Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016
Dampak Usaha Ekonomi Kreatif Terhadap Masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri
Rensi Mei Nandini1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract The purpose of this research are to know the economic and social impact of the creative economy as well as the factors that influence the impact of the program in Blawe Village, Purwoasri Sub district, Kediri Regency. In Blawe Village, the creative economy in most is craft curtain. therefore the village set as central craft curtain. In addition, one of craftsman curtain ever get the award from the east java governor as the perpetrator UKM achievement. This research used qualitative research with the descriptive type. The results of the research can identified that the civil society of Blawe village as a target group of creative economy program has felt the impact of the creative economy. The impact perceived by civil society is the economic impact In the form of increasing income of civil society, created a change to work and increasing exports. While the impact of social happened are increasing the quality of life, improve tolerance social and the social inequality. The economic and social impact showed that the life of the civil society of Blawe Village be better than with life before. In addition, the factors that influence the impact of the creative economy are the condition of civil society, the resource that support and program that can accept by civil society of Blawe Village. Keyword: economy creative, impact of program, economic impact, social impact, civil society Pendahuluan Ekonomi kreatif merupakan sektor ekonomi yang mampu bertahan ditengah krisis global. UNCTAD, Lembaga untuk Konferensi Perdagangan dan Pengembangan bagi Persatuan Bangsa-Bangsa juga menjelaskan bahwa ekonomi kreatif tidak terlalu terkena dampak dalam krisis global pada tahun 2008. Bahkan ekonomi kreatif tampak tumbuh pesat di negara-negara timur. Keberhasilan pengembangan ekonomi kreatif dapat diukur dengan besarnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), besarnya tenaga kerja serta nilai ekspor produk atau karya ekonomi kreatif. Pada tahun 2013, WIPO mempublikasikan laporan khusus mengenai kontribusi industri kreatif Indonesia. Dalam laporannya, WIPO menjelaskan bahwa kontribusi industri kreatif Indonesia yaitu 4,11% terhadap PDB dan 3,75% bagi serapan tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, nilai kontribusi industri kreatif Indonesia masih berada dibawah nilai kontribusi industri kreatif Malaysia dan Filipina. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Perbandingan Nilai Kontribusi terhadap PDB antara Industri Kreatif Indonesia, Malaysia dan Filipina Tahun 2013 Indonesia Malaysia Filipina Core Copyright 1,05% 2,9% 3,5% Industry Interdependent 0,65% 2,1% 0,96% Copyright Industry Partial Copyright 2,06% 0,6% 0,04% Industry Non-dedicated 0,36% 0,1% 0,29% Support Industry Sumber: WIPO, 2013 (diolah)
Tabel 1 menjelaskan bahwa menurut WIPO industri kreatif diklasifikasikan menjadi 4 bagian. Antara lain adalah Core Copyright Industry meliputi industri penerbitan, musik, seni pertunjukan, video, televisi & radio, fotografi, seni rupa, teknologi informasi, permainan interaktif, animasi dan periklanan. Sedangkan Interdependent Copyright Industry ialah industri yang memproduksi alat-alat yang diperlukan oleh Core Copyright Industry. Partial Copyright Industry meliputi industri kerajinan, arsitektur dan desain. Nondedicated Support Industry adalah industri yang tidak berkaitan dengan hak cipta namun berhubungan dengan pemasaran dan logistik. Dari tabel 1 juga dijelaskan, meskipun Core Copyright Industry Indonesia memiliki presentase paling rendah dibandingkan Malaysia dan Filipina, namun Indonesia unggul dalam Partial Copyright Industry. Hal ini membuktikan bahwa industri kerajinan, arsitektur dan desain dapat diperhitungkan untuk berkontribusi dalam industri kreatif untuk meningkatkan pendapatan Indonesia. Tabel 2 Nilai Ekspor Produk Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2012-2013 Sub-sektor Nilai Ekspor (dalam Dolar US) Ekonomi Kreatif 2012 2013 Kerajinan 274.768,42 243.265,06 Seni Pertunjukan 8.475,63 7.671,68 Film, Video dan 2.677,39 1.943,36 Fotografi Arsitektur 6,93 12,01 Mode 250.866,73 251.209,84 Desain 1.906.466 1.999.222,35 Permainan 5.156,17 4.307,83 Interaktif Musik 483.328,53 478.478,11 Penerbitan 137.250,65 139.716,14 Seni Rupa 79.333,53 93.501,36 Sumber: UN Comtrade (2014), diolah
1 1. Korespondensi Rensi Mei Nandini, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jl Airlangga 4-6 Surabaya
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Tabel 2 membuktikan bahwa desain memiliki nilai ekspor tertinggi diantara yang lainnya. Kemudian adalah musik berada diposisi kedua. Posisi ketiga adalah kerajinan. Namun nilai ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia cenderung tidak stabil atau dapat dikatakan selalu mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh masih belum stabilnya keadaan perdagangan dunia pasca krisis pada tahun 2008. Di Indonesia, pengembangan ekonomi kreatif diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan dikeluarkannya Inpres tersebut membuktikan bahwa Pemerintah Indonesia menjadikan ekonomi kreatif sebagai program nasional dan menjadi sektor yang mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional serta kelembagaan. Pengembangan ekonomi kreatif bersifat lintas kementerian dan mendapatkan dukungan penuh dari Presiden. Untuk menguatkan kelembagaan yang begerak dibidang ekonomi kreatif maka Pemerintah Indonesia secara resmi mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 yang berisi pembentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diperkuat dengan dua Direktur Jenderal yang secara langsung bertanggungjawab terhadap ekonomi kreatif di Indonesia. Dua direktur jenderal tersebut adalah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya dan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Dengan terbentuknya kementerian yang bergerak dibidang ekonomi kreatif menandakan bahwa secara khusus ekonomi kreatif diatur oleh kementerian tersendiri. Ekonomi kreatif perlu dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan ekonomi kreatif merupakan sektor strategis untuk berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia seperti peningkatan PDB, penciptaan lapangan usaha baru yang tentu saja dapat menyerap tenaga kerja sehingga masalah pengangguran dapat diatasi. Devisa negara juga meningkat karena produk Indonesia sudah diakui oleh pasar global. Ekonomi kreatif tidak hanya menciptakan nilai tambah secara ekonomi namun juga nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Ekonomi kreatif mampu meningkatkan citra bangsa karena ekonomi kreatif lebih mengunggulkan kekreatifitasan suatu bangsa sehingga produk ekonomi kreatif memiliki ciri-ciri yang sangat khas. Seperti kita ketahui budaya Indonesia sangat beragam dari Indonesia bagian barat sampai Indonesia bagian timur atau dapat dikatakan bahwa Indonesia kaya akan budaya. Tentu saja keberagaman budaya tersebut menjadikan suatu potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Apalagi setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing. Dengan adanya ekonomi kreatif harga diri suatu bangsa dapat meningkat. Ekonomi kreatif mampu meningkatkan Nilai Tambah Bruto Indonesia. Untuk lebih jelas besaran kontribusi Nilai Tambah Bruto (NTB) ekonomi kreatif di Indonesia dapat kita lihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Nilai Tambah Bruto (NTB) Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2012-2013 Sektor Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah) 2012 2013 Periklanan 3,168.3 3,754.2 Arsitektur 11,510.3 12,890.9 Seni Rupa 1,737.4 2,001.3 Kerajinan 84,222.9 92,650.9 Desain 22,234.5 25,042.7 Mode 164,538.3 181,570.3
