e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
ANALISIS MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA TIGA SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG Made Hendra Arista1, Kt. Pudjawan2, I Gd. Margunayasa3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, mendeskripsikan upaya yang dilakukan sekolah terkait pengelolaan motivasi belajar dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi sekolah terkait pengelolaan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitiannya yakni siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 80 orang, kepala sekolah berjumlah 3 orang, dan guru kelas IV berjumlah 3 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, kuesioner, wawancara, dan studi dokumen. Data motivasi belajar dikumpulkan menggunakan lembar observasi, lembar kuesioner, dan dokumentasi. Sedangkan data mengenai upaya dan kendala yang ditemukan terkait pengelolaan motivasi belajar dikumpulkan menggunakan pedoman wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng ini menunjukkan bahwa (1) motivasi belajar dalam pembelajaran IPA di SD No. 4 Kampung Baru berada pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru berada pada kategori tinggi, dan SD No. 7 Kampung Baru berada pada kategori cukup, (2) upaya yang dilakukan terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA yaitu membentuk kelompok heterogen dan memajang hasil karya siswa serta melaksanakan kegiatan pembinaan mata pelajaran IPA, dan (3) kendala yang dihadapi sekolah terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA yaitu terdapat siswa yang lekas putus asa karena kurangnya ketersediaan buku IPA dan terdapat pula siswa yang rendah diri karena sering diejek oleh temannya. Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran IPA Abstract This research has aimed to describe the students motivation in learning sain, describing the efforts made related to the management of school learning motivation and describes the obstacles encountered related to the management of the school students motivation in sain learning at three elementary schools in Cluster VI Buleleng. The research is a qualitative research. Subject research that fourth grade students at three elementary schools in Cluster VI Buleleng sub-district of school year 2014/2015, amounting to 80 people, the headmasters amount to 3 people, and the fourth grade teachers totaling 3 people. Data collection methods used that observation, questionnaires, interviews and document study. Data were collected using a sheet of motivation to learn observation, questionnaire, and documentation. While data on the efforts and problems were found related to the management of learning motivation was collected using interview guideline. Data collected were analyzed using descriptive analysis. The results of research on three elementary schools in Cluster VI Buleleng sub-district shows that (1) the motivation to learn in sain teaching in elementary No. 4 Kampung Baru are at very high category, SD No. 5 Kampung Baru at the high category, and SD No. 7 Kampung Baru at the category enough, (2) the efforts related to the management of learning motivation in sain learning that form a heterogeneous group and display of students
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 work and carry out development activities sain subjects, and (3) the constraints faced by the school related to the management of motivation to learn in sain learning quickly that there are students who are desperate because of the lack of availability of books sain and there are also students who are inferior because often teased by their friends. Keywords : learning motivation, sains learning
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap dan tindakan manusia dalam kehidupan dalam suatu bangsa. Pendidikan juga memiliki peran strategis untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga tidak heran jika kualitas pendidikan suatu bangsa diidentikkan dengan kualitas SDM bangsa tersebut. Menurut data dari Human Development Report tahun 2013 yang disampaikan oleh United Nations Development Programme’s (UNDP) bahwa posisi Human Development Index (HDI) Indonesia berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2012 peringkatnya jauh di bawah dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Singapura berada pada peringkat 18, selanjutnya disusul Brunei Darussalam pada peringkat 30, Malaysia pada peringkat 64, Thailand peringkat 103, Filipina peringkat 114 dan Indonesia berada pada peringkat 121. Pada tahun 2014, Indonesia berhasil memperbaiki peringkat HDI menjadi rangking 108 (UNDP, 2014). Akan tetapi, Indonesia tetap saja ketinggalan jauh dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa memang sejatinya kualitas SDM Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya. Untuk mengatasi fenomena tersebut, sudah selayaknya Indonesia khususnya pemerintah bisa berbenah diri dalam menjawab tantangan permasalahan tersebut. Pendidikan menjadi poin utama untuk bisa memperbaiki kualitas SDM bangsa ini. Dengan pelaksanaan pendidikan yang
