PERAN KUALITAS LAHAN DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS DAN DAYA SAING PRODUK HORTIKULTURA
Prof. Benny Joy Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Pertanian Hortikultura • Hortikultura merupakan komoditas unggulan, khususnya di pulau Jawa karena ditunjang oleh kondisi lingkungan (lahan dan iklim) yang menunjang di beberapa lokasi, sebagian masyarakat yang sudah mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar (Saragih, 1997). • Hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi dan sosio-budaya petani (Solihin, 2002) • Hortikultura merupakan bentuk commercial farming, karena produknya merupakan komoditas dagang dan umumnya diusahakan secara intensif. • Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura dan tanaman obat) merupakan sumber pendapatan tunai bagi masyarakat dan petani skala kecil, menengah dan besar dengan keunggulan berupa : nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011).
Lahan Pertanian Hortikultura Di Indonesia • Pemanfaatan lahan pertanian yang produktif untuk tanaman hortikultura umumnya terdapat di Pulau Jawa, namun sifat lahan yang beragam sehingga daya dukungnya untuk pemanfaatan lahan pertanian berbedabeda. • Pemanfaatan lahan hortikultura umumnya dilakukan di lahan kering dataran tinggi dengan pola pengelolaan intensif karena berorientasi pada keuntungan hasil usaha • Pengembangan lahan hortikultura saat ini sudah dilakukan juga pada tanah-tanah marginal seperti lahan rawa lebak yang di Indonesia luasnya mencapai 13,28 juta hektar.
Peluang Pasar Produk Hortikultura • Produksi sayuran di Indonesia tahun 2006 mencapai 9.527.463 ton dengan tingkat konsumsi 37,94 kg/kapita. Konsumsi total sayuran diperkirakan sebesar 8,555,470 ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007). • Estimasi pertumbuhan konsumsi sayuran 2003-2006 menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi per kapita sayuran adalah sebesar 0.7% per tahun, sehingga pada tahun 2050 konsumsi per kapita sayuran diperkirakan akan mencapai 49.63 kg/kapita. • Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta orang, maka dibutuhkan 19,852,000 ton sayuran untuk memenuhi permintaan konsumsi. Dengan demikian, produksi sayuran pada tahun 2050 diperkirakan harus meningkat dua kali lipat dari produksi tahun 2006 (Adiyoga, 2008)
Pengelolaan Usaha Tani Hortikultura Di Indonesia Ketersediaan sumberdaya hayati berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan tersedianya potensi sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan. Kondisi ini ternyata belum dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat pembangunan subsektor hortikultura.
Pengelolaan Usaha Tani Hortikultura Di Indonesia • Usaha tani hortikultura di Indonesia masih memperlihatkan sifat tradisional. Hal ini ditunjukan dengan aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan sumberdaya seadanya (Solihin 2002). Namun demikian, pengembangan usaha tani dengan padat modal dan teknologi saat ini sudah mulai berkembang luas. • Ciri umum aktivitas usaha tani hortikultura di Indonesia antara lain : tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan terpencar lokasinya; akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang terbatas; kesulitan permodalan; serta lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi, 1996) • Regulasi dan kebijakan bidang di bidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011)
Kondisi Lahan dalam Usaha Tani Hortikultura Karakteristik lahan di sentra produksi hortikultura umumnya: • Jenis tanah bersifat gembur, drainase baik, mudah diolah tetapi cenderung mudah tererosi • Pengelolaan hortikultura dilakukan dari tingkat rendah hingga intensif • Pengolahan lahan dilakukan intensif sehingga cenderung meningkatkan tingkat erosi • Pemupukkan dan pestisida dilakukan secara intensif karena mengejar produktivitas yang tinggi sehingga cenderung tidak berimbang dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Namun apabila input seadanya, maka produksi dan kualitas menjadi rendah. • Efisiensi pemupukkan rendah
Distribusi Tanah Di Indonesia No
Soil Order
Hectare
%
1
Histosols (peat soils)
16,266,000
8.52
2
Entisols
25,815,187
13.52
3
Inceptisols
80,720,914
42.27
4
Ultisols
38,669,000
20.25
5.
Oxisols
8,140,000
4.26
6.