2
Film, Video dan 7,399.8 8,401.4 Fotografi Permainan Interaktif 4,247.5 4,817.3 Musik 4,798.9 5,237.1 Seni Pertunjukan 2,294.1 2,595.3 Penerbitan & 47,896.7 52,037.6 Percetakan Teknologi Informasi 9,384.2 10,064.8 Radio dan Televisi 17,518.6 20,430.5 penelitian dan 11,040.9 11,778.5 Pengembangan Kuliner 186,768.3 208,632.8 Jumlah 578,760.7 641,815.6 Sumber: Badan Pusat Statistika Tahun 2013 (diolah) Jika melihat tabel 3 sektor kuliner, mode dan kerajinan merupakan penyumbang terbesar Nilai Tambah Bruto (NTB) secara nasional. Tercatat pada tahun 2013 sektor kuliner menyumbang sebesar 208,632.8 milyar rupiah dari total 641,815.6 milyar rupiah Nilai Tambah Bruto (NTB). Sedangkan untuk sektor mode menyumbang sebesar 181,570.3 milyar rupiah dari total Nilai Tambah Bruto (NTB) di tahun yang sama. Sedangkan sektor ketiga adalah kerajinan. Hal ini dikarenakan kayanya sumber daya yang ada di Indonesia untuk dijadikan suatu produk yang lebih bermanfaat. Tercatat pada tahun 2013, sektor kerajinan menyumbang sebesar 92,650.9 milyar rupiah dari total Nilai Tambah Bruto. Nilai ini mengalami peningkatan yang signifikan karena mengalami kenaikkan sebesar 8,428 milyar rupiah pada tahun sebelumnya yaitu 2012. Ketiga sektor yang cukup menonjol tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nasional setiap tahunnya. Selain dapat meningkatkan pendapatan nasional, ekonomi kreatif juga mampu menyerap tenaga kerja. Tercatat pada tahun 2013 sebanyak 11.872.428 pekerja terserap dari usaha ekonomi kreatif. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 0,62% dari tahun 2012. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan jumlah tenaga kerja usaha ekonomi kreatif dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Usaha ekonomi kreatif di Indonesia Tahun 2010-2013 Sektor Jumlah tenaga kerja (orang) 2012 2013 Arsitektur 42.121 42.670 Desain 166.019 167.576 Film, Video dan 62.495 63.755 Fotografi Kerajinan 3.077.099 3.109.047 Mode 3.809.339 3.838.756 Penelitian dan 15.148 15.373 Pengembangan Musik 55.030 55.958 Kuliner 3.809.339 3.736.968 Penerbitan 503.925 505.757 Periklanan 20.050 20.600 Permainan 23.729 23.928 Interaktif Radio dan 127.189 128.061 Televisi Seni Pertujukan 78.131 79.258 Seni Rupa 15.237 15.269 Teknologi 69.037 69.451 Informasi Ekokomi kreatif 11.799.568 11.872.428
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Sumber: Badan Pusat Statistika 2013 (diolah) Tabel 4 menjelaskan bahwa dari tahun 2010-2013 jumlah pekerja yang bekerja di bidang ekonomi kreatif mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat mulai tertarik untuk mengembangkan usaha kreatif mereka. Karena ekonomi kreatif dirasa mampu meningkatkan pendapatan para pelakunya. Dari kelimabelas sektor tersebut menempatkan sektor kuliner, mode dan kerajinan sebagai penyumbang terbanyak jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia. Sektor kuliner mampu menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 3.736.968 orang pekerja pada tahun 2013. Posisi kedua ditempati oleh sektor mode yang menyumbang sebanyak 3.838.756 orang pekerja di tahun yang sama. Dan posisi ketiga adalah sektor kerajinan sebanyak 3.109.047 orang pekerja. Sedangkan sektor yang perlu dikembangkan lagi adalah sektor seni rupa yang hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15.269 orang pekerja di tahun 2013. Selain itu, sektor penelitian dan pengembangan belum banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga menjadikan sektor ini memiliki serapan tenaga kerja paling sedikit diantara kelimabelas sektor ekonomi kreatif yang ada di Indonesia. Sehingga perlu adanya peningkatan orang kreatif di bidang ilmu pengetahuan untuk meningktkan jumlah pekerja di sub-sektor penelitian dan pengembangan. Menurut Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Abdur Rohim Boy Berawi Rakor Rencana Program Pengemangan Ekonomi Kreatif yng digelar BEKRAF di Ambon Maluku 1 Maret 2016 menungkapkan bahwa industri kreatif dalam setahun terakhir telah menyumbang Rp. 642 triliyun atau 7,05 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, fesyen 27,9 persen dan kerajian 14,88 persen. Pernyataan diatas juga menjelaskan bahwa sektor usaha kuliner, mode dan kerajinan merupakan menyumbang tersbesar produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu ekonomi kreatif juga menyumbang Rp. 642 triliyun atau 7,05 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini tentu saja membuktikan bahwa ekonomi kreatif merupakan sector ekonomi yang berpotensi untuk meningkatkan PDB Indonesia. Selain meningkatkan PDB Indonesia, ekonomi kreatif juga mampu menyerap tenaga kerja. Jika usaha ekonomi kreatif terus berkembang maka pengangguran yang ada di Indonesia dapat berkurang. Sehingga keberadaan pelaku usaha ekonomi kreatif perlu ditingkatkan. Peningkatan para pelaku usaha ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan adanya dukungan dari pemerintah yang bertugas sebagai fasilitator. Peningkatan PDB dan penyerapan tenaga kerja didukung dengan peningkatan jumlah usaha yang bergerak di bidang ekonomi kreatif. Berikut ini adalah perkembangan jumlah usaha ekonomi kreatif yang ada di Indonesia dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Perkembangan Jumlah Usaha Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2012-2013 Sektor Jumlah usaha ekonomi kreatif 2012 2013 Arsitektur 3.823 3.869 Desain 27.521 27.931 Film, Video & 28.992 29.785 Fotografi Kerajinan 1.071.680 1.076.612 Mode 1.102.101 1.107.956
Penelitian dan 2.068 2.130 Pengembangan Musik 15.803 16.182 Kuliner 3.031.296 3.039.281 Penerbitan 55.232 55.396 Periklanan 2.489 2.560 Permainan Interaktif 7.554 7.771 Radio dan Televisi 12.418 12.481 Seni Pertujukan 23.488 24.236 Seni Rupa 5.147 5.242 Teknologi Informasi 8.550 8.734 Ekokomi kreatif 5.398.162 5.420.165 Sumber: Badan Pusat Statistika 2013 (diolah) Tabel 5 menjelaskan bahwa dari tahun ketahun jumlah usaha ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan. Dari kelimabelas sektor usaha ekonomi kreatif, sektor kuliner adalah yang paling banyak jumlah usahanya. Karena dari tahun 2010-2013 terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2013, sektor kuliner menyumbang distribusi terhadap ekonomi kreatif sebanyak 56,07 persen atau sebanyak 3.039.281 usaha dari total usaha ekonomi kreatif sebanyak 5.420.165 usaha. Kemudian posisi kedua adalah sektor mode yang memiliki perkembangan usaha sebesar 4932 usaha yang mengalami peningkatan sebesar 0.02 persen pada tahun 2012. Jika pada tahun 2012 terdapat 1.102.101 usaha maka pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.107.956 usaha. Selanjutnya posisi ketiga adalah sektor kerajinan dengan jumlah usaha sebesar 1.076.612 usaha. Sedangkan sektor yang kurang berkembang adalah sektor penelitian dan pengembangan sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Dari kelimabelas sektor ekonomi kreatif, memang sektor kuliner, mode dan kerajinan selalu menjadi penyumbang terbanyak Nilai Tambah Bruto (NTB), jumlah tenaga kerja dan perkembangan jumlah usaha ekonomi kreatif. Desa Blawe merupakan daerah sentra pembuatan kerajinan korden. Desa ini telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri sebagai sentra kerajinan korden. Desa Blawe memiliki luas wilayah sebesar 1,23 km2. Sebagai sentra penghasil kerajinan korden tentu