Inovasi dan Daya Saing Produk Pertanian Indonesia dalam Mendukung MEA Prof. Dr. Bustanul Arifin
[email protected] Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Seminar Nasional “Membangun Pertanian Modern dan Inovatif Berkelanjutan dalam Rangka Mendukung MEA“ Balitbangda Jambi, BPTP Jambi, Universitas Jambi, BI Jambi dan PTP VI, tanggal 31 Mei 2016 di Jambi
Sistematika Pembahasan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Update Ekonomi Global dan Ekonomi Nasional Pertanian Indonesia: Kapasitas Produksi Menurun Dari Keunggulan Komparatif ke Keunggulan Kompetitif Geo-Ekonomi Global: Kerangka ASEAN Community Dayasaing: Pertarungan Inovasi dan Business Model Rekomendasi: Perbaikan Ekosistem dan Kreativitas
Ekonomi Global Mengalami Perlambatan dalam persen
Perekonomian
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Ekonomi Dunia
5,5
5,7
3,1
-0,0
5,4
4,2
3,4
3,4
3,4
3,1
Negara Maju
3,1
2,8
0,2
-3,4
3,1
1,7
1,2
1,4
1,8
1,9
Negara Berkembang
8,2
8,7
5,8
3,1
7,4
6,2
5,2
5,0
4,6
4,0
Ekonomi China
12,7
14,2
9,6
9,2
10,4
9,3
7,8
7,7
7,3
6,9
Harga Konomoditas (non-energi)
23,1
13,9
7,9
-15,8
26,5
17,9
-10,0
-1,2
-4,0
-17.4
Ekonomi Indonesia
5,5
6,3
6,0
4,6
6,4
6,2
6,0
5,6
5,0
4,8
2.322
2.979
3.692
3.741
3.667
3.531
3.377
PDB percapita (US$) 1.655
1.919 2.225
Sumber: Bank Dunia dan BPS, berbagai tahun
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, per Sektor
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Distribusi & Laju Pertumbuhan PDB Wilayah
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Pola Pergerakan Laju Inflasi, 2000-2016
Sumber: Bank Indonesia, 2016
TPI-TPID: Sinergi Program BI & Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia, 2016
Pertanian Indonesia: Kapasitas Produksi Menurun • Kapasitas produksi pertanian pertanian sudah menurun, baik sumberdaya alam, maupun sumberdaya manusia. • Peningkatan produksi pangan tidak banyak didorong oleh perubahan teknologi pertanian dan adaptasi inovasi baru; • Total factor productivity (TFP) pertanian Indonesia 1% (ASEAN 1,4%), lebih didorong perubahan efisiensi teknis (TEC), bukan perubahan teknologi (TC) (Suo, 2014); • Pemerintahan membuat Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale), yang belum terbukti memecahkan masalah kapasitas produksi. • Akibatnya, persoalan struktur dan tingkah laku pasar komoditas pangan tidak tertangani secara sistematis.
Adopsi Teknologi Produksi Pertanian Lambat Provinsi
IR42
IR64
Tahun Rilis 1980
1986
2000
2009
35
29
15
6
Jawa Timur (%)
*
15,34
41,02
3,29
Jawa Barat (%)
*
3,29
46,51
0,88
Sulawesi Selatan (%)
*
*
26,30
3,85
Sumatera Barat (%)
18,25
3,43
Periode (thn)
Ciherang Inpari13
7,93
*
• Untuk menghasilkan satu varietas unggul padi perlu waktu 7-10 tahun • Adopsi varietas padi unggul sampai titik tertinggi perlu waktu 10-15 tahun. • Proses adopsi teknologi: lamban, memiliki siklus, dan spesifik lokasi. Sumber: Suryana, 2015
Peluang Perkebunan: Kunggulan Komparatif? • Produksi CPO 2015: 32 juta ton, ekspor 26 juta ton. Tahun 2016 produksi CPO menembus 34 juta ton. Produk hilir mulai tumbuh. • Produksi kopi 2015: 700 ribu ton, ekspor 500 ribu ton. Tahun 2016 produksi kopi tidak banyak berubah, walau harga jual tidak turun. • Produksi kakao 2015: 840 ribu ton,ekspor 450 ribu ton.Tahun 2016 produksi stagnan. Cocoa Sustainability Partnership baru dimulai; • Produksi karet 2015: 3,2 juta ton, sebagian besar untuk ekspor. Tahun 2016, produksi diprediksi turun, harga global anjlok drastis.
