PENGARUH MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DI TRANS7 TERHADAP AKHLAK MASYARAKAT BURUH INDUSTRI DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
UMI FADHILAH 1103029
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (Lima) Eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Skripsi Kepada Yth, Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi, dan perbaikan sebagaimana semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari : Nama
: Fatikhatul Khoiriyati Fitri
NIM
: 1102150
Fakultas/Jurusan
: Manajemen Dakwah (MD)
Judul Skripsi
: Dakwah Bil Hal Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten
Kendal
Periode
2006-2007
(Tinjauan
Manajemen Dakwah) Dengan ini saya menyetujui dan memohon segera diujikan. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang,
Januari 2008
Pembimbing, Bidang Substansi Materi
Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Dra. Misbah Zulfa Elisabeth, M.Hum NIP. 150290933
Tanggal : …………………
Drs. Mudhofi, M.Ag NIP. 150289444
Tanggal : …………………
ii
SKRIPSI DAKWAH BIL HAL MUSLIMAT NAHDLATUL ULAMA (NU) DI KABUPATEN KENDAL PERIODE 2006-2007 (TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)
Disusun oleh Fatikhatul Khoiriyati Fitri 1102150
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Januari 2008 dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji/ Dekan/Pembantu Dekan
Anggota Penguji
Hj. Yuyun Affandi, Lc., M.A NIP. 150254344
Drs. H. Anasom, M.Hum NIP. 150267748
Sekretaris Dewan Penguji/ Pembimbing
Dra. Hj. Mizbah Zulfa Elisabeth, M.Hum NIP. 150290933
iii
Saerozi, S.Ag, M.Pd NIP. 150289732
MOTTO
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ.ﺴ ﹺﻦ ﺍﳋﹸﻠﹸ ﹺﻖ ﻦ ﺣ ﻣ ﻥ ﺍﻴﺰﳌ ﻰ ﺍﺊ ﹶﺃﹾﺛ ﹶﻘﻞﹸ ﻓ ﻴﺷ ﺎ ﻣﻦﻣ Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya daripada kebaikan akhlak. (HR. Abu Dawud)∗
∗
Imam Al-Hafidz Abi Daud Sulaiman bin Ats’ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, BeirutLibanon : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 275 H., hlm. 258
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan teruntuk : ♥ Ayahanda (H. Mustain) dan Ibunda (Hj. Suryati), karya ini terangkai dari keringat, airmata dan do’amu berdua. Setiap keringat dan airmata yang keluar karenaku menjelma dalam setiap huruf; setiap do’a yang terpanjat menyatu menyampuli karya hidupku. ♥ Kakakku (Mas Faizin)
dan adikku (Farikah) semoga karya ini mampu menjadi
pengganti baktiku yang selama ini terabai oleh ego dan inginku. ♥ My Special Friends : Tiwi, Atin, K’Jay, semangat kalian telah menjadi cemeti indah yang senantiasa melecut setiap malasku. ♥ Seluruh teman-teman baikku “kost An-nur”(Mey, Ika, Gonel, Ela, Finta, Nita, Tiwil, Lina) ragu kalian akanku telah menuntunku pada alur kehidupan yang lebih dewasa ♥ Abang-abangku : Oni, Gozi, Didin, Faruq, Toto, Azis atas segala semangat dan hiburannya di saat aku lemah tak berdaya.
♥
Dan teman-temanku satu angkatan 2003 (khususnya cah KPI 2003) terimakasih atas kebersamaan kalian dalam mengarungi perkuliahan ini.
v
KATA PENGANTAR
ﺣﻴﻢﲪﻦ ﺍﻟﺮﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮ Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7 Terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang , tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya : Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak menghaturkan ungkapan terima kasih kepada : 1. Ayahku (H. Mustain) dan ibuku (Hj. Suryati) tercinta yang telah memberikan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi keinginan penulis untuk tetap bersekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada. 2. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 3. Drs. M. Zein Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang 4. Bapak Drs. Muchlis Yahya M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Amelia Rahmi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya guna mendampingi dan menjadi teman diskusi penulis. 5. Para Dosen Pengajar, terima kasih atas seluruh ilmu yang telah penulis terima yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Ketua Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Institut bersama staff, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk memanfaatkan fasilitas dalam proses penyusunan skripsi.
vi
7. Teman-teman specialku (Tiwi dan Atin) atas motivasi dan kebersamaan kalian menemaniku dalam suka dan duka. 8. Teman-teman kost An-nur atas segala semangat dan hiburannya di saat aku lemah tak berdaya. 9. Komunitas AMD Comp, terima kasih atas pelayanan jasa ketiknya. 10. Seluruh temanku dan seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebut dan tulis satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan peran sertanya yang telah diberikan kepada penulis. Selain ungkapan terima kasih, penulis juga menghaturkan ribuan maaf apabila selama ini penulis telah memberikan keluh kesah dan segala permasalahan kepada seluruh pihak. Tiada yang dapat penulis berikan selain do’a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak tersebut di atas dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh dan semoga mendapat pahala dan balasan yang setimpal serta berlipat ganda dariNya. Harapan penulis semoga skripsi yang sifatnya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pada pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya. Terlebih lagi semoga merupakan sumbangsih bagi almamater dengan penuh siraman rahmat dan ridlo Allah SWT. Amin
Semarang, 8 Januari 2008
Umi Fadhilah 1103029
vii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 (X) terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang (Y). Sedangkan hipotesa kerja yang diajukan adalah ada pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Sumber data, diperoleh dari data primer dan data sekunder. Populasi ini sebanyak 15.850 orang sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode random sampling untuk menentukan kelurahan yang mana mewakili populasi yang ada. Dari sepuluh kelurahan diwilayah kecamatan Ngaliyan yaitu: Podorejo, Wates, Beringin, Ngaliyan, Bambankerep, Kalipancur, Purwoyoso, Tambakaji, Gondoriyo, dan Wonosari. Terpilih empat kelurahan sebagai sampel penelitian yaitu: Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo. Kemudian dari masing-masing kelurahan diambil berdasarkan proportional sample (sampel proporsi). Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau daerah. Teknik ini digunakan agar jumlah subyek dari setiap daerah seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing daerah. Sedangkan metode pengumpulan data dengan menggunakan angket. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor dengan skor kasar. Hasil analisis data diperoleh Freg 40,4637 > Ftabel baik taraf signifikan 1% (6,90) maupun 5% (3,94), karena Freg lebih besar dari Ftabel maka hasilnya adalah signifikan. Dengan demikian dapat diketahui antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang, mempunyai pengaruh dan diperoleh besarnya konstribusi prediktor menonton tayangan Empat Mata di Trans7 sebesar 29,2% sedangkan sisanya 70,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian, hipotesis awal (Ha) yang diajukan diterima, yaitu ada pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vi
ABSTRAKSI ..............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL.......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................
8
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................
9
MENONTON TAYANGAN TELEVISI, AKHLAK, DAN
BURUH INDUSTRI 2.1 Menonton Tayangan Televisi ............................................
12
2.1.1.Menonton..................................................................
12
2.1.2.Tayangan Televisi.....................................................
15
2.2 Akhlak ...............................................................................
17
2.2.1.Pengertian Akhlak ....................................................
17
2.2.2.Ruang Lingkup Akhlak ............................................
18
2.2.3.Jenis-jenis Akhlak.....................................................
20
ix
2.2.4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak ..............
20
2.3 Buruh Industri....................................................................
22
2.3.1.Pengertian Buruh Industri.........................................
22
2.3.2.Sejarah Perburuhan...................................................
24
2.3.3.Faktor-faktor Intern dan Ekstern ..............................
26
2.4 Hipotesis ............................................................................
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian ............................................
33
3.1.1. Jenis Penelitian ......................................................
33
3.1.2. Metode Penelitian ..................................................
33
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ..............................
34
3.2.1. Definisi Konseptual ...............................................
34
3.2.2. Definisi Operasional ..............................................
35
3.3. Sumber dan Jenis Data ....................................................
37
3.4. Populasi dan Sampel........................................................
38
3.5. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
40
3.6. Teknik Analisis Data .......................................................
45
3.6.1. Analisis Pendahuluan ............................................
45
3.6.2. Analisis Uji Hipotesis............................................
46
3.6.3. Analisis Lanjutan ...................................................
47
BAB IV DESKRIPSI MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DAN AKHLAK MASYARAKAT BURUH INDUSTRI 4.1. Deskripsi Menonton Tayangan Empat Mata ....................
48
4.1.1. Sejarah Singkat Empat Mata...........................................................
48
4.1.2. Tim Kreatif Empat Mata .................................................................
49
4.1.3. Tema-tema Tayangan Empat Mata.........................
50
4.1.4. Deskripsi Menonton Tayangan Empat Mata...................................
52
4.2. Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang ...........................................................................
x
53
4.2.1. Profil Kecamatan Ngaliyan ...................................
53
4.2.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Ngaliyan .
53
4.2.1.2. Keadaan
Monografis
Kecamatan
Ngaliyan ......................................................
53
4.2.2. Profil Masyarakat Buruh Industri ..........................
57
4.2.3. Aktivitas Masyarakat Buruh Industri ....................
58
4.2.4. Deskripsi Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kecamatan Ngaliyan..................................
BAB V
60
ANALISIS TENTANG PENGARUH MENONTON
TAYANGAN EMPAT MATA DI TRANS7 TERHADAP AKHLAK MASYARAKAT
BURUH
INDUSTRI
DI
KECAMATAN
NGALIYAN KOTA SEMARANG 5.1 Analisis Pendahuluan .......................................................
63
5.1.1. Data tentang Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7 ....................................................................
63
5.1.2. Data tentang Akhlak Masyarakat Buruh Industri
BAB VI
Kec. Ngaliyan .......................................................
67
5.2 Analisis Uji Hipotesis.......................................................
71
PENUTUP 6.1 Kesimpulan........................................................................
82
6.2 Limitasi..............................................................................
83
6.3 Saran-saran ........................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat saat ini telah memberikan kemudahan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan informasi, hiburan, pendidikan, bahkan kebutuhan kontrol sosial seringkali diperoleh manusia melalui kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Media yang menjembatani kebutuhan manusia ini dalam istilah lain dikenal dengan istilah media massa. Media massa sendiri memiliki empat fungsi dalam dan bagi kehidupan manusia. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi mendidik (educate), fungsi hiburan (entertainment), fungsi informasi (inform), dan fungsi kontrol sosial (social control) (Effendy, 1990; 118-119). Keempat fungsi ini, baik secara masing-masing maupun bersamaan senantiasa ada dan hadir dalam setiap layanan media massa. Media massa yang berkembang di lingkungan masyarakat memiliki aneka ragam bentuk. Ada media massa yang berbentuk media massa audio (yang berupa suara-suara), media massa visual (yang berbentuk gambar, baik gambar diam maupun gambar bergerak), dan media massa audio-visual (yang berbentuk suara dan gambar) (Syukir 1983; 176-178). Hingga saat ini, media massa yang paling banyak dimiliki dan dijadikan sebagai media informasi, hiburan, pendidikan, dan kontrol sosial oleh masyarakat
1
2
kebanyakan adalah media massa televisi. Media ini (televisi) memiliki keunggulan tersendiri di mana masyarakat dapat menikmati obyek informasi dan komunikasi berupa audio-visual sekaligus. Keberadaan media massa termasuk televisi menempati tempat yang cukup urgen, karena media massa di samping sebagai media komunikasi (channel of communication) yang berfungsi sebagai pembawa pesan dan berperan sebagai sumber pesan (massage resource). Televisi yang unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perubahan dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas (Sutrisno, 1993: 3). Melalui televisi, masyarakat dapat memilih berbagai tayangan yang diperlukan oleh mereka. Tayangan-tayangan tersebut dapat berbentuk berita, hiburan, maupun tayangan-tayangan informasi pendidikan. Di saat programprogram televisi lain menyuguhkan tontonan kemewahan yang sangat fisik materialistik, Trans 7 justru menawarkan alternatif yang berbeda. Talk show dengan program Empat Mata yang dibawakan presenter sekaligus pelawak Tukul Arwana dihadirkan untuk mengikuti selera masyarakat yang menghendaki hiburan yang mudah dicerna, instan, dan tidak memerlukan interpretasi untuk mengetahui maksudnya. Tayangan
Empat
Mata
merupakan
tayangan
hiburan
yang
menghadirkan sosok Tukul yang humoris yang berani menertawakan bahkan mengolok-olok dirinya sendiri. Dengan cara itu ia mendapat keuntungan materi. Dengan merendahkan diri dia berkomunikasi dengan para selebritis ataupun tokoh masyarakat. Tukul mempresentasikan kehebatan kultur
3
agraris dihadapan kultur industri. Melalui kecerdasannya ia menjual kebodohannya
kepada
publik.
Dari
kacamata
psikologi
berhasil
memanfaatkan kelemahan menjadi kehebatannya, biarpun tampang ndeso tapi bisa berfikir secara cepat. Sedangkan dari kacamata budaya Tukul telah mampu mempengaruhi masyarakat melalui ucapan-ucapan lucu tapi kasar yang dipengaruhi identitas lokal yang cukup kental (http://suaramedeka.com : 07042007). Bahasa-bahasa seperti katrok, ndeso, tak sobek-sobek, puaspuas, kutu kupret dan sederet sumpah serapah lainnya telah membudaya di masyarakat. Selain memiliki sisi hiburan, acara Empat Mata juga menawarkan pesan-pesan dakwah, seperti bagaimana kita menghormati dan menghargai tamu, menyambung tali silaturahmi, menumbuhkan motivasi atau semangat hidup, mengajak kepada komunikan untuk berwawasan yang luas, terutama bagi masyarakat Indonesia di tengah krisis multidimensi. Salah satu contoh tersebut adalah terlihat manakala di sela acara talk show ini ada sisipan motivasi yang sengaja disuguhkan untuk menghibur sekaligus mengajak manusia agar tidak putus asa, memandang setiap persoalan secara proporsional, tidak mudah marah, tidak berburuk sangka pada Allah dan berempati pada orang lain, terutama mereka yang hidupnya kekurangan. Kunci menjadi orang sukses tidaklah mudah, perlu ketekunan, kesabaran, dan pembelajaran yang butuh waktu selangkah demi selangkah tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dalam peribahasa dikatakan “barang siapa yang bersungguh-sungguh maka berhasilah dia.”
