk melengkapi dan memperkaya informasi serta hasil yang tidak dapat dihasilkan dari analisa Input-Output terkait dengan prioritas kebijakan dan keputusan pemerintah maupun swasta dalam berinvestasi. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), BKPMD, maupun instansi lain yang diperlukan. Dilanjutkan dengan data primer yang diolah dengan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk melengkapi hasil dari analisa Input-Output guna mendapatkan data keputusan maupun kebijakan responden baik secara kualitatif dan kuantitatif yang merupakan pakar atau ahli dalam kegiatan investasi di sektor-sektor ekonomi Provinsi Jambi. 4.3.1 Metode RAS Metode RAS (Ricked A Stone) merupakan salah satu metode untuk memproyeksikan suatu tabel input-output yang baru dengan menggunakan koefisien-koefisien tabel input-output yang lama (tabel input-output dasar) (Nazara, 2005).
8967
Secara sederhana, metode RAS merupakan metode untuk memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t “A(t)” dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t dan total input tahun t. Secara matematis metode RASdapat diuraikan sebagai berikut: Andaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah A(0) = [Aij(0)]; i,j = 1,2,...,n. Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t diperkirakan dengan rumus A(t) dengan rumus A(t) = R A(0) S, dimana R= Subtitusi, dan S= Matriks diagonal yang elemen-elemennya menggambarkan pengaruh fabrikasi. Pengaruh subtitusi menunjukkan seberapa jauh suatu komoditi dapat digantikan oleh komoditi lain dalam prosen produksi. Pengaruh fabrikasi menunjukkan seberapa jauh suatu sektor dapat menyerap input antara dari total input yang tesedia. Andaikan r1 dan s1 berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal R dan S sedangkan xij(0) adalah input antara sektor j yang berasal dari output sektor i pada tahun dasar, maka untuk menjaga konsistensi hasil estimasi ridan sj, perlu ditambahkan dua persamaan pembatas seperti tertera dibawah ini. ∑ ri xij(0) sj = bij, i,j = 1.2,....n. Dan ∑ ri xij(0) sj = kij, i,j = 1.2,....n. Dimana:
bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t kj = jumlah input antara sektor j pada tahun t
dengan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan dengan 2n bilangan yang tidak diketahui (n buah ri dan n buah sj). Akan tetapi jika diperhatikan lebih jauh, sebenarnya ada 2n-1 persamaan yang bebas, sedangkan persamaan yang satunya tergantung dengan persamaan yang lain. Jumlah seluruh permintaan antara sama
68 90
dengan jumlah seluruh input antara. Oleh karena itu, ini tidak bisa menyelesaikan secara langsung sistem persamaan ini. Suatu penyelesaian yang sifatnya aprosiomatif bisa digunakan. Biasanya metode ini menggunakan iterasi yang konvergen. Semakin banyak iterasi yang dilakukan semakin cermat hasil perhitungannya (BPS,2000). Tabel input-output dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007. Proses penggunaan metode RAS sebagai berikut: 1. Penetapan Tabel Input-Output Dasar Provinsi Jambi Tahun 2007. 2. Menyusun Tabel Input-Output yang baru atau Tabel I-O 2010 maka diperlukan data baru Tahun 2010, yaitu: total permintaan antara dan input antara, total permintaan akhir, total nilai tambah, total output. Tabel 4. Agregasi 42 Sektor Ekonomi Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2007 Provinsi Jambi NO
KOMODITI
1
AGREGASI SEKTOR Padi
2
Jagung
3
Ketela
4
Kacang-kacangan
5
Kentang
6
Sayur-sayuran
7
Buah-buahan
8
Karet
karet yang dikeringkan dengan pengasapan/lumps, latex
9
Kopi
kopi biji pengupasan dan pembersihan kopi
10
Kelapa sawit
tandan buah segar
11
Kelapa dalam
kelapa buah segar
12
Kayu manis
kayu manis
13
Pinang Tanaman perkebunan lainnya
buah segar dan pinang belah
14
padi sawah, padi ladang jagung segar dan jagung pipilan ubi kayu segar dan pembuatan gaplek secara tradisional, ketela rambat buah segar kacang tanah berkulit dan yang sudah dikupas, kacang kedelai, kacang hijau buah segar bayam, kangkung, bawang putih, bawang merah, kacang daun, sawi, lobak, tomat, ketimun, kacang panjang, buncis dan sayuran lainnya, cabe merah, cabe hijau dan cabe rawit pisang, duku, rambutan, durian, mangga, jambu, sawo dan buah-buahan lainnya
teh, tebu, aren, cengkeh dan sebagainya
6991
Tabel 4. Lanjutan 15
Ternak dan hasilhasilnya
16
Ayam
17
Unggas lainnya
bebek, itik dan sebagainya
18
Telur
19
Hasil hutan
seluruh jenis telur ayam dan jenis unggas lainnya kayu bulat, kayu balok, kayu bakar, rotan, damar, terpentin, dan lainnya
20
Perikanan laut
21
Perairan umum
22
Budidaya Pertambangan migas dan non migas serta penggalian
23
24 25 26 27 28 29 30
Industri Minyak Kelapa Industri CPO Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung Industri Makanan Lainnya Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya
31
Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu
32
Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik
33
Industri Kertas dan Barang dari Kertas
34
Industri lainnya
35
Listrik dan air minum
kerbau, sapi, pemerahan susu, kulit, kambing, domba, babi, dsb ayam kampung/buras, dan ayam ras
berbagai produk udang, ikan-ikan hasil tangkapan dari laut ikan dan udang yang ada diperairan umum seperti ikan gabus, dll ikan dan hasil budidaya lainnya seperti patin, lele, dll pertambangan minyak bumi dan gas bumi, batu bara, penggalian pasir, penggalian batu, tanah liat, tanah uruk, batu kali, batu koral, batu kerikil minyak makan dan kelapa dalam dan sebagainya CPO penggilingan padidan penyosohan beras, tepung terigu, kacang-kacangan, pati ubi kayu, dll roti, kue kering, dan sejenisnya, makaroni, mie, kerupuk, petis terasi, dan kue-kue basah pakaian jadi, batik, perajutan karung goni dari plastik, tali temali, sdb penggergajian dan pengolahan kayu kayu lapis aneka inti, veneer, dan serutan lapis perabot serta kelengkapan rumah tangga dari kayu/bambu/rotan, peti kemas dari kayu, kerajianan ukiran dari kayu, barang lain dari gabusdan sortasi rotan, alat-alat dapur dari kayu, rotan, bambu, anyaman dari rotan dan bambu crumb rubber, ban luar/ dalam, vulkanisir ban, barang keperluan kaki dari karet, barang-barang lain dari karet yang belum termasuk dalam golongan manapun, pipa/selang plastik, barang plastik/karet untuk keperluan alas kaki, barang plastik lembaran, media rekam dari plastik, dan barang dari plastik/karet lainnya bubur kertas, kertas/karton, paper board, kertas bangunan dari kertas serat, kemasan dari kertas dan karton yang tidak termasuk dalam golongan manapun, percetakan/penjilidan dan penerbitan. industri minuman, industri kimia, pupuk, barang mineral bukan logam, industri dari logam, mesin-mesin dan peralatannya, industri barang lainnya listrik, gas, uap, dan air panas, penjernihan air, penyediaan dan penyaluran air
92 70
Tabel 4. Lanjutan
36
bangunan tempat tinggal, perkantoran, pertokoan, gedung pentas, gedung olahraga, rehabilitasi bangunan dan sebagainya. Bangunan pemeliharaan ikan, percetakan tanah sawah, pembukaan hutan, bangunan irigasi, pemeliharaan dan perbaikan irigasi, bangunan jalan, jembatan, bangunan landasan pesawat terbang, bangunan dermaga, bangunan instalasi air minum. bangunan pembangkit listrik, transmisi dan distribusi, bangunan
Bangunan
jaringan komunikasi, pengeringan dan pematangan sawah, taman kota, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi dan bangunan sipil lainnya perdagangan besar, eceran hasil pertanian/ pertambangan/ penggalian/ pengolahan, ekspor dan impor
37
Perdagangan
38
Hotel dan restoran
39 40
Angkutan dan jasa angkutan Komunikasi
41
Bank, asuransi dan keuangan
42
Jasa-jasa dan kegiatan lainnya
hotel, penginapan dan akomodasi lainnya, rumah makan dan minum, dll angkutan jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai dan danau, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan pos giro, radio panggil dan telekomunikasi bank sentral, bank umum, bank pembangunan, bank pengkreditan rakyat, asuransi jiwa, asuransi kerugian dan asuransi sosial. Pembiayaan sewa guna, modal ventura, sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit, penjamin emisi, dan dana pensiun jasa persewaan, jasa perusahaan, pemerintahan umum dan pertanahan, jasa sosial kemasyarakatan, jasa-jasa dan kegiatan-kegiatan lainnya
Sumber: BPS Provinsi Jambi 2007 Matriks dalam Tabel I-O pada penelitian ini terdiri dari matriks permintaan antara,
matriks permintaan akhir, dan matriks input primer.
Matriks permintaan antara atau sering disebut matriks input antara merupakan transaksi input-output antar sektor perekonomian yang terdiri dari 42 sektor perekonomian. Matriks permintaan akhir dalam model I-O terdiri dari konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan jumlah ekspor bersih barang dan jasa. Adapun matriks input primer terdiri dari surplus usaha, pajak tidak langsung bersih dan penyusutan, dan konsumsi rumah tangga serta upah dan gaji. Untuk kepentingan analisis dan kemudahan dalam membaca tabel,
71 93
maka setiap sektor diberi nomor kode sesuai dengan klasifikasi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik. Tabel 5. Struktur Tabel Input-Output Tahun 2007 Kolom/ Sektor 180 301 302 303 Baris 1 2 3 ....42 1 2 3 . . . 42 190 201 202 203 204 210 Sumber: BPS Provinsi Jambi 2007
304
305 409
600
Keterangan: a)
Sisi baris Baris 1 – 42
= Sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input antara
Baris 190
= Jumlah input antara
Baris 201
= Upah dan gaji
Baris 202
= Surplus usaha sisa
Baris 203
= Penyusutan
Baris 204
= Pajak tidak langsung bersih
Baris 210
= Jumlah input
72 94
b) Sisi kolom Kolom 1 – 42 = Sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor baris) sebagai input antara Kolom 180
= Jumlah permintaan antara
Kolom 301
= Konsumsi rumah tangga
Kolom 302
= Konsumsi pemerintah
Kolom 303
= Pembentukan modal tetap bruto
Kolom 304
= Perubahan inventori/stok
Kolom 305
= Jumlah ekspor untuk barang dan jasa
Kolom 309
= Jumlah impor untuk barang dan jasa
Kolom 700
= Jumlah output
3. Tabel Input-Output pada tahun dasar dihitung nilai koefisien input -output 4. Dengan mengasumsikan tidak terjadi perubahan teknologi dari tahun dasar, yaitu Tahun 2007 ke Tahun 2010. Maka diperoleh tingkat permintaan akhir, nilai tambah serta output yang baru dengan mengalikan koefisien input-output terhadap tingkat permintaan akhir, nilai tambah serta output yang baru. 4.3.2. Analisa Kontribusi 1.
Analisa Kontribusi sebagai Output (Output Share) Xi Output Share sektor ke-i = Σ Xi dimana : Xi Σ Xi
= jumlah ouput sektor i = jumlah total output di seluruh sektor
95 73
2.
Analisa Kontribusi sebagai permintaan Antara ( Intermediate Demand) IDi Intermediate Demand Share sektor ke-i = dimana : IDi Xi
3.
Xi = jumlah permintaan antara sektor ke-i = jumlah output sektor ke-i
Analisa Kontribusi sebagai permintaan Akhir (Final Demand Share) FDi Final Demand Share sektor ke-i = dimana : FDi Xi
4.
Xi = jumlah permintaan akhir sektor ke -i = jumlah output sektor ke-i
Analisa Kontribusi sebagai Input Antara ( Intermediate Input Share) IAi Intermediate Input Share sektor ke-i = Xi dimana : IAi = jumlah input antara sektor ke -i Xi = jumlah output sektor ke-i
5.
Analisa Kontribusi sebagai Input Primer/Nilai Tambah (Primary Input) PIi Primary Input Share sektor ke-i = dimana : PI i Xi
Xi = jumlah nilai tambah antara sektor ke-i = jumlah output sektor ke-i
4.3.3. Indeks Keterkaitan Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) indeks total keterkaitan meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total keterkaitan ke depan.
96 74
Indeks total keterkaitan ke belakang suatu industri/ sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap total pembelian input semua sektor didalam suatu perekonomian. Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian. 1. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang adalah: n BLj = Σ aij i=1 dimana: BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j aij
= unsur matriks kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
2. Indeks Total Keterkaitan ke Depan Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. sektor i dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan kedepan yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke depan adalah:
97 75
n FLi = Σ aij j =1 dimana: Fli = indeks total keterkaitan ke depan sektor j aij
= unsur matriks kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
4.3.4. Analisis Penentuan Sektor/subsektor Kunci (Prioritas) Penentuan sektor/subsektor yang dijadikan sektor/subsektor kunci dalam perekonomian Provinsi Jambi didasarkan pada peringkat nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas Derajat Kepekaan Daya Penyebaran Tinggi (≥ 1) Tinggi (≥ 1) Tinggi (≥ 1) Rendah (≤ 1) Rendah (≤ 1) Tinggi (≥ 1) Rendah (<≤1) Rendah (≤ 1) Sumber : BPS, 2007
Prioritas I II III IV
Daya penyebaran menunjukkan besarnya sumbangan relatif sektor tertentu dalam memenuhi permintaan keseluruhan sektor perekonomian. Sedangkan derajat kepekaan merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika nilai derajat kepekaan lebih dari satu artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan hilirnya dan sebaliknya. 1. Indeks Daya Penyebaran (Pd) Konsep daya penyebaran ( power of dispersion) ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga digunakan untuk melihat kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan industri hulunya. Jika Pd ≥
98 76
1, artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulu. Namun jika Pd < 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I–A)-1, rumus matematis untuk mencari nilai daya penyebarannya adalah: n
Σ αij i =1
Pdj = nn
n-1 Σ Σαij i=1j=1
dimana:
Pdj
= Indeks Daya Penyebaran
αij
= Unsur Matriks Kebalikan
2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds) Konsep derajat kepekaan (degree of Sensitivity) ini mempunyai keuntungan, yaitu dapat mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika Ds ≥ 1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika Ds < 1 maka sektor tersebut kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I-A)-1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah : n
Σ αij i =1
Dsj = nn
n-1 Σ Σαij i=1j=1
dimana:
Pdj
= Indeks derajat kepekaan
αij
= Unsur Matriks Kebalikan
99 77
3.3.5. Analisis Multiplier
Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis Input-Output adalah analisis multiplier (analisis angka pengganda). Pada intinya, analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir, di dalam perekonomian. 1.
Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan : α = (I – A )– 1 = [αij] Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matrik invers ini [αij] menunjukan besarnya perubahan aktifitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. 2.
Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya
perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah gaji dan upah yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis
100 78
pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank. 3.
Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. 4.3.6. Dampak Investasi Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jambi digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan berdasarkan data input-output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap kegiatan investasi sektor pertanian. 1.
Dampak terhadap pembentukan Output (Xfid) Xfid = (1 – A )-1 (fid)
2.
Dampak terhadap Tenaga Kerja (Lik) Lik = e (1 – A )-1 (fid)
3.
Dampak terhadap pendapatan (l) l = Σ Pxi X Vfid Σ Vxi
79 101
dimana :
(1 – A )-1 = Matriks kebalikan Leontif E
= Matriks koefisien tenaga kerja
V
= Matriks koefisien nilai tambah
Fid
= Nilai investasi sektor pertanian
Pxi
= Nilai upah dan gaji sektor i pada matriks transaksi domestik
Vxi
= Nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi domestik
4.3.7. Analisis Simulasi Penelitian ini akan menggunakan proyeksi terhadap permintaan akhir untuk tahun 2012 dan simulasi dampak investasi terhadap sektor pertanian pada tahun 2013 yang diasumsikan terdapat investasi sebesar Rp 150 milyar ke masingmasing sub sektor pertanian. Asumsi ini diperoleh dari data historis investasi dimana nilai yang ditentukan dengan menjumlahkan persentase nilai investasi masing-masing sektor tahun 2006 – 2010 kemudian dibagi jumlah tahun dan diambil dari nilai persentase dari sektor yang terbesar. Hal ini berguna dalam melihat perubahan sektor pertanian untuk masing-masing sub sektor jika dilakukan investasi dari besaran yang diperkirakan sehingga dapat menjawab peranan investasi sektor pertanian di provinsi Jambi sesuai dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Sub-sub sektor pertanian tersebut yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Provinsi Jambi.
102 80
4.4. Langkah Kerja Analitycal Hierarchy Process (AHP) Langkah-langkah kerja utama AHP (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi Sistem. Ini dilakukan dengan mendefenisikan persoalan penurunan investasi dan merinci persoalan masalah secara mendalam, perhatian ditujukan pada pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen yang menyusun
struktur
hierarki.
Tidak
terdapat
prosedur
pasti
dalam
mengidentifikasi komponen-komponen sistem (tujuan, kriteria, aktifitas) yang akan
melibatkan
dalam
sistem
hierarki.
Komponen
sistem
dapat
diidentifikasikan berdasarkan kemampuan pada analisis untuk menentukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. 2.
Membuat struktur hierarki dari sudut pandang Stakeholders secara menyeluruh. Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang sangat terkait, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut. Pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya kealternatif strategi, pilihan, dan skenario. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus,yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.
3.
Menyusun
matriks berpasangan. Matrik banding berpasangan untuk
kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh dan berada setingkat diatasnya. Matriks banding berpasangan dimulai dari puncak hierarki untuk fokus G, yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan ada dibawahnya.
81 103
Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elelem tingkat kedua (F1, F2, F3,....., Fn) terhadap fokus G yang ada dipuncak hirarki. Menurut perjanjian, suatu elemen di puncak matriks. 4.
Menghitung matrik pendapat individu. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan setiap pada variabel pada kolom ke-j dengan setiap variabel pada Kolom ke-i yang berhubungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan “seberapa kuat variabel Kolom ke-i didominasi oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j” untuk mengisi matriks berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Nilai Skala banding Bepasangan Intensitas Pentingnya 1
Defenisi
Penjelasan
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen satu sedikit lebih daripada elemen yang lainnya
penting
5
Elemen yang satu sangat daripada elemen yang lainnya
penting
7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya
9
Satu elemen mutlak lebih daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Kebalikan
-
penting
Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Pengalaman dan pertim bangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen denga kuat disokong dan dominannya telah terlibat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu dengan yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan
Nilai-nilai antara dua pertimbangan Kompromi diperlukan di antara yang berdekatan dua pertimbangan - Jika untuk aktifitas ke-I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas ke-j maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Jika untuk aktifitasi mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber: Saaty, 1993.
82 104
5.
Menghitung matrik pendapat gabungan. Pada langkah ini adalah memasukan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, penentuan dan pengujian konsistensi. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka kebalikannya, matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilainilai kebalikannya. Untuk tahap 6-8, dapat diolah dengan menggunakan komputer dengan program komputer Expert Choice Version 2000.
6.
Pengolahan horizontal. Pada langkah ini adalah melaksanakan langkah 3,4,5 untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatas.
7.
Revisi pendapat. Ini dilakukan apabila nilai CR cukup tinggi, yaitu lebih dari 0,1 dengan mencari Root Mean Square (RMS) dan merevisi pendapat pada Kolom yang memiliki nilai terbesar. Pengumpulan pendapat pada Kolom yang memiliki nilai terbesar. Pengumpulan pendapat responden dilakukan dengan menggunakan kuisioner terstruktur, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Expert Choice 2000
8.
Sintesis yang memperhatikan konsistensi. Menurut Saaty (1993) penentuan perangkat komponen sistem hirarki AHP tidak memiliki prosedur yang pasti sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponenkomponen seperti yang telah disebutkan diatas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen
sistem
yang
dipilih
dan
dipergunakan
dalam
membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur yang dimaksud sehingga
83 105
penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan. Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dalam penelitian ini diolah secara tabulasi. Selanjutnya dianalisis dengan dua alat analisis, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam menjawab permasalahan pada penelitian maka akan dilakukan pengolahan data dengan metode AHP. Untuk melakukan data dengan metode AHP dibutuhkan sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian dengan abstraksi.
106
V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI
5.1. Kondisi Geografis dan Administratif Jambi sebagai salah satu provinsi di Sumatera, letaknya diapit oleh lima provinsi, yaitu Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Letak astronomisnya antara 0°45' dan 2°45' Lintang Selatan dan antara 101°10' dan 104°55' Bujur Timur. Provinsi Jambi mempunyai Luas 2,62 persen dari total Iuas daratan Provinsi Jambi, dan sebesar 10,4 persen dari total luas daratan pulau Sumatera. Suhu udara rata-rata di Jambi mencapai 27°C dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen. Kabupaten yang mempunyai daerah pegunungan mempunyai suhu udara rata-rata relatif rendah antara 15,3°C hingga 30,1°C. Curah hujan tertinggi tercatat 3 144 mm dan hari hujan sebanyak 181 hari. Sebagian besar desa di Provinsi Jambi merupakan desa bukan pesisir yang jumlahnya mencapai 1 275 desa dengan topografi wilayah sebagian besar berada di dataran yaitu sebanyak 878 desa.dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 5. Peta Administrasif Provinsi Jambi
85 107
Luas wilayah Provinsi jambi 53 435 km2 dengan luas daratan 50 160,05 km2 Pada awal era otonomi daerah di provinsi Jambi terjadi pemekaran wilayah administrasi kabupaten dari semula hanya 5 kabupaten dan 1 kota, menjadi 9 kabupaten dan tetap 1 kota. Penambahan 4 kabupaten ini terjadi pada awal tahun 2000. Selain pemekaran daerah tingkat II, juga terjadi pemekaran kecamatan yang semula hanya 64 kecamatan menjadi 114 pada tahun 2007. Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/ kelurahan di Provinsi Jambi Tahun 2010 sebanyak 131 kecamatan dan 1 372 desa/kelurahan (BPS Prov. Jambi, 2011). 5.2. Kependudukan dan Sumberdaya Manusia Komposisi penduduk Provinsi Jambi didominasi oleh penduduk muda dan dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya,maka seharusnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia 5-9 tahun. Jumlah penduduk Provinsi Jambi mencapai 2,7 juta jiwa pada tahun 2007. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2009 menurut hasil Susenas penduduk Provinsi Jambi sudah mencapai 2,8 juta jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 50 160 km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 56,5 orang pada tahun 2009. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk lakilaki. Hal ini dapat dilihat dari angka sex ratio yang nilainya lebih dari 100. Tahun 2009, setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk Jambi pada Tahun 2010 mencapai 3 092 365 jiwa,
86 108
dari 2009-2010 terjadi pertumbuhan sebesar 9,11 persen (BPS Provinsi Jambi, 2011). Tingkat kepadatan penduduk dan rumah tangga di Tahun 2010 mencapai 61,65 jiwa/km2 dan rata-rata anggota rumah tangga 4,01 orang per rumah tangga. Provinsi Jambi memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam.Masingmasing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu,walaupun diantara mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah ada yang mengenal agama. Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu diwilayah utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Jambi. Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3 205 orang yang hidup di wilayah administrasi Merangin, Sarolangun, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo. Sekitar dua pertiga penduduk Provinsi Jambi termasuk dalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami sedikit peningkatan selama periode 2007-2009 dari 65,2 persen menjadi 66,7 persen. Jumlah angkatan kerja per Agustus 2010 mencapai 1 546 683 orang yang terdiri dari 1 462 405 orang bekerja dan 83 278 orang pencari kerja/ pengangguran.
87 109
Tabel 8. Beberapa Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Uraian 2007 2008 TPAK(%) 65,18 65,95 TingkatPengangguran 6,22 5,14 %Bekerja 93,78 94,86 UMP(Rp.000) 658,0 724,0 %Bekerja di sektor A 57,74 57,73 %Bekerja di sektor M 4,20 3,79 %Bekerja di sektor S 38,06 38,48 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010
2009 66,65 5,54 94,46 800,0 56,5 6,1 37,4
Pasar tenaga kerja Provinsi Jambi juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai lebih dri 90 persen pada tahun 2009. Tingkat pengangguran terlihat sangat fluktuatif selama kurun waktu 2007-2009. Pada tahun 2007 tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 6,2 persen. Angka ini menurun menjadi 5,1 persen pada tahun 2008 dan kembali meningkat menjadi 5,5 persen pada tahun 2009. Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pilihan bekerja di sektor pertanian (A) masih mendominasi pasar kerja di Provinsi Jambi dengan persentase sebesar 57 persen pada tahun 2007, yang diikuti dengan sektor jasajasa (S) dengan persentase sebesar 38 persen. Sementara pekerja di sektor manufaktur (M) hanya sebesar 4 persen. Komposisi tersebut tampaknya tidak banyak mengalami perubahan selama kurun waktu 2007 – 2009. Upah minimum provinsi (UMP) Provinsi Jambi terus mengalami peningkatan. Selama periode 2007 – 2009 UMP Provinsi Jambi meningkat dari Rp 658 ribu menjadi Rp 800 ribu.
88 110
5.3. Pendidikan Salah satu program pokok pembangunan Provinsi Jambi adalah meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal mulai dari tingkat sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi dan pendidikan non-formal berupa pendidikan dan latihan berbagai bidang pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk pembangunan serta pembinaan generasi muda dan olahraga dalam mempersiapkan generasi sehat jasmani dan rohani (Jambi Dalam Angka 2011). Tabel 9. Penduduk 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan Tahun 2010 No Kategori Pendidikan Jumlah 1 Tidak Sekolah 126 230 2 Sekolah Dasar (SD) 189 440 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 134 663 4 Sekolah Menengah Atas (SMA) 105 014 5 Perguruan Tinggi (PT) 53 916 6 Tidak Sekolah 1 875 048 Total 2 485 402 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2011
5.4. Profil Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 5.4.1. Pertanian 5.4.1.1. Tanaman Bahan Makanan Luas lahan sawah di Provinsi Jambi pada Tahun 2010 seluas 166 645 hektar. Jika dilihat dari sistem irigasinya, 36,61 persen merupakan irigasi pasang surut dan 18,80 persen irigasi tadah hujan. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jambi merupakan wilayah potensi untuk tanaman pangan. Produksi padi sawah Provinsi Jambi Tahun 2010 turun sebesar 3,33 persen dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Padi ladang naik sebesar 2,68 persen sehingga total produksi padi mengalami penurunan
111 89
sebesar 2,50 persen. Untuk palawija seperti ubi kayu, produksinya naik sebesar 0,53 persen, jagung turun 19,59 persen, ubi jalar naik 2,63 persen, dan kedelai turun 41,74 persen. 5.4.1.2. Perkebunan Perkebunan daerah jambi pada umumnya adalah perkebunan rakyat. Produksi terbesar adalah karet yang memiliki luas tanaman 646 698 hektar dengan produksi 280 928 ton pada Tahun 2010. Komoditas andalan lainnya yaitu kelapa sawit dengan produksi 1 266 225 ton serta kelapa dalam 113 089 ton. 5.4.1.3. Kehutanan Hasil kehutanan Provinsi Jambi yang terbesar adalah bahan baku serpih, produksi Tahun 2010 adalah 3 024 478,89 m3 atau turun 12,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi kedua terbesar adalah pulp sebesar 797 469,61 ton atau mengalami kenaikan produksi sebesar 42,30 persen. 5.4.1.4. Peternakan Tahun 2010, ternak sapi masih mendominasi jenis ternak besar yaitu dengan jumlah populasi sebesar 177 710 ekor atau meningkat 8,01 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan ternak kecil terbanyak adalah ternak kambing sebesar 303 863 ekor. Adapun ternak unggas terbesar adalah ayam pedaging sebesar 11 226 605 ekor. 5.4.1.5. Kelautan dan Perikanan Potensi kelautan hanya berada di dua kabupaten di Provinsi Jambi, yaitu Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat dengan masing-
90 112
masing produksi 23 025,6 ton dan 21 497,7 ton. Sedangkan perikanan darat tersebar di semua kabupaten/kota terbagi menjadi perairan umum dan budidaya. Secara keseluruhan hasil produksi perikanan darat sebesar 36 804 ton dengan konsentrasi terbanyak di Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan produksi perikanan hasil budidaya sebanyak 30 397,2 ton dimana Kabupaten Muaro Jambi sebagai pemegang andil terbesar budidaya ikan patin. 5.4.2. Perindustrian, Pertambangan dan Energi 5.4.2.1 Perindustrian Perindustrian Provinsi Jambi dari tahun 1997 – 2010 mengalami peningkatan baik dari unit usaha, tenaga kerja, investasi dan produksinya. Jumlah perusahaan industri pengolahan besar dan sedang di Provinsi jambi pada Tahun 2010 sebanyak 86 dan angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,38 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja sebesar 17 005 orang. 5.4.2.2. Pertambangan dan Energi Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. 5.4.2.3. Listrik, Gas dan Air Minum Perkembangan pelistrikan di Provinsi Jambi juga meningkat sesuai dengan laju perkembangan pembangunan. Hal ini penting dalam kehidupan
91 113
sehari-hari masyarakat yang sangat membutuhkan listrik sebagai sumber energi. 5.4.3. Perdagangan 5.4.3.1. Pedagangan Luar Negeri Volume ekspor Jambi bulan Januari sampai dengan Desember 2010 sebesar 2 505 527,71 ton sedangkan volume impornya adalah 234 862,91 ton. Nilai ekspor Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar 1 488 055,91 ribu U$ Dolar dan Impor 252 504,11 ribu U$ Dolar. 5.4.3.2. Perdagangan Dalam Negeri Jumlah pedagang berdasarkan penerbitan SIUP Tahun 2010 sebanyak 5 081 izin terdiri dari 4 399 pedagang kecil (PK), 458 izin pedagang menengah (PM), dan 224 izin pedagang besar (PB). Sedangkan berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP) 2010 terdiri dari Perusahaan Terbatas (PT) 160 unit, Koperasi 90 unit, CV 584 unit, Perusahaan Perorangan (PO) 1 762 unit dan Badan Usaha Lain (BUL) 83 unit. 5.4.4. Transportasi, Komunikasi dan Pariwisata 5.4.4.1. Panjang Jalan Jalan
merupakan
prasarana
untuk
mempelancar
kegiatan
perekonomian. Peningkatan pembangunan diiringi dengan peningkatan pembangunan
jalan
untuk
memudahkan
mobilitas
penduduk
dan
mempelancar perdagangan antar daerah. Panjang jalan di Provinsi jambi pada Tahun 2010 adalah 2 417,01 km terdiri dari jalan kondisi baik 716,72 km, jalan sedang 911,95 km, rusak 459,83 km, dan rusak berat 328,51 km.
92 114
5.4.4.2. Perhubungan Darat, Air dan Udara Jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya dari tahun 2006 – 2010 mengalami kenaikan. Jenis kendaraan terbanyak adalah 1 040 630 buah, mobil penumpang 20 638 buah, mobil barang 47 534 buah dan mobil bus 43 149 buah. Sedangkan untuk sarana transportasi air merupakan salah satu penggunaannya diperuntukkan untuk bongkar muat barang dilakukan melalui pelabuhan Talang Duku Jambi. Pada Tahun 2010 jumlah kedatangan pesawat ke Jambi sebanyak 4 078 kali dan jumlah keberangkatan pesawat dari jambi sebanyak 4 079 kali. Penumpang yang datang 469 898 orang dan berangkat 466 922 orang. Frekuensi pesawat yang datang dan berangkat pada Tahun 2010 masingmasing mengalami peningkatan 12,22 persen dan 12,18 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 5.4.4.3. Pos, Telekomunikasi dan Hotel Jumlah sambungan telepon Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,02 persen. sedangkan perkembangan jumlah hotel di Provinsi jambi pada Tahun 2010 naik dari 137 hotel pada tahun 2008 menjadi 138 hotel pada Tahun 2010 dengan jumlah kamar naik sebesar 5,17 persen. salah satu sarana penunjang kepariwisataan adalah adanya restoran/rumah makan dan tempat wisata maisng-masing berjumlah 462 buah dan 275 buah. 5.4.5. Keuangan dan Harga 5.4.5.1. Keuangan Negara Realisasi penerimaan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi tahun anggaran 2010 mengalami peningkatan sebesar 8,56 persen dibandingkan
93 115
dengan
tahun
sebelumnya.
Peningkatan
tersebut
salah
satunya
disumbangkan oleh peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 30,01 persen. realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jambi tahun anggaran 2010 dibanding tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 3,41 persen dengan rincian belanja aparatur daerah turun sebesar 20,43 persen, belanja pelayanan publik meningkat sebesar 18,77 persen. Realisasi penerimaan pajak/retribusi daerah yang dipungut melalui Dinas Pendapatan Provinsi Jambi Tahun 2010 mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 21,58 persen. Hasil pemungutan PBB menurut sektornya secara total mengalami kenaikan sebesar 2, 64 persen. 5.4.5.2. Perbankan dan Koperasi Seiring dengan berkembangnya perekonomian
Jambi menuntut
perkembangan jasa keuangan khususnya perbankan untuk membuka cabang/unit di daerah. Sampai dengan Tahun 2010 tercatat 238 unit kantor bank, terdiri dari kantor pusat, sebanyak 1 unit, kantor cabang 44 unit, kantor cabang pembantu 170 unit, dan kantor kas sebanyak 23 unit. Jumlah ini
naik
sebesar
21,43
persen
dibandingkan
tahun
sebelumnya.
Meningkatnya jumlah perbankan diiringi dengan meningkatnya posisi giro maupun posisi pinjaman, serta menurunnya deposito rupiah dan valas bank. Perekonomian kecil dan menengah masih sangan membutuhkan dukungan dengan diperlukannya pemberdayaan perkoperasian. Jumlah koperasi di Provinsi Jambi Tahun 2010 sebanyak 3 275 unit. Jumlah tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota.
116 94
5.5. Pertumbuhan dan Penggunaan PDRB Perkembangan ekonomi Provinsi Jambi pada Tahun 2010 relatif stabil dan cenderung mengalami perbaikan dibanding tahun sebelumnya. Setelah mengalami perlambatan pada tahun 2009, yaitu sebesar 6,39 persen, pada Tahun 2010 menjadi 7,31 persen. Peningkatan laju pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh distribusi penggunaan PDRB yang pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh produksi dan harga. Jika dilihat lebih rinci, hampir semua komponen PDRB penggunaan mengalami peningkatan pertumbuhan selama Tahun 2010. Akan tetapi beberapa komponen menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba yaitu sebesar 27,09 persen. Komponen lain yang peningkatannya cukup tinggi adalah pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu sebesar 8,49 persen. Komponen lain mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Komponen yang pertumbuhannya melambat dibanding tahun lalu adalah perubahan stok (7,52 mejadi 1,09) dan pengeluaran konsumsi makanan rumah tangga (5,72 menjadi 5,55). 5.6. Distribusi Penggunaan PDRB Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih tetap merupakan komponen yang paling dominan jika dilihat dari sisi penggunaan PDRB di Provinsi Jambi. Kontribusi komponen ini sejak tahun 2000 selalu berada di atas 60 persen. Gambaran ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk konsumsi rumah tangga baik itu berupa makanan maupun non makanan.
