PERAN KOHATI CABANG CIPUTAT PERIODE 1970-1980 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INTELEKTUAL MAHASISWA IAIN JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
oleh
Maria Ulfah NIM: 104022000804
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Maret 2011
Penulis
ABSTRAKSI KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangannya pada masa 19701980an ternyata memiliki peranan yang begitu besar terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Hal itu disebabkan begitu gigihnya para kader KOHATI Cabang Ciputat dalam menjaga eksistensi organisasi baik dari sisi internal maupun eksternal, sehingga menyebabkan penulis ingin meneliti hal tersebut. Skripsi ini menjelaskan tentang peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta yang dilengkapi oleh data-data yang bersifat primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan beberapa tokoh KOHATI Cabang Ciputat, dan data sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur berupa dokumen, buku, dan arsip. Adapun metode yang dipakai adalah metode penelitian sejarah. Ada beberapa prestasi dari kader KOHATI Cabang Ciputat yang ditampilkan dalam skripsi ini sebagai bukti bahwa KOHATI Cabang Ciputat pada masa itu berhasil membina kader pada wilayah internal dan menjadi pelopor bagi perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada wilayah eksternal. Skripsi ini pada hakikatnya hanya membahas bagaimana peran KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta, dan sedikit menyinggung proses perkembangan KOHATI ditingkat Nasional sebagai gambaran perkembangan KOHATI ditingkat daerah salah satunya yaitu KOHATI Cabang Ciputat.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha menguasai segala sesuatu, telah memberikan kesabaran dan mempermudah segala sesuatu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam, penulis sampaikan kepada manusia paling agung di muka bumi ini, yakni Nabi Muhammad SAW. Juga kepada keluarga, sahabatsahabat setianya, dan kepada pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Semoga kita semua mendapat syafaat dari Rasulullah yang mulia di hari penghisapan nanti. Amin. Selanjutnya selama penyusunan skripsi ini. Dan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis banyak mendapat bantuan, baik secara moril maupun materil dari orang-orang yang sangat berjasa kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang memberi balasan pahala yang setimpal kepada: 1. DR. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. M. Ma`ruf Misbah, MA., dan Sholikatus Sa`diyah, M.Pd., selaku ketua dan sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Drs. Saidun Derani, MA., selaku Pembimbing Akademik dan Dra. Hj. Tati Hartimah, MA., selaku pembimbing Skripsi penulis, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan skripsi kepada penulis. Dan H. Nurhasan, S. Ag., MA., yang telah menjadi dosen Seminar Skripsi. 4. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengajaran dan teladan kepada penulis. 5. Pimpinan dan seluruh Staf pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas
Adab
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan data-data referensi. 6. Almarhumah dan almarhum Ibunda&ayahandaku tercinta dan tersayang, semoga Allah menempatkan kalian disurganya, Amin. Terimakasih yang begitu besar atas semua bentuk perhatian, do`a, bimbingan dan ridha kalian kepada anakmu ini sewaktu kalian masih hidup. Sampai pada akhirnya anakmu bisa sampai menyelesaikan skripsi ini. Ini semua untuk Ibunda&Ayahandaku. Love You Ibu&Ayah……….. 7. Adikku tersayang, M. Rezza Tantowi, terima kasih atas semangat dan dukungannya. 8. Seluruh keluarga besarku, Enya`, Om-om dan tante-tante penulis, terima kasih atas bantuannya yang telah membantu penulis membiayai sepenuhnya kuliah kepada penulis. Tanpa kalian semua penulis mungkin
iii
belum bisa merasakan duduk di bangku kuliah. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin. 9. Mas Eyi, terima kasih atas segala-galanya, semangat, dukungan, cinta, sayang, perhatian, dan kesabarannya. I Love You So Much! Untuk KOHATI Cabang Ciputat, HMI Cabang Ciputat, dan kawan-kawan HMI KOFAH, terima kasih atas support kalian semua. 10. Teman-teman penulis, khususnya Mahasiswa/i Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Murniawati, Nur Aini, St. Rohimah, Fatimah, Anita, Sumarni, Nurhasanah, Cinthya, Indah, Saidah, Yulia, Nur Endah, Khairuddin, M. Raivendra, serta yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.
Jakarta, 18 Maret 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAKSI............................................................................................................ i KATA PENGANTAR............................................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dan Alasan Pemilihan Judul ........ 1 B. Permasalahan Pokok .............................................................. 10 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11 D. Landasan Teoritis ................................................................... 14 E. Metode Penelitian.................................................................... 17 F. Sistematika Penulisan ............................................................. 19
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA KOHATI A. Latar Belakang Didirikannya KOHATI ................................ 21 B. Tujuan Berdirinya KOHATI.................................................. 26 1. Kualitas Insan akademis ..................................................... 27 2. Kualitas insan pencipta ; insan akademis pencipta .............. 27 3. Kualitas insan pengabdi ; insan akademis, pencipta pengabdi
...................................................................... 28
4. Kualitas insan yang bernafaskan Islam ; insan akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam ......................... 28
v
5. Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT ........... 29 C. Struktur Kepengurusan KOHATI Cabang Ciputat.............. 31 D. Fungsi dan Peran KOHATI.................................................... 34 1. Aspek Internal .................................................................... 36 2. Aspek Eksternal.................................................................. 37
BAB III
PERKEMBANGAN KOHATI CABANG CIPUTAT PADA PERIODE 1970-1980 A. Situasi dan Kondisi KOHATI Cabang Ciputat di Era 19701980 .......................................................................................... 38 1. KOHATI pada periode 1970-1971 ........................................ 41 2. KOHATI Pada periode 1971-1974 ........................................ 41 3. KOHATI periode 1974-1976 ................................................ 42 4. KOHATI periode 1976-1978 ................................................ 42 5. KOHATI periode 1978-1980 ................................................ 43 B. Hubungan Mahasiswa IAIN Jakarta Dengan KOHATI Cabang Ciputat ....................................................................... 50 C. Landasan Gerakan Filosofis dan Teologis KOHATI Cabang Ciputat ....................................................................... 53 1. Landasan Filosofis ................................................................ 53 2. Landasan Teologis ................................................................ 55
vi
BAB IV
PERANAN
KOHATI
CABANG
CIPUTAT
DALAM
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN PENGARUHNYA BAGI MAHASISWA IAIN JAKARTA A. Peranan KOHATI Cabang Ciputat Dalam Perkembangan Intelektual ............................................................................... 63 B. Sikap Mahasiswi IAIN Jakarta Terhadap KOHATI Cabang Ciputat ....................................................................... 66 C. KOHATI Cabang Ciputat dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswi Dan Alumni IAIN Jakarta.......... ........................................................................... 72 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan perubahan masyarakat. Pemikiran-pemikiran yang bersifat mendalam sangat diperlukan, mengingat permasalahan tersebut merupakan hal yang sangat mendasar dan menuntut keluasaan dan kedalaman peran dan fungsi perempuan. Pada gilirannya perempuan yang berkualitaslah yang dapat menjawabnya. Perempuan sebagai salah satu elemen penting dalam masyarakat, khalifah di muka bumi, harus turut memainkan perannya dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan. Memperjuangkan kepentingan perempuan dalam
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
dalam rangka
mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur. Sadar akan permasalahan seperti diuraikan di atas sejak awal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melalui Korps HMI-wati telah berusaha untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya mahasiswi dalam berbagai aspek yang terkait dengan masalah-masalah perempuan secara akademis. Sebagai salah satu strategi memperluas missi Himpunan Mahasiswa Islam (selanjutnya ditulis HMI)1 di segala aspek, memperkuat kualitas dan peranan Korps HMI-
1
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) didirikan oleh Lafran Pane di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947. Dengan tujuan awal mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Republik Indonesia, Lihat Modul LK 1 (Latihan Kader 1), Muhammad Ridwan Dkk, (Ciputat: HMI Cabang Ciputat, Revisi terbaru 2009), hal. 1
1
2
wati, KOHATI secara kelembagaan dan struktural adalah sebagai badan khusus dalam HMI yang prioritas tugasnya terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam tubuh HMI2, dalam kegiatannya harus selalu bersinergi dengan HMI yang dalam realitas kegiatannya penuh dengan kebijaksanaan yang dilandasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (selanjutnya ditulis AD/ART) yang dioperasionalisasikan penjabarannya dalam Pedoman Dasar KOHATI. KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-wati, KOHATI adalah badan khusus HMI
yang bertugas membina,
mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan secara akademis. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M di Solo. KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI, dan KOHATI adalah bidang keperempuanan di HMI setingkat. Tujuan KOHATI adalah terbinanya muslimah berkualitas Insan Cita. Muslimah dimaksud adalah dalam posisi dan perannya sebagai mahasiswa.3 KOHATI secara struktural sebagai sebuah badan khusus HMI yang bersifat semi otonom dan berfungsi sebagai wadah untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan serta mewujudkan kader muslimah yang
2
KOHATI (Korps HMI_wati) didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 di Solo, Lihat Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus 2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 76 3 Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI…………..hal. 76
3
berkualitas Insan Cita. KOHATI sebagai organisasi kaum intelektual harus mampu melakukan peran-peran yang strategis dan ideologis secara internal eksternal terutama memberikan masukan-masukan pemikiran akademis yang menyangkut kebijakan, karena wilayah tersebut membutuhkan kajian dan analisis yang mendalam dari kaum yang terdidik dan terpelajar. KOHATI harus mampu memberikan warna dan sumbangsih pemikiran terhadap kebijakan yang dihasilkan oleh negara. Di samping mengawal kebijakan, KOHATI juga harus mampu mengawasi perilaku-perilaku masyarakat agar tidak mendiskriminasikan perempuan, karena bagaimanapun kebijakan yang sudah berspektif gender tidak akan ada artinya jika dalam praktiknya kebijakan tersebut tidak diaplikasikan peran KOHATI yaitu analisis fungsi dan peran sebagai putri, istri, ibu, dan anggota masyarakat. Hal yang paling menjadi perioritas utama KOHATI pada saat itu adalah ikut serta dalam perkembangan dan kemajuan pendidikan bagi anak-anak perempuan. Oleh karenanya arah atau orientasi pengaderan khusus KOHATI sejak tahun 70`an bertumpu pada analisis fungsi, sejalan dengan program pembangunan yang bertumpu pada Panca Dharma Wanita. Dengan fungsi dan peran di atas, KOHATI harus mampu memainkan perannya terutama yang berkaitan dengan masa depan perempuan Indonesia. Dengan mengoptimalkan fungsi dan peran tersebut di atas, maka keberadaan KOHATI dapat diakui oleh kalangan luas terutama yang menyangkut dengan bargaining position (daya tawar). Hal ini dilakukan bukan dalam rangka pragmatisasi tetapi dalam komposisi untuk memperjuangkan misi untuk mencapai tujuan.
4
Dewasa ini daya tawar KOHATI baik secara internal dan eksternal organisasi termasuk pada kelompok-kelompok perempuan strategis pun belum banyak mengenal KOHATI. Agar kiprah KOHATI diakui dan dirasakan oleh kalangan luas perlu dirancang strategi yang matang oleh pengambil kebijakan tentang KOHATI. Hal itu juga terkait dengan fungsi secara internal, karena bagaimanapun untuk melahirkan kebijakan eksternal juga membutuhkan koordinasi yang rapi di internal organisasi dan program-program yang dirancang juga harus visioner. Seiring dengan tuntutan zaman yang
menghendaki terjadinya
tranformasi pemikiran yang mengharuskan kader-kader HMI khususnya HMIwati harus mampu menyeragamkan pemahaman terhadap lembaga KOHATI sebagai wadah perjuangan sehingga dapat meminimalisir ancaman yang dapat menghancurkan satu kesatuan KOHATI sebagai wadah perjuangan bersama. Salah satu ancaman tersebut adalah munculnya pola woman to move woman. Isu dan gerakan perempuan merupakan isu dan gerakan yang telah mengglobal, boleh dikatakan bahwa hari ini gerakan yang lebih terpola dan mainstream adalah gerakan perempuan, isu dan gerakan ini telah merambah keberbagai segmen termasuk menyentuh masyarakat paling bawah. Bahkan Organisasi Internasional seperti PBB sekalipun telah mengeluarkan kebijakan CEDAW (Committee on the Elimination of Discrimination againts Women) untuk memprioritaskan perempuan dalam membangun manusia. Dalam konteks Indonesia Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan dalam memprioritaskan wanita yang tertuang dalam Undang-Undang Anti
5
Diskriminasi yaitu Undang-Undang nomor 007/1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277) 4. Untuk itu sudah seharusnya semua kebijakan yang dikeluarkan oleh negara harus memperhatikan dan mengakomodir kepentingan perempuan. Mengingat belum semua komponen yang terkait dapat mengambil kebijakan tersebut belum punya mainset yang berspektif gender, maka perlu dilakukan upaya advokasi oleh pihak-pihak yang punya sense of gender. Sebagai sebuah organisasi kader, HMI memiliki suatu wadah pembinaan HMI-wati yang sangat tepat bagi HMI untuk siap menghadapi masa pasca mahasiswa. Namun selalu saja tidak pernah lelah membicarakan keberadaannya dari kongres ke kongres. HMI sebagai sebuah organisasi yang sudah dewasa sudah mampu untuk mengadakan spesialisasi dalam langkahnya KOHATI sebagai salah satu badan khusus yang ada di HMI, bukanlah suatu badan khusus yang melakukan spesialisasi gerak langkahnya dimana ia bukan tempat perkumpulan HMI-wati, tetapi perkumpulan HMI-wati dalam bidang keperempuanan. Keanggotaan KOHATI otomatis pasif karena semua HMIwati ada di dalamnya. Dengan keberadaan wadah KOHATI, HMI-wati mempunyai “laboratorium khusus” tempat melakukan riset dan pendalaman
4
http//biro-pemberdayaan-perempuan-propinsi-ntt.com/index.php?=com content&view=article&id=15&Itemid=24
6
ilmu mengenai hal-hal yang tidak dapat di bangku kuliah, namun sangat bermanfaat dalam hidup bermasyarakat kelak 5. Selain dapat kendala dalam perkaderan, HMI-wati juga menghadapi masalah baru dalam kultur HMI. Terdapat beberapa kebiasaan dan perilaku organisasi di HMI yang sering tidak melibatkan HMI-wati dalam partisipasi politik dan forum pengambilan kebijakan strategis. Maka dibutuhkan kepekaan dalam melihat persoalan partisipasi politik HMI-wati dalam mengetahui kebutuhan strategis dan spesifik perempuan. KOHATI PB HMI mengikuti dan selalu terlibat dalam pengambilan keputusan di PB HMI serta melakukan pembinaan HMI-wati sebagai tugas utamanya. Namun terdapat kendala-kendala kultural dan juga struktural sehingga tidak semua dapat terealisasi. Oleh karena itu perlu evaluasi dan juga langkah-langkah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terkait dengan HMI-wati. Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan ketidakpahaman kader HMI baik pengurus maupun anggota HMI-wan maupun HMI-wati mengenai kelembagaan khusus ini. Ranah kerja organisasi menjadi simpang siur, karena ternyata terkadang tidak terdapat koordinasi yang baik antara badan khusus ini dengan induknya HMI. Dan HMI pun kemudian luput melakukan koordinasinya terhadap badan-badan khusus yang dimilikinya. Sehingga memang masih jauh dari harapan perempuan yang untuk dapat mempersiapkan diri menjadi tiang negara. Persiapan menjadi muslimah yang lebih matang. 5
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI……………hal. 13
7
KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Bila dilihat dari letaknya, Ciputat merupakan daerah yang strategis, karena letaknya yang berada di tengah – tengah kota. Masuk kedalam provinsi Banten, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Seperti yang dilansir dari wawancara penulis dengan Noor Jannah Shomad, Di era kepengurusan beliau kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Ciputat terbagi dalam bidang ekstern dan intern. Dalam bidang intern yaitu silaturahmi dengan alumni. Bentuknya mengadakan arisan dan keterampilan. Dan dalam bidang ekstern yaitu pengembangan masyarakat melalui pengajian-pengajian majlis ta`lim yang diadakan setiap hari Jum`at 6. Adapun kesuksesan yang pernah diraih KOHATI Cabang Ciputat kepengurusan Noor Jannah Shomad adalah di bidang ekstern KOHATI Cabang Ciputat bekerja sama dengan Darma Wanita dan juga pada tingkat kecamatan. Sedang di bidang intern yaitu mengadakan bazaar, dan mengadakan lomba bayi sehat. Selanjutnya wawancara penulis dengan salah satu pelaku sejarah KOHATI, yakni Rahmi Fauziah, Beliau menjelaskan bahwa Ciputat di era tahun 1970-1980 saat itu sangatlah berbeda jauh dengan masa kini, semua masih serba minim, di sekitar Ciputat saat itu hanya ada kebun karet, angkutan
6
2011.