4
Pada saat ini, banyak sekali para Dai itu hanya menyampaikan syiar Islam tetapi belum mengamalkan ajaran Islam itu sendiri, akan tetapi Tukul lebih mengutamakan pengamalan, yaitu dalam bentuk perbuatan atau dakwah haliyyah. Dakwah bil hal yaitu dakwah dengan keteladanan, dengan perbuatan nyata (Muriah, 2000:75). Dakwah sendiri, menurut Thoha Yahya Omar (2004: 67), merupakan seruan untuk mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Demikian juga dalam penyampaian pesan agar dapat diterima oleh umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja. Oleh karena dakwah merupakan proses untuk mengajak manusia kepada jalan Allah yang identik dengan peribadatan, maka model dakwah tidak hanya terpaku pada pemberian materi dakwah secara teoritis semata, namun juga diperlukan adanya bukti riil tentang apa yang telah dilakukan oleh para da’i dalam melaksanakan dakwahnya. Terlebih lagi, pada saat ini banyak sekali permasalahan yang dialami oleh manusia yang membutuhkan penyelesaian yang tidak hanya dalam konteks teoritis saja. Seperti halnya permasalahan perekonomian dengan banyaknya pengangguran akibat krisis moneter yang membutuhkan penyelesaian praktis dalam hal pembukaan peluang kerja; permasalahan atau krisis moral yang memerlukan penyelesaian dengan kehadiran sosok yang mampu menjadi panutan dan tuntunan dan bukan menjadi tontonan.
5
Berbicara masalah yang timbul di kalangan masyarakat, salah satu permasalahan yang dapat diamati adalah permasalahan di sekitar masyarakat buruh industri. Memang sekilas masyarakat buruh industri sedikit terlepas dari permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan sebagaimana dialami oleh masyarakat penganggur. Namun jika ditilik, khususnya pada saat ini, masyarakat buruh industri sarat masalah. Berbagai persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan yang mereka lakukan timbul tenggelam dalam kehidupan mereka. Beberapa contoh permasalahan tersebut dapat terlihat dari maraknya aksi buruh yang menuntut kelayakan gaji, kelayakan jam kerja, hingga persamaan menikmati libur pada hari libur nasional layaknya tenaga kerja lainnya (disaring dari berbagai media massa periode Oktober-Desember 2007). Melihat realitas terkait dengan kehidupan masyarakat buruh industri, dapat diketahui bahwasanya masyarakat buruh industri memiliki peluang untuk memiliki karakter pribadi yang berbudaya keras. Aturan-aturan perusahaan yang cenderung membela kepentingan pengusaha dan tidak mempedulikan hak-hak buruh serta tuntutan kebutuhan ekonomi yang kian melambung
merupakan
sedikit
faktor
yang
dapat
menyebabkan
terbentuknya karakteristik keras dalam pribadi buruh industri. Oleh karena itu, masyarakat buruh industri sangat membutuhkan sebuah hiburan yang mampu menjadi “penenang” ketegangan mereka. Suguhan tontonan yang tidak memerlukan interpretasi yang rumit sangat digandrungi oleh masyarakat yang memiliki kesibukan ekonomi yang
6
tergolong berat dan berpeluang menimbulkan kestresan. Sisi hiburan yang dapat menjadi “obat” atas ketegangan otak yang seringkali timbul akibat tekanan-tekanan dalam aktivitas kerja masyarakat. Hal inilah yang menimbulkan keinginan bagi penulis untuk melakukan penelitian di lingkungan masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan. Faktor yang mendorong tersebut tidak lain adalah aktivitas kerja masyarakat Kecamatan Ngaliyan yang mayoritas berprofesi sebagai buruh industri; ada sekitar 15.850 orang dari total penduduk 102.238 orang yang bekerja di bidang industri (BPS Kota Semarang, 2006 : 32). Menurut Donald. K. Robert sebagaimana dikutip oleh Sam Abede Pareno dalam bukunya Ilmu Komunikasi menyatakan bahwa adanya yang beranggapan efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa media massa. Dari asumsi ini dapat diketahui bahwasanya tayangan acara empat mata memiliki pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan. Hal ini, menurut penulis didasarkan pada beberapa hal yakni: 1) Bentuk tayangan empat mata yang bersifat ringan dan tidak rumit, 2) Bahasa yang digunakan dalam tayangan tersebut juga merupakan bahasa sehari-hari, 3) Banyak mengandung joke (lelucon). Oleh karenanya, menurut penulis, tayangan Empat Mata di Trans 7 merupakan tayangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat buruh industri. Kesesuaian tersebut terletak pada adanya sisi hiburan sekaligus nilai-nilai ajaran agama dalam tayangan tersebut. Sisi hiburan akan menjadi hiburan bagi masyarakat buruh industri dari ketegangan hidup yang
7
dialaminya. Sedangkan pada sisi nilai ajaran agama akan menjadi masukan atau bahkan motivasi bagi buruh industri dalam berkehidupan. Sebab, sosok Tukul sendiri memiliki kedekatan proses kehidupan dengan para buruh industri, di mana Tukul sebelum sukses seringkali mengalami kesulitankesulitan hidup seperti yang dialami oleh para buruh industri, bahkan lebih (http: //suaramedeka.com, 07042007). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan sebuah penelitian di lingkungan masyarakat Kecamatan Ngaliyan dengan judul penelitian “Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. 1.2. Perumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan adalah adakah pengaruh menonton tayangan “Empat Mata” di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh menonton tayangan “Empat Mata” di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan dibidang Ilmu Dakwah, khususnya bidang penelitian materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan mad’u. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi “pedoman kecil” bagi praktisi dakwah tentang penyampaian pesan dakwah berdasarkan kebutuhan mad’u. 1.4. Tinjauan Pustaka Sebagai bahan telaah pustaka pada penelitian ini penulis mengambil judul penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian yang penulis bahas di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Penelitian Sarifah Fatimah (2006). Penelitian dengan judul "Pengaruh Menonton Sinetron Bawang Merah Bawang Putih di RCTI Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal," bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di RCTI terhadap perilaku keagamaan remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Penelitian tersebut menggunakan analisis regresi dengan skor kasar diperoleh sebuah hasil nilai terhitung sebesar 4,961. Pada taraf signifikansi 5 % dengan jumlah responden sebanyak 100, besar nilai t
9
tabel adalah 4,961 > 1,984. Ini berarti menunjukkan bahwa menonton Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di RCTI terhadap perilaku keagamaan
remaja
di
Kecamatan
Cepiring
Kabupaten
Kendal
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Sedangkan pada taraf 1 % dengan jumlah responden 100, nilai t tabel adalah 2,626, sedangkan hasil analisisnya adalah 4,961. Sehingga t hitung > t tabel (4,961 > 2,626). Ini berarti menonton Sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" di RCTI terhadap perilaku keagamaan remaja di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal menunjukkan pengaruh yang signifikan. 2) Penelitian Samiasih (2006) dengan judul "Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV Terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah
Jurusan
KPI
(Angkatan
2002-2005)
IAIN
Walisongo
Semarang". Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV Terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (Angkatan 2002-2005). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket yang dibagikan kepada sejumlah responden dan sudah ditentukan jumlahnya yaitu 39 responden. Berdasarkan angket yang terkumpul pada penulis, kemudian dilakukan proses pengolahan data dan hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan analisis Regresi Sederhana, bahwa Freq sebesar 196,722 dan besar nilai Ftabel pada taraf signifikan 5% adalah 4,10. Hal ini berarti Freg>Ftabel (196,722>4,10), dan kondisi
10
ini diperkuat hasil out put tabel Anova dengan tingkat signifikan 0,000. dengan demikian, hipotesis awal yang diajukan diterima. Hasil yang diperoleh dari penelitian penulis tersebut adalah terdapat pengaruh menonton Program Tolong di SCTV terhadap Sikap Solidaritas, atau dengan kata lain semakin tinggi intensitas menonton Program Tolong di SCTV maka akan berdampak positif terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (angkatan 20022005). 3) Penelitian Noor Erlina Lidiastuti (2005) dengan judul “Hubungan Aktifitas Menonton Televisi Dengan Perilaku Masyarakat (Studi Analisis Pada Masyarakat Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara)”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hubungan aktifitas menonton televisi dengan perilaku masyarakat. Penelitian ini menitik beratkan tentang perilaku keagamaan masyarakat Karimunjawa dengan hadirnya televisi dengan menggunakan analisis deskriptif dalam penelitian ini yang akhirnya membuat kesimpulan televisi bagi masyarakat Karimunjawa hanya sekedar hiburan dan tidak menjadikan suatu penghalang untuk beribadah. Dengan begitu, dekatnya tempat ibadah khususnya shalat dengan tempat meletakkan televisi maupun waktu ibadah (shalat) dengan waktu menonton televisi tidak begitu dirisaukan oleh masyarakat Karimunjawa.
11
Berbeda dengan penelitian di atas, dalam penelitian ini penulis berangkat dari sebuah fenomena akhlak yang tengah terjadi di masyarakat terutama masyarakat buruh industri, dan sejauh ini belum ada yang membahas tentang pengaruh tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap Perilaku Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
BAB II MENONTON TAYANGAN TELEVISI, AKHLAK, DAN BURUH INDUSTRI
2.1 Menonton Tayangan Televisi 2.1.1 Menonton Kata menonton sama artinya dengan nonton yaitu aktifitas untuk melihat suatu pertunjukan gambar hidup. Aktifitas menonton juga bisa menentukan hakekat televisi yang bersifat domestik dan sosial ditinjau dari segi pengalaman pemirsa. Kris Budiman mengatakan menonton televisi adalah suatu tindakan tertentu dari adanya alat komunikasi yakni berupa televisi (Budiman, 2002: vi). Menonton televisi juga dapat diartikan aktifitas yang tidak hanya menyorotkan mata ke arah layar kaca melainkan penonton yang berfikir aktif untuk memilih, memakai dan juga menafsirkan dari tayangan-tayangan televisi tersebut. Dari beberapa uraian di atas, aktifitas menonton itu mencakup tiga unsur yaitu: penonton (yang melihat, memahami, dan melakukan tindakan), tontonan (yang dilihat), dan efek atau perubahan yang terjadi (oleh penonton). Lebih lanjut menonton televisi menurut Kris Budiman (2002:130) dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Menonton televisi dapat mempererat atau bisa juga merenggangkan jalinan komunikasi antar pribadi satu dengan yang lain. Contoh dari
12
13 13
salah satu tayangan televisi yang dapat mempererat seperti acara KDI (Kontes Dangdut TPI), di mana pesertanya diambil dari berbagai daerah di Indonesia. Sedangkan munculnya kerenggangan komunikasi apabila fanatik atau terlalu mengagungkan kelompok sendiri. b. Menonton televisi berarti mendapatkan beraneka pengalaman, bersantai,
belajar,
bermain,
dan
sebagainya.
Karena
pada
hakekatnya televisi adalah media untuk menghibur khalayak pemirsa. c. Dengan kehadiran suaranya sebagai suara latar, tindakan menonton televisi adalah sebagai teman setia. d. Menonton televisi sekaligus sebagai tindakan mengelola kekuasaan. Hal ini memonopoli perangkat remote control sesuai selera penonton
serta
pengguna
televisi
dalam
mengawasi
da’i
mendisiplinkan orang lain. Dengan sering menonton televisi secara sadar atau tidak sadar, seseorang akan mengalami perubahan gaya hidupnya dengan mengikuti gaya hidup yang ditawarkan melalui televisi. Tiap kali mempunyai waktu luang akan langsung merebahkan diri di sofa dan menekan, tombol televisi. Dalam banyak keluarga televisi dinyalakan begitu salah satu anggota bangun tidur atau memasuki rumah, tidak peduli ada yang menonton atau tidak. Televisi nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan musik sementara anggota keluarga keluar masuk ruangan.
14 14
Televisi menyala hari demi hari tanpa disadari (Hidayat, 2005: 95). Menonton dalam pelaksanaannya dapat diimplementasikan secara beragam serta tujuan dari kegiatan menontonpun tidak sama. Ada beberapa faktor orang menonton televisi, mulai dari tertarik tema yang disajikan, suka dan tertarik dengan pembawa acara (host), dan pengaruh lingkungan teman menganggap kurang gaul alias kuper kalau tidak mengikuti acara yang mereka sukai. Orang menonton pada hakekatnya digunakan sebagai alat informasi, kontrol sosial, dan alat pemenuhan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu: surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan) (Elvinaro dan Erdiyana, 2005: 1519). Televisi merupakan bentuk budaya, sebuah ekspresi budaya dan sebuah medium dimana budaya dimediasi oleh khalayaknya. Ada bukti bahwa orang yang tidak sekedar duduk dan menonton, mereka melakukan segala sesuatu, mulai dari terpaku di depan televisi hingga berbincang tentang program saat menonton (Burton, 2002:61). Berkenaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka pesan ini juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda oleh penerima. Interpretasi orang tersebut merupakan
efek
komunikasi.
Adapun
efek
yang
ditimbulkan
sehubungan dengan menonton televisi diantaranya: efek yang
15 15
ditimbulkan sehubungan dengan menonton televisi diantaranya efek yang selama ini telah sering dikemukakan dalam berbagai usulan yaitu pertama efek-efek perilaku pemirsa baik secara langsung maupun tidak langsung atau biasa disebut efek behaviour. Kedua kemampuan seseorang untuk menyerap dan memahami acar yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa atau disebut efek kognitif. Ketiga aspek emosional pemirsa yang terwujud dari peniruan motif, dan sikap atau disebut afektif. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan berkaitan erat dengan motivasi, status sosial, ekonomi, serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat ahli komunikasi bahwa perubahan perilaku yang terjadi karena terpaan media massa disebabkan melalui frekuensi dan intensitas kontaknya terhadap media (berapa lama dan keseriusan mengkonsumsi media) (Panuju, 1997: 127).
