Peran wanita yang memuliakan Allah 1.
Dalam pertemuan Jemaat
Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa pria adalah pemimpin di dalam rumah tangga dan gereja lokal sedangkan peran wanita adalah tunduk pada kepemimpinan pria (Ef. 5:22dst). Tetapi pada zaman sekarang sudah terjadi berbagai bentuk penentangan terhadap prinsip Allah. Penentangan ini sudah begitu meluas dengan menyaksikan banyaknya wanita yang ditahbiskan dalam posisi kepemimpinan di gereja. Fakta akan pertentangan prinsip Allah ini adalah sebagai salah satu bukti penyesatan terhebat di zaman ini karena diselubungi oleh filosopi dasar akan persamaan derajat antara wanita dan pria. Pria dan wanita menolak kebenaran Alkitab dan menjadi bingung dengan prinsip-prinsip dasar Alkitab yang menyinggung cukup dalam dan “kontroversial” mengenai perbedaan wanita dan pria. Dunia semakin dihebohkan dengan fenomena semakin banyaknya pria yang mencoba menjadi seperti wanita dalam hal berpakaian, bertingkah laku dan sebagainya. Tidak hanya itu, sebaliknya banyak wanita yang cenderung ingin menjadi pria; berpakaian seperti pria, melakukan pekerjaan pria, melakukan olahraga pria, menjadi tentara, wanita ingin mendapat gaji lebih untuk pekerjaan yang sama bahkan menjadi pemimpin di gereja , rumah tangga atau negara. Sayangnya banyak gereja justru cenderung dipengaruhi oleh dunia bukan sebaliknya. Kesalahan-kesalahan yang terjadi di dunia cenderung diulangi di gereja dengan mendapati wanita-wanita yang menjadi pemimpin di banyak gereja atau kelompok Kristen. Mengenai perbedaan wanita dan pria Alkitab sangat jelas dan tidak ada polemik untuk hal ini. Masalahnya adalah gereja terlalu banyak mencari sumber lain di luar Alkitab (extra-Biblical).
Perbedaan peran ini memang sudah rancangan Tuhan. Allah mengasihi baik pria maupun wanita. Wanita sangat penting bagi rumah tangga, gereja dan masyarakat. Tidak ada pihak dari laki-laki pun yang akan meragukan kemampuan seorang wanita jika sudah berurusan dengan dapur dan berbagai pekerjaan rumah. Wanita sudah jelas lebih cocok mengurusi urusan rumah tangga karena memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini. Ia tahu bagaimana menyusun, merapikan, membersihkan barang-barang rumah tangga dengan baik serta lebih mampu dari laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan cepat, banyak dan tepat. Tetapi laki-laki secara umum memilki keunggulan dalam psikis dan mental. Secara umum, Ia lebih mengandalkan rasio dibanding dengan wanita yang dominan (kental) dengan emosianal (perasaan). Maka itu lebih cocok menjadi pemimpin wanita dalam sebuah bina rumah tangga. Di dalam Kristus Yesus, wanita mempunyai posisi sama dan menerima berkat yang sama seperti yang dialami pria. Tetapi tidak berarti tidak ada perbedaan peran dan otoritas antara pria dan wanita. Kebenarannya adalah wanita dan pria itu sangat berbeda. Perjanjian Baru menulis bahwa pria adalah pemimpin di rumah tangga dan gereja. Wanita tidak dirancang Allah untuk memerintah lembaga-lembaga ini. Nabi Yesaya telah memperingatkan Israel ketika ia berkata bahwa wanita memerintah atas mereka (Yesaya 3:12). Menurut Alkitab, di gereja, tidak ada wanita yang boleh menjadi gembala atau diaken atau posisi kepemimpinan lain di atas pria. Siapa yang mengatakan ini? Allah. “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.” (I Tim 2:11-14) “Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuanpertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang? Jika seorang
menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan” (I Kor 14:34-37) Bagaimana mungkin wanita boleh menjadi gembala jika ia dilarang untuk mengajar atau memiliki otoritas atas pria? Wanita boleh menjadi gembala hanya jika mereka secara terang-terangan menentang pengajaran Alkitab. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah mentahbiskan rasul wanita. Semua rasul Yesus adalah pria. Standar untuk gembala diterapkan dengan ketat pada pria. Hanya pria yang dapat menjadi “suami dari satu istri” dan “memerintah rumah tangganya dengan baik” (I Tim 3:2,4. Titus 1:6)
Pengajaran Paulus tidak hanya berlaku untuk Jemaat mula-mula tetapi juga Gereja-gereja di segala abad Sebagian orang berkata bahwa pengajaran Paulus hanya ditujukan kepada orang Kristen di abad pertama atau hanya kepada situasi khusus di gereja Korintus. Alasan ini tidak benar karena : 1. Paulus berkata bahwa pengajaran dalam I Korintus 14 adalah perintah Tuhan (ayat 37). Semua orang Kristen dan semua gereja harus taat pada perintah ini karena salah satu perintah Tuhan tentunya. 2. Paulus berkata bahwa pengajaran dalam I Korijtus 14 adalah tes kerohanian. Paulus berkata seharusnya mereka yang sungguh-sungguh rohani harus mengakui bahwa pengajaran ini adalah perintah Tuhan. Dalam KJV dikatakan: “If any man think himself to be a prophet, or spiritual, let him acknowledge that the things that I write unto you are the commandments of the Lord” (1 Kor. 14:37). Mereka yang menolak pengajaran I Korintus 14 mengenai peran wanita dalam gereja membuktikan diri mereka belum rohani. 3. Dalam I Timotius, Paulus memberikan petunjuk yang sama mengenai wanita dan dalam surat ini dikatakan, ditulis untuk memberikan aturan yang baik bagi gereja. “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (I Tim 3:15) 4. Dalam memberi petunjuk mengenai peran wanita dalam gereja, Roh Kudus mengacu pada urutan penciptaanAdam yang pertama kemudian Hawa. Jadi tidak hanya berhubungan dengan zaman itu tetapi memang berhubungan dan mengacu ke segala zaman karena ini ketetapan Tuhan (ketetapan Tuhan tidak akan berubah sepanjang zaman. Mzm 119:112). 5. Paulus mengacu pada peristiwa kejatuhan manusia (I Tim 2:14) 6. Paulus mengacu pada sifat alami manusia (I Tim 2:14). Wanita dirancang untuk peran yang berbeda dengan pria dalam kehidupan yaitu sebagai ibu dan istri. Emosi, aspek psikolgis dan rasio begitu dekat dengan wanita tetapi wanita tidak dirancang untuk menjadi pemimpin. Di taman Eden Setan menipu wanita. Tetapi tidak dengan Adam. Adam berdosa tetapi dia tidak tertipu. Hawa mengijinkan dirinya dalam posisi membuat keputusan atas dirinya dan Adam yang seharusnya tidak ia lakukan. 7. Paulus mengatakan bahwa prinsip ini harus dipelihara sampai kedatangan Kristus yang kedua kali. 8. Surat Paulus kepada jemaat Korintus yang berbicara mengenai wanita harus tunduk dibawah otoritas pria ditujukan untuk semua orang Kristen (1 Kor. 1:2).
Mengenai beberapa wanita yang tercatat dalam Alkitab menjadi pemimpin
Debora (Hak. 4:4-5)
Mengapa Allah memakai Debora sebagai Hakim di Israel (Hakim4:4-5). Jawabannya begini : Kehendak Allah yang sempurna adalah pria sebagai pemimpin. Hal ini sangat jelas. Tidak boleh ditafsirkan berbeda. Tetapi ketika pria tidak mengambil tanggungjawab mereka sebagai pemimpin maka Allah bisa memakai wanita untuk menggantikan. Pria-pria di zaman Deborah begitu lemah dan pengecut. Faktanya adalah Barak, panglima perang Israel menolak pergi berperang kecuali Deborah pergi bersamanya (Hak 4:8). Lagipula Deborah secara jelas menyatakan bahwa ini tidak benar atau tidak lumrah dan ia memberitahu Barak