PERAN KYAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP PENDIDKAN AKHLAK DI MASYARAKAT PURWOASRI KECAMATAN SUKOSEWO BOJONEGORO
SKRIPSI
Oleh :
KHOIRUL ANAM NIM : 243 032 043
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2007
ABSTRAK
Anam, Khoirul. 2007. Peran Kyai Muhammad Afdhoni Terhadap Pendidikan Akhlak di Masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing (1) Drs. H. Anshor M. Rusydi, (2) Drs. H. Sutoyo, M. Ag. Kata kunci : Peran, Pendidikan Akhlak, Kyai Kyai merupakan seorang ulama pewaris Nabi yang memiliki tugas untuk menyebarkan agama Islam dan membantu membangun pendidikan akhlak.sebagai pewaris Nabi/ulama mengembangkan beberapa fungsi antara lain : Tabligh yaitu menyampaikan pesan-pesan agama, tibyan yaitu menjelaskan masalah-masalah agama, tahkim yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar utama dalam memutuskan perkara dan uswatun hasanah yaitu menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik dalam pengamalan agama. Skripsi ini membahas tentang peran Kyai Muhammad Afdhoni terhadap pendidikan akhlak di masyarakat Purwoasri Sukosewu Bojonegoro. Dengan permasalahan perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri. Kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni dan relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri. Tujuan pembahasan skripsi adalah untuk mengetahui perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri. Kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni dan relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian yang terlibat di Dusun Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, interview dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deduktif induktif dan reflektif. Berdasarkan analisis bahwa perkembangan akhlak Purwoasri dari tahun 1985 sampai dengan 1995 mengalami perkembangan. Kegiatan keagamaan yang dilakukan Kyai Muhammad Afdhoni sangat mempengaruhi perubahan akhlak masyarakat Purwoasri Sukosewu Bojonegoro.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i HALAMAN JUDUL.................................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv MOTTO ....................................................................................................................... v ABSTRAK .................................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR ISI............................................................................................................... ix DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiv PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ xv PERSEMBAHAN ..................................................................................................... xvi BAB I
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Fokus Penelitian ....................................................................... 3 C. Rumusan Masalah .................................................................... 3 D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian ................................................................... 4 F. Metode Penelitian .................................................................... 5 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 5 2. Kehadiran Peneliti.............................................................. 5
3. Lokasi Penelitian................................................................ 6 4. Sumber Data ...................................................................... 6 5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................. 7 6. Analisis Data ...................................................................... 9 7. Pengecekan Keabsahan data ............................................ 10 8. Tahapan-tahapan Penelitian ............................................. 13 G. Sistematika Pembahasan ........................................................ 14 BAB II
:
KONSEP DASAR AKHLAK DAN TUGAS SERTA TANGGUNG JAWAB ULAMA ATAU KIAI A. Konsep Dasar Akhlak ............................................................ 15 1. Pengertian Akhlak............................................................ 15 2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Akhlak....... 16 3. Keutamaan Akhlak Dalam Islam ..................................... 16 4. Akhlak Da’i atau Mubaligh.............................................. 17 5. Akhlak Bermasyarakat ..................................................... 18 6. Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmunah .................. 18 7. Agama Islam dan Akhlak................................................. 20 B. Tugas serta Tanggung Jawab Ulama atau Kyai ..................... 27
BAB III
:
PERAN KYAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP PENDIDIKAN PURWOASRI BOJONEGORO
AKHLAK
DI
MASYARAKAT
KECAMATAN
SUKOSEWU
A. Data Umum ............................................................................ 33 1. Kondisi Geografis ............................................................ 33 2. Kehidupan Keagamaan .................................................... 34 3. Keadaan Pendidikan......................................................... 35 4. Keadaan Perekonomian.................................................... 37 5. Biografi
Singkat
Kyai
Muhammad
Afdhoni
di
Masyarakat Purwoasri...................................................... 38 B. Data Khusus ........................................................................... 40 1. Perkembangan
Akhlak
Masyarakat
Purwoasri
Kacamatan Sukosewu ...................................................... 40 2. Kegiatan Keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di Masyarakat Purwoasri...................................................... 44 3. Relasi Aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan Perkembangan Akhlak Masyarakat ................................. 48 BAB IV
:
ANALISIS PERAN KYAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP
PENDIDIKAN
AKHLAK
DI
MASYARAKAT DESA PURWOASRI KECAMATAN SUKOSEWU BOJONEGORO A. Analisis Perkembangan Akhlak Masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Bojonegoro ........................................50 B. Analisis Kegiatan Keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di Masyarakat ......................................................................... 52
C. Analisis Relasi Aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan Perkembangan Masyarakat .................................................... 54 BAB V
:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 55 B. Saran....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia Islam adalah manusia yang memiliki tujuan hidup yang digariskan Islam 1 . Masyarakat Islam kelompok manusia hidup terjaring kebudayaan Islam yang diamalkan oleh kelompok itu sendiri sebagai kebudayaan yang berdasarkan dengan prinsip Al-Qur’an dan hadist dalam setiap kehidupannya. 2 Dengan demikian masyarakat yang beragama Islam, suasana Islam harus ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjalankan perintah Allah SWT dan rasul-Nya, menjalankan sholat, puasa, zakat, berbuat baik kepada orang tua dan tetangga, melakukan amar ma’ruf mencegah kemungkaran dan meninggalkan perbuatan dosa. Seperti mencuri, menfitnah, mengolok-olok, menggunjing dan sebagainya. Masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro dilihat dari geografisnya di pedalaman, sehingga masih banyak orang yang tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh agama Islam, mereka hanya mengurus
1
Nanik Machendrawati, Agus Safi’i, Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), 37. 2 Sidi Gozalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiograf (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), 126.
1
2
duniawi saja, sibuk dengan pekerjaannya. 3 Kyai Muhammad Afdhoni pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, nampaknya merasa terpanggil untuk memberikan pendidikan agama, utamanya membangun akhlak masyarakat Purwoasri kecamatan Sukosewu kabupaten Bojonegoro. Beliau sebagai Kyai atau Pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda mengajar di MI dan MTs Darul Ulum Purwoasri, beliau seorang da’i yang sering mengisi pengajian di masjid, mushola, rumah yang kebetulan mempunyai hajat seperti walimahan, kelahiran bayi dan hajatan yang lainnya. 4 Dengan kehadiran Kyai Muhammad Afdhoni masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro banyak perubahan dalam akhlaknya. Masyarakat banyak mengenal agama, banyak orang yang pergi haji, apabila ada anak lahir diaqiqohi, banyak berdiri tempat mengaji anak-anak (TPA) dan masih banyak lagi kegiatan yang mencerminkan masyarakat Islam. 5 Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tokoh profil Kiai Muhammad Afdhoni pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Maka Penulis mengangkat judul “PERAN KYAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK DI MASYARAKAT PURWOASRI KECAMATAN SUKOSEWU BOJONEGORO”.
3
Lihat Transkrip Wawancara 04/4-w/F-5/XII/2006. Observasi Langsung Tangga l 5 Pebruari 2007 0210/F-2/S-T/2007. 5 Lihat Transkrip Wawancara 04/5-10/F-6/ES-XII/2006. 4
3
B. Fokus Penelitian Untuk mempermudah penulis mengkaji lebih mendalam tentang peran Kiai dalam membangun akhlak masyarakat, maka penulis memfokuskan tentang : 1. Perkembangan
akhlak
masyarakat
Purwoasri
Kecamatan
Sukosewu
Kabupaten Bojonegoro. 2. Kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. 3. Relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan akhlak masyarakat.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosari Kabupaten Bojonegoro? 2. Bagaimana kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di masyarakat? 3. Bagaimana relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan akhlak masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro?