2.1.2 Tayangan Televisi Tayangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditayangkan atau dipertunjukkan (KBBI, 1994: 107). Biasanya istilah tayangan berkaitan dengan televisi atau film (media massa audio visual). Media televisi pada hakekatnya merupakan sistem komunikasi yang
menggunakan
suatu
rangkaian
gambar
elektronik,
yang
16 16
dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio (Sutrisno, 1993: 1). Istilah televisi itu sendiri terdiri dari "tele" yang berarti jauh dan "visi" yang berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauh televisi siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang memiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian televisi merupakan media audio visual yang disebut juga dengan media pandang dengar atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat (Kusnawan et.al, 2004: 74). Televisi memiliki keunggulan dalam hal menampilkan gambar yang bergerak (motion picture) sehingga khalayak pemirsa lebih terlibat secara emosional dibandingkan ketika mereka melihat gambar yang tidak bergerak. Seperti terpampang di koran atau majalah. Ilusi gerakan dalam televisi dihasilkan melalui penampilan tiga puluh gambar fragmen pada setiap detik. Melalui presistensi daya penglihatan dan kemampuan otak menahan setiap gambar sampai seterusnya. Seseorang tidak akan menyadari kenyataan bahwa matanya secara nyata melihat rangkaian perubahan demikian cepat dari sejumlah besar perbedaan gambar-gambar fragmen terdiri atas dua ratus lima puluh ribu titik-titik gambar dengan kecemerlangan yang bervariasi seperti melukis diatas layar (Tuwu, 1997: 2). Secara universal disepakati oleh pakar komunikasi bahwa televisi berfungsi dalam memfungsikan informasi (to inform), mendidik
17 17
(to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence) (Ibrahim, 2004: 107). 2.2 Akhlak 2.2.1. Pengertian Akhlak Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004: 1). Secara terminologi ada beberapa definisi tentang akhlak: Menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu (Zuhri, 1999: III). Sedangkan menurut Ahmad Amin (1995: 62) akhlak ialah kebiasaan kehendak artinya kehendak itu apabila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak. Menurutnya kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan
ini
menimbulkan kekuatan yang lebih besar yang disebut akhlak. Dari definisi tersebut diketahui bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
18 18
lebih dulu yang tidak memerlukan dorongan dari luar. Misalnya seorang anak dari kecil sudah terbiasa bekerja keras maka ketika besar dia sudah terbiasa menerapkan jiwa kerja keras dalam kehidupannya. 2.2.2. Ruang Lingkup Akhlak Ruang lingkup akhlak Islam adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Adapun ruang lingkup akhlak yaitu: 1. Akhlak kepada Allah Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliq (Nata, 2002: 147), sedangkan titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Diantara nilai-nilai akhlak manusia kepada Allah yaitu: iman, ikhlas, tawakkal, syukur, sabar dan sebagainya. 2. Akhlak terhadap sesama manusia Akhlak terhadap sesama manusia ini dapat mencakup akhlak kepada Rasulullah, akhlak terhadap keluarga dan akhlak terhadap sesama atau orang lain. Terhadap Rasulullah hendaknya kita mengikuti sunnahnya baik dalam ibadah maupun mencontoh akhlak-akhlaknya, pergaulan antar kerabat adalah tidak jauh berbeda dengan ketentuan kepada orang tua, menghormati dan saling menyayangi. Sedangkan akhlak kepada orang lain adab
19 19
sopan santun dalam bergaul, yaitu saling mengucapkan salam bila bertemu, tidak sombong, saling menolong, mengucapkan perkataan yang baik, dermawan, baik sangka dan sebagainya. Seperti dalam hadits Nabi menjelaskan bahwa sebaik-baik orang Islam adalah siap akhlaknya dan mulia sifat-sifatnya. Rasul bersabda:
ﺇﻥ:ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﻋﻤﺮﻭ ﺃ ﹼﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ . ﻭﰱ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺇﻥ ﻣﻦ ﺧﲑﻛﻢ ﺃﺣﺴﻨﻜﻢ ﺧﻠﻘﺎ.ﺧﻴﺎﺭﻛﻢ ﺃﺣﺴﻨﻜﻢ ﺃﺧﻼﻗﺎ ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya : Dari Abidillah bin Amrin, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya orang-orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya. Di dalam suatu riwayat sesungguhnya diantara kamu yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya (H.R. Bukhari). Manusia merupakan bagian dari masyarakat tempat ia hidup. Ini menunjukkan bahwa interaksi dengan orang lain merupakan tuntunan dalam syariat Islam dan Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dengan baik. Lebih dari itu berinteraksi dengan masyarakat sekitar berdasarkan tuntunan syara akan memberikan manfaat dalam kehidupan di dunia dan akhirat, baik bagi individu maupun masyarakat umum (Mahmud, 1995: 103). 3. Akhlak terhadap lingkungan Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia baik itu binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa.
20 20
2.2.3. Jenis-jenis akhlak dalam Islam 1) Akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik dan benar menurut Islam. 2) Akhlak madzmudah yaitu akhlak yang jelek atau tidak benar menurut Islam (Abdullah, 2007: 12) Namun dalam penelitian ini penulis memfokuskan item akhlak terhadap
sesama
manusia,
karena
proses
interaksi
dalam
berkomunikasi sering terjadi antara manusia dengan manusia. Berbagai ragam cara dilakukan oleh masyarakat untuk mengekspresikan segala tindakan dan perbuatan yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar. 2.2.4. Faktor yang mempengaruhi akhlak 1. Insting (naluri) Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, misalnya Naluri bertuhan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakkan, naluri berjuang, naluri meniru dan naluri bergaul dan sebagainya. 2. Adat (kebiasaan) Adat atau kebiasaan adalah tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk
21 21
yang sama sehingga menjadi kebiasaan, misalnya berpakaian, makan, tidur dan sebagainya. Perbuatan yang sudah menjadi adat kebiasaan tidak cukup diulang-ulang saja tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati yang diiringi perbuatan. Jika suatu kebiasaan telah terbentuk maka ia akan mempunyai
ketentuan
sifat
yaitu
mudah
diperbuat
serta
menghemat waktu dan perhatian, misalnya ketika seseorang sedang menonton televisi dia menyukai acara itu. Sehingga dia akan mengikuti acara tersebut (secara berulang-ulang), akhirnya ia terpengaruh untuk menonton dan meniru apa yang ditayangkan oleh TV tersebut. 3. Keturunan (wirotsah) Keturunan (faktor genetik) secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan watak seseorang. Sifat-sifat azasi anak merupakan pantulan sifat-sifat azasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu menyamai sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Sifat yang diturunkan orang tua terhadap anaknya itu bukan
sifat yang dimiliki yang
tumbuh matang karena pengaruh lingkungan adat dan pendidikan, melainkan sifat bawaan sejak lahir, sifat-sifat tersebut bisa berupa sifat jasmaniah dan rohaniah (seperti kesabaran, kecerdasan, keuletan, dan lain-lain).
22 22
2.3 Buruh Industri 2.3.1. Pengertian Buruh Industri Ditinjau dari konteks ilmu sosiologi, kumpulan dari buruh industri dapat dikatakan sebagai masyarakat buruh industri. Pengertian masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1993: 47). Sehingga masyarakat buruh industri dapat diartikan sebagai sekumpulan golongan besar atau kecil dari manusia yang memiliki pekerjaan sebagai buruh di bidang perindustrian yang mana satu dengan yang lainnya memiliki hubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Ditinjau dari hubungan yang terjadi di antara para buruh dalam lingkup sosial, masyarakat buruh industri termasuk tipe kelompok masyarakat sekunder (secondary group), yakni kelompok-kelompok yang besar yang terdiri dari banyak orang di mana hubungan di antara mereka tidak harus didasari saling mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak selalu langgeng (Soekanto, 1982: 126). Hal ini bisa terjadi karena di antara para buruh, umumnya hubungan terjalin karena adanya persamaan lokasi kerja, persamaan lokasi bermukim, dan perasaan persamaan nasib sesama buruh.
23 23
Pengertian buruh industri sendiri adalah tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dengan mendapatkan upah. Adapun dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun l957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dalam pasal 1 ayat 1 bagian (a) dinyatakan bahwa: yang dimaksud buruh ialah orang yang berada dalam usia kerja (Sudjana, 2002: 6-7). Istilah buruh dari waktu ke waktu berubah meskipun pada hakekat pekerjaannya sama yakni orang yang bekerja pada orang lain untuk mendapatkan upah. Rezim orde baru walaupun melakukan perubahan dan penggantian istilah, menyadari istilah buruh atau majikan sebenarnya merupakan istilah teknis biasa saja, yaitu tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dengan mendapatkan upah. Tapi penggunaan istilah-istilah yang sangat populer di masa orde lama itu harus diganti karena pertimbangan politis, dengan mengganti istilah buruh dengan istilah pekerja yang diikuti dengan penghapusan hari buruh diganti dengan hari pekerja. Komunitas masyarakat di sini adalah masyarakat yang homogen yang bekerja sebagai buruh baik itu laki-laki maupun perempuan dan masih dalam usia produktif kerja. Tidak dapat disangkal
lagi
bahwa
manusia
mempunyai
mempertahankan hidup untuk memenuhi kebutuhannya.
naluri
untuk
24 24
2.3.2. Sejarah Perburuhan Membicarakan sejarah hubungan perburuhan di Indonesia menurut Zaenal Asikin (2004:10-25), maka hubungan perburuhan akan dibagi dalam dua bagian yaitu zaman penjajahan dan zaman setelah kemerdekaan. 1. Zaman Penjajahan Riwayat hukum perburuhan pada zaman penjajahan dalam berbagai literatur selalu dimulai dengan zaman perbudakan, zaman rodi kerja paksa, zaman poenale sanctie, dan zaman penjajahan Jepang a. Zaman Perbudakan Pada zaman ini orang yang melakukan pekerjaan pada orang lain, yaitu para budak, tidak mempunyai hak apapun, para budak mempunyai kewajiban untuk melakukan segala pekerjaan dan melakukan segala perintah tanpa sekalipun boleh menentangnya. Sedangkan majikan sebagai pihak yang berkuasa mempunyai hak penuh, bukan saja terhadap perekonomian, namun juga terhadap hidup matinya para budak majikan yang berhak mengaturnya. b. Zaman Rodi / Kerja Paksa Zaman rodi/kerja paksa ini mulai terjadi bersamaan dengan zaman perbudakan, dan resminya berakhir (untuk Jawa
25 25
dan Madura) tanggal 1 Februari 1983. Rodi atau kerja paksa pada mulanya merupakan pekerjaan gotong royong oleh semua penduduk suatu desa/anggota suku tertentu untuk kepentingan desa atau suku tersebut, dimanfaatkan oleh penjajah menjadi suatu kerja paksa untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda beserta pembesar-pembesarnya. c. Zaman Peonale Sanctie Zaman perkembangan lebih lanjut dari zaman kerja rodi. Pada zaman ini nasib para buruh sudah lebih baik bila dibandingkan dengan zaman perbudakan dan zaman rodi karena kedudukan buruh sudah diakui sebagai tenaga kerja yang berhak menerima upah (meskipun masih dalam taraf yang minim). d. Zaman Penjajahan Zaman ini dikenal semacam kerja paksa sejenis rodi yang disebut dengan romusha. Kerja paksa yang dilakukan diluar batas kemanusiaan, hanya mementingkan pemerasan tenaga kerja, tanpa memperhatikan keadaan tenaga kerjanya. Romusha ini sistem kerja yang dilakukan terus menerus, tanpa upah, makanan yang diberikan kepada buruh pun sangat kurang sehingga tidak jarang banyak tenaga kerja yang mati kelaparan atau dibunuh.
26 26
2. Zaman Setelah Kemerdekaan Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia, keadaan buruh tidaklah berarti karena orientasi atau pemikiran pemerintah dan rakyat Indonesia pada waktu itu ditujukan untuk mempertahankan kemerdekaan negara yang ingin direbut kembali oleh pemerintah Belanda. Baru kemudian setelah Indonesia mempertahankan kedaulatannya tahun 1948 terlihat keadaan yang berubah dalam hubungan perburuhan. Hal ini terlihat pada usaha pemerintah yang mulai memperhatikan tentang nasib buruh dengan dikeluarkannya berbagai peraturan perundangan. 2.3.3. Faktor-Faktor Intern dan Ekstern Bagi tenaga kerja ada pengaruh yang dapat mempengaruhi karir sebelum ataupun sesudah masuk dalam sebuah perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi psikis seorang buruh industri atau seorang pekerja di sebuah perusahaan bisa dari dalam atau dari luar perusahaan (Artoyo: 1986: 19-23). Beberapa faktor penting dari luar perusahaan yang bisa mempengaruhi karir seorang pekerja dalam sebuah perusahaan antara lain: 1. Faktor Pendidikan Pengaruh pendidikan merupakan pengaruh langsung yang dengan cepat dapat merupakan cara-cara berpikir seseorang,
27 27
dengan pemahaman ilmu pengetahuan seseorang dapat bersikap simpatik dan berpandangan luas. Betapa pentingnya faktor pengaruh pendidikan pada tenaga kerja, dapat dilihat maju mundurnya kehidupan di dalam perusahaan. 2. Pengalaman Kerja Pengalaman kerja merupakan pengalaman dalam praktek usaha nyata seseorang dalam praktek usaha nyata seseorang dan merupakan kebutuhan pokok akan kepentingan diri. 3. Lingkungan Budaya Disadari atau tidak sikap seseorang sedikit banyak dilatarbelakangi oleh berbagai pengaruh budaya lingkungannya, yakni kebiasaan-kebiasaan laku dan kebiasaan-kebiasaan berfikir dalam keluarga atau masyarakat tempat ia dibesarkan. Dalam suatu perusahaan masih terdapat banyak tenaga kerja yang berasal dan mempunyai lingkungan berbeda. Proses penyatuan kelompok mempengaruhi sikap perilaku karena latar belakang budaya yang berbeda itu sedikit banyak memang akan mempunyai pengaruh penghambatan di dalam berkomunikasi. 4. Pengaruh Kesehatan Bagi seseorang yang karena tingkat kesehatan, terutama keadaan gizi yang rendah dapat berakibat pada daya kerja yang melemah.