95 117
Distribusi terbesar kedua adalah komponen pembentukan modal tetap bruto yaitu sebesar 18,18 persen. Selanjutnya adalah komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 17,83 persen. Pada Tahun 2010 pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,63 persen. Distribusi terkecil kedua terdapat pada ekspor netto. Ekspor netto yang merupakan selisih antara ekspor dan impor menyumbang sebesar minus 1,76 persen dari total PDRB Provinsi Jambi Tahun 2010. 5.7. Pengeluaran untuk Konsumsi Seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2010 sebagian besar PDRB Penggunaan Provinsi Jambi digunakan untuk pengeluaran konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba maupun konsumsi pemerintah. PDRB Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar Rp 53,82 triliun, digunakan untuk konsumsi sebesar 43,67 triliun rupiah atau sekitar 81,14 persen. Pengeluaran konsumsi tersebut terbagi untuk konsumsi rumah tangga 33,73 triliun rupiah (62,67 persen), konsumsi pemerintah sebesar 9,6 triliun rupiah (17,83 persen) dan sisanya merupakan konsumsi lembaga nirlaba. Pengeluaran untuk konsumsi lembaga nirlaba merupakan pengeluaran yang pertumbuhannya cepat diantara semua pengeluaran konsumsi. Pertumbuhan komponen ini Tahun 2010 mencapai 27,09 persen meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 18,71 persen. Kontribusi komponen ini terhadap PDRB sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,63 persen dari total PDRB penggunaan. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah pada Tahun 2010 melambat lajunya menjadi 8,49 persen dengan kontribusinya terhadap PDRB mecapai 17,83 persen.
96 118
5.8. Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga Tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 5,43 persen dengan rincian untuk konsumsi makanan sebesar 5,55 persen. Laju konsumsi makanan Tahun 2010 sebesar 5,55 persen, angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang mengalami peningkatan 5,72 persen. Seperti juga hanya dengan laju konsumsi non makanan Tahun 2010 (5,22 persen) yang mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 4,38 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap total PDRB Tahun 2010, konsumsi makanan mengalami penurunan dibandingan tahun sebelumnya yatu dari 40,49 persen (2009) menjadi 39,72 persen di Tahun 2010, sedangkan konsumsi non makanan mengalami peningkatan 22,64 persen (2009) menjadi 22,95 persen diTahun 2010. 5.6. Konsumsi Pemerintah Pertumbuhan pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi pemerintah selama kurun waktu 2006-2010 terus meningkat. Pertumbuhan komponen ini Tahun 2010 sebesar 8,49 persen. Tingginya pengeluaran konsumsi pemerintah ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan belanja pembangunan prasarana yang umumnya disertai kenaikan gaji pegawai pemerintah daerah Tahun 2010. Pengeluaran untuk konsumsi pemerintah Tahun 2010 tercatat sebesar 9.598.119,02 juta rupiah dengan kontribusi terhadap total PDRB Provinsi Jambi sebesar 17,83 persen, maka ini meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2009 yang memberikan kontribusi sebesar 16,78 persen.
98 119
5.9. Pembentukan Modal dan Perubahan Stok Indikasi perkembangan perekonomian di Provinsi Jambi terlihat pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta perubahan stok yang mengalami peningkatan cukup signifikan pada Tahun 2010. Kontribusi komponen tersebut maisng-masing sebesar 18,18 persen (PMTB) dan 4,43 persen untuk perubahan stok. Perekonomian Provinsi Jambi saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Salah satu indikator yang cukup jelas perkembangannya adalah pembentukan modal tetap bruto yang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir. Kontribusi komponen ini selama Tahun 2010 sebesar 18,18 persen atau meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 16,77 persen. Pertumbuhan komponen ini menggambarkan adanya peningkatan jumlah investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adapun pertumbuhan komponen ini pada Tahun 2010 sebesar 2,43 persen. Komponen perubahan stok pada Tahun 2010 mengalami penurunan laju yang cukup signifikan yaitu sebesar 1,09 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar 7,52 persen. Kontribusi komponen ini pada Tahun 2010 sebesar 2,43 persen atau sedikit meningkat dibanding tahun 2009 yang sebesar 2,67 persen. 5.10. Perkembangan Ekspor dan Impor Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi dari tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010 angkanya berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2010 kedua komponen ini mengalami peningkatan masing-masing sebesar 30,04 persen untuk ekspor dan 24,39 persen untuk impor. Peningkatan ekspor ini dipengaruhi
99 120
oleh peningkatan permintaan luar negeri terhadap produk-produk unggulan Provinsi Jambi seperti CPO dan karet olahan. Impor Jambi didominasi oleh bahan baku industri, bahan-bahan kimia dan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi sektor-sektor perekonomian di Jambi. Dengan demikian peningkatan impor ini merupakan indikasi adanya geliat ekonomi di Provinsi Jambi. 5.11. Pertumbuhan dan Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektoral 5.11.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Sektor pertanian mencakup subsektor tanaman bahan makanan (Tabama), tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2006 – 2010, kontribusi sektor ini terhadap PDRB paling dominan dan menjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja. Pada kurun waktu lima tahun terakhir, sub sektor tanaman perkebunan mendominasi sektor pertanian. Kontribusinya sejak tahun 2006 hingga Tahun 2010 berkisar 13,20 persen atau lebih tinggi dari subsektor tanaman bahan makanan yang peranannya sekitar 9 persen. Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan di Tahun 2010 sebesar 3,92 persen, sementara subsektor tanaman perkebunan sebesar 6,90 persen. Subsektor peternakan tumbuh 5,68 persen, subsektor peternakan tumbuh 5,68 persen, subsektor kehutanan minus 3,11 persen, subsektor perikanan tumbuh 5,24 persen. Peranan tiga subsektor ini jauh lebih kecil dibandingkan subsektor tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan.
100 121
5.11.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor dominan dalam perekonomian di Provinsi Jambi pada Tahun 2010, terutama untuk migas yang menjadi andalan dibeberapa kabupaten yang mempunyai sumur minyak. Dalam pembentukan PDRB, sektor pertanian dan sektor pertambangan disebut sebagai sektor primer. Pada Tahun 2010 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 14,46 persen. Hal ini ditunjang oleh subsektor migas sendiri sebesar 12,07 persen, subsektor pertambangan nin migas sebesar 36,83 persen, dan subsektor penggalian sebesar 10,08 persen. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan cukup besar yaitu 18,12 persen terhadap PDRB Provinsi Jambi. 5.11.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mencakup industri pengolahan minyak dan gas dan industri pengolahan tanpa minyak dan gas. Pada Tahun 2010 industri migas tumbuh sebesar 12,55 persen. Sedangkan industri tanpa migas pertumbuhannya hanya 4,04 persen sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 5,18 persen. Secara umum peranan sektor industri pengolahan pada Tahun 2010 sebagian besar disumbang oleh industri non migas sebesar 10,08 persen. 5.11.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 13,12 persen pada Tahun 2010 dan menempati posisi kedua setelah sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini memiliki peranan sebesar 0,89 persen dan dipandang masih terlalu kecil. Walaupun demikian kebutuhan akan sektor ini dalam pembentukan
122 101
perekonominan Provinsi Jambi sangat penting sebagai sektor penunjang kegiatan bagi sektor-sektor lainnya. 5.11.5. Sektor Bangunan Meningkatnya kinerja perekonomian secara jelas terlihat pada sektor bangunan yang pada Tahun 2010 pertumbuhannya mencapai 6,76 persen. Sumbangan sektor ini terhadap pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi pada tahun yang sama sebesar 4,55 persen. Sektor bangunan, sektor listrik, dan sektor industri pengolahan, dalam pembentukan PDRB disebut sebagai sektor sekunder. 5.11.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 10,16 persen pada Tahun 2010. Dilihat dari subsektor yang membentuk sektor ini, laju pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami laju pertumbuhan tertinggi yaitu 10,53 persen. Bagitu juga dengan subsektor hotel mengalami laju pertumbuhan 18,02 persen, sedangkan subsektor restoran hanya mampu melaju sebesar 3,54 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran ini berperan sebagai penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Jambi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB pada Tahun 2010 menempati posisi ketiga (14,54 persen). Proporsi terbesar sektor ini disumbang oleh subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 13,37 persen. Kemudian subsektor hotel menyumbang 0,21 persen, dan subsektor restoran memberikan andil sebesar 0,97 persen.
123 102
5.11.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Dalam era globalisasi, peranan sektor pengangkutan dan komunikasi sangat vital dan menjadi indikator kemajuan Provinsi Jambi, terutama jasa telekomunikasi. Subsektor transportasi sendiri memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian di Jambi. Penyumbang terbesar terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi pada Tahun 2010 ini masih dikuasai subsektor angkutan sebesar 6,01 persen. Subsektor komunikasi tidak kalah penting peranannya, tapi andilnya masih kecil yaitu 0,53 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada Tahun 2010 tumbuh sebesar 3,99 persen, ditunjang oleh subsektor angkutan darat yang tumbuh 2,71 persen. Subsektor angkutan kaut dan angkutan sungai yang masing-masing tumbuh sebesar 1,89 persen dan 1,81 persen, dari subsektor angkutan udara laju pertumbuhannya
mencapai
14,21
persen.
Disisi
lain
pesatnya
bisnis
telekomunikasi yang ditandai dengan banyaknya pengguna telepon seluler mengakibatkan subsektor komunikasi mengalami laju pertumbuhan sebesar 6,25 persen. 5.11.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Sektor
keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan
mengalami
pertumbuhan sebesar 12,12 persen pada Tahun 2010, salah satu indikator yang dapat dilihat adalah bertambahnya kantor bank dan tumbuhnya lembaga-lembaga pembiayaan sampai ke kabupaten dalam Provinsi Jambi. Peranan sektor ini pada Tahun 2010 sebesar 5,14 persen, masing-masing disumbang oleh seubsektor bank sebesar 2,22 persen, lembaga keuangan bukan bank sebesar 0,34 persen, jasa
124 103
penunjang keuangan sebesar 0,02 persen, persewaan bangunan sebesar 2,48 persen serta andil dari sub sektor jasa perusahaan sebesar 0,08 persen. 5.11.9. Sektor Jasa-jasa Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa Tahun 2010 sebesar 4,05 persen, telah memberikan andil terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jambi sebesar 9,56 persen dan masih menempati urutan kelima dari sembilan sektor. Kontribusi terbesar subsektor ini disumbang oleh kegiatan pemerintahan umum sebesar 8,18 persen dan sisanya sebesar 1,37 persen disumbang oleh pihak swasta. Sektor jasa-jasa pada Tahun 2010 tumbuh sebesar 4,05 persen. Subsektor jada sosial dan kemasyarakatan merupakan subsektor swasta denga laju tertinggi 4,84 persen, diikuti oleh subsektor jasa perorangan dan rumah tangga dengan laju pertumbuhan sebesar 3,50 persen serta subsektor jasa hiburan sebesar 3,31 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa, disebut sektor tersier.
125
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Jambi Berdasarkan analisis Tabel Input-Output dapat dihasilkan gambaran mengenai struktur perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010. Gambaran struktur perekonomian tersebut meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi masyarakat, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, struktur nilai tambah bruto, serta dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jambi. 6.1.1. Permintaan dan Penawaran Output Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2010 maka total permintaan barang dan jasa di Provinsi Jambi pada Tahun 2010 sebesar Rp 127 099,59 milyar. Jumlah tersebut terdiri atas permintaan barang dan jasa oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan sektor produksinya, ini biasa disebut dengan permintaan antara yaitu sebesar Rp 28 040,59 milyar atau sebesar 22,1 persen. selanjutnya jumlah permintaan akhir yaitu sebesar Rp 99 058,99 milyar atau sebesar 77,9 persen. Apabila dilihat dari sisi penawarannya, barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh permintaan tersebut bisa disediakan atau ditawarkan dari produksi domestik yaitu produksi Provinsi Jambi, bisa juga berasal dari luar Provinsi Jambi atau bahkan dari luar negeri yang sering disebut dengan impor. Dengan menggunakan asumsi keseimbangan antara permintaan dan penawaran maka total penawaran sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jambi sama dengan nilai permintaannya yaitu sebesar Rp 127 099,59 milyar. Sebesar Rp 103 361,81
105 126
milyar mampu disediakan oleh unit produksi domestik atau sebesar 81,32 persen, sedangkan kekurangannya sebesar Rp 23 737,77 milyar atau sebesar 18,68 persen didatangkan dari luar daerah (Provinsi) maupun luar negeri (impor). Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa permintaan antara sektor pertanian yaitu sektor 1 – 22 sebesar Rp 6 776,21 milyar atau sekitar 29,03 persen dari total permintaan antara di Provinsi Jambi sisanya sebesar 70,97 persen merupakan permintaan antara untuk sektor-sektor ekonomi lainnya. Tingginya permintaan antara sektor pertanian menunjukan tingginya peranan output sektor tersebut yang dihasilkan untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh produksi sektor pertanian yang mampu diolah lagi oleh sektor industri. Permintaan antara industri sektor pertanian (24 – 33) sebesar Rp 4 129,89 milyar atau sekitar 19,05 persen. Bila dilihat dari sisi permintaan akhir, sektor pertanian memiliki nilai sebesar Rp 15 369,00 milyar atau sebesar 35,46 persen dari total permintaan akhir, dan permintaan akhir industri sektor pertanian sebesar Rp 25 549,50 atau sebesar 40,47 persen. Permintaan akhir lebih tinggi dari pada permintaan antara dikarenakan permintaan akhir tersebut dialokasikan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, perubahan stok, ekspor dan impor, sedangkan permintaan antara hanya untuk memenuhi permintaan sektor-sektor lain atau sektor itu sendiri yang masih membutuhkan proses produksi lebih lanjut. Secara keseluruhan permintaan akhir Provinsi Jambi didominasi oleh sektor pertanian, baik hulu maupun hilir. Tingginya permintaan akhir sektor pertanian karena berkaitan dengan kebutuhan komoditi perkebunan untuk sebagian bahan baku industri, yang sebagian digunakan juga untuk konsumsi domestik dan ekspor
106 127
karena saat terjadi krisis ekonomi harga output sektor pertanian sangat kompetitif (mampu bersaing) di pasar internasional. Tabel 10. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah) Sektor
Permintaan Antara
Permintaan Akhir Domestik
Jumlah Permintaan
Ekspor
Output Domestik
Impor
Jumlah Penawaran
1
1 119,46
116,29
0
1 235,75
0
1 235,75
1 235,75
2
172,76
81,68
14,18
268,63
0
268,63
268,63
3
135,08
93,65
4,96
233,70
0
233,70
233,70
4
128,61
152,19
0
280,81
63,35
217,45
280,81
5
58,79
132,15
191,36
382,31
8,88
373,43
382,31
6
37,47
1 550,48
118,65
1 706,61
568,23
1 138,38
1 706,61
7
50,87
1 300,08
1,98
1 352,94
9,50
1 343,44
1 352,94
8
2 479,57
12,73
2 797,98
5 290,29
0
5 290,29
5 290,29
9
169,63
23,00
694,26
886,90
0
886,90
886,90
10
795,50
4,48
1 919,43
2 719,41
0
2 719,41
2 719,41
11
50,62
140,07
44,27
234,96
0
234,96
234,96
12
84,73
406,03
1 297,79
1 788,56
0
1 788,56
1 788,56
13
4,20
10,24
6,41
20,87
0
20,87
20,87
14
124,37
228,20
110,12
462,70
114,69
348,01
462,70
15
366,88
1 023,34
1,25
1 391,48
1 151,62
239,86
1 391,48
16
116,30
697,34
0
813,64
13,30
800,34
813,64
17
43,21
222,19
0
265,40
2,82
262,58
265,40
18
71,64
368,27
0
439,91
60,63
379,28
439,91
19
509,79
272,49
341,82
1 124,11
15,14
1 108,96
1 124,11
20
183,51
724,75
44,93
953,19
0
953,19
953,19
21
7,65
147,23
0,67
155,57
0
155,57
155,57
22
65,47
68,55
3,35
137,38
11,09
126 28
137,38
23
570,64
482,21
12 760,50
13 813,36
0
13 813,36
13 813,36
24
239,61
727,72
488,39
1 455,73
539,89
915,83
1 455,73
107 128
Tabel 10. Lanjutan 25
931,30
544,46
3 270,18
4 745,95
0
4 745,95
4 745,95
26
439,17
5 763,38
0,92
6 203,48
2 904,03
3 299,44
6 203,48
27
897,46
3 779,51
3,26
4 680,24
1 539,05
3 141,19
4 680,24
28
197,48
1 282,20
1,46
1 481,15
1 276,99
204,15
1 481,15
29
260,26
2,96
206,62
469,84
2,06
467,77
469,84
30
379,71
481,91
2 144,08
3 005,71
0
3 005,71
3 005,71
31
25,96
1 194,56
1,27
1 221,80
370,36
851,44
1 221,80
32
362,37
1 170,61
3 838,85
5 371,85
886,73
4 485,12
5 371,85
33
396,53
403,89
243,18
1 043,61
473,59
570,02
1 043,61
34
6 674,86
10 589,97
784,48
18 049,32
13 449,93
4 599,38
18 049,32
35
833,75
2 067,63
0
2 901,38
184,13
2 717,25
2 901,38
36
448,61
9 288,25
0
9 736,87
0
9 736,87
9 736,87
37
1 391,80
1 967,52
2 592,38
5 951,71
0
5 951,71
5 951,71
38
337,10
2 938,94
0
3 276,04
0
3 276,04
3 276,04
39
1 688,94
3 865,82
1 669,37
7 224,13
48,81
7 175,31
7 224,13
40
294,19
498,12
0
792,31
24,05
768,26
792,31
41
4 384,65
1 700,23
0
6 084,88
18,83
6 066,05
6 084,88
42
509,90
6 935,02
0
7 444,92
0
7 444,92
7 444,92
28 040,59
63 460,51
35 598,48
127 099,59
23 737,77
103 361,81
127 099,59
Total
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Tabel I-O suatu daerah, permintaan akhir dirinci menurut komponennya, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Dengan demikian, apabila jumlah masing-masing permintaan akhir tersebut dikurangi dengan jumlah impornya, maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik, atau dalam statisktik pendapatan daerah disebut dengan produk domestik regional bruto (PDRB) menurut penggunaannya (BPS, 2000). Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa PRDB Provinsi Jambi Tahun 2010
108 129
menurut penggunannya berdasarkan Tabel I-O adalah sebesar Rp 103 361,81 milyar. 6.1.2. Struktur Permintaan Akhir Menurut Komponen Konsumsi rumah tangga di Provinsi Jambi pada Tahun 2010 adalah sebesar Rp 45 342,09 milyar. Dari total konsumsi tersebut konsumsi masyarakat terhadap sektor pertanian sebesar Rp 6 804,68 milyar atau sebesar 14,99 persen (sektor 1 – 22) dari total konsumsi rumah tangga seluruh sektor perekonomian. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar dalam memenuhi konsumsi rumah tangga. Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2010 konsumsi pemerintah sebesar Rp 10 903,31 milyar dan terbesar dipergunakan untuk sektor jasa-jasa, bangunan dan industri lainnya. Dalam Tabel Input-Output investasi merupakan penjumlahan dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan stok. Nilai investasi seluruh sektor perekonomian di Provinsi Jambi pada Tahun 2010 sebesar Rp 7 215,10 milyar, yang terdiri dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar Rp 5 820,88 milyar dan perubahan stok yang bernilai sebesar Rp 1 394,21 milyar. Investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar Rp 970,83 milyar atau sebesar 13,45 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 163,93 milyar dan perubahan stok sebesar Rp 806,89 milyar.
109 130
Tabel 11. Struktur Permintaan Akhir Menurut Komponen (Milyar Rupiah) Terhadap Sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah) Sektor
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Perubahan Stok
PMTB
Ekspor
Impor
1
0
0
0
116,29
0
0
2
75,59
0
0
6,08
14,18
0
3
93,55
0
0
0,10
4,96
0
4
146,67
0
0
5,51
0
63,35
5
128,66
0
0
3,48
191,36
8,88
6
1 548,19
0
2,17
0,12
118,65
568,23
7
1 298,97
0
1,11
0
1,98
9,50
8
0
0
5,81
6,92
2 797,98
0
9
0
0
0
23,00
694,26
0
10
0
0
0
4,48
1 919,43
0
11
134,28
0
5,03
0,75
44,27
0
12
3,41
0
0
402,62
1 297,79
0
13
4,20
0
0
6,04
6,41
0
14
224,10
0
0
4,10
110,12
114,69
15
933,51
0
89,60
0,234
1,25
1 151,62
16
681,90
0
0
15,43
0
13,30
17
219,69
0
0
2,49
0
2,82
18
363,19
0
0
5,07
0
60,63
19
65,48
0
2,89
204,11
341,82
15,14
20
706,98
0
17,76
0
44,93
0
21
130,18
0
17,05
0
0,679
0
22
46,06
0
22,49
0
3,35
11,09
23
35,52
0
248,71
197,97
12 760,50
0
24
718,79
0
0
8,93
488,39
539,89
25
530,14
0
0
14,32
3 270,18
0
26
5 749,28
0
3,48
10,61
0,92
2 904,03
131 110
Tabel 11. Lanjutan 27
3 689,61
89,90
0
0
3,26
1 539,05
28
1 244,67
34,50
0
3,02
1,46
1,276,99
29
0,73
0
0
2,22
206,62
2,06
30
304,74
3,48
0
173,69
2 144,08
0
31
934,71
64,15
193,58
2,11
1,27
370,36
32
1 123,17
13,24
0
34,19
3 838,85
886,73
33
167,81
151,38
83,47
1,22
243,18
473,59
34
6 762,44
2 114,30
1 574,22
138,99
784,48
13 449,93
35
1 739,33
105,81
222,48
0
0
184,13
36
3 397,14
2 934,92
2 956,17
0
0
0
37
1 731,89
113,19
122,43
0
2 592,38
0
38
2 157,63
781,30
0
0
0
0
39
3 020,95
653,47
191,39
0
1 669,37
48,81
40
380,67
114,92
2,52
0
0
24,05
41
1 178,70
463,08
58,44
0
0
18,83
42
3 669,41
3 265,60
0
0
0
0
Total
45 342,09
10 903,31
5 820,88
1 394,21
35 598,48
23 737,77
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Pada Tahun 2010 total ekspor di Provinsi Jambi sebesar Rp 35 598,48 milyar. Dari total tersebut, nilai ekspor keseluruhan sektor pertanian adalah sebesar Rp 7 593,48 milyar atau sebesar 21,33 persen dari total ekspor keseluruhan sektor perekonomian. Sedangkan ditinjau dari sisi impor terhadap barang dan jasa, nilai impor di Provinsi Jambi secara keseluruhan sebesar Rp 23 737,77 milyar. Nilai impor sektor pertanian sebesar Rp 2 019,27 milyar atau sebesar 8,50 persen dari total impor keseluruhan sektor perekonomian. Bila dilihat dari selisih total ekspor dan impor, Provinsi Jambi mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 11 860,70 milyar. Secara keseluruhan sektor
111 132
pertanian mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 5 574,20 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Provinsi Jambi masih menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar setelah sektor pertambangan. 6.1.3. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen BPS (2000) menjelaskan Nilai Tambah Bruto adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Nilai tambah bruto (NTB) juga sering disebut sebagai balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2010, NTB terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, serta pajak tak langsung. Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa total NTB Provinsi Jambi pada Tahun 2010 adalah sebesar Rp 75 321,22 milyar yang berasal dari upah dan gaji sebesar Rp 24 528,34 milyar atau sebesar 32,56 persen dari total NTB sektor perekonomian secara keseluruhan, surplus usaha sebesar Rp 45 519,37 milyar (60,43 persen), penyusutan sebesar Rp 3 524,98 milyar (4,68 persen), dan pajak tak langsung sebesar Rp 1 748,51 (2,32 persen). Tabel 12. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 ( Milyar Rupiah) Kode
Uraian
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
201 202 203 204
Upah Gaji 24 528,34 32,56 Surplus Usaha 45 519,37 60,43 Penyusutan 3 524,98 4,68 Pajak Tak Langsung 1 748,51 2,32 Jumlah 75 321,22 100,00 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Pada Tabel 13 ditunjukkan komposisi permintaan akhir menurut komponen dilihat dari sisi distribusi terhadap permintaan akhirnya dan dilihat dari sisi distribusi terhadap NTB.
112 133
Tabel 13. Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponen Terhadap Distribusi Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah).
301
Konsumsi Rumah Tangga
45 342,09
Distribusi Terhadap Permintaan Akhir 45,77
302
Konsumsi Pemerintah
10 903,31
11,01
14,48
303
Pembentukan Modal
5 820,88
5,88
7,73
304
Perubahan Stok
1 394,21
1,41
1,85
305
Ekspor
35 598,48
35,94
47,26
309
Jumlah Permintaan Akhir
99 058,99
100,00
131,52
409
Impor
23 737,77
23,96
31,52
Total NTB
75 321,22
76,04
100,00
Kode
Uraian
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi Terhadap NTB 60,20
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Secara berurut nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 45 342,09 milyar dimana distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 45,77 persen sedangkan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 60,20 persen. untuk komponen konsumsi pemerintah dengan nilai Rp 10 903,31 milyar, distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 11,01 persen dan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 14,48 persen. Komponen pembentukan modal dengan nilai Rp 5 820,88 milyar, distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 5,88 persen dan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 7,73 persen. Komponen perubahan stok dengan nilai Rp 1 394,21 milyar, distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 1,41 persen dan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 1,85 persen. komponen ekspor dengan nilai Rp 35 598,48 milyar, distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 35,94 persen dan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 47,26 persen. Komponen impor dengan nilai Rp 23 737,77 milyar, distribusi terhadap permintaan akhir sebesar 23,96 persen dan distribusi terhadap
134 113
nilai tambah bruto sebesar 31,52 persen. Secara total jumlah permintaan akhir mencapai nilai Rp 99 058,99 milyar dengan distribusi terhadapa permintaan akhir sebesar 100 persen dan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 131,52 persen. 6.1.4. Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu daerah. Dengan melihat besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor mana yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam membentuk output seczra keseluruhan di suatu daerah tersebut (BPS, 2000). Dari tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2010 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa output total perekonomian Provinsi Jambi sebesar Rp 103 361,81 milyar. Dari sepuluh besar output, sektor pertambangan migas dan non migas serta penggalian memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar Rp 13 813,36 milyar atau memiliki distribusi sebesar 13,36 persen, diikuti dengan sektor bangunan dengan nilai sebesar Rp 9 736,87 milyar (9,42 persen), dan pada peringkat ke tiga adalah sektor jasa-jasa dan kegiatan lainnya sebesar Rp 7 444,92 milyar (7,20 persen). Sektor pertanian menempati peringkat ketujuh untuk sektor ekonomi karet dengan nilai Rp 5 290,29 milyar atau sebesar 4,59 persen, untuk industri sektor pertanian terdapat pada peringkat delapan yaitu industri CPO dengan nilai Rp 4 745, 95 milyar atau sebesar 4,45 persen dan pada peringkat sepuluh yaitu industri karet, barang dari karet dan barang plastik dengan nilai Rp 4 485,12 milyar atau sebesar 4,34 persen.
135 114
Tabel 14. Distribusi Output Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Output (Milyar Rupiah) No.
Kode
1
23
2 3
36 42
4
39
5
41
6 7 8 9
37 8 25 34
10
32
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
13 813,36
13,36
9 736,87 7 444,92
9,42 7,20
7 175,31
6,94
6 066,05
5,87
5 951,71 5 290,29 4 745,95 4 599,38
5,76 5,12 4,59 4,45
4 485,12
4,34
69 309,00
67,05
Sektor Lainnya
34 052,81
32,95
Total Permintaan
103 361,81
100,00
Uraian Pertambangan migas dan non migas serta penggalian Bangunan Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Angkutan dan Jasa Angkutan Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Perdagangan Karet Industri CPO Industri Lainnya Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Jumlah Peringkat 1-10
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). 6.1.5. Struktur Konsumsi Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik yang terdiri dari konsumsi/permintaan yang dilakukan oleh perseorangan/rumah tangga dan pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Provinsi Jambi mencapai nilai Rp 56 245,40 milyar yang terdiri dari Rp 45 342,09 milyar konsumsi rumah tangga (C) dan Rp 10 903,31 milyar konsumsi pemerintah (G). Tabel 15 menunjukkan Konsumsi Rumah Tangga (RT) berdasarkan sepuluh besar konsumsi rumah tangga terbesar berasal dari sektor industri lainnya yakni mencapai 14,91 persen atau Rp 6 762,44 milyar. Kemudian diikuti konsumsi rumah tangga dari sektor industri pertanian yaitu industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung sebesar Rp 5 749,28 milyar (12,68 persen), dan peringkat ke tiga sektor industri makanan lainnya sebesar RP 3 689,61 milyar
136 115
(8,14 persen), dan pada peringkat kesepuluh adalah sektor sayur-sayuran sebesar Rp 1 548,19 milyar (3,41 persen). Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam konsumsi rumah tangga yang berkaitan dengan kebutuhan pangan masyarakat. ini menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat berperan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat. Sektor pertanian ini dapat diproduksi baik untuk permintaan antara maupun permintaan akhir yang langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan social (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security). Tabel 15. Distribusi Konsumsi Rumah Tangga Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rupiah) No.
Kode
1
34
2
26
3 4 5 6 7 8 9 10
27 42 36 39 38 35 37 6
Uraian Industri Lainnya Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung Industri Makanan Lainnya Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Bangunan Angkutan dan Jasa Angkutan Hotel dan Restoran Listrik dan Air Minum Perdagangan Sayur-sayuran
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
6 762,44
14,91
5 749,28
12,68
3 689,61 3 669,41 3 397,14 3 020,95 2 157,63 1 739,33 1 731,89 1 548,19
8,14 8,09 7,49 6,66 4,76 3,84 3,82 3,41
Jumlah Peringkat 1-10
33 465,91
73,81
Sektor Lainnya
11 876,18
26,19
Total Permintaan
45 342,09
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
137 116
Dari Distribusi Konsumsi Pemerintah Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi sepuluh besar Konsumsi Pemerintah (Milyar Rupiah) (Tabel 16), terlihat bahwa sebesar 29,95 persen atau mencapai nilai Rp 3 265,60 milyar merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa-jasa dan kegiatan lainnya yang merupakan peringkat tertinggi, dan sebesar 26,88 persen diikuti oleh sektor bangunan atau sebesar Rp 2 934,92 milyar, dan sektor industri lainnya sebesar 19,39 persen atau mencapai Rp 2 114,30 milyar. Konsumsi Pemerintah di sektor pertanian tidak mempunyai nilai pada struktur konsumsi dalam perekonomian Provinsi Jambi, hanya untuk industri hilirnya yaitu industri kertas dan abrang dari kertas terdapat pada peringkat ketujuh dengan nilai sebesar Rp 151,38 milyar (1,39 persen). sektor industri pertanian ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian sebagai sektor yang dapat memenuhi kebutuhan belanja pemerintah untuk alat kelengkapan administrasi pemerintah yaitu kertas. Tabel 16. Distribusi Konsumsi Pemerintah Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Konsumsi Pemerintah (Milyar Rupiah) No.
Kode
1 2 3 4 5
42 36 34 38 39
6
41
7
33
8 9 10
40 37 35
Uraian Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Bangunan Industri Lainnya Hotel dan Restoran Angkutan dan Jasa Angkutan Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Industri Kertas dan Barang dari Kertas Komunikasi Perdagangan Listrik dan Air Minum
Jumlah Peringkat 1-10 Sektor Lainnya Total Permintaan
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
3 265,60 2 934,92 2 114,30 781,30 653,47
29,95 26,92 19,39 7,17 5,99
463,08
4,25
151,38
1,39
114,92 113,19 105,81
1,05 1,04 0,97
10 698,01
98,12
205,29
1,88
10 903,31
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
117 138
Struktur konsumsi dalam perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sebagian besar berasal dari industri sektor pertanian untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yakni sebesar 20,82 persen dari total konsumsi rumah tangga peringkat sepuluh besar atau senilai Rp 9 438,89 milyar. Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pada sektor pertanian terjadi pada sektor sayur-sayuran yang mencapai Rp 1 548, 19 milyar atau 3,41 persen dari total konsumsi rumah tangga. 6.1.6. Struktur Ekspor-Impor Kegiatan perdagangan dapat ditempuh dengan upaya ekspor maupun impor. Ekspor dimaksudkan untuk mengisi peluang pasar luar negeri dan luar provinsi dalam satu negara, sedangkan impor dimaksudkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah suatu perekonomian daerah. Secara umum, struktur ekspor-impor yang terjadi dalam perekonomian Provinsi Jambi terlihat mencapai nilai sebesar Rp 35 598,48 milyar untuk ekspor dan Rp 23 737,77 milyar untuk impor. Angka ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian Provinsi Jambi pada Tahun 2010 terlihat bahwa ekspor lebih besar dari pada impor. Hal ini berarti bahwa Provinsi Jambi mengalami surplus ekonomi dimana kondisi ini merupakan kondisi yang memang diharapkan dalam suatu perekonomian daerah. Surplus ekonomi atau yang sering disebut net-ekspor (ekspor bersih) positif mencapai nilai sebesar Rp 11 860,71 milyar atau 4,3 persen dari nilai PDRB propinsi Provinsi Jambi pada Tahun 2010. Bila dilihat berdasarkan Distribusi Ekspor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi sepuluh besar Ekspor (Milyar Rupiah) (Tabel 17), terlihat bahwa ekspor terbesar pada perekonomian Provinsi Jambi berasal dari
118 139
sektor pertambangan migas dan non migas serta penggalian yang mencapai nilai Rp 12 760,50 milyar atau 35,85 persen dari total ekspor. Diikuti oleh industri sektor pertanian yaitu sektor industri karet, barang dari karet dan barang plastik dengan nilai Rp 3 838,85 milyar atau sebesar 10,78 persen, dan pada peringkat ketiga adalah sektor industri CPO dengan nilai Rp 3 270,18 milyar atau sebesar 9,19 persen, pada peringkat keempat adalah sektor karet dengan nilai Rp 2 797,98 milyar (7,86 persen), peringkat keenam terdapat sektor industri kayu lapis dan sejenisnya sebesar Rp 2 144,08 milyar (6,02 persen), sektor kelapa sawit sebesar Rp 1 919,43 milyar (5,39) dan pada peringkat kesembilan sektor kayu manis sebesar Rp 1 297,79 milyar (3,65 persen). Angka ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi ekspor di Provinsi Jambi. Pada peringkat sepuluh besar ini, sektor pertanian mendominasi distribusi ekspor. Tabel 17. Distribusi Ekspor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Ekspor (Milyar Rupiah) No.
