ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA: KASUS DESA BLIMBING KECAMATAN MOJO KABUPATEN KEDIRI
ALFI SARI GUSMANANDRI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
ABSTRAK ALFI SARI GUSMANANDRI. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga: Kasus Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI. Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh tiap rumahtangga. Akses yang sulit terhadap air bersih akan menyita waktu sehingga memperbesar opportunity cost untuk kegiatan lain. Penelitian ini menggunakan metode uji-t berpasangan dan regresi linear berganda dengan enam variabel, yaitu: pendapatan rumahtangga, usia, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, penghematan waktu dan perubahan curahan kerja. Hasil dari uji-t berpasangan menunjukkan adanya perubahan pendapatan rumahtangga antara sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih dengan peningkatan sebesar 18,8 persen per bulan dengan standar deviasi 12,49. Sedangkan hasil dari regresi linear berganda menunjukkan bahwa usia, jumlah tanggungan, penghematan waktu, dan perubahan curahan kerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga. Kata kunci: infrastruktur air bersih, pendapatan rumahtangga
ABSTRACT ALFI SARI GUSMANANDRI. The Impact of Water Infrastructure Development on the Household Income: Case of Blimbing Village, Mojo Subdistrict, Kediri Regency. Supervisor: WIWIEK RINDAYATI. Water is a basic needs that must be met in every household. Difficulty in the access to clean water will increase the opportunity cost for other activities. This research is using paired t-test method and multiple linear regressions by using six variables i.e, household’s income, age, number of dependant, level education, time saving, and changes in the working time. The results of paired t-test show there’s a change in household’s income before and after water infrastructure development with an increase of 18,84 percent each month with standart deviation of 12,49. While the results of multiple linear regressions show that age, number of dependant, time saving, and changes in the working time significantly effect on the increasing of the household income. Key words: household income, water infrastructure
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga: Kasus Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013
Alfi Sari Gusmanandri NIM H14090080
ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA: KASUS DESA BLIMBING KECAMATAN MOJO KABUPATEN KEDIRI
ALFI SARI GUSMANANDRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga: Kasus Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Nama : Alfi Sari Gusmanandri NIM : H14090080
Disetujui oleh
Dr.Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan kemurahan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 sampai November 2012 ini berjudul Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga: Kasus Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Wiwiek Rindayati, M.Si selaku pembimbing atas kesabaran dan ketulusannya membimbing penulis hingga selesainya penelitian ini. Terima kasih juga kepada Ibu Dr.Ir.Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc selaku penguji utama serta Ibu Dr Sahara selaku penguji dari komisi pendidikan yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Perangkat Desa Blimbing dan Kecamatan Mojo serta masyarakat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Papa, Rayi Betha, Ibuk, Om Nalikan serta seluruh keluarga atas doa, semangat dan kasih sayangnya. Juga terima kasih untuk sahabat tersayang; Syifa, Tika, Inong dan semua teman-teman IE’46 atas dukungannya. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dr Oktavian Maulana Wahyu Hadi atas segala bantuan moril, materiil, kesabaran serta kesetiaannya mendampingi penulis sejak awal penentuan topik hingga selesainya skripsi ini. Terakhir penulis ucapkan terima kasih untuk mama, seseorang paling berharga yang selalu menjadi alasan dalam setiap perjuangan ananda. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2013
Alfi Sari Gusmanandri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Infrastruktur
5
Sumberdaya Air
6
Ekonomi Rumahtangga
6
Teori Konsumsi
7
Teori Produksi
8
Teori Pendapatan Rumahtangga
9
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
9
Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Berfikir
12
Hipotesis
13
METODE PENELITIAN
13
Lokasi dan Waktu Penelitian
13
Metode Pengambilan Sampel
14
Jenis dan Sumber Data
14
Teknik Pengumpulan Data
15
Metode Analisis
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Gambaran Umum Kabupaten Kediri
20
Gambaran Umum Desa
20
Kondisi Sumberdaya Air di Desa Blimbing
21
Potensi Pertanian dan Peternakan di Desa Blimbing
21
Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing
22
Perilaku Kerja Masyarakat
23
Karakteristik Responden Warga Desa Blimbing
24
Analisis Uji-t Berpasangan
29
Analisis Regresi Linear Berganda
29
SIMPULAN DAN SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Peternakan di Desa Blimbing Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing Hubungan antara Usia dengan Perubahan Pendapatan Responden Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Perubahan Pendapatan Responden Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Pendapatan Responden Hubungan antara Penghematan Waktu dengan Perubahan Pendapatan Responden Hubungan antara Perubahan Curahan Kerja dengan Perubahan Pendapatan Responden Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pendapatan Masyarakat
22 23 25 26 27 28 28 30
DAFTAR GAMBAR 1
Luas Lahan Panen Tanaman Pangan berdasarkan Provinsi di Pulau Jawa 2 Data Infrastruktur Air Bersih berdasarkan Provinsi di Pulau Jawa 3 Curahan Waktu antara Air dengan Aktivitas lain 4 Kurva Kemungkinan Produksi 5 Kerangka Berfikir 6 Pertanian Desa Blimbing 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghematan Waktu 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Curahan Kerja
2 3 7 8 12 22 24 25 26 27 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uji-t Berpasangan Statistika Deskripstif Uji Kenormalan Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Persamaan Regresi Linear Berganda Uji F statistik Data Primer Kuesioner Penelitian
35 36 37 38 39 40 41 42 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual (Todaro dan Smith, 2006). Infrastruktur pembangunan terdiri atas dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, serta pembuangan limbah. Adapun infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur juga dapat digolongkan sebagai modal atau kapital. Namun berbeda dengan kapital yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan produksi seperti bangunan pabrik, mesin dan peralatan, serta bahan baku, infrastruktur tergolong sebagai social overhead capital. Dengan karakteristik ini, perluasan infrastruktur tidak hanya menambah stok dari kapital tetapi juga sekaligus meningkatkan produktivitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas (Ramelan, 1997). Sehingga infrastruktur menjadi faktor pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations Children‟s Fund (UNICEF) terdapat 1.2 miliar penduduk tanpa akses air bersih dan 2.5 miliar penduduk tanpa sanitasi yang layak (WHO dan UNICEF, 2004). Selanjutnya menurut Water Aid, pembangunan infrastruktur air menghasilkan keuntungan diantaranya adalah berkurangnya wabah penyakit dan beban pengambilan air dari sumber yang jauh (WaterAid, 2005). Akses terhadap air bersih merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat dan sejahtera. Hampir lima puluh persen rumah tangga di wilayah perkotaan dan perdesaan di Indonesia kekurangan layanan dasar seperti ini. Sistem air bersih yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan penting bagi kesehatan manusia. Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Tingginya angka kejadian diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah tetap menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan kesehatan secara umum. Selain akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku, khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh telah memperburuk kondisi air bersih di Indonesia (International Relief & Development, 2009). Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan di Indonesia. Dengan tingkat aktivitas ekonomi, sosial, politik, dan jumlah penduduk yang besar (mencapai 57 persen dari jumlah penduduk Indonesia), sudah sewajarnya apabila pembangunan
2
infrastruktur lebih berkembang di pulau ini. Sektor yang menjadi andalan adalah sektor pertanian khususnya tanaman pangan, sektor indsutri, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa. Sebagai lumbung pangan nasional, jumlah pembangunan irigasi dan infrastruktur air bersih lebih banyak dibandingkan pulau lainnya (Bappenas, 2011). Di antara enam provinsi di Pulau Jawa, Propinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan lahan panen terluas untuk tanaman pangan yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar (Gambar 1). 4500000 2010
Luas Lahan (Ha)
4000000
2011
3500000
2012
3000000 2500000 2000000 1500000 1000000
500000 0 Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Provinsi Gambar 1 Sumber:
Luas Lahan Panen Tanaman Pangan berdasarkan Provinsi di Pulau Jawa BPS, 2012 (Data Diolah)
Sebagai salah satu lumbung pangan di Indonesia, Jawa Timur telah memiliki infrastruktur air bersih yang cukup memadai. Dengan adanya infrastruktur air bersih yang cukup memadai ini, diharapkan kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi sehingga masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani ini dapat fokus pada hal lain di luar kebutuhan dasar mereka demi meningkatkan taraf hidupnya. Namun ternyata ada beberapa daerah yang kekurangan air bersih, seperti di Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur. Kediri merupakan salah satu daerah penghasil pangan di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Salah satu dari tanaman pangan tersebut adalah jagung dan ubi kayu yang sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Namun infrastruktur air bersih di Kecamatan Mojo masih sangat terbatas. Air bersih yang merupakan kebutuhan dasar masyararakat belum tersedia dengan baik. Warga harus mengambil air ke mata air yang jaraknya antara 5-10 kilometer untuk mendapatkan air bersih yang dipergunakan untuk minum, memasak serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Aktivitas mengambil air dengan jarak yang jauh ini mengakibatkan besarnya opportunity cost bagi kegiatan lain terutama kegiatan bertani yang merupakan matapencaharian sebagian besar penduduknya. Di sisi lain dengan keterbatasan ketersediaan air bersih juga bisa berdampak pada kesehatan masyarakat, karena akan
3
mempengaruhi perilaku hidup sehat mereka dalam melakukan aktivitas seharihari seperti sumber air minum, memasak maupun MCK. Tingkat kesehatan masyarakat akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja dan etos kerja, sehingga akan mempengaruhi pendapatannya. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur air bersih diharapkan mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat, seperti memberikan kesempatan bekerja dan berusaha serta produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga dan membantu pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan serta pengembangan ekonomi di wilayah tersebut.