Wawancara Langsung dengan Noor Jannah Shomad Pada hari Selasa, tanggal 01 Maret
8
umum pun saat itu belum banyak seperti saat ini, yang kalau sekarang dimanamana serba macet. Komunikasi handphone pun belum ada 7. Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Cabang Ciputat pada masa kepengurusan bunda Rahmi Fauziah ini adalah mengadakan up grading, basic training, seminar, arisan, merayakan hari-hari besar seperti hari Kartini, Maulid Nabi Muhammad SAW, serta Isra’ Mi’raj. Kumpul-kumpul di Komisariat adalah hal yang selalu dilakukan, ada atau tidaknya kegiatan, tetap berkumpul di Komisariat. Jika tidak berorganisasi, maka tidak akan ada kegiatan apa-apa. Seperti rutinitas mengikuti acara majlis ta’lim yang dilaksanakan setiap malam Jum’at. Kegiatan intra kampus yang dilakukan oleh pihak akademik kampus seperti Fosma (sekarang Propesa), Penerimaan Mahasiswa Baru, Bimbingan, serta menyediakan akomodasi untuk acara tersebut. Semua mahasiswa IAIN turut serta ambil bagian dari acara tersebut, terlebih para anggota HMI-wan dan HMI-wati. Mahasiswa sebagai salah satu komponen masyarakat terpelajar sangat penting dan sangat besar pengaruhnya di dalam laju pergerakan sebuah bangsa. Dalam konteks Indonesia modern, mahasiswa telah terbukti berada di garda depan di dalam sejumlah proses perubahan sosial dan bahkan politik. Tradisi intelektual di kalangan mahasiswa yang kritis, terkadang anti kemapanan, dan independent tidak pernah lahir begitu saja secara langsung.
7
Wawancara Langsung dengan Bunda Rahmi Fauziah, pada Hari Jum`at, tanggal 25 Februari 2011.
9
Hal ini selalu diawali dengan pergulatan pemikiran yang intensif, kritikal, dan terbuka. Dalam konteks IAIN, dimana nilai-nilai keagamaan sering menjadi pertimbangan yang signifikan, atmosfir intelektualisme yang dikembangkan mungkin tidak selalu sejalan dengan tradisi intelektual yang berkembang pada kampus-kampus Universitas dan Perguruan Tinggi umum. Namun demikian, ada hal yang perlu dicatat bahwa, kelompokkelompok studi mahasiswa yang sering menjadi tempat penggodokan berbagai ide-ide segar mahasiswa juga berkembang pesat di beberapa lingkungan IAIN. Terlebih dilingkungan IAIN Jakarta. Akibatnya, terdapat beberapa garis benang merah yang menghubungkan antara sesama mahasiswa tersebut. Dan, dari sini, muncul beberapa kelompok studi yang berkembang di lingkungan IAIN Jakarta yang juga diakui keberadaannya oleh kelompok-kelompok lainnya. Dari pengamatan penulis, di lingkungan kampus IAIN Jakarta terdapat beberapa kelompok studi dan diskusi mahasiswa, beberapa di antaranya cukup dikenal pada skala nasional pada akhir 80-an dan awal 90-an, seperti Formaci (Forum Mahasiswa Ciputat), Piramida Circle, dan Respondeo. Kampus sebagai tempat yang dikenal menampung para intelektual tidak bisa dipisahkan dari budaya berdiskusi, membaca, menulis, dan berorganisasi. Namun seiring berjalannya waktu budaya itu mulai langka. Menurut Prof. Dr. Thoha Hamim, mahasiswa IAIN supel tahun 70-an. Dia berpendapat bahwa
10
mahasiswa sekarang mengalami penurunan drastis. Orientasi kuliah tak jelas dan lebih banyak mengarah pada pencapaian kepuasan sesaat 8. Hal-hal tersebut di atas mendasari penulis untuk lebih jauh mengetahui: PERAN KOHATI CABANG CIPUTAT PERIODE 1970-1980 DAN PENGARUHNYA
TERHADAP
PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL
MAHASISWA IAIN JAKARTA. Adapun alasan dari pemilihan judul tersebut dibuat untuk lebih mengetahui seputar peran KOHATI dan kaitannya pula dengan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta pada masa itu. Pertanyaan itu ternyata mampu mengubah materi menjadi energi yang menggerakkan penulis untuk menelitinya secara mendalam dan sistematis agar penulis dapat lebih mengetahui peran KOHATI Cabang Ciputat serta pengaruhnya bagi mahasiswi IAIN Jakarta terhadap perkembangan intelektualitasnya. B. Permasalahan Pokok Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini ialah peran KOHATI Cabang Ciputat pada kurun waktu antara tahun 1970-1980, serta pengaruhnya terhadap perkembangan intelektualitas mahasiswi IAIN Jakarta. Kajian ini difokuskan terhadap permasalahannya dibidang historio politik dan sosial. Untuk itu maka penulis merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan memandu dalam proses analisis masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
8
Redaksi Arrisalah, edisi 44
11
1. Program kerja apa sajakah yang pernah dilakukan KOHATI Cabang Ciputat di era tahun 1970-1980? 2. Siapa sajakah Ketua Umum-Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980? 3. Bagaimana perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada masa itu?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini berupaya menjelaskan peran KOHATI Cabang Ciputat pada periode 1970-1980, sebagai upaya untuk mengetahui historio organisasi mahasiswa pada saat itu. Selain itu juga pengaruhnya terhadap perkembangan intelektualitas mahasiswi IAIN Jakarta. Intelektual saat ini perkembangannya sudah sangat pesat, cepat dan tajam. Fokus kajian ilmu pengetahuan sudah menjamur dimana-mana, termasuk kajian ilmu tentang keperempuanan, khususnya di dunia politik. Organisasi-organisasi pun mulai bermunculan dengan beragam visi dan misinya serta tujuan yang hendak dicapainya. Walaupun muncul berbagai pertanyaan, apakah organisasi-organisasi tersebut sudah sesuai dengan masyarakat masa kini? Apakah organisasi itu sudah mampu menampung suara rakyat yang membutuhkan bantuannya? Lalu bagaimana
dengan
KOHATI
Cabang
Ciputat
itu
sendiri?
Apakah
perkembangannya sudah meningkat jauh sebelum perjuangan pendahulupendahulunya dalam membela kepentingan kaum perempuan dan umat pada umumnya?
12
Disini terlihat jelas bahwa gambaran besar keinginan KOHATI khususnya KOHATI Cabang Ciputat ingin membuktikan bahwa posisi ataupun status keberadaan badan khusus HMI yang diberi nama KOHATI adalah tidak lain untuk memperkuat posisi dari missi HMI ke dalam tubuh HMI, sebagai bagian dari tubuh HMI yang lahir dari rahim HMI itu sendiri. Bukan sebagai pesaing HMI, karena KOHATI lahir dari tubuh HMI, menginduk pada HMI. Sebagai upaya dalam mewakili tumbuhnya budaya masyarakat yang kurang banyak terhadap golongan masyarakat yang dianggap secara class-class atau komunitas perempuan. Bukankah kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan dapat dikalahkan oleh keburukan yang tidak terorganisir dengan baik? Di situlah dibutuhkan pengorganisasian secara kelembagaan KOHATI. HMI sebagai organisasi tertua di Indonesia yang modern sudah harus melakukan spesifikasi dalam pelaksanaan tugasnya, yang dibentengi oleh AD ART (Anggaran Dasar Rumah Tangga) dan peraturan organisasi lain. Dan keberadaan KOHATI yang diwakili oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan di HMI setidaknya telah menjalankan fungsi spesialisasinya untuk isu keperempuanan. Dan organisasi dimanapun didunia tidak dapat terhindar dari spesifikasi isu ini, kita diciptakan memang berbeda, dan kemudian untuk itulah kita saling melengkapi, bukan saling menghancurkan. Peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta sangat menarik untuk di tulis. Hal ini mengingat bahwa tulisan-tulisan yang berkenaan dengan
13
objek tersebut amatlah minim sekali, hal ini di karenakan terbatasnya sumbersumber yang membahas perihal organisasi tersebut. Kalau bukan merupakan bagian kecil dalam konteks studi yang lebih luas, mayoritas para penulis dan para sarjana hanya membahas tentang induk dari KOHATI itu sendiri, yakni HMI. Sebagaimana kita tahu dan sebagian banyak orang membenarkan bahwa lebih mengenal HMI itu sendiri dibandingkan dengan KOHATI. Jika kita lakukan survey kebeberapa orang dan kita beri mereka pertanyaan hanya mengetest seputar pengetahuan mereka dengan pertanyaan: Tahukah anda KOHATI itu apa? Ya, mungkin kalau kita beri pertanyaan itu kepada mahasiswa-mahasiswi mayoritas mereka akan menjawab dengan kata ”ya” apalagi jika bertanya kepada kader HMI dan KOHATI itu sendiri. Lalu bagaimana dengan jawaban diluar perguruan tinggi? Kemungkinan besar mereka akan menjawab “tidak tahu”. Oleh karena itu disini penulis tergerak untuk membuat tulisan yang berkaitan dengan KOHATI. Agar kiranya siapapun dapat mengenal dan mengetahui dengan KOHATI itu sendiri. Peran KOHATI Cabang Ciputat khususnya periode 1970-1980 itu dipandang sangat berguna, terutama bagi mereka yang berminat meneliti tentang sejarah perkembangan KOHATI di Cabang Ciputat. Banyak dari kalangan masyarakat yang tidak mengetahui perihal tentang KOHATI dan perkembangan KOHATI itu sendiri. Mereka beranggapan bahwasanya KOHATI itu tidak penting dan tidak berkembang, padahal sebaliknya KOHATI berpengaruh besar pada periode 1970-1980. Dengan demikian penelitian ini selain dapat menjadi bahan revisi terhadap pandangan ketidaktahuan seperti yang di sebutkan di
14
atas. Peran KOHATI Cabang Ciputat pada periode 1970-1980, dapat di harapkan akan memberikan suatu informasi yang lebih mendetail mengenai peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980, serta pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta. D. Landasan Teoritis Setiap bentuk persekutuan (perkumpulan) dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat dalam suatu ikatan hirarkis, dimana senantiasa terdapat hubungan antar sesama (atasan dan bawahan) disebut organisasi. KOHATI sebagai badan khusus yang dibentuk oleh HMI tidak saja diadakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan organisasi, akan tetapi hal yang lebih substanstif adalah sebagai sarana yang penting bagi media pembinaan kader HMI-wati dalam peningkatan kualitas diri. Segala aspek yang terkait dengan peran KOHATI Cabang Ciputat serta pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta kiranya dapat dipahami dengan pemikiran yang lebih umum tentang aktivitas organisasi tersebut beserta perkembangan intelektual mahasiswanya. Sesuai dengan orientasi pembahasan skripsi ini melalui Penggunaan kerangka teoritis, pendekatan sosial politik 9 dalam penelitian dapat mempermudah peneliti melakukan rekonstruksi sejarah yang
berfungsi
sebagai alat
untuk
menginterpretasikan data-data yang telah didapat dari tahap heuristik. Dengan 9
Sosiologi Politik merupakan, penyelidikan mengenai kaitan antara masalah-masalah politik dan masyarakat, antara struktur sosial dengan struktur politik, dan antara tingkah laku sosial dengan tingkah laku politik. Lihat Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff, hal. 291
15
pemakaian teori ini bermaksud untuk menerangkan kejadian dengan mengkaji sebab-sebabnya, dan konteks sosio kultural, dan konteks politik. Secara kualitas, kader-kader HMI-wati memiliki potensi besar untuk bisa sama secara proporsional dalam pengaderan sebagai HMI (HMI-wan dan KOHATI) sama-sama mengikuti jenjang pengaderan formal HMI. Sedangkan pengaderan khusus keKOHATIan hanya diikuti oleh HMI-wati, logikanya seharusnya KOHATI mempunyai kemampuan lebih dibanding HMI-wan. Tapi budaya patriaki masih merambah dalam aktifitas HMI sehingga menyulitkan HMI-wati untuk tumbuh dan berkembang. Belum lagi image tentang kiprah aktifis perempuan yang dibatasi oleh perspektif lingkungan sekitarnya pun membuat HMI-Wati makin tertinggal dalam hal kaderisasi. HMI secara organisasi memiliki konsep pengaderan yang sangat mapan di bandingkan dengan organisasi pemuda lainnya, seharusnya tidak memandang bulu dalam menjalankan roda organisasi. Tetapi segala bentuk kemapanan akan melahirkan pergolakan HMI-wati mulai sadar bahwa potensi mereka perlu ditingkatkan dari hanya sekedar objek menjadi subjek, sehingga mereka dapat mengembangkan diri secara khusus10 dan dibutuhkan adalah sebuah wadah akselerator tersendiri bagi kaderisasi HMI-wati, dengan tidak menafikan ruang yang sudah ada. Maka lahirlah ide pembentukan KOHATI.