28 28
Faktor dari dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi psikis buruh industri yaitu sebagai berikut: 1. Peraturan Perusahaan Peraturan memperhatikan
perusahaan kemampuan
yang dan
baik
aspirasi
dibuat tenaga
dengan kerjanya.
Seseorang akan bekerja atas dasar penerapan peraturan yang baik, akan membuahkan sikap kerja yang baik pula. Tidak terlalu menekan buruh untuk memenuhi tuntutan-tuntutan atasannya, sehingga memicu stress buruh tersebut. 2. Kepemimpinan Kebijakan pimpinan perusahaan dalam berbagai hal mengenai pengaturan perusahaan akan mempunyai pengaruh bagi perilaku tenaga kerja, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. 3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh langsung dengan kegiatan sehari-hari tenaga kerja, karena dari tempat dan pelayanan inilah diharapkan dapat menunjang semangat kerja yang senantiasa diperlukan. 4. Pergaulan Sesama Tenaga Kerja Pergaulan sehari-hari yang berlangsung dengan para kawan sekerja, jelas membawa pengaruh baik maupun buruk. Pengaruh baik apabila menemukan teman berakhlak baik dan menemukan
29 29
kecocokan sehingga suatu kegairahan dalam bekerja tetap tinggi. Sebaliknya dalam pergaulan harian menemukan teman yang kurang baik maka akan mempengaruhi dalam pergaulan sehingga sikap lesu dan menjemukan akan dapat mempengaruhi jalannya pekerjaan. 2.4 Pengaruh Menonton Tayangan Televisi terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan audien (khalayak). Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak secara geografis. Mengenai pengaruh disini lebih ditekankan pada media sehingga media memang membutuhkan khalayak. Khalayak yang digambarkan dalam kerangka landasan teoritik yakni model hypodermic neadle theory (teori jarum suntik) atau bullet theory (teori peluru). Dasar pemikiran yang melatarbelakangi model ini adalah keyakinan bahwa khalayak itu bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang disebarkan melalui media massa, sebaliknya media aktif untuk mempengaruhi audien. Akibatnya, berbagai informasi yang datang dari media kepada khalayak, akan selalu mengenai audien. Jika sebutir peluru dikeluarkan dari katupnya, ia akan selalu menemukan sasaran. Dan sasaran yang dimaksud dalam teori peluru tak lain adalah khalayak (Nurudin, 2003: 148).
30 30
Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dari audien. Akibatnya audien bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang disiarkannya. Bahwa media punya dugaan, audien bisa ditundukkan dan dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media. Sebagaimana dikatakan oleh Jason dan Anne bahwa media massa dalam teori jarum hipodermik mempunyai efek langsung "disuntikkan" ke dalam ketidaksadaran audien (Nurudin, 2003: 156). Salah satu peneliti yaitu Elizabeth Noelle Neuman (Winami, 2003: 120) menekankan pentingnya konsep efek perkasa media massa. Menurutnya ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan media massa yaitu: 1. Ubiquity (serba ada), berarti media massa ada dimana-mana sehingga orang akan mudah untuk mendapatkannya dan kesulitan untuk menghindari kehadirannya. 2. Akumulasi pesan, berarti pesan yang disampaikan media massa bersifat komulasi, yaitu diterima berkali-kali dan saling berhubungan. 3. Keseragaman wartawan, berarti apa yang disajikan media massa cenderung sama, akibatnya gambaran yang diberikan kepada khalayak oleh pemberitaan media massa cenderung sama. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat diambil asumsi dasar bahwa berbagai perilaku yang ditayangkan dalam acara televisi dapat memberikan
31 31
rangsangan masyarakat untuk menirunya. Padahal semua tahu, apa yang disajikan itu semua semu dan tidak riil terjadi. Tetapi karena begitu kuatnya pengaruh televisi sehingga penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari keterpengaruhan itu. Sehingga televisi sering dituduh sebagai agen yang bisa mempengaruhi lebih banyak sikap dan perilaku akhlak masyarakatnya. Hal ini diperkuat dengan pengaruh media televisi, dalam batasanbatasan tertentu yaitu: 1. Siaran
televisi
bisa
menumbuhkan
keinginan
untuk
memperoleh
pengetahuan ini berarti bahwa beberapa penonton termotivasi untuk mengikuti apa yang ada di layar televisi. 2. Pengaruh pada cara berbicara, penonton biasanya memperhatikan bukan hanya apa yang diucapkan orang di televisi bahkan bagaimana cara mengucapkannya. 3. Pengaruh pada penambahan kosa kata, hal ini dapat digunakan dengan tepat dan mengembangkannya dalam suatu aktifitas kelompok belajar dan diskusi. 4. Televisi berpengaruh pada bentuk permainan, bahwa dengan menonton televisi ia akan semakin banyak memunculkan ide-ide baru berbagai jenis permainan. 5. Televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat dari lingkungan sekitar atau orang lain. Seperti pengetahuan tentang kehidupan
32 32
yang luas, perkembangan ilmu yang sangat pesat dan sebagainya (Hidayat, 1998: 82-84).
2.5 Hipotesis Hipotesis disebut sebagai pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya dan diuji kebenarannya (Nasution, 2003: 39). Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (Hk), yakni kesimpulan sementara yang akan dicari kebenarannya dalam penelitian. Hipotesis ini terbangun dari teori-teori hubungan pengaruh menonton tayangan televisi dengan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang menyatakan semakin sering masyarakat menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 maka akan semakin membuka peluang terjadinya perubahan pada akhlak masyarakat. Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka secara singkat hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata terhadap akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Metode Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical atau angka yang diolah dengan metode statistika, dan juga pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998: 5). Jenis penelitian kuantitatif sangatlah dibutuhkan
dalam
penelitian
ini
untuk
membahas
beberapa
kemungkinan yang ada untuk mengupas masalah aktual dengan cara menghimpun
data,
menyusun
atau
mengklasifikasikannya,
menganalisa dan menginterpretasikannya menurut prosedur buku statistik baik secara manual maupun menggunakan jasa komputer. 3.1.2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Untuk menggali data-data lapangan yang dibutuhkan tentang akhlak buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang yang menonton tayangan Empat Mata
33
34
yaitu dengan menggunakan metode survei. Survei bukan hanya digunakan untuk mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Disamping itu juga untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis (Arikunto, 2002: 8788). Dengan metode survei yakni penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun, 1995: 3). Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan kota Semarang yang menonton tayangan Empat Mata. 3.2.Definisi Konseptual dan Operasional 3.2.1. Definisi Konseptual Yaitu menjelaskan konsep dengan kata-kata atau istilah lain atau sinonimnya yang dianggap sudah dipahami oleh pembaca. Definisi seperti ini tampak seperti definisi yang tercantum dalam kamus, sehingga ada orang yang menyebutnya dengan definisi kamus (Soeharto, 1998:29). 1. Menonton tayangan Empat Mata Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah menonton. Secara terminologi, kata menonton berasal dari kata “tonton” mendapat
35
awalan me-, menjadi menonton yang berarti melihat pertunjukkan gambar hidup (Poerwadarminta, 1985: 1087). Menonton berarti melakukan aktifitas atau menyaksikan sesuatu yang dilihat. Menonton merupakan suatu tindakan tertentu dari adanya alat komunikasi yakni televisi. Dalam hal ini yaitu menyaksikan tayangan Empat Mata di Trans7. 2. Akhlak Masyarakat Buruh Industri Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004: 1). Akhlak menurut Ahmad Amin (1995: 62) adalah kebiasaan atau kehendak artinya kehendak itu apabila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itulah yang dinamakan akhlak. Namun dalam hal in penelitian hanya mengambil akhlak dari segi akhlak sesama manusia. Sedangkan masyarakat buruh industri adalah sekelompok tenaga yang bekerja pada orang lain dengan memberikan upah (Sudjana, 2002: 6-7). 3.2.2. Definisi Operasional Pada definisi ini, penulis mencoba melakukan pembatasan pemahaman terhadap konsep atau variabel yang diteliti yang secara jelas tercantum pada judul penelitian.
36
1. Menonton tayangan Empat Mata Definisi operasional dari menonton tayangan Empat Mata adalah frekuensi dan motif dalam tayangan talk show pada acara Empat Mata yang ditayangkan di Trans7. Hal ini diperkuat dengan pendapat Donald. K. Robert bahwa adanya efek hanyalah perubahan perilaku setelah diterpa media massa.
Untuk
memudahkan pengukuran dari menonton tayangan Empat Mata ditunjukkan indikator-indikator sebagai berikut: a. Frekuensi atau keaktifan dalam menonton tayangan Empat Mata, mengukur frekuensi dengan ditunjukkan dengan: 1) Rutinitas menonton tayangan Empat Mata di Trans7 2) Berapa kali menonton tayangan Empat Mata 3) Lama waktu dalam menonton tayangan Empat Mata 4) Perbandingan dengan tayangan lain b. Motif dalam menonton tayangan Empat Mata, mengukur motif ditunjukkan dengan: 1) Perasaan ketika menonton tayangan Empat Mata 2) Materi tayangan Empat Mata 2. Akhlak masyarakat buruh industri Akhlak
masyarakat
buruh
industri
didefinisikan
sebagai
perwujudan kebiasaan atau tingkah laku antar sesama manusia. Dasar indikator berikut penulis landaskan pada pendapat Moh. Alim diantaranya: rendah hati, dermawan, dan cinta kasih. Definisi
37
operasional dari akhlak masyarakat buruh industri ditunjukkan dengan indikator-indikator sebagai berikut: a. Rendah hati meliputi: 1) Tidak merendahkan orang lain 2) Tidak membanggakan keunggulan diri b. Dermawan meliputi: 1) Suka memberikan bantuan atau sumbangan sosial 2) Bersedia
menolong
sesama
terutama
yang
kurang
beruntung c. Cinta kasih meliputi: 1) Silaturahmi 2) Kasih sayang 3.3. Sumber dan Jenis Data Sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh (Arikunto, 2002: 114). Sumber data dalam penelitian ini adalah orang yang menjadi responden dalam penelitian yakni masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Semarang. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau obyek penelitian (Bungin, 2005: 122). Dalam hal ini peneliti menggunakan angket yang disebarkan pada
38
responden yaitu masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan yang menonton tayangan Empat Mata. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dalam bentuk data yang sudah jadi dalam obyek penelitian (Bungin, 2005: 122). Peneliti menggunakan data sekunder sebagai data tambahan untuk menunjang keberhasilan peneliti yang kami lakukan, yaitu berupa bukubuku yang berkaitan dan juga hasil rekaman dari tayangan Empat Mata. 3.4.Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok subyek yang menjadi sumber penarikan sampel untuk pengukuran statistik (Komarudin, 2002: 159). Populasi penelitian ini adalah masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang mempunyai ciri-ciri beragama Islam yang bekerja sebagai buruh industri dan menonton tayangan Empat Mata di Trans7. Jadi populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan responden yang termasuk dalam unit penelitian, yakni seluruh masyarakat buruh industri yang beragama Islam yang ada di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang yang menonton tayangan Empat Mata. Sumber data jumlah masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang penulis peroleh dari buku Kecamatan Ngaliyan dalam Angka (Bappeda dan BPS Kota Semarang, 2006). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998: 117). Sampel yang dimaksud adalah sebagian dari populasi yang
39
menjadi obyek, yamg nantinya akan mampu mewakili populasi yang ada. Dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, serta besar kecilnya resiko yang ditanggunag peneliti (Arikunto, 2002: 112). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode random sampling untuk menentukan kelurahan yang mana mewakili populasi yang ada. Dari sepuluh kelurahan diwilayah kecamatan Ngaliyan yaitu: Podorejo, Wates, Beringin, Ngaliyan, Bambankerep, Kalipancur, Purwoyoso, Tambakaji, Gondoriyo, dan Wonosari. Terpilih empat kelurahan sebagai sampel penelitian yaitu: Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo. Kemudian dari masingmasing kelurahan diambil berdasrkan proportional sample (sampel proporsi). Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau daerah. Teknik ini digunakan agar jumlah subyek dari setiap daerah seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing daerah (Arikunto, 1998: 127). Landasan proporsi dalam teknik sampel ini adalah teori Suharsimi Arikunto (1998: 128) yang menyatakan bahwa apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah sampel yang diambil dapat minimal 10% atau lebih. Dengan demikian dari masing-masing kelurahan diambil 10% dari jumlah buruh industri yang berada di
kelurahan tersebut, yaitu: kelurahan Podorejo sebanyak 31 dari 310,
kelurahan Wates sebanyak 17 dari 167, kelurahan Purwoyoso sebanyak 38 dari 385, dan kelurahan Gondoriyo sebanyak 14 dari 140. Jadi umlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang.