Jumlah Pelanggan Air (Rumah Tangga)
2 500 000 2007 2 000 000
2008 2009
1 500 000 1 000 000 500 000 0 DKI Jakarta Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Provinsi Gambar 2 Sumber:
Data Infrastruktur Air Bersih berdasarkan Provinsi di Pulau Jawa Provincial Governance Strenghtening Programme (PGSP, 2012), (Data Diolah)
Perumusan Masalah Air merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Akses yang sulit terhadap air bersih dapat berdampak negatif pada segala aspek kehidupan. Penurunan tingkat kesehatan, besarnya biaya yang harus dibayarkan untuk tiap liter air bersih dan besarnya opportunity cost untuk kegiatan lain terutama bekerja merupakan beberapa dampak langsung yang ditimbulkan. Menanggapi situasi ini, pemerintah maupun swasta menaruh perhatian terhadap pembangunan infrastruktur air bersih sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pulau Jawa yang nyata lebih baik infrastrukturnya dibandingkan wilayah lain pun belum merata persebarannya. Beberapa daerah di Pulau Jawa masih kekurangan air bersih. Salah satu dari sekian banyak daerah yang kekurangan air bersih di Pulau Jawa adalah wilayah Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Desa ini dilanda kekeringan menahun akibat letaknya di pegunungan yang sumber airnya sangat jauh. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus mengambil air dari mata air yang letaknnya 5-10 kilometer
4
(km) dengan berjalan kaki. Jika terpaksa tidak ada anggota keluarga yang mengambil air, maka warga hanya dapat mengkonsumsi air sungai yang jaraknya sekitar dua km dengan air yang kotor. Aktivitas harian bagi warga Desa Blimbing ini tentu saja menyita waktu dan tenaga. Kemudian pada pertengahan 2011, pemerintah bekerja sama dengan swasta membangun infrastruktur air bersih berupa tandon dan pipa-pipa penyalur air bersih dari mata air. Akibatnya warga tidak lagi harus mengambil air yang jaraknya sangat jauh, sehingga terdapat penghematan waktu dan tenaga. Penghematan waktu dan tenaga akibat pembangunan infrastruktur air bersih tersebut akan direspon yang berbeda-beda oleh setiap rumah tangga, ada yang merespon dengan mengalokasikan waktu pada pekerjaan produktif, ada yang mengalokasikan pada pekerjaan rumah tangga non produktif. Keputusan rumahtangga untuk pengalokasian penghematan waktu yang terjadi tergantung dari karakteristik masing-masing rumahtangga. Selain berdampak pada perilaku kerja, adanya ketersediaan air bersih di daerah tersebut juga akan berdampak pada perilaku hidup sehat yang berbeda-beda pada setiap rumahtangga sehingga akan berpengaruh pada tingkat kesehatan masing-masing rumahtangga dan akhirnya mempengaruhi produktivitas kerja dan pendapatan rumahtangga. Dari pemaparan di atas penelitian ini akan membahas beberapa rumusan masalah yang terkait, diantaranya: 1. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur air bersih terhadap perilaku kerja rumahtangga? 2. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan rumahtangga?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengkaji perilaku kerja rumahtangga sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih. 2. Menganalisis pengaruh pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan rumah tangga akibat pembangunan infrastruktur air bersih.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang seluas-luasnya untuk kehidupan yang lebih baik, manfaat-manfaat tersebut antara lain: 1. Dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat perdesaan dalam mengakses air bersih dan menetapkan kebijakan pembangunan terutama terkait dengan pembangunan infrastruktur air bersih.
5
2.
3.
Sebagai sumbangan guna memperkaya khasanah akademik dan referensi yang lebih akurat dan ilmiah tentang pentingnya pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan masyarakat. Sebagai bahan rujukan lebih lanjut dan perbandingan bagi peneliti serta siapa saja yang berminat dengan penelitian terkait pembangunan infrastruktur air bersih.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dari berbagai sumber yang tersedia, dan akan mengkaji keterkaitan antara pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga. Wilayah penelitian adalah di Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Obyek penelitian adalah masyarakat desa tersebut. Responden terdiri dari 40 kepala keluarga yang dipilih secara acak.
TINJAUAN PUSTAKA Infrastruktur Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas fisik dalam mengembangkan atau membangun kegunaan publik melalui penyediaan barang dan jasa untuk umum. Yang termasuk contoh infrastruktur: (1) sistem transportasi, seperti rel kereta api, sistem penerbangan dan jalan darat, (2) sistem komunikasi, seperti jaringan telefon, (3) sistem pemerintahan atau birokrasi, dan (4) pelayanan dan fasilitas publik yang mendasar, seperti sekolah, air dan sanitasi. (Frischmann, 2005) Jan Jacobs et al. dalam Sibarani (2002) menggolongkan infrastruktur menjadi dua bagian, yaitu: (1) Infrastruktur dasar (basic infrastructure) yang mencakup sektor-sektor publik dan keperluan mendasar untuk sektor perekonomian, yang tidak dapat diperjualbelikan (non tradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan secara teknis maupun spasial, contoh: jalan raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya, dan (2) Infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure) seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum. Menurut Berndt dan Hansson (1991), peningkatan pelayanan infrastruktur akan mengurangi biaya produksi. Morison dan Schwartz (1992) mengemukakan bahwa ketersediaan pelayanan infrastruktur terbukti mampu mengurangi biaya faktor produksi. Feltenstein dan Jiming Ha (1995) menemukan bahwa infrastruktur listrik dan telekomunikasi dapat menurunkan biaya pada sektor produksi, namun infrastruktur transportasi justru meningkatkan biaya sektorsektor produksi. Infrastruktur juga merupakan instrumen untuk memperlancar berputarnya roda perekonomian sehingga bisa mempercepat akselerasi
6
pembangunan. Semakin tersedianya infrastruktur akan merangsang pembangunan di suatu daerah (Basri, 2002).
Sumberdaya Air Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan kontrak sosial antara Pemerintah dan warga negaranya. Penjaminan atas konstitusi itu lebih dipertegas lagi pada Undangundang tentang Sumberdaya Air pasal 5, yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya yang sehat, bersih, dan produktif”. Secara eksplisit isi ayat tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat memperoleh air bersih adalah hak setiap orang, warga negara dari suatu negara. Tak terkecuali warga negara Indonesia. Perspektif air sebagai kebutuhan dasar manusia ini dipertegas lagi pada level global. November 2002, Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya mendeklarasikan akses terhadap air merupakan hak dasar (a fundamental right). Di sana disebutkan bahwa air adalah benda sosial dan budaya, tidak hanya komoditi ekonomi. Komite ini juga menekankan bahwa 145 negara telah meratifikasi Konvensi Internasional untuk Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, yang kini telah diikat dengan perjanjian untuk mempromosikan akses pada air secara setara tanpa diskriminasi. Air lebih dari sekedar perpaduan zat kimia hidrogen dan oksigen. Air merupakan komoditas yang dibutuhkan manusia untuk bermacam keperluan. Air digunakan untuk minum, bahan baku industri, bahan penunjang kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata dan untuk sumber energi bagi pembangkit listrik tenaga uap dan air. Dalam masa seratus tahun berlalu, jumlah penduduk dunia naik tiga kali lipat, sedangkan kebutuhan air naik tujuh kali lipat. Perbandingan antaran jumlah dan kebutuhan air ini mengakibatkan terjadinya kelangkaan air akibat kekurangan supply air dibandingkan dengan permintaannya (Rajasa, 2002). Ekonomi Rumahtangga Rumahtangga merupakan sebuah keluarga yang merupakan satu unit pengambil keputusan kerja menyusun strategi untuk dapat memaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan. Kesempatan yang terbuka tercermin dalam bentuk tersedianya lowongan kerja, kesempatan pendidikan, dan latihan. Keterbatasan dalam kesempatan kerja dapat berbentuk penghasilan keluarga yang kecil sehingga makin banyak anggota keluarga yang ikut bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan keluarganya (Rochaeni, 2005). Becker (1976) mengungkapkan rumahtangga dapat dianggap sebagai produsen sekaligus konsumen. Sebagai produsen, sumberdaya yang dimiliki oleh rumahtangga adalah waktu untuk bekerja, sedangkan sebagai konsumen, dalam
7
mengkonsumsi memperoleh kepuasan bukan hanya dari barang dan jasa yang diperoleh tetapi juga dari komoditi yang dihasilkan rumahtangga. Rumahtangga sebagai unit pengambil keputusan memiliki peranan penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi. Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk berbagai kegiatan. Dalam waktu 24 jam per hari rumahtangga akan mempergunakannya untuk berbagai kegiatan seperti mencari nafkah, tidur, santai, dan kegiatan rumahtangga lainnya. Setiap rumahtangga pengalokasian waktunya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Hal ini menyebabkan tingkat curahan kerja dan tingkat pendapatan setiap rumahtangga berbeda-beda.
Teori Konsumsi Dalam teori konsumsi, konsumen diasumsikan bertindak rasional (Mankiw, 2001). Sikap rasional ini membuat konsumen mengadakan pilihan atau gabungan pilihan-pilihan berdasarkan urutan preferensi tertinggi. Namun untuk memilih alternatif-alternatif barang yang akan dikonsumsi, konsumen atau rumahtangga dibatasi oleh kendala sumberdaya. Kelangkaan sumberdaya menyebabkan manusia menghadapi masalah dalam memutuskan untuk menentukan pilihan. Suatu keputusan untuk mengkonsumsi barang yang satu lebih banyak daripada barang lainnya merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Keputusan ini mengandung biaya, yaitu kegiatan lain yang harus dikorbankan untuk melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai opportunity cost. Henderson dan Poole (1991) menyebutkan “The opportunity cost of good or action is the best alternative that is given up in order to produce the good or follow the couse of action”.P erilaku konsumsi rumahtangga dapat dijelaskan pada Gambar 3 dibawah ini. Misalnya rumahtangga mengkonsumsi dua barang, dalam kasus ini adalah konsumsi waktu untuk produksi air bersih dan konsumsi waktu untuk melakukan aktifitas lainnya ( bekerja, istirahat, atau melakukan pekerjaan rumahtangga lainnya) dengan kendala keterbatasan waktu 24 jam. Curahan Waktu untuk Air (per hari)
Sumberdaya Waktu 24 Jam per Hari
Gambar 3 Sumber:
Curahan Waktu untuk Aktifitas Lain (per hari) Curahan Waktu antara Air dengan Aktivitas lain Lypsey (1995) dengan modifikasi kasus
8
Sumberdaya yang tersedia berupa waktu 24 jam. Dalam selang waktu tersebut, rumahtangga dihadapkan pada pilihan mengalokasikan waktunya untuk mengambil air ataukah untuk beraktifitas lain seperti bekerja, beristirahat atau melakukan kegiatan rumahtangga lainnya. Apabila rumahtangga mengkonsumsi waktunya untuk mengambil air lebih banyak, maka waktu untuk melakukan aktifitas lain akan berkurang. Sebaliknya, apabila rumahtangga mengurangi konsumsi waktunya untuk air, maka waktu untuk melakukan aktifitas lain bertambah.