Kode
1
23
2
32
3 4 5 6 7 8 9 10
25 8 37 30 10 39 12 34
Uraian Pertambangan migas dan non migas serta penggalian Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri CPO Karet Perdagangan Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Kelapa sawit Angkutan dan Jasa Angkutan Kayu manis Industri Lainnya
Jumlah Peringkat 1-10 Sektor Lainnya Total Permintaan
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
12 760,50
35,85
3 838,85
10,78
3 270,18 2 797,98 2 592,38 2 144,08 1 919,43 1 669,37 1 297,79 784,48
9,19 7,86 7,28 6,02 5,39 4,69 3,65 2,20
33 075,06
92,91
2 523,41
7,09
35 598,48
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Komoditi ekspor ini sebagian besar berupa bahan baku industri atau barang setengah jadi yang masih dibutuhkan proses pengolahan lanjutan untuk
140 119
sampai pada barang akhir (permintaan akhir). Jika dijumlahkan nilai sektor pertanian baik on-farm ataupun off-farmnya, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyumbangkan devisa bagi Provinsi Jambi yaitu sebesar 42,89 persen daro total ekspor Provinsi Jambi. Sektor yang paling banyak melakukan kegiatan impor pada Tahun 2010 adalah sektor industri lainnya, yang diperuntukkan sebagai bahan baku, konsumsi atau barang-barang modal. Struktur impor (Tabel 18) yang terjadi pada perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 yang termasuk dalam sepuluh besar dan memiliki nilai tertinggi adalah sektor industri lainnya dengan nilai Rp 13 449,93 milyar atau sebesar 56,66 persen dari total impor. Untuk sektor pertanian yang menjadi sektor impor adalah industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung; industri makanan lainnya; industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; ternak dan hasil-hasilnya; industri karet, barang dari karet dan barang plastik; sayur-sayuran; industri minyak kelapa; industri kertas dan barang dari kertas; dan industri bahan bangunan dan perabot dari kayu. Total dari impor sektor pertanian ini mencapai 40,9 persen dari toral impor Provinsi Jambi Tahun 2010. Sebagian besar produk impor untuk sektor pertanian ini ini adalah produk dalam bentuk permintaan akhir (barang jadi), hal ini dikarenakan Provinsi Jambi masih memiliki kemampuan teknologi industri yang rendah, sehingga sebagian besar produk ekspor hanya berupa bahan baku dan barang setengah jadi, dan dikembalikan lagi ke Provinsi Jambi dalam bentuk barang jadi yang harga dan biaya konsumsinya lebih tinggi. Teknologi pertanian harus menjadi proiritas utama dalam menunjang produksi hasil pertanian, sehingga kedepannya sektor
141 120
pertanian menjadi sektor andalan yang menjadi perhatian bagi para investor lokal maupun asing. Tabel 18. Distribusi Impor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Impor (Milyar Rupiah) No. 1
Kode 34
2
26
3
27
4
28
5
15
6
32
7 8
6 24
9
33
10
31
Uraian Industri Lainnya Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung Industri Makanan Lainnya Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Ternak dan hasil-hasilnya Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Sayur-sayuran Industri Minyak Kelapa Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Jumlah Peringkat 1-10 Sektor Lainnya Total Permintaan
Nilai (Milyar Rp) 13 449,93
Distribusi %) 56,66
2 904,03
12,23
1 539,05
6,48
1 276,99
5,38
1 151,62
4,85
886,73
3,74
568,23 539,89
2,39 2,27
473,59
2,00
370,36
1,56
23 160,45 577,32 23 737,77
97,57 2,43 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Jika dilihat berdasarkan selisih antara ekspor dan impor, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian mengalami net-ekspor (ekspor bersih) yang positif. Sedangkan sektor yang mengalami defisit atau net-ekspor negatif terjadi pada sektor industri. Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 42,89 persen dari total ekspor dan 40,9 persen dan total impor. Kondisi ini menunjukkan bahwa net-ekspor sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Persentase 42,89 persen seluruhnya dosominasi oleh sub sektor perkebunan. Sub sektor perkebunan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian Provinsi Jambi 2010. Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum memberikan kontribusi impor sebesar 40,9 persen dari total impor yang terjadi di
142 121
Provinsi Jambi. Nilai impor terbesar terjadi pada sub sektor tanaman dan bahan makanan yang mencapai Rp 2.904.03 milyar (12,23 persen). 6.1.7. Struktur Investasi Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input-Output merupakan gabungan antara Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan stok yang terjadi pada suatu perekonomian. Secara umum, investasi terbesar yang terjadi dalam perekonomian Provinsi Jambi pada Tahun 2010 terjadi pada sektor bangunan yang mencapai persentase sebesar 40,97 persen dari total investasi atau mencapai nilai Rp 2 956,17 milyar. Jika dilihat dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB), distribusi terbesar diperoleh oleh sektor bangunan dengan nilai Rp 2 956,17 milyar atau sebesar 50,79 persen. Sisi perubahan stok maka peranan tebesar terhadap pembetukan perubahan stok total ditunjukkan oleh sektor kayu manis sebesar 28,88 persen (Rp 402,62 milyar). Tabel 19. Distribusi Investasi Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 42 Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah) Kode Sektor 1
PMTB 0
Perubahan Stok 116,29
Total Investasi 116,29
Persentase 1,61
2
0
6,08
6,08
0,08
3
0
0,10
0,10
0,00
4
0
5,51
5,51
0,08
5
0
3,48
3,48
0,05
6
2,17
0,12
2,29
0,03
7
1,11
0
1,11
0,02
8
5,81
6,92
12,73
0,18
9
0
23,00
23,00
0,32
10
0
4,48
4,48
0,06
11
5,03
0,75
5.79
0,08
12
0
402.62
402.62
5,58
13
0
6.04
6.04
0,08
14
0
4.10
4.10
0,06
15
89.60
0.23
89.83
1,25
16
0
15.43
15,43
0,21
122 143
Tabel 19. Lanjutan 17
0
2,49
2,49
0,03
18
0
5,07
5,07
0,07
19
2,89
204,11
207,00
2,87
20
17,76
0
17,76
0,25
21
17,05
0
17,05
0,24
22
22,49
0
22,49
0,31
23
248,71
197,97
446,69
6,19
24
0
8,93
8,93
0,12
25
0
14,32
14,32
0,20
26
3,48
10,61
14,10
0,20
27
0
0
0
0,00
28
0
3,02
3,02
0,04
29
0
2,22
2,22
0,03
30
0
173,69
173,69
2,41
31
193,58
2,11
195,69
2,71
32
0
34,19
34,19
0,47
33
83,47
1,22
84,69
1,17
34
1 574,22
138,99
1 713,22
23,74
35
222,48
0
222,48
3,08
36
2 956,17
0
2 956,17
40,97
37
122,43
0
122,43
1,70
38
0
0
0
0,00
39
191,39
0
191,39
2,65
40
2,52
0
2,52
0,03
41
58,44
0
58,44
0,81
0 5 820,88
0 1 394,21
0 7 215,10
42 Total
0,00 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Baik dari sisi PMTB dan Perubahan Stok, distribusi untuk sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 13,45 persen dari total investasi yang terjadi pada Tahun 2010, namun persentase ini didominasi oleh sub sektor perkebunan dan kehutanan. Sektor perkebunan yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap PDRB. Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2010, nilai
144 123
investasi yang terjadi pada sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. 6.1.8. Struktur Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta pajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dikurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output domestik yang dihasilkan serta nilai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubungan negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ input primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya. Berdasarkan Tabel 20, nilai tambah bruto terbesar adalah sektor pertambangan migas dan non migas serta penggalian dengan nilai Rp 13 375,82 milyar atau sebesar 17,76 persen, diikuti oleh sektor bangunan dengan distribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar 11,25 persen, dan pada pada posisi berikutnya adalah sektor jasa-jasa dan kegiatan lainnya dengan distribusi sebesar 8,97 persen.
124 145
Tabel 20. Distribusi Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 Besar Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah) No.
Kode
1
23
2 3
36 42
4
41
5 6 7
39 37 34
8
32
9 10
25 8
Nilai (Milyar Rp)
Distribusi (%)
13 375,82
17,76
8 472,01 6 756,25
11,25 8,97
4 594,67
6,10
4 359,00 3 795,62 3 756,58
5,79 5,04 4,99
3 173,14
4,21
2 869,07 2 684,93
3,81 3,56
Jumlah Peringkat 1-10
53 837,11
71,48
Sektor Lainnya
21 484,10
28,52
Total NTB
75 321,22
100,00
Uraian Pertambangan migas dan non migas serta penggalian Bangunan Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Angkutan dan Jasa Angkutan Perdagangan Industri Lainnya Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri CPO Karet
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam nilai tambah bruto untuk sepuluh besar adalah sektor industri karet, barang dari karet dan barang plastik; industri CPO dan Sektor karet, dalam sepuluh besar persentase sektor pertanian mencapai 11,58 persen. Ini menunjukkan peranan sektor pertanian terhadap nilai tambah bruto Provinsi jambi 2010 terbesar setelah sektor pertambangan migas dan non migas serta penggalian. Besarnya nilai tambah di tiap-tiap sektor ditentukan oleh besarnya output atau nilai produksi yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, tergantung biaya produksi yang dikeluarkan. Sektorsektor yang memiliki persentase peranan atau distribusi yang tinggi terhadap output dan nilai tambah, dapat dikatakan bahwa sektor tersbut merupakan sektor utama atau sektor kunci di Provinsi Jambi.
146 125
6.2. Analisis Keterkaitan Keterkaitan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage), dimana masing-masing memiliki keterkaitan langsung yang diperoleh dari matrik koefisien teknis dan keterkaitan langsung dan tidak langsung yang diperoleh dari matrik kebalikan Leontief. 6.2.1. Keterkaitan ke Belakang Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa dalam sepuluh besar sektor ekonomi keterkaitan langsung ke belakang hampir secara keseluruhan didominasi oleh sektor pertanian. Tabel 21. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung ke Belakang No.
Kode
Uraian
Nilai
1 2 3 4 5 6
8 18 29 25 31 26
Karet Telur Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri CPO Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung
0,40 0,39 0,39 0,37 0,36 0,35
7 8
30 13
Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Pinang
0,35 0,34
9 10
10 37
Kelapa sawit Perdagangan
0,34 0,33
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Sektor karet; telur; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Industri CPO; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; pinang; dan kelapa sawit memiliki keterkaitan output langsung ke belakang tertinggi. Ini dapat diartikan apabila terjadi peningkatan terhadap permintaan akhir sebesar satu satuan sektor tersebut (misal sektor karet) akan membutuhkan input sebesar 0,40
126 147
dari sektor-sektor lain yang menyediakan input secara langsung termasuk dari sektor itu sendiri. Tabel 22. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 25 29 13 30 31 18 10 32 37
Uraian Karet Industri CPO Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Pinang Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Telur Kelapa sawit Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Perdagangan
Nilai 1,61 1,55 1,53 1,48 1,46 1,46 1,45 1,44 1,42 1,42
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Sektor yang memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang didominasi oleh sektor pertanian baik on-farm maupun off-farmnya sektor tersebut adalah sektor karet; Industri CPO; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Pinang; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Telur; Kelapa sawit; Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik (Tabel 22). Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan terhadap sektor tersebut maka akan membutuhkan input untuk proses produksi dari sektor lainnya termasuk dari sektor itu sendiri sebesar nilai keterkaitannya. 6.2.2. Keterkaitan Ke Depan Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa sektor Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan memiliki keterkaitan output langsung ke depan tertinggi yaitu sebesar 1,47. Sektor pertanian yang termasuk sepuluh besar
148 127
keterkaitan output langsung dan tidak langsung kedepan adalah sektor industri makanan lainnya; sektor karet; sektor padi; dan hasil hutan. Nilai keterkaitan ke depan langsung sektor pertanian ini berarti apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sebesar satu satuan maka output sektor pertanian akan meningkatkan output di sektor-sektor lainnya sebesar niai tersebut yang dialokasikan secara langsung ke sektor-sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri. Tabel 23. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung Ke Depan No.
Kode
1
41
2 3 4 5 6 7 8 9 10
39 27 37 34 8 36 1 19 35
Uraian Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Angkutan dan Jasa Angkutan Industri Makanan Lainnya Perdagangan Industri Lainnya Karet Bangunan Padi Hasil hutan Listrik dan Air Minum
Nilai 1,47 0,73 0,59 0,56 0,53 0,49 0,44 0,38 0,33 0,32
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu karena nilai ini sudah memperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu satuan. Sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah sektor Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan (Tabel 24) yaitu sebesar 3,21. Sektor pertanian yang termasuk dalam sepuluh besar keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yaitu sektor karet; sektor industri makanan lainnya; sektor padi; dan hasil hutan. Ini menunjukkan seberapa jauh sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang
128 149
digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan produksi sektor-sektor lain maupun sektor itu sendiri sebesar nilai kaitannya. Tabel 24. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan No.
Kode
1
41
2 3
Uraian
Nilai
39 8
Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Angkutan dan Jasa Angkutan Karet
1,93 1,73
4 5
37 27
Perdagangan Industri Makanan Lainnya
1,71 1,67
6 7
34 36
Industri Lainnya Bangunan
1,65 1,51
8 9 10
35 1 19
Listrik dan Air Minum Padi Hasil hutan
1,45 1,44 1,38
3,21
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). 6.3. Dampak Penyebaran dan Kepekaan Guna mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 6.3.1. Daya Penyebaran Tabel 25 merupakan sepuluh besar indeks daya penyebaran, sembilan sektor dari sepuluh besar indeks daya penyebaran diantaranya didominasi oleh sektor pertanian dengan peringkat pertama yaitu sektor karet dengan nilai daya penyebaran 1,61 dengan indeks daya penyebaran 1,27; diikuti dengan sektor Industri CPO; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Pinang; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Telur; Kelapa sawit; Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik. Hal ini berarti sektor pertanian memiliki daya dorong yang kuat untuk meningkatkan
129 150
produksinya dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, begitupun jika dilihat dari indeks daya penyebarannya, ini memberikan indikasi bahwa komoditi sektor pertanian tersebut memiliki daya penyebaran di atas rata-rata secara keseluruhan dilihat dari indeksnya lebih besar dari 1. Tabel 25. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Daya Penyebaran No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8
8 25 29 13 30 31 18 10
9
32
10
37
Uraian Karet Industri CPO Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Pinang Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Telur Kelapa sawit Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Perdagangan
Jumlah
Indeks
1,61 1,55 1,53 1,48 1,46 1,46 1,45 1,44
1,27 1,22 1,20 1,16 1,15 1,15 1,14 1,13
1,42
1,12
1,42
1,12
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). 6.3.2. Derajat Kepekaan
Sektor perekonomian di Provinsi Jambi yang memiliki nilai derajat kepekaan penyebaran tertinggi berdasarkan Tabel 26 adalah sektor Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3,21 dengan indeks 2,53. Sektor pertanian yang termasuk dalam sepuluh besar untuk indeks derajat kepekaan tertinggi yaitu sektor karet; sektor Industri Makanan Lainnya; sektor padi; dan sektor hasil hutan. Nilai derajat kepekaan sektor pertanian untuk karet yang lebih besar dari satu tersebut berarti bahwa sektor pertanian tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya.
130 151
Tabel 26. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Derajat Kepekaan No.
Kode
1
41
2
Uraian
Jumlah
Indeks
3,21
2,53
39
Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Angkutan dan Jasa Angkutan
1,93
1,52
3 4
8 37
Karet Perdagangan
1,73 1,71
1,37 1,34
5 6
27 34
Industri Makanan Lainnya Industri Lainnya
1,67 1,65
1,31 1,30
7 8
36 35
Bangunan Listrik dan Air Minum
1,51 1,45
1,19 1,14
9 10
1 19
Padi Hasil hutan
1,44 1,38
1,13 1,09
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). 6.4. Penentuan Sektor Kunci (key Sector) pada Perekonomian Provinsi Jambi Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan (Ds), sektor-sektor produksi pada perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 dapat diidentifikasi (dikelompokkan) menjadi 4 (empat) kelompok. Urutan dari 4 (empat) kelompok ini juga menunjukkan bagaimana sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor kunci atau sektor yang harus mendapat prioritas. sektorsektor produksi di Provinsi Jambi dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut: a.
Kelompok I adalah sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) relatif tinggi (di atas rata-rata).
b. Kelompok II adalah sektor-sektor yang mempunyai indeks derajat kepekaan (IDK) tinggi (diatas rata-rata), tetapi indeks daya penyebarannya rendah (dibawah rata-rata). c. Kelompok III adalah sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) rendah (dibawah rata-rata).
131 152
d. Kelompok IV adalah sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran tinggi (diatas rata-rata), tetapi indeks derajat kepekaannya rendah (dibawah rata-rata).
2.7 41 2.2
1.7 39 8
37
27
34
1.2
36
1 1935 42 10 13 23 2 3 933 40 16 20 38 30 24 32 26 14 4 22 5 28 17 15 18 6 11 71221 31
0.7 0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
2925
1.2
1.3
Gambar 6. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan Gambar 6 menunjukkan tingkat penyebaran (horizontal) melalui plot indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan (vertikal). Bagian kanan atas merupakan kelompok I, bagian kiri atas adalah kelompok II, bagian kiri bawah adalah kelompok III, dan terakhir bagian kanan bawah adalah kelompok IV. Berikut akan dijelaskan dengan tabel Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan. Selanjutnya berdasarkan pengelompokkan di atas diperoleh hasil sebagai berikut (lihat Gambar 6 dan Tabel 26): 1. Kelompok sektor-sektor dengan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan tinggi (Kelompok I) adalah sektor karet; industri CPO; industri makanan lainnya; perdagangan; listrik dan air minum; dan kelapa sawit.
132 153
2. Kelompok sektor-sektor dengan indeks derajat kepekaan tinggi tetapi indeks daya penyebaran rendah (Kelompok II) adalah sektor padi; hasil hutan; industri lainnya; bangunan; angkutan dan jasa angkutan; bank, asuransi dan keuangan; jasa-jasa dan kegiatan lainnya. 3. Kelompok sektor-sektor dengan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan rendah (Kelompok III) adalah sektor jagung; ketela; kacangkacangan; kentang; sayur-sayuran; buah-buahan; kopi; kelapa dalam; kayu manis; tanaman perkebunan lainnya; unggas lainnya; perairan umum; budidaya; pertambangan migas dan non migas serta penggalian; industri minyak kelapa; industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; industri kertas dan barang dari kertas. 4.
Kelompok sektor-sektor dengan indeks daya penyebaran tinggai tetapi indeks derajat kepekaan rendah (Kelompok IV) adalah sektor pinang; ternak dan hasil-hasilnya; ayam; telur; perikanan laut; industri penggilingan padi, bijibijian dan tepung; industri penggergajian dan pengolahan kayu; industri kayu lapis dan sejenisnya; industri bahan bangunan dan perabot dari kayu; industri karet, barang dari karet dan barang plastik; hotel dan restoran; komunikasi. Dari pengelompokkan di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar sektor
pertanian memiliki indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) relatif tinggi (di atas rata-rata). Sektor pertanian yang memiliki IDP dan IDK yang relatif tinggi terdapat pada sub sektor perkebunan. Ini menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan di Provinsi Jambi memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, dan ini menjadi masukkan bagi para investor untuk mempertimbangkan alokasi investasi di sektor pertanian.
154 133
Tabel 27. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan II
I
1
Padi
8
Karet
19
Hasil hutan
25
Industri CPO
34
Industri Lainnya
27
Industri Makanan Lainnya
36
Bangunan
37
Perdagangan
39
Angkutan dan Jasa Angkutan
35
Listrik dan Air Minum
41
Bank, asuransi dan keuangan
10
Kelapa sawit
42
Jasa-jasa dan kegiatan lainnya III
IV
2
Jagung
13
Pinang
3
Ketela
15
Ternak dan hasil-hasilnya
4
Kacang-kacangan
16
Ayam
5
kentang
18
Telur
6
Sayur-sayuran
20
7
Buah-buahan
26
9
Kopi
29
11
Kelapa dalam
30
12
Kayu manis
31
14
tanaman perkebunan lainnya
32
17
Unggas lainnya
38
Perikanan laut Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Hotel dan Restoran
21
perairan umum
40
Komunikasi
22
Budidaya Pertambangan migas dan non migas serta penggalian Industri Minyak Kelapa Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kertas dan Barang dari Kertas
23 24 28 33
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). 6.5. Analisis Multiplier Tabel 28 merupakan tabel multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010. Nilai yang terdapat pada analisis multiplier output menunjukkan adanya peningkatan output diseluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir sebesar
134 155
satu satuan di suatu sektor tertentu. Tabel 28 menunjukkan bahwa multiplier output sektor pertanian sebesar 1,31, ini berarti jika terdapat peningkatan output akibat adanya peningkatan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,31 satuan. Tabel 28. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 9 Sektor No
Sektor
Multiplier Output
Pendapatan
1
Pertanian
1,31
1,47
Tenaga Kerja 1,23
2
Pertambangan dan Penggalian
1,02
1,06
1,12
3
Industri Pengolahan
1,38
1,34
4,05
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
1,27
1,28
1,43
5
Bangunan
1,11
1,05
1,07
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1,42
1,61
1,29
7
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
1,24
1,32
1,23
1,26
1,25
1,44
1,08
1,02
1,01
8 9
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Multiplier pendapatan sektor pertanian sebesar 1,47. Ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir di suatu sektor tertentu sebesar satu satuan, berarti bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar 1,47 satuan. Dari Tabel 28 dapat diketahui bahwa sektor pertanian mempunyai nilai multiplier tenaga kerja sebesar 1,23. Ini berarti jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor lainnya sebesar 1,23 (1) orang.
135 156
Sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi adalah sub sektor perkebunan (sektor 8 – 14) dengan nilai 9,09; 10,93; 8,81, diikuti oleh sub sektor tabama (sektor 1 – 7), sub sektor peternakan (sektor 15 – 18), sub sektor perikanan ( 20 22), dan terakhir sub sektor kehutanan (19). Tabel 29 menunjukkan bahwa multiplier output sub sektor perkebunan sebesar 9,09, ini berarti jika terdapat peningkatan output akibat adanya peningkatan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 9,09 satuan. Multiplier pendapatan sub sektor perkebunan sebesar 10,93. Ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir di suatu sektor tertentu sebesar satu satuan, berarti bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar 10,93 satuan. Sub sektor perkebunan mempunyai nilai multiplier tenaga kerja sebesar 8,81. Ini berarti jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor lainnya sebesar 8,81 (9) orang. Analisis multiplier memperlihatkan bahwa peningkatan output sub sektor perkebunan memberikan dampak tidak hanya terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan langsung sebagai input oleh industri perkebunan, tetapi juga memberikan dampak tidak langsung kepada kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Perubahan permintaan terhadap industri perkebunan mempunyai dampak langsung dan tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi.
136 157
Tabel 29. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor Angka Pengganda Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Output
Pendapatan
Tenaga Kerja
1,15 1,07 1,12 1,11 1,12 1,05 1,10 1,61 1,23 1,44 1,08 1,11 1,48 1,14 1,27 1,35 1,22 1,45 1,24 1,37 1,13 1,22 1,02 1,18 1,55 1,42 1,36 1,18 1,53 1,46 1,46 1,42 1,24 1,17 1,26 1,10 1,42 1,42 1,23 1,30 1,26 1,08
1,15 1,07 1,14 1,17 1,18 1,12 1,20 1,83 1,29 2,75 1,12 1,17 1,59 1,18 1,36 1,40 1,22 2,80 1,34 1,72 2,67 1,41 1,06 1,17 1,45 1,65 1,35 1,30 2,00 1,65 1,73 1,36 1,40 1,10 1,28 1,05 1,66 1,52 1,32 1,34 1,26 1,02
1,07 1,03 1,07 1,06 1,06 1,03 1,10 1,55 1,13 1,60 1,04 1,08 1,35 1,06 1,11 1,10 1,06 1,38 1,12 1,24 1,41 1,21 1,11 1,73 3,08 11,90 4,84 2,45 7,67 5,66 7,01 5,77 3,08 1,74 1,42 1,07 1,23 1,44 1,23 1,18 1,44 1,01
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
137 158
6.6. Dampak Investasi Sektor Perekonomian Provinsi Jambi
Pertanian
terhadap
Pertumbuhan
Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini akan diasumsikan terdapat investasi sebesar Rp 150 milyar kemasing-masing sub sektor pertanian. Asumsi ini diperoleh dari data historis investasi dimana nilai yang ditentukan dengan menjumlahkan persentase nilai investasi masing-masing sektor tahun 2006 – 2010 kemudian dibagi jumlah tahun dan diambil dari nilai persentase dari sektor yang terbesar. Hal ini berguna dalam melihat perubahan masing-masing sub sektor jika dilakukan investasi dari besaran yang diasumsikan sehingga dapat menjawab peranan investasi sektor pertanian di provinsi Jambi sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Sub-sub sektor pertanian tersebut yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Provinsi Jambi. Menurut penelitian Darsono (2008), Peningkatan investasi di sektor pertanian kurang bisa menggerakkan pertumbuhan di sub sektor tanaman pangan, terutama disebabkan belum bisa menciptakan augmenting industri (nilai tambah) pada sub sektor tanaman pangan. Peningkatan investasi di sektor pertanian bisa menggerakkan pertumbuhan industri hortikultura cukup besar. Peningkatan laju investasi pada sub sektor peternakan terkendala oleh laju peningkatan harga-harga input dan tenaga kerja yang jauh lebih besar serta input impor. Sehingga peningkatan ouput, lapangan kerja, dan promosi pasar internasional terkendala.
138 159
Peningkatan investasi pada sub sektor perikanan, yang mencolok adalah terjadi substitusi faktor input barang impor, dan cenderung cepat menjadi padat modal. Sehingga menurunkan lapangan kerja, upah tenaga kerja, dan produktivitas. Peningkatan laju investasi di sektor kehutanan berdampak positif terhadap peningkatan lapangan kerja dan output yang diproduksi. Namun terjadi penurunan permintaan ekspor. Berbeda dengan sub sektor lainnya, peningkatan investasi justru mendorong peningkatan penggunaan primary factor composite dan impor yang mendorong terjadinya peningkatan output. Hal ini disebabkan karena produk kehutanan yang dihasilkan sebagian besar sudah tersedia di alam dalam bentuk kayu bulat, sehingga penggunaan primary factor composite untuk menghasilkan output hanya didominasi oleh kapital yang telah tersedia oleh para investor. 6.6.1. Analisis Simulasi Investasi Pertanian Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran investasi pertanian ditahun 2013, agar penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi para pembuat
kebijakan dan pengambil keputusan dalam
merumuskan dan
merencanakan arah kegiatan pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Provinsi Jambi pada tahun 2013. Analisis simulasi investasi pertanian ini dilakukan dengan cara proyeksi permintaan akhir tahun 2012 berdasarkan tahun dasar Input-Output updating Tahun 2010 yang kemudian dilakukan simulasi sebesar Rp 150 milyar untuk melihat dampak investasi sektor pertanian di tahun 2013. Nilai Rp 150 milyar berdasarkan nilai tren atau peningkatan investasi sektor pertanian dari tahun 2006 – 2010.
139 160
Tabel 30. Proyeksi Permintaan Akhir 9 Sektor Ekonomi Tahun 2012 (Milyar Rupiah) Sektor
Uraian
1.a
Tanaman Bahan Makanan
1.b
Tanaman Perkebunan
1.c
Peternakan
1.d
Kehutanan
1.e
Perikanan
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
3 177,53
0
5,23
152,31
296,73
3 631,81
346,68
0
22,71
522,07
6 156,07
7 047,55
1 612,55
0
36,77
25,81
1,12
1 676,26
Perubahan Stok
PMTB
Permintaan Akhir
Ekspor
75,92
0
5,91
233,52
306,28
621,65
1 040,18
0
116,06
0
43,87
1 200,12
42,01
0
520,64
231,43
11 433,97
12 228,06
375,68
0
0
4,61
437,62
817,91
627,06
0
0
16,74
2 930,22
3 574,02
3 616,40
0
3,88
6 59
0,82
3 627,71
2 928,00
69,81
0
0
2,92
3 000,75
201,67
5,47
0
0,48
1,31
208,93
0,86
0
0
2,58
185,14
188,58
360,45
4,03
0
203,04
1 921,19
2 488,72
770,10
51,72
282,26
1,72
1,14
1 106,95
560,05
6,46
0
16,85
3 439,78
4 023,15
81,05
71,54
71,34
0,584
217,90
442,43
Industri Lainnya
1 477,83
503,42
2 172,33
75,67
702,92
4 932,19
4
Listrik dan Air Minum
1 971,46
116,89
433,83
0
0
2 522,19
5
Bangunan
4 018,17
3 396,95
6 188,15
0
0
13 603,29
2 3.a 3.b 3.c 3.d 3.e 3.f 3.g 3.h
3.i 3.j 3.k
Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian Industri Minyak Kelapa Industri CPO Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung Industri Makanan Lainnya Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu. Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas
6.a
Perdagangan
2,048,49
131,01
256,30
0
2 322,88
4 758,69
6.b
Hotel dan Restoran
2 552,07
904,29
0
0
0
3 456,37
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
3 541,69
748,64
396,73
0
1 495,83
6 182,90
7.b
Komunikasi
436 59
128,98
5,12
0
0
570,70
1 391,01
533,17
121,96
0
0
2 046,14
4 340,21
3 779,69
0
0
0
8 119,90
37 593,80
10 452,12
10 639,29
1 494,07
31 897,79
92 077,08
8 9
Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Tabel 30 menunjukkan bahwa output sektor pertanian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga sebesar Rp 6 252,88 milyar, untuk konsumsi pemerintah tidak terdapat kontribusi sektor pertanian, pembentukan
161 140
modal tetap bruto Rp 186,70 milyar, perubahan stok sebesar Rp 933,72 milyar, dan ekspor sebesar Rp 6 804,09 milyar. Jumlah permintaan akhir sektor pertanian ini adalah sebesar Rp 14 177,40 milyar. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar dalam kontribusinya terhadap permintaan akhirnya dari total proyeksi permintaan akhir terhadap perekonomian Provinsi Jambi tahun 2012. Ini menunjukkan bahwa sebesar 15,39 persen sektor pertanian telah menyumbangkan outputnya untuk kesejahteraan dan peningkatan perekonomian Provinsi Jambi. 6.6.2. Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Bahan Makanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 150 milyar dapat meningkatkan output diseluruh sektor perekonomian sebesar Rp 165,90 milyar. Dari jumlah tersebut, Rp 154,02 milyar atau persentase perubahannya sebesar 92,84 persen merupakan dampak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 150 milyar maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 165,90 milyar. Dampak tidak langsung terhadap sektor-sektor lain sebesar 7,06. Ini menunjukkan bahwa dengan investasi sebesar Rp 150 milyar terhadap sub sektor tanaman bahan makanan akan berdampak positif dan akan meningkatkan output sub sektor tanaman bahan makanan lainnya sebesar 92,84 persen. Investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 150 milyar mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 29,44 milyar. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 26,34 milyar atau persentase perubahannya sebesar 72,85
141 162
persen yang merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor tanaman bahan makanan sendiri, sedangkan dampak tidak langsung terhadap sektor ekonomi lainnya sebesar 27,15 persen. Investasi sebesar Rp 150 milyar sangat berpengaruh besar terhadap pendapatan pada sub sektor tanaman bahan makanan. Tabel 31. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Bahan Makanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012 Kode
Uraian
1.a
Tanaman Bahan Makanan
1.b
Tanaman Perkebunan
Output Nilai (%)
Pendapatan Nilai (%)
Tenaga Kerja Nilai (%)
154,02
92,84
26,34
72,85
1.336
90,07
0,10
0,07
0,01
0,04
1
0,07
1.c
Peternakan
1,28
0,78
0,22
0,76
11
0,80
1.d
Kehutanan
0,14
0,09
0,03
0,10
2
0,14
1.e
Perikanan Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian
0,03
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,31
0,19
0,03
0,11
0
0,00
3.a
Industri Minyak Kelapa
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
3.b
Industri CPO Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,01
0,01
0,00
3,02
0
3,50
Industri Makanan Lainnya
0,01
0,11
0,04
0,14
0
0,00
2
3.c 3.d
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
3.f
Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu
0,02
0,02
0,00
0,01
0
0,00
3.g
Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,31
0,19
0,05
0,18
0
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
3,82
2,30
1,07
3,64
3
0,22
3.e
3.h 3.i 3.j 3.k
Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Lainnya
4
Listrik dan Air Minum
0,09
0,06
0,02
0,07
0
3,03
5
Bangunan
0,38
0,23
0,16
3,60
1
0,07
6.a
Perdagangan
0,92
0,56
0,16
0,56
5
0,36
6.b
Hotel dan Restoran
0,04
0,03
0,00
0,03
0
0,00
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
1,42
0,86
0,24
0,82
5
0,36
7.b
Komunikasi Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,10
0,06
0,02
0,08
0
0,00
2,03
1,23
0,56
1,91
4
0,29
0,60 165,90
0,36 100,00
0,44 29,44
1,50 100,00
14 1.383
1,01 100,00
8 9
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
142 163
Sedangkan dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 150 milyar mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 1 383 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1 336 orang atau persentase perubahannya sebesar 90,07 persen, nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor tanaman bahan makanan sendiri guna meningkatkan outputnya. Dampak tidak langsung terhadap sektor lain adalah sebesar 9,93 persen. Secara keseluruhan dampak investasi sebesar Rp 150 milyar terhadap sub sektor tanaman bahan makanan sangat berpengaruh pada pembentukan output yaitu dengan persentase 92,84 persen dibandingkan dengan pembentukan tenaga kerja dan pendapatan yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 90,07 persen dan 89,47 persen. 6.6.3. Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor perkebunan sebesar Rp 150 milyar dapat meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 211,34 milyar. Dari jumlah tersebut, Rp 182,70 milyar atau persentase perubahannya sebesar 86,45 persen merupakan dampak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 150 milyar maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 182,70 milyar. Dampak tidak langsung terhadap sektor lain sebesar 13,55 persen. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 150 milyar mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar
143 164
Rp 39,80 milyar. Dampak tidak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 31,74 milyar atau persentase perubahannya sebesar 89,47 persen merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor perkebunan sendiri. Dampak tidak lansung terhadap sektor lain sebesar 10,53 persen. Tabel 32. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012 Output Kode
Uraian
1.a
Tanaman Bahan Makanan
1.b
Tanaman Perkebunan
1.c
Nilai
Pendapatan (%)
Nilai
Tenaga Kerja
(%)
Nilai
(%)
0,08
0,04
0,01
0,05
1
0,08
182,70
86,45
31,74
89,47
1.610
96,60
Peternakan
0,14
0,07
0,02
0,08
1
0,08
1.d
Kehutanan
0,10
0,05
0,02
0,07
1
0,08
1.e
Perikanan Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian
0,02
0,01
0,00
0,01
0
0,00
0,22
0,11
0,02
0,07
0
0,00
3.a
Industri Minyak Kelapa
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
3.b
Industri CPO Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung
0,01
0,01
0,00
0,02
0
0,00
0,02
0,01
0,00
0,02
0
0,00
0,49
0,23
0,11
0,38
0
0,00
0,04
0,02
0,00
0,02
0
0,00
0,09
0,04
0,01
0,03
0
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
0,08
0,04
0,01
0,05
0
0,00
2
3.c 3.d 3.e 3.f 3.g 3.h 3.i 3.j
Industri Makanan Lainnya Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas
0,13
0,06
0,01
0,05
0
0,00
Industri Lainnya
2,69
1,28
0,75
0,55
2
0,16
4
Listrik dan Air Minum
0,39
0,19
0,08
0,28
1
0,08
5
Bangunan
1,69
0,80
0,74
0,50
6
0,40
3.k
6.a
Perdagangan
4,38
2,07
0,78
2,00
22
1,81
6.b
Hotel dan Restoran
0,34
0,16
0,05
0,12
2
0,16
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
3,91
1,85
0,65
2,21
13
1,07
7.b
Komunikasi Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,30
0,14
0,06
0,22
1
0,08
11,27
5,33
3,10
8,45
20
1,14
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya
2,12
1,01
1,55
2,24
51
1,19
211,34
100,00
39,80
100,00
1.731
100,00
8 9
Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
165 144
Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 150 milyar mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 1 731 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1 610 orang atau persentase perubahannya sebesar 96,60 persen, nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor perkebunan sendiri guna meningkatkan outputnya. Dampak tidak langsung terhadap sektor lain adalah sebesar 3,40 persen. Dampak investasi sebesar Rp 150 milyar rupiah sangat mempengaruhi pembentukan tenaga kerja di sub sektor perkebunan yaitu dengan persentase sebesar 96,60 persen, diikuti dengan pembentukan pendapatan dan output. 6.6.4. Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor peternakan sebesar Rp 150 milyar dapat meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 202,04 milyar. Dari jumlah tersebut, Rp 151,64 milyar atau persentase perubahannya sebesar 75,06 persen merupakan dampak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor peternakan sebesar Rp 150 milyar maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 151,64 milyar. Dampak tidak langsung terhadap output sektor lain akibat investasi sebesar Rp 150 milyar pada sub sektor peternakan adalah sebesar 24,94 persen. Terkait dengan pendapatan, investasi di sub sektor peternakan Rp 150 milyar mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar
145 166
Rp 39,51 milyar. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 26,34 milyar atau persentase perubahannya sebesar 66,68 persen merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor peternakan sendiri. Dampak tidak langsung dari investasi ini terhadap pendapatan sektor lain adalah sebesar 33,32 persen. Tabel 33. Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012 Output Kode
Uraian
1.a
Tanaman Bahan Makanan
1.b
Tanaman Perkebunan
1.c
Nilai
Pendapatan (%)
Nilai
Tenaga Kerja
(%)
Nilai
(%)
4.010
1,98
0,68
1,74
35
2,36
1,87
0,93
0,22
0,56
11
0,74
Peternakan
151,64
75,06
26,34
66,68
1.337
90,34
1.d
Kehutanan
0,39
0,20
0,08
0,20
4
0,27
1.e
Perikanan Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian
0,02
0,01
0,00
0,01
0
0,00
1,43
0,71
0,13
0,35
1
0,07
3.a
Industri Minyak Kelapa
0,19
0,10
0,05
0,13
0
0,00
3.b
Industri CPO Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung
0,50
0,25
0,12
0,31
0
0,00
0,80
0,40
0,14
0,36
0
0,00
Industri Makanan Lainnya Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas
18,83
9,32
4,28
10,84
11
0,74
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,17
0,09
0,02
0,05
0
0,00
0,05
0,02
0,00
0,02
0
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
0,32
0,16
0,05
0,13
0
0,00
2
3.c 3.d 3.e 3.f 3.g 3.h 3.i 3.j
0,05
0,03
0,00
0,02
0
0,00
Industri Lainnya
1,05
0,52
0,29
0,75
1
0,07
4
Listrik dan Air Minum
1,36
0,68
0,29
0,74
2
0,14
5
Bangunan
9,75
4,83
4,27
10,81
34
2,30
3.k
6.a
Perdagangan
2,29
1,14
0,41
1,04
12
0,81
6.b
Hotel dan Restoran
0,12
0,06
0,02
0,05
1
0,07
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
1,90
0,94
0,31
0,81
6
0,41
7.b
Komunikasi Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,33
0,17
0,07
0,18
1
0,07
4,16
2,06
1,14
2,90
7
0,47
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya
0,70
0,35
0,51
1,30
17
1,15
202,04
100,00
39,51
100,00
1.480
100,00
8 9
Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah).