terencana oleh pemerintah bersama stakeholder lainnya, tidak mustahil kiranya akan membuahkan jawaban pasti terhadap tantangan kualitas SDM bangsa ini. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Secara sadar diartikan bahwa pendidikan tersebut dilakukan bukan karena disengaja, melainkan memang secara sadar dan sengaja untuk dilaksanakan. Secara terencana diartikan bahwa pelaksanaan suatu pendidikan harus direncanakan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan tertentu dari adanya pendidikan tersebut. Bentuk dari perencanaan tersebut adalah adanya suatu kurikulum pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Secara lebih mendalam, Hamalik (2009:65) menjelaskan bahwa “kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa, berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”. Dalam perjalanan sejarah, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami banyak perubahan, yaitu berawal pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP), dan sekarang Kurikulum 2013. Adanya pergantian kurikulum ini diwajarkan dalam dunia pendidikan, karena tidak ada satupun kurikulum yang sempurna. Suatu kurikulum pasti akan menyesuaikan dengan perkembangan dimasanya. Hal itu dikuatkan dengan adanya pendapat dari Ruhimat (2013:108) yang menyatakan bahwa “kurikulum sebagai program belajar untuk belajar siswa perlu di evaluasi sebagai bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu dan teknologi”. Jadi dengan adanya evaluasi kurikulum akan menjadi penentu kebijakan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan kurikulum. Seiring bergulirnya Kurikulum 2013 di Indonesia, akhirnya muncul satu per satu masalah yang terjadi di sekolah dalam penerapan kurikulum tersebut dalam pembelajaran. Permasalahan yang kompleks tersebut dapat disikapi dengan sigap oleh pemerintah, dalam hal ini kaitannya dengan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah. Melalui Peraturan Menteri Nomor 159 Tahun 2014, pemerintah melakukan pemberhentian pemberlakuan Kurikulum 2013 pada sekolah yang baru satu semester menerapkannya dan mengarahkan untuk kembali pada kurikulum sebelumnya yakni KTSP. Sebaliknya
untuk sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama tiga semester diinstruksikan untuk tetap melaksanakannya seperti biasa sebagai sekolah percontohan dan sebagai langkah untuk mengkaji lebih mendalam terkait penerapan Kurikulum 2013. Dengan instruksi tersebut, menjadikan sekolah-sekolah di Indonesia menerapan dua kurikulum yang berbeda yakni KTSP dan Kurikulum 2013. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala SD No. 5 Kampung Baru, diungkapkan bahwa SD yang dipimpinnya baru pada semester lalu tepatnya pada tahun ajaran 2014/2015 menerapkan Kurikulum 2013. Belum dapat memperdalam pengetahuannya terkait implementasi yang dianggap oleh guru-guru menyimpan berbagai masalah termasuk dampak yang terlihat pada siswa yakni kurang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai kurikulum tersebut, akhirnya pemerintah secara resmi menghentikan pemberlakuan Kurikulum 2013 untuk sekolah yang baru satu semester menerapkannya. Menyikapi intruksi pemerintah tersebut, SD No. 5 Kampung baru kembali menerapkan KTSP dalam pembelajaran. Sama halnya dengan SD No. 5 Kampung Baru, di SD No. 7 Kampung Baru akhirnya kembali menerapkan KTSP setelah pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 menerapkan Kurikulum 2013. Hal tersebut memunculkan kegundahan dari guruguru, karena pemerintah terkesan tergesa-gesa dalam menerapkan suatu kurikulum. Kendala ketersediaan buku juga menjadi penghalang implementasi kurikulum baru tersebut, karena faktor ekonomi keluarga pula menyebabkan siswa tidak bisa membeli buku untuk kepentingan sendiri. Dalam kesempatan yang berbeda, wawancara dilakukan bersama Kepala SD No. 4 Kampung
