PERAN GURU TERHADAP KEBERSIHAN DIRI ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD SUTITAH SOEDARSO 1 DESA JUNGKAT
Devi, Muhamad Ali, Abas Yusuf Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di Paud Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan alat pengumpul data berupa panduan wawancara, panduan observasi, dokumen dan catatan lapangan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran guru terhadap kebersihan diri anak berupa kegiatan dan media yang digunakan dalam kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan diri. Guru memotivasi berupa bimbingan dan pujian kepada anak, menggunakan media audiovisual agar anak lebih tertarik yang berdampak baik terhadap perkembangan anak serta melakukan evaluasi dan menyusun rangkuman dengan anak ketika akhir kegiatan. Kata kunci : peran guru, kebersihan diri Abstract: This study to describe the role of teacher to the personal hygiene of children aged 4-5 years in early childhood Sutitah Soedarso 1 Jungkat village. The method used is qualitative research and descriptive approach. Research technique used is the technique of interview, observation, and documentation to guide data collection tool in the form of interviews, observation guides, documents and court records. The result showed that the role of teachers to children in the form of personal hygiene activities and media used in activities related to personal hygiene. Teachers motivate the form of guidance and praise to the child, using audiovisual media that children are more interested in the impact both on the development of children as well as to evaluate and prepare a summary of the child when the end of the activity. Keywords: the role of the teacher, personal hygiene
A
nak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional (Asef Umar Fakhruddin, 2010:31). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
1
pendidikan lebih lanjut. Undang-undang Sisdiknas ini menyiratkan bahwa peran PAUD tidak sama dengan pendidikan jenjang lainnya. Pada masa kanak-kanak bermain adalah media belajar bagi anak, anak bermain apapun yang ada disekitarnya. Maka di masa ini lah anak rentan terhadap kuman dan penyakit. Dengan demikian kebersihan diri sangat penting ditanamakan sejak dini. Guru berperan penting mengajarkan kebersihan diri pada anak. Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya ( Sulistyo Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:2). Dengan demikian, kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut Laily Isro’in dan Sulistyo Andarmoyo (2012:2), Macam-macam kebersihan diri, yaitu : (1) Kebersihan kesehatan kulit, kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh dan bertugas melindungi jaringan tubuh di bawahnya dan organorgan yang lainnya terhadap luka, dan masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh. Untuk itu di perlukan perawatan terhadap kesehatan dan kebersihan kulit. Menjaga kebersihan kulit dan perawatan kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit agar tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit; (2) Kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan kuku, kebersihan kaki, tangan yang baik di mulai dengan menjaga kebersihan termasuk di dalam nya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit dan kaos kaki yang sempit, sudah usang dan kotor, karena biasa kulit ari mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari dan akhirnya melepuh; (3) Kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada proses perkembangan dan pembelajaran anak. Proses pembelajaran itu dapat terhambat hanya karena masalah kesehatan gigi, karena masalah gigi bisa membuat anak kehilangan percaya diri, sekaligus kehilangan konsentrasi.Perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak sangat menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Merawat gigi sejak dini juga menghindari proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi; (4) Kebersihan dan kesehatan rambut, Pada usia kanak-kanak, kondisi kesehatan rambut yang seharusnya adalah rambut kepala mengkilat, seperti sutera, kuat, dan elastis, rambut pada anak berkulit gelap lebih ikal dan kasar; (5) Kebersihan dan kesehatan mata, telinga dan hidung, Secara normal tidak ada perawatan secara khusus yang di perlukan untuk mata karena secara terus menerus di bersihkan oleh air mata, sedangkan kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel-partikel asing ke dalam mata. Kebersihan telinga mempunyai implikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila telinga tidak di bersihkan dapat mengakibatkan kotoran yang berkumpul di liang telinga luar maka akan mengganggu koneksi suara. Kebersihan hidung memberikan indra penciuman dan juga memantau temperatur dan kelembaban udara yang di hirup serta mencegah masuknya kotoran ke dalam sistem pernafasan.