Teori Produksi Selain berperan sebagai konsumen, rumahtangga juga berperan sebagai produsen karena merupakan pemilik modal tenaga kerja (Mankiw, 2001). Sebagai imbalan atas produksi yang dilakukan, rumahtangga mendapatkan gaji atau upah. Namun untuk memilih alternatif-alternatif barang yang akan diproduksi, produsen atau rumahtangga dibatasi oleh kendala sumberdaya. Kelangkaan sumberdaya menyebabkan manusia menghadapi masalah dalam memutuskan untuk menentukan pilihan. Suatu keputusan untuk memproduksi barang yang satu lebih banyak daripada barang lainnya merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Keputusan ini mengandung biaya, yaitu kegiatan lain yang harus dikorbankan untuk melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai opportunity cost. Jika waktu yang tersedia digunakan untuk mengambil air, maka waktu yang digunakan untuk bekerja harus dikorbankan. Sebaliknya, apabila waktu yang tersedia tidak digunakan untuk mengambil air, maka kesempatan untuk melakukan kegiatan produktif semakin besar. Pilihan dalam pemanfaatan waktu digambarkan dalam Gambar 4. Kurva miring ke kanan bawah merupakan batas antara kombinasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang tersedia. Kurva tersebut disebut batas kemungkinan produksi (production possibility boundary). Kurva ini miring ke bawah sebab pada saat sumberdaya digunakan untuk melakukan suatu kegiatan lebih banyak, maka kegiatan lain harus dikorbankan. Mengambil Air
a c
Kombinasi yang tidak mungkin dicapai d b Batas Kemungkinan Produksi
Melakukan Kegiatan Produktif Gambar 4 Sumber:
Kurva Kemungkinan Produksi Lypsey (1995) dengan modifikasi kasus
9
Sumberdaya yang tersedia adalah waktu sebanyak 24 jam. Jika waktu yang tersedia digunakan untuk mengambil air, maka waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan produktif harus dikorbankan. Sebaliknya, apabila waktu yang tersedia tidak digunakan untuk mengambil air, maka waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif semakin besar, akibatnya output meningkat sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga. Teori Pendapatan Rumahtangga Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh rumahtangga yang berasal dari pendapatan kepala rumahtangga maupun angota keluarga. Pendapatan berasal dari balas jasa faktor produksi berupa tenaga kerja dalam bentuk upah, gaji atau keuntungan. Besarnya pendapatan perseorangan tergantung pada besarnya curahan kerja dikalikan produktivitas kerja atau bisa berupa upah per jam. (Kaslan, 1998). Perbedaan dalam tingkat pendapatan disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman yang berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kinerja perekonomian suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari unsur kependudukan yang berdomisili di wilayah tersebut. Penduduk merupakan pelaku utama kegiatan ekonomi di wilayah, oleh sebab itu struktur kependudukan sedikit banyak akan mempengaruhi profil dan kinerja kegiatan ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Selain itu, tujuan dari pembangunan suatu wilayah pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf kualitas hidup dan kesejahteraan penduduknya, sehingga aspek kependudukan menjadi faktor penting dalam perekonomian wilayah. Jumlah penduduk, struktur umur, jenis kelamin dan pendidikan merupakan data umum yang sering digunakan untuk menunjukkan potensi sumberdaya manusia suatu wilayah. Dari sisi permintaan pasar, jumlah penduduk yang tinggi secara umum menunjukkan jumlah konsumen sekaligus potensi volume pasar yang tinggi. Sementara itu dari sisi penawaran, jumlah penduduk yang tinggi dapat diinterpretasikan sebagai potensi pasokan tenaga kerja yang tinggi sehingga dapat berdampak kepada potensi persaingan nilai upah yang murah. Dengan demikian jumlah penduduk yang cukup tinggi menjadi salah satu faktor pertimbangan yang penting baik dari sisi permintaan pasar maupun dari sisi penawaran tenaga kerja. Potensi tenaga kerja yang tersedia di suatu wilayah dapat dilihat dari proporsi jumlah penduduk usia produktif dibandingkan terhadap total penduduk. Namun, batas atas usia produktif penduduk dapat saja berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain karena hal ini tergantung kepada usia rata-rata penduduk. Sementara itu batas bawah usia produktif pada umumnya dikaitkan dengan usia rata-rata penduduk ketika meninggalkan masa sekolah menengah (pertama). Berkaitan dengan hal ini, secara praktis biasanya ditetapkan usia produktif yang berkisar antara 15-60 tahun. Selain itu tenaga kerja merupakan salah satu faktor
10
penting untuk menggambarkan kondisi suatu perekonomian wilayah. Berbeda dengan kependudukan, profil ketenagakerjaan lebih berkaitan langsung dengan karakter kegiatan ekonomi wilayah. Komposisi jenis dan jumlah ketenagakerjaan menunjukkan cakupan jenis dan sifat kegiatan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Sebagai contoh misalnya di wilayah perdesaan, komposisi jenis kegiatan ekonomi yang ada umumya berkaitan dengan kegiatan di sektor pertanian (Setiono, 2011). Penelitian Terdahulu Studi yang dilakukan Calderon dan Serven (2004) menunjukkan adanya dampak pengembangan infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Studi ini menggunakan sampel data dari 121 negara-negara pada periode 1960-2000. Hasilnya menyimpulkan bahwa: pertama, pembangunan infrastruktur yang sesuai memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kenyataan ini sama seperti yang dikemukakan oleh Easterly dan Robelo (1993), yang menyimpulkan bahwa provisi anggaran publik pada sektor infrastruktur (transportasi dan komunikasi) akan meningkatkan tingkat pertumbuhan jangka panjang. Kedua, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk berdampak negatif pada pemerataan (equality) pendapatan. Hasil ini signifikan tidak hanya secara statistik tetapi juga secara ekonomi. Contohnya hampir semua negara Amerika Latin yang memperbaiki infrastruktur dengan mempertimbangkan kualitas dan kuantitas dalam jangka panjang mengalami pertumbuhan antara 1,1 sampai 4,8 persen per tahun. Studi sektoral World Bank (1994), yang memfokuskan pada aspek infrastruktur di perdesaan pada ekonomi lokal di negara berkembang telah menunjukkan beberapa manfaat dari infrastruktur. Studi di India menunjukkan bahwa 85 kabupaten di 13 negara bagian di India telah terjadi penurunan biaya transportasi sehingga meningkatkan akses ke pasar dan menyebabkan terjadinya ekspansi pertanian serta peningkatan produktivitas pertanian. Selain itu, adanya modernisasi pengairan atau irigasi telah mampu meningkatkan produksi pertanian. Pada saat yang sama pula terjadi peningkatan kelancaran komunikasi. Selain itu, adanya penurunan biaya bunga pada bank-bank yang memberikan kredit bagi petani sebagai dana pembelian input pertanian seperti pupuk dan pestisida, secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil atau produksi pertanian. Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) dengan judul Meeting the Millenium Development Goals (MDG) Drinking Water and Sanitatiom Target: A Mid-Term Assessment of Progress pada tahun 2004 dengan metode Benefit Cost Ratio (BCR) menunjukkan adanya manfaat penghematan waktu akibat perbaikan akses infrastruktur air bersih. Keuntungan yang didapatkan akibat penghematan waktu terkait akses yang lebih baik terhadap fasilitas air bersih adalah waktu yang lebih produktif dan berkurangnya waktu untuk sakit, sehingga biaya untuk sektor kesehatan dapat disimpan. Halkos, George dan Tzeremes (2011) melakukan kajian terkait pengaruh perbaikan akses air bersih terhadap efisiensi ekonomi di negara-negara sub-sahara Afrika. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil empiris menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi di negara-negara kawasan sub-sahara Afrika secara positif dipengaruhi oleh akses masyarakat yang baik
11
terhadap sumber air bersih. Jadi, ketika penyediaan akses terhadap sumber air bersih yang lebih baik diberikan kepada lebih dari 50 persen dari populasi, efisiensi ekonomi yang ditimbulkan jauh lebih besar dibandingkan biaya pembangunan infrastruktur itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Saputra (2011) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani di Desa Tambakrejo, Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal, luas lahan garapan, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, dan usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2009) menganalisis Willingness to Pay (WTP) Masyarakat terhadap Peningkatan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih dengan WSLIC (Water Sanitation for Low Income Community). Data kualitatif diolah secara deskriptif yang digunakan untuk mengetahui kondisi umum masyarakat pengguna air dengan proyek WSLIC. Sementara data kuantitatif diolah dengan analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis, faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi WTP masyarakat dalam membayar iuran air adalah tingkat pendapatan dan kelompok responden. Metode yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Kusyuniarti (2012) mengenai analisis perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket dengan menggunakan uji-t berpasangan. Hasil yang diperoleh, omzet pedagang eceran dan tingkat pengeluaran masyarakat berbeda nyata antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket. Selain itu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran dan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Hasilnya, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran adalah jarak antara lokasi usaha dengan minimarket dan tingkat pendidikan. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat adalah usia dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket. Perbedaan peneliti dibanding peneliti terdahulu adalah penelitian ini menganalisis dampak pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga. Metode analisis yang digunakan adalah uji beda rata-rata antara pendapatan sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur air bersih. Selain itu variabel yang digunakan dalam model regresi linear berganda adalah pendapatan, usia, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, penghematan waktu, serta perubahan lama bekerja yang selanjutnya dimasukkan ke dalam model regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruhnya terhadap perubahan pendapatan rumahtangga. Di samping itu, belum ada penelitian yang menganalisis mengenai dampak pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga, membuat penelitian ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.