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Baru, diungkapkan bahwa SD yang dipimpinnya sudah menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014 dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah percontohan atau project pilot penerapan Kurikulum 2013. Pemerintah dan pihak sekolah sendiri mengupayakan pendelegasian beberapa guru-guru untuk mengikuti pelatihan dan pengayaan terhadap implementasi kurikulum baru tersebut. Sejauh ini guru-guru di SD tersebut masih aktif terus menggali pengetahuan lebih mendalam terkait Kurikulum 2013 yang mengedepankan penggunaan pendekatan saintifik dengan harapan guru dapat menerapkan pembelajaran dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Terkait pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada jenjang SD menimbulkan implikasi terhadap peserta didik yang nampaknya merasakan kebingungan terkait perubahan kurikulum, karena secara signifikan ada perubahan dari mata pelajaran menjadi terintegrasi ke dalam tema-tema tertentu. Salah satu mata pelajaran yang dimaksud adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pandangan IPA atau sains menurut James Conant (dalam Samatowa, 2010:7) adalah sebagai “suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimenkan lebih lanjut”. Secara singkat Darmojo (dalam Samatowa, 2010) mendefinisikan bahwa “IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya”. Dengan kata lain IPA dapat diterjemahkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat rasional dan objektif berdasarkan suatu deretan
konsep serta skema konseptual tentang alam semesta dengan segala isinya. Dalam pengajaran IPA di SD, guru memfasilitasi siswa guna menjadikan IPA sebagai wahana yang tepat untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Aspek motivasi belajar siswa dapat menjadi pengaruh besar terkait dengan keberhasilan pembelajaran IPA di SD, karena intensitas motivasi yang dimiliki seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2007). Maka dari itu aspek pendukung pembelajaran ini mesti mendapat perhatian khusus dari pengajar atau guru dalam pembelajaran, apalagi proses pembelajaran IPA SD pada saat ini berlangsung dalam dua sistem pembelajaran yang merujuk pada implementasi KTSP dan Kurikulum 2013. Hal ini jelas akan berdampak pada guru sebagai pengajar yang nantinya juga akan berimbas langsung pada siswa terkait motivasi belajarnya pada pembelajaran IPA. Motivasi belajar menurut Mc. Donald (dalam Hamalik, 2009:158) bahwa motivasi adalah “perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Dalam pengertian yang dimaksud Mc. Donald tersebut, terdapat tiga unsur yang saling berkaitan antara lain motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan efektifitas dan motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Dapat dimaknai motivasi belajar adalah perubahan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
energi yang terjadi pada diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk melakukan aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang didasari atas motivasi tersebut niscaya dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Menyikapi temuan permasalahan terkait motivasi belajar yang terjadi dengan adanya implementasi dua kurikulum yang berbeda di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng tersebut, dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan menganalisis aspek motivasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran keadaan secara deskriptif terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA sekaligus dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada pihak sekolah terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA, sehingga penelitian ini mengambil judul “Analisis Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV Pada Tiga SD Di Gugus VI Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015”. METODE
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut pandangan Denzin (dalam Satori, 2011) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian ini mengambil tempat di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng. Adapun subjek penelitian ini yakni siswa kelas IV, guru kelas IV, dan kepala sekolah di SD No. 4 Kampung Baru, SD No. 5 Kampung Baru, dan SD No. 7 Kampung Baru. Secara terrinci subjek penelitian di SD No. 4 Kampung Baru terdiri dari 28 siswa kelas IV, satu guru kelas IV, dan kepala sekolah. Subjek penelitian di SD
No. 5 Kampung Baru terdiri dari 34 siswa kelas V, satu guru kelas IV, dan kepala sekolah. Serta subjek penelitian di SD No. 7 Kampung Baru terdiri dari 18 siswa kelas IV, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Subjek penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara, metode studi dokumen, dan metode kuesioner. Metode Observasi pada penelitian ini yakni observasi partisipatif pasif, peneliti datang di tempat kegiatan yang diamati tetapi tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Metode wawancara yang dilakukan pada penelitian ini yaitu wawancara terstruktur kepada narasumber dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi mengenai upaya dan kendala yang dihadapi sekolah terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV. Metode studi dokumen digunakan untuk memperkuat hasil temuan dari penelitian. Menurut McMillan dan Schumacher (dalam Satori, 2011) dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen. Metode kuesioner dilaksanakan untuk memperoleh data yang bersifat pribadi dan tidak dapat diamati oleh peneliti dengan anggapan bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri serta data yang disampaikan adalah benar adanya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dokumentasi, dan lembar kuesioner. Dalam penelitian ini, lembar observasi dilakukan dengan mengamati indikator tekun mengerjakan tugas, ulet menghadapi kesulitan, cepat bosan dengan tugas rutin, dan senang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
