i
PERAN PENGURUS PANTI ASUHAN BINA SIWI DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTERAKSI DIFABEL DI MASYARAKAT SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi sebagian syarat untuk memeroleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh : Krisna Eby Dewantara NIM : 10720018
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa
: Krisna Eby Dewantara
Nomor Induk
: 10720018
Program Studi
: Sosiologi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Humaniora
Menyatakan sesungguhnya bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya atau penelitian orang lain. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat diketahui oleh anggota dewan penguji.
Yogyakarta, 15 September 2015 Yang menyatakan,
Krisna Eby Dewantara
iii
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Kepada Yth Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Assalammualaikum Wr Wb Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk serta memberi perbaikan seperlunya, maka saya selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara : Nama
: Krisna Eby Dewantara
NIM
: 10720018
Prodi
: Sosiologi
Judul : Peran pengurus panti asuhan bina siwi dalam pelayanan pendidikan inklusif dan pengaruhnya terhadap interaksi difabel di masyarakat. Telah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana strata satu Sosiologi. Harapan
saya
semoga
saudara
tersebut
segera
dipanggil
untuk
mempertangungjawabkan skripsinya dalam sidang munaqosyah. Demikian atas perhatiannya terimakasih. Wassalamualaikum Wr Wb Yogyakarta, 18 September 2015
Drs. Musa M, Si Nip. 19620912 199203 1 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN NILAI
v
MOTTO
Your Life Your Choise Your Responsibility
Maka bersabarlah kamu. Sungguh janji Allah itu benar. Mohonlah ampun atas semua dosamu. Bertasbihlah kamu dengan memuji Tuhanmu pada sore dan pagi. (QS.40:55)
Jangan sampai ilmu yang kita punya hanya digunakan untuk menyalahkan orang lain yang kita anggap salah, membenarkan diri sendiri yang dianggap benar, kemudian meremehkan orang lain dianggap tidak berilmu. (fityani syahrir)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk AlmamaterkuTercinta Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Serta
Bapak dan ibu tercinta Yang tidak henti-hentinya berdoa, Menasehati dan membimbing putranya.
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia hidayah, hikmah serta inayah-Nya., sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik, meskipun banyak hambatan, gangguan dan rintangan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke jaman kebangkitan Islam. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peran Pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam Pendidikan Inklusif dan Pengaruhnya terhadap Interaksi Difabel di Masyarakat”, penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Kamsi, M. A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.
Ibu Sulistyaningsih S. Sos, M. Si selaku ketua program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.
3.
Ibu Sulistyaningsih, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. Saya ucapkan terimakasih atas bimbingan dan arahannya dalam hal akademik ataupun non akademik selama saya menjalani kuliah.
4.
Bapak Drs. Musa, M. Si selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan selalu sabar dalam memberi pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
5.
Bapak Achmad Zainal Arifin, Ph. D selaku biro skripsi yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Dosen-dosen Prodi Sosiologi, telah mengajarkan banyak sekali ilmu mengenai masyarakat, staff tata usaha yang telah mengurusi surat ijin penelitian dan urusan administrasi lainnya.
7.
Kepada Ibu Mugiyanti, Jumilah, Muslimah, Mugirah dan Bapak Sugiyanto selaku pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dengan segala masukkannya dan ilmu kehidupan yang telah diberikan kepada penulis, semoga bisa menjadi bekal mengarungi kehidupan.
8.
Sahabatku Prodi Sosiologi, Miftah, Pendi, Tri dan Daffa.
9.
Anak -anak difable Panti Asuhan Bina Siwi, tanpa partisipasi mereka maka penelitian ini tidak akan selesai.
10. Ayahanda Elvian Benny dan Ibunda Srikustini tercinta, kalian adalah orang tua terhebat di dunia ini, tidak pernah putus asa untuk memberikan kasih sayang, mengajari penulis tentang arti sebuah kehidupan dan doa restunya bagi penulis untuk senantiasa semangat dalam berjuang semoga penulis dapat menjaga amanah dalam setiap langkah. 11. Saudara kandung penulis Mbak Yurike Orchestra Pravitatiwi dan Adik Resti Wahyu Veriani dengan segala dukungannya, penulis percaya bahwa apa yang dapatkan sekarang merupakan doa dari kalian.
ix
Penulis hanya bisa mendoakan semoga semua yang telah membimbing dan memotvasi bisa membawa berkah untuk kita semua dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin. Akhirul kalam penulis ucapkan wassalamualaikum wr. Wb.
