Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) Nurlailah Badariah, Iveline Anne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa, Grogol Jakarta Barat
[email protected]
ABSTRAK PT Tembaga Mulia Semanan adalah perusahaan yang memproduksi batangan kawat. Divisi SCR (Southwire Continuous Rod) adalah salah satu divisi pada PT Tembaga Mulia Semanan yang hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu batangan kawat tembaga (copper rod) diameter 8 mm. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi terdiri dari dua jenis bahan baku, yaitu copper cathode dan copper scrap. Sebelum menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, perusahaan memiliki data jumlah pembelian (dalam Ton) masing-masing pelanggan tetap PT Tembaga Mulia Semanan yang membeli copper rod diameter 8 mm secara rutin per bulannya. Dengan data historis jumlah pembelian, dapat dihitung rata-rata persentase pembelian produk jadi masing-masing pelanggan. Berdasarkan rata-rata persentase pembelian masingmasing pelanggan tersebut, dapat diketahui urutan pelanggan yang membeli produk jadi dari yang jumlahnya terbesar ke terkecil. Jumlah pesanan pelanggan akan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan prioritas pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya. Untuk mendukung tujuan penelitian (yaitu mengirim produk jadi ke pelanggan secara tepat waktu), dicari urutan pelanggan yang akan dikerjakan pesanannya dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), yang berdasarkan beberapa kriteria, yaitu jumlah pesanan, cara pembayaran, jangka waktu pembayaran, ketepatan waktu pembayaran, jangka waktu pengiriman, kemudahan pengiriman barang, kemudahan komunikasi dan lama menjalin kerjasama. Hasil akhir perhitungan nilai eigen memberikan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, yaitu PT Jembo Cable, PT Supreme Cable (SUCACO), PT KEL Indonesia, PT Pirelli Cable Indonesia dan PT Voksel Electric. Kata kunci : Jumlah pesanan, Prioritas pelanggan, Analytical Hierarchy Process PENDAHULUAN Analytical Hierarchy Process Method (AHP) Analytical Hierarchy Process dikembangkan tahun 1970 oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of Pittsburg, Amerika. Peralatan utama Analytical HierarchyProcess (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992). Adapun kelebihan-kelebihan Metode AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi dan Ramdhani, hal 131) :
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Pada dasarnya langkah-langkah dalam Metode AHP meliputi : Membuat Matriks Pairwise Comparison (Matriks Perbandingan) Matriks Perbandingan ini merupakan matriks awal yang dibuat dengan menjabarkan hasil rataan geometris penilaian dari kuesioner. Gambar 1 berikut ini menunjukkan skema matriks perbandingan berpasangan. A₁
A₂
…
An
A₁
a 11
a 12
…
a₁n
A₂ . . . An
a 21 . . . an₁
a 22 . . . an₂
… . . . …
a₂n . . . Ann
Gambar 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hierarki yang sama. Misalnya unsur a₁₁ adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A₁ dengan elemen operasi A₁ sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur a₁₁ adalah sama dengan 1. Sedangkan nilai unsur a₁₂ adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A₁ terhadap elemen operasi A₂. Besarnya nilai a₂₁ adalah 1/a₁₂, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A₂ terhadap elemen operasi A₁. Nilai numerik yang dikenakan pada perbandingan di atas diperoleh dari skala perbandingan berpasangan 1 sampai 9 yang dibuat oleh Saaty, yaitu : Skala 1 berarti kedua elemen sama pentingnya. Skala 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Skala 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya. Skala 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Skala 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Skala 2, 4, 6, 8, berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Kebalikan, berarti jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. Jika terdapat multi partisipan maka jawaban nilai perbandingan dari masing-masing partisipan harus dirata-ratakan terlebih dahulu. Untuk itu Saaty menyarankan untuk menggunakan Metode Rataan Geometris, yaitu A ij = (Z₁ x Z₂ x Z₃ x … x Zn) 1 / n Dimana : A ij = nilai rata-rata perbandingan antara kriteria a i dengan a j untuk partisipan Z i = nilai perbandingan antara kriteria a i dengan a j untuk partisipan ke-i dimana i = 1, 2, 3, …, n n = jumlah partisipan
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Membuat Matriks Pairwise Comparison Hasil Normalisasi Caranya adalah masing-masing sel dari matriks perbandingan dibagi dengan jumlah kolom dimana sel tersebut berada. Kemudian jumlahkan elemen-elemen dalam tiap baris, sehingga diperoleh vektor kolom.