saja pangsa pasar usaha ini sudah meluas. Pemasaran usaha ekonomi kreatif kerajinan korden di desa tersebut sudah tersebar di seluruh Indonesia dari ujung Sumatera sampai dengan Papua. Bahkan pada tahun 2010 salah satu pelaku usaha tersebut mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur. Penghargaan tersebut adalah penghargaan perintis UKM kategori UKM berprestasi. Tentu saja hal ini dapat meningkatkan semangat pelaku usaha ekonomi kreatif kerajinan korden untuk meningkatkan produksinya. Bahkan menurut koordinator statistik Kecamatan Purwoasri pada tahun 2014, tercatat sebanyak 196 usaha kerajinan korden berdiri di Desa Blawe. Banyaknya jumlah usaha kerajinan korden tentu saja membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Sebagian besar penduduk Desa Blawe menggantungkan hidupnya pada pembuatan kerajinan korden, hal ini dapat dilihat dari tabel 6 dibawah ini: Tabel 6 Jumlah Rumah Tangga Menurut Sektor Ekonomi Mata Pencaharian Utama Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Tahun 2014 No. Mata Pencaharian Utama Jumlah 1. Pertanian 112 2. Kerajinan 199 3. Kontruksi dan Transportasi 2 4. Perdagangan 32 5. Penggalian 0 6. PNS, TNI, Polri dan Jasa-jasa 44
3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Jumlah 389 Sumber: Kecamatan Purwoasri dalam Angka 2015 (data diolah) Jika melihat tabel 6 masyarakat Desa Blawe tidak lagi mengandalkan sektor pertanian dalam mata pencahariannya. Seperti kita ketahuai rata-rata masyarakat pedesaan lebih mengandalkan sektor pertanian namun tidak dengan masyarakat Desa Blawe. Mereka lebih mengunggulkan bidang kerajinan. Dari jumlah total rumah tanggal yaitu 389 rumah tangga, sebanyak 199 rumah tangga mengandalkan sektor kerajinan. Kemudian disusul dengan sektor pertanian sebanyak 112 rumah tangga. Kemudian posisi ketiga ditempati oleh sektor perdagangan. Kerajinan merupakan salah satu dari limabelas subsektor dalam ekonomi kreatif. Dari 15 sub-sektor ekonomi kreatif yang ada di Indonesia, kerajinan termasuk yang diunggulkan. Begitupun juga di Desa Blawe Kecamatan Purwoasri, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang kerajinan korden. Berikut ini usaha ekonomi kreatif yang ada di Desa Blawe Kecamatan Purwoasri dapat dilihat pada tabel 7: Tabel 7 Jumlah Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif Menurut Inpres Nomor 6 Tahun 2009 di Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Tahun 2013 No. Sub-sektor Ekonomi Kreatif Jumlah 1. Arsitektur 2. Periklanan 3. Pasar Barang Seni 4. Kerajinan 198 5. Desain 6. Fesyen 7. Film, Video & Fotografi 8. Permainan Interaktif 9. Musik 10. Seni Pertunjukan 11. Penerbitan & Percetakan 12. Layanan Komputer & Piranti Lunak 13. Radio & Televisi 14. Riset & Pengembangan 15. Kuliner 10 208 Jumlah Sumber: Kecamatan Purwoasri dalam Angka 2015 (diolah) Dari tabel 7 diketahui bahwa dari kelimabelas subsektor ekonomi kreatif yang berkembang, kerajinan merupakan sub-sektor utama ekonomi kreatif yang ada di Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Sebanyak 198 usaha kerajinan berdiri di Desa Blawe. Kemudian sub-sektor kedua adalah kuliner. Namun sangat disayangan masih banyak sub-sektor yang belum berkembang di Desa Blawe. Hanya kuliner dan kerajinan yang berkembang di Desa Blawe. Hal ini dikarenakan Desa Blawe merupakan daerah sentra pembuatan kerajinan korden. Tentu saja berkembangnya usaha ekonomi kreatif di Desa Blawe berupa pembuatan kerajian korden dapat memudahkan daerah ini untuk mewujudkan kemandirian desa melakukan pembangunan pedesaan yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa. Wujud dari kemadirian tersebut adalah semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
4
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak ekonomi dan sosial dari usaha ekonomi kreatif kerajinan korden di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi dampak program ekonomi kreatif terhadap masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak ekonomi dan sosial usaha ekonomi kreatif kerajinan korden serta mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program ekonomi kreatif terhadap masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Adapun manfaat teoritis dari penelitian adalah penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai pentingnya usaha ekonomi kreatif yang telah diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai dampak usaha ekonomi kreatif terhadap masyarakat mampu memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa ekonomi kreatif perlu untuk dikembangkan karena ekonomi kreatif merupakan ekonomi terbarukan yang mengandalkan kekreatifitasan individu untuk mengembangkan potensinya Ekonomi kreatif Menurut Departemen Perdagangan Repulik Indonesia Tahun 2008, Ekonomi Kreatif adalah nilai tambah berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) yang berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi. Kreatifitas dimaknai sebagai kapasitas atau upaya untuk menciptakan ataupun menghasilkan sesuatu yang unik, menciptakan solusi dari sebuah masalah atau melakukan sesuatu yang tidak biasanya dilakukan (think of out the box). Dalam ekonomi kreatif, inovasi tidak dapat dilepaskan dari kreatifitas karena kreatifitas merupakan faktor pendorong munculnya penemuan baru (inovasi) atau memanfaatkan penemuan (invention) yang sudah ada. Ekonomi kreatif tidak hanya dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh sektor-sektor lain. Ekonomi kreatif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan sumber daya dari ekonomi kreatif selalu dapat diperbarui. Menurut John Howkins (dalam Mauled Moelyono, 2010:218), tokoh ekonomi yang pertama kali mengenalkan ekonomi kreatif. Dalam bukunya yang berjudul “Creative Economy, How People Make Money from Ideas”, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi yang menjadikan kreatifitas, budaya, warisan dan lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Kemudian konsep tersebut dikembangkan oleh seorang ekonom Amerika yaitu Richard Florida. Florida (dalam Mauled Moelyadi, 2010: 219) berpendapat bahwa seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja di gang senggol yang sedang membuat musik hip-hop. Namun perbedaannya adalah statusnya, karena ada individu-individu yang secara khusus bergelut di bidang kreatif (dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas itu). Tempattempat dan kota-kota yang mampu menciptakan produkproduk baru yang inovatif tercepat akan menjadi pemenang kompetisi di era ekonomi ini. Dari ungkapan tersebut menjelaskan bahwa konsep ekonomi kreatif yang diungkapkan oleh Florida adalah wujud dari upaya untuk mencari model pembangunan yang berkelanjutan dengan
