perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANAN DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh FATHUL MUNIR NIM. E1107024
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
FATHUL MUNIR, E1107024, 2011, PERANAN DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KOPERASI SIMPAN PINJAM, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam dan hambatannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris dan bersifat deskriptif. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, observasi dan wawancara. Teknik analisis data secara kualitatif induktif. Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan koperasi simpan pinjam dengan cara memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara berkala melalui laporan keuangan atau kinerja koperasi yang bersangkutan dan melakukan pembinaan secara menyeluruh yang menyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Sedangkan pengawasan koperasi simpan pinjam dengan cara pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam. Hambatan dalam pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam Kota Surakarta adalah tidak disiplinnya pengurus koperasi dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta menghubungi pengurus koperasi simpan pinjam yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta melakukan investigasi mendalam untuk memastikan kebenaran perhitungan laporan keuangan koperasi simpan pinjam. Kata kunci : Koperasi, Pembinaan dan Pengawasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
FATHUL MUNIR, E1107024, 2011, THE ROLE OF DINAS KOPERASI AND USAHA MIKRO KECIL MENENGAH IN THE CITY SURAKARTA GUIDANCE IN IMPLEMENTING AND MONITORING CREDIT UNIONS, FACULTY OF LAW IN SEBELAS MARET UNIVERSITY.
This study aims to determine the role of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta in implementing guidance and monitoring of credit unions and resistance. This study uses empirical and descriptive approach. Type of data include the primary data and secondary data. Data collection techniques to the study of literature, observation and interviews. Qualitative data analysis techniques are inductive. Role of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta in implementing development credit unions in a way to monitor developments on a regular basis the activities of savings and loans through the financial statements or performance of the cooperative in question and conduct a through coaching about organization, business, financial administration and implementation of development programs to member. While the supervision of credit unions by way of guidance, monitoring, examination and health assessment of Credit Unions. Barriers in the guidance and supervision of savings and credit cooperatives are not disciplined Surakarta cooperative management in the financial report savings and credit cooperatives quarterly and annual reports to the office of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta, savings and loan cooperative management in making financial reports are not in accordance with the conditions in fact. Solutions to overcome these constraints the Office of Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah the City Surakarta official contacted the relevant credit unions to quickly submit financial statements quarterly savings and credit cooperatives and the annual, the office of Dinas Koperasi and Usaha Mikro Kecil Menengah Surakarta City in dept investigation to ensure the correctness of financial statements computation savings and credit cooperatives. Key words : Cooperative, Guidance and Monitoring
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
“Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita dan berusaha mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian luar biasa” (Hamka)
Pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ada kerjasama antara anak, orangtua, dan guru (K.H. Dewantara)
Harapanku adalah masa depanku jadikanlah pengalamanmu sebagai pelajaran kehidupan
Keyakinan adalah modal kemenangan (Fathul Munir)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta diiringi rasa syukur kehadirat Illahi Rabbi, penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul “PERANAN DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ” dapat penulis selesaikan dengan lancar. Penyusunan penulisan hukum skripsi ini mempunyai tujuan yang utama untuk melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S-1) dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisanya, namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil, sehingga penulisan hukum (Skripsi) ini dapat diselesaikan, terutama kepada : 1.
Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya;
2.
Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya hingga akhir jaman;
3.
Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;
4. Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini; 5. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv ABSTRAK ........................................................................................................
v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR BAGAN............................................................................................. xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
E. Metode Penelitian ......................................................................
5
F. Sistematika Penulisan ..............................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ......................................................................... 10 1. Tinjauan Umum tentang Perkoperasian di Indonesia....... 10 a. Sejarah Perkoperasian di Indonesia ............................... 10 b. Pengertian Koperasi ....................................................... 15 c. Landasan dan Asas Koperasi ......................................... 16 d. Tujuan Koperasi ............................................................ 17 e. Nilai dan Prinsip-Prinsip Koperasi ................................ 19 commit to user f. Jenis Koperasi ................................................................ 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Proses Pendirian Koperasi ............................................. 20 f. Struktur Organisasi Koperasi ......................................... 22 2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam ................................................................................... 25 a. Bentuk Organisasi Koperasi Simpan Pinjam ................. 26 b. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam ............................... 26 c. Jaringan Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam ............... 27 d. Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam ........................... 28 e. Permodalan Usaha Koperasi Simpan Pinjam ................. 31 f. Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam ...................... 32 g. Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam………………... 34 3. Tinjauan tentang Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam ...................................................................... 35 a. Konsep Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam ............................................................... 35 b. Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam ............................................................... 37 4. Tinjauan tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam .................................................................................... 51 a. Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam terdiri dari Tujuan, Sasaran dan Landasan Kerja ............................................................................... 51 b. Ruang Lingkup Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam............................................................... 53 c. Penetapan Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam ............ 54 5. Tinjauan tentang Efektivitas Hukum Perkoperasian ........ 58 commit to user B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ........................................................ 62 1. Sejarah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ...................................................... 62 2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta .................................. 63 3. Visi Misi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ....................................................... 63 4. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ....................................................... 64 5. Sasaran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ....................................................... 65 6. Strategi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ....................................................... 65 7. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................................. 66 B. Hasil Penelitian ........................................................................... 67 1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 67 a. Pembinaan ...................................................................... 67 b. Pengawasan .................................................................... 70 2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 76 a. Hambatan ....................................................................... 76 b. Solusi .............................................................................. 76 commit to user C. Pembahasan ................................................................................ 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 78 a. Pembinaan ...................................................................... 78 b. Pengawasan .................................................................... 81 2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta ............................. 84 BAB IV PENUTUP A. Simpulan..................................................................................... 87 B. Saran ........................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan .1. Kerangka Pemikiran Bagan .2. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Kota Surakarta
commit to user
Menengah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi saat ini sangatlah dinamis. Koperasi sebagai badan usaha diarahkan dan didorong untuk ikut berperan meningkatkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Sehingga koperasi memiliki andil besar sebagai wadah kegiatan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, koperasi mendapat tempat tersendiri di hadapan Pemerintah untuk kemajuan dan perkembanganya. Dengan berkembangnya koperasi, diharapkan kesejahteraan rakyat akan lebih meningkat. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar koperasi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu menyejahterakan anggotanya. Seiring dengan harapan Pemerintah tersebut,
sekarang ini banyak sekali koperasi
yang
bermunculan. Semuanya menawarkan berbagai produk yang akan menyejahterakan siapa saja yang bergabung dengannya. Demi tertibnya kegiatan perkoperasian dan demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka semua kegiatan koperasi di Indonesia akan di pantau oleh Pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah tidak terjun langsung ke lapangan memantau satu per satu semua koperasi yang ada di Indonesia. Untuk efisiensi maka Pemerintah menugas bantukan kepada Pemerintah Daerah yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah untuk memantau jalannya kegiatan perkoperasian di daerah masing-masing. Dinas ini berfungsi memantau kegiatan suatu koperasi dari berdirinya sampai pada saat koperasi tersebut harus ditutup atau digabung dengan koperasi lain karena sebab tertentu. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah memiliki hak penuh untuk mengetahui apa saja mengenai kegiatan usaha koperasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah memiliki peranan penting terhadap koperasi. Peranan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai pembinaan dan pengawasan. Yang dimaksud pembinaan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah adalah untuk membina koperasi agar lebih maju dan berkembang dalam menjalankan kegiatan perkoperasian serta mengawasi dan memberi arahan kepada koperasi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang di hadapi koperasi. Menjalankan pembinaan dan pengawasan bukan berarti Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah terlalu intervensi terhadap urusan internal koperasi. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tetap menghormati asas koperasi yaitu kemandirian koperasi dalam menjalankan kegiatannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah adalah mengontrol kegiatan perkoperasian agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum-oknum koperasi pada saat menjalankan kegiatan perkoperasian. Apabila peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi berjalan dengan baik, maka diharapkan akan tercipta suatu koperasi yang sehat dan benar-benar dapat mewujudkan cita-cita koperasi yaitu menyejahterakan anggotanya. Berdasarkan uraian yang telah disebut di atas maka penulis ingin mengetahui dan merinci lebih detail mengenai bagaimana peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam. Selain untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam, melalui penelitian ini penulis juga akan menjelaskan mengenai hambatan-hambatan dan upaya yang dihadapi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam to user koperasi simpan pinjam. Untuk melaksanakan pembinaan commit dan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu peneliti tertarik untuk menulis suatu penelitian hukum dengan judul Peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam. B. Rumusan Masalah Dalam suatu penulisan ilmiah yang akan dilakukan itu selalu berangkat dari suatu masalah. Disini rumusan masalah dimaksudkan untuk penegasan
masalah-masalah
yang
akan
diteliti
sehingga
dapat
mempermudah dalam suatu pengerjaan dan tepat pada sasaran. Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara teoritis dan sistematis. Dengan cara seperti ini dapat memberikan gambaran-gambaran yang jelas dan dapat mempermudah pemahaman terhadap permasalahan serta mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam ? 2. Apakah hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam dan bagaimana solusinya ? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian diharuskan adanya tujuan-tujuan yang akan dicapai dengan memberikan suatu arah dalam melangkah sesuai maksud penelitian. Tujuan ini saling berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam; b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam dan bagaimana Solusinya. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lengkap dan bahan hukum sebagai menyusun penulisan hukum (skripsi), sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta; b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum didalam teori dan praktek lapangan hukum yang berarti bagi penulis sendiri khususnya dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya. D. Manfaat Penelitian Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang diperoleh terutama bagi bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang hukum perkoperasian khususnya mengenai pembinaan dan pengawasan pada koperasi simpan pinjam. 2. Manfaat Praktis Mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama to user mengikuti kuliah di commit Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta dan sebagai bahan masukan dan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya. E. Metode Penelitian Metodologi berasal dari kata “methodology” (Bahasa Inggris), sedangkan kalau berasal dari bahasa Yunani itu “methodos” dan “logos”. Dimana methodos diartikan sebagai jalan atau cara yang teratur, sedangkan Logos sendiri berarti pembicaraan. Jadi, Methodologi dapat diartikan sebagai tata cara keilmuan atau tata cara berdasarkan ilmu yang disebut “ilmu tentang tata cara” (Soerjono Soekanto, 2006:5). Metode penelitian pada dasarnya memberikan suatu pedoman mengenai tata cara yang mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2006:6). Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah, karena mutu, kualitas dan validitas dari suatu penelitian ilmiah itu sangat ditentukan oleh ketepatan dalam penggunaan metode penelitian. 1. Metode Pendekatan Penelitian
ini
menggunakan
metode
pendekatan
empiris.