mencari dan memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA. Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi tentang uraian penelitian berupa daftar pertanyaan dengan tujuan proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Dokumentasi yang dimaksud yaitu fotofoto pembelajaran IPA dan hasil karya siswa. Lembar kuesioner yang disebarkan menggunakan skala likert dengan kriteria penilaian didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang peneliti dengan skori maksimum setiap item pernyataan adalah 5 dan skor minimum adalah 1. Kategori respon yang terdapat dalam Skala Likert diantaranya sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pada pernyataan yang sifatnya positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, dan sebaliknya pernyataan yang bersifat negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Data Tabel 1. No
1 2 3
penelitian yang telah terkumpul berupa motivasi belajar, upaya dan kendala dalam pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA selanjutnya dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data motivasi belajar berdasarkan indikator tekun mengerjakan tugas, ulet menghadapi kesulitan, cepat bosan dengan tugas rutin, dan senang mencari dan memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA diperoleh melalui analisis lembar kuesioner dan lembar observasi terhadap siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng yang terdiri dari 80 orang siswa. Hasil analisis motivasi belajar yang diperoleh pada tiga SD tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Tempat Penelitian SD No. 4 Kampung Baru SD No. 5 Kampung Baru SD No. 7 Kampung Baru
Secara umum, hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa motivasi belajar dalam pembelajaran IPA pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masing-masing SD. Adapun hasil analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru pada kategori tinggi dan SD No. 7 Kampung Baru pada kategori cukup. Secara lebih khusus dijabarkan juga data hasil motivasi belajar dalam pembelajaran IPA pada keempat indikator dengan perolehan hasil analisis yang berbeda pada masing-masing indikator tersebut. Pada indikator tekun mengerjakan tugas dari hasil analisis lembar kuesioner
Kategori Sangat Baik Baik Cukup
motivasi belajar dalam pembelajaran IPA didapatkan hasil seperti Gambar 1.
32.1
16.05
0 SD No. 4
34.18
SD No. 5
31.09
SD No. 7
29.56
Gambar 1. Grafik Batang Indikator Tekun Mengerjakan Tugas
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner pada Gambar 1. Indikator tekun mengerjakan tugas dalam pembelajaran IPA diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masingmasing SD. Adapun hasil analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru rata-rata skornya 34,18 berada pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru rata-rata skornya 31,09 berada pada kategori tinggi, dan di SD No.7 Kampung Baru rata-rata skornya 29,56 berada pada kategori tinggi. Dari hasil analisis lembar observasi, didapatkan pula hasil kategori yang sama di masing-masing SD tersebut. Pada indikator ulet menghadapi kesulitan dari hasil analisis lembar kuesioner motivasi belajar dalam pembelajaran IPA didapatkan hasil seperti Gambar 2.
berada pada kategori tinggi. Dari hasil analisis lembar observasi, didapatkan pula hasil kategori yang sama pada masing-masing SD tersebut. Pada indikator cepat bosan dengan tugas rutin dari hasil analisis lembar kuesioner motivasi belajar dalam pembelajaran IPA didapatkan hasil seperti Gambar 3. 28.2
14.1
0 SD No. 4
27.36
SD No. 5
20.65
SD No. 7
17.78
Gambar 3. Grafik Batang Indikator Cepat Bosan Dengan Tugas Rutin
36 18 0
SD No. 4
39,36
SD No. 5
31,29
SD No. 7
30
Gambar 2. Grafik Batang Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner pada Gambar 2. Indikator ulet menghadapi kesulitan dalam pembelajaran IPA, diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masingmasing SD. Adapun hasil analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru rata-rata skornya 39,36 berada pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru rata-rata skornya 31,29 berada pada kategori tinggi, dan di SD No.7 Kampung Baru rata-rata skornya 30
Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner pada Gambar 3. Indikator cepat bosan dengan tugas rutin dalam pembelajaran IPA, diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masingmasing SD. Adapun hasil analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru rata-rata skornya 27,36 berada pada kategori tinggi, SD No. 5 Kampung Baru ratarata skornya 20,65 berada pada kategori cukup, dan di SD No.7 Kampung Baru rata-rata skornya 17,78 berada pada kategori rendah. Dari hasil analisis lembar observasi, didapatkan pula hasil kategori yang sama pada masing-masing SD tersebut. Pada indikator senang mencari dan memecahkan masalah dari hasil analisis lembar kuesioner motivasi belajar dalam pembelajaran IPA didapatkan hasil seperti Gambar 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
21
. 14 7 0 SD No. 4
24.07
SD No. 5
18.47
SD No. 7
18.44
Gambar 4. Grafik Batang Indikator Senang Mencari dan Memecahkan Masalah Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner pada Gambar 4. Indikator senang mencari dan memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA, diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masing-masing SD. Adapun hasil
analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru rata-rata skornya 24,07 berada pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru rata-rata skornya 18,47 berada pada kategori tinggi, dan di SD No.7 Kampung Baru rata-rata skornya 18,44 berada pada kategori tinggi. Dari hasil analisis lembar observasi, didapatkan pula hasil kategori yang sama pada masing-masing SD tersebut. Data upaya dan kendala yang ditemukan terkait pengelolaan motivasi belajar dalam pembelajan IPA diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV bersama kepala sekolah. Hasil wawancara upaya dan kendala bersama guru kelas IV didapatkan seperti pada Tabel 2 dan hasil wawancara upaya dan kendala bersama kepala sekolah didapatkan seperti pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Wawancara Upaya dan Kendala yang Ditemukan Terkait Pengelolaan Motivasi Belajar Bersama Guru Kelas IV No.
Guru Kelas
1
SD No. 4 Kampung Baru
2
SD No. 5 Kampung Baru
3
SD No. 7 Kampung Baru
Upaya Pengelolaan Motivasi Belajar Merancang pembelajaran dalam kelompok heterogen berdasarkan prestasi dan memberikan nilai lebih untuk memacu semangat belajar siswa. Pemberian nilai lebih kepada siswa yang aktif dan memberikan variasi tugas kepada siswa agar tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Memberikan penghargaan dan teguran kepada siswa dalam pembelajaran IPA dan mengajak siswa ke perpustakaan untuk mencari hal-hal yang tidak ada dalam buku sumber milik siswa.
Kendala yang ditemukan Dalam beberapa kelompok, terdapat beberapa siswa yang mampu tidak mau bekerjasama dengan temannya yang lain. Terdapat beberapa siswa yang cepat bosan mengikuti pembelajaran IPA dan kurang suka membaca buku. Kurangnya ketersediaan buku sumber yang dimiliki siswa dan cenderung siswa lekas putus asa bilamana menemui kesulitan dalam pembelajaran IPA.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
Tabel 3. Hasil Wawancara Upaya dan Kendala yang Ditemukan Terkait Pengelolaan Motivasi Belajar Bersama Kepala Sekolah No. 1
2
3
Kepala Sekolah SD No. 4 Kampung Baru
Upaya Pengelolaan Motivasi Belajar
Kendala yang ditemukan
Melakukan pengawasan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan membuat meja tempat memajang hasil karya siswa.
Terdapat siswa yang terasingkan dari temanteman lingkungan kelasnya karena sering diejek. Terdapat beberapa siswa yang motivasi belajarnya rendah, karena kurangnya minat membaca pada diri siswa tersebut. Terdapat beberapa siswa yang kurang menyukai mata pelajaran IPA.
SD No. 5 Kampung Baru
Merancang kegiatan pembinaan mata pelajaran IPA dan mempersiapkan tenaga pendidik agar dapat memberikan pengajaran yang baik di dalam kelas.
SD No. 7 Kampung Baru
Membentuk kelompok penggemar IPA dan menyediakan media atau alat peraga dalam pembelajaran.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa motivasi belajar dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng diperoleh hasil analisis yang berbeda pada masing-masing SD. Hasil analisisnya yakni SD No. 4 Kampung Baru pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru pada kategori tinggi dan SD No. 7 Kampung Baru pada kategori cukup. Dari hasil analisis lembar observasi, didapatkan pula hasil kategori yang sama pada masingmasing SD tersebut. Pada indikator tekun mengerjakan tugas, siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng menunjukkan ketekunan saat mengerjakan tugas. Siswa mempunyai semangat yang tinggi dalam hal menyelesaikan tugas IPA tanpa menunda-nunda waktu. Jika tugasnya belum selesai, siswa tersebut tidak akan bermain terlebih dahulu dan berusaha agar dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Namun, tidak semua siswa memiliki niat yang sungguhsungguh dalam mengerjakan tugas.