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 sumber daya yang terbarukan serta modal kekreativitas. UK DCMS Task Force (1998) mengungkapkan bahwa: “creative industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploration of intellectual property and content”. Suryana (2013: 104) industri kreatif adalah industri yang mengkominasikan kreatifitas, keterampilan dan kecakapan untuk menghasilkan kekayaan lapangan. Maksud dari pengertian tersebut adalah jika seorang yang memiliki kemampuan dalam hal kekreatifitasan, ketrampilan dan cakap berarti manusia atau individu tersebut termasuk kedalam manusia kreatif. Karena manusia kreatif selalu mempunyai ide-ide yang bersifat baru. Oleh karena itu, sektor ekonomi termasuk sektor yang harus dikembangkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan dari pengertian-pengertian ekonomi kreatif tersebut dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif adalah industri ekonomi baru yang menonjolkan kekreativitasan individu untuk lebih menggali kemampuan dirinya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru (inovasi) yang dapat bernilai jual. Sub-sektor Ekonomi Kreatif Setiap sub-sektor ekonomi kreatif memiliki perbedaan satu sama lain. Namun diantara sub-sektor dari ekonomi kreatif ada yang saling berkaitan sifat dalam konten dan input. Namun pasti setiap karya memiliki sesuatu keunikan. Untuk lebih detail maka sub-sektor yang berkembang berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2009 dapat peneliti jelaskan berikut ini: 1. Arsitektur 2. Desain 3. Film, Video & Fotografi 4. Kerajinan 5. Mode 6. Penelitian dan Pengembangan 7. Musik 8. Kuliner 9. Penerbitan 10. Periklanan 11. Permainan Interaktif 12. Radio dan Televisi 13. Seni Rupa 14. Seni Pertunjukan 15. Teknologi Informasi Dampak Dalam studi kebijakan publik (public policy), evaluasi publik (evaluation public) merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik (public policy process). Studi evaluasi kebijakan publik (public policy evaluation) ada kalanya disebut sebagai studi dampak kebijakan publik (public policy impact) karena studi ini memang dimaksudkan untuk menganalisis dampak kebijakan tertentu terhadap kelompok sasaran (target groups). Evaluasi kebijakan adalah kegiatan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan dari suatu kebijakan publik. Menurut Mustofadijaja, 2002: 45 (dalam Joko Widodo, 2009: 111), evaluasi adalah kegiatan pemberian nilai atas sesuatu “fenomena” didalamnya terkandung pertimbangan nilai (value judgement) tertentu. Masih menurut Mustofadijaja (2002: 46) dalam kebijakan publik, fenomena yang harus dinilai adalah berkaitan dengan tujuan, sasaran kebijakan, kelompok sasaran (target groups) yang ingin dipengaruhi, berbagai instrument kebijakan yang
digunakan, respon dari lingkungan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi dan sebagainya. Menurut Muhadjir, 1996 (dalam Joko Widodo, 2009: 112) evaluasi kebijakan publik adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat “membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan/atau target kebijakan publik yang telah di tentukan. Kebijakan publik tidak hanya melihat hasil (outcomes) atau dampak (impacts) namun juga proses (process) dalam pelaksanaan suatu kebijakan publik. William Dunn (2003: 514) juga berpendapat dalam memantau keluaran serta dampak kebijakan harus diingat bahwa kelompok sasaran tidak selalu merupakan kelompok penerima, kelompok sasaran (target groups) adalah individu, masyarakat atau organisasi yang hendak dipengaruhi oleh sebuah kebijakan dan program sedangkan penerima (benefeciaries) adalah kelompok yang menerima manfaat atau nilai dari kebijakan tersebut. Tujuan dari riset evaluasi adalah untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada pencapaian dari serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan perbaikan program pada masa mendatang. Dari uraian tersebut Weiss dalam Joko Widodo (2009:114) berpendapat dari pengertian tersebut terdapat beberapa unsur penting antara lain: 1. Pengukuran dampak bertumpu pada metodologi riset yang digunakan. 2. Dampak (effects) menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar. 3. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik. 4. Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan memperbaiki kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial (the social purpose) dari evaluasi. Menurut William Dunn (2003:513), dampak kebijakan (policy Impact) adalah perubahan nyata dalam perilaku atau sikap yang merupakan akibat dari keluaran kebijakan. Dampak kebijakan publik telah di kategorikan oleh Theodore lowi (dalam William Dunn, 2003: 514) sebagai regulatif, distributif dan redistributif. Kategorikategori tersebut dapat dilihat baik sebagai atribut tindakan atau hasil, tergantung pada bagaimana berbagai pelaku mempersepsikan kebutuhan, nilai dan kesempatan dalam konteks tertentu. Selain itu menurut Rohyati Wahyuni Triana (2011:123), Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan/ tidak diharapkan dan sejauh mana akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact). Dari pengertian-pengertian tentang dampak, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan ekonomi kreatif di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, dampak adalah akibat dari sebuah program atau kebijakan yang dilaksanakan baik dari segi ekonomi maupun sosial. Jenis-Jenis Dampak Ekonomi kreatif perlu dikembangkan karena secara umum ekonomi kreatif memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian suatu negara. Dalam buku yang berjudul “Menggerakkan Ekonomi Kreatif: Antara Tuntutan
5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 dan Kebutuhan” menjelaskan dampak dari ekonomi kreatif adalah sebagai berikut: 1. Dampak Ekonomi Ekonomi kreatif memberikan dampak positif di bidang ekonomi. Dampak ekonomi tersebut adalah: a. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) b. Kesempatan kerja (employment) c. Peningkatan produksi 2. Dampak sosial Dalam bidang sosial, ekonomi memiliki dampak antara lain sebagai berikut: a. Kualitas Hidup b. Toleransi Sosial c. Pengurangan Kesenjangan Sosial Pengukuran Dampak Suatu program/ kebijakan dapat dikatakan memiliki dampak jika program/ kebijakan tersebut mampu mencapai perubahan sesuai dengan tujuan dan sasaran (goals and objectives) yang telah dikehendaki (intended impacts). Menurut Joko Widodo (2009: 121), evaluasi dampak mempunyai arti penting ketika kita ingin membandingkan suatu kebijakan yang berbeda dan menguji penggunaan usaha-usaha baru untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Riset evaluasi dampak bertujuan untuk menguji efektivitas suatu kebijakan/ program dalam mencapai tujuan kebijakan/ program. Selain itu, beberapa metode evaluasi kebijakan juga dikemukakan oleh House dalam William Dunn. Metodemetode tersebut adalah sebagai berikut: 1. The Advesary Model, maksudnya adalah para evaluator dibagi menjadi dua. Pertama bertugas untuk menyajikan hasil evaluasi program yang positif, hasil dampak kebijakan yang efektif dan baik. Sedangkan yang kedua berperan untuk menemukan hasil evaluasi program negatif, tidak efektif dan gagal sehingga tidak tepat sasaran. Tujuannya adalah menjamin adanya netralitas serta objektivitas dalam proses evaluasi. 2. The Transaction Model, model ini menggunakan metode studi kasus, bersifat naturalistik dan dibagi menjadi dua yaitu evaluasi responsif (responsive evaluation) dan evaluasi ilumintif (illuminative evaluation). Model evaluasi ini berusaha mengungkapkan dan mendokumentasikan pihakpihak yang berpartisipasi dalam program. 3. Good free model adalah model evaluasi yang tujuannya mencari dampak nyata dari sebuah keijakan/ program dan bukan hanya menentukan dampak yang diharapkan yang sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Dalam teori before and after design yang dikemukakan oleh Cook And Campell dijelaskan bahwa “…in design terminology, “before” refers to a measurement being made before an intervension introduced to a group and “after” refers to a measurement being after its introduction equivalent term for “before” and “after” are “pre” and “post”. Perubahan dampak yang terjadi pada sebuah kebijakan/ program terhadap intervensi dalam proses pengukuran dampak. Perubahan yang terjadi diamati kemudian kebijakan/ program tersebut dibandingkan sebelum dan sesudah kebijakan/ program yang telah dijalankan. Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007) mengemukakan metode pengukuran dampak terdapat lima cara yaitu:
6
1.
