e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 PEMARON KECAMATAN BULELENG Desak Ketut Sarining Sekar1, Ketut Pudjawan2, I Gd Margunayasa3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, 3Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pelajaran IPA, mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kelas IV di SD No 2 Pemaron Kecamatan Buleleng dan mendiskripsikan usaha-usaha guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kelas IV di SD No 2 Pemaron Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dan guru IPA sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif IPA pada siswa, aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif IPA dan kendala yang dialami dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif IPA. Metode pengumpulan data menggunakan tes uraian & wawancara yang hanya dilakukan pada guru IPA. Hasil penelitian ini adalah sebanyak 46,45% peserta didik memperoleh nilai dibawah rata-rata termasuk kategori sedang. Hasil analisis indikator menunjukkan bahwa berpikir orisinil merupakan indikator dengan persentase tertinggi yaitu dengan jumlah persentase 84,17% dari indikator berpikir lancar, berpikir elaboratif dan indikator berpikir luwes. Kendala-kendala yang dihadapi dalam kemampuan berpikir kreatif adalah minat siswa yang masih rendah, fasilitas yang kurang memadai, kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, metode pembelajaran yang kurang menarik dan kurang perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak-anaknya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif IPA antara lain guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik & menyenangkan seperti lebih banyak mengajak peserta didik melakukan eksperimen di kelas atau di luar kelas. Kata Kunci: deskriptif kualitatif, pelajaran IPA, kemampuan berpikir kreatif. Abstract This study aimed to describe the creative thinking abilities of students in science lessons, describe the obstacles faced by teachers in improving the thinking skills of fourth grade in elementary school No. 2 Pemaron Buleleng and describe the efforts of teachers in improving the thinking skills of fourth grade in elementary school No. 2 Pemaron Buleleng. This type of research is qualitative descriptive. The subjects were students of class IV and science teachers, while the object of this study is the ability to think creatively IPA on students, the activities undertaken to improve the ability to think creatively IPA and constraints experienced in enhancing the ability to think creatively IPA. Methods of data collection using test descriptions and interviews were only conducted on a science teacher. Results of this study are as much as 46.45% of students scored below average including medium category. Results of the indicator analysis shows that original thinking is an indicator with the highest percentage of the total percentage of 84.17% of
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 the indicators of current thinking, thinking elaborative and indicators to think flexibly. Constraints faced in the ability to think creatively is the interest of students is still low, inadequate facilities, lack of utilization of the environment as a source of learning, learning methods that are less attractive and less parental supervision of their children's learning activities. Efforts are being made to improve the ability to think creatively IPA, among others, teachers use a more varied learning methods and implement learning activities more interesting and fun as more invites students to conduct experiments in the classroom or outside the classroom. Keywords: qualitative descriptive science lesson, the ability to think creatively.
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu berkompetisi dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam PP no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional diuraikan bahwa “salah satu misi daya saing di tingkat nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam upaya menghadapi tantangan global”. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya untuk dapat memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola semaksimal mungkin, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai usaha untuk memperbaiki system pendidikan nasional, yakni melakukan penyempurnaan kurikulum, mengadakan berbagai pelatihan terhadap kualitas guru, pengadaan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu managemen pendidikan. Tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh perserta didik. Tujuan mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Tujuan semua pendidikan adalah menyediakan lingkugan yang memungkinkan perserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan (potensi), terutama dalam hal meningkatkan berpikir kreatif secara optimal. KTSP sangat memmungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikbertakan dan mengembangkan mata pelajaran
tertentu yang diangap paling dibutuhkaan siswanya. KTSP juga menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mampu mengandung halhal yang dapat membantu siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Dengan demikian, suatu pendidikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar di SD. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memahami hal tersebut. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemunkinan jawaban. Berpikir kreatif juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Kemampuan dalam berpikir kreatif siswa dengan baik, dapat menentukan kesuksesan dalam belajar. Moch Sholeh (1988:197), “dalam memahami kondisikondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif, guru dapat mendorong dan memelihara perkembangan serta meralisasikan bakat kreatif siswa yang masih terpendam”. Kreatifitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif,s edangkan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa untuk berpikir kreatif. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang, tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk (IPA) perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpkir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Seperti yang sudah dijelaskan, mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, maupun bekerjasama sudah lama menjadi focus dan perhatian peserta pendidik sains (IPA) di kelas, karena hal ini berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan sains. Tetapi, focus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam sains (IPA). Berpikir kreatif dalam hal ini merupakan pola piker siswa yang dapat menghasilkan banyak ide bervarisai yang sebelumnya tidak ada. Berdasarkan pemaparan diatas, menjadi sangat menarik untuk diteliti bagaimana kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Pemaron. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan (1) Mendiskripsikan profil berpikir kreatif pada siswa kelas IV di SD No. 2 Pemaron Kecamatan Buleleng, (2) Mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kelas IV di SD No 2 Pemaron Kecamatan Buleleng, dan (3) Mendiskripsikan usaha-usaha guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kelas
IV di SD No 2 Pemaron Kecamatan Buleleng. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian membutuhkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna (Sugiyono, 2012). Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian semacam itu, peneliti mencoba menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan. Dalam studi deskriptif tidak ada kontrol perlakuan seperti dalam studi eksperimen karena tujuannya adalah menggambarkan “apa adanya” berkaitan dengan variabel-variabel atau kondisikondisi dalam suatu situasi. Penelitian deskriptif pada umumnya tidak diarahkan untuk pengujian hipotesis. Penelitian ini dilakukan hanya satu tempat yaitu di SD No 2 Pemaron Kecamatan Buleleng. Peneliti memilih di SD No 2 Pemaron karena SD ini tergolong SD yang memiliki kriteria sedang. Subjek penelitian atau sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas IV dan guru kelas IV di SD No 2 Pemaron. Pada sekolah ini hanya diambil satu kelas sebagai sumber data. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan prosedur purposif yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009). Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif pada pembelajaran IPA di SD No 2 Pemaron. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara. Tes yang digunakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif IPA siswa adalah tes uraian yang berjumlah 10 butir. Tes dibuat berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif yang meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir elaboratif. Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semistruktur dengan soal berjumlah 10 butir. Wawancara diberikan kepada guru IPA.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Namun sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dulu perlu dilakukan uji coba. Uji coba atau validitas instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji coba diberikan kepada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Pemaron dengan total siswa berjumlah 40 orang. Hasil uji coba ini kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas butir tes, reliabilitas tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran tes. Dari 10 soal yang diuji cobakan, semua soal dikatakan valid dan dapat digunakan saat penelitian. Data yang dikumpulkan saat penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi mean, median, modus, data maksimal, data minimal, varians, standar
deviasi, dan rentangan. Dan juga dianalisis dengan menggunakan deskriptif persentase untuk mengetahui jumlah persentase penguasaan masing-masing indikatorkemampuan berpikir kreatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Tes kemampuan berpikir kreatif IPA diberikan kepada peserta didik kelas IV yang ada di SD Negeri 2 Pemaron. Dari 30 peserta didik yang ada di SD Negeri 2 Pemaron, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Apabila hasil tes kemampuan berpikir kreatif IPA ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi akan menjadi sebagai berikut. Hasil penyajian data tes kemampuan berpikir kreatif IPA di SD Negeri 2 Pemaron dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pemaron No 1 2 3 4 5 6 7
7
Rentang nilai 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 90 91 – 96 97 – 102 Jumlah
Nilai Tengah 62,5 68,5 74,5 80,5 86,5 95,5 99,5
HASIL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF IPA
6 5 4 3 2 1 0 59,5
65, 5
71, 5
77,5
83, 5
90,5
98,5 101,5
Gambar 1 memperlihatkan bahwa nilai yang diperoleh peserta didik cenderung bervariasi. Nilai tertinggi yang
Frekuensi 5 3 6 3 6 3 4 30
frelatif (%) 17,85 3,6 25,00 10,71 21,42 7,14 14,28 100%
berkisar antara 97-102 diperoleh sekitar 4 orang peserta didik, sedangkan nilai terendah yang berkisar 60 – 65 diperoleh sekitar 5 orang. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan 4 indikator, yaitu 1) Berpikir lancar, 2) Berpikir Luwes, 3) Berpikir Orisinil, 4) Elaboratif. Data kemampuan berpikir kreatifi dikumpulkan dengan tes uraian kemampuan berpikir kreatif yang mengacu pada indikator kemampuan berpikir kreatif. Masing-masing indikator harus dianalisis untuk mengetahui persentase keberhasilan peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Analisis per-indikator kemampuan berpikir kreatif IPA dihitung dengan menggunakan rumus
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 deskriptif persentase (DP). Semakin tinggi persentase suatu indikator, maka semakin tinggi pula kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pelajaran IPA.