2
Kebersihan diri harus dijaga sedini mungkin agar terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya perawatan diri, tanda-tanda seseorang kurang perawatan diri, yaitu : (1) Penampilan dekil/kumal dan tidak rapih; (2) Badan bau; (3) Rambut kumal, kotor dan banyak kutu; (4) Kuku panjang dan kotor; (5) Gigi hitam dan bolong; (6) Kadang tubuh di penuhi penyakit kulit ( jamur, koreng, borok, dll) Dengan demkian peran guru sangatlah penting terhadap kebersihan diri anak usia dini. Menurut Harmoko (2012:27) “Peran adalah seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap sesorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem”. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau penerapanprogram pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategisdalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan (Syamsu Yusuf L.N & Nani M. Sugandhi (2011:139). Menurut Edi Suardi dalam Sardiman (2011:15), guru memiliki peranan dalam interaksi edukatif antara lain sebagai berikut: (a) Guru sebagai pengajar, bagi guru yang kedudukannya sebagai pengajar harus menekankan tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran, karena hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang utama dan pertama, untuk itu guru harus membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. (b) Guru sebagai pembimbing, guru sebagai pembimbing memberi tekanan pada tugas memberikan bantuan kepada anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan, kepribadian dan pembentukan nilai-nilai dan menanamkan kebersihan diri pada anak, (c) Guru sebagai mediator, guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan dalam proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar, (d) Guru sebagai evaluator, pada dasarnya setiap jenis pendidikan atau bentuk-bentuk pendidikan pada waktuwaktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegunaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, (e) Guru sebagai motivator, sebagai motivator guru diharapakan berperan sebagai pendorong siswa dalam belajar, dorongan tersebut diberikan jika siswa kurang bergairah atau kurang aktif dalam belajar, sebagai motivator guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik secara individu atau secara kelompok. Dalam proses interaksi edukatif ini, guru memiliki peranan yang penting. Guru sebagai model atau contoh bagi anak yang nantinya akan ditiru oleh anak. Dengan demikian guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak, sehingga guru dapat menanamkan kebersihan diri kepada anak. Menurut Risang Melati (2012:65), bahwa peran guru terhadap kebersihan anak usia dini dapat dilatih melalui kegiatan sehari-hari seperti membuang
3
sampah pada tempatnya. Disini guru berperan langsung dalam melakukan kebersihan dikarenakan guru merupakan model yang ditiru oleh anak. Peran guru dalam mengajarkan kebersihan diri kepada ada dapat berdampak bagi perkembangan anak. Anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya, peran guru sangat membantu anak dalam menjaga kebersihan diri, apabila kebersihan diri tidak diajarkan dengan baik dan benar maka akan berdampak buruk bagi kesehatan anak. Menurut Sulistyo Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:8), dampak dari kebersihan diri adalah sebagai berikut : (a) Dampak fisik, gangguan kesehatan karena tidak menjaga kebersihan diri dengan baik dan benar, yaitu gangguan integritas kulit, gangguan pada mulut seperti gigi berlubang, sariawan, gusi bengkak, infeksi mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku; (b) Gangguan Psikososial, gangguan psikososial ini mengacu pada psikis anak yang berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kurangnya percaya diri anak, dan gangguan dalam interaksi sosial anak. Agar anak dapat berkembang secara optimal, peran guru dalam mengajarkan kebersihan diri anak sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak, sehat adalah kunci bagi keberhasilan anak, karena itu penting mengajarkan anak menjaga kebersihan diri sejak dini. METODE Sejalan dengan tujuan penelitian pembelajaran, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 2007: 67). Menurut Kuntoro (dalam Jauhari, 2010: 34) “Metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan mendeskripsikan atau mengambarkan hasil-hasil penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini akan mendeskripsikan/ menggambarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenai peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah “suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”. (Nana Syaodih Sukmadinata (2007:60). Penggunaan pendekatan tersebut, untuk mendeskripsikan secara jelas dan rinci tentang peranan guru terhadap kebersihan diri anak serta mendapatkan data yang mendalam mengenai data yang menjadi fokus penelitian.
