Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS TEMATIK INOVATIF UNTUK MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KARAKTER SISWA SMP DI KOTA PALU DEVELOPMENT OF THE INTEGRATED SCIENCE LEARNING BASED ON THEMATIC INNOVATIVE TO CREATE THE CRITICAL THINKING SKILLS AND CHARACTER OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN PALU
Indarini Dwi Pursitasari, Siti Nuryanti, Amran Rede Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Soekarna Hatta Km. 9 Tondo, Palu-Sulawesi Tengah (94111). Telp. (0451) 429743 Email :
[email protected]
Abstrak. Pemanfaatan sumber daya alam memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan berkarakter. Kemampuan berpikir kritis dan karakter perlu dibangun pada siswa SMP. Tujuan dari penelitian ini adalah memvalidasi rancangan program pembelajaran IPA terpadu berbasis tematik inovatif. Validasi dilakukan oleh dosen dan guru. Penentuan validitas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dilakukan dengan mengkonversi rata-rata skor total menjadi nilai kuantitas (kisaran 1-4), sedangkan penilaian buku ajar dan instrumen penelitian menggunakan skala 1-5. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor penilaian RPP adalah 3,4; tes kemampuan berpikir kritis sebesar 4,2; angket karakter sebesar 4,6; dan buku ajar sebesar 4,4. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka RPP, tes kemampuan berpikir kritis, angket karakter, dan buku ajar adalah valid dan bersifat praktis. Kata kunci: tematik, inovatif, berpikir kritis, karakter Abstract. The utilization of natural resources requires human resources that have critical thinking skills and character. The critical thinking skills and character needs to be developed for junior high school students. Therefore, the aim of this study was to validate the design of the integrated science learning program based on thematic innovative. The validation was accomplished by lecturers and teachers. The determination of the validity of lesson plans was performed by conversion the average of total score into a quantity of value (range 1 to 4), whereas the assessment of textbook and research instrument used a range scale of 1 to 5. The results of this work showed that the mean score of lesson plan was 3.4; the test of the critical thinking skills was 4.2; the character questionnaire was 4.6; and the textbook’s score was 4.4. Thus, based on the criteria used in this study, the lesson plans, the test of ability critical thinking skills, the character questionnaire, and the textbook are valid and practical. Keywoords : thematic, innovative, critical thinking, character
jka dapat memanfaatkan dan mengelolanya secara arif dan bijaksana. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter.
PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Tengah memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti coklat, rotan, kelapa, kayu hitam, ikan, tambang emas, nikel, dan pasir putih. Sumber daya alam tersebut sangat potensial untuk kehidupan penduduknya
Kualitas dan karakter seseorang bisa dilihat dari ketakwaan kepada Tuhan YME,
C - 77
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
kemampuan, kinerja, sikap, dan interaksinya dengan orang lain. Dengan demikian kemampuan kognitif seseorang bukan jaminan bahwa orang tersebut berkualitas. Kemampuan kognitif harus diimbangi dengan karakter yang baik pula. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter yang baik perlu dikembangkan melalui pendidikan formal maupun non formal.
sesuai dengan kompetensinya. Beberapa sekolah belum memberikan kesempatan kepada siswanya untuk melakukan praktikum. Padahal praktikum merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan karakter peserta didik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka telah dirancang program pembelajaran IPA terpadu berbasis tematik inovatif kelas VII SMP yang dilengkapi dengan buku ajar dan perangkat pembelajarannya (Pursitasari, Nuryanti, dan Rede, 2014). Program ini dirancang untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan karakter siswa. Penyusunan program berdasarkan pengetahuan awal dan gaya belajar siswa kelas VII SMP di kota Palu (Pursitasari, 2013). Sebelum program tersebut diterapkan dalam proses pembelajaran IPA di kelas VII SMP, maka perlu dilakukan penilaian oleh dosen sebagai validator ahli dan guru sebagai pengguna. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah menentukan validitas dari program pembelajaran IPA terpadu berbasis tematik inovatif untuk membangun kemampuan berpikir dan karakter siswa SMP di kota Palu.