Pendekatan empiris dimaksudkan untuk memberikan jawaban akan suatu permasalahan, keadaan, atau gejala-gejala yang diperolah langsung melalui penelitian, yaitu tentang peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam. 2. Jenis Penelitian Menurut sifat dan maksud yang terkandung didalamnya dan sebagai upaya memberikan suatu gambaran-gambaran yang mendetail mengenai peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam. Maka penelitian ini termasuk jenis penelitian yang deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif commit to user menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya” (Soerjono Soekanto, 2006:10). 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis telah mengambil lokasi penelitian di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. 4. Jenis Data Adapun jenis data yang akan digunakan oleh penulis dalam malaksanakan penelitian ini ada 2 (dua) jenis, yaitu : a. Data Primer Data Primer merupakan suatu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari lapangan atau lokasi penelitian, dimana penulis tersebut melaksanakan penelitian di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dan berfungsi sebagai penunjang atau pendukung data primer, dimana data sekunder ini meliputi : buku-buku, literatur, arsip-arsip, perundang-undangan, majalah dan dokumen-dokumen resmi, yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. 5. Sumber Data Adapun sumber data yang akan digunakan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini, ada 2 (dua) jenis sumber data yang akan digunakan yaitu : a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang meliputi keterangan-keterangan atau informasi data yang relevan. Dalam hal ini penulis memperoleh sumber data primer dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dan responden di beberapa koperasi simpan pinjam. b. Sumber Data Sekunder Peneliti menggunakan sumber data sekunder, dimana sumber data sekunder yang diperoleh peneliti itu mengambil dari buku-buku, arsip-arsip, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 6. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka teknik pengumpulan data primer yang digunakan peneliti yaitu: a. Wawancara atau interview Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, dengan melakukan percakapan secara langsung yang berupa tanya jawab antara peneliti dengan subyek penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh berbagi keterangan atau jawaban yang akan dibenarkan dalam penelitian. Adapun subyek penelitian yang dimaksud oleh penulis yaitu Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. b. Observasi Observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengamati langsung terhadap obyek penelitian dengan tujuan untuk mengtahui keadaan yang sesungguhnya. Jadi dalam melakukan observasi, penulis langsung terjun ke lapangan yang bertempat di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan mempelajari buku-buku, arsip-arsip, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan suatu masalah yang diteliti. 7. Teknik Analisa Data. Analisis data itu merupakan tahap yang sangat berperan penting dalam suatu penelitian, karena analisis data itu sangat menentukan kualitas dari hasil penelitian tersebut. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, dimana data-data yang dihasilkan dalam penelitian ini memberikan gambaran yang jelas menurut apa adanya atau kenyataan yang ada sesuai dalam praktek yang terjadi di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Maka analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun yang dimaksud analisis kualitatif yaitu “suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis dan perilaku nyata, yang diteliti dan yang dipelajari adalah objek penelitian yang utuh (Soerjono Soekanto, 2006:32). Dalam hal ini analisis data yang digunakan penulis yaitu Analisis data kualitatif induktif, yang berarti suatu analisis dari masalahmasalah yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan menjadi masalah yang bersifat umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini dapat diikuti penalarannya, maka disusun sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalahan,
tujuan
penelitian,
kerangka
konsepsional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menyajikan landasan teori tentang tinjauan umum tentang perkoperasian di Indonesia, tinjauan tentang koperasi simpan pinjam, tinjauan tentang pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam, tinjauan tentang efektivitas hukum perkoperasian.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan mencoba untuk menyajikan penelitian dan pembahasan tentang peranan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam.
BAB IV
PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisikan simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dari perumusan masalah dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut, saran-saran dibuat harus bersifat konkrit, membangun dan jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tinjauan Umum tentang Perkoperasian di Indonesia a. Sejarah Perkoperasian di Indonesia Pada tanggal 16 Desember 1895, Raden Arya Wiraatmadja, Patih Purwokerto mendirikan De Purwokertosche Hulpen Spaarbank Der Irlansdche (Bank Bantuan dan Simpanan Purwokerto), atau lebih dikenal dengan sebutan Bank Priyayi Purwokerto. Bank ini didirikan untuk membantu pegawai pemerintah (Priyayi) terlepas dari jeratan lintah darat. Muhammad Hatta berpendapat, bahwa Bank Priyayi Purwokerto bukan merupakan Bank koperasi. Meskipun demikian, pendirian Bank tersebut telah menggerakkan hati Asisten
Residen
De
Wolff
Van
Westerrode
untuk
mengembangkan koperasi-koperasi kredit dikalangan petani diseluruh Karisidenan Tanjung Mas. De Wolff Van Westerrode ingin mengembangkan koperasi kredit model Raiffeisen seperti yang pernah dilihatnya di Jerman. Tetapi upaya untuk mengembangkan
koperasi
model
Raiffeisen
ini
tidak
terlaksana. Menurut Ir. Ibnoe Soedjono kegagalan ini disebabkan karena adanya kesenjangan kultural (cultural gap) antara lingkungan ekonomi modern (tempat lahir koperasi Raiffeisen) dan lingkungan ekonomi tradisional di jawa dengan sistem gotong royong yang sifatnya sosial, De Wolff Van Westerrode
kemudian
melakukan
reorganisasi
dengan
mengubah nama Bank yang didirikan Raden Arya Wiraatmaja itu menjadi Purwokertosche Hulp Spaar en Landbouwercredit Bank (Bank bantuan dan simpanan serta kredit petani Purwokerto). Bersamaan dengan pelunasan Bank itu, diseluruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karisidenan Banyumas didirikan 250 lumbung desa yang bertugas memberikan kredit dalam bentuk padi. Berdirinya
Bank
Priyayi
Purwokerto
mendorong
pemerintah untuk mendirikan Volkscredit Bank (Bank Kredit Rakyat) diseluruh Jawa dan Madura. Pada Tahun 1934, semua Volkscredit Bank disatukan menjadi Algeneene Volkscredit Bank yang memiliki cabang seluruh Indonesia. Volkscredit Bank inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Bank Rakyat Indonesi (BRI). Pengembangan cita-cita koperasi di kalangan masyarakat Indonesia dimulai pada Tahun 1908, oleh Budi Utomo. Berdasarkan pemikiran bahwa rakyat yang lemah ekonominya tidak akan membentuk negara yang kuat, maka organisasi gerakan
nasional
menganjurkan
pembentukan
koperasi
dikalangan rakyat atau membentuk sendiri koperasi-koperasi. Budi Utomo dan Serikat Dagang Islam (kemudian menjadi Serikat Islam) membentuk koperasi-koperasi rumah tangga atau toko koperasi (koperasi konsumen) yang disebut “Toko Andeel”, tetapi karena pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola koperasi konsumen masih sangat kurang maka koperasi-koperasi tersebut tidak bertahan lama. Melihat
perkembangan
koperasi
yang
semakin
memasyarakat, maka Pemerintah Hindia Belanda memandang perlu untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan perkoperasian. Belanda mengeluarkan Undang-Undang No 431 Tahun 1915 yang isinya antara lain : harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi, sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa, harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral, dan proposal pengajuan harus berbahasa Belanda. Peraturan tersebut commit to user dirasakan sangat rumit dan mahal bagi rakyat Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian Pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi koperasi yang yang terdiri dari 7 orang Belanda dan 3 orang Indonesia.
Komisi
ini
bertujuan
untuk
menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan bagi koperasi di Indonesia atas rekomendasi komisi koperasi. Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 1927. UndangUndang baru ini jauh lebih ringan dibanding Undang-Undang No. 431 Tahun 1915, antara lain: hanya membayar 3 gulden untuk meterai, sistem usaha sesuai dengan hukum dagang masing-masing daerah, perizinan bisa diperoleh di daerah setempat, dan proposal pengajuan bisa menggunakan bahasa daerah. Pada tahun 1927, dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studieclub intelektual
yang menghimpun segolongan yang
antara
lain
kredit
mempelajari
kaum
masalah
perkoperasian. Pada Tahun 1926, Partai Nasional Indonesia menyelenggarakan
konggres
di
Jakarta.
Konggres
ini
membangkitkan kembali semangat berkoperasi masyarakat Indonesia dan mendorong berdirinya banyak koperasi di Jawa. Kebangkitan koperasi ini mencapai puncaknya pada Tahun 1932, setelah itu koperasi mengalami kemunduran. Hal ini menunjukkan dasar-dasar yang dimiliki koperasi-koperasi tersebut masih lemah. Pada tahun 1933 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1933 yang mirip UndangUndang No.431 Tahun 1915. Dengan dikeluarkanya peraturan ini, maka di Hindia Belanda berlaku dua peraturan, yaitu: Undang-Undang No.21 Tahun 1933 dan Undang-Undang No.91 Tahun 1927. Pada masa pendudukan Jepang Tahun 1942, Kantor Pusat commit Jawatan Koperasi danto user Perdagangan dalam Negeri dibuka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kembali dengan nama Syomin Kumiai Tyo Dyi Musyo, sedangkan kantor-kantor di daerah menjadi Syomin Kumiai Tyo Sandansyo. Pemerintah militer Jepang masih memakai Undang-Undang No. 91 Tahun 1927 tentang perkoperasian dan mengeluarkan Undang-Undang No 23 yang mengatur tata cara pendirian perkumpulan dan penyelenggaraan persidangan, antara lain disebutkan bahwa untuk mendirikan perkumpulan termasuk koperasi harus mendapat izin Shuchokan (setara dengan residen). Pada tanggal 1 Agustus Tahun 1944 Pemerintah Jepang mendirikan kantor perekonomian rakyat. Dengan berdirinya kantor ini, maka jawatan koperasi menjadi bagian dari kantor perekonomian rakyat yang diberi nama Kumiai. Kumiai bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan koperasi. Kumiai oleh Pemerintah Jepang digunakan untuk membagikan barang-barang kepada rakyat, dan untuk mengumpulkan hasil bumi untuk keperluan perang Tentara Jepang. Pada Tahun 1945, dengan lahirnya Kemerdekaan Republik Indonesia, maka semangat Koperasi bangkit kembali. Ada 2 pengaruh yang tampak menggebu dalam menggerakkan yaitu semangat mendirikan koperasi secara besar-besaran untuk mencari keuntungan tanpa mengindahkan dasar-dasar koperasi yang benar, dan pengaruh jiwa Kumiai yang menghendaki terbentuknya koperasi distribusi. Pada tanggal 11–14 Juli Tahun 1947, orang-orang yang menghendaki tumbuh dan berkembangnya koperasi-koperasi dengan dasar-dasar yang murni kemudian menyelenggarakan Konggres Koperasi Indonesia I di Tasik Malaya. Dalam Konggres Koperasi Indonesia I ini dibentuk Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang kemudian hari commit to user menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) keputusan-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keputusan lain yang diambil adakah menetapkan tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi dan mengukuhkan gotong royong sebagai asas koperasi. Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI mempunyai peran besar dalam menggerakkan dan mengembangkan koperasi di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam konggres besar koperasi seluruh Indonesia II di Bandung Tahun 1953, Muhammad Hatta dinobatkan sebagai
Bapak Koperasi
Indonesia. Sejak itu gerakan koperasi mengalami konsolidasi dalam arti ideologis maupun organisasi. Apalagi setelah menjadi Anggota Internasional Cooperative Alliance (ICA) pada Tahun 1956. Perkembangan kemerdekaan
pada
Undang-Undang Perkoperasian Tahun
1949
Pemerintah
setelah
Indonesia
mengganti Undang-Undang No 91 Tahun 1927 dengan Undang-Undang No 179 Tahun 1949 yang pada hakekatnya adalah penerjemahan Undang-Undang No 21 Tahun 1927. Pada Tahun 1958 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 79 Tahun 1958 dan mencabut Undang-Undang No 179 Tahun 1949. Undang-Undang No 79 ini adalah UndangUndang yang dibuat berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara Pasal 38 (kemudian menjadi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33). Setelah Dekrit Presiden 5 Juli Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 1959 untuk menyesuaian fungsi Undang-Undang No 79 Tahun 1958 dengan haluan pemerintah dalam rangka melaksanakan demokrasi ekonomi terpimpin. Pada Tahun 1965 pemerintah mengganti Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1959 dengan commit user 1965. Undang-Undang baru ini Undang-Undang No 14toTahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat dipengaruhi oleh konsep pemikiran komunisme. Hal ini tampak dari konsepsi dan aktifitas koperasi yang harus mencerminkan gotong royong berporos NASACOM. UndangUndang No 14 Tahun 1965 hanya bertahan 2 bulan karena setelah itu terjadi peristiwa G-30S/PKI dan lahirnya Orde Baru. Setelah 2 tahun koperasi dikembangkan tanpa undangundang, karena pengganti undang-undang yang lama belum ada, maka pada Tahun 1967 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Pada Tahun 1992 pemerintah mencabut Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 karena dianggap sudah tidak relevan lagi dan mengeluarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang-undang ini berlaku sampai sekarang. (http://bambangpudjiyanto.com/article/sejarahperkoperasian diindonesia.html). b. Pengertian Koperasi Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu cooperatives; merupakan gabungan dua kata Co dan Operation. Dalam bahasa Belanda disebut Cooperatie, yang artinya adalah kerja bersama. Dalam Bahasa Indonesia di lafalkan menjadi koperasi. Sedangkan koperasi diartikan sebagai suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan
orang-orang
atau
badan-badan
yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada dengan berkerjasama secara kekeluargaan
menjalankan
mempertinggi
kesejahteraan
suatu
usaha
jasmaniah
(Sutantya Rahardja Hadhikusuma 2000:1). commit to user
dengan para
tujuan
anggotanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pada Bab I ketentuan umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. c. Landasan dan Asas Koperasi Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, “Landasan Koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainya”. Koperasi di Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut: 1) Landasan Idiil Sesuai dengan Bab II Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai landasan koperasi Indonesia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilainilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya. 2) Landasan Strukturil Sesuai dengan bab II Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 menempatkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan strukturil koperasi Indonesia. Sebagaimana yang termuat dalam ayat 1 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah commit koperasi. Artinya, semangat usaha bersama to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasar atas kekeluargaan itu pada mulanya adalah semangat koperasi. 3) Landasan Operasional a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992; b) Anggaran
Dasar dan
Anggaran
Rumah
Tangga
(AD/ART). 4) Landasan Mental a) Kesadaran pribadi; b) Kesetiakawanan. 5) Asas Koperasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992,
Pasal 2,
menetapkan kekeluargaan sebagai asas koperasi. Disatu pihak, hal itu sejalan dengan penegasan ayat 1 Pasal 33 Undang-Undang
Dasar
1945
beserta
penjelasannya
sebagaimana telah dikemukakan diatas. Sejauh bentukbentuk perusahaan lainya tidak dibangun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainya. d. Tujuan Koperasi Menurut Andjar Pachta, koperasi mengandung dua unsur yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan (Andjar Pachta W., et al 2005 : 21). Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan commit to user unsur-unsur ekonomi seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakannya sistem pembukuan yang baku, diadakanya pemeriksaan
secara
periodik,
adanya
cadangan,
dan
sebagainya. Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti kedermawanan (Philantropis), tetapi lebih untuk menerangkan kedudukan anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan jasanya, serta menolong diri sendiri (Andjar Pachta W., et al 2005 : 22). Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun1992 tentang Perkoperasian Pasal 3 disebutkan bahwa,”koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Berdasarkan bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 itu, dapat disaksikan bahwa tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut. 1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya; 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat; dan 3) Turut Serta membangun tatanan perekonomian nasional. Dari ketiga tujuan tersebut, mudah dimengerti bila koperasi mendapat
kedudukan
yang
sangat
terhormat
dalam
perekonomian Indonesia. Ia tidak hanya merupakan satusatunya
bentuk
perusahaan
yang
secara
konstitusional
dinyatakan sesuai susunan perekonomian
yang hendak
dibangun di negeri ini, tapi juga dinyatakan sebagai soko guru commit to user perekonomian nasional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Nilai dan Prinsip-Prinsip Koperasi Menurut Andjar Pachta, Nilai-nilai yang menjadi dasar koperasi adalah kemandirian, bertanggung jawab, demokrasi, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas. Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama (Andjar Pachta W., et al 2005 : 23). Prinsip-prinsip Koperasi Menurut Andjar Pachta Koperasi adalah organisasi sukarela,
terbuka
kepada
semua
orang
untuk
dapat
menggunakan pelayanan yang diberikannya dan mau menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, sosial, suku, politik, atau agama (Andjar Pachta W., et al 2005 : 23-25). 1) Sukarela dan Terbuka; 2) Kontrol Anggota Demokratis; 3) Partisipasi Ekonomi Anggota; 4) Otonomi dan Independen; 5) Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi; 6) Kerjasama Antar Koperasi. Menurut Daniel Asnur, Prinsip Koperasi merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakannya dari usaha lain (Daniel Asnur, Vol 4, 2009 : 37-61). Prinsip-prinsip Koperasi menurut Daniel Asnur yaitu : 1) Keanggotaan sukarela dan terbuaka; 2) Pengendalian oleh anggota secara demokratis; 3) Partisipasi ekonomi anggota; 4) Otonomi dan kebebasan; 5) Pendidikan dan pelatihan serta informasi; to user 6) Kerjasama commit antar koperasi;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Kepedulian terhadap komunitas. f. Jenis Koperasi Jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha, jenis anggota, profesi anggota, fungsi/tujuan, dan kebutuhan koperasi itu sendiri. Pada dasarnya koperasi itu dapat dibedakan menjadi 2 jenis besar, yaitu jenis koperasi yang dibedakan berdasarkan kegiatan usaha dan jenis koperasi berdasarkan keanggotaannya (Andjar Pachta W., et al 2005:2526). Pada dasarnya jenis koperasi dapat dibedakan menjadi 4, yaitu : 1) Koperasi
Konsumsi
(menyediakan
barang
konsumsi
anggota); 2) Koperasi Produksi (menghasilkan barang bersama); 3) Koperasi Simpan Pinjam (menerima tabungan dan memberi pinjaman); 4) Koperasi Serba Usaha (campuran). Jenis
koperasi
berdasarkan
tingkatannya,
dibedakan
menjadi dua, yaitu: 1) Koperasi Primer (anggotanya masih perseorangan); 2) Koperasi
Sekunder
(gabungan
koperasi
atau
induk
koperasi) (Andjar Pachta W., et al 2005:25-26). g. Proses Pendirian Koperasi Menurut Andjar Pachta, syarat utama pendirian sebuah koperasi seperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 yaitu hanya memerlukan calon pendiri sebanyak minimal 20 (dua puluh) orang; dan dua puluh orang tersebut kemudian dapat menjadi anggota semua, dan di antara mereka dapat dipilih menjadi anggota pengurus, maupun anggota commit to user pengawas. Setelah terpenuhi jumlah anggota minimal dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesemua anggota telah memahami betul mengenai: tujuan, hubungan hukum dan aturan main dalam koperasi yang hendak mereka dirikan tersebut, maka proses selanjutnya adalah menuangkan kesepakatan bersama tersebut ke dalam Anggaran Dasar; yang berbentuk akta pendirian koperasi. Didalam Anggaran Dasar tersebut, para pendiri wajib memuat dan menyatakan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut : 1) Daftar nama pendiri; 2) Nama dan tempat kedudukan koperasi; 3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha; 4) Ketentuan mengenai keanggotaan; 5) Ketentuan mengenai Rapat Anggota; 6) Ketentuan mengenai pengelolaan; 7) Ketentuan mengenai permodalan; 8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; 9) Ketentuan mengenai pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU); 10) Ketentuan mengenai sanksi. Dalam Akta Pendirian atau Anggaran Dasar suatu koperasi yang dibuat (autentik) oleh dan ditandatangani di hadapan notaris harus dicantumkan nama-nama anggota atau orangorang yang dipercaya dan ditunjuk untuk duduk dalam organ manajemen
koperasi,
seperti:
pengurus,
pegelola,
dan
pengawas yang bersedia untuk menjalankan usaha koperasi. Selanjutnya
setelah
semua
pendiri
masing-masing
menandatangani berita acara (minuta) pendirian atau Anggaran Dasar Koperasi di hadapan notaris, maka notaris dalam waktu yang tidak terlalu lama (umumnya 1 (satu) Minggu) akan memberikan salinan akta tersebut kepada semua anggota pendiri. kemudian pengesahan akta pendirian akan diperoleh dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah commit user pengajuan tersebut dantodiumumkan pula dalam Berita Negara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Republik Indonesia. Dalam hal permohonan permintaan pengesahan ditolak, alasan penolakan akan diberitahukan kepada para pendiri (melalui notaris apabila pengajuan sebelumnya melalui notaris) secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pengajuan. Pada saat itulah akan diketahui apakah koperasi tersebut memiliki status badan hukumnya atau tidak (Andjar Pachta W., et al 2005:84-91). h. Struktur Organisasi Koperasi Struktur dan tatanan manajemen Koperasi Indonesia dapat dirunut berdasarkan perangkat organisasi koperasi, yaitu: 1) Rapat Anggota Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi untuk membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi dalam rangka mengambil suatu keputusan dengan suara terbanyak dari para anggota yang hadir. Rapat Anggota adalah salah satu perangkat organisasi koperasi yang merupakan suatu lembaga struktural organisasi koperasi. Segala keputusan yang dikeluarkan Rapat Anggota sebagai lembaga struktural organisasi koperasi mempunyai kekuatan hukum, karena merupakan hasil dari suara terbanyak pemilik koperasi. Hal yang dimaksud juga ditegaskan pada Pasal 22 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu: a) Rapat
Anggota
merupakan
pemegang
kekuasaan
tertinggi dalam koperasi; b) Rapat
Anggota
dihadiri
oleh
anggota
yang
pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Sebagai salah satu lembaga, Rapat Anggota memiliki fungsi, wewenang, commit to aturan user main, dan tata tertib, yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketentuannya bersifat mengikat semua pihak yang terkait. Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan, berwibawa, dan menjadi sumber dari segala keputusan atau tindakan yang dilaksanakan oleh perangkat organisasi koperasi dan para pengelola usaha koperasi. Segala sesuatu yang telah diputuskan oleh rapat anggota harus ditaati dan sifatnya mengikat bagi semua anggota, pengurus, pengawas, dan pengelola koperasi. 2) Pengurus Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha. Idealnya, pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota diharapkan mempunyai kemampuan manajerial, teknis, dan berjiwa wirakoperasi, sehingga pengelolaan koperasi mencerminkan suatu ciri yang dilandasi dengan prinsip-prinsip koperasi. Kedudukan pengurus sebagai penerima mandat dari pemilik koperasi dan mempunyai fungsi dan wewenang sebagai pelaksana keputusan rapat anggota sangat strategis dan menentukan maju mundurnya koperasi. Posisi yang menentukan tersebut merupakan tugas dan wewenang pengurus yang ditetapkan dalam undang-undang,
Anggaran
Dasar/Anggaran
Rumah
Tangga, dan peraturan lainnya yang berlaku dan diputuskan oleh Rapat Anggota. Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Koperasi No. 25 tahun 1992 menyebutkan, bahwa "Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota". 3) Pengawas Pengawas adalah perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandat untuk melakukan pengawasan commit toroda user organisasi dan usaha koperasi. terhadap jalannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengawas organisasi koperasi merupakan suatu lembaga atau badan struktural organisasi koperasi. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 39 ayat (1) pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi, ayat (2) menyatakan pengawas berwenang untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi, dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan. 4) Pengelola Pengelola koperasi adalah mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan profesional. Karena itu, kedudukan
pengelola
adalah
sebagai
pegawai
atau
karyawan yang diberi kuasa dan wewenang oleh pengurus. Dengan demikian, disini berlaku hubungan perikatan dalam bentuk perjanjian ataupun kontrak kerja. Jumlah pengelola dan ukuran struktur organisasinya sangat tergantung pada besarnya usaha yang dikelola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995. Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan. Koperasi simpan pinjam yang selanjutnya disebut KSP adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. Unit simpan pinjam koperasi yang selanjutnya disebut dengan USP adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai bagian dari kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam bentuk tabungan, dan simpanan koperasi berjangka. Simpanan berjangka adalah simpanan di koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dan koperasi simpan pinjam dan atau unit simpan pinjam yang bersangkutan. Tabungan koperasi adalah simpanan di koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati antara penabung dengan koperasi yang bersangkutan dengan menggunakan buku tabungan koperasi. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau to user kesepakatan pinjamcommit meminjam antara koperasi simpan pinjam dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau unit simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. a. Bentuk Organisasi Usaha Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, bentuk organisasi usaha simpan pinjam adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan oleh koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam; 2) Koperasi simpan pinjam dapat berbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder; 3) Unit simpan pinjam dapat dibentuk oleh koperasi primer dan koperasi sekunder. b. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, pendirian koperasi simpan pinjam sebagai berikut : 1) Pendirian koperasi simpan pinjam dilaksanakan sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan
mengenai
persyaratan dan tata cara pengesahan Akta Pendirian dan perubahan Anggaran Dasar koperasi; 2) Permintaan pengesahan Akta Pendirian koperasi simpan pinjam diajukan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : a) Rencana kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun; b) Administrasi dan pembukuan; c) Nama dan riwayat hidup calon Pengelola; d) Daftar sarana kerja. 3) Pengesahan Akta Pendirian koperasi simpan pinjam berlaku sebagai izin usaha. Menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, permintaan Akta Pendirian koperasi yang commitpengesahan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuka unit simpan pinjam diajukan sesuai dengan ketentuan diatas. Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, koperasi yang sudah berbadan hukum dan akan memperluas usahanya di bidang simpan pinjam wajib mengadakan
perubahan
Anggaran
Dasar
dengan
mencantumkan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usahanya.