Yogyakarta, 20 September 2015 Penulis
Krisna Eby Dewantara NIM. 10720018
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ........i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................ii HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................. ......iii HALAMAN PENGESAHAN NILAI ............................................................. ......iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ......vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... .....vii DAFTAR ISI............................................................................................................ x ABSTRAK..............................................................................................................xi BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ...... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... ....... 6 E. Tinjauan Pustaka................................................................................. 7 F. Landasan Teori............................................................................ ..... 10 G. Metode Penelitian........................................................................ ..... 15 H. Sistematika Pembahasan................................................................... 21
BAB II GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN BINA SIWI .................. ..... 22 A. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Bina Siwi ....................... 22 B. Profil Panti Asuhan Bina Siwi..................................................... ..... 23 C. Profil Difabel Panti Asuhan Bina Siwi........................................ ..... 28 BAB III PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF PANTI ASUHAN BINA SIWI ...........................................................................................32 A. Pelayanan Pendidikan Panti Asuhan Bina Siwi.......................... ..... 32 B. Pelaksanaan Pelayanan Pendidikan Inklusif............................... ..... 35 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Inklusif .......... ..... 56 BAB IV PERAN PENGURUS PANTI ASUHAN BINA SIWI DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTERAKSI DIFABEL DI MASYARAKAT ......... ..... 63 A. Peran Pengurus Panti Asuhan Bina Siwi......................................... 63 B. Interaksi Antara Difabel dan Masyarakat .......................................68 BAB V
PENUTUP........................................................................................ ..... 77 A. Kesimpulan................................................................................. ..... 77 B. Saran................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... ..... 80 LAMPIRAN
xi
Abstrak Diskriminasi dalam dunia pendidikan khususnya pada difabel masih sering terjadi. Hal ini membuat pemerintah merumuskan pendidikan untuk difabel dengan program pendidikan inklusi. Pada dasarnya, setiap difabel perlu diberi kesempatan yang sama dalam dunia pendidikan. Panti Asuhan Bina Siwi adalah lembaga yang fokus kegiatannya melayani difabel dalam pendidikan inklusif lewat beberapa kegiatan. Pelayanan pendidikan inklusif yang dilakukan bertujuan untuk memandirikan difabel dari segi individu maupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan peran Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan pendidikan inklusif dan pengaruhnya terhadap interaksi difabel dan masyarakat melalui berbagai kegiatan dan untuk mengetahui interaksi antara difabel dengan masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori peran dan teori Herbert Mead tentang interaksionalisme simbolik. Hasil penelitian ini menunjukkan pengurus Panti Asuhan Bina Siwi berperan dalam pelayanan pendidikan inklusif. Pengurus berperan sebagai fasilitator dengan menyediakan kegiatan pelayanan pendidikan bagi difabel untuk menunjang potensi mereka. Serta pengurus berperan sebagai konektor yang menghubungkan difabel dengan masyarakat lewat pertunjukkan seni dari difabel. Setelah dilakukan pelayanan pendidikan, hasilnya difabel menjadi lebih terampil, percaya diri dan perilaku mereka lebih terkontrol dibandingkan sebelum dididik. Interaksi difabel dengan masyarakat menimbulkan sikap positif dan negatif, akibat dari pemaknaan terhadap simbol cacat yang melekat pada diri difabel. Di sisi lain, beragamnya pelayanan yang ditawarkan Panti Asuhan Bina Siwi membuat difabel menjadi lebih sibuk dengan kegiatannya. Hal ini berdampak kepada minimnya interaksi difabel dengan masyarakat sehingga membuat difabel tetap dikucilkan dalam masyarakat meskipun mereka sering menampilkan beberapa pertunjukkan seni kepada masyarakat. Selain itu, pelayanan pendidikan yang ditujukan kepada difabel di Panti Asuhan Bina Siwi hanya untuk membuat mereka survival atau bertahan hidup. Belum sampai pada tahap memandirikan mereka dalam bidang sosial, khususnya interaksi dengan masyarakat. Kata Kunci : Peran, Interaksi, Pelayanan Pendidikan Inklusif
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, kesetaraan atau persamaan perlakuan terhadap difabel1 menjadi salah satu isu penting di Indonesia, terkait dengan adanya tindak diskriminasi2 yang dinilai melanggar hak asasi manusia (HAM). Diskriminasi dalam hal ini muncul dari adanya cara pandang masyarakat yang masih menganggap kaum difabel sebagai orang yang patut dikasihani dan harus ditolong, karena perbedaan fisik difabel yang dianggap berbeda dengan manusia pada umumnya. Hal ini secara tidak langsung berimplikasi besar pada adanya “pembatasan terhadap gerak mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai dimensi kehidupan seperti dalam hal ekonomi, politik, akses publik, akses pekerjaan, akses politik, dan akses pendidikan3.
1
Penggunaan istilah “difabel” yang dikenal saat ini merupakan rumusan yang muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan atas istilah sebelumnya. Kesimpulan ini berkembang dan menjadi bahan perdebatan yang panjang, terkait dengan pemakaian istilah, pendefinisian, serta pemberian ide atau gagasan terhadap difabel sendiri. Beberapa istilah yang berkembang seperti penyandang cacat; penyandang ketunaan; anak berkebutuhan khusus (ABK); difabel; dan penyandang disabilitas. Dalam bahasa inggris dikenal beberapa istilah seperti crippled; exceptional individuals; those of special needs; impatient; disablity; handicap; person with disabilities;dan disabled people. Mansour Faqih berpendapat istilah kecacatan tersebut merupakan suatu kesepakatan atau konvensi sosial, yang menyebut istilah “ normal ” dan “ tidak normal ” . Untuk menghapus istilah “ cacat ” tersebut maka perlu sebuah usaha untuk membuat istilah yang lebih memberdayakan yaitu “difabel”. Purwanti, S.A, Menumbuhkembangkan Istilah Difabel Untuk Mewujudkan Masyarakat Inklusif. Dalam Suharto dan Haris Munandar (editor), Pokok-pokok Pikiran Mansour Faqih, (Yogyakarta : Sigap, 2004) hlm 53. 2 Pelanggaran terhadap hak-hak penyandang difabelitas secara umum dianggap merupakan diskriminasi. Hal ini didasarkan pada definisi “ diskriminasi ” menurut Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pasal 1 ayat 3, yang menyatakan, “diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status soial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupann. 3 Diskriminasi ini terlihat dari beberapa berita yang termuat dalam surat kabar maupun media elektronik, seperti dalam aspek pekerjaan, bisa diperkirakan hanya 15% kaum difabel yang memeroleh pekerjaan yang mapan. Kebanyakan bekerja di sektor swasta, serta pegawai negeri sipil (PNS). (dikutip dari artikel Abdul Ghaffar dalam harian “ Analisa ” edisi 23 November 2011) kenyataan lain mngatakan bahwa
2
Berbagai upaya sudah banyak dilakukan demi kesejahteraan para difabel. Pemerintah dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya, peran organinasi sosial, panti asuhan, LSM, maupun aktivis peduli difabel yang memperjuangkan advokasi terkait kebijkan khusus terhadap difabel, serta sosialisasi terkait difabel terhadap masyarakat luas. Bahkan organisasi dunia seperti KTT juga ikut andil dalam memberikan persamaan hak terhadap difabel, seperti yang tersirat dalam jargon “Persamaan Kesempatan dan Partisipasi Penuh Difabel dalam segala Aspek Kehidupan dan Penghidupan”. Begitu juga dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mencetuskan Program Aksi Dunia terkait para difabel, sebagaimana yang ditetapkan oleh Sidang Umum PBB dalam resolusinya No.37/52.