Berikut deskripsi perindikator kemampuan berpikir kreatif peserta didik di SD Negeri 2 Pemaron disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 2. Hasil Analisis Per Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif IPA di SD Negeri 2 Pemaron. No Soal 1, 7 3, 4, 8, 9 2, 10 5, 6
Indikator Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaboratif
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa indikator berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orosinil, dan berpikir elaboratif sama-sama memiliki kategori yang tinggi dengan jumlah presentase tertinggi pada indikator berpikir orisinil 84,17%, berpikir lancar 83,33%, berpikir elaboratif 79,17% dan yang terakhir berpikir luwes 77,08%. Secara umum kendala-kendala peserta didik dalam mengembangkan berpikir kreatifnya untuk menjawab soal disebabkan proses pembelajaran IPA masih dominan menggunakan metode ceramah, dan kondisi pembelajaran IPA tidak berpusat pada siswa, karena semua kegiatan di dominasi oleh guru sehingga siswa menjadi kurang aktif. Pada umumnya kendala-kendala yang dialami peserta didik dalam pembelajaran, khusunya dalam pelajaran IPA adalah kendala-kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Kendala-kendala dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya meliputi, kendala-kendala dalam berpikir lancar, kendala-kendala dalam berpikir luwes, kendala-kendala dalam berpikir orisinil, dan kendala-kendala dalam berpikir elaboratif. Pada penelitian ini, peneliti berdiskusi dengan guru kelas IV yang ada di sekolah SD Negeri 2 Pemaron untuk menemukan upaya penanganan kendala-kendala mengembangkan kemampuan berpikir kreatif IPA yang dialami oleh peserta didik. Setelah dicapai kesepakatan diputuskan bahwa untuk mengatasi kendala-kendala
Persentase
Kategori
83,33% 77,08% 84,17% 79,17%
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
yang dialami peserta didik, upaya yang harus dilakukan adalah dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan juga melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan contohnya lebih banyak mengajak peserta didik melakukan eksperimen dikelas atau diluar kelas. Penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Pemilihan metode yang tepat mampu membuat peserta didik cepat memahami konsep yang sedang diajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, namun sebaliknya penggunaan metode yang kurang tepat membuat peserta didik kurang cepat dalam memahami konsep bahkan tidak mampu memahami konsep yang diajarkan. Metode yang paling sering digunakan guru dalam mengajarkan materi adalah metode ceramah. Metode ini dianggap paling efektif dalam menjelaskan materimateri IPA, karena peserta didik dapat lebih cepat memahami materi yang diajarkan tetapi tidak mampu membuat peserta didik mengembangkan cara berpikir kreatifnya. Namun permasalahannya adalah saat menggunakan metode ceramah hanya sebagian kecil peserta didik saja yang benar-benar mampu memahami materi, sedangkan yang lainnya bukan memahami materi namun hanya menghapal sebagian materi IPA tersebut. Selain metode
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 ceramah metode lain yang sering digunakan adalah metode tanya jawab, metode ini digunakan karena guru beranggapan dapat menilai kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif IPA. Guru dapat melihat pemikiran kreatif peserta didik melalui jawaban-jawaban yang diberikan saat menjawab pertanyaan dari guru. Kedua metode yang sering digunakan guru tersebut dapat dipadukan dengan penggunaan metode pembelajaran lain yang mampu mengembangkan keaktifan peserta didik, metode tersebut adalah metode diskusi kelompok dan metode proyek. Dalam metode diskusi kelompok, peserta didik diminta untuk mendiskusikan suatu permasalahan bersama-sama dengan kelompoknya. Disini peserta didik tidak hanya memperoleh ilmu, namun juga dapat belajar tentang cara berkerja sama, saling menghargai, dan saling berbagi ilmu. Sedangkan metode proyek digunakan untuk meningkatkan kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan metode ini, peserta didik diminta menghasilkan sebuah karya yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, misalnya saja proyek membuat replika hutan yang terkena banjir saat pembahasan materi dampak dari sumber daya hutan yang tidak dilestarikan. Dengan penggunaan berbagai metode tersebut, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan proyek diharapkan peserta didik lebih mampu dalam memahami konsep yang diajarkan oleh guru sehingga peserta didik dengan mudah mampu menerapkan kemampuan berpikir kreatifnya, dibanding saat guru mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selain penggunaan metode yang lebih bervariatif, upaya lain yang telah disepakati peneliti dan guru kelas adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Maksud dari kegiatan yang menarik dan menyenangkan ini adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas yang berupa kegiatan observasi dan eksperimen. Kegiatan ini memanfaatkan alam sekitar sebagai tempat belajar dan sumber belajar. Hal ini membuat peserta didik dapat menemukan
