A.15
PERAN ORANG TUA DALAM OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK MELALUI PEMBERIAN DONGENG SEJAK DINI Yudho Bawono Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura
[email protected] Abstraksi. Istilah pertumbuhan dan perkembangan atau dikenal juga dengan istilah tumbuh-kembang, seringkali dipakai dan digunakan secara tumpang tindih (overlapping). Padahal menurut Mönks, dkk (2001) istilah pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri meskipun saling melengkapi, sebenarnya mempunyai arti dan makna yang agak berlainan. Pertumbuhan fisik akan mempengaruhi perkembangan psikis, misalnya bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan, berbicara, dan sebagainya (Mönks, dkk, 2001), sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih, 1995). Pada kedua peristiwa yang terjadi secara sinkron tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para orang tua untuk mengoptimalisasikannya adalah melalui pemberian dongeng. Dongeng adalah cerita khayal atau fantasi yang mengisahkan tentang keanehan dan keajaiban sesuatu, seperti menceritakan tentang asal mula suatu tempat atau suatu negeri, atau mengenai peristiwa-peristiwa yang aneh dan menakjubkan tentang kehidupan manusia atau binatang (Semi, 1988). Menurut Ismael (dalam Setianingsih dan Soedjatmiko, 1993) dongeng ibu sebelum tidur merupakan kebiasaan yang baik untuk membangkitkan kemampuan otak kiri dan otak kanan anak sekaligus. Melalui dongeng itu, kemampuan bahasa, logika, mungkin juga berhitung (fungsi otak kiri) dirangsang, demikian pula imajinasi (fungsi otak kanan) anak juga sekaligus dirangsang. Bila kebiasaan untuk memacu otak kiri dan otak kanan tersebut terus dilakukan secara konsisten sesuai dengan usia anak, maka kelak dapat diharapkan anak tersebut akan mempunyai inteligensi yang tinggi, dengan kemampuan imajinasi serta daya kreativitas yang tinggi pula. Kata kunci : tumbuh kembang, pemberian dongeng
Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
pada pembagian dari segi usia yang dibagi
Indonesia (Moeliono, 1990) kata anak
menjadi dua tahap perkembangan yaitu
memiliki banyak arti, dua diantaranya
masa awal kanak-kanak yang berlangsung
diartikan sebagai 1) keturunan yang ke dua,
sejak usia 2 tahun hingga 6 tahun, dan masa
dan 2) manusia yang masih kecil. Sementara
akhir kanak-kanak yang dimulai sejak usia 6
pengertian dari kata anak dalam ranah
tahun sampai dengan 13 tahun atau 14 tahun
psikologi perkembangan lebih mengarah
(Hurlock, 1994).
177
178 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Hal ini sebagaimana dikemukakan
dan digunakan secara
tumpang tindih
oleh Hurlock (1994) yang mengatakan
(overlapping). Padahal menurut Mönks, dkk
bahwa
(2001)
bagi
children)
–
kebanyakan dalam
anak
uraian
(young
istilah
pertumbuhan
dan
selanjutnya
perkembangan itu sendiri meskipun saling
digunakan kata ”anak-anak” yang menunjuk
melengkapi, sebenarnya mempunyai arti dan
pada pengertian anak yang masih kanak-
makna yang agak berlainan. Pertumbuhan
kanak –
masa
fisik akan mempengaruhi perkembangan
dianggap
tidak ada
kanak-kanak seringkali sewaktu
psikis, misalnya bertambahnya fungsi otak
mereka tidak sabar menunggu saat yang
memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan,
didambakan
dari
berbicara, dan sebagainya (Mönks, dkk,
masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak
2001), sedangkan perkembangan berkaitan
lagi melainkan ”orang-orang dewasa”. Masa
dengan pematangan fungsi organ/ individu.
kanak-kanak dimulai setelah melewati masa
Walaupun demikian, kedua peristiwa itu
bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-
terjadi secara sinkron pada setiap individu
kira usia 2 tahun sampai saat anak matang
(Soetjiningsih, 1995). Pada kedua peristiwa
secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk
yang terjadi secara singkron tersebut, salah
perempuan dan 14 tahun untuk laki-laki.
satu upaya yang dapat dilakukan oleh para
yakni
akhirnya
pengakuan
Berangkat dari pemahaman tentang pengertian
anak
tersebut,
maka
dapat
orang tua untuk mengoptimalisasikannya adalah melalui pemberian dongeng.