Pertemuan
itu
merekomendasikan
agar
Sidang
Umum
menyelenggarakan suatu konferensi khusus untuk menrancang konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap para difabel, yang harus diratifikasi oleh negara-negara (Resolusi PBB No.48/96 Tahun 1993).4 Salah satu upaya dari pemerintah dalam bidang sosial difabel adalah dengan memberikan pelayanan sosial dan pekerja sosial sebagai pelaksananya. Pelayanan sosial menjadi alternatif bagi pelayanan difabel. Pelayanan sosial bertujuan untuk membebaskan difabel dari pemahaman diskriminasi lantaran mereka dicacatkan. hapir tidak ada instansi atau perusahaan yang mau merekrut kaum difabel. Karena cacat fisik masih dianggap sebagai penghalang kerja seseorang. Hal ini juga terlihat dari persyaratan dalam iklan lowongan kerja, kebanyakan masih mencantumkan syarat “ tidak cacat ” . Dari aspek pendidikan di Jambi diketahui bahwa hampir setengah dari kaum difabel yang mengenyam bagku sekolah, baik di sekolah umum maupun sekolah luar biasa (SLB) (Tribun 1 Desember 2011) Pada aspek politik, diketahui bahwa partisipasi kaum difabel dalam pemilu masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya karena aksesibilitas yang masih tebatas. Sehingga pada pemilu 2009 di Bandung, ada sekitar 80 kaum difabel di Bandung yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya. (inilah Jabar.com, portal berita Jawa Barat, edisi 10 agustus 2011). 4 Dikutip dari “Peraturan Standar Tentang Persamaan Kesempatan Bagi Para Difabel: Resolusi PBB No. 48/96 Tahun 1993, dialihabahasakan oleh Didi Tarsidi, 1998.
3
Kecacatan merupakan rekonstruksi sosial yang sengaja dibangun melalui sistem kekuasaan, baik yang berada pada jalur struktural maupun jalur kultural. Keterbatasan dalam aktivitas tertentu sebagai akibat dari faktor-faktor yang mempunyai perusakan dan karenanya dapat mengeluarkan penyandang cacat dari arus aktivitas sosial.5 Pelayanan bagi difabel difokuskan kepada pembinaan keterampilan dan sikap, meskipun pembinaan pengetahuan dasar tetap diperlukan.6 Keberadaan difabel yang tidak lepas dari peran serta tenaga ahli yang mana pada tiap langkah yang diambil untuk membantu difabel perlu mencerminkan tujuan-tujuan maupun efisiensi dan tingkat pelayanan efektif bagi difabel dengan kebutuhan khusus yang tidak dapat dianggap terlepas dari usaha untuk memberikan pelayanan yang komprehensif.7Apabila pelayanan sosial bagi difabel benar-benar diselenggarakan secara ideal, harus adanya pengawasan dan penanganan secara khusus, jika tidak maka akan berakibat fatal. Contohnya:
tunadaksa perlu dokter syaraf, atau
psikolog, sebab difabel memerlukan ketenangan jiwa sehingga mampu menjaga kondisi yang prima. Dalam menangani difabel diperlukan keahlian tersendiri karena tidak semua aktivitas dapat diikuti oleh difabel, misalnya tunanetra tak mampu mengikuti pelajaran membaca begitu pula tunarungu sulit mengikuti pelajaran seni musik dan difabel yang lain perlu penanganan khusus karena keterbatasannya. Maka sangat diperlukan pendamping difabel yang mampu memahami sekaligus 5
Peter Coleridge. Pembebasan dan Pembangunan: Perjuangan Panyandang Cacat di Negara-Negara Berkembang. terj. Omi Intan Naomi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997) hlm 137. 6 Bratanata & Katamso, Pendidikan Anak-anak Terbelakang, (Jakarta: Masa Baru, 1977) hlm 14 7 Gaston Mialaret, Hak Anak-anak Untuk Memperoleh Pendidikan,( Jakarta: Balai Pustaka, 1993) hlm 127.
4
menangani keberadaan difabel, termasuk di dalamnya memahami karakter dari masing-masing jenis kecacatannya. Di samping membutuhkan pendamping khusus, juga perlu membekali pengetahuan tentang karakter masyarakat sekitar dengan harapan difabel tersebut dapat berinteraksi dengan wajar. Pelayanan sosial dapat juga dipraktekkan dalam lembaga ataupun panti asuhan8 yang memfokuskan kegiatannya pada difabel. Seperti yang dilakukan oleh Panti Asuhan Bina Siwi. Panti Asuhan Bina Siwi merupakan lembaga yang menaungi difabel dalam pelayanan sosial difabel. Bertempat di kompleks Balai Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta dan berdiri pada tahun 1999 sebagai tempat perwujudan kepedulian para relawan terhadap kurangnya perhatian kepada difabel yang berada di sekitar kawasan Kecamatan Pajangan. Pendiriannya Panti Asuhan Bina Siwi bertujuan untuk menampung difabel dan mewadahi mereka dalam kegiatan-kegiatan, khususnya kegiatan pelayanan yang diperuntukkan bagi difabel.9 Menjadi lembaga yang memfokuskan kegiatannya pada difabel tidaklah mudah. Hal ini merupakan tantangan bagi pengurus selaku pembimbing untuk membuat inovasi-inovasi kegiatan agar difabel dapat mengikuti proses kegiatan dengan baik. Dari berbagai masalah itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti pelayanan sosial difabel yang dikembangkan Panti Asuhan Bina Siwi, bagaimana 8
Panti asuhan dapat diartikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan yang memerlukan bimbingan dari pengasuh kepada anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pengasuh panti asuhan sebagai pengganti orang tua: sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS denganUNICEF, Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaen Klaten (Surakarta, 2009), hlm 26. 9
Wawancara dengan Bapak Sugiman, pengurus Panti Asuhan Bina Siwi, (tanggal 9 februari 2015).
5
mereka menangani difabel, dan bagaimana pengaruh pelayanan sosial terhadap diri seorang difabel ketika dipertemukan dengan masyarakat dalam interaksi. Semua itu menarik untuk dibicarakan dan diteliti lebih lanjut guna lebih membuka wawasan tentang pelayanan sosial difabel, dan bertujuan untuk memberikan pandangan baru terhadap masyarakat bahwa difabel yang diberikan kesempatan dapat mengembangakan potensinya. Terkait hal ini, penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji tentang peran perngurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial difabel dan pengaruhnya terhadap interaksi dengan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka muncullah beberapa pertanyaan yang penting untuk dikaji lebih lanjut diantaranya : 1. Bagaimana peran pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial difabel ? 2. Bagaimana pengaruh pelayanan sosial terhadap interaksi antara difabel dengan masyarakat ? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan peran pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial difabel melalui berbagai kegiatan dan untuk mengetahui pengaruh pelayanan sosial terhadap interaksi antara difabel dengan masyarakat.