10
Agussalim Sitompul, Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997, (Jakarta: Logos, 2002), hal. 229-230
16
Realitas saat ini, di pundak mahasiswa terdapat tugas untuk berpartisipasi, dalam merenovasi bangsa dan Negara dari permasalahan krisis ekonomi, sosial, politik, demi membangun kehidupan masyarakat Indonesia kearah yang lebih baik. Oleh Karena itu, tak ada waktu bagi mahasiswa untuk berpangku tangan dalam menjalani pelbagai aktivitas dan dituntut untuk meningkatkan kreativitas dan daya intelektualnya. Namun, persoalan yang tengah menyerang mahasiswa saat ini adalah rendahnya budaya intelektual yang tengah mengalami degradasi. Kampus sebagai tempat yang dikenal menampung para intelektual tidak bisa dipisahkan dari budaya berdiskusi, membaca, menulis, dan berorganisasi. Namun, seiring berjalannya waktu budaya itu mulai langka. Salah satu rendahnya budaya intelektual mahasiswa, dapat dilihat dari aktivitas membacanya. Penyebab menurunnya budaya baca mahasiswa IAIN ini dikarenakan menipisnya rasa ingin tahu mahasiswa terhadap pengetahuan. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan kata perempuan dengan beberapa alasan. Salah satu diantaranya, bahwa kata perempuan mengandung konotasi yang lebih positif (amelioratif). Sedangkan kata wanita cenderung tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan lebih diposisikan sebagai objek. Seperti yang diungkapkan oleh Christina S Handayani dalam bukunya yang berjudul “Kuasa Wanita Jawa” penerbit LKiS, perempuan berasal dari kata “empu” bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati, sedangkan kata wanita diyakini berasal dari bahasa Sansekerta, mempunyai arti yang dinafsui,
17
atau objeks seks, dalam bahasa Jawa (Jawa dosok), kata wanita berarti wani ditata, berani ditata (diatur). Kata wanita juga konon berasal dari kata “wani” (berani) dan “tapa” (menderita) artinya seorang wanita adalah sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain sekalipun. Jadi penggunaan istilah perempuan adalah secara simbolik mengubah kata wanita menjadi perempuan adalah mengubah objek menjadi subjek. E. Metode Penelitian Tujuan akhir dari studi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode penelitian sejarah. Metode penelitian dalam sejarah merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis 11. Oleh karena itu pengumpulan data atau sumber merupakan langkah awal dalam meneliti dilangsungkan dengan metode penggunaan bahan dokumen. Metode ini dapat berlangsung, karena dapat ditemukan sumbersumber yang tertulis. Walaupun itu hanya sedikit yang bisa diperoleh oleh penulis. Walaupun terdapat hambatan di dalam mengumpulkan data dan informasi, hal tersebut tidak memberikan dampak yang pesimis bagi penulis untuk melaksanakan reseach. Sumber yang sama dapat di jumpai berupa jurnal dan data tertulis lainnya dari dokumen dan buku maupun bahan tertulis lainnya. 11
hal. 43
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
18
Selain dengan pengumpulan sumber atau data dalam bentuk dokumen dan tertulis, penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa tokoh yang pernah menjadi pengurus KOHATI di Cabang Ciputat. Informasi yang didapat dari wawancara tersebut adalah berupa sejarah lisan. Tahapan ini dipandang oleh penulis cukup penting untuk menginterpretasikan data yang telah penulis dapati dari sumber dokumen tertulis. Metode sejarah lisan ini dipergunakan sebagai metode pelengkap terhadap bahan dokumenter12. Perlu diakui bahwa dalam pengumpulan data-data seperti berupa dokumen, penulis mengalami hambatan karena sudah tidak ditemukannya lagi arsip-arsip, bulletin maupun jurnal. Penulis hanya dapat menemukan foto-foto. Itulah salah satu kelemahan dari skripsi ini. Penulis anggap ini memang masih jauh dari kesempurnaan. Namun itu semua tidak mengurangi niat penulis untuk terus mencari tahu tentang peran KOHATI Cabang Ciputat. Sebagai konsekuensi dari tahapan metode penelitian sejarah maka kemudian sumber-sumber tersebut diuji dengan melakukan kritik ekstern dan intern pada sumber untuk menentukan keotentikan dan kasahihan sumber. Selain itu penulis melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah penulis dapatkan menjadi fakta-fakta sebagai hasil sintesis melalui eksplanasi historis. Kemudian sampai pada langkah terakhir, dalam tahap ini penulis menyajikan hasil penelitian dalam bentuk historiografi13.
12
13
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), hal. 23
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1992), hal. 34
19
F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian skripsi ini disajikan dalam lima (5) bab yang masingmasing bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan bab tersebut. Adapun perinciannya sebagai berikut: BAB I:
Berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, lingkup permasalahan, arti penting penelitian, tinjauan penelitian terdahulu, landasan teoritis, dan metode penelitian.
BAB II : Dipaparkan pokok bahasan tentang sejarah berdirinya KOHATI yang terdiri dari latar belakang didirikannya KOHATI, tujuan berdirinya KOHATI, serta fungsi dan peran KOHATI. BAB III : Menyajikan tentang perkembangan KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980, yang meliputi situasi dan kondisi KOHATI Cabang Ciputat di era 1970-1980, hubungan mahasiswa IAIN dengan KOHATI, juga landasan gerakan filosofis dan teologis KOHATI. BAB IV : Merupakan penjelasan tentang peranan KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual dan pengaruhnya bagi mahasiswa IAIN yang meliputi peranan KOHATI Cabang Ciputat terhadap intelektual, sikap mahasiswi IAIN terhadap KOHATI Cabang
20
Ciputat, serta KOHATI Cabang Ciputat dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa dan alumni IAIN. BAB V : Merupakan bab penutup yang akan menyimpulkan pembahasan yang telah diterangkan diatas serta saran dan daftar pustaka.
21
BAB II SEJARAH BERDIRINYA KOHATI
A. Latar Belakang Didirikannya KOHATI Berbagai pendapat mengenai latar belakang berdirinya KOHATI, telah banyak dipublikasikan oleh berbagai media HMI dan KOHATI itu sendiri. Diantara pendapat dan tulisan tersebut terdapat banyak persamaan, tidak ada perbedaan yang prinsip. Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada sejak manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, hak serta kewajiban. Perkembangan pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada masanya, masalah perempuan mempunyai arti yang sangat dalam. Pada awalnya tugas dan peranan perempuan berada pada bidang perawatan yang terdiri dari mengurusi anak, rumah dan sekitarnya kemudian kini mulai merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi, subordinasi, serta beberapa perilaku ketidakadilan menjadi headline pembicaraan masyarakat. Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan (dapat kita saksikan setiap hari dalam media massa) menuntut kita semua untuk terus berkiprah sebagai konsekuensi logis bagian dari keluarga besar HMI yang mempunyai missi mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman, ke-Intelektualan, dan keIndonesiaan. Maka dari itu dibutuhkan energi yang besar, kerja keras dan kerja cerdas yang serius untuk menghargai dan mensupport perempuan untuk lebih
21
22
berkualitas dan lebih bermartabat. Baik di luar HMI maupun di dalam HMI sendiri. Dalam berbagai isu perempuan yang mengemuka di Indonesia saat itu, pelibatan perempuan dalam pembangunan bangsa, peningkatan pendidikan perempuan dan kesehatan reproduksi perempuan mendapatkan rating tertinggi. Ketiga persoalan ini selalu menjadi isu yang diangkat oleh beberapa organisasi-organisasi perempuan yang ada di Indonesia, bahkan di dunia sekalipun. Tahun 1963 hingga 1966 merupakan saat-saat yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya organisasi seperti wadah KOHATI. Baik secara kuantitas maupun kualitas para HMI-wati sangat memungkinkan untuk pembinaan diri lewat wadah khusus, sebagai halnya dengan lembaga-lembaga khusus HMI seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam ( LKMI), Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) yang sudah berdiri sebelumnya, yaitu pada kongres HMI ke – 7 di Jakarta tahun 1963. Dalam masa tiga bulan setelah instruksi tersebut, tepatnya September 1966, berlangsung tahap-tahap persiapan pembentukan KOHATI di tingkat Nasional. Antara lain dipilihnya Ketua KOHATI Badko di enam BADKO yang sudah ada yaitu Badko Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Tengah, Jawa Bagian Timur, Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, dan Indonesia Bagian Timur.
23
Dalam Musyawarah Nasional KOHATI muncul beberapa pemikiran tentang KOHATI yakni yang pertama adalah masih beragamnya pemikiran atau persepsi anggota HMI terhadap kelembagaan KOHATI ada yang menginginkan pola keorganisasiannya seperti Organisasi Wanita Nadhatul Ulama, seperti pola keorganisasiannya Aisyah dan ada pula yang membandingkan dengan Corps Wanita Angkatan Darat (COWAD). Maka disepakatilah nama KOHATI untuk organisasi HMI-wati dan diharapkan tidak akan pernah lepas dari struktur induknya yakni HMI. Pemilihan nama tersebut dipengaruhi oleh kondisi masyarakat pada saat itu, khususnya mahasiswa diperguruan tinggi masih malu-malu menunjukkan identitas Islam. Yang kedua adalah pengertian semiotonom yang kurang jelas menyebabkan banyak dari peserta Musyawarah Nasional ragu dengan prospek lembaga ini ke depan. Begitu pula halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sejak berdirinya kontribusi besar perempuan sudah nampak. Gagasan pembentukan KOHATI lahir pas musyawarah kerja HMI jaya pada tanggal 12 Desember 1965 dengan maksud lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota HMI Putri dan ikut serta dalam melaksanakan cita - cita perjuangan bangsa melalui satu wadah dan membentuk HMI-wati menjadi kader - kader yang peduli pada organisasi kemasyarakatan, sosial politik serta bidang kewanitaan 1. Kemudian
KOHATI
dikukuhkan
dengan
surat
keputusan
no
239/A/Sek/1966 tertanggal 11 juni tentang pembentukan Korp HMI-wati. Untuk sementara korp ini dibentuk dalam tingkatan cabang, komisariat dan 1
Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim sitompul, (ed). KOHATI PB HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 13
24
rayon dengan status semi otonom. Pembentukan KOHATI secara nasional dilaksanakan pada kongres VII HMI di Surakarta tanggal 10-17 September 1966, dalam sub komisi musyawarah HMI-wati telah memtuskan mendirikan Korps HMI-wati disingkat KOHATI tanggal 17 September 19662. Momentum disahkannya hasil-hasil keputusan musyawarah Nasional ini dianggap sebagai momentum lahirnya KOHATI, di mana yang terpilih sebagai Ketua KOHATI PB-HMI pertama yaitu, Anniswati Rochlan dengan dua orang Mid Formatur yaitu, Julia Muljati dan Ida Ismail ( sekarang Ny. Ida Nazar Nasution). Patut dicatat bahwa, Kongres ke-7 ini dijiwai oleh suasana kemenangan Orde Baru yang didukung atau ditopang oleh berbagai potensi atau kalangan masyarakat (pemuda, pelajar, mahasiswa, partai, buruh, wanita) suasana tersebut mempengaruhi arah dan keputusan-keputusan Kongres tersebut. Pada muqaddimah peraturan KOHATI dicantumkan motto yang berasal dari syair Arab yang berbunyi : “wanita adalah tiang Negara, manakala baik wanitanya maka baiklah Negara, manakala rusak wanitanya maka rusaklah Negara” sebagai dasar pemikiran didirikannya KOHATI, tercantum pula dalam muqaddimah tersebut, bahwa sesungguhnya perjuangan untuk mewujudkan cita-cita HMI di dalam rangka tercapainya masyarakat yang adil dan makmur penuh keridhaan Allah SWT hanya dapat tercapai dengan mengikutsertakan secara efektif HMI-wati yang secara obyektif merupakan bagian yang tak terpisahkan dari HMI. 2
Agusalim Sitompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 1947-1993, (Jakarta: Intermasa, 1995), hal. 210-211
25
Dalam buku lain dijelaskan latar belakang berdirinya KOHATI karena situasi politik akibat meletusnya Gestapu / PKI. Untuk mempersatukan seluruh guna menumpas kekuatan gerakan 30 September, muncullah kesatuan - kesatuan aksi termasuk Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI). Dan sebagai perwakilan HMI-wati dibentuklah KOHATI. Selain itu situasi intern HMI sendiri, didirikan lembaga - lembaga khusus yang bertujuan mengembangkan keahlian dari anggotanya. Lahirlah KOHATI dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan serta pembinaan HMIwati di bidang kewanitaan baik intern maupun ekstern HMI. 3 Agussalim dalam makalah yang disampaikan pada seminar sejarah KOHATI di Yogyakarta 19-20 November 1982, memaparkan bahwa yang menjadi latar belakang berdirinya KOHATI adalah: 1. Karena semangat dan jiwa Islam yang tertanam pada setiap anggota HMIwati yang menempatkan wanita pada tempat wajar. 2. Karena semangat dan realisasi emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh RA Kartini. 3. Karena tuntutan HMI sendiri, karena secara kuantitas maupun kualitas memungkinkan sekali mendirikan KOHATI sebagai badan khusus yang bergerak di bidang kewanitaan. 4. Kondisi intern yaitu dengan berdirinya sebagai korp di kalangan angkatan bersenjata, memacu semangat HMI-wati mendirikan wadah sejenis.
3
www.pbkohati.com
26
5. Faktor politik, agar HMI-wati ikut bersama kelompok wanita lain bekerjasama menumpas Gestapu / PKI. 6. Karena berdirinya lembaga – lembaga khusus dalam HMI seperti LDMI (Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam), LKMI (Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam), LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam), LPMI (Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam), LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam), dan lain lain. 7. Dalam rangka peningkatan dan pengembangan kegiatan dan pembinaan HMI-wati di bidang kewanitaan dalam rangka pembentukan kader HMIwati sebagai patriot komplit.4
B. Tujuan Berdirinya KOHATI Tujuan yang jelas, diperlukan dalam sebuah organisasi, sehingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat terlaksana dengan teratur dan terarah. Tujuan organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukan status dan fungsinya dalam totalitas dimana dia berada. Dalam totalitas pengaderan HMI, KOHATI merupakan bagian internal yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Tujuan KOHATI pada awal didirikannya inheren dengan tujuan HMI pada saat itu. Pertama, Mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
4
www.pbkohati.com
27
dan Meningkatkan derajat rakyat Indonesia. Kedua, Mensyiarkan ajaran agama Islam. Namun, Tujuan KOHATI pada saat itu lebih pada peningkatan kualitas dan kuantitas anggota HMI-wati dalam ikut serta melaksanakan citacita perjuangan bangsa 5. Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yang terwujud dalam HMI melalui pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal 4 AD (Anggaran Dasar) yaitu sebagai berikut: 1. Kualitas insan akademis a. Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif dan kritis. b. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran. c. Sanggup berdiri sendiri dengan lapang ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis dan sanggup bekerja secara alamiah yaitu secara bertahap. Teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip - prinsip perkembangan 2. Kualitas insan pencipta ; insan akademis pencipta a. Sanggup melihat kemungkinan - kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa 5
Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim sitompul, (ed). KOHATI PB HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 14
28
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan - gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan b. Bersifat independent dan terbuka, tidak isolatif. Insan yang menyadari dengan sikap demikian. Potensi kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah. c. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan tugas kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam. 3. Kualitas insan pengabdi ; insan akademis, pencipta pengabdi a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat. b. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat dirinya baik, tetapi juga mampu membuat lingkungan di sekelilingnya menjadi lebih baik. c. Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang bersungguh sungguh mewujudkan cita - cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya. 4. Kualitas insan yang bernafaskan Islam ; insan akademis, pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam a. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai - nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapaki dan menjiwai karyanya.