Pada indikator ulet menghadapi kesulitan, siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng menunjukkan keuletan dalam menghadapi kesulitan pada pembelajaran IPA. Siswa mempunyai keinginan lebih untuk mencari tahu jawaban dari soal yang sulit dengan berbagai cara, khususnya pada pembelajaran yang bermuatan IPA. Mulai dari membaca buku, berdiskusi dengan teman sebangku, ataupun teman kelompok. Kadang kala juga siswa bertanya kepada gurunya untuk mendapatkan cara penyelesaian atau jawaban dari soal yang sedang dihadapi. Pada indikator cepat bosan dengan tugas rutin, siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng menunjukkan cukup cepat bosan dengan tugas rutin. Siswa tidak menyukai adanya pemberian tugas yang sifatnya pengulangan atau tugastugas rutin. Hal tersebut dapat menimbulkan kebosanan dalam diri siswa. Siswa juga merasa bosan bilamana hanya duduk-duduk saja dalam pembelajaran, apalagi jika harus
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
melihat guru mengajarkan IPA dengan ceramah adalah hal yang tidak disukai siswa. Namun, ada juga siswa yang tidak terlalu terpengaruh dengan tugas yang bersifat rutin atau model pembelajaran ceramah yang diberikan oleh guru. Pada indikator senang mencari dan memecahkan masalah, siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng menunjukkan sangat senang mencari dan memecahkan masalah yang sifatnya menantang. Siswa memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam hal mencari dan memecahkan masalah atau soal-soal yang sifatnya menantang. Siswanya sangat senang mempelajari banyak buku yang bermuatan IPA agar pemahamannya terhadap materi bisa semakin luas lagi. Dengan pemahaman yang dimiliki siswa dari ketertarikan untuk mempelajari materi IPA, dapat merangsang dan mambantu siswa untuk memecahkan soal-soal dengan kategori sulit yang bisa ditemukan di dalam buku-buku yang dipelajarinya tersebut. Siswa di SD tersebut juga selalu berusaha untuk memecahkan soal-soal IPA tersebut, biasanya sebelum materi itu diajarkan oleh gurunya di kelas. Masih pula terdapat siswa yang kurang senang dengan hal tersebut, penyebannya karena adanya keterbatasan buku sumber yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis dari keempat indikator tersebut, terlihat indikator cepat bosan dengan tugas rutin di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng berada pada kategori cukup. Secara umum siswa tidak terlalu jenuh dengan tugas yang biasa diberikan oleh guru. Guru juga tidak sepenuhnya memberikan tugas-tugas yang sifatnya pengulangan. Guru pula selalu berusaha memberikan inovasi dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA. Pada sisi lain, indikator ulet
menghadapi kesulitan dan indikator senang mencari dan memecahkan masalah di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng berada pada kategori sangat tinggi. Secara umum siswa menunjukkan tidak lekas putus asa dan memiliki dorongan untuk berprestasi sehingga siswa selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru terkait dengan materi dalam pembelajaran IPA melalui pemberian soal-soal yang sifatnya menantang oleh guru kelas IV. Hal tersebut tidak lepas dari peran serta guru yang selalu berusaha membimbing dan mengarahkan siswanya agar bisa mengikuti pembelajaran IPA dengan baik sesuai perencanaan yang telah dirancang oleh guru. Dapat dimaknai bahwa masingmasing guru kelas IV di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng selalu berusaha memerankan diri sebagai penguat motivasi belajar dalam pembelajaran IPA. Hal itu sejalan dengan pendapat Uno (2007) yang menjelaskan bahwa peranan motivasi penting dalam pembelajaran yaitu: (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar apabila seseorang yang dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan halhal yang dapat dilaluinya, (b) memperjelas tujuan belajar yakni seseorang akan tetarik untuk belajar sesuatu apabila yang dipelajari itu sedikitnya sudah diketahui atau dinikmati oleh anak, (c) menentukan ketekunan belajar, bila anak sudah termotivasi, maka ia akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun. Sekolah memiliki andil besar dalam pengelolaan aspek motivasi belajar siswa di sekolah, terutama pada jenjang SD. Motivasi belajar dapat membuat anak lebih aktif dan fokus dalam mengikuti pembelajaran. Guru dan kepala sekolah sudah tentu akan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