146 167
Investasi di sub sektor peternakan sebesar Rp 150 milyar mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 1 480 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1 337 orang atau persentase perubahannya sebesar 90,34 persen, nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor peternakan sendiri guna meningkatkan outputnya. Dampak investasi sebesar Rp 150 milyar terhadap sub sektor peternakan memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan tenaga kerja yaitu sebesar 90,34 persen, diikuti dengan pembentukan output dan pembentukan pendapatan masing-masing sebesar 75,06 persen dan 66,68 persen. 6.6.5. Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor kehutanan sebesar Rp 150 milyar dapat meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 186,73 milyar. Dari jumlah tersebut, Rp 154,69 milyar atau persentase perubahannya sebesar 82,84 persen merupakan dampak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 150 milyar maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 154,69 milyar. Dampak tidak langsung terhadap sektor lain akibat investasi ini adalah sebesar 17,16 persen. Dampak terhadap pendapatan, investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 150 milyar mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 31,42 milyar. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 21,62 milyar atau persentase perubahannya
147 168
sebesar 76,43 persen merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor kehutanan sendiri. Dampak tidak langsung terhadap pendapatan sektor lain adalah sebesar 23,57 persen. Tabel 34. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2013 Output Kode
Uraian
Nilai
Pendapatan (%)
Nilai
Tenaga Kerja (%)
Nilai
(%)
1.a
Tanaman Bahan Makanan
0,06
0,03
0,01
0,02
1
0,06
1.b
Tanaman Perkebunan
0,32
0,17
0,03
0,09
2
0,11
1.c
Peternakan
0,05
0,03
0,00
0,02
0
0,00
1.d
Kehutanan
154,69
82,84
21,62
76,43
1.097
91,53
1.e
Perikanan
0,04
0,02
0,000
0,01
0
0,00
Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian
0,48
0,26
0,04
0,11
0
0,00
3.a
Industri Minyak Kelapa
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
3.b
Industri CPO
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
3.c
Industri Penggilingan, Padi, Biji-bijian dan Tepung
0,03
0,02
0,00
0,02
0
0,00
3.d
Industri Makanan Lainnya
0,09
0,05
0,02
0,05
0
0,00
0,07
0,04
0,00
0,02
0
0,00
0,20
0,11
0,02
3,06
0
3,09
0,01
0,01
0,00
2,01
0
0,00
0,01
0,01
0,00
2,59
0
0,00
0,41
0,22
0,06
0,17
0
0,00
0,33
0,18
0,03
0,09
0
0,40
2
3.e 3.f 3.g 3.h 3.i 3.j 3.k
Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Lainnya
5,77
3,09
1,62
3,90
4
0,23
4
Listrik dan Air Minum
0,58
0,31
0,12
0,30
1
0,06
5
Bangunan
3,34
1,79
1,46
3,52
12
0,68
6.a
Perdagangan
2,46
1,32
0,44
1,06
13
0,74
6.b
Hotel dan Restoran
0,73
0,40
0,11
0,28
3
0,17
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
4,40
2,36
0,74
1,78
15
0,85
7.b
Komunikasi
0,27
0,15
0,05
0,14
1
0,06
8
Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
8,87
4,75
2,44
5,88
15
0,85
9
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya
3,41
1,83
2,49
6,01
82
4,66
186,73
100,00
31,42
100,00
1.246
100,00
Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Sedangkan untuk tenaga kerja, investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 150 milyar mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian
148 169
sebanyak 1 246 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1 097 orang atau persentase perubahannya sebesar 91,53 persen, nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor kehutanan sendiri guna meningkatkan outputnya. Dampak tidak langsung terhadap pembentukan tenaga kerja sektor lain adalah sebesar 8,47 persen. Dampak investasi sebesar Rp 150 milyar terhadap sub sektor kehutanan sangat mempengaruhi pembentukan tenaga kerja di sub sektor ini, diikuti dengan pembentukan output dan pendapatan. 6.6.6. Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor perikanan sebesar Rp 150 milyar dapat meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 199,64 milyar. Dari jumlah tersebut, Rp 157,37 milyar atau persentase perubahannya sebesar 78,82 persen merupakan dampak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 150 milyar maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 157,37 milyar. Dampak tidak langsung terhadap pembentukan output sektor lain adalah sebesar 21,18 persen. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 150 milyar mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 25,11 milyar. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 15,51 milyar atau persentase perubahannya sebesar 61,78 persen merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor perikanan sendiri. Dampak tidak langsung yang diakibatkan oleh vampak
149 170
investasi terhadap pembentukan pendapatan sektor lain adalah sebesar 38,22 persen. Tabel 35. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012 Output Kode
Uraian
Nilai
Pendapatan (%)
Nilai
Tenaga Kerja
(%)
Nilai
(%)
1.a
Tanaman Bahan Makanan
0,21
0,11
0,03
1.b
Tanaman Perkebunan
0,24
0,12
0,02
0,12
1
0,11
1.c
Peternakan
0,74
0,37
0,12
0,51
7
0,76
1.d
Kehutanan
0,09
0,05
0,02
0,08
1
0,11
1.e
Perikanan
0,14
2
0,22
157,35
78,82
15,51
61,78
787
85,08
Pertambangan Migas dan Nonmigas serta Penggalian
0,29
0,15
0,02
0,12
0
0,00
3.a
Industri Minyak Kelapa
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
3.b
Industri CPO
0,04
0,02
0,01
0,04
0
0,00
3.c
Industri Penggilingan, Padi, Bijibijian dan Tepung
0,07
0,04
0,01
0,05
0
0,00
3.d
Industri Makanan Lainnya
0,90
0,45
0,20
0,82
1
0,11
0,13
0,07
0,01
0,07
0
0,00
0,13
0,07
0,01
0,06
0
0,00
0,01
0,01
0,00
0,01
0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0
0,00
0,65
0,33
0,10
0,43
0
0,00
0,16
0,08
0,02
0,08
0
0,00
2
3.e 3.f 3.g 3.h 3.i 3.j 3.k
Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Lainnya
3,52
1,76
0,98
3,93
3
0,32
4
Listrik dan Air Minum
3,13
1,57
0,67
2,68
4
0,43
5
Bangunan
1,81
0,91
0,79
3,15
6
0,65
6.a
Perdagangan
3,19
1,60
0,57
2,28
16
1,73
6.b
Hotel dan Restoran
7.a
Angkutan dan Jasa Angkutan
7.b
1,45
0,73
0,23
0,93
7
0,76
15,81
7,92
2,65
10,58
52
5,62
Komunikasi
0,32
0,16
0,07
0,28
1
0,11
8
Lembaga Keuangan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
8,39
4,20
2,31
9,20
15
1,62
9
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya
0,90
0,45
0,66
2,64
22
2,38
199,64
100,00
25,11
100,00
925
100,00
Jumlah
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2010, Klasifikasi 42 sektor (diolah). Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 150 milyar mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebanyak 925 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi
150 171
di sub sektor ini sebanyak 787 orang atau persentase perubahannya sebesar 85,08 persen. Nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor perikanan sendiri guna meningkatkan outputnya. Dampak tidak langsung terhadap pembentukan tenaga kerja sektor lain sebesar 14,92 persen. Dampak investasi sebesar Rp 150 milyar terhadap sub sektor perikanan ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan tenaga kerja yaitu sebesar 85,08 persen, diikuti dengan pembentukan output dan pembentukan pendapatan masingmasing sebesar 72,82 persen dan 61,78 persen. Dampak investasi sebesar Rp 150 milyar di tahun 2013 menunjukkan dampak sangat besar terhadap sub sektor perkebunan. Simulasi yang dilakukan pada tahun 2013 menyebabkan peningkatan terhadap pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja, masing-masing sebesar 92,84; 89,47; dan 96,60. Pengaruh dampak investasi ini paling besar terhadap pembentukan tenaga kerja. Dapat dismpulkan bahwa dengan adanya injeksi sebesar Rp 150 milyar ini sangat berpengaruh atau berdampak positif terhadap sub sektor perkebunan. Nilai dampak investasi sub sektor pertanian terbesar pada sub sektor perkebunan tersebut merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2004) yang meneliti tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi Sumatera Utara, yang menunjukkan bahwa dampak total investasi sektor pertanian terbesar terhadap peningkatan output adalah pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 133,46 milyar. Dampak total investasi terbesar terhadap peningkatan pendapatan adalah pada sub sektor peternakan sebesar Rp 4,61 milyar. Sedangkan dampak total investasi sektor pertanian terbesar terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja ditempati oleh sub sektor perkebunan sebanyak 6.970 orang.
151 172
6.7. Potensi, Kebijakan dan Perkembangan Investasi Provinsi Jambi Potensi ekonomi dan letak geografis yang strategis merupakan keunggulan yang dimiliki Provinsi Jambi dalam pembangunan daerahnya, sehingga untuk mengetahui secara menyeluruh tentang iklim dan investasi Provinsi Jambi perlu mengetahui tentang potensi ekonomi dan perkembangan investasi baik investasi pemerintah maupun swasta khusunya PMA dan PMDN. investasi sangat diperlukan untuk menunjang baik pertumbuhan ekonomi maupun kesempatan kerja. Oleh karena itu upaya untuk menarik investor menanamkan modalnya secara intensif selalu dilaksanakan oleh pemerintah (Saana Hadi, 2008). Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya saing terhadap investasi salah satunya bergantung kepada kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha, serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal yang juga penting untuk diperhatikan dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang kondusif, juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam artian luas. Kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Bagi investor, informasi mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan lokasi untuk investasi. Tetapi hal ini tidak cukup sampai sebatas ketersediaan informasi saja. Diperlukan rangkaian upaya untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai iklim investasi di berbagai daerah, untuk membantu para investor dalam membuat keputusan lokasi investasinya (KPPOD, 2010).
152 173
6.7.1. Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian Berdasarkan hasil diskusi dengan pakar investasi, pemerintah dan pengusaha dengan menggunakan beberapa sumber (daya tarik investasi menurut KPPOD dan Bank Dunia) terkait faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di sektor pertanian, ditetapkan 4 level yang mempengaruhi investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi yaitu Faktor investasi di sektor pertanian (level 1), pelaku (level 2), kendala (level 3), dan pemilihan kebijakan (level 4). PEMILIHAN KEBIJAKAN INVESTASI
Faktor
Pelaku
Infrastruktur
BAPEDDA
Kendala
Pemilihan Kebijakan
Ketersedi aan Air Bersih dan Listrik
Ekonomi
BKPMD
Komisi II DPRD Tk.1
Ketersed iaan Jalan Raya
Ketersedi aan Modal dan Pasar
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur
Promosi Investasi dan Koordinasi antar
Teknologi
KADIN Prov. Jambi
Ketersedia an Alat Produksi Teknologi Infokom
Peningkatan Sarana Teknologi
Ketenagakerjaan
PENGUSAHA 1
Upah Tenaga Kerja
Pendidikan Tenaga Kerja
Peningkatan Kualitas SDM/ Tenaga Kerja
Kapasitas Produksi
PENGUSAHA 2
Kemampuan Produksi dan Memanfaatkan Potensi Daerah
Peningkatan Jumlah Produksi dan Ekspor Barang
Gambar 7. Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian Berdasarkan hasil kuisioner Analitytical Hierarchy Process (AHP) dari beberapa ahli investasi di Provinsi Jambi, maka dapat diuraikan beberapa pelaku yang mempengaruhi invetasi sektor pertanian dan juga faktor-faktor serta kendalakendala yang mempengaruhi investasi.
153 174
6.7.2. Faktor Investasi Sektor Pertanian Berdasarkan tabel 36 maka faktor utama yang mempengaruhi investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi adalah infrastruktur yang memiliki peranan terpenting dengan nilai 0,361. Hal ini penting dikarenakan infrastruktur seperti ketersediaan air bersih dan listrik serta jalan raya merupakan faktor penentu untuk menanamkan investasi disektor pertanian. Faktor yang mempengaruhi investasi sektor pertanian berikutnya adalah faktor ekonomi dengan nilai 0,236, kemudian diikuti dengan faktor teknologi dengan nilai 0,154, keternagakerjaan serta faktor kapasitas produksi masingmasing dengan nilai 0,139 dan 0,110. Berikut urutan Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi Tabel 36. Urutan Nilai Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi No Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Nilai prioritas Pertanian Provinsi Jambi 1 Infrastruktur 0,361 1 2 Ekonomi 0,236 2 3 Teknologi 0,154 3 4 Ketenagakerjaan 0,139 4 5 Kapasitas Produksi 0,110 5 Menurut penelitian (KPPOD, 2010) faktor ekonomi, dan infrastruktur merupakan beberapa dari faktor yang diyakini sebagai faktor pembentuk daya saing investasi suatu negara atau daerah. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun pananaman modal asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi daerah juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi daerah yang bersangkutan. Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan
154 175
penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya. 6.7.3. Pelaku Investasi Sektor Pertanian Secara umum tugas dan fungsi pelaku investasi adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Perda Provinsi Jambi Nomor 15 Tahun 2009 Bappeda Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Perda No. 15 tahun 2009 mempunyai tugas pokok yaitu: Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, Bappeda Provinsi Jambi mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis perencanan pembangunan daerah. b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah. c. Pembinaan pelaksanaan tugas bidang perencanaan pembangunan daerah. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain tugas dan fungsi pokok, Bapedda memiliki Sub Bidang Pengembangan Ekonomi dan Sub Bidang Pertanian, SDA dan Lingkungan Hidup yang dinaungi Bidang Ekonomi, SDA dan Lingkungan Hidup yang memiliki tugas dan fungsi yaitu: a. Sub Bidang Pengembangan Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan perencanaan makro dan mikro pada Sub Bidang yang berkaitan pengembangan ekonomi. Sub Bidang Ekonomi mempunyai fungsi: Penyiapan perumusan kebijakan makro dan kebijakan, mikro/reil
155 176
pada sub bidang ekonomi; Pelaksanaan perumusan kebijakan umum dan kebijakan strategis pada sub bidang yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi; Penyiapan petunjuk pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah pada sub bidang Ekonomi dan sub dibidang terkait; Pelaksanakan Musrenbang Provinsi; Memfasilitasi Forum SKPD dan Lintas SKPD Provinsi. Pelaksanaan koordinasi perencanaan pembangunan daerah sub bidang ekonomi dan sub bidang terkait; Pelaksanaan koordinasi evaluasi dan pengembangan pelaksanaan rencana pembangunan sesuai sub bidang ekonomi. b. Sub Bidang Pertanian, Sda Dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan pemerintahan dan perencanaan sub bidang Pertanian, SDA dan Lingkungan Hidup. Sub Bidang Pertanian, SDA dan Lingkungan Hidup mempunyai fungsi: Penyiapan dan pelaksanaan perumusan rencana dan kebijakan strategis Sub SDA, dan Lingkungan Hidup serta sub bidang terkait; Penyiapan petunjuk pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah pada Sub Bidang SDA dan Lingkup Hidup serta sub bidang terkait; Pengkoordinasian perencanaan pembangunan daerah sub bidang SDA dan Lingkungan Hidup dan Sub bidang terkait; Penyiapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) pada Sub Bidang SDA dan Lingkungan Hidup dan sub bid terkait; Pelaksanaan evaluasi dan mengembangkan pelaksanaan program pembangunan Sub bidang SDA dan Lingkungan Hidup serta Sub bidang terkait; 2. BKPMD merupakan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
156 177
Penanaman Modal Daerah. BKPMD berfungsi dalam Perumusan kebijakan teknis di bidang Penanaman Modal Daerah. Memberikan dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Penanaman Modal Daerah. Pembinaan pelaksanaan tugas di bidang Penanaman Modal Daerah. 3. Komisi II DPRD Tk 1 Provinsi Jambi berfungsi sebagai badan legislatif yang mewakili
masyarakat
untuk
kepentingan-kepentingan
yang
bersifat
kepentingan publik, selain itu berfungsi dalam menetapkan anggaran serta pengawasan penggunaan anggaran pemerintah. Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Provinsi Jambi sesuai dengan Bidang Tugas dan Rencana Kerja Komisi dalam rangka melakukan pengawasan terhadap perkembangan perkebunan karet dan kelapa sawit serta pengolahan hasilnya, kegiatan ini juga dimaksud untuk mendukung program revitalisasi pertanian, perkebunan dan kehutanan yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah daerah. Bidang Ekonomi dan Keuangan, meliputi : Perindustrian dan Perdagangan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Ketahanan Pangan dan Logistik, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Keuangan dan Aset Daerah, Perpajakan dan Retribusi, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, BUMD dan Perbankan, dan Penanaman Modal dan Perusahaan Patungan. 4. Kadin Provinsi Jambi merupakan badan yang berfungsi untuk koordinasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lain. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyatakan bahwa Kamar Dagang dan Industri adalah wadah bagi pengusaha Provinsi Jambi dan bergerak dalam bidang perekonomian. Selain itu tugas Kadin adalah
157 178
memajukan dan mengembangkan jiwa serta memajukan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan para pengusaha Provinsi Jambi agar dapat tumbuh dan berkembang secara dinamis dan mantap guna tercapainya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pembangunan dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas; Memupuk dan meningkatkan partisipasi aktif para pengusaha Provinsi Jambi guna meningkatkan produksi nasional dengan cara kerja yang terampil, efisien, berdisiplin dan berdedikasi; Menyebarluaskan informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi kepada para pengusaha Provinsi Jambi; Menyampaikan informasi mengenai permasalahan dan perkembangan perekonomian dunia yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi dan atau dunia usaha nasional, kepada Pemerintah dan para pengusaha Provinsi Jambi; Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan para pengusaha Provinsi Jambi, baik dilakukan sendiri maupun bekerja sama dengan Organisasi Perusahaan dan atau Organisasi Pengusaha; Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerja sama yang saling menunjang dan saling menguntungkan antar-pengusaha Provinsi Jambi, termasuk pengembangan keterkaitan antar bidang usaha industri dan bidang usaha sektor ekonomi lainnya; Menyelenggarakan dan meningkatkan hubungan dan kerja sama antara para pengusaha Provinsi Jambi dan para pengusaha
luar
negeri
seiring
dengan
kebutuhan
dan
kepentingan
pembangunan di bidang ekonomi dan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional; Menyelenggarakan analisis dan statistik serta menyelenggarakan pusat informasi usaha dan mengadakan promosi di dalam dan di luar negeri;
158 179
Menyelenggarakan upaya penyeimbangan dan pelestarian alam serta mencegah timbulnya kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup; Menyiapkan dan memberikan keterangan yang diperlukan para pengusaha Provinsi Jambi untuk keperluan perdagangan, industri dan jasa, baik untuk keperluan di dalam maupun di luar negeri; Menyumbangkan pendapat dan saran kepada Pemerintah dan lembaga lainnya berkaitan dengan proses pengambilan keputusan
dalam
kebijaksanaan
ekonomi
nasional;
Menyiapkan
dan
melaksanakan usaha menengah, mendamaikan dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara para pengusaha Provinsi Jambi dan/atau perusahaan Provinsi Jambi, dan antara pengusaha dan perusahaan Provinsi Jambi dengan pengusaha dan perusahaan asing; Mendorong para pengusaha Provinsi Jambi untuk bergabung dalam Organisasi Perusahaan dan/atau Organisasi Pengusaha anggota Kadin demi meningkatkan profesionalisme. Fungsi Kadin Kamar Dagang dan Industri merupakan wadah komunikasi dan konsultasi antar pengusaha Provinsi Jambi dan antara pengusaha Provinsi Jambi dan Pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan jasa. 5. Pengusaha dalam kaitan investasi memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaku teknis dilapangan yang memiliki badan usaha kelompok maupun perorangan guna menjalankan proses investasi untuk menghasilkan output yang bertujuan profit oriented. Berikut urutan prioritas pelaku investasi sektor pertanian Provinsi Jambi. Hasil pengolahan AHP berikutnya adalah pada pelaku investasi sektor pertanian. Pada Tabel 37 diketahui pelaku investasi sektor pertanian di Provinsi
159 180
Jambi untuk faktor infrastruktur sebagai faktor yang mempengaruhi investasi sektor pertanian adalah BAPEDDA yaitu selaku pihak pemerintah, dengan nilai 0,618. Hal ini dikarenakan pihak penyedia untuk infrastruktur publik adalah pemerintah. Selanjutnya adalah Komisi II DPRD Tk.1 Provinsi Jambi dengan nilai 0,190, diikuti dengan Kadin Provinsi Jambi dengan nilai 0,057, Pengusaha 1 dan pengusaha 2 yang memiliki peranan yang sama dengan nilai 0,046, dan terakhir BKPMD dengan nilai 0,044. BKPMD merupakan bagian dari pihak pemerintah, meskipun demikian peranan BKPMD tidaklah banyak dikarenakan peranan BKPMD yang hanya membantu dalam mengeluarkan perizinan usaha dan tidak terlalu mengambil peranan penting dalam kebijakan terkait dengan infrastruktur. BAPEDDA memiliki nilai 0,536 untuk faktor ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi investasi sektor pertanian. BAPEDDA masih menjadi pelaku utama dalam faktor ini, hal ini disebabkan BAPEDDA yang fungsinya sebagai leader dalam hal investasi daerah, sumber perekonomian dan distribusi pendapatan daerah dilaksanakan oleh BAPEDDA. Pelaku selanjutnya dalam faktor ekonomi diikuti oleh Komisi II DPRD Tk 1 Provinsi Jambi dengan nilai 0,193. Pelaku ini berperan dalam hal Budgeting yaitu terkait dengan anggarananggaran pemerintah dan aliran dana untuk investasi pemerintah. Pelaku yang menjadi prioritas selanjutnya adalah Pengusaha 1 dan pengusaha 2 yang meiliki nilai yang sama yaitu dengan nilai 0,094, diikuti oleh pelaku KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,050, dan terakhir BKPMD dengan nilai 0,032, meskipun BKPMD merupakan pelaku dimana dengan prioritas terakhir namun BKPMD berperan dalam perizinan mendirikan usaha dan investasi dan penting peranannya
160 181
dalam faktor ekonomi dikarenakan didalam faktor ekonomi terkait dengan modal dan pasar dimana ketentuan-ketentuan modal dan pasar ini harus disetujui oleh pihak BKPMD serta perizinan ekspor dan impor. Tabel 37. Urutan Nilai Prioritas Pelaku Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi Faktor Investasi Sektor Pertanian
Infrastruktur
Ekonomi
Teknologi
Ketenagakerjaan
Kapasitas Produksi
Pelaku BAPEDDA BKPMD Komisi II DPRD Tk 1 KADIN Pengusaha 1 Pengusaha 2 BAPEDDA BKPMD Komisi II DPRD Tk 1 KADIN Pengusaha 1 Pengusaha 2 BAPEDDA BKPMD Komisi II DPRD Tk 1 KADIN Pengusaha 1 Pengusaha 2 BAPEDDA BKPMD Komisi II DPRD Tk 1 KADIN Pengusaha 1 Pengusaha 2 BAPEDDA BKPMD Komisi II DPRD Tk 1 KADIN Pengusaha 1 Pengusaha 2
Nilai 0,618 0,044 0,190 0,057 0,046 0,046 0,536 0,032 0,193 0,050 0,094 0,094 0,075 0,030 0,030 0,101 0,382 0,382 0,065 0,065 0,047 0,088 0,367 0,367 0,075 0,033 0,030 0,160 0,351 0,351
Prioritas 1 5 2 3 4 4 1 5 2 4 3 3 3 4 4 2 1 1 3 3 4 2 1 1 3 4 5 2 1 1
Menurut Bank Dunia (2010), Pemerintah sangat bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan kinerjanya dalam membangun fondasi dasar dari suatu iklim investasi di suatu wilayah termasuk dalam kaitannya dengan investasi yaitu infrastruktur dan masalah ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian Bank Dunia yang melakukan penelititan terhadap empat
faktor yang
mempengaruhi iklim investasi di suatu wilayah yaitu faktor stabilitas dan kepastian hak, peraturan dan perpajakan, pendanaan dan infrastruktur, dan para
161 182
pekerja serta pasar tenaga kerja. Pemerintah pada dasarnya merupakan pelaku utama yang mempengaruhi investasi karena pemerintah merupakan pembuat peraturan dan juga pelaksana peraturan sehingga menjadikan pemerintah sangat berperan dalam mempengaruhi investasi di suatu daerah. Peran DPRD Tk 1 lebih pada pengawasan dan penetapan anggaran. Namun pelaku ini sangat penting dikarenakan tugasnya dalam Bidang Ekonomi dan Keuangan yang meliputi: Perindustrian dan Perdagangan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan, Ketahanan Pangan dan Logistik, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Keuangan dan Aset Daerah, Perpajakan dan Retribusi, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, BUMD dan Perbankan, dan Penanaman Modal dan Perusahaan Patungan. 6.7.4. Kendala Investasi Sektor Pertanian Menurut (KPPOD, 2010), terlihat bahwa perhatian utama para pelaku usaha terletak pada kualitas tenaga kerja, dalam hal ini produktivitas tenaga kerja dibandingkan dengan biaya tenaga kerja. Para pelaku usaha rela membayar lebih besar biaya tenaga kerja, jika tenaga kerja memiliki kualitas dan produktivitas yang baik. Dalam aktivitas usaha, selain kapital, dan input produksi, tenaga kerja dipandang sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai peran penting. Tenaga
kerja
merupakan
motor
penggerak
kegiatan
usaha.
Faktor
ketenagakerjaan, baik ketersediaan, produktivitas, besaran upah, dan lain sebagainya, menempati pengaruh penting dalam membentuk iklim usaha dan kemajuan suatu perusahaan. persoalan yang terjadi pada infrastruktur fisik di Provinsi Jambi mendapat perhatian yang cukup serius bagi kalangan investor. Tampaknya masalah krisis
162 183
listrik yang dialami oleh Provinsi Jambi dalam tahun belakangan ini, juga dirasakan cukup mengganggu kalangan dunia usaha. Suatu kegiatan usaha tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan infrastruktur fisik. Semakin besar skala usaha, maka kebutuhan akan infrastruktur fisik juga semakin besar. Infrastruktur fisik merupakan pendukung bagi kelancaran kegiatan usaha. Tabel 38. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Infrastruktur Pelaku BAPEDDA
BKPMD
Komisi II DPRD Tk 1
KADIN
Pengusaha 1
Pengusaha 2
Kendala Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah
Nilai 0,520 0,255 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,582 0,222 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,576 0,248 0,035 0,035 0,035 0,035 0,035 0,520 0,255 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,576 0,248 0,035 0,035 0,035 0,035 0,035 0,520 0,255 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045
Prioritas 1 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 1 2 3 4 3 3 3
163 184
Potensi ekonomi bisa dilihat dari potensi yang berbasis sumber daya alam, maupun potensi akibat bentukan karena didorong oleh aktivitas usaha atau adanya investasi. Kedua aspek tersebut harus dapat berjalan selaras agar tercipta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan struktur ekonomi yang kuat sehingga dapat memacu kemajuan perekonomian daerah, peningkatan daya beli, dan sikap mental masyarakat yang mendorong kearah kemajuan dan modern. Faktor Ekonomi Daerah suatu daerah yang merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam keputusan berinvestasi (KPPOD, 2010). Pada Tabel 38, kendala utama yang dihadapi oleh pelaku-pelaku investasi sektor pertanian terhadap faktor ifrastruktur adalah ketersedian air bersih dan listrik yang diikuti dengan ketersediaan jalan raya. Bagi BAPEDDA ketersediaan air bersih dan listrik memiliki nilai 0,520, sedangkan untuk kendala ketersediaan jalan raya meliki nilai 0,255. Ketersediaan air bersih dan listrik di daerah memiliki peranan yang cukup besar terhadap keputusan BAPEDDA untuk menentukan kelayakan investasi di Provinsi jambi. Ini dikarenakan air dan listrik merupakan sumber kehidupan dan energi dalam menjalankan suatu aktivitas hidup maupun aktivitas ekonomi dimana tanpa dua hal ini dan ditambah ketersediaan jalan raya akan menghambat perkembangan suatu usaha investasi. Hal yang sama dialami oleh pelaku investasi, yaitu BKPMD yang menganggap ketersediaan air bersih dan listrik sebagai kendala utama dengan nilai 0,582, berikutnya Komisi II DPRD Tk I Provinsi Jambi dengan nilai 0,576, KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,520, pengusaha 1 dengan nilai 0,576 dan terakhir pengusaha 2 dengan nilai 0,520. Seluruh pelaku investasi ini menilai bahwa kendala utama terkait dengan faktor infrastruktur sebagai faktor yang
185 164
mempengaruhi pelaku memutuskan kebijakan untuk berinvestasi adalah ketersediaan air bersih dan listrik. Tabel 39. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ekonomi Pelaku BAPEDDA
BKPMD
Komisi II DPRD Tk 1
KADIN
Pengusaha 1
Pengusaha 2
Kendala Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah
Nilai 0,072 0,072 0,580 0,069 0,069 0,069 0,069 0,130 0,130 0,397 0,086 0,086 0,086 0,086 0,084 0,084 0,512 0,080 0,080 0,080 0,080 0,091 0,091 0,455 0,091 0,091 0,091 0,091 0,067 0,067 0,600 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,600 0,067 0,067 0,067 0,067
Prioritas 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
Kendala utama yang dihadapi pelaku-pelaku investasi dalam memutuskan kebijakan investasinya terkait dengan faktor ekonomi (Tabel 39) sebagai faktor
165 186
yang mempengaruhi kebijakan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi adalah ketersediaan modal dan pasar. BAPEDDA sebagai lembaga pemerintah dengan nilai 0,580, untuk BKPMD memiliki nilai 0,397, Komisi II DPRD Tk I Provinsi Jambi dengan nilai 0,512, KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,455, dan pengeusaha 1 dan pengusaha 2 memiliki nilai yang sama terhadap kendala ini yaitu dengan nilai 0,600. Ketersediaan modal dan pasar sangat penting dalam kaitannya dengan kebijakan investasi. Modal dan pasar menjadi kendala utama dalam faktor ekonomi ini. Hal ini dikarenakan ketersediaan modal menjadi pokok penting dalam menjalankan suatu usaha, dan ketersediaan pasar merupakan tujuan utama suatu output akan didistribusikan, sulitnya mendapatkan pasar untuk produk pertanian maka semakin sulit kebijakan investasi di sektor ini diputuskan. Salah satu dari tujuan investasi adalah mendapatkan keuntungan dan menjanjikan kesejahteraan bagi pelaku-pelaku usaha tersebut. Menurut Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), 2011. Faktor penghambat utama investasi adalah kebutuhan modal yang besar untuk memulai atau perluasan usaha, baik perusahaan besar maupun petani. Meningkatnya harga input, upah tenaga kerja serta kondisi lingkungan dan iklim yang kurang kondusif, menghambat perkembangan usaha. Bagi perusahaan besar, otonomi daerah cukup menambah beban finansial dalam bentuk pembayaran retribusi yang terlalu besar. Ketersediaan alat produksi dan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kendala utama dalam faktor teknologi sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan investasi di sektor pertanian di Provinsi jambi (Tabel 40). BAPEDDA
166 187
menjadikan prioritas utama terhadap kendala ketersediaan alat produksi dan teknologi informasi dan komunikasi dengan nilai 0,540, BKPMD dengan nilai 0,503, Komisi II DPRD Tk 1 Provinsi Jambi dengan nilai 0,464, KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,514, Pengusaha 1 dengan nilai 0,532, Pengusaha 2 dengan nilai 0,475. Tabel 40. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Teknologi Pelaku BAPEDDA
BKPMD
Komisi II DPRD Tk 1
KADIN
Pengusaha 1
Pengusaha 2
Kendala Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah
Nilai 0,057 0,074 0,191 0,540 0,046 0,046 0,046 0,082 0,082 0,133 0,503 0,066 0,066 0,066 0,091 0,091 0,174 0,464 0,061 0,061 0,060 0,088 0,088 0,123 0,514 0,062 0,062 0,062 0,079 0,079 0,126 0,532 0,061 0,061 0,061 0,096 0,096 0,083 0,475 0,083 0,083 0,083
Prioritas 4 3 2 1 5 5 5 3 3 2 1 4 4 4 3 3 2 1 4 4 5 3 3 2 1 4 4 4 3 3 2 1 4 4 4 2 2 3 1 3 3 3
167 188
Untuk faktor teknologi (Tabel 40), kendala ketersediaan alat produksi dan teknologi informasi dan komunikasi selalu menjadi prioritas. Hal ini dikarenakan alat produksi mejadi penting dalam melakukan proses suatu usaha. Tanpa alat produksi yang modern akan berpengaruh terhadap jumlah produksi output yang akan dihasilkan begitupun dengan kualitas produk tersebut. Selain teknologi produksi, teknologi informasi dan komunikasi juga sangat penting dalam faktor teknologi ini. Tanpa adanya teknologi ini akan menyulitkan bagi pelaku-pelaku investasi dalam berkoordinasi dan juga melakukan promosi produk yang dihasilkan serta memudahkan pemasaran produk yang lebih luas. Pendidikan tenaga kerja merupakan kendala utama dalam faktor keternagakerjaan sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi. Kendala ini diikuti oleh upah tenaga kerja yang menjadi kendala kedua investasi sektor pertanian (Tabel 41). BAPEDDA memiliki nilai 0,428, BKPMD dengan nilai 0,466, Komisi II DPRD Tk 1 Provinsi Jambi dengan nilai 0,450, KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,250, Pengusaha 1 dengan nilai 0,286, Pengusaha 2 dengan nilai 0,220. Dalam penelitian PSEKP, 2011. Investasi pertanian oleh perusahaan besar (PMDN dan PMA) berdampak positif pada PDB pertanian dan penyerapan tenaga kerja baru. PMDN lebih banyak kontribusinya dalam peningkatan PDB dan penyerapan tenaga kerja subsektor tanaman pangan dan perkebunan, sedangkan PMA lebih banyak kontribusinya dalam peningkatan PDB dan penyerapan tenaga kerja subsektor peternakan. Secara agregat nasional, investasi PMDN memberikan kontribusi lebih besar dalam peningkatan PDB sektor pertanian, tetapi PMA memberikan kontribusi lebih besar dalam penyerapan tenaga kerja baru.