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
Dongeng adalah cerita khayal atau
anak yaitu seorang individu yang berusia 2
fantasi yang mengisahkan tentang keanehan
tahun hingga 13 tahun untuk perempuan
dan keajaiban sesuatu, seperti menceritakan
atau 14 tahun untuk laki-laki. Dalam rentang
tentang asal mula suatu tempat atau suatu
kehidupan yang berlangsung sepanjang usia
negeri, atau mengenai peristiwa-peristiwa
ini, sebagai seorang anak, individu laki-laki
yang
maupun perempuan ini akan membutuhkan
kehidupan manusia atau binatang (Semi,
orang tua atau orang dewasa lainnya dalam
1988). Menurut Ismael (dalam Setianingsih
proses tumbuh kembangnya. Peran orang
dan
tua pada masa ini sangat dibutuhkan.
sebelum tidur merupakan kebiasaan yang
Dengan
perlu
baik untuk membangkitkan kemampuan
mengoptimalisasikan perannya dalam proses
otak kiri dan otak kanan anak. Melalui
pertumbuhan dan perkembangan anak.
dongeng itu, kemampuan bahasa, logika,
demikian
Istilah
orang
tua
pertumbuhan
aneh
dan
Soedjatmiko,
menakjubkan
1993)
tentang
dongeng
ibu
dan
mungkin juga berhitung (fungsi otak kiri)
perkembangan atau dikenal juga dengan
dirangsang, demikian pula imajinasi (fungsi
istilah tumbuh-kembang, seringkali dipakai
otak kanan) anak juga sekaligus dirangsang.
Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Pemberian Dongeng Sejak Dini | 179 Bawono, Y. [hal.177-186] Bila kebiasaan untuk memacu otak kiri dan
akan tampak adanya sifat-sifat yang
otak kanan tersebut terus dilakukan secara
baru, yang berbeda dari sebelumnya.
konsisten sesuai dengan usia anak, maka
Secara sederhana, perkembangan dapat
kelak dapat diharapkan anak tersebut akan
dikatakan sebagai proses pematangan
mempunyai inteligensia yang tinggi, dengan
fungsi-fungsi yang non fisik.
kemampuan imajinasi serta daya kreativitas yang tinggi pula.
Dari
pengertian
tersebut
dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan fisik akan mempengaruhi misalnya
Tumbuh Kembang Istilah
pertumbuhan
perkembangan
bertambahnya
psikis,
fungsi
otak
dan
memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan,
perkembangan atau dikenal juga dengan
berbicara, dan sebagainya (Mönks, dkk,
istilah tumbuh-kembang, seringkali dipakai
2001), sedangkan perkembangan berkaitan
dan digunakan secara
tumpang tindih
dengan pematangan fungsi organ/ individu.
(overlapping). Padahal menurut Mönks, dkk
Walaupun demikian, kedua peristiwa itu
(2001)
terjadi secara singkron pada setiap individu
istilah
pertumbuhan
dan
perkembangan itu sendiri meskipun saling
(Soetjiningsih, 1995).
melengkapi, sebenarnya mempunyai arti dan makna yang agak berlainan. Hal ini dapat
Faktor-Faktor
dijelaskan
Tumbuh Kembang Anak
dari
pengertian
dari
kedua
peristilahan tersebut sebagai berikut : 1. Istilah
pertumbuhan
dimaksudkan
untuk
Yang
Mempengaruhi
Secara umum, terdapat dua faktor khusus
menunjukkan
utama
yang
pertumbuhan
berpengaruh dan
terhadap
perkembangan
bertambah besarnya ukuran badan dan
antara lain yaitu (Soetjiningsih, 1995) :
fungsi
1. Faktor genetik
fisik
pertumbuhan
yang
murni.
