Etalase
SUSUNAN
REDAKSI
ORANG TUA KUNCI UTAMA TUMBUH KEMBANG ANAK
MEDIAKOM Penanggung Jawab: drg. Murti Utami, MPH Pemimpin Redaksi: drg.Rarit Gempari, MARS Sekretaris Redaksi: Sri Wahyuni, S.Sos,MM Redaktur/Penulis: Zahrotiah, S.Sos, M. Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah,S.Sos,MKM, Anjari Umarjianto,S.Kom, Awallokita Mayangsari,SKM, Waspodo Purwanto, Hambali, Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Dessyana Fa’as, SE, Desain Grafis & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,S,Sn, Sekretariat: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudin Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang 109, Jl. Hr Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta, 12950 Telp: 021-5201590, 52907416-9 Fax: 021-5223002,52960661 Call Center: 021-500567 Email:
[email protected]
PB MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
drg. Murti Utami, MPH
T
ahun pertama tumbuh kembang anak adalah periode paling dinamis dan menarik, sebab banyak perubahan besar terjadi. Setiap bayi memiliki kecepatan sendiri-sendiri dalam tumbuh kembangnya. Karena itu penting bagi orangtua mengenali pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Pertumbuhan anak yang baik ditandai dengan adanya perubahan ukuran dan bentuk tubuh seperti bertambahnya berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Sedangkan proses perkembangan ditandai adanya perkembangan mental, emosional, psikososial, psikoseksual, serta nilai moral dan nilai spiritual. Pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan perhatian yang cukup dari orang tua, keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Orang tua wajib menyiapkan anak sejak dini menjadi anak yang sehat, cerdas dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Persiapan harus dilakukan secara terencana, tepat, intensif dan berkesinambungan. Salah satu upaya paling mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang anak secara optimal adalah dengan memenuhi hak anak berupa memberi makanan terbaik bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun atau lebih. Orang tua memiliki peran strategis dalam mendidik dan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya memenuhi kebutuhan makanan standar emas, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan ASI Eksklusif, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan dan melanjutkan menyusui sampai dua tahun atau lebih. Selain itu orang tua juga harus menjaga kesehatan anak dengan membangun interaksi penuh kasih sayang. Orang tua dapat memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan, bermain, mendongeng, menyanyi serta memberikan contoh-contoh tingkah laku sehari-hari yang baik dan benar kepada anak. Upaya mendukung tumbuh kembang optimal bagi anak terus dikembangkan ke arah yang lebih baik, salah satunya melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan di Posyandu, sebagai implementasi dari Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Nah, beberapa informasi penting lain untuk orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak kami angkat dalam rubrik utama. Diharapkan, Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dapat mendorong percepatan program tumbuh kembang bagi anak yang optimal dan masif di masyarakat, sehingga Indonesia bisa melahirkan generasi sehat dan cerdas.• Redaksi
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 1
Daftar Isi
SURAT PEMBACA
32
INFO SEHAT 4-5 -
7 Langkah Menghindari Ebola Kebiasaan Yang Bisa Memanjangkan Umur
MEDIA UTAMA 6-19 -
Membentengi Anak Dengan Imunisasi Agar Bayi Tumbuh Dan Berkembang Optimal Stimulasi Bermain Bisa Merangsang Kecerdasan dan Kreativitas Anak
LIPUTAN KHUSUS 20-25 -
6 14
Ancaman Ebola Waspada Wabah Ebola
LENTERA 26 -
Pentingnya Arti Kejujuran Dalam Kehidupan
PERISTIWA 27-35 -
46
Pemerintah Siapkan Layanan Kesehatan Bagi Pemudik Angka Kecelakaan Selama Mudik Menurun Siaga Hadapi Penyebaran Mers-Cov Presiden Resmikan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Perkembangan Pengujian Vaksin Dengue 135 Tenaga Kesehatan Teladan Dapat Penghargaan Pelayanan Kesehatan Haji Era Jkn
REFORMASI BIROKRASI 36-37 -
Reviu RKA-KL: Kemenkes Berbudaya Korporat dan Stratejik
TEROBOSAN 38-41
24
-
Temuan Baru Tentang Proses Pembentukan Memori Bahasa Kedua, Jaga Otak Tetap Muda
52
KOLOM 42-45 -
Meluruskan Persepsi Salah atas Pengaturan Aborsi Dalam PP Kesehatan Reproduksi Ketika Tunjangan Kinerja Jadi Kenyataan
-
DPR Setujui Naskah Ruu Kesehatan Jiwa Gresik, Mengembalikan Khitoh Puskesmas: Mengutamakan Preventif Dan Promotif
DARI DAERAH 56-65 -
Bantaeng Mendekatkan Pelayanan Lewat Bsb Terobosan Menyehatkan Dari Sulawesi Selatan
KUIS 66-67
30 2 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
RESENSI 68
Jawab : Terima kasih atas pertanyaan Saudara, tentang permohonan surat keterangan terhadap barang yang sudah berada di Bea Cukai Jakarta. Berhubung barang sudah ada di Indonesia, maka barang tersebut harus mempunyai surat keterangan dari kememkes yang menerangkan barang alat kesehatan, berikut cara memperolehnya. Surat keterangan dapat diperoleh dari Unit Layanan Terpadu (ULT) Kementerian Kesehatan loket 3 lantai 5 Gedung Prof Suyudi Kementerian Kesehatan Jl. HR.Rasuna Said Kav 4-9 Jakarta, Buka jam 8.30 s/d 14.00, dengan membawa persyaratan sebagai berikut: 1. Surat permohonan kepada Direktur Bina Pelayanan Produksi dan Alat kesehatan Dirjen Binfar dan Alkes yang berisi jenis barang untuk keperluan apa dan berapa banyak jumlahnya. 2. Nota Pemberitahuan Barang larangan/Pembatasan (NPBL) dari Beacukai 3. PIB (Pemberitahuan Impor Barang) 4. Invoice 5. AWB/MAWB/BL (pengiriman lewat jalur darat, laut atau uda ra) 6. Kataloq/brosur/data pendukung lainnya tentang produk 7. Produk lebih dari 5 item harus berikan softcopy bentuk exel.
Bagaimana cara mengajukan Penetapan kelas Rumah Sakit? Iwan-Surabaya
Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, DFM, SH, Msi, Sp.F(K)
UNTUK RAKYAT 52-55
Saya mendapat kiriman barang berupa tempat darah hasil donor darah, pengiriman dari luar negeri. Sekarang barang ada di Bea Cukai Jakarta tidak bisa keluar, kami harus mendapatkan surat keterangan dari Kementerian Kesehatan bahwa barang ini memang benar-benar alat kesehatan. Bagaimana cara mendapatkan surat keterangan tersebut? Pitoyo, Jakarta
Penetapan Kelas Rumah Sakit
POTRET 46-51 -
SURAT KETERANGAN
61
Jawab : Terima kasih Saudara Iwan yang telah menanyakan cara mengajukan penetapan kelas rumah sakit. Adapun syarat untuk mengajukan penetapan kelas sebagai berikut: 1. Surat permohonan ke Menteri kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2. Profil Rumah Sakit 3. Assesment 4. Rekomendasi dari Dinas kesehatan Setempat Setelah surat permohonan masuk, akan di verifikasi oleh petugas Bina Upaya kesehatan, Kementerian Kesehatan. Berikutnya akan verifikasi dengan melakukan kunjungan lapangan atau survei ke rumah sakit. Baru menghasilkan penetapan kelas Rumah Sakit . Redaksi
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 3
7
INFO SEHAT
LANGKAH MENGHINDARI
W
abah Ebola yang menyebar di tiga negara Afrika Barat telah menewaskan lebih dari 1.000 orang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan pelarangan total perjalanan dan perdagangan ke negara terjangkit, tapi sudah menetapkannya sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia (Public Health Emergency of International Concern/ PHEIC) dan meminta seluruh negara mewaspadai penyebaran virus yang menular melalui cairan tubuh itu. Bagi warganegara yang karena hal tertentu harus bepergian ke negara berisiko terjangkit Ebola, WHO menganjurkan mereka mencari penjelasan lengkap dan menyeluruh tentang penyakit Ebola dan caracara pencegahannya. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tujuh langkah berikut dapat dilakukan untuk menghindari penularan Ebola, terutama jika hendak bepergian ke negara yang sedang terkena wabah seperti Guinea, Liberia dan Sierra Leonne.•
1.
Sebaiknya lebih sering mencuci tangan menggunakan sabun karena Ebola menular melalui kontak dengan cairan tubuh pasien dan walaupun sudah hati-hati tapi tetap ada kemungkinan tangan kita tercemar.
EBOLA 2.
Hindari kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi virus Ebola dan keluarga atau kerabat yang baru mengunjungi pasien yang terjangkit virus mematikan itu.
4.
4 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Sedapat mungkin menghindari melihat atau berada dekat dengan pemakaman pasien Ebola, terutama ritual pemakaman yang membutuhkan kontak langsung dengan jenazah seperti menciumnya.
EBOLA
! Menghindari kontak dengan hewan yang mungkin dapat menularkan virus Ebola serta membatasi mengunjungi kawasan hutan di negara-negara terjangkit.
3.
5.
Orang yang sudah terlanjur berada di negara terjangkit saat wabah Ebola merebak sebaiknya membatasi perjalanan domestik. Jangan bepergian antarkota di negara itu kalau tidak betul-betul diperlukan.
7.
KEBIASAAN YANG BISA MEMANJANGKAN
UMUR
M
enjalankan kebiasaan hidup sehat akan menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang bisa mempercepat proses penuaan atau bahkan mengakibatkan kematian seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Kebiasaan berikut tidak sulit dilakukan, dan tidak selalu membutuhkan biaya mahal, tapi akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, dan meningkatkan peluang untuk hidup lebih lama.
6.
Sebaiknya mengikuti informasi mengenai Ebola di laman yang terpercaya seperti laman WHO atau Kementerian Kesehatan untuk mengetahui perkembangan informasi terbaru.
Jika memiliki keluhan kesehatan ketika sedang berkunjung ke negara terjangkit sebaiknya segera melapor ke petugas kesehatan supaya bisa diperiksa lebih lanjut.
Makan sayur dan buah beraneka warna
Aneka warna dari sayur dan buah menunjukkan kandungan nutrien dan antioksidan yang berbeda, sehingga memberikan manfaat yang berbeda pula. Semakin banyak kombinasi sayur dan buah yang dimakan, maka semakin lengkap tubuh kita mendapat manfaat. Orang yang makan kombinasi sayur dan
buah beraneka warna secara konsisten berat badannya akan lebih terjaga. Laju perkembangan penyakit kroniknya juga lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya.
Konsumsi Makanan dengan EPA-DHA
Asam Eikosapentaenoik (Eicosapentaenoic Acid/EPA) dan Asam Dokosaheksaenoik (Docosahexaenoic Acid/DHA) merupakan kunci awet muda. Orang dengan kadar EPA dan DHA laju penuaan kromosomnya cenderung lambat. Risiko mereka terserang penyakit jantung juga lebih rendah. Makanan mengandung EPA dan DHA antara lain ikan salmon, tuna, halibut, mackerel, dan sarden.
bakteri penyebab gigi keropos, yang jika tidak dibersihkan bisa bertambah banyak dan memasuki aliran darah sehingga menyebabkan inflamasi dan meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular. Selain itu, kesehatan gigi yang buruk juga berkaitan dengan risiko penyakit kronis.
Minum teh hijau The hijau mungkin tidak dapat melawan sel kanker, namun dapat membantu menghilangkan tumpukan lemak berlebih yang menyebabkan percepatan proses penuaan. Menurut studi tahun 2010, teh hijau mengandung antioksidan epigalokatekin-3-galat (EGCG) dan kafein yang dapat membantu mengurangi berat badan hingga 1,36 kg dalam 12 minggu dan mengecilkan lingkar pinggang.
Bergerak lebih banyak Kurang bergerak menyebabkan tubuh kehilangan massa otot. Perubahan yang terjadi akibat umur pada otot dapat diperlambat dengan banyak melakukan gerak badan.
Sikat gigi teratur Menyikat gigi secara teratur tidak hanya baik untuk kesehatan gigi dan mulut, tapi juga mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menyikat gigi bisa membersihkan bakteri-
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 5
MY LIFE GRAPHIC/SHUTTERSTOCK.COM
[MEDIA UTAMA]
MEMBENTENGI ANAK DENGAN IMUNISASI
A
nak-anak sekarang terlahir di dunia yang berubah. Iklim berubah. Lingkungan berganti rupa. Demikian pula dengan virus, kuman, dan bakteri penyebab penyakit serta makhluk perantasanya. Beberapa penyakit yang dulu pernah mewabah hilang, tapi ada yang kemudian muncul lagi dan menjadi lebih kuat. Selain itu ada penyakit dan gangguan kesehatan baru yang muncul bersama perubahan lingkungan dan kebiasaan hidup, seperti flu burung, flu babi, dan sindrom pernafasan Timur Tengah akibat virus corona baru (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus/MERS-CoV). Manusia, dengan ilmu kedokteran dan teknologi
6 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
kesehatan yang juga terus berkembang bersama pergerakan waktu, berusaha mencegah dan menangkal serangan penyakitpenyakit menular yang ada pada masa ini. Salah satu teknologi yang sampai sekarang terbukti efektif memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit adalah imunisasi. Tindakan medis itu dilakukan dengan memberikan vaksin, yang mengandung racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan,
untuk menumbuhkan kekebalan pada penyakit tertentu. Prosedur yang pertama kali diperkenalkan oleh dokter Inggris bernama Edward Jenner pada tahun 1796 itu sampai sekarang digunakan oleh seluruh negara di dunia untuk menyelamatkan manusia dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan terbukti sudah berhasil memusnahkan penyakit cacar dari muka Bumi. Anak-anak, yang tubuhnya lebih rentan, membutuhkan imunisasi untuk membangun kekebalan yang bisa membentengi mereka dari penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. “Anak-anak itu berbeda dengan orang dewasa, mereka masih tumbuh dan berkembang, termasuk kekebalannya. Sistem kekebalan itu berkembang, masuknya kira-kira umur lima tahun, karenanya sampai waktu itu dia rentan terinfeksi. Bayi lebih rentan lagi, karena sistem kekebalannya belum sempurna terbentuk,” kata dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.Trop Paed dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menurut dia, saat ini sudah banyak ragam vaksin yang bisa membantu menumbuhkan kekebalan anak terhadap penyakit-penyakit seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, polio, campak, hemophilus influenza tipe b (Hib), streptokokus pnemumonia, rotavirus, cacar air, gondong, campak jerman, influenza, hepatitis A, tifus, Human Papyloma Virus (HPV), demam kuning, meningitis, dan rabies. Beberapa dari vaksin itu sudah menjadi bagian dari program imunisasi nasional. Program imunisasi pemerintah sekarang ini mencakup vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin), DPT (Difteri Pertusis Tetanus), campak, polio, hepatitis B dan Hib, yang diharapkan bisa memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit seperti radang selaput otak, radang paru, dan infeksi saluran nafas atas. Pemerintah menetapkan memasukkan pemberian vaksin-vaksin itu dalam program imunisasi nasional berdasarkan beban penyakit serta hasil analisis ekonomi kesehatan. “Jadi dasarnya antara lain beban penyakit, apakah penyakit itu mematikan, apa menimbulkan kecacatan, apa penyakit itu menimbulkan wabah. Baru dipikirkan, dihitung berdasarkan economical health analysis mana yang lebih menguntungkan, penyediaan biaya pencegahan dengan jumlah tertentu, atau penanganan setelah terjadi penyakit. Berdasarkan pertimbangan itu lalu diputuskan, mencegah lebih murah dari mengobati,” jelasnya. Pertimbangan lainnya adalah kemampuan produsen vaksin nasional membuatnya serta kemampuan pemerintah membiayai pengadaan dan pemberian vaksin-vaksin yang sudah ditetapkan dalam program imunisasi nasional. Vaksin-vaksin yang sudah ditetapkan menjadi bagian dari program imunisasi nasional, menurut dr.Hindra, merupakan vaksin-vaksin yang sudah menjadi bagian dari program imunisasi global yang disepakati oleh negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia. Selain vaksinasi-vaksinasi wajib yang
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 7
"Sistem kekebalan itu berkembang, masuknya kirakira umur lima tahun, karenanya sampai waktu itu dia rentan terinfeksi. Bayi lebih rentan lagi, karena sistem kekebalannya belum sempurna terbentuk,” dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.Trop Paed
8 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
diberikan pada umur 7-12 bulan sebaiknya diberikan dua kali dengan interval dua bulan; pada umur lebih dari satu tahun diberikan satu kali. Keduanya perlu dosis ulangan satu kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal dua bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas dua tahun, PCV diberikan cukup satu kali. IDAI juga merekomendasikan pemberian vaksin rotavirus monovalen dua kali dan vaksin rotavirus pentavalen tiga kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan pada umur 6-14 minggu, dosis kedua diberikan dengan interval minimal empat minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen
dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis kedua, dan ketiga 4-10 minggu, dosis ketiga diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal empat minggu). Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk Sekolah Dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu dua dosis dengan interval minimal empat minggu. Vaksin influenza disarankan diberikan pada umur minimal enam bulan, dan diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari sembilan tahun diberi dua kali dengan interval minimal empat minggu dan untuk anak enam sampai sebelum 36 bulan, dosisnya 0,25 mL. Sementara vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan. IDAI merekomendasikan pemberian vaksin-vaksin itu karena semuanya sudah tersedia di Indonesia dan sudah mendapat sertifikasi serta lisensi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Kalau sudah ada di Indonesia kan tinggal diberikan pencerahan, pendidikan, oleh yang punya kompetensi, dalam hal ini IDAI, ikatan ahli penyakit dalam, kebidanan dan yang lain. Setelah itu keluarlah rekomendasi dari organisasi profesi supaya vaksin itu dipakai sesuai indikasi, tidak dipakai secara berlebihan, dipakai sesuai aturan,” jelasnya. “Selain yang sudah masuk program pemerintah, direkomendasikan untuk diberikan, kalau orang tua mampu silakan,” tambah dia.
Efektivitas Vaksin
Vaksin mengandung suatu zat (kuman, racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan) yang merangsang sistem imun untuk memproduksi antibodi yang sifatnya selain spesifik juga dapat bertahan dalam jangka waktu lama berkat adanya sel memori. Dokter Hindra menjelaskan, kerja vaksin dalam mendorong pembentukan kekebalan tubuh tergantung pada beberapa hal, termasuk di antaranya kualitas vaksin itu sendiri. “Meskipun sudah dirancang dengan teknologi tinggi, dia tetap harus memenuhi syarat tertentu karena itu produk biologis, bukan obat, bukan zat kimia,” katanya. “Suhunya, kelembabannya, paparan sinar matahari, itu semua harus ada pada rentang yang sempit yang harus dijaga kualitasnya dalam sistem cold chain (rantai dingin), itu dari pabrik sampai ke tempat sasaran itu harus terjaga,” tambah dia. Selain itu, efektivitas vaksin juga sangat tergantung pada kondisi dan respons tubuh anak sebagai penerima. “Karena yang akan diberikan adalah yang dilemahkan, apakah dengan perangsangan itu sistem kekebalan si anak memberikan respons sesuai dengan harapan atau tidak itu tergantung tubuh anak. Kalau dia dalam kondisi baik, gizi baik, tentu responsnya akan baik. Tapi kan ada anak yang defisiensi, ada anak yang respons imunnya enggak optimum, yang tidak memberikan respons sesuai harapan,” jelas dia. Ia lantas menjelaskan yang namanya protective efficacy, efektifitas vaksin waktu vaksin dirancang, diujicobakan pada binatang dan manusia dalam kualitas dan kondisi yang terkendali. Setelah lepas di pasaran, kerja vaksin akan bergantung pada faktor lain, pada
Kejadian Ikutan
bagaimana penjagaan kualitasnya saat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sampai mencapai sasaran dan digunakan. “Setelah itu ada protective effectiveness. Kalau protective efficacy lebih tinggi, bisa sampai 97 persen, tapi protective effectiveness enggak akan sampai segitu, lebih rendah,” katanya.
Dokter Hindra menjelaskan, respons setiap anak terhadap pemberian vaksin berbeda, demikian pula kejadian ikutan yang terjadi pada mereka setelah mendapat imunisasi. “Sifatnya individual, ada yang merespons, ada yang enggak merespons. Ada yang menolak,
ANTARA FOTO/LUCKY R
sudah masuk dalam program imunisasi nasional, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga merekomendasikan penggunaan beberapa vaksin lain. Dalam rekomendasi imunisasi yang berlaku mulai 1 Januari 2014, IDAI menyarankan penggunaan vaksin Hepatitis B, Polio, Campak, BCG, DPT, Pneumokokus (PCV), Rotavirus, Influenza, Varisela, dan Human Papiloma Virus (HPV). Menurut rekomendasi IDAI, Vaksin Hepatitis B paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi. Vaksin polio oral(OPV-0) disarankan diberikan pada saat bayi dipulangkan dari tempat persalinan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV. Pemberian vaksin BCG dianjurkan dilakukan sebelum bayi berusia tiga bulan, optimalnya umur dua bulan. Apabila diberikan sesudah umur tiga bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Vaksin DPT pertama diberikan paling cepat pada umur enam minggu. Untuk anak umur lebih dari tujuh tahun, DPT yang diberikan harus vaksin Td denganbooster setiap 10 tahun. Vaksin campak, menurut rekomendasi, sebaiknya diberikan pada umur sembilan bulan, dua tahun dan ketika anak kelas 1 Sekolah Dasar (SD). Sementara vaksin pneumokokus (PCV),apabila
FK.UI.AC.ID
[MEDIA UTAMA]
Ia menambahkan, kerja vaksin dalam mendorong pembentukan kekebalan akan efektif jika kualitas vaksin selalu terjaga dan tubuh anak penerima meresponsnya dengan baik. “Tapi enggak ada vaksin yang 100 persen efektif. Maksimal 97 persen, artinya dari 100 anak yang divaksinasi, 97 anak terlindungi,tiga lainnya kalaupun terkena enggak sampai menimbulkan kecacatan dan kematian,” katanya. Meski demikian sampai sekarang imunisasi masih menjadi tindakan medis yang paling efektif dan efisien untuk menangkal penyakit dan merupakan sumbangan ilmu pengetahuan terbaik yang pernah diberikan ilmuwan di dunia.