A₁
A₁ a 11 /∑ A₁
A₂ . . . An
a 21 /∑ A₁ . . . an₁/∑ A₁
A₂ a 12 /∑ A₂ a 22 /∑ A₂ . . . an₂/∑ A₂
… …
An a₁n/∑ An
… . . . …
a₂n/∑ An . . . ann/∑ An
Gambar 2. Matriks Perbandingan Hasil Normalisasi
Menentukan Bobot Bobot setiap kriteria ditentukan dengan cara membagi setiap jumlah baris komponen matriks perbandingan hasil normalisasi dengan total dari vektor kolom tersebut. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini unutk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. Menghitung Konsistensi Logis Perhitungan ini dilakukan untuk menguji apakah perbandingan yang dilakukan terhadap kriteria yang dilakukan sebelumnya sudah konsisten, dalam arti tidak membutuhkan revisi lebih lanjut, atau membutuhkan revisi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Mencari Eigen Value (λ) Maksimum Langkah pertama adalah mengalikan matriks awal dengan matriks bobot, sehingga diperoleh vektor hasil kali. Kemudian bagi vektor hasil kali dengan nilai bobot, sehingga diperoleh vektor hasil bagi (λ). Untuk mendapatkan λ maksimum, digunakan rumus : wi bi total atau max max n n dimana n adalah ukuran matriks. Menentukan Nilai Consistency Index (CI) Consistency Index adalah tingkat kekonsistensian seseorang di dalam memberikan penilaian terhadap suatu elemen di dalam masalah. Rumus yang digunakan adalah : n CI = max n 1 Menentukan Nilai Consistency Ratio (CR) Consistency Ratio adalah angka yang menunjukkan penerimaan tingkat kekonsistensian (CI) seseorang terhadap penilaian-penilaian yang diberikan terhadap suatu masalah berdasarkan angka random consistency / Indeks Random (RI) yang sudah ditabelkan. Rumus yang digunakan adalah :
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
CI RI Dari penelitian yang dilakukan oleh Saaty, dinyatakan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsisten apabila nilai dari CR tidak lebih dari 10% atau CR ≤ 0.1.
CR =
HASIL DAN DISKUSI Permasalahan yang dihadapi adalah sebelum menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, perusahaan memiliki data jumlah pembelian (dalam Ton) masingmasing pelanggan tetap PT Tembaga Mulia Semanan yang membeli copper rod diameter 8 mm secara rutin per bulannya. Berdasarkan data ini, dapat dihitung rata-rata persentase pembelian produk jadi masing-masing pelanggan. Jumlah pesanan pelanggan akan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan prioritas pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya. Dari persentase ratarata yang diambil dari data historis penjualan PT Tembaga Mulia Semanan dari bulan September 2004 sampai Agustus 2008, dapat diketahui urutan pelanggan yang membeli produk jadi dari yang membeli dengan jumlah terbesar sampai yang terkecil, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
PT. Supreme Cable (SUCACO) PT Jembo Cable PT Voksel Electric PT KEL Indonesia PT Pirelli Cable Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatasi keterlambatan dalam pengiriman produk jadi ke pelanggan, perusahaan perlu mengetahui urutan pelanggan yang akan dikerjakan pesanannya. Dalam mengurutkan pelanggan, seharusnya perusahaan tidak hanya mempertimbangkan satu kriteria, melainkan banyak kriteria. Pengambilan keputusan untuk menentuan urutan pelanggan dapat digunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Namun sebelum menggunakan metode, dilakukan perumusan tujuan, kriteria dan alternatif. Tujuan : Menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan. Kriteria-kriteria: A. Jumlah pesanan Perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih banyak. B. Cara pembayaran Cara pembayaran ada 2 cara, yaitu dengan cek atau cash and carry. Perusahaan akan lebih memprioritaskan pembayaran dengan cara cash and carry karena akan membuat perusahaan lebih cepat mendapatkan uang tunai dan lancarnya perputaran uang untuk kelangsungan ekonomi perusahaan. C. Jangka waktu pembayaran Jangka waktu pembayaran dihitung pada hari setelah pelanggan melakukan pemesanan/ pembelian. Dari jangka waktu yang diberikan perusahaan, masingmasing pelanggan membayar dalam waktu yang berbeda-beda. Misalnya jangka waktu pembayaran ialah 2 minggu. Ada pelanggan yang membayar pada hari ke 10 setelah pemesanan, namun ada juga yang membayar pada hari terakhir dari batas waktu (hari ke-14). Perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