168 189
Tabel 41. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ketenagakerjaan Pelaku BAPEDDA
BKPMD
Komisi II DPRD Tk 1
KADIN
Pengusaha 1
Pengusaha 2
Kendala Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah
Nilai 0,044 0,047 0,047 0,045 0,256 0,428 0,135 0,059 0,059 0,074 0,066 0,201 0,466 0,074 0,058 0,058 0,058 0,058 0,192 0,450 0,127 0,129 0,129 0,129 0,129 0,148 0,250 0,088 0,138 0,138 0,138 0,138 0,124 0,286 0,036 0,130 0,130 0,130 0,130 0,086 0,220 0,175
Prioritas 4 4 4 4 2 1 3 5 5 3 4 2 1 3 4 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 2 1 4 2 2 2 2 3 1 4 3 3 3 3 4 1 2
Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah menjadi kendala utama dalam faktor kapasitas produksi (Tabel 41). BAPEDDA dengan nilai 0,595, BKPMD dengan nilai 0,600, Komisi II DPRD Tk 1 Provinsi Jambi dengan nilai
169 190
0,549, KADIN Provinsi Jambi dengan nilai 0,580, Pengusaha 1 dengan nilai 0,600 dan pengusaha 2 dengan nilai 0,570. Tabel 42. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Kapasitas Produksi Pelaku BAPEDDA
BKPMD
Komisi II DPRD Tk 1
KADIN
Pengusaha 1
Pengusaha 2
Kendala Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah Ketersediaan air bersih dan listrik Ketersediaan jalan raya Ketersediaan modal dan pasar Ketersediaan alat produksi dan teknologi infokom Upah tenaga kerja Pendidikan tenaga kerja Kemampuan produksi dan memanfaatkan potensi daerah
Nilai 0,066 0,066 0,066 0,066 0,082 0,058 0,595 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,600 0,076 0,076 0,076 0,076 0,076 0,073 0,549 0,069 0,069 0,069 0,072 0,072 0,069 0,580 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,600 0,070 0,070 0,073 0,073 0,073 0,070 0,570
Prioritas 3 3 3 3 2 4 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 1
Kemampuan produksi menjadi ukuran untuk pelaku dalam menanamkan investasi di usaha tersebut. Hal ini merupakan tolak ukur layak atau tidak usaha
170 191
atau sektor tersebut untuk dikembangkan. Selain itu fungsi produksi adalah bagaimana memanfaatkan potensi daerah baik itu dari sisi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang produktif dan terampil. Sektor pertanian merupakan sektor primer yang memiliki kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi. Tahun 2010 kontribusi sektor pertanian pada PDRB mencapai 1.5905.977,21 (juta rupiah) atu sebesar 29,6 persen dari jumlah keseluruhan PDRB Provinsi Jambi. Disamping dipergunakan untk pemukiman, hampir sebagian dari luas daratan Provinsi Jambi dimanfaatkan untuk sektor pertanian. 6.7.5. Alternatif Kebijakan Alternatif kebijakan terhadap faktor-faktor investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi memiliki kebijakan-kebijakan yang berbeda sesuai faktor yang dan kendala yang dihadapi (Tabel 43). Faktor infrastruktur mengutamakan alternatif kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dengan nilai 0,452. Faktor ekonomi pelaku lebih menekankan pada alternatif kebijakan promosi investasi dan koordinasi antar sektor dengan nilai 0,403 yang berarti adanya jalur kerjasama antar pelaku sektor untuk saling menunjang aktivitas investasi masing-masing agar tercipta hubungan secara horizontal yaitu hubungan yang saling terkait dengan mempertimbangkan permintaan antara dan permintaan akhir produk.Peningkatan sarana teknologi baik dari sisi produksi maupun teknologi informasi dan komunikasi memiliki nilai 0,362 yang merupakan alternatif kebijakan yang diutamakan pelaku investasi untuk faktor teknologi. Sedangkan untuk faktor ketenagakerjaan, alternatif kebijakan yang dipilih adalah prioritas pada
171 192
peningkatan kualitas SDM dengan nilai 0,310 dengan memperhatikan pendidikan tenaga kerja baik formal maupun non formal. Terakhir untuk faktor kapasitas produksi pelaku memilih untuk merumuskan alternatif kebijakan dengan meningkatkan jumlah produksi dan ekspor barang dengan nilai 0,396. Tabel 43. Susunan Nilai Prioritas untuk Alternatif Kebijakan dari Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian di Provinsi Jambi Faktor Infrastruktur
Ekonomi
Teknologi
Ketenagakerjaan
Kapasitas Produksi
Alternatif Kebijakan Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Promosi investasi dan koordinasi antar sektor Peningkatan sarana teknologi Peningkatan kualitas SDM Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Promosi investasi dan koordinasi antar sektor Peningkatan sarana teknologi Peningkatan kualitas SDM Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Promosi investasi dan koordinasi antar sektor Peningkatan sarana teknologi Peningkatan kualitas SDM Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Promosi investasi dan koordinasi antar sektor Peningkatan sarana teknologi Peningkatan kualitas SDM Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur Promosi investasi dan koordinasi antar sektor Peningkatan sarana teknologi Peningkatan kualitas SDM Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang
Nilai 0,452 0,119 0,131 0,172 0,127 0,236 0,403 0,126 0,138 0,097 0,230 0,169 0,362 0,138 0,101 0,238 0,160 0,153 0,310 0,139 0,176 0,133 0,133 0,162 0,396
Prioritas 1 5 3 2 4 2 1 4 3 5 2 3 1 4 5 2 3 4 1 5 2 4 4 3 1
6.7.6 Sensitivitas Analisis sensititvitas dilakukan untuk mengukur tingkat perubahan pada pembobotan suatu pilihan karena adanya suatu perubahan pilihan yang lain (Tabel 44). Sehingga apabila terjadi pergeseran subyektivitas dari stakeholders atas pembobotan pada suatu pilihan, maka akan dapat mempengaruhi besarnya bobot pilihan yang lainnya dan berdampak terhadap proses yang akan dilakukan guna mencapai pilihan alternatif tersebut.
172 193
Pada penelitian ini variabel yang memiliki nilai relatif tinggi dengan yang lainnya adalah faktor infrastruktur, sebesar 36,2 persen, ternyata jika dikurangi 10 persen (asumsi penulis) menjadi 26,1 persen urutan prioritas kebijakan tetap tidak berubah, seperti pada Tabel 44 berikut, yaitu prioritas utama adalah peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur dengan nilai 31,4 persen. Tabel 44. Hasil Analisis Sensitivitas dengan Faktor Inrfastruktur Dikurangi 10 Persen N0 Prioritas Kebijakan Nilai Sensitivitas 1 Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur 0,314 31,4 2 Promosi investasi dan koordinasi antar sektor 0,200 20,0 3 Peningkatan sarana teknologi 0,167 16,7 4 Peningkatan kualitas SDM 0,174 17,4 5 Peningkatan jumlah produksi dan ekspor barang 0,146 14,6
6.7.7 Implikasi Kebijakan a. Dari hasil analisis di atas, maka sebaiknya pemerintah Provinsi Jambi perlu melakukan pembenahan dalam masalah infrastruktur, seperti dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur. Ketersediaan air, listrik dan juga jalan raya merupakan hal utama yang harus diperhatikan untuk mengundang investasi sektor pertananian di suatu daerah. Hal ini penting dikarenakan infrastruktur merupakan modal utama untuk membangun keyakinan dalam hal penanaman modal investasi baik dalam negeri maupun luar negeri. b. Sebaiknya dalam pelaksanaan kebijakan utama perlu didukung dengan kebijakan promosi investasi dan koordinasi antar sektor. Pemerintah daerah harus berupaya keras mendorong agar sebanyak mungkin investasi dapat masuk ke daerahnya. Yang menjadi persoalan adalah investasi tidak selalu datang ke setiap daerah. Hanya daerah-daerah yang memiliki daya
173 194
saing investasi yang baik yang akan mendapatkan peluang investasi yang lebih besar. Di era otonomi daerah, daerah-daerah harus bersaing dengan daerah lainnya untuk menarik investasi. Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya saing terhadap investasi salah satunya bergantung kepada kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha, serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal yang juga penting untuk diperhatikan dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang kondusif, juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam artian luas. Kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Bagi investor, informasi mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan lokasi untuk investasi. Tetapi hal ini tidak cukup sampai sebatas ketersediaan informasi saja. Diperlukan rangkaian upaya untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai iklim investasi di berbagai daerah, untuk membantu para investor dalam membuat keputusan lokasi investasinya. c. Kegiatan investasi pertanain, baik oleh perusahaan besar (PMDN dan PMA) maupun rakyat, perlu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan PDB
174 195
sektor pertanian, penyediaan kesempatan kerja, dan peningkatan produksi. Namun dalam melaksanakan UU Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pemerintah jangan lebih mengutamakan investasi PMA tanpa diimbangi dengan investasi PMDN dan rakyat yang memadai, khususnya investasi yang bersifat land base seperti perkebunan. Hal ini perlu ditekankan jangan sampai lebih banyak sumberdaya alam (lahan) yang dikuasai oleh pengusaha asing sehingga pengusaha nasional dan rakyat/petani kehilangan kesempatan untuk berusaha di negeri sendiri.
196
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Jambi updating Tahun 2010 tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jambi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Peranan sektor pertanian Provinsi Jambi sangat besar, ditandai oleh komoditi pertanian yang menjadi sektor kunci (sektor andalan) Provinsi Jambi. Selain sector kunci tersebsut dapat dilihat dari daya penyebaran dan derajat kepekaan, peranan sektor pertanian juga dapat dilihat dari keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) terhadap perekonomian Provinsi Jambi. Sector kunci tersebut adalah karet, industry CPO, dan kelapa sawit.
2.
Analisis multiplier menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian Provinsi Jambi untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja keseluruh sektor perekonomian cukup kuat. Dengan asumsi bahwa investasi yang ditanamkan pada sub-sub sektor pertanian senilai Rp 150 milyar akan berdampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang mampu menciptakan output total di seluruh sektor perekonomian. Perubahan nilai dengan persentase tertinggi akibat dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar pada Tahun 2013 adalah sub sektor perkebunan. Dampak investasi ini sangat mempengaruhi besanya pembentukan tenaga kerja sub sektor perkebunan.
176 197
3.
Faktor infrastruktur merupakan faktor sangat diprioritaskan dalam menentukan kebijakan dan keputusan untuk melakukan investasi di sektor pertanian dimana pelaku yang paling menentukan faktor infrastuktur adalah BAPEDDA Provinsi Jambi. Hal ini penting dikarenakan infrastruktur seperti ketersediaan air bersih dan listrik serta jalan raya merupakan faktor penentu untuk menanamkan investasi disektor pertanian dan BAPEDDA merupakan perangkat pemerintah dalam tugasnya melakukan perencanaan pembangunan termasuk penyedia infrastruktur publik.
7.2 Saran 7.2.1 Saran Kebijakan 1.
Sektor Pertanian untuk komoditi karet baik perlu mendapat perhatian serius terhadap keterkaitan dengan sektor lainnya, baik untuk on-farm maupu offfarmnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke Depan yang tinggi, sehingga jika sektor ini ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya.
2.
Kebijakan bidang pertanian di Provinsi Jambi diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan keterkaitan yang lebih baik.
3.
Diperlukan suatu upaya yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian. Upaya tersebut dapat berupa regulasi dan deregulasi yang mempermudah investor untuk menanamkan modalnya, diantaranya adalah : kemudahan perizinan penanaman modal, penurunan pajak usaha, peningkatan prasarana usaha, jaminan sosial dan
177 198
keamanan usaha, serta adanya peningkatan pembiayaan pemerintah terhadap sektor pertanian. Selain itu diperlukan juga peran pemerintah dalam rangka mengembangkan sumberdaya manusia khususnya di sektor pertanian, yaitu berupa peningkatan pendidikan, penyuluhan pertanian dan pengenalan teknologi tepat guna maupun teknologi informasi dan komunikasi yang berperan dibidang promosi sehingga masyarakat Indonesia dapat mengikuti arus perkembangan ilmu dan teknologi khususnya di bidang pertanian. 4.
Pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif melalui berbagai kebijakan dan regulasi karena peluang investasi di sektor pertanian ke depan masih cukup besar yang ditandai oleh: (a) Ketersediaan sumberdaya alam (lahan, air dan iklim) dan sumberdaya manusia yang masih besar; (b) Permintaan domestik terhadap produk pertanian yang akan terus meningkat karena meningkatnya penduduk yang jumlahnya sudah besar, dan meningkatnya pendapatan masyarakat; (c) Permintaan dunia maupun nasional terhadap produksi pertanian Provinsi Jambi juga akan terus meningkat karena Provinsi Jambi merupakan produsen utama beberapa komoditas pertanian yang dibutuhkan dunia maupun nasional, utamanya minyak sawit dan karet.
5.
Sektor pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian memiliki tren yang mengalami penurunan. Karena pentingnya peran investasi untuk mengembangkan sektor pertanian, diperlukan berbagai kebijakan untuk membangkitkan iklim investasi dibidang pertanian. Hal yang paling utama untuk meningkatkan minat
178 199
investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan jaminan kestabilan politik dan keamanan
investasi,
serta
perbaikan
infrastruktur
sehingga
dapat
meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. 7.2.2. Saran Penelitian Selanjutnya 1.
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang peranan investasi sektor pertanian terhadap perekonomian daerah dengan menggunakan metode yang lebih lengkap dengan membandingkan investasi perusahaan besar dengan investasi yang dilakukan oleh unit-unit usaha kecil dan menengah guna meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pedesaan maupun perkotaan.
2.
Sektor pertanian merupakan sektor yang masih menjadi perhatian pemerintah, dikarenakan sektor ini memberikan sumbangan yang besar terhadap penerimaan devisa negara, perlu dilakukan penelitian tentang manajemen dan teknologi pertanian terkait dengan komoditi-komoditi yang menjadi sektor andalan (sector kunci) suatu daerah di Indonesia untuk
179 200
meningkatkan daya saing sektor tersebut. Ini menjadi penting karena Indonesia telah dicirikan sebagai Negara agraris. 3.
Perlu memasukkan faktor perizinan dan manajemen penanaman modal dan efektifitas kelembagaan dalam investasi, mengingat faktor-faktor ini merupakan bagian dari proses kebijakan investasi.
201
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Hidayat dan Riphat Sanggih. 2005. “Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur Menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000”. Jurnal Keuangan dan MoneterDepartemen Keuangan RI, Edisi Desember 2005. Jakarta. DEPKEU RI. Bank Dunia,2010.Doing Bussines di Indonesia 2010. Washington DC: The World Bank. BAPPENAS. 2007. “Perkembangan Perdagangan dan Investasi”. Jakarta. BAPPENAS. Basu, K. 2000. Analitycal Development Economics: The Less Developed Economy Revisited. Massachusetts. The MIT Press. BKPM. 2011. Tabel Nilai Realisasi Investasi Indonesia Berdasarkan Sektor. Jakarta. BKPM. ___________. 2011. Tabel Nilai Realisasi Investasi Indonesia Berdasarkan Lokasi. Jakarta. BKPM. BPS Provinsi Jambi. 2011. Jambi Dalam Angka 2011. Jambi. BPS Provinsi Jambi. BPS Indonesia. 2007. Kerangka Teori & Analisis Input Output. Jakarta. BPS Pusat. BPS Provinsi Jambi. 2010. Pendapatan Regional (PDRB) Provinsi Provinsi Jambi 2005-2009. Jambi. BPS Provinsi Jambi. _________________. 2009. Dampak Pengeluaran Pemerintah Perekonomian Provinsi Jambi. Jambi. BPS Provinsi Jambi.
terhadap
_________________. 2010. Produk domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi 2005 -2009. Jambi. BPS Provinsi Jambi. _________________. 2010. Jambi dalam Angka 2010. Jambi. BPS Provinsi Jambi. _________________. 2009. Provinsi Jambi dalam Angka 2007. Jambi. BPS Provinsi Jambi. _________________ 2007. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Jakarta. BPS Pusat.
202 181
_________________. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tebel Input-Output. Jakarta. BPS Pusat. Darsono. 2008. “Peran Investasi Dalam Kinerja Pertumbuhan Sektor Pertanian Indonesia”. Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian, vol 7 no 3, oktober 2008. (jurnal terakreditasi nasional). Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Daryanto, A. 2001. “Peranan Sektor Pertanian Dalam Pemulihan Ekonomi”. Jurnal Agrimedia Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB. Daryanto, Arief, Hafizrianda, Y. 2010. Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.Konsep dan Aplikasi. Bogor. IPB Press. Dermoredjo, Saktyanu K Dan Khairina Noekman. 2007 . Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No. 1, Juni 2007, hal. 50 - 61 ISSN 1411- 6081 Volume 8, No.1, Juni 2007 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. PAEKP. Dillon, H.S. 2004. Pertanian Mandiri. Jakarta. PT. Penebar Swadaya. Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004. Makroekonomi. Edisi delapan. Jakarta. PT Media Global Edukasi. Dornbusch, Rudiger. Dkk. 2008. Makro Ekonomi. Edisi sepuluh. Jakarta. PT Media Global Edukasi. Firdaus, M, dkk. 2008. Aplikasi Motode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor. IPB Press. Gadang, Dimas. 2010. Analisis Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang. Hadianto, Adi. 2010. Analisis Pertumbuhan Sektor Berbasis Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia: Pendekatan Input-Output Miyazawa. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB. Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Indonesia : Analisis Dekomposisi Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB. Hess, P. Dan C. Ross. 2000 Economic Development: Theories, Evidence and Policies. California.The Dryden Press.
203 182
Husaini, Muhammad. 2009. “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Lampung”. Jurnal Ilmiah Essai Volume. 3 No. 1 Januari 2009. Bandar Lampung. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi . Jakarta. PT. Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Makmun dan Yasin, 2003. “Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDB Sektor Pertanian. Jurnal Kajian Ekonomi Keuangan. Vol. 7 no. 3, September. Mankiw, Gregory. 2000. Teori Makroekonomi. Jakarta. PT. Erlangga. Jakarta. Mankiw, Gregory. 2006. Teori Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta. PT. Erlangga. Jakarta. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Pusat Penelitian Ekonomi Sosial, Jakarta. Nainggolan, K. 1998. “Strategi Pemasaran Ekspor Pertanian Dalam Psar Global”. Makalah Seminar PERHEPI di Medan, 12 Februari 1998, Medan. Nanga, Muana. 2005. MakroEkonomi. Edisi Kedua. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. _____________. 2004. Handout : Analisis Input-Output. Didownload pada bulan Oktober tahun 2008. Nicholson, Walter, 1995, Teori Mikro Ekonomi, Prinsip Dasar dan Perluasan, Alih bahasa Daniel Wirajaya, Edisi Kelima. Jakarta. Binarupa Aksara. Priyarsono, D.S. dkk. 2008. “Peranan Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Bogor. IPB. PSEKP.2011. “Dampak Investasi Pertanian Terhadap PDB Pertanian, Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani”. Bahan Seminar dan Kajian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pemerintah (PSEKP). Jakarta. Badan Litbang Kementrian Pertanian.
204 183
Rahdiana, Dodi. 2011. Strategi Peningkatan Investasi Swasta di Kabupaten Bogor. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi. Semarang. Universitas Diponegoro. Saana, Hadi. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi swasta di Jawa tengah. Jurnal Jejak Fakultas Ekonomi Univessitas Diponegoro. Volume 1, Nomor 1, September, 2008. Semarang. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin. Seri Manajemen No.134. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: PT Loji Grafika Griya Sarana. Saragih, Bungaran. 2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis : paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor. PT Loji Grafika Griya Sarana. Sakka, Ambo. 2004. “Pengaruh Investasi dalam Penelitian dan Pembangunan (R dan D)terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1 Jilid 9 Tahun 2004. Depok. Simatupang, P. 2000. “Kelayakan Sektor Pertanian Sebagai Sektor Andalan Pembangunan Ekonomi Nasional”. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Simbolon, S.B. 2004. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Popinsi Sumatera Utara. [skripsi]. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya Peningkatan Investasi Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Provinsi Jambi. Departemen Ekonomi Pembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Provinsi Jambi. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Jakarta. Raja Grafido Persada. Sudaryanto, Tahlim. Dkk. 2006. “Kebijakan Strategis Usaha Pertanian dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Pengentasan Kemiskinan”. Jurnal Litbang Pertanian Volume 23 No. 4 Tahun 2006. Bogor. Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
184 205
Sitompul, Novita Linda. 2007. Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara. Medan. Sekolah Pascasarjana Iniversitas Sumatera Utara. Susanti, Ervin Nora. 2003. Dampak Perubahan Investasi dan Produktivitas Sektor Perikanan Terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia. (Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum). Tesis Program Pascasarjana. Bogor. IPB. Tambunan, M. 2001. “Perkiraan dampak Krisis keuangan Terhadap Ekonomi, Khususnya Sektor dan Agribisnis di Indonesia”. SOCA, Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 1(2) :75-88. Denpasar. Universitas Udayana. Tambunan, Tulus.T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Jakarta. Ghalia Indonesia. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Episode Revisi. Jakarta. PT Bumi Aksara. Todaro, M. P. 1986. Perencanaan Pembangunan. Model dan Metode. Jakarta. Intermedia. Todaro,Michael & Stephen C.Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Jakarta. Erlangga. Zaini, A. 2003. Peranan Sektor Pertanian Sebelum Dan Masa Krisis Ekonomi Di Indonesia. Tesis, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. IPB.
185 1 Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Berlaku (Juta Rupiah). (BPS Provinsi Jambi 2011, diolah) LAPANGAN USAHA
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata Pertumbuhan
Persentase Pertumbuhan (%)
3.522.932,18
4.159.217,68
4.729.040,90
5.314.707,09
6.053.437,68
7.173.738,25
8.366.857,97
9.791.984,59
12.113.078,49
15.905977,21
6.122.499,48
27,13
1.883.722,77
2.409.328,36
2.494.855,79
2.893.028,06
4.063.249,09
4.133.931,67
6.080.193,80
10.525.760,03
8.078.598,67
9.750.652,14
4.256.266,82
18,86
1.646.114,48
1.926.942,36
2.027.398,87
2.293.889,46
2.702.262,39
3.112.688,94
3.804.724,53
4.568.278,29
5.258.204,53
5.979.007,04
2.734.050,39
12,11
67.911,52
102.897,71
156.290,40
191.001,80
218.939,08
262.075,48
289.842,86
329.358,90
368.042,76
479.775,79
198.636,05
0,88
233.323,58
358.990,41
527.931,35
727.277,98
980.213,33
1.189.449,34
1.472.471,96
1.771.855,30
2.146.259,80
2.446.569,48
940.777,31
4,17
1.889.200,40
2.219.419,47
2.444.236,09
2.788.808,04
3.438.993,65
4.265.670,37
4.773.912,40
5.647.973,06
6.428.163,34
7.827.567,5
3.389.637,68
15,02
879.531,93
1.002.314,58
1.128.077,39
1.272.302,16
1.610.036,84
1.973.860,32
2.345.293,80
2.604.261,68
3.040.654,85
3.517.311,76
1.585.633,36
7,03
372.036,45
441.614,87
604.773,35
786.911,97
897.487,09
1.015.214,87
1.364.829,86
1.805.765,74
2.283.432,59
2.767.318,34
957.206,68
4,24
Jasa-jasa
1.037.011,11
1.319.812,42
1.815.916,52
2.220.017,18
2.522.392,29
2.935.144,69
3.578.549,98
4.011.245,96
4.410.570,52
5.142.513,77
2.385.066,07
10,57
TOTAL
11.531.784,41
13.940.537,87
15.928.520,66
18.487.943,74
22.487.011,44
26.061.773,93
32.076.677,16
41.056.483,56
44.127.005,65
53.816.693,03
1.281.309,38
1.548.948,65
1.769.835,63
2.054.215,97
2.498.556,83
2.895.752,66
3.564.075,24
4.561.831,51
4.903.000,62
5.979.632,56
2.256.977,38
-
20,51
20,89
14,26
16,07
21,63
15,90
23,08
27,99
7,48
21,96
16,37
-
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Rata-rata Pertumbuhan Trend (%)
22.569.773,84
100,00
186 1 Lampiran 2. Distribusi PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010. (BKPM Provinsi Jambi 2011, diolah) No
Penanaman Modal
I
PMDN ( Milliar Rupiah)
(a). Primer Pertanian
Nilai
%
Nilai
%
Nilai
%
Nilai
%
3599,8
17,4
4377,4
12,6
1757,7
8,6
4415,9
11,7
12131,4
20,0
10,06
3578,8
17,3
3686,0
10,6
1238,5
6,1
2621,9
6,9
9056,4
14,9
8,18
2008
2009
2010
21,0
0,1
691,4
2,0
519,2
2,5
1794,0
4,7
3075,0
5,1
(b). Sekunder/ Industri Pengolahan
13012,7
63,0
26289,8
75,4
15914,8
78,2
19434,4
51,4
25612,6
42,2
53,59
(c). Tersier
4036,5
19,5
4211,5
12,1
2690,8
13,2
13949,5
36,9
22882,2
37,7
16,35
Listrik, gas dan air
88,0
0,4
746,4
2,1
519,8
2,6
3442,7
9,1
4929,8
8,1
2,85
Konstruksi
538,6
2,6
2110,7
6,1
881,2
4,3
2765,7
7,3
67,6
0,1
4,06
Perdagangan dan reparasi
345,8
1,7
143,0
0,4
594,8
2,9
1441,9
3,8
116,4
0,2
1,76
Hotel dan restoran
180,2
0,9
127,7
0,4
238,6
1,2
357,2
0,9
390,3
0,6
0,67
Transportasi, gudang dan komunikasi Perumahan, kawasan industri dan perkantoran
1227,7
5,9
286,2
0,8
429,2
2,1
809,1
2,1
13787,7
22,7
2,20
45,6
0,2
0,0
0,0
0,8
0,0
122,8
0,3
261,7
0,4
0,11
Jasa lainnya
1610,6
7,8
797,5
2,3
26,4
0,1
5010,1
13,3
3328,6
5,5
4,69
20649,0
100,0
34878,7
100,0
20363,3
100,0
37799,8
100,0
60626,2
100,0
80,00
(a). Primer
532,4
8,9
599,3
5,8
335,6
2,3
462,6
4,3
3042,3
18,8
4,24
Pertanian
434,5
7,3
289,5
2,8
153,8
1,0
129,9
1,2
813,0
5,0
2,46
JUMLAH PMA (US$)
%
2007
1,88
Pertambangan
II
Nilai
Rata-rata persentase per tahun
2006 Sektor
2 98,0
1,6
309,8
3,0
181,4
1,2
332,7
3,1
2229,3
13,7
1,79
(b). Sekunder/ Industri Pengolahan
3619,7
60,4
4697,0
45,4
4515,2
30,4
3831,1
35,4
3357,1
20,7
34,32
(c). Tersier
1839,5
30,7
5045,1
48,8
10020,5
67,4
6521,2
60,3
9815,3
60,5
41,43
Listrik, gas dan air
105,3
1,8
119,3
1,2
26,9
0,2
349,2
3,2
1428,8
8,8
1,26
Konstruksi
144,2
2,4
448,2
4,3
426,7
2,9
512,7
4,7
619,9
3,8
2,87
Perdagangan dan reparasi
434,2
7,2
482,9
4,7
582,2
3,9
706,1
6,5
784,7
4,8
4,47
Hotel dan restoran
111,5
1,9
136,4
1,3
156,9
1,1
306,5
2,8
312,1
1,9
1,41
Transportasi, gudang dan komunikasi Perumahan, kawasan industri dan perkantoran
646,0
10,8
3305,2
32,0
8529,9
57,4
4170,3
38,6
5046,2
31,1
27,73
254,0
4,2
64,5
0,6
174,9
1,2
315,1
2,9
1050,2
6,5
1,79
144,4
2,4
488,6
4,7
123,1
0,8
161,2
1,5
573,8
3,5
1,89
5991,6
100,0
10341,4
100,0
14871,3
100,0
10814,9
100,0
16214,7
100,0
80,00
Pertambangan
Jasa lainnya JUMLAH
1 188
Lampiran 3. Tabel Input Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli Provinsi Jambi Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
64.044 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 8.187 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 9.577 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 11.541 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 17.285 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 8.715 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 24.568 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1.858.242 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0 0 0 0 16.897 0 0 0 46 0
0 0 0 0 2.724 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 737 0 0 0 296 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 18.701 0 0 0 0 0
0 0 0 0 229.215 0 0 0 2.387 0
0 0 0 1.223 3.593 0 0 0 128 0
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.946 0 175.302 0 8.187 0 0 8.881 0 19.483 7.637
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 450 0 18.747 0 0 0 0 9 0 5.531 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.920 0 32.934 0 0 0 0 1.624 0 725 2.136
0 0 0 0 0 0 0 628 0 0 0 1.813 82 13.797 0 0 0 0 379 305 6.345 201
0 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 7.346 0 43.410 0 0 0 0 2.563 0 1.379 737
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.936 0 153.552 0 0 0 0 2.450 457 4.370 2.516
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 94 0 197.584 0 0 0 0 8.999 900 4.818 3.747
0 0 0 0 0 0 0 16.243 1.581 0 0 1.635 3.831 522.994 2.377 12.877 0 8.043 44.498 2.491 111.150 14.453
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190 200 201 202 203 204
307.423 0 353.371 535.723 28.786 10.453
35.653 0 75.907 156.040 560 473
49.917 0 49.793 130.944 959 2.088
36.124 0 28.353 148.944 2.186 1.847
72.744 0 54.151 236.502 5.823 4.215
194.696 0 118.303 795.399 17.133 12.849
472.311 0 142.921 707.783 6.163 14.270
2.605.358 0 562.075 2.005.037 91.653 26.170
190 200 201 202 203 204
209 210
928.332 1.235.755
232.980 268.634
183.785 233.703
181.330 217.454
300.691 373.435
943.684 1.138.381
871.137 1.343.448
2.684.935 5.290.293
209 210
2 189
Lampiran 3. lanjutan Sektor
9
10
11
12
13
14
15
16
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 1.682 0
7.132 4.720 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 95.043 0 0 0 0 0 2.386
0 0 0 0 355.079 0 0 0 412 15.109
0 0 0 0 0 3.146 0 0 0 48
0 0 0 0 0 0 92.410 0 0 19.134
0 0 0 0 0 0 0 4.725 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 17.445 5.569
1.678 0 0 0 0 0 0 0 10.622 11.956
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 373 0 0 0 0 0 0
0 0 0 116 0 0 0 0 0 0
0 0 0 46 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1.341 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 107 0 0 0 0 0 0
3.059 0 0 0 0 0 0 16.871 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 1.233 242 0 0 0 65 144 61.650 63 3.070 0 59 194 97 57.348 194
0 9.204 0 0 0 0 2.153 5.620 320.432 1.461 67.876 0 0 21.807 997 322.694 88.387
0 0 0 0 0 0 87 5 56.044 94 0 0 0 1.426 30 3.071 354
0 11.985 1.265 0 0 0 520 754 472.387 331 11.272 0 681 1.012 505 7.753 14.579
0 0 0 0 0 0 0 34 2.445 4 0 0 0 110 365 1.317 287
0 15.124 0 0 0 0 0 0 49.852 0 0 0 0 1.139 288 6.527 778
711 41.971 0 1 0 0 56 30 1.201 568 226 0 23 510 15 6.919 927
8.237 230.911 0 37 0 0 3.761 102 7.006 6.661 35 0 14 1.624 1.058 5.244 1.115
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
222.161
1.211.345
64.350
635.930