Berkaitan dengan pengembangan karakter siswa, maka pemerintah telah memberlakukan kurikulum 2013 yang memuat empat kompetensi inti, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Kemdikbud, 2013). Keempat kompetensi inti ini diharapkan dapat dikembangkan pada setiap proses pembelajaran termasuk dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa peserta didik tidak hanya dibekali kemampuan kognitif saja, namun segenap potensi yang dimiliki peserta didik akan dilatihkan dan dikembangkan. Salah satu jenis potensi yang perlu dilatihkan dan dikembangkan oleh guru kepada peserta didiknya selama proses pembelajaran adalah keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir ini berupa keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dasar dapat berupa keterampilan generik dan keterampilan proses sains. Adapun keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan/penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan (Haladyna, 1997).
METODE Rancangan program pembelajaran IPA Terpadu dan instrumen yang telah disusun memerlukan penilaian dan saran ataupun masukan dari dosen pendidikan IPA dan guru IPA SMP. Penilaian dilakukan untuk menentukan validitas dan kepraktisan program, sedangkan saran ataupun masukan dari dosen dan guru digunakan untuk memperbaik rancangan program pembelajaran IPA. Saran dan masukan dituliskan langsung pada rancangan program pembelajaran IPA. Penentuan validitas terhadap hasil penilaian dosen dan guru terhadap rancangan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mengkonversi rata-rata skor total menjadi nilai kuantitatis (kisaran 1-4) dengan skala sebagai berikut. 3,5 ≤ Sr < 4,0 sangat valid/sangat praktis 2,5 ≤ Sr < 3,5 valid/praktis 1,5 ≤ Sr < 2,5 tidak valid/tidak praktis 1,0 ≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat tidak praktis
Kurikulum 2013 juga menyatakan pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama bersifat terpadu. Sebenarnya IPA Terpadu juga telah dicanangkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Namun, pembelajaran IPA untuk siswa SMP yang berlangsung di kota Palu masih dilaksanakan secara terpisah dan belum tematik (Pursitasari, Nuryanti, dan Rede, 2013). Hasil ini senada dengan observasi dan pengalaman Nuroso dan Siswanto (2010)) yang menyatakan pembelajaran IPA Terpadu belum dijadikan satu tema yang mencakup fisika, kimia, dan biologi. Guru merasa tidak yakin jika harus membelajarkan materi pelajaran yang tidak
C - 78
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
dengan Sr adalah rata-rata skor (Dewi, dkk., 2013) Adapun untuk penilaian buku ajar dan instrumen penelitian mengadaptasi skala yang digunakan Dewi, dkk. (2013) adalah: 4,5 ≤ Sr < 5,0 sangat valid/sangat praktis 3,5 ≤ Sr < 4,5 valid/praktis 2,5 ≤ Sr < 3,5 cukup 1,5 ≤ Sr < 2,5 tidak valid/tidak praktis 1,0 ≤ Sr < 1,5 sangat tidak valid/sangat tidak praktis
total sebesar 3,4 dan 3,5. Berdasarkan skor tersebut maka rancangan RPP yang disusun adalah valid dan bersifat praktis, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP. Namun demikian RPP tersebut masih memerlukan perbaikan seperti sintaks pembelajaran masih perlu diperjelas dan evaluasi pada setiap RPP perlu ditambahkan. Sintaks pembelajaran IPA dari program pembelajaran yang dirancang adalah mengamati (observation), mengajukan pertanyaan (questioning), mengeksplorasi (exploration), menganalisis (analysis), mendiskusikan (confirmation), dan mengevaluasi (evaluation) atau disingkat OQEACE (Pursitasari, Nuryanti, dan Rede, 2014). Sintaks pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan scientific, model pembelajaran inkuiri, serta metode demonstrasi, diskusi kolaboratif, dan eksperimen. Pendekatan scientific dan model pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan kerja ilmiah layaknya ilmuwan. Siswa melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan dan hipotesis, mencari referensi, mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan, dan melaporkan hasil yang diperoleh secara lisan maupun tertulis. Kerja ilmiah juga membiasakan siswa untuk disiplin, jujur, gotong royong, tanggungjawab, dan demokratis. Pembelajaran juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Indikator tes kemampuan berpikir kritis yang dirancang dalam penelitian ini adalah merumuskan pertanyaan, menyimpulkan, menerapkan prinsip atau rumus, merumuskan masalah, menemukan persamaan dan perbedaan, memberikan penjelasan sederhana, menjawab pertanyaan mengapa, dan menganalisis. Hasil penilaian dosen dan guru terhadap tes kemampuan berpikir kritis ditampilkan pada Tabel 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ahli yang melakukan penilaian terhadap rancangan program pembelajaran adalah dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Tadulako (Untad). Hasil penilaian terhadap program pembelajaran melalui penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aspek yang Diukur A. Pencantuman identitas B. Pencantuman kompetensi inti C. Pencantuman kompetensi dasar dan indikator D. Perumusan tujuan pembelajaran E. Penentuan materi pelajaran F. Pencantuman metode dan strategi pembelajaran G. Penyusunan Langkahlangkah Kegiatan Pembelajaran H. Pencantuman sumber belajar I. Penyusunan instrumen penilaian Rerata Total