12
Kerangka Berfikir Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup di bumi. Akses yang sulit terhadap air bersih tentu menghambat aktifitas sosial dan ekonomi. Hal inilah yang terjadi di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Terletak di dataran tinggi yang kering, warga Desa Blimbing harus mengambil air yang jaraknya sangat jauh. Dibutuhkan 30 hingga 90 menit dengan berjalan kaki bagi warga desa untuk mendapatkan air bersih. Dalam selang waktu 24 jam, harus ada waktu-waktu yang dialokasikan untuk mengambil air. Curahan waktu untuk pengambilan air ini akan mengurangi curahan waktu yang dimiliki warga desa untuk melakukan aktivitas lain, seperti bekerja, beristirahat ataupun aktivitas-aktivitas rumahtangga lainnya. Pada Juni tahun 2011, Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri melalui dana hibah bekerja sama dengan perusahaan swasta terbesar di Kediri melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan hibah kepada Desa Blimbing berupa pipa-pipa penyalur air serta membangun tandon-tandon air. Akibatnya warga tidak lagi harus mengalokasikan waktunya untuk mengambil air. Curahan waktu yang semula digunakan untuk mengambil air, kini dapat digunakan untuk melakukan kegiatan lain baik yang bersifat produktif maupun tidak produktif. Keputusan untuk mengalokasikan penghematan waktu menjadi kegiatan yang produktif maupun tidak produktif bergantung pada karakteristik rumahtangga antara lain usia, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lamanya penghematan waktu dan curahan kerja. Rumahtangga yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan produktif, akan mendapatkan tambahan output sehingga memperoleh tambahan pendapatan. Sedangkan rumahtangga yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan yang tidak produktif, tidak akan memperoleh tambahan pendapatan. Kelangkaan dan Kesulitan Air Bersih Pembangunan Infrastruktur Air Bersih Pendapatan Sebelum
Sesudah
Uji Beda Rata-rata
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pendapatan
Uji-t Berpasangan
Regresi Linear Berganda Rekomendasi Kebijakan
Gambar 5
Kerangka Analisis
13
Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga ini adalah: 1. Adanya pembangunan infrastruktur air bersih membuat warga tidak lagi mengambil air yang jaraknya sangat jauh, sehingga terdapat penghematan waktu dan tenaga. Waktu dan tenaga yang semula digunakan untuk mengambil air, dapat digunakan untuk melakukan aktivitas lain sehingga lebih produktif. Peningkatan produktivitas akibat penghematan waktu dan tenaga dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga, 2. Usia berhubungan negatif dengan perubahan pendapatan rumahtangga. Semakin tua usia seseorang, maka semakin berkurang kemampuan fisiknya sehingga meskipun terdapat peluang kerja lebih banyak akibat pembangunan infrastruktur air bersih, tidak dimanfaatkannya, akibatnya produktifitas menurun. Oleh karena itu, pendapatan yang diperoleh juga cenderung mengalami penurunan. 3. Jumlah tanggungan berhubungan positif dengan perubahan pendapatan rumahtangga. Semakin besar jumlah tanggungan, maka semakin besar potensi tenaga kerja dalam suatu rumahtangga. Akibatnya, pendapatan yang diperoleh juga akan meningkat. 4. Tingkat pendidikan berhubungan positif dengan perubahan pendapatan rumahtangga. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin pandai membaca peluang untuk berusaha. Dengan adanya pembangunan infrastruktur, maka seseorang dengan pendidikan tinggi akan mampu membaca peluang, akibatnya pendapatan yang diperoleh akan meningkat, 5. Penghematan waktu berhubungan positif dengan perubahan pendapatan rumahtangga. Semakin besar penghematan waktu, maka semakin besar pula waktu yang dapat digunakan untuk beraktifitas lain sehingga meningkatkan produktivitasnya, 6. Curahan kerja berhubungan positif dengan perubahan pendapatan rumahtangga. Semakin lama waktu yang digunakan untuk bekerja, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey di lapangan dengan menggunakan sampel yang mewakili keseluruhan populasi. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Desa Blimbing yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur yang ditentukan secara sengaja (purposive). Desa ini dipilih karena adanya pembangunan infrastruktur air bersih setelah bertahun-tahun mengalami kekeringan serta ketidaktersediaan air
14
bersih. Sebelumnya, masyarakat di sana harus berjalan kaki 5-10 kilometer menuju sumber mata air untuk memperoleh air bersih. Masyarakat biasanya memakai jerigen yang dipikul. Ada juga yang menggunakan bambu yang digendong sebagai alat mengambil air yang dipergunakan untuk minum, memasak serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Namun jika hal ini tidak dilakukan, mereka tidak dapat mendapat air minum. Sehingga meskipun medannya berat dan berbahaya, terpaksa dilakukan karena memang itu air satu-satunya. Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri melalui dana hibah beserta salah satu perusahaan swasta terbesar di Kediri melalui dana Corporate Social Responsiblity (CSR) kemudian melakukan kerja sama memberikan bantuan dengan membangun tandon air dan pipanisasi untuk pengadaan saluran air dari sumber mata air ke pemukiman warga pada Juni 2011. Akibatnya, warga tidak lagi harus mengambil air yang jaraknya sangat jauh, sehingga terdapat penghematan waktu dan tenaga. Waktu yang semula digunakan untuk mengambil air bersih, kini dapat digunakan untuk melakukan aktivitas lainnya. Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan yang dimulai dari bulan Februari hingga November pada tahun 2012. Pada bulan Februari hingga Juni, peneliti merancang proposal penelitian yang kemudian disetujui oleh dosen pembimbing. Selanjutnya pada bulan Juli, selama satu bulan peneliti mengumpulkan data primer dan sekunder di Kabupaten Kediri. Pada bulan Agustus hingga November, peneliti melakukan pengolahan data dan analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan metode “simple random sampling”. Dalam penarikan contoh acak sederhana, contoh diambil secara acak dari sampling frame yang telah ditentukan. Prosedur pemilihan contoh ini sedemikian rupa sehingga tiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai contoh. Dalam hal ini peneliti mendaftar semua nama penduduk yang didapat dari catatan kependudukan di Kelurahan Desa Blimbing Kecamatan Mojo kemudian memilih secara random nama-nama tersebut. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 40 responden kepala keluarga di Desa Blimbing.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada masyarakat Desa Blimbing, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Kantor Kelurahan mengenai data kependudukan, Kantor Kecamatan mengenai daftar desa yang kesulitan air serta kondisi geografis serta kependudukan. Ada juga data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri mengenai potensi daerah dan data yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Kediri.
15
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Berikut teknik pengumpulannya: Teknik Pengumupulan Data Primer Pengumpulan data primer, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan: a. Observasi dan Pengamatan Langsung Observasi dan pengamatan langsung terhadap objek penelitian (fasilitas infrastruktur atau fisik yang dibangun, aktivitas yang telah, sedang dan akan dilaksanakan) untuk menggali aspek-aspek yang relevan dan penting sebagai dasar analisis yang akan dilakukan. b. Wawancara Melakukan wawancara kepada masyarakat setempat terkait aksesnya terhadap air bersih sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur air bersih yang merupakan program bantuan pemerintah dan swasta. Serta melakukan wawancara terkait perubahan aktivitas masyarakat setelah dibangunnya infrastruktur air bersih. Selain itu wawancara juga dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat antara sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur air bersih serta semua variabel yang digunakan. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data yang yang telah tersedia melalui dokumendokumen pemerintah daerah dan data-data yang dimiliki oleh kabupaten, kecamatan serta kelurahan yang di dalamnya terkait dengan variabel-variabel yang diteliti.
Metode Analisis Penelitian ini menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari wawancara. Selanjutnya data-data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif, uji-t berpasangan dan regresi linear berganda. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010, SPSS 17.0 serta Software Minitab 14. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan suatu metode dalam mengorganisir dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain: frekuensi, tendensi sentral (mean, median dan modus), dispersi (standar deviasi dan varian) dan koefisien korelasi antara variabel penelitian. Ukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif tergantung pada tipe skala pengukuran construct yang digunakan dalam penelitian (Ghazali, 2009).
16
Analisis Uji-t Berpasangan (paired t-test) Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis di mana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang sama. Uji ini sering digunakan untuk membandingkan nilai „sebelum‟ dan „sesudah‟ percobaan untuk menentukan apakah perubahan nyata telah terjadi. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari perlakuan kedua (sesudah). Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada penelitian mengenai pendapatan masyarakat tertentu. Sebagai perlakuan pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua, barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, seperti pendapatan masyarakat setelah pembangunan infrastruktur air bersih. Dengan demikian, perubahan pendapatan masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih.
Analisis Regresi Linear Berganda Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat kecil. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program software Microsoft Excel 2010, SPSS version 17.0 for Windows, serta Minitab 14. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan masyarkaat akibat pembangunan infrastruktur air bersih adalah: ∆Yi = β0 + β1USi + β2JTi + β3TPi + β4PWi + β5CKi + ei dimana: ∆Yi = perubahan pendapatan rumahtangga (rupiah/bulan) USi = usia (tahun) JTi = jumlah tanggungan (jiwa) TPi = tingkat pendidikan („1‟ untuk SD, „2‟ untuk SMP, „3‟ untuk SMA, dan „4‟ untuk S1) PWi = penghematan waktu (menit) CKi = perubahan curahan kerja (jam/hari) β0 = konstanta ei = residual model β1, β2, ..., β5 = nilai koefisien dari masing-masing variabel bebas Analisis regresi linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Menurut Gujarati (2006) metode OLS dapat digunakan jika dipenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut. a. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homoskedastik, b. Tidak ada autokorelasi dalam residual,
17
c. d. e. f.
Variasi residual menyebar normal, Nilai rata-rata dari unsur residual sama dengan nol, Nilai-nilai peubah tetap untuk contoh-contoh yang berulang, Tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas.
Definisi Operasional Variabel Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Variabel terkait dalam penelitian ini adalah perubahan pendapatan rumahtangga (∆Y). Variabel kontrol merupakan variabel yang dimasukkan ke dalam penelitian untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada model penelitian agar kesimpulan yang ditarik tidak bias atau salah persepsi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel terikat dan bebas yang digunakan untuk melihat pengaruh dari pembangunan infrastruktur air bersih antara lain: a. Perubahan Pendapatan Rumahtangga (∆Y) adalah perubahan pendapatan rumahtangga perbulan yang dilihat dari total penerimaan akibat pekerjaan tetap maupun pekerjaan paruh waktu setelah dibangunnya infrastruktur air bersih. Variabel ini diukur dengan satuan rupiah pada perubahan pendapatan yang terjadi. b. Usia (US) adalah usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir, c. Jumlah Tangunggan (JT) adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden. Semakin besar jumlah tanggungan yang dimiliki, maka semakin besar potensi tenaga kerja dalam suatu rumahtangga, yang artinya semakin produktif, d. Pendidikan (TP) adalah pendidikan formal yang telah dilalui responden. Variabel tingkat pendidikan diduga mempengaruhi perubahan pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka perubahan pendapatan akan semakin besar dikarenakan seseorang dengan pendidikan lebih tinggi akan mampu membaca peluang, e. Penghematan waktu (PW) adalah waktu yang semula digunakan untuk mengambil air ke sungai. Kini dengan dibangunnya infrastruktur air bersih, responden tidak perlu lagi mengalokasikan waktunya untuk mengambil air, sehingga dapat dikategorikan penghematan waktu, f. Perubahan Curahan Kerja (CK) adalah perubahan waktu yang digunakan responden untuk bekerja, baik pekerjaan tetap maupun pekerjaan paruh waktu. Variabel ini diukur dengan satuan persen pada perubahan curahan kerja antara sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur air bersih.
Pengujian Asumsi Klasik Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah normalitas, multikolienaritas, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dilakukan
18
pengujian terhadap model agar dapat diketahui apakah terjadi penyimpanganpenyimpangan asumsi klasik atau tidak. Setiap estimator OLS harus memenuhi kriteria BLUE, yaitu: best = yang terbaik linear = merupakan fungsi linear dari sampel unbiased = rata-rata nilai harapan (E(bi)) harus sama dengan nilai yang sebenarnya (bi) efficient estimator = memiliki varians yang minimal di antara pemerkiraan lain yang tidak bias. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel bebas dan vriabel terikatnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi dikatakan baik, apabila memiliki distribusi normal ataupun mendekati normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat gambar histogram, tetapi seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva normal, sehingga sulit untuk disimpulkan. Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test atau dengan melihat plot dari sisaan. Pada penggunaan software SPSS, dapat dilihat berdasarkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada N-par test, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari alpha, maka data terdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Istilah multikolinearitas berarti terdapat hubungan linear antar variabel independennya. Gujarati (2006) menyatakan indikasi terjadinya multikolinearitas dapat dilihat melalui: a. Nilai R-squared yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan, b. Korelasi berpasangan yang tinggi antara variabel-variabel independennya, c. Melakukan regresi tambahan (auxiliary) dengan memberlakukan variabel independen sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel independen. Cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan menghitung korelasi antara dua variabel bebas. Cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi, menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki hubungan linear dengan variabel lainnya, mengombinasikan data cross section dan time series, mengganti data, dan menranformasi variabel. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur error adalah suatu angka konstanta yang sama dengan . Heteroskedastisitas terjadi ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Gujarati (2006) menyatakan heteroskedastisitas memiliki beberapa konsekuensi, diantaranya adalah: a. Estimator OLS masih linear dan masih tidak bias, tetapi varians tidak minimum sehingga hanya memenuhi karakterisitik Linear Unbiased Estimator (LUE),
19
b.
Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang tidak efisien, c. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-statistic dan t-statistic tidak dipercaya. Ada beberapa metode pengujian yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi heteroskedastisitas diantaranya yaitu uji park, uji glejser, melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman.