9.287
96.721
79.202
297.586
190
200 201 202 203 204
0 160.172 489.712 11.128 3.731
0 173.723 1.315.831 15.373 3.143
0 37.478 128.338 3.737 1.060
0 328.828 733.360 63.514 26.934
0 3.922 6.714 452 497
0 64.994 161.012 16.001 9.288
0 41.146 111.102 5.670 2.746
0 154.013 303.677 30.057 15.007
200 201 202 203 204
209
664.743
1.508.071
170.613
1.152.635
11.585
251.296
160.664
502.755
209
210
886.904
2.719.416
234.963
1.788.565
20.872
348.017
239.866
800.341
210
190 3
Lampiran 3. lanjutan Sektor
17
18
19
20
21
22
23
24
Sektor
1 2 3 4 5
4.165 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 231 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1.628 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 25.100 0 0 47 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 640 0 0 0 0 0 3.571 0 0
9.847 1.780 0 4.408 0 0 0 0 0 0
0 0 0 48.009 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 58.856 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.245 0 0 0 0 0 7.318 0 0 0
0 0 0 2.159 0 0 0 142.296 0 0
0 0 0 460 0 0 0 0 167.833 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
1.743 44.895 0 8 0 0 796 22 1.483 1.410 7 0 3 344 224 1.110 1.119
0 0 0 2 0 0 2.531 0 41.339 4.480 106.762 0 0 1.078 712 12.345 2.673
0 0 3.517 777 0 0 6.637 4.452 132.222 2.163 22.986 0 3.930 19.467 559 47.586 23.208
0 7.168 0 0 0 0 0 1.514 189.355 20.967 9.782 0 8.986 99.016 140 40.321 3.662
0 778 7.311 0 0 0 6.913 12 14.461 700 1.308 0 0 4.817 5 1.041 387
0 498 0 0 0 0 3.334 99 4.921 572 1.068 0 0 1.300 4 1.858 1.301
0 0 16.109 0 0 0 119 6.649 115.764 4.348 23.741 0 3.590 33.033 5.009 61.512 23.217
0 1.897 0 0 0 0 137 250 11.545 614 0 0 0 994 1.360 28.543 2.274
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
61.538
187.958
317.142
439.767
37.732
27.749
200 201 202 203 204
0 61.919 126.978 8.187 3.964
0 35.169 146.962 6.826 2.373
0 227.562 511.285 47.252 5.727
0 103.745 390.289 11.347 8.050
0 2.785 113.204 1.649 203
209
201.048
191.329
791.825
513.431
210
262.587
379.287
1.108.967
953.198
437.547
241.054
190
0 0 15.231 1.334.431 78.604 10.910.649 3.264 571.926 1.432 558.815
0 243.314 376.405 34.991 20.074
200 201 202 203 204
117.840
98.532 13.375.821
674.784
209
155.572
126.281 13.813.369
915.839
210
4 191
Lampiran 3. lanjutan Sektor
25
26
27
28
29
30
31
32
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
1.112.261 0 0 0 0
0 161.869 122.048 61.502 27.301
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 682.852 0 0 0 335 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
341 12.841 0 100.899 0 1.429 278 0 63.798 5.911
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1.185.980 0 0 0 0 0 87 183
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 3.267 0 0 0 0 0 852.476
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.716 4.272 99 2.871 4.030 0 0 0 68.732 70.356
0 0 0 1.190 0 0 0 0 0 0
0 0 0 43.628 0 0 0 0 0 0
0 0 0 266.130 0 0 0 0 0 0
0 0 0 154.412 0 0 0 0 0 0
0 0 0 7.201 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 13.463 0 0 0 0 974 1.777 81.943 4.355 0 0 0 7.053 9.652 202.590 16.138
75.620 21.952 1.385 0 0 0 5.527 1.456 5.778 1.511 8 0 247 718 1.254 8.300 354
101.661 180.735 160 0 0 0 7.312 5.022 40.452 12.475 1.093 0 2.125 12.382 10.575 39.880 6.670
0 365 54.958 0 0 0 67 39 18.394 4.091 0 0 1.365 1.353 486 8.488 754
0 2.963 0 73.357 0 0 1.481 302 47.269 9.914 6.657 0 0 11.994 3.017 23.294 4.587
0 99.383 10.768 0 367.192 0 9.032 7.684 298.345 51.684 987 0 16.944 134.776 17.052 54.373 28.093
0 25.902 0 0 19.174 0 576 57 139.217 23.963 23.617 0 2.039 9.155 876 13.899 1.601
0 191 6.880 0 0 30 51.487 604 43.116 10.765 29 0 659 2.667 646 1.134 318
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.876.875
1.236.371
1.134.836
91.550
228.462
1.362.444
414.487
1.311.978
190
200 201 202 203 204
0 1.179.810 1.485.708 105.007 98.550
0 588.771 1.288.150 150.656 35.498
0 714.403 1.224.346 50.062 17.546
0 27.186 81.078 2.689 1.656
0 51.896 175.860 7.854 3.707
0 448.088 1.149.007 17.415 28.763
0 125.717 287.214 11.813 12.214
0 737.623 2.406.432 15.088 13.999
200 201 202 203 204
209
2.869.075
2.063.076
2.006.356
112.609
239.317
1.643.273
436.958
3.173.143
209
210
4.745.951
3.299.446
3.141.192
204.159
467.779
3.005.717
851.446
4.485.121
210
192 5
Lampiran 3. lanjutan Sektor
33
34
35
36
37
38
39
40
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 2 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 6.367 8.854 57.250 13.723
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 4.155 605 0 0 14.115 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30.952 11.050 0 0 0 11.732 0 0 19.547 36.898
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 10.473 0 0 0 0 0 0
0 0 0 110.923 0 0 0 395.480 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 37.614 0 0 0 109.057 0 0
0 0 0 11.882 0 0 0 127 25 798
75.377 32.628 62.254 750 165.872 9.066 57.064 0 10.044 34.888
0 0 0 448 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 7.642 696 939 0 0 67 129.379 58.268 7.064 0 0 38 6.069 1.692 12.792 2.560
0 13.516 7 11.030 0 0 12.514 7.496 168.028 20.303 2.335 0 1.995 31.768 2.179 33.526 12.826
0 24.437 37.979 0 0 0 9.187 20.697 584.296 332.114 13.262 0 1.959 2.458 1.663 109.383 2.557
0 0 0 153.486 48.650 20.220 38.533 5.521 750.622 5.428 1.863 0 16.577 20.936 0 50.480 5.874
1.929 308 19.884 13.390 1.290 977 32.750 9.866 115.430 55.503 991 0 18.598 72.277 20.789 1.698.192 81.079
224.733 107.400 10.233 0 0 0 4.086 6.617 159.469 40.804 968 0 72.257 9.541 21.450 86.259 16.718
0 7.208 7.222 40.728 0 0 138.661 29.383 1.789.031 57.783 51.053 0 70.591 255.276 70.368 262.382 36.180
0 16.489 1.568 0 0 282 717 12.650 23.766 18.470 5.154 0 20.677 6.044 15.384 98.189 259
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
237.677
842.802
1.139.991
1.264.861
2.156.088
1.404.850
2.816.314
219.650
190
200 201 202 203 204
0 67.237 226.251 26.999 11.860
0 1.289.395 2.337.295 93.313 36.577
0 583.453 886.256 84.914 22.639
0 4.262.465 3.631.309 416.048 162.188
0 1.066.782 2.320.299 244.937 163.610
0 525.467 1.104.811 149.627 91.291
0 1.205.377 2.572.067 485.630 95.932
0 166.608 351.141 23.942 6.928
200 201 202 203 204
209
332.347
3.756.580
1.577.261
8.472.010
3.795.628
1.871.195
4.359.006
548.618
209
210
570.024
4.599.382
2.717.252
9.736.870
5.951.715
3.276.045
7.175.319
768.268
210
193 6
Lampiran 3. lanjutan Sektor
41
42
180
301
302
303
304
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
335 816 840 2.298 9.543
1.187.938 182.191 141.319 134.274 67.853
0 79.655 97.846 154.167 147.459
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
116.292 6.082 104 5.517 3.487
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10.054 5.098 0 0 0 170 0 0 13.315 4.519
51.739 57.712 3.044.827 195.942 1.037.930 55.693 92.688 4.725 128.458 373.580
2.073.660 1.458.391 0 0 0 147.304 3.793 4.642 231.335 953.393
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2.822 1.235 6.681 0 0 5.477 0 0 0 91.836
124 0 6.920 23.003 4.483 755 402.623 6.044 4.104 234
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17.820 4.811 11.913 2.506 2.150 0 2.901 0 650 359
117.064 44.131 74.266 713.169 230.909 9.066 67.283 667.402 247.284 958.878
686.236 224.409 376.788 89.325 955.273 149.491 47.461 56.597 740.370 543.461
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 3.883 21.346 19.324 23.113 277.913 0 0
15.435 2.495 5.079 204.115 0 0 0 197.978 8.932 14.323
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 32.934 4.398 1.421 1.359 6.856 14.743 44.057 171.155 113.658 51.234 0 65.684 35.667 87.439 795.792 44.991
51.559 33.264 7.019 3.188 0 0 20.326 114.547 100.930 17.058 20.169 0 20.021 17.182 14.152 126.711 52.451
6.086.376 3.910.030 1.304.889 836 346.043 1.022.150 1.219.826 176.654 7.498.823 1.739.330 3.397.149 0 2.157.639 2.032.505 380.672 1.178.705 3.669.414
0 94.230 35.850 0 3.858 68.960 14.164 157.814 2.273.896 105.815 2.934.929 0 781.301 588.872 114.928 463.082 3.265.609
3.672 0 0 0 0 209.903 0 87.449 1.705.089 222.486 2.956.177 0 0 121.510 2.525 58.446 0
10.615 0 3.025 2.228 173.693 2.119 34.191 1.224 138.993 0 0 0 0 0 0 0 0
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.471.388
688.675
466.193 953.814 208.474 299.967 437.665 28.366 400.289 420.755 7.235.939 833.754 448.616 0 337.105 894.589 294.194 4.384.656 509.903 28.040.596
45.342.098
10.903.311
5.820.888
1.394.217
190
200 201 202 203 204
0 1.669.294 2.605.910 170.301 149.164
0 5.444.099 685.544 601.275 25.333
0
0
0
0
200 201 202 203 204
209
4.594.670
6.756.251
210
6.066.058
7.444.926 103.361.815
0 24.526.980 45.439.169 3.642.206 1.712.864 75.321.220
209 210
194 7
Lampiran 3. lanjutan Sektor
305
309
310
1 2 3 4 5
0 15.057 5.236 0 223.624
116.292 100.795 103.186 159.684 374.570
1.304.230 282.986 244.505 293.958 442.423
0 0 0 63.356 8.880
68.474 14.352 10.803 13.148 60.108
1.235.755 268.634 233.703 217.454 373.435
1.304.230 282.986 244.505 293.958 442.423
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
166.382 2.270 3.336.201 815.596 2.557.315 49.194 1.463.899 7.184 114.169 1.298
2.242.987 1.461.896 3.349.802 838.599 2.561.798 202.731 1.870.315 17.870 349.608 1.046.761
2.294.726 1.519.608 6.394.628 1.034.541 3.599.728 258.423 1.963.003 22.594 478.067 1.420.341
568.230 9.500 0 0 0 0 0 0 114.690 1.151.621
588.116 166.660 1.104.335 147.637 880.312 23.460 174.438 1.723 15.360 28.854
1.138.381 1.343.448 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 348.017 239.866
2.294.726 1.519.608 6.394.628 1.034.541 3.599.728 258.423 1.963.003 22.594 478.067 1.420.341
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 498.904 53.414 796 3.468 14.096.993 505.055 3.363.477
701.671 226.904 381.867 796.227 1.030.034 169.611 74.041 14.629.482 1.254.357 3.921.260
818.735 271.035 456.132 1.509.396 1.260.943 178.676 141.324 15.296.884 1.501.640 4.880.138
13.307 2.820 60.631 15.143 0 0 11.099 0 539.895 0
5.087 5.628 16.214 385.286 307.745 23.104 3.944 1.483.515 45.907 134.188
800.341 262.587 379.287 1.108.967 953.198 155.572 126.281 13.813.369 915.839 4.745.951
818.735 271.035 456.132 1.509.396 1.260.943 178.676 141.324 15.296.884 1.501.640 4.880.138
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
983 3.491 1.545 240.197 2.479.054 1.410 4.217.110 257.785 927.566 0 0 0 0 189.808 0 0 0
2.904.034 1.539.053 1.276.999 2.062 0 370.362 886.731 473.591 13.449.938 184.133 0 0 0 48.819 24.051 18.831 0
364.359 281.321 72.626 73.387 434.597 111.100 513.728 58.066 1.730.987 0 0 -5.951.715 0 -3.396.854 0 0 0
3.299.446 3.141.192 204.159 467.779 3.005.717 851.446 4.485.121 570.024 4.599.382 2.717.252 9.736.870 5.951.715 3.276.045 7.175.319 768.268 6.066.058 7.444.926
35.598.481
6.567.839 4.961.566 1.553.784 543.229 3.440.314 1.332.908 5.885.580 1.101.682 19.780.306 2.901.385 9.736.870 0 3.276.045 3.827.284 792.319 6.084.889 7.444.926 0 103.361.815 127.099.590
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
6.101.646 6.567.839 4.007.752 4.961.566 1.345.310 1.553.784 243.262 543.229 3.002.649 3.440.314 1.304.542 1.332.908 5.485.291 5.885.580 680.927 1.101.682 12.544.367 19.780.306 2.067.631 2.901.385 9.288.255 9.736.870 0 0 2.938.940 3.276.045 2.932.695 3.827.284 498.125 792.319 1.700.233 6.084.889 6.935.024 7.444.926 99.058.995 127.099.590
200 201 202 203 204
0
0
0
0
409
0
509
23.737.775 0
600
700
Sektor
0
190 200 201 202 203 204
209
209
210
210
8 195
Lampiran 4. Tabel Input Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
59.236 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 7.749 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 9.161 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 10.972 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 15.058 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 6.376 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 21.668 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1.574.933 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0 0 0 0 16.670 0 0 0 34 0
0 0 0 0 2.683 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 715 0 0 0 212 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 18.415 0 0 0 0 0
0 0 0 0 225.647 0 0 0 1.689 0
0 0 0 1.182 3.538 0 0 0 91 0
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6.434 0 173.641 0 8.187 4.597 0 11.505 0 19.483 7.637
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 412 0 18.274 0 0 630 0 368 0 5.531 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.687 0 31.299 0 0 1.454 0 2.454 0 725 2.136
0 0 0 0 0 0 0 598 0 0 0 1.662 78 13.509 0 0 732 0 796 305 6.345 201
0 0 0 0 0 0 0 0 21 0 0 6.757 0 42.957 0 0 2.082 0 3.752 0 1.379 737
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.606 0 149.060 0 0 4.741 0 5.156 457 4.370 2.516
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86 0 187.506 0 0 10.983 0 15.268 900 4.818 3.747
0 0 0 0 0 0 0 15.441 1.372 0 0 1.496 3.626 508.570 2.377 12.877 190.497 8.043 153.222 2.491 111.150 14.453
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190 200 201 202 203 204
307.423 0 353.371 535.723 28.786 10.453
35.653 0 75.907 156.040 560 473
49.917 0 49.793 130.944 959 2.088
36.124 0 28.353 148.944 2.186 1.847
72.744 0 54.151 236.502 5.823 4.215
194.696 0 118.303 795.399 17.133 12.849
472.311 0 142.921 707.783 6.163 14.270
2.605.358 0 562.075 2.005.037 91.653 26.170
190 200 201 202 203 204
209 210
928.332 1.235.755
232.980 268.634
183.785 233.703
181.330 217.454
300.691 373.435
943.684 1.138.381
871.137 1.343.448
2.684.935 5.290.293
209 210
9 196
Lampiran 4. lanjutan Sektor
9
10
11
12
13
14
15
16
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 1.600 0
6.553 4.473 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 82.162 0 0 0 0 0 2.350
0 0 0 0 292.506 0 0 0 400 14.909
0 0 0 0 0 2.917 0 0 0 48
0 0 0 0 0 0 84.489 0 0 18.898
0 0 0 0 0 0 0 4.205 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 16.978 5.500
1.234 0 0 0 0 0 0 0 10.276 11.663
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 265 0 0 0 0 0 0
0 0 0 86 0 0 0 0 0 0
0 0 0 35 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1.018 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 76 0 0 0 0 0 0
3.039 0 0 0 0 0 0 11.563 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 1.161 231 0 0 0 59 137 60.942 63 3.070 8.804 59 5.219 97 57.348 194
0 8.728 0 0 0 0 1.996 5.363 312.331 1.461 67.876 45.713 0 47.897 997 322.694 88.387
0 0 0 0 0 0 81 5 51.488 94 0 3.057 0 3.170 30 3.071 354
0 11.407 1.215 0 0 0 485 722 471.689 331 11.272 6.285 681 4.599 505 7.753 14.579
0 0 0 0 0 0 0 32 2.306 4 0 421 0 350 365 1.317 287
0 14.394 0 0 0 0 0 0 47.435 0 0 2.345 0 2.477 288 6.527 778
670 39.502 0 0 0 0 52 28 1.142 568 226 2.400 23 1.880 15 6.919 927
7.768 217.511 0 32 0 0 3.455 96 6.867 6.661 35 13.038 14 9.065 1.058 5.244 1.115
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
222.161
1.211.345
64.350
635.930
9.287
96.721
79.202
297.586
190
200 201 202 203 204
0 160.172 489.712 11.128 3.731
0 173.723 1.315.831 15.373 3.143
0 37.478 128.338 3.737 1.060
0 328.828 733.360 63.514 26.934
0 3.922 6.714 452 497
0 64.994 161.012 16.001 9.288
0 41.146 111.102 5.670 2.746
0 154.013 303.677 30.057 15.007
200 201 202 203 204
209
664.743
1.508.071
170.613
1.152.635
11.585
251.296
160.664
502.755
209
210
886.904
2.719.416
234.963
1.788.565
20.872
348.017
239.866
800.341
210
197 10
Lampiran 4. lanjutan Sektor
17
18
19
20
21
22
23
24
Sektor
1 2 3 4 5
3.827 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 220 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1.569 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 22.682 0 0 46 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 627 0 0 0 0 0 2.473 0 0
9.787 1.747 0 3.340 0 0 0 0 0 0
0 0 0 33.305 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 50.540 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.217 0 0 0 0 0 7.108 0 0 0
0 0 0 1.825 0 0 0 125.688 0 0
0 0 0 319 0 0 0 0 162.503 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
1.646 42.352 0 7 0 0 733 20 1.454 1.410 7 2.663 3 1.864 224 1.110 1.119
0 0 0 2 0 0 2.351 0 40.483 4.480 106.762 1.399 0 1.877 712 12.345 2.673
0 0 3.332 667 0 0 6.036 4.197 123.592 2.163 22.986 15.627 3.930 28.386 559 47.586 23.208
0 6.778 0 0 0 0 0 1.441 168.728 20.967 9.782 18.722 8.986 109.701 140 40.321 3.662
0 737 6.996 0 0 0 6.402 12 13.875 700 1.308 925 0 5.344 5 1.041 387
0 471 0 0 0 0 3.076 95 4.341 572 1.068 713 0 1.707 4 1.858 1.301
0 0 15.764 0 0 0 108 6.436 113.138 4.348 23.741 12.820 3.590 40.350 5.009 61.512 23.217
0 1.780 0 0 0 0 125 237 10.747 614 0 5.622 0 4.202 1.360 28.543 2.274
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
61.538
187.958
317.142
439.767
37.732
27.749
200 201 202 203 204
0 61.919 126.978 8.187 3.964
0 35.169 146.962 6.826 2.373
0 227.562 511.285 47.252 5.727
0 103.745 390.289 11.347 8.050
0 2.785 113.204 1.649 203
209
201.048
191.329
791.825
513.431
210
262.587
379.287
1.108.967
953.198
437.547
241.054
190
0 0 15.231 1.334.431 78.604 10.910.649 3.264 571.926 1.432 558.815
0 243.314 376.405 34.991 20.074
200 201 202 203 204
117.840
98.532 13.375.821
674.784
209
155.572
126.281 13.813.369
915.839
210
198 11
Lampiran 4. lanjutan Sektor
25
26
27
28
29
30
31
32
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
1.049.547 0 0 0 0
0 153.523 116.729 59.006 23.778
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 502.994 0 0 0 323 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
254 11.420 0 87.472 0 1.301 250 0 61.778 5.825
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 904.148 0 0 0 0 0 83 178
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 2.168 0 0 0 0 0 827.507
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.680 4.181 95 2.092 2.855 0 0 0 66.703 68.611
0 0 0 790 0 0 0 0 0 0
0 0 0 29.526 0 0 0 0 0 0
0 0 0 182.036 0 0 0 0 0 0
0 0 0 111.426 0 0 0 0 0 0
0 0 0 3.951 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 12.555 0 0 0 0 882 1.671 75.733 4.355 0 135.767 0 84.540 9.652 202.590 16.138
72.692 21.087 1.341 0 0 0 5.221 1.405 5.424 1.511 8 42.822 247 25.158 1.254 8.300 354
95.959 170.417 153 0 0 0 6.726 4.768 37.792 12.475 1.093 39.645 2.125 35.008 10.575 39.880 6.670
0 339 51.807 0 0 0 60 36 17.665 4.091 0 2.746 1.365 2.921 486 8.488 754
0 2.771 0 62.955 0 0 1.346 285 44.627 9.914 6.657 17.501 0 21.983 3.017 23.294 4.587
0 93.093 10.210 0 317.989 0 8.228 7.253 285.229 51.684 987 98.359 16.944 190.913 17.052 54.373 28.093
0 24.218 0 0 16.535 0 524 54 126.606 23.963 23.617 38.183 2.039 30.947 876 13.899 1.601
0 173 6.351 0 0 26 44.685 554 38.982 10.765 29 188.847 659 110.449 646 1.134 318
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.876.875
1.236.371
1.134.836
91.550
228.462
1.362.444
414.487
1.311.978
190
200 201 202 203 204
0 1.179.810 1.485.708 105.007 98.550
0 588.771 1.288.150 150.656 35.498
0 714.403 1.224.346 50.062 17.546
0 27.186 81.078 2.689 1.656
0 51.896 175.860 7.854 3.707
0 448.088 1.149.007 17.415 28.763
0 125.717 287.214 11.813 12.214
0 737.623 2.406.432 15.088 13.999
200 201 202 203 204
209
2.869.075
2.063.076
2.006.356
112.609
239.317
1.643.273
436.958
3.173.143
209
210
4.745.951
3.299.446
3.141.192
204.159
467.779
3.005.717
851.446
4.485.121
210
12 199
Lampiran 4. lanjutan Sektor
33
34
35
36
37
38
39
40
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 2 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 6.034 8.397 54.853 11.910
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 3.718 497 0 0 12.827 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22.853 9.688 0 0 0 10.741 0 0 18.939 35.481
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 7.051 0 0 0 0 0 0
0 0 0 87.451 0 0 0 361.876 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 27.182 0 0 0 68.981 0 0
0 0 0 10.564 0 0 0 63 24 772
74.898 31.976 60.166 716 128.732 7.653 55.572 0 9.759 34.064
0 0 0 316 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 7.140 658 804 0 0 61 121.847 54.998 7.064 0 9.488 38 11.484 1.692 12.792 2.560
0 12.719 7 9.603 0 0 11.497 7.059 161.696 20.303 2.335 43.878 1.995 56.810 2.179 33.526 12.826
0 22.802 35.899 0 0 0 8.323 19.468 498.627 332.114 13.262 58.238 1.959 35.697 1.663 109.383 2.557
0 0 0 134.784 42.921 18.513 35.521 5.249 705.763 5.428 1.863 79.447 16.577 66.279 0 50.480 5.874
1.785 284 18.649 11.163 1.083 865 29.256 9.201 94.325 55.503 991 19.496 18.598 83.404 20.789 1.698.192 81.079
210.667 100.913 9.717 0 0 0 3.804 6.323 140.799 40.804 968 65.064 72.257 46.675 21.450 86.259 16.718
0 6.776 6.827 34.928 0 0 125.690 27.668 1.551.809 57.783 51.053 164.679 70.591 349.264 70.368 262.382 36.180
0 15.458 1.488 0 0 256 654 11.948 20.907 18.470 5.154 3.032 20.677 7.775 15.384 98.189 259
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
237.677
842.802
1.139.991
1.264.861
2.156.088
1.404.850
2.816.314
219.650
190
200 201 202 203 204
0 67.237 226.251 26.999 11.860
0 1.289.395 2.337.295 93.313 36.577
0 583.453 886.256 84.914 22.639
0 4.262.465 3.631.309 416.048 162.188
0 1.066.782 2.320.299 244.937 163.610
0 525.467 1.104.811 149.627 91.291
0 1.205.377 2.572.067 485.630 95.932
0 166.608 351.141 23.942 6.928
200 201 202 203 204
209
332.347
3.756.580
1.577.261
8.472.010
3.795.628
1.871.195
4.359.006
548.618
209
210
570.024
4.599.382
2.717.252
9.736.870
5.951.715
3.276.045
7.175.319
768.268
210
200 13
Lampiran 4. lanjutan Sektor
41
42
180
301
302
303
304
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
300 765 792 2.185 8.052
1.119.464 172.763 135.080 128.617 58.799
0 75.599 93.550 146.676 128.667
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
116.292 6.082 104 5.517 3.487
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6.756 4.383 0 0 0 151 0 0 12.799 4.362
37.473 50.875 2.479.578 169.633 795.501 50.620 84.739 4.205 124.371 366.881
1.548.190 1.298.972 0 0 0 134.281 3.413 4.205 224.103 933.513
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2.172 1.112 5.815 0 0 5.037 0 0 0 89.601
124 0 6.920 23.003 4.483 755 402.623 6.044 4.104 234
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17.687 4.687 11.386 2.230 1.391 0 2.796 0 627 348
116.307 43.217 71.648 509.796 183.517 7.653 65.475 570.645 239.616 931.302
681.906 219.694 363.191 65.488 706.989 130.184 46.060 35.520 718.793 530.145
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 2.890 17.762 17.055 22.492 248.719 0 0
15.435 2.495 5.079 204.115 0 0 0 197.978 8.932 14.323
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 30.953 4.188 1.232 1.184 6.310 13.541 41.842 161.643 113.658 51.234 10.204 65.684 41.491 87.439 795.792 44.991
47.988 30.942 6.618 2.690 0 0 18.257 107.378 96.867 17.058 20.169 18.142 20.021 27.536 14.152 126.711 52.451
5.749.282 3.689.611 1.244.676 733 304.741 934.712 1.123.178 167.818 6.762.447 1.739.330 3.397.149 1.731.894 2.157.639 3.020.958 380.672 1.178.705 3.669.414
0 89.903 34.503 0 3.483 64.154 13.249 151.383 2.114.303 105.815 2.934.929 113.192 781.301 653.475 114.928 463.082 3.265.609
3.487 0 0 0 0 193.580 0 83.472 1.574.229 222.486 2.956.177 122.439 0 191.391 2.525 58.446 0
10.615 0 3.025 2.228 173.693 2.119 34.191 1.224 138.993 0 0 0 0 0 0 0 0
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.471.388
688.675
439.175 897.463 197.489 260.261 379.711 25.969 362.375 396.531 6.674.868 833.754 448.616 1.391.808 337.105 1.688.943 294.194 4.384.656 509.903 28.040.596
45.342.098
10.903.311
5.820.888
1.394.217
190
200 201 202 203 204
0 1.669.294 2.605.910 170.301 149.164
0 5.444.099 685.544 601.275 25.333
0
0
0
0
200 201 202 203 204
209
4.594.670
6.756.251
210
6.066.058
7.444.926 103.361.815
0 24.526.980 45.439.169 3.642.206 1.712.864 75.321.220
209 210
201 14
Lampiran 4. lanjutan Sektor
305
309
310
1 2 3 4 5
0 14.189 4.969 0 191.361
116.292 95.871 98.623 152.193 323.516
1.235.755 268.634 233.703 280.810 382.314
0 0 0 63.356 8.880
0 0 0 0 0
1.235.755 268.634 233.703 217.454 373.435
1.235.755 268.634 233.703 280.810 382.314
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
118.652 1.989 2.797.980 694.267 1.919.432 44.270 1.297.790 6.418 110.129 1.258
1.669.138 1.302.074 2.810.715 717.270 1.923.915 184.343 1.703.826 16.667 338.335 1.024.606
1.706.610 1.352.949 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 462.707 1.391.487
568.230 9.500 0 0 0 0 0 0 114.690 1.151.621
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.138.381 1.343.448 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 348.017 239.866
1.706.610 1.352.949 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 462.707 1.391.487
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 341.821 44.930 679 3.352 12.760.506 488.392 3.270.181
697.341 222.190 368.270 614.314 769.680 147.918 71.905 13.242.724 1.216.118 3.814.649
813.648 265.407 439.918 1.124.110 953.198 155.572 137.380 13.813.369 1.455.734 4.745.951
13.307 2.820 60.631 15.143 0 0 11.099 0 539.895 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
800.341 262.587 379.287 1.108.967 953.198 155.572 126.281 13.813.369 915.839 4.745.951
813.648 265.407 439.918 1.124.110 953.198 155.572 137.380 13.813.369 1.455.734 4.745.951
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
921 3.268 1.465 206.620 2.144.088 1.273 3.838.858 243.187 784.480 0 0 2.592.381 0 1.669.372 0 0 0
2.904.034 1.539.053 1.276.999 2.062 0 370.362 886.731 473.591 13.449.938 184.133 0 0 0 48.819 24.051 18.831 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3.299.446 3.141.192 204.159 467.779 3.005.717 851.446 4.485.121 570.024 4.599.382 2.717.252 9.736.870 5.951.715 3.276.045 7.175.319 768.268 6.066.058 7.444.926
35.598.481
6.203.480 4.680.245 1.481.158 469.842 3.005.717 1.221.808 5.371.852 1.043.615 18.049.320 2.901.385 9.736.870 5.951.715 3.276.045 7.224.138 792.319 6.084.889 7.444.926 0 103.361.815 127.099.590
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
5.764.305 6.203.480 3.782.782 4.680.245 1.283.669 1.481.158 209.581 469.842 2.626.006 3.005.717 1.195.839 1.221.808 5.009.477 5.371.852 647.084 1.043.615 11.374.452 18.049.320 2.067.631 2.901.385 9.288.255 9.736.870 4.559.907 5.951.715 2.938.940 3.276.045 5.535.195 7.224.138 498.125 792.319 1.700.233 6.084.889 6.935.024 7.444.926 99.058.995 127.099.590
200 201 202 203 204
0
0
0
0
409
0
509
23.737.775 0
600
700
Sektor
0
190 200 201 202 203 204
209
209
210
210
202 15
Lampiran 5. Tabel Input Output (Updating) Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
59.236 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 7.749 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 9.161 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 8.318 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 14.358 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 4.094 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 21.515 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1.574.933 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0 0 0 0 2.495 0 0 0 33 0
0 0 0 0 402 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 145 0 0 0 208 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 2.757 0 0 0 0 0
0 0 0 0 33.777 0 0 0 1.655 0
0 0 0 797 530 0 0 0 89 0
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.712 0 45.128 0 8.187 4.597 0 11.406 0 19.439 7.637
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 174 0 2.867 0 0 630 0 366 0 5.492 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.133 0 6.868 0 0 1.454 0 2.433 0 723 2.136
0 0 0 0 0 0 0 82 0 0 0 701 32 2.348 0 0 732 0 790 296 6.304 201
0 0 0 0 0 0 0 0 21 0 0 2.849 0 14.479 0 0 2.082 0 3.720 0 1.374 737
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.520 0 21.855 0 0 4.741 0 5.113 443 4.356 2.516
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 0 22.596 0 0 10.983 0 15.139 873 4.803 3.747
0 0 0 0 0 0 0 2.115 1.361 0 0 631 1.480 37.390 2.212 12.877 190.497 8.043 151.987 2.415 110.795 14.453
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190 200 201 202 203 204
160.871 146.552 353.371 535.723 28.786 10.453
17.684 17.969 75.907 156.040 560 473
23.908 26.009 49.793 130.944 959 2.088
20.156 15.968 28.353 148.944 2.186 1.847
39.620 33.124 54.151 236.502 5.823 4.215
47.394 147.302 118.303 795.399 17.133 12.849
115.125 357.186 142.921 707.783 6.163 14.270
2.112.605 492.753 562.075 2.005.037 91.653 26.170
190 200 201 202 203 204
209 210
928.332 1.235.755
232.980 268.634
183.785 233.703
181.330 217.454
300.691 373.435
943.684 1.138.381
871.137 1.343.448
2.684.935 5.290.293
209 210
203 16
Lampiran 5. lanjutan Sektor
9
10
11
12
13
14
15
16
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 1.357 0
6.553 4.473 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 82.162 0 0 0 0 0 352
0 0 0 0 292.506 0 0 0 270 2.232
0 0 0 0 0 2.917 0 0 0 7
0 0 0 0 0 0 84.489 0 0 2.829
0 0 0 0 0 0 0 4.205 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 11.455 823
793 0 0 0 0 0 0 0 6.933 2.140
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 259 0 0 0 0 0 0
0 0 0 84 0 0 0 0 0 0
0 0 0 35 0 0 0 0 0 0
0 0 0 996 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 74 0 0 0 0 0 0
2.988 0 0 0 0 0 0 11.563 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 779 32 0 0 0 25 56 9.562 54 3.070 8.804 59 5.178 94 57.170 194
0 5.856 0 0 0 0 842 2.190 53.565 1.319 67.876 45.713 0 47.506 967 321.500 88.387
0 0 0 0 0 0 34 2 3.197 80 0 3.057 0 3.145 30 3.062 354
0 7.653 166 0 0 0 204 295 41.045 284 11.272 6.285 681 4.564 490 7.734 14.579
0 0 0 0 0 0 0 13 279 3 0 421 0 347 354 1.313 287
0 9.657 0 0 0 0 0 0 6.103 0 0 2.345 0 2.457 280 6.506 778
356 26.503 0 0 0 0 22 11 112 487 226 2.400 23 1.865 14 6.903 927
4.131 145.934 0 32 0 0 1.456 39 552 5.712 35 13.038 14 8.993 1.026 5.216 1.115
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
167.849
930.813
15.918
183.568
7.222
40.405
51.148
212.871
190
200 201 202 203 204
54.311 160.172 489.712 11.128 3.731
280.533 173.723 1.315.831 15.373 3.143
48.432 37.478 128.338 3.737 1.060
452.362 328.828 733.360 63.514 26.934
2.065 3.922 6.714 452 497
56.317 64.994 161.012 16.001 9.288
28.054 41.146 111.102 5.670 2.746
84.715 154.013 303.677 30.057 15.007
200 201 202 203 204
209
664.743
1.508.071
170.613
1.152.635
11.585
251.296
160.664
502.755
209
210
886.904
2.719.416
234.963
1.788.565
20.872
348.017
239.866
800.341
210
204 17
Lampiran 5. lanjutan Sektor
17
18
19
20
21
22
23
24
Sektor
1 2 3 4 5
