PERAN REINFORCEMENT DALAM KEMAMPUAN REGULASI DIRI PADA SISWA SD SELAMA DI KELAS Y.F. Erni Sulistyaningsih1 dan Berliana Henu Cahyani2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Abstract This study aimed to determine the role of reinforcement in the selfregulation of elementary students in the classroom. This study is qualitative using interviews and observations as well as the validity of the data triangulation. Subjects were third-grade elementary students. There are four research subjects and eleven informants were used as a source of information to the research themes reinforcement and self-regulation. The study found several categories of findings for the regulation of the ability of attention to the instructions, the ability to seek instruction capabilities in monitoring, involvement in class, metacognitive talk. The study found several categories of findings emerged for the reinforcement of social reinforcement in the form of praise, among others, as well as body language, and reinforcement activities and privileges which include the right to leave the classroom or earlier if the group has completed the task. Furthermore, negative reinforcement occurs among others reprimanded if not pay attention to the teacher's explanation.
Keywords: reinforcement, self-regulation
1
Penulis pertama adalah alumnus program studi S1 Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (email:
[email protected]). 2 Penulis kedua dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (email:
[email protected]). Jurnal Spirits Vol. 2 No. 1, November 2011
ISSN: 2087-7641
1
Pendahuluan Guna mempersiapkan anak didik lebih siap dan mandiri serta percaya diri dalam menghadapi UAN saat kelas enam, sebagian besar sekolah dasar swasta menawarkan sistem pendidikan yang lebih maju. Sistem sekolah swasta baru tersebut itu sangat variatif, mulai dari metode Beyond Center and Circle Time (BCCT), Moving class, Active Learning, Individual Learning, dan Child Centered Learning. Anak-anak diharapkan dapat belajar dengan baik dan hasil yang lebih memuaskan dan anak-anak dapat menghadapi ujian dengan lebih siap, karena regulasi diri yang baik. Beberapa SD di Yogyakarta telah menerapkan metode belajar yang lebih maju yang mampu membangun regulasi diri siswa dengan baik, sekolah itu antara lain SD Tumbuh dengan metode Moving Class dan Inquiriy Learning dan Beyond Center and Circle Time (BCCT), SD Yogyakarta Montessori dengan Metode Montessori, SD Olifant dan SD Decescio dengan metode Active Learning. SD Montessori Yogyakarta menggunakan metode Montessori, menerapkan metode child center learning, siswa belajar secara individual dan sesuai dengan fase masing-masing anak, anak-anak belajar melalui alat peraga edukatif, dari teman sekelas atau peer learning dan dari lingkungan sekitar. Peran guru hanya berperan sebagai “director” atau mengarahkan saja dan kemudian menjadi observer ketika siswa bekerja dan belajar (Montessori, 2004). Anak-anak di kelas Montessori belajar sendiri belajar dengan alat peraga edukatif atau yang biasa disebut apparatus, karena apparatus yang sudah dipersiapkan sebelumnya atau prepared environment (Standing, 1997). Apparatus dikelas Montessori memiliki auto learning, yaitu alat belajar yang memiliki control of error atau pengontrol kesalahan sehingga siswa dapat menemukan kesalahan sendiri dalam belajar, dan kemudian mencari solusinya tanpa banyak bantuan dari guru (Montessori, 2002). Siswa menjadi lebih mandiri dan memiliki kemampuan regulasi diri yang baik, karena belajar memilih melakukan pekerjaan dan mengatur sendiri. Kemandirian diri dalam bekerja dalam kelas atau regulasi diri pada siswa memegang peranan yang sangat penting, siswa harus mampu mengatur dirinya sendiri untuk bekerja seperti menghitung, menulis dan menggali ilmu dan belajar Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
2
di dalam kelas, Montessori (Montessori, 2004). Sistem Montessori ini sejalan dengan pendapat Boekaerts & Cascallar (2006) yaitu keterampilan dan strategi dalam regulasi diri sangat penting dan dimanfaatkan dalam hubungan sosial serta dalam
pembelajaran.