4
Prosedur penelitian yang digunakan dalam studi ini diawali dengan pengumpulan data, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berkaitan dengan peranan guru dalam menjaga kebersihan diri anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Data-data tersebut diperoleh dari hasil observasi, observasi dapat di artikan sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger, 1993 dalam Aunurrahman 2009:153), wawancara, Esterberg (dalam Sugiono 2010:72) mendefinisikan interview atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu objek tertentu, studi dokumentasi, Nawawi (2007: 141) menyatakan bahwa, ”Teknik/studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukubuku tentang pendapat, teori, dalil/hukum hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.” dan catatan lapangan. Tahap kedua yaitu reduksi data, yaitu pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data-data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan, serta memfokuskan pada hal-hal penting dari sejumlah data lapangan yang telah di di peroleh, sekaligus mencari polanya. Redusi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. Data yang direduksi dalam penelitian ini adalah peranan guru dalam menjaga kebersihan diri anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Tahap selanjutnya yaitu penyajian data, setelah hasil dari seperangkat reduksi di peroleh dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori, bagan. Dan yang paling sering di gunakan adalah teks naratif yang bersumber dari petikan wawancara, hasil observasi, maupun dokumen. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat tentang peranan guru dalam menjaga kebersihan diri anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Proses pengumpulan data bukan merupakan langkah akhir, sebab kesimpulan yang telah di peroleh masih bersifat kabur, di ragukan dan akan berubah jika tidak di temukan bukti-bukti yang kuat. Karena itu selalu di perlukan pendalaman data secara interaktif hingga di temukan kesimpulan yang benar-benar konsisten dan ketika di lakukan konfirmasi menghasilkan informasi yang sama. Kesimpulan yang dibuat berisi tentang peranan guru dalam menjagakebersihan diri anak serta dampak dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak usia 4-5 tahun di PAUD Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. (Miles and Huberman (dalam Ambo Upe & Damsid, 2010:125127).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil dari wawancara tentang peranan guru dalam menjaga kebersihan diri anak usia 4-5 tahun Paud Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat dilakukan dengan guru kelas. Berdasarkan hasil wawancara, guru sangat mengerti dengan jelas pentingnya menjaga kebersihan diri dan bagaimana cara menjaga kebersihan diri anak, dengan cara melakukan praktek langsung tentang kegiatan kebersihan diri atau memberikan contoh kepada anak serta mendampingi anak dalam melakukan kegiatan kebersihan diri. Guru juga memberikan motivasi agar anak mau melakukan kegiatan kebersihan diri dengan cara membuat kegiatan semenarik mungkin. Wawancara tentang dampak peran guru terhadap kebersihan diri anak berdampak positif, menurut guru terdapat peningkatan kebersihan diri anak setelah anak diajarkan secara terus menerus tentang pentingnya kebersihan diri, dengan arahan dan bimbingan dari guru anak terbiasa melakukan kegiatan kebersihan diri sehingga adanya peningkatan pengetahuan dan keinginan anak untuk merawat diri. Kemudian, dari hasil observasi yang dilakukan kepada guru selama 4 kali pertemuan, terlihat bahwa guru memberikan apersepsi tentang kebersihan diri sebelum memulai kegiatan. Guru memulai kegiatan dengan menggunakan bahan yang asli sehingga dalam melakukan kegiatan kebersihan diri, anak lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Guru memberikan bantuan kepada anak pada saat kesulitan dalam melakukan kegiatan kebersihan diri serta mengevaluasi tentang kegiatan di lakukan. Kegiatan kebersihan diri yang di lakukan bervariasi agar anak tidak mudah bosan apabila melakukan kegiatan kebersihan diri secara terus menerus. Dari hasil observasi yang dilakukan kepada guru selama 4 kali pertemuan, dampak yang terjadi anak mulai megetahui pentingnya menjaga kebersihan diri, terlihat dari antusias anak dalam melakukan kegiatan dan anak mulai membiasakan diri untuk sikat gigi 3 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah melakukan kegiatan. Guru memberikan pengarahan kepada anak tetapi tidak ikut langsung dalam kegiatan sehingga anak hanya melakukan kegiatan kebersihan diri saja tanpa tahu bagaimana melakukan kegiatan tersebut dengan benar, seperti menyikat gigi dan mencuci tangan. Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan, diperoleh informasi tentang peranan guru dalam menjaga kebersihan diri dalam bentuk foto-foto kegiatan guru membantu anak menggunting kuku, mengajak melakukan kegiatan menggosok gigi, dampak peranan guru dalam menjaga kebersihan diri dalam bentuk foto-foto anak mencuci tangan sebelum makan dan setelah bermain. Pembahasan Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus pembimbing yang menberikan pengarahan dan menuntun
6
anak dalam belajar. Guru juga berperan sebagai motivator yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar anak. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan untuk memaksimalkan potensi anak, menumbuhkan aktivitas, dan daya cipta. Hal yang paling mendasar yang harus ditanamkan oleh guru adalah kebersihan diri anak. Mengajarkan kebersihan diri sejak dini memang sangat penting, karena gangguan kesehatan yang terkait dengan masalah kebersihan diri memang banyak terjadi pada anak-anak. Anak masih dalam proses belajar menjaga diri dan mudah terkena berbagai kuman penyakit saat berada di lembaga pendidikan atau lingkungan bermain. Dengan mengajarkan kebersihan diri sejak awal, anak akan memiliki kebiasaan hidup sehat dan kesehatan yang lebih terjaga saat dewasa kelak. Kebersihan diri tidak dapat dipelajari sendiri oleh anak, terutama anak usia dini, biasanya anak melakukan apa yang diperintahkan dan mencontoh apa yang dilakukan oleh guru. Guru memiliki peran penting dalam mengajarkan kebersihan diri kepada anak. Seperti yang di kemukakan oleh Edi Suardi dalam Sardiman (2011:15), peran guru sebagai pengajar, mediator, evaluator dan motivator. Dengan demikian, guru bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak. Selain itu, peran guru sangat diperlukan dalam hal ini karena guru merupakan model yang akan di tiru oleh anak, jadi guru harus dapat menjaga kebersihan diri anak. Peran guru sangat diperlukan karena ini akan mempengaruhi hasil belajar anak. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Risang Melati (2012:65), bahwa peran guru terhadap kebersihan anak usia dini dapat dilatih melalui kegiatan sehari-hari seperti membuang sampah pada tempatnya. Dalam peranan guru terhadap kebersihan diri anak, guru mengajarkan kepada anak bagaimana cara menjaga kebersihan dan cara membersihkan diri, seperti cara menggosok gigi, guru megadakan kegiatan menggosok gigi bersama, anak diminta oleh guru untuk membawa peralatan menggosok gigi dari rumah, anak sangat bersemangat dalam melakukan kegiatan tersebut. Guru juga membiasakan anak mencuci tangan sesudah melakukan kegiatan dan sebelum makan bersama, dengan arahan dari guru, anak berbaris dengan rapi untuk mencuci tangan, guru menyediakan sabun pencuci tangan karena sebagian anak mencuci tangan dengan cara mencelupkan saja tangan mereka ke dalam air, dengan menyediakan sabun pencuci tangan, anak akan senang mencuci tangan dan agar tangan anak lebih bersih, karena pada dasarnya pembelajaran yang diberikan kepada anak yaitu bermain sambil belajar. Kemudian guru juga mengajarkan kepada anak pentingnya mengunting kuku, karena kuku dan tangan adalah sumber kuman yang dapat mengakibatkan anak mudah terserang penyakit dari kuman yang berada dikuku anak, anak tidak bisa mengunting kuku sendiri, disinilah guru membatu mengunting kuku anak yang kebanyakan panjang dan hitam. Guru menggunakan bahan main semenarik mungkin dan menggunakan bahan main yang asli seperti menggunakan sikat gigi dan pasta gigi dalam kegiatan menggosok gigi, terlihat anak sangat antusias dalam melakukan kegiatan
7