Pengujian Statistik Analisis Regresi Koefisien Determinasi ( ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel bebas yang digunakan dengan variabel terikat. Koefisien determinasi adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variabel-variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebas secara berada di antara 0 dan 1 (0< <1). Hal ini bersama-sama. Besarnya menunjukkan bahwa semakin mendekati satu, nilai berarti dapat dikatakan bahwa model tersebut baik. Karena semakin besar hubungannya antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, semakin mendekati satu maka variasi variabel terikat hampir seluruhnya dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel bebas. Uji F-statistic Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai Prob (F-statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0 H1 : minimal ada salah satu βi yang tidak sama dengan nol Tolak H0 jika F-statistic lebih besar dari F α(k-1,NT-N-K) atau Prob (F-statistic) lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen. Uji t-statistic Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tolak H0 jika t-statistic lebih besar dari t α/2(NT-K-1) atau (t-statistic) lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Kediri Posisi geografis Kabupaten Kediri terletak antara 1110 47' 05" sampai dengan 1120 18'20" Bujur Timur dan 70 36' 12" sampai dengan 80 0' 32" Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh 5 Kabupaten, yaknii : - sebelah barat : Tulungagagung dan Nganjuk; - sebelah utara : Nganjuk dan Jombang; - sebelah timur : Jombang dan Malang; - sebelah selatan : Blitar dan Tulungagung. Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari selatan ke utara. Suhu udara berkisar antara 230 C sampai dengan 310 C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari. Secara keseluruhan luas wilayah sekitar 1.386,05 KM 2 atau sekitar 5 persen dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Tahun 2011, pemerintah Kabupaten Kediri memiliki 419 instansi, terdiri dari 16 Dinas, 7 Badan, 4 Kantor, 4 BUMD, 26 Kecamatan, 343 Desa, dan 1 Kelurahan. Jumlah organisasi RW dan RT masing-masing sebanyak 2.812 RW dan 9.265 RT. Berdasar SP2010, jumlah penduduk Kabupaten Kediri tahun 2011 adalah 1.508.208m jiwa, dengan sex ratio 100,8. Produksi tanaman pangan utama pada tahun 2011 bila dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan, kecuali beberapa komoditi yang mengalami peningkatan. Produksi Padi Sawah (Gabah Kering Panen) menjadi 316.330 (turun 4,73 persen) ; Jagung menjadi 274.019 ton (turun 16,39 persen) ; Ubi Kayu menjadi 89.384 ton (naik 3,08 persen) ; Ubi Jalar menjadi 2.082 ton (turun 25,73 persen) ; Kacang Tanah menjadi 4.119 ton (naik 39,79 persen) ; Kedelai 330 ton (naik 64,36 persen) dan Kacang Hijau untuk tahun 2011 tidak ada produksi. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan, pada tahun 2011 di Kabupaten Kediri ada 102 perusahaan peternakan ayam petelor/pedaging, 1 perusahaan peternakan sapi perah, 3 rumah potong hewan, dan 16 pasar hewan. Dibandingkan tahun 2010, secara umum populasi ternak mengalami peningkatam kecuali kerbau yang dua tahun terakhir terus menurun. Peningkatan populasi ternak tertinggi ada pada jenis sapi potong. Ketika arus Sapi Potong demikian derasnya, ternyata potensi ternak besar Kabupaten Kediri cukup bisa diandalkan. Berdasar catatan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri dalam kurun lima tahun (2006-2011), ternak Sapi Potong memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Tahun 2009 meningkat 12 persen lebih dan tahun 2010 meningkat 20 persen. Tahun 2011 kembali meningkat, bahkan sangat tinggi, yaitu 134,7 persen.
Gambaran Umum Desa Desa Blimbing terletak di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri dengan batas sebelah Utara yaitu Desa Dugo, sebelah Timur dengan Desa Kraton, sebelah Selatan dengan Desa Pamongan dan sebelah Barat dengan Kawasan Perhutanan.
21
Luas wilayah Desa Blimbing 619 ha yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian tanah 850 meter di atas permukaan laut dan curah hujan rata-rata 4,381 mm per hari dengan musim hujan selama 4 bulan. Menurut penggunaannya tanah seluas 150 ha digunakan sebagai kawasan pemukiman penduduk, tanah seluas 357 ha sebagai tempat pertanian berupa sawah, ladang dan tegal, 40 ha sebagai pekarangan, 2 ha sebagai pemakaman, serta 70 ha sebagai prasarana umum lainnya. - Dari Desa Blimbing menuju Ibukota Kecamatan berjarak 10km. - Dari Desa Blimbing menuju Ibukota Kabupaten berjarak 22km. - Dari Desa Blimbing menuju Ibukota Provinsi berjarak 150km.
Kondisi Sumberdaya Air di Desa Blimbing Desa Blimbing merupakan desa yang terdapat di kawasan pegunungan sebelah barat Kabupaten Kediri. Karena merupakan dataran tinggi, tidak ada sumber air sumur. Selama ini sumber air terdekat hanyalah sungai yang berjarak dua km dengan air yang kurang bersih. Sementara untuk mendapatkan air bersih, warga harus berjalan kaki lebih dari 5 km menuju sumber mata air. Sumber mata air tersebut umumnya bersih sehingga dapat digunakan untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari, seperti untuk air minum, memasak serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Biasanya setiap anggota keluarga bertugas mengambil air yang letaknya sangat jauh. Namun jika tidak ada anggota keluarga yang dapat mengambil air, terpaksa warga harus mengonsumsi air sungai sebagai air minum, untuk memasak dan untuk MCK. Pada Juni 2011, pemerintah bekerja sama dengan swasta melakukan pembangunan infrastruktur air bersih berupa tandon dan pipa-pipa yang dapat mengalirkan air dari sumber mata air ke rumah-rumah penduduk. Tiap rumahtangga mendapatkan fasilitas yang sama berupa pipa-pipa air dan mendapatkan debit air yang sama. Kini, warga tidak harus mengalokasikan waktunya untuk mengambil air. Penghematan waktu yang ada dapat digunakan untuk melakukan aktifitas lain tergantung dari karakteristik rumahtangga.
Potensi Pertanian dan Peternakan di Desa Blimbing Desa Blimbing terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 850 mdpl sehingga suhu udara yang relatif rendah, namun daerahnya tandus dengan sumber mata air yang jauh. Desa Blimbing memiliki jenis tanah merah yang memiliki tingkat kandungan hara yang sangat rendah. Jenis tanah ini hanya cocok ditanami tanaman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar dan pohon durian. Potensi pertanian di desa ini adalah jagung dan ubi kayu. Luas lahan untuk tanaman jagung mencapai 42 persen dari total areal pertanian. Selanjutnya luas lahan untuk ubi kayu mencapai 26 persen dari total areal pertanian. Hal ini juga sesuai dengan perencanaan wilayah yang dibuat oleh daerah tingkat II bahwa Kecamatan Mojo, termasuk Desa Blimbing digunakan sebagai sentra jagung dan ubi kayu.
22
kacang tanah 3% padi sawah 19%
jagung 52%
ubi kayu 26%
Gambar 6 Pertanian di Desa Blimbing berdasarkan Luas Lahan Sumber: Monogram Desa Blimbing, 2011 Peternakan ayam kampung dan sapi potong juga berkembang di desa ini. Mayoritas penduduknya yang bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani hampir seluruhnya memiliki ternak ayam, kambing maupun sapi. Tabel 1
Peternakan di Desa Blimbing Jumlah Pemilik Hewan Ternak 2010 2011 Sapi Kerbau Ayam Kampung Bebek Kambing Sumber:
Jumlah Populasi 2010
2011
96
112
920
1216
8
10
17
22
179
216
3949
4948
116
120
308
412
149 165 Monogram Desa Blimbing, 2011
960
1126
Mata Pencaharian Penduduk Lokal Wilayah Desa Blimbing merupakan daerah yang banyak digunakan untuk areal pertanian. Hal ini sejalan dengan jenis mata pencaharian masyarakat Desa Blimbing yang mayoritas petani dan buruh tani. Jumlah petani dan buruh tani di Desa Blimbing sekitar 66% dari total pekerja di desa tersebut. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Blimbing bermata pencaharian sebagai petani. Selain petani dan buruh tani, mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Blimbing termasuk kategori wirausaha seperti pengrajin, pedagang keliling, peternak, montir, pengusaha kecil, dukun, makelar, sopir, tukang cukur, serta tukang batu yang artinya pekerjaannya tidak dibatasi oleh jam kerja. Bagi seorang wirausaha, waktu berperan penting karena semakin banyak waktu yang dialokasikan untuk bekerja, diharapkan semakin banyak pula
23
output yang dapat yang dihasilkan. Selanjutnya mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh. Tabel 2 No
Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
1
Petani
454
2
Buruh Tani
340
3
Buruh Migran
4
PNS
5
Pengrajin Industri Rumah Tangga
16
6
Pedagang Keliling
38
7
Peternak
45
8
Montir
9
Pembantu Rumah Tangga
20
10
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
10
11
Pengusaha Kecil dan Menengah
20
12
Dukun Kampung Terlatih
3
13
Makelar/ Broker/ Mediator
2
14
Sopir
15
Tukang Cukur
16
Tukang Batu/ Kayu
Sumber:
72 3
3
13 3
Total Monogram Desa Blimbing, 2011
164 1206
Perilaku Kerja Masyarakat Sebagian besar masyarakat Desa Blimbing bekerja sebagai petani dan buruh tani, sehingga pendapatan yang diperoleh bergantung pada curahan kerja masingmasing rumahtangga. Rata-rata pendapatan rumahtangga di Desa Blimbing sebelum pembangunan infrastruktur air bersih adalah sebesar Rp902.500,00 dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang. Selain itu, ratarata curahan waktu untuk bekerja tiap rumahtangga adalah selama tujuh jam per hari, sementara curahan waktu untuk mendapatkan air bersih adalah 30-90 menit per hari. Setelah pembangunan infrastruktur air bersih, didapati adanya perubahan pendapatan rumah tangga dengan peningkatan sebesar 18,84 persen. Rata-rata pendapatan rumah tangga setelah pembangunan infrastruktur air bersih adalah sebesar Rp1.052.500,00. Dengan kondisi rumahtangga yang tidak lagi mengalokasikan waktunya untuk mengambil air, menyebabkan adanya perubahan
24
perilaku kerja rumahtangga di Desa Blimbing. Rata-rata curahan waktu kerja rumahtangga meningkat selama satu jam. Sebagian besar warga mengalokasikan waktu tersebut dengan menerima lembur sebagai buruh tani dengan rata-rata perubahan pendapatan dengan kenaikan sebesar Rp10.000,00 per hari. Selain itu, usaha yang dilakukan warga adalah dengan mengumpulkan batu, kayu , dan daun kemudian menjualnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa warga Desa Blimbing memiliki etos kerja yang baik, terbukti dengan berkurangnya curahan waktu untuk air, menyebabkan peningkatan curahan kerja sehingga meningkatkan pendapatan rumahtangga.