2.
3.
4.
5.
Before vs after comparison, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya kebijakan/ program. Actual vs planned performance comparison, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada sebenarnya (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned). Experintal (controlled) models, metode yang mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan untuk mengetahui kondisi yang diteliti. Quasi experimental models adalah metode mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/ pengendalian terhadap kondisi yang diteliti. Cost oriented models, metode yang mengkaji objek penelitian hanya berdasarkan penilaian biaya terhadap suatu rencana.
Berdasarkan pendapat para ahli dalam pengukuran dampak, maka untuk mengukur dampak yang terjadi dalam usaha ekonomi kreatif yang dijalankan oleh masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri disimpulkan untuk menggunakan metode pengukuran dampak before vs after comparison yaitu membandingkan dampak yang terjadi sebelum dan sesudah kebijakan/ program di intervensi. Dampak yang akan dinilai meliputi aspek ekonomi dan sosial. Untuk memperjelas pengukuran dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Metode Pengukuran Dampak Before vs After Comparison Metode Pengukuran Aspek Ekonomi Aspek Sosial Dampak Before After Before After Before vs After Comparison: membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi. Intervensi dalam penelitian ini adalah ekonomi kreatif yang dilakukan oleh masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dampak Usaha Ekonomi Kreatif William Dunn (2003:513) berpendapat bahwa untuk memantau kebijakan publik/ program harus membedakan dua jenis akibat yang ditimbulkan dari kebijakan/ dampak tersebut, dua jenis akibat tersebut adalah keluaran (outputs) dan dampak (impacts). Keluaran dari sebuah kebijakan/ program adalah barang, layanan atau sumber daya yang diterima oleh kelompok sasaran atau kelompok penerima (beneficiaries) sedangkan dampak kebijakan/ program adalah perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan tersebut. Keluaran dan dampak dari suatu kebijakan/program tidak selalu merupakan kelompok penerima. Dalam sistem Kreitner dan kinicki (2001), komponen untuk mengamati perubahan organisasional dan faktor-faktor yang ada didalamnya ada tiga komponen yaitu: 1. Inputs
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Inputs adalah masukan sebagai pendorong bagi terjadinya proses perubahan. Semua perubahan organisasional harus konsisten dengan visi, misi dan rencana yang strategis. Terkandung unsur masukan internal dan masukan eksternal yang keduanya memiliki kekuatan, kelemahan dan tantangan atau analisis SWOT. Kondisi masukan ini sangat mempengaruhi jalannya proses perubahan. 2. Target element of change Mencerminkan elemen didalam organisasi yang dilakukan dalam proses perubahan. Sasaran perubahan diarahkan pada pengaturan organisasi, penetapan tujuan, faktor sosial, metode, desain kerja dan teknologi serta aspek manusia. Pengorganisasian menyangkut kebijakan, prosedur, peran, struktur, penghargaan dan pengaturan fisik. Penetapan tujuan menyangkut hasil akhir, prioritas dan standar. Faktor sosial meliputi budaya organisasi, proses, kelompok, interaksi antar manusia, komunikasi dan kepemimpinan. Aspek manusia berkenaan dengan pengetahuan, kemampuan, motivasi, sikap dan perilaku. 3. Outputs Hasil akhir yang diinginkan dari suatu perubahan. Hasil akhir harus konsisten dengan rencana strategi. Hasil perubahan dapat diukur pada beberapa tujuan baik pada tingkat organisasional, tingkat kelompok maupun tingkat individual. Sehingga dari pendapat Krinet dan kinicki (2001) disimpulkan bahwa dampak suatu kebijakan/ program dapat dipengaruhi oleh: 1. Metode pelaksanaan. 2. Pengaturan pada rencana tujuan. 3. Pengaturan pengorganisasian. 4. Kondisi masyarakat. 5. Faktor sosial. Faktor-faktor yang menyebakan dampak suatu kebijakan/ program dapat diamati melalui interaksi dalam perubahan sosial. Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses dan waktu. Perubahan sosial dianggap wajar atau merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Hal ini disebakan oleh adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Akibat dari perubahan sosial dapat berupa perubahan yang positif dan perubahan yang negatif. Perubahan sosial masyarakat dapat disebakan oleh faktor dari luar (eksternal) maupun faktor dari dalam (internal). Faktor eksternal dari perubahan sosial disebakan oleh lingkungan fisik yang diartikulasikan dalam teknologi sedangkan faktor internal adalah ada pada diri masyarakat itu sendiri yang berkeinginan untuk melakukan perubahan. Selain itu, interaksi juga merupakan faktor penting yang dapat menyebakan perubahan sosial pada masyarakat. Anderson juga berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi dampak suatu kebijakan/ program adalah: 1. Sumber daya yang memadahi. 2. Cara implementasi yang tepat. 3. Bebas dari masalah atau tuntutan publik terhadap suatu hal yang dianggap sebagai permasalahan. 4. Tanggapan mengenai kebijakan dapat diterima. 5. Tujuan-tujuan kebijakan yang sebanding satu sama lain. 6. Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Tujuannya adalah agar program/ kebijakan tersebut dapat berjalan sampai akhir atau
tidak berhenti di tengah jalan sebagai akibat kurangnya biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program dari beberapa ahli, maka dalam penelitian ini merumuskan beberapa faktor yang mempengaruhi dampak program ekonomi kreatif di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri jika dilihat dari dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan, terciptanya kesempatan kerja serta peningkatan produksi maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
2.
3.
Kondisi masyarakat: masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, kabupaten Kediri sebagai target groups menjadi faktor penentu keberhasilan suatu program dalam hal ini adalah ekonomi kreatif. Semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam ekonomi kreatif kerajinan korden semakin tinggi pula tingkat keberhasilan program. Sumber daya yang memadahi: ketersediaan sumber daya yang sesuai untuk mengimplementasikan program ekonomi kreatif di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Program dapat diterima: masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri sebagai target groups dengan penuh kesadaran dan antusias yang tinggi dapat menerima program ekonomi kreatif berupa kerajinan korden dengan tujuan kehidupan yang lebih baik.