6
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini diantaranya : 1. Manfaat Teoritis a.
Sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang fokus membahas tentang difabel.
b.
Memberikan kontribusi pengetahuan sosial khususnya tentang pelayanan sosial difabel.
2. Manfaat Praktis a.
Memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi Panti Asuhan Bina Siwi dalam mengembangkan strategi pelayanan sosial yang berkaitan dengan difabel.
b.
Penelitian ini bermanfaat bagi para relawan, aktivis, dan pekerja sosial dalam rangka mengembangkan pelayanan sosial difabel.
c.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai difabel.
d.
Penelitan ini sebagai media informasi kepada masyarakat, supaya masyarakat yang cenderung mendiskriminasikan difabel dapat diminimalisir.
7
E. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang difabel sudah banyak dilakukan. Namun demikian, penelitian yang akan dilakukan ini belum pernah dikaji oleh peneliti lainnya. Adapun beberapa kajian maupun penelitian tentang difabel anatara lain : Pertama, Skripsi dari Pratiwi, mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan judul “Sekolah Inklusif dan Semangat Antidiskriminasi
Layanan
Pendidikan
Bagi
Difabel”.10
Penelitian
ini
memfokuskan pada masalah proses pengajaran dalam sekolah inklusif dalam mewujudkan lingkungan inklusif dan persepsi subjek di dalamnya tentang pelayanan pendidikan bagi difabel. Penelitian ini mengungkap bahwa beberapa stakeholders sekolah inklusif masih memiliki persepsi yang mendiskriminasikan difabel, termasuk di lokasi penelitian SMA Pembangunan Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari sikap guru mata pelajaran yang menganggap difabel tidak mampu untuk mengikuti materi pelajaran. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk diskriminasi verbal yang dilakukan oleh teman sekelas siswa difabel. Selain itu, kebijakan negara tentang standar isi, kompetensi kelulusan, pembatasan jam belajar, dan tidak semua difabel dapat diperbolehkan menerima pendidikan di sekolah inklusif akan memberatkan subjek pendidikan dalam sekolah seperti guru, kepala sekolah dan murid. Kebijakan ini berimplikasi pada cara mengajar guru yang hanya berorientasi hasil sesuai standar tanpa memerhatikan kemampuan setiap difabel. Hal ini berakibat bagi difabel dan tidak terlayani sesuai kebutuhannya. 10 Pratiwi, Sekolah Inklusif dan Semangat Antidiskriminasi Layanan Pendidikan Bagi Difabel, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, 2009).
8
Kedua, Skripsi Dodi Taresa mahasiswa Jurusan Sosiatri UGM yang berjudul “Eksistensi Penyandang Cacat dalam Masyarakat: Persepsi Masyarakat Terhadap Penyandang Autis”.11 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam proses sosialisasi para penyandang autis dalam kehidupan bermasyarakat, dengan menggunakan teori Interaksionalisme Simbolik Hebert Mead sebagai pisau analisisnya. Sedangkan metode penelitiannya menggunakan kualitatif dengan pendekatan fenomologi. Dodi Taresa mengungkap bahwa persepsi dari masyarakat luas sangat berpengaruh terhadap eksistensi penyadang autis. Umumnya persepsi masyarakat masih bersifat dugaan, dengan menginterpretasikan informasi yang sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan persepsi yang baik tentang penyadang autis dimulai dengan sosialisasi primer dari keluarga. Perlu adanya sosialisasi yang digunakan sebagai proses belajar dan penyaluran informasi, dengan sosialisasi diharapkan masyarakat dapat menerima dan tidak lagi mendiskriminasi penyandang autis. Sedangkan untuk penyandang autis, mereka dapat berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya secara bertahap. Ketiga, skripsi Muhammad Sapril mahasiswa Jurusan Sosiologi UGM yang berjudul “Kehidupan Difabel : Studi Mengenai Strategi Adaptasi Difabel dalam Masyarakat di Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adaptasi difabel dengan lingkungan sosialnya dan cara masyarakat beradaptasi dengan difabel.
11 Dodi Teresa, Eksistensi Penyandang Cacat dalam Masyarakat: Persepsi Masyarakat Terhadap Panyadang Autis, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, 2006).
9
Setelah dilakukan penelitian, difabel beradaptasi dengan lingkungan sosialnya tergantung dari citra-diri yang dimilikinnya. Pernyataan para responden memperlihatkan dua kelompok difabel yang memandang kecacatan dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama, mereka yang merasa dirinya ‘cacat’ (dicacatkan oleh lingkungan sosialnya) cenderung berdaptasi sesuai dengan kehendak masyarakat. Secara sederhana, difabel dipaksa beradaptasi dengan masyarakat. Kelompok kedua, mereka yang merasa dirinya memiliki hak yang sama dengan ‘orang normal’, tetapi memiliki kebutuhan yang berbeda berusaha untuk ‘menyadarkan orang lain’ bahwa mereka memiliki kebutuhan berbeda. Kebutuhan berbeda tersebut bukan berarti diperlakukan secara istimewa, melainkan pandangan sosial yang tidak melemahkan (disempower) atau mematikan potensi produktif yang dimiliki oleh difabel. Salah satu cara untuk memberdayakan (empowering) difabel adalah dengan mengusahakan ruang publik yang aksesibel bagi difabel.12 Keempat, skripsi Nur Nadiyah mahasiswa jurusan Sosiologi UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Peran Yayasan Sayap Ibu dalam Proses Interaksi Sosial Penyandang Cacat Tunarungu dan Tunanetra”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses interaksi anak tunarungu dan tunanetra dan peran Yayasan Sayap Ibu bagi anak tunarungu dan tunanetra dalam mendukung proses interaksi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran Yayasan Sayap Ibu dalam proses interaksi anak tunarung dan tunanetra dengan memberikan dukungan dalam bentuk lahir dan batin. Sedangkan bentuk interaksi anak adalah dengan menangis dan 12 Muhammad Sapril, Kehidupan Difabel : Studi Mengenai Strategi Adaptasi Difabel dalam Masyarakat di Yogyakarta , (Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, 2007).