Karakteristik Responden Warga Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Responden dalam penelitian ini adalah 40 warga Desa Blimbing yang dipilih secara acak. Seluruh warga di desa tersebut sebelum dibangunnya infrastruktur air bersih harus mengambil air bersih dengan jarak yang jauh dan setelah dibangunnya infrastruktur air bersih mendapatkan air bersih dengan debit air yang sama di setiap rumah tangga. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Warga Desa Blimbing terdiri dari berbagai usia. Sebagian besar responden berada pada usia 40-50 tahun dan selanjutnya usia 51-60 tahun. Usia termuda responden adalah 27 tahun dan usia tertua responden adalah 70 tahun.
61-70 8% 51-60 25%
20-30 12% 31-40 22%
41-50 33%
Gambar 7
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (Tahun)
Hubungan usia dengan perubahan tingkat pendapatan setelah dibangunnya infrastruktur air bersih disajikan dalam Tabel 3. Usia seseorang dinilai dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis responden tersebut. Responden dengan usia yang produktif cenderung memiliki rasa tanggung jawab dan kemampuan fisik yang lebih besar dibandingkan tingkat usia lain sehingga
25
memiliki kecenderungan untuk berusaha lebih keras dengan adanya peluang untuk bekerja lebih banyak setelah pembangunan infrastruktur air bersih. Akibatnya pendapatan yang diperoleh responden dengan usia produktif memiliki kecenderungan untuk meningkat. Namun seiring dengan semakin tuanya seseorang, kemampuan fisiknya ikut menurun, akibatnya produktifitasnya turun sehingga meskipun ada kesempatan untuk bekerja lebih keras setelah adanya pembangunan infrastruktur air bersih, namun tidak dimanfaatkannya. Akibatnya pendapatan yang diperoleh responden dengan usia yang semakin tua memiliki kecenderungan menurun. Tabel 3 Usia 20-30 31-40 41-50 51-60 61-70
Hubungan antara Usia dengan Perubahan Tingkat Pendapatan Responden Pendapatan Jumlah Responden Tetap Persen (%) Meningkat Persen (%) 5 5 12,5 9 2 5 7 17,5 13 2 5 11 27,5 10 10 25 3 3 7,5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga yang terdiri atas responden itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal seatap dan sedapur. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga di satu sisi menunjukkan besar kecilnya beban tanggungan yang harus dipikul oleh responden sebagai kepala keluarga, di sisi lain dapat diinterpretasikan sebagai potensi tenaga kerja dalam suatu keluarga.
7 29%
6 24%
2 5%
3 9%
4 14%
5 19%
Gambar 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan (Jiwa) Hubungan antara jumlah tanggungan dengan perubahan pendapatan disajikan dalam Tabel 4. Semakin besar jumlah tanggungan, maka potensi tenaga
26
kerja dalam keluarga semakin besar. Akibatnya pendapatan yang diperoleh responden dengan jumlah anggota keluarga yang besar memiliki kecenderungan untuk meningkat. Hal ini disebabkan pada lingkungan perdesaan, budaya atau tradisi bagi seorang anak untuk membantu orang tua masih kuat mengakar. Umumnya sepulang sekolah anak akan membantu orang tua, sehingga produktivitas dalam suatu keluarga meningkat. Akibatnya tingkat pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Tabel 4
Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Perubahan Pendapatan Responden
Jumlah Anggota Keluarga 1 2 3 4 5 6
Pendapatan
Jumlah Responden
Tetap
0 3 11 14 10 2
3 1
Persen (%)
7,5 2,5
Meningkat
Persen (%)
3 8 13 10 2
7,5 20 32,5 25 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sarjana 3% SMA 20%
SD 47%
SMP 30%
Gambar 9
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Blimbing adalah petani, buruh tani, dan wirausaha yang bagi mereka tidak memerlukan keahlian khusus serta pendidikan tinggi, sehingga membuat warga desa tersebut kurang memiliki daya juang untuk bersekolah. Di samping itu, fasilitas pendidikan yang ada di tingkat desa hanyalah satu Sekolah Dasar (SD), di tingkat kecamatan hanya terdapat dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan satu Sekolah Menengah Atas
27
(SMA). Oleh karena itu, tingkat pendidikan warga Desa Blimbing sebagian besar adalah Sekolah Dasar. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perubahan pendapatan responden disajikan pada Tabel 5. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, perubahan pendapatan yang diperoleh seharusnya semakin meningkat, namun Tabel 5 menunjukkan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan profesi antar responden. Responden dengan pendidikan paling rendah, umumnya bekerja sebagai buruh tani sehingga produktivitasnya bergantung pada curahan kerja. Reponden dengan pendidikan satu tingkat di atasnya umumnya bekerja sebagai petani atau wirausaha. Sedangkan pada responden yang berpendidikan tinggi, bekerja sebagai pegawai yang memiliki jadwal kerja yang tetap. Sehingga dengan adanya pembangunan infrastruktur air bersih ini, hanya responden yang memiliki jadwal kerja yang tidak tetap yang memiliki peluang untuk bekerja lebih keras sehingga pendapatannya dapat meningkat. Tabel 5
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Pendapatan Responden Pendapatan Tingkat Jumlah Pendidikan Responden Tetap Persen (%) Meningkat Persen (%) SD SMP SMA Sarjana
19 12 8 1
1
2,5
2 1
5 2,5
18 12 6
45 30 15
Karakteristik Responden Berdasarkan Penghematan Waktu
61-75 10%
76-90 13%
16-30 12% 31-45 30%
46-60 35%
Gambar10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghematan Waktu (Menit) Pembangunan infrastruktur air bersih di Desa Blimbing mengakibatkan warga yang semula harus mengalokasikan waktunya untuk mengambil air, kini tidak lagi harus melakukan hal tersebut. Alokasi waktu yang semula digunakan
28
untuk mengambil air inilah yang selanjutnya dinamakan “penghematan waktu”. Gambar 10 menunjukkan sebaran penghematan waktu masing-masing responden. Hubungan antara penghematan waktu dengan perubahan pendapatan responden disajikan pada Tabel 6. Semakin besar waktu yang dapat dihemat responden, perubahan pendapatan yang diperoleh juga semakin besar. Hal ini terkait dengan etos kerja masyarakat. Seseorang dengan etos kerja yang baik akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk bekerja. Waktu yang semula mereka gunakan untuk mengambil air, kini dapat digunakan untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Akibatnya pendapatan yang diperoleh responden yang melakukan penghematan waktu memiliki kecenderungan untuk meningkat. Namun seseorang yang memiliki etos kerja yang kurang baik, tidak akan memanfaatkan waktu yang tersisa tersebut untuk bekerja. Akibatnya pendapatannya tetap atau tidak meningkat. Tabel 6
Hubungan antara Penghematan Waktu dengan Perubahan Pendapatan Responden Pendapatan Jumlah Penghematan Responden Persen Waktu Tetap Persen (%) Meningkat (%) 0-15 0 16-30 5 5 12,5 31-45 12 1 2,5 11 27,5 46-60 14 2 5 12 30 61-75 4 1 2,5 3 7,5 76-90 5 5 12,5
Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Curahan Kerja Pembangunan infrastruktur air bersih mengakibatkan perubahan pola aktivitas masyarakat Desa Blimbing. Perubahan pola aktivitas ini ada yang disikapi masyarakat dengan memanfaatkan waktu luangnya untuk beristirahat, dan ada juga yang menyikapinya dengan mengalokasikannya untuk bekerja. Berikut sebaran perubahan lama bekerja masing-masing responden.
≥ 120 28%
90-119 0%
0-29 17%
30-59 7%
60-89 48%
Gambar11 Karakteristik Responden Berdasarkan Perubahan Curahan Kerja
29
Hubungan antara perubahan curahan kerja dengan perubahan pendapatan responden akibat pembangunan infrastruktur air bersih disajikan dalam Tabel 7. Semakin besar perubahan curahan kerja antara sebelum dan sesudah dibangunnya infrastruktur air bersih mengakibatkan perubahan pendapatan responden juga memiliki kecenderungan untuk meningkat. Tabel 7
Hubungan antara Perubahan Curahan Kerja dengan Perubahan Pendapatan Responden Perubahan Pendapatan Curahan Jumlah Kerja Responden Tetap Persen (%) Meningkat Persen (%) (menit) 0-29 7 4 10 3 7,5 30-59 3 3 7,5 60-89 19 19 47,5 90-119 0 11 11 27,5 ≥ 120
Analisis Uji-t Berpasangan Pada penelitian ini, peneliti harus memastikan perbedaan pendapatan rumahtangga antara sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih dengan melakukan pengujian hipotesis: H0 : tidak terdapat perbedaan pendapatan rumahtangga antara sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih. H1 : terdapat perbedaan pendapatan rumahtangga antara sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih. Berdasarkan Paired Sample T-Test, nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,000 , lebih kecil dari alpha (0,05) maka tolak H0. Artinya, pendapatan rumah tangga antara sebelum pembangunan infrastruktur air bersih berbeda nyata dengan sesudahnya. Rata-rata pendapatan sesudah lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan sebelum dibangunnya infrastruktur air bersih. Rata-rata pendapatan sebelum pembangunan infrastruktur air bersih adalah Rp902.500,00/bulan dengan standar deviasi 390.093.677, sedangkan rata-rata pendapatan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih adalah Rp1.052.500,00/bulan dengan standar deviasi 397.096.836. Rata-rata perubahan pendapatan rumah tangga adalah sebesar 18,84 persen per bulan dengan standar deviasi 12,49.
Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengukur dampak pembangunan infrastruktur air bersih terhadap pendapatan rumahtangga dilakukan analisis dengan menggunakan model regresi
30
linear berganda dan diuji signifikansinya dengan menggunakan aplikasi software SPSS version 17.0 for Windows serta software Minitab 14. Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai R2 adalah 0,447 yang artinya 44,7 persen keragaman tingkat pendapatan dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam model. Scatterplot di Lampiran 3 menunjukkan bahwa titik-titik residual terdistribusi normal dengan nilai probabilitas 0,09 (lebih besar dari alpha 0,05). Hasil output Uji Glejser yang digunakan untuk memeriksa kehomogenan pada Lampiran 5 dengan menggunakan software Minitab 14 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,366 (lebih besar dari alpha 0,05) yang artinya ragam sisaan telah homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model. Nilai VIF masing-masing variabel bebas pada tabel 7 lebih kecil dari 10, artinya data tidak mengalami multikolinearitas. Setelah melakukan pengujian normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas, dapat disimpulkan bahwa data memenuhi asumsi klasik. Tabel 8
Faktor-Faktor yang Rumahtangga
Mempengaruhi Perubahan Pendapatan
Koefisien Probabilitas VIF Variabel 0,101 0.924 Intersep -0,022 0.093* 1.5 Usia 0,323 0.007** 1.1 Jumlah Tanggungan -0,058 0.708 1.5 Tingkat Pendidikan 0,014 0.033** 1.0 Penghematan Waktu 0,509 0.008** 1.3 Perubahan Curahan Kerja S = 0,680617 R-Sq = 44,7% R-Sq(adj) = 36,6% Keterangan: ** Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen * Nyata pada taraf kepercayaan 90 persen Berdasarkan hasil output di atas maka model regresi linear yang diperoleh adalah: ∆Yi = 0,10 – 0,022USi + 0,323JTi – 0,058TPi + 0,014PWi + 0,509CKi Usia memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dengan koefisien parameter 0,022. Artinya apabila usia kepala keluarga meningkat satu tahun maka perubahan pendapatan rumah tangga akan menurun sebanyak Rp2.200,00 per bulan, ceteris paribus. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Saputra (2011) yang menyimpulkan bahwa usia berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan. Hal ini dikarenakan, pada usia tua seseorang tidak mau lagi menerima tambahan pekerjaan karena mengalami keterbatasan fisik. Jumlah tanggungan memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap perubahan pendapatan pendapatan rumah tangga dengan koefisien parameter 0,323. Artinya, apabila jumlah tanggungan keluarga meningkat satu jiwa maka perubahan pendapatan rumah tangga akan meningkat sebesar Rp32.300,00 per bulan, ceteris paribus. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Saputra (2011) yang hasilnya variabel jumlah tanggungan tidak signifikan mempengaruhi pendapatan rumahtangga. Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan berpengaruh, karena dengan banyaknya jumlah tanggungan
31
dalam suatu keluarga menunjukkan besarnya potensi tenaga kerja dalam rumahtangga tersebut. Jika jumlah tenaga kerja meningkat, maka output yang dihasilkan juga meningkat, akibatnya pendapatan rumahtangga meningkat. Penghematan waktu memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap pendapatan rumah tangga dengan koefisien parameter 0,014. Artinya, apabila terjadi kenaikan penghematan waktu selama satu menit per hari akan meningkatkan perubahan pendapatan sebesar Rp1.400,00 per bulan, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan WHO (2004) yang menunjukkan adanya manfaat penghematan waktu akibat perbaikan akses infrastruktur air bersih. Selain itu penghematan waktu memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan rumahtangga sesuai dengan teori bahwa dengan keterbatasan sumberdaya waktu selama 24 jam, semakin berkurang curahan waktu untuk mengambil air, maka curahan waktu untuk melakukan kegiatan produktif semakin meningkat. Perubahan curahan kerja juga memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dengan koefisien parameter 0,509. Artinya, setiap kenaikan perubahan curahan kerja selama satu jam per hari akan menaikkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp50.900,00 per bulan, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dengan peningkatan curahan kerja, akan menyebabkan peningkatan output yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga. Parameter tingkat pendidikan tidak signifikan secara statistik terhadap pendapatan rumah tangga yang diperoleh. Artinya, tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya perubahan pendapatan rumah tangga. Hal ini dikarenkan rumahtangga dengan pendidikan tinggi, telah memiliki upah yang besar sehingga tidak dipengaruhi oleh curahan kerja. Akibatnya rumahtangga dengan pendidikan tinggi tidak mengalami perubahan pendapatan akibat pembangunan infrastruktur air bersih.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan analisis statistika deskriptif terdapat perubahan perilaku kerja rumahtangga antara sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur air bersih. Curahan waktu yang semula digunakan untuk air, setelah adanya pembangunan infrastruktur digunakan untuk bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa warga Desa Blimbing memiliki etos kerja yang baik. Selain itu, adanya ketersediaan air bersih berdampak pada perilaku hidup sehat pada setiap rumahtangga sehingga berpengaruh pada perubahan tingkat kesehatan masing-masing rumahtangga, akibatnya terjadi peningkatan produktivitas kerja yang selanjutnya meningkatkan pendapatan rumahtangga. Berdasarkan uji-t berpasangan, pendapatan masyarakat antara sebelum pembangunan infrastruktur air bersih berbeda nyata dengan sesudahnya.
32
3.
Rata-rata pendapatan rumahtangga sesudah lebih besar dibandingkan ratarata pendapatan sebelum dibangunnya infrastruktur air bersih. Rata-rata pendapatan rumahtangga sebelum dibangunnya infrastruktur air bersih adalah sebesar Rp902.500,00 , sedangkan rata-rata pendapatan rumahtangga setelah pembangunan infrastruktur air bersih adalah sebesar Rp1.052.500,00. Rata-rata peningkatan pendapatan rumahtangga adalah sebesar 18,84 persen per bulan dengan standar deviasi 12,49. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat akibat pembangunan infrastruktur air bersih adalah usia, jumlah tanggungan, penghematan waktu dan perubahan curahan kerja. Semakin tua usia kepala keluarga maka tingkat pendapatannya akan semakin berkurang. Semakin besar jumlah tanggungan kepala keluarga maka peningkatan pendapatan akan semakin besar. Semakin lama penghematan waktu yang ada maka semakin besar tingkat pendapatannya. Serta semakin besar perubahan curahan kerja maka peningkatan pendapatannya semakin besar pula.
Saran 1.
2.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pembangunan infrastruktur air bersih berdampak positif bagi pendapatan rumahtangga. Masyarakat setempat memiliki etos kerja yang baik, namun rata-rata pendapatan rumahtangga relatif rendah. Mengingat potensi pertanian dan peternakan di Desa Blimbing, diharapkan pemerintah mampu membuat program dengan sistem bagi hasil, baik dalam hal usaha pertanian modern maupun usaha penggemukan sapi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Berdasarkan hasil analisis, curahan kerja memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan pendapatan rumahtangga. Apabila suatu rumahtangga menginginkan peningkatan pendapatan, maka curahan waktu untuk kegiatan produktif harus ditingkatkan. Pada rumahtangga perdesaan, umumnya kepala rumahtangga telah mencurahkan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Sementara para ibu lebih banyak tinggal di rumah untuk melakukan pekerjaan rumahtangga. Diharapkan hal ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi para ibu untuk melakukan kegiatan yang produktif dengan berternak, berkebun atau mengolah hasil pertanian berupa jagung dan ubi kayu agar memiliki nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Tabel Luas Lahan Panen Tanaman Pangan Indonesia Tahun 2012. BPS: Jakarta. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2011. Pembangunan Irigasi dan Infrastruktur Air Bersih di Indonesia. Bappenas: Jakarta.
33
Becker, G.S. 1976. The Economic Approach to Human Behaviour. Chicago University: Chicago. Berndt, E. R. and B. Hansson. 1991. Measuring the Contribution of Public Infrastructure Capital in Sweden. National Bureau of Economic Research Working Paper, Number 3842. Calderon C dan Serven L. 2004. The effect of Infrastrtucture Development on Growth and Income Distribution Dataset. WPS3400. Desa Blimbing. 2011. Profil Desa Blimbing Kecamatan Mojo. Kabupaten Kediri. Easterly W dan Rebelo S. 1993. Fiscal Policy and Economic Growth. Journal of Monetary Economics 32: 417-458. Frischmann, B.M. 2005. An Economic Theory of Infrastructure and Commons Management. Layola University: Chicago. Ghazali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Gujarati, D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2. Julius A. Mulyadi [penerjemah]. Erlangga: Jakarta. Halkos, George adn Tzeremes. 2011. Examining the Influence of Access to Improved Water and Sanitation Sources on Countries’ Economic Efficiency. University of Thessaly: Greece. Haller L, Hutton G and Bartram J. 2007. Estimating the Costs and Health Benefits of Water and Sanitation Improvements at Global Level. Journal of Water and Health. 5(4): p. 467-480. Henderson J.V dan W.Poole. 1991. Principles of Microeconomics. D.C Heath and Company: Canada. International Relief &Development. 2009. Country Programme for Indonesia. IRD. Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua. IPB Press: Bogor. Kaslan, T. 1998. Pengantar Ekonomika. BPFE: Yogyakarta. Kusyuniarti, M. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Lypsey, R.G. , et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi: Edisi ke Sepuluh. Binarupa Aksara: Jakarta. Mankiw, G.N. 2001. Pengantar Ekonomi Jilid 2. [terjemahan] Penerbit Erlangga: Jakarta. Morrison, C. J. and A. E. Scwartz. 1992. State Infrastructure and Productive Performance. National Bureau of Economic Research Working Paper, Number 3981. Provincial Governance Strenghtening Programme (PGSP). Data Infrastruktur Air Bersih Indonesia Tahun 2010. PGSP: Jakarta. Rajasa, M.H. 2002. Tantangan dan Peluang dalam Sumberdaya Air di Indonesia. Gramedia: Jakarta. Ramelan, R. 1997. Kemitraan Pemerintah-Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Penerbit koperasi jasa profesi LPPN: Jakarta. Rochaeni, S. 2005. Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani dalam Kegiatan Ekonomi di Kelurahan Setugede Kota Bogor. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
34
Sanim, B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. IPB Press: Bogor. Saputra, D.P. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi: Studi Kasus Desa Tambakrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. [Skripsi]. Universitas Negeri Malang: Malang. Setiono, D.N. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah Teori dan Analisis. Lembaga Penerbit FEUI: Jakarta. Sibarani, B. 2002. Infrastruktur sebagai Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI: Jakarta. Simanjuntak, G.M. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Peningkatan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Solihin, I. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Todaro, M. P dan Smith C. S. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga: Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 ayat 3. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang tentang Sumberdaya Air Pasal 5. Water and Sanitation Program. 2003. Water Supply and Sanitation in Poverty Reduction Strategy Papers in Sub-Saharan Africa: Developing a Benchmarking Review and Exploring the Way Forward. WSP. WaterAid. 2005. Water and Sanitation in Tanzania. An Update based on the 2002 Population and Housing Census. WaterAid: Dar es Salaam. Wolrld Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. Oxford University Press: New York. World Bank. 2007. Economic Impact of Sanitation in Southeast Asia Summary. Water and Sanitation Program – East Asia and the Pacific (WSP-EAP) World Health Organization. 2004. Evaluation of the Costs and Benefits of Water and Sanitation Improvements at Global Level. WHO: Geneva. World Health Organization. 2007. Economic and Health Effect of Increasing Coverage of Low Cost Household Drinking-Water Supply and Sanitation Interventions of Countries Off-Track to Meet MDG Target 10. Public Health and the Environment: Geneva. World Health Organization and United Nations Children‟s Fund. 2004. Meeting the Millenium Development Goals (MDG) Drinking Water and Sanitation Target: A Mid-Term Assessment of Progress. WHO-UNICEF.