Tata
cara
perubahan
Anggaran
Dasar
dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pengesahan perubahan Anggaran Dasar berlaku sebagai izin usaha. c. Jaringan Pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, jaringan pelayanan usaha simpan pinjam oleh koperasi di fungsikan untuk : 1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dapat membuka jaringan pelayanan simpan pinjam. 2) Jaringan pelayanan simpan pinjam dapat berupa : a) Kantor cabang yang berfungsi mewakili kantor pusat dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan pemberian pinjaman; b) Kantor cabang pembantu yang berfungsi mewakili kantor cabang dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima permohonan pinjaman tetapi tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian pinjaman; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Kantor kas yang berfungsi mewakili kantor cabang dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana. Menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, kantor cabang harus mempunyai persetujuan dari Menteri. Pembukaan kantor cabang pembantu dan kantor kas tidak diperlukan persetujuan Menteri tetapi harus dilaporkan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) bulan sejak pembukaan kantor. d. Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, pengelolaan usaha simpan pinjam dapat dilakukan oleh sebagai berikut : 1) Pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam dilakukan oleh Pengurus; 2) Pengelolaan dapat dilakukan oleh pengelola yang diangkat oleh pengurus; 3) Pengelola bertanggung jawab kepada pengurus; 4) Pengelola dapat berupa perorangan atau badan usaha, termasuk yang berbentuk badan hukum; 5) Dalam
melaksanakan
pengelolaan,
pengelola
wajib
mengadakan kontrak kerja dengan pengurus. Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995,
pengelola
adalah
perorangan,
wajib
memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut : 1) Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan; 2) Memiliki akhlak dan moral yang baik; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang dalam usaha simpan pinjam. Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, Pengelola adalah badan usaha wajib memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut : 1) Memiliki kemampuan keuangan yang memadai; 2) Memiliki tenaga managerial yang berkualitas baik. Menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, Pengurus secara langsung melakukan pengelolaan terhadap usaha simpan pinjam maka berlaku ketentuan mengenai persyaratan pengelola. Dalam hal
pengelolaan
dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang, maka : 1) Sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah Pengelola wajib mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang dalam usaha simpan pinjam; 2) Di antara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat ke satu menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping. Pengelolaan unit simpan pinjam dilakukan secara terpisah dari unit usaha lainnya. Pendapatan unit simpan pinjam setelah dikurangi
biaya
penyelenggaraan
kegiatan
unit
yang
bersangkutan, dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut : 1) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai transaksi; 2) Pemupukan modal unit simpan pinjam; 3) Membiayai kegiatan lain yang menunjang unit simpan pinjam. Sisa pendapatan unit simpan pinjam setelah dikurangi biaya to user dan keperluan,commit diserahkan kepada koperasi yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk dibagikan kepada seluruh anggota koperasi. Pembagian dan penggunaan keuntungan unit simpan pinjam diajukan oleh pengurus unit simpan pinjam untuk mendapat persetujuan para anggota yang telah mendapat pelayanan dari unit simpan pinjam. Menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi simpan pinjam setelah dikurangi dana cadangan, dipergunakan untuk : 1) Dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan jumlah dana yng ditanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai transaksi; 2) Membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan; 3) Insentip bagi pengelola dan karyawan; 4) Keperluan lain untuk menunjang kegiatan koperasi. Menurut Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995,
dalam
menjalankan
usahanya,
Pengelola
wajib
memperhatikan aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas guna menjaga kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak yang terkait yaitu sebagai berikut : 1) Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Modal
sendiri
koperasi
tidak
boleh
berkurang
jumlahnya dan harus ditingkatkan; b) Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan tambahan modal sendiri; c) Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal penyertaan harus berimbang. 2) Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek; b) Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah dihimpun; 3) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan didasarkan pada kemampuan membayar kembali; b) Ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan dengan kekayaan harus berimbang. 4) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan ditetapkan dalam jumlah yang wajar untuk dapat memupuk permodalan, pengembangan usaha, pembagian jasa anggota dengan tetap mengutamakan kualitas pelayanan; b) Ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan dengan aktiva harus wajar. Untuk menjaga kesehatan usaha, koperasi simpan pinjam
atau
unit
simpan
pinjam
tidak
dapat
menghipotekkan atau menggadaikan harta kekayaannya. e. Permodalan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, koperasi simpan pinjam wajib menyediakan modal sendiri dan dapat ditambah dengan modal penyertaan. Koperasi yang memiliki
unit simpan pinjam wajib menyediakan
sebagian modal dari koperasi untuk modal kegiatan simpan pinjam. Modal unit simpan pinjam berupa modal tetap dan modal tidak tetap. Modal unit simpan pinjam dikelola secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terpisah dari unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan. Jumlah modal sendiri dan modal tetap unit simpan pinjam tidak boleh berkurang jumlahnya dari jumlah semula. Ketentuan mengenai modal disetor pada awal pendirian diatur lebih lanjut oleh Menteri. Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, selain modal sebagaimana yang dimaksud diatas, koperasi simpan pinjam dapat menghimpun modal pinjaman dari : 1) Anggota; 2) Koperasi lainnya dan atau anggotanya; 3) Bank dan lembaga keuangan lainnya; 4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; 5) Sumber lain yang sah. Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995,
unit
simpan
pinjam
melalui
koperasinya
dapat
menghimpun modal pinjaman sebagai modal tidak tetap dari : 1) Anggota; 2) Koperasi lainnya dan atau anggotanya; 3) Bank dan lembaga keuangan lainnya; 4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; 5) Sumber lain yang sah. f. Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya. Calon anggota koperasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi simpanan pokok harus menjadi anggota. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, kegiatan usaha koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam adalah sebagai berikut : 1) Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya; 2) Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman
yang
sehat
dengan
memperhatikan
penilaian
kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman. Kegiatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam melayani koperasi lain dan atau anggotanya dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi. Menurut Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, dalam melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam, koperasi
simpan
pinjam
dan
unit
simpan
pinjam
mengutamakan pelayanan kepada anggota yaitu : 1) Apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya maka calon anggota dapat dilayani; 2) Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat pelayanan sepenuhnyan, koperasi lain dan anggotanya dapat dilayani berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi yang bersangkutan. Menurut Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995, Rapat Anggota menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian pinjaman baik kepada anggota, calon anggota koperasi lain dan anggotanya. Ketentuan mengenai batas maksimum pinjaman kepada anggota berlaku pula bagi commit to user pinjaman kepada pengurus dan pengawas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Pembubaran Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, pelaksanaan pembubaran koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dilakukan di bawah pengawasan Menteri. Pembubaran koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam dilakukan oleh Rapat Anggota. Dalam hal terjadi kondisi yang menyebabkan koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam
harus
dibubarkan
dan
koperasi
yang
bersangkutan tidak melakukan pembubaran, maka Menteri dapat : 1) Meminta
kepada
Rapat
Anggota
koperasi
yang
bersangkutan untuk membubarkan; 2) Melakukan
pembubaran
dengan
disertai
sanksi
administratif kepada pengurus koperasi yang bersangkutan. Menurut Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi,
dalam
melakukan
pembubaran
pihak
yang
mengambil keputusan pembubaran wajib mempertimbangkan masih adanya harta kekayaan koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam yang dapat di cairkan untuk memenuhi pembayaran kewajiban yang bersangkutan. Menurut Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, pembubaran koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
oleh
Menteri
dilakukan
berdasarkan
ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi hak tersebut, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini. Penyelesaian lebih lanjut sebagai akibat dari pembubaran unit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
simpan pinjam oleh Menteri dilakukan oleh koperasi yang bersangkutan. 3. Tinjauan tentang Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam a. Konsep Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam Pembinaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah upaya untuk mengembangkan iklim usaha yang kondusif, pemberian bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi yang diatur dalam Pasal 26 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, dan pemeriksaan, dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait yang diatur dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. b. Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam Pembinaan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha commit to user Simpan Pinjam oleh Koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Pasal 26 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008, Pembinaan terhadap kegiatan usaha simpan pinjam koperasi dilakukan dengan tata cara sebagai berikut : 1) Memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara berkala
melalui
laporan
kinerja
koperasi
yang
menyeluruh
yang
bersangkutan; 2) Melakukan
pembinaan
secara
menyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Pembinaan kepada koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dapat berbentuk : 1) Perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi, yang meliputi aspek kelembagaan, usaha dan keuangan; 2) Perkuatan permodalan; 3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi; 4) Pendidikan dan pembinaan usaha anggota; 5) Pemberian tindakan administratif. Dalam hal koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi mengalami kesulitan yang mengganggu kelangsungan usahanya, Menteri dapat memberikan petunjuk kepada pengurus untuk melakukan tindakan sebagai berikut : 1) Penambahan modal sendiri dan atau modal penyertaan; 2) Penggantian pengelola; 3) Penggabungan dengan koperasi lain; 4) Penjualan sebagian aktiva tetap; 5) Tindakan lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi mengalami kesulitan, apabila mengalami salah satu atau gabungan dari hal-hal sebagai berikut : 1) Terjadi penurunan modal dari modal yang disetorkan pada awal pendirian; 2) Penyediaan aktiva lancar tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek; 3) Jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar dari jumlah simpanan berjangka dan tabungan; 4) Mengalami kerugian; 5) Pengelola melakukan penyalahgunaan keuangan; 6) Pengelola tidak menjalankan tugasnya. Menurut Pasal 27 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi Dalam hal ini kesulitan tidak dapat diatasi, maka koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dapat dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Menurut Pasal 28 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008, koperasi simpan pinjam atau koperasi yang memiliki unit simpan pinjam koperasi dapat melakukan kemitraan dengan koperasi lain dan atau lembaga keuangan lain selama kemitraan tersebut bermanfaat bagi kemajuan koperasi dan anggotanya. Kemitraan dengan koperasi lain atau lembaga keuangan lainnya harus disetujui Rapat Anggota. Kemitraan harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama secara tertulis. Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 21 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, tujuan pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah sebagai berikut : 1) Mengendalikan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi agar dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; 2) Meningkatkan citra dan kredibilitas koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi; 3) Menjaga dan melindungi asset koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab; 4) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan; 5) Mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota. Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, ruang lingkup pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi meliputi : 1) Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2) Pemantauan perkembangan koperasi simpan pinjam dan user secara berkala melalui laporan unit simpancommit pinjamtokoperasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan; 3) Pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang menyangkut organisasi dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar Operasional Manajemen (SOM) dam Standar Operasional Prosedur (SOP) koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi; 4) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi sesuai standar kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku. Menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pembinaan
pelaksanaan
pengendalian
internal
terhadap
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dan koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dilaksanakan dengan cara sebagai beraikut : 1) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi rapat anggota koperasi sebagai kekuasaan tertinggi dalam pengambilan
keputusan
seperti
pemilihan
pengurus,
pengawas, pengembangan usaha, perubahan anggaran dasar, pembagian Sisa Hasil Usaha, pembukaan kantor cabang,
merger
dan
amalgamasi
serta
pembubaran
koperasi; 2) Meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi pengurus sebagai eksekutif yang menjalankan roda organisasi dan usaha koperasi yang harus sesuai dengan kepentingan anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi; 3) Meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi pengawas sebagai