29
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity personality dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga Negara dan dirinya sebagai muslimah insan cita ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya. 5. Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT a. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat makmur yang diridhoi Allah SWT. b. Berwatak sanggup memikul akibat - akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya kesadaran moral. c. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif
dalam menghadapi
persoalan - persoalan dan jauh dari sikap apatis. d. Rasa tanggung jawab, takwa kepada Allah SWT yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. e. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
30
f. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fil ard yang harus melaksanakan tugas - tugas kemanusiaan6. Dalam rangka itu KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut ; Terbinanya Muslimah Yang Berkualitas Insan Cita. Dengan rumusan tujuan ini, KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (mencapai lima kualitas insan cita ) tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita. Sebagai sebuah lembaga Korp HMI-wati (KOHATI) yang ide dasar pembentukannya dilandasi oleh kebutuhan akan pengemban misi HMI secara luas, serta kebutuhan akan adanya pembinaan untuk HMI-wati yang lebih aspiratif, memandang penting bahwa kualitas peranan HMI-wati perlu ditingkatkan lebih serius. Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-wati tidak saja di KOHATI dan HMI tetapi juga dalam masyarakat luas terutama
dalam
merespon
dan
mengantisipasi
berbagai
wacana
keperempuanan. Dengan demikian maka jelas tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI. Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, maka KOHATI harus dapat membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan 6
www.Kohati-pbhmi.com
31
intelektual, kemampuan professional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat7. Dalam kerangka tersebut, maka yang menjadi sasaran pemberdayaan KOHATI adalah anggotanya yaitu HMI-wati, dengan diselenggarakannya berbagai aktifitas maupun pelatihan khusus bagi HMI-wati. Aktifitas ini tentunya tidak terlepas dari rangkaian aktifitas pengkaderan HMI. C. Struktur Kepengurusan KOHATI Personalia pengurus KOHATI setiap Cabang secara umum adalah sebagai berikut :
7
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus 2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 85
32
KETUA UMUM
Ketua Bidang Intern
Ketua Bidang Ekstern
Sekretaris Bidang Intern
Sekretaris Bidang Ekstern
Dept. Olah Raga
Sekretaris Umum
Bendahara Umum
Wakil Bendahara I
Dept. Pengabdian Masyarakat
Wakil Bendahara II
Dept. Penerangan
Keterangan : Dept. Pendidikan
Dept. Kekaryaan / Koperasi
Dept. Keputrian
21
: Garis Intruksi : Garis Koordinasi
33
Berikut dibawah ini adalah pedoman kerja (job descriptions) pengurus KOHATI : 1. Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada tingkat nasional maupun internasional. 2. Ketua Bidang Intern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern. 3. Ketua Bidang Ekstern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern. 4. Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan pihak ekstern di tingkat nasional maupun internasional. 5. Sekretaris Bidang Intern bertugas atas nama sekretaris umum untuk kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. 6. Sekretaris Bidang Ekstern bertugas atas nama sekretaris umum untuk kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional. 7. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional. 8. Wakil Bendahara I bertugas atas nama bendahara umum dalam pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional.
21
34
9. Wakil Bendahara II bertugas atas nama bendahara umum dalam pencarian sumber dana organisasi. 10. Departemen Pendidikan bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan. 11. Departemen Keputrian bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan sumber daya perempuan. 12. Departemen Kekaryaan / Koperasi bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek dalam peningkatan mutu usaha mandiri. 13. Departemen Pengabdian Masyarakat bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja di bidang eksternal tentang pengabdian masyarakat. 14. Departemen Penerangan bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang informasi organisasi. 15. Departemen Olah Raga bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek dalam bidang olah raga.
D. Fungsi Dan Peran KOHATI Fungsi KOHATI yaitu sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika pergerakan keperempuanan. Ditingkat internal HMI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, ditingkatan eksternal HMI berfungsi sebagai organisasi perempuan. KOHATI sebagai badan khusus HMI, mempunyai tugas tanggung jawab dalam mengkoordinir
35
potensi HMI dalam melakukan akselerasi tercapainya tujuan HMI dalam mengembangkan wacana keperempuanan. Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja KOHATI adalah pembinaan sebagai anggota HMI yaitu HMI-wati, Pembinaan tersebut diarahkan pada pembinaan akhlak, intelektual, keterampilan, kepemimpinan, keorganisasian, keluarga yang sejahtera serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan anggotanya.
Maksud pembinaan
tersebut
adalah
mempersiapkan kader HMI-wati agar mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai - nilai keIslaman dan keindonesiaan. Konsep analisa fungsi dan peranan KOHATI pada masa itu adalah sebagai berikut : 1. Fungsi sebagai pemudi atau putri 2. Fungsi sebagai istri 3. Fungsi sebagai ibu rumah tangga 4. Fungsi sebagai anggota masyarakat Oleh karena itu KOHATI berfungsi sebagai akselerator pengkaderan bagi HMI-wati. Sebagai wadah tentunya KOHATI merupakan alat pencapaian tujuan HMI oleh karenanya keberhasilan KOHATI sangat ditentukan oleh anggotanya. Dengan didukung perangkat dan mekanisme organisasi HMI. Oleh karena itu sebagai strategi perjuangan HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan. Sebagai fasilitator, KOHATI memiliki perangkat perangkat pembinaan berupa pedoman dan jaringan informasi pemanfaatan
36
perangkat - perangkat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas aparat organisasi8. KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai – nilai ke-Islaman dan keIndonesiaan. Agar kader HMI-wati mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan. Oleh karena itu KOHATI berfungsi sebagai akselerator perkaderan bagi HMI-wati. KOHATI mempunyai tanggung jawab moral yang besar dalam menjabarkan dan menyahuti komitmen HMI di bidang keperempuanan. Dalam arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan potensi perempuan dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti potensi intelektual, potensi kepemimpinan, potensi moral dan potensi lainnya. Operasionalisasi dan fungsi tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja KOHATI yaitu : 1. Aspek Internal Dalam hal ini KOHATI menjadi wadah / media latihan bagi para HMI_Wati untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi serta kualitasnya dalam bidang keperempuanan khususnya menyangkut kodrat kemanusiaannya sebagai seorang perempuan, dan bidang sosial
8
Koordinator Nasional KOHATI, Perspektif Wanita Indonesia dan KOHATI, (Jakarta: 1976)
37
kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan, penelitian dan pelatihan serta aktivitas – aktivitas lain dalam kepengurusan HMI. 2. Aspek Eksternal Dalam hal ini KOHATI merupakan pembawa misi HMI di setiap forum – forum keperempuanan. Kehadiran KOHATI dalam forum itu tentunya semakin memperluas keberadaan HMI di semua aspek dan level kehidupan. Secara khusus bagi kader HMI_Wati, keterlibatan pada dunia eksternal merupakan pengembangan dari kualitas pengabdian masyarakat yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi KOHATI adalah wadah aktualitasasi dan pemacu seluruh potensi perempuan khususnya HMI-wati, untuk mengejar kesenjangan yang ada serta mendorong HMI-wati untuk berinteraksi secara optimal dalam setiap aktivitas HMI serta menjadikan ruang gerak HMI dalam masyarakat menjadi lebih luas 9.
9
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI………………hal. 93-94
BAB III
PERKEMBANGAN KOHATI CABANG CIPUTAT PADA PERIODE 1970-1980
A. Situasi dan Kondisi KOHATI Cabang Ciputat di Era Tahun 1970-1980 KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di era tahun `70 -`80an, 39 tahun yang lalu, Ciputat tak ubahnya sama dengan wilayah – wilayah lain, yang belum semodern sekarang, berkembang dan maju lebih pesat seperti sekarang ini. Bila dilihat dari letaknya, Ciputat merupakan daerah yang strategis, karena letaknya yang berada di tengah – tengah kota. Masuk kedalam provinsi Banten, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, yang membawahi komisariat, rayon, di seluruh Indonesia. Pada usianya yang kedua setengah tahun, sejak didirikannya KOHATI pada tahun 1966, KOHATI berhasil membentuk 70 cabang dari 110 cabang HMI. Dari perkembangan ini, dibeberapa tempat terjadi konflik secara organisatoris disebabkan adanya penyempurnaan organ KOHATI. Konflik antara KOHATI dan HMI pada saat itu, timbul karena HMI kurang mampu mengelola organisasi dengan baik, sehingga KOHATI terdorong kearah ekslusif. Hal ini
38
39
pun diakui KOHATI sendiri. Akibatnya dibeberapa cabang terjadi salah tindak dan salah pengertian antar HMI-wan dan HMI-wati mengalami ekslusifisme dan sentrifugalisme. Akibatnya HMI menganggap KOHATI ingin melepaskan diri dari HMI, sementara KOHATI sendiri seolah-olah seperti di lepaskan dari HMI. Ini semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI. 1 Untuk mengantisipasi persoalan–persoalan yang timbul, dilakukan perbaikan mekanisme organisasi baik mikro maupun makro. Komunikasi timbal balik antara KOHATI dengan HMI, dan komunikasi antar sesama aparat KOHATI ditingkatkan. Juga dilakukan pembinaan personil KOHATI secara kuantitatif maupun kualitatif melalui perkaderan khusus HMI-wati. Sementara itu, di forum – forum ekstern, peranan KOHATI cukup menentukan baik dalam KAWI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KOWANI (Koordinasi Wanita Indonesia), GOWI (Gerakan Organisasi Wanita Indonesia), maupun Koordinasi Wanita Sekber Golkar. Di Tingkat Nasional KOHATI terlibat secara signifikan di organisasiorganisasi Federasi / organisasi perempuan di tingkat nasional seperti : 1) Kowani (Kongres Wanita Indonesia) 2) KNKWI (Komite Nasional kedudukan Wanita Indonesia) 3) BMOIWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia) 4) GOWI (Gerakan Organisasi Wanita Indonesia)
1
Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; Pemikiran Keislaman –Keindonesiaan HMI (1947-1997), (Jakarta : Logos, 2002), hal. 230-231
40
5) Dan lain-lain Sedangkan di tingkat Cabang, KOHATI Cabang juga banyak terlibat dengan organisasi-organisasi wanita di tingkat Provinsi atau Kabupaten atau Kecamatan. 1) BKOW (Badan Koordinasi Organisasi Wanita) 2) Dharma Wanita 3) PKK di tingkat Provinsi ataupun Kabupaten 4) Dan lain-lain Adalah sangat wajar apabila sebuah komunitas yang heterogen dipertanyakan masalah keterbukaan terhadap eksponen diluar komunitasnya. Terlebih lagi tidak semua HMI-wati masuk dan beraktivitas didalam wadah KOHATI. Bukan berarti berbicara KOHATI menafikan peran HMI-wati di luar struktur akan tetapi secara organisatoris, berbicara KOHATI adalah berbicara kebutuhan dan kepentingan HMI-wati. Dan peran mereka pun patut diperhitungkan tidak dapat dipungkiri, terkadang HMI-wati tidak mengerti lembaga KOHATI dan seringkali mereka menganggap badan khusus ini mengganggu aktivitas HMI-wati. Seyogyanya semua permasalahan organisasi ini diselesaikan dengan mekanisme organisasi. 2 Sekilas dinamika perkembangan KOHATI dari periode ke periode :
2
www.pbkohati.com
41
1. KOHATI pada periode 1970-1971, pada periode ini kegiatan KOHATI di beberapa cabang meningkat pesat, baik secara internal maupun eksternal. Namun setiap perjalanan sebuah kepengurusan tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan, terutama pandangan terhadap hadirnya lembaga KOHATI. Gejala ini sebenarnya wajar terjadi sebagai reaksi terhadap muncul bentuk baru, hanya disayangkan sekali, salah pengertian ini tidak bisa segera diimbangi dengan mencoba mempelajari yang sebenarnya dari Korps HMI-wati. Bahkan di beberapa cabang karena ditambah dengan bermacam-macam faktor lain terjadi salah tindak dan salah pengertian antara HMI-wan dengan HMI-wati yang menimbulkan penilaian negatif itu antara lain : ekslusivisme dan sentrifugalisme, sehingga HMI menganggap KOHATI ingin melepaskan diri dari HMI. Sementara KOHATI merasakan seolah-olah dilepaskan dari HMI karena sedikitnya bimbingan dari HMI. 2. KOHATI Pada periode 1971-1974, perjalanan kepengurusan periode ini dimulai dengan program kerja yang dilaksanakan tetap mengacu kepada keputusan hasil kongres X HMI yang meliputi pembinaan HMI-wati dan pembinaan struktur, dimana pada tingkat pelaksanaannya masih dirasakan belum mencapai target yang diinginkan karena dalam laporan kerja KORNAS (Koordinator Nasional) KOHATI PB HMI yang terbentuk pada Kongres ke VII, di Jakarta pada tanggal 14 September 1963 3, diakui bahwa kurangnya bimbingan dan koordinasi dari pihak kornas sendiri.
3
Modul LK (Latihan Kader) I anggaran dasar HMI pasal 20.
42
Adapun aktivitas ekstern yang dilakukan juga masih terbatas pada tingkat partisipasi menghadiri dan mengikuti acara-acara undangan yang masuk. Program kerja intern KOHATI diorentasikan pada pemantapan eksistensi organisasi, dengan melakukan pengkajian terhadap fungsi, analisis tujuan, dan Pedoman Dasar KOHATI serta melakukan perumusan pedoman perkaderan khusus KOHATI. Kecenderungan HMI-wati hanya aktif menangani masalah kewanitaan disinyalir diakibatkan oleh struktur KOHATI. Kesempatan KOHATI menduduki struktur kepengurusan di berbagai organisasi membawa pengaruh terhadap perkembangan tersebut. Namun setelah dilakukan pengkajian dan pembahasan disepakati bahwa akar persoalannya terletak pada implementasi pemahaman seluruh jajaran HMI dalam melihat KOHATI, sehingga yang harus dibenahi adalah mekanisme organisasi dan orientasi perkaderannya. 3. KOHATI periode 1974-1976, dalam periode ini dibidang intern telah berhasil menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Perspektif Wanita Indonesia dan KOHATI”, selain itu, juga mulai menerbitkan Buletin Media KOHATI yang muncul setiap 3 bulan sekali dan selama satu periode mampu hadir 7 kali penerbitan. Kegiatan lainnya membuat diskusi panel “Tinjauan Tentang Pemilihan Ratu-Ratu di Indonesia”. 4. KOHATI periode 1976-1978, pada periode ini pengurus merasakan bahwa secara kuantitas, personel kepengurusan belum memenuhi harapan untuk menjalankan seluruh aktivitas yang ada. Dalam pembinaan personel, up grading KOHATI yang secara formal dijadikan ujung
43
tombak peningkatan pemahaman soal ke-KOHATI-an ini, ternyata dinilai masih belum juga berjalan secara efektif. 5. KOHATI periode 1978-1980, pada periode ini, belum lagi hasil restrukturisasi KOHATI secara nasional dari Departemen Kewanitaan menjadi lembaga semiotonom KOHATI menampakkan hasil yang optimal, konsolidasi KOHATI secara nasional agak “terganggu” dengan adanya pengunduran diri Ketua Kornas KOHATI. Untuk itu praktis tugastugas operasional dikerjakan hanya oleh Departemen dan pejabat Ketua Kornas KOHATI. Tentu saja implikasi selanjutnya hal ini membawa pengaruh pada soal “maju” atau “mundur”nya perkembangan KOHATI di daerah-daerah. Dalam periode ini efisiensi dan efektivitas forum ilmiah sudah semakin ditingkatkan. Sampai dengan akhir kepengurusan KORNAS KOHATI periode ini, tidak ada lagi catatan peristiwa khusus dan menonjol. Sekilas tentang prestasi struktural yang di capai oleh kader KOHATI Cabang Ciputat di tingkat KORNAS KOHATI PB HMI adalah sebagai berikut : 1. Nurhayati Djamas terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada tahun 1975-1977. 2. Rifqiaty AS terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada tahun 1977-1979
44
3. Ani Faiqoh terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada tahun 1979-1981, yang kemudian mengundurkan diri dan secara operasional KORNAS KOHATI PB HMI Periode ini dilaksanakan oleh Tati Hartimah (Cabang Ciputat), Fardiah Bachmid (Cabang Ciputat), dan Revrina Sukma Agusti (Cabang Jakarta). 4. Tati Hartimah terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada tahun 1981-1983, pada Kongres PB HMI di Bandung dalam MUNAS (Musyawarah Nasional) KOHATI PB HMI dengan memperoleh suara 31 dari 39 Cabang peserta Kongres. Suara terbanyak kedua, dr. Ula Nuchrawati Usman memperoleh 5 suara. Kemudian ditetapkan menjadi Ketua KORNAS KOHATI PB HMI oleh Ketua Umum PB HMI periode 1981-1983 Ahmad Zacky Sirad. Adapun Jabatan-jabatan Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat periodisasi 1970-1980 yakni : 1. Pada tahun 1970/1971 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Maisaroh Yusuf. 2. Pada tahun 1971/1972 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Nurhayati Djamas. 3. Pada tahun 1972/1973 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Almh. Muslihah. 4. Pada tahun 1973/1974 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Rifqiaty. 5. Pada tahun 1974/1975 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Noor Jannah Shomad.