bahwa Barak tidak akan mendapat kehormatan (Hakim 4:9). Dalam masa itu Allah tidak mendapati seorang pria yang melakukan kehendakNya maka Ia memakai wanita seperti Deborah yang bersedia maju ketika para pria menjadi lemah. Ini sering terjadi baik dalam sejarah gereja maupun di dunia sekuler sekalipun. Ini hanyalah dalam keadaan khusus dan mendesak. Tidak bisa diterapkan jika keadaan normal-normal saja. Jadi Alkitab tidak bermasalah dan bertentangan melainkan saling melengkapi. Masalahnya apakah kita mau mengikuti Alkitab atau tidak. Anak-anak dara Filipus Bagaimana dengan anak-anak dara Filipus? Mereka dikenal sebagai prophetesses (Kis 21:8-9). Bukankah ini juga contoh wanita dapat berkhotbah kepada pria dalam usaha untuk melepaskan karunia bernubuat? Fakta bahwa Allah memberikan karunia bernubuat kepada wanita tidak berarti mereka bebas untuk mengambil otoritas atas pria di dalam gereja. Anak dara Filipus bernubuat kepada para wanita saat itu. Buktinya ada pada perikop itu sendiri yaitu Ketika Allah ingin berbicara kepada Paulus, Allah memakai pria (Agabus) untuk melakukannya (Kis 21:8-11). Allah memberikan karuniaNya dengan melimpah kepada wanita tetapi itu harus dipakai dalam area yang tepat. Tidak pernah tercatat dalam Alkitab mereka bernubuat dalam pertemuan jemaat. Jadi, Pelayanan wanita difokuskan pada wanita dan anak-anak ( I Tim 2:15; II Tim 1:5; 3:15; Titus 2:3-5). Oleh karena tidak adanya rasul seorang wanita maka standard Ilahi juga menetapkan gembala hanya ditetapkan untuk pria (I Tim 3:2-4; Titus 1:5-9) 1 Timotius 3:1-7 Syarat-syarat bagi Penilik Jemaat/Penatua/Gembala/Pendeta/Pastor 3:1 Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” 3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Titus 1:6-9
1:4 Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita, menyertai engkau. 1:5 Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, 1:6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 1:7 Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 1:8 melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri 1:9 dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. Jelas bahwa jabatan Penilik Jemaat/Penatua/Gembala/Pendeta/Pastor harus Pria yg sudah berkeluarga (sudah menikah), dan sangat tidak boleh wanita. Perhatikan ayat 2, 4, ada syarat SUAMI dari SATU ISTRI, dan KEPALA KELUARGA yg baik. Jadi Pendeta Wanita sangat tidak Alkitabiah. Karena penulis menyamakan kata pendeta=penilik jemaat=gembala=penatua=pastor. Kata “pendeta” dalam bahasa Indonesia diadopsi dan muncul karena Orang Kristen Protestan ingin membedakan dengan PASTOR di Katolik. 1 Timotius 3:8-13 Syarat-syarat bagi Diaken/Majelis 3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, 3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. 3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. 3:11 Demikian pula isteri-isteri [dari para Diaken—ditambahkan Penulis] hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa. Ayat 12 sangat menekankan DIAKEN HARUSLAH SUAMI DARI SATU ISTRI, dan perhatikan ayat 11 dalam KJV memakai kata “THEIR WIVES” yaitu istri-istri dari para Diaken. Jadi kiranya SANGAT JELAS, dalam Alkitab hanya PRIA yg sudah Beristri/berkeluarga/yg sudah menikah yg boleh menjabat Diaken/Majelis dari suatu Jemaat/Gereja. Wanita tidak diperkenankan. Jadi Para Suami (Pria yg sudah menikah), jika sampai digerejamu ada Pendeta Wanita dan Diaken Wanita, satu hal yg SANGAT PERLU DISERUKAN “dimana Engkau Para Pria berada?” seperti kata Allah dalam Kejadian 3:9, “Dimanakah engkau (ADAM-Pria)?”