lembaga supervisi yang harus mampu commit to user mengamankan harta koperasi dan pelaksanaan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh pengurus sesuai dengan yang diamanatkan oleh rapat aanggota; 4) Meningkatkan efektivitas sistem pengendalian internal pada setiap dan antar bagian dalam struktur organisasi koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi untuk menjamin praktik yang jujur, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan kepada anggota koperasi; 5) Mendorong dilaksanakannya pendidikan anggota yang terencana dan berkesinambungan dalam meningkatkan kompetensi dan komitmen sebagai prasyarat keunggulan bersaing koperasi; 6) Mendorong terjadinya efisiensi biaya organisasi koperasi agar tercapai promosi ekonomi anggota; 7) Mendorong dipatuhinya seluruh pedoman dan aturan yang berkenaan dengan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Menurut Pasal 6 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pemantauan perkembangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi secara berkala melalui laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan, yaitu dilaksanakan dengan cara : 1) Menyusun rencana dan target tahunan pemantauan laporan keuangan KSP dan USP Koperasi pada wilayah kerjanya; 2) Menyusun petunjuk teknis mengenai format laporan keuangan, substansi dan informasi, frekuensi pelaporan, termasuk sanksi jika laporan tidak disusun dan atau tidak disampaikan sesuai dengan periode waktu yang telah ditetapkan; 3) Melakukan sosialisasi, rencana dan petunjuk teknis pemantauan yang telah disusun. Menurut Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, commit to user unsur-unsur yang harus dipantau dari laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi meliputi : 1) Jenis dan kelengkapan laporan keuangan yaitu laporan triwulan dan tahunan yang harus dapat diaudit; 2) Ketepatan dan kesesuaian waktu pelaporan yaitu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan dan paling lambat 5 (lima) bulan sejak periode tahun berakhir untuk laporan tahunan; 3) Kelengkapan informasi laporan tahunan sesuai dengan Standar Operasional Manajemen yang diatur oleh Menteri; 4) Kesesuaian
pelakuan
akuntansi
yang
menyangkut
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi pedoman umum koperasi yang berlaku secara umum; 5) Keseuaian penyajian laporan keuangan yang memenuhi syarat karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Menurut Pasal 8 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pejabat pengawas dapat meminta konfirmasi langsung kepada pengurus koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan apabila dari pemantauan laporan keuangan yang disampaikan oleh koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dinilai menyajikan informasi yang kurang jelas dan atau meragukan. Rekomendasi, saran dan catatan hasil pemantauan pejabat pengawas harus disampaikan secara tertulis kepada koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi diterima pejabat pengawas. koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam commit user Koperasi berhak untukto meminta konfirmasi kepada Menteri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apabila pejabat pengawas tidak menyampaikan rekomendasi, saran dan catatan hasil pemantauan. Menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dilakukan oleh pejabat pengawas yang ditetapkan Menteri. Pemeriksaan dilakukan secara berkala dan atau setiap waktu bila diperlukan. Hasil pemeriksaan oleh pejabat harus dibuatkan berita acara pemeriksaan secara tertulis yang ditandatangani oleh pemeriksa dan pengurus koperasi dan dapat
dijadikan
catatan
mempertimbangkan
resmi
pemberian
untuk
pejabat
penghargaan
atau
dalam sanksi
kepada pihak koperasi bersangkutan. Menurut Pasal 10 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, objek pemeriksaan terhadap koperasi simpan sinjam dan unit simpan pinjam koperasi meliputi aspek organisasi, pengelolaan, keuangan, produk dan layanan, dan aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan karyawan yaitu sebagai berikut : 1) Aspek organisasi a) Kelengkapan legalitas yang terdiri dari akta pendirian koperasi,
anggaran
dasar,
perubahan
pengesahan
anggaran dasar bagi unit simpan pinjam koperasi, surat ijin pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas; b) Ketaatan dan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku; c) Kelengkapan organisasi koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang mencerminkan struktur organisasi dan uraian pekerjaan. 2) Aspek pengelolaan a) Derajat
kepatuhan dan kesesuaian pelaksanaan commit to user koperasi simpan pinjam dan unit ketentuan pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
simpan pinjam koperasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; b) Derajat
kesesuaian
ketentuan
kompetensi
mengenai
pengelola
dan baik
persyaratan pengelola
perseorangan atau pengelola lembaga sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; c) Ada tidaknya
standar
pengelolaan tertulis
yang
dirumuskan dalam Standar Operasional Manajemen dan Standar Operasional Prosedur yang disetujui oleh rapat anggota koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan; d) Efektivitas pelaksanaan fungsi dan tugas perangkat organisasi koperasi; e) Efektivitas
pelaksanaan
Standar
Operasional
Manajemen dan Standar Operasional Prosedur yang telah disetujui oleh Rapat Anggota. 3) Aspek keuangan a) Derajat kesesuaian pelaksanaan ketentuan tentang modal disetor dan sumbernya pada awal pendirian Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; b) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan bahwa modal awal disetor Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya commit to user sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; c) Pelaksanaan pedoman standar akuntansi keuangan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi berdasakan (PSAK) yang berlaku; d) Pemeriksaan terhadap pos-pos neraca, pos-pos laporan perubahan ekuitas, dan pos-pos laporan perhitungan hasil usaha; e) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi simpan pinjam sesuai dengan keputusan rapat anggota; f) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan hasil usaha Unit Simpan Pinjam Koperaasi sesuai dengan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota; g) Pelaksanaan kebijakan pengendalian risiko berdasarkan asas-asas
pemberian
menerapkan pemberian
pinjaman
prinsip-prinsip pinjaman
yang
yang
sehat,
kehati-hatian benar
sesuai
dan serta
dengan
ketentuan yang berlaku melalui : penerapan analisis kelayakan usaha yang cermat, watak dan kemampuan anggota dan calon anggota peminjam, dan penetapan agunan baik fisik maupun non fisik sebagai jaminan. 4) Produk dan layanan a) Derajat
kepatuhan
pelaksanaan
ketentuan
penghimpunan dana hanya berasal dari anggota, calon anggota,
koperasi
lain
dan
atau
anggotanya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; b) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan to user produk commit simpanan dan tabungan sesuai dengan prinsip-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prinsip sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; c) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan perhitungan jasa antara Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam Koperasi dengan peminjam dan perhitungan penetapan distriibusi pendapatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; d) Kepatuhan
pelaksanaan
ketentuan
pengembangan
produk layanan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; e) Kepatuhan
pelaksanaan
ketentuan
mengenai
persyaratan, tata cara dan administrasi penyelenggaraan pelayanan pemberian pinjaman sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. 5) Aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan karyawan a) Kebijakan
tertulis
mengenai
pembinaan
dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang meliputi : program pembinaan, tujuan pembinaan, kelompok sasaran, jadwal dan anggaran biaya pembinaan; b) Evaluasi
pelaksanaan
kebijakan
pembinaan
dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan user pinjam koperasi; pinjam commit dan unittosimpan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Konfirmasi dan pengecekan ulang dengan melakukan uji petik terhadap bukti-bukti pendukung laporan pembinaan maupun memperoleh informasi langsung dari beberapa kelompok sasaran pembinaan. Menurut Pasal 17 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pejabat pengawas simpan pinjam diangkat oleh Menteri. Pejabat pengawas simpan pinjam berperan sebagai pengawas koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi. Pejabat pengawas simpan pinjam mempunyai wewenang sebagai berikut : 1) Menerima laporan mengenai kondisi organisasi, usaha dan permodalan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi; 2) Melakukan audit atau meminta auditor independen untuk melakukan audit terhadap semua dana, surat-surat berharga, pembukuan, kertas kerja, catatan dan semua sumber informasi yang dimiliki dan dikuasai koperasi; 3) Merekomendasikan kepada Menteri untuk menghentikan kegiatan usaha dan atau membuat izin usaha simpan pinjam koperasi, apabila terdapat dugaan kuat berdasarkan buktibukti nyata yang ditemukan bahwa koperasi simpan pinjam dan atau unit simpan pinjam koperasi menjalankan usaha keuangan yang tidak sehat dan tidak aman, melanggar ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, mengeluarkan
perintah untuk
menempatkan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dalam pengawasan administratif. Menurut Pasal 18 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, pejabat pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : commit to (PNS); user 1) Pegawai Negeri Sipil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau yang sederajat; 3) Memiliki integritas moral yang baik, jujur dan dapat dipercaya dibuktikan dengan dokumen fakta integritas dan belum pernah melakukan tindakan tercela; 4) Telah
mengikuti
pendidikan
dan
pelatihan
tentang
pengawasan dan pembinaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan atau Lembaga yang kompeten. Menurut Pasal 20 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan dikenakan sanksi sebagai berikut : 1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan dari jadwal yang ditetapkan, dikenakan teguran tertulis; 2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan dari jadwal yang ditentukan, dikenakan teguran tertulis kedua; 3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 3 (tiga) kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku, dikenakan penurunan satu tingkat kesehatannya; 4) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu 4 (empat) kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku, commitpenilaian to user tidak sehat; dikenakan sanksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang sama sekali tidak memberikan laporan triwulan, minimal 1 (satu) periode triwulan, hingga akhir tahun berjalan dikenakan sanksi tidak sehat. Menurut Pasal 20 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dikenakan sanksi sebagai berikut : 1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang terlambat melaporkan dalam jangka waktu lebih dari 5 (lima) bulan sejak tutup buku dikenakan teguran tertulis; 2) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang tidak melaporkan dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dikenakan sanksi penilaian tidak sehat; 3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang tidak melaporkan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun berturut-turut, dikenakan sanksi pembubaran koperasi simpan pinjam atau pembatalan pengesahan perubahan Anggaran Dasar koperasi yang memiliki unit simpan pinjam. Menurut Pasal 21 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang telah memenuhi ketentuan wajib audit oleh akuntan publik, ternyata terbukti tidak melaksanakannya, dikenakan sanksi berupa penurunan tingkat kesehatan. Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang tidak memberikan kesempatan kepada pejabat pemeriksa untuk memeriksa buku serta berkas-berkas yang ada padanya serta tidak memberikan bentuan kepada pemeriksa dalam rangka
memperoleh kebenaran dan segala keterangan, to user dokumen dan commit penjelasan yang dilaporkan koperasi simpan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dikenakan sanksi pemberhentian sementara ijin kegiatan usahanya. Koperasi yang melaksanakan kegiatan simpan pinjam tanpa ijin, dikenakan sanksi administrasi berupa pemberhentian sementara kegiatan usahanya (Pasal 22 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang akta pendiriannya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang apabila dalam waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pengesahan belum melaksanakan kegiatan usahanya, dikenakan sanksi berupa pembubaran koperasi. Unit simpan pinjam koperasi yang Anggaran Dasar koperasinya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, apabila dalam waktu 2 (dua) tahun belum melakukan kegiatan usaha, dikenakan sanksi pembatalan pengesahan perubahan Anggaran Dasar koperasi (Pasal 23 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang dikenakan sanksi sebagaimana yang telah dimaksud diatas, diumumkan oleh pejabat secara terbuka dalam media elektronik dan atau media cetak harian (Pasal 24 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Pengawasan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal yaitu : 1) Pengawasan internal terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilaksanakan oleh pengawas commit toauditor user (Pasal 33 Peraturan Menteri dan atau internal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi). 2) Pengawas eksternal koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah Menteri atau akuntan publik yang ditetapkan oleh Rapat Anggota (Pasal 34 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan
Usaha
Simpan
Pinjam
oleh
koperasi). Menteri dapat melakukan pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam Koperasi baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Dalam hal terjadi pemeriksaan, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam
koperasi
wajib
memberikan
kesempatan
bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, dan wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan. Pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilaksanakan oleh Menteri melalui pejabat yang berwenang yang diangkat oleh Menteri. Pejabat yang berwenang dapat melaksanakan sendiri pemeriksaan tersebut atau meminta bantuan kepada akuntan publik. Dalam hal pejabat berwenang meminta kepada akuntan publik untuk melakukan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam koperasi, maka biaya pengawasan menjadi tanggung jawab pejabat yang berwenang (Pasal 35 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tinjauan tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi berdasarkan atas Peraturan Menteri Nomor 20 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah penilaian terhadap ukuran kinerja koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilihat dari faktorfaktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, pertumbuhan dan atau perkembangan serta kelangsungan usaha koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. a. Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi terdiri dari Tujuan, Sasaran dan Landasan Kerja 1) Tujuan Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008, pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi bertujuan untuk memberikan pedoman kepada pejabat penilai, gerakan koperasi, dan masyarakat agar koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dapat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, berdasarkan prinsip koperasi secara profesional, sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan disekitarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Sasaran Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008, sasaran penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam sebagai berikut : a) Terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan jati diri koperasi; b) Terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang efektif, efisien, dan profesional; c) Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. 3) Landasan Kerja a) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
menyelenggarakan
kegiatan
usahanya