Murid SD Negeri 1 Daan Mogot disuntik imunisasi oleh petugas dari Dinas Kesehatan kota Tangerang, Banten, Rabu (3/9). Imunisasi tersebut diikuti sekitar 200 murid kelas 1 dan 2 sebagai rangkaian dari kegiatan program pemerintah pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 2014.
ada yang memberikan reaksi yang tidak diinginkan, tidak diharapkan, tidak di sangka,” kata dr. Hindra, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Kementerian Kesehatan. Di Indonesia, ia menjelaskan, kejadian ikutan pasca imunisasi utamanya mencakup tiga reaksi yakni reaksi lokal, reaksi sistemik, dan reaksi serius. Reaksi lokal misalnya, bekas suntikan bengkak, atau sakit pada tempat bekas suntikan. Reaksi sistemik biasanya berupa demam, dan kadang kalau demamnya sangat tinggi bisa sampai kejang. Sedang reaksi yang sifatnya serius biasanya berupa shock, yang bila tidak segera mendapat penanganan bisa berakibat fatal.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 9
Meski kadang terjadi, menurut dia, kejadian ikutan pasca imunisasi relatif sedikit, apalagi yang sifatnya serius dan berakibat fatal. “Tiap vaksin beda-beda, tapi biasanya hitungannya per juta dosis,” katanya. Komnas KIPI, tim independen yang terdiri atas para ahli imunisasi, mengkaji kejadiankejadian ikutan pasca imunisasi, mengklarifikasi apakah kejadiankejadian terkait program imunisasi nasional itu berhubungan dengan pemberian vaksin atau tidak. Komnas KIPI mengklasifikasikan kejadian ikutan pasca imunisasi dalam empat kelompok, yakni, yang pasti berhubungan dengan imunisasi, inkonsisten (ada kemungkinan terjadi karena penyakit atau gangguan kesehatan yang lain), atau sama sekali tidak berhubungan dengan vaksinasi. “Yang enggak ada hubungan ya, habis divaksin terus ketabrak becak dan patah tulang misalnya,” katanya. Menurut kajian Komnas KIPI, selama ini kebanyakan kejadian yang terjadi setelah imunisasi merupakan koinsiden dan tidak
berhubungan dengan pemberian imunisasi. “Kalau ada kejadian yang berakibat fatal, biasanya terjadi karena jalur rujukan yang kurang bagus, resusitasi awal terlambat, tanda bahaya tidak terdeteksi, atau orangtua tidak memberikan informasi tentang kondisi anaknya atau enggak sadar kondisi anaknya kurang baik,” katanya. “Yang jelas kemungkinan terjadinya sangat kecil... Kalaupun ada, itu karena ketidakpekaan terhadap gejala tanda bahaya danketerlambatan dalam memberikan pertolongan awal. Atau pada imunisasiimunisasi yang seharusnya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas lengkap, bukan
Risikonya ada meski sangat kecil, karena itu harus dijaga jangan sampai itu terjadi, dengan menyiapkan sistem rujukan yang baik,” jelasnya. Ia menjelaskan pula bahwa untuk meminimalkan munculnya kejadian ikutan pasca imunisasi, kualitas vaksin harus dipastikan terjaga dan vaksinasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang yang punya kompetensi khusus. “Vaksinasi itu tindakan medis, penyuntikan itu tindakan medis, jadi harus dilakukan oleh orang yang punya kompetensi khusus, lalu ada standarnya, harus dilakukan sesuai standar. Harus dilakukan anamnesis juga, harus ditanyakan apakah ada riwayat
“Vaksinasi itu tindakan medis, penyuntikan itu tindakan medis, jadi harus dilakukan oleh orang yang punya kompetensi khusus, lalu ada standarnya, harus dilakukan sesuai standar. Harus dilakukan anamnesis juga, harus ditanyakan apakah ada riwayat alergi, riwayat shock, dan riwayat penyakit terdahulunya,” dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.Trop Paed di lapangan. Dan yang terakhir, karena kompetensi petugasnya sendiri kadang kurang.” Ia mengakui bahwa meskipun kecil, efek yang tidak diharapkan bisa terjadi akibat pemberian imunisasi. “Setiap tindakan medis pasti ada risikonya. Tidak ada tindakan medis yang 100 persen aman. Tapi risiko dan keuntungannya kan bisa dihitung, bahwa lebih banyak keuntungan daripada risikonya.
10 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
alergi, riwayat shock, dan riwayat penyakit terdahulunya,” jelas dia. “Untuk anak yang memang sakit-sakitan, anak yang tubuhnya kecil, ya mungkin vaksinasi lebih baik dilakukan di rumah sakit besar, dilakukan oleh dokter spesialis, sehingga kalau ada kejadian-kejadian yang tidak sesuai harapan bisa segera diberikan pertolongan. Atau kalau memang dilakukan di lapangan ya jalur rujukan, kecepatan merujuk, tindakan resusitasi atau pertolongan pertama di instansi kesehatan harus cepat supaya akibat yang tidak diharapkan tidak sampai terjadi.”
Lebih lanjut dia menjelaskan pula bahwa meski kadang ada berita tentang kelompok yang menyatakan menolak imunisasi karena mengkhawatirkan munculnya kejadian ikutan, namun secara statistik tidak ada data warga yang menolak imunisasi dan sampai berpengaruh signifikan terhadap cakupan imunisasi nasional. “Di media, ada yang kelihatan vokal. Memang ada golongangolongan yang punya motivasi tertentu untuk menolak vaksinasi tertentu, ada yang ingin menjual produknya sendiri, ada yang ingin mengalihkan isu, ada yang ingin cari manfaat dari kejadian itu, ada yang ingin dapat keuntungan atau uang. Jadi motifnya bisa bermacam-macam. Semua biasanya enggak berdasarkan data, tapi berdasarkan asumsi, berdasarkan kabar, berdasar referensi lama, berdasarkan pendapat orang yang enggak punya kompetensi,” jelas dia. “Jadi kalau dengar sesuatu hal, kita harus perhatikan, ini orang yang bicara punya kompetensi apa enggak, punya pengalaman atau enggak, datanya shahih enggak, ini opini siapa,” tambah dia. Ia mengatakan, keberadaan kelompok-kelompok yang menolak imunisasi tidak mempengaruhi cakupan imunisasi nasional secara keseluruhan namun harus tetap diwaspadai supaya pengaruhnya tidak sampai meluas dan berdampak pada cakupan imunisasi.
Memperluas Cakupan
Data Kementerian Kesehatan pada April 2013 menunjukkan bahwa baru sekitar 80 persen desa di Indonesia yang telah mencapai Universal Child Immunization (UCI) dari target 86,8 persen. UCI adalah status dimana lebih dari 80 persen bayi
di satu desa telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Dengan kondisi infrastruktur dan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang sekarang sudah lebih baik, menurut dr. Hindra, cakupan imunisasi nasional tersebut belum menggembirakan. “Enggak begitu menggembirakan ya dibandingkan jaman saya di puskesmas tahun 1981. Saya termasuk yang sedih karena pada jaman itu saya vaksinator teladan, cakupan imunisasi bagus. Sekarang kok kelihatannya malah lebih rendah, capaiannya masih enggak merata, padahal keterjangkauan harusnya sudah jauh lebih baik,” katanya. Ia menduga, masalah itu berkaitan dengan perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Menurut dia, penerapan sistem otonomi daerah sedikit banyak mempengaruhi pelaksanaan program-program kesehatan dari tingkat pusat tidak berjalan maksimal di lapangan. “Sistem yang berubah juga bikin perintah pusat ‘enggak bisa selalu dijalankan sesuai harapan’ di bawah. Bagaimana enggak, struktur organisasi saja tiap dinas kesehatan kabupaten bedabeda se-Indonesia, bayangin ada 34 provinsi, ada yang seksi imunisasinya enggak ada. Sekarang semua jadi tergantung pada kepala daerah,” katanya. “Harusnya yang jadi kepala dinas kesehatan kabupaten itu orang yang punya kompetensi, harus orang yang profesional, itu jabatan profesi bukan jabatan politis. Kalau enggak mereka enggak tahu betapa bahayanya penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi itu kalau enggak dikendalikan,” kata dia. Ia berharap para kepala daerah selanjutnya memahami pentingnya imunisasi untuk mencegah dan mengendalikan
ANTARA FOTO/FENY SELLY
[MEDIA UTAMA]
Seorang siswa Sekolah Dasar disuntik vaksinasi campak oleh petugas Puskesmas di ruang kelas SD Negeri 139 Palembang.
penularan penyakit selain upaya kesehatan yang lain dan berkomitmen menjalankan program-program yang dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. “Memang kelihatannya di awal mungkin biayanya besar, tapi kalau sampai terjadi wabah, bisa luar biasa, bisa jauh lebih besar biaya yang dikeluarkan,” katanya. Ia juga menekankan perlunya perspesi bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati digaungkan lagi. “Mesti dikuatkan lagi, bahwa jauh lebih murah dan lebih mudah mencegah. Dan sudah ada kejadian yang membuktikan dan tidak terbantahkan, bahwa cacar telah berhasil dieradikasi di dunia karena keberhasilan program imunisasi. Dalam waktu singkat polio juga. Jadi orang sudah enggak bisa berkilah lagi, sudah ada dua bukti,” jelasnya. Dia juga mengatakan bahwa semua orang harus berpartisipasi untuk memastikan semua penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi bisa dicegah. “Bukan hanya dokter, partisipasi seluruh masyarakan diperlukan. Tanggung jawab kesehatan juga tanggung jawab orangtua dan masyarakat. Tugas kita mengingatkan bahwa pencegahan selalu lebih mudah dan lebih murah,” demikian dr. Hindra Irawan Satari.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 11
AGAR BAYI TUMBUH DAN BERKEMBANG OPTIMAL Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi
S
upaya bayi dan anak balita tumbuh berkembang optimal mereka harus dicukupi tiga kebutuhan pokoknya yaitu kebutuhan FISIKBIOLOGIS, KASIH SAYANG dan STIMULASI DINI sejak di dalam kandungan.
Apa kebutuhan FISIK - BIOLOGIS untuk bayi dan balita?
Kebutuhan fisik-biologis adalah kebutuhan gizi (ASI, makanan pendamping ASI), imunisasi, kebersihan
badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain. Kebutuhan fisik-biologis terutama berpengaruh pada pertumbuhan fisik, termasuk otak, alat penginderaan dan alat gerak untuk mengkesplorasi lingkungan, sehingga berpengaruh pada berbagai kecerdasan anak.
atau pendapatnya, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan, tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan. Kebutuhan kasih sayang besar pengaruhnya pada kemandirian dan kecerdasan emosi.
penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), merangsang gerakan kasar dan halus, berkomunikasi, emosi-sosial, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada berbagai kecerdasan anak (multipel inteligen)
Apa kebutuhan ASIH (KASIH SAYANG) untuk bayi dan balita?
Apa kebutuhan ASAH (STIMULASI BERMAIN SEJAK DINI) untuk bayi dan balita?
MULAI KAPAN kebutuhankebutuhan tersebut harus diberikan?
Kebutuhan kasih sayang terutama rasa dilindungi, rasa aman dan nyaman, diperhatikan dan dihargai, didengar keinginan
12 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Kebutuhan stimulasi bermain meliputi berbagai permainan yang merangsang semua indera (pendengaran,
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin di dalam kandungan
ANTARA FOTO/SEPTIANDA PEREDANA
Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial & Magister Sains Psikologi Perkembangan Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan fisik - biologis tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan emosi (inter dan antar personal) juga rendah. Bila stimulasi bermain seharihari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi. Oleh karena itu ketiganya harus diberikan bersamaan sejak di dalam kandungan.
sangat cepat dan kompleks sampai umur dua tahun, setelah itu melambat pada usia sekolah dan remaja. Oleh karena itu kebutuhan nutrisi dan stimulasi dini sangat penting terutama sejak di dalam kandungan sampai berumur dua tahun. Semakin dini, sering, bervariasi dan teratur rangsangan yang diterima bayi-balita (sejak hamil enam bulan sampai umur dua tahun) maka semakin canggih dan kuat hubungan antar sinaps sel-sel di otak kanan dan kiri.
Mengapa PERKEMBANGAN OTAK SAMPAI UMUR DUA TAHUN sangat penting?
Apa beda FUNGSI OTAK KANAN dan KIRI untuk KECERDASAN ANAK?
Karena pertumbuhan percabangan sel-sel otak paling cepat sejak kehamilan enam bulan sampai anak berumur dua tahun. Sel-sel otak janin sudah tumbuh dan berkembang sejak bulan pertama di dalam kandungan, kemudian membelah dengan cepat mencapai 100 milyar sel, sambil berkembang sesuai tempat dan fungsi masingmasing. Sejak kehamilan berusia enam bulan sel-sel tersebut membentuk banyak sinaps (hubungan antar sel otak), membentuk berbagai rangkaian fungsional (sirkuit) yang kompleks, ibarat rangkaian mikrocip komputer canggih. Kualitas sirkuit otak tergantung pada kualitas GIZI dan rangsangan (stimulasi) yang didapat sejak didalam kandungan sampai umur dua tahun pertama. Proses tersebut berlangsung
OTAK KIRI terutama mengendalikan aktivitas yang bersifat teratur, berurutan, rinci, sistematis, matematis. OTAK KANAN terutama mengendalikan aktivitas yang bersifat berfikir divergen (meluas), imajinasi, ide-ide, kreativitas, emosi, musik, spiritual, intuisi, abstrak, bebas, simultan. Oleh karena itu, jika kita menginginkan anak dengan kecerdasan multipel harus dilakukan perangsangan (stimulasi) sejak dini sejak di dalam kandungan sampai umur dua tahun terus menerus, setiap hari, penuh kasih sayang, penuh kegembiraan bervariasi dan teratur, dan merangsang otak kiri dan kanan bersama-sama.
Latih batita mengunakan tangan kiri dan kanan sama seringnya sampai berumur 2 tahun, untuk menyeimbangkan perkembangan fungsi otak kanan dan kiri.
Mengapa GIZI penting untuk perkembangan otak?
Karena tumbuh kembang otak sejak kehamilan enam bulan sampai anak umur dua tahun sangat cepat dan penting, maka bayi membutuhkan banyak protein, karbohidrat dan lemak, karena sampai berumur satu tahun, 60 persen energi makanan bayi digunakan untuk pertumbuhan otak. Selain itu bayi dan balita membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, sphyngomyelin, sialic acid, gangliosida, dan asamasam amino seperti tyrosine dan tryptophan. ASI mengandung semua kebutuhan gizi tersebut, termasuk AA, DHA, sphyngomyelin, tyrosine, tryptophan, sialic acid dan gangliosida. DHA berpengaruh pada ketajaman penglihatan dan tingkat kecerdasan bayi. Asam lemak omega 3, omega 6, penting untuk membentuk pembungkus syaraf, demikian pula sphyngomyelin. Asam amino membentuk struktur otak dan zat penghantar rangsang
(zat neurotransmitter) pada sambungan sel syaraf. Tyrosine dan Triyptophane merupakan asam amino penting, karena sebagai bahan baku pembuat neurotransmitter katekolamin dan serotonin yang mempengaruhi pengendalian diri, pemusatan perhatian (konsentrasi), emosi dan perilaku anak. Vitamin B6 penting untuk enzim otak. Kekurangan zat besi dan yodium akan menyebabkan rendahnya kecerdasan. Seng dibutuhkan untuk pembelahan dan kemampuan membran sel-sel otak. Sialic acid (SA) dibutuhkan untuk membangun gangliosida membran sel otak/saraf. Gangliosida dibutuhkan oleh sambungan antar sel-sel otak (sinaps), yang berperan penting dalam proses penghantaran impuls antara sel-sel otak, sehingga mempengaruhi kecepatan proses pembelajaran (learning) dan pembentukan memori. ISOMALTULOSA penting sebagai sumber enerji otak agar mampu bekerja lebih lama untuk menerima, mengolah, menggabungkan, menyimpan dan mengekspresikan semua informasi, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan ketika mendapat stimulasi dari lingkungan.•
BP.BLOGSPOT.COM
[MEDIA UTAMA]
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 13
[MEDIA UTAMA]
STIMULASI BERMAIN BISA MERANGSANG KECERDASAN DAN KREATIVITAS ANAK Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi
ANTARA FOTO/YUDHI MAHATMA
Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial & Magister Sains Psikologi Perkembangan Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
S
el-sel otak dibentuk sejak janin berusia tiga sampai empat bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur tiga tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antara sel-sel tersebut. Saat kehamilan berusia enam bulan, terbentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut. Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari. Bila itu dikembangkan terus menerus, maka anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia). Oleh karena itu, jika kita menginginkan anak dengan kecerdasan multiple maka harus dilakukan perangsangan setiap hari pada semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan), gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran dengan suasana bermain dan kasih sayang. Stimulasi dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur, atau kapanpun dan dimanapun ketika anda dapat berinteraksi dengan balita Anda. Selanjutnya dapat pula dibantu oleh Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak dan sejenisnya.
Bagaimana cara orangtua merangsang KECERDASAN MULTIPEL?
Seorang anak mencoba permainan konsentrasi dalam program pendidikan kognitif anak usia dini .
14 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah anak bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dan lain-lain. Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle,
monopoli, dan permainan komputer. Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, dan permainan komputer. Melatih kecerdasan gerak tubuh antara lain bisa dilakukan melatih anak berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, dan olahraga permainan. Merangsang kecerdasan musikal bisa dilakukan dengan memperdengarkan musik, serta mengajak bernyanyi, memainkan alat musik, juga mengikuti irama dan nada. Melatih kecerdasan emosi inter-personal bisa dilakukan dengan mengajak anak bermain bersama anak yang lebih tua dan lebih muda, serta mengajarkan saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerja sama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dan yang lainnya. Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, dan mengarang cerita. Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, dan bintang. Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang multipel.
Bagaimana peran orangtua dalam MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK?
Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua selalu bersikap mau mendengarkan omongan anak, menghargai pendapat anak, dan mendorong anak untuk berani mengungkapkannya. Jangan memotong pembicaraan anak ketika ia ingin mengungkapkan pikirannya. Jangan memaksakan pada anak bahwa pendapat orangtua paling benar,
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 15
atau melecehkan pendapat anak Orangtua harus mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri (asalkan tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri). Jangan mengancam atau menghukum anak kalau pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, dalam tahap belajar. Oleh karena itu tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untuk mengemukakan alasan-alasan. Berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir, jangan didikte atau dipaksa, biarkan mereka yang memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan pikiran, gagasan, pendapat atau melakukan sesuatu. Selain itu orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang
Salah satu fasilitas bermain anak yang aman untuk tumbuh kembang anak.
16 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
telah dilakukan, memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Cara-cara ini merupakan salah satu unsur penting pengembangan kreativitas anak. Keluarga harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian disekeliling kita, yang mereka dengar, lihat, rasakan atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berpikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan
gambar-gambar, buku-buku. Jangan menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain. Orangtua harus memberi kesempatan anak untuk mengembangkan khayalan, merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-masing. Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentukbentuk atau warna-warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. Biarkan mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain. Semua hal-hal tersebut akan merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting untuk kreativitas anak yaitu: berfikir divergen (meluas), intuitif (berdasarkan intuisi), abstrak, bebas, simultan.
Mengapa STIMULASI BERMAIN SEJAK DINI penting untuk kecerdasan anak?
Stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin berusia enam bulan di dalam kandungan) dan dilakukan dengan penuh kegembiraan, kasih-sayang, setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain
itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. Misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalanjalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur. Stimulasi akan mempengaruhi pertumbuhan sinaps (proses sinaptogenesis), yang membutuhkan banyak sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori
Stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin berusia enam bulan di dalam kandungan) dan dilakukan dengan penuh kegembiraan, kasih-sayang, setiap hari.
Rangsangan yang dilakukan dengan suasana bermain dan kasih sayang, sejak lahir, terus menerus dan bervariasi, akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel-sel otak, melipatgandakan jumlah hubungan antarsel otak, sehingga membentuk sirkuit otak yang lebih kompleks, canggih dan kuat, sehingga kecerdasan anak semakin tinggi dan bervariasi (multiple inteligence).
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap hari, setiap saat ibu dapat berinteraksi dengan janinnya, misalnya sambil mandi, memasak, mencuci pakaian, berkebun, membaca koran/ majalah, menonton TV. Interaksi bisa juga dilakukan saat berada di kendaraan, kantor, dan pasar. Di mana saja dapat dilakukan stimulasi.
Bagaimana CARA STIMULASI BERMAIN sejak dini untuk BAYI dan BALITA?
Bagaimana CARA STIMULASI BERMAIN sejak dini untuk JANIN di DALAM KANDUNGAN?
Proses belajar janin, bayi dan balita adalah dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, mencoba, mengulang, membandingkan, menggabungkan dan membiasakan. Oleh karena itu dalam proses bermain pengasuh harus memberikan contoh-contoh yang baik dan benar berupa ucapan, perkataan, dan perilaku, karena akan diingat dan ditiru oleh bayi atau balitanya Stimulasi janin di dalam kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara, mengobrol, menyanyikan lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan, sambil mengelus-elus perut ibu. Dapat pula dengan memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang ditempelkan di perut ibu.
ID.THEASIANPARENT.COM
ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH
[MEDIA UTAMA]
Sekali lagi diingatkan bahwa proses belajar bayi dan balita adalah dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, mencoba, mengulang, membandingkan, menggabungkan dan membiasakan. Oleh karena itu dalam proses bermain pengasuh harus memberikan contoh-contoh yang baik dan benar berupa ucapan, perkataan, dan perilaku, karena akan diingat, ditiru bahkan dikembangkan oleh bayi atau balitanya Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, atau menjelang tidur. Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitamputih), benda-benda berbunyi,
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 17
ID.THEASIANPARENT.COM
18 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan bendabenda. Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata? idung?, telinga?, mulut ? dan lain-lain), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang dan benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dan lain-lain), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar bola, melompat. Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besarkecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dan lain-lain), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil/besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuankemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Bagaimana SUASANA BERMAIN YANG BAIK ketika melakukan stimulasi bermain pada bayi dan anak?
Sekali lagi diingatkan bahwa proses belajar bayi dan balita adalah dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, meniru CONTOHCONTOH, mencoba, mengulang, membandingkan, menggabungkan dan membiasakan melakukan CONTOH-CONTOH dari lingkungannya. Oleh karena itu dalam proses bermain pengasuh harus memberikan contoh-contoh yang baik dan benar berupa ucapan, perkataan, dan perilaku, karena akan diingat, ditiru bahkan dikembangkan oleh bayi atau balitanya Stimulasi bermain dilakukan setiap hari, setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi dan anak, dengan penuh kegembiraaan dan kasih sayang, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu),
RESOURCEFUL-PARENTING.BLOGSPOT.COM
mengulingkan bayi ke kanan dan ke kiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain “cilukba”, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk. Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan. Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan. Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga,
ANTARA FOTO
[MEDIA UTAMA]
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan penuh kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Apalagi pengasuh sedang marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru balita.
Bila pengasuh sedang marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru balita. Bagaimana POLA PENGASUHAN YANG BAIK untuk bayi dan anak?