Rerata Penilaian Dosen Guru
4,0
4,0
4,0
4,0
3,0
4,0
3,0
3,0
3,5
3,5
3,5
3,0
2,5
4,0
4,0
3,5
3,5
2,5
3,4
3,5
Rerata skor total penilaian tes kemampuan berpikir kritis adalah 4,2. Menurut kriteria yang digunakan oleh Dewi, dkk. (2013), maka rancangan tes kemampuan berpikir kritis termasuk kategori valid atau praktis. Dengan
Tabel 1 menunjukkan dosen dan guru memberikan penilaian yang tidak jauh berbeda terhadap rancangan RPP dengan skor rerata
C - 79
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
demikian tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar 8. Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 9. Rumusan setiap butir soal menggunakan bahasa umum (bukan bahasa lokal ) 10. Rumusan setiap butir soal tidak menggunakan katakata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. RERATA KOMPONEN C
Kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan dan dibangun sejak dini. Kekritisan seseorang dalam memandang suatu masalah akan memudahkan seseorang untuk dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah. Kritis bukan berarti selalu menentang pendapat orang lain tanpa argumentasi yang masuk akal. Seseorang yang berpikir kritis, berarti orang tersebut juga telah melakukan penalaran dengan baik. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Aspek
Indikator
A. Materi
1. Butir soal sesuai dengan indikator yang ditetapkan 2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar 3. Isi materi tes sesuai dengan jenis dan tingkatan kemampuan siswa RERATA KOMPONEN A
B.Konstruksi
4. Rumusan setiap butir soal dinyatakan dengan jelas 5. Pokok soal tidak memberi petunjuk /mengarah kepada pilihan jawaban yang benar 6. Antar butir tidak bergantung satu sama lain RERATA KOMPONEN B
C. Bahasa
7. Rumusan butir soal menggunakan
Rerata Penilaian Dosen 4,0
Guru 3,0
4,5
2,5
RERATA TOTAL 5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
4,5
3,5
4,9
4,6
4,6
3,9
4,0
4,5
3,3
4,0
3,5
4,5
3,5
4,5
4,5
Kemampuan berpikir kritis perlu diimbangi dengan karakter positif. Karakter bangsa seperti dinyatakan oleh Puskur (2009) terdiri dari 18 aspek yaitu relugius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Adapun aspek karakter yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketakwaan, keimanan, jujur, kerja keras, disiplin, cakap, tanggungjawab, gotong royong, demokatris, peduli lingkungan alam. Hasil penilaian terhadap angket karakter terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Angket Karakter
4,3
3,8
5,0
5,0
Aspek A. Materi
C - 80
Indikator 1. Pernyataan angket sesuai
Rerarta Penilaian Dosen 5,0
Guru 4,5
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 dengan indikator yang ditetapkan 2. Isi angket sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa RERATA KOMPONEN A B.Konstruksi
3. Rumusan setiap butir angket dinyatakan dengan jelas 4. Angket terdiri dari pernyataan positif dan negatif RERATA KOMPONEN B
C. Bahasa
5. Rumusan pernyataan angket menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar 6. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami 7. Rumusan setiap pernyataan angket menggunakan bahasa nasional (bukan bahasa lokal ) 8. Rumusan setiap pernyataan angket tidak menggunakan katakata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. RERATA KOMPONEN C RERATA TOTAL
4,0
5,0
4,5 4,5
4,8 4,0
4,5
5,0
4,5 4,5
4,5 5,0
Tabel 3 menunjukkan rerata skor total yang diperoleh dari penilaian dosen dan guru terhadap angket karakter sebesar 4,6. Menurut Dewi, dkk. (2013), maka angket yang dikembangkan dalam penilitian ini termasuk kategori sangat valid atau sangat praktis. Angket tersebut dapat digunakan untuk mengukur karakter siswa dalam pembelajaran IPA terpadu. Pelaksanaan pembelajaran IPA memerlukan sumber belajar seperti buku ajar. Meskipun Pemerintah telah menyediakan buku IPA Terpadu baik untuk siswa maupun pegangan guru, namun keberadaan buku yang lain masih tetap diperlukan sebagai bahan referensi. Buku ajar IPA untuk kelas VII telah dirancang untuk menambah pengetahuan siswa tentang materi yang dikaji dalam pembelajaran IPA. Hasil penilaian dosen dan guru terhadap rancangan buku tersebut terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Buku Ajar
4,5
No.