berwujud
Termasuk faktor genetik antara lain
bertambah panjangnya badan anak,
yaitu berbagai faktor bawaan yang
tubuh bertambah berat, tulang-tulang
normal dan patologis, jenis kelamin,
jadi
suku bangsa atau bangsa.
lebih
antara
lain
Hasil
anak,
besar-panjang-berat-kuat,
perubahan dalam sistem persyarafan;
2. Faktor lingkungan
dan perubahan-perubahan pada struktur
Faktor lingkungan secara garis besar
jasmaniah lainnya.
dibagi lagi menjadi :
2. Istilah
perkembangan
lebih
dapat
yang
khas
mempengaruhi anak pada waktu
psikologis
yang
masih di dalam kandungan (faktor
muncul. Dalam peristiwa perkembangan
prenatal), antara lain seperti: gizi
mencerminkan mengenai
sifat
gejala
a. Faktor
lingkungan
yang
180 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
ibu pada waktu hamil, mekanis,
4) Faktor
keluarga
dan
adat
toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi,
istiadat, antara lain : pekerjaan/
infeksi, stres, imunitas, dan anoksia
pendapatan
embrio
pendidikan ayah/ ibu, jumlah
janin
(menurunnya melalui
plasenta
oksigenasi
gangguan
pada
tali
pusat,
atau
keluarga,
saudara, jenis kelamin dalam keluarga,
stabilitas
rumah
menyebabkan berat badan lahir
tangga, kepribadian ayah/ ibu,
rendah/ BBLR).
adat
b. Faktor
lingkungan
istiadat/
norma-norma,
yang
agama, urbanisasi, kehidupan
mempengaruhi tumbuh kembang
politik dalam masyarakat yang
anak setelah lahir (faktor postnatal),
mempengaruhi
dibedakan menjadi :
kepentingan
1) Lingkungan biologis, antara lain
dan lain-lain.
prioritas
anak,
anggaran,
berupa : ras/ suku bangsa, jenis
Dari paparan di atas dapat dikatakan
kelamin, usia, gizi, perawatan
bahwa salah satu faktor lingkungan yang
kesehatan, kepekaan terhadap
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak
penyakit,
setelah lahir (faktor postnatal) yaitu faktor
penyakit
kronis,
metabolisme,
hormon
psikososial,
“growth
stimulasi dan interaksi orang tua dengan
tiroid,
anak. Bentuk stimulasi dan interaksi orang
glukokortikoid, hormon-hormon
tua dengan anak yaitu dilakukan dengan
seks,
cara pemberian dongeng sejak dini pada
fungsi
(somatotropin hormone”,
atau hormon
Insulin
like
growth
factors/ IGFs).
khususnya
dalam
bentuk
anak.
2) Faktor fisik, antara lain : keadaan geografis suatu daerah (cuaca,
musim),
sanitasi,
Pemberian Dongeng Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
keadaan rumah (layak/ tidak
Indonesia (Moeliono, 1990) arti dari kata
layak), radiasi.
pemberian adalah : 1) yang diberikan, 2)
3) Faktor psikososial, antara lain : stimulasi, ganjaran
motivasi maupun
belajar, hukuman
yang berasal dari orang lain (karena diberi), 3) proses, perbuatan, cara memberi atau memberikan.
Sementara
dalam
Kamus
yang wajar, kelompok sebaya,
Istilah Sastra (Sudjiman, 1986 : 20) dongeng
stres, sekolah, cinta dan kasih
memiliki arti :
sayang, kualitas interaksi orang tua dengan anak.