berdasarkan nilai-nilai, norma dan prinsip koperasi sehingga dapat dengan jelas menunjukkan perilaku koperasi; b) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi adalah alat dari rumah tangga anggota untuk mandiri dalam mengatasi masalah kekuarangan modal (bagi anggota pengusaha) atau kekurangan likuiditas (bagi anggota rumah tangga) sehingga berlaku asas menolong diri sendiri (self help); c) Maju mundurnya KSP dan USP Koperasi menjadi tanggung jawab seluruh anggota sehingga berlaku asas tanggung jawab pribadi (self responsibility); d) Anggota pada koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi berada dalam satu kesatuan sistem kerja koperasi, diatur menurut norma-norma yang to userAnggaran Dasar dan Anggaran terdapatcommit di dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumah Tangga koperasi simpan pinjam atau koperasi yang menyelenggarakan unit simpan pinjam; e) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi wajib dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada anggotanya jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan oleh lembaga keuangan lainnya; f) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam hal ini koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya serta pinjaman kepada pihak-pihak tersebut (Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). b. Ruang Lingkup Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008, Ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut : 1) Permodalan Tingkat pertumbuhan modal sendiri atau lebih besar dari tingkat pertumbuhan asset; 2) Kualitas aktiva produktif Kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan; 3) Manajemen Apakah KSP atau USP koperasi memiliki visi, misi dan tujuan yangcommit jelas; to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Efisiensi Seberapa
besar
KSP
atau
USP
koperasi
mampu
memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya; 5) Likuiditas Kemampuan KSP dan atau USP koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek; 6) Kemandirian dan pertumbuhan Penilaian
terhadap
kemandirian
dan
pertumbuhan
didasarkan pada rasio rentabilitas asset, rentabilitas ekuitas dan kemandirian operasional; 7) Jati diri koperasi Untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Setiap aspek diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar perhitungan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi. Penilaian terhadap setiap aspek dilakukan dengan menggunakan sistem nilai yang dinyatakan dengan nilai 0 sampai dengan 100. c. Penetapan Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Skor yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap aspek-aspek diatas dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu : 1) Sehat; 2) Cukup sehat; 3) Kurang sehat; 4) Tidak sehat; 5) Sangat tidakcommit sehat. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penetapan predikat kesehatan berdasarkan skor sebagai berikut : 1) Skor penilaian sama dengan 80 sampai 100, termasuk dalam predikat “sehat”; 2) Skor penilaian sama dengan 60 sampai lebih kecil dari 80, termasuk dalam predikat “cukup sehat”; 3) Skor penilaian sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60, termasuk dalam predikat “kurang sehat”; 4) Skor penilaian sama dengan 20 sampai lebih kecil dari 40, termasuk dalam predikat “tidak sehat”; 5) Skor penilaian lebih kecil dari 20, termasuk dalam predikat “sangat tidak sehat”. Predikat kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri atau pejabat yang berwenang (Pasal 6 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Tata cara penyelenggaraan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi diatur sebagai berikut : 1) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang dinilai kesehatannya adalah : a) Koperasi simpan pinjam dan yang telah beroperasi paling sedikit 1 (satu) tahun buku dan telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan; b) Unit simpan pinjam koperasi, yang telah beroperasi paling sedikit 1 (satu) tahun buku dan telah dikelola secara terpisah serta membuat laporan keuangan yang telah terpisah dari unit usaha lainnya. 2) Pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam commitpinjam to userkoperasi dilaksanakan pada posisi dan unit simpan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap akhir tahun buku dengan berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. 3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang diangkat oleh Menteri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota. 4) Setiap koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang telah dinilai diberikan sertifikat predikat tingkat kesehatan dengan pengaturan sebagai berikut : a) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang wilayah kerjanya di Kabupaten atau Kota yang bersangkutan oleh Bupati atau WaliKota atau pejabat yang berwenang atas nama Menteri; b) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang wilayah kerjanya sekurang-kurangnya 3 (tiga) Kabupaten atau Kota dalam satu Provinsi oleh Gubernur atau pejabat yang berwenang atas nama Menteri; c) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang wilayah kerjanya sekurang-kurangnya 3 (tiga) Provinsi oleh Deputi atas nama Menteri. 5) Hasil penelitian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi oleh pejabat yang berwenang pada tingkat Provinsi dan Kabupaten atau Kota dilaporkan kepada Deputi, dengan dilengkapi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kertas kerja penilaian koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan; b) Laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang bersangkutan; c) Salinan fotocopy sertifikat predikat kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi (Pasal 30 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi). Menurut Pasal 31 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008, pejabat penilai kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau yang disetarakan dengan itu; 2) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang kegiatan simpan pinjam oleh koperasi yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; 3) Telah mengikuti pendidikan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi, yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah baik di tingkat pusat maupun daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Tinjauan tentang Efektivitas Hukum Perkoperasian Manusia di dalam pergaulan hidup, pada dasarnya mempunyai pandangan-pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Pandangan-pandangan tersebut senantiasa terwujud didalam pasangan-pasangan tertentu, misalnya, pasangan nilai ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kepentingan umum dengan nilai kepentingan pribadi, pasangan nilai kelestarian dengan nilai inovatisme. Didalam penegakan hukum, pasangan nilai-nilai tersebut perlu diserasikan. Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan Perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian Law enforcement begitu populer. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya
terletak
pada
faktor-faktor
yang
mungkin
mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti penting yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor hukumnya sendiri; b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum; c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan; e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh commit esensi to user dari penegakan hukum, juga karena itu merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan tolok ukur dari pada efektivitas penegakan hukum (Soerjono Soekanto, 2010:5-9). Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ini dinyatakan sebagai undang-undang yang ditertibkan untuk menyesuaikan gerak langkah koperasi dengan perkembangan keadaan perekonomian pada umumnya. Undang-undang ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas jati diri, tujuan, kedudukan, peran, manajemen, keusahaan, dan permodalan koperasi serta pembinaan koperasi sehingga dapat lebih menjamin terwujudnya kehidupan koperasi. Perkembangan koperasi, melalui Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian diharapkan dapat terarah sehingga semakin berperan dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar tetap pula menerapkan prinsipprinsip dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian koperasi akan menjadi organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan dan pengawasan koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat, sehingga koperasi perlu memiliki pengurus yang berkualitas untuk mengelola koperasi sehingga dapat berperan aktif dalam membantu memajukan perekonomian nasional. Dalam hal ini faktor manusia sangat berpengaruh pada kehidupan perkoperasian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota
Dinas Koperasi dan Usaha Mkro Kecil Menengah
Tugas dan Kewenangan
Pembinaan dan Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam
Hambatan dan Solusi
Bagan.1. Kerangka Pemikiran Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian digunakan oleh pemerintah sebagai dasar dalam kegiatan koperasi, kemudian tiap-tiap daerah diberi kewenangan untuk
mengurus
koperasinya yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah masingmasing yang berdasar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, kemudian kewenangan mengenai koperasi diserahkan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan (Pusat, Provinsi, Kabupaten dan commitberbagai to user persoalan di dalam urusan Kota). Untuk mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintahan khususnya didalam perkoperasian yang salah satunya yaitu memberikan tugas dan kewenangan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil
Menengah
untuk
memberikan
pembinaan
dan
pengawasan koperasi simpan pinjam, untuk itu dengan adanya Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Pemerintah dapat mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dalam memberikan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam serta pemerintah dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta 1. Sejarah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Sebelum Tahun 2001 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta bernama Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Surakarta Tahun 2001 Departemen Koperasi berubah nama menjadi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Setelah tahun 2001 sampai sekarang ini bernama Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Dengan adanya Peraturan Daerah Surakarta No 6 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Surakarta itu dituangkan dalam lembaran daerah Kota Surakarta No 6 Tahun 2008 perubahan terletak pada struktur organisasi dimana pada Peraturan Daerah Tahun 2008 itu strukturnya sebagai berikut : Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah membawahi satu sekretaris dan tiga kepala bidang yaitu : a. Bidang Usaha dan Permodalan; b. Bidang Koperasi; c. Bidang UMKM. Sedangkan struktur organisasi tahun 2001 Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah membawahi satu ketua bagian Tata Usaha dan tiga kepala Sub Dinas yaitu : a. Kepala Bagian Tata Usaha; b. Kepala Sub Dinas Usaha dan Permodalan; c. Kepala Sub Dinas Bina Program; d. Kepala Sub Dinas Koperasi dan Kelembagaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta a. Kedudukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. b. Tugas Pokok Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). c. Fungsi Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menyelenggarakan fungsi : 1) Menyelenggarakan kesekretariatan dinas; 2) Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan pelaporan; 3) Pemberian perijinan dibidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); 4) Perumusan kebijakan teknis dibidang koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); 5) Penyelenggaraan sosialisasi; 6) Pembinaan jabatan fungsional. 3. Visi Misi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta a. Visi Terwujudnya koperasi dan usaha mikro kecil menegah yang sehat, tangguh, dan mandiri dalam mendukung pengembangan Ekonomi Kerakyatan. b. Misi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Meningkatkan kemampuan Koperasi dan UMKM untuk mengakses sumber-sumber pembiayaan produktif; 2) Meningkatkan kemampuan koperasi dan UMKM untuk mengakses dan memperluas pangsa pasar; 3) Meningkatkan kemampuan Koperasi dan UMKM dalam pengelolaan dan akses teknologi informasi. 4. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta Secara umum : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah sebagai pelaku ekonomi utama dalam perekonomian nasional yang berdaya saing. Tujuan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) selama periode 2011-2015 dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Mewujudkan kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya unit koperasi yang berkualitas usahanya dan unit Usaha Kecil Menengah (UKM); b. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM); c. Meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) guna mendukung Kota Surakarta sebagai Kota Perdagangan dan jasa menuju Kota Budaya; d. Mengembangkan sinergi dan peran serta masyarakat dan usaha dalam pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); e. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, dan transparan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sasaran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta a. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengakses sumbersumber permodalan; b. Tersalurnya modal kerja bergulir bagi koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); c. Memperluas jaringan pasar bagi produk unggulan semakin dikenal domestik dan manca negara; d. Memperluas lapangan pekerjaan; e. Meningkatkan koperasi berprestasi; f. Meningkatkan jumlah koperasi yang sehat; g. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia bagi pengurus dan pengelola koperasi; h. Meningkatkan produktifitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); i. Meningkatkan keterampilan yang dapat mendukung peningkatan ekonomi bagi masyarakat; j. Meningkatkan koperasi /BUMN. 6. Strategi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta a. Meningkatkan akses pasar dan memperbesar pangsa pasar; b. Meningkatkan kemampuan akses terhadap sumber permodalan serta memperkuat infra struktur permodalan; c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan usaha dan penguasaan teknologi; d. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen; e. Mengembangkan kemitraan yang mantap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
1. KEPALA NUR HARYANI, SE, MM
2. KABID KOPERASI DIDIK ADI PUTRANTO, S.E.
3. KASI PENDAFTARAN & PENGESAHAN KOPERASI SUWANDI, SE
4. KASI PEMBINAAN & PENGAWASAN KOPERASI Dra. PURNI MAHAYUNI
MARTHA SCHOGGERS
Dra. SRI MULSIWI
ERRYTRIANA D S, ST
JOKO HARYONO, SE EDHI SOEKONO, S. IP
Bagan.2. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta Bidang Koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian 1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Surakarta terhadap Koperasi Simpan
Pinjam a. Pembinaan Pembinaan koperasi simpan pinjam adalah upaya untuk mengembangkan
iklim
usaha
yang
kondusif,
pemberian
bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi (Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi). Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan Pembinaan teknis terhadap kegiatan usaha simpan pinjam koperasi yang dilakukan dengan tata cara sebagai berikut : 1) Memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara berkala melalui laporan kinerja koperasi yang bersangkutan; 2) Melakukan
pembinaan
secara
menyeluruh
yang
menyanyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam memberikan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam dapat berbentuk sebagai berikut : 1) Perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam yang meliputi aspek kelembagaan, usaha dan keuangan; 2) Perkuatan permodalan; 3) Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam; 4) Pendidikan dan pembinaan usaha anggota; 5) Pemberian tindakan administratif. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota to userpuluh satu) orang pegawai dari Surakarta memilikicommit 41 (empat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepala sampai dengan staff di bidang koperasi. Dari sejumlah orang tersebut terdapat 9 (Sembilan) pegawai dibagian pembinaan dan pengawasan. Kesembilan pegawai tersebut harus membina dan mengawasi 546 (lima ratus empat puluh enam) koperasi, dan yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam berjumlah 57 (lima puluh tujuh) koperasi simpan pinjam. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam setiap triwulan sekali. Berikut ini tabel koperasi simpan pinjam Kota Surakarta yang telah diberikan pembinaan.