10
menggunakan bahasa isyarat.13 Dari tinjauan pustaka menunjukkan bahwa penelitian tentang difabel sebenarnya sudah banyak dilakukan. Penelitian Pratiwi banyak mengkaji proses pengajaran dalam sekolah inklusif dalam mewujudkan lingkungan inklusif dan persepsi tentang difabel, Dodi Teresa meneliti tentang persepsi masyarakat dalam proses sosialisasi penyandang autis, Muhammad Sapril fokus pada adaptasi difabel dengan lingkungan sosial dan cara masyarakat beradaptasi dengan difabel, dan Yulia Dian Wisyastuti meneliti proses interaksi tunarungu dan tunanetra dengan pengasuh. Sedangkan fokus penelitian ini yaitu tentang peran pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pendidikan inklusif dan hubungan interaksi difabel dengan masyarakat. F. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Peran Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Menurut Soerjono Soekanto unsur-unsur peran adalah:14
13 Nur Hidayah, Peran Yayasan Sayap Ibu dalam Proses Interaksi Sosial Penyandang Cacat Tunarungu dan Tunanetra, (Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga, 2014). 14 George Ritzer dan Douglas J. Godman Teori Sosiologi; dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. terj. Nurhdi (Bantul : Kreasi Wacana, 2011) hlm 214
11
1) Aspek dinamis dari kedudukan 2) Perangkat hak-hak dan kewajiban 3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan 4) Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat,merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran. Peran mencakup tiga hal, yaitu 1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi 3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.15 Pembahasan
perihal
aneka
macam
peranan
yang
melekat
pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu : 1) Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya
15
Ibid, hlm 217
12
2) Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya 3) Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu
melaksanakan
peranannya
sebagaimana
diharapkan
oleh
masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.16 Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan tugas dan kewajiban. Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi pengaruh pada lingkungan tersebut. Jadi peranan menunjukkan keterlibatan diri atau keikutsertaan individu, kelompok yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu atas suatu tugas atau bukti yang sudah merupakan kewajiban dan harus dilakukan sesuai dengan kedudukannya. Peranan Panti Asuhan Bina Siwi adalah mencoba menggantikan fungsi keluarga yang belum dapat memberikan pelayanan kepada difabel dalam hal membentuk watak, mental, spiritual, membimbing, mendidik, mengarahkan, dan mengatur perilaku difabel agar menjadi seseorang yang mandiri dan berguna bagi masyarakat ataupun kehidupan sosialnya. Peran Panti Asuhan Bina Siwi berarti menunjukkan pada keterlibatan para pengurus untuk melakukan pelayanan difabel melalui kegiatan-kegiatan panti.
16
Ibid, hlm 216
13
2. Pelayanan Sosial Pelayanan sosial merupakan bagian dari usaha kesejahteraan sosial yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat sesuai amanat UU No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, menegaskan bahwa usaha kesejahteraan sosial untuk anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi
masyarakat
mempunyai
kesempatan
yang
seluas-luasnya
untuk
berpartisipasi.17 Sistem pelayanan sosial terbagi dalam dua bentuk, yakni sistem panti dan di luar panti. Pelayanan sosial sistem di luar panti ditujukan pada pemberdayaan masyarakat agar mampu berperan serta dalam usaha-usaha kesejahteraan, termasuk pemberian pelayanan sosial pada penyandang masalah sosial dalam hal ini mereka adalah difabel. Adapaun pelayanan sosial sistem panti merupakan suatu upaya penanganan masalah sosial dengan menempatkan difabel dalam panti sesuai dengan jenis kelainan yang disandangnya. Pelayanan sosial melalui sistem panti dilakukan apabila fungsi dan peran keluarga serta masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelayanan sosial sistem panti dilakukan untuk mengadakan berbagai perubahan dan peningkatan keterampilan sosial agar difabel mampu mengatasi berbagai permasalahan.18 Panti asuhan memberikan pelayanan sosial secara nyata, serta menaruh perhatian pada anak dalam hal perlindungan agar dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini tidak lepas dari kepedulian pengurus dalam pelaksanan pelayanan sosial
17 http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf diakses pada tanggal 3 oktober 2015 (pukul 23.00 WIB) 18 Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS denganUNICEF, Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaen Klaten (Surakarta, 2009), hlm 26.
14
sistem panti. Pelayanan sosial merupakan bagian dari usaha kesejahteraan sosial. Dalam pelaksanaanya mengacu pada prinsip dasar dan pendekatan pekerjaan sosial pendekatan dalam pelayanan sosial antara lain: 1. Pendekatan Interaksional. Pendekatan ini memandang orang sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat yang saling berhubungan. Di samping itu, ditujukan untuk membantu keluarga maupun anak dalam mengatasi berbgai kesulitan di lingkungan maupun dengan organisasi sosial yang menanganinya. 2. Pendekatan Problem Solving. Pendekatan ini mendukung manusia sebagai pemecah masalah, dan semua kehidupan manusia dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah yang terus berlanjut. Proses pendekatan ini menekankan pada kegiatan pertolongan singkat, nyata dan intensif dalam suatu krisis yang langsung dihadapi klien untuk memulihkan keseimbangan
fungsional,
bertujuan
untuk
meredakan
berbagai
ketegangan dalam menyediakan berbagai sumber yang dibutuhkan, dan memecahkan masalah. 19 3. Interaksi Simbolik Penggagas awal teori ini adalah George Herbert Mead atau yang sering dikenal dengan Herbert Mead (1863-1931). Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta difokuskan pada pendekatan individu. Menurut Herbert Mead, kenyataan sosial akan muncul melalui proses interaksi,20 dan interaksi dalam masyarakat tidak akan terlepas dari simbol. Hal 19
Achlish, Pekerja Sosial sebagai profesi dan Praktek Pertolongan. (Bandung : STKS, 1979), hlm 28 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. terj. Robert M. Z. Lawang. (Jakarta :
20
15
pokok yang ditekankan Herbert Blummer dalam teorinya, yakni mengenai interaksi, tindakan sosial, makna, simbol dan objek. Dalam proses interaksi terdapat proses berpikir dari individu yang ditunjukkan melalui tindakan dan aktivitas, namun dalam proses ini tindakan dan aktivitas mereka harus disesuaikan dengan tindakan dan aktivitas orang lain.21 Blumer juga berbicara mengenai hubungan interaksi dengan makna dan simbol.
