PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Oleh: Nazar Mutawali Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Keguruan IPA UNLAM Banjarbaru. Jl. Ahmad Yani. Km 36. Banjarbaru. Kal-Sel. E-mail:
[email protected] ABSTRAK Semakin pesat perkembangan teknologi, maka tingkat kebutuhan akan sumber daya manusia terhadap potensi yang ada di lingkungan tempat tinggalnya menjadi semakin tinggi. Terkait dengan pembelajaran di sekolah, untuk mencapai hal tersebut maka harus dilakukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan cara menginovasi perangkat-perangkat pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa, harus ada permasalahan yang harus di pecahkan siswa didalam kelas. Perangkat pembelajaran yang mampu memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat pembelajaran yang didalamnya menghadirkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penalaran dan pemikiran. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa oleh guru yaitu, harus didasarkan pada respon yang diberikan siswa terhadap permasalahan yang ada. Ada 2 tahapan yang harus dinilai dalam pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu proses dan hasil. Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Berpikir Kreatif
Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun bangsa dan negara yang lebih baik. Pendidikan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan melalui sekolah di berbagai jenjang pendidikan. Banyak pengalaman belajar yang didapatkan manusia melalui bersekolah. Proses belajar di sekolah pun menjadi penting untuk dipikirkan baik oleh pendidik, lembaga pendidikan maupun pemangku kebijakan pendidikan. Pendidikan IPA Terpadu (Integrated Science Teaching) pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic dan otentik. Pembelajaran terpadu
1
dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya; 2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak; 3) kegiatan bermakna bagi anak; 4) keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu; 5) kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak; 6) keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu (Trianto, 2007). Terkait dengan pembelajaran di sekolah, perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesat karena selalu berkaitan dengan perkembangan teknologi yang memberikan warna baru pada wajah dunia. Semakin pesat perkembangan teknologi, maka tingkat kebutuhan akan sumber daya manusia terhadap potensi yang ada di lingkungan tempatnya menjadi semakin tinggi. Untuk mencapai hal tersebut maka harus dilakukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan cara menginovasi perangkat-perangkat pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir siswa. Sekarang ini sudah cukup banyak perangkat pembelajaran dan pemikiran inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Tetapi hal tersebut masih dirasa kurang karena kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dengan baik dikelas. Hasilnya akan berdampak langsung terhadap nilai siswa tersebut yang dibawah standar kelulusan minimum. Namun disisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran juga cukup mempengaruhi hasil belajar. Menurut Sudiarta (2010), Banyak pemikiran inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, seperti penerapan konsep-konsep: Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiencial Learning, Problem Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Teaching and Learning, Constructivist Teaching and Learning dan lain sebagainya. Namun harus diakui hasilnya belum maksimal, inovasi tersebut cenderung lebih bersifat individual, sporadis, dan kurang didukung oleh program pendidikan dan pelatihan yang sistematik, sistemik dan berkelanjutan, sehingga inovasi pembelajaran yang baik pada tataran teori, selalu saja kurang berhasil pada tataran implementasi di ruang kelas. Permasalahan lain dalam hal peningkatan proses belajar siswa dikelas yaitu kurang efektifnya proses pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang digunakan didalam kelas. Menurut Mertayasa (2012), dari hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung diperoleh fakta bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini terkesan belum membelajarkan siswa. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah menjelaskan materi pelajaran dengan sebaik-baiknya, memberikan contoh-contoh soal, dan kemudian memberikan latihan soal. Guru masih dihadapkan pada persepsi bahwa siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu menjawab soal-soal latihan yang diberikan. Seharusnya pembelajaran diarahkan pada penemuan kembali konsep-konsep dalam materi pembelajaran tersebut. Dalam hal perangkat pembelajaran menurut Mertayasa (2012), Dari hasil kajian terhadap
2