Alfisols
553,232
0.28
7
Mollisols
4,721,000
2.47
8
Spodosols
1,694,000
0.89
9
Andisols
2,582,802
1.35
10
Vertisols
820,133
0.43
11
Others
1,001,000
0.52
190,983,268
100.00
Total Source : Statistics of Land/Soils Resources in Indonesia in Arifin (2010)
Kendala Lahan dalam Usaha Tani Hortikultura • Saat ini terjadi banyak konversi lahan pertanian khususnya di Pulau Jawa, disebabkan oleh : – Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahunnya (233,5 jt (2010) – 244,8 jt (2014)) – Isu percepatan pembangunan infrastruktur di Pulau Jawa-Bali • Lahan petani di sentra produksi umumnya menunjukkan terjadinya penurunan produktivitas tanah karena terlalu jenuh oleh pupuk yang tidak seimbang, tanah lapisan olah tererosi, dan keterbatasan ketersediaan air terutama di musim kemarau
Karakteristik dan Sifat Tanah Di Indonesia Land Group Cold Land Steeply Sloping Land Shallow Land Poorly Drained Land Land with Coarse Textured Soils Land with Heavy Cracking Clay Soils Land with Severe Fertility Limitations Land with Saline/Sodic Soil Limitations Land with Acid Sulfate Soil Limitations Peat Land Constraint-Free Source : Statistics of Land/Soils Resources in Indonesia in Arifin (2010)
Area (ha) 407,500 88,174,007 2,834,400 22,037,370 1,837,900 841,600 42,646,800 2,172,823 4,109,500 16,182,600 9,394,700
% 0.2 46.3 1.5 1.6 1 0.4 22.4 1.1 2.2 8.5 4.9
Distribusi Tanah-tanah Bermasalah (variable charge soils) Di Indonesia (Arifin, 2010) No
Soil Order
1
Inceptisols
2
Area (ha)
(%)
80.720.914
55,0
Andisols
2.582.802
17.60
3
Ultisols
38.669.000
26.33
4
Oxisols
8.140.000
5.54
5
Histosols
16.266.000
11.12
Total area
146. 878.716
Kerusakan Fisiko, kimia dan biologi Penurunan dan Kehilangan Produktivitas Peruntukan dan Penggunaan (Land Use System) kurang tepat/sesuai Pengelolaan dan Proses Penggunaan Pembukaan (land clearing) dan Deforestasi, Pengolahan, Konversi, dll
Erosi, pemadatan (compaction) Pemiskinan hara, pemasaman, polusi, pemiskinan BO Ketidak-seimbangan hayati, dll.
KONDISI SUMBERDAYA LAHAN YANG MEMERLUKAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN YANG BAIK DAN BENAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TANAH DAN HASIL TANAMANNYA
Sumber Daya Lahan kering
Upaya Pemanfaatan Lahan Hortikultura Yang Berkelanjutan • Kualitas Tanah adalah kapasitas dari tanah yang spesifik, untuk berfungsi dalam kondisi alamiah dalam batas ekosistem yg dikelola, sehingga memberlanjutkan produktivitas tanaman dan hewan, mempertahankan atau meningkatkan kualitas air dan udara, serta menunjang kesehatan manusia dan tempat tinggalnya • Perbaikan kualitas tanah merupakan suatu nilai yang diperoleh dari suatu variabel-variabel yang memberikan taksiran tentang lahan sehubungan dengan perubahan kondisi lahan oleh faktor manusia atau manajemen • Pengukuran kualitas tanah dapat dilakukan secara numerik (kuantitatif) dari kondisi sifat-sifat tanah yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman dalam kondisi lingkungan yang baik
KUALITAS LAHAN DAN HASIL TANAMAN
Evaluasi Dampak
Masukan Teknologi: -Konservasi -Budidaya -Sosek -Kebijakan -Pembinaan
KUALITAS LAHAN
Alternatif Pengelolaan Tanah 1. KTA 2. Pengelolaan Hara 3. Kombinasinya
• Adopsi Teknologi • Sifat & Mutu tanah • Produktivitas
PERBAIKAN KUALITAS TANAH Pengelolaan Kesuburan Tanah Perbaikan/pemeliharaan sifat fisik, biologi, dan kimia lainnya – Pemupukan berimbang spesifik lokasi – Pengelolaan/perbaikan status bahan organik tanah – Penggunaan pupuk hayati – Penanggulangan kemasaman tanah – Pengolahan lahan dengan sistem konservasi
SISTEM BERKELANJUTAN (PRINSIP DASAR) ZONE TROPIKA BASAH
Sustainable INPUT
OUTPUT
BERIMBANG
Closed Nutrient Recycling FOTOSINTESIS: CO2, AIR, CAHAYA BERLIMPAH
DEKOMPOSISI: SUHU, KELEMBABAN, JAZAD MIKRO
TANAMAN SEHAT TUMBUH PADA TANAH YANG SEHAT KONSEP LAMA: TANAH ADALAH BENDA STATIS KESUBURAN TANAH ADALAH FUNGSI DARI SIFAT2: FISIK, KIMIA DAN BIOLOGI KONSEP BARU: TANAH ADALAH BENDA DINAMIS KESUBURAN TANAH FUNGSI DARI KEHIDUPAN: SEHAT, SAKIT, ATAU MATI
Terima Kasih