Sekali lagi diingatkan bahwa proses belajar bayi dan balita adalah dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, mencoba, mengulang, membandingkan, menggabungkan dan membiasakan. Oleh karena itu dalam proses bermain pengasuh harus memberikan contoh-contoh yang baik dan benar berupa ucapan, perkataan, dan perilaku, karena akan diingat, ditiru bahkan dikembangkan oleh bayi atau balitanya Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh
yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, selalu penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan. Jangan banyak merlarang atau membatasi ide-ide anak, kecuali bila membahayakan diri sendiri atau orang lain.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 19
LIPUTAN KHUSUS mungkin sudah melampaui 20 ribu kasus. “Ini merupakan kasus Ebola terparah dalam sejarah, mengingat wabah (Ebola) sebelumnya hanya 400 kasus”, kata Asisten Dirjen Operasi Darurat WHO Dr. Bruce Aylward. Wabah Ebola juga telah menewaskan lebih dari 120 pekerja medis dan dari 50 surveyor yang membantu mengumpulkan data, lima telah meninggal akibat Ebola. Salah satu dokter terbaik yang bekerja di rumah sakit di Kenema, Sierra Leone-Sahr Rogers, harus kehilangan nyawa saat akan dievakuasi dan dirawat di Jerman setelah positif terjangkit ebola. Sedangkan Abraham Borbor meninggal karena terinfeksi ebola saat bertugas di Liberia. Wabah Ebola juga menyerang dua relawan US Peace Corps. Lembaga kemanusiaan ini akhirnya menarik 340 relawannya dari Liberia, Guinea, dan Sierra Leone. Seorang warga Inggris tertular virus Ebola di Sierra Leone dan telah dievakuasi ke rumah sakit London
EBOLA M
eskipun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyatakan belum ada kasus Ebola di
Indonesia, kekhawatiran akan ancaman virus mematikan itu tetap ada. Hal ini tak lepas dari pemberitaan tentang dahsyatnya serangan ebola di Afrika Barat sejak
20 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Februari 2014, yang ditengarai sebagai yang terparah sepanjang sejarah. Dunia pun cemas, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Badan Kesehatan Sedunia
WWW.VOANEWS.COM
ANCAMAN
(WHO), 28 Agustus 2014, tercatat jumlah korban tewas akibat Ebola sudah mencapai 1.552 orang dari 3.069 kasus Ebola yang dilaporkan menyerang empat negara Afrika Barat yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone dan Nigeria. Sebanyak 40 persen kasus tersebut baru teridentifikasi dalam tiga minggu terakhir, yang menandakan bahwa wabah ini masih belum terkendali. WHO bahkan memperkirakan jumlah kasus Ebola bisa dua hingga empat kali lebih besar dari yang dilaporkan. Dengan perkiraan ini, kasus Ebola sesungguhnya
ANTARAFOTO/REUTERS
Simulasi untuk menunjukkan prosedur pengangkutan seorang korban Ebola, di Biro Karantina dan Inspeksi Masuk-Keluar Shenzhen di Shenzhen, Provinsi Guangdong, Tiongkok, Kamis (14/8).
untuk diobati. Sementara itu, sebuah rumah sakit di Stockholm, Swedia, telah melaporkan bahwa seorang pasiennya diduga terinfeksi Ebola. Ebola merebak tidak tekendali. Meskipun kondisi ini sangat memprihatinkan, WHO mengungkapkan skala penularan wabah Ebola di Afrika Barat sangat diremehkan. Selain itu, asumsi masyarakat di Afrika Barat bahwa bangsal pengisolasian merupakan “sebuah vonis kematian” menyebabkan masyarakat
“Ini merupakan kasus Ebola terparah dalam sejarah, mengingat wabah (Ebola) sebelumnya hanya 400 kasus” Dr. Bruce Aylward, Asisten Dirjen Operasi Darurat WHO
enggan merawat pihak keluarganya ke rumah sakit. Mereka lebih memilih merawat si sakit di rumah atau berkonsultasi dengan dukun tradisional. Kurangnya kepedulian warga serta belum ditemukannya vaksin atau obat membuat Ebola susah dikendalikan. Satu-satunya cara adalah mengisolasi pasien yang positif terinfeksi. Dalam upaya menghentikan penyebaran virus mematikan itu, parlemen Sierra Leone telah menjadikan tindakan menyembunyikan korban Ebola sebagai satu kejahatan yang bisa dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Beberapa perusahaan penerbangan juga membatasi penerbangan ke negara terjangkit atau sekitarnya, seperti British Airwyas, Emirates dan Korean Airlines. Pemerintah Kenya memutuskan melarang parjalanan (travel ban) penumpang atau orang dari tiga negara episenter Ebola, yaitu Guinea, Sierra Leonne dan Liberia. Selain Kenya, maka Nigeria, Zambia dan Pantai Gading juga memberlakukan pembatasan perjalanan amat ketat. Nigeria terpaksa menarik atlet nya yang diikutkan di Youth Olympic di Nanjing Tiongkok, karena ada kebijakan dari panitia penyelenggara.
Mengenal Ebola
Saat ini istilah demam berdarah Ebola (Ebola haemorrhagic fever) diganti dengan penyakit virus
Ebola (Ebola Virus Disease, EVD), sesuai dengan ICD10. Rentang waktu dari onset gejala sampai pasien meninggal adalah biasanya antara 2 dan 21 hari. Pada minggu kedua infeksi, pasien demamnya akan berkurang atau mengalami kegagalan sistemik multi-organ. Tingkat kematian biasanya tinggi, dengan tingkat fatalitas kasus manusia yang berkisar 50–89%, tergantung pada spesies atau strain virus. Penyebab kematian ini biasanya disebabkan oleh kegagalan shock atau organ hypovolemic. Hari-hari terakhir pasien ebola sebelum meninggal, dapat amat mengenaskan. Pasien akan mengeluh nyeri otot hebat, muntah dan diare berat, serta perdarahan luas yang digambarkan sebagai “bleeding out”, akibat organorgan dalam tubuhnya menjadi rusak berat. Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi. Penularan virus Ebola juga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati (simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, kelelawar buah). Terdapat lima spesies virus ebola, yaitu Bundibugyo, Pantai Gading, Reston, Sudan dan Zaire. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah spesies yang dikaitkan dalam wabah besar virus ebola di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90% kasus klinis. Awal gejala terinfeksi
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 21
LIPUTAN KHUSUS
sel-ukuran lubang dinding kapiler. Kadang-kadang, terjadi internal dan eksternal pendarahan dari lubang, seperti hidung dan mulut, juga dapat terjadi, dari luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh. Virus Ebola dapat memengaruhi tingkat sel darah putih dan platelet yang, mengganggu pembekuan darah
pentingnya perlindungan diri untuk mencegah penyebaran virus, termasuk cuci tangan, cara merawat orang sakit secara aman di masyarakat, pemakaian alat pelindung diri saat bersentuhan dengan benda yang berpotensi terkontaminasi darah dan cairan tubuh orang sakit atau saat melakukan
Penanggulangan
Pekerja medis dengan pakaian pelindung membawa salah satu dari dua warga Spanyol yang dipulangkan dari Liberia, sesaat setelah tiba di Madrid, Spanyol, Kamis (7/8).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE merilis program penanggulangan Ebola yakni penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi intervensi prioritas “Di samping upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
22 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
virus Ebola di Indonesia berinisial M (L/32). Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pasien, warga negara Ghana itu dinyatakan negatif terinfeksi Ebola. Dia hanya mengidap penyakit malaria. Kini, ia dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Prof Tjandra Yoga Aditama dalam rilisnya menguraikan penjelasan terkait kasus warga negara asing yang dirawat RSPI SS. Dari hasil pemeriksaan PCR di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Tjandra mengkonfirmasi bahwa kasus itu negatif ebola, tidak ada virus ebola. Secara umum, ada tiga dasar klinis yang mendorong kecurigaan seseorang menderita ebola. Tidak semua dasar-dasar
Ebola di Indonesia
Sebelumnya tersebar berita bahwa terdapat pasien suspek penyakit
ANTARAFOTO/SEPTIANDA PERDANA
Ebola antara lain korban menderita demam tinggi (setidaknya 38.8 ° C, 101.8 ° F), sakit kepala parah, otot, bersama, atau sakit perut, kelemahan parah, kelelahan, sakit tenggorokan, mual, pusing, internal dan eksternal pendarahan. Gejala-gejala awal ini bisa mirip dengan malaria, demam tipus, disentri, influenza, atau berbagai infeksi bakteri lain. Ebola dapat menyebabkan gejala yang lebih serius, seperti diare, kotoran berdarah atau gelap, muntah darah, mata merah distension dan pendarahan arteriola sclerotic, petechia, penyakit ruam dan purpura. Gejala lain, (sekunder) termasuk hipotensi (tekanan darah rendah), hypovolemia dan tachycardia. Interior pendarahan yang disebabkan oleh reaksi antara virus dan platelet yang memproduksi bahan kimia yang akan dipotong
pembersihan lingkungan dan disinfeksi, serta cara pemakaman yang aman,” tulis Tjandra dalam rilisnya. Respon atas wabah Ebola yang bisa dilakukan antara lain distribusi pedoman pencegahan dan pengendalian EVD bagi tenaga kesehatan, melatih staf dalam penemuan/deteksi kasus, penelusuran kontak dan tindak lanjut, manajemen kasus klinis, pencegahan dan pengendalian infeksi, pengambilan dan pengiriman specimen, dan cara pemulasaraan jenazah kasus EVD secara aman. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat secara intensif dilakukan melalui media massa, gerakan sosial dan komunikasi interpersonal, serta melibatkan operator telepon dalam mengirimkan promosi kesehatan melalui pesan singkat.
ANTARAFOTO/REUTERS
ANTARAFOTO/REUTERS
Konvoi tentara PBB melintas di dekat layar bertuliskan pesan peringatan tentang bahaya Ebola di sebuah jalan di Abidjan, Pantai Gading, Kamis (14/8).
Seorang dokter melalui CCTV memperlihatkan seorang pasien suspect virus Ebola yang mendapatkan perawatan di RSUP H Adam Malik Medan, Sumut, Selasa (9/9)
“Virus ebola itu memang mirip penyakit HIV/ AIDS yang masih belum ditemukan obatnya. Namun, untuk mencegah virus tersebut tidak sampai meluas, sebenarnya cukup mudah yakni dengan tembakau yang diolah menjadi vaksin,” Profesor Sutiman
ini ada pada kasus WNA di RSPI SS itu. Tiga dasar itu adalah: 1) Gejala keluhan : - demam - nyeri otot - muntah dan diare - manifestasi perdarahan - gejala cepat memburuk 2) riwayat kontak dengan pasien Ebola, dan atau kunjungan ke negara terjangkit 3) bila pada dua keadaan di atas tidak ada diagnosis lain, atau terdapat FUO (fever of unkwon origin), maka tentu kecurigaan terhadap ebola jadi makin perlu ditingkatkan “Sekali lagi, tidak semua dari tiga dasar itu ada pada pasien ini. Pasien di periksa ke arah Ebola lebih karena alertness, kewaspadaan yang tinggi dan ke hati-hatian petugas kesehatan kita. Pemeriksaan Laboratorium juga kami lakukan dalam
tingkat yang amat tinggi, dan hasilnya negatif ebola,” jelas Tjandra.
Upaya menangkal Ebola
Guru besar Bio Cell Universitas Brawijaya Malang, Sutiman, mengungkapkan tembakau yang tumbuh di sejumlah wilayah Indonesia memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan vaksin pencegah penyakit ebola. “Virus ebola itu memang mirip penyakit HIV/AIDS yang masih belum ditemukan obatnya. Namun, untuk mencegah virus tersebut tidak sampai meluas, sebenarnya cukup mudah yakni dengan tembakau yang diolah emnjadi vaksin,” kata Profesor Sutiman seperti dikutip dari Antara. Khusus virus ebola di dalam tanaman tembakau tersebut ada tobacco muzaic virus dan itu bisa disisipi gen antibodi untuk antiebola. Sehingga tanaman tembakau tersebut, kata Sutiman, bisa memproduksi vaksin antiebola. “Oleh karena itu, kalau kami dari Universitas Brawijaya Malang ini dipercaya dan ditunjuk membuat vaksin tersebut, sangat siap,” Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH, menghimbau masyarakat agar tidak perlu panik terhadap penyebaran virus Ebola di Indonesia. Meski begitu, kewaspadaan tetap perlu diperhatikan. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 23
LIPUTAN KHUSUS Seruan WHO
WASPADA WABAH EBOLA
K
ementerian Kesehatan mengaktifkan kegiatan pemeriksaan kesehatan di bandara untuk mengantisipasi penyebaran virus ebola, menyusul pengumuman Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) bahwa wabah ebola telah menyebabkan kondisi darurat kesehatan dunia. “Kita mengambil langkah paling aman, yaitu
melakukan pemeriksaan dan pengecekan kesehatan pada orang-orang yang baru sampai di Indonesia dan mereka berasal dari negara-negara yang sedang tersebar virus ebola,” kata Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH di Jakarta, Sabtu (9/8). Kementerian Kesehatan juga meminta seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit di tanah air mengantisipasi penyebaran ebola dengan menyebarkan informasi
24 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
tentang penularan dan gejala penyakit yang telah menyerang lebih dari 1.700 orang itu. “Sarana juga sudah kami siapkan,” ujarnya. Peningkatan kewaspadaan juga dilakukan dengan memperketat pemberian visa bagi warga negara asing yang ingin mengunjungi Indonesia. Orang-orang yang menunjukkan indikasi terpapar ebola tidak
akan diizinkan masuk ke Indonesia. Selain itu, pemerintah juga berusaha memastikan warga negara Indonesia yang bepergian ke negara lain, termasuk ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji atau umrah, mendapatkan informasi tentang penyakit tersebut. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Jamil mengatakan informasi tentang ebola disampaikan kepada seluruh pemangku kepentingan terkait penyelenggaraan ibadah haji pada 13 Agustus. “Info dari Konsulat Jenderal RI di Saudi mengatakan masih kasuistik. Jadi tidak perlu terlalu risau dan sebaliknya jangan teledor juga,” katanya.
ANTARAFOTO/REUTERS
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE mengatakan meski ebola telah dinyatakan sebagai kedaruratan kesehatan internasional, Indonesia belum melakukan penghentian perjalanan warganya ke negara-negara endemis atau negara terjangkit. Aktivitas perjalanan perdagangan masih bisa dilakukan dengan negaranegara endemis penyakit tersebut. Namun pemerintah memberikan penjelasan menyeluruh bagi mereka yang akan bepergian ke negara terjangkit.
Petugas mempraktikan cara penggunaan masker, kepada jemaah calon haji, di Asrama Haji Embarkasi Medan, Sumut, Selasa (2/9). Pemberian masker dan obat tersebut, untuk membekali calon haji guna mencegah penyebaran virus ebola pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini.
Ia menjelaskan pula bahwa WHO menyeru setiap negara mempersiapkan kemampuan deteksi dan investigasi dalam penanganan ebola. Sementara untuk negara yang telah terjangkit ebola, WHO menganjurkan negara-negara tersebut menetapkan kondisi darurat di negaranya. WHO juga mewajibkan pemerintah membuat program penanggulangan dan pengendalian penyakit dengan seorang pemimpin yang ahli serta berpengalaman di bidangnya. “Sementara untuk negara yang berbatasan langsung, harus melakukan pengawasan pada demam yang tidak dapat diterangkan. Kemudian, kasus suspect harus ditangani sebagai emergency,” katanya.
Penyakit ebola kembali mewabah di wilayah Afrika, khususnya Liberia, Sierra Leone, Guinea dan Nigeria. Para pemimpin negara dan WHO telah berusaha melakukan upaya penahanan agar orang yang terinfeksi Ebola tidak meninggalkan wilayah tersebut sehingga tidak memperluas penyebaran virus. Virus ebola, yang meliputi Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV), dan Thai Forest ebolavirus (TAFV), menular melalui kontak langsung dengan penderita. Tingkat kematian akibat infeksi virus ini bisa sampai 90 persen dan sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk menangkal penyakit tersebut.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 25
PERISTIWA LENTERA
PERISTIWA
PENTINGNYA ARTI KEJUJURAN DALAM KEHIDUPAN
D
alam hidup ini, untuk mencapai sukses dalam segala hal bukan hanya butuh kerja keras dan usaha yang gigih. Ada satu hal terpenting demi sebuah keberhasilan yaitu kejujuran. Kejujuran adalah salah satu komponen yang penting dalam setiap hal. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa kejujuran itu mahal. Memang betul. Kejujuran sangat mahal, karena untuk berkata jujur saja terkadang sangat berat sekali. Kejujuran itu adalah suatu kebenaran, akan tetapi apakah setiap kejujuran itu berdampak terhadap kebaikan atau malahan memberikan keburukan pada kita? Kita harus selalu ingat dan sadar, bahwa ada kejujuran yag baik dan ada pula kejujuran yang buruk/jelek. Kejujuran yang baik yaitu kejujuran yang membuat kita tenang dan orang lain merasa senang, walau kadangkala ada juga yang merasa sakit hati, tetapi apa boleh buat, karena kejujuran itu demi kebaikan untuk semua orang. Selain itu ada juga kejujuran yang membuat kita akan dibenci, diancam dan diintimidasi karena orang itu akan merasa terganggu atau terusik oleh sesuatu
Oleh : W. Purwanto yang salah yang sudah dilakukannya. Sedangkan kejujuran yang buruk misalnya membocorkan sesuatu rahasia atau mengatakan aib seseorang. Kejujuran seperti ini akan berdampak buruk terhadap orang tersebut. Ada kata-kata bijak mengatakan “katakan kebenaran walaupun pahit”, tetapi usahakan kita mengatakan yang jujur dan benar selama itu baik bagi kita dan semua orang. Menjaga kejujuran itu tidaklah semudah seperti yang kita bayangkan, karena kejujuran akan membawa konsekuensi kepada diri kita sendiri yang harus kita lakukan dalam situasi dan kondisi apapun. Jujur memang mudah untuk dikatakan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Kejujuran adalah melakukan tindakan yang sesuai dengan hati nurani kita. Kita percaya hati nurani manusia itu adalah sesuatu yang suci yang berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Hati nurani selalu membuat kita memilih yang terbaik untuk dilaksanakan. Bila melakukan sesuatu tidak sesuai dengan hati nurani, maka anda telah berbohong. Misal, kejujuran dalam berdagang atau bisnis itu penting dalam setiap usaha yang sedang kita geluti.
26 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Buat apa hasil usaha yang melimpah, tetapi ternyata menyakiti hati orang dan banyak merugikan konsumen atau pelanggan. Prinsipnya adalah kejujuran itu sangatlah penting atau vital. Maka dari itu, jika kita jujur, Insya Allah semua usaha kita akan lancar dan diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekali lagi, jujur merupakan salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan dalam usaha dan bisnis kita. Menurut hemat kami ada beberapa manfaat dari kejujuran, antara lain:
Kunci kesuksesan.
Kejujuran itu adalah kunci untuk dapat dipercaya. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pekerjaan yang kita lakukan, tetapi juga dapat meningkatkan ikatan dengan orang-orang yang terkait dengan kita. Jika kita jujur, secara bertahap dan seiring dengan perjalanan waktu mereka akan mempercayai kita. Apapun yang kita katakan atau lakukan akan dinilai benar, tulus dan jujur. Ini akan dapat menjadi modal yang sangat penting bagi kita yang akan melakukan usaha karena kepercayaan adalah salah satu yang penting dalam bisnis.
Membuat lebih dihargai.
Kejujuran membawa kepercayaan moral kita, sehingga orang akan menghargai sikap kita. Dengan kata lain, kejujuran itu memungkinkan kita untuk mendapatkan rasa hormat dari orang-orang sekitar dan juga menghargai sikap kita. Bertanggung jawab. Kejujuran akan membuat kita melakukan suatu pertimbangan sebelum kita mengatakan atau melakukan suatu perbuatan. Sebagai konsekuensinya adalah kita akan menjadi orang yang bertanggungjawab yang peduli akan reputasi dan nilai-nilai dalam kehidupan.
PEMERINTAH SIAPKAN LAYANAN KESEHATAN
BAGI PEMUDIK
P
ergerakan penduduk dalam jumlah besar selama masa mudik Lebaran berisiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian dan berbagai masalah kesehatan. Kementerian Kesehatan berusaha menekan dampak kesehatan yang biasa terjadi selama masa mudik dengan menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan di sepanjang jalur lalu lintas mudik.
Tahun ini Kementerian Kesehatan menyiagakan 2.641 pos kesehatan dan 1.554 rumah sakit di Sumatera, Jawa, dan Bali untuk melayani warga yang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga. “Mudik melibatkan jutaan orang. Tradisi masyarakat Indonesia ini mengakibatkan dampak sosial dan ekonomi yang besar. Untuk itu, seluruh pihak baik pemerintah, swasta maupun
organisasi masyarakat harus bekerja sama dan meningkatkan kepedulian untuk menurunkan angka kecelakaan, angka kematian, kesakitan dan tindak kejahatan pada masa arus mudik,” kata Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH pada Apel Siaga Kesiapan Bidang Kesehatan pada Mudik Lebaran 2014/1435H di Jakarta, Selasa (15/7). “Perpindahan penduduk dalam jumlah besar berisiko menimbulkan kecelakaan
yang dapat berdampak pada kematian. Kecelakaan menimbulkan kematian atau kecacatan seumur hidup, itu yang harus kita cegah. Satu kecelakaan itu sudah terlalu banyak, karena satu saja kecacatan atau kematian akibat kecelakaan akan mempengaruhi kehidupan orang lain,” katanya. Menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik tiap tahun cenderung meningkat, khususnya di wilayah pusat mudik utama yang meliputi
Ketenangan.