yang membayar sebelum jangka waktu pembayaran yang ditetapkan. D. Ketepatan waktu pembayaran Waktu pembayaran dianggap tepat waktu apabila pelanggan membayar dalam waktu kurang dari atau sama dengan waktu pembayaran yang ditetapkan. Apabila pembayaran melebihi batas waktu yang ditetapkan, maka dapat merugikan perusahaan karena dapat menghambat perputaran uang dalam perusahaan. Tentunya perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang membayar tepat waktu (tidak melebihi jangka waktu pembayaran). E. Tenggang waktu pengiriman Pihak pelanggan menentukan jangka waktu pengiriman barang (dalam hari). Ada pelanggan yang menginginkan tenggang waktu pengiriman hanya 1 hari, namun ada yang memperbolehkan tenggang waktu pengiriman selama 3 hari. Dari pihak perusahaan lebih menginginkan pelanggan yang memberikan tenggang waktu pengiriman yang lebih lama, karena bila terjadi ketidaklancaran produksi, perusahaan masih dapat mengirim tanpa komplain keterlambatan oleh pelanggan. F. Kemudahan pengiriman barang Pengiriman barang dilakukan oleh perusahaan. Masing-masing pelanggan memiliki tingkat kemudahan dan kesulitan dalam proses pengiriman barang. Pelanggan yang berada di daerah Jakarta dengan yang berada di luar kota, tentu memiliki proses pengiriman yang berbeda. Pihak perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang proses pengiriman barangnya lebih mudah. G. Kemudahan komunikasi Mudahnya berkomunikasi antara perusahaan dengan pihak pelanggan menjadi salah satu pertimbangan dalam bekerja sama. Apabila perusahaan ingin memberikan informasi atau terjadi kendala dalam pengiriman barang, komunikasi yang baik antara kedua belah pihak dapat memperlancar kerjasama dan proses pembelian barang. Tingkat kemudahan komunikasi dapat diketahui dari riwayat perusahaan bekerjasama dengan masing-masing pelanggan. H. Lama menjalin kerjasama Masing-masing pelanggan sudah bekerja sama sejak beberapa tahun, bahkan puluhan tahun yang lalu. Lamanya pelanggan menjalin kerjasama dengan perusahaan akan menciptakan hubungan kedekatan yang lebih erat. Oleh karena itu, kriteria lama menjalin kerjasama menjadi pertimbangan dalam menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan. Perusahaan akan berusaha memprioritaskan pelanggan yang telah lama menjalin kerjasama dan memiliki hubungan kedekatan yang lebih baik dengan perusahaan. Alternatif: 5 perusahaan yang memesan produk dari PT Tembaga Mulia Semanan,.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Struktur Hirarki Penentuan Urutan Pengerjaan Pesanan Pelanggan
U R U T A N P E N G E R J A A N P E S A N A N
Jumlah pesanan pelanggan Jangka waktu pembayaran
PT Supreme Cable (SUCACO)
Cara Pembayaran
PT Voksel Electric
Ketepatan waktu pembayaran
PT KEL Indonesia
Tenggang waktu pengiriman
PT Pirelli Cable Indonesia
Kemudahan pengiriman barang
PT Jembo Cable
Kemudahan komunikasi Lama menjalin kerjasama
Gambar 3. Struktur Hirarki Penentuan Urutan Pengerjaan Pesanan Pelanggan
Langkah selanjutnya, dibuat kuesioner perbandingan berpasangan yang diisi oleh beberapa pakar di perusahaan, yaitu bagian sales and delivery, accounting and finance dan bagian production. Setelah itu dilakukan uji konsistensi jawaban kuesioner dengan bantuan software Expert Choice 2000. Jawaban dari seluruh pakar yang sudah konsisten lalu dicari matriks gabungannya dengan menggunakan geomeans. Tabel 1. Penilaian Tingkat Kepentingan Gabungan untuk Perbandingan Antar Kriteria Pakar Kriteria A terhadap B A terhadap C A terhadap D A terhadap E A terhadap F A terhadap G A terhadap H B terhadap C