Pembelajaran
mandiri meningkatkan
fungsi
keterampilan dan kemauan individu (Woolfolk, Winne, dan Perry, 2000). Konsep pembelajaran mandiri adalah mekanisme untuk membantu menjelaskan perbedaan prestasi antara
siswa
dan
sebagai
sarana
untuk
meningkatkan
prestasi
(Schunk, 2005). Regulasi diri sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar (Winne, 1997). Perilaku manusia sebagian dari regulasi diri, dan standar dari perilaku menjadi dasar dari penilaian diri (Hergenhanh dan Oslon, 1977). Belajar dapat diperoleh melalui proses akademik, anak yang sukses secara akademik mampu untuk mengatur dirinya dengan memonitor dan menyesuaikan diri selama di kelas (Straight, dkk., 2001). Anak-anak dengan peraturan diri rendah mengalami kesulitan berhubungan dengan teman sebaya, menghasilkan hubungan dengan guru, negosiasi dunia sosial mereka, dan berhasil secara akademis (Piotrowski, dkk., 2012). Kemampuan regulasi diri tidak dapat berkembang dengan sendirinya, diperlukan lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan kemampuan regulasi diri. Sebagai keterampilan dan strategi individu mengatur diri sendiri dalam perilaku belajar adalah fungsi dari keinginan individu untuk mencapai dalam pembelajaran mereka. Regulasi diri dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh faktor pribadi, faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruhpengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang dan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi regulasi diri adalah reinforcement (Bandura dalam Alwisol,
2006).
Miltenberger
(2011)
berpendapat
reinforcement
atau
penguatan adalah proses perilaku yang diperkuat dengan konsekuensi langsung setelah
kejadian. Ketika suatu
perilaku
diperkuat,
adalah lebih
mungkin
terjadi lagi atau diulang di diwaktu yang akan datang. Penguatan atau reinforcement akan membuat anak mengulang kembali perilaku yang disukai, reinforcement ini dapat berupa positive reinforcement dan negative reinforcement, kedua reinforcement tersebut memegang peranan yang Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
3
cukup penting dalam proses pembentukan regulasi diri dalam diri anak selama belajar di kelas. Regulasi diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka dapat memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (Bandura dalam Alwisol, 2006). Sementara Harter (Shaffer, 1994) menjelaskan bahwa regulasi diri merupakan proses yang terjadi dalam individu yang tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal atau pengawasan dan merupakan suatu perilaku yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Penetapan tujuan dan penilaian diri merupakan unsur yang penting untuk memperoleh hasil yang bernilai tinggi dalam setiap bidang usaha (Gredler, 1991). Skinner (Alwisol, 2006) menerangkan mengenai reinforcement adalah merupakan suatu strategi kegiatan yang membuat perilaku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi lagi) pada masa yang akan datang. Burden (2003), menjelaskan mengenai reinforcement adalah sebagai suatu kejadian atau konsekuen yang meningkatkan atau kemungkinan suatu yang segera mengikuti perilaku tersebut. Soemanto (1998) berpendapat, bahwa pemberian reinforcement (penguatan) adalah suatu respon positif maupun negatif dari guru kepada siswanya yang telah melakukan suatu perilaku tertentu. Pemberian penguatan (reinforcement) bertujuan agar siswa melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Positive Reinforcement atau penguatan positif (Miltenberger, 2011), merupakan stimulus yang disajikan atau yang muncul setelah perilaku disebut penguat positif. Dalam penguatan negatif, stimulus yang dihapus
atau
Perbedaan
dihindari yang
setelah
perilaku
penting
positif, respon menghasilkan
adalah
stimulus
ini
disebut bahwa
(penguat positif),
stimulus
aversif.
dalam penguatan sedangkan
pada
penguatan negatif, respon menghilangkan atau mencegah terjadinya rangsangan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa reinforcement berperan dalam regulasi diri siswa sekolah dasar selama di kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran reinforcement terhadap regulasi diri siswa dan bentuk-bentuk reinforcement serta peran regulasi diri siswa SD selama belajar di kelas. Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
4
Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Nasution (2003), penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia mereka. Tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikir dan persepsinya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 1.