Jika dilihat dari dampak sosial berupa meningkatnya kualitas hidup masyarakat, peningkatan toleransi sosial serta pengurangan kesenjangan sosial faktor-faktor yang mempengaruhi dampak sosial adalah sebagai berikut: 1. Kondisi masyarakat: masyarakat Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri menjadi faktor penentu keberhasilan keberlanjutan usaha ekonomi kreatif di desa tersebut. Oleh karena itu masyarakat Desa Blawe harus memiliki sikap terbuka sehingga ekonomi kreatf akan terus berkembang di desa tersebut. Karena dari sikap keterbukaan tersebut akan didapat sikap toleransi yang tinggi sehingga kesenjangan sosial dapat dikurangi bahkan dapat dihindari. 2. Sumber daya yang memadahi: jika dilihat dari segi sosial sumber daya pendukung usaha ekonomi kreatif sangat menentukan keberhasilan ekonomi kreatif di desa tersebut. Sumber daya yang memadahi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena dengan sumber daya yang dibutuhkan dalam membuat kerajinan korden maka semakin banyak pula masyarakat yang terlibat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya. 3. Program dapat diterima: partisipasi masyarakat yang tinggi membuktikan bahwa suatu program dapat diterima didalam masyarakat tersebut. Sebagian besar masyarakat Desa Blawe bermatapencaharian sebagai pengerajin korden membuktikan bahwa ekonomi kreatif dapat diterima dalam masyarakat tersebut sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas hidup dan toleransi sosial serta dapat mengurangi kesenjangan sosial yang dapat menyebabkan konflik sosial sebagai akibat keseragaman mata pencaharian di desa tersebut. Dari keseluruhan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dampak jika dilihat dari dampak ekonomi dan dampak sosial maka fakor-faktor yang
7
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 mempengaruhi dampak yang ada di Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri adalah kondisi masyarakat, sumber daya yang memadahi serta program yang dapat diterima oleh masyarakat Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tipe penelitian kualitatif. Lokasi penelitian ini Adalah Desa Blawe, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Teknik penentuan informan dengan menggunakan key informan melalui purposive sampling yang selanjutnya berkembang dengan teknik snowball. Proses analisis data dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh dan juga menetapkan serangkaian hubungan keterkaitan antara data tersebut. Kemudian validitas data diuji melalui triangulasi data sehingga data yang disajikan merupakan data yang abash. Hasil dan Pembahasan Dampak Usaha Ekonomi Kreatif Terhadap Masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri William Dunn (2003:513) berpendapat bahwa dampak kebijakan (policy impact) adalah perubahan nyata dalam perilaku atau sikap yang merupakan akibat dari keluaran kebijakan. Untuk memantau keluaran serta dampak kebijakan harus diingat bahwa kelompok sasaran tidak selalu merupakan kelompok penerima, kelompok sasaran (target groups) adalah individu, kelompok masyarakat atau organisasi yang hendak dipengaruhi oleh sebuah kebijakan dan program, sedangkan penerima (benefeciaries) adalah kelompok yang menerima manfaat atau nilai kebijakan tersebut. Sedangkan menurut Rohyati Wahyuni Triana (2011:123) dampak ialah akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan/ tidak diharapkan) dan sejauh mana akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact). Dalam program ekonomi kreatif, dampak yang telah dirasakan oleh masyarakat adalah dampak ekonomi dan dampak sosial. Dampak Ekonomi Masyarakat Desa Blawe Dari segi ekonomi, masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri yang sedang mengembangkan usaha ekonomi kreatif kerajinan korden memang lebih maju daripada desa lain yang tidak mengembangkan ekonomi kreatif. Dampak ekonomi yang sedang dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe pelaku usaha ekonomi kreatif kerajinan korden adalah berupa meningkatnya pendapatan, terciptanya kesempatan kerja serta meningkatnya ekspor. Sebanyak 223 jiwa masyarakat Desa Blawe bekerja membuat kerajinan korden. Jumlah tertinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya di desa tersebut. Sehingga menjadikan pembuatan kerajinan korden sebagai matapencaharian utama di desa tersebut. Hal ini tentu saja dikarenakan semakin banyak masyarakat yang merasakan dampak dari program ekonomi kreatif yang didasari pada Inpres Nomor 6 Tahun 20009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan penggunakan pengukuran dampak before vs after comparison yaitu membandingkan keadaan sebelum dan sesudah adanya program ekonomi kreatif peneliti melihat adanya dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe mengalami peningkatan. Dari segi pendapatan, masyarakat Desa Blawe memiliki pendapatan jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari pekerjaan sebelumnya. Meningkatnya pendapatan ditandai dengan meningkatnya
8
omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan kerajinan korden. Sebelum menggeluti usaha ekonomi kreatif kerajinan korden, masyarakat Desa Blawe bekerja sebagai petani dan pedagang. Sedangkan setelah berkembangnya ekonomi kreatif di desa tersebut sebagian besar masyarakatnya lebih berfokus pada pembuatan kerajinan korden. Dari segi terciptanya kesempatan kerja, masih menggunakan metode mengukuran dampak before vs after comparison peneliti juga menemukan hasil bahwa dahulu dengan sekarang sangatlah berbeda, jika dulu kerajinan korden dikerjakan oleh beberapa orang pekerja saja. Saat ini kerajinan korden sudah mampu menciptakan kesempatan kerja. Para pemilik usaha kerajinan korden mengaku jika sampai saat ini jumlah pekerja mereka mencapai puluhan orang. Hal ini tentu saja akan terus bertambah seiring dengan semakin berkembangnya usaha ekonomi kreatif kerajinan korden di Desa Blawe. Dari segi meningkatnya produksi, para pelaku kerajinan korden mengaku jika dulunya kerajinan korden milik mereka hanya dipasarkan di sekitar desa tersebut dan paling jauh di daerah tetangga. Dan paling jauh ke Surabaya. Namun saat ini kerajinan korden yang mereka kembangkan sudah mencapai Malaysia dan Thailand serta sudah dikirim keseluruh wilayah Indonesia. Dampak Sosial Masyarakat Desa Blawe Dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe setelah adanya program ekonomi kreatif adalah peningkatan toleransi sosial, meningkatnya toleransi sosial dan pengurangan kesenjangan sosial. Dengan menggunakan metode pengukuran dampak before vs after comparison yang membandingkan keadaan sebelum dan sesudah adanya program ekonomi kreatif, peneliti menemukan hasil bahwa menggeluti usaha ekonomi kreatif kerajinan korden kehidupan masyarakat desa blawe tidak semaju saat ini. Bahkan sebelum adanya kerajinan korden, jalan menuju Desa Blawe masih berupa jalanan berbatu atau sering disebut jalan makadam. Namun sekarang jalanan Desa Blawe sudah beraspal semua dan dapat diakses darimana saja dengan mudah, namun angkutan desa tidak tersedia di desa ini. Selain itu pekerjaan sehari-hari masyarakat Desa Blawe sebelum menggeluti usaha ekonomi kreatif masih menjadi seorang petani maupun menjadi buruh tani. Namun setelah menggeluti usaha ekonomi kreatif kerajinan korden, hampir keseluruhan