45
6. Pada tahun 1975/1976 KOHATI Cabang Ciputat di Pimpin oleh Almh. Ani Faiqoh. 7. Pada tahun 1976/1977 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Mimi Husmiaty Hasyim. 8. Pada tahun 1977/1979 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Dra. Tati Hartimah. 9. Pada tahun 1979/1980 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Attiroh Mukhtar. 10. Pada tahun 1980-1981 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Rahmi Fauziah. Seperti yang dilansir dari wawancara penulis dengan Noor Jannah Shomad, yakni beliau adalah Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat periode 1974-1975, yang berasal dari Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Di era kepengurusan beliau kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Ciputat terbagi dalam bidang ekstern dan intern. Dalam bidang intern yaitu silaturahmi dengan alumni. Bentuknya mengadakan arisan dan keterampilan. Dan dalam bidang ekstern yaitu pengembangan masyarakat melalui pengajianpengajian majlis ta`lim yang diadakan setiap hari Jum`at4. Perkembangan intelektual pada masa beliau diadakannya up grading, basic training, intermediate training (di KOHATI sekarang dinamakan LKK yaitu Latihan Khusus KOHATI), diskusi, seminar dan lain sebagainya. Selanjutnya tujuan KOHATI Cabang Ciputat pada masa kepengurusan beliau 4
2011.
Wawancara Langsung dengan Noor Jannah Shomad Pada hari Selasa, tanggal 01 Maret
46
tidak ada yang khusus, sama dengan yang sekarang. Adapun kesuksesan yang pernah diraih KOHATI Cabang Ciputat kepengurusan Noor Jannah Shomad adalah di bidang ekstern KOHATI Cabang Ciputat bekerja sama dengan Darma Wanita dan juga pada tingkat kecamatan. Sedang di bidang intern yaitu mengadakan bazaar, dan mengadakan lomba bayi sehat. Pada periode ini pembinaan intelektual melalui up grading adalah yang paling menonjol. Karena terbinanya ikatan antara alumni dan anggota KOHATI Cabang Ciputat. Dari adanya silaturahmi yang terus terjalin itulah antara alumni dan anggota KOHATI Cabang Ciputat maka diadakannya arisan, keterampilan yang dilakukan di Cabang. Pada periode kepengurusan Noor Jannah Shomad, ada penerbitan bulletin. Bulletin tersebut dinamakan “Bunga Melati”. yang bermakna Harum, sesuai dengan anggotanya yang keseluruhan adalah wanita. Bulletin “Bunga Melati” ini Terbit setiap tiga bulan sekali. Intinya tidak ada banyak perbedaan diantara kepengurusan sebelum dan sesudahnya dari tiap-tiap periode kepemimpinan Ketua Umum KOHATI. Selanjutnya wawancara penulis dengan salah satu pelaku sejarah KOHATI di era tahun 1980-1981, yakni Rahmi Fauziah, kelahiran Bandung 01 Januari 1959. Beliau menjelaskan bahwa Ciputat di era tahun 1970-1980 saat itu sangatlah berbeda jauh dengan masa kini, semua masih serba minim, di sekitar Ciputat saat itu hanya ada kebun karet, angkutan umum pun saat itu belum banyak seperti saat ini, yang kalau sekarang dimana-mana serba macet. Komunikasi handphone pun belum ada. Berjalan ditengah malam sekalipun
47
pada masa itu tidak ada ketakutan, karena berjalan bersama dengan kawankawan. Selanjutnya beliau juga menerangkan bahwa beliau menjabat sebagai Ketua Umum KOHATI Ciputat pada tahun 1980-1981. Yang berasal dari Fakultas Adab dan Humaniora, jurusan Bahasa Dan Sastra Arab. Masuk Fakultas Adab pada tahun 1976-1983. Pada saat beliau menjabat sebagai Ketua Umum KOHATI saat itu tidak berjalan mulus perkembangannya, karena ada masalah pribadi yang menyangkut dirinya, bisa dibilang saat itu adalah masa kegagalan. Namun itu semua tidak menghambat kinerja kepengurusan beliau pada periode 1980-19815. Kepengurusan kepengurusan
pada
bunda
Rahmi
periode-periode
Fauziah
tidak
sebelumnya.
berbeda Semua
dengan kegiatan
dilaksanakan, seperti mengadakan seminar, diskusi, mengadakan up grading, basic training, dan lain sebagainya. Semua kegiatan intra maupun ekstra kampus diikuti oleh kebanyakan mahasiswa IAIN Jakarta. Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Cabang Ciputat pada masa kepengurusan bunda Rahmi Fauziah ini adalah mengadakan up grading, basic training, seminar, arisan, merayakan hari-hari besar seperti hari Kartini, Maulid Nabi Muhammad SAW, serta Isra’ Mi’raj. Kumpul-kumpul di Komisariat adalah hal yang selalu dilakukan, ada atau tidaknya kegiatan, tetap berkumpul di Komisariat. Jika tidak berorganisasi, maka tidak akan ada
5
2011.
Wawancara Langsung dengan Rahmi Fauziah pada hari Jum’at, tanggal 25 Februari
48
kegiatan apa-apa. Seperti rutinitas mengikuti acara majlis ta’lim yang dilaksanakan setiap malam Jum’at. Kegiatan intra kampus yang dilakukan oleh pihak akademik kampus seperti Fosma (sekarang Propesa), Penerimaan Mahasiswa Baru, Bimbingan, serta menyediakan akomodasi untuk acara tersebut. Semua mahasiswa IAIN Jakarta turut serta ambil bagian dari acara tersebut, terlebih para anggota HMI-wan dan HMI-wati. Acara berkumpul di rumah-rumah alumni pun kerap dilakukan, seperti mengadakan acara membuat kue, masak-masak, semua yang memberikan arahan itu adalah para alumni. Keterkaitan antara alumni dan KOHATI begitu dekat. Semua berbaur menjadi satu, adanya keterikatan yang begitu erat pada masa itu. Menurut beliau tujuan KOHATI pada saat itu sama saja dengan masa kini. Visi-misi tidak jauh berbeda. Pada saat itu Komisariat HMI dan KOHATI hanya ada empat Fakultas yang ada di IAIN Jakarta, yakni Fakultas Tarbiyah, Adab, Syariah dan Ushuluddin. Selanjutnya, peristiwa politik kampus yang terjadi pada tahun 1978 yang bertepatan dengan peringatan SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) yakni pemerintah Orde Baru mengeluarkan kebijakan tentang NKKBKK (Normalisasi Kehidupan Kampus - Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang dikenal sangat merugikan kehidupan berorganisasi para aktivis gerakan, bunda Rahmi menjelaskan pada saat itu kampus IAIN Jakarta diserang oleh kelompok tentara berseragam menggunakan bayonet, dan pentungan serta mengokong senjata. Banyak korban berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit.
49
Sebelum peristiwa itu terjadi, 2 hari sebelumnya di kampus IAIN Jakarta sudah melakukan aksi demo besar-besaran. Bahkan Rektor IAIN Jakarta sendiri yang saat itu di pimpin oleh Prof. Dr. Harun Nasution pun terluka dan bahkan ditangkap oleh pihak tentara berseragam itu. Anggota KOHATI banyak yang membantu menolong para korban yang berjatuhan dan bahkan ada yang menjadi korban, hingga secara bergantian harus menemani korban di Rumah Sakit. Tak pelak peristiwa ini sungguh sangat memilukan. Setelah peristiwa itu terjadi, kampus IAIN Jakarta situasinya berjalan normal. Pada masa-masa saat itu, semuanya apapun yang menjadi kebutuhan masih dalam serba yang sangat sederhana dan terbatas. Masih kental dengan komunisme, komunikasi anggota, komunikasi yang lancar merupakan sarana utama dalam menjalankan roda organisasi, untuk itu KOHATI mencoba berupaya memperlancar komunikasi timbal balik, baik melalui surat menyurat. Dan acap kali setiap pertemuan, mengusahakan untuk berkomunikasi, walaupun tingkat kesempurnaannya tidak terlalu tinggi, karena pada saat itu semuanya serba terbatas. Dengan keadaan yang serba terbatas dan sangat sederhana, dimulai dari minimnya buku-buku, masalah pendanaan, perkaderan organisasi, diskusi yang sulit saat itu dikarenakan pembicara yang jarang hadir, kendaraan yang sulit didapat, dan masih banyak lagi hal-hal yang sekiranya itu semua menjadi penghambat untuk kesuksesan sebuah organisasi. Namun itu semua tidak
50
menghalangi niat akan berkembang dan majunya organisasi KOHATI Cabang Ciputat. Perjalanan yang panjang semenjak KOHATI ada di Ciputat ini, sudah banyak yang berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Apalagi kalau kita kaitkan dengan keadaan sekarang,
masa
tuntunan
profesionalisasi
anggota
sangat
menjadi
permasalahan. Di wilayah sendiripun KOHATI tidak pernah ketinggalan dalam mengikuti peningkatan-peningkatan diri, hal ini tentunya berkat keadaran tersendiri, misalnya tanpa diutus secara langsung juga mengikuti training seperti basic, intermediate dan sebagainya. KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi putra-putri Islam yang berpendidikan tinggi, KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi istri-istri yang bijaksana, kekasih suami yang serba bisa, KOHATI dituntut untuk menjadi ibu-ibu yang bisa membina anak-anaknya menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi yang bertaqwa kepada Allah SWT. KOHATI dituntut untuk menjadi wanita-wanita dinamis, kreatif, dan sadar bahwa ia adalah masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan negaranya. B. Hubungan Mahasiswi IAIN Jakarta Dengan Organisasi KOHATI Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mahasiswa merupakan salah satu tonggak masa depan bangsa. Mahasiswa tidak bisa lepas dengan ruang lingkup keorganisasian. Masuk ke dalam organisasi manapun yg diinginkan oleh para mahasiswa, adalah bagaimana cara mereka menyikapi, bergelut, dan aktif dalam organisasi yang mereka ikuti. Bahkan ada yang hanya ikut-ikutan saja
51
aktif berorganisasi. Tidak semua mahasiswi IAIN Jakarta ikut bergabung dengan organisasi KOHATI. Menjadi kader KOHATI sekalipun bahkan ada yang tidak aktif, hanya sekedar ikut-ikutan saja. Eksistensi
KOHATI
sebagai
lembaga
khusus
yang
berfungsi
mengembangkan potensi kader HMI-wati ditingkatan PB HMI mulai dipertanyakan. Pasalnya sejauh ini banyak kader HMI menilai KOHATI tidak mempunyai program yang jelas, bahkan cenderung mati suri. Semua itu dapat dibuktikan dengan minimnya sosialisasi kegiatan KOHATI dari tingkatan PB HMI sampai komisariat. Hal ini menyebabkan KOHATI dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak. Kedudukan KOHATI saat ini sudah tidak jelas, bahkan jika kita menyadarinya, KOHATI mulai dipertanyakan, sebab program kerjanya tidak jelas, bahkan banyak yang mengusulkan untuk dibubarkan saja. Perkara untuk membubarkan KOHATI bukanlah perkara yang mudah, KOHATI mempunyai nilai historis dalam di HMI, karena KOHATI sudah berdiri semenjak terbentuknya HMI. KOHATI sudah melekat dalam diri HMI, jadi untuk membubarkannya bukanlah perkara yang mudah. Hanya saja mungkin butuh dikembangkan beberapa program kerja yang dapat mengembalikan eksistensi KOHATI kedepan. Selain itu KOHATI merupakan ciri khas dari organisasi Islam yang cenderung mempunyai lembaga khusus untuk kader akhwat. Sementara itu keberadaan KOHATI untuk tingkatan PB HMI sebagai lembaga HMI-wati
52
masih dibutuhkan, hanya saja perlu adanya komitmen yang jelas dari para kader HMI-wati untuk mengembangkan dan membesarkan nama KOHATI. Oleh karena itu, hubungan mahasiswi IAIN Jakarta dengan organisasi KOHATI haruslah seimbang, harus terus semangat untuk membuat nama KOHATI maju dan besar di mata semua orang banyak, tidak hanya dilingkungan kampus saja, tetapi juga bisa dikenal dan diketahui oleh masyarakat diluar kampus atau perguruan tinggi manapun. Mahasiswi IAIN Jakarta yang ikut serta menjadi kader KOHATI haruslah mampu aktif di KOHATI. Tugasnyalah menjadi beban dan tanggung jawab yang harus diembannya. Jika semua kader KOHATI mampu membesarkan nama KOHATI disemua lingkungan baik itu lingkungan kampus atau perguruan tinggi, maupun lingkungan masyarakat diluar perguruan tinggi, maka yang akan bangga dengan ini semua adalah bukan hanya kader-kadernya namun masyarakat luas mampu dibuat bangga oleh KOHATI itu sendiri umumnya dan mahasiswi IAIN Jakarta yang menjadi kadernya khususnya. Mahasiswa IAIN Jakarta yang aktif di organisasi KOHATI pada saat itu banyak berperan serta dan aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kampus. Diantaranya adalah acara-acara Inaugurasi, Fosma (saat ini Propesa), Wisuda Sarjana, Vocal Group (saat ini disebut PSM yaitu Paduan Suara Mahasiswa), LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam). Meski
gelombang
intelektualisme
ini
terus
berkembang
dan
bermetamorfosa di luar HMI, namun di dalam HMI, gelombang ini segera digantikan dengan gelombang politisme. Gelombang politisme mengusung
53
dominasi logika kekuasaan dan mainstream berpikir politis dalam tubuh dan aktivis HMI. Gelombang ini diawali dengan pemaksaan asas tunggal oleh penguasa Orde Baru pada tahun 1980-an awal6. Logika kekuasaan tersebut membekas sangat kuat, karena memaksa HMI untuk lebih erat dengan kekuasaan Negara. Akibatnya HMI larut dalam logika kekuasaan tersebut dan menghantarkan HMI pada gelombang berikutnya, yaitu gelombang beku di akhir tahun 1990-an hingga saat ini. Gelombang beku ditandai dengan tampilnya generasi aktivis HMI yang memitoskan generasi sebelumnya, berlindung dan menuai keberkatan dari kebesaran generasi sebelumnya. Maka jangan heran bila saat ini banyak kader yang cenderung mudah larut dalam agenda politik pihak eksternal dan berkonflik di internal. Ketimbang menjunjung tinggi persatuan dan program membangun HMI. Gelombang beku merupakan titik nadir dari produk gelombang politisme. C. Landasan Gerakan Filosofis dan Teologis KOHATI 1. Landasan Filosofis Perempuan
berasal
dari
kata
per-empu-an
yang
artinya
“ahli/mampu”, jadi perempuan merupakan seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita berasal dari kata berbahasa Jawa “wani ditata” yang artinya “orang yang bisa diatur”. Selain itu, dalam bahasa Sansekerta kata wanita berasal dari kata “wan” dan “ita” yang berarti “yang dinafsui”.