langsung konsep yang sedang diajarkan sehingga peserta didik mampu mengusai empat indikator dari kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil dan berpikir elaboratif. Peserta didik juga tidak hanya sekedar hapalan/ingatan, namun benar-benar mengusai materi yang dapat bertahan lama. Dari upaya-upaya yang telah disepakati tersebut, diharapkan peserta didik benar-benar mampu mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir kreatif saat menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran atau ulangan sehingga menghasilkan jawaban yang menarik, bervariasi serta terperinci detail-detailnya. Berdasarkan tes yang telah dilaksanakan di SD Negeri 2 Pemaron, didapat hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang bervariasi. Masing-masing peserta didik memperoleh nilai yang berbeda yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Berikut penjelasan hasil tes kemampuan berpikir kreatif IPA. Tes kemampuan berpikir kreatif IPA di SD Negeri 2 Pemaron dilakukan pada Jumat, 10 April 2015. Tes ini diberikan kepada siswa kelas IV SD yang berjumlah 30 orang. Tes kemampuan berpikir kreatif IPA terdiri dari 10 soal uraian yang dibuat berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu indikator berpikir lancar, indikator berpikir luwes, indikator berpikir orisinil dan indikator berpikir elaboratif. Hasil tes yang diperoleh peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Pemaron sudah cukup memuaskan, hal ini terlihat dari nilainilai yang diperoleh peserta didik. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 79,78 dengan kategori tinggi. Dari 30 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 10,71% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 14 orang peserta didik atau 46,45% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 13 orang peserta didik atau 42,84% memperoleh nilai diatas rata-rata.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Untuk lebih mengetahui kemampuan berpikir kreatif IPA peserta didik, maka dilakukan analisis terhadap indikatorindikator yang diteskan. Indikator-indikator tersebut meliputi indikator berpikir lancar, indikator berpikir luwes, indikator berpikir orisinil dan indikator berpikir elaboratif. Untuk indikator berpikir lancar jumlah persentase peserta didik yang dapat menjawab soal dengan benar adalah 83,33% atau sama dengan 25 orang peserta didik, sedangkan sisanya yaitu 16,67% atau sama dengan 5 orang peserta didik masih belum mampu menjawab soal dengan benar. Indikator yang kedua adalah indikator berpikir luwes yang merupakan indikator dengan jumlah persentase terrendah yaitu dengan tingkat persentase 77,08% atau sama dengan 23 orang peserta didik yang mampu menjawab dengan benar. Sedangkan sisanya yaitu sekitar 22,92% atau sama dengan 7 orang peserta didik yang masih belum mampu menjawab soal yang berkaitan dengan memberikan contoh beserta penjelasannya. Indikator yang ketiga adalah indikator berpikir orisinil. Hasil persentase yang diperoleh indikator berpikir orisinil adalah 85,17% atau setara dengan 25 orang peserta didik yang mampu menjawab soal dengan benar, sedangkan 15,83% atau 5 orang peserta didik masih belum mampu menjawab soal berpikir orisinil. Indikator yang keempat adalah indikator berpikir elaboratif dengan persentase 79,17% atau sama dengan 24 orang peserta didik yang dapat menjawab soal dengan benar, sedangkan 20,83% atau 6 orang peserta didik masih salah menjawab soal berpikir elaboratif. Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa indikator berpikir luwes merupakan indikator dengan persentase terendah yaitu 77,08%, sedangkan indikator berpikir orisinil merupakan indikator kemampuan berpikir kreatif dengan persentase tertinggi yaitu 84,17%. Pelaksanaan pembelajaran tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, pasti akan ditemui adanya kendala-kendala seperti minat belajar peserta didik yang kurang, fasilitas-fasilitas pembelajaran