Kita percaya, pasti tidak sedikit orang mengalami hal ini. Kejujuran itu memberikan jiwa kita akan merasa tenang, damai dan lebih nyenyak tidur. Ketidakjujuran itu akan menimbulkan rasa bersalah dan selalu akan menghantui ingatan kita sepanjang hidup kita. Ada banyak orang yang terlibat dalam kebohongan tetapi memiliki kesadaran dan rasa bersalah yang memungkinkan pikiran mereka terus menerus memikirkan kebohonganl tersebut.•
Setiap tahun, Pemerintah termasuk jajaran kesehatan di seluruh Tanah Air selalu melakukan kegiatan kesiap siagaan bidang kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada dan menyiagakan pos-pos kesehatan di tempat yang diperlukan.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 27
PERISTIWA
“Perpindahan penduduk dalam jumlah besar berisiko menimbulkan kecelakaan yang dapat berdampak pada kematian. Kecelakaan menimbulkan kematian atau kecacatan seumur hidup, itu yang harus kita cegah." dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Tahun 2012, jumlah orang yang mudik tercatat 17.245.054 orang dan bertambah menjadi 18.587.668 orang pada tahun 2013. Tahun ini jumlah pemudik diperkirakan naik 3,83 persen menjadi 19.299.144 orang. Berbagai upaya dilakukan untuk menekan jumlah kecelakaan dan kematian selama masa mudik Lebaran, antara lain melalui peningkatan kesadaran dan pemahaman para pemudik tentang mudik yang sehat dan aman; peningkatan kesiapan seluruh jajaran pemerintah dalam memberikan pelayanan publik, termasuk pelayanan kesehatan, terbaik bagi pemudik di sepanjang perjalanan; serta
28 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang aman, nyaman, terjangkau dan mencukupi. Menteri Kesehatan meminta seluruh jajaran kesehatan yang bertugas selama masa mudik bekerja secara profesional. Ia juga berpesan kepada para pengemudi angkutan umum yang melayani pemudik agar menyiapkan fisik dan mental; memeriksa kesehatan
ANGKA KECELAKAAN
SELAMA MUDIK MENURUN
A
ngka kecelakaan dan kematian selama masa mudik Lebaran tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kata Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH di sela silaturahim bersama karyawan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (4/8). Laporan Posko Lebaran Sehat Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga H+5 Lebaran 2014,
ANTARA FOTO
Sejumlah sopir menjalani pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di Terminal Giwangan, Yogyakarta, Senin (21/7).
sebelum mengemudi; menghindari penggunaan obat perangsang, obat keras dan alkohol; beristirahat mengemudi setiap empat jam; memanfaatkan Pos Kesehatan jika membutuhkannya; menyiapkan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan dalam kendaraan; berhati-hati saat mengemudi; serta mematuhi rambu lalu lintas. Sementara kepada para pemudik, ia berpesan, agar mereka menyiapkan fisik sebelum melakukan perjalanan; memeriksakan kesehatan sebelum perjalanan; membawa bekal makanan dan minuman; menyiapkan obat-obatan pribadi; istirahat cukup; memanfaatkan pos kesehatan jika membutuhkan; mencuci tangan pakai sabun sebelum makan; membuang sampah pada tempatnya; tidak buang air kecil atau air besar sembarangan dan selalu menjaga kebersihan toilet umum; serta waspada pada tindak kejahatan pembiusan dengan menolak pemberian makanan dan minuman dari orang tak dikenal.•
jumlah kecelakaan pada masa mudik tercatat 2.595 kejadian, turun 18,16 persen dibandingkan angka kecelakaan selama masa mudik Lebaran 2013 yang mencapai 3.171 kejadian. Jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan selama masa mudik tahun ini tercatat 598 orang, lebih rendah 17,29 persen dibanding jumlah korban tahun 2013. Jumlah korban luka berat juga turun 26,19 persen dari tahun sebelumnya menjadi 831 orang. Korban luka ringan
juga tercatat hanya 3.270 orang, lebih rendah 19,58 dibanding kurun yang sama tahun 2013. Menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah korban kecelakaan mudik selama masa mudik Lebaran 2014/1435 Hijriah secara keseluruhan juga turun dibandingkan tahun sebelumnya. Sejak tujuh hari sebelum sampai lima hari sesudah Lebaran tahun ini, Kementerian Perhubungan mencatat ada 2.741 kecelakaan
yang mengakibatkan 538 korban jiwa. Kecelakaan kebanyakan terjadi pada pemudik yang menggunakan moda transportasi darat. Angka itu lebih rendah dibandingkan jumlah kasus kecelakaan selama masa mudik Lebaran tahun lalu yang mencapai 3.200 kejadian dan menyebabkan 686 orang meninggal dunia. Sementara data gabungan dari empat Dinas Kesehatan Provinsi, 14 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 25 Kantor Kesehatan Pelabuhan dan enam Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular menunjukkan bahwa total ada 6.183 kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan yang ditangani Posko Kesehatan sampai H+5 Lebaran. Rinciannya meliputi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (1.166 orang); hipertensi (525 orang); demam (392); cephalgia (382 orang); gastritis (616 orang); diare (377 orang); mialgia (620 orang); conjungtivis (71 orang); jantung (69 orang); trauma atau luka (144 orang); penyakit lain (1.439 orang); periksa tekanan darah (283 orang); dan periksa kehamilan (99 orang). “Berarti, melalui pesan kesadaran kepada masyarakat agar mudik sehat selamat, kegiatan pemeriksaan sopir angkutan, penambahan jumlah posko kesehatan, serta disediakannya sarana kereta api dan kapal laut untuk mengangkut pemudik menggunakan sepeda motor, tentu ini sangat membantu,” kata Menteri Kesehatan.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 29
PERISTIWA
PRESIDEN RESMIKAN RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL
S
uara sirine menandai peresmian Rumah Sakit Pusat Otak Nasional atau National Brain Center oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin pagi (14/7).
Ibu Negara Ani Yudhoyono; Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH; Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Prof. Dr. dr. med. Akmal Taher, SpU(K); dan Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
30 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
dr. Mursyid Bustami, Sp.S(K) KIC hadir dalam acara peresmian rumah sakit rujukan penanganan penyakit otak dan syaraf. Pembangunan rumah sakit yang berdiri di lahan seluas 11.955 meter persegi di Jalan MT
Haryono Cawang, Jakarta, itu juga ditujukan untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian di bidang neurologi. Rumah sakit yang mulai dibangun pada 1 November 2011 itu memiliki 11 lantai yang mencakup beberapa
kategori ruang rawat inap yaitu dua kamar president suite; 18 kamar VVIP; 36 kamar VIP; 36 tempat tidur kelas I; 22 tempat tidur kelas II, serta 275 tempat tidur kelas III sebagai ruang rawat inap bagi pasien penerima bantuan iuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dilengkapi dengan peralatan kesehatan berteknologi mutakhir dan sarana dan prasarana prima sehingga diharapkan bisa memberikan pelayanan berkualitas prima pula bagi masyarakat. Saat ini Rumah Sakit
Seluruh Jajaran RS. Pusat otak Nasional melakukan sesi foto bersama dengan Presiden RI, Ibu Negara, dan juga Menkes RI.
Pusat Otak Nasional telah mengembangkan penanganan stroke secara komprehensif dan terpadu, mulai dari penanganan prarumah sakit, penanganan di rumah sakit (Unit Gawat Darurat, Unit Stroke) sampai perawatan setelah pasien keluar dari rumah sakit. Pada acara peresmian rumah sakit, Menteri Kesehatan menjelaskan beberapa masalah terkait kesehatan otak dan syaraf, antara lain bahwa penyakit otak dan saraf dapat menimbulkan kesakitan dengan angka kecacatan dan angka kematian yang tinggi. Masalah kesehatan otak yang paling banyak terjadi dan merupakan penyebab 15,4 persen kematian di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia adalah stroke. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil (2007) menjadi 12,1 per mil (2013) dengan angka
kejadian tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 per mil), Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil) dan DKI Jakarta (9,7 per mil). “Prevalensi penderita stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan masyarakat yang tinggal perkotaan,” kata Menteri Kesehatan. Sebagian pasien yang mengalami stroke berakhir dengan kecacatan. Berdasarkan beberapa penelitian tingkat kecacatan akibat stroke mencapai 65 persen. “Penyakit tidak menular seperti stroke kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” katanya. Oleh karena itu ia menyarankan masyarakat menerapkan pendekatan CERDIK yang meliputi Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet yang sehat, Istrahat yang cukup, dan Kelola stress untuk menghindari stroke.•
Presiden RI sedang memberikan arahan diruang diskusi dengan teknologi jarak jauh dengan para dokter yang membahas tentang kemajuan pasien.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 31
PERISTIWA
PERKEMBANGAN PENGUJIAN VAKSIN DENGUE
P
engujian efikasi klinis dan profil keamanan vaksin dengue tetravalen pada anak-anak sehat di Asia telah mencapai fase III. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, hasil pengujian fase III dalam studi efikasi vaksin dengue pertama yang dilakukan pada 10.275 anak usia dua sampai 14 tahun di lima negara Asia, termasuk Indonesia, menunjukkan hasil positif. Secara keseluruhan, ia menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan efikasi vaksin mencapai 56,5 persen pada anak-anak yang mendapatkan tiga dosis vaksin sesuai jadwal (0, 6, dan 12 bulan). Hasil analisis juga menunjukkan penurunan demam berdarah dengue (kasus dengue yang parah) sebanyak 88,5 persen berdasarkan kriteria Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). “Penelitian ini juga menunjukkan penurunan dalam risiko rawat inap karena dengue sebesar 67 persen,” katanya. Profil keamanan vaksin yang baik diamati selama 25 bulan periode pengamatan dari studi fase III di Asia, yang konsisten dengan profil keamanan yang didokumentasikan dalam penelitian lain (fase I, II, IIb).
“Kita masih akan amati hasil penelitian ini sampai selesai nantinya, untuk melihat bagaimana sebenarnya kemungkinan penggunaan vaksin Demam Berdarah di dunia,” katanya. “Selain penelitian ini, ada juga satu penelitian demam berdarah lain dengan vaksin yang berbeda, one shot, yang juga akan kita tunggu hasilnya,” tambah dia.•
32 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
135 TENAGA KESEHATAN
TELADAN DAPAT PENGHARGAAN
K
ementerian Kesehatan memberikan penghargaan kepada 135 tenaga kesehatan Puskesmas teladan tingkat nasional di Jakarta, Kamis (4/8). Para petugas teladan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan terdepan itu masing-masing mendapatkan plakat, piagam penghargaan, lencana, satu unit laptop, serta tabungan senilai Rp15 juta dari BNI. Tenaga KesehatanTeladan di Puskesmas Tingkat Nasional yang mendapatkan penghargaan meliputi Tenaga Medis (dokter dan dokter gigi); Tenaga Keperawatan (perawat dan bidan); Tenaga Kesehatan Masyarakat (sanitarian, epidemiolog, entomolog, penyuluh kesehatan, asisten apoteker, atau analis laboratorium); serta Tenaga Gizi (nutrisionis atau dietetik).
“Pemilihan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan minat tenaga kesehatan bekerja di Puskesmas agar tetap memiliki semangat juang yang tinggi, serta diharapkan untuk tetap konsisten memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, dan semakin profesional,”
kata Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH. Saat ini ada sebanyak 9.599 Puskesmas di seluruh wilayah Indonesia. Puskesmas-Puskesmas tersebut sudah dilengkapi dengan sarana prasarana layanan kesehatan serta tenaga kesehatan. Puskesmas menjalankan upaya-upaya kesehatan preventif dan promotif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ini juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan di Puskesmas akan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan kesehatan.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 33
ANTARA FOTO
PELAYANAN KESEHATAN HAJI ERA JKN
D
engan menjadi peserta JKN, jemaah haji akan tercatat dan termonitor kesehatannya dalam fase menunggu sampai datang musim haji tiba. Iuranya harus dirumuskan dengan menggunakan uang hasil usaha uang muka yang sudah disetorkan sebelumnya. Demikian juga setelah pulang haji, mereka tetap mendapat
jaminan kesehatan nasional. Tentu iuranya harus dirumuskan dengan menggunakan biaya ongkos naik haji. “Sehingga mereka tetap sehat sebelum dan sesudah pulang haji,” kata Direktur Perencanaan, pengembangan dan manajemen risiko BPJS dr. Tono Rustiano, MM, pada acara seminar Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di Era Jaminan Kesehatan Nasional, 20 Agustus 2014, di Jakarta.
34 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji selaku panitia, Dr.dr. Fidiyansah, SpKJ , pelayanan kesehatan haji era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) punya tantangan besar. Karena itu seminar ini dapat memberi masukan untuk menyusun kebijakan pelayanan kesehatan haji pada masa JKN. Untuk itu semua nara sumber dapat menyampaikan semua pikiran dan ideide besar dalam pertemuan ini. “Semua peserta mulai dari dewan pengawas, media, akademisi dan pengelola perjalanan jemaah haji Indonesia dapat memberikan ide dan gagasan pelayanan kesehatan haji era JKN, sehingga para perumus dapat menyusun kebijakan yang tepat untuk mensukseskan pelayanan kesehatan haji pada Era JKN”, ujar dr. Fidiyansah. Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes dr. Yusharmen,
pelayanan kesehatan jamaah haji harus mengikuti perkembangan di Era JKN, sehingga tidak terjadi benturanbenturan yang tidak perlu dengan kerangka kerja JKN. “Saya berharap semua pihak berwenang dapat merumuskan konsep dan dapat menghasilkan kebijakan konkret yang implementatif dalam pelaksanaan kesehatan jemaah haji era JKN,” ujar dr. Yusharmen. Menurut Direktur Perencanaan, pengembangan dan manajemen risiko BPJS dr. Tono Rustiano, MM ketika jemaah haji mendaftar haji harus diarahkan menjadi peserta JKN, kepesertaanya sudah masuk dalam pembayaran biaya perjalanan haji atau uang muka. Kapanpun mendaftar dipastikan menjadi peserta JKN. Dengan terdaftar menjadi peserta JKN, maka jemaah akan terdaftar dalam Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), sehingga mereka akan mendapat pelayanan kesehatan konprehensif di pelayanan dasar. Menurut Tono, seluruh calon jemaah haji harus menjadi Peserta JKN-BPJS Kesehatan. Kepesertaan JKN-BPJS Kesehatan menjadi prasyarat dalam pendaftaran ibadah haji, sehingga mendapatkan manfaat Jaminan Kesehatan Nasional. Calon Jemaah Haji yang mendaftar menjadi Peserta JKN-BPJS Kesehatan secara perorangan ke tempat layanan pendaftaran BPJS Kesehatan, kolektif melalui Kantor Layanan Haji. Sedang untuk Pekerja Penerima Upah tetap didaftarkan oleh perusahaannya. Sementara Dewan Pengawas (Dewas) BPJS Prof. Budi Sampurna menyarankan belajar dengan pengelolaan jemaah haji Malaysia. Calon Jemaah dikelola kesehatannya sejak 2 tahun sebelum keberangkatan, sehingga pasien penyakit kronis sudah terkendali. Praktis sangat sedikit pasien Klinik di Saudi, baik outpatient maupun inpatient. Juga tidak ada pasien emergensi. Hasilnya angka kesakitan dan angka kematian rendah. Menurut Dewas JKN memberi
ANTARA FOTO
PERISTIWA
peluang bagi pelayanan kesehatan komprehensif bagi peserta, dengan portabilitas atau jangkauan pelayanan yang lebih luas. Mulai pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Memiliki jejaring yang “sama” dengan jejaring fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta dengan keuangan yang tidak mahal. “Kesehatan Haji menjadi “sesuatu” yang berbeda. Pembinaan kesehatan calon jamaah terintegrasi mulai dari pembiayaan, pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi dan menyatunya kepesertaan JKN dalam BPJS kesehatan bagi peserta haji”, ujar. Prof. Budi Menurut Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes, dr. Donald Pardede, MPPM, jemaah haji didorong untuk menjadi peserta JKN dan selanjutnya dapat mempunyai benefit tambahan (on top) melalui asuransi komersial lain. BPJS Kesehatan dapat melakukan Coordination of Benefit (COB) dengan asuransi komersial lain untuk mempermudah administrasi pelayanan jemaah haji. Serta menjalin kerjasama dengan Fasilitas kesehatan /Pemberi pelayanan kesehatan di tanah suci. Sehingga pemberian layanan kesehatan mudah, efisien dan efektif.•(pra)
“Saya berharap semua pihak berwenang dapat merumuskan konsep dan dapat menghasilkan kebijakan konkret yang implementatif dalam pelaksanaan kesehatan jemaah haji era JKN,” dr. Yusharmen.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 35
REFORMASI BIROKRASI
Reviu RKA-KL:
Kemenkes Berbudaya Korporat dan Stratejik
Perencanaan finansial: untuk mengendalikan operasional/proses setiap tahun berbasis anggaran dan fungsi. Sistem nilai adalah pemenuhan anggaran; Perencanaan berbasis forecast: untuk pertumbuhan berbasis perencanaan lebih efektif melalui analisis lingkungan, multi-years forecast, dan alokasi sumberdaya bersifat statis. Sistem nilai adalah memprediksi masa depan; Perencanaan berbasis eksternal: untuk
Nagiot Cansalony Tambunan
Aparatur Kesehatan Masyarakat, bekerja di B2P2TOOT Badan Litbangkes
T
abik tahniah buat Kemenkes, tabik tahniah buat semua perencana di Kemenkes, dan tabik tahniah buat auditor di Kemenkes. Selamat buat forum dan mekanisme yang mengelola reviu perencanaan program, kegiatan dan anggaran di lingkungan Kemenkes untuk tahun 2014. Kemenkeu sudah memberikan tanggung jawab pada K/LNK dan masing-masing unit eselon I untuk mengawal dan menyiapkan hasil-hasil perencanaan sebagai bagian dari pemerintah. Perubahan mekanisme perencanaan program dan anggaran di K/LNK tersebut telah memberikan pembelajaran untuk berperilaku stratejik.
Kinerja yang akuntabel, transparan dan efektif (bahasa positif dari pencegahan korupsi!) itu dimulai dari sisi perencanaan? Sisi yang penuh dengan hal-hal “remeh temeh”. Juga, sudah jamak dalam penilaian kinerja, aspek Perencanaan memiliki persentase nilai yang paling besar.
Manajemen Stratejik dan Budaya Korporat
Dalam Manajemen Stratejik dikenal 2 aspek utama, yaitu 1) perencanaan stratejik dan 2) penilaian kinerja. Perencanaan stratejik memerlukan wawasan analisis jangka menengah dan panjang, penilaian kinerja memelukan indikator yang tegas dan terukur.
36 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Kedua hal tersebut adalah esensial, bukan sekedar tertulis dan tercetak dalam dokumen, tapi perlu dikelola dalam satu kesatuan proses dan tools perencanaan, monitoring dan evaluasi. Sangat dibutuhkan pemahaman sebagai bagian dalam institusi, sebagai bagian dalam tim, dan sebagai bagian dalam aparatur Kemenkes. Mengadaptasi dari FW Gluck, SP Kaufman, and AS Walleck dalam Strategic Management for Competitive Advantage , evolusi perencanaan stratejik dalam rangka menghadapi lingkungan yang selalu berubah sudah ada 4 fase, yaitu:
meningkatkan respon terhadap publik dan pihak eksternal melalui analisis situasi yang komprehensif, penilaian terhadap pihak eksternal, evaluasi terhadap alternatif2 strateji, dan alokasi sumberdaya bersifat dinamis. Sistem nilai adalah berpikir secara stratejik; Manajemen stratejik: untuk mengharmonisasikan seluruh sumberdaya dan menghasilkan keunggulan kompetitif. Hal ini dicapai melalui pemilihan kerangka
perencanaan yang stratejik, kreatif, proses perencanaan yang fleksibel, dan kondusif untuk sistem nilai dan iklim organisasi. Sistem nilai adalah menemukan masa depan. Budaya korporat berkembang sesuai dinamika bahwa keuntungan finansial bukanlah segalanya. Menurut Rhenald Kasali, korporatisasi atau dikenal dengan private business management selain sebagai upaya untuk mencapai efisiensi, penerapannya pada sektor publik melalui transformasi kultural setidaknya dapat menyentuh empat ‘key areas”: Perlakuan organisasi terhadap pelanggan (customers) Perlakuan organisasi terhadap sumber daya manusia miliknya (own human capital) Standar kinerja organisasi (organizational performance) Perlakuan tentang akuntabilitas (pertanggungjawaban). Keempat key areas itu tentu saja dapat diperluas dengan hal-hal lain seperti: Sikap atau perlakuan terhadap daya kreasi (inovasi) Sikap terhadap bangsa (corporate citizenship) Keterbukaan terhadap perubahan dan seterusnya.
Perencanaan yang Bertanggung Jawab dan Mandiri
Menurut Rhenald Kasali, buruknya kinerja lembagalembaga nonkorporat (berbudaya tradisional dan statis, pen.) antara lain bisa dilihat pada lembaga-lembaga
pemerintah, badan-badan usaha milik negara, serta institusi-institusi pelayanan masyarakat. Lembagalembaga itu dinilai masyarakat sebagai lembaga yang malas, lamban “kurang bergizi”, korup, dan menghasilkan produk/jasa yang berkualitas rendah. Akibatnya lembagalembaga ini tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi khalayaknya sekaligus para karyawannya. Lembagalembaga ini telah menjadi beban bagi negara dan masyarakat, karena tidak efisien dan terus menerus meminta tambahan anggaran. Lalu, kenapa perubahan mekanisme tersebut mendapat Tabik Tahniah? Seperti yang tertuang dalam tulisan sebelumnya (Mediakom Edisi 41, April 2013) berjudul “Mutu Perencanaan: Rasa Cabe Naga JOKIA?”, ada pesan moral bahwa rencana kerja setiap organisasi bermula dari hasil penilaian kinerja tahun sebelumnya dan rencana terobosan yang dibutuhkan, kemudian dilakukan analisis prioritas sampai dengan dilakukan pembahasan/reviu. Semua tahapan itu harus menghasilkan informasi yang clear dan clean mengenai what (apa materi), where (dimana dilaksanakan), when (kapan dilaksanakan), why (kenapa dilaksanakan), who (siapa pelaksana), whom (siapa penerima manfaat), how (bagaimana dilaksanakan) dan how much (berapa biaya yang dibutuhkan). Reviu RKA-KL dikelola Kemenkes dan diselenggarakan oleh Inspektorat Jenderal dan Biro Perencanaan dan
Anggaran. Kedua lembaga ini merupakan unit kerja Kemenkes yang bertanggung jawab dalam membimbing proses manajemen stratejik. Pengalaman reviu RKAKL 2014 di tahun 2013 adalah pengalaman di aspek perencanaan awal dan terbaik untuk saat ini, perlu diselaraskan dan berkesinambungan dengan visi dan misi Kemenkes, sambil terus memperbaiki dan membangkitkan nilai-nilai baik dan benar dalam manajemen stratejik pembangunan kesehatan. “PR” di depan sudah menanti. Perlu dikelola monev terkait fase-fase perencanaan dan kinerja budaya korporasi, mengingat perencanaan, penganggaran, dan monev (P2ME) program/ kegiatan adalah satu kesatuan dalam manajemen stratejik. Catatan kritis terhadap proses selanjutnya dalam kerangka manajemen stratejik adalah sbb: Apakah output dari reviu yang sudah dilakukan, dapat diimplementasikan? Bagaimana proses implementasi? masih kah berbasis visi, misi, dan nilainilai Kemenkes? Bagaimana respon terhadap perubahan dari lingkungan eksternal? Hal pertama yang “menggelitik”, bagaimana perubahan di masingmasing unit eselon I terkait perencanaan yang mandiri dan bertanggung jawab? Mampukah unit P2ME mengoordinasikan reviu internal unit eselon I masingmasing? Hal kedua yang “menggoda”, berapa frekuensi revisi akibat dinamika lingkungan
internal? Hal ketiga yang “menyisakan tanya”, bagaimana “bahasa yang sama” dari Itjen dan Biro Renggar dalam reviu berikutnya, baik monev maupun perencanaan? Hal keempat yang “membutuhkan jawab”, bagaimana perubahan mekanisme tersebut terkait dengan kebutuhan rencana stratejik 2015-2019? Hal kelima yang “provokatif”, bagaimana partisipasi penanggung jawab dan pengelola P2ME di masing-masing unit dalam proses manajemen stratejik, bukan sekedar reviu? Secara umum, tidak hot and sexy bila hanya menampilkan kinerja institusi yang “sekedar menghabiskan/menyerap anggaran”, “sekedar berbasis dokumen perencanaan namun not meet budget”, “sekedar berorientasi pelanggan eksternal”, “sekedar bekerja”, dan “sekedar rencana tanpa basis data”. Akhirnya, pakem manajemen stratejik bahwa perencanaan saat ini memberi arti dari kinerja yang dihasilkan dan dinilai, sangat didambakan selaras dan berkesinambungan. Gambaran keunggulan kompetitif dan keunggulan budaya dalam kinerja Kemenkes diharapkan mampu mencapai atau membangkitkan: 1) kepuasan publik, 2) efisiensi, 3) adaptif dan inovatif, 4) akuntabel dan transparan, 5) standar mutu, 6) learning, 7) citra positif, 8) reward and punishment, 9) tim kerja dan kerjasama tim, dan 10) standar etika. Salam SEHAT.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 37
TEROBOSAN
FRE
X.C EPI
OM
TEMUAN BARU TENTANG PROSES PEMBENTUKAN MEMORI D
38 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
alam novel “The Prisoner” tahun 1923, novelis Prancis Marcel Proust menggambarkan memori sebagai “semacam laboratorium kimia.” Definisi tepat ini muncul mendahului waktunya, ketika para ilmuwan baru mempelajari tentang anatomi otak. Hampir satu abad kemudian, para ilmuwan ahli syaraf mulai menemukan jalur kimia dan molekuler yang bertanggungjawab pada penciptaan memori dan ingatan kembali akan memori. Di Rutgers University, Timothy Otto dan koleganya mempelajari aktivitas biokimia otak untuk menemukan jalur di mana pengalaman mengaktifkan gen-gen dalam sel-sel otak untuk membentuk kenangan kekal. Para peneliti menemukan bahwa gen Arc dan produk proteinnya, yang juga disebut Arc, berperan penting dalam proses pembentukan memori. Arc merupakan satu dari puluhan ribu protein di dalam otak. Protein Arc ditemukan di bagian hippocampus otak (area yang terlibat dalam banyak bentuk pembelajaran), dan menjadi aktif saat memori terbentuk.