6
Margiyani Lusi, dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), hal. 15
54
Menurut Christina S Handayani dalam bukunya yang berjudul “Kuasa Wanita Jawa” penerbit LKiS, perempuan berasal dari kata “empu” bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati, sedangkan kata wanita diyakini berasal dari bahasa Sansekerta, mempunyai arti yang dinafsui, atau objeks seks, dalam bahasa Jawa (Jawa dosok), kata wanita berarti wani ditata, berani ditata (diatur). Kata wanita juga konon berasal dari kata “wani” (berani) dan “tapa” (menderita) artinya seorang wanita adalah sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain sekalipun. Jadi penggunaan istilah perempuan adalah secara simbolik mengubah kata wanita menjadi perempuan adalah mengubah objek menjadi subjek. Kedua istilah ini tidak hanya berkaitan dengan asal bahasa dan padanan kata saja, tetapi berkaitan dengan citra, mitos, atau stereotype (citra baku). Oleh karena itu, kaum feminis di Indonesia, kebanyakan memilih menggunakan kata perempuan, bukan wanita7. Kata perempuan lebih dipilih untuk digunakan karena mengandung konotasi yang lebih positif (amelioratif). Sedangkan kata wanita cenderung tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan lebih diposisikan sebagai objek. Gender yaitu perbedaan yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan soal sifat, nilai maupun norma yang merupakan konstruksi sosial (bentukan masyarakat), bisa berubah, berbeda bentuk dan sejenisnya dari ruang dan waktu, bisa dipertukarkan. 7
Christina S Handayani, Kuasa Wanita Jawa, LKiS
55
Kodrat adalah sesuatu yang diberikan kepada manusia sebagai pemberian dari Tuhan, bersifat alami dan lebih menyangkut soal kenyataan fisik dan tidak dapat dipertukarkan. Seperti laki-laki punya penis, jakun testis dan sperma serta berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya, atau perempuan punya vagina, payudara, kelenjar menyusui dan rahim serta dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat ini tidak mungkin untuk diubah dan dipertukarkan antara perempuan dengan laki-laki. Kalaupun dapat diubah dan dipertukarkan antara perempuan dan laki-laki, maka tidak dapat berfungsi dan menjalankan peran fisik seperti yang diberikan oleh Tuhan8. 2. Landasan Teologis a. Hakikat Penciptaan Manusia 1) Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah SWT (QS 17:70). “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah memuliakan anak-anak adam (laki-laki dan perempuan) dan telah memberikan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang lain.
8
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur`an, (Jakarta: Paramadina, 1999), hal. 63
56
2) Perempuan adalah tiang agama , apabila baik perempuannya maka akan baik pula negaranya dan apabila rusak perempuannya maka rusak pula negaranya (HR. Bukhari).
Baik yang
dimaksudkan disini adalah baik yang murni, perempuan itu cerdas, ditopang oleh pengetahuan yang tinggi, lagi berakhlak mulia, (QS. At-Tin : 1-8). Surat at-Tin ini mengisyaratkan bahwa manusia (laki-laki dan perempuan) adalah makhluk yang paling sempurna baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi Allah SWT akan mengembalikan manusia itu kepada makhluk yang paling rendah, jika mereka tidak bertaqwa kepada Allah SWT. 3) Penerima Perjanjian Primordial. Laki-laki dan perempuan samasama mengemban amanah menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-A`raf (7:172). 4) Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang biak dan saling tolong menolong serta menjaga hubungan silaturrahmi. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan
pasangannya,
dan
dari
keduanya
Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namaNya, kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah)
57
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
(QS. An-Nisa :1)
5) Kesetaraan kedudukan manusia, baik perempuan maupun laki-laki sebagai manusia di hadapan Tuhan. Wahai manusia ! sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49:13). Al-Qur`an menegaskan bahwa hamba yang paling ideal adalah Muttaqun. Untuk mencapai derajat muttaqun tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu. Dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan (QS. An-Nahl 16:97). 6) Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-laki dan perempuan Dan barang siapa mnerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dianiaya walaupun sedikit. (QS. An-Nisa : 124).
58
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, lakilaki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, lakilaki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab : 35-36). Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mngerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orangorang mu`min laki-laki dan perempuan (akan) mendapat surga yang
dibawahnya
mengalir
sungai-sungai,
mereka
kekal
59
didalamnya dan (mendapat) tempat yang bagus di surga `and. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keuntungan besar. (QS. At-Taubah : 71-72). 7) Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi. Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus dalam (QS. An-Nahl ; 16:97) “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik lakilaki maupun perempuan dalam keadaan
beriman,
maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Ayat ini mengisyaratkan bahwa konsep gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual, maupun dalam urusan karir professional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Akan tetapi laki-laki dan perempuan itu dapat memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal. b. Isu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas 1) Laki-laki dan perempuan secara sunnatullah diciptakan untuk hidup saling berpasangan. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah dia menciptakan pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu
60
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu kasih saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum : 21) 2) Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara prinsip tidak dikehendaki oleh Allah. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan member rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu agar kamu memahaminya. (QS. Al- An`am : 151). Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (QS. At-Takwir : 8-9). Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan member rizki dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra : 31) 3) Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas akan memberikan keuntungan jangka panjang.
61
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orangorang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap pasangan dan hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal ini mereka tiada tercela. (QS. AlMu`minun : 1-6) 4) Manusia
memiliki
potensi
untuk
menyusikan
jiwa
atau
mengotorinya. Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya
beruntunglah
orang
yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syam : 7-10) c. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat Ungkapan Ulama yang menyatakan bahwa perempuan menempati posisi strategis dalam masyarakat sebagai tiang negara. Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya maka akan baik pula negaranya dan apabila rusak perempuannya maka rusak pula negaranya9.
9
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI…………….hal. 104-110
62
Kata baik di sini mengandung makna bahwa wanita itu baik, cerdas, cakap, yang ditopang oleh pengetahuan yang tinggi. Yang mempunyai peranan dan pengaruh yang besar bagi semua. Baik itu untuk suami, anak-anak, keluarga, lingkungan, maupun masyarakat banyak.
BAB IV PERANAN KOHATI CABANG CIPUTAT DALAM PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN PENGARUHNYA BAGI MAHASISWI IAIN JAKARTA A. Peranan KOHATI Cabang Ciputat Dalam Perkembangan Intelektual Intelektual tidak bisa dilepas dari kemajuan zaman, intelektual berkembang dan maju seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang semakin besar dan penting. Dewasa ini yang paling besar pengaruhnya bagi mahasiswa, karena betul bahwa mahasiswa mempunyai ikatan yang erat dengan dunia intelektual, yaitu tradisi intelektual dikalangan mahasiswa. Tradisi intelektual dikalangan mahasiswa umumnya, mahasiswi IAIN khususnya tidak pernah lahir begitu saja. Hal ini selalu diawali dengan pergulatan pemikiran yang intensif, kritikal, dan terbuka. Dalam konteks IAIN di mana nilai-nilai keagamaan sering menjadi pertimbangan yang signifikanatmosfir intelektualisme yang dikembangkan mungkin tidak selalu sejalan dengan tradisi intelektual yang berkembang pada kampus-kampus universitas dan perguruan tinggi umum. Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an di lingkungan Kampus IAIN Jakarta tengah berlangsung dinamika intelektual yang berkecambah menjadi intellectual community. Sedikitnya ada tiga faktor yang mendorong perkembangan ini. Pertama, peran Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Rektor IAIN Jakarta yang terus-menerus mengembangkan teologi “rasional” secara 63
64
institusional melalui berbagai mata kuliah di IAIN. Kedua, peran Nurcholish Madjid yang menjadi figur ideal anak-anak HMI Ciputat dengan gagasangagasan pembaharuannya. Dan ketiga, peran M. Dawam Rahardjo, dengan gagasan kritisnya terhadap pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya. Dalam kancah intelektualisme dan gerakan mahasiswa membuat kita harus lebih banyak membaca literatur, khususnya tentang isu-isu modernisasi, modernitas,
sekularisme,
sekularisasi
dalam
hubungannya
dengan
pembangunan yang tengah menemukan momentumnya di bawah kendali rezim Orde Baru. Secara khusus, kita memberi banyak perhatian pada literatur tentang implikasi dan konsekuensi semua perkembangan ini terhadap kehidupan dan masa depan agama. Ciri gerakan intelektual yang dikembangkan KOHATI adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, kejujuran dan keadilan, serta penghargaan atas perbedaan pendapat. Sehingga atas dasar itulah, sejak KOHATI dilahirkan di tanah air tercinta ini, sikap kritisnya terhadap persoalan kebangsaan, kemahasiswaan, dan keislaman, menyatu dalam aktivitasnya sebagai komunitas intelektual (intelectual community). Penegasan KOHATI sebagai gerakan intelektual ini setidaknya juga tertuang dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga KOHATI yang bertujuan, menjadikan kader terbinanya muslimah berkualitas insan cita serta berperan sebagai pencetak dan Pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Tradisi
65
intelektualitas KOHATI sudah dibuktikan lewat sejarahnya. Selanjutnya KOHATI pun mengembangkan sayapnya ke berbagai universitas, perguruan tinggi dan akademisi di seluruh nusantara. Dalam perjalanannya pun, KOHATI terus-menerus mengembangkan sikap-sikap intelektualnya secara independen. 1 Kegiatan KOHATI di beberapa cabang meningkat pesat, baik secara internal maupun eksternal. Namun setiap perjalanan sebuah kepengurusan tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan, terutama pandangan terhadap hadirnya lembaga KOHATI. Meski gelombang intelektual terus berkembang dan bermertamorfosa di luar KOHATI, namun di dalam KOHATI, gelombang ini digantikan dengan gelombang politisme. Gelombang politisme mengusung dominasi logika kekuasaan dan mainstream berpikir politis dalam tubuh dan aktivis KOHATI. Gelombang ini diawali dengan pemaksaan asas tunggal oleh penguasa Orde Baru pada tahun 1980-an awal2. Adanya tradisi pesimistis dalam tubuh KOHATI dan rasa kepercayaan yang masih sulit diberikan, memungkinan KOHATI menjadi kurang kualitatif dan dikhawatirkan akan semakin besar gagalnya citra HMI. Kadangkala ada berbenturan kegiatan. Sehingga menjadi tidak jelas. Kegiatan-kegiatan yang bersifat kaderisasi KOHATI lebih banyak berupa nilai praktis. Akibatnya 1
Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; Pemikiran Keislaman –Keindonesiaan HMI (1947-1997), (Jakarta : Logos, 2002), hal 52 2
Margiyani Lusi, dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992 ), hal. 15
66
KOHATI larut, karena dalam kondisi yang gelisah, kecemburuan intelektual dan
rasa
keingintahuan
yang
menggebu.
KOHATI
lebih
banyak
dininabobokan oleh kodrat naluriahnya. Bahkan rasa kurang percaya diri HMI-wan atau kegagalan sifat untuk mencoba menguji kemampuan yang masih terselubung di dalam individu KOHATI. Idealisme KOHATI sebenarnya ada secara potensi, tetapi pada kenyataannya sering terbunuh oleh tradisi subjektif HMI-wan. Di sinilah nampak jelas ketidakberanian HMI untuk melihat kenyataan. Ia sering larut oleh asumsi subjektif, konsep intelektual yang bersifat apologis. Sehingga kenyataannya sering terabaikan. Intelektual mendorong seseorang untuk melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang menyeluruh. Intelektual mendorong seseorang untuk tetap kritis dan objektif dalam menyikapi setiap masalah yang ada. Sebagai organisasi
Islam,
KOHATI
akan
sungguh-sungguh
mempertahankan
intelektual. Intelektual yang ada di kalangan warga KOHATI dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang abadi dan universal. KOHATI dengan segala karakter yang melekat di dalamnya seperti idealisme, kritisisme, dan intelektualisme, dan progresifisme adalah modal yang cukup berharga untuk membangun bangsa ini ke depan. B. Sikap Mahasiswi IAIN Terhadap Organisasi KOHATI Cabang Ciputat Selama hampir lebih dari tiga puluh tahun, IAIN telah memainkan peranan yang signifikan di dalam pengembangan dan pembaharuan sistem pendidikan Islam di Indonesia, khususnya pada pendidikan madrasah dan pesantren. Peranan penting ini dapat dilihat bukan hanya terbatas dalam
67
konteks menyediakan guru-guru bagi kalangan pelajar Muslim tetapi, dan ini yang lebih penting, IAIN telah mempengaruhi cara pandang, pemahaman dan penafsiran Islam yang lebih luas dan terbuka. Sebagai lembaga pendidikan Islam tertinggi di Indonesia, IAIN telah menjadi salah satu harapan terbaik bagi komunitas Muslim yang ingin mengkaji Islam setelah mereka menamatkan bangku Madrasah Aliyah atau pesantren. Seorang intelektual muda dan aktivis Muslim, bagi banyak kalangan Muslim, utamanya orang Islam desa, lembaga seperti IAIN adalah sebuah lembaga pendidikan yang merupakan satu-satunya pilihan. Lewat IAIN-lah, banyak kalangan muda Muslim terpelajar yang potensial menaruh harapan untuk bisa melakukan mobilitas vertikal sehingga bisa mensejajarkan diri dengan kalangan terpelajar Indonesia lainnya. Tentu saja, sejak kelahirannya IAIN tidak langsung menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berciri akademis, dengan wawasan sosial politik yang luas. Sebelumnya, ruang gerak dan partisipasi intelektual IAIN masih terbatas dan bahkan cenderung terpinggirkan, apalagi jika dibandingkan dengan peranan dan pengaruh kalangan terpelajar dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri lainnya. Seperti yang diakui oleh Nurcholish Madjid, Dahulu IAIN tampak sebagai pihak yang memelas, terpinggirkan dan marginal sekali, jika dilihat dari segi wacana partisipasi intelektual. Umurnya kan masih baru sekali. Jika dibandingkan dengan berbagai Perguruan Tinggi Negeri lainnya, yang biasanya merupakan perpanjangan dari sekolah-sekolah tinggi sejak zaman Belanda, mereka sudah memiliki tradisi intelektual.