D. Tujuan Penelitian Berangkat dari permasalahan yang diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
4
1. Untuk
mendiskripsikan
perkembangan
akhlak
masyarakat
Purwoasri
Kecamatan Sukosari Kabupaten Bojonegoro 2. Untuk mendiskripsikan kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di masyarakat 3. Untuk mendiskripsikan relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan
akhlak
masyarakat
Purwoasri
Kecamatan
Sukosewu
Kabupaten Bojonegoro
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan : 1. Secara teoritis Dari penelitian ini akan ditemukan peran Kiai terhadap pendidikan akhlak masyarakat. 2. Secara praktis a. Sebagai masukan kepada Kyai Muhammad Afdhoni terhadap pendidikan akhlak di masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. b. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang peran Kyai terhadap pendidikan akhlak masyarakat. c. Sebagai sumbangan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di dunia pendidikan keagamaan.
5
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk menganalisis data hasil penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesa. 6 Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik alami (natural surfing) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Analisa dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif. Dan makna merupaka hal yang esensial. Dan dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu deskriptif, intensif dan analisis. Fenomena tertentu atau suatu sosial seperti individu, kelompok institusi atau masyarakat. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berprasangka, sebab peranan peneliti yang menentukan keseluruhan skenarionya. 7 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 6 7
Lexy Moloeng, Metodologi Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), 13. Ibid, 117.
6
3. Lokasi Penelitian Penulis mengambil penelitian Kyai Muhammad Afdhoni pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. 4. Sumber Data Sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah sebagai sumber tambahan. 8 Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun data diperoleh dari : a.
Person (Orang) yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban tertulis melalui angket atau lisan dan melalui wawancara dan tindakan melalui pengamatan di lapangan. Dalam penelitian ini adalah pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda dan beberapa masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
b.
Place (tempat) yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya kegiatan masyarakat.
8
Ibid., 17.
7
c.
Paper (dokumen) yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lain.
5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan maka digunakan metode pengumpulan data, yaitu : a. Teknik observasi Metode ini digunakan apabila seorang penelitian ingin mengetahui secara empirik data yang diamati. Metode ini diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan yang disertai dengan pencatatan secara teratur terhadap obyek yang diamati sebagai suatu metode ilmiah. Observasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomean yang diteliti.9 Metode observasi ini digunakan untuk menyusun data tentang keadaan akhlak masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. b. Teknik wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam bisa dua orang atau lebih bertatap muka
9
Ibid, 70.
8
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan. 10 Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
tentang
pelaksanaan
langkah-langkah
Kyai
Muhammad Afdhoni dalam membangun akhlak masyarakat. Di antara orang yang diwawancarai antara lain Kyai Muhammad Afdhoni, Sholekan, Jasmiran, Kepala Desa Purwoasri, Sekretaris Desa Purwoasri, Suripah, Solekah, Imam Mujahid dan Dasri. Di sini penulis mencari data yang berhubungan geografis Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Biografi Kyai Muhammad Afdhoni dan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukannya dan tanggapan masyarakat terhadap kehadiran Kyai Muhammad Afdhoni. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. 11 Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang gambaran masyarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Rangkaian kegiatan yang dilakukan Kyai Muhammad Afdhoni terutama yang berkaitan dengan kegiatan sosial keagamaan.
10 11
Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Medotologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 83. Sutrisno Hadi, Metode Research (Yogyakarta : Fakultas Psikologi, 1991), 226.
9
6. Analisa Data Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada
orang
lain.
Analisa
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang akan dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisa data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Hubermen dan Spardly dikemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitas dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Ausifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data diplay dan conclusion. 12 Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :
Pengumpulan Data
Penyajian Data Reduksi Data Kesimpulan
12
Miler dan Hubermen , Qualitative Data Analisis; A Source Book Of New Methods (Be Verly Hills : Sage Publications, 1984), 184.
10
Keterangan : a. Pengumpulan data adalah proses dari penyusunan secara sistematis data yang diperlukan dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. b. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. c. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan atau menyajikan data adalah pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah dilakukan oleh data selama penelitian. Maka pola sosial sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan alur penelitian. d. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 7. Pengecekan Keabsahan Temua Bagian ini memuat usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui
11
dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (relibilitas), derajat kepercayaan keabsahan data (kredibiltas data) Dalam bagian ini peneliti harus mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan pengecekan keabsahan data yang ditemukan. Berikut beberapa teknik pengecekan keabsahan data dalam proses penelitian kualitatif: a. Keikutsertaan yang diperpanjang. Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Maka perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian ini adalah : (a) dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distori, baik yang berasal dari diri sendiri, maupun dari responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan subyek, (b) dengan terjun ke lokasi dalam waktu
yang
cukup
panjang,
peneliti
dapat
mendeteksi
dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi pribadi.
12
b. Pengamatan yang tekun. Ketekunan pengamatan yang dimaskud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan : sumber, metode, penyidik dan teori. d. Pengecekan Sejawat melalui diskusi. Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil semenetara hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud : (a) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. e. Kecukupan referensi. Kecukupan referensial ini adalah sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, yaitu : dengan menyimpan informasi yang tidak direncanakan, sebagai alternatif jika berhalangan tidak ada tape (alat elektronik) tape rusak. Sewaktu mengadakan pengujian, informasi tersebut dimanfaatkan untuk keperluan pengecekan keabsahan data.
13
f. Kajian kasus negatif. Teknik analisis negatif dilakukan peneliti dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus tentang paradigma belajar dana mengajar yang tidak sesuai dengan pola kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. g. Pengecekan anggota. Pengecekan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan
data
sangat
penting
dalam
pemeriksaan
derajat
kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi : data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan rekasi dari segi pandangan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah : a.
Tahapan pra lapangan yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan
pendidikan,
mengurus
perizinan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika peneliti. b.
Tahapan pekerjaan lapangan : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.
14
c.
Tahapan analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data.
d.
Tahapan penulisan hasil laporan.
G. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan penelitian ini terbagi menjadi 5 bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut : Bab pertama, memuat tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian (berisi tentang : pendekatan dan jenis penelitian, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahapantahapan penelitian) dan sistematika pembahasan. Bab kedua, kerangka teoritik yang berisi tentang pendidikan akhlak dan peran serta tanggung jawab tokoh agama (ulama/kiai) Bab ketiga berisi tentang paparan data biografi singkat, kegiatan yang dilakukan oleh beliau dalam membangun akhlak masyarakat dan program kegiatan kemasyarakatan atau Pondok Pesantren Mansyaul Huda. Bab keempat menyajikan analisis tentang pelaksanaan kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni. Bab kelima berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran serta kata penutup.
BAB II KONSEP DASAR AKHLAK DAN TUGAS SERTA TANGGUNG JAWAB ULAMA' ATAU KYAI
A. Konsep Dasar Akhlak 1. Pengertian Akhlak Menurut imam Al-Ghazali :
A% (!B#)C! ;! ,% >% #?@! (!=#:/ ! . 2* & !< . ;!, 7 . #8:9 '; 6.) 21 3! #45! #0/ ! *+!,(!-./ " ! #$& % #'(!) 21 I! #J,!K G1 #H). 6!';. 21 '! #D=% E % F. “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jadi pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara otomatis bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar. 1
1
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : Pusat Pelajar Offset, 2006), 1.
15
16
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan akhlak antara lain : a. Lingkungan, orang yang berada dalam lingkungan yang baik, maka orang itu akan memiliki akhlak yang baik pula, tetapi sebaliknya jika seseorang berada dalam lingkungan yang buruk maka seseorang itu akan memiliki akhlak yang buruk pula. b. Pendidikan. Dengan pendidikan yang baik orang itu akan memiliki akhlak yang baik. c. Pembiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan setiap hari atau bahkan sejak kecil itu akan mempengaruhi perilaku orang ketika sudah besar atau tua. d. Insting, bawaan dan kehendak itu juga bisa mempengaruhi akhlak. 3. Keutamaan Akhlak Dalam Islam Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Demikian itu dapat dilihat sebagaimana di bawah ini : a. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok rislah Islam. Beliau bersabda :
(6Y=4-'; X;K,) U . V !W ! P; S! ,. (!HT! Q! L.R @! P N % #OB. F% (!LM9 .; “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (H.R Baihaqi).