“Cerita tentang makhluk khayali. Makhluk khayali yang menjadi tokoh
Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Pemberian Dongeng Sejak Dini | 181 Bawono, Y. [hal.177-186] (-tokoh) cerita semacam itu biasanya ditampilkan sebagai tokoh (-tokoh) yang memiliki kebijaksanaan atau kekuatan untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan. Jika sudah direkam, dongeng cenderung menjadi prosa kisahan tentang peruntungan tokoh cerita yang setelah menjalani pengalaman yang ajaibajaib, akhirnya hidup berbahagia”. Dongeng
adalah
ceritera
yang
dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang menceritakan
maupun
pendengarnya,
sedang terjadinya dongeng tidak terikat
Menurut Semi (1988) dongeng adalah cerita khayal atau fantasi yang mengisahkan tentang keanehan dan keajaiban sesuatu, seperti menceritakan tentang asal mula suatu tempat atau suatu negeri, atau mengenai yang
aneh
dan
menakjubkan tentang kehidupan manusia
Bawono, 2012) beberapa cerita yang kirakira dapat dipahami oleh anak dan cocok dengan pengalaman anak-anak antara lain : 1. Usia 0-2 tahun. Usia ini merupakan awal masa perkembangan sensori motorik sehingga semua tingkah laku dan pemikiran anak didasari pada hal itu. Untuk anak seusia ini, pilihlah cerita dengan obyek yang ada di sekitar lingkungan anak, karena anak
diceritakan. Untuk memudahkannya, pilih sesuatu yang sudah dikenal anak, misalnya cerita tentang sepatu atau kucing yang ada di rumah. Dengan
demikian
mudah
memahami
pengertian
tersebut,
maka yang dimaksud dengan pemberian dongeng yaitu pemberian cerita khayali atau cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang menceritakan kepada
anak cerita
semakin karena
obyek yang ada dalam cerita sangat akrab
atau binatang. Berdasarkan
dengan usianya. Menurut Haryani (dalam
memerlukan visualisasi dari apa yang
waktu atau tempat (nn, 1982).
peristiwa-peristiwa
sebab pemahaman anak berbeda-beda sesuai
dengan
kehidupan
sehari-
harinya. Jika pendongeng bercerita dengan bantuan buku, carilah buku dengan sedikit teks, tetapi sarat gambar agar anak tidak bosan dan berkurang minatnya. Anggaplah buku itu sebagai bagian dari mainan dan
pendengarnya.
hiburan. Pemilihan Dongeng untuk Anak-anak Dongeng-dongeng
yang
beragam
akan menjadi menarik jika diberikan kepada anak sesuai dengan pemilihan ceritanya. Memilih cerita merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh pendongeng
2. Usia 2-4 tahun. Tahapan ini adalah usia pembentukan. Banyak sekali konsep baru yang harus dipelajari anak pada usia ini. Di usia 2-4 tahun anak sangat manusia
dan
tertarik
mempelajari
kehidupan.
Itulah
sebabnya mengapa anak-anak suka
182 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
sekali meniru tingkah laku orang
dongeng juga meningkatkan apresiasi
dewasa. Misalnya, diungkapkan lewat
anak terhadap sastra. Sumber cerita
bermain
dokter-
tidak harus dari buku tetapi bisa juga
dokteran, dan lainnya. Bisa juga
dari pengalaman pendongeng pada
orang
waktu masih kecil.
tamu-tamuan,
tua
menceritakan
karakter-karakter
tentang
binatang
yang
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
disesuaikan dengan keseharian anak.
bahwa dengan beragamnya dongeng yang
Hal ini bisa dilakukan karena anak
ada maka pendongeng perlu memperhatikan
sudah pandai berfantasi. Fantasi ini
dongeng-dongeng mana yang bisa diberikan
mencapai puncaknya pada saat anak
kepada anak sesuai dengan pencapaian
berusia 4 tahun. Begitu tingginya
usianya.