“Kami melihat bahwa untuk membentuk memori-memori baru hippocampus harus memproduksi Arc dan bahwa pemblokiran produksi Arc akan memblokir pembentukan memori dan ingatan kembali,” jelas Otto. Untuk meniadakan aktivitas Arc dalam otak tikus, Otto dan timnya menyuntikkan substansi yang berikatan dengan gen Arc dan kemudian memendarkan atau membuatnya bersinar ketika dia memproduksi protein Arc. Ketika gen-gen dan protein bersinar, mereka membentuk peta sel-sel yang terlibat dalam pembentukan memori. “Dengan peta itu kami bisa melihat bagaimana otak sehat bekerja dan bagian-bagian otak yang terlibat dalam pembuatan tipe memori yang baru dan berbeda,” kata Otto. Mengetahui bagaimana otak sehat membentuk memori merupakan langkah penting untuk memahami apa yang salah dalam gangguan-gangguan memori seperti Alzheimer dan stroke. Otto mencatat bahwa “mengetahui bagaimana memperbaiki gangguan ini penting karena jumlah gangguan yang berhubungan dengan otak akan meroket bersama penuaan populasi.” Dalam satu abad terakhir, para ilmuwan ahli ilmu syaraf telah mengembangkan pemahaman tentang sejumlah aspek dalam otak, termasuk kerja individu sel-sel otak, komunikasi antar sel-sel yang saling bertetangga,
dan pengaruk kluster sel spesifik pada kondisi penyakit. Di samping kemajuan-kemajuan ini, masih sedikit yang diketahui tentang kejadian biokimia spesifik dalam sel-sel otak yang memunculkan keingintahuan seperti pikiran, perasaan, tindakan, persepsi dan memori. Para ahli ilmu syaraf di Otto Laboratory, Rutgers University, mempelajari peristiwa molekuler dan genetik dalam neuronneuron yang membentuk tipe-tipe memori. Penelitian mereka menunjukkan beberapa bentuk pengaktifan gen-gen spesifik dalam neuron, menghasilkan protein-protein esensial untuk formasi memori baru dan penguatan memori ketika diingat kembali. Pembentukan memori baru dan atau ingatan pada memori lama menyalakan satu produk gen dan protein yang disebut activity-regulated cytoskeletal (Arc), dalam bagian otak yang disebut hippocampus. Bagian otak ini terlibat dalam banyak bentuk belajar. Para peneliti juga menemukan bahwa mematikan sel ini sementara dalam hippocampus memblokir pembelajaran baru, tapi tidak berpengaruh pada memori yang terbentuk sebelumnya. Dalam penelitian terkait yang dilakukan oleh Kartik Ramamoorthi dari Massachusetts Institute of Technology ditemukan bahwa pembelajaran yang berhubungan dengan kejadian
Mengetahui bagaimana otak sehat membentuk memori merupakan langkah penting untuk memahami apa yang salah dalam gangguan-gangguan memori seperti Alzheimer dan stroke
tidak menyenangkan mengaktifkan gen lain, Npas4, dalam area CA3 hippocampus. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivasi Npas4 mengawali satu hubungan intraseluler dari peristiwa biokimia berantai yang pada gilirannya memperkuat hubungan antara sel-sel otak dalam hippocampus dan pada akhirnya menghasilkan pembentukan memori yang kekal. Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada penandaan peristiwa biokimia kompleks yang mendasari pembentukan memori baru dan bagaimana perubahan kejadiankejadian itu mempengaruhi kondisikondisi seperti Alzheimer.• (LiveScience/Research.gov)
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 39
TEROBOSAN
BAHASA KEDUA JAGA OTAK TETAP MUDA
H
asil studi baru menunjukkan bahwa kemampuan berbicara menggunakan lebih dari satu bahasa bisa membantu orang berpikir lebih jernih di kemudian hari, bahkan jika bahasa kedua dipelajari setelah dewasa sekalipun. “Dalam studi sebelumnya, jika pengguna dwibahasa mendapat demensia mereka mendapatkannya empat sampai lima tahun lebih lama dibandingkan pengguna satu bahasa,” kata penulis studi Dr. Thomas H. Bak dari University of Edinburgh Center for Cognitive Aging and Cognitive Epidemiology. Namun, dia mengatakan, sulit untuk menentukan bahwa menguasai bahasa lain membuat otak aktif lebih lama atau bahwa orang yang belajar bahasa lain
mulai dengan otak yang berbeda atau yang lebih sehat dibandingkan mereka yang tidak. “Masalah besarnya adalah kita tidak tahu bagaimana menunjukkan ini punya hubungan sebab akibat,” kata Bak kepada Reuters Health. “Itu adalah pertanyaan yang sulit dibuktikan, dan kita butuh populasi yang sangat khusus untuk melakukannya.” Dalam studi yang baru, pengguna dua bahasa yang lebih tua menunjukkan hasil yang lebih baik pada uji kognitif dibandingkan mereka yang hanya menggunakan satu bahasa, bahkan jika mereka tidak mendapatkan skor yang lebih baik dalam pemeriksaan inteligensia satu dekade sebelumnya. “Itu berarti bahwa setidaknya dalam hal ini, mempejalari bahasa lain mempengaruhi kesehatan otak pada
40 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
usia tua,” kata Bak. “Mungkin hubungan sebab akibatnya berjalan dua arah, tapi kami menunjukkan bahwa ada efek bilingualisme yang tidak dalam dijelaskan oleh perbedaan-perbedaan sebelumnya,” katanya. Bak dan timnya menggunakan datadata yang sudah ada yang mencakup 853 orang Skotlandia yang mengikuti ujian inteligensia pada usia 11 tahun pada 1947, dan melakukan pengujian kembali antara tahun 2008 dan 2010 ketika mereka berusia 70an tahun. Di antara mereka, 262 orang mempelajari satu bahasa selain Inggris, kebanyakan sebelum usia 18 tahun, dan hanya 90 orang yang aktif menggunakan bahasa kedua pada tahun 2008. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan hasil ujian
inteligensia awal, orang-orang yang telah mempelajari bahasa kedua mendapat skor yang lebih tinggi dalam bacaan, kelancaran verbal dan inteligensia umum pada usia tua dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mempelajari lebih dari satu bahasa. Hubungannya sama pada 65 orang yang mempelajari bahasa kedua mereka setelah usia 18 tahun, dan kemampuan itu tampak lebih kuat pada orang yang mempelajari bahasa ketiga, keempat dan kelima, demikian menurut hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Neurology. “Saya tidak terkejut melihat efek ini tapi sangat baik bisa memiliki bukti-bukti ini,” kata Fergus Craik, ilmuwan senior di Rotman Research Institute pada Baycrest Academic Health Sciences
Center, yang tidak terlibat dalam studi tersebut. “Selalu ada pertanyaan, mana yang lebih dulu, bilingualisme atau otak yang lebih baik,” kata Craik. “Tapi orang kebanyakan tidak menjadi bilingual karena mereka tertarik atau cemerlang, tapi karena mereka harus,” katanya. “Saya tidak berpikir ada yang ajaib tentang belajar bahasa. Aktivitas fisik dan mental selama hidup itu protektif, dan mempelajari bahasa adalah bentuk yang sangat baik untuk latihan otak,” kata Bak. Craik mengatakan, mempelajari bahasa kedua memperbaiki fungsi mental tertentu, utamanya yang berhubungan dengan lobus frontal otak, tapi tidak semua fungsi. “Itu bisa memperbaiki inteligensia
dan ‘fungsi eksekutif’ karena anda harus mengontrol dua bahasa yang anda tahu. Saat anda berkomunikasi dengan satu bahasa, anda harus mengelola dan mengontrol bahasa yang lain,” jelasnya. Bagi orang yang sudah di luar usia sekolah namun masih tertarik mempelajari bahasa kedua, Bak menjelaskan, hasilnya seharusnya akan baik. Namun dia tidak menganjurkan orang-orang yang khawatir mengalami demensia keluar dan belajar bahasa lain tapi bagi mereka yang tertarik mempelajari bahasa lain mungkin akan ada manfaat tak terduga. “Saya tidak akan mendorong tapi jika anda memberikan kesempatan banyak bahasa diucapkan di rumah, itu bisa menjadi latihan otak dan sesuatu yang menyenangkan,” katanya.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 41
KOLOM
Meluruskan Persepsi Salah atas Pengaturan Aborsi dalam PP No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi Oleh: Anjari “Saya kira cara-cara melegalkan aborsi, akan berbahaya bagi kehidupan,” kata Kapolri Jenderal Sutarman (MetroTVnews, 14/8/2014). “Kami disumpah untuk melestarikan kehidupan. Jadi, saya berharap agar tidak melibatkan dokter dalam tindakan aborsi,” ujar Ketua IDI, Zainal Abidin (Republika, 14/8/204).
P
ernyataan Kapolri Jenderal Sutarman dan Ketua IDI Zainal Abidin tersebut menanggapi disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang ditangani Presiden RI akhir Juli ini. Setiap orang berhak berkomentar dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Peraturan yang telah ditetapkan. Namun, pernyataan kedua tokoh tersebut patut disayangkan. Polisi sebagai penegak hukum dan Kapolri sebagai
Pembantu Presiden bertugas melaksanakan Undang-Undang dalam hal penegakan hukum. Bukan malah mempertanyakan norma hukum yang diatur dalam Peraturan Pemerintah yang telah ditandatangani Presiden. Demikian juga Ketua IDI yang mungkin belum membaca secara utuh salah satu tujuan PP Kesehatan Reproduksi yaitu pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam PP ini memang mengatur pengecualian tindakan aborsi dengan syarat dan ketentuan yang sangat ketat. Dengan demikian selain Ibu dan Bayi, dokter sebagai pemberi layanan kesehatan justru akan terlindungi dengan adanya PP Kesehatan Reproduksi ini. Untuk mendapatkan pemahaman jelas dan utuh, mari ktia bahas beberapa hal penting terkait pengecualian tindakan aborsi sebagaimana diatur dalam PP Kesehatan Reproduksi ini.
42 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
1. Bukan PP tentang aborsi.
Yang benar Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi terdiri 52 pasal yang didalamnya mengatur pelayanan kesehatan ibu mulai dari sistem kesehatan reproduksi, kesehatan reproduksi remaja, masa kehamilan, kontrasepsi, kesehatan seksual hingga reproduksi dengan bantuan. Pengaturan pengecualian atas larangan aborsi hanyalah bagian kecil (9 pasal) dari PP Kesehatan reproduksi ini.
2. Bukan legalisasi aborsi
PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi ditetapkan sebagai peraturan pelaksanaan beberapa pasal dalam UndangUndang Kesehatan yang telah diundangkan sejak tahun 2009. Menurut UU
Kesehatan norma hukumnya mengatur secara tegas bahwa pada prinsipnya aborsi adalah dilarang, kecuali karena indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan. Ketentuan pengecualian larangan atas aborsi itulah yang diatur dalam PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
3. Aborsi adalah tindakan terlarang.
Pasal 75 UU Kesehatan secara jelas dan tegas menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi. Norma ini mengandung makna bahwa hukum dasar atau prinsip hukum bahwa aborsi itu sesuatu yang dilarang oleh hukum atau sesuatu tindakan melawan hukum. Oleh karenanya, UU Kesehatan mengancam setiap orang yang melakukan secara sengaja melakukan aborsi dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 1 milyar. Dalam norma hukum ada larangan yang memiliki pengecualian, demikian juga halnya dalam aborsi. Secara prinsip aborsi dilarang, namun dengan syarat dan ketentuan tertentu aborsi dibolehkan.
Terdapat 2 hal pengecualian atas larangan aborsi sebagaimana diatur UU Kesehatan yaitu didasarkan pada indikasi medis dan kehamilan akibat perkosaan yang menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Oleh karena itu, larangan aborsi dapat dikecualikan (boleh dilakukan) hanya ketika menuhi syarat dan ketentuan yang diatur UU Kesehatan dan peraturan pelaksananya. Dalam hal ini, tindakan aborsi tidak termasuk tindakan melawan hukum dan pelakunya terbebas dari ancaman hukuman pidana dan denda.
4. PP 61/2014 tidak mendorong tindakan aborsi.
Tujuan mendasar dari pengaturan pengecualian larangan aborsi dalam PP Kesehatan Reproduksi adalah mencegah dan melindungan tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengecualian (dibolehkannya) tindakan aborsi hanya boleh didasarkan pada indikasi medis dan kehamilan akibat korban perkosaan yang traumatis dengan syarat dan ketentuan yang ketat. Pengaturan pengecualian larangan aborsi yang diatur dalam PP Kesehatan Reproduksi ini sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi. Menurut fatwa MUI bahwa aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis
Yang dimaksud indikasi medis yang mendasari pengeculian larangan aborsi meliputi : Kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan ibu; dan/atau - kehamilan yang mengancam nyawa dan kesehatan janin, termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan. - Sedangkan pengecualian larangan aborsi disebabkan kehamilan akibat perkosaan yang traumatis harus dibuktikan dengan: usia kehamilan sesuai dengan kejadian perkosaan, yang dinyatakan oleh surat keterangan dokter. - Keterangan penyidik, psikolog, dan/atau ahli lain mengenai adanya dugaan perkosaan. Dibolehkannya aborsi sebagai pengecualian larangan aborsi ini hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang, setelah memenuhi syarat yaitu : - Sebelum kehamilan berumur 40 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis - Atas permintaan atau persetujuan ibu hamil yang bersangkutan - Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan. Jika syarat diatas terpenuhi, pengecualian larangan aborsi boleh dilakukan sepanjang memenuhi ketentuan bahwa : - Dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan pelatihan oleh penyelenggara pelatihan yang terakreditasi. - Fasilitas pelayanan kesehatan memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. - Pelayanan tindakan aborsi dilakukan sesuai standar, tidak diskriminatif dan tidak mengutamakan imbalan materi.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 43
KOLOM pada dinding rahim ibu (nidasi) kecuali adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Menurut fatwa MUI, keadaan darurat itu dimana perempuan hamil menderita sakit fisik berat dan keadaan kehamilan yang mengancam nyawa si ibu. Keadaan hajat disebabkan janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan dan kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang. Kebolehan aborsi harus dilakukan sebelum janin berusia 40 hari dan bukan kehamilan akibat zina. Bahwa dengan pengecualian larangan aborsi ini dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh pelaku zina dan penjaja seks komersial (PSK), itu masih sebatas dugaan dan kekhawatiran yang perlu dibuktikan. Dan itu juga bukan maksud dan tujuan ditetapkannya PP Kesehatan Reproduksi. Jika ada orang yang mengaku-aku diperkosa sebagai pembenaran atas tindakan aborsi sebagaimana diatur UU Kesehatan dan PP Kesehatan Reproduksi, tentu memerlukan pembuktian yang tidak mudah. Ditambah pula tindakan aborsi diatur dengan kriteria, syarat, ketentuan dan standar ketat. UU Kesehatan dan PP Kesehatan Reproduksi ditetapkan justru untuk melindungi ibu yang disebabkan oleh uzur yang bersifat darurat dan hajat melakukan tindakan aborsi. Perlindungan yang dimaksud adalah dari tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan norma agama. Dihalalkannya sesuatu yang haram karena keadaan dan sebab tertentu, tidak menyebabkan sesuatu berubah hukumnya menjadi sesuatu yang halal. Diperbolehkannya sesuatu tindakan yang dilarang oleh norma hukum dengan syarat dan ketentuan tertentu, tidak berarti norma larangan itu secara prinsip dan mendasar tidak berlaku. Analogi sederhana, membunuh orang lain tanpa hak itu haram dan melanggar hukum. Pelaku pembunuhan pasti berdosa dan diancam pidana. Namun dalam keadaan membela diri dan mempertahankan hidup seseorang boleh membunuh, tidak menjadikan pembunuhan itu hukumnya halal dan dibolehkan undang-undang. Demikianlah dengan aborsi. Itu sesuatu tindakan yang diharamkan agama dan dilarang undang-undang. Pengecualian atas tindakan aborsi didasarkan indikasi medis dan disebabkan kehamilan akibat perkosaan, tidak menjadikan aborsi merupakan sesuatu yang secara prinsip dan mendasar dihalalkan agama dan dilegalkan undang-undang. Itu hanyalah pintu keluar yang dibuka dalam keadaan darurat dan ketika menyelamatkan kehidupan.•
44 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
KETIKA
TUNJANGAN
KINERJA JADI KENYATAAN Oleh: Prawito
S
ri Wahyuni, pegawai Puskom Publik, Kemkes, menjelaskan kepada putrinya semata wayang, Nadia. “Nadia sekarang mama sudah remun”, jadi harus bangun pagi, termasuk Nadia. Kemudian Nadia berkata, Oh...remun itu maksudnya bagun pagi ya.. ma. Ya...jawab Sri Wahyuni, singkat. Sehingga Sriwahyuni dan Nadia harus bangun satu jam lebih pagi, agar berangkat kerja dan sekolah tidak terlambat. Remun adalah kependekan dari kata remunerasi atau tunjangan kinerja (tukin). Tambahan insentif bagi PNS. Kini, Sri Wahyuni dan Nadia bagun lebih pagi. Sebab, sejak Januari 2014 mendapat tunjangan kinerja (tukin) diberikan kepada beberapa Kementerian Lembaga, termasuk
Kementerian Kesehatan, tempat kerja Sri Wahyuni. Dia harus sampai kantor sebelum pkl 07.30 agar tidak terlambat dan berkurang tukinnya. Jadi tukin itu bangun lebih pagi, seperti kata Nadia. Mobil jemputan berangkat sebelum jam 5 pagi berpenumpang penuh, semua kursi bus terisi, tidak seperti sebelumnya, masih menyisakan kursi kosong. Karena semua pegawai berangkat dan sampai kantor dalam waktu bersamaan, maka terjadi penumpukan penggunaan lift menuju ruangan untuk melakukan absensi menggunakan fingerprint. Sehingga banyak karyawan yang terlambat, gara gara terlambat menuju ruangan untuk melakukan absensi, bukan terlambat karena perjalanan macet atau lainnya. Kini, kendala itu
sudah selesai karena fingerprint ditempatkan aula lantai satu gedung kemkes. Ternyata tukin dapat memaksa pegawai berangkat dan pulang tepat waktu. Dengan berbagai macam cara, karyawan secara mandiri datang dan pulang tepat waktu, walau sebelumnya tidak jelas kehadirannya. Tukin dan fingerprint dua unsur yang sangat efektif untuk “memaksa” karyawan tertib dan disiplin hadir kerja. Karyawan takut dengan pemotongan tukin kalau terlambat hadir. Bagi karyawan yang terlambat akan mendapat potongan sesuai dengan lama keterlambatan. Berdasarkan Permenkes 83 tahun 2013, jika terlambat 1 menit sampai dengan kurang 30 menit besar potongan 0,5%, bila tidak mengganti waktu keterlambatan pada hari
yang sama. Terlambat 31 menit sampai dengan kurang dari 60 menit dioptong 1 %, terlambat 61 menit sampai dengan kurang 90 menit dipotong 1,25% dan terlambat lebih dari 91 menit atau tidak mengisi daftar hadir masuk kerja, potongannya 1,5%. Awal berlakunya tukin, ada fenomena lain. Bagi pegawai yang sebelumnya tidak masuk, atau kalau masuk semaunya, terpaksa harus masuk untuk absen, walau setelah itu pergi entah kemana, kemudian sore atau malam hari kantor lagi untuk absen pulang. Fenomena ini, suatu saat akan berkurang mungkin bahkan hilang, bila sudah diberlakukan sasaran kinerja pegawai (SKP) pada setiap pegawai. SKP berisi target atau output setiap pegawai dalam rentang waktu tertentu sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi masing-masing pegawai. Tinggi rendahnya target akan berpengaruh pada grade pegawai. Grade berpengaruh pada tunjangan kinerja pegawai. Semakin tinggi grade-nya semakin besar tunjangan kinerjanya. Hanya saja, ada perbedaan respon terhadap sebelum dan sesudah ada tukin. Sebelum ada tukin, umumnya mereka menantinanti. Setiap hari bertanya dan berdiskusi tentang tukin. Kapan, kapan dan kapan tukin dapat dinikmati. Lalu teman diskusinya menimpali dengan menyanyi lagu “kapankapa.....an”. Kini, setelah tukin benar-benar dapat dinikmati, keluhannya lain lagi. Bukan mengeluhkan menikmati uang tukin, tapi mengeluhkan konsekwensi setelah mendapat tukin. Sebut saja Amir setelah terima tukin, tak sempat
lagi sarapan pagi di rumah. Ia harus bangun lebih awal dan berangkat lebih pagi. Begitu selesai shalat subuh langsung berangkat, sebab telat sedikit tertinggal jemputan. Seperti cerita Echi, anggota bus jemputan jurusan bekasi. Mereka umumnya kurang tidur, khususnya para ibu-ibu. Untuk mengganti kekurangan tidur malam, mereka seperti satu komando, begitu duduk dalam bus jemputan langsung tertidur pulas, jarang yang terjaga, ngobrol seperti sebelum tukin, “sepi dan sunyi dalam bus”, lanjut Echi. Fenomena lain, sebelum tukin bus jemputan banyak kosong. Kini setelah tukin, pergi-pulang, seluruh bus jemputan penuh sesak. Tak ada bangku kosong, bahkan harus menambah dengan “kursi bakso” yang terbuat dari plastik ditempat diselasar tengah. Bila masih ada penumpang lagi, maka harus rela berdiri. “ Jadi sekarang maanfaat bus jemputan efektif, tepat guna dan tepat manfaat, ngga sia-sia” kata mas Yono salah satu pengemudi bus jemputan. Lain lagi dengan Santi, setelah mendapat tukin, ternyata potongannya 20% . “ Saya sering terlambat datang, karena perjalanannya butuh waktu hampir 3-4 jam karena macet. Walau pulangnya saya hampir selalu 1-2 jam melebihi jam kerja, bahkan lewat waktu magrib. Tapi aturannya tidak dapat mengakomodir keterlambatan keberangkatan. Jadi ya pasrah saja. Mau bagaimana lagi”, keluhnya.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 45
POTRET
Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, DFM, SH, Msi, Sp.F(K)
MENJELAJAH
DENGAN
BANYAK PELURU
P
rof. Dr.dr. Agus Purwadianto, DFM, SH, Msi, Sp.F(K) sedang sibuk memantau kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan untuk para pemudik 22 Juli lalu. Sepekan menjelang Idul Fitri 1435 Hijriyah itu, dia meninjau pelayanan kesehatan pemudik di Terminal Antar Kota Antar Provinsi Pulo Gadung, Jakarta. Sebagai Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, ia harus memastikan seluruh fasilitas yang disiapkan bisa menjamin
pelayanan kesehatan berkualitas bagi seluruh warga yang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran dan pulang kembali ke kota tempat mereka tinggal atau bekerja. “Di daerah-daerah, seperti Semarang, pelayanan mulai H-7 sampai H+7, tapi untuk pelabuhan sudah mulai H-14 dan berakhir H+14 Lebaran,” katanya. “Alhamdulillah sementara terkontrol... Pesan Bu Menteri kemarin, fokusnya mencegah kecelakaan, kecacatan dan penyakit. Alhamdulillah kita sudah lebih baik, walaupun belum sempurna tapi
46 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
sudah terstruktur,” kata Prof Agus. Dia menambahkan, Kementerian Kesehatan juga memberikan masukan ke Kementerian Perhubungan dan instansi terkait lain yang menangani pelayanan mudik. Selain mengurus pelayanan kesehatan bagi pemudik, pria kelahiran Yogyakarta itu juga harus menjalankan tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) lainnya. Dia antara lain menyampaikan pandangan dan pemikirannya soal upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian penyakit, juga tentang teknologi pelayanan kesehatan preventif dan promotif. “Saya hanya bisa menyampaikan karena sebagai pelaksana tugas kan saya enggak bisa buat kebijakan, keputusan,” katanya. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979 yang dulu aktif di Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 47
POTRET itu mengatakan bahwa pendekatan menggunakan teknologi preventif berbeda dengan teknologi kuratif. “Saya coba perkenalkan pemikiran saya ke sini. Gini lho, cara pemikiran teknologi preventif itu penting dan standarnya bisa berbeda dengan teknologi kuratif,” katanya. “Cuma kebanyakan di sini kan banyak menerapkan kuratif, sehingga kadang antara P2PL dan Bina Upaya Kesehatan (BUK) tuh berbentur. Padahal harusnya segaris tapi playing field-nya berbeda. Kalau BUK itu kan untuk individu sakit, kalau ini kan populasi yang berisiko, jadi belum sakit. Contohnya, kalau di luar negeri itu penapisan genetik,” jelasnya. Ia lantas menjelaskan bahwa sebagian praktisi kesehatan masih menentukan upaya preventif berdasarkan temuan kasus secara kuratif, menemukan orang sakit lalu menentukan cara untuk memutuskan rantai penularan dan mencegah penularan. “Jangan lupa bahwa sebelum sakit itu orang-orang sehat yang lain diapakan? Itu yang belum. Jadi sekarang istilahnya case finding semua, dikerjakan dengan cara simultan. Jadi enggak kita temukan sebelum casefinding seperti apa sih dan sebelum itu dicegah,” paparnya. Selain berbagi pandangan tentang upaya pencegahan dan pengendalian penyakit, Prof Agus juga memeriksa draf-draf rancangan peraturan terkait pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. “Karena saya punya latar belakang hukum, saya cek, kasih beberapa masukan,” kata Prof Agus, yang lulus dari Fakultas Hukum
Universitas Indonesia tahun 1997.