17
b. Akhlak merupakan salah satu ajaran agama Islam. Beliau bersabda :
" . $%& % #'; 0 % #E] % . S . \ A#D< % G9 '; A! (!Y)! [ 0 % #I>R. ';(!T . Z % ; A! #D< % ,! (!I “Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab : agama adalah akhlak yang baik”. c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seorang nanti pada hari kiamat. d. Rasulullah menjadikan baik-buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas iman e. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai buah dari ibadah kepada Allah SWT.
G. H! #:L% #';!K ^. (!_#`8! #'; 0 ./ ! 6!=:# @! +! VR? ! '; a !R b. +! VR? ! '; Q. c. d!K! “Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”.(Q.S. AL-Ankabut : 45)
4. Akhlak Da’i Atau Mubaligh Sebagai seorang Da’i atau mubaligh harus mempunyai akhlak yang baik. Di antara akhlak yang harus dimiliki oleh seorang Da’i atau mubaligh antara lain: a. Shidq. Seseorang Da’i dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir dan bathin. b. Amanah yaitu dapat dipercaya
18
c. Istiqomah yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. d. Iffah yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. e. Mujahadah yaitu mencurahkan segala kemampuan. f. Syaja’ah yaitu berani dalam hal kebaikan. g. Tawadlu’ yaitu rendah hati h. Sabar i. Pemaaf. 5. Akhlak Bermasyarakat Di antara akhlak yang harus dilakukan di masyarakat antara lain : a. Bertemu dan menerima tamu atau saling silaturrahmi b. Melakukan hubungan baik dengan tetangga c. Tidak saling mengolok-olokkan d. Saling tolong menolong e. Saling memberi f. Menghadiri undangan. 2 6. Akhlak Mahmudah Dan Akhlak Madzmumah a. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) antara lain : 1) Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya) 2) Al-aliefah (disenangi)
2
Ibid., 6.
19
3) Al-‘afwu (pemaaf) 4) Anisatun (manis muka) 5) Al-khoir (kebaikan) 6) Al-khusyu’ (tekun) 7) Adh-dhiyafah ( menghormati tamu) 8) Al-khufroh (pemaaf) 9) Al-hayau (malu kalau diri tercela) 10) Al-hilmu (menahan diri dari maksiat) 11) Al-hukmu bil ‘adli (berlaku adil) 12) Al-ikhai (menganggap bersaudara) 13) Al-ihsan (berbuat baik) 14) Al-ifafah (memelihara kesucian diri) 15) Al-muru’ah (berbudi tinggi) 16) An-nadhofah (bersih) b. Akhlak madzmunah (akhlak tercela) antara lain : 1) Berdusta 2) Egois 3) Peminum khamr 4) Kikir 5) Lalai 6) Khianat 7) Pemarah
20
8) Pengecut 9) Menipu 10) Mengumpat 11) Dengki 12) Iri 13) Takabur 14) Berlebih-lebih 15) Ria’ 16) Dendam. 3 7. Agama Islam dan Akhlak Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dan ajaran Islam secara keseluruhan, karena tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah SWT yang selalu bertakwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu pendidikan juga menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Tujuan ini lebih praktis sifatnya, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praktis itu dapat dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai. Di dalam tahapan-tahapan 3
Barmawi Umar, Materi Akhlak, (Solo : Ramadhani, ),43 – 60.
21
tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula diuji hasil-hasil yang telah dicapai. Pendidikan merupakan satu-satunya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan martabat, dan menemukan nilai kemanusiaan. Sehingga kemakmuran dan kejayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada sejauh mana keberhasilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh masyarakat atau bangsa itu sendiri. Oleh karena itu manusia harus mempunyai ilmu dan harus mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Dengan
demikian,
bahwa
pengajaran
dan
pendidikan
dapat
dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan perkembangan anak, baik fisik maupun psikisnya. Orang tua bertanggungjawab penuh atas pendidikan anak. Menurut al-Ghazâli mengenai pendidikan sebagaimana diungkapkan dalam bukunya, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap. Di mana proses proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna. 4 Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Pendidikan sebagai usaha 4
56.
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1998),
22
sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan maju mundurnya kehidupan masyarakat. Pendidikan tampil dengan daya pengaruh yang sangat besar dan menjadi variabel pokok masa depan manusia. Pendidikan juga merupakan proses pembentukan akhlak manusia dan budaya manusia untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat. 5 Manajemen pendidikan (mengatasi kelemahan pendidikan Islam di Indonesia) karya Abuddin Nata menyatakan bahwa agama dengan akhlak berhubungan sangat erat. Hal ini dapat di analisis pada ajaran yang terdapat dalam agama yang pada akhirnya berujung pada pembentukan akhlak. Perintah mengucapkan dua kalimah syahadat mengawali adanya bentuk pengakuan ke-Islaman seseorang, mengandung pesan akhlak, agar segala ucapan dan perbuatan dimotivasi oleh nilai-nilai yang hanya berasal dari Tuhan dan Rasul-Nya dan sekaligus diarahkan untuk mendapatkan keridloaanya. 6 Selanjutnya mengerjakan sholat agar terhindar dari perbuatan yang keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat AlAnkabut ayat 45 :
G. H! #:L% #';!K ^. (!_#`8! #'; 0 ./ ! 6!=:# @! +! VR? ! '; a !R b. +! VR? ! '; Q. c. d!K! 5 6
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Safira Insania Press. 2003), 4. Abuddin Nata, Op Cit, 198 – 199.
23
Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar (Q.S Al-Ankabut: 45). Zakiah Darajat dalam bukunya “Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental” mengatakan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan gejala-gejala kemerosotan akhlak dalam masyarakat modern sangatlah banyak. Yang terpenting adalah karena kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap orang dan kurang teraplikasinya agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun oleh masyarakat. 7 Persoalan moral merupakan persoalan yang sudah dibawa manusia sejak lahir dan menjadi standar (ukuran) bagi perilaku manusia yang sudah menjadi pembenar bagi sifat-sifat tertentu dan mencela sifat-sifat yang lain. Kebaikan akhlak seseorang merupakan cerminan tingkat kemukminannya yang tidak diragukan lagi. Ketaqwaan kepada sang Khaliq sudah sangat solid dan absolut dan rasa tanggung jawabnya terhadap hak dan kewajiban tak perlu disangsikan lagi karena berpedoman kepada nilai moral yang dimilikinya. 8 Di antara faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang antara lain :
7
Zakiah Darojat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (Jakarta : Bulan Bintang, 1993),
65. 8
Muhammad A.R, Pendidikan Di Era Baru; Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan, (Yogyakarta : Prisma Shopia, 2003), 119 – 120.
24
Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi bagi dunia maju di mana segala sesuatu dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga kenyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol-simbol larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada pegangan agama maka hilanganglah kekuatan pengontrol yang ada pada dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah agama. Kedua, kurang efektifnya pembinaan akhlak yang dilakukan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan dengan semestinya. Pembinaan akhlak dalam keluarga misalnya harus dilakukan sejak kecil sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Untuk menumbuhkan sikap akhlak yang baik, pendidikan agama di sekolah harus dilakukan secara intensif agar ilmu dan amal dapat dirasakan anak didik di sekolah. Karena apabila pendidikan agama di sekolah diabaikan maka pendidikan agama yang diterima di rumah tidak akan berimbang bahkan mungkin hilang. Selanjutnya masyarakat harus mengambil peran dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya harus segera diperbaiki dan
25
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat kita. Karena kerusakan moral itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan akhlak. Ketiga, derasnya arus budaya materialistik dan sekularistik yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan, lukisan, siaran-siaran dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan kecenderungan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi akhlak. Keempat, belum adanya kemampuan yang sungguh-sungguh di pemerintah. Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan, uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukkan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. 9 Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia selain dengan akidah. Akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari’ah. Karena syari’ah mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi segala aspek aktifitas kehidupan manusia. Oleh karena itu ruang lingkup akhlak sama dengan ruang lingkup ajaran Islam. Secara garis besar akhlak dibagi menjadi : 1. Akhlak kepada Allah 9
Susilaningsih, Perkembangan Moral; Makalah (Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1996), 1.