Para wanita tidak perlu berkecil hati dan merasa tidak adil, ini PERINTAH ALLAH dan Berlaku sepanjang Masa disepanjang Abad. Kita perlu ketaatan dalam hal ini. Wanita ada porsinya sendiri dalam pelayanan di Gereja dan Keluarga. Ingat Alkitab sangat ketat mengatur peran Pria dan wanita dalam Keluarga dan Gereja. Sedangkan peran Wanita di luar gereja dan Keluarga, Alkitab memberi kebebasan dan persamaan bagi Para Wanita untuk jadi Pemimpin/Bos/Manager/Direktur di Perusahaan, Parlemen/DPR/MPR, Negara, Kepresidenan, Kerja, dll. Ini SANGAT ALKITABIAH. Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. 1 Timotius 2:12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Wanita Sangat Tidak boleh Berkhotbah di Pertemuan Jemaat (Dewasa)/Ibadah Raya/Kebaktian Umum, atau apapun nama/istilahnya di gereja anda. Suatu revolusi yg total sedang terjadi dalam denominasi-denominasi dan gereja-gereja di seluruh masyarakat Barat. Sebagai bagian yg lebih besar dari pergolakan sosial itu yg ditimbulkan oleh gerakan pejuang hak-hak wanita, revolusi tersebut menyebabkan tidak berlakunya pembagian peranan antara pria-wanita yg tradisional di dalam rumah tangga maupun gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam menumbangkan kepemimpinan yg dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam menumbangkan kepemimpinan yg dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi tersebut telah menimbulkan banyaknya bahan bacaan baru dan membangkitkan perdebatan yg amat sengit. Revolusi ini bahkan telah menimbulkan terjemahan Alkitab yg baru dan tidak membedakan jenis kelamin. Sebagai akibatnya, pengajaran kristen yg tradisional mengenai kepemimpinan pria dan penundukan (subordinasi) wanita mengahadapi tantangan terbesar semenjak kekristenan muncul 2000 tahun yg lalu. A. Duane Litfin mengungkapkan pandangannya tentang arti revolusi ini sebagai berikut: Fase atau era gerakan pejuang hak-hak wanita yg muncul baru-baru ini, yg munculnya biasanya dinggap sama dengan karya Betty Friedan berjudul The Feminine Mystique pada tahun 1964, merupakan gelombang pasang yg terjadi sekarang. Gerakan ini telah melampaui batas kekuasaan kaum pria yg sudah ada selama lebih dari 2 abad. Namun, gelombang yg terjadi sekarang itu lebih luas dan lebih kuat pengaruhnya daripada pelopornya yg mana saja. Dan gelombang itu tampaknya menjadi bagian dari kecenderungan diseluruh dunia yg mungkin kini tak dapat ditawar-tawar lagi. Pandangan Egalitarian membuktikan bahwa tak ada alasan yg Alkitabiah bagi kaum wanita untuk tidak sama-sama mengambil bagian dalam tugas kepemimpinan di gereja, atau tidak berperan serta dalam suatu hubungan pernikahan yg didasarkan atas prinsip saling menundukkan diri dan saling mengasihi. Penekanan pandangan Egalitarian adalah saling menundukkan diri—bukan penundukan diri dari satu pihak kepada pihak yg lain, melainkan masing-masing pihak menundukkan diri satu sama lain—baik dalam gereja maupun dalam rumah tangga. Sebaliknya, pandangan tradisional tentang hubungan peranan pria-wanita tetap berpendapat bahwa ada alasan ygkuat, memaksakan, dan Alkitabiah untuk menguatkan kekepalaan/kepemimpinan pria dan penundukan kaum wanita di dalam gereja maupun dalam rumah tangga. Meskipun pandangan ini mengakui penundukan diri satu sama lain sebagai suatu prinsip yg Alkitabiah, namun penundukan diri satu sama lain tidak mengesampingkan tatanan tentang otoritas dan penundukan diri yg terdapat di bagian-bagian lainnya. Tidak sama dengan pandangan egalitarian, pandangan tradisional tidak membuat berlawanan bagian-bagian yg membicarakan mengenai persamaan hak maupun penundukan kaum wanita.
2.
Peran wanita dalam Jemaat Lokal
Melarang wanita masuk dalam pelayanan sama artinya mengatakan bahwa wanita tidak berharga dalam pelayanan Yesus Kristus. Paulus mempunyai rekan sekerja wanita (Fil 4:3). Febe adalah contoh (Roma 16:1-2). Priskila disebutkan bersama suaminya Akwila (Roma 16:3). Mereka adalah penanam gereja (Roma 16:5). Luk 2:36 = Mengenai tokoh Hana. Mengapa Hana disebut nabi, tidak ada yang tahu. Alasan yang mungkin adalah Hana adalah istri seorang nabi atau alasan lain karena ia menjadi pemuji di bait Allah ( I Taw 25:1,2,4; I Sam 10:5) atau karena ia sendiri menubuatkan kejadian masa depan . Kata nabiah dalam PB hanya ada di sini dan Wahyu 2:20. Dalam bahasa Yunani kuno kata ini berarti wanita yang menafsirkan tulisan firman Tuhan. Nah, peran wanita dalam pelayanan di jemaat lokal sebenarnya akan banyak sekali. Contohnya :
Menjadi Guru sekolah minggu anak-anak Menjadi guru Sekolah Minggu dan mengajar anak-anak tidaklah melanggar batasan peran wanita dalam Jemaat lokal. Mengajar anak-anak dalam sekolah minggu dapat dipahami sebagai membimbing anak-anak (yang belum dapat mengerti firman Tuhan) dalam mengenal Firman Tuhan. Pemegang jabatan tugas ini sangat cocok (walaupun laki-laki juga bisa) dan memerlukan peran perempuan karena ini berkaitan biasanya yang dapat lebih memahami seorang anak adalah ibunya (perempuan). Tidak bisa dipungkiri bahwa ikatan perasaan (batin) seorang wanita dengan seorang anak lebih sensitif dibandingkan oleh laki-laki. Jangan menganggap pelayanan ini memiliki tingkat yang rendah. Semua pelayanan kepada Tuhan asalkan sesuai dengan keinginan Tuhan maka sangat berharga dimata Tuhan. Lagipula, secara umum kita mengetahui fase masa anak-anak bagi individu adalah fase yang cukup menentukan kepribadian individu tersebut. Betapa sangat berharga sekaligus memiliki beban yang serius menjadi guru Sekolah Minggu anak-anak itu.