40
3.5.Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angkat atau kuesioner. Metode angket atau kuesioner dalam bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikkan kepetugas atau peneliti (Bungin, 2005:123). Bentuk angket dalam penelitian ini adalah angket dengan pertanyaan tertutup, yakni angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban harus dijawab oleh responden telah tertera dalam angket tersebut (Bungin, 2005: 123). Responden harus memilih salah satu jawaban yang menurut pendapatnya paling benar. Alat ukur yang digunakan adalah skala likert. Metode skala likert disusun untuk mengungkapkan sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Dalam skala sikap (skala likert) objek sosial tersebut berlaku sebagai objek (Azwar, 1998: 97). Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu: pernyataan yang favorable (mendukung untuk memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap). Pertanyaan-pertanyaan dalam angket terdiri dari variabel judul, yaitu : Variabel X yaitu aktifitas menonton tayangan Empat Mata di Trans 7, yang terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut :
41
1. Frekuensi Indikator frekuensi tersusun dari sub indikator berupa : a. Rutinitas menonton tayangan empat amt di Trans7 b. Berapa kali menonton tayangan Empat Mata c. Lama waktu dalam menonton tayangan Empat Mata d. Perbandingan dengan tayangan lain 2. Motif Indikator motif tersusun dari sub indikator berupa: a. Perasaan ketika menonton tayangan Empat Mata b. Materi tayangan Empat Mata Variabel Y yaitu akhlak masyarakat buruh industri. Sebelum membahas mengenai indikator tentang akhlak buruh industri, penulis terlebih dahulu akan “mempertemukan” batasan akhlak yang ada dalam acara tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan teori akhlak dalam konteks ilmu dakwah. Pada dasarnya, nilai akhlak secara ruang lingkup hubungan manusia dalam hidupnya, terbagi menjadi tiga jenis akhlak, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada lingkungan (Aziz, 2004). Sedangkan akhlak menurut sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah (akhlak yang baik) dan akhlak madzmumah (akhlak yang buruk) (Abdullah, 2007 : 12). Sedang pada sisi lain, nilai tayangan Empat Mata di Trans 7 jika dikaitkan dengan nilai akhlak secara teoritis cenderung mengarah kepada
42
akhlak yang berkaitan dengan akhlak manusia dengan sesama manusia, atau dengan istilah lain akhlak sosial. Berdasarkan pada keterkaitan di atas, maka indikator pada variabel Y akan penulis susun dengan nilai-nilai akhlak manusia dengan sesama manusia. Dasar indikator berikut penulis landaskan pada pendapat Muhammad Alim (1995 : 103) yang meliputi : 1. Rendah hati Indikator rendah hati tersusun dari sub indikator: a. Tidak merendahkan orang lain b. Tidak membanggakan keunggulan diri 2. Dermawan Indikator dermawan tersusun dari sub indikator: a. Suka memberikan bantuan atau sumbangan sosial b. Bersedia menolong sesama terutama yang kurang beruntung 3. Cinta Kasih Indikator cinta kasih tersusun dari sub indikator: a. Silaturahmi b. Kasih sayang Selanjutnya, masing-masing dari sub indikator dari masing-masing variabel akan penulis susun dalam tabel di bawah ini.
43
Tabel I Spesifikasi Angket Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7 NO
Sub Variabel
No Item 1,2,3,4,5,6,8,
1.
Frekuensi Drop
2
Jumlah item 7
Motif Drop Jumlah
7 9,10,11,12,13,14,16,17,18, 20
1 10
15,19
2 20
Tabel II Spesifikasi Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri NO 1.
Sub Variabel
2,6 9,10,11,12,13,14,16,17
2 8
15 18,20,21,22,24,25,27,28,29 ,31,32,34,35 19,23,26,30,33
1 13
Dermawan Drop
3.
1,3,4,5,7,8
Jumlah item 6
Rendah Hati Drop
2.
No. item
Cinta Kasih Drop Jumlah
5 35
Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu angket yang diuji reliabilitas dan validitasnya dengan tujuan untuk mengetahui kualitas instrumen (angket) tersebut. Karena data tidak akan berguna bilamana
44
alat pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. a. Uji Validitas Instrumen Validitas berarti kesucian alat ukur artinya akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan diman saja (Bungin, 2004 :97). Ada dua macam uji validitas yang akan peneliti lakukan yaitu: 1) Validitas konstruk (construct validity) adalah kerangka dari suatu konsep yang nantinya dari kerangka itu, penelitian dapat menyusun tolak ukur operasional konsep tersebut dalam bentuk pertanyaanpertanyaan (Singarimbun, 1995: 125) dan peneliti telah melakukan ujian validitas konstruk melalui dua cara yaitu: a). Memberikan definisi pada konsep yang akan diukur (tentang menonton dan akhlak) berdasarkan konsep pada ahli yang tertulis dalam validitas. b). Untuk memperkuat hasil validitas konstruk tersebut, penulis mengkonsultasikan
konsep
tersebut
dengan
ahli-ahli
yang
kompeten dalam bidang konsep yang akan diukur, dalam hal ini penulis konsultasikan kepada para dosen pembimbing, dan hasil yang diperoleh bahwa instrumen yang akan dijadikan sebagai alat untuk mengumpulkan dinyatakan valid. 2) Uji validitas dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total, dan hasil pengujian yang diperoleh
45
melalui program SPSS versi 12.0 For Window’s 1998 hasilnya dapat dibaca pada lampiran SPSS, pada Item –Total Statistics lihat pada tabel sebagai berikut: Tabel III Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian No Variabel Penelitian 1. X 2.
Y
Jumlah Item 17
Koefisien Korelasi Hasil Analisis (Alpha) 0,850
27
0,895
Ket 0,850>0,239 Reliabel 0,895>0,239 Reliabel
Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan reliabilitas sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh item sudah teruji validitas dan reliabiltasnya sehingga telah memenuhi syarat sebagai instrumen baku yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. 3.6. Teknik Analisis Data Teknik analsisi data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995: 263). Untuk memudahkan pengambilan kesimpulan dari hasil analisis, meka penulis menggunakan proses tahapan-tahapan dalam menganalisis, yaitu: 3.6.1. Analisis Pendahuluan Yaitu menggunakan
analisis
yang
tabel-tabel
umumnya
distribusi
dilaksanakan
ferkuensi
atau
dengan
pembagian
kekerapan, keseringan secara sederhana untuk setiap veriabel yang terdapat dalam penelitian.
46
3.6.2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini untuk menguji hipotesis dengan data yang terkumpul. Pada tahap selanjutnya data tersebut akan diolah dengan cara memasukan kedalam rumus regresi linier. Analisis regresi adalah analisis persamaan garis yang diperoleh berdasarkan perhitunganperhitungan statistik, umumnya disebut model, untuk mengetahui bagaimana perbedaan sebuah variabel mempengaruhi variabel lain (Bungin, 2005:221). Analisis regresi satu variabel independen untuk mengetahui korelasi yang signifikan, yaitu suatu variabel dapat diramalkan dari variabel lain. Korelasi antara veriabel independent dengan variabel dependen dapat dilukiskan dalam suatu garis. Garis ini disebut regresi. Adapun rumus analisis regresi suatu prediktor dengan skor kasar adalah:
Sumber Variasi Regresi (reg)
Db 1
JK
RK
a∑XY+ K∑Y-(
(∑ Y ) 2 N
Residu (res)
2 (N-2) ∑Y – a∑XY-K∑Y
Toral (T)
(N-2) ∑Y2 - (
(∑ Y ) 2 N
)
Keterangan: a
: Koefisien Prediktor
k
: Bilangan Konstanta
N
: Jumlah Sampel yang diteliti
∑X
: Nilai dari menonton Televisi
JKreg ) JKreg
JKres JKres
Freg =
RKreg RKres
47
∑Y ∑X
: Nilai dari Masyarakat Buruh Industri 2
∑xy
: Nilai kuadrat dari menonton Televisi : Hasil kali dari menonton Televisi dan akhlak masyarakat buruh Industri
Jkreg
: Jumlah Kuadrat Regresi
dbres
: Derajat Kebebasan
Rk
: Renata Kuadrat garis Regresi
Freg
: Harga F (garis regresi) (Hadi, 2001:18)
Sedangkan untuk korelasi antara prediktor X dan kriterium Y dapat dicapai teknik korelasi momen tangkar dengan perasen:
rxy =
∑ xy (∑ X )(∑ Y 2
2
)
3.6.3 Analsisi Lanjutan Merupakan analisis pendahuluan lebih lanjut dari hasil analisis uji hipotesis. Setelah diperoleh hasil koefisien antara variabel X dan Y, maka langkah selanjutnya adalah menghubungankan nilai koefisien korelasi) dengan nilai F tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun taraf signifikasi 1 % yang dihasilkan dari koefisien korelasi sama atau lebih dari F tabel, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan yang berarti hipotesis yang diajukan diterima. Sedangkan apabila Freg yang dihasilkan dari koefisien korelasi lebih kecil dari F tebel, maka hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan yang berarti hipotesis yang diajukan ditolak.
BAB IV DESKRIPSI MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DAN AKHLAK MASYARAKAT BURUH INDUSTRI
4.1 Deskripsi Angket Menonton Tayangan Empat Mata 4.1.1 Sejarah Singkat Empat Mata Acara Empat Mata adalah sebuah acara talk show yang dibaurkan dengan lawakan dan disisipi tema-tema sederhana untuk memudahkan pemahaman sekaligus menghibur pemirsa. Program Empat
Mata
merupakan
salah
satu
tontonan
yang
mampu
membalikkan konsep pertelevisian. Selama ini pemirsa terbiasa melihat pembawa acara talk show yang good looking dan cerdas. Namun, sosok Tukul mengubah itu semua. Pertanyaan pun harus dibantu harus dengan laptop yang dikontrol langsung oleh tim Empat Mata. Kejujuran dan kecerdasan Tukul untuk bersilat lidah dengan kata-kata yang memancing tawa penonton menjadi nilai acara ini. Awal mula acara Empat Mata lahir pada tanggal 28 Mei 2006 diprakarsai Mr. Apollo yang berasal dari Filipina. Mr. Apollo mengamati permainannya, gaya bicaranya, dan juga gerak-geriknya Tukul. Kemudian mengobrol secara empat mata dan akhirnya merasa Tukul orang yang paling pas membawakan acara empat mata, sebuah acara yang sedang dalam perencanaan tayang.
48
49
4.1.2 Tim Kreatif Empat Mata Sebuah kesuksesan acara Empat Mata tak lain ada tim kreatif yang mem-back up acara tersebut. Adapun tim kerja kreatif yaitu: Andri Loenggana sebagai produser, Hidayatullah sebagai asisten produser, Tia, Kiki dan Devi sebagai kreatif, Dita dan Doni sebagai production assistant serta Widi sebagai talent. Adapun visi Empat Mata adalah ingin memberikan tayangan yang berisi. Program Empat Mata ditayangkan di Trans 7 merupakan salah satu bentuk program acara talk show yang dibawakan oleh Tukul Arwana ditayangkan setiap hari Senin sampai Jum’at pukul.21.30 WIB. Empat Mata mempunyai kedudukan 50 % joke-joke segar, 40 % informasi (talk show) dan 10% musik. Kontrak acara Empat Mata awalnya hanya 13 episode diperpanjang menjadi 26 episode, lalu di kontrak lagi menjadi 39 episode, dan diteruskan menjadi 260 episode. Dari semula ditayangkan sepekan sekali, kemudian dilanjutkan menjadi setiap hari, dari Senin hingga Jum’at. Dengan audience share rata-rata 16,5 %. Artinya acara ini ditonton oleh 16,5 % penonton televisi pada jam yang sama. Sebuah proses spektakuler untuk ukuran pembuatan sebuah tontonan mampu menarik begitu banyak penonton dan pemasang iklan di tengah sulitnya membuat tontonan yang dapat menghibur pemirsa (Bahar 2007: 27). Program ini di produksi oleh PH (Production House) yang bernama Vinoty Living, beralamat dikawasan pancoran Jakarta selatan.
50
Vinoty Living memberanikan diri untuk menciptakan talk show yang dihadirkan untuk mengikuti selera masyarakat hiburan lawakan yang mudah dicerna, instans dan mengasyikkan. Empat Mata termasuk kategori acara faktual karena dikemas dalam bentuk talk show yang mengungkapkan fakta-fakta psikologis atau fakta berupa pendapat, pikiran perasaan dan persepsi orang tentang apa saja terutama karir, hobi dan pengalaman hidup seperti yang dituturkan Andre Loanggana sebagai produser acara Empat Mata (www.suaramerdeka.com, 7 Mei 2007). 4.1.3 Tema-tema tayangan Empat Mata yang mengandung pesan moral : a. 1 Mei 2007. Tema: Penari Modern −
Di dalam kehidupan jangan hanya punya satu kemampuan (skill), saja tetapi ada ketrampilan lain yang dapat menutupi kelemahan diri kita sendiri.
−
Kalau kita sukses jangan lupa keluarkan shodaqoh yang banyak agar rezeki kita juga diperbanyak lagi.
b. 11 Juni 2007. Tema: Panggung Sandiwara −
Kalau kita diberikan kepercayaan maka janganlah bekerja setengah hati tetapi berbuatlah semaksimal mungkin.
−
Memupuk rasa perbedaan dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam bekerja, maka jadi orang janganlah pesimis.
51
c.
4 Juni 2007. Tema: Pendidikan − Memberikan ilmu kepada orang lain dengan keikhlasan, berarti
membukakan rezeki pada diri kita sendiri. − Janganlah putus asa untuk menuntut ilmu, karena menuntut
ilmu adalah salah satu kewajiban kita kepada Allah. d. 28 Agustus 2007. Tema: Kehidupan −
Hidup itu praktek bukan teori, kalau hidup itu teori maka keberhasilan hanyalah angan-angan saja.
−
e.
Jadi orang sukses perlu ketekunan dan kesabaran.