selalu mengupayakan adanya perhatian khusus sekaligus meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran khususnya pada muatan IPA yang sangat erat kaitannya dengan diri siswa tersebut dan lingkungan tempat siswa itu berada. Guru dan kepala sekolah selalu berusaha memaksimalkan perannya untuk memotivasi belajar siswa di sekolahnya masing-masing. Mulai dari merancang pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung dan sampai merancang hal-hal di luar teknis pembelajaran efektif di dalam kelas. Adanya penyiapan sarana pembelajaran berupa media pembelajaran, sampai dengan adanya tempat khusus memajang hasil karya siswa. Dalam upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut, ditemukan pula kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah. Kendala itu sebagian besar muncul dari diri siswa itu sendiri. Terutama siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Ketersediaan buku sumber juga menjadi kendala yang sangat berarti dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Adapula siswa yang merasa terasingkan karena sering diejek oleh temannya. Berbagai kendala yang dihadapi oleh guru kelas IV dan kepala sekolah di masing-masing SD Gugus VI Kecamatan Buleleng tersebut, sudah ada juga solusi yang ditawarkan dan dilakukan oleh guru kelas IV bersama kepala sekolah yang disesuaikan dengan kendala-kendala pada masing-masing SD. Adapun solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng tersebut, diantaranya, guru melakukan pendampingan pada saat pembelajaran khususnya bagi siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, melakukan komunikasi dengan pihak orang tua siswa yang
memiliki masalah terkait motivasi belajarnya, memberikan teguran kepada siswa yang sering becanda dan mengejek temannya pada saat pembelajaran berlangsung, membantu siswa mengatasi permasalahan ketersediaan buku IPA dengan mengajak siswa untuk rajin berkunjung ke perpustakaan. Peranan pihak sekolah dalam hal ini guru kelas IV tersebut, sesuai dengan pandangan dari Hamalik (2009) yang menyatakan bahwa dalam proses pengajaran, tanggungjawab guru teramat penting untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar karena akan menentukan keberhasilan hasil pembelajaran. Jadi semua kendala tersebut sudah tepat untuk mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran agar tercapainya proses pembelajaran yang baik tentu dengan hasil yang baik pula berdasarkan motivasi belajar. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah, pertama, motivasi belajar dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV pada tiga SD di Gugus VI Kecamatan Buleleng, memiliki kualifikasi yang berbeda berdasarkan empat kategori yang meliputi (1) tekun mengerjakan tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin, dan (4) senang mencari dan memecahkan masalah, SD No. 4 Kampung Baru pada kategori sangat tinggi, SD No. 5 Kampung Baru pada kategori tinggi dan SD No. 7 Kampung Baru pada kategori cukup. Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah yaitu mempersiapkan rancangan pembelajaran serta penyiapan alat peraga dan memberikan kesempatan siswa untuk memajang hasil karya siswa di kelas serta mengadakan kegiatan pembinaan mata pelajaran
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
IPA. Ketiga, kendala yang ditemukan oleh guru dan kepala sekolah yaitu terdapat siswa yang motivasinya untuk belajar cukup rendah ditambah dengan kurangnya ketersediaan buku sumber IPA yang dimiliki oleh siswa dan terdapat siswa yang merasa terasingkan karena sering diejek oleh temannya di kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, guru disarankan untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa yang memiliki masalah motivasi belajar yang rendah dengan peran serta temannya di kelas untuk bersama-sama menghadapi kesulitan yang dihadapi. Kedua, guru disarankan selalu memberikan inovasi dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan lebih banyak aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ruhimat, Toto, dkk. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Sardiman, A. M. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNDP. 2013 & 2014. HDI. Tersedia pada http: www.humandevelopmentreport _UNDP.htm (diakses tanggal 23 Januari 2015). Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.