26
Akhlak kepada Allah dapat artikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai mahkluk kepada Tuhan sebagai kholik. Kita perlu berakhlak kepada Allah karena Allah yang telah menciptakan manusia, Allahlah yang memberi perlengkapan panca indera, Allahlah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi keberlangsungan hidup manusia dan Allahlah yang telah memuliakan manusia. Akhlak kepada Allah antara lain : a. Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan menggunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan. b. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. c. Mengharapkan dan berusaha memperoleh ridla-Nya. d. Menyukuri nikmat dan karunia Allah. e. Menerima dengan ihklas semua qodo’ dan qodar ilahi setelah beraktifitas kepada Allah. 2. Akhlak kepada sesama mahkluk Allah. Akhlak kepada sesama mahkluk Allah meliputi : a. Akhlak kepada Rasulullah. Dapat diwujudkan dengan bentuk melaksanakan segala apa yang dieprintahkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya, mengikuti sunnah-sunnahnya, menjadikan rasul
27
sebagai idola dan menjadikan suri tauladan dalam hidup dan kehidupan. b. Akhlak kepada orang tua dengan cara menghormati, mentaati dan berbuat baik kepada orang tua. c. Akhlak kepada keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga. d. Akhlak kepada tetangga dapat diwujudkan dalam bentuk saling silaturrahmi sesama tetangga. e. Akhlak kepada masyarakat dalam bentuk memuliakan tamu, menghormati sesama, tolong menolong dan berbuat baik kepada sesama. f. Akhlak kepada diri sendiri. g. Akhlak kepada lingkungan sekitar dapat diwujudkan dengan cara memelihara, melestarikan lingkungan agar tetap lestari. 10 B. Tugas Atau Tanggung Jawab Ulama’ Atau Kyai Menurut al-Munawar ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan luas tentang ayat-ayat Allah yang mengantarkan manusia kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, taqwa, tunduk dan takut kepada-Nya. Sebagai pewaris para Nabi, ulama mengembangkan beberapa fungsi antara lain:
10
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak (Yogyakarta : CV Vinus Corporation, 2003), 53 – 65.
28
1. Tabligh yaitu menyampaikan pesan-pesan agama yang menyentuh hati dan memberi stimulasi bagi orang untuk melakukan pengalaman agama. 2. Tibyan yaitu menjelaskan masalah-masalah agama berdasarkan referensi kitab suci secara lugas, jelas dan tegas. 3. Tahkim yaitu menjadikan Al-Qur'ân sebagai referensi utama dalam memutuskan perkara dengan bijaksana dan adil. 4. Uswatun Hasanah yaitu menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik dalam pengamalan agama. 11 Ulama juga termasuk cendekiawan muslim. Dia harus hadir di tengahtengah masyarakat membantu dan membimbing ke arah kemajuan Islam. Mereka sebagai penolong masyarakat agar mengetahui kondisi masyarakat, berusaha menawarkan konsep berupa ilmu, nilai dan tradisi. 12 Haidar Putra Daulay mengatakan, Kyai adalah orang yang ahli dalam agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada santrinya, maju mundurnya pesantren ditentukan oleh Kyai. 13 Abudin Nata mengatakan peran Kyai dalam kehidupan pesantren: 1. Sebagai kepercayaan masyarakat harus memiliki keunggulan ilmu dan integritas kepribadian; 2. Pendiri pesantren; 11
Rosehan Anwar, Andi Bahrudin, Peran dan Fungsi Ulama Pendidikan (Jakarta : Pringgondani Berseri, 2003), 15. 12 Imam Bawani, Cendekiawan.., 55. 13 Haidar Putra Daulay, Historis dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), 14.
29 3. Orang yang sangat dihormati oleh santrinya. 14 Mastuhu mengungkapkan bahwa Kyai bertugas sebagai pengasuh yang menjaga nilai agama. Kyai adalah top figur pesantren, masjid sebagai jantung aktivitasnya dan keikhlasan sebagai penggeraknya. Berdirinya pondok pesantren bermula dari seorang Kyai yang menetap pada suatu tempat kemudian datanglah santri yang ingin belajar kepadanya dan turut pula bermukim di tempat itu. Sejalan
dengan
itu
Kyai
mempunyai
tugas
yang
berat
seperti
menyampaikan ajaran Islam, menjelaskan ajaran Islam, memutuskan atau menyelesaikan persoalan yang dihadapi umat sesuai dengan petunjuk Al-Qur'ân dan hadîts dan memberikan contoh pengalaman sesuai dengan hadîts Nabi yang menyatakan bahwa perilaku Nabi adalah praktek dari Al-Qur'ân. Dengan demikian Kyai (ulama) menduduki posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam dan kehidupan masyarakat bahkan Nabi sendiri menegaskan peran ulama/Kyai sepeninggalnya dengan mengatakan bahwa ulama adalah pewaris Nabi. 15 Perkembangan sebuah pesantren sangat bergantung sepenuhnya kepada kemampuan pribadi kiainya. Kyai merupakan cikal bakal dan elemen yang paling pokok dari sebuah pesantren. Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah pesantren sangat dipengaruhi oleh kemampuan pesantren tersebut untuk memperoleh seorang Kyai pengganti yang berkemampuan cukup tinggi pada
14 15
Abudin Nata, Sejarah Perubahan dan Perkembangan LPII (Jakarta : Grasindo, 2001), 14. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 126.
30
waktu ditinggal mati Kyai terdahulu. Para Kyai dengan kelebihannya pengetahuan dalam Islam seringkali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, sehingga dengan demikian para Kyai dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau oleh orang awam. 16 Seorang ulama harus sadar bahwa ulama itu adalah pewaris Nabi sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
(^;i,>';DF;K fgTVh';KiK;i DF; X;K, ) ^. (!4-. #MC! ; 2% e! ,! K! #Q5% !^(!L!$B% #'; a 9 ;.K! Artinya : Dan sesungguhnya ulama itu adalah mereka pewaris para Nabi (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Abu Darda’).
Hadîts Rasulullah ini menunjukkan bahwa para ulama menjadi pewaris Nabi dalam hal yang penting jalan dunia menuju ke akhirat. Di antara segi yang layak diwarisi oleh ulama antara lain: senantiasa berpegang teguh kepada kitab Allah dan sunah Nabi dalam menyelesaikan problema kehidupan, komitmen dengan fungsi transmisi Islam ke tengah-tengah umat manusia. Ulama harus sanggup melaksanakan amar ma’rûf nahi munkar (menyuruh pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran), menghiasi diri dengan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) yaitu berani menyampaikan kebenaran pada umat dan ada kesanggupan menegakkan kebenaran, ulama harus bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam berakidah, beribadah dan bermuamalah. 17
16 17
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1994), 55. Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), 279.
31
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur'ân surat Fathir ayat 28:
^% (!L!$B% #'; X. i. (!-/ . #0T. j! $!R'; 6!_#&I! (!LM!R b. Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama (QS. Fathir: 28).