10 Agustus 2007. Tema: Sepasang Orang Tua dan Anak -
Jangan pesimis kalau mau hidup, jangan pernah kalah tanding sebelum perang
-
Kalau kita berbakti kepada orang tua maka akan sukses menjalankan kehidupan ini
-
Mencari uang tidaklah mudah maka belajarlah yang rajin
-
Hormatilah orang lain seperti kamu menghormati orang tuamu sendiri
f. 13 September 2007. Tema: Ousthing House -
Kalau kita ingin menjadi orang besar, maka kita harus bisa membesarkan hati orang lain
-
Jangan suka menutup rezeki orang lain jika tidak ingin dipersulit orang lain
52
g. 17 Oktober 2007. Tema: Puasa -
Kebiasaan berpuasa melatih diri kita untuk melawan hawa dan nafsu
-
Bagi orang yang tidak puasa, alangkah baiknya kita menghormati orang yang menjalankan puasa dengan cara tidak makan di depan kita
h. 20 Desember 2007. Tema: Hari Raya Qurban -
Kalau kita mempunyai rezeki yang lebih, maka berbagilah kepada fakir miskin dengan memberikan bantuan secara moril maupun spirituil Kalau kita bisa merasakan penderitaan orang lain, maka akan
menghargai orang lain. 4.1.4 Deskripsi Angket Menonton Tayangan Empat Mata Jawaban Angket Variabel Menonton TV (Var X)
No Resp. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
JML
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
41
2
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
42
3
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
41
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
2
41
5
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
41
6
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
30
7
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
42
8
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
41
9
2
2
2
3
1
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
35
10
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
11
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
44
12
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
44
13
1
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
36
14
1
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
36
15
1
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
38
16
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
2
41
53
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
17
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
1
1
37
18
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
45
19
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
43
20
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
43
21
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
35
22
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
45
23
1
1
1
1
3
1
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
35
24
2
3
3
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
39
25
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
2
38
26
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
42
27
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
28
3
3
3
3
1
1
1
3
3
3
2
3
2
2
1
2
3
39
29
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
44
30
3
2
2
3
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
43
31
3
3
3
3
3
1
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
43
32
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
42
33
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
35
34
2
2
2
2
2
2
2
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
33
35
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
36
36
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
37
3
2
2
3
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
43
38
3
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
37
39
1
1
1
2
2
2
1
1
2
3
2
3
2
2
2
3
3
33
40
3
1
1
1
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
39
41
3
3
3
3
3
1
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
32
42
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
43
2
2
2
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
37
44
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
32
45
2
1
1
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
32
46
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
31
47
2
1
1
1
1
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
31
48
1
2
2
2
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
35
49
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
29
50
3
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
37
51
3
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
37
52
2
3
3
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
39
53
2
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
39
54
3
2
2
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
42
55
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
33
56
1
2
2
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
3
3
37
57
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
58
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
37
59
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
37
60
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
36
61
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
54
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
62
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
63
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
64
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
65
2
2
2
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
37
66
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
33
67
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
37
68
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
1
2
1
38
69
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
70
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
36
71
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
36
72
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
38
73
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
40
74
1
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
36
75
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
76
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
77
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
78
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
2
2
2
1
3
3
38
79
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
37
80
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
39
81
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
82
2
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
39
83
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
3
2
2
1
2
3
38
84
2
2
2
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
37
85
2
3
3
3
3
1
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
39
86
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
41
87
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
1
1
38
88
3
2
2
2
2
1
1
3
3
3
3
2
2
2
1
3
3
38
89
2
2
2
2
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
3
36
90
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
34
91
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
35
92
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
42
93
1
3
3
3
3
3
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
35
94
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
38
95
1
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
3
2
1
1
1
35
96
1
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
2
2
1
1
1
1
36
97
1
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
36
98
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
1
2
38
99
1
3
3
3
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
37
100
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
35
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penelitian dengan jumlah sampel 100 responden, menunjukkan bahwa nilai menonton masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan terhadap tayangan
55
Empat Mata di Trans 7 tertinggi adalah 45 dan nilai terendah adalah 29, sehingga selisihnya adalah 14.
4.2 Masyarakat Buruh Industri di Kec. Ngaliyan Kota Semarang 4.2.1 Profil Kecamatan Ngaliyan 4.2.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan merupakan bagian dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang yang letak wilayahnya kurang lebih 8 km sebelah barat pusat pemerintahan yang mempunyai ketinggian dataran 48 meter dari permukaan air laut dengan luas daerah keseluiruhan 476 Ha yang terbagi dalam 10 wilayah kelurahan, yaitu: a. Kelurahan Candirejo b. Kelurahan Podorejo c. Kelurahan Beringin d. Kelurahan Purwoyoso e. Kelurahan Kalipancur f. Kelurahan Banban Kerep g. Kelurahan Ngaliyan h. Kelurahan Tambakaji i. Kelurahan Wonosari j. Kelurahan Wates
56
4.2.1.2 Keadaan Monografis Kecamatan Ngaliyan Berdasarkn data statistik Kecamatan Ngaliyan pada bulan April 1996, jumlah penduduk di Kecamatan Ngaliyan berjumlah 71.231 orang. Dari jumlah tersebut, dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: 1) Jenis laki-laki 35.250 dan 2) Jenis perempuan 35.981 orang Untuk lebih jelasnya, tentang data penduduk ini, maka dapat dilihat dari klasifikasi umur yang dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut: TABEL 4.1 KLASIFIKASI PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DILIHAT DARI SEGI UMUR NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
UMUR JUMLAH 0-4 tahun 8.516 orang 5-9 tahun 6.991 orang 10-14 tahun 7.329 orang 15-19 tahun 6.892 orang 20-24 tahun 6.283 orang 25-29 tahun 6.475 orang 30-34 tahun 5.204 orang 40 – keatas 17.013 orang Jumlah 71.231 orang Sumber: Data Statistik Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk di kecamatan Ngaliyan yang berusia antara 0-sampai dengan 4 tahun berjumlah 8.516 oarang, yang berumur 5 sampai dengan
57
9 tahun sebanyak 6.991 orang, yang berumur antara 10 smpai dengan 14 tahun berjumlah 7.329 orang, yang berumur 15 sampai dengan 19 tahun berjumlah 6.892 orang, yang berumur 20 sampai dengan 24 tahun berjumlah 6.283 orang, yang berumur 25 sampai dengan 29 tahun sebanyak 6.528 orang, sedangkan yang berumur 30 sampai dengan 34 tahun sebanyak 6.675 orang, kemudian yang berumur 35 sampai dengan 39 tahun sebanyak 5.204 orang dan yang berumur 40 tahun keatas sebanyak 17.013 orang. Sedangkan jika dilihat dari segi pendidikannya, penduduk di kecamatan Ngaliyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: TABEL 4.2 PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DILIHAT DARI TINGKAT PENDIDIKANNYA JENJANG JUMLAH PENDIDIKAN 1. Tidak Sekolah 7.482 2. Belum Tamat SD 16.632 3. Tidak Tamat SD 5.148 4. Tamat SD/ sederajat 17.948 5. Tamat SLTP 19.145 6. Tamat SLTA 26.137 7. Tamat Akademik 4.249 8. Perguruan Tinggi 5.465 Sumber: Data Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006 NO
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di kecamatan Ngaliyan cukup tinggi dan hal ini
58
dapat dilihat pula bahwa di kecamatan Ngaliyan tidak ada penduduk yang buta huruf. Dilihat dari jumlah pemeluk agama yang ada di kecamatan Ngaliyan secara rinci yaitu dilihat dari masingmasing pemeluk agama di tiap-tiap kelurahan yang ada, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: TABEL 4.3 PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DIRINCI TIAP KELURAHAN MENURUT AGAMA YANG DIPELUK
No
Kelurahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Podorejo Wates Beringin Ngaliyan Banban Kerep Kali Pancur Purwoyoso Tambakaji Gondoriyo Wonosari Jumlah
Islam 5.246 3.426 9.718 10.421 3.694 11.559 11.895 17.346 2.798 15.192 91.295 Sumber:
Kristen Kristen Budha Hindu Jumlah Katolik Protestan 16 15 4 6 5.287 2 18 3 0 3.449 415 450 14 13 10.610 784 705 60 60 12.030 314 86 1 1 4.096 1.725 1.611 238 200 15.333 1.080 850 277 281 14.383 501 665 12 12 18.536 74 35 0 0 2.907 48 325 26 26 15.617 4.959 4.760 635 599 102.248 Data Monografi Kec. Ngaliyan Dalam Angka 2006
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari semua penduduk yang tercatat sebagai pemeluk agama, maka pemeluk agam Islam adalah yang paling banyak yang merupakan mayoritas, yaitu 91.295, kemudian Kristen Katolik sebanyak 4959, disusuldengan Kristen Protestan sebanyak 4760, dan
59
pemeluk agama Budha sebanyak 620, terakhir agama Hindu sebanyak 599. TABEL 4.3 PENDUDUK KECAMATAN NGALIYAN DIRINCI BERDASARKAN PEKERJAAN
MATA PENCAHARIAN No
Kelurahan
Buruh Buruh Pengusaha Industri Bangunan 1.186 33 60 310 82 47 180 48 40 167 31 2 69 100 135 1.207 335 15 300 200 148 2.475 21 4 989 57 86 1.204 270 109 532 372 844 1.745 1.373 409 280 593 567 386 499 346 49 799 582 3.631 310 218 874 35 62 140 36 0 28 75 591 4.585 599 1.509 4.487 2.312 3.047 15.850 3.413 2.659 Sumber: Data Monografi Kec. Ngaliyan dalam Angka 2006
Petani 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10
Podorejo Wates Beringin Ngaliyan Banban Kerep Kali Pancur Purwoyoso Tambakaji Gondoriyo Wonosari Jumlah
Pegawai
Pedagang
4.2.2 Profil Masyarakat Buruh Industri Kecamatan Ngaliyan adalah salah satu kecamatan yang berada di kota Semarang. Kecamatan Ngaliyan merupakan sebuah daerah yang terhitung cukup luas, memiliki 10 kelurahan yang berjumlah 71.231 orang. Ngaliyan tergolong daerah yang didominasi oleh industri-industri, sehingga masyarakat di kecamatan Ngaliyan memilih mata pencaharian sebagai buruh industri dengan jumlah sebanyak
60
15.850 orang (BPS Monografi Ngaliyan 2006). Ngaliyan yang dulunya merupakan sebuah daerah kecil dari pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, dan lembaga pendidikan. Memang tidak dipungkiri bahwa yang bekerja sebagai buruh industri tidak hanya dari daerah kecamatan Ngaliyan, akan tetapi ada juga pendatang dari luar daerah yaitu daerah Mijen, Tugu, Mangkang dan sekitarnya. 4.2.3 Aktifitas Masyarakat Buruh Industri Perkembangan kegiatan industri di daerah membawa dampak pada masyarakat setempat. Masyarakat yang dulunya menopang kehidupan ekonomi dari mengolah lahan pertanian terpaksa melepas tanah pertaniannya untuk lahan industri. Dari penjualan tanah, banyak penduduk yang memanfaatkan uangnya dengan membeli tanah di daerah lain yang relatif murah harganya untuk di usahakan sebagai lahan pertanian. Namun, ada pula masyarakat yang memanfaatkan uangnya dengan hal–hal yang bersifat konsumtif seperti membeli kendaraan, atau elektronik dan sebagainya. Mereka yang dulunya bekerja sebagai petani petani, kemudian beralih menjadi buruh industri (buruh pabrik). Bagi petani peralihan pekerjaan ini memberikan keuntungan, antara lain mereka mempunyai pekerjaan tetap dengan hasil yang lebih pasti. Sementara dari status sosial pekerjaan buruh industri di pandang lebih punya gengsi di bandingkan dengan pekerjaan sebagai petani.
61
Pada jam-jam kerja ribuan buruh yang bekerja di pabrik (industri) seolah tumpah ruah ke jalan raya menuju ke tempat tinggal masing-masing, diselingi oleh para buruh yang masuk kerja pada shift berikutnya. Ada 3 model jam shift kerja yaitu: shift pagi mulai dari pukul 07.00-16.00 WIB, shift sore mulai dari pukul 16.00-22.00 WIB, dan shift malam mulai pukul 22.00-07.00 WIB. Semua pekerja buruh industri mempunyai kesempatan untuk bekerja pada shift kerja masing-masing sesuai gilirannya. Dari segi sosialisasi dengan masyarakat, buruh industri di kecamatan Ngaliyan cukup baik. Hal itu dapat terlihat dari keikutsertaan buruh industri dalam setiap kegiatan yang ada di masingmasing daerah. Misalnya saja ketika ada acara-acara seperti peringatan hari-hari besar nasional maupun agama, maka mereka ikut serta dalam pelaksanaan acara tersebut. Begitu pula dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, seperti kerja bakti, pembangunan jalan atau jembatan maupun sarana-sarana umum, maka buruh industri juga ikut membantu dalam pembangunan tersebut. Semua kegiatan sosial dilakukan bersama-sama dengan masyarakat setempat. Meskipun sibuk mereka menyempatkan untuk mengikuti kegiatan sosial. Hal ini dikarenakan selain jam kerja buruh yang tidak sama, juga buruh yang mempunyai waktu luang yang relatif sempit. Ciri pokok hukum perburuhan Islam adalah sifatnya yang memandang buruh sebagai makhluk beragama, sehingga mutlak harus
62
dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Jaminan dan perlindungan hak dasar ini sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia yang rindu pada Tuhan penciptanya.