5,0
A.
Butir Penilaian Kelayakan Isi
1. 2. 3. 4.
5,0
4,0
Cakupan materi Akurasi Materi Kemutakhiran Merangsang Keinginantahuan 5. Menumbuhkan karakter Rerata Kelayakan Isi B. Kebahasaan
5,0
1.
4,5
2. 3. 4. 5. 6. 4,5 4,5
4,8 4,7
7.
C - 81
Rerata Penilaian Dosen Guru
Sesuai dengan perkembangan peserta didik Komunikatif Dialogis dan Interaktif Lugas Koherensi dan keruntutan alir pikir Kesesuaian dengan kaidah bahasa Inonesia yang benar Penggunaan istilah dan
4,0 4,2 4,0 4,3
4,5 4,8 4,1 4,8
4,1
4,9
4,1
4,6
3,8
4,8
4,0 3,8
4,3 4,8
3,8 3,8
4,3 4,5
3,5
4,8
4,3
4,5
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
C. 1. 2.
simbol/lambang Rerata Kebahasaan Penyajian Teknik penyajian Penyajian pembelajaran Rerata Penyajian Rerata Total
3,9
4,6
3,9 4,3
4,8 4,8
4,1 4,0
4,8 4,7
2. Haladyna, T. 1997. Writing Test Item to Evaluate Higher Order Thinking. USA: Allyn & Bacon 3. Kemdikbud. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4. Nuroso, N. dan Siswanto, J. (2010). Model Pengembangan Modul IPA Terpadu Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1.(1): 35-46. 5. Pursitasari, I. D. 2013. Profil Siswa SMP Negeri di Kota Palu dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Prosiding Seminar Nasional Kimia Tanggal 16 November 2013. Universitas Negeri Yogyakarta: 5-9 6. Pursitasari, I. D., Nuryanti, S. dan Rede, A. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran IPA Terpadu untuk Membangun Kemampuan Berpikir Kritis dan Karakter Siswa SMP di Kota Palu. Laporan Penelitian Tahun Pertama. Palu: Universitas Tadulako 7. Pursitasari, I. D., Nuryanti, S, dan Rede, A. 2014. Perancangan Program Pembelajaran IPA Berbasis Tematik Inovatif Kelas VII SMP. Kreatif. 17(1): 23-29 8. Puskur, 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum
Tabel 4 menunjukkan rerata skor total hasil penilaian buku ajar adalah 4,4. Nilai ini masuk dalam kategori valid dan praktis untuk dapat digunakan siswa kelas VII dalam pembelajaran IPA.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penilaian dosen dan guru terhadap RPP, tes kemampuan berpikir kritis, angket karakter, dan buku ajar, maka disimpulkan bahwa keempat komponen dalam program pembelajaran IPA Terpadu adalah valid dan bersifat praktis untuk digunakan dalam pembelajaran UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Rektor Universitas Tadulako melalui Lembaga Penelitian yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Dewi, K., Sadia, I.W., dan Ristiati, N. P. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu dengan Setting Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi Pendidikan IPA. 3. Tersedia di: http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile /548/340. Diakses tanggal 20 Juli 2014
C - 82