yang kurang memadai, kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, waktu belajar yang cukup singkat di sekolah, tidak mendapat perhatiaan khusus dari peserta didik, penggunaan metode pembelajaran yang monoton seperti metode ceramah dan masih seringnya siswa menghapal materi. Seperti diketahui bahwa minat peserta didik sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA yang diajarkan oleh guru. Jika minat peserta didik terhadap pelajaran IPA rendah, maka kemampuan berpikir kreatif yang diperolehnya juga kurang, namun jika peserta didik mempunyai minat yang tinggi dalam pelajaran IPA, maka kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki peserta didik juga tinggi. Hal yang dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik adalah cara mengajar guru. Kendala yang selanjutnya adalah fasilitas pembelajaran yang kurang memadai dan masih sangat perlu disempurnakan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya fasilitas memegang peranan penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Fasilitas-fasilitas penunjang yang diperlukan di sekolah dasar antara lain buku pelajaran, buku paket, alat-alat peraga, dan fasilitas lainnya. Jika fasilitas yang tersedia di suatu sekolah memadai dan dapat menunjang proses belajar mengajar, maka kemungkinan besar peserta didik akan lebih mudah mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir kreatif, namun sebaliknya jika sekolah tidak mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang, maka peserta didik akan semakin sulit untuk mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir kreatif IPA. Selain kurangnya fasilitas penunjang, kendala yang sering dihadapi adalah kurangnya pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan di SD sebagian besar hanya terbatas di dalam kelas yaitu dengan mendengarkan ceramah dari guru hal ini dikarenakan waktu belajar IPA di sekolah yang cukup singkat. Informasi yang diperoleh peserta didik hanya didapat dari guru dan buku ajar saja. Padahal
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 sumber informasi yang tidak pernah habis ada di sekitar kita yaitu alam. Kendala selanjutnya adalah kurangnya perhatian khusus dari orang tua ketika peserta didik belajar dirumah. Hal ini menyebabkan peserta didik malas belajar dan bertanya karena saat belajar dirumah, peserta didik tidak didampingi oleh orang tuanya. Jika peserta didik malas belajar dan bertanya maka ketika disekolah peserta didik hanya duduk dan mendengarkan saja tetapi tidak mengerti materi yang di ajarkan guru. Ini membuat guru susah megajarkan kreativitas pada peserta didik. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru dapat mengambil kesimpulan bahwa peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran IPA dengan perasaan senang dan antusias sehingga guru dapat mengukur kemampuan berpikir kreatifnya. Bagi peserta didik yang sudah mampu menerapkan kemampuan berpikir kreatifnya, guru hanya perlu mengasah agar peserta didik tersebut menerapkan dalam segala situasi dan kondisi. Sedangkan bagi peserta didik yang belum mampu menerapkan kemampuan berpikir kreatifnya, maka guru harus menggunakan metode yang baru dan melakukan pendekatan-pendekatan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran IPA dan melakukan sharing kepada orang tua peserta didik agar memberikan bimbingan yang sama. Sehingga di rumah dan di sekolah peserta didik mendapatkan bimbingan belajar yang sama. Cara mengatasi atau menghindari kendala tentu bergantung dari jenis kendala itu, apakah eksternal atau internal, apakah merupakan kendala intelektual, emosi, atau persepsil. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik, guru harus menumbuhkan sikap rasa ingin tahu pada peserta didik, memberikan tantangan pada peserta didik, menumbuhkan rasa ketidakpuasan terhadap apa yang ada, menumbuhkan keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan, dan mengajarkan kemampuan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan. Dilihat dari kendala-kendala guru, usaha yang dilakukan guru SD Negeri 2