masyarakatnya menggeluti kerajinan korden dan meninggalkan dunia pertanian. Selain meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Blawe, ekonomi kreatif juga mampu meningkatkan toleransi sosial. Namun metode pengukuran dampak before vs after comparison pada peningkatan toleransi sosial tidak berlaku. Hal ini dikarenakan sebelum dan sesudah adanya usaha ekonomi kreatif kerajinan korden, masyarakat Desa Blawe mampu untuk hidup rukun tanpa adanya konflik. Meskipun dalam satu desa tersebut rata-rata membuat kerajinan korden namun masyarakat desa tersebut tidak ada yang terlibat konflik. Meskipun saling bersaing tetapi masyarakat desa tersebut bersaing secara baik yaitu dengan bersaing meningkatkan kualitas kerajinan korden. Ekonomi kreatif mampu mengurangi kesenjangan sosial. Dengan menggunakan metode pengukuran dampak before vs after comparison, peneliti menemukan hasil bahwa sebelum mengembangkan ekonomi kreatif, masyarakat Desa Blawe banyak yang merantau ke luar kota. Namun sekarang mereka kembali ke desa tersebut dan menggeluti usaha kerajinan korden. Jika dulu mereka masih menciptakan motif-motif yang masih sederhana,
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Hingga saat ini mampu menciptakan motif kerajinan korden yang rumit. Masyarakat Desa Blawe membuktikan bahwa meskipun tinggal di pedesaan masyarakat desa tersebut mampu berkembang sama dengan masyarakat perkotaan. Bahkan mesyarakat Desa Blawe lebih maju daripada masyarakat perkotaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak Menurut William Dunn (2003:513), untuk memantau kebijakan publik/ program harus dapat membedakan dua jenis akibat yang ditimbulkan dari kebijakan/ dampak tersebut. Sedangkan jika menurut Kreitner dan kinicki (2001), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dampak suatu program adalah inputs (masukan), targets elements of change (sasaran perubahan) dan outputs (keluaran/ hasil akhir). Menurut pendapat Kreinet dan kinicki menyimpulkan bahwa dampak suatu kebijakan/ program dipengaruhi oleh: 1. Metode pelaksanaan. 2. Pengaturan pada rencana tujuan. 3. Pengaturan pengorganisasian. 4. Kondisi masyarakat. 5. Faktor sosial. Faktor-faktor yang menyebabkan dampak suatu kebijakan/ program dapat diamati melalui interaksi dalam perubahan sosial. Perubahan sosial dianggap wajar karena pada dasarnya dalam setiap program ataupun kebijakan akan selalui menimbulkan perubahan sehingga perubahan tersebut dianggap sudah mengenai sasaran masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi dampak program ekonomi kreatif terhadap masyarakat seperti berikut ini: Kondisi masyarakat. Masyarakat Desa Blawe sebagai target groups menjadi penentu keberhasilan program tersebut terus berlanjut ataupun tidak. Sikap masyarakat yang terbuka maupun tertutup juga menentukan keberanjutan dari suatu program/ kebijakan. Masyarakat Desa Blawe dituntut untuk berpartisipasi penuh dalam program ekonomi kreatif. Tujuannya adalah masyarakat desa tersebut mampu untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Semakin tinggi partisipasi masyarakat terhadap program ekonomi kreatif, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan program ekonomi kreatif tersebut. Dan ternyata setelah peneliti amati, memang benar jika sebagian besar masyarakat Desa Blawe merupakan pengusaha kerjinan korden. Hingga sekarang Desa Blawe mendapat sebutan Desa Blawe Jaya. Sumber daya yang memadahi. Mudahnya mendapatkan sumber daya pendukung program ekonomi kreatif juga menjadi faktor penentu keberhasilan program ekonomi kreatif. Dalam usaha ekonomi kreatif kerajinan korden di Desa Blawe meskipun bahan pembuatan korden tidak dapat diproduksi sendiri di desa tersebut namun untuk mendapatkan bahan pendukung pembuatan korden seperti kain tidaklah sulit. Para pengusaha kerajinan korden dapat memperoleh dengan mudah bahan pendukung pembuatan kerajinan korden dengan membeli di Kota Kediri dan daerah Jombang. Daerah tersebut lumayan dekat jika dijangkau dari Desa Blawe. Program dapat diterima. Masyarakat Desa Blawe merupakan target groups yang sudah merasakan dampak yang positif akan mengikuti program ekonomi kreatif kerajinan korden. Karena kerajinan korden memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan. Meskipun masyarakat yang terlibat dalam usaha kerajinan korden sudah sangat banyak, namun para pengusaha kerajinan korden yang sudah terlebih dulu
menggeluti kerajinan korden berharap akan semakin banyak lagi masyarakat yang terlibat dalam usaha kerajinan korden. Namun pengusaha kerajinan korden sadar jika masyarakat yang belum mengembangkan ekonomi kreatif kerajinan korden akan menjadi permasalahan jika tidak tersedianya modal sebagai bantuan awal masyarakat yang ingin menggeluti usaha kerajinan korden. Kesimpulan Secara keseluruhan, disimpulkan bahwa saat ini masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri sedang mengembangkan usaha ekonomi kreatif berupa kerajinan korden. Hampir sebagian besar masyarakat desa tersebut bermatapencaharian sebagai pengerajin korden. Sehingga masyarakat desa tersebut sudah merasakan dampak dari program ekonomi kreatif. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan masyarakat desa tersebut yang telah menujukkan kemajuan dibandingan dengan kehidupan mereka sebelumnya. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri dapat dilihat dari 2 dampak berikut ini: 1. Dampak ekonomi masyarakat Desa Blawe Dampak ekonomi adalah akibat dalam bidang ekonomi yang dapat menimbulkan suatu perubahan dalam masyarakat. sektor ekonomi mampu untuk meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif, meningkatnya kesempatan kerja serta menigkatnya produksi. Dari hasil yang didapatkan dari lapangan membuktikan bahwa masyarakat Desa Blawe sudah merasakan dampak secara ekonomi dari hasil usaha kerajinan korden. Dampak ekonomi yang sudah dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri adalah meningkatnya pendapatan mereka, terciptanya kesempatan kerja serta meningkatnya ekspor. a. Meningkatnya pendapatan ditandai dengan meningkatnya omzet penjualan hasil kerajinan korden dan keuntungan yang didapat semakin tinggi. Padahal ketika awal memulai usaha omzet para pengusaha korden belum mencapai ratusan sampai milyaran rupiah namun setelah menggeluti korden 5 tahun belakangan ini omzet mereka meningkat tajam. Begitupun dengan keuntungan yang didapat hingga saat ini dapat mencapai ratusan juta rupiah. Tentu saja dengan omzet dan keuntungan yang tinggi, pendapatan merekapun juga akan meningkat. Selain meningkatkan pendapatan, ekonomi kreatif mampu menciptakan kesempatan kerja. b. Kesempatan kerja di Desa Blawe cukuplah tinggi. Jika dahulu para pengusaha kerajinan korden hanya mengerjakan kerajinan korden milik mereka dengan beberapa orang saja bahkan ada yang hanya dikerjakan berdua dengan pasangan mereka namun saat ini hasil kerajinan korden milik mereka dapat dikerjakan oleh 3050 orang pekerja. Yang menjadi keunikan, rata-rata dari pekerja yang bekerja di tempat usaha kerajinan korden bukan merupakan masyarakat asli Desa Blawe. Rata-rata pekerja adalah masyarakat dari desa tetangga seperti Desa Pandansari dan Desa Belor. Namun ada juga pekerja yang berasal dari Kecamatan Kunjang dan Kecamatan Papar. Dalam sistem penggajian pekerjanyapun juga berbeda. Ada yang merupakan pekerja harian dan ada pula yang bekerja secara borongan. Jika pekerja harian mendapatkan gaji setiap hari, pekerja borongan akan digaji jika hasil garapan korden yang menjadi tanggungjawabnya selesai dikerjakan. c. Ekonomi kreatif juga mampu meningkatkan produksi. Dahulunya para pengusaha kerajinan korden hanya