daya imajinasi anak pada usia ini, kadang-kadang
anak
tidak
dapat
Peran Orang Tua dalam Optimalisasi
membedakan antara kenyataan dan
Tumbuh
fantasi. Itulah sebabnya di usia ini
Pemberian Dongeng Sejak Dini
anak sangat takut pada kegelapan atau sesuatu yang menakutkan.
dikenalkan
dongeng
yang
Anak
Melalui
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam optimalisasi tumbuh
3. Usia 4-7 tahun. Di usia ini anak sudah dapat
Kembang
pada lebih
kembang anak. Dari banyak cara tersebut,
dongeng-
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
kompleks,
melalui pemberian dongeng sejak dini pada
misalnya dongeng Si Kancil, Timun
anak-anak.
Mas dan sebagainya. Anak-anak juga
dongeng merupakan tradisi lisan yang sejak
sudah mulai menyukai cerita-cerita
dulu sudah ada dan diwariskan oleh para
tentang terjadinya suatu benda dan
pendahulu.
bagaimana cara kerja sesuatu. Inilah
tersebut, banyak muatan yang terkandung
kesempatan orang tua mendorong
didalamnya. Dari cerita maupun tokoh
minat anak. Saat anak duduk di
dongeng yang diberikan pendongeng kepada
bangku Sekolah Dasar pun, dongeng
anak-anak, banyak manfaat yang bisa
masih efektif untuk diberikan karena
dipetik.
di
sekolah
tetap
Melalui
Bawono
(2012)
dongeng-dongeng
diajarkan
Kenyataan di lapangan menunjukkan
tentang cerita fiksi dan non fiksi.
bahwa saat ini tradisi mendongeng atau
Salah satu fungsi dongeng adalah
membacakan cerita untuk anak-anak seolah-
enjoyable
olah sudah mulai digeser oleh aktivitas yang
Hiburan
juga
Menurut
(memberikan juga
perkembangan
hiburan).
diperlukan anak.
Selain
untuk
lain. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
itu
Bawono (2006) yang mengatakan bahwa
Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Pemberian Dongeng Sejak Dini | 183 Bawono, Y. [hal.177-186] jika orang tua sudah tidak memiliki waktu
orang dewasa langsung mendongeng kepada
lagi untuk mendongeng, maka orang tua
anak-anak.
akan cenderung menyuguhkan beragam acara
televisi,
menyediakan
Menurut Ariyani (dalam Kartono,
komputer
1985) dongeng yang disampaikan secara
(untuk main games atau akses internet),
langsung akan lebih mempererat hubungan
VCD/DVD player, atau bahkan playstation
batin antara orang tua dan anak-anak. Secara
jika
tidak langsung mendongeng merupakan
dibandingkan dengan mendongeng
kepada anak-anak.
suatu kesempatan baik untuk mengajarkan
Padahal pada umumnya anak-anak menyukai diantaranya dengan
dongeng. yang
Bahkan
inginnya
cerita-cerita
yang
Seolah-olah tidak ada benaknya.
itu
membuat anak-anak mengerti hal-hal yang
didongengi
baik dan yang buruk. Artinya adalah hal-hal
saja.
mana yang boleh diperbuat dan mana yang
bosan di
tidak boleh diperbuat. Melalui dongeng,
lokal
anak akan dapat mempelajari, memahami
semacam Bawang Merah Bawang Putih, Si
dan menghayati segala bentuk nilai-nilai,
Kancil, Timun Emas, maupun cerita-cerita
norma-norma,
dongeng mancanegara macam Cinderella
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai, norma-
atau
terlalu
norma atau kaidah-kaidah itu misalnya
mengherankan apabila hampir sebagian
seperti : keberanian, kecerdikan, kejujuran,
besar orang dewasa memiliki kenangan akan
kebahagiaan, kelicikan, kebodohan, dan
dongeng
sebagainya. Melalui dongeng-dongeng itu
Putri
Baik
banyak
itu-itu
kata
sesuatu kepada anak-anak. Dongeng akan
Salju.
pada
cerita-cerita
Maka
masa
tidak
kanak-kanaknya
(Bawono, 2012). Menurut
pula Prasetyaningrum
akan
kaidah-kaidah
dapat
dalam
secara
sehat
(dalam
mengembangkan emosinya (Sukardi, 1987).