Implementasi
dari
hak
ini
adalah
kebebasan
melaksanakan ibadah, yang salah satu perwujudannya adalah adanya bangunan tempat beribadah dan adanya istirahat saat waktu ibadah tiba (Sudjana, 2001: viii). Sebagai pekerja buruh industri sebaik mungkin mereka menyempatkan waktu istirahat untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Walaupun terkadang tergesa-gesa karena waktu yang relatif singkat untuk membagi waktu makan siang dan juga waktu ibadah. Dari segi ilmu perkembangan jiwa agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang terjadi (Darajdat, 1996: 137), maka dari itu perlunya membentengi iman agar tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman. 4.2.4 Deskripsi Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kecamatan Ngaliyan No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jawaban Angket Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan (Var Y) 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 3 3 3 3 2 3 3 3
3 2 3 2 2 2 1 2 2 2
4 3 2 3 3 3 2 3 3 2
5 3 2 3 3 3 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3 2 3 3 2
7 2 1 2 2 2 2 2 2 3
8 2 2 2 2 2 2 2 2 3
9 2 1 2 2 2 2 2 2 2
10 2 2 2 2 2 2 2 2 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 2 2 3 2 2 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 2 3
14 3 3 2 2 2 3 3 2 2
15 3 3 3 3 3 2 3 3 3
16 3 3 2 2 2 2 2 2 2
17 3 3 3 3 3 2 3 3 2
18 3 3 3 3 3 2 3 3 2
19 3 3 3 3 3 2 3 3 2
20 3 3 3 3 3 2 3 3 2
21 2 2 2 2 2 2 2 2 3
22 2 2 3 2 2 2 2 2 2
23 2 2 2 2 2 2 2 2 3
24 3 3 2 2 2 3 3 2 2
25 3 3 3 2 3 2 3 3 3
26 3 3 3 2 3 2 3 3 3
27 3 3 3 3 3 2 3 3 3
JML 70 67 69 65 67 57 69 67 68
63
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2
2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 2
2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2
2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 3 2 2
2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 3 3 3 2 1 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3
2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3
2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3
2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3
2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3
62 65 70 57 62 55 64 65 73 70 64 56 66 62 60 63 71 61 71 63 71 58 67 62 57 62 60 66 62 64 59 63 68 56 61 58 53 65 68 52 55 63 60 55 72 54 65 63 58 53 61 56 67 54 63 56 61 66 70 54 62 62 64 64 60 65 66 66 69 61 62 58 61 61 61 57 72 60 69 59 68 62
64
92 93 94 95 96 97 98 99 100
2 3 2 2 2 2 3 2 2
3 3 3 3 2 2 3 3 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 3 3 3 2 2
2 3 2 2 3 3 3 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 3 3 3 2 2
2 3 2 2 3 3 3 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 2 3 3 3 2 2
3 3 3 3 2 2 3 3 2
3 2 2 2 3 3 3 2 2
3 1 2 2 3 2 2 2 2
3 1 2 2 2 2 1 2 3
3 1 2 2 2 2 1 2 2
3 1 2 2 2 2 1 2 2
3 1 2 2 2 2 1 2 2
3 2 2 1 3 3 1 2 2
3 2 2 1 2 2 2 2 2
3 2 2 2 3 3 2 2 3
3 2 3 3 1 1 2 3 3
Berdasarkan tabel di atas penelitian dengan jumlah sampel 100 responden, menunjukkan bahwa nilai akhlak masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan tertinggi adalah 73 dan nilai terendah adalah 52, sehingga selisihnya adalah 19.
3 2 3 3 1 1 2 3 3
3 2 3 3 2 2 2 3 3
68 63 59 57 61 60 64 59 59
BAB V ANALISIS TENTANG PENGARUH MENONTON TAYANGAN EMPAT MATA DI TRANS 7 TERHADAP AKHLAK MASYARAKAT BURUH INDUSTRI DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG
5.1 Analisis Pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori nilai menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 dan akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang buruh industri. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik acak (random sampling) yang meliputi penentuan wilayah dan sampel. Wilayah yang dijadikan sebagai tempat sampel meliputi empat kelurahan, yakni Kelurahan Podorejo, Wates, Purwoyoso, dan Gondoriyo. Data hasil penelitian dideskripsikan sebagai berikut: 5.1.1.
Data tentang Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7 Nilai kuantitatif variabel X dengan menjumlahkan skor jawaban angket adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Data Hasil Angket Variabel X No Resp. Nilai Variabel X No. Resp Nilai Variabel X 1 41 51 37 2 42 52 39 3 41 53 39 4 41 54 42 5 41 55 33 6 30 56 37 7 42 57 40 8 41 58 37 9 35 59 37
63
64
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
40 44 44 36 36 38 41 37 45 43 43 35 45 35 39 38 42 40 39 44 43 43 42 35 33 36 40 43 37 33 39 32 40 37 32 32 31 31 35 29 37 1918
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 3765
36 34 40 34 40 37 33 37 38 34 36 36 38 40 36 34 34 34 38 37 39 34 39 38 37 39 41 38 38 36 34 35 42 35 38 35 36 36 38 37 35 1847
65
Tabel 5.2 Frekuensi Hasil Nilai Angket Variabel X Frequency Precent 29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 36.00 37.00 38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 43.00 44.00 45.00 Total
1 1 2 3 4 8 9 10 13 10 8 8 7 6 5 3 2 100
1.0 1.0 2.0 3.0 4.0 8.0 9.0 10.0 13.0 10.0 8.0 8.0 7.0 6.0 5.0 3.0 2.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 1.0 1.0 2.0 2.0 4.0 3.0 7.0 4.0 11.0 8.0 19.0 9.0 28.0 10.0 38.0 13.0 51.0 10.0 61.0 8.0 69.0 8.0 77.0 7.0 84.0 6.0 90.0 5.0 95.0 3.0 98.0 2.0 100.0 100.0
Valid Percent
Berdasarkan paparan dua tabel di atas dapat diketahui bahwasanya: a. Nilai terendah (minimum) dari nilai variabel X adalah 29 b. Nilai tertinggi (maximum) nilai variabel X adalah 45 c. Nilai tengah (median) dari nilai variabel X adalah 37 d. Nilai rata-rata (mean) dari nilai variabel X adalah 3765/100 = 37,65. Dengan nilai rata-rata sebesar 37,65 berarti bahwa responden yang memiliki nilai sebesar < dari 37,65 adalah mereka yang kurang aktif dalam menonton tayangan Empat Mata. Sedangkan responden
66
yang memiliki nilai sebesar > 37,65 adalah mereka yang aktif menonton empat mata. Kemudian dari data tersebut, dapat ditentukan kategori nilai menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan cara sebagai berikut: I = ∑ (nilai tertinggi – nilai terendah) Jumlah interval = ∑ 45-29 4 = 16/4 =4 Sehingga dapat diketahui bahwa ada empat kategori nilai menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 dengan nilai interval 4 yang dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini: Tabel 5.3 Kategori Nilai Menonton Tayangan Empat Mata di Trans 7 Interval
Frekuensi
Kriteria
%
41-ke atas
23
Sangat baik
23%
37 – 40
39
Baik
39%
33 – 36
31
Kurang baik
31%
29 – 32
7
Tidak baik
7%
JUMLAH
100
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel X yang memiliki Mean 37,65 terletak pada interval 37 – 40, yang memiliki kategori nilai “Baik”, dengan frekuensi 32. Oleh karena itu dapat
67
disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat buruh industri Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang memiliki nilai “baik” dalam menonton tayangan Empat Mata di Trans 7. Var x f r e k u e n s i
39 40
31 23
20
7
0 Kategori Efektivitas
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
5.1.2. Data tentang Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan Nilai kuantitatif variabel akhlak masyarakat buruh industri Kec. Ngaliyan dapat diketahui dengan menjumlahkan skor jawaban angket adalah sebagai berikut: Tabel 5.4 Data Hasil Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri Kec. Ngaliyan No Resp. Nilai Variabel Y No. Resp Nilai Variabel Y 1 70 51 63 2 67 52 60 3 69 53 55 4 65 54 72 5 67 55 54 6 57 56 65 7 69 57 63 8 67 58 58 9 68 59 53 10 62 60 61 11 65 61 56 12 70 62 67
68
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
57 62 55 64 65 73 70 64 56 66 62 60 63 71 61 71 63 71 58 67 62 57 62 60 66 62 64 59 63 68 56 61 58 53 65 68 52 55
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
3166
54 63 56 61 66 70 54 62 62 64 64 60 65 66 66 69 61 62 58 61 61 61 57 72 60 69 59 68 62 68 63 59 57 61 60 64 59 59 3090
6256
69
Tabel 5.5 Frekuensi Hasil Nilai Angket Akhlak Masyarakat Buruh Industri (Var Y) Frequency Precent 52.00 53.00 54.00 55.00 56.00 57.00 58.00 59.00 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 65.00 66.00 67.00 68.00 69.00 70.00 71.00 72.00 73.00 Total
1 2 3 3 4 4 5 5 6 9 10 7 6 6 5 5 5 4 4 3 2 1 100
1.0 2.0 3.0 3.0 4.0 4.0 5.0 5.0 6.0 9.0 10.0 7.0 6.0 6.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 3.0 2.0 1.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 1.0 2.0 3.0 3.0 6.0 3.0 9.0 4.0 13.0 4.0 17.0 5.0 22.0 5.0 27.0 6.0 33.0 9.0 42.0 10.0 52.0 7.0 59.0 6.0 65.0 6.0 71.0 5.0 76.0 5.0 81.0 5.0 86.0 4.0 90.0 4.0 94.0 3.0 97.0 2.0 99.0 1.0 100.0 100.0
Valid Percent
Berdasarkan paparan dua tabel di atas dapat diketahui bahwasanya: a. Nilai terendah (minimum) dari nilai variabel Y adalah 52 b. Nilai tertinggi (maximum) nilai variabel Y adalah 73 c. Nilai tengah (median) dari nilai variabel Y adalah 62 d. Nilai rata-rata (mean) dari nilai variabel Y adalah 6256/100 = 62,56.
70
Dengan nilai rata-rata sebesar 62,56 berarti bahwa responden yang memiliki nilai sebesar < dari 62,56 akhlaknya kurang baik. Sedangkan responden yang memiliki nilai sebesar > 37,65 adalah mereka yang memiliki akhlak yang baik. Kemudian dari data tersebut, dapat ditentukan kategori nilai akhlak masyarakat buruh industri Kec. Ngaliyan dengan cara sebagai berikut: I = ∑ (nilai tertinggi – nilai terendah) Jumlah interval = ∑ 73-52 4 = 21/4 = 5,25 dibulatkan menjadi 5 Sehingga dapat diketahui bahwa ada empat kategori nilai akhlak masyarakat buruh industri Kec. Ngaliyan dengan nilai interval 5 yang dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini: Tabel 5.6 Kategori Nilai Akhlak Masyarakat Buruh Industri Interval
Frekuensi
Kriteria
%
67 – ke atas
24
Sangat baik
24%
62 – 66
34
Baik
34%
57 – 61
29
Kurang baik
29%
52 – 56
13
Tidak baik
13%
JUMLAH
100
100%
71
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel Y yang memiliki mean 62,56 terletak pada interval 62 – 66, yang memiliki kategori nilai “Baik”, dengan frekuensi 34. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa rata-rata akhlak masyarakat buruh industri Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang memiliki nilai “baik”.
Var Y 34
40
f r e k u e n s i
30
24
29
20
13
10 0 Kategori Tingkat Aktivitas
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
5.2 Analisa Uji Hipotesis Analisis digunakan untuk membuktikan atau ditolaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “adanya pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata dengan akhlak masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi dengan satu predictor. Adapun tugas pokok analisis regresi adalah sebagai berikut:
72
1. Mencari korelasi antara kriterium dan predictor 2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak 3. Mencari persamaan regresi 4. Menemukan sumbangan relatif antara sesama predictor, jika prediktornya lebih dari satu. Setelah di ketahui dari tabel koefisien korelasi antara variabel X dan Y, maka selanjutnya data tersebut dimasukkan dalam rumus dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Mencari Korelasi Antara Kriterium dan Prediktor Korelasi antara predictor X dengan kriterium Y dapat dicari melalui teknik korelasi momen tangkar dengan Pearson, dengan rumus umum: rxy =
Σxy
(Σx )(Σy ) 2
2
Rumus ini telah diketahui bahwa : ΣXY = ΣXY −
ΣX 2 = ΣX 2 −
ΣY 2 = ΣY 2 −
(ΣX )(ΣY ) N
(ΣX )2 N
(ΣY )2 N
Setelah dilakukan komputasi terhadap data, hasil koefisien korelasi nilai tersebut ditemukan bahwa :
73
N
= 100
∑X2
= 142983
∑X
= 3765
∑Y2
= 393842
∑Y
= 6256
∑XY
= 236480
Untuk mencari hasil masing-masing rumus di atas adalah sebagai berikut :
Σxy = Σxy −
(Σx )(Σy ) N
= 236480 −
(3765)(6256)
100 23553.840 = 236480 − 100 = 236480 − 235538,4 = 941,6
Σx 2 = Σx 2 −
(Σx )2 N
= 142983 −
(3765)2
100 14175,225 = 142983 − 100 = 142983 − 141752,25 = 1230,75 Σy = Σy 2
2
2 ( Σy ) −
N
= 393842 −
(6256)2
100 39137536 = 393842 − 100 = 393842 − 391375,36 = 2466,64
74
Dari perhitungan di atas diketahui sebagai berikut:
Σxy = 941,6 Σx 2 = 1230,75 Σy 2 = 2466,64 Dari data di atas kemudian dimasukkan dalam rumus momen tangkar dari Pearson sebagai berikut :
rxy =
= =
Σxy
(Σx )(Σy ) 2
2
941,6
(1230,75)(2466,64) 941,6 3035817,18
941,6 1742,359659 = 0,540416552 = 0,540 =
r2 = (0,540)2 = 0,2916 = 0,292 Dengan demikian koefisien korelasi Pearson (r) didapat sebesar 0,292, menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antara variabel menonton tayangan Empat Mata dengan akhlak masyarakat buruh industri di kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. 2. Menguji Apakah Korelasi itu Signifikan atau Tidak Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi momen tangkar dari Pearson, maka hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan rt pada taraf signifikansi 5% dan 1% sebagai berikut: rxy = 0,540 > rt :0,05 (0,195)
75
rxy = 0,540 > rt :0,01 (0,256) Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara menonton tayangan Empat Mata dengan akhlak masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang adalah diterima 3. Mencari Persamaan Regresi Y = aX + K Di mana: Y = akhlak X = menonton tayangan Empat Mata a = Bilangan koefisien predictor yaitu angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan variabel dependen yang didasarkan pada nilai variabel. K = Bilangan konstan (harga Y bila X = 0) (Hadi, 2001: 6). Untuk mengetahui Y terlebih dahulu dicari harga X dan K dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Y = aX + K
a=
=
NΣxy − Σx.Σy NΣx 2 − (Σx )
2
100.236480 − 3765.6256
100.142983 − (3765) 23648000 − 23553840 = 14298300 − 14175225 94160 = 123075 = 0,765061954 = 0,765
2
76
Jadi harga a adalah 0,765 Setelah diketahui harga a, barulah dapat menghitung K, yaitu dengan rumus sebagai berikut: K = Y – aX Keterangan: x = mean variabel x =
y = mean variabel y =
y=
3765 = 37,65 100
x=
6256 = 62,56 100
Σx N Σy N
Jadi: K = Y – aX = 62,56 - 0,765.37,65 = 62,56 – 28,80225 = 33,75775 = 33,75 Y = aX + K = 0,765.X + 33,758 Mencari Varians Garis Regresi
77
Tabel 5.7 Ringkasan Rumus Analisis Regresi dengan Skor Satu Prediktor Sumber Variasi Db
JK
RK
A∑XY+ Regresi (reg)
1 (
Residu (res)
(∑ Y ) 2 N
(N-2)
K∑Y- JKreg JKreg Freg =
)
JKres JKres
∑Y2 – a∑XY-K∑Y
Toral (T)
2
(N-2) ∑Y - (
(∑ Y ) 2 N
RKreg RKres
)
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan ke dalam data yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis regresinya Y = 0,765.X + 33,758
⎛ ΣY ⎞ Jkreg = a ΣXY + KΣY − ⎜ ⎟ ⎝ N ⎠
2
⎛ 6256 ⎞ = 0,765.236480 + 33,75775.6256 - ⎜ ⎟ ⎝ 100 ⎠ = 180907,2 + 211188,484 – 391375,36 = 720,324 Jkres = ΣY 2 − a.ΣXY − KΣY = 393842 – 0,765. 236480 – 33,758.6256 = 393842 – 180907,2 – 211188,484 = 1746,316 = 1746
2
78
Dbres = N-2 = 100-2 = 98 Jkreg
Rkreg = Dbreg
720,324 1
=
= 720,324 Rkres =
=
Jkres Dbres 1746 98
= 17,816 Freg =
=
Rkreg Rkres 720,324 17,816
= 40,431
⎛ Y⎞ Ttotal = ΣY − ⎜ Σ ⎟ ⎝ N⎠
2
2
⎛ 6256 ⎞ = 393842 - ⎜ ⎟ ⎝ 100 ⎠
2
= 393842 – 391375,36 = 2466,64
79
Adapun uji hipotesis tersebut jika disajikan secara komputerisasi dengan menggunakan rumus SPSS 12.00 adalah sebagai berikut:
Regression b
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered Var_X(a)
Variables Removed .