Metode Observasi. Observasi dikelas dilakukan untuk pengumpulan data penelitian,
tujuan
dari
observasi
ini
adalah
untuk
mengamati,
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, dengan dibuat catatan secara sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti (Hadi, 2004). Pengambilan data observasi menggunakan cara rating scale, anecdotal record dan checklist. 2.
Metode Wawancara. Wawancara dilakukan kepada siswa, dan guru dengan wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan dengan cara sistematis dan berstandarkan pada pedoman penelitian guna mengumpulkan data untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah (Hadi,2004).
Observasi dan wawancara dilakukan terhadap siswa selama mengikuti kegiatan belajar di kelas pada semua mata pelajaran pada kurikulum nasional, untuk mengetahui kemampuan regulasi diri selama di kelas dan juga pada guru untuk mengetahui bentuk reinforcement yang diberikan guru selama mengajar di kelas terhadap siswa. Aspek-aspek regulasi diri yang digunakan untuk observasi dan wawancara siswa dan guru mengacu dari Straight (2001) yang meliputi: kemampuan memerhatikan instruksi, kemampuan mencari instruksi, kemampuan dalam monitoring, keterlibatan di dalam kelas, metacognitive talk. Aspek-aspek reinforcement yang digunakan untuk wawancarasiswa dan guru adalah positif dan negativere inforcement yang mengacu pendapat Skinner Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
5
(Miltenberger, 2011) dengan meliputi: memberikan dan memilih atau penguatan yang tepat yang bagi anak supaya terjadi perilaku yang diharapkan.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek empat siswa kelas tiga sekolah dasar yang merupakan siswa SD Montessori di Yogyakarta. SD Montessori Yogyakarta memiliki keunikan pada metode belajar Montessori yang digunakan: 1.
Kelas mixed aged grup (kelas campur) yaitu anak kelas satu sampai kelas tiga dicampur dalam satu kelas atau disebut sebagai lower grade class, dengan range usia anak
dari enam dan anak kelas empat sampai kelas enam
dicampur dalam satu kelas atau disebut sebagai upper grade class. 2.
Prepared environment yaitu peralatan dan material yang ada didalam kelas telah disiapkan dan diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat berkerja dan belajar di kelas secara individual, semua alat peraga dikelas memiliki memiliki auto learning, yaitu alat belajar yang memiliki control of error atau pengontrol kesalahan, child centered learning. Para siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing, sehingga setiap siswa akan memiliki project belajar yang berbeda.
Hasil penelitian dapat ditemukan sub kategori dari regulasi diri selama di kelas yang terdiri dari 31 sub kategori. Subjek penelitian menunjukkan regulasi diri selama mengikuti kegiatan belajar di kelas. Perilaku regulasi meliputi kemampuan memerhatikan instruksi, mendengarkan instruksi, monitoring, keterlibatan di dalam kelas dan metacognitive talk. (Straight,2001). Ditinjau dari aspek-aspek dalam regulasi diri tampak menunjukkan perilaku yang berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena setiap individu mempunyai potensi untuk mengatur dirinya sendiri agar dapat membentuk perilaku yang diinginkan. Perilaku manusia sebagian dari regulasi diri dan standar perilaku menjadi dasar dari penilaian diri (Hergenhah dan Olson,1997). Bandura berpendapat, jika seseorang dapat mencapai standar perilakunya, maka akan Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
6
menilai dirinya secara positif, jika standar perilakunya rendah, maka akan menilai dirinya secara negatif (Hergenhah dan Olson, 1997). Berikut ini penjelasan dari aspek-aspek regulasi diri hasil dari penelitian: a.
Kemampuan memerhatikan instruksi. Kemampuan memerhatikan instruksi menunjukkan beberapa perilaku terkait regulasi diri, yaitu: memerhatikan penjelasan guru, tidak memerhatikan penjelasan guru, guru menegur ketika siswa tidak memerhatikan, beberapa kali mengajak teman berbicara ketika proses belajar, mudah berkonsentrasi, sulit berkonsentrasi, dan menangis ketika tidak paham materi.
b.