3.827 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 220 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1.059 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 22.682 0 0 31 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 620 0 0 0 0 0 2.473 0 0
9.622 1.728 0 3.272 0 0 0 0 0 0
0 0 0 32.642 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 50.540 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.135 0 0 0 0 0 6.519 0 0 0
0 0 0 1.785 0 0 0 125.688 0 0
0 0 0 312 0 0 0 0 71.806 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
876 28.415 0 7 0 0 309 8 117 1.209 7 2.663 3 1.849 217 1.104 1.119
0 0 0 2 0 0 991 0 5.189 3.842 106.762 1.399 0 1.862 690 12.299 2.673
0 0 456 662 0 0 2.544 1.714 39.095 1.901 22.986 15.627 3.930 28.172 542 47.384 23.208
0 4.548 0 0 0 0 0 588 19.101 18.159 9.782 18.722 8.986 108.886 136 40.222 3.662
0 495 958 0 0 0 2.699 5 2.738 600 1.308 925 0 5.315 5 1.041 387
0 316 0 0 0 0 1.297 39 1.510 490 1.068 713 0 1.697 4 1.855 1.301
0 0 2.159 0 0 0 46 2.628 32.454 3.995 23.741 12.820 3.590 40.004 4.857 61.263 23.217
0 1.194 0 0 0 0 53 97 887 526 0 5.622 0 4.169 1.319 28.497 2.274
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
44.823
150.331
221.921
283.331
16.475
22.163
200 201 202 203 204
16.716 61.919 126.978 8.187 3.964
37.626 35.169 146.962 6.826 2.373
95.220 227.562 511.285 47.252 5.727
156.436 103.745 390.289 11.347 8.050
21.257 2.785 113.204 1.649 203
209
201.048
191.329
791.825
513.431
210
262.587
379.287
1.108.967
953.198
338.249
139.469
190
5.586 99.298 15.231 1.334.431 78.604 10.910.649 3.264 571.926 1.432 558.815
101.585 243.314 376.405 34.991 20.074
200 201 202 203 204
117.840
98.532 13.375.821
674.784
209
155.572
126.281 13.813.369
915.839
210
205 18
Lampiran 5. lanjutan Sektor
25
26
27
28
29
30
31
32
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
1.049.547 0 0 0 0
0 153.523 116.729 47.496 22.672
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 502.994 0 0 0 218 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
163 11.339 0 87.472 0 1.301 250 0 41.683 873
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 904.148 0 0 0 0 0 56 27
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 2.121 0 0 0 0 0 827.507
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5.587 4.136 82 2.050 2.855 0 0 0 29.475 68.611
0 0 0 774 0 0 0 0 0 0
0 0 0 28.889 0 0 0 0 0 0
0 0 0 178.108 0 0 0 0 0 0
0 0 0 109.549 0 0 0 0 0 0
0 0 0 3.873 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 8.424 0 0 0 0 372 682 6.274 3.735 0 135.767 0 83.875 9.359 202.264 16.138
38.658 14.148 184 0 0 0 2.201 574 327 1.317 8 42.822 247 24.960 1.216 8.280 354
51.031 114.338 21 0 0 0 2.835 1.947 942 11.773 1.093 39.645 2.125 34.732 10.254 39.752 6.670
0 228 7.097 0 0 0 25 15 1.105 3.654 0 2.746 1.365 2.898 471 8.463 754
0 1.859 0 62.462 0 0 567 116 4.782 8.502 6.657 17.501 0 21.823 2.925 23.202 4.587
0 62.459 1.399 0 317.989 0 3.469 2.961 35.797 47.887 987 98.359 16.944 189.273 16.535 54.204 28.093
0 16.249 0 0 16.535 0 221 22 37.955 20.550 23.617 38.183 2.039 30.696 849 13.878 1.601
0 116 870 0 0 18 18.838 226 5.575 9.256 29 188.847 659 109.577 627 1.128 318
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.799.731
1.184.841
913.454
29.595
183.872
1.054.465
311.944
1.244.188
190
200 201 202 203 204
77.144 1.179.810 1.485.708 105.007 98.550
51.530 588.771 1.288.150 150.656 35.498
221.382 714.403 1.224.346 50.062 17.546
61.955 27.186 81.078 2.689 1.656
44.590 51.896 175.860 7.854 3.707
307.979 448.088 1.149.007 17.415 28.763
102.544 125.717 287.214 11.813 12.214
67.790 737.623 2.406.432 15.088 13.999
200 201 202 203 204
209
2.869.075
2.063.076
2.006.356
112.609
239.317
1.643.273
436.958
3.173.143
209
210
4.745.951
3.299.446
3.141.192
204.159
467.779
3.005.717
851.446
4.485.121
210
206 19
Lampiran 5. lanjutan Sektor
33
34
35
36
37
38
39
40
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
0 0 0 1 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 6.034 8.397 43.616 11.356
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 3.691 497 0 0 12.827 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14.675 9.619 0 0 0 10.741 0 0 12.778 8.633
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 6.900 0 0 0 0 0 0
0 0 0 86.275 0 0 0 361.876 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 26.597 0 0 0 68.981 0 0
0 0 0 10.537 0 0 0 63 11 772
73.688 31.636 51.874 716 128.732 7.653 50.970 0 4.312 34.064
0 0 0 309 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 4.791 90 798 0 0 26 49.754 4.952 6.058 0 9.488 38 11.383 1.640 12.753 2.560
0 8.534 1 9.528 0 0 4.847 2.882 42.908 17.965 2.335 43.878 1.995 56.360 2.113 33.403 12.826
0 15.299 4.918 0 0 0 3.509 7.949 20.736 299.040 13.262 58.238 1.959 35.414 1.613 108.981 2.557
0 0 0 133.728 42.921 12.896 14.975 2.143 280.022 4.760 1.863 79.447 16.577 65.758 0 50.427 5.874
949 191 2.555 11.076 1.083 602 12.333 3.757 1.186 47.742 991 19.496 18.598 82.675 20.158 1.691.824 81.079
112.033 67.705 1.331 0 0 0 1.604 2.582 7.946 36.465 968 65.064 72.257 46.300 20.799 86.158 16.718
0 4.546 935 34.655 0 0 52.987 11.297 166.034 50.322 51.053 164.679 70.591 346.482 68.232 261.751 36.180
0 10.371 204 0 0 178 276 4.879 300 16.197 5.154 3.032 20.677 7.708 14.917 98.055 259
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
111.230
704.740
573.473
806.968
2.007.678
1.047.426
1.320.054
182.207
190
200 201 202 203 204
126.448 67.237 226.251 26.999 11.860
138.062 1.289.395 2.337.295 93.313 36.577
566.518 583.453 886.256 84.914 22.639
457.893 4.262.465 3.631.309 416.048 162.188
148.410 1.066.782 2.320.299 244.937 163.610
357.423 525.467 1.104.811 149.627 91.291
1.496.259 1.205.377 2.572.067 485.630 95.932
37.443 166.608 351.141 23.942 6.928
200 201 202 203 204
209
332.347
3.756.580
1.577.261
8.472.010
3.795.628
1.871.195
4.359.006
548.618
209
210
570.024
4.599.382
2.717.252
9.736.870
5.951.715
3.276.045
7.175.319
768.268
210
20 207
Lampiran 5. lanjutan Sektor
41
42
180
301
302
303
304
Sektor
1 2 3 4 5
0 0 0 0 0
300 765 792 1.683 7.678
1.119.464 172.763 135.080 102.471 56.064
0 75.599 93.550 110.573 122.684
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
116.292 6.082 104 4.410 3.325
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4.339 4.352 0 0 0 151 0 0 8.635 876
24.063 50.517 2.479.578 169.633 795.501 50.620 84.739 4.205 83.915 58.897
994.191 1.289.837 0 0 0 134.281 3.413 4.205 151.205 162.103
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.395 1.104 5.815 0 0 5.037 0 0 0 17.567
80 0 6.920 23.003 4.483 755 402.623 6.044 2.769 41
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17.401 4.637 9.817 2.224 1.391 0 2.564 0 277 348
114.422 42.758 61.773 500.368 183.517 7.653 60.053 570.645 105.881 931.302
670.728 217.360 313.135 64.187 706.989 130.184 42.246 35.520 317.619 530.145
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 2.827 17.762 17.055 20.630 248.719 0 0
15.190 2.469 4.379 199.764 0 0 0 197.978 3.947 14.323
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0 20.767 574 1.223 1.184 4.395 5.709 17.085 32.146 100.925 51.234 10.204 65.684 41.114 84.784 793.860 44.991
25.520 20.760 907 2.669 0 0 7.696 43.845 10.005 15.214 20.169 18.142 20.021 27.301 13.722 126.378 52.451
3.057.472 2.475.471 170.501 727 304.741 651.080 473.497 68.525 1.249.428 1.666.766 3.397.149 1.731.894 2.157.639 2.994.306 369.117 1.176.026 3.669.414
0 60.319 4.726 0 3.483 44.687 5.586 61.814 434.951 100.996 2.934.929 113.192 781.301 646.823 111.439 460.652 3.265.609
1.854 0 0 0 0 134.840 0 34.084 1.037.758 207.248 2.956.177 122.439 0 189.528 2.449 58.264 0
5.645 0 414 2.211 173.693 1.476 14.414 500 64.737 0 0 0 0 0 0 0 0
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
1.275.881
473.030
233.554 602.135 27.053 258.221 379.711 18.089 152.766 161.915 1.028.029 742.241 448.616 1.391.808 337.105 1.675.290 285.264 4.371.115 509.903 20.588.696
31.783.507
9.030.509
5.082.552
1.278.070
190
200 201 202 203 204
195.507 1.669.294 2.605.910 170.301 149.164
215.645 5.444.099 685.544 601.275 25.333
13.558.590
1.872.802
738.336
116.147
200 201 202 203 204
209
4.594.670
6.756.251
210
6.066.058
7.444.926 103.361.815
7.451.899 24.526.980 45.439.169 3.642.206 1.712.864 75.321.220
209 210
208 21
Lampiran 5. lanjutan Sektor
305
309
1 2 3 4 5
0 14.189 4.969 0 191.361
116.292 95.871 98.623 114.983 317.370
1.235.755 268.634 233.703 217.454 373.435
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1.235.755 268.634 233.703 217.454 373.435
1.235.755 268.634 233.703 217.454 373.435
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
118.652 1.989 2.797.980 694.267 1.919.432 44.270 1.297.790 6.418 110.129 1.258
1.114.317 1.292.931 2.810.715 717.270 1.923.915 184.343 1.703.826 16.667 264.102 180.969
1.138.381 1.343.448 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 348.017 239.866
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.138.381 1.343.448 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 348.017 239.866
1.138.381 1.343.448 5.290.293 886.904 2.719.416 234.963 1.788.565 20.872 348.017 239.866
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 341.821 44.930 679 3.352 12.760.506 488.392 3.270.181
685.918 219.829 317.514 608.599 769.680 147.918 66.228 13.242.724 809.958 3.814.649
800.341 262.587 379.287 1.108.967 953.198 155.572 126.281 13.813.369 915.839 4.745.951
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
800.341 262.587 379.287 1.108.967 953.198 155.572 126.281 13.813.369 915.839 4.745.951
800.341 262.587 379.287 1.108.967 953.198 155.572 126.281 13.813.369 915.839 4.745.951
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
921 3.268 1.465 206.620 2.144.088 1.273 3.838.858 243.187 784.480 0 0 2.592.381 0 1.669.372 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3.299.446 3.141.192 204.159 467.779 3.005.717 851.446 4.485.121 570.024 4.599.382 2.717.252 9.736.870 5.951.715 3.276.045 7.175.319 768.268 6.066.058 7.444.926
35.598.481
3.299.446 3.141.192 204.159 467.779 3.005.717 851.446 4.485.121 570.024 4.599.382 2.717.252 9.736.870 5.951.715 3.276.045 7.175.319 768.268 6.066.058 7.444.926 0 103.361.815 103.361.815
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
190
3.065.893 3.299.446 2.539.058 3.141.192 177.106 204.159 209.558 467.779 2.626.006 3.005.717 833.356 851.446 4.332.355 4.485.121 408.109 570.024 3.571.353 4.599.382 1.975.011 2.717.252 9.288.255 9.736.870 4.559.907 5.951.715 2.938.940 3.276.045 5.500.029 7.175.319 483.005 768.268 1.694.943 6.066.058 6.935.024 7.444.926 82.773.119 103.361.815
200 201 202 203 204
0
0
0
16.285.876
310
23.737.775
409
509
0 23.737.775
600
700
23.737.775
Sektor
190 200 201 202 203 204
209
209
210
210
209 22
Lampiran 6. Matrik Margin Perdagangan dan Pengangkutan Provinsi Jambi Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
1
4.808
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
438
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
416
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
570
0
0
0
0
4
5
0
0
0
0
2.226
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
2.339
0
0
6
7
0
0
0
0
0
0
2.900
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
283.309
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
0
0
0
0
0
41
14
15
227
41
0
22
0
286
3.569
55
15
16
0
0
0
0
0
0
0
0
16
17
0
0
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
12
0
0
84
0
0
697
37
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
0
0
0
0
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
0
0
0
0
0
0
0
26
27
0
0
0
0
0
0
0
0
27
28
0
0
0
30
0
0
0
802
28
29
0
0
0
0
3
0
0
209
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
0
31
32
512
37
233
151
588
330
8
139
32
33
0
0
0
4
0
0
0
205
33
34
1.662
473
1.635
288
453
4.491
10.079
14.424
34
35
0
0
0
0
0
0
0
0
35 36
36
0
0
0
0
0
0
0
0
37
-4.597
-630
-1.454
-732
-2.082
-4.741
-10.983
-190.497
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
-2.624
-360
-830
-418
-1.188
-2.706
-6.269
-108.723
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
0
190
23 210
Lampiran 6. lanjutan Sektor
9
10
11
12
13
14
15
16
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
579
1
2
0
0
0
0
0
0
0
247
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
0
81
0
4
5
0
0
0
0
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
0
444
0
6
7
0
0
0
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
12.881
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
62.573
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
229
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
7.920
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
520
0
0
0
13
14
0
12
0
0
0
467
347
0
14
15
35
200
1
236
0
69
293
0
15
16
0
0
0
0
0
0
0
20
16
17
0
0
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
108
30
10
323
0
0
31
0
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
5.308
23
24
0
0
0
0
0
0
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
0
0
0
0
0
41
469
26
27
72
475
0
578
0
730
2.469
13.400
27
28
12
0
0
50
0
0
0
0
28
29
0
0
0
0
0
0
0
5
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
0
31
32
5
156
6
35
0
0
5
306
32
33
7
257
0
32
2
0
2
5
33
34
708
8.101
4.556
698
139
2.417
59
139
34
35
0
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-8.804
-45.713
-3.057
-6.285
-421
-2.345
-2.400
-13.038
37 38
38
0
0
0
0
0
0
0
0
39
-5.025
-26.090
-1.745
-3.587
-240
-1.338
-1.370
-7.441
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
0
190
24 211
Lampiran 6. lanjutan Sektor
17
18
19
20
21
22
23
24
Sektor
1
338
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
11
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
4
5
0
0
0
0
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
0
0
0
6
7
0
0
0
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
2.418
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
59
0
0
0
0
2
14
15
0
0
0
0
0
0
0
0
15
16
0
60
0
0
0
28
0
0
16
17
14
33
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
0
1.068
14.704
0
0
0
334
141
19
20
0
0
0
8.316
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
211
0
0
22
23
1.098
0
0
0
0
0
16.608
0
23
24
0
0
0
0
0
0
0
5.330
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
97
0
0
0
0
0
0
0
26
27
2.543
0
0
390
41
27
0
117
27
28
0
0
186
0
314
0
345
0
28
29
1
0
111
0
0
0
0
0
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
0
31
32
63
180
602
0
510
258
11
12
32
33
1
0
255
73
1
5
213
14
33
34
29
856
8.630
20.627
586
580
2.627
798
34
35
0
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-2.663
-1.399
-15.627
-18.722
-925
-713
-12.820
-5.622
37 38
38
0
0
0
0
0
0
0
0
39
-1.520
-798
-8.919
-10.685
-528
-407
-7.317
-3.209
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
0
190
212 25
Lampiran 6. lanjutan Sektor
25
26
27
28
29
30
31
32
Sektor
1
0
62.714
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
8.347
0
0
0
0
0
2
3
0
0
5.319
0
0
0
0
0
3
4
0
0
2.496
0
0
0
0
0
4
5
0
0
3.523
0
0
0
0
0
5
6
0
0
88
0
0
0
0
0
6
7
0
0
1.421
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
281.832
8
9
0
0
13.427
0
0
0
0
0
9
10
179.857
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
128
0
0
0
0
0
11
12
0
0
28
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
13
0
2.020
0
0
0
0
5
14
15
0
0
86
0
0
0
0
4
15
16
0
0
36
0
0
0
0
0
16
17
0
0
91
0
0
0
0
0
17
18
0
0
4
0
0
0
0
0
18
19
1.099
0
779
400
14.101
84.094
42.986
3.250
19
20
0
0
1.176
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
2.028
0
0
0
0
0
24
25
24.969
0
1.746
0
0
0
0
0
25
26
0
2.928
5.702
0
0
0
0
0
26
27
907
865
10.318
26
192
6.290
1.684
18
27
28
0
45
7
3.151
0
558
0
529
28
29
0
0
0
0
10.402
0
0
0
29
30
0
0
0
0
0
49.203
2.639
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
4
31
32
92
306
587
7
135
803
53
6.803
32
33
106
51
254
2
17
432
3
50
33
34
6.210
354
2.660
729
2.642
13.116
12.611
4.134
34
35
0
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-135.767
-42.822
-39.645
-2.746
-17.501
-98.359
-38.183
-188.847
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
-77.487
-24.440
-22.627
-1.568
-9.988
-56.137
-21.792
-107.782
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
0
190
26 213
Lampiran 6. lanjutan Sektor
33
34
35
36
37
38
39
40
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
333
0
0
2
3
0
0
0
0
0
456
0
0
3
4
0
0
0
0
0
2.397
0
0
4
5
0
0
0
0
0
1.814
0
0
5
6
0
0
0
0
0
8.099
0
0
6
7
0
437
0
0
0
1.363
0
0
7
8
0
108
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
1.288
0
0
0
991
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
0
0
0
608
0
0
14
15
0
0
0
0
0
1.417
0
0
15
16
0
0
0
0
0
479
0
0
16
17
0
0
0
0
0
652
0
0
17
18
0
0
0
0
0
2.088
0
0
18
19
3.421
23.472
0
10.432
1.318
33
132
0
19
20
0
0
0
0
0
37.141
0
0
20
21
0
0
0
0
0
1.412
0
0
21
22
0
0
0
0
0
1.492
0
0
22
23
0
33.604
0
40.076
64
0
0
0
23
24
0
0
0
0
1
285
0
0
24
25
0
0
0
0
26
824
0
0
25
26
0
0
0
0
144
14.066
0
0
26
27
501
797
1.635
0
23
6.488
432
1.031
27
28
37
0
2.080
0
1.236
516
396
80
28
29
135
1.427
0
18.702
2.227
0
5.800
0
29
30
0
0
0
5.730
207
0
0
0
30
31
0
0
0
1.707
113
0
0
27
31
32
6
1.017
864
3.013
3.494
282
12.971
63
32
33
7.532
437
1.229
273
665
294
1.715
702
33
34
3.270
6.333
85.669
44.859
21.105
18.670
237.222
2.859
34
35
0
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-9.488
-43.878
-58.238
-79.447
-19.496
-65.064
-164.679
-3.032
37 38
38
0
0
0
0
0
0
0
0
39
-5.415
-25.042
-33.239
-45.343
-11.127
-37.134
-93.988
-1.730
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
0
190
27 214
Lampiran 6. lanjutan Sektor
41
42
180
301
302
303
304
Sektor
1
0
35
68.474
0
0
0
0
1
2
0
52
9.428
4.056
0
0
0
2
3
0
48
6.239
4.296
0
0
0
3
4
0
113
5.657
7.491
0
0
0
4
5
0
1.491
9.054
18.792
0
0
0
5
6
0
3.297
14.266
525.469
0
650
0
6
7
0
716
6.837
159.419
0
123
0
7
8
0
0
565.249
0
0
865
0
8
9
0
0
26.308
0
0
0
0
9
10
0
0
242.430
0
0
0
0
10
11
0
19
5.073
13.024
0
440
0
11
12
0
0
7.949
380
0
0
0
12
13
0
0
520
437
0
0
0
13
14
0
516
4.087
7.232
0
0
0
14
15
0
158
6.698
19.880
0
2.236
0
15
16
0
132
756
4.330
0
0
0
16
17
0
124
914
4.715
0
0
0
17
18
0
527
2.618
13.596
0
0
0
18
19
0
275
203.373
23.837
0
994
0
19
20
0
759
47.391
248.285
0
3.584
0
20
21
0
0
1.412
19.307
0
2.269
0
21
22
0
105
1.807
1.401
0
620
0
22
23
0
0
96.757
21.077
0
29.194
0
23
24
0
23
7.668
21.576
0
0
0
24
25
0
11
27.576
13.316
0
0
0
25
26
0
3.571
27.017
337.095
0
185
0
26
27
1.981
2.322
56.351
220.419
4.328
0
0
27
28
210
401
10.985
60.213
1.348
0
0
28
29
189
497
39.707
103
0
0
0
29
30
174
0
57.954
41.302
375
0
0
30
31
546
0
2.396
87.438
4.806
16.323
0
31
32
1.202
2.070
37.914
96.648
914
0
0
32
33
2.215
7.170
24.224
8.837
6.431
3.977
0
33
34
9.512
4.063
561.071
736.376
159.593
130.860
0
34
35
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-10.204
-18.142
-1.391.808
-1.731.894
-113.192
-122.439
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
38
39
-5.824
-10.354
-794.354
-988.453
-64.603
-69.880
0
39
40
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
190
28 215
Lampiran 6. lanjutan Sektor
305
309
310
409
509
600
700
Sektor
1
0
0
68.474
0
68.474
0
68.474
1
2
868
4.924
14.352
0
14.352
0
14.352
2
3
267
4.564
10.803
0
10.803
0
10.803
3
4
0
7.491
13.148
0
13.148
0
13.148
4
5
32.262
51.054
60.108
0
60.108
0
60.108
5
6
47.730
573.849
588.116
0
588.116
0
588.116
6
7
281
159.822
166.660
0
166.660
0
166.660
7
8
538.221
539.086
1.104.335
0
1.104.335
0
1.104.335
8
9
121.329
121.329
147.637
0
147.637
0
147.637
9
10
637.882
637.882
880.312
0
880.312
0
880.312
10
11
4.924
18.388
23.460
0
23.460
0
23.460
11
12
166.109
166.489
174.438
0
174.438
0
174.438
12
13
766
1.202
1.723
0
1.723
0
1.723
13
14
4.041
11.273
15.360
0
15.360
0
15.360
14
15
40
22.156
28.854
0
28.854
0
28.854
15
16
0
4.330
5.087
0
5.087
0
5.087
16
17
0
4.715
5.628
0
5.628
0
5.628
17
18
0
13.596
16.214
0
16.214
0
16.214
18
19
157.083
181.914
385.286
0
385.286
0
385.286
19
20
8.485
260.354
307.745
0
307.745
0
307.745
20
21
116
21.692
23.104
0
23.104
0
23.104
21
22
116
2.137
3.944
0
3.944
0
3.944
22
23
1.336.487
1.386.758
1.483.515
0
1.483.515
0
1.483.515
23
24
16.663
38.239
45.907
0
45.907
0
45.907
24
25
93.296
106.612
134.188
0
134.188
0
134.188
25
26
62
337.341
364.359
0
364.359
0
364.359
26
27
223
224.969
281.321
0
281.321
0
281.321
27
28
81
61.641
72.626
0
72.626
0
72.626
28
29
33.577
33.680
73.387
0
73.387
0
73.387
29
30
334.966
376.643
434.597
0
434.597
0
434.597
30
31
137
108.704
111.100
0
111.100
0
111.100
31
32
378.252
475.814
513.728
0
513.728
0
513.728
32
33
14.598
33.843
58.066
0
58.066
0
58.066
33
34
143.087
1.169.915
1.730.987
0
1.730.987
0
1.730.987
34
35
0
0
0
0
0
0
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
36
37
-2.592.381
-4.559.907
-5.951.715
0
-5.951.715
0
-5.951.715
37
38
0
0
0
0
0
0
0
38
39
-1.479.564
-2.602.500
-3.396.854
0
-3.396.854
0
-3.396.854
39
40
0
0
0
0
0
0
0
40
41
0
0
0
0
0
0
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
0
0
0
0
0
0
190
216 29
Lampiran 7. Matrik Impor Provinsi Jambi Tahun 2010 (Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
2.654
0
0
0
0
4
5
0
0
0
0
700
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
2.281
0
0
6
7
0
0
0
0
0
0
152
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
0
0
0
0
0
384
14
15
14.175
2.281
0
570
0
15.659
191.869
3.008
15
16
0
0
0
0
0
0
0
0
16
17
0
0
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
1
0
0
4
0
0
34
2
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
0
0
0
0
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
0
0
0
0
0
0
0
26
27
0
0
0
0
0
0
0
0
27
28
0
0
0
516
0
0
0
13.326
28
29
0
0
0
0
0
0
0
11
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
0
31
32
3.722
238
1.554
961
3.909
2.086
50
865
32
33
0
0
0
46
0
0
0
2.145
33
34
128.513
15.407
24.431
11.161
28.479
127.206
164.910
471.180
34
35
0
0
0
0
0
0
0
165
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
99
3
21
7
32
43
129
1.235
39
40
0
0
0
9
0
14
27
76
40
41
44
39
2
41
4
14
15
355
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
146.552
17.969
26.009
15.968
33.124
147.302
357.186
492.753
190
217 30
Lampiran 7. lanjutan Sektor
9
10
11
12
13
14
15
16
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
0
243
0
4
5
0
0
0
0
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
0
442
0
6
7
0
0
0
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
130
0
0
0
5.523
3.343
0
14
15
1.999
12.677
41
16.069
0
4.677
9.523
0
15
16
0
0
0
0
0
0
0
50
16
17
0
0
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
6
2
1
22
0
0
2
0
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
0
0
0
0
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
0
0
0
0
0
314
3.637
26
27
382
2.872
0
3.754
0
4.736
12.999
71.576
27
28
199
0
0
1.049
0
0
0
0
28
29
0
0
0
0
0
0
0
0
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
0
31
32
34
1.155
47
280
0
0
30
1.998
32
33
81
3.173
3
427
19
0
17
57
33
34
51.380
258.767
48.292
430.645
2.027
41.331
1.030
6.315
34
35
9
142
13
47
1
0
81
948
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
41
391
26
35
3
20
15
73
39
40
3
30
1
15
11
9
0
32
40
41
178
1.194
10
19
4
20
16
28
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
54.311
280.533
48.432
452.362
2.065
56.317
28.054
84.715
190
218 31
Lampiran 7. lanjutan Sektor
17
18
19
20
21
22
23
24
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
4
5
0
0
0
0
0
0
0
0
5
6
0
0
0
0
0
0
0
0
6
7
0
0
0
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
510
0
0
0
0
15
14
15
0
0
0
0
0
0
0
0
15
16
0
165
0
0
0
82
0
0
16
17
7
19
0
0
0
0
0
0
17
18
0
0
0
0
0
0
0
0
18
19
0
68
662
0
0
0
39
7
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
589
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
0
0
0
0
0
90.696
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
771
0
0
0
0
0
0
0
26
27
13.937
0
0
2.230
243
155
0
586
27
28
0
0
2.875
0
6.038
0
13.605
0
28
29
0
0
5
0
0
0
0
0
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30 31
31
0
0
0
0
0
0
0
0
32
424
1.360
3.491
0
3.703
1.779
63
73
32
33
12
0
2.483
852
7
56
3.808
140
33
34
1.337
35.294
84.498
149.627
11.137
2.831
80.683
9.861
34
35
201
638
262
2.808
100
81
353
87
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
15
15
214
816
29
10
345
33
39
40
7
22
17
4
0
0
152
41
40
41
6
46
203
99
0
3
249
46
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
16.716
37.626
95.220
156.436
21.257
5.586
99.298
101.585
190
219 32
Lampiran 7. lanjutan Sektor
25
26
27
28
29
30
31
32
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
11.510
0
0
0
0
0
4
5
0
0
1.106
0
0
0
0
0
5
6
0
0
91
0
0
0
0
0
6
7
0
0
80
0
0
0
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
105
0
20.096
0
0
0
0
27
14
15
0
0
4.952
0
0
0
0
152
15
16
0
0
93
0
0
0
0
0
16
17
0
0
44
0
0
0
0
0
17
18
0
0
13
0
0
0
0
0
18
19
47
0
42
16
637
3.928
1.877
79
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
0
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
37.229
0
0
0
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
34.034
44.928
0
0
0
0
0
26
27
4.132
6.939
56.079
112
912
30.634
7.970
57
27
28
0
1.157
132
44.711
0
8.812
0
5.481
28
29
0
0
0
0
493
0
0
0
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
0
0
0
0
8
31
32
510
3.020
3.890
35
778
4.759
303
25.847
32
33
989
831
2.821
22
169
4.291
32
328
33
34
69.458
5.097
36.850
16.560
39.845
249.432
88.651
33.407
34
35
620
194
701
437
1.412
3.797
3.412
1.508
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
665
198
276
23
160
1.640
252
872
39
40
293
38
321
15
92
518
27
20
40
41
326
20
128
25
92
169
21
6
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
77.144
51.530
221.382
61.955
44.590
307.979
102.544
67.790
190
220 33
Lampiran 7. lanjutan Sektor
33
34
35
36
37
38
39
40
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
0
11.237
0
0
4
5
0
0
0
0
0
554
0
0
5
6
0
0
0
0
0
8.178
0
0
6
7
0
26
0
0
0
68
0
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
0
0
0
0
6.161
0
0
14
15
0
0
0
0
0
26.848
0
0
15
16
0
0
0
0
0
1.209
0
0
16
17
0
0
0
0
0
340
0
0
17
18
0
0
0
0
0
8.292
0
0
18
19
151
1.177
0
585
28
0
6
0
19
20
0
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
0
0
0
0
4.602
0
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
0
0
0
14
5.447
0
0
24
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
0
0
0
836
98.634
0
0
26
27
2.350
4.186
7.503
0
94
33.207
2.230
5.087
27
28
568
6
30.981
0
16.094
8.386
5.891
1.284
28
29
6
75
0
1.056
87
0
274
0
29
30
0
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
0
0
5.618
262
0
0
78
31
32
35
6.650
4.814
20.546
16.922
2.201
72.703
378
32
33
72.094
4.177
11.519
3.105
5.444
3.741
16.370
7.069
33
34
50.046
118.788
477.891
425.741
93.140
132.853
1.385.775
20.607
34
35
1.006
2.338
33.074
667
7.761
4.339
7.461
2.273
35
36
0
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
0
38
39
101
450
283
521
729
375
2.782
66
39
40
51
66
50
0
631
651
2.136
467
40
41
39
124
402
53
6.368
101
631
134
41
42
0
0
0
0
0
0
0
0
42
190
126.448
138.062
566.518
457.893
148.410
357.423
1.496.259
37.443
190
221 34
Lampiran 7. lanjutan Sektor
41
42
180
301
302
303
304
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
502
26.146
36.103
0
0
1.107
4
5
0
374
2.734
5.983
0
0
162
5
6
0
2.418
13.409
553.999
0
777
44
6
7
0
31
358
9.135
0
8
0
7
8
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
4.163
40.457
72.898
0
0
1.335
14
15
0
3.486
307.985
771.410
0
72.034
192
15
16
0
286
1.885
11.177
0
0
245
16
17
0
50
459
2.334
0
0
27
17
18
0
1.569
9.875
50.056
0
0
700
18
19
0
6
9.428
1.301
0
62
4.351
19
20
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
232
5.422
3.814
0
1.863
0
22
23
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
350
133.735
401.175
0
0
4.985
24
25
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
22.468
205.622
2.691.810
0
1.633
4.970
26
27
10.186
10.182
295.328
1.214.140
29.584
0
0
27
28
3.614
5.711
170.436
1.074.176
29.776
0
2.611
28
29
10
21
2.039
6
0
0
17
29
30
0
0
0
0
0
0
0
30
31
1.915
0
7.880
283.631
19.467
58.740
643
31
32
7.833
10.560
209.609
649.681
7.664
0
19.777
32
33
24.756
63.532
234.617
99.293
89.569
49.388
724
33
34
129.497
86.862
5.646.839
5.513.019
1.679.352
536.472
74.256
34
35
12.733
1.843
91.513
72.564
4.819
15.237
0
35
36
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
38
39
377
235
13.653
26.652
6.652
1.863
0
39
40
2.654
430
8.930
11.555
3.489
77
0
40
41
1.932
334
13.541
2.678
2.430
182
0
41
42
0
0
0
0
0
0
0
42
190
195.507
215.645
7.451.899
13.558.590
1.872.802
738.336
116.147
190
222 35
Lampiran 7. lanjutan Sektor
305
309
310
409
509
600
700
Sektor
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
3
4
0
37.210
63.356
63.356
0
0
63.356
4
5
0
6.145
8.880
8.880
0
0
8.880
5
6
0
554.821
568.230
568.230
0
0
568.230
6
7
0
9.143
9.500
9.500
0
0
9.500
7
8
0
0
0
0
0
0
0
8
9
0
0
0
0
0
0
0
9
10
0
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
0
11
12
0
0
0
0
0
0
0
12
13
0
0
0
0
0
0
0
13
14
0
74.233
114.690
114.690
0
0
114.690
14
15
0
843.636
1.151.621
1.151.621
0
0
1.151.621
15
16
0
11.422
13.307
13.307
0
0
13.307
16
17
0
2.361
2.820
2.820
0
0
2.820
17
18
0
50.756
60.631
60.631
0
0
60.631
18
19
0
5.715
15.143
15.143
0
0
15.143
19
20
0
0
0
0
0
0
0
20
21
0
0
0
0
0
0
0
21
22
0
5.677
11.099
11.099
0
0
11.099
22
23
0
0
0
0
0
0
0
23
24
0
406.160
539.895
539.895
0
0
539.895
24
25
0
0
0
0
0
0
0
25
26
0
2.698.412
2.904.034
2.904.034
0
0
2.904.034
26
27
0
1.243.725
1.539.053
1.539.053
0
0
1.539.053
27
28
0
1.106.563
1.276.999
1.276.999
0
0
1.276.999
28
29
0
2.062
2.062
0
0
2.062
29
30
0
0
0
0
0
0
0
30
31
0
362.482
370.362
370.362
0
0
370.362
31
32
0
677.122
886.731
886.731
0
0
886.731
32
33
0
238.975
473.591
473.591
0
0
473.591
33
34
0
7.803.099
13.449.938
13.449.938
0
0
13.449.938
34
35
0
92.620
184.133
184.133
0
0
184.133
35
36
0
0
0
0
0
0
0
36
37
0
0
0
0
0
0
0
37
38
0
0
0
0
0
0
0
38
39
0
35.166
48.819
48.819
0
0
48.819
39
40
0
15.120
24.051
24.051
0
0
24.051
40
41
0
5.290
18.831
18.831
0
0
18.831
41
42
0
0
0
0
0
0
0
42
190
0
16.285.876
23.737.775
23.737.775
0
0
23.737.775
190
23
223 36
Lampiran 8. Matrik Koefisien Input Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010 Sektor
1
2
3
4
5
6
7
Sektor
1
0,04794
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1
2
0,00000
0,02885
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
2
3
0,00000
0,00000
0,03920
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
3
4
0,00000
0,00000
0,00000
0,03825
0,00000
0,00000
0,00000
4
5
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,03845