Dalam
interaksi
sosial
yang
dilakukan
masyarakat
terdapat
penafsiran-penafsiran makna terhadap sebuah simbol. Karena menurut Blumer masyarakat selalu melakukan penilaian, pemberian makna terhadap sesuatu dan akan bertindak berdasarkan pemaknaan tersebut.22 Sebutan sebagai difabel memberikan pemaknaan yang berbeda bagi masyarakat sekitar, sehingga pemaknaan tersebut memengaruhi sikap masyarakat terhadap difabel dalam interaksi mereka. Begitu pula sebaliknya, difabel memiliki penilaian yang berbeda terhadap mereka, karena status yang mereka sandang. Hal ini juga menjadi pengaruh dalam interaksi mereka dengan masyarakat. G. METODE PENELITIAN 1. Model Penelitian Penulis menggunakan metode kualitatif dengan varian metode deskriptif analisis untuk menjawab rumusan masalah. Dalam penelitian ini, metode analisis digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan-kegiatan pelayan sosial Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm 4. 21 Harsojo. Pengantar Antropologi. (Bandung: Binacipta, 1967). Hlm 394. 22 Margareth M. Poloma. Sosiologi Kontemporer. terj. Omi Intan Naomi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm 261.
16
difabel yang dilakukan pengurus terhadap anak panti. Sehingga nantinya akan memberikan gambaran terhadap pembaca, yang didasarkan dari data yang sudah terkumpul.23 2. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini berlokasi di Panti Asuhan Bina Siwi, Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini sengaja dilakukan di Panti Asuhan Bina Siwi dikarenakan banyak kegiatan, prestasi dan hasil karya difabel yang sudah dekenal oleh masyarakat. Sedangkan, sasaran dari penelitian ini untuk mengetahui peran pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial, serta mengetahui pengaruh pelayanan sosial terhadap interaksi difabel dengan masyarakat 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk pengumpulan data diantaranya: a. Wawancara Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah adanya wawancara antara peneliti dengan informannya. Wawancara merupakan interaksi yang dilakukan peneliti untuk menggali beragam informasi dari informannya.24 Hasil wawancara yang sudah direkam menggunakan handphone selanjutnya dipilih dan disesuaikan dengan tema penelitian.
23
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. (Jakarta:Rineka Cipta, 2010)
hlm 23. 24 John W. Cresswell, Researrch Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. terj. Achmad Fawaid (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm 267
17
Wawancara mendalam, dilakukan dengan menggali informasi detail dari berbagai sumber dan informan untuk melengkapi dan memperkuat data penelitian. Beberapa informan yang diwawancarai antara lain : 4 difabel di Panti Asuhan Bina Siwi, 5 pengurus Panti Asuhan Bina Siwi, 1 Kepala Dukuh Sendangsari, 1 tokoh agama Desa Sendangsari, 5 orang warga desa sendangsari yang sering berinteraksi dengan difabel Panti Asuhan Bina Siwi dan mereka juga adalah client warung panti. Selain itu penulis menentukan untuk melakukan wawancara dengan orang tua difabel Panti Asuhan Bina Siwi. Namun karena jadwal kunjungan mereka yang tidak tentu, membuat penulis untuk meniadakan wawancara dengan orang tua dengan alasan efisiensi waktu. Penentuan informan ini disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sebagian besar informan setiap harinya terlibat langsung dan aktif dalam kegiatan di Panti Asuhan Bina Siwi , hal ini lebih mempermudah dalam proses penggalian data primer. b. Observasi Keterlibatan mengamati dan mencatat langsung fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.25 Penelitian ini menggunakan observasi overt (terang-terangan). Observasi overt merupakan kesadaran dari para informan tentang keberadaan atau posisi peneliti di tengah-tengah kehidupan mereka. Jadi, peneliti memperkenalkan identitas dan kepentingannya pada informan untuk melakukan penelitian. Observasi dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan di Panti Asuhan Bina
25
Ibid, hlm 267.
18
Siwi, mendata jumlah difabel, sarana dan prasarana yang ada, interaksi antara difabel dan pengurus, interaksi antara difabel dengan masyarakat, dan lainnya yang relevan dengan penelitian. c. Analisis Dokumen Data berupa dokumentasi juga penting untuk memperkuat data primer yang sudah terkumpul. Dokumen ini sifatnya untuk melengkapi data primer hasil wawancara. Dokumentasi penelitian ini antara lain, dokumen profil Panti Asuhan Bina Siwi, brosur karya difabel Panti Asuhan Bina Siwi, rekaman wawancara, dan foto-foto kegiatan difabel. 4. Sumber Data a. Data primer Data primer didapat dengan cara menghimpun langsung dari informan. Setelah data terkumpul, diolah dan dipilah yang relevan untuk di cantumkan dalam hasil penelitian. Data primer dapat berbentuk opini individu ataupun kelompok, hasil observasi terhadap kejadian, kegiatan, dan pengamatan secara langsung di lapangan. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh tidak dari sumbernya langsung. Data sekunder diperoleh melalui perantara. Data sekunder dalam penelitian ini berbentuk
gambar,
catatan
atau
laporan
data
dokumen
yang
dipublikasikan. Contoh: foto kegiatan Panti Asuhan Bina Siwi bersama difabel, video, program kegiatan, dan lainnya.
19
5. Metode Analisis Data Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif-analisis, yaitu proses merefleksikan beragam data yang sudah didapat dilapangan. Semua data yang didapat saat penelitian diklasifikasikan dan dianalisis menggunakan teori yang sudah ditetapkan. Dalam proses analisis, terdapat proses menafsirkan makna atau interpretatif data.26 Miles dan Huberman menjelaskan bahwa tahapan analisis data dapat melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.27 a. Reduksi Data Reduksi data berkaitan dengan proses pemilihan dan penyederhanaan data temuan saat penelitian.28 Banyaknya data yang diperoleh saat penelitian terkadang sulit untuk dihimpun secara keseluruhan. Untuk itu, diperlukan reduksi data untuk meringkas dan memilah data pokok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan melakukan reduksi adalah untuk memudahkan pengumpulan data selanjutnya yang masih diperlukan.29 Data yang direduksi dalam penelitian ini meliputi, rekaman hasil wawancara dengan para informan, dokumen-dokumen yang memuat profil PantiAsuhan Bina Siwi, dan foto penelitian yang diperoleh penulis saat dilokasi maupun foto dokumentasi pengurus.