perangkat pembelajaran seperti buku siswa kelas VIII diperoleh fakta-fakta diantaranya: (1) buku siswa yang selama ini digunakan belum dapat menghantarkan siswa pada penemuan kembali konsep-konsep pada mata pelajaran yang diajarkan. (2) masalah-masalah pada mata pelajaran yang disajikan dalam buku siswa kurang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pada zaman sekarang siswa dituntut untuk mencapai suatu kompetisi atau kemampuan tertentu, salah satunya adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (hight order thingking skill). HOTS biasanya dibagi menjadi 2 yaitu kemampuan berpikir kritis (ctrical thingking) dan kemapuan berpikir kreatif (creative thingking). Kemampuan berpikir kritis adalah adalah kemampuan untuk menganalisia suatu masalah kemudian mencari solusi yang paling tepat dan efektif untuk menjawab permasalah tersebut. Kemudian kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menganalisa suatu permasalahan kemudian mencari beberapa solusi alternatif yang bisa digunakan untuk memecahankan permasalahan tersebut. Menurut Harris (Jazuli, 2009), pengertian kreativitas meliputi beberapa aspek, yaitu yang pertama dapat diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menghayal atau banyak akal untuk sesuatu yang baru. Yang kedua suatu sikap atau keinginan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan, fleksibilitas keluar, kebiasaan menyenangi yang bagus, ketika mencari jalan/cara untuk mengembangkannya. Yang ketiga suatu proses yaitu orang bekerja keras dan kontinu untuk mengembangkan ide dan penyelesaian dengan membuat peningkatan dan perbaikan secara perlahan-lahan untuk kerjanya. Kenyataan yang terjadi dilapangan sekarang khususnya di indonesia siswa kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada hasil survey PISA tahun 2012 tentang kemampuan siswa Indonesia memiliki peringkat kedua dari bawah, Indonesia hanya lebih tinggi dari Peru. Berdasarkan hal tersebut makalah ini mencoba untuk membahas tentang perangkat pembelajaran seperti apa yang tepat untuk memunculkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang di khususkan pada kemampuan berpikir kreatif siswa melalui perangkat-perangkat pembelajaran yang relevan. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah (1) Untuk menemukan cara memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa di dalam kelas, (2) Mengetahui perangkat pembelajaran inovatif yang mampu menunjang kemampuan berpikir kreatif siswa, dan (3) Mengetahui cara mengukur kempuan berpikir kreatif siswa. Pembahasan A. Memunculkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berpikir kreatif merupakan unsur yang penting dan harus ada pada setiap diri siswa. Peran guru sebagai pendidik untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran di sekolah. Guru dituntut untuk mampu merangsang berpikir kreatif siswa melalaui metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini perangkat pembelajaran yang digunakan guru 3
merupakan unsur yang penting dalam menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berpikir kreatif adalah merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Menurut Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak di bawah kontrol dan tekanan. Langkah awal untuk memunculkan berpikir kreatif pada siswa dikelas adalah harus ada permasalahan yang harus di pecahkan didalam kelas, permasalahan boleh diberikan oleh guru atau masalah muncul dan disampaikan oleh siswa itu sendiri. Dalam proses pemecahan masalah oleh siswa, guru tidak boleh memberikan interfensi atau tekanan kepada siswa, karena hal tersebut bisa mematikan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tugas guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam memunculkan ide dan pemikiran siswa untuk memecahkan masalah yang ada didalam pembelajaran di kelas. Selain itu, tugas guru dalam membimbing siswa untuk memecahkan masalah agar muncul kemampuan berpikir kreatif adalah membatasi masalah apa yang harus dipecahkan terlebih dahulu, agar tidak melenceng dari pembelajaran yang ada dikelas. Dalam hal ini perlu digaris bawahi guru hanya membatasi permasalahan apa yang harus dipecahkan bukan membatasi ide dan pemikiran siswa dalam memecahkan masalah. Apabila guru membatasi ide dan pemikiran siswa dalam memecahkan masalah maka secara tidak langsung guru telah mematikan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut Munandar (2003), perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur. Agar ketrampilan berpikir kreatif siswa meningkat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pendekatan pemecahan masalah. Menurut Krulik dan Rudnick (1995) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari solusi pemecahan masalah. Dalam hal ini pemecahan masalah dapat diartikan merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang
4
tidak segera dapat dicapai. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses yang meminta siswa untuk menemukan kombinasi pengetahuan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya. Silver (1997) menjelaskan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak sumber pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin pembangkitan solusi berbeda dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Siswa tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangkitkan banyak masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka dapat juga mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan banyak solusi pada sebuah masalah. Melalui cara ini siswa juga dapat dikembangkan dalam menghasilkan pemecahan yang baru. Komponen berpikir kreatif dalam pemecahan masalah menurut Silver (1997) pada tabel 1 berikut: Pemecahan Masalah