Pemaron dalam menangani kendalakendala mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didiknya antara lain guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan juga melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lebih menark dan menyenangkan. Contohnya lebih banyak mengajak peserta didik melakukan eksperimen di kelas atau di luar kelas. Pemilihan metode yang tepat mampu membuat peserta didik cepat memahami konsep yang sedang diajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, namun sebaliknya penggunaan metode yang kurang tepat membuat peserta didik kurang cepat dalam memahami konsep bahkan tidak mampu memahami konsep yang diajarkan. Selain metode ceramah metode lain yang sering digunakan adalah metode tanya jawab, metode ini digunakan karena guru beranggapan dapat menilai kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif IPA. Guru dapat melihat pemikiran kreatif peserta didik melalui jawabanjawaban yang diberikan saat menjawab pertanyaan dari guru. Kedua metode yang sering digunakan guru tersebut dapat dipadukan dengan penggunaan metode pembelajaran lain yang mampu mengembangkan keaktifan peserta didik, metode tersebut adalah metode diskusi kelompok dan metode proyek. Dalam metode diskusi kelompok, peserta didik diminta untuk mendiskusikan suatu permasalahan bersama-sama dengan kelompoknya. Disini peserta didik tidak hanya memperoleh ilmu, namun juga dapat belajar tentang cara berkerja sama, saling menghargai, dan saling berbagi ilmu. Sedangkan metode proyek digunakan untuk meningkatkan kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan metode ini, peserta didik diminta menghasilkan sebuah karya yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, misalnya saja proyek membuat replika hutan yang terkena banjir saat pembahasan materi dampak dari sumber daya hutan yang tidak dilestarikan. Dengan penggunaan berbagai metode tersebut, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, dan proyek
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 diharapkan peserta didik lebih mampu dalam memahami konsep yang diajarkan oleh guru sehingga peserta didik dengan mudah mampu menerapkan kemampuan berpikir kreatifnya, dibanding saat guru mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selain penggunaan metode yang lebih bervariatif, upaya lain yang telah disepakati peneliti dan guru kelas adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Maksud dari kegiatan yang menarik dan menyenangkan ini adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas yang berupa kegiatan observasi dan eksperimen. Kegiatan ini memanfaatkan alam sekitar sebagai tempat belajar dan sumber belajar. Hal ini membuat peserta didik dapat menemukan langsung konsep yang sedang diajarkan sehingga peserta didik mampu mengusai empat indikator dari kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil dan berpikir elaboratif. Peserta didik juga tidak hanya sekedar hapalan/ingatan, namun benar-benar mengusai materi yang dapat bertahan lama. Dari upaya-upaya yang telah disepakati tersebut, diharapkan peserta didik benar-benar mampu mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir kreatif saat menjawab pertanyaan dalam proses pembelajaran atau ulangan sehingga menghasilkan jawaban yang menarik, bervariasi serta terperinci detail-detailnya. Pemaparan diatas juga berkaitan dengan daya ramal skor tes kreativitas yang menjelaskan bahwa seseorang tidak dapat membenaggakan diri karena skor kreativitasnya tinggi ketika di sekolah, tanpa disertai usaha untuk mewujudkannya secara nyata, karena apa yang diukur itu baru merupakan potensi kreatif, (Supriadi, 1994:34). Dalam manual TTCT, Torrance (1974:6) mengemukakan “sekalipun kita menemukan anak yang mendapat skor tinggi tetapi tidak menjadi orang kreatif tinggi setelah dewasa, tidak berati tes tersebut tidak sahih atau tidak berguna bagi pendidik untuk mengetahui potensipotensi intelektual peserta didik”. Argumen
kedua, apa yang dideteksi oleh tes kreativitas adalah kapasitas seseorang untuk berkembang atau potensi kreatif. Seperti lazimnya dalam bidang apapun, aktualisasi potensi itu banyak tergantung kepada kondisi lingkungan, motivasi, dan komitmen seseorang untuk mengembangkan diri. Tingkat kreativitas yang tinggi saja tidak menjamain seseorang akan menjadi orang yang tinggi prestasi kreatifnya pada usia dewasa nantinya tanpa disertai usaha dan kerja keras. Karena itu, dapat terjadi orang yang skor kreativitasnya rendah menunjukkan prestasi yang tinggi dalam kehidupan. Sebaliknya mereka yang skornya tinggi menunjukkan prestasi yang rendah, meskipun idealnya adalah korelasi yang tinggi antara keduanya. Gejala skor yang tinggi yang dicapai seseorang tetapi prestasinya rendah biasanya disebut “prestasi kurang” (under-achievement). Sebaliknya, skor yang rendah tetapi prestasi tinggi disebut “prestasi lebih” (over- achievement). Beberapa studi menemukan bahwa gejala prestasi kurang disebabkan oleh lingkungan yang kurang menunjang, emosi yang kurang stabil, dan motivasi yang lemah (Supriadi, 1994:35). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Kemampuan berpikir kreatif peserta didik SD Negeri 2 Pemaron secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan karena tergolong kategori sedang. Hasil tes yang diperoleh peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Pemaron sudah cukup memuaskan, hal ini terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh peserta didik. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh rata-rata tes sebesar 79,78 dengan kategori tinggi. Dari 30 peserta didik, 3 orang peserta didik atau 10,71% memperoleh nilai sama dengan rata-rata, 14 orang peserta didik atau 46,45% memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 13 orang peserta didik atau 42,84% memperoleh nilai diatas rata-rata. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 berdasarkan indikatornya (berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir elaboratif) sudah baik karena tidak semua peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif yang sama. Sehingga mengharuskan guru menggunakan metode saat proses pembelajaran IPA dan memastikan bahwa peserta didik benarbenar mengerti terhadap materi yang diajarkan. Indikator dari kemampuan berpikir kreatif siswa yang paling tinggi adalah indikator berpikir orisinil dengan presentase 84,17% dan yang paling rendah adalah indikator berpikir luwes dengan presentase 77,08%. Kendala-kendala yang dihadapi guru di SD Negeri 2 Pemaron dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik adalah minat belajar peserta didik yang kurang, fasilitas-fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, waktu belajar yang cukup singkat di sekolah, tidak mendapat perhatiaan khusus dari peserta didik, penggunaan metode pembelajaran yang monoton seperti metode ceramah dan masih seringnya siswa menghapal materi. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya adalah mengamati suatu objek tertentu. Mendiskusikan dengan temannya, membaca buku dari sumber lain yang ada di perpustakaan, dan melakukan perobaan sederhana. Usaha-usaha guru di SD Negeri 2 Pemaron dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didiknya adalah mengajar dengan menggunakan beberapa metode-metode, memberikan pendapat yang kontras sehingga peserta didik aktif bertanya, memberikan pertanyaan yang menantang, mengajak melakukan pengamatan atau observasi dan eksperimen di sekitar lingkungan sekolah, mengatur waktu pembelajaran yang tepat dan sering memanggil orang tua peserta didik untuk sharing masalah anak-anaknya dan samasama memberikan bimbingan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan beberapa hal sebagai berikut (a) Hendaknya guru lebih memperhatikan dan meningkatkan indikator kemampuan
berpikir luwes dan berpikir elaboratif dengan cara menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan sering mengadakan diskusi dengan pertanyaanpertanyaan yang menantang peserta didik untuk menciptakan ide-ide baru dan menambah keterangan atau menguraiakan sesuatu secara menarik terhadap ide yang sudah ada. (b) Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengingatkan kembali ingatan peserta didik terhadap pembelajaran sebelumnya dan menginformasikan topik pembelajaran kepada peserta didik pada pertemuan sebelumnya sehingga peserta didik dapat belajar dan mampu mengumpulkan pengalaman pribadi mereka serta menyusun pertanyaan yang akan disampaikan di kelas. Tujuannya untuk mengefisienkan waktu bagi guru salam memfasilitasi dan memediasi peserta didik serta waktu yang tersisa dapat dipergunakan guru untuk melakukan eksperimen disekitar lingkungan sekolah. (c) Para guru perlu melakukan refleksi tentang cara mengajar mereka dalam mempersiapkan para peserta didik untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Mereka tidak boleh berdiam diri saja. Karena, para anak-anak ini kelak akan menjadi orang dewasa, akan menghadapi dunia yang penuh dengan tentangan dan permasalahan. (d) Hendaknya guru dalam pembelajaran dapat mencapai keseimbangan antara materi dari kurikulum yang sedang diterapkan dan teknologi yang sedang berkembang serta antara penyesuaian terhadap aturan dan norma kelas dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik, antara kebebasan tradisional yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik bebas dari kendala. DAFTAR RUJUKAN Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pres..
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Munandar, Utami. 1999. Kreativitas & Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Munandar, Utami. 1997. Creativity and Education: A Study of the Relationship Between Measurez of Creativity Thingking and a Number of Educational Variables in Indonesian Primary and Junior Secondary Schools.. Jakarta: Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.