26
Ibid, hlm 277 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm 246 28 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm 129 29 Op.cit. Sugiyono ... ,hlm 247.
27
20
b. Penyajian data Proses penyajian data dilakukan setelah mereduksi data. Hasil temuan penelitian yang awalnya masih berbentuk tulisan akan dirinci dalam bentuk tulisan singkat, diagram atau grafik. Hal ini akan memudahkan untuk memahami situasi sosial yang sedang terjadi sehingga dapat mengarahkan langkah kerja selanjutnya untuk menggali data lebih dalam. Data yang kurang dapat terlihat setelah ditampilkan, contoh: setelah ditulis ternyata ada data yang kurang dalam bahasan profil PantiAsuhan Bina Siwi, hal ini mendorong penulis untuk mencari data di lapangan guna melengkapi data sebelumnya. Data yang ditampilkan merupakan data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Penyajian data dilakukan sambil mengelaborasi teori yang sudah ada terhadap data-data yang didapat dilapangan. c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) Kesimpulan analisis data sifatnya masih sementara dan dapat berubah. Kesimpulan data temuan di lapangan berupa gambaran objek penelitian yang sebelumnya masih belum jelas. Penyajian data dengan jelas dapat djadikan sebagai kesimpulan tetap. Sebaliknya, jika penyajian data belum didukung dengan hasil temuan yang kuat, maka kesimpulan awal tadi hanya bersifat sementara dan akan berkembanga setelah semua data terkumpul.
21
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I : Pendahuluan, di dalamnya meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan, pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II : Gambaran umum Panti Asuhan Bina Siwi, sejarah, tujuan berdirinya, profil panti dan profil difabel. BAB III: Pelayanan Panti Asuhan Bina Siwi, berisi, deskripsi dan temuan di lapangan. BAB IV: Peran Pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial difabel dan pengaruhnya terhadap interaksi difabel di masyarakat, berisi deskripsi temuan-temuan lapangan serta analisisnya. BAB V : Penutup, berupa kesimpulan, jawaban atas rumusan masalah, dan saran
76
77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelayanan sosial yang dilakukan Panti Asuhan Bina Siwi bertujuan untuk memandirikan difabel, baik mandiri secara individu dan mandiri dalam sosial. Pelayanan sosial yang dilakukan pengurus Panti Asuhan Bina Siwi membuktikan bahwa difabel sama seperti manusia normal, perbedaanya mereka memiliki keterbatasan fisik atau mental. Terbukti ketika mereka diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya dan dibimbing dengan intens, kemampuan mereka akan menyamai manusia “normal”. Seperti kemampuan mereka memainkan musik band, menari dan memainkan hadroh. Upaya yang di lakukan pengurus Panti Asuhan Bina Siwi dalam pelayanan sosial, dilakukan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan yang dibentuk merupakan hasil dari konsep pengurus dan didasarkan pada potensi yang ada pada difabel. Dalam mengonsep kegiatan, pengurus meminta pendapat difabel, supaya kegiatan yang difokuskan untuk difabel dapat berjalan dengan baik dan untuk menghindari keputusan sepihak dari pengurus. Namun, jika merujuk pada visi dan misi panti asuhan dalam memandirikan difabel, sesuai dengan temua riset ini ternyata pelayanan difabel belum dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan. Pada dasarnya
memang
kapasitas
kemampuan difabel meningkat namun hanya sampai pada tahap mereka survival belum mampu mendorong mereka untuk meningkatkan kapasitas sosial. Hal ini dikarenakan faktor-faktor. Pertama, terlalu banyak membuat kegiatan di dalam
78
lingkungan panti. Kedua, kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat belum dilakukan dengan perencanaan yang jelas. Peran pengurus sebagai individu yang menjalankan segala manajemen dan mengorganisir kegiatan yang ada di Panti Asuhan Bina Siwi. Selain berperan sebagai pengganti orang tua sementara,
pengurus juga berperan sebagai
fasilitator untuk mengembangkan potensi difabel. Serta sebagai konektor untuk mendidik masyarakat akan difabel dan menghubungkan difabel dengan masyarakat. Sebagai pengurus, mereka memiliki harapan kepada difabel yang diberdayakan. Harapan itulah yang membuat pengurus merencanakan visi dan misi
Panti
Asuhan
Bina
Siwi,
yang
kemudian
diwujudkan
dengan
dilaksanakannya kegiatan pelayanan pendidikan Selain pelayanan, pengurus juga mengupayakan supaya difabel dapat berinteraksi dengan masyarakat lewat kegiatan sholat berjamaah, pertunjukkan kesenian, dan kegiatan interaksi pada umumnya. Pada saat difabel berinteraksi dengan masyarakat, respon masyarakat berbagai macam. Respon ini didasarkan pada simbol yang melekat pada diri difabel dan muncul pemaknaan dari masyarakat. Pemaknaan yang berbeda dari masyarakat ini dapat menjadi faktor penghambat dalam pelayanan pendidikan, khususnya sikap negatif warga. Oleh karenanya, pengurus berperan sebagai konektor yang menghubungkan difabel dengan masyarakat. Selain itu pengurus juga mengupayakan sosialisasi dengan tujuan mendidik masyarakat dan mengubah mindset mereka supaya mengerti tentang dunia difabel.
79
Di sisi lain, beragamya pelayanan yang ditawarkan Panti Asuhan Bina Siwi membuat difabel menjadi lebih sibuk dengan kegiatannya. Hal ini berdampak kepada minimnya interaksi difabel dengan masyarakat sehingga membuat difabel tetap dikucilkan dalam masyarakat meskipun mereka sering menampilkan beberapa pertunjukkan seni kepada masyarakat. Selain itu, pelayanan pendidikan yang ditujukan kepada difabel di Panti Asuhan Bina Siwi hanya untuk membuat mereka survival atau bertahan hidup. Belum sampai pada tahap memandirikan mereka dalam bidang sosial, khususnya interaksi dengan masyarakat. B. Saran 1.