Bawono, 2006) sebagian dari para orang tua
Beberapa hasil penelitian mengenai
merasa tidak cukup mempunyai waktu
dongeng telah dipublikasikan, salah satunya
untuk memberikan dongeng kepada anak-
adalah tulisan Sudarmoyo (dalam Sukada,
anaknya. Bila hal ini dialami maka kondisi
1987) yang mengatakan bahwa dongeng
ini dapat diatasi dengan membelikan buku-
dapat meningkatkan IQ seorang anak.
buku cerita (bila si anak sudah bisa
Melalui
membaca), atau dibelikan atau dipinjamkan
dihinggapi
cassette video yang berisi dongeng anak-
achievement) yang akan menentukan cara
anak, atau melalui tayangan acara dongeng
berpikir dan tindakannya lebih jauh secara
anak di radio atau televisi, meskipun
efisien, untuk mendapatkan hasil yang lebih
efeknya tidak sebaik bila orang tua atau
baik
dongeng,
dari
”virus
seorang n
sebelumnya.
Ach”
Ia
anak (need
akan for
mempunyai
kebutuhan untuk selalu meraih prestasi
184 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Dongeng, selain berpengaruh pada
saat mendongeng kepada anak-anak, antara
inteligensi anak, juga diyakini bisa secara
lain yaitu dengan menggunakan alat peraga
sehat mengembangkan emosinya (Sukardi,
boneka,
1987). Pada saat mendengarkan dongeng,
membacakan cerita atau dengan gambar),
emosi anak dalam keadaan tergerak dan
alat peraga kertas karton di papan panel,
terpengaruh oleh tema dongeng. Misalnya
maupun mendongeng dengan gaya teater.
ketika pendongeng mengisahkan cerita-
Meskipun
cerita yang didukung oleh kelucuan si
media
pendongeng,
akan
disampaikan tersebut memiliki cerita yang
tergerak untuk merasa senang. Yang keluar
menarik dengan pendongeng yang ekspresif,
dari wajahnya adalah keadaan hati yang
maka anak-anak akan tetap menyukainya.
tampak
riang.
Menurut Sayy (dalam Bawono, 2006) agar
pendongeng
seorang pendongeng bisa dianggap berhasil
sedih
dengan baik jika ia dapat “menghidupkan”
maka
dalam
Sebaliknya,
emosi
gejala
anak
muka
manakala
mengisahkan
hal-hal
yang
dan
alat
peraga
demikian,
buku
(dengan
sebenarnya
tanpa
apapun, asalkan dongeng yang
menakutkan, emosi anak akan tergerak ke
cerita.
hal itu pula dengan tanda-tanda tingkah laku
mempersiapkan diri dengan : menguasai
yang ketakutan dan keadaan hati yang
materi
cemas (Sugihastuti, 1996).
(volume,
Melalui dongeng, selain emosi anak
Untuk
cerita,
itu
pendongeng
menguasai
artikulasi,
menguasai
olah
intonasi,
berbagai
macam
perlu
suara diksi), karakter
perlu disalurkan juga perlu dilatih untuk
(tokoh), luwes dalam berolah tubuh, dan
dapat diajak mengarungi berbagai perasaan
menjaga daya tahan tubuh.
manusia.