1 7 5 5 3 3 5 9 0.3333
2 0.3333 0.2 0.14286 7 7 3 3 1
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-6
3 7 7 3 0.3333 5 7 9 0.3333
Geo means 2.5372 1.9129 1.2892 1.9129 4.7177 4.7177 6.2403 0.4807
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 B terhadap D B terhadap E B terhadap F B terhadap G B terhadap H C terhadap D C terhadap E C terhadap F C terhadap G C terhadap H D terhadap E D terhadap F D terhadap G D terhadap H E terhadap F E terhadap G E terhadap H F terhadap G F terhadap H G terhadap H
0.3333 0.2 0.2 0.3333 3 0.3333 0.2 0.3333 3 5 0.3333 0.3333 3 7 3 5 7 5 7 5
0.3333 9 9 5 5 0.3333 7 7 5 5 9 7 5 5 0.3333 0.2 0.2 0.2 0.3333 3
0.2 0.14286 0.3333 3 5 0.3333 0.2 0.3333 3 5 0.3333 3 5 7 5 7 9 3 7 3
0.2811 0.6359 0.8434 1.7100 4.2172 0.3333 0.6542 0.9196 3.5569 5.0000 1.0000 1.9129 4.2172 6.2573 1.7100 1.9129 2.3270 1.4422 2.5372 3.5569
Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan antar kriteria A
B
C
D
E
F
G
H
Eigen
A
1
2.5372
1.9129
1.2892
1.9129
4.7177
4.7177
6.2403
0.2603
B
0.3941
1
0.4807
0.2811
0.6359
0.8434
1.7100
4.2172
0.0845
C
0.5228
2.0801
1
0.3333
0.6542
0.9196
3.5569
5.0000
0.1220
D
0.7757
3.5569
3.0000
1
1.0000
1.9129
4.2172
6.2573
0.2190
E
0.5228
1.5726
1.5286
1.0000
1
1.7100
1.9129
2.3270
0.1366
F
0.2120
1.1856
1.0874
0.5228
0.5848
1
1.4422
2.5372
0.0888
G
0.2120
0.5848
0.2811
0.2371
0.5228
0.6934
1
3.5569
0.0584
H
0.1602
0.2371
0.2000
0.1598
0.4297
0.3941
0.2811
1
0.0304
Melakukan uji konsistensi matriks gabungan perbandingan berpasangan antar kriteria, dengan mencari nilai WSV (Weighted Sum Vector) dengan mengalikan matriks gabungan dengan nilai eigen dan membagi matriks hasil dengan nilai eigen. Menghitung Consistency Vector dengan merata-ratakan nilai weighted sum vector. Menghitung nilai Consistency Index Menghitung nilai Consistency Ratio. Diperoleh nilai CR (=0.037) < 0.1 maka penilaian tingkat kepentingan dikatakan konsisten. Dengan cara yang sama dilakukan untuk matriks gabungan perbandingan berpasangan antar alternatif.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Tabel 3. Nilai Eigen Keseluruhan A Bobot K Kriteria A 0.2603 B 0.0845 C 0.1220 D 0.2190 E 0.1366 F 0.0888 G 0.0584 H 0.0304
PT Supreme Cable (SUCACO) 0.4781 0.0809 0.0769 0.0913 0.2328 0.4690 0.4608 0.4272
PT Voksel Electric 0.1398 0.0460 0.0421 0.1442 0.2505 0.1034 0.1569 0.2171
PT Pirelli Cable Indonesia 0.0406 0.1390 0.1973 0.1394 0.3955 0.0472 0.2302 0.0471
PT KEL Indonesia 0.0985 0.3258 0.2660 0.1945 0.0615 0.0816 0.0677 0.0791
PT Jembo Cable 0.2429 0.4084 0.4176 0.4306 0.0597 0.2987 0.0844 0.2297
Dari hasil perkalian nilai eigen seperti yang dilihat pada bagan diatas, selanjutnya dihitung perkalian antara matriks nilai eigen masing-masing alternatif dengan matriks nilai eigen kriteria sehingga didapatkan urutan berdasarkan nilai eigen terbesar ke terkecil. Hasil urutan pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya ialah: Tabel 4. Urutan Pelanggan
Nama Pelanggan PT Jembo Cable PT Supreme Cable (SUCACO) PT KEL Indonesia PT Pirelli Cable Indonesia PT Voksel Electric
Nilai Eigen 0.2896 0.2740 0.1503 0.1500 0.1362
Urutan ke1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA Kadarsah Suryadi. 2006. Fleksibilitas Pengembangan Analytic Hierarchy Process (AHP) Dalam Kombinasi Dengan Model Keputusan Non-AHP. Halaman 1-3. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Kadarsah Suryadi dan Ali Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Saaty, Thomas L. 1988. Decision Making for Leaders. RWS Publication. USA.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-22-8