Method Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Var_Y Model Summaryb Model 1
R .541(a)
R Square .292
Adjusted R Square .285
Std. Error of the Estimate 4.21205
Durbin-Watson 2.000
a Predictors: (Constant), Var_X b Dependent Variable: Var_Y
Pada tabel model summary di atas dapat dibaca bahwa hubungan (korelasi) X dengan Y bernilai 0,541. Ini artinya ada hubungan X dengan Y sangat kuat dan searah. Nilai positif (+), artinya regresi arahnya ke kanan atas, bila menonton tayangan Empat Mata ditingkatkan, maka akhlak buruh industri akan naik. Sedangkan nilai R2(R Square) = 0,292 artinya adalah variabel X dapat menerangkan variabilitas sebesar 29,2% dari variabel Y dan sisanya diterangkan oleh variabel lain. Maksud dari nilai variabilitas tersebut adalah besarnya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri adalah 0,292; artinya sebesar 29,2% akhlak masyarakat buruh industri dipengaruhi oleh menonton tayangan Empat Mata sedangkan sisanya sebesar 70,8% ditentukan oleh faktor lain.
80
b
ANOVA Model 1
Regression
Sum of Squares 720.324
1
Mean Square 720.324
Residual
1746.316
98
17.819
Total
2466.640
99
df
F 40.431
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Var_X b Dependent Variable: Var_Y
Dalam tabel ANOVA diatas, terbaca nilai Fhit= 40,431. Sedangkan dari tabel nilai statistik F dengan derajat bebas (db) V1= 1 dan V2= 98 pada taraf signifikansi 0,05 (F1 40.431 : 0,05). Kita memperoleh nilai F tabel= 3,94 karena nilai Fhit > Ftab maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal adanya pengaruh menonton Empat Mata di Trans7 dapat diterima. Jika dilihat dari perbandingan nilai Sig, dengan nilai taraf signifikansi ( α) Sig dibandingkan dengan alpha adalah 0,000 < 0,05, karena nilai Sig lebih kecil dari alpha (Sig> α ), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal diterima yaitu adanya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans7. a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
t
B 33.758
Std. Error 4.540
7.449
.000
.765 a Dependent Variable: Var_Y
.120
6.361
.000
Model
1
(Constant) Var_X
Sig.
Beta .541
Dalam tabel koefisien di atas diperoleh nilai thit = 7,449. karena kita memakai taraf signifikansi 5% maka untuk ttabel akan diperoleh nilai t. 98; 0,025 = 2000 (lihat tabel nilai statistik dalam distribusi t dengan derajat bebas dk = 98 pada taraf signifikansi 0,025%, karena menggunakan uji 2 fihak). Dari kedua nilai tersebut, kita peroleh thit dan ttabel =7,449 > 2,000, karena nilai thit > ttabel maka disimpulkan bahwa Hk (hipotesis kerja diterima) atau
81
signifikansi. Dalam tabel koefisien di atas diperoleh nilai thit = 6,361. Karena menggunakan taraf signifikansi 5% maka untuk ttabel akan kita peroleh nilai t 98; 0,025 = 2,000. Dengan membandingkan nilai thit dan ttabel didapatkan = 2,000 < 7,449. Karena nilai thit > ttabel dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja diterima atau signifikan. Hasil yang sama juga dapat dihasilkan dari perbandingan nilai Sig dengan taraf signifikansi = Sig α = 0,000<0,05, karena nilai Sig< α maka disimpulkan bahwa Hk diterima yang artinya koefisien regresi pada X signifikan. Dengan demikian, model regresi yang dapat dipakai adalah Y= 33,758+0,764 X
Tabel 5.8 Tabel Anova untuk Uji Signifikansi Regresi Y atas X Y = 33,758 + 0,765x
Sumber Varian Regresi Residu Total
Db 1 98 99
Sum of Squares 720.324 1746.316 2466.640
Mean Square 720.324 17,816 -
F
Uji Signifikan
40,431
0,000
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data secara kuantitatif dalam menguji koefisien regresi dan pengujian hipotesis sebagaimana tersaji dalam bab V, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa: 1. Antara menonton tayangan Empat Mata di Trans7 dan akhlak masyarakat buruh industri, ada hubungan signifikan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil uji korelasi momen tangkar dari person, diperoleh hasil Rhitung = 0,541 > Rtabel = 0,256 pada taraf signifikansi 1% dan Rhitung = 0,541 > Rtabel = 0,195 pada taraf signifikansi 5%. 2. Dengan nilai konstanta 33,82 menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat buruh industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan akhlak sebelum mereka menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 yang ditunjukkan dengan angka sebesar 33,82%, kemudian dengan koefisien sebesar 0,764 menunjukkan adanya kenaikan akhlak setiap satu kali menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 sebesar 0,764%. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap akhlak. Hal tersebut berdasarkan hasil uji F, diperoleh hasil Fhitung = 40,463 > Ftab pada signifikansi 5% (3,94) dan 1% (6,90). Karena Freg > dari Ftab, maka hasilnya adalah signifikan. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Kondisi ini diperkuat juga
71
72
oleh hasil output (Sig) 0,000 yang lebih kecil dari Sig 0,005 sehingga hipotesis awal tentang pengaruh menonton tayangan Empat Mata dan akhlak buruh industri terdapat pengaruh yang signifikan atau Ha diterima. 4. Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 29,2% menunjukkan bahwa besarnya pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri adalah sebesar 29,2%. Sedangkan sisanya sebesar 70,8% ditentukan oleh faktor lain seperti daya pilihan dan minat perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari luar dirinya. 6.2 Limitasi Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak kendala dan hambatan. Beberapa faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Faktor Penerjemahan Hasil Penelitian Diakui bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kelemahankelemahan yang disadari oleh penulis khususnya dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-angka kedalam bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi, yakni pengolahan analisis data dengan menggunakan SPSS yang sebelumnya diuji realibilitas dan validitasnya memberikan ketepatan hasil yang diperoleh. Pada peneliti yang akan datang, yang akan meneliti pada bidang yang sama, agar lebih berhati-hati dalam penggunaan metodologi
73
penelitian, serta dalam proses analisis datanya harus sangat teliti, sehingga hasil yang diperolehpun akan tepat. 2. Faktor Biaya Meskipun biaya tidak satu-satunya faktor yang menjadi hambatan dalam penelitian, namun biaya pada dasarnya suatu hal yang memegang peran penting dalam menyukseskan penelitian. Peneliti menyadari bahwa dengan biaya minim penelitian akan terhambat. 3. Faktor Waktu dan Tempat Penelitian Selain faktor biaya, waktu juga memegang peranan yang sangat penting, namun demikian peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini benar-benar menyita waktu. Meskipun banyak kendala dan hambatan dalam melakukan penelitian tentang Pengaruh Menonton Tayangan Empat Mata di Trans7 terhadap Akhlak Masyarakat Buruh Industri di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, penulis berusaha menyelesaikan. Oleh karena itu, kepada peneliti yang akan datang yang berminat meneliti dalam bidang yang sama peneliti ingin memberikan rambu-rambu agar melakukan penelitian secara lebih berhati-hati dalam bidang metodologi penelitian, khususnya dalam populasi serta teknik analisis yang tepat pada penelitian yang akan dilakukan. 6.3 Saran-saran Kehidupan menuntut agar semaksimal mungkin mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk berpartisipasi aktif dalam kemajuan yang berorientasi penuh pada teknologi dan perkembangan ilmu
74
pengetahuan. Di saat yang sama pula, menurut skala fitrah keberagaman manusia harus menjalin hubungan vertikal (manusia dengan Tuhannya) dan hubungan horisontal (manusia dengan manusia). Tanpa mengurangi rasa hormat peneliti pada pihak manapun, berikut peneliti sampaikan beberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi kemajuan bersama : 1. Kepada Empat Mata di Trans7 Melihat tayangan Empat Mata sangat diminati oleh masyarakat luas, hendaknya empat mata dapat menayangkan hiburan yang disisipi tema-tema sederhana yang bersifat sosial tidak hanya menguak tentang gosip-gosip selebritis. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian bahwa acara empat mata mempengaruhi akhlak masyarakat buruh industri. 2. Kepada Pencipta Ilmu Pengetahuan Dalam skripsi ini peneliti belum menjelaskan lebih detail, hanya memaparkan atau mendeskripsikan mengenai pengaruh menonton tayangan Empat Mata di Trans 7 terhadap akhlak masyarakat buruh industri Ngaliyan Semarang. Maka dari itu hendaklah bagi peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian penulis, mampu lebih memaparkan atau mengembangkannya lagi sehingga nanti diharapkan akan muncul ide-ide baru yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya bidang komunikasi pertelevisian.
DAFTAR PUSTAKA Abi Daud, Imam Al-Hafidz Sulaiman bin Ats’ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, Beirut-Libanon : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 275 H Azis, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media. Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang. Abuddin, Nata. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Grafindo Persada. Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: Era Intermedia. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Artoyo. 1986. Tenaga Kerja Perusahaan. Jakarta: Balai Pustaka. Asikin, Zainal. 2004. Dasar-dasar Hukum Perburuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Azwar, Saifuddin. 1995. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Available: http://www.suaramerdeka.com/brev/07/04/2007/bel.html Bahar, Ahmad. 2007. Kisah Sukses dengan Kristalisasi Keringat. Jakarta: Penebar Swadaya. Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Kecamatan Ngaliyan dalam Angka 2006. Budiman, Kris. 2002. Menonton Sebagai Praktek Konsumsi. Yogyakarta: Galang Press. Burhan, Bungin. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media. Burton, Greame. 2002. Membincangkan Televisi. Bandung: Jalasutra. Effendi, Onong U. 1990. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti. Eggi, Sudjana. 2003. Buruh Menggugat Perspektif. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Erlina, Noor Lidiastutik. 2005. Hubungan Aktifitas Menonton Televisi Dengan Perilaku Keagamaan (Studi Analisis Pada Masyarakat Kec. Karimunjawa Kab. Jepara). Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo.
Elvinaro dan Erdiyana. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Rekatama Media. Hadi, Sutrisno. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Handoko, Martin. 1992. Motivasi. Yogyakarta: Kanisius. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hidayati, Bern. 1996. Mendampingi Anak Menonton TV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. . Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebagai Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Mahmud, Ali Abdul Halim. 1995. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Mulyana, Dedi, dan Idi Subandana. 1997. Bercinta dan Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Nasution, S. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nuruddin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada. Omar, Toha Yahya. 2004. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al Mawardi Prima. Poerwardaminto, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Samiasih. 2006. Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI (Angkatan 20022005) IAIN Walisongo Semarang. Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soehartono, Irawan. 1998. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syarifah, Fatimah. 2006. Pengaruh Menonton Bawang Merah Bawang Putih di RCTI terhadap Perilaku Keagamaan Remaja di Kec. Cepiring Kab. Kendal. Skripsi. Semarang : Fakda IAIN Walisongo. Tuwu, Alimuddin. 2007. Televisi dan Islam. Yogyakarta: Citra Media. Winarni. 2003. Komunikasi Massa. Malang: UMM. Yatimin, Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an. Jakarta: Amzah. Zahrudin, dan Sinaga Hasanuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Grafindo Persada. Zuhri, Thoha, dan Yahya. 1999. Metode Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka Pelajar.