Pelayanan sosial difabel yang dilakukan oleh Panti Asuhan Bina Siwi memang sudah baik. Namun, akan lebih baik lagi jika pengurus melibatkan masyarakat dalam kegiatannnya, khususnya pada kegiatan pelatihan membuat sovenir. Sehingga akan terjadi interaksi yang dapat melibatkan emosi antara difabel dan masyarakat.
2.
Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang masih belum diteliti, terutama dalam hal, apakah pelayanan pendidikan itu termasuk eksploitasi dan bagaimana difabel beradaptasi dengan masyarakat dengan keterbatasan yang mereka miliki.
80
DAFTAR PUSTAKA BUKU Achlish. 1979. Pekerja Sosial sebagai profesi dan Praktek Pertolongan. Bandung : STKS Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Bratanata & Katamso. 1977. Pendidikan Anak-anak Terbelakang. Jakarta: Masa Baru Creswell, John W. 2012. Research Design: Pendekatan Kualitaif, Kuantitatif dan Mixed. terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Coleridge,
Peter.
1997.
Pembebasan
dan
Pembangunan:
Perjuangan
Penyandang Cacat di Negara-Negara Berkembang, terjemahan Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Emzir. 2012 .Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press Hamilton, Peter. 1990. Talcot Parsons dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar, terjemahan Hartono Hadikusumo. Yogyakarta: Tiara Wacana. Harsojo. 1967 Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta. Ilahi, Muhammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Ishak, Salim dkk. 2013 Memahami Pemilihan Umum dan Gerakan Politik Kaum Difabel. Yogyakarta: Sigab. Johnson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.terjemahan Robert M.Z Lawang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : CESINDO. Mialaret, Gaston. 1933. Hak Anak-anak Untuk Memperoleh Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka Nawawi, Handari. 2000. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gama
81
Univ. Press. Noor, Juliansyah. 2013. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Purwanti, S.A. 2004. Menumbuhkembangkan Istilah Difabel Untuk Mewujudkan Masyarakat Inklusif. Yogyakarta : Sigap. Pusat Penelitian Kependudukan, LPPM UNS denganUNICEF. 2009. Pola Pengasuhan Anak di Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Kota Solo dan Kabupaen Klaten. Surakarta. Poloma, Margareth M. 2010. Sosiologi Kontemporer, terjemahan Omi Intan Naomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terjemahan Alimandan. Jakarta: Rajagrafindo Persada Ritzer, George dan Douglas J.Godman. 2011. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi
Klasik
Sampai
Perkembangan
Mutakhir
Teori
Sosial
Postmodern, terjemahan Nurhdi. Bantul: Kreasi Wacana Sabarguna, Boy S. 2008. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Smart, Aqila. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Katahati. Soleh, Mock. 1998. Pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa. Surakarta: DEPDIKBUD. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2014. Susanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Thalib, Muhammad. 2013. Al-Qur ’an Terjemah Tafsiriyah. Yogyakarta: Ma’ had An-Nabawy. SKRIPSI
82
Nur Hidayah. 2014. Peran Yayasan Sayap Ibu dalam Proses Interaksi Sosial Penyandang Cacat Tunarungu dan Tunanetra. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga. Pratiwi. 2009. Sekolah Inklusif dan Semangat Antidiskriminasi Layanan Pendidikan Bagi Difabel. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Sapril, Muhammad. 2007. Kehidupan Difabel : Studi Mengenai Strategi Adaptasi Difabel dalam Masyarakat di Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Teresa, Dodi. 2006. Eksistensi Penyandang Cacat dalam Masyarakat: Persepsi Masyarakat Terhadap Panyadang Autis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Widyaastuti, Yulia Dian. 2011. Pemberdayaan Difabel oleh BBRSBD “Prof. DR. Soeharso ” Surakarta. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UGM. UNDANG-UNDANG Peraturan Standar Tentang Persamaan Kesempatan Bagi Para Difabel: Resolusi PBB No. 48/96 Tahun 1993, dialihabahasakan oleh Didi Tarsidi, 1998. Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional (UU. RI. No. 2/ 1989) dan peraturan pelaksanaanya: dilengkapi dengan peraturan perundangan yang dikeluarkan sampai dengan 1994/ Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta, 1995 WEBSITE http://www.aceh.tribunnews.com/2014/11/06/polisi-diminta-usut-dugaan-penggel apan-uang-anak-panti (diakses 17 Maret 2015 Pukul 10.23). http://bimbingan.org/pengertian-pendekatan-deskriptif-analitis.html(19Desember 2014 Pukul 18.00).
83
http://edisicetak.joglosemar.co/berita/hapus-diskriminasi-kaum-difabel-12477.ht ml. (diakses 13 februari 2015 pukul 11.03). http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=Downloadfile&act=view&t yp=html&file=282005.pdf&ftyp=potongan&tahun=2013&potongan=S12013282005-chapter1.pdf. (diakses 13 februari 2015 pukul 07.30). http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf (diakses pada tanggal 3 oktober 2015 (pukul 23.00 WIB) http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/--ro-bangkok/--ilo-jakarta/docu ments/publication/wcms_233426.pdf&sa=sa=U&ei=FelcVZfhBY69ugT WtoHgBw&ved=OCBEQFjAB&usg=AFQjCNFy8UK0A79CWoOWYO GAlhVQN6F0xg (diakses 2 April 2015, Pukul 06.00). http://infid.org/pdfdo/1413269193.pdf&sa=U&ei=FelcVZfhBY69ugTWtoHgBw &ved=0CB0QFAI&usg=AFQjCNGaJDdjEANp2iJRCX3YQmR8Wn8mg w (diakses 2 April 2015 pukul 08.00). http://www.jpnn.com/read/2012/04/11/123841/Penderita-Difabel-Capai-10-Juta-J iwa- (diakses 13 februari 2015 pukul 11.00). http://majalahdiffa.com/index.php/ragam-disabilitas/beranda/811-harapan-danrek omendasi-disabilitas-indonesia-kepada-capres-cawapres-2014?showall=li mitstart= (diakses 12 februari 2015 pukul 10.33)