9
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 mampu memasarkan kerajinan korden miliknya di sekitar Kediri saja. Ada yang memasarkan dengan menggunakan sepeda onthel sekitar desa, dan pemasaran terjauh saat itu adalah pasar slompretan Surabaya. Namun ketika sudah banyak yang mengenal kerajinan korden dari Desa Blawe, pemasaran korden sudah mencakup seluruh wilayah Indonesia. Bahkan sudah ada yang mengirim (export) ke Malaysia dan Thailand. Sehingga dari segi ekonomi kehidupan masyarakat Desa Blawe sudah sangat maju dibandingkan dengan desa lain yang tidak memiliki usaha ekonomi kreatif. Dampak Sosial Masyarakat Desa Blawe Dampak sosial adalah akibat dalam bidang sosial yang dapat mempengaruhi perubahan pola perilaku masyarakat yang terlibat dalam suatu program tersebut. Dalam program ekonomi kreatif, dampak sosial yang dihadapi oleh masyarakat antara lain adalah peningkatkan kualitas hidup, meningkatnya toleransi sosial dan pengurangan kesenjangan sosial. Dari hasil yang didapat dari lapangan, dampak sosial yang telah dirasakan oleh masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten kediri sebagai akibat dari program ekonomi kreatif adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat, meningkatnya toleransi sosial dan pengurangan kesenjangan sosial. Jika peneliti amati, kehidupan sosial masyarakat Desa Blawe menunjukkan kerukunan dan saling menghargai meskipun dalam satu desa tersebut rata-rata bermatapencaharian membuat kerajinan korden. a. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Ekonomi kreatif mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Blawe. Dari segi kehidupan sehari-hari, setelah adanya program ekonomi kreatif, masyarakat Desa Blawe memiliki kualitas hidup yang paling baik diantara desadesa di Kecamatan Purwoasri. b. Meningkatnya toleransi sosial. Meskipun dalam satu Desa Blawe bermatapencaharian sebagai pembuat kerajinan korden tetapi masyarakat Desa Blawe mampu menjunjung tinggi kerukunan dan saling menghargai satu sama lain. c. Pengurangan kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial ditandai dengan keadaan yang tidak seimbang antara kehidupan di perkotaan dan di pedesaan. Jika masyarakat perkotaan dikenal sebagai masyarakat yang lebih modern, berbeda dengan dengan pedesaan yang masih mengunggulkan nilai-nilai tradisional. Namun semenjak berkembangnya usaha ekonomi kreatif kerajinan korden kesenjangan sosial tersebut mampu di patahkan oleh masyarakat Desa Blawe. Karena dengan keunggulan nilai-nilai tradisional tersebut masyarakat mampu menciptakan motif-motif kerajinan korden yang beraneka ragam. Hal ini tentu saja dapat membuktikan bahwa tidak selamanya hidup di pedesaan itu buruk. Mereka mampu menciptakan karya kerajinan korden yang bernilai jual tinggi.
2.
3.
2.
Selain dampak program yang dirasakan oleh masyarakat, tentu saja terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dampak program ekonomi kreatif. Dalam usaha ekonomi kreatif kerajinan korden di Desa Blawe, faktor yang mempengaruhi dampak adalah sebagai berikut ini: 1. kondisi masyarakat. Masyarakat sebagai kelompok sasaran berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi kreatif kerajinan korden. Partisipasi masyarakat ditandai
10
dengan tingginya angka partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerajinan korden Sumber daya yang memadahi, meskipun bahan pembuatan korden tidak dihasilkan sendiri di desa tersebut namun masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan bahan pembuatan korden dari daerah sekitar Desa Blawe yang sangat mudah mendapatkan bahan pembuat korden. Bahan yang diperlukan antara lain kain, benang dan pewarna. Program tersebut dapat diterima oleh masyarakat. ditetapkannya Desa Blawe seagai sentra kerajinan korden tentu saja membuktikan ahwa memang program ekonomi kreatif telah diterima oleh masyarakat desa tersebut. Namun yang menjadi kendala adalah kurangnya modal usaha yang diberikan sehingga masyarakat yang belum terlibat dalam program ekonomi kreatif yang ingin mengembangkan kerajinan korden harus mengalami kendala.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai dampak usaha eknomi kreatif terhadap masyarakat Desa Blawe Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri, maka saran yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut: Masyarakat sebagai kelompok sasaran (target groups) sebaiknya tidak hanya mengembangkan kerajinan korden saja. Seperti telah diungkapkan oleh beberapa informan sebenarnya di Desa Blawe tidak hanya membuat kerajinan korden namun ada juga yang membuat taplak meja serta kojong bayi namum tidak terlalu berkembang. Jika kerajinan taplak meja dan kojong bayi tersebut kembali dikembangkan tidak menutup kemungkinan pendapatan masyarakat Desa Blawe pasti akan lebih meningkat lagi dan usaha ekonomi kreatif di Desa Blawe lebih bervariasi. Hendaknya para pengusaha kerajinan korden yang masih sedang merintis menjalin kerjasama dengan pengusaha kerajinan korden yang sudah berkembang sehingga tidak merasa kesulitan untuk memasarkan kerajinan korden. Hendaknya ada perhatian dari pemerintah melalui pemberian modal usaha agar pengusaha semakin mengembangkan usaha kerajinan korden milik mereka dan semakin banyak lagi masyarakat yang terlibat dalam usaha ekonomi kreatif kerajinan korden.
Daftar Pustaka BPS Indonesia tahun 2013 Bungin, Burhan. 2003. Analisis Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Cook, T.D. & Campbell, D.T. Quasi-Experimentation: Designs & Analysis Issues for Field Settings. Houghton Mifflin Company. USA: 1979 Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2014 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah 20152019
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Jones, Charles O. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), Terjemahan Ricky Ismanto. Jakarta: Raja Grafindo Kecamatan Purwoasri dalam Angka tahun 2015 Kenneth M Dolbare, Public Policy Evaluation. Sage Publications. Beverly Hills: 1975 Kreitner & Kinicki. Organizational Behaviour. Mc Graw Hill, Singapore: 2001 Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakkan Ekonomi Kreatif: Antara Tuntutan dan Keutuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Moleong,
Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya: Nasution, M. Nur. 2010. Manajemen Perubahan. Bogor: Ghalia Indonesia Pasolong, Herabani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta: Bandung Quinn Patton, Michael. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Santrock. 2007. Remaja Edisi 11. Jakarta: Erlangga. Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tjokroamidjojo, Bintoro. 1988. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Wahyuni Triana, Rochyati. 2011. Implementasi & Evaluasi Kebijakan Publik. Surabaya: PT. Revka Petra Media Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing www.tempo.co (diakses pada tanggal 14 Februari 2016 pukul 18.50)
11