Dari ayat Al-Qur'ân ini yang dimaksud dengan ulama adalah seorang yang diharapkan dari ayat Al-Qur'ân ini seorang yang takut kepada Allah dan mengetahui kebesaran serta kekuasaan Allah. Keberadaan Kyai dalam pesantren merupakan “lambang kewahyuan” yang selalu disegani, dipatuhi dan dihormati secara ikhlas. Para santri dan masyarakat sekitar lalu berusaha agar dapat dekat dengan para Kyai atau ulama untuk memperoleh “berkah” dari mereka. Kepatuhan para santri dan masyarakat karena Kyai dipandang sebagai orang suci yang dekat dengan Tuhan. Peranan Kiai lebih besar dalam penanaman iman, bimbingan ibadah amaliah, penyebaran dan pewarisan ilmu, pendidikan beramal dan memimpin serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi para santri dan masyarakat. Pondok pesantren telah tumbuh dan berkembang di Indonesia berkat ketekunan dan keihlasan para Kyai yang mengabdi kepada masyarakat. Kyai merupakan pimpinan spiritual dan tokoh kunci pesantren. Kedudukan,
32
kewenangan dan kekuasaannya sangat kuat. Kyai sangat disegani dan dihormati oleh para santri dan masyarakat. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kiainya. Para Kyai dengan kelebihan ilmunya dalam Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal mereka menunjukkan kekhusususannya mereka dalam pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban.
BAB III PERAN KyAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK DI MASYARAKAT DESA PURWOASRI KECAMATAN SUKOSEWU KABUPATEN BOJONEGORO
A. Data Umum 1. Kondisi Geografis Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro berada di sebelah timur Kota Bojonegoro + 25 km, jarak dari Kecamatan Sukosewu + 15 km dan jarak dari balai desa Purwoasri + 3 km. terdiri dari daratan dengan luas wilayah 449.260 Ha. 1 Di antara pembagiannya antara lain : Sawah/ladang 406.416 ha, jalan 30.000 ha, pemukiman 15.243 ha, Perkebunan 2.145 ha, lain-lain 4.553 ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut : sebelah barat berbatasan dengan Desa Genjor kecamatan Sugiwaras, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedung Rejo kecamatan Kedung Adem, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedung Dowo kecamaan Sugihwaras, sebelah utara berbatasan dengan Desa Pajing kecamatan Sukosewu Dengan wilayah yang cukup luas jumlah penduduk Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 28 RT didiami oleh 4.156 orang di antaranya 2.068 laki-laki dan 2.085 perempuan dengan jumlah
1
Profil Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro
33
34
keseluruhan 4.153 jiwa yang terbagi menjadi empat dusun : Dusun Sukorame, Dusun Payak, Dusun Banaran, Dusun Gandu
2. Keadaan Keagamaan Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro semuanya memeluk agama Islam. Kehidupan keagamaan di Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro berjalan dengan baik dengan diupayakannya berbagai kegiatan keagamaan yang dimaksudkan sebagai pembinaan mental dan spiritual terbukti dengan tumbunya berbagai kegaitan-kegiatan kerohanian seperti halnya, tahlilan di masjid dan di rumah-rumah seminggu sekali. 2 Walaupun telah dilaksanakannya berbagai kegiatan kerohanian tidak banyak masyarakat yang mengikutinya secara aktif, secara keseluruhan masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro memeluk agama Islam akan tetapi dalam kualitas pemahaman agama masih kurang yang diikuti minimnya tenaga pendidik seperti halnya ustadz, tokoh agama, ataupun santri, selain itu kurangnya dorongan dari orang tua khususnya para pemuda dan pemudi yang terjun di dalam bidang keagamaan, yang lebih cenderung kepada pekerjaan dan perkawinan.
2
Lihat transkrip wawancara No. 05/6-W/F-1/10-II/ 2007.
35
Berbagai upaya dilakukan untuk memajukan di bidang keagamaan, selain dalam hal kerohanian juga dalam bentuk fisik yaitu dibangunnya beberapa tempat ibadah di antaranya adalah masjid, musholla dan pondok pesantren serta TPA. Adapun jumlah tempat ibadah dan pondok pesantren atau TPA di Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro sebagaimana tertulis di bawah ini. Tabel 1 Jumlah Tempat Ibadah Dan TPA 3 No
Tempat Ibadah
Jumlah
1
Masjid
4
2
Mushola
28
3
Pondok Pesantren
1
3. Keadaan Pendidikan Dari data yang dapat dihimpun menunjukkan bahwa, masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro adalah masyarakat yang terpelajar yang sudah menikmati pendidikan, sebab dalam rangka ini desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu kabupaten Bojonegoro telah berdiri 3
Profil Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
36
sarana pendidikan mulai dari TK sampai SLTP dan juga beberapa TPA dan Pondok Pesantren. Dan untuk sekolah yang lebih tinggi banyak yang melanjutkan kekota. yang secara rinci dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Pada Tahun 2006 4 No
Pendidikan
Jumlah Orang
1
Belum sekolah
330 orang
2
Usia 7-45 tidak pernah sekolah
251 orang
3
Pernah sekolah tetapi tidak tamat
822 orang
4
SD / Sederajat
2050 orang
5
SLTP / Sederajat
660 orang
6
SLTA / Sederajat
153 orang
7
D1
-
8
D2
17 orang
9
D3
-
10
S1
15 orang
Dari jumlah keseluruhan penduduk Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro dengan perincian belum sekolah 338 orang dan 201 orang tidak sekolah.
4
Profil Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
37
4. Keadaan Perekonomian Kondisi perekonomian masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu kabupaten Bojonegoro tergolong ekonomi sedang dan masih ada beberapa
anggota
masyarakat
penduduk
berprofesi
petani
dengan
mengandalkan hasil pertanian padi dan tembakau sebagai sumber utama yang setidaknya ikut berperan dalam roda perekonomian. Keadaan Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro seperti yang penulis uraikan di depan, yaitu mempunyai lahan pertanian yang sangat luas, maka menjadi petani dan buruh tani atau menyewa tanah milik orang lain dengan bagi hasil adalah biasa dilakukan sebagian penduduk. Yang tidak mempunyai lahan pertanian untuk menunjang perekonomiannya ada yang berdagang, berternak, menambang pasir, industri kayu atau mebel dan lain sebagainya. Dengan keadaan demikian berarti Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam ekonomi mapan, sehingga tercapai kebutuhan sehari-hari dan dapat menyekolahkan anak-anaknya. Adapun mata pencaharian masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
38
Tabel 3 Mata Pencaharian Masyarakat Purwoasri Pada Tahun 2006 5 No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Buruh tani
312
2
Petani
1720
3
Pedagang
28
4
Pegawai Negeri
16
5
TNI/ Polri
2
6
Sopir
12
7
Tukang kayu
14
8
Tukang batu
12
9
Guru swasta
14
5. Biografi Singkat Kyai Muhammad Afdhoni Kyai Muhammad Afdhoni lahir di Bojonegoro, 25 November 1966. tepatnya di desa Semen Pinggir Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Beliau putra kedua dari Kyai Samsudin. Ibunya bernama Ny. Halimah. Kakeknya bernama Kyai Syarif bin Kyai Umar. Neneknya bernama Ny. Maemunah binti Aisyah. Istri Kyai Muhammad Afdhoni bernama Ny. Siti
5
Profil Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro.