Tabel 1. Data Koperasi Simpan Pinjam di Kota Surakarta Koperasi Simpan Pinjam Jumlah
Sehat
57
37 ( 65% )
Kurang
Tidak
Sangat Tidak
Sehat
Sehat
Sehat
20 ( 35 % )
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Milro Kecil Menengah Kota Surakarata Tahun 2010.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa koperasi di Kota Surakarta khususnya koperasi simpan pinjam terdapat 57 (lima puluh tujuh) koperasi simpan pinjam, dari jumlah tersebut terdapat 65 % (enam puluh persen) koperasi simpan pinjam dinyatakan sehat dan 35 % (tiga puluh lima persen) koperasi simpan pinjam dinyatakan kurang sehat. Penilaian
kesehatan
koperasi
simpan
pinjam
diatas
dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesehatan koperasi simpan pinjam merupakan kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam memberikan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam meliputi penilaian terhadap beberapa aspek yaitu : 1) Permodalan; a) Modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya dan harus ditingkatkan.; b) Setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan tambahan modal sendiri; c) Antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal penyertaan harus seimbang. 2) Kualitas aktiva produktif; 3) Manajemen; 4) Likuiditas; a) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek; b) Ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah dihimpun. 5) Kemandirian dan pertumbuhan; 6) Jati diri koperasi. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam menggolongkan kriteria kesehatan koperasi dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Skor penilaian sama dengan 80 sampai 100, termasuk dalam predikat “sehat”; 2) Skor penilaian sama dengan 60 sampai lebih kecil dari 80, termasuk dalam predikat “cukup sehat”; 3) Skor penilaian sama dengan 40 sampai lebih kecil dari 60, to “kurang user termasuk dalamcommit predikat sehat”;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Skor penilaian sama dengan 20 sampai lebih kecil dari 40, termasuk dalam predikat “tidak sehat”; 5) Skor penilaian lebih kecil dari 20, termasuk dalam predikat “sangat tidak sehat”. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam menetapkan predikat kesehatan koperasi simpan pinjam berdasarkan Keputusan Menteri. Penetapan predikat kesehatan koperasi dilakukan setiap tahun. Koperasi simpan pinjam yang dinilai kesehatannya adalah koperasi simpan pinjam yang telah beroperasi paling sedikit 1 (satu) tahun buku dan telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (Hasil Wawancara dengan Purni Mahayuni, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta tanggal 19 juli 2011, pukul 09.30 WIB). b. Pengawasan Pengawasan
koperasi
simpan
pinjam
adalah
kegiatan
pembinaan, pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam oleh pemerintah dalam hal ini Menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan koperasi simpan pinjam dilakukan secara baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait (Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Kegiatan pengawasan koperasi simpan pinjam dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Tujuan pengawasan koperasi simpan pinjam adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Mengendalikan
koperasi
simpan
pinjam
agar
dalam
menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku; 2) Meningkatkan citra dan kredibilitas koperasi simpan pinjam sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi; 3) Menjaga dan melindungi asset koperasi simpan pinjam dari tindakan
penyelewengan
oleh
pihak-pihak
yang
tidak
bertanggung jawab; 4) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan koperasi
simpan
pinjam
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan; 5) Mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota (Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi). Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam dengan menggunakan unsur-unsur yang harus dipantau dari laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam yaitu meliputi : 1) Jenis dan kelengkapan laporan keuangan yaitu laporan triwulan dan tahunan yang harus dapat diaudit; 2) Ketepatan dan kesesuaian waktu pelaporan yaitu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan dan paling lambat 5 (lima) bulan sejak periode tahun berakhir untuk laporan tahunan; 3) Kelengkapan informasi laporan tahunan sesuai dengan Standar commit to (SOM) user yang diatur oleh Menteri; Operasional Manajemen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Kesesuaian pelakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi pedoman umum koperasi yang berlaku secara umum; 5) Kesesuaian penyajian laporan keuangan yang memenuhi syarat karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu dapat dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam menetapkan pejabat pengawas koperasi simpan pinjam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); 2) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda atau yang sederajat; 3) Memiliki integritas moral yang baik, jujur dan dapat dipercaya dibuktikan dengan dokumen fakta integritas dan belum pernah melakukan tindakan tercela; 4) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pengawasan dan pembinaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan atau Lembaga yang kompeten (Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Pasal 18). Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta
dalam
melaksanakan
pemantauan
perkembangan
koperasi simpan pinjam secara berkala melalui laporan keuangan koperasi, yaitu dilaksanakan dengan cara : 1) Menyusun rencana dan target tahunan pemantauan laporan keuangan koperasi simpan pinjam pada wilayah kerjanya; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menyusun petunjuk teknis mengenai format laporan keuangan, substansi dan informasi, frekuensi pelaporan, termasuk sanksi jika laporan tidak disusun dan atau tidak disampaikan sesuai dengan periode waktu yang telah ditetapkan; 3) Melakukan
sosialisasi,
rencana
dan
petunjuk
teknis
pemantauan yang telah disusun. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melasanakan pemeriksaan terhadap koperasi simpan pinjam dengan menggunakan obyek pemeriksaan yang meliputi aspek organisasi, pengelolaan, keuangan, produk dan layanan, dan aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan karyawan yaitu sebagai berikut : 1) Aspek organisasi a) Kelengkapan legalitas yang terdiri dari akta pendirian koperasi, anggaran dasar, perubahan pengesahan anggaran dasar bagi usaha simpan pinjam koperasi, surat ijin pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas; b) Ketaatan dan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku; c) Kelengkapan organisasi koperasi simpan pinjam yang mencerminkan struktur organisasi dan uraian pekerjaan. 2) Aspek pengelolaan a) Derajat kepatuhan dan kesesuaian pelaksanaan ketentuan pengelolaan koperasi simpan pinjam sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; b) Derajat kesesuaian kompetensi dan persyaratan ketentuan mengenai pengelola baik pengelola perseorangan atau pengelola lembaga sebagaimana diatur dalam Peraturan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; c) Ada tidaknya standar pengelolaan tertulis yang dirumuskan dalam SOM dan SOP yang disetujui oleh rapat anggota Koperasi Simpan Pinjam yang bersangkutan; d) Efektivitas pelaksanaan fungsi dan tugas perangkat organisasi koperasi; e) Efektivitas pelaksanaan SOM dan SOP yang telah disetujui oleh rapat anggota. 3) Aspek keuangan a) Derajat kesesuaian pelaksanaan ketentuan tentang modal disetor dan sumbernya pada awal pendirian koperasi simpan pinjam; b) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan bahwa modal awal disetor koperasi simpan pinjam tidak boleh berkurang jumlahnya; c) Pelaksanaan pedoman standar akuntansi keuangan koperasi koperasi simpan pinjam berdasakan PSAK yang berlaku; d) Pemeriksaan terhadap pos-pos neraca, pos-pos laporan perubahan ekuitas, dan pos-pos laporan perhitungan hasil usaha; e) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi simpan pinjam sesuai dengan keputusan rapat anggota; f) Pelaksanaan ketentuan pembagian dan penggunaan hasil usaha usaha simpan pinjam sesuai dengan anggaran dasar dan keputusan rapat anggota; g) Pelaksanaan kebijakan pengendalian risiko berdasarkan asas-asas pemberian pinjaman yang sehat, dan menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian serta pemberian pinjaman user ketentuan yang berlaku melalui yang benarcommit sesuai to dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerapan analisis kelayakan usaha yang cermat, watak dan kemampuan anggota dan calon anggota peminjam, dan penetapan agunan baik fisik maupun non fisik sebagai jaminan. 4) Produk dan layanan; a) Derajat kepatuhan pelaksanaan ketentuan penghimpunan dana hanya berasal dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya; b) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan produk simpanan dan tabungan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi; c) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan perhitungan jasa antara koperasi simpan pinjam dengan peminjam dan perhitungan penetapan distribusi pendapatan; d) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan pengembangan produk layanan; e) Kepatuhan pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan, tata cara dan administrasi penyelenggaraan pelayanan pemberian pinjaman. 5) Aspek pembinaan anggota, pengurus, pengelola, pengawas dan karyawan. a) Kebijakan tertulis mengenai pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan pinjam yang meliputi program pembinaan, tujuan pembinaan, kelompok sasaran, jadwal dan anggaran biaya pembinaan; b) Evaluasi
pelaksanaan
kebijakan
pembinaan
dan
pengembangan sumber daya manusia koperasi simpan pinjam; c) Konfirmasi dan pengecekan ulang dengan melakukan uji petik terhadap bukti-bukti pendukung laporan pembinaan commit to user maupun memperoleh informasi langsung dari beberapa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok sasaran pembinaan (Hasil Wawancara dengan Purni Mahayuni, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, tanggal 19 juli 2011, pukul 09.30 WIB). 2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah
Kota Surakarta dalam
melaksanakan
Pembinaan dan Pengawasan terhadap Koperasi Simpan Pinjam dan Solusinya a. Hambatan Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terdapat hambatan-hambatan meliputi : 1) Tidak disiplinnya pengurus koperasi dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. 2) Pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan simpan pinjam tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya. b. Solusi Untuk mengatasi hambatan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap tidak disiplinnya koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan, maka solusi yang tepat untuk mengatasinya adalah : 1) Untuk mengatasi tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, maka commit to user pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kota Surakarta dapat menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan
untuk
secepatnya
menyampaikan
laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila dalam
menghubungi
koperasi
simpan
pinjam
yang
bersangkutan dirasa masih belum cukup, maka di mungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai laporan keuangan koperasi simpan pinjam. Dan apabila koperasi simpan pinjam tidak memberikan keterangan atas tidak menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan dan tahunan maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dapat melakukan pembubaran terhadap koperasi simpan pinjam yang bersangkutan berdasarkan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, pelaksanaan pembubaran koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dilakukan di bawah pengawasan Menteri. 2) Pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta melakukan investigasi mendalam dengan cara mendatangi koperasi simpan pinjam untuk memeriksa keuangan dan memastikan kebenaran laporan keuangan koperasi simpan pinjam apakah sesuai dengan laporan keuangan yang telah disampaikan pengurus koperasi simpan pinjam kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta (Hasil Wawancara dengan Purni Mahayuni, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota commit 19 to user Surakarta, tanggal Juli 2011, pukul 09.30 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan 1. Pembinaan dan Pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap Koperasi Simpan Pinjam a. Pembinaan Bardasarkan data yang diperoleh di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Surakarta mengenai kegiatan pembinaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam, dapat diketahui bahwa kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap koperasi simpan pinjam di Kota Surakarta telah sesuai dengan ketentuan yaitu Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan teknis terhadap kegiatan usaha simpan pinjam koperasi yang dilakukan dengan tata cara memantau perkembangan kegiatan usaha simpan pinjam secara berkala melalui laporan kinerja koperasi yang bersangkutan dan melakukan pembinaan secara menyeluruh yang menyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap koperasi simpan pinjam dapat berbentuk perbaikan manajemen koperasi simpan pinjam yang meliputi aspek kelembagaan maupun usaha dan keuangan, perkuatan permodalan, penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam, pendidikan dan pembinaan usaha anggota dan yang terakhir pemberian tindakan administratif. Meskipun telah sesuai dengan pedoman pembinaan, namun kegiatan pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha commitKota to user Mikro Kecil Menengah Surakarta belum maksimal. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat diketahui berdasarkan tabel yang menerangkan mengenai kesehatan koperasi simpan pinjam. Dalam tabel tersebut ditulis bahwa di Kota Surakarta terdapat 57 koperasi simpan pinjam. Namun dari jumlah tersebut hanya 37 koperasi simpan pinjam yang dinyatakan sehat, sedangkan 20 koperasi simpan pinjam dinyatakan kurang sehat. Berdasarkan data yang ada terdapat 65% koperasi simpan pinjam yang dinyatakan sehat dan 35% dinyatakan kurang sehat. Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam tersebut berdasarkan penilaian terhadap ukuran kinerja koperasi simpan pinjam yang dilihat
dari
keberhasilan,
faktor-faktor
yang
pertumbuhan
dan
mempengaruhi atau