Fokus Dayasaing: Keunggulan Kompetitif? • Pembangunan pertanian Indonsia perlu megubah strategi untuk lebih berbasis pada pengembangan dayasaing ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi baru yang mensyaratkan empat aspek dari Porter’s Diamond: 1. Kondisi faktor produksi: ter-spesialisasi, tenaga terampil 2. Kondisi permintaan: konsumen makin canggih (rewel?) 3. Industri pendukung: kluster utuh, referensi, suplier 4. Stretagi dan struktur organisasi: persaingan, rivalitas • Plus peran pemerintah dapat bersifat positif atau negatif • Plus kesempatan tertentu dapat mendorong dayasaing
Prinsip Dayasaing: Tingkat Mikro dan Makro
Dayasaing Bangsa: Ditentukan Iklim Investasi Tahun 2015
Indonesia Malaysia Thailand Vietnam
Filipina Singapura
Ease of Doing Business (world rank)
109
18
49
90
103
1
Kemudahan Membuka Usaha
173
14
96
119
165
10
Izin Konstruksi
107
15
39
12
99
1
Akses Listrik
46
13
11
108
19
6
Pendaftaran Bangunan (IMB)
131
38
57
58
112
17
Akses Kredit
70
28
97
28
109
19
Perlindungan Investor minoritas
88
4
36
122
155
1
Pembayaran pajak
148
31
70
168
126
5
Kepatuhan Kontrak
170
49
56
74
140
1
Paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi harus dimanfaatkan untuk meningkatkan dayasaing Indonesia
Sumber: Bank Dunia (2015)
Global Innovation Index, 2015 Rank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 19 29 32 55 81 83 97 140 141
Negara
Skor
Rank 2014
Swiss Inggris Raya Swedia Belanda Amerika Serikat Finlandia Singapura Irlandia Luksemburg Denmark Korea Selatan Jepang China Malaysia Thailand India Filipina Indonesia Togo Sudan
68.30 62.42 62.40 61.58 60.10 59.97 59.36 59.13 59.02 57.70 56.26 53.97 47.47 45.98 38.10 31.74 31.05 29.79 18.43 14.95
1 2 3 5 6 4 7 11 9 8 16 21 29 33 48 76 100 87 142 143
Sumber: INSEAD--The Business School for the World, 2015-2016
Global Competitiveness Index, 2015 Rank Negara
Skor
Rank 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 18 26 28 32 37 47 55 90 124 140
5.76 6.68 5.61 5.53 5.50 5.47 5.46 5.45 5.43 5.43 5.23 4.99 4.89 4.64 4.52 4.39 4.31 3.94 3.46 2.84
1 2 3 5 8 6 7 4 10 9 20 26 28 31 34 52 71 95 127 144
Swiss Singapura Amerika Serikat Jerman Belanda Jepang Hongkong SAR Finlandia Swedia Inggris Raya Malaysia Korea Selatan China Thailand Indonesia Filipina India Kamboja Nigeria Guinea
Sumber: WEF, Global Competitiveness Report, 2015-2016
Ekonomi Berbasis Pegetahuan: Keniscayaan Mass-Production Economy Basis of Comparative advantage based on: Competitiveness -Natural resources -Physical Labor -Low-cost production Production Mass-Production System -Physical labor as source of value -Separation of innovation and production -Synthesis of innovation and production Human Low-skill, low-cost labor Infrastructure Limited education and learning Sumber: Diadopsi dari Harmadi (2014)
Knowledge-Based Economy Sustainable advantage based on: -Knowledge creation -Continuous improvement -Speed to market Knowledge-Based Production -Continous creation -Knowledge as source of value Knowledgeable workers Continuous education and learning
ASEAN dalam Geo-Ekonomi Global
Refresh: ASEAN Economic Community ENLARGEMENT
INTERGRATION DEEPENING
1967: INA, MAL PHI, SIN,THA
1984: BRU
1995:VN
2004:ASN-China
1997: LAO, MYM
1977: PTA
EAFTA Study
2006:ASN-KOR
1999: CAM
1992: CEPT AFTA
CEPEA Study
2008:ASN-JAP
2009:ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment
1995:AFAS 1997:ASEAN Vision 2020 1998:AIA
2010:ASEAN Plus Working Groups on ROO,Tariff Nomenclature, Customs, Economic Cooperation
2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020; 11 Priority Integration Sectors (PIS) 2005: Logistics as PIS 2007:AEC 2015;ASEAN Charter;AEC Blueprint 2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force
2011:ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership
2009:ATIGA,ACIA,AEC Scorecard 2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015 2010: Connectivity Master Plan 2011:ASEAN Framework for Equitable Economic Development
AEC 2015
Status ASEAN+1 Free-Trade Agreement CHINA
KOREA
JAPAN
ANZ
INDIA
The 1st FTA Signed in 2004 with Early Harvest 2004 Transition period for INA trade in goods (TIG) : 20052012 (NT-Normal Track), 2015-2018 (Sensitive List SL & Highly SL) Trade in Services (TIS) signed in 2007 & entry to force in July 2007 2nd Package of TIS will be signed by AEM-MOFCOM in August 2011 Investment Agreement signed in August 2009; INA ratification
The 2nd FTA TIG signed in 2006 Transition period for INA’ TIG : 20062012 (NT), 20122016 (ST) Trade in Services (TIS) signed in 2007 & entry-intoforce (EIF) in May 2009; ASEAN commitments based on AFAS 4 +/- (INA ratification for TIS is on-going) Investment Agreement was signed in June 2009; INA ratification
The 3rd FTA Signed in 2008 without services & investment Transition period for INA TIG : 20082019 (NT), 2024 (ST) INA has ratified but yet to EIF pending the completion of transposition & legal enactment
The 4th FTA Comprehensive, single undertaking FTA Signed in Feb 2009 Transition period for INA TIG : 20092015 (NT), 20152025 (ST) Services commitment based on AFAS 5 +/ INA ratification was done on 6 May 2011 EIF since 10 January 2012- PMK No166/PMK. 011/2011 (Form AANZ)
The 5th FTA Signed in AEM August 2009 Transition period for INA’ TIG : 20102015 (NT), 20152018 (ST) INA ratification was done; INA EIF in October 2010 (PMK No.144/PMK.011/2 010) Services & Investment: negotiations are on going
18
Kerangka Besar: ASEAN Community
ASEAN SOCIAL AND CULTURAL I
COMMUNITY
Sing" M.rk ... and
Competitive
Production kw
konomicR~n
Free Row of Goods
[
free Row of Services
F,..
]
)
)
F..-estty
J
AND SECURITY
PoflCY'
)
Intt!'ualiDn into the Glohlll Economy
SME Development
Coherent approach
Initiative for ASEAN
towards external e-conomic r~iltions
In'lteration Enhlnced
Property
JNrtiap.tion in l'ob.1 supplV networks
Infrastructure Deveiopment
[ [
Priority Int.,ration Sea...
Economic
O~lopm<@nt
Ri,hts
Free Flow of
Food.~re,
Equ,t.bII!
[ Consumer ProtKtion
lnt.tIKtu.1
Skin~ ubour
[
Competition
Flow of [nvutmtnt
Freer Flow of Capital
ASEAN POLmCAL
COMMUNITY
I
[
[
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Taxation
J
)
co 'I\.
fl=:'
Business Model: Perubahan Strategi (1) • Mempertahankan dayasaing secara abadi tentu sulit, baik pada skala makro negara, maupun skala mikro bisnis. • Gaya hidup kaum urban mempengaruhi jatuh-bangun merek kopi bubuk. Kedai Starbucks franchise fokus pada blending & cupping mengubah loyalitas konsumen pada merek kopi
Business Model: Perubahan Strategi (2) • Kedai Kopi Excelso: Adaptasi dari kopi merek Kapal Api yang mulai terdesak. Berani head-to-head dgn Starbucks.
Business Model: Perubahan Strategi (3) • Modern Group (Fuji) harus belasan kali menyampaikan business model menjadi Seven Eleven “warung anak muda nongkrong”, beda dengan Alfamart dan Indomaret.
Rekomendasi: Perbaikan Ekosistem & Kreativitas • Inovasi dan dayasaing memerlukan perbaikan ekosistem inovasi secara holistik, mulai dari manajemen usahatani, peningkatan produktivitas, pendampingan intensif kepada petani (melibatkan universitas dan R&D) dengan memanfaatkan kearifan lokal; • Rural non-farm employment (RNFE), produktivitas tenaga kerja per sektor, integrasi proksimitas bahan baku, pusat-pusat pasar; • Industrialisasi pedesaan, pemberdayaan sumber daya manusia, efisiensi tenaga kerja, keterkaitan desa-kota, sektor pendukung; • Konsoldisasi lahan: skema contract-farming, kelembagaan masyarakat, penguasaan aset, perluasan akses pasar; • Teknologi informasi dan ekonomi kreatif: Inisiatif budaya kreatif, peningkatan nilai tambah, dan dukungan kebijakan memadai;