Komponen Berpikir Kreatif
Siswa menyelesaikan masalah dengan Kefasihan (fluency) bermacam-macam solusi dan jawaban. Siswa menyelesaikan (menyatakan) Fleksibilitas (flexibility) dalam satu cara kemudian dalam cara lain. Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian. Siswa memeriksa jawaban berbagai metode penyelesaian
dengan Kebaruan (novelty)
dan kemudian membuat metode yang baru yang berbeda. B. Perangkat Pembelajaran Inovatif Yang Mampu Menunjang Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Menurut Suprihatiningrum (Yahya dkk, 2014) menyatakan bahwa segala sesuatu yang dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dinamakan dengan perangkat pembelajaran. Inovasi perangkat pembelajaran dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus pengembangan perangkat. Pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat dilakukan dalam suatu penelitian meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar penilaian (LP), modul pembelajaran dan media pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang mampu memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat pembelajaran yang didalamnya menghadirkan
5
suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penalaran dan pemikiran. Hasil dari penalaran dan pemikiran tersebut kemudian mampu di tuangkan dalam bentuk ide atau gagasan yang dimunculkan oleh siswa tersebut. Menurut Dewi dkk (2013) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran IPA terpadu harus dapat memandu siswa untuk menemukan masalahnya sendiri, menemukan penyelesaiannya dengan bimbingan guru, sehingga tercipta suatu pemahaman konsep dalam benak siswa. Suatu perangkat pembelajaran, dalam membuat atau mengembangkannya untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa harus dimulai dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang mampu memunculkan kemampuan befikir kreatif siswa di dalamnya harus terdapat indikator pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kreatif. Kemuadian indikator tersebut dipecah lagi menjadi beberapa tujuan pembelajaran yang juga harus menuntut siswa untuk berpikir kreatif. Contoh tujuan pembelajaran yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa adalah “Siswa mampu mendeskripsikan perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil pada tumbuhan angiospermae melalui media tumbuh-tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar sekolah”. Dalam tujuan pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk memecahkan masalah kemudian berpikir divergen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hasil pemikiran siswa bisa berupa ide bagaimana cara mendeskrisikan perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil pada tumbuhan angiospermae, kemudian hasil dari ide atau pemikiran siswa tersebut dapat dituangkan dalam bentuk paragraf atau artikel deskriptif. Setelah silabus pembelajaran sudah menuntut siswa untuk berpikir kreatif maka perangkat pembelajaran yang lain seperti (RPP), (LKS), (LP), modul pembelajaran dan media pembelajaran harus mendukung ketercapaian kemampuan berpikir kreatif pada siswa. C. Cara Mengukur Kempuan Berpikir Kreatif Siswa Menurut Fardah (2012), berpikir kreatif dapat dibagi menjadi dua pendekatan utama, proses dan produk. Berpikir kreatif dipandang dari sisi proses merupakan respon siswa dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode yang sesuai. Dalam hal ini proses berpikir kreatif dimulai dari siswa mengetahui adanya permasalahan, sampai mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Dipandang sebagai produk atau hasil, bahwa berpikir kreatif menekankan pada aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration). Kelancaran dapat diidentifikasi dari banyaknya respon siswa yang relevan. Dari respon-respon siswa tersebut masih dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yang mana hal ini terkait dengan aspek keluwesan. Ada kemungkinan respon yang diberikan siswa banyak tetapi hanya merupakan satu kategori. Respon siswa tersebut dikatakan asli (original) jika unik, tidak biasa, dan hanya dilakukan oleh sedikit sekali siswa. Respon tersebut dikatakan rinci jika prosedurnya runtut, logis, jelas, dan beralasan. 6
Cara mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan penelitian Fardah (2012). Dia menyusun pola berpikir kreatif siswa dari segi proses dan produk untuk tiap-tiap kategori setelah diberikan tugas dengan menggunakan pertanyaan open-ended pada Tabel 2. Kategori
Proses Berpikir Kreatif
Hasil Berpikir Kreatif
Tinggi
Siswa dapat memahami permasalahan dan mereka dapat memperkirakan solusinya, kemudian menyusun rencana, melaksanakan rencana tersebut serta mengevaluasi jika terjadi hambatan dalam memperoleh solusi. Mereka dapat mengkomunikasikan ide mereka baik secara lisan maupun tertulis dengan jelas dan runtut.