kelancaran,
perkembangan
serta
kelangsungan usaha koperasi simpan pinjam dalam jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dilakukan oleh Dinas Kopersi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakata sesuai dengan Pasal 8 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi yang menyatakan bahwa penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang diangkat oleh Menteri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota. Sehingga apabila terdapat koperasi simpan pinjam yang kurang sehat maka menjadi tanggung jawab Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta untuk memberikan pimbinaan terhadap koperasi simpan pinjam yang bersangkutan agar menjadi koperasi simpan usermandiri. Dengan melihat tingginya pinjam yang sehat,commit tangguhtodan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prosentase angka koperasi simpan pinjam yang kurang sehat, maka perlu dikaji mengenai penyebabnya. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Surakarta telah berupaya melakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yaitu Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Namun upaya yang dilakukan masih menemui hambatan yang justru datang dari koperasi binaanya. Koperasi simpan pinjam di Kota Surakarta banyak yang tidak disiplin dalam menyampaikan laporan kinerja dan keuangan koperasi. Padahal koperasi simpan pinjam sudah diberi tenggang waktu paling lambat 30 hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan dan paling lambat 5 bulan sejak periode tahun berakhir untuk laporan tahunan. Aturan ini sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Faktor inilah yang menyebabkan terhambatnya kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. Karena hambatan pembinaan yang dihadapi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap koperasi simpan pinjam datang dari pihak koperasi simpan pinjam, maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
perlu
melakukan
tindakan-tindakan
seperti
menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dan meminta untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Dan apabila dalam menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dirasa masih belum cukup, maka dimungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan pinjam commit toinformasi user tersebut guna memperoleh mengenai laporan kinerja dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keuangan koperasi simpan pinjam dan apabila tidak mendapatkan titik terang kenapa koperasi simpan pinjam tidak menyampaikan laporan keuangannya maka koperasi simpan pinjam dapat dibubarkan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. b. Pengawasan Kondisi kegiatan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta belum maksimal, hal ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan pengawasannya. Karena kegiatan pengawasan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap koperasi simpan pinjam meliputi kegiatan pembinaan, hal ini sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi yang menyatakan bahwa pengawasan koperasi simpan pinjam adalah kegiatan pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam oleh pemerintah dalam hal ini menteri di tingkat pusat dan pejabat yang diberi wewenang menjalankan tugas pembantuan di tingkat daerah dengan tujuan agar pengelolaan koperasi simpan pinjam dilakukan dengan baik dan terkendali sehingga menumbuhkan kepercayaan dari pihak terkait. Apabila pembinaan yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta kurang maksimal maka pengawasannya juga kurang maksimal. Padahal kegiatan pengawasan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta penting bagi keberhasilan suatu koperasi simpan pinjam karena tujuan pengawasan meliputi pengendalian koperasi simpan pinjam agar dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku serta meningkatkan citra dan tokredibilitas koperasi simpan pinjam commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota maupun calon anggota serta koperasi lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi, menjaga dan melindungi asset koperasi simpan pinjam dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak
yang tidak
bertanggung jawab,
meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan koperasi simpan pinjam terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan
seperti
pejabat
pengawas dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dan pengawas dari koperasi simpan pinjam itu sendiri, mendorong pengelolaan koperasi simpan pinjam mencapai tujuannya
secara
efektif
dan
efisien
yaitu
meningkatkan
pemberdayaan ekonomi anggota. Hal lain yang menyebabkan kurang maksimalnya kegiatan pemantauan terhadap koperasi simpan pinjam terjadi dalam hal pemantauan kesehatan koperasi. Hal ini disebabkan karena faktor human eror dari pengurus koperasi yang tidak disiplin dalam menyampaikan laporan kinerja dan keuangan triwulan dan tahunan. Seperti yang telah dikemukakan di atas oleh penulis, koperasi simpan pinjam sebernarnya sudah diberi tenggang waktu paling lambat 30 hari sejak bulan terakhir untuk laporan triwulan dan paling lambat 5 bulan sejak periode tahun berakhir untuk laporan tahunan. Aturan ini sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Namun masih banyak Koperasi Simpan Pinjam yang tidak mematuhi aturan tersebut. Dalam kegiatan pemeriksaan, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mengalami hambatanhambatan yang juga datang dari pihak koperasi simpan pinjam. Banyak koperasi simpan pinjam yang memberikan data laporan commitdan to user palsu mengenai kinerja keuangan koperasi koperasi simpan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pinjam. Sehingga data yang diperoleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta tidak sesuai dengan kondisi koperasi simpan pinjam yang sesungguhnya. Apabila dalam kegiatan pemeriksaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terkendala oleh pemalsuan data laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam, maka dalam kegiatan penilaian terhadap kesehatan koperasi simpan pinjam tidak dapat dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Miko Kecil Menengah Kota Surakarta secara maksimal. Penilaian yang diberikan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta bukanlah keadaan koperasi yang sebenarnya. Padahal apabila melihat pada Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, sasaran dari penilaian koperasi simpan pinjam yang pertama yaitu terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan jati diri koperasi, yang kedua adalah terwujudnya pengelolaan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang efektif, efisien, dan profesional dan yang terakhir terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Sehingga apabila koperasi simpan pinjam melakukan pemalsuan data laporan kinerja dan keuangan, maka akan ada koperasi simpan pinjam yang sebenarnya termasuk dalam kategori kurang sehat menjadi kategori koperasi simpan pinjam yang sehat. Upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta untuk menanggulangi hambatan tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam commit to menghubungi user dapat dilakukan dengan cara koperasi simpan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila dalam menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dirasa masih belum cukup, maka di mungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai data laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam. Sedangkan untuk menanggulangi hambatan pembuatan laporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang dilakukan oleh pengurus koperasi simpan pinjam, maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dapat melakukan investigasi mendalam dengan cara mendatangi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan untuk memeriksa keuangan dan memastikan kebenaran laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang telah disampaikan pengurus koperasi simpan pinjam kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta. 2. Hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Koperasi dan Solusi untuk mengatasinya Mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta terhadap tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan jika diselaraskan dengan faktor-faktor mengapa hukum tidak ditaati yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yang terdiri dari faktor kebudayaan, aparat penegak hukum kurang mengkomunikasikan peraturan
perundang-undangan
kepada
masyarakat,
kebiasaan
dilingkungan, Undang-Undang yang mengatur kurang tegas (Soerjono Soekanto, 2010:11-59).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka timbulnya hambatan tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya. Maka hambatan tersebut termasuk dalam kategori faktor kebudayaan dan kebiasaan dilingkungan masyarakat. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi pengurus koperasi simpan pinjam merasa dalam membuat laporan kinerja dan keuangan hanya sebagai syarat yang dianggap tidak penting sebab pihak koperasi simpan pinjam menganggap laporan kinerja dan keuangan koperasi simpan pinjam dibuat hanya sebagai formalitas saja. Dengan demikian untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam setiap triwulan dan tahunan, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mempunyai solusi untuk menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh pengurus koperasi simpan pinjam tersebut. Apabila dalam menghubungi koperasi simpan pinjam yang bersangkutan dirasa masih belum cukup, maka di mungkinkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta mendatangi koperasi simpan pinjam tersebut guna memperoleh informasi mengenai laporan keuangan koperasi simpan pinjam, dan apabila koperasi simpan pinjam tersebut ternyata pasif atau sudah tidak menjalankan aktivitasnya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dapat to user menggabung dengan commit koperasi lain atau membubarkannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencabut akta pendirian koperasi simpan pinjam tersebut. Pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan dibuat tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya maka solusi untuk mengatasinya, Pihak Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Suakarta melakukan investigasi mendalam untuk memastikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam apakah sudah sesuai dengan laporan keuangan yang telah disampaikan pengurus koperasi simpan pinjam kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Menurut hasil penelitian dan pembahasan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan terhadap koperasi simpan pinjam dilaksanakan dengan cara memantau perkembangan kegiatan simpan pinjam secara berkala melalui laporan keuangan atau kinerja koperasi yang bersangkutan, melakukan pembinaan secara menyeluruh yang menyanyangkut organisasi, usaha, administrasi keuangan serta pelaksanaan program pembinaan kepada anggota. Sedangkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan
pengawasan
terhadap
koperasi
simpan
pinjam
dilaksanakan dengan cara pembinaan, pemantauan, pemeriksaan dan penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam. 2. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam terdapat hambatan-hambatan yaitu tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan dan tahunan, pengurus koperasi simpan pinjam dalam membuat laporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya. Solusi untuk mengatasi tidak disiplinnya pengurus koperasi simpan pinjam dalam menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan dan tahunan tersebut, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta menghubungi pengurus koperasi simpan pinjam yang bersangkutan untuk secepatnya menyampaikan laporan keuangan koperasi simpan pinjam. Kemudian solusi untuk mengatasi pengurus koperasi simpan commit to user pinjam dalam membuat laporan keuangan koperasi simpan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak sesuai dengan kondisi keuangan koperasi simpan pinjam yang sebenarnya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta melakukan investigasi mendalam untuk memastikan kebenaran laporan keuangan koperasi simpan pinjam. B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat penulis sarankan sebagai berikut : 1. Pemerintah perlu menegakkan secara serius Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam, Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam. Dengan diberikannya peraturan tersebut diharapkan dapat membuat Koperasi Simpan Pinjam menjadi Koperasi yang tangguh, mandiri, dan berprestasi. 2. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta perlu memberikan pembinaan dan pengawasan secara maksimal dengan
melakukan
pembinaan,
pemantauan,
pemeriksaan
dan
penilaian kesehatan terhadap Koperasi Simpan Pinjam, supaya Koperasi Simpan Pinjam binaanya menjadi Koperasi yang sehat dan terpercaya. 3. Pengurus Koperasi Simpan Pinjam perlu meningkatkan kedisiplinan dalam menyampaikan laporan keuangan kepada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Surakarta, supaya pejabat pengawas Koperasi Simpan Pinjam dapat segera bertindak untuk dapat mengevaluasi hasil laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Andjar
Pachta
W.,et
al.2007.
Hukum
Koperasi
Indonesia.
Jakarta.Kencana. Antunes, George & Hunt, A.Lee. 1973. The Deterrent Impact of Criminal Sanctions: Some Implications for Criminal Justice Policy. Vol 51 Journal of Urban Law 145. Daniel Asnur. 2009. Prinsip Koperasi Esensi Dasar Kerja Koperasi Sebagai Badan Usaha dan merupakan ciri khas Jati Diri Koperasi, Jurnal Volume 4 : 37-61. K. Momaya, 2011 "Cooperation for competitiveness of emerging countries: learning from a case of nanotechnology", Competitiveness Review: An International Business Journal incorporating Journal of Global Competitiveness, Vol. 21 Iss: 2, pp.152 – 170. http://bambangpudjiyanto.com/article/sejarah-perkoperasian-diindonesia.html, di akses tanggal 05 April 2011 pukul 15.00 WIB Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 21 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma. 2000. Jakarta Raja Grafindo Persada. Sentosa Sembiring. 2006. Himpunan Ketentuan Tentang Badan Usaha Koperasi dan Usaha Kecil. Bandung : Nuansa Aulia. Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Soerjono Soekanto. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta :Rajawali Perss. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
commit to user