kebersihan diri. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang agar anak dapat membiasakan diri untuk menjaga kebersihan diri. Guru memberikan hadiah yang berupa benda dan pujian kepada anak apabila anak melakukan kegiatan kebersihan diri dengan baik dan benar, agar anak lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan kebersihan diri. Motivasi adalah “pendorongan“; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu, (NgalimPurwanto,1998:71). Tetapi guru mengajarkan kebersihan diri anak yang terlihat saja, padahal kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Sulistyo Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:2). Dengan demikian, kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Peran guru terhadap kebersihan diri ini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang ada didalam diri anak dan menjadikan anak yang bersih dan sehat. Dengan demikian, dampak kebersihan diri sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak sehingga diperlukan perhatian lebih di bidang kebersihan diri. Karena apabila kurangnya kebersihan diri anak dapat menghambat perkembangan anak. Dampak yang terjadi pada peranan guru terhadap kebersihan diri anak adalah berdampak positif, yaitu anak mulai tertarik untuk melakukan kegiatan kebersihan diri, guru memulai pembelajaran dengan melakukan tanya jawab kepada anak seperti siapa saja yang menggosok gigi sebelum kesekolah, anak dengan bangga berteriak mengatakan meraka menggosok gigi sebelum ke sekolah serta menunjukan kuku mereka yang sudah bersih. Perlahan anak mulai mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti menggosok gigi, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, kuku yang sudah panjang harus segera dipotong, anak akan terbiasa melakukan kegiatan kebersihan diri yang dilakukan terus menerus. Dengan menggunakan bahan main yang bervariasi sehingga anak tidak bosan dalam melakukankegiatan kebersihan diri. Dengan menggunakan bahan main yang menarik, anak juga dengan mudah memahami dan termotivasi untuk melakukan kegiatan kebersihan diri. Anak menganggap melakukan kebersihan diri adalah kegiatan yang sangat menyenangkan karena sebagian anak masih banyak yang susah menggosok gigi dan mencuci tangan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitin yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebgai berikut: 1) Peranan guru dalam menjaga kebersihan diri yaitu berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan dan diajarkan mengenai pentingnya menjaga
8
kebersihan diri. Kebersihan diri harus ditanamkan dan dibiasakan oleh guru dari hal terkecil agar anak terbiasa melakukan kegiatan kebersihan diri sehingga kebersihan diri anak dapat terjaga dan anak terhindar daripenyakit yang di karenakan kurangnya kebersihan diri. Guru memberikan motivasi agar anak mau menjaga kebersihan diri, seperti membuat suatu kegiatan yang menarik dan media yang akan digunakan harus direncanakan secara matang karena hal tersebut harus dapat menumbuhkan motivasi pada anak sehingga anak mau mengikuti kegiatan tersebut dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak, memberikan bimbingan dan pujian kepada anak agar anak lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan kebersihan diri; 2) Dampak peran guru terhadap kebersihan diri dapat terlihat dari anak semakin bersemangat dalam melakukan kegiatan kebersihan diri karena bahan main yang digunakan adalah bahan main yang nyata dan bervariasi, kebersihan diri anak meningkat dan anak mulai pedili dan tahu akibat dari kurangnya kebersihan diri serta anak menjadi termotivasi untuk menjaga kebersihan diri. Saran Bedasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1) Guru harus mengetahui cara membersihkan diri dengan benar, seperti cara menggosok gigi dengan benar dan cara memcuci tangan dengan benar; 2) Guru sebaiknya memberikan informasi kepada orang tua agar terjadi keseimbangan pembelajaran tentang kebersihan diri disekolah dan dirumah; 3) Guru sebaiknya memperhatikan juga kebersihan diri anak yang lain tampak seperti kebersihan telinga, pakaian, dll.
DAFTAR RUJUKAN Asef Umar Fakhruddin. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD . Yogyakarta: Bening. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sidiknas. Jakarta: Depdiknas. Harmoko. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jauhari, Heri. (2010). Panduan Penulisn Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia Laily Isro’in & Sulistyo Andramoyo. (2012). Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Penddikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
9
Nawawi Hadari. (2007). Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ngalim Purwanto. (1998). Psikologi Pendidikan Cet.Ke-16. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rising Melati. (2012). Kiat Sukses Menjadi Guru PAUD Yang Disukai Anakanak. Yogyakarta: Araska. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Syamsu Yusuf L.N & Nani M. Sughandi. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Upe Ambo & Damsid. (2010). Asas-Asas Multipe Risearches. Yogyakarta: Tiara Wacana.
10