Produk berpikir kreatif dari siswa berkemampuan tinggi berbagai macam dan berbagai kategori, bahkan respon yang mereka berikan berbeda jika dibanding siswa yang lain. Hasil yang mereka berikan juga cukup rinci dan lengkap.
Sedang
Siswa dapat memahami masalah dan dapat memperkirakan solusinya, menyusun rencana dan melaksanakan rencana tersebut, namun ketika mereka menemui kendala dalam menjalankan rencana mereka mudah menyerah dan bahkan membatalkan prosedur yang telah mereka susun.
Produk berpikir kreatif dari kategori sedang ini kurang bervariasi dalam hal respon, kategori dan beberapa respon tersebut sama dengan siswa lainnya. hasil yang mereka berikan kurang rinci dan lengkap.
Rendah
Siswa sulit untuk memahami permasalahan dan memperkirakan solusinya. Ketika mereka menyusun rencana penyelesaian mereka tidak tahu apakah cara yang mereka berikan sudah benar atau belum.
Produk berpikir kreatif dari siswa berkemampuan rendah tidak bervariasi dan bahkan respon yang mereka berikan sangat sedikit dan sangat umum. Penguraian jawaban pun tidak rinci dan tidak lengkap.
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatahui bahwa aspek penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa didasarkan pada respon yang diberikan siswa terhadap permasalahan yang ada. Dalam tahapan berpikir kreatif terdapat proses dan hasil. Dari kedua unsur tersebut seorang guru dapat menilai kemampuan berpikir kreatif siswa apakah pada tingkat tinggi, sedang, atau rendah. Dalam hal penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa seorang guru boleh mengembangkan unsur apa yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam tabel rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penulisan penulisan, maka kesimpulan dari makalah ini adalah (1) Cara untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa harus di awali dengan adanya permasalahan didalam kelas. Guru berperan membimbing siswa untuk mengemukakan ide atau gagasan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, (2) Perangkat pembelajaran yang mampu memunculkan 7
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat pembelajaran yang didalamnya menghadirkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penelaran dan pemikiran. Hasil dari penalaran dan pemikiran tersebut kemudian mampu di tuangkan dalam bentuk ide atau gagasan yang dimunculkan oleh siswa tersebut, dan (3) Aspek penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa didasarkan pada respon yang diberikan siswa terhadap permasalahan yang ada. Dalam tahapan berpikir kreatif terdapat proses dan hasil. Dari kedua unsur tersebut seorang guru dapat menilai kemampuan berpikir kreatif siswa apakah pada tingkat tinggi, sedang, atau rendah. Dalam hal penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa, seorang guru boleh mengembangkan unsur apa yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam tabel rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa. Daftar Pustaka Fardah Dini Kinanti. 2012. Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika Melalui Tugas Open-Ended. Jurnal Kreano Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3. Semarang. Dewi .K, I. W. Sadia, N. P. Ristiati. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu Dengan Setting Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Siswa. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA (Volume 3 Tahun 2013). Bali Jazuli Akhmad. 2009. Berpikir Kreatif Dalam Kemampuan Komunikasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta. Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights: Allyn & Bacon Mertayasa Dewa Made. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Masalah Realistik Untuk Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Bali Munandar, S.C. Utami. (2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a1.pdf Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X.
8
Pisa. 2012. What 15-year-olds know and what they can do with what they know. OECD. Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Sudiarta Putu. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif. Makalah Pendidikan dan Pelatihan MGMP Matematika SMK. Bali Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Yahya Wachid, Munoto, Soeryanto. 2014. Inovasi Perangkat Pembelajaran Sistem Kelistrikan Otomotif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Surabaya.
9