Alasan Sederhana
Prof Agus mempelajari beragam ilmu yang tidak seluruhnya linier, mulai dari kedokteran umum, forensik, hukum, sosiokriminologi sampai filsafat. Alasannya sederhana: Da mengaku memilih masuk ke dunia kedokteran untuk mengubah nasib. “Dulu dasarnya sederhana saja, pingin mengubah nasib saja. Jadi dokter kan, enggak akan lapar lah,” kata pria yang lahir di Yogyakarta pada 9 November 1954 itu. Setelah menyelesaikan pendidikan dokter, anak pertama dari sepuluh bersaudara yang lahir dari keluarga pendidik itu memilih mendalami kedokteran forensik, yang ketika itu sedang membutuhkan staf pengajar. “Anak pertama harus sesegera mungkin kerja, kerja yang ada di kota ya forensik,” katanya seraya menambahkan bahwa kala itu forensik termasuk pilihan yang tidak populer di kalangan dokter. Kemudian, kiprahnya di IDI memaksa dia mempelajari ilmu-ilmu baru untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi para dokter dalam menjalankan tugas mereka. “Saya aktif di IDI, ketika saya jadi,katakanlah Sekdanya Jakarta Pusat, sampai gubernur IDI DKI di situlah letaknya. Jakarta kan barometer nasional, jadi ditegakkanlah bangsanya kode etik kedokteran,” katanya. “Saat itu memang enggak banyak orang menoleh,
48 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Bio Data NAMA Prof. Dr.dr. Agus Purwadianto, DFM, SH, Msi, Sp.F(K) TEMPAT/ TANGGAL LAHIR Yogyakarta, 9 November 1954 PENDIDIKAN Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Fakultas Hukum Universitas Indonesia Forensic Medicine Groningen University, Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia JABATAN Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
memperhatikan masalah kode etik kedokteran.Saya sebagai gubernur IDI harus membina ketika ada dokter yang dinyatakan melanggar etik.Jadi saya, yang enggak ngerti persoalan sama sekali, ya harus belajar.” Gugatan-gugatan hukum yang dilayangkan kepada dokter ketika dia menjadi pengurus IDI memaksa dia mempelajari hukum supaya bisa memahami masalah etik, disiplin dan hukum yang sampai sekarang kadang-kadang masih sering dikacaukan atau dipertukarkan satu sama lain. “Waktu itu banyak gugatan, salah satunya dari LBH Kesehatan.Jadi terpaksa kita belajar hukum.Termasuk sosiokriminologi.Saya belajar hukum dulu karena saat itu hukum yang paling dekat. Begitu belajar hukum, saya jadi tahu kenapa seorang dokter bisa jahat atau diduga jahat oleh pasiennya,” jelasnya. Kasus-kasus hukum yang terjadi pada praktisi kedokteran serta aduan maupun keluhan seputar praktik kedokteran yang masuk ke IDI membuat dia mempelajari hasil-hasil sidang. “Waktu itu saya tanya ke senior-senior saya di FKUI, jawabannya,ya sudah belajar sendiri. Akhirnya ya saya terpaksa belajar,” katanya tentang awal dia mempelajari sosiokriminologi. Dia juga mengaku mempelajari filsafat karena kepepet, karena harus menyelesaikan penelitian tentang etika dan hukum kedokteran. “Karena kepepet, terpaksa harus menangani sesuatu yang baru yang
enggak ada bukunya dan ketika saya tanya ke teman-teman di hukum, hukum kedokteran belum berkembang, di sosiokriminologi, masalah sosiologi profesi mereka juga belum berkembang, dialog antar keilmuan antar fakultas juga belum berkembang.” “Semua itulah yang membuat saya mempelajari ilmu-ilmu yang tidak linier,” katanya. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979 dan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 1997. Diamendapat gelar diploma Kedokteran Forensik dari Groningen University, Belanda, tahun 2002 dan tahun berikutnya meraih gelar doktor dalam bidang filsafat dari Universitas Indonesia. Gelar magister dalam bidang sosiokriminologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia dia peroleh tahun 2009.
Beragam Peluru untuk Beragam Tugas
Prof Agus memegang beragam tugas selama bekerja di pemerintahan. Dia mulai bertugas di Kementerian Kesehatan pada akhir 2007, saat kementerian itu dipimpin oleh Siti Fadilah Supari. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengawali karirnya di Kementerian Kesehatan sebagai Kepala Biro Hukum dan Organisasi selama dua tahun. Setelah itu dia dipercaya menjadi Staf Ahli Menteri Koordinator Kesejahteraan
Prof Agus di pertemuan Apec-ObatObatanTradisional.
Rakyat Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. Namun kemudian diminta kembali membantu pekerjaan Kementerian Kesehatan sebagai Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dia menjalankan tugas itu selama dua tahun. Sebelum menjadi Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun ini, Prof Agus menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi dan Globalisasi. Beragam ilmu yang telah dipelajari memudahkan Prof Agus menjalankan macammacam tugas di tempat yang berbeda. Dia pun tidak pernah merasa berada di tempat yang salah.“Ya, istilahnya pelurunya lumayanlah,” katanya. Ia menganggap Kementerian Kesehatan sebagai tempat yang paling bagus untuk mempraktikkan beragam teori yang telah dipelajari di universitas.
“Keteknisan Kementerian Kesehatan banyak memberi wawasan ke saya, yang selama ini tahu banyak tentang teori akhirnya bisa mempraktikkannya , jadi makin nyekrup,” katanya. “Misalnya bisa saya menerapkan saintifikasi jamu waktu di Badan Litbangkes. Nah waktu di Biro Hukum saya bisa ‘mendamaikan’ antara Bina Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan Medik dalam hal kedokteran komplementer dan alternatif, yang waktu itu tidak cocok dengan kesehatan tradisional,” jelasnya. Di satu pihak, ia menjelaskan, kesehatan tradisional dianggap berada di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. “Sedangkan orang komplementer alternatif menggunakan pendekatanpendekatan yang memang masih belum standar dibandingkan kesehatan konvensional tapi ruang lingkupnya, pasiennya, kajiannya dan caranya berpikir sama. Cuma beda
pemain. Satu non-dokter satu dokter.” Ketika itu, sekitar tahun 2009, dia berusaha membantu mencari jalan tengah untuk mengatasi kebuntuan yang membuat pembuatan aturan tak kunjung usai dalam lima tahun. “Waktu itu sudah lima tahun bikin aturan enggak selesai-selesai, tapi saya sidangkan marathon tiga sampai enam bulan, Alhamdulillah selesai,” katanya. “Komprominya, ya dari definisi itu. Yang rumusannya gini, bahwa komplementer alternatif itu menggunakan metode biomedik tapi belum diakui oleh kedokteran konvensional.Jadi komplementer alternatif itu ada di fase peralihan.” Kesepakatan itu menjadi semacam pengakuan atas keberadaan pelayanan kesehatan komplementer alternatif. “Ibaratnya, ini ada negara, tapi belum diakui oleh PBB,” katanya. Pengakuan keberadaan
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 49
POTRET tersebut, ia menjelaskan, kemudian menjadi dasar upaya pengembangan saintifikasi jamu. Program saintifikasi jamu yang dirintis Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan terus bergulir sampai sekarang. Meski kemudian pindah dari lembaga itu, Prof Agus masih memantau perkembangannya. Dia juga ikut menginisiasi penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Jamu. “Kita sedang buat RUU Jamu yang sifatnya kelengkapan pascasaintifikasi. Saintifikasi jamu itu sekarang menjadi dasar Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional,” jelasnya. “RUU Jamu lebih mengarah ke ikonisasi jamu, menumbuhkan penghargaan kita pada jamu, dalam bentuk tradisitradisi budaya di samping
terobosan multisektor, atau lintas kementerian istilahnya,” tambah dia. Menurut dia, jamu selanjutnya bisa menjadi bagian dari upaya kesehatan, bisa menjadi jalan untuk mengurangi ketergantungan pada produk obat negara lain. Namun dia sadar, upaya itu tidak akan mudah, mengingat sampai sekarang belum semua kalangan dokter dan praktisi kesehatan bisa menerima penggunaan jamu dalam pelayanan kesehatan. “Itu yang coba kita kikis, di sini lah filsafat praktis bisa digunakan. Jadi kita bentuk body of knowledge dulu. Waktu saya di Balitbangkes, kami cetuskan pohon keilmuan jamuologi. Nah ini yang sampai sekarang kita pakai, jadi salah satu landasan peraturan tentang pelayanan kesehatan tradisional. Intinya, antara cara berpikir kedokteran konvensional dan tradisional komplementer itu harus
dipersatukan melalui dasar yang sama, jadi kita memperkuat jendela untuk saling berdialog. Jadi kuncinya ada di situ.” Ragam ilmu yang dia miliki juga membantunya mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan profesi kesehatan selama bekerja di kementerian. “Profesi itu kan masingmasing mendalilkan kepentingannya sendiri. Terus bagaimana cara birokrat menghadapi profesi yang seperti itu. Saya suka katakan bahwa kekuatan regulator itu ada di kementerian. Profesi itu walau bagimanapun hebatnya, mereka itu rekomendator jatuh-jatuhnya. Sehingga intinya bagaimana cara regulator bisa menampung semua hasrat rekomendasi dari pofesi itu tapi tanpa larut,” kata Prof Agus, salah satu pelopor studi humaniora dan bioetika di FKUI. “Yang namanya etikolegal
Prof. Agus Purwadianto membacakan sambutan Menkes pada pembukaan Regional Training Course, di RSCM (21/5).
50 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
seperti itu, jadi profesi itu memberi inspirasi karena memang dia mengerti teknisnya. Tapi hukum itu mematok koridornya supaya dia tahu arah perkembanganregulasinya itu di titik-titik koridor itu.” “Karena kadang-kadang antara teknis dan hukum itu kan saling menyandera. Jadi kita menggunakan dua background tadi, etikolegal tadi, jadi kita bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan dan mengkompromikan supaya masing-masing kekuatannya kita persatukan dan dengan demikian produk-produk hukum kita jadi lebih jalan, lebih responsif.” Ilmu hukum dan filsafat yang dia pelajari juga terbukti bermanfaat saat dia menjadi Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi dan Globalisasi, serta Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. “Di sini, P2PL, kurang mengembangkan teknologi preventif. Saya usulkan adanya teknologi promotif. Contohnya apa?Nah, sebelum omong itu, kita harus pahami dulu bahwa ada fasilitas pelayanan kesehatan promotif. Radio, TV, media sosial, bisa kita label sebagai fasilitas pelayanan kesehatan promotif. Artinya, kalau kita mampu memiliki akses ke sana, kita enggak harus pelihara TV atau radio sendiri, atau lapangan bola sendiri, atau stadion, atau pelabuhan sendiri. Tapi kita bisa melakukan advokasi supaya bisa memiliki hak akses untuk menitipkan banyak pesan kesehatan melalui fasilitas tersebut.” “Hak kita ke TV, hak kita
ke radio, hak kita ke lapangan bola, hak kita ke bandara, hak kita ke pasar. Hak itu yang penting. Penguasa-penguasa di situ menyediakannya sebagai satu kewajiban. Semua arus informasi, melalui media manapun, kita punya haknya.” Ia mengatakan, sampai sekarang fasilitas pelayanan kesehatan promotif semacam itu belum bisa terwujud. “Karena kita belum merumuskan yang namanya fasilitas pelayanan kesehatan promotif itu apa? Kalau sepakat hak akses, berarti hak untuk memanfaatkan, seperti Hak Guna Bangunan, jadi bukan hak milik, tapi hak untuk memanfaatkan.“ “Bisa dibayangkan kalau misalnya kita jam 17.00 sampai 18.00 semua stasiun TV atau radio menyiarkan kesehatan. Itu efeknya dahsyatnya bukan main kan? Dan hanya cara begini yang nanti bisa mengurai masalah penyakit tidak menular, penyakit mental yang ke depan ini makin banyak. Saya kan tetap orang forensik ya, dan sekarang kita melihatbanyak kejadian paedofilia, remaja menyerang remaja, dan enggak usah jauh-jauh, kecelakaan lalu lintas, itu kan penyakit perilaku. Nah itu butuh promosi kesehatan, bukan preventif.” Dia kemudian menjelaskan bahwa promosi kesehatan tidak ditujukan pada individu yang sakit atau berisiko sakit, melainkan pada populasi yang belum berisiko sakit, dan dilakukan secara terorganisir. “Jadi dia murni Upaya Kesehatan Masyarakat... Promosi kesehatan itu adalah berebut dengan sektor
lain untuk mendesakkan kepentingan bahwa kesehatan ini penting lho, di samping pendidikan. Kesehatan ini penting lho di samping perhubungan. Nah ini promosi kesehatan yang sebenarnya. Kita nyerang ke luar. Nah, ruh itu yang belum muncul. Makanya dalam beberapa kali Rakerkesnas kita selalu sampaikan begitu.” “Lihat cara pabrik rokok promosi, itu yang perlu kita tiru untuk perilaku hidup sehat. Caranya ya gitu memang, mempengaruhi massa. Itu kan sudah jelas, ada kenyataannya, teori pendukungnya ada, buktinya ada, kenapa itu enggak kita pakai.” Ia lantas menegaskan kembali bahwa promosi kesehatan bukan upaya berbasis individu, tapi berbasis populasi, dan dilakukan secara sistematik dan terorganisir ke masyarakat luas. Kegiatannya lebih bersifat advokasi. Tujuannya mengubah perilaku. “Jadi teori promosi kesehatan adalah teori populasi, teori negara, teori kepemerintahan, itu harus dikuasai. Karena dia adalah fardhu kifayah, jamak, bukan recehan dikelompokin. Bukan itu.” Menurut dia, sebagian pemangku kepentingan sudah sepakat dengan konsep tersebut, tapi ada pula yang masih terbelenggu pola pikir lama. Ke depan, ia melanjutkan, mesti ada regulasi untuk memastikan upaya promosi kesehatan berjalan sebagaimana mestinya. “Informasi kesehatan harus kita address dengan baik, kesehatan lingkungan
“Lihat cara pabrik rokok promosi, itu yang perlu kita tiru untuk perilaku hidup sehat. Caranya ya gitu memang, mempengaruhi massa. Itu kan sudah jelas, ada kenyataannya, teori pendukungnya ada, buktinya ada, kenapa itu enggak kita pakai.” kita address baik, kesehatan tradisional kita address baik, kesehatan jiwa kita address baik. Itu adalah bagianbagian yang kalau kita kluster bisamenjadi kekuatan yang dashyat untuk mengimbangi BPJS dan UKPnya.” Dia juga mengimbau orang-orang dalam organisasi profesi kesehatan terkait, seperti Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), merumuskan lagi definisi Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan prioritasnya. “Mereka selalu bilang itu mencakup semua. Kalau menurut saya Puskesmas itu hibrid, UKM dan UKP. Menurut saya ada tiga, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan sama informasi kesehatan itu UKM murni.” Dia menekankan pentingnya mendefinisikan
jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan untuk memudahkan penjabarannya dalam penganggaran maupun program-program di lapangan. “Kalau kita sudah bisa address itu fasyankes promotif, itu fasyankes preventif, yang beda dengan kuratif, itu kita akan lebih enak, diskusinya lebih fokus, lebih mendarat, tidak ndakik-ndakik di teori. Kita kan ndakik-ndakik teori, kemudian hukumnya juga gitu, promotif, preventif, kuratif jadi satu. Cara berpikir gitu yang harus dikritisi, bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menyempurnakan supaya terjadi afirmasi yang balancing, sampai ke bawah ketika dipotret anggaran promotif, preventif, bisa kelihatan dari teori yang kita turunkan ke bawah. Cara berpikir itu yang mesti kita ketengahkan, dan warna saya di situ, walaupun memang enggak semua orang paham...” Prof Agus, yang tak lama lagi akan pensiun dari Kementerian Kesehatan dan kembali ke dunia akademik, mengatakan sepanjang para pelaku kesehatan memahami pentingnya promosi kesehatan dan mengarahkan semua sumber daya ke arah sana maka upaya untuk mencapai target-target pembangunan kesehatan tidak akan sulit. “Arahkan semua ke situ, regulasi, orientasi, uang... Sebenarnya mudah. Bisa disedernahakan, tinggal mau atau tidak,” kata dokter forensik yang sekarang lebih suka menikmati buku-buku filasafat praktis di waktu senggang itu.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 51
UNTUK RAKYAT
DPR SETUJUI NASKAH RUU KESEHATAN JIWA
D
ewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui naskah Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Jiwa dalam rapat paripurna dewan ke-31 di Gedung DPR/MPR/ DPD RI Jakarta, Selasa (8/7). Pimpinan Komisi IX DPR Budi Supriyanto, SH, MH melaporkan proses pembahasan RUU yang masuk dalam Rancangan Undang-Undang Prioritas tahun 2013 tersebut. Ia mengatakan, sembilan fraksi yang ada di DPR telah
menyatakan menyetujui naskah RUU Kesehatan Jiwa dan berharap lahirnya Undang-Undang Kesehatan Jiwa selanjutnya dapat meningkatkan mutu upaya pelayanan kesehatan jiwa yang berasaskan keadilan, perikemanusiaan, manfaat, transparansi, akuntabilitas, perlindungan dan nondiskriminasi. Keberadaan UndangUndang Kesehatan Jiwa juga diharapkan dapat memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan kesehatan jiwa bagi Orang dengan Masalah Kejiwaan
52 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
(ODMK) dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Undang-undang itu juga akan menjadi dasar pemberian pelayanan kesehatan jiwa secara terintegrasi, komperehensif dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi setiap orang, serta peningkatan mutu upaya kesehatan jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu pemerintah berharap Undang-Undang Kesehatan Jiwa nantinya dapat menjamin setiap orang
dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi Orang
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH menghadiri acara Rapat Paripurna Dewan ke-31 di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menkes menyampaikan bahwa pemerintah setuju untuk menetapkan RUU Kesehatan Jiwa ini menjadi Undang-Undang.