Kemampuan mencari instruksi. Kemampuan mencari instruksi meliputi: bertanya kepada guru dan teman ketika tidak paham materi, tidak bertanya kepada guru dan teman, bertanya kepada guru ketika tidak paham materi, ingin diperhatikan, dan tidak paham, tidak bertanya.
c.
Kemampuan dalam monitoring. Beberapa perilaku dalam monitoring meliputi: Mengecek tugas dengan kesadaran sendiri, Tidak mengecek tugas karena mementingkan melakukan aktivitas lainnya atau berbicara dengan teman, Memperlihatkan hasil tugas kepada teman, Mengoreksi tugas dipandu dan dipantau guru, Bertanya kepada guru untuk mengoreksi tugas, dan Beberapa kali mengoreksi tugas.
d.
Keterlibatan Didalam Kelas. Keterlibatan di dalam kelas meliputi: Aktif menjawab pertanyaan guru, Terlibat dalam diskusi, Tidak aktif diskusi, Menyampaikan ide tapi kurang lancar, Membantu teman yang tidak mengerti, Butuh bimbingan guru, Lambat mengerjaka tugas, dan Diingatkan guru untuk menyelesaikan tugas.
e.
Metacognitive talk. Metacognitive talk meliputi: Berusaha menyampaikan ide, Aktif memberikan ide, Tidak berinisiatif, Bercerita ketika diminta guru, dan Mau bercerita ketika tergantung suasana hati.
Regulasi diri sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar (Winne, 1997). Perilaku manusia sebagian dari Regulasi diri dan standar perilaku menjadi dasar dari penilaian diri (Hergenhanh dan Olson, 1997). Proses perkembangan Regulasi Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
7
diri pada anak terjadi ketika berinteraksi dengan lingkungannya (Cross dan Parism 1988; Presley, Haris dan Marks, 1992; Rogoff, 1992; Tharp dan Gallimore, 1988 dalam Stright, dkk., 2001). Peran instruksi dari orang tua dalam self regulation pada anak sangat penting (Rogoff, 1990; Ryan dan Adam, 1995 dalam Stright, dkk., 2001). Dan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi regulasi diri adalah reinforcement (Bandura dalam Alwisol, 2006). Hasil penelitian dapat ditemukan sub kategori dari reinforcement selama subjek belajar di kelas terdiri dari 21 sub kategori. Subjek penelitian memperoleh beberapa reinforcement dari teman dan guru selama mengikuti kegiatan belajar di kelas. Reinforcement yang diperoleh bermacam-macam yang tergantung dari perilaku, kemampuan, dan peraturan yang diterapkan oleh sekolah. Aspek–aspek reinforcement yang terima oleh subjek meliputi positive dan negative reinforcement
(Miltenberger,
2011;
Walgito,
2004).
Tujuan
pemberian
reinforcement antara lain (Mulyasa, 2008). Ada tiga yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, serta meningkatkan kegiatan belajar dan membina perilaku yang produktif. Hasil penelitian mengenai peran reinforcement berperan dalam regulasi diri siswa dalam belajar dikelas muncul, reinforcement tersebut terbagi dalam dua aspek yaitu positive dan negative reinforcement. Berikut ini penjelasan aspek-aspek reinforcement hasil dari Positive Reinforcement. Pemberian positive reinforcement menunjukkan pada anak bahwa tindakan anak akan dinilai dan lebih bermakna, namun dengan beberapa kali pemberian positive reinforcement ini membuat anak semata-mata hanya tergantung pada kepuasaan sesaat semata dan efeknya kurang bertahan lama (Sigler, & Aamidor 2005; Trolinder, Choi, & Proctor 2004; Lannie & McCurdy 2007; Morrison & Jones 2006). a) Hasil dari penelitian ini memperoleh hasil bahwa positive reinforcement terbagi menjadi dua kategori yaitu: (1) Social reinforcement, yang berupa pujian sederhana dari guru dan teman terbukti memiliki efek yang lebih tahan lama dalam mengubah perilaku Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
8
anak (Gable, Hester, Rock & Hughes 2009; Storemont, Smith & Lewis 2007; Peterson-Nelson, Caldarella, Young & Webb 2008). Social reinforcement yang diperoleh subjek selama melakukan penelitian ini yaitu: Label pintar, Pujian secara lisan, Label pintar, Body language, Suka dengan guru yang tegas tapi tidak galak, Suka dengan cara guru mengajar yang jelas, Suka dengan guru, karena sering dibantu, dan Susah mengerjakan - meski telah mendapatkan positive reinforcement. (2) Activities and previlages reinforcement Activities and previlages reinforcement yang merupakan kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk belajar. (Docan, 2006; Lepper. Corpus, dan Lyenger 2005), yang diperoleh subjek selama melakukan penelitian ini yaitu: Tugas tambahan bagi yang selesai lebih dulu, Mendapatkan tanda tangan dari guru, Makan snack lebih awal, dan Meninggalkan kelas lebih awal.