Anak
dapat
dididik
untuk
Bertolak
pada
paparan
tentang
menghayati kesedihan, kemalangan, derita,
beragamnya manfaat yang diperoleh dibalik
dan nestapa. Anak dapat pula diajak untuk
pemberian
berbagi
mendongeng sebagai sebuah tradisi lisan
kegembiraan,
keberuntungan,
maka
yang turun-temurun di Indonesia dapat
dongeng pula perasaan atau emosi anak
dijadikan sebagai salah satu bentuk dari
dapat
peran
menghayati
keceriaan.
tersebut
Melalui
dilatih
dan
kebahagiaan,
dongeng
untuk
berbagai
merasakan lakon
dan
kehidupan
manusia (Handayu, 2001). Dongeng
yang
aktif
orang
mengoptimalisasikan
tua
tumbuh
dalam kembang
anak. Pernyataan ini diperkuat oleh Priyono akan
diberikan
(2001)
yang
menyatakan
bahwa
tersebut akan menjadi lebih menarik lagi
mendongeng merupakan salah satu cara
jika ada medianya. Menurut Priyono (2001)
paling efektif untuk membentuk tingkah
beberapa media yang dapat digunakan pada
laku di kemudian hari.
Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Pemberian Dongeng Sejak Dini | 185 Bawono, Y. [hal.177-186] Perwujudan dari peran aktifnya ini adalah
Simpulan dan Saran Berbicara
tentang
pertumbuhan
lewat pemberian dongeng sejak dini.
tidak akan lepas dari perkembangan. Jika
Melalui pemberian dongeng yang
pertumbuhan seseorang lebih kepada fisik,
diberikan kepada anak sejak dini, banyak
maka perkembangan itu sendiri lebih kepada
manfaat yang dapat diambil. Mulai dari
non-fisik. Namun demikian, kedua istilah
meningkatnya
tersebut seolah-olah menjadi satu kesatuan
didongengi
yang
kalau
dirinya. Oleh sebab itu pemberian dongeng
berbicara tentang pertumbuhan maka akan
ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
diikuti dengan perkembangan, demikian
optimalisasi tumbuh kembang anak.
tidak
terpisahkan,
karena
pula sebaliknya. Salah dilakukan
tumbuh)
untuk
menjadi,
dan
hingga
anak
pengelolaan
setelah emosi
Perlu adanya pembuktian-pembuktian
satu
pertumbuhan
inteligensi
(biasa
upaya
yang
dapat
secara empiris dari kajian pustaka yang ada.
mengoptimalisasikan
Untuk itu diharapkan uraian yang mengupas
disingkat
perkembangan
kembang)
menjadi,
tentang banyaknya manfaat yang diperoleh
(disingkat
melalui pemberian dongeng sejak dini pada
seseorang
adalah
anak-anak ini dapat dilakukan melalui
melalui peran aktif dari orang tua. Melalui
sebuah penelitian secara ilmiah untuk
peran aktif ini, diharapkan anak dapat
menguji kebenarannya.
tumbuh dan berkembang dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bawono, Y. (2006). Keajaiban Dongeng. Majalah Psikologi Plus. Vol. I. No. 01. Juli 2006. Hlm. 5-8 Bawono, Y. (2012). Membentuk Karakter Anak yang Andal dan Berbudi Pekerti Melalui Intensitas Pemberian Dongeng Sejak Dini. Prosiding Seminar Nasional. Yogyakarta : Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Handayu, T. (2001). Memaknai Cerita, Mengasah Jiwa. Panduan Menanamkan Nilai Moral pada Anak Melalui Cerita. Solo : Era Intermedia Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga Kartono, K. (1985). Mengenal Dunia Kanak-kanak. Jakarta : Rajawali Moeliono, A. M. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R., (2001). Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Pendekatannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
186 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
nn. (1982). Cerita Rakyat Daerah Jawa Tengah. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Depdikbud Priyono, K. (2001). Terampil Mendongeng. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Semi, M. A. (1988). Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya Setianingsih dan Soedjatmiko (1993). Peranan Ibu dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Soetjiningsih dan Gde Ranuh, IG.N. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Sudjiman, P. (1986). Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia Sugihastuti. (1996). Serba-serbi Cerita Anak-anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sukada, M. (1987). Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar : Penerbit Kayu Mas dan Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba Sukardi, D. K. (1987). Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak. Jakarta : Ghalia Indonesia