39
Fatimah dan mempunyai lima anak (Mazidatul Rosidah, Zumrotul Saidah, Barirotul Abidah, Muhammad Sarifuddin dan Nurul Faizah). 6 Semasa kecilnya beliau belajar muali dari Madrasah Ibtidaiyah di Rengel Tuban pada tahun 1976 sambil belajar ngaji di Pondok Pesantren Darul Akrom. Setelah itu melanjutkan di Pondok Pesantren At-Tanwir. Pendidikan Formal beliau setelah dari Madrasah Ibtidaiyah adalah melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Ma’had Roudhotul Tholibin Tinggil Tuban selama 9 tahun. Beliau juga belajar agama di situ yaitu pada siang dan malam hari. Di antara kitab-kitab yang pernah dikuasainya adalah Kitab Tafsir Jalalain, Al-Qur’an, Kitab AlImriti, Sulamul Taufiq, Al-Hikam, Tanbihul Ghofilin, Nahwu Shorof, dan kitab-kitab kuning lainnya. Selama belajar baik di formal maupun non formal (di pondok) beliau aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sekolahan seperti ketua kelas, Pengurus Osis di masa Aliyah dan juga pernah menjabat pengurus pondok sebagai koordinasi santri untuk menangani disiplin santri atau bidang keamanan. Beliau juga ikut membantu mengajar di pondok selama 5 tahun. 7
6 7
Lihat transkip wawancara nomor : 01/1-W/F-2/15-II/2007 Lihat transkip wawancara nomor : 10/1-W/F-2/15-II/2007
40
B. Data Khusus 1. Perkembangan Akhlak Masyarakat Purwoasri Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan
Sukosewu
Kabupaten
Bojonegoro
diketahui
bahwasanya
masyarakat Purwoasri mengalami perkembangan akhlak dari waktu ke waktu. Di antaranya pada tahun 1985, kondisi akhlak masyarakat Purwoasri sangat buruk artinya masyarakat Purwoasri jarang mengenal agama, masyarakatnya banyak yang meninggalkan sholat Jum’at, banyak yang melakukan ritual-ritual jawa (kejawen) di antaranya bancaan di kuburan, adanya sesaji-sesaji kemudian banyak melakukan munim-muniman keras, judi dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat Purwoasri banyak yang juga melakukan melekmelekan atau jagongan semalam suntuk juga ada yang diisi dengan bermain kartu atau judi. Itu dilakukan ketika ada acara atau hajatan orang yang sedang mantenan, sunatan, melahirkan anak dan yang lainnya. Kemudian pada waktu itu masyarakat masih banyak menaruh taqis atau sesaji di pohon-pohon besar, dikuburan, dan di tempat-tempat dudut sawah ketika menjelang penanaman padi dan panen padi dengan tujuan agar hasil penennya melimpah ruah. Kemudian daripada itu apabila ada keluarga yang meninggal dunia biasanya keluarga yang masih hidup menyiapkan makanan kesukaan untuk yang sudah meninggalkan dunia yang ditaruh di kamar kosong. Biasanya di tempat tidur orang yang mati. Itu dilakukan dari satu sampai dengan ketujuh
41
harinya kematian ada yang keempat puluh, keseratus, keseribu harinya dan setiap malam Jum’at sampai dengan keseribu harinya. Mereka beranggapan bahwa orang yang sudah mati seperti yang masih hidup. 8 Keadaan masyarakat seperti itu disebabkan karena pengetahuan agama masyarakat Purwoasri sangatlah kurang. Pada waktu itu anak-anak banyak yang tidak sekolah. Tempat-tempat ibadah seperti mushola dan masjid sangatlah jarang seperti dalam satu desa hanya terdapat dua masjid dan di dalam satu dukuhan hanya ada satu musholadan masyarakat masih percaya dan mengikuti tradisi nenek moyang dan masyarakat tidak berani melawannya. Hal yang demikian menyebabkan masyarakat Purwoasri banyak yang tidak melakukan perintah agama Islam. Selain daripada itu orang yang mengerti agama jumlahnya sangat sedikit sekali. Yang biasanya hanya berada di sekitar masjid saja dan sarana transportasi seperti jalan pada waktu itu sangatlah jarang sekali. Yang menyebabkan orang-orang males untuk mengikuti kajian-kajian keagamaan yang di laksanakan di masjid-masjid. Waktu itu masyarakat Purwoasri hanya mementingkan pekerjaan saja dan anak muda cenderung dinikahkan. Selain dari sarana transportasi yang tidak ada, jarangnya media elektronik,
listrik,
radio,
televisi
sehingga
informasi-informasi
dan
komunikasi sulit masuk di Desa Purwoasri.waktu itu Aparat Desa juga tidak bergerak untuk memajukan desa. 8
Lihat transkip wawancara nomor : 05/5-W/F-1/24-IX/2007
42
Pada tahun 1985 karena pengetahuan agama masih jarang atau agama hanya sebagai identitas saja maka tempat ibadah seperti masjid dan mushola sangatlah sedikit juga. Hal inilah yang menjadi pengaruh masyarakat Purwoasri akan kurangnya pengetahuan agama sehingga untuk sholat Jum’at saja sangatlah jauh. Mereka harus menempuh jaraka 4 km dengan jalan kaki dan kadang dengan naik sepeda pancal sehingga menyebabkan pelaksanaan sholat Jum’at sangat kurang. Mushola atau langgar juga sangat kurang. Satu dukuh hanya ada satu mushola. Padahal dalam satu dukuh ada empat RT sehingga menyebabkan anak-anak yang seharusnya mendapatkan pengetahuan agama dengan mengaji di tempat-tempat ibadah sangatlah kurang. Hanya sebagian ada yang mengaji yaitu ketika pada waktu malam hari setelah maghrib sampai dengan isya’. Pada waktu itu anak-anak banyak yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke tingkat menengah atau atas (SMP atau SMA). Mereka kebanyakan lulus pada masa sekolah dasar saja (SD). Masyarakat Purwoasri banyak yang melakukan sholat di rumah masing-masing dan hanya beberapa orang saja yang melakukan sholat. Mushola dan masjid dipakai untuk sholat masghrib dan ‘isya’ saja. Perubahan muncul setalah adanya seorang Kyai yang berusaha untuk membangun pendidikan akhlak masyarakat. Beliau adalah Kyai Muhammad Afdhoni dan beberapa tokoh masyarakat lainnya. Sehingga menyebabkan
43
akhlak masyarakat mengalami perubahan yang lebih baik dan sesuai dengan harapan agama dan aturan yang ada. Di antara kegiatan yang dilakukan masyarakat Purwoasri setalah kedatangan Kyai Muhammad Afdhoni adalah masyarakat tidak lagi melakukan bancaan di kuburan-kuburan, berkurangnya praktek sesaji, memberi makan orang yang sudah mati. Sekarang masyarakat Purwoasri banyak yang pergi haji, belajar agama, sekolah sampai dengan lulusan SMA bahkan ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Apabila ada acara walimahan seperti mantenan, sunatan sudah tidak diisi kembali dengan mainkartu tetapi sekarang diisi dengan pengajian. Masyarakat Purwoasri sudah banyak yang melakukan sholat berjama’ah di masjid dan musholamushola yang ada, yasinan dn tahlilan rutin sudah ada setiap malam jum’at. 9 Selain itu ketika ada peringatan hari besar Islam diperingati dan diisi dengan ngaji dan ceramah agama. Anak-anak sudah banyak yang belajar ngaji di TPA-TPA, masjid dan mushola. Masyarakat tidak ada yang lagi main judi di
tempat
tongkrongan-tongkrongan
dan
masih
banyak
lagi
yang
mencerminkan adanya perubahan akhlak yang bagus di masyarakat Purwoasri. Perkembangan akhlak yang bagus di masyarakat Purwoasri ditandai pula dengan bertambah banyaknya tempat ibadah masjid dan mushola serta
9
Lihat transkip wawancara nomor : 05/5-W/F-1/25-IX/2007
44
TPA di setiap dusun dan juga pondok pesantren. Tempat-tempat nongkrong untuk main kartu dan minum-minuman keras sekarang sudah tidak ada lagi. Mushola dan masjid yang dahulu hanya dipakai untuk sholat maghrib dan ‘isya’ saja sekarang sudah ada yang melakukan jama’ah sholat lima waktu dan bahkan setiap malam Jum’at dan malam Rabu dipakai yasinan dan tahlilan. Ketika siang harinya dipakai untuk belajar ngaji untuk anak-anak. Itu semua menunjukkan bahwa akhlak masyarakat Purwoasri mengalami perkembangan yang lebih maju. Karena dengan adanya Kyai Muhammad Afdhoni yang berusaha membangun pendidikan akhlak di masyarakat Purwoasri. 2. Kegiatan Keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di Masyarakat Purwoasri a. Aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni Terhadap Santrinya Pada tahun 1988 Kyai Muhammad Afdhoni mendirikan Pondok Pesantren Mansyaul Huda yang bertujuan agar bisa digunakan sebagai tempat belajar agama untuk anak-anak dan orang dewasa. Untuk mendidik anak santri agar memiliki akhlak yang baik atau akhlakul karimah beliau mengajarkan agama kepada para santrinya pelajaran-pelajaran agama seperti Tafsir, ‘Imriti, Bidayatul Hidayah, dan kitab-kitab kuning lainnya. Selain itu uantuk mengembangkan bakat kreatif kepada santrinya diadakan pelajaran ekstra atau pelajaran tambahan seperti Muhadloroh,
45
Pembacaan Al-Berzanji, Tilawatil Qur’an, Hadroh, Pembawaan Acara dan lain-lain sebagainya. Yang semuanya itu bisa dimanfaatkan ketika masyarakat ada atau mempunyai hajatan seperti pernikahan, sunatan, kelahiran dan acara peringatan hari besar Islam. 10 b. Aktifitas Sosial Kyai Muhammad Afdhoni Terhadap Masyarakat Beliau adalah seorang tokoh ulama di masyarakat Purwoasri dan sekitarnya. Untuk memudahkan dalam berdakwahnya khususnya dalam membangun akhlak masyarakat beliau harus aktif di organisasi keagamaan. Di Kecamatan Sukosewu beliau menjadi Rais Syuri’ah NU (Nahdlatul Ulama) Ranting Sukosewu selama dua periode mulai tahun 2000 sampai sekarang. c. Kegiatan Keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di Masyarakat Purwoasri Dari hasil wawancara dengan pengasuh Pesantren Mansyaul Huda Kyai Muhammad Afdhoni diketahui bahwasanya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni antara lain : 1) Sebagai pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Mansyaul Huda. 11 Untuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan di Desa Purwoasri Kyai Muhammad Afdhoni mendirikan pondok pesantren.