68
Bahkan, mereka sudah berkenalan dengan berbagai gerakan kebangsaan, seperti Budi Utomo itu. Meskipun banyak dari orang-orang Islam dari pedesaan itu tidak membawa bekal dan tradisi intelektual yang memadai, namun sebagian di antara mereka memiliki potensi-potensi tertentu untuk berkembang. Hal ini umumnya benar, khususnya pada sebagian mahasiswa IAIN yang sebelumnya telah mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren. Oleh karenanya, perspektif seperti ini lebih tepat untuk diterapkan dalam melihat perkembangan intelektual sebagian, bahkan mungkin sebagian kecil, dari komunitas IAIN yang mengalami perkembangan intelektual sedemikian rupa, sehingga akhirnya menjadi creative minority tersebut. Tentu saja, termasuk dalam kategori ini adalah mereka-mereka yang di kemudian hari bisa melakukan mobilitas vertikal seperti yang dijelaskan di muka. Salah satu bentuk dari kesadaran seperti itu, misalnya, terwujud dalam sikap yang tidak lagi melulu menonjolkan aspek dakwah dari IAIN, melainkan aspek akademis dan tradisi intelektualnya. Munculnya IAIN sebagai tempat penyemaian
ide-ide
keislaman
di
Indonesia
pada
akhirnya
telah
mempengaruhi wacana intelektual, paling tidak dalam konteks wacana pemikiran keagamaan di Tanah Air. Setiap perjalanan organisasi tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
69
1. Faktor Pendukung a. Tumbuhnya semangat di kalangan HMI-wati untuk meningkatkan kualitas dengan memacu diri bersama-sama dengan HMI-wati. b. Pengakuan akan eksistensi KOHATI di dunia eksternal. 2. Faktor Penghambat a. KOHATI
belum
memanfaatkan kesempatan
yang
ada
untuk
berkembang dan berkiprah baik intern maupun ekstern. b. Tumbuh
kecenderungan
di
kalangan
mahasiswa
untuk
mengembangkan dirinya melalui wadah-wadah profesi dan klub-klub kajian. 3 Perlu diakui, mahasiswi IAIN Jakarta memiliki prospek yang sangat bagus dalam mencetak generasi muda bangsa yang mapan secara intelektualitas dan keimanan. Banyak sekali pemikir-pemikir modern yang merupakan lulusan dari IAIN Jakarta. Tujuannya adalah menciptakan pemikir muslim yang memiliki tingkat keimanan dan intelektualitas yang tinggi dan kuat. Begitu pula dengan minat belajarnya, seperti diskusi, membaca, dan menulis. Implikasinya sudah sangat jelas, yakni masa depan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta yang semakin bagus.
3
Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim Sitompul (ed). KOHATI PB HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 24
70
Mahasiswi IAIN Jakarta memandang organisasi KOHATI khususnya KOHATI Cabang Ciputat masih dalam batas yang wajar, yang baik-baik. Menyikapi adanya organisasi KOHATI Cabang Ciputat di lingkungan kampus IAIN Jakarta adalah hal yang positif selama masih dapat menjaga nama baik kampus IAIN Jakarta. Komunitas KOHATI Ciputat pada saat itu di IAIN Jakarta hanya di sekitar kampus saja. Awal berdirinya di Fakultas Tarbiyah, tidak seperti sekarang saat-saat ini, dahulu terpengaruh oleh budaya lingkungan. KOHATI yang sejak awal lahir sebagai gerakan intelektual dan memiliki sejarah panjang, dalam konteks perkembangan keilmuan saat ini, penting kiranya untuk meluruskan kembali gerakan intelektual yang pernah digariskan. Hal ini penting dilakukan sebagai kontinuitas perjuangan dalam posisi dirinya sebagai elemen kaum intelektual dan aset masa depan bangsa. Karena dengan pertimbangan sejarah KOHATI yang panjang, dan kader KOHATI yang begitu besar, setidaknya KOHATI juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar, yakni mengabdi pada kebenaran sebagai satu dimensi ideologi perjuangan menuju Indonesia yang besar dan bermartabat. Agar terbinanya hubungan yang harmonis antara kader-kader KOHATI dengan mahasiswi-mahasiswi IAIN Jakarta adalah harus eratnya membina komunikasi yang efektif. Ini semua bertujuan agar terbinanya jalinan silaturahmi antara aparat KOHATI dengan mahasiswi IAIN Jakarta.
71
Perkembangan kemahasiswaan pada saat itu yakni perbedaan program kerja dan struktur sesuai dengan kebutuhan. Lalu hasil musyawarah KOHATI Cabang Ciputat bisa teridentifikasi terkait dengan kegiatan akademis. Adanya tuntutan
organistoris
juga
sangat
mempengaruhi
perkembangan
kemahasiswaan di IAIN Jakarta. Kondisi global menggambarkan adanya kesenjangan dan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan. Akibatnya kaum perempuan terdistorsi dalam konteks peran dan fungsinya sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat. Kurang ditelaah secara komprehensif, perempuan sebagai individu yang memiliki berbagai bentuk hubungan (relasi) dengan individu lainnya, dengan kumpulan individu (masyarakat), maupun sebuah komitmen publik bernama Negara4. Pola relasi atau hubungan antara perempuan dan dunia sekitarnya, akan menimbulkan serangkaian problem kemanusiaan yang harus dicarikan pemecahannya, dan mau tidak mau pemecahan masalah tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara lelaki dan perempuan sebagai manusia, terlebih kaum perempuan sendiri yang harus menjadi subyek dalam proses pencarian dan pembuktian jati diri kemanusiaannya. 5
4
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, (Yogyakarta: LSPPA dan Yayasan Benteng Budaya, 1997), hal. 23 5
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus 2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 99-100
72
C. KOHATI Cabang Ciputat Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswi dan Alumni IAIN Jakarta Dalam waktu kira-kira satu dasawarsa sejak kelahiran IAIN di dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia, masyarakat luas mulai mengenal berbagai ide dan gagasan keislaman dan keagamaan yang segar dari kalangan terpelajar (dosen, alumni dan mahasiswa) IAIN. Salah seorang pelopornya adalah Nurcholish Madjid, yang sejak masih mahasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah menjadi tokoh dan aktivis. Ia adalah satu-satunya orang yang menjabat Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), salah satu organisasi ekstra mahasiswa yang paling besar dan berpengaruh di Indonesia, selama dua periode (1966-1969 dan 1969-1971). Sejak 1970-an, berbagai gagasan dan pemikiran kritisnya dikemukakan dalam artikel-artikel yang diterbitkan dalam berbagai harian ibukota kala itu seperti Tribun, Pos Bangsa dan Mimbar. Nurcholish dikenal sebagai seorang cendekiawan yang kritis dan telah mensosialisasikan ide-ide pembaharuannya sejak menjadi tokoh mahasiswa dan aktivis HMI. Tulisan-tulisannya pada awal 1970-an sudah menyulut kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia, sering disebut heboh intelektual, dan dikenal sangat kritis terhadap berbagai permasalahan sosial keagamaan bangsa Indonesia. Setelah menyelesaikan program doktor di University of Chicago pada tahun 1984, otoritas Nurcholish sebagai salah seorang intelektual Islam Indonesia paling terkemuka semakin tidak diragukan lagi.
73
Dinamika intelektual kalangan IAIN Jakarta ternyata tidak berhenti pada figur-figur Harun Nasution, Mukti Ali dan Nurcholish Madjid, melainkan terus berkembang pada beberapa generasi sesudahnya. Sejumlah pemikir muda telah muncul untuk meneruskan tradisi intelektual yang diwariskan oleh para pendahulunya tersebut. Yang lebih menarik lagi, wacana intelektual yang dikembangkan pun semakin beragam sejalan dengan diskursus intelektual yang berkembang. Fachry Ali dan Bahtiar Effendy (keduanya adalah alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) telah dengan sangat baik merekonstruksikan wacana intelektual di bidang pemikiran keislaman pada masa orde baru. Hal ini tidaklah begitu mengherankan, karena setidaknya sejak akhir 1980-an, terjadi perkembangan yang sangat pesat dari para sarjana IAIN yang kemudian bergelut di dunia pers/media massa. Sementara itu, pada level intelektual muda IAIN, berbagai isu kontemporer seperti masalah agama dan pluralisme, kesetaraan gender dan civil society menjadi diskursus yang dominan. Untuk menunjukan sebuah contoh, berikut dikutip sebuah pandangan yang khas dari generasi muda intelektual IAIN. Misalnya, dalam konteks menuju hubungan yang lebih saling menghargai dan saling memahami (mutual understanding). Islamic
intellectualism
harus
digabungkan
dengan
national
intellectualism lewat sebuah program yang memungkinkan kalangan terpelajar Islam untuk belajar di berbagai universitas bergengsi di Barat, di mana para ahli ekonomi, politik dan sosiologi Indonesia juga meraih gelar doktor.
74
Sehingga dengan demikian, komunikasi intelektual di antara intelektual Muslim dan intelektual Indonesia lainnya bisa terjadi dengan lebih intensif. Dari sinilah kemudian program pengembangan IAIN (IAIN Development Program), seperti yang terwujud dalam program pembibitan dosen IAIN yang dimulai sejak akhir 1980-an menemukan signifikansi pentingnya. KOHATI sebagai organisasi kaum intelektual harus mampu melakukan peran-peran yang strategis secara eksternal terutama yang menyangkut kebijakan, karena wilayah tersebut membutuhkan kajian dan analisis yang mendalam dari kaum yang terdidik dan terpelajar. KOHATI harus mampu memberikan warna dan sumbangsih pemikiran terhadap kebijakan yang dihasilkan oleh Negara. Di samping mengawal kebijakan KOHATI juga harus mampu mengawasi prilaku-prilaku masyarakat agar tidak mendiskriminasikan perempuan, karena bagaimanapun kebijakan yang sudah berprespektif gender tidak akan ada artinya jika dalam praktiknya kebijakan tersebut tidak diaplikasikan. KOHATI harus mampu memainkan peran intelektualnya terutama yang berkaitan dengan masa depan perempuan Indonesia. Pada kedua momen tersebut KOHATI harus bisa mengoptimalkan perannya agar keberadaan KOHATI diakui oleh kalangan luas. Agar kiprah KOHATI diakui dan dirasakan oleh kalangan luas perlu dirancang strategi yang matang oleh pengambil kebijakan yang ada di KOHATI. Hal itu juga terkait dengan fungsi secara internal, karena bagaimanapun untuk melahirkan kebijakan eksternal
75
juga membutuhkan koordinasi yang rapih di internal organisasi dan programprogram yang dirancang juga harus visioner.6 Empat bagian dari tujuan KOHATI, terakhirnya, KOHATI sebagai bagian dari masyarakat, ia harus mampu berintegrasi dengan komunal masyarakat yang hadir di sekelilingnya tanpa harus kehadirannya hanya sebagai pelengkap wadah organisasi yang bersifat formalitas dan menjadi dokumen kesejarahan. Dalam kaitan ini KOHATI sebagai abdi masyarakat, ikut juga terlibat terhadap gejala sosial, rutinitas dalam mensyiarkan beragama dalam membimbing ibu-ibu dipengajian sekitar Kampung Utan dan daerah sekitar Parung, juga Cirendeu dan Pondok Cabe. Pada masa itu, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KOHATI Cabang Ciputat, diantaranya adalah mengadakan acara peringatanperingatan hari besar keagamaan seperti perayaan Isra` Mi`raj, perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, mengelola dan secara intensif mengisi acara di Majlis Ta`lim, mengadakan acara kursus membuat kue-kue, mengadakan kajian ilmiah, mengadakan seminar-seminar dan banyak sekali macam kegiatan yang dilakukan oleh KOHATI Cabang Ciputat dengan Mahasiswi IAIN Jakarta dan masyarakat setempat. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan KOHATI Cabang Ciputat dengan masyarakat setempat adalah mengelola dan secara intensif mengisi acara di Majlis Ta`lim yang bertempat di daerah Kampung Utan yaitu di
6
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI………………..hal. 25-26
76
Musholla Al- Istiqomah, dan Majlis Ta`lim yang ada di daerah Cirendeu dan di Pondok Cabe yang diadakan setiap hari Jum`at. Ini semua dilaksanakan agar sosok atau wajah anggota HMI-wati mempunyai empati dan kepedulian tentang masalah sosial keagamaan sekaligus sebagai latihan aktualisasi sebagai justifikasi motto Ke-Islaman, Ke-Intelektual, Ke-Indonesian. Untuk itu yang paling utama, setiap hari jum`at selalu mengadakan acara rutin baik membicarakan masalah kewanitaan dan keterampilan maupun berdiskusi masalah-masalah sosial dan keagamaan yang menjadi persoalan di masyarakat. Dan tidak ketinggalan juga mengkaji masalah perkembangan ilmu pengetahuan secara ilmiah, misalnya berdiskusi mengenai buku-buku yang ditambah dengan bimbingan kakak-kakak senior. Hal ini diciptakan dalam bentuk yang menyentuh kita semua, yaitu secara kekeluargaan pada kondisi dan situasi yang tepat. Juga sebagai upaya menggali nilai-nilai organisasi sekaligus pengembangan intelektual, dan memperdalam pengalaman praktis. Dalam masalah keterampilan wanita, KOHATI telah mencoba mengadakan kursus jahit menjahit serta kursus membuat kue. Di samping itu lewat kegiatan arisan, di isi dengan beberapa acara seperti merangkai bunga, cara memotong rambut, dan merawat kesehatan tubuh. Selanjutnya menunaikan semacam kunjungan kekeluargaan oleh para fungsionaris, seperti menghadiri perkawinan, melahirkan, terkena musibah adalah tugas moral yang terus menjadi tradisi hingga saat ini, di samping kunjungan informal lainnya, dimaksudkan demi terbinanya ukhuwah islamiyah.