b) Negative Reinforcement Negative Reinforcement yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: Ditegur dan dipanggil namanya jika tidak memerhatikan guru, Tidak suka dengan perilaku guru yang menyebalkan dan suka marah, Mendapatkan gelengan kepala atau wajah kurang suka, Menulis di disiplin journal, Terganggu teman yang ribut, Belum pindah kelas / pulang jika belum selesaikan tugas dan mendapatkan tanda tangan dari guru, Membuat ulah karena bosan, Pulang diam-diam meski belum selesaikan tugas, Jika ada yang melanggar peraturan menulis di disiplin journal, Tidak suka mata pelajaran yang diampu guru yang tidak disukai. Jika ada mata pelajaran yang dulu disukai kemudian tidak disukai, karena diampu oleh guru yang tidak disukai membuat tujuan pemberian reinforcement yang menurut Hasibuan dan Moejiono ( 2008) yaitu untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dan mengembangkan dan mengatur diri sendiri (regulasi diri), dalam belajar tidak tercapai karena dihambat oleh reinforcement negative yang berasal dari guru.Jadi pemberian Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
9
reinforcement sangat mempengaruhi kemampuan regulasi diri siswa selama belajar di kelas. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan reinforcement berperan dalam menentukan tingkat kemampuan regulasi diri SD didalam kelas. Hasil penelitian dari regulasi diri dan reinforcement adalah sebagai berikut: Kemampuan
memerhatikan
instruksi,
Kemampuan
mencari
instruksi,
Kemampuan monitoring, Keterlibatan di dalam kelas, dan Metacognitive talk. Sedangkan
untuk
reinforcement,
kategori
Activities
and
variabel
reinforcement
previlages
meliputi:
reinforcement,
serta
Positive negative
reinforcement. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pada subjek penelitian atau siswa yang menjadi subjek penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan regulasi diri selama proses belajar dengan bimbingan dan arahan dari guru. Cara yang dapat dilakukan misalnya memerhatikanpenjelasan guru, mengerjakan tugas yang diberikan guru, meningkatkan konsentrasi, ketika tidak paham dengan materi pelajaran bertanya kepada guru atau teman yang dianggap mampu, berusaha aktif selama diskusi atau tanya jawab. Guru sebagai pendidik dan pembimbing siswa diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan regulasi diri siswa melalui cara memberikan reinforcement yang tepat baik positive maupun negative reinforcement pada setiap siswa sesuai dengan kebutuhannya. Cara yang dapat dilakukan misalnya: mengevaluasi cara penyajian dalam pemberian pelajaran dikelas dan membuat feed back, tetap memantau siswa dalam menyelesaikan setiap tugasnya, melibatkan siswa agar dapat kesempatan untuk lebih aktif dalam diskusi, mempertahankan discipline journal dan meningkatkan positive reinforcement, tidak memberikan konsekuensi yang tidak relevan dengan permasalahan. Sekolah dapat berusaha untuk memberikan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar dan memberikan penanganan secara khusus dengan bekerjasama Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
10
kepada orangtua siswa apabila terdapat siswa yang mengalami kecenderungan berkebutuhan khusus.Selain itu, sekolah dapat memberikan pelatihan kepada para guru tentang pengelolaan kelas, reinforcement, regulasi diri untuk meningkatkan regulasi diri siswa selama di kelas. Pelatihan tersebut diberikan kepada guru dengan mendatangkan trainer yang berkompeten diberbagai bidang maupun berbagai workshop yang dapat menunjang kemampuan guru dalam mengajar. Peneliti selanjutnya yang berminat pada tema reinforcement maupun regulasi diri dapat melakukan riset dengan observasi dan wawancara pada setiap mata pelajaran agar mendapatkan gambaran data yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian, edisi revisi. Malang: UMM Press. Bandura. 1971. The nature of reinforcement. Stanford. Academic Press. Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali Boekaerts,Cascallar. 2006. How Far Have We Moved Toward the Integration of Theory and Practice in Self-Regulation? Education Psychology Rev (2006) 18:199–210 DOI 10.1007/s10648-006-9013-4.Springer Science + Business Media, Inc. Bouxsein, dkk. 2001. Evaluating The Separate And Combined Effects Of Positive Burden.