dengan Gangguan Jiwa Ringan pada penduduk di atas usia 50 tahun sebanyak enam persen atau sekitar 16 juta orang dan prevalensi Orang dengan Gangguan Jiwa Berat sebanyak 1,72 per seribu atau sekitar 400 ribu orang,. Hasil riset juga
menunjukkan bahwa sekitar 14,3 persen atau 57 ribu orang dengan Gangguan Jiwa Berat pernah dipasung oleh keluarga. “Dengan disahkannya Undang-Undang Kesehatan Jiwa ini, maka keluarga yang tadinya merasa hal ini merupakan aib dapat
langsung melaporkan ke kepala desa, kelurahan dan akan langsung diperiksa serta ditangani oleh Dinas Kesehatan setempat,” kata Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH. Akses Orang dengan Gangguan Jiwa ke fasilitas pelayanan kesehatan masih perlu ditingkatkan dan perlakuan diskriminatif terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa harus terus ditekan. Upaya kesehatan jiwa yang saat ini lebih banyak fokus pada upaya pengobatan dan rehabilitasi selanjutnya harus diperluas ke upaya yang sifatnya preventif dan promotif. Untuk itu dibutuhkan aturan-aturan pendukung komperehensif yang dapat menjamin pemenuhan hak-hak Orang dengan Gangguan Jiwa dan orang dengan masalah kesehatan jiwa.•
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 53
ONLINE-GRESIK.BLOGSPOT.COM
G
ersik membangun tiada henti. Berbagai sarana dan prasarana terus dibangun di Kabupaten ini, seperti pengembangan Bawean dengan membangun lapangan terbang bekerjasama dengan pemerintah pusat dan provinsi, membangun bendungan gerak Sembayak yang akan selesai tahun 2016, membangun pelabuhan laut, serta membangun gedung olah raga di alun-alun Sedayu dan stadion Gunung Lengis Gersik. Dalam bidang kesehatan, di kabupaten ini dibangun 32 Puskesmas yang terdiri dari 18 puskesmas rawat jalan dan 14 Puskesmas rawat inap. Juga dibangun RSUD Ibnu Sina dan gedung pelayanan kesehatan di Pulau Bawean. Namun menurut Bupati Gresik DR. Ir.H.Sambari Halim Radianto, ST, M. Si, pembagunan yang gencar ini masih menyisakan masalah pelayanan kesehatan. Para dokter spesialis
“Banyaknya aturan pusat yang terkadang ‘menakut-nakuti’ menjadi penyebab terhambatnya pembangunan dan penyerapan anggaran APBN. Saya berharap aturan itu tidak mempersulit pelaksana di daerah,” DR. Ir.H.Sambari Halim Radianto, ST, M. Si
54 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
tidak mau memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah, padahal Puskesmas harus dikembalikan kepada khitohnya dengan memprioritaskan upaya preventif dan promotif. “Pembangunan yang berkelanjutan ini didukung oleh kenaikan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang terus meningkat. APBD Tahun 2010 hanya Rp932 milyar, sedangkan tahun 2014 mencapai Rp2.198 milyar, melebihi target 1.715 milyar pada tahun 2015,” kata Sambari kepada Komisi IX DPR RI saat melakukan dialog kunjungan kerja di Kabupaten Gresik Jawa Timur, 15 Juli 2014. Pertemuan tersebut juga dihadiri seluruh ketua Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. Pada dialog tersebut anggota komisi IX DPR RI, Zuber Safawi menanyakan tentang koordinasi terkait aturan pusat-daerah, serta kepastian dana kapitasi BPJS untuk program preventif dan promotif, termasuk alokasi dana APBN sebesar
tiga persen untuk kegiatan promotif dan preventif. Selain itu ia juga menanyakan kebutuhan balai lantihan kerka (BLK) yang dibutuhkan untuk mencetak tenaga kerja yang terampil. “Banyaknya aturan pusat yang terkadang ‘menakutnakuti’ menjadi penyebab terhambatnya pembangunan dan penyerapan anggaran APBN. Saya berharap aturan itu tidak mempersulit pelaksana di daerah,” kata Sambari. Khusus untuk mendukung kebutuhan ketenagakerjaan, Gresik membuka 2 SMK baru. Harapanya SMK ini dapat menyuplai kebutuhan tenaga kerja, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas keterampilannya. “Saya mengintruksikan kepada seluruh penerima tenaga kerja untuk menggunakan tenaga kerja asli Gresik terlebih dahulu, kalau tidak tersedia baru menggunakan tenaga dari daerah lain,” ujar Sambari. Sementara Kadinkes Kabupaten Gresik dr. Sugeng menyatakan awalnya penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional
WWW.INSPIRASINUSANTARA.COM
Gresik, Mengembalikan Khitoh Puskesmas: Mengutamakan Preventif dan Promotif
(JKN) di Gresik tertatihtatih, tapi setelah keluar Pepres penyelenggaraan kapitasi dana JKN, kini pelaksanaanya sudah lancar. “JKN di Gresik berjalan baik,” ujarnya. Lebih lanjut dr. Sugeng mengatakan peran Puskesmas dikembalikan ke khitohnya memperkuat promotif dan preventif dan menekankan rumah sakit sebagai garda depan pelaksanaan kuratif dan rehabilitatif. Untuk mendukung program promotif dan preventif ini telah dialokasikan dana dari anggaran pendapatan belanja daerah. Sedangkan dukungan kuratif dan rehabilitatif dialokasikan dana APBN. Sementara itu dr. Adi Yumanto dari BKKBN Gresik
WWW.GRESIKNEWS1.COM
UNTUK RAKYAT
“Mereka lebih menyukai praktik di rumah sakit swasta. Bahkan para spesialis itu rela dipecat sebagai pegawai rumah sakit pemerintah,” dr. Sugeng
mengeluhkan tentang regulasi pemasangan IUD dan susuk KB yang mengharuskan dipasang dokter. Sebelumnya, aturan pemasangan IUD dan susuk KB dapat dilakukan oleh bidan. Hal ini menyulitkan pelaksanaanya di lapangan. “Rekrutmen penyuluh KB sepertinya tidak menjadi prioritas pusat, padahal Gresik sangat membutuhkan petugas penyuluh KB tersebut. Sebelumnya Gresik mempunyai 200 petugas penyuluh KB, kini tinggal 70 orang saja. Bisa jadi hal ini yang menyebabkan kenaikan kelahiran bayi di Gresik,” ujar dr. Adi. Kadinkes Gresik juga mengeluhkan banyak dokter spesialis yang tidak melakukan praktik di rumah sakit pemerintah, padahal yang bersangkutan adalah pegawai negeri. “Mereka lebih menyukai praktik di rumah sakit swasta. Bahkan para
spesialis itu rela dipecat sebagai pegawai rumah sakit pemerintah,” keluh dr. Sugeng. Terhadap keluhan ini ketua rombongan kunker Komisi IX DPR RI Ir. Supriyatno, mengingatkan agar Kadinkes tidak ragu untuk mencabut surat izin praktik (SIP) dokter spesialis yang tidak taat hukum. “Kalau dicabut izinya pasti mereka akan taat, mau praktik. Kalau tidak punya SIP, di RS Swasta pun pasti ditolak. Saya yakin masalah dokter spesialis yang tidak mau melayani masyarakat di rumah sakit pemerintah akan selesai dengan sendirinya setelah ditetapkan Undang Undang Tenaga Kesehatan. Sebab dalam undang-undang tersebut telah diatur hak dan kewajiban tenaga kesehatan, termasuk dokter spesialis. Bila melanggar aturan tentu akan ada hukuman yang diterima,” kata Supriyatno.• (Pra)
“Rekrutmen penyuluh KB sepertinya tidak menjadi prioritas pusat, padahal Gresik sangat membutuhkan petugas penyuluh KB tersebut. Sebelumnya Gresik mempunyai 200 petugas penyuluh KB, kini tinggal 70 orang saja. Bisa jadi hal ini yang menyebabkan kenaikan kelahiran bayi di Gresik,” dr. Adi Yumanto
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 55
DARI DAERAH
BANTAENG MENDEKATKAN PELAYANAN LEWAT BSB
W
arga Kabupaten Bantaeng, sekitar 1500 kilometer dari Makasar, kini tak perlu repot harus keluar rumah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat. Kabupaten tertua di Sulawesi Selatan yang sering disebut “Botta Toa” atau kota tua itu menyediakan pusat layanan telepon atau call center 113 Tim Brigade Siaga Bencana (BSB) yang siap merespons setiap laporan keadaan darurat. Warga cukup menelpon ke nomor 0413-22724 dan Tim BSB
akan segera meluncur ke lokasi pasien/korban, baik di kota, pelosok desa, di laut maupun di daerah pegunungan. Di lokasi tim akan melakukan diagnosa pasien/korban untuk menentukan kebutuhan tindakan perawatan, apakah pasien/korban hanya perlu dirawat di lokasi/rumah, dibawa ke ruang perawatan BSB, ataukah harus dirujuk ke puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). BSB merupakan layanan gratis selama 24 jam yang berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan tercepat dan terdepan pada setiapkejadian bencana atau
musibah yang menimpa masyarakat. Dan kalau pelayanan BSB biasanya untuk siaga dalam keadaan bencana, di Bantaeng tidak demikian.Di kabupaten itu, Tim BSB juga melayani permintaan bantuan pengobatan atau pelayanan kesehatan di luar kejadian bencana. Beberapa dokter siaga di Markas BSB yang letaknya strategis, di jalan poros provinsi, Jalan Pahlawan No. 55 Kelurahan Bonto Sunggu, Kecamatan Bissapu, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang membutuhkan. Khusus untuk menangani kasus darurat di pedesaan yang jauh dari pusat layanan kesehatan, BSB
Pembangunan rs di bantaeng
56 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 57
DARI DAERAH
menyediakan layanan jemput bola. Personel BSB terdiri atas 20 dokter, 18 perawat, empat sopir dan satu petugas kebersihan. Keseluruhan staf BSB menjalankan tugas harian secara bergantian. Setiap hari jadwal tugas dibagi dalam tiga waktu yakni pagi (07.00 wita-14.30 wita); siang (14.30 wita21.30 wita); dan malam (21.30 wita-07.00 wita). Setiap shift ada satu dokter, dua perawat, dan dua pengemudi yang bertugas. Selain itu BSB memiliki delapan ambulans, enam di antaranya bantuan dari Jepang dan dua ambulans yang dilengapi dengan peralatan kegawatdaruratan dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng.
Mobil BSB dilengkapi dengan macam-macam obat dan peralatan seperti steteskop, benang silk, tabung oksigen, alat pemeriksaan kesehatan jantung, tandu, penyangga leher, gunting bengkok, infus set, selimut bergaris dan lampu kepala. Selain ambulans, BSB juga memiliki empat kendaraan operasional pemadam kebakaran dan dua speed boat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di laut.
Pembentukan
BSB diujicoba Desember 2009 dan mulai beroperasi efektif tahun 2010 untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana serta memberikan pelayanan
58 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
kesehatan di tempat pasien. Pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapeldalda), dan Dinas Sosial. Pelayanan kesehatan BSB gratis. Pendanaan kegiatan itu berasal dari dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2012 yang nilainya Rp5,4miliar dan dana Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebanyak Rp3,9 miliar yang dari APBD Sulawesi Selatan (Rp851.544.000) dan APBD Kabupaten Bantaeng (Rp3.087.509.920). Selanjutnya pendanaan operasi BSB diperolehdari APBD Kabupaten Bantaeng dengan dukungan dari program Jamkesda dan Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai 1 Januari 2014. Selain itu ada bantuan sarana dan prasarana pendukung dari seperti ambulans dari pemerintah dan perusahaan swasta Jepang dan PT Askes, yang sekarang menjadi BPJS Kesehatan. Kini, setelah empat
tahun beroperasi, kehadiran BSB sudah berdampak pada beberapa indikator kesehatan masyarakat Bantaeng. Angka Kematian Ibu yang tahun 2010 masih 362 per 100.000 kasus sudah turun menjadi nol kasus pada tahun 2013. Angka Kematian Bayi yang tahun 2010 masih 4,6 persen sudah turun menjadi 1,31 persen pada tahun 2013. Kasus gizi buruk yang padatahun 2010 ada 17 kasus pun menurun menjadi nol kasus pada tahun 2013. Angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue juga turun dari 118 kasus pada tahun 2010 menjadi hanya lima kasus pada tahun 2013. Bantaeng berusaha memaksimalkan kerja BSB dengan menyediakan sarana-prasarana pendukung pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program pelatihan ketanggapdaruratan, antara lain pelatihan General Emergency Life Support (GELS) untuk dokter dan Basic Trauma Cardiac Life Support(BTCLS) bagi perawat. Kesigapan staf,
kelengkapan sarana, dan keterampilan Tim BSB mendapat respons positif dari warga.Pengguna BSB makin banyak. Pada enam bulan pertama pengoperasian BSB saja jumlah pasien yang ditangani 517 orang dan jumlahnya bertambah banyak seiring dengan peningkatan sosialisasi layanan dari pemerintah daerah. Melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng, informasi tentang layanan BSB disebar ke puskesmaspuskesmas, kantor kelurahan dan desa, maupun rumah-rumah ibadah. Sejak dibentuk awal Desember 2009 lalu hingga posisi Juni 2011 jumlah pasien mencapai 2.557 orang atau rata-rata 134 pasien setiap bulan.Pada 2013, jumlah pasien yang mendapat pelayanan BSB Bantaneg sampai6.773 orang. Personel BSB juga berusaha menjaga waktu respon. Dalam waktu kurang 20 menit petugas BSB harus sudah tiba di lokasi masalah kesehatan, meski hal itu tidak mudah karena
permintaan masyarakat banyak dan sebagian permintaan berasal dari daerah yang sulit dijangkau. Hal itu pula yang membuat pemerintah daerah kemudian membangun Markas BSB baru yang lokasinya strategis. Kesigapan petugas dalam menangani masalah atau kegawatdaruratan kesehatan berdampak pada penurunan angka kematian akibat kesalahan petugas pada proses evakuasi. Dengan dukungan sarana dan prasarana memadai, petugas kesehatan yang sudah terlatih membutuhkan waktu lebih pendek untuk mendiagnosis, mengobati serta merujuk penderita ke fasilitas kesehatan lain jika dibutuhkan. BSB secara kelembagaan merupakan bagian dari Tim Emergency Service (TES) Kabupaten Bantaeng yang mencakup Satuan Tugas (Satgas) Pelayanan Kesehatan, Pemadam Kebakaran, Bantuan Sosial, Perlengkapan dan Logistik, serta Operasi, Rehabilitasi dan Pemulihan.
TES dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda), dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans). Konsep TES yang menghimpun beberapa jenis layanan publik seperti kesehatan, pemadam kebakaran, serta bencana dan layanan sosial dalam satu atap merupakan inisiatif Pemda Bantaeng yang belum dilakukan kabupaten/ kota lainnya di Sulawesi Selatan. Himpunan beberapa jenis layanan public dalam satu lembaga mempermudah sinergi layanan. Dalam setiap laporan kejadian kebakaranmisalnya, tim BSBjuga akan menyertakan dua ambulans sebagai tim medis mengantisipasi korban luka bakar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dr.Takudaeng, M.Kes mengatakan keberhasilan BSB didukung oleh alokasi anggaran kesehatan daerah yang sampai lebih dari 20 persen dari APBD dan sinergi antar Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dibawah koordinasi langsung Bupati dalam pembangunan Kesehatan. Selain itu personel lembaga sosial yang siaga 24 jam tersebut juga berdedikasi dalammenjalankan tugas. Koordinator BSB, dr. Ihsan mengatakan para personel BSB menikmati pekerjaan mereka dan rutin berkumpul di markas untuk bertukar pengalaman. “Kita tidak merasa ada beban...yang penting pekerjaan itu suka dulu dan itu akan terasa ringan dan bisa bertukar pengalaman,” katanya.
PeranBupati
Perkembangan Kabupaten Bantaeng tidaklepas dari peran Bupati Prof. HM Nurdin Abdullah. Pada masa awal kepemimpinannya, Nurdin mengaku menghadapi banyak persoalan di daerahnya, mulai dari infrastruktur, kemiskinan, pengangguran, banjir rutin setiap tahun dan layanan publik yang belum bagus. Menurut dia, kondisi Bantaeng dulu seperti wilayah yang belum merdeka, akses ke rumah sakit sulit, kondisi rumah sakit belum layak, dan pasien belum mendapat pelayanan dengan baik. Angka kematian ibu dan bayi juga masih tinggi. Nurdin kemudian berusaha membuat terobosan untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas di wilayahnya. Dari situ lahirlah BSB sebagai bagian dari layanan darurat terpadu. Selain di bidang kesehatan, dia juga
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 59
DARI DAERAH melakukan normalisasi sungai dan memperbaiki drainase, membangun cekdam, meningkatkan ketersediaan pupuk dan benih unggulan bagi petani, serta membangun irigasi pertanian di daerah-daerah terisolir. Dia juga membuka pintu untuk para penanam modal. Mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional Indonesia itu menyiapkan lahan sekitar 1.000 hektare di Pajjukukkang untuk pabrik smelter yang akan dibangun oleh investor Jepang, Cina dan India. Dia juga menyiapkan 2.000 hektare untuk relokasi industri dari Jepang. Triliunan uang investor masuk ke Bantaeng tanpa ada pungutan sepeser pun. “Kita menerapkan pelayanan one day service, proses perizinan selesai dalam sehari tanpa pungutan. Investor kita jemput di bandara lalu kita antar sampai ke Bantaeng. Kita mengelola keuangan
daerah secara terbuka dan transparan,” katanya. Pada tahun pertama kepemimpinannya, priaberusia 50 tahun itu membenahi kinerja dan meningkatkan kapasitas aparat dengan menerapkan pola penilaian yang disusunolehUniversitas Indonesia dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Sistem lelang jabatan pun sudah dialakukan sejak 2009. Dia juga membuka rumah dinas dan rumah pribadinya untuk masyarakat yang ingin mengadu atau sekadar mengusulkan program. Saat menerima pengaduan warganya, profesor ilmu kehutanan itu berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Kepemimpinan alumnus Fakultas Pertanian Universitas Kyushu di Jepang itu membawa perekonomian Bantaeng tumbuh dari 5,3 persen menjadi 8,9 persen per tahun serta meningkatkan
indeks pendapatan perkapita warganya dari Rp5 juta menjadi Rp 14,7 juta. Dia juga berhasil meniadakan kematian ibu melahirkan di Bantaeng padahal sebelumnya setiap tahun ada 12 ibu yang meninggal dunia di sana. Berpegang pada prinsip pantang berbohong, disiplin, serta sesuai kata dan perbuatan, dia berhasil membenahi sistem pelayanan publikdaerah, termasuk pelayanan kesehatan bagiwarga. Warga Bantaeng yang membutuhkan pelayanan kesehatan gratis sekarang cukup menghubungi call center 113, maka dokter dan perawat beserta mobil ambulansakan segera menjemput pasien di rumahnya. Pemerintah Kabupaten Bantaeng juga sedang membangun rumah sakit bertaraf internasional dan fasilitas olahraga untuk meningkatkan umur harapan hidup warganya. Bupati Prof. HM Nurdin Abdullah. membuka rumah dinas dan rumah pribadinya untuk masyarakat yang ingin mengadu atau sekadar mengusulkan program.
60 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
Kerja Nurdin selama enam tahun memimpin kabupaten seluas 395 kilometer persegi yang berpenduduk180 ribu jiwa itu membuahkan lebih dari 50 penghargaan tingkat nasional. Bantaeng empat kali berturut-turut mendapat Piala Adipura, tiga tahun berturut-turut meraih Otonomi Award dan meraih Innovative Government Award (IGA) tahun 2013 dari Kementerian Dalam Negeri. Kabupaten ini juga mewakili Indonesia dalam kompetisi Pelayanan Publik Tingkat Internasional United Public Service Awards (UNPSA) tahun 2014. Kementerian Kesehatan juga memberikan penghargaan kepada Kabupaten Bantaeng sebagai Kabupaten Sehat Nasional Tahun 2011 karena dinilai memenuhi empat persyaratan Kabupaten Sehat, yakni memiliki kawasan pemukiman, sarana, dan prasarana sehat; ketahanan pangan dan gizi; kehidupan masyarakat yang mandiri serta tatanan kehidupan sosial yang sehat.Tahun 2013, Bantaeng kembali Penghargaan Kabupaten Sehat, kali iniuntukkategori WIWERDA. Selain itu Bantaeng sering menjadi tempat pemerintah daerah lain melakukan studi banding dan sering mendapat undangan dari pemerintah Jepang dan Tiongkok. Namun sang pemerintah daerah tidak mau menjadikan penghargaan dan nama besar sebagai orientasi. Baginya, yang terpenting melakukan kerja nyata yang hasilnya bisa
TEROBOSAN MENYEHATKAN DARI SULAWESI SELATAN
P
ertumbuhan ekonomi, pertambahan populasi, serta perubahan gaya hidup dan pergerakan orang membawa masalah dan tantangan baru dalam upaya untuk mewujudkan masyarakat yang sehat. Penyakit dan gangguan kesehatan baru muncul sementara penyakit-penyakit lama belum sepenuhnya tertanggulangi. Pola kejadian penyakit pun berubah, prevalensi penyakit menular cenderung menurun, tapi angka kejadian penyakit tidak menular meningkat. Sulawesi Selatan yang
mencakup 21 kabupaten dan tiga kota madya juga menghadapi masalah serupa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan penduduknya, yang utamanya meliputi suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dr. H. Rachmat Latief, SpPD, MKes, FINASIM memaparkan upaya pemerintah provinsi dalam mengatasi masalah dan menaklukkan tantangan yang muncul untuk menyehatkan masyarakat. Kepada Mediakom, dia menjelaskan bahwa selain
menjalankan programprogram kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga merumuskan kebijakan lokal di bidang kesehatan. “Tujuan utama pembangunan kesehatanitu adalah usia harapan hidup kita, usiaharapan hidupini banyak variable yang terkait didalamnya, baik itu kesakitan, kematian... Kesakitan ada beberapa sub variable, kematian juga sekian, inilah yang kami tekan,” jelasnya. “Faktanya kami bisa mengubah angka harapan
hibup dari 69,28 tahun menjadi 70,55 tahun dalam kurunwaktu lima tahun terakhir,” tambah dia. Keberhasilan itu merupakan buah dari serangkaian program dan upaya kesehatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu program prioritasnya adalah pelayanan kesehatan gratis. “Kalau kita bertanya, program kesehatan gratis ini apakah sama dengan yang lain? Jelas beda,” katanya. Sulawesi Selatan mengembangkan sistem pelayanan kesehatan gratis yang sesuai dengan kondisi lokal. Pada awal
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 61
DARI DAERAH Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dr. H. Rachmat Latief, SpPD, MKes, FINASIM memaparkan upaya pemerintah provinsi dalam mengatasi masalah dan menaklukkan tantangan yang muncul untuk menyehatkan masyarakat.
pemerintahan Gubernur Syahrul Yasin Limpo pada 1 Juli 2008, diterbitkan Peraturan Gubernur No.13 yang mengatur tentang pelakasanaan layanan kesehatan gratis. “Istilah gratis sebenarnya adalah gratis bagi rakyat. Artinya apa? Rakyat tidak perlu merogoh dompet untuk membayar ke puskesmas dan rumah sakit,” katanya. Pemerintah Provinsi menerbitkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan gratis tersebut. Sebanyak 444 puskesmas menjadi titik awal pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Puskesmas-puskesmas itu bisa merujuk pasien ke 32 rumah sakit pemerintah. Aturan mengenai pelaksanaan sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan gratis itu tertuang dalam PeraturanGubernur No.15 Tahun 2008, yang menjadi acuan beberapa pemerintah daerah lain untuk menyusun peraturan serupa.