77
Dalam rangka hari besar Islam dan hari Ibu serta Maulid Nabi Muhammad, KOHATI Ciputat telah mencoba memenuhi aspirasi masyarakat, lewat peringatan Maulid yang penyelenggaraannya langsung dipusatkan di Aula Insan Cita. Tentu hal ini dilatar belakangi oleh beberapa gagasan dan keinginan yang ikhlas. Sementara itu rutinitas yang dianut oleh ibu-ibu di kalangan Majlis Ta`lim masih sangat lemah dan bersifat tradisional. Sehingga jangkauan ke masa depan demi terciptanya efektivitas syiar agama tidak banyak dipikirkan. Oleh karena itu KOHATI yang ada dalam dua kutub kesenjangan ini mencoba menawarkan idealitas sesuai cirri independensi, ini dilakukan demi terciptanya kemaslahatan umat dan masa depan bangsa. Kiranya moment pelaksanaan Maulid ini sebagai langkah awal untuk mencari bentuk ukhuwwah, ternyata Alhamdulillah ada respon positif. Agar kegiatankegiatan semacam ini tidak terbatas oleh suasana insidental. Bahkan harus merupakan suatu forum pertemuan antar sesama wadah. Di samping itu, mahasiswi IAIN Jakarta khususnya dengan kader-kader KOHATI Cabang Ciputat, belum ada keseragaman dalam memahami lembaga KOHATI sehingga mempengaruhi cara pandang mereka dalam melihat lembaga KOHATI. Bahkan kadang mengakibatkan tidak sinergis dalam menjalin hubungan diantara keduanya. Kelemahan yang menjadi kesadaran pengurus saat itu adalah kurangnya upaya melakukan kajian ekslusif terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi. Arahan yang jelas dalam pergerakan perempuan itu adalah pengentalan ideologi gerakan perempuan sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat
78
adil, demokratis, egaliter dan beradab sebagai prototipe masyarakat madani. Konsekuensinya,
kaum
perempuan
dituntut
untuk
menguasai
ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang mendukung. Artinya, kaum perempuan harus memiliki keseimbangan dalam kemandirian intelektual serta ketegasan dalam bersikap dengan landasan berpijak yang jelas. KOHATI Cabang Ciputat dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta, mahasiswi IAIN Jakarta haruslah mampu memiliki kualifikasi Insan Cita yakni : yang pertama, adalah watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan perilaku kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dan yang sadar akan kodrat kemanusiaannya yang tercermin dalam pandangan jauh ke depan terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Secara alamiah hal ini akan mampu diatasi oleh setiap manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan. Yang kedua, kemampuan intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Yang ketiga, kemampuan professional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
79
Yang keempat, kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain. Suatu kelompok massa tidak dapat memilah dirinya untuk menjadi bebas tanpa kepekaan sosial yang luas untuk mengorganisasi diri, dan tidak ada organisasi tanpa kaum intelektual, organisator, maupun pemimpin. Itulah sekilas deskripsi realitas kehidupan mahasiswa. Dalam kondisi bangsa seperti ini peran mahasiswa sangatlah penting untuk mengubah Negara ke arah yang labih baik lagi dan sudah menjadi tugas mereka untuk meneruskan perjuangan para tokoh-tokoh terdahulu yang perlu ditransformasikan pada tradisi intelektual7. Diantara kader KOHATI Cabang Ciputat product pengaderan angkatan 1976 (Lies Marcoes Natsir) merupakan pegiat dan bahkan tokoh pemerhati perempuan dan gender memulai kiprahnya melalui lembaga P3M (Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). Di mulai tahun 1983, Lies dan kawan-kawan melakukan pelatihan gender di pesantren–pesantren seluruh 7
TO Ihromi (ed). Kajian Wanita dalam Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), hal. 42
80
Indonesia yang merupakan cikal bakal kegiatan sosialisasi gender di Indonesia, sebagai realisasi dari UU no 07/1984 dimana UUAD (UndangUndang Anti Diskriminasi) telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sebuah kebijakan atas perlindungan terhadap perempuan. Dimana isi dari UUAD (Undang-Undang Anti Diskriminasi) tersebut adalah Undang-Undang nomor 007/1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277). Dimana Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan tersebut dalam rangka memprioritaskan wanita. Untuk itu sudah seharusnya
semua
kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
negara
harus
memperhatikan dan mengakomodir kepentingan perempuan. Mengingat belum semua komponen yang terkait dapat mengambil kebijakan tersebut belum punya mainset yang berspektif gender, maka perlu dilakukan upaya advokasi oleh pihak-pihak yang punya sense of gender. Dalam hubungannya dengan alumni, KOHATI bekerja sama dengan beberapa organisasi wanita lainnya, yang mempunyai prospek sama dengan organisasi wanita lainnya pada masa itu. Yang terus memperjuangkan hak-hak wanita. Bahwa wanita itu sama dengan laki-laki. tidak lemah.
BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan perubahan masyarakat. Pemikir-pemikir yang bersifat mendalam sangat diperlukan, mengingat permasalahan tersebut merupakan hal yang sangat mendasar dan menuntut keleluasaan dan kedalaman peran dan fungsi perempuan. Pada gilirannya perempuan yang berkualitaslah yang dapat menjawabnya. Perjalanan Korps HMI-wati (KOHATI) yang dilahirkan di Solo pada tanggal 17 September 1966 telah mencapai 45 tahun. Ini merupakan rentang sejarah yang cukup panjang. Dalam perjalanan sejarahnya hingga kini tentu saja mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Pada situasi dan kondisi tertentu terkadang mengharuskan organisasi ini mnyesuaikan diri agar tidak kehilangan eksistensinya dan tetap bisa survive. KOHATI sebagai badan khusus yang dibentuk oleh HMI tidak saja diadakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan organisasi, akan tetapi hal yang lebih substantif adalah sebagai sarana yang penting bagi media pembinaan kader HMI-wati dalam peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu, KOHATI adalah merupakan bagian integral dari HMI, maka hal yang mendesak untuk dilaksanakan adalah perlu suatu kondisi yang mampu merangsang semua potensi kreatif kader dalam pengembangan diri serta bisa terciptanya tradisi keintelektualan bagi HMI sebagai sebuah sistem 81
82
pemerintah. Maka situasi yang tercipta pun masih belum stabil. Sistem dan budaya politik lama masih belum hilang sedang sistem budaya politik baru masih dalam taraf pembentukan. Kebutuhan mobilisasi massa masih sangat dominan sebab digunakan sebagai symbol kekuatan organisasi. KOHATI dibentuk dalam rangka untuk menampung aktivis-aktivis wanita yang membutuhkan wadah untuk mengaktualisasikan diri, jadi bukan hanya sekedar bertujuan untuk mobilisasi massa. KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di era tahun `70 -`80an, 39 tahun yang lalu, Ciputat tak ubahnya sama dengan wilayah – wilayah lain, yang belum semodern sekarang, berkembang dan maju lebih pesat seperti sekarang ini. Bila dilihat dari letaknya, Ciputat merupakan daerah yang strategis, karena letaknya yang berada di tengah – tengah kota. Masuk kedalam provinsi Banten, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Perjalanan yang panjang semenjak KOHATI ada di Ciputat ini, sudah banyak yang berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Apalagi kalau kita kaitkan dengan keadaan sekarang, masa tuntutan profesionalitas anggota sangat menjadi permasalahan. Di wilayahnya sendiripun KOHATI tidak pernah ketinggalan dalam mengikuti peningkatan-peningkatan diri, hal ini tentunya berkat keadaran tersendiri,
83
misalnya tanpa diutus secara langsung juga mengikuti training seperti basic, intermediate dan sebagainya. Peningkatan kuantitas kader KOHATI Cabang Ciputat dilakukan dengan diadakannya penerimaan kader baru yang ingin ikut serta menjadi bagian dari KOHATI Cabang Ciputat dengan syarat harus mengikuti Latihan Kader di internal KOHATI Cabang Ciputat berupa pelatihan khusus keKOHATI-an dari tingkat Basic Training sampai pada tingkat Advance Training. Peningkatan kualitas kader
KOHATI
Cabang Ciputat
sangat
menentukan eksistensi bagi KOHATI Cabang Ciputat itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan KOHATI Cabang Ciputat terus menerus melakukan peningkatan kualitas sumber daya kadernya yang mempunyai efek besar pada perkembangan intelektual kader pada khususnya dan mahasiswa IAIN Jakarta pada umumnya. Tidak lupa pula KOHATI Cabang Ciputat melakukan UpGrading keperempuanan yang mampu menjaga semangat juang para kader KOHATI Cabang Ciputat dalam mewujudkan cita-cita organisasi. KOHATI Cabang Ciputat dalam pengembangan kualitas kadernya, dilakukan dengan melaksanakan hasil rapat kerja pengurus yang telah disepakati bersama menjadi program kerja pengurus yang bersifat formal maupun non formal yang harus dilaksanakan pada kurun waktu satu tahun. Program kerja yang dimaksud beberapa diantaranya adalah, mengadakan acara-acara pengajian majelis ta’lim perempuan, perayaan hari besar keagamaan, perayaan hari besar nasional, diskusi keperempuanan, seminar
84
keperempuanan, pelatihan khusus kader KOHATI, kursus memasak, kursus menjahit dan lain sebagainya yang bersifat keperempuanan. KOHATI Cabang Ciputat sangat berperan dan berpengaruh sekali dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Kader-kader KOHATI Cabang Ciputat pun tampil dikancah nasional dalam pertarungan di wilayah struktural internal KOHATI dibuktikan dengan beberapa ketua KORNAS KOHATI PB HMI pernah dipercayakan kepada beberapa kader KOHATI Cabang Ciputat beberapa diantaranya adalah, Nurhayati Djamas, Rifqiyati AS, dan Dra. Hj. Tati Hartimah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2 Arrisalah, edisi 44 Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-Wati XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli - 3 Agustus 2008, Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008 Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA dan Yayasan Benteng Budaya, 1997 Husein, Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kias Atas Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta: RAHIMA dan LKIS, 1997 Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1992 Koordinator Nasional KOHATI, Perspektif Wanita Indonesia dan KOHATI, Jakarta, 1976 Korps HMI-Wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 19921994, Agussalim Sitompul (ed). Korps HMI-Wati dalam Sejarah 19661994, Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994 Lusi, Margiyani. dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992 Michael Rush, dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Muhammad, Ridwan. Dkk. Modul LK 1 (Latihan Kader 1), Revisi terbaru, Ciputat: HMI Cabang Ciputat, 2009 S, Handayani Christina, Kuasa Wanita Jawa, LKiS, Yogyakarta, Sitompul, Agussalim, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 1947-1993, Jakarta: Intermasa, 1995
…………………..., Sejarah Perjuangan HMI Pada Tahun 1947-1975, Surabaya: Bina Ilmu Surabaya, 1976 ……………………, HMI Mengayuh Diantara Cita dan Kritik, Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1997 ……………………, Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997, Jakarta: Logos, 2002 TO Ihromi (ed). Kajian Wanita dalam Pembangunan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993 Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur`an, Jakarta: Paramadina, 1999 www.pbkohati.com www.Kohati-pbhmi.com http//biro-pemberdayaan-perempuan-propinsi-ntt.com/index.php?=com content&view=article&id=15&Itemid=24
Daftar Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama lengkap bunda beserta titelnya? Tempat tanggal lahir? Alamat lengkap bunda? Aktif di KOHATI Ciputat periode kapan? Siapa Ketua Umum KOHATI pada masa periode bunda? Bunda pernah menjabat sebagai apa di KOHATI Ciputat? Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Ciputat pada masa periode bunda (dalam hal kegiatan yang bersifat intelektual)? 8. Bagaimana perkembangan intelektual pada masa kepengurusan periode bunda? 9. Berapa besar peranan dan pengaruh KOHATI Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswi IAIN ? 10. Apa tujuan KOHATI Ciputat pada masa kepengurusan periode bunda? 11. Apa saja kesuksesan yang pernah dicapai KOHATI Ciputat pada masa kepengurusan periode bunda? 12. Dari periode kepengurusan bunda apa saja yang menonjol? Terkait peranan perempuan dalam pembangunan? 13. Bagaimana hubungan mahasiswi IAIN dengan organisasi KOHATI Ciputat pada masa periode bunda saat itu? 14. Bunda bisa ceritakan peristiwa politik kampus yang terjadi pada tahun 1978?? 15. Pada masa bunda pemerintah Orde Baru pernah mengeluarkan kebijakan tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) atau Badan Koordinasi Kemahasisswaan (BKK)yang dikenal sangat merugikan kehidupan berorganisasi para aktivis gerakan. Apa yang bunda ketahui tentang kebijaksaan tersebut yang sempat diberlakukan di kampus IAIN? 16. Sebutkan siapa saja Ketum-ketum KOHATI Cabang Ciputat di era tahun 1970-1980 yang bunda ketahui? 17. Pada masa periode bunda saat itu, apakah ada penerbitan majalah, buletin, atau buku yang diterbitkan? 18. Bunda bisa menjelaskan sedikit situasi dan kondisi KOHATI Cabang Ciputat di era tahun 1970-1980? 19. Bagaimana reaksi mahasiswa IAIN terhadap munculnya organisasi wanita KOHATI? 20. Seperti apa bentuk-bentuk kegiatan yang pernah dilakukan organisasi KOHATI dengan mahasiswi IAIN ?? 21. Bunda bisa tolong jelaskan sekilas dinamika perkembangan KOHATI Cabang Ciputat dari periode-periode? Diantaranya periode 1970-1971, 1971-1972, dst hingga sampai pada periode 1979-1980?
PENGURUS KOHATI CABANG CIPUTAT 1977
MAULID NABI KOHATI CABANG CIPUTAT 1977
ISRA’ MI’RAJ KOHATI CABANG CIPUTAT 1980
UP GRADING KOHATI 1981
MAKNA LOGO
1. Bulan bintang 2. Puncak Tiga 3. Bunga 4. Melati 5. Penyangga 6. Buku Terbuka 7. Lima Mahkota 8. Tiga Kelopak Bunga 9. Tulisan KOHATI 10. Warna Hijau 11. Warna Hitam 12. Warna Putih
: Melambangkan kejayaan umat Islam. : Melambangkan pemaknaan dari Iman, Islam, dan Ihsan. : Melambangkan kewanitaan. : Melambangkan kasih sayang yang suci dan tulus. : Melambangkan wanita sebagai tiang Negara. : Melambangkan Al-Quran sebagai dasar utama. : Melambangkan Pancasila sebagai falsafah Negara. : Melambangkan Tridarma Perguruan Tinggi. : Kepanjangan Korps HMI-Wati. : Melambangkan ke-Islaman. : Melambangkan kedalaman ilmu pengetahuan. : Melambangkan kesucian.
MARS KOHATI
Wahai HMI-wati semua Sadarilah kewajiban mulia Membina, mendidik tunas bangsa Tiang Negara jaya
Himpunkan kekuatan segera Jiwai semangat pahlawan Tuntut ilmu serta amalkan Untuk kemanusiaan
Jayalah KOHATI Pengawal panji Islam Derapkan langkah perjuangan
Kuatkan Iman
Majulah tabah HMI-wati Harapan bangsa Pembina masyarakat Islam Indonesia
Biodata Narasumber
Nama
: Rahmi Fauziah
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 01-Januari-1959
Alamat
: Pondok Pekayon, blok A/11, Bekasi
Fakultas
: Adab dan Humaniora, 1976-1983
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Arab
Jabatan di KOHATI
: Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat Periode 1980-1981
Biodata Narasumber
Nama
: Noor Jannah Shomad, MSi
Tempat Tanggal Lahir
: Bekasi, 25-12-1953
Alamat
: Komplek Cirendeu Indah, Jalan Kutai, blok G/9, Ciputat, Tangerang Selatan
Fakultas
: Tarbiyah, 1973
Jurusan
: Pendidikan Bahasa Inggris
Jabatan di KOHATI
: Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat Periode 1974-1975