2003.
Classroom
Management
Creating
A
Successful
Learningcommunity. USA: John Wiley & sons,Inc. Docan. 2006. Positive and negative incentives in the classroom: an analysis of grading systems and student motivation. Journal of Scholarship of Teaching and Learning.Vol. 6. October 2006. 21-40 Gable,dkk. 2009. Back to basics: rules, praise, ignoring, and reprimands revisited. Intervention in school and clinic.Vol.44. no.4. 195-205 http://libres.uncg. edu/ir/uncg/f/M_Rock_Back_2009.pdf Hadi. 2004. Metodologi Research.Yogyakarta: Andi Offset. Hasibuan, Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya.
Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
11
Hergenhanh, B.R.dan Olson, M.1997. An Introduction to Theories of Learning. Fifth edition. New Jersey: Prentice-Hall International, Inch. Lannie, McCurdy,B.L. 2007. Preventing disruptive behavior in the urban classroom: effects of the good behavior game on student and teacher behavior.Project Muse Scholarly Journals online education and treatment of children vol. 30 no. 1. http://www.sagepub.com/mertensstudy/articles/ Ch_7-3.pdf Miltenberger. 2004. Behavior Modification, Principles and Prosedure.New York: Wadsworth, Adivision of Thomsons Learning. Montessori. 2002. The Absorbent Mind, The method and theory comment. UK: MPG book limited Bodmin Coonwall. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Professional ( Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan).Bandung : PT Remaja Rosdaya. Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:Tarsito Piotrowski. 2012. Investigating Correlates of Self-Regulation in Early Childhood with a Representative Sample of English-Speaking American Families. J Child Fam Stud.DOI 10.1007/s10826-012-9595-z www.Springerlink.com Schunk. 2005. Commentary on self-regulation in school contexts. Learning and Instruction. 2005.173-177. http://www.unco.edu/cebs/psychology/kevinpu gh/ motivation_project/resources/schunk05.pdf Soemanto. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Standing. 1997. Maria Montessori Her Life and Work. New York: Plume, The Penguin Grup. Straight, Dkk. 2001. Instruction Begins In The Home: Relations Betwen Parental Instruction And Children’s Self Regulation In The Classroom. Journal of Educational Psychology. APA. Vol. 93. No. 3, 456 – 466.27. Syah. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta:Rajawali Press Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Syah. 2001. Psikologi Belajar . Jakarta: Rajawali Press. Walgito. 2004. Psikologi umum, Yogyakarta: Andi Offset. Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
12
Winne, P.H. 1997. Experimenting to Bootstrap Self Regulated Learning. Journal of Educational Psychology. APA. Vol.89. N0.3, 397– 410. Woolfolk, Winne, Perry. 2000. Educational psychology (3rd Canadian ed). Toronto: Pearson.
Jurnal Spirits Vol 2 No1 November 2011
ISSN: 2087-7641
13