10 11
Lihat transkip wawancara nomor : 06/6-W/F-2/26-IX/2007 Lihat transkip wawancara nomor : 0/1-W/F-2/15-II/2007
46
Awalnya pondok pesantren ini digunakan sebagai tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang kebanyakan digunakan tempat belajar anakanak. Setelah berjalan beberapa tahun pondok pesantren ini selain digunakan sebagai belajar anak-anak juga digunakan sebagai tempat mengaji bapak-bapak dan ibu-ibu. 2) Sebagai Khotib Dalam membangun moral masyarakat Kyai Muhammad Afdhoni bertindak sebagai khotib di masjid-masjid yang ada di Desa Purwoasri dan sekitarnya. 3) Sebagai Da’i Lokal Dalam usaha untuk membangun moral masyarakat Kyai Muhammad Afdhoni bertindak sebagai Da’i lokal. Maksudnya memberikan ceramah di sekitar lingkungan Purwoasri dan sekitarnya. Biasanya Kyai Muhammad Afdhoni memberikan ceramah atau mengisi pengisi pengajian di acara walimahan seperti pernikahan, khitanan, walimatul hamli dan juga memberi ceramah pada peringatan hari besar Islam seperti peringatan Isra’ Mi’raj Maulud Nabi dan lain sebagainya. 4) Sebagai guru atau pengajar baik di formal maupun non formal Kegiatan yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni dalam membangun moral masyarakat yang lain adalah mengajar baik di formal amupun non formal.
47
Di antara yang formal adalah Kyai Muhammad Afdhoni mengajar di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan yang non formal adalah mengajar di pondok pesantren tersebut. Dalam
menjalankan
semua
itu
tidak
semudah
yang
dibayangkan, artinya ada hambatan atau kendala. Di antara kendala atau hambatan yang dihadapinya adalah kendala itu kadang-kadang dari masyarakat ada yang menerima dan sebagian masyarakat ada yang tidak menerimnya. Kalau menghadapi semacam itu harus mengatur kebijaksanaan. Kebijaksanaan itu adalah di dalam menyampikan itu harus tahu kondisi masyarakat, karena masyarakat itu tingkat pendidikannya berbeda. Kalau menghadapi masyarakat awam harus menyampaikan da’wah dengan bil hikmah dalam artian dengan kebijaksanaan, jangan langsung secara keras. Harus memberikan atau menceritakan tentang kesenangan-kesenangan atau menceritakan tentang gambaran di surga. Jangan sampai menceritakan tentang hukuman siksaan-siksaan seperti menceritakan tentang gambaran-ganbaran di neraka, agar masyarakat tidak takut. Karena sebelumnya masyarakat banyak yang tidak melaksanakan perintah Allah SWT. Oleh karena itu kebijaksanaan dalam berdakwah sangat diperlukan agar bisa diterima di masyarakat.
48
3. Relasi Aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan Perkembangan Akhlak Masyarakat Usaha dakwah yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni untuk membangun pendidikan akhlak masyarakat Purwoasri melalui pendidikan agama yaitu dengan mendirikan Pondok Pesantren, melalui khotib, menjadi dai lokal, mengjar di sekolah formal dan sebagi pengurus Rois Syuri’ah Ranting NU Sukosewu bisa merubah akhlak masyarakat Purwoasri. Semua itu dapat kita lihat dari berbagi perubahan yang dijelaskan di depan yaitu dari adanya akhlak masyarakat Purwoasri yang buruk menjadi akhlak yang bagus. Itu menandakan usaha-usaha yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni dalam membangun akhlak masyarakat Purwoasri. Dari hasil wawancara masyarakat Purwoasri mengenai peran Kyai Muhammad Afdhoni terhadap pendidikan akhlak masyarakat sangatlah besar pengaruhnya sebagaimana dituangkan oleh bapak Solekan “Dengan kehadiran Kyai Muhammad Afdhoni banyak masyarakat Purwoasri yang dahulunya tidak bisa mengaji menjadi bisa mengaji, yang dahulu tidak paham menganai agama secara mendalam sekarang menjadi paham dan pengetahuan agamanya menjadi sangat baik.”
49
Selain itu dalam bidang pendidikan, beliau sangat berpengaruh karena dengan adanya beliau banyak berdiri TPA-TPA dan anak-anak bisa belajar agama di pondok atau tempat-tempat belajar ngaji lainnya. 12
12
Lihat transkip wawancara 04/2-W/F-4/16-II/2007
BAB IV ANALISIS PERAN KYAI MUHAMMAD AFDHONI TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK DI MASYARAKAT PURWOASRI KECAMATAN SUKOSEWU BOJONEGORO
A. Analisis Perkembangan Akhlak Masyarakat Purwoasri Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia selain dengan akidah. Oleh karena itu faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang antara lain : a. Longgarnya pegangan terhadap agama b. Kurang efektifnya pembinaan akhlak yang dilakukan oleh semua yang terkait. Seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. c. Adanya pengaruh budaya asing yang tidak diimbangi dengan agama. Perubahan akhlak juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : a. Lingkungan, orang yang berada dalam lingkungan yang baik, maka orang itu akan memiliki akhlak yang baik pula, tetapi sebaliknya jika seseorang berada dalam lingkungan yang buruk maka seseorang itu akan memiliki akhlak yang buruk pula. b. Pendidikan. Dengan pendidikan yang baik orang itu akan memiliki akhlak yang baik.
50
51
c. Pembiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan setiap hari atau bahkan sejak kecil itu akan mempengaruhi perilaku orang ketika sudah besar atau tua. d. Insting, bawaan dan kehendak itu juga bisa mempengaruhi akhlak. Begitu pula dengan akhlak masyarakat yang berada di desa Purwoasri Sukosewu Bojonegoro yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan di antaranya pada tahun 1985 akhlak masyarakat Purwoasri sangat buruk, masih banyak orang yang tidak melaksanakan perintah Allah SWT, masyarakat masih suka melakukan perbuatan-perbuatan dosa, minum-minuman keras, judi dan lain sebagainya. Selain daripada itu tempat ibadah atau sarana peribadatan masih sedikit sehingga banyak masyarakat yang tidak sholat, padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an :
7$ 8" -.:9 -)*"; $23"4-5"6-)* 0 $1 " +",.- /" &" '!( " )* # "! %$ Artinya : Sesungguhnya sholat iitu mencegah perbuatan keji dan mungkar.(Q.S. Al-Ankabut : 45) Kemudian pada tahun 1995 akhlak masyarakat Purwoasri mengalami perkembangan yang bagus. Banyak tempat Ibadah dan masyarakat sudah banyak yang melaksanakan Sholat berjama’ah dan sudah tidak lagi ada orang yang melakukan minum-minuman keras dan perbuatan judi dan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama. Perubahan akhlak itu disebabkan karena adanya Kyai Muhammad Afdhoni yang berusaha untuk membangun akhlak masyarakat Purwoasri. Jadi
52
pembinaan yang dilakukan baik di sekolah maupun di keluarga dan masyarakat banyak mempengaruhi perkembangan akhlak.