Dokter Rahmat mengatakan, saat ini 4,2 juta dari 10 juta penduduk Sulawesi Selatan tercatat sebagai peserta program pelayanan kesehatan gratis, yang kadang disebut sebagai layanan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pemerintah Provinsi melibatkan pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan program pelayanan kesehatan gratis tersebut. Gubernur Sulawesi Selatan membuat kesepakatan dengan 24 Bupati/Wali Kota di wilayahnya untuk melaksanakan program tersebut. “Gubernur kami dengan 24 Bupati/WaliKota menandatangani nota kesepahaman, menyetujui detail demi detail pelayanan dalam sistem itu.” Gubernur dan Bupati/ Wali Kota antara lain membuat kesepakatan tentang pembagian pembiayaan program, yakni bahwa kabupaten
62 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
menanggung 60 persen biaya dan provinsi memberikan 40 persen sisanya. “Bentuknya ini disebut bantuan khusus, namanya juga bantuan, anggaran dikirimkan ke kabupaten melalui Badan Keuangan Daerah, jadibukanDinasKesehatan yang mengirim,” jelasnya. Dana bantuan itu masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota, menggenapi anggaran program pelayanan kesehatan gratis dalam APBD menjadi 100 persen. Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola dana pelayanan kesehatan gratis itu berdasarkan ketentuan yang sudah disepakati bersama Pemerintah Provinsi. “Contohnya,klaimpuskesm asdiselesaikanolehBadanKeu angan Daerah, klaimrumahsa kitkabupatendiselesaikanoleh BadanKeuangan Daerah, sed angkanuntukrujukanprovinsid iselesaikanolehBadanKeuan ganProvinsi Sulawesi Selatan secaralangsung.”
“Kami hanyaberfungsise bagaiverifikatorterkaittagiha ndari Unit Pelaksana Teknik (UPT)...,” katanya. Hambatan dari pelaksanaan sistem itu, menurut dia, awalnya adalah ketidaktahuan masyarakat dan aparat. Namun hambatan itu perlahan bisa ditanggulangi dengan sosialisasi dan penyuluhan terus menerus kepada masyarakat dan aparat terkait. Setelah pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 1 Januari 2014, seperti pemerintah daerah lainnya, Sulawesi Selatan juga mengintegrasikan program jaminan kesehatannya ke JKN. Peserta program asuransi kesehatan Askes dan Jaminan Kesehatan Masyarakat yang jumlahnya 3,9 juta masuk menjadi peserta JKN, mengurangi jumlah penduduk yang pelayanan kesehatannya ditanggung oleh pemerintah daerah, yang semula 4,2 juta orang. “Saat ini mengkristal menjadi dua jenis layanan, kesehatan gratis atau JKN. Dua-duanya bisa dirawat di rumahsakit. Kalau JKN bisa ke swasta yang sudah punya perjanjian kerja sama, kalau kami tetap dengan program kami di rumah sakit pemerintah,” katanya. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan juga melakukan regionalisasi
dengan mengelompokkan pelayanan kesehatan rujukan di 24 Kabupaten/ Kota di enam rumah sakit. Keenam rumah sakit itulah yang bisa merujuk ke Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo di Makassar. “Sehingga pasien betul-betul terseleksi dari puskesmas tadi ke rumah sakit region, rumah sakit region ke kabupaten, baru rumah sakit kabupaten merujuk ke Rumah Sakit Wahidin.” Penerapan sistem itu juga ditujukan untuk mempercepat proses rujukan. “Supaya 30 menit bisa sampaike pusatrujukan, sehinggameminimalisirang kakesakitandankematian, terutamaperdarahanpada ibuhamil,” katanya. Guna menjamin kualitas setiap fasilitas pelayanan kesehatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga membuat terobosan dalam penataan fasilitas kesehatan. Sistem akreditasi tidak hanya dilakukan untuk menilai standar pelayanan rumah sakit, tapi juga diterapkan pada puskesmas. “Kami mengeluarkan Peraturan Gubernur terkait dengan akreditasi puskesmas, sehingga puskesmas kami di Sulawesi Selatan akan kami akreditasi,” katanya. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan menilai kondisi puskesmas, melihat kecukupan tenaga kesehatan serta kondisi gedung dan peralatan pendukung pelayanan kesehatan. “Bahkan kami memiliki peraturan terkait peralatan
rumah sakit, standarnya seperti apa. Ini lebih teknis, lebih detail mengatur tentang itu,” katanya.
Kecukupan Tenaga
Sulawesi Selatan berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan berdasarkan standar kebutuhan tenaga kesehatan untuk puskesmas, dan macam-macam tipe rumah sakit. Majelis Tenaga Kerja Provinsi secara rutin melakukan uji kompetensi tenaga kesehatan untuk memastikan seluruh petugas yang bertugas memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Dinas Kesehatan Provinsi juga mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memberikan kesempatan tenaga kesehatan yang bekerja di daerahnya menambah ilmu. “Contoh, izinkalah seminar hari Sabtu-Minggu untuk meningkatkan kualitas, sekolah juga kita cukup ketat dimana mereka mau melanjutkan pendidikan, ini terkait dengan kualitas pelayanan,” katanya. Sekarang ini, menurut Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia untuk memberikan pelayanan kesehatan
di seluruh wilayah masih kadang cukup, kadang kurang. “Karena terjadi ledakan kunjungan,” katanya. Ia lantas menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang membuat upaya pemenuhan tenaga kesehatan tidak selalu mudah dilakukan di daerah, termasuk di antaranya
“Saat ini mengkristal menjadi dua jenis layanan, kesehatan gratis atau JKN. Dua-duanya bisa dirawat di rumahsakit. Kalau JKN bisa ke swasta yang sudah punya perjanjian kerja sama, kalau kami tetap dengan program kami di rumah sakit pemerintah,” dr. H. Rachmat Latief
perubahan dalam sistem pemerintahan, dari sentralisasi menjadi desentralisasi. “Di jaman sentralisasi seperti kami dulu, awal tahun 80an, kami semua ini PNS pusat, sehingga tidak sulit ketika kita didaerah A dipindahkan ke daerah B.Sekarang ini agak sulit, yang mengangkat pegawai para bupati,” katanya. “Kami usulkan khusus ketenagaan kesehatan, kalau bisa diatur oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk wilayah kerja suatu provinsi, sehingga kami bisa mengisi posisi yang kosong,” katanya. Ia menambahkan, setelah penerapan JKN Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sudah melakukan pembicaraan dengan para bupati soal relokasi dan distribusi tenaga kesehatan untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan di suatu daerah. Namun itu tidak langsung bisa menyelesaikan masalah karena ada kendala dalam hal
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 63
DARI DAERAH “Obsesi kita sekarang bagaimana 24 kabupaten semuanya menjadi kota sehat. Tidak akan jadi Indonesia Sehat tanpa Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sehat, itu yang kami inginkan,” dr. H. Rachmat Latief
pasokan. Wilayah itu memiliki tiga Fakultas Kedokteran, tapi lulusannya tidak otomatis bisa mengisi kekurangan tenaga kesehatan daerah. “Tidak ada keharusan bagi mereka, itu permasalahannya,” kata dia. Dia berharap selanjutnya pemerintah menerbitkan regulasi baru terkait ketenagaan kesehatan di luar penganggaran. “Kalau bisa berilah kami kewenangan.Kami tidak mau balik ke sistem lama, tapi beri kami kewenangan khusus untuk mengatur tenaga-tenaga, kesehatan karena ada daerah yang dokternya lebih, ada yang tidak,” jelasnya. “Berikutnya, tenagatenaga yang non-pegawai negeri sipil ini, sepanjang memiliki Surat Tanda Registrasi, memiliki Surat Izin Praktik, kenapa tidak dipekerjakan di instansiinstansi pemerintah untuk menutupi kekurangan. Banyak diantara mereka
yang mau kedaerah, banyak bupati yang memberikan insentif, karena tidak semua bupati diberi kewenangan mengangkat pengawai negeri sipil,” tambah dia. Ia juga menekankan pentingnya perekrutan tenaga-tenaga kesehatan berkualitas. Menurut dia, kualitas tenaga kesehatan sangat penting karena kompetensi tenaga kesehatan yang rendah akan berdampak buruk pada kualitas pelayanan kesehatan dan pencapaian target-target pembangunan kesehatan. Saat ini pencapaian target-target pembangunan kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sudah melebihi capaian rata-rata nasional. Sebagai gambaran, tahun 2012, Angka Kematian Ibu provinsi itu 76 per 100.000 kelahiran hidup, jauh lebih rendah dari angka nasional (359 per 100.000 kelahiran hidup) dan target Tujuan Pembangunan Millenium tahun 2015 (102 per100.000
64 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
kelahiran hidup). “Kata kuncinya kuantitas terpenuhi oleh tenaga kesehatan berkualitas.Tanpa kualitas, fakta menunjukkan, di lapangan tidak bisa berbuat apa-apa.Kuncinya lagi ada di provider, termasuk sekolah-sekolah,” katanya. Ia menambahkan ada tiga Fakultas Kedokteran di Sulawesi Selatan dan sekolah-sekolah kesehatan ada di setiap kabupaten/ kotanya. Upaya untuk menjamin kualitas tenaga kesehatan antara lain dilakukan melalui uji kompetensi. “Disini kami memperketat dengan uji kompetensi yang bisa menyaring puluhan ribu menjadi puluhan saja...,” katanya.
Membangun Kabupaten/Kota Sehat
Sulawesi Selatan berusaha mencapai target pembangunan kesehatan dengan membangun
kabupaten/kota sehat, yang merupakan perwujudan dari kebijakan pembangunan kesehatan yang terintegrasi. Dua tahun berturutturut, bagian dari provinsi itu menjadi kabupaten/ kota sehat terbaik nasional, Kabupaten Bantaeng dua tahun lalu dan Kabupaten Selayar tahun lalu. “Obsesi kita sekarang bagaimana 24 kabupaten semuanya menjadi kota sehat. Tidak akan jadi Indonesia Sehat tanpa Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sehat, itu yang kami inginkan,” katanya. Pemerintah Sulawesi Selatan sekarang ini sudah menapaki jalan yang tepat menuju Provinsi Sehat. Saat ini 17 dari 24 kabupaten/kota sudah menjadi kabupaten/ kota sehat. Pekerjaan rumah yang tersisa tinggal tujuh, menjadikan tujuh kabupaten/ kota lagi menjadi kabupaten/ kota sehat. “Tentu ada faktor politik dan lainnya. Tetapi Alhamdulliah yang tujuh ini saya sudah bertemu dengan bupatinya, mereka semua ingin merubahnya karena ada rasa sesuatu tidak enak,” katanya. Ia lantas menjelaskan prinsip orang Bugis Makassar, tentang adat Sirik, sekali berlayar pantang kembali. “Artinya jika ada cita-cita, ada visi, kita mau seperti itu, kita upayakan dengan segala cara, kita bermitra dengan semuanya,” katanya. Sulawesi Selatan memulai pekerjaan menyehatkan daerah-daerah di wilayahnya dengan melakukan evaluasi dan membuat peta kondisi kesehatan kabupaten/kota.
“Tentu yang paling bagus adalah menjadi kota sehat yang riil kota sehat, nanti itu dirasakan oleh masyarakat,” katanya. Pemerintah Provinsi memberikan pemahaman kepada semua kepala daerah tentang pentingnya mewujudkan kota sehat yang sebenarnya, bukan sekedar menampilkan diri sebagai daerah sehat demi memenangkan perlombaan. “Kota sehat itu bukan lomba sesaat, bahwa kita menyapu pekarangan kemudian dipotret, bukan itu. Yang bagusnya tidak tahu kapan dinilai, dan pada saat itu sedang melakasanakan program. Bagaimana pasarnya, bagaimana fasilitas umumnya, bagaimana puskesmasnya, semua ada,” jelasnya. “Ternyata kalau itu diubah, diikuti semuanya, indikator kita penuhi, dampaknya lari ke kita. Jika kesehatan lingkungannya baik, 95 persen penyakit berbasis lingkungan bisa kita perbaiki, dan sebagainya. Inilah pemahaman yang kita beri kepada para bupati.” Kepada para bupati juga ditekankan bahwa mengalokasikan anggaran untuk menjalankan program-program promotifpreventif jauh lebih murah dibandingkan menyediakan dana untuk mengobati penduduk yang sakit.
Antisipasi Perubahan
Upaya-upaya kesehatan promotif dan preventif menjadi semakin penting ketika kecenderungan masalah kesehatan yang muncul dalam masyaralat mulai bergeser ke gangguan-
gangguan yang terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat. Dulu penyakit-penyakit menular yang terjadi karena infeksi virus dan banteri mendominasi. Kini, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat meningkat, pola konsumsi berubah, dan ketersediaan beragam sarana-prasarana yang memudahkan pergerakan membuat kebanyakan orang tidak banyak bergerak. Akibatnya, obesitas meningkat, demikian pula dengan penyakit-penyakit degeneratif. “Sulawesi Selatan pertumbuhan ekonominya 8,6 persen, jauh diatas nasional. Daya beli kami secara umum meningkat, daftar tunggu haji 23 tahun karena semua orang punya uang untuk naik haji, punya kendaraan, jadi jarang berolahraga,” katanya. “Sulawesi Selatan mengalami perubahan paradigma pola penyakit, ini semuanya kita antisipasi lagi... Olahraga di tiap-tiap puskesmas dibangkitkan kembali, digiatkan kembali,” katanya. Selain itu penyuluhanpenyuluhan soal perubahan pola penyakit dan gaya hidup sehat kepada masyarakat diintensifkan. Sulawesi Selatan juga menerapkan aturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). “Tidak ada lagi fakta bahwa rokok punya manfaat, penyakit degeneratif secara umum disebabkan oleh rokok terus terang. Karena itu perokok pasif harus kita lindungi, kita lokalisasi tempat mereka bisa merokok. “ Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan juga fokus mensosialisasika bahaya rokok ke siswa-siswa Sekolah Dasar. Upaya itu tahun ini dimulai dengan menetapkan satu sekolah model di setiap kabupaten, yang selanjutnya bisa direplikasi oleh sekolah yang lain. “Lama-lama kita harapkan kerja sama bupatinya untuk menjadikan sekolah-sekolah itu menjadi seperti model.” “Karena kenapa? Rokok ini harus dibendung dari awal, harus diberikan pengertian kepada anakanak sekolah, terutama tingkat SD. Ini kita mulai giatkan kampanye ke anak sekolah,” jelasnya. Selain itu pemerintah provinsi juga ingin setiap bayi yang lahir tumbuh sehat dengan mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran. Sulawesi Selatan menjadi provinsi pertama yang mengeluarkan peraturan daerah tentang pemberian ASI Eksklusif tahun 2010, bahkan sebelum ada Peraturan Menteri Nomor 33 tahun 2012 yang mengatur hal serupa. “Kami ada fakta, belajar dari kondisi bahwa masih ada petugas menawarkan susu formula kepada ibu-ibu baru melahirkan, sedangkan pemerintah pusat sudah membuat rumusan ASI eksklusif enambulan, maka kami perkuat dengan peraturan daerah dimana didalamnya ada sanksi,” katanya. “Alhamdulillah itu bisa berjalan, dampaknya kasus gizi buruk menjadi berkurang, bahkan gizi kurang yang dulunya ada menjadi sangat minim,”
katanya. Penerapan kebijakan itu signifikan mengurangi beban pemerintah provinsi karena program jaminan kesehatan daerah menanggung 100 persen biaya penanganan kasus gizi buruk. Terobosan-terobosan kebijakan dan program kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan memberikan sumbangan besar pada pencapaian target-target pembangunan kesehatan. Indikator-indikator kesehatan masyarakat provinsi itu terus membaik. Provinsi itu juga meraih beragam penghargaan atas prestasi kinerjanya. “Kami tidak memburu piagam, kami memburu target memburu pekerjaan yang benar.Kami tidak pernah memimpikan itu, tapi jika itu datang, itu pemerintah yang menilai,” demikian dr. Rachmat Latief.•
“Sulawesi Selatan mengalami perubahan paradigma pola penyakit, ini semuanya kita antisipasi lagi... Olahraga di tiaptiap puskesmas dibangkitkan kembali, digiatkan kembali,” dr. Rachmat Latief
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 65
Kuis TTS 1
2
3
10 15
52
39
44
53
40
17
54
7
8
31
46
55
57
26
41
42
50
24
30
36
48 51
23
29
33
35
47
13
20
32
9
18
25
38
45
6
12
19
28
34
5
11
22
27
43
14
16
21
4
37
49
56
58
PERTANYAAN MENDATAR 1. Radang paru-paru 6. Nama depan ketua WHO 10. Virus mematikan yang pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Zaire (Kongo) 11. Tidak familiar 12. Gairah Seksual 15. Wabah 17. Gagasan 18. Budi pekerti 20. Respek
21. Nama belakang mantan Menteri Kesehatan di era Pemerintahan Presiden Soekarno 23. Genjot, bersepeda 25. Lubang tertutup di atas perut 27. Ampas 29. Olahragawan 31. Obat tradisional Indonesia 34. Harapan 35. Pemberian kekebalan tubuh 38. Hak kepala negara untuk memberikan pengurangan
66 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
hukuman 40. Pekerjaan Umum 41. Negeri paman Sam 43. Partai Politik yang pernaah dipimpin oleh Hamzah Haz 45. Satu 48. Enak, menyenangkan, nyaman 50. Lauk 52. dan 58. Penemu penisilin. 56. Kurap 57. Pembauran
MENURUN 1. Sindrom.... Perubahan emosi pada wanita menjelang datang bulan 2. Perasaan 3. Belut 4. Kata ganti yang menyatakan kepemilikan 5. Keterangan yang menyatakan seseorang berada di tempat lain ketika peristiwa terjadi 6. Salah satu mineral yang diperlukan tubuh 7. Lubuk, Ruang 8. Radio Republik Indonesia 9. Bagian darah yang berperan dalam proses pembekuan darah 14. Cairan pahit di dalam tubuh yang berfungsi membantu proses pencernaan 16. Permohonan kepada tuhan 19. Jaminan 22. Amanat, Pesan orang yang meninggal dunia 24. Minyak (Ing.) 26. Pemancaran, penyinaran 28. Virus yang menyebebkan penyakit demam yang ditularkan oleh nyamuk 30. Bekas, mantan 32. Perguruan tinggi terkenal di Indonesia 33. Belia 36. Poros 37. Palsu, tiruan 39. Pamong Praja 43. Tidak makan dan minum dengan sengaja 44. Sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya sebagai kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya di asuransi 46. Musuh gerakan reformasi 47. Salah satu jenis minuman 49 Ibukota Sumatera utara 51. Kuku (Ing.) 54. Istilah fotografi yang menunjukkan tingkat sensitifitas film terhadap cahaya 55. Asam deoksiribonukleat 56. Maskapai Penerbangan Belanda
MediaKuis PERTANYAAN 1. Saat ini sedang berjangkit penyakit yang disebut MERS-CoV. Penyakit ini mulai berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa bahkan juga ke negara lain. Jelaskan apa itu penyakit MERS-CoV? 2. Bagaimana gejala penyakit MERS-CoV? 3. Walaupun penyakit MERS-CoV belum ditemukan di Indonesia tetapi perlu diwaspadai, kenapa ? 4. Bagaimana cara penularan MERS-CoV? 5. Apa yang perlu kita lakukan untuk mencegah penularan MERS-CoV? Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/ kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi) dan nomor edisi majalah pada pojok kiri atas atau nama edisi majalah pada subjek email. JAWABAN DAPAT DIKIRIM MELALUI : Email :
[email protected] (Subject : Mediakuis) Fax : 021 - 52921669 Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan
Jawaban di terima paling lambat di terima redaksi
Tanggal 31 oktober 2014,
2 orang pemenang dari setiap edisi akan mendapatkan hadiah kamera atau handphone Lenovo A369i. Nama pemenang akan diundi dan diumumkan melalui Majalah Mediakom Edisi akhir tahun Edisi 53, November 2014. Semakin banyak mengikuti mediakuis, semakin besar peluang untuk menang. Ayo kirimkan kuis sebanyak-banyaknya. Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM 67
RESENSI BUKU Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015 Jakarta : Kementerian Kesehatan, 2013 72 hal; 20 X 29 cm. ISBN 978-602-235-544-0 Ditjen Bina Gizi dan KIA 1. FAMILY PLANNING 2. BIRTH CONTROL 3. NATIONAL HEALTH PROGRAM Buku ini disusun Kementerian Kesehatan bersama-sama dengan BKKBN dan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, pakar serta badan donor yang terkait dengan penguatan pelayanan KB di Indonesia. Buku ini berisikan tentang kebijakan percepatan pencapaian target pelayan KB, analisis situasi pelayanan KB, RAN Pelayanan KN serta pemantauan dan evaluasinya. Dengan diterbitkannya buku ini diharapkan dapat memberikan arahan yang jelas bagi pengelola program KB di tingkat pusat dan daerah.
Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Jakarta : Kementerian Kesehatan, 2012 xii, 48 hal. ISBN : 978-602-235-191-7 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 1. DENTISTRI 2. ORAL HEALTH 3. CHILD HEALTH SERVICES Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui jalur sekolah, serta memperhatikan perkembangan program dan kegiatan serta struktur organisasi di berbagai jenjang yang ada, maka diperlukan penguatan pelaksanaan di usaha kesehatan gigi sekolah pada tingkat lanjut, dengan disusunnya buku pedoman usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) dengan memasukan inovasi-inovasi program kesehatan gigi dan mulut yang baru. Buku pedoman ini disusun sebagai pegangan tim Pembina dan pengelola usaha sekolah (UK)/usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) pada jenjang sekolah dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan memperhatikan tiga pokok program UKS/UKGS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, sehingga dapat dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang bermutu, merata dan terjangkau Penyusunan buku ini didasarkan pada tiga pokok program UKS/UKGS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, dengan harapan dapat dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi anak sekolah
68 MEDIAKOM • Edisi 51 • AGUSTUS 2014
AGUSTUS 2014 • Edisi 51 • MEDIAKOM PB