35
Lampiran 1 Paired Samples Statistics Mean
Std. Deviation
N
Std. Error Mean
Pair 1 sebelum
9.02E5
40 390093.677
61679.226
sesudah
1.05E6
40 397096.836
62786.523
Paired Samples Correlations N Pair 1 sebelum & sesudah
Correlation 40
.977
Sig. .000
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 sebelum sesudah
-1.500E5
Std. Deviation 85485.041
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
T
13516.372 -177339.443 -122660.557 -11.098
Sig. (2tailed)
df 39
.000
36
Lampiran 2 Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
18,842
12,48559
US
45,7
10,63666
JT
3,925
1,022503
TP
1,775
0,861945
PW
54,875
17,63183
CK
15,53958
11,4402
Y
37
Lampiran 3 Uji Kenormalan Probability Plot of RESI2 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1,5
-1,0
-0,5
0,0 RESI2
0,5
1,0
1,5
-4,21885E-16 0,6355 40 0,129 0,090
38
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas Predictor
Coef
SE Coef
0,101
1,057
0,10
0,924
X1 X2 X3
-0,022 0,323 -0,059
0,013 0,113 1,154
-1,73 2,86 -0,38
0,093 0,007 0,708
1,5 1,1 1,5
X4
0,014
0,006
2,22
0,033
1,0
X5
0,509
0,182
2,80
0,008
1,3
Constant
T
P
VIF
39
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas Untuk memeriksa kehomogonan ragam digunakan uji Glejser, dengan meregresikan mutlak sisaan dengan kelima peubah penjelas. Dari output Minitab tabel sidik ragam sebagai berikut Analysis of Variance Source Regression
DF
SS
MS
5
0,7541
0,1508
Residual Error
34
4,5624
0,1342
Total
39
5,3166
F
P 1,12
0,366
Hipotesis : H0 : ragam sisaan homogen H1: ragam sisaan tidak homogen Berdasarkan tabel analisis ragam tersebut diperoleh nilai P-value sebesar 0.366. Jika digunakan taraf nyata 5% maka akan dihasilkan keputusan terima H0. Dan dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan telah homogen pada taraf nyata 5%.
40
Lampiran 6
US, AK, TP, PW, dan CK Persamaan regresi linier berganda The regression equation is Y = 0,10 - 0,022 US + 0,323 AK - 0,058 TP + 0,014 PW + 0,509 CK Uji T-Statistic Variabel
Koefisien
Intersep
0,101
0.924
-0,022
0.093*
1.5
0,323
0.007**
1.1
0.708
1.5
Usia Jumlah Anggota Keluarga
Probabilitas
VIF
Tingkat Pendidikan
-0,059
Penghematan Waktu
0,014
0.033**
1.0
Perubahan Curahan Kerja S = 0,680617
0,509
0.008**
1.3
R-Sq = 44,7%
R-Sq(adj) = 36,6%
41
Lampiran 7
Uji F-Statistic Analysis of Variance Source
DF
SS
MS
F
P
Regression
5
12,750
2,550
5,50
0,001
Residual Error
34
15,750
0,463
Total
39
28,500
42
Lampiran 8 Data Primer
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Usia 30 29 53 45 27 44 38 40 56 54 47 47 39 36 54 50 45 35 41 43
Jumlah Anggota Keluarga 3 4 5 6 3 5 5 5 4 6 5 4 4 4 3 5 3 4 5 3
Level Pendidikan SMP SMP SD SD SMP SD SD SD SD SD SMP SD SMP SMA SD SMP SD S1 SMP SMA
Penghematan Waktu (Menit) 60 50 60 30 45 45 50 60 45 50 40 90 30 75 40 70 30 45 90 60
Curahan Kerja (Jam) Sebelum
Sesudah
7 7 6 8 6,5 8 8 9 7 7 8 8 8 8 8 7 7 8 8,5 8
8 9 8 9 7,5 9 9 9,5 7,5 8 9 9 9 9 9 9 8 8 9 8
Perubahan Curahan Kerja (Jam) 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 0,00 0,50 0,00
Pendapatan (Rupiah) Sebelum
Sesudah
600000 750000 500000 750000 600000 600000 600000 800000 700000 1500000 1000000 800000 1000000 900000 600000 700000 600000 2500000 1500000 1000000
750000 850000 800000 850000 750000 800000 800000 900000 750000 1700000 1200000 1000000 1200000 1200000 700000 900000 700000 2500000 1800000 1000000
Perubahan Pendapatan (Rupiah) 150000 100000 300000 100000 150000 200000 200000 100000 50000 200000 200000 200000 200000 300000 100000 200000 100000 0 300000 0
43
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
60 58 38 46 46 70 28 54 30 52 66 68 51 49 39 47 35 40 50 48
2 4 3 3 4 3 3 5 2 2 3 5 4 4 3 4 4 4 4 5
SD SD SD SMA SD SD SMA SMP SMA SMP SD SD SMP SMP SMA SMA SMA SD SMP SD
80 40 60 75 90 30 45 60 60 45 30 90 60 75 45 40 50 60 45 50
7 6 7 8 7 6 8 8 8 7 6 6 5 8 7 8 8 8 6 7
8 8 7 8 9 7 8 9 8 9 8 8 7 9 8 9 9 8 8 9
1,00 2,00 0,00 0,00 2,00 1,00 0,00 1,00 0,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 2,00 2,00
900000 700000 600000 1200000 1000000 750000 1400000 1200000 600000 700000 750000 1500000 750000 500000 600000 750000 800000 900000 1000000 1500000
1000000 900000 600000 1200000 1200000 800000 1500000 1400000 750000 850000 800000 1700000 800000 750000 700000 900000 1000000 1100000 1200000 1800000
100000 200000 0 0 200000 50000 100000 200000 150000 150000 50000 200000 50000 250000 100000 150000 200000 200000 200000 300000
44
Lampiran 9
No Responden:
KUESIONER Studi ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Kasus Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri) Penelitian Alfi Sari Gusmanandri (H14090080)
A. Karakteristik Responden 1. Nama : .............................................................................................. 2. Umur : .............................tahun 3. Jumlah Anggota Keluarga: 1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7, >7 (lingkari jawaban) 4. Pendidikan Terakhir: a. SD / Sederajat b. SMP / Sederajat c. SMA / Sederajat d. Diploma e. Sarjana B. Sebelum Pembangunan Infrastruktur Air Bersih 1. Apakah Saudara pernah mengalami kesulitan air bersih? a. Ya, mulai tahun ....................sampai dengan........................................ b. Tidak 2. Dari mana sumber air bersih yang Anda dapatkan? a. Mata air b. Sungai c. Lainnya, sebutkan................................................................................... 3. Berapa jarak sumber air bersih dengan tempat tinggal Saudara? a. 1-2 km b. 3-4 km c. 5-6 km d. 6-8 km e. > 8 km, atau sebutkan ............................................................................. 4. Berapa lama waktu yang Saudara gunakan untuk mengambil air dalam sehari?
45
a. 0-30 menit b. 30-60 menit c. 60-90 menit d. 90-1200 menit e. > 120 menit, sebutkan............................................................................ 5. Siapa saja anggota keluarga yang bertugas mengambil air? a. Ayah b. Istri c. Anak d. Saudara e. Lainnya, sebutkan................................................................................... 6. Pada jam-jam berapa Saudara mengambil air? Jawab: ........................................................................................................... 7. Apa pekerjaan tetap Saudara sehari-hari? a. Petani b. Buruh tani c. Tukang d. Wirausaha e. Lainnya, sebutkan ................................................................................... 8. Apa pekerjaan sampingan Saudara? a. Peternak, sebutkan jenis hewan ternak dan jumlahnya.......................... ................................................................................................................ b. Pedagang, sebutkan jenis dagangannya.................................................. c. Lainnya, sebutkan................................................................................... 9. Pada jam-jam berapa Saudara bekerja? Pekerjaan tetap: ............................................................................................. Pekerjaan sampingan: ................................................................................... 10. Rata-rata total pendapatan Saudara per bulan: a. Rp. 0 – Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 - Rp 1.000.000 c. Rp. 1000.000 - Rp 1.500.000 d. Rp. 1.500.000 – Rp 2.000.000 e. > Rp. 2.000.000 atau sebutkan nominalnya........................................... (pertanyaan C. 6-9 dan D.1-5diulang bagi anggota keluarga yang bertugas mengambil air dan atau bekerja)
C. Informasi yang saya dapatkan bahwa terdapat pembangunan air infrastruktur air bersih di Desa Blimbing pada Juni 2011berupa tandon air dan pipanisasi. 1. 2.
3.
Fasilitas seperti apa yang Saudara dapatkan? Jawab:............................................................................................................ Adakah kendala-kendala terkait fasilitas yang Saudara dapatkan, sebagai contoh airnya sering mati atau pipa bocor? a. Ya, jelaskan............................................................................................ b. Tidak Sejak pembangunan infrastrukutr air bersih, apakah Saudara masih harus mengambil air dari sumber?
46
a. b. c. d. e.
Tidak Kadang Selalu Sebutkan intervalnya............................................................................. Alasan masih mengambil air.................................................................
D. Setelah Pembangunan Infrastrukutur Air Bersih 1. Waktu yang semula Saudara pergunakan untuk mengambil air, kini Saudara pergunakan untuk apa? a. Istirahat b. Melakukan aktivitas rumahtangga c. Menambah waktu untuk bekerja d. Menambah jenis pekerjaan yang dilakukan e. Lainnya, sebutkan........................................................................... 2. Apa pekerjaan tetap Saudara sehari-hari? a. Petani b. Buruh tani c. Tukang d. Wirausaha e. Lainnya, sebutkan ................................................................................... 3. Apa pekerjaan sampingan Saudara? a. Peternak, sebutkan jenis hewan ternak dan jumlahnya.......................... ................................................................................................................ b. Pedagang, sebutkan jenis dagangannya.................................................. c. Lainnya, sebutkan................................................................................... 4. Pada jam-jam berapa Saudara bekerja? Pekerjaan tetap: ............................................................................................. Pekerjaan sampingan: ................................................................................... 5. Rata-rata total pendapatan Saudara per bulan: a. Rp. 0 – Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 - Rp 1.000.000 c. Rp. 1000.000 - Rp 1.500.000 d. Rp. 1.500.000 – Rp 2.000.000 e. > Rp. 2.000.000 atau sebutkan nominalnya............................................
47
Lampiran 10
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 25 September 1991 dari ayah Bambang Nugroho, SmHk dan ibu Dra. Bekti Puji Rahayu. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan penulis berawal dari TK Kusuma Mulia dan lulus pada tahun 1997. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Pare X dan MIN Al-Huda pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Papar dan lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Saat menduduki bangku kelas 2 SMA, penulis mengikuti Lomba Poetry Reading tingkat Propinsi DIY dan mendapatkan juara 1. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA Negeri 4 Yogyakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undang Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti, Teater Coast FEM pada periode 20102011, HIPOTESA sebagai staf Corporate External Relationship (CER) pada periode 2010-2011, dan sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI) periode 2010-2012. Kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain: Panitia the 7th HIPOTEX-R sebagai staf divisi dana usaha pada tahun 2010, Panitia Economic Contest, Politik Ceria, dll. Pada akhir tahun 2010, penulis pernah menjadi relawan di Desa Deyangan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang dalam bencana erupsi Gunung Merapi bersama perwakilan dari Fakultas Kehutanan dan Fakultas Pertanian IPB. Pada tahun 2012, penulis resmi menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor. Pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Infrastruktur Air Bersih terhadap Pendapatan Rumahtangga: Studi Kasus Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.