B. Analisis Kegiatan Keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di Mayarakat Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
(2*OCP)*IJ*; KLM'N)*;O;*O IJ* H*;C ) 2$ 3"DE$ -FG" * A9 B" C" ;" -=>9 "23":"?@9 -)* # < *$;" “Dan sesungguhnya ulama itu adalah mereka pewaris para Nabi” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Abu Darda’)
Sebagaimana juga yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 28 :
29 3":"?@9 -)* H$ O$ 3"E1 $ -0M$ Q" ?"!)* +"4-RS" 3":F"! %$ Artinya : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama (QS. Fathir : 28)
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa adalah perwaris Nabi yang memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Tabligh yaitu menyampaikan pesan agama. 2. Tibyan yaitu menjelaskan masalah-masalah agama. 3. Tahkim yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi utama dalam memutuskan perkara.
53
4. Uswatun Hasanah yaitu menjadikan dirinya teladan yang baik dalam pengamalan agama. Dari ayat di atas dijelaskan ulama adalah orang yang diharapkan menjadi ulama yang takut kepada Allah SWT. dan mengetahui kebesaran serta kekuasaan Allah SWT. Begitu yang dilakukan Kyai Muhammad Afdhoni selaku pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Bahwasanya beliau merupakan ulama atau Kyai yang memiliki kegiatan di masyarakat antara lain : 1. Dalam bidang pendidikan beliau mengajar para santrinya dengan kitab-kitab kuning dan para santrinya diberi ketrampilan seperti Hadroh, Pidato, Qori’ dan kegiatan lain sebagainya. 2. Dalam kegiatan kemasyarakat beliau adalah manjdai Rois Syuri’ah Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Sukosewu selama dua periode dalam kesempatan beliau manjadi Rois Syuri’ah dapat memudahkan dakwahnya. 3. Dalam kegiatan keagamaan di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan oleh beliau adalah menjadi khotib pada hari Jum’at dan Da’i lokal, serta sebagai guru baik formal maupun non formal.
C. Analisis Relasi Aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan Perkembangan Akhlak Masyarakat
54
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mastuhu Kyai adalah sebutan bagi seseorang yang menjaga nilai-nilai agama. Kyai sebagai top figur di masyarakat. Sejalan dengan itu Kyai mempunyai tugas menyampaikan ajaran Islam sehingga Kyai bisa mempengaruhi akhlak masyarakat. Begitu juga yang berada di masyarakat Purwoasri bahwasanya dengan adanya Kyai Muhammad Afdhoni perilaku atau akhlak masyarakat mengalami perubahan yang dahulu akhlak masyarakat Purwoasri sangat jelek sekarang dengan adanya dakwah yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni menjadi bagus itu menandakan bahwa dakwah yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni mempengaruhi perubahan akhlak masyarakat Purwoasri.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas yaitu tentang peran Kyai Muhammad Afdhoni terhadap pendidikan akhlak di Purwoasri kecamatan Sukosewu Bojonegoro. 1.
Perkembangan
akhlak
masyarakat
Purwoasri
Kecamatan
Sukosewu
Bojonegoro dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di mana pada tahun 1985 masyarakat Purwoasri akhlaknya belum bagus yaitu masih adanya masyarakat yang tidak mau menjalankan perintah Allah SWT serta banyak yang melakukan pelanggaran akan larangan-larangan-Nya serta sedikitnya tempat ibadah kemudian pada tahun 1995 akhlak masyarakat Purwoasri mengalami kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat sudah banyak yang menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan agama. Serta sudah banyaknya tempat ibadah dan tempat pendidikan agama dan pendidikan Al-Qur’an. 2.
Kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni di masyarakat Purwoasri di antaranya: a. Aktifitas dalam mendidik santrinya. Untuk mendidik santrinya beliau mengajarkan kitab-kitab kuning dan beberapa kegiatan agama seperti Qori’, pidato dan lain-lainya agar santrinya memiliki akhlakul karimah
55
56
b. Aktifitas sosial di masyarakat beliau adalah menjadi Rois Syuri’ah Nahdlatul Ulama Ranting NU Sukosewu. c. Kegiatan keagamaan Kyai Muhammad Afdhoni antara lain sebagai guru formal maupun non formal, sebagai Da’i lokal, sebagai khotib, dan sebagai pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda. 3.
Relasi aktifitas Kyai Muhammad Afdhoni dan perkembangan akhlak masyarakat adalah usaha yang dilakukan untuk membangun akhlak masyarakat. Dengan adanya beliau kondisi akhlak masyarakat Purwoasri mengalami kemajuan dengan banyaknya msyarakat yang mengerti agama, mengamalkan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya serta banyak berdirinya tempat ibadah dan pendidikan agama seperti TPA.
B. Saran 1.
Kepada Kyai Muhammad Afdhoni pengasuh Pondok Pesantren Mansyaul Huda Puwoasri Sukosewu Bojonegoro, hendaknya Kyai Muhammad Afdhoni tetap tekun dalam berdakwah untuk membangun akhlak masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu agar masyarakat mempunyai perilaku yang baik dan suasana Islami muncul di tengah-tengah masyarakat.
2.
Kepada para santri Pondok Pesantren Mansyaul Huda Puwoasri Sukosewu Bojonegoro, hendaknya terus dikembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan agar lebih menarik sehingga masyarakat senang terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para santri Pondok Pesantren Mansyaul Huda.
57
3.
Kepada Masyarakat Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, hendaknya ikut mendukung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni dan santrinya dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Kyai Muhammad Afdhoni kemudian putra-putri dipondokkan di Pondok Pesantren Mansyaul Huda Purwoasri Sukosewu Bojonegoro.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan dan Malik, Andi Bahruddin. Ulama Dalam Penyebaran Pendidikan dan Khazanah Keagamaan. Jakarta : Pringgodani Berseri, 2003. Bawani, Imam dan Anshori, Isa. Cendekiawan Muslim Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Surabaya : Bina Ilmu, 1991. Dhofier, Zamkasyari. Tradisi Pensatren. Jakarta : LP3ES, 1994. Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2004. Gazalba, Sidiq. Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi. Jakarta : Bulan Bintang, 1976 Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Fakultas Psikologi, 1991 Ilyas,Yunahar, Kuliah Akhlak,Yogyakarta : Pusat Pelajar Offset, 2006. Ihsan, Hamdani dan Hasan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1998. Khozin. Jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. Muhammad, Umar. Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung. Yagyakarta : Bulan Bintang, 1979. Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005. Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001. Miler dan Hubermen. Qualitative Data Analisis; A Source Book of New Methods (Be Very Hills) : Sage Publications, 1984. Machendrawati, Nanih dan Safi’i, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung : remaja Rosdakarya, 2001.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta : INIJ, 1994. Nabuko, Cholid dan Ahmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 2001. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Pres, 2002. Nata, Abudin. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Grasindo, 2001. Profil Desa Purwoasri Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro. Rusni Abidin, Ibdu. Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan. Jakarta : Pustaka Pelajar, 1998. Sanaky, Hujar AH. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta : Safira Insani Press, 2003. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidik Dalam Prespektif Islam. Bandung : remaja Rosdakarya, 1991. Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung : Pustaka Setia, 1997 Umar,Barmawi, Materi Akhlak, Solo : Ramadhani Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung : Pustaka Setia, 1997. ---------, Eksistensi Pesantren,Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 2001