0,00000
0,00000
5
6
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00360
0,00000
6
7
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,01602
7
8
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
8
9
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
14
15
0,00202
0,00150
0,00000
0,00067
0,00000
0,00242
0,02514
15
16
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
16
17
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
17
18
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
18
19
0,00003
0,00000
0,00000
0,00096
0,00000
0,00000
0,00123
19
20
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
22
23
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
24
25
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
25
26
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
26
27
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
27
28
0,00000
0,00000
0,00000
0,00038
0,00000
0,00000
0,00000
28
29
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00006
0,00000
0,00000
29
30
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
30
31
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
31
32
0,00219
0,00065
0,00485
0,00322
0,00763
0,00134
0,00003
32
33
0,00000
0,00000
0,00000
0,00015
0,00000
0,00000
0,00000
33
34
0,03652
0,01067
0,02939
0,01080
0,03877
0,01920
0,01682
34
35
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
35
36
0,00662
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
36
37
0,00372
0,00235
0,00622
0,00336
0,00558
0,00416
0,00818
37
38
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
38
39
0,00923
0,00136
0,01041
0,00363
0,00996
0,00449
0,01127
39
40
0,00000
0,00000
0,00000
0,00136
0,00000
0,00039
0,00065
40
41
0,01573
0,02045
0,00309
0,02899
0,00368
0,00383
0,00357
41
42
0,00618
0,00002
0,00914
0,00093
0,00197
0,00221
0,00279
42
224 37
Lampiran 8. lanjutan Sektor
8
9
10
11
12
13
14
Sektor
1
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1
2
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
2
3
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
3
4
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
4
5
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
5
6
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
6
7
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
7
8
0,29770
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
8
9
0,00000
0,09264
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,10756
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,00000
0,01241
0,00000
0,00000
0,00000
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,04724
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,20145
0,00000
13
14
0,00015
0,00000
0,00010
0,00000
0,00000
0,00000
0,03292
14
15
0,00010
0,00040
0,00082
0,00003
0,00158
0,00000
0,00237
15
16
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
16
17
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
17
18
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
18
19
0,00002
0,00029
0,00003
0,00015
0,00056
0,00000
0,00000
19
20
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
22
23
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
24
25
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
25
26
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
26
27
0,00000
0,00088
0,00215
0,00000
0,00428
0,00000
0,02775
27
28
0,00040
0,00004
0,00000
0,00000
0,00009
0,00000
0,00000
28
29
0,00026
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
29
30
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
30
31
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
31
32
0,00012
0,00003
0,00031
0,00015
0,00011
0,00000
0,00000
32
33
0,00028
0,00006
0,00081
0,00001
0,00016
0,00064
0,00000
33
34
0,00707
0,01078
0,01970
0,01361
0,02295
0,01336
0,01754
34
35
0,00042
0,00006
0,00049
0,00034
0,00016
0,00015
0,00000
35
36
0,00243
0,00346
0,02496
0,00000
0,00630
0,00000
0,00000
36
37
0,03601
0,00993
0,01681
0,01301
0,00351
0,02016
0,00674
37
38
0,00152
0,00007
0,00000
0,00000
0,00038
0,00000
0,00000
38
39
0,02873
0,00584
0,01747
0,01338
0,00255
0,01664
0,00706
39
40
0,00046
0,00011
0,00036
0,00013
0,00027
0,01697
0,00080
40
41
0,02094
0,06446
0,11822
0,01303
0,00432
0,06290
0,01870
41
42
0,00273
0,00022
0,03250
0,00151
0,00815
0,01375
0,00224
42
225 38
Lampiran 8. lanjutan Sektor
15
16
17
18
19
20
21
Sektor
1
0,00000
0,00819
0,01458
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1
2
0,00000
0,00559
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
2
3
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
3
4
0,00566
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
4
5
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
5
6
0,00330
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
6
7
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
7
8
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
8
9
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,02890
0,00000
0,00000
0,00000
0,00095
0,00000
0,00000
14
15
0,00892
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
15
16
0,00000
0,00373
0,00000
0,02537
0,00000
0,00000
0,00000
16
17
0,00000
0,00000
0,00236
0,00456
0,00000
0,00000
0,00000
17
18
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
18
19
0,00031
0,00000
0,00000
0,00863
0,02943
0,00000
0,00000
19
20
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,05302
0,00000
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
22
23
0,00000
0,01445
0,00942
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
24
25
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
25
26
0,00148
0,00516
0,00333
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
26
27
0,11049
0,18234
0,10821
0,00000
0,00000
0,00477
0,00318
27
28
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00041
0,00000
0,00616
28
29
0,00000
0,00004
0,00003
0,00000
0,00060
0,00000
0,00000
29
30
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
30
31
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
31
32
0,00009
0,00182
0,00118
0,00261
0,00229
0,00000
0,01735
32
33
0,00005
0,00005
0,00003
0,00000
0,00155
0,00062
0,00003
33
34
0,00047
0,00069
0,00045
0,01368
0,03525
0,02004
0,01760
34
35
0,00203
0,00714
0,00460
0,01013
0,00171
0,01905
0,00386
35
36
0,00094
0,00004
0,00003
0,28148
0,02073
0,01026
0,00841
36
37
0,01001
0,01629
0,01014
0,00369
0,01409
0,01964
0,00594
37
38
0,00009
0,00002
0,00001
0,00000
0,00354
0,00943
0,00000
38
39
0,00778
0,01124
0,00704
0,00491
0,02540
0,11423
0,03417
39
40
0,00006
0,00128
0,00083
0,00182
0,00049
0,00014
0,00003
40
41
0,02878
0,00652
0,00420
0,03243
0,04273
0,04220
0,00669
41
42
0,00387
0,00139
0,00426
0,00705
0,02093
0,00384
0,00248
42
226 39
Lampiran 8. lanjutan Sektor
22
23
24
25
26
27
28
Sektor
1
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,31810
0,00000
0,00000
1
2
0,00174
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,04887
0,00000
2
3
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,03716
0,00000
3
4
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,01512
0,00000
4
5
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00722
0,00000
5
6
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00005
0,00000
6
7
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00361
0,00000
7
8
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
8
9
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,02785
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,10598
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,02477
0,00000
0,00000
0,00041
0,00000
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00008
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00000
0,00000
0,00003
0,00005
0,00000
0,01327
0,00000
14
15
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00028
0,00000
15
16
0,04067
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00178
0,00000
16
17
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00132
0,00000
17
18
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00003
0,00000
18
19
0,00000
0,00013
0,00034
0,00045
0,00000
0,00065
0,00379
19
20
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00091
0,00000
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,05162
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
22
23
0,00000
0,00910
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,07840
0,00000
0,00000
0,00938
0,00000
24
25
0,00000
0,00000
0,00000
0,17436
0,00000
0,02184
0,00000
25
26
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,01172
0,01625
0,00000
26
27
0,00250
0,00000
0,00130
0,00177
0,00429
0,03640
0,00111
27
28
0,00000
0,00016
0,00000
0,00000
0,00006
0,00001
0,03476
28
29
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
29
30
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
30
31
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
31
32
0,01027
0,00000
0,00006
0,00008
0,00067
0,00090
0,00012
32
33
0,00031
0,00019
0,00011
0,00014
0,00017
0,00062
0,00007
33
34
0,01195
0,00235
0,00097
0,00132
0,00010
0,00030
0,00541
34
35
0,00388
0,00029
0,00057
0,00079
0,00040
0,00375
0,01790
35
36
0,00846
0,00172
0,00000
0,00000
0,00000
0,00035
0,00000
36
37
0,00565
0,00093
0,00614
0,02861
0,01298
0,01262
0,01345
37
38
0,00000
0,00026
0,00000
0,00000
0,00007
0,00068
0,00669
38
39
0,01344
0,00290
0,00455
0,01767
0,00757
0,01106
0,01419
39
40
0,00003
0,00035
0,00144
0,00197
0,00037
0,00326
0,00231
40
41
0,01469
0,00444
0,03112
0,04262
0,00251
0,01266
0,04145
41
42
0,01030
0,00168
0,00248
0,00340
0,00011
0,00212
0,00369
42
40 227
Lampiran 8. lanjutan Sektor
29
30
31
32
33
34
35
Sektor
1
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1
2
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
2
3
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
3
4
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
4
5
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
5
6
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
6
7
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00080
0,00000
7
8
0,00000
0,00000
0,00000
0,20159
0,00000
0,00011
0,00000
8
9
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00279
0,00000
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00000
0,00000
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
14
15
0,00000
0,00000
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
15
16
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
16
17
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
17
18
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
18
19
0,06176
0,05926
0,12866
0,00086
0,01210
0,01876
0,00000
19
20
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
22
23
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,07868
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
24
25
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
25
26
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
26
27
0,00397
0,02078
0,01908
0,00003
0,00840
0,00186
0,00563
27
28
0,00000
0,00047
0,00000
0,00019
0,00016
0,00000
0,00181
28
29
0,13353
0,00000
0,00000
0,00000
0,00140
0,00207
0,00000
29
30
0,00000
0,10579
0,01942
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
30
31
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
31
32
0,00121
0,00115
0,00026
0,00420
0,00004
0,00105
0,00129
32
33
0,00025
0,00099
0,00003
0,00005
0,08728
0,00063
0,00293
33
34
0,01022
0,01191
0,04458
0,00124
0,00869
0,00933
0,00763
34
35
0,01818
0,01593
0,02414
0,00206
0,01063
0,00391
0,11005
35
36
0,01423
0,00033
0,02774
0,00001
0,00000
0,00051
0,00488
36
37
0,03741
0,03272
0,04484
0,04211
0,01664
0,00954
0,02143
37
38
0,00000
0,00564
0,00239
0,00015
0,00007
0,00043
0,00072
38
39
0,04665
0,06297
0,03605
0,02443
0,01997
0,01225
0,01303
39
40
0,00625
0,00550
0,00100
0,00014
0,00288
0,00046
0,00059
40
41
0,04960
0,01803
0,01630
0,00025
0,02237
0,00726
0,04011
41
42
0,00981
0,00935
0,00188
0,00007
0,00449
0,00279
0,00094
42
228 41
Lampiran 8. lanjutan Sektor
36
37
38
39
40
41
42
Sektor
1
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00004
1
2
0,00000
0,00000
0,00184
0,00000
0,00000
0,00000
0,00010
2
3
0,00000
0,00000
0,00256
0,00000
0,00000
0,00000
0,00011
3
4
0,00000
0,00000
0,01331
0,00000
0,00000
0,00000
0,00023
4
5
0,00000
0,00000
0,00347
0,00000
0,00000
0,00000
0,00103
5
6
0,00000
0,00000
0,00448
0,00000
0,00000
0,00000
0,00058
6
7
0,00000
0,00000
0,00294
0,00000
0,00000
0,00000
0,00058
7
8
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
8
9
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
10
11
0,00000
0,00000
0,00328
0,00000
0,00000
0,00000
0,00002
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00000
0,00000
0,00390
0,00000
0,00000
0,00000
0,00116
14
15
0,00000
0,00000
0,00264
0,00000
0,00000
0,00000
0,00012
15
16
0,00000
0,00000
0,02249
0,00000
0,00000
0,00000
0,00234
16
17
0,00000
0,00000
0,00966
0,00000
0,00000
0,00000
0,00062
17
18
0,00000
0,00000
0,01583
0,00000
0,00000
0,00000
0,00132
18
19
0,00273
0,00177
0,00022
0,00004
0,00000
0,00000
0,00030
19
20
0,00000
0,00000
0,03929
0,00000
0,00000
0,00000
0,00019
20
21
0,00000
0,00000
0,00234
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00000
0,00000
0,01556
0,00000
0,00000
0,00000
0,00034
22
23
0,00708
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
23
24
0,00000
0,00000
0,00132
0,00000
0,00000
0,00000
0,00004
24
25
0,00000
0,00013
0,01040
0,00000
0,00000
0,00000
0,00005
25
26
0,00000
0,00016
0,03420
0,00000
0,00000
0,00000
0,00343
26
27
0,00000
0,00003
0,02067
0,00063
0,01350
0,00342
0,00279
27
28
0,00000
0,00043
0,00041
0,00013
0,00027
0,00009
0,00012
28
29
0,01373
0,00186
0,00000
0,00483
0,00000
0,00020
0,00036
29
30
0,00441
0,00018
0,00000
0,00000
0,00000
0,00020
0,00000
30
31
0,00132
0,00010
0,00000
0,00000
0,00023
0,00072
0,00000
31
32
0,00154
0,00207
0,00049
0,00738
0,00036
0,00094
0,00103
32
33
0,00022
0,00063
0,00079
0,00157
0,00635
0,00282
0,00589
33
34
0,02876
0,00020
0,00243
0,02314
0,00039
0,00530
0,00134
34
35
0,00049
0,00802
0,01113
0,00701
0,02108
0,01664
0,00204
35
36
0,00019
0,00017
0,00030
0,00712
0,00671
0,00845
0,00271
36
37
0,00816
0,00328
0,01986
0,02295
0,00395
0,00168
0,00244
37
38
0,00170
0,00312
0,02206
0,00984
0,02691
0,01083
0,00269
38
39
0,00675
0,01389
0,01413
0,04829
0,01003
0,00678
0,00367
39
40
0,00000
0,00339
0,00635
0,00951
0,01942
0,01398
0,00184
40
41
0,00518
0,28426
0,02630
0,03648
0,12763
0,13087
0,01697
41
42
0,00060
0,01362
0,00510
0,00504
0,00034
0,00742
0,00705
42
42 229
Lampran 9. Matrik Kebalikan (I-A)-1 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010 Sektor
1
2
3
4
5
6
7
Sektor
1
1,05037
0,00001
0,00002
0,00001
0,00001
0,00001
0,00004
1
2
0,00002
1,02972
0,00001
0,00002
0,00001
0,00002
0,00016
2
3
0,00002
0,00001
1,04081
0,00001
0,00001
0,00002
0,00012
3
4
0,00003
0,00002
0,00001
1,03979
0,00001
0,00002
0,00021
4
5
0,00001
0,00000
0,00001
0,00001
1,03999
0,00001
0,00003
5
6
0,00001
0,00001
0,00001
0,00001
0,00000
1,00362
0,00009
6
7
0,00004
0,00001
0,00003
0,00001
0,00004
0,00002
1,01630
7
8
0,00072
0,00021
0,00151
0,00100
0,00234
0,00041
0,00006
8
9
0,00001
0,00001
0,00000
0,00001
0,00000
0,00001
0,00010
9
10
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00001
10
11
0,00011
0,00003
0,00009
0,00004
0,00012
0,00006
0,00005
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00008
0,00005
0,00002
0,00003
0,00001
0,00008
0,00082
14
15
0,00214
0,00155
0,00000
0,00070
0,00000
0,00245
0,02579
15
16
0,00003
0,00001
0,00003
0,00002
0,00001
0,00001
0,00002
16
17
0,00001
0,00000
0,00001
0,00001
0,00000
0,00000
0,00001
17
18
0,00002
0,00001
0,00002
0,00001
0,00001
0,00001
0,00001
18
19
0,00085
0,00023
0,00064
0,00128
0,00084
0,00040
0,00167
19
20
0,00002
0,00001
0,00001
0,00002
0,00001
0,00001
0,00002
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00001
0,00001
0,00001
0,00001
0,00001
0,00000
0,00001
22
23
0,00318
0,00090
0,00249
0,00093
0,00327
0,00156
0,00141
23
24
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00003
24
25
0,00002
0,00001
0,00001
0,00002
0,00001
0,00001
0,00009
25
26
0,00005
0,00002
0,00005
0,00003
0,00002
0,00003
0,00011
26
27
0,00046
0,00031
0,00015
0,00030
0,00014
0,00037
0,00310
27
28
0,00001
0,00001
0,00001
0,00042
0,00001
0,00001
0,00001
28
29
0,00029
0,00005
0,00017
0,00008
0,00025
0,00009
0,00014
29
30
0,00004
0,00001
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00001
30
31
0,00003
0,00002
0,00001
0,00003
0,00001
0,00001
0,00001
31
32
0,00249
0,00073
0,00523
0,00346
0,00813
0,00143
0,00019
32
33
0,00017
0,00010
0,00014
0,00033
0,00010
0,00007
0,00011
33
34
0,03939
0,01131
0,03128
0,01173
0,04111
0,01965
0,01773
34
35
0,00078
0,00059
0,00049
0,00090
0,00053
0,00033
0,00055
35
36
0,00731
0,00025
0,00023
0,00041
0,00022
0,00013
0,00027
36
37
0,00489
0,00271
0,00744
0,00407
0,00698
0,00465
0,00920
37
38
0,00044
0,00033
0,00028
0,00055
0,00027
0,00018
0,00032
38
39
0,01119
0,00192
0,01222
0,00468
0,01193
0,00523
0,01283
39
40
0,00048
0,00040
0,00029
0,00205
0,00028
0,00058
0,00099
40
41
0,02190
0,02548
0,00728
0,03686
0,00780
0,00662
0,00917
41
42
0,00698
0,00031
0,00992
0,00140
0,00243
0,00246
0,00332
42
43 230
Lampiran 9. lanjutan Sektor
8
9
10
11
12
13
14
Sektor
1
0,00005
0,00002
0,00010
0,00001
0,00005
0,00006
0,00018
1
2
0,00003
0,00008
0,00019
0,00001
0,00025
0,00005
0,00153
2
3
0,00003
0,00006
0,00015
0,00001
0,00020
0,00004
0,00117
3
4
0,00006
0,00004
0,00010
0,00001
0,00010
0,00005
0,00050
4
5
0,00002
0,00002
0,00008
0,00000
0,00005
0,00003
0,00023
5
6
0,00002
0,00001
0,00004
0,00000
0,00001
0,00002
0,00001
6
7
0,00002
0,00002
0,00006
0,00001
0,00005
0,00004
0,00013
7
8
1,42410
0,00007
0,00025
0,00010
0,00007
0,00011
0,00005
8
9
0,00001
1,10214
0,00011
0,00000
0,00015
0,00003
0,00093
9
10
0,00001
0,00001
1,12054
0,00000
0,00002
0,00001
0,00010
10
11
0,00005
0,00004
0,00008
1,01261
0,00008
0,00006
0,00008
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1,04958
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
1,25227
0,00000
13
14
0,00025
0,00004
0,00025
0,00001
0,00013
0,00004
1,03453
14
15
0,00016
0,00045
0,00094
0,00003
0,00168
0,00001
0,00249
15
16
0,00010
0,00003
0,00015
0,00002
0,00004
0,00010
0,00007
16
17
0,00004
0,00001
0,00005
0,00001
0,00002
0,00003
0,00005
17
18
0,00006
0,00002
0,00009
0,00001
0,00002
0,00006
0,00001
18
19
0,00045
0,00065
0,00076
0,00048
0,00114
0,00046
0,00042
19
20
0,00015
0,00005
0,00011
0,00002
0,00003
0,00010
0,00005
20
21
0,00001
0,00000
0,00001
0,00000
0,00000
0,00001
0,00000
21
22
0,00006
0,00002
0,00005
0,00001
0,00001
0,00004
0,00001
22
23
0,00096
0,00105
0,00218
0,00115
0,00201
0,00145
0,00150
23
24
0,00001
0,00002
0,00004
0,00000
0,00005
0,00001
0,00031
24
25
0,00006
0,00006
0,00013
0,00001
0,00014
0,00006
0,00081
25
26
0,00016
0,00007
0,00028
0,00003
0,00014
0,00016
0,00053
26
27
0,00045
0,00147
0,00356
0,00015
0,00500
0,00092
0,03028
27
28
0,00063
0,00006
0,00004
0,00001
0,00011
0,00004
0,00001
28
29
0,00090
0,00020
0,00076
0,00016
0,00020
0,00029
0,00012
29
30
0,00005
0,00005
0,00019
0,00001
0,00004
0,00004
0,00001
30
31
0,00005
0,00007
0,00016
0,00002
0,00002
0,00009
0,00002
31
32
0,00070
0,00023
0,00085
0,00033
0,00022
0,00039
0,00017
32
33
0,00079
0,00040
0,00186
0,00014
0,00031
0,00157
0,00017
33
34
0,01173
0,01284
0,02474
0,01442
0,02473
0,01816
0,01881
34
35
0,00273
0,00200
0,00440
0,00112
0,00059
0,00334
0,00091
35
36
0,00435
0,00466
0,02974
0,00032
0,00679
0,00133
0,00036
36
37
0,05298
0,01161
0,02064
0,01381
0,00428
0,02659
0,00796
37
38
0,00353
0,00121
0,00236
0,00046
0,00061
0,00220
0,00049
38
39
0,04461
0,00790
0,02306
0,01486
0,00351
0,02378
0,00873
39
40
0,00211
0,00149
0,00314
0,00063
0,00050
0,02356
0,00146
40
41
0,05446
0,08649
0,16229
0,02070
0,00757
0,10466
0,02648
41
42
0,00537
0,00116
0,03845
0,00201
0,00888
0,01871
0,00285
42
44 231
Lampiran 9. lanjutan Sektor
15
16
17
18
19
20
21
Sektor
1
0,00117
0,01145
0,01711
0,00040
0,00009
0,00019
0,00003
1
2
0,00589
0,01536
0,00568
0,00044
0,00004
0,00034
0,00018
2
3
0,00453
0,00737
0,00437
0,00023
0,00004
0,00027
0,00014
3
4
0,00779
0,00300
0,00178
0,00011
0,00008
0,00027
0,00006
4
5
0,00089
0,00143
0,00085
0,00006
0,00005
0,00010
0,00003
5
6
0,00336
0,00001
0,00001
0,00001
0,00004
0,00006
0,00000
6
7
0,00044
0,00070
0,00042
0,00005
0,00006
0,00008
0,00003
7
8
0,00012
0,00066
0,00043
0,00096
0,00081
0,00034
0,00511
8
9
0,00359
0,00584
0,00346
0,00018
0,00002
0,00019
0,00011
9
10
0,00037
0,00060
0,00036
0,00002
0,00001
0,00004
0,00001
10
11
0,00009
0,00014
0,00008
0,00007
0,00013
0,00012
0,00006
11
12
0,00001
0,00002
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,03178
0,00262
0,00156
0,00011
0,00107
0,00014
0,00006
14
15
1,00915
0,00013
0,00009
0,00001
0,00002
0,00004
0,00001
15
16
0,00024
1,00411
0,00022
0,02552
0,00017
0,00032
0,00003
16
17
0,00017
0,00026
1,00252
0,00459
0,00006
0,00013
0,00001
17
18
0,00002
0,00002
0,00002
1,00003
0,00011
0,00021
0,00001
18
19
0,00050
0,00025
0,00016
0,01060
1,03131
0,00069
0,00049
19
20
0,00015
0,00021
0,00013
0,00006
0,00021
1,05651
0,00003
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00001
0,00003
1,00000
21
22
0,00002
0,00001
0,00001
0,00002
0,00009
0,00021
0,00001
22
23
0,00019
0,01484
0,00968
0,00427
0,00322
0,00212
0,00158
23
24
0,00119
0,00194
0,00115
0,00006
0,00001
0,00008
0,00004
24
25
0,00311
0,00505
0,00299
0,00017
0,00008
0,00032
0,00010
25
26
0,00349
0,00841
0,00527
0,00032
0,00026
0,00056
0,00009
26
27
0,11696
0,19039
0,11286
0,00579
0,00063
0,00618
0,00350
27
28
0,00002
0,00004
0,00003
0,00004
0,00047
0,00009
0,00641
28
29
0,00013
0,00020
0,00013
0,00463
0,00138
0,00105
0,00042
29
30
0,00002
0,00001
0,00001
0,00141
0,00013
0,00008
0,00005
30
31
0,00003
0,00002
0,00001
0,00041
0,00007
0,00007
0,00002
31
32
0,00043
0,00230
0,00149
0,00333
0,00280
0,00118
0,01778
32
33
0,00035
0,00036
0,00025
0,00039
0,00220
0,00134
0,00021
33
34
0,00215
0,00243
0,00185
0,02313
0,03852
0,02546
0,01915
34
35
0,00386
0,00966
0,00618
0,01314
0,00390
0,02556
0,00528
35
36
0,00152
0,00062
0,00047
0,28242
0,02227
0,01261
0,00888
36
37
0,01263
0,02014
0,01250
0,00800
0,01644
0,02533
0,00834
37
38
0,00085
0,00069
0,00044
0,00128
0,00492
0,01246
0,00066
38
39
0,01078
0,01538
0,00966
0,00934
0,02937
0,12893
0,03733
39
40
0,00127
0,00250
0,00158
0,00276
0,00182
0,00261
0,00067
40
41
0,04193
0,02021
0,01279
0,04464
0,05907
0,06766
0,01320
41
42
0,00492
0,00258
0,00508
0,00822
0,02275
0,00583
0,00304
42
232 45
Lampiran 9. lanjutan Sektor
22
23
24
25
26
27
28
Sektor
1
0,00053
0,00001
0,00002
0,00005
0,33811
0,00577
0,00011
1
2
0,00270
0,00000
0,00009
0,00016
0,00024
0,05231
0,00011
2
3
0,00043
0,00000
0,00007
0,00013
0,00018
0,04020
0,00009
3
4
0,00019
0,00001
0,00004
0,00007
0,00009
0,01636
0,00014
4
5
0,00010
0,00000
0,00002
0,00004
0,00004
0,00781
0,00005
5
6
0,00001
0,00000
0,00000
0,00001
0,00001
0,00006
0,00004
6
7
0,00006
0,00000
0,00001
0,00003
0,00003
0,00382
0,00004
7
8
0,00321
0,00001
0,00005
0,00016
0,00046
0,00043
0,00012
8
9
0,00034
0,00000
0,00005
0,00010
0,00014
0,03189
0,00006
9
10
0,00004
0,00000
0,00001
0,14385
0,00002
0,00327
0,00002
10
11
0,00005
0,00001
0,02722
0,00002
0,00004
0,00072
0,00005
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00009
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00017
0,00000
0,00007
0,00014
0,00009
0,01429
0,00007
14
15
0,00001
0,00000
0,00000
0,00013
0,00069
0,00054
0,00002
15
16
0,04310
0,00001
0,00003
0,00007
0,00003
0,00190
0,00021
16
17
0,00003
0,00001
0,00001
0,00003
0,00001
0,00139
0,00008
17
18
0,00002
0,00001
0,00001
0,00004
0,00001
0,00005
0,00013
18
19
0,00036
0,00020
0,00045
0,00081
0,00032
0,00089
0,00424
19
20
0,00004
0,00002
0,00003
0,00007
0,00002
0,00106
0,00034
20
21
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00002
21
22
1,05445
0,00001
0,00001
0,00003
0,00001
0,00002
0,00013
22
23
0,00179
1,00940
0,00015
0,00050
0,00106
0,00038
0,00055
23
24
0,00011
0,00000
1,08509
0,00003
0,00005
0,01058
0,00003
24
25
0,00030
0,00001
0,00005
1,21129
0,00013
0,02751
0,00015
25
26
0,00047
0,00002
0,00006
0,00015
1,01196
0,01716
0,00033
26
27
0,01112
0,00006
0,00171
0,00311
0,00472
1,03921
0,00186
27
28
0,00003
0,00017
0,00001
0,00004
0,00007
0,00004
1,03608
28
29
0,00031
0,00006
0,00007
0,00035
0,00018
0,00016
0,00018
29
30
0,00005
0,00001
0,00001
0,00005
0,00002
0,00002
0,00002
30
31
0,00003
0,00001
0,00003
0,00008
0,00002
0,00003
0,00005
31
32
0,01118
0,00004
0,00018
0,00055
0,00159
0,00151
0,00041
32
33
0,00058
0,00025
0,00032
0,00080
0,00031
0,00093
0,00045
33
34
0,01375
0,00257
0,00187
0,00586
0,01306
0,00422
0,00678
34
35
0,00578
0,00052
0,00172
0,00367
0,00109
0,00544
0,02245
35
36
0,00934
0,00183
0,00046
0,00470
0,00250
0,00106
0,00090
36
37
0,00827
0,00111
0,00739
0,03834
0,01511
0,01604
0,01536
37
38
0,00054
0,00039
0,00064
0,00160
0,00046
0,00139
0,00809
38
39
0,01666
0,00322
0,00614
0,02677
0,01203
0,01483
0,01689
39
40
0,00069
0,00049
0,00231
0,00427
0,00080
0,00422
0,00356
40
41
0,02277
0,00586
0,04253
0,09392
0,01503
0,02919
0,05743
41
42
0,01148
0,00180
0,00323
0,01029
0,00267
0,00352
0,00477
42
46 233
Lampiran 9. lanjutan Sektor
29
30
31
32
33
34
35
Sektor
1
0,00008
0,00026
0,00018
0,00002
0,00008
0,00003
0,00006
1
2
0,00029
0,00127
0,00107
0,00002
0,00050
0,00011
0,00035
2
3
0,00022
0,00099
0,00082
0,00001
0,00039
0,00008
0,00027
3
4
0,00012
0,00051
0,00039
0,00003
0,00017
0,00005
0,00014
4
5
0,00007
0,00023
0,00018
0,00001
0,00008
0,00002
0,00006
5
6
0,00002
0,00005
0,00002
0,00001
0,00001
0,00001
0,00001
6
7
0,00005
0,00014
0,00014
0,00001
0,00005
0,00084
0,00004
7
8
0,00067
0,00066
0,00037
0,28838
0,00012
0,00052
0,00050
8
9
0,00017
0,00077
0,00064
0,00001
0,00031
0,00006
0,00021
9
10
0,00002
0,00009
0,00007
0,00000
0,00003
0,00001
0,00003
10
11
0,00006
0,00010
0,00018
0,00002
0,00004
0,00286
0,00004
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00018
0,00046
0,00045
0,00007
0,00016
0,00006
0,00011
14
15
0,00001
0,00004
0,00003
0,00004
0,00001
0,00003
0,00001
15
16
0,00010
0,00028
0,00016
0,00004
0,00006
0,00003
0,00006
16
17
0,00004
0,00012
0,00008
0,00002
0,00003
0,00001
0,00003
17
18
0,00006
0,00015
0,00008
0,00003
0,00002
0,00002
0,00003
18
19
0,07402
0,06883
0,13522
0,00113
0,01407
0,01976
0,00035
19
20
0,00011
0,00038
0,00021
0,00006
0,00005
0,00004
0,00008
20
21
0,00001
0,00002
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
21
22
0,00004
0,00014
0,00008
0,00003
0,00002
0,00002
0,00003
22
23
0,00152
0,00149
0,00441
0,00036
0,00089
0,08028
0,00081
23
24
0,00006
0,00027
0,00022
0,00000
0,00010
0,00002
0,00007
24
25
0,00019
0,00077
0,00062
0,00003
0,00028
0,00007
0,00021
25
26
0,00023
0,00076
0,00053
0,00007
0,00022
0,00008
0,00019
26
27
0,00559
0,02495
0,02098
0,00026
0,00995
0,00212
0,00696
27
28
0,00013
0,00065
0,00016
0,00036
0,00023
0,00004
0,00213
28
29
1,15498
0,00068
0,00110
0,00044
0,00201
0,00256
0,00029
29
30
0,00013
1,11835
0,02190
0,00002
0,00002
0,00001
0,00005
30
31
0,00010
0,00004
1,00008
0,00003
0,00003
0,00001
0,00006
31
32
0,00233
0,00228
0,00127
1,00467
0,00040
0,00128
0,00173
32
33
0,00113
0,00189
0,00076
0,00037
1,09596
0,00087
0,00389
33
34
0,01733
0,01844
0,05270
0,00444
0,01111
1,01092
0,00969
34
35
0,02677
0,02260
0,03000
0,00384
0,01447
0,00511
1,12543
35
36
0,01946
0,00305
0,03157
0,00127
0,00096
0,00138
0,00619
36
37
0,04723
0,04107
0,05074
0,05396
0,01986
0,01080
0,02520
37
38
0,00241
0,00845
0,00443
0,00148
0,00102
0,00093
0,00186
38
39
0,06107
0,07816
0,04590
0,03572
0,02463
0,01445
0,01676
39
40
0,00955
0,00808
0,00268
0,00122
0,00416
0,00094
0,00188
40
41
0,09102
0,04695
0,04765
0,02700
0,03831
0,01473
0,06178
41
42
0,01473
0,01351
0,00654
0,00205
0,00604
0,00378
0,00206
42
234 47
Lampiran 9. lanjutan Sektor
36
37
38
39
40
41
42
Sektor
1
0,00003
0,00017
0,01243
0,00016
0,00045
0,00020
0,00130
1
2
0,00002
0,00011
0,00357
0,00010
0,00087
0,00028
0,00032
2
3
0,00002
0,00009
0,00386
0,00009
0,00070
0,00023
0,00027
3
4
0,00004
0,00013
0,01465
0,00019
0,00067
0,00027
0,00034
4
5
0,00001
0,00006
0,00392
0,00006
0,00023
0,00010
0,00112
5
6
0,00001
0,00004
0,00462
0,00006
0,00014
0,00007
0,00060
6
7
0,00003
0,00004
0,00317
0,00007
0,00015
0,00007
0,00062
7
8
0,00050
0,00075
0,00038
0,00230
0,00021
0,00036
0,00033
8
9
0,00001
0,00005
0,00089
0,00005
0,00049
0,00015
0,00012
9
10
0,00000
0,00004
0,00162
0,00002
0,00010
0,00004
0,00002
10
11
0,00009
0,00003
0,00347
0,00011
0,00012
0,00007
0,00004
11
12
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
12
13
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
13
14
0,00002
0,00008
0,00463
0,00008
0,00035
0,00013
0,00128
14
15
0,00001
0,00002
0,00288
0,00004
0,00009
0,00004
0,00015
15
16
0,00005
0,00022
0,02429
0,00029
0,00075
0,00035
0,00249
16
17
0,00002
0,00008
0,01003
0,00012
0,00032
0,00014
0,00067
17
18
0,00003
0,00014
0,01623
0,00019
0,00048
0,00022
0,00138
18
19
0,00492
0,00216
0,00066
0,00105
0,00028
0,00040
0,00050
19
20
0,00009
0,00031
0,04252
0,00049
0,00126
0,00056
0,00033
20
21
0,00000
0,00002
0,00239
0,00003
0,00007
0,00003
0,00001
21
22
0,00003
0,00013
0,01680
0,00019
0,00049
0,00022
0,00042
22
23
0,00953
0,00027
0,00100
0,00209
0,00026
0,00064
0,00023
23
24
0,00001
0,00003
0,00176
0,00003
0,00021
0,00007
0,00008
24
25
0,00004
0,00030
0,01367
0,00019
0,00080
0,00030
0,00020
25
26
0,00008
0,00051
0,03611
0,00046
0,00132
0,00058
0,00368
26
27
0,00039
0,00175
0,02904
0,00156
0,01600
0,00497
0,00380
27
28
0,00002
0,00052
0,00051
0,00019
0,00037
0,00017
0,00014
28
29
0,01601
0,00241
0,00032
0,00614
0,00028
0,00052
0,00053
29
30
0,00497
0,00030
0,00005
0,00006
0,00009
0,00032
0,00002
30
31
0,00133
0,00035
0,00005
0,00006
0,00036
0,00086
0,00002
31
32
0,00172
0,00261
0,00132
0,00800
0,00073
0,00126
0,00116
32
33
0,00036
0,00199
0,00132
0,00220
0,00777
0,00386
0,00662
33
34
0,02985
0,00285
0,00632
0,02546
0,00233
0,00709
0,00200
34
35
0,00157
0,01589
0,01598
0,01033
0,02793
0,02249
0,00306
35
36
1,00078
0,00343
0,00637
0,00832
0,00861
0,01021
0,00341
36
37
0,00980
1,00526
0,02475
0,02594
0,00644
0,00348
0,00319
37
38
0,00208
0,00739
1,02411
0,01168
0,03009
0,01345
0,00316
38
39
0,00918
0,01801
0,02372
1,05313
0,01356
0,00955
0,00469
39
40
0,00046
0,00851
0,00791
0,01127
1,02248
0,01675
0,00233
40
41
0,01141
0,33255
0,04819
0,05619
0,15589
1,15668
0,02205
41
42
0,00130
0,01653
0,00704
0,00639
0,00198
0,00892
1,00745
42