PERAN IBU TERHADAP PEMBERIAN GIZI PADA ANAK USIA 1–5 TAHUN DI DESA SUMURGENENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENU KABUPATEN TUBAN Erna Eka Wijayanti, SST STIKES NU Tuban
ABSTRAK Anak balita merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari genetik sedangkan faktor eksternal berasal dari status gizi pada balita. Hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, desa Sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitannya mengalami gizi buruk yaitu sejumlah 5 anak. Peran seorang ibu sangat penting dalam pemberian gizi pada anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik dalam pemberian gizi pada anak usia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng Wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kabupaten Tuban. Penelitian ini menggunakan desai penelitian deskriptif dan sampel yang diambil dari keseluruhan ibu yang memiliki anak usia 1 – 5 tahun yang memenuhi kriteria dan bersedia diteliti. Pengumpulan data ini dengan menggunakan kuesioner dan pengolahan data menggunakan skor T. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu telah mendidik anaknya dengan baik sebesar 59 ibu (60,82%) dan yang tidak mendidik anaknya dengan baik sebesar 38 ibu (39,18%). Sedangkan hasil penelitian peran ibu sebagai pengasuh, sebagian besar ibu telah mengasuh anaknya dengan baik sebesar 61 ibu (62,89%) dan yang tidak mengasuh anaknya dengan baik sebesar 36 ibu (37,11% ). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, meskipun desa sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitannya mengalami gizi buruk tetapi para orangtua terutama seorang ibu telah mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik sehingga nutrisi anak dapat terpenuhi dan anak mendapatkan gizi yang cukup. Dan diharapkan bagi tenaga kesehatan agar lebih banyak melakukan penyuluhan – penyuluhan tentang pentingnya pemberian gizi pada anak. Kata Kunci
: Peran ibu
PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan makanan yang dikonsumsi. Apabila gizi kurang terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kurang gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita ( Badan Pembangunan Nasional, 2007 ). Masa balita merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari genetik sedangkan faktor eksternal yaitu status gizi pada masa balita. Anak balita ini merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya (Agoes Sulistijani, 2003). Prevalensi nasional gizi buruk pada balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target millenium development goals pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007 (Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes RI, 2008). Berdasarkan rujukan WHO / NHCS, status gizi terbagi menjadi : gizi lebih, baik, kurang dan buruk ( Dinkes Jatim, 2002 ). Hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Tahun 2008 - 2009 dari 33 puskesmas, didapatkan kasus gizi buruk
sebanyak 975 balita, gizi kurang sebanyak 3335 balita, gizi baik sebanyak 19586 balita dan gizi lebih sebanyak 640 balita pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan pada kasus gizi buruk sebanyak 882 balita, gizi kurang sebanyak 8465 balita, gizi baik sebanyak 66054 balita sedangkan gizi lebih sebanyak 1484 balita. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban desa Sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitanya mengalami gizi buruk yaitu sejumlah 5 anak. Desa Sumurgeneng merupakan desa yang letaknya jauh dengan pusat kota dengan akses yang dapat dijangkau oleh kendaraan umum. Sebagian besar penduduk desa Sumurgeneng bermata pencaharian sebagai petani dan buruh pabrik. Dari survei awal yang dilakukan didapatkan dari 6 anak dengan status gizi baik dan 4 anak dengan status gizi kurang. Dari data yang ada 6 anak dengan status gizi baik mendapat pengasuhan dari keluarga seperti perhatian ibu dalam pemberian makanan pada anak, ibu yang selalu memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh anak dan mengajarkan cara makan pada anak. Dan dari data yang ada 4 anak yang status gizi kurang di karenakan kurangnya waktu orangtua terutama ibu dalam mendidik dan mengasuh anaknya di karenakan sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya makanan bergizi bagi anak. Peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik yang berperanan penting dalam pemenuhan gizi pada anak terutama usia 1 – 5 tahun, dimana pada usia tersebut anak sulit atau susah makan yang diakibatkan banyaknya makanan ringan yang di jajakan. Serta pada usia 1 – 5 tahun anak balita sedang mengalami pertumbuhan badan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat - zat gizi yang lebih tinggi.
Irwandy, 2007 membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Faktor-faktor penyebab kekurangan gizi antara lain karena asupan makanan yang kurang, anak sering sakit atau terkena infeksi, tetapi penyebab kekurangan gizi terbesar dikarenakan kurangnya asupan makanan (Nency, 2008). Kekurangan gizi akan menyebabkan penurunan sistem ketahanan tubuh, sehingga mudah terkena infeksi. Dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan (Nency, 2008). Masalah gizi lainnya yang dapat timbul terutama pada masa balita diantaranya adalah berat badan lebih atau kurang, karies dentis serta alergi ( Arisman, 2009). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses pertumbuhan. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Kebutuhan makanan anak berbeda dengan kebutuhan makanan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga ( Soetjiningsih, 2000 ). Pada masa bayi dan balita, orangtua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yang seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupan. Balita belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukan untuk makanannya. Balita sangat tergantung pada ibu untuk memenuhi kebutuhannya ( Arisman, 2009). Peran seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi pada anak. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai seharusnya dimiliki oleh ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi bagi anak. Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Dari uraian diatas dapat maka diperlukan peran orangtua khususnya ibu yang baik. Ibu memegang peranan penting karena ibu lebih dekat dengan anak dan tahu tentang kebutuhan anak. Untuk itu peneliti tertarik mengambil judul Peran Ibu Terhadap Pemberian Gizi Pada Anak Usia 1 – 5 Tahun. Kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya (Agoes Sulistijani, 2003). Prevalensi nasional gizi buruk pada balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target millenium development goals pada tahun 2015 (18,5%)
telah tercapai pada tahun 2007 (Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes RI, 2008) Berdasarkan rujukan WHO / NHCS, status gizi terbagi menjadi : gizi lebih, baik, kurang dan buruk ( Dinkes Jatim, 2002 ). Hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Tahun 2008 - 2009 dari 33 puskesmas, didapatkan kasus gizi buruk sebanyak 