Memimpin dalam Persekutuan Wanita (PW/KW) Alkitab hanya melarang wanita untuk memimpin para pria yang sudah dikategorikan dewasa. Dalam kebaktian umum misalnya terdapat banyak pria yang bisa memimpin dan memahami kebenaran firman Tuhan maka wanita tidak boleh memimpin mereka. Tetapi Alkitab tidak melarang sesama wanita memimpin dalam suatu persekutuan di gereja lokal. Jadi, dalam persekutuan wanita, siapapun wanita yang merasa diri mampu mengajarkan kebenaran firman Tuhan dipersilahkan dengan seluas-luasnya. Tentu pelayanan itu tidak sebatas pengkotbah tetapi juga pemimpin nyanyi, pemain musik, pengumpul persembahan dan sebagainya.
Menjadi pembimbing dalam persekutuan Remaja Fase remaja merupakan fase antara anak-anak dan dewasa. Jadi, mereka belum dikatakan dewasa, hanya menuju fase dewasa. Sama seperti pelayanan di Sekolah Minggu, mereka dapat membimbinga dalam pengenalan lebih dalam akan kebenaran Firman Tuhan. Terutama bagi mereka (wanita) yang sudah memiliki anak, mengajar sekolah minggu dan persekutuan remaja dapat dijadikan praktek tambahan dalam membimbing anaknya sendiri di rumah tangga.
Melayani dalam bermain musik, menjadi anggota paduan suara maupun penyambut tamu yang ramah Yang tidak diperbolehkan dari wanita lakukan oleh Alkitab adalah mengajar (berkotbah) kepada laki-laki dalam pertemuan Jemaat umum. Dan segala pelayanan yang mengandung unsur mengajar di dalamnya maka itu dikategorikan dilarang juga. Jadi kalau ikut dalam pelayanan bermain music, menjadi anggota paduan suara umum maupun penyambut tamu tidak ada masalah bagi seorang wanita.
3.
Kesimpulan
Sebagai pengajar, pendengar maupun pelaku firman Tuhan kita dituntut memiliki tanggung jawab yg sangat besar akan apa yang kita lakukan dari, oleh dan untuk Firman Tuhan. Jika salah mengajar dan bahkan menyesatkan jemaat, maka (bagi kita yang sudah lahir baru, artinya sudah pasti masuk surga) akan menerima upah yang kecil di Surga. Apapun yang Alkitab perintahkan dan ajarkan, kita wajib mengikutinya setepat mungkin karena ini adalah perintah dan firman Tuhan. Dalam pelayanan wanita di Jemaat lokal Alkitabiah, hanya ada satu yang tidak diperbolehkan atau menjadi pembeda dengan laki-laki yaitu mengajar laki-laki (Misalnya, menjadi Gembala/Pendeta). Banyak sekali pelayanan yang dapat dilakukan oleh wanita yang berintegritas dengan baik tanpa menentang firman Tuhan melainkan menyenangkan Tuhan. Tentu selain pelayanan-pelayanan yang disebutkan diatas masih banyak lagi yang lainnya. Asalkan tidak mengandung unsur mengajar laki-laki dewasa maka wanita bisa melakukan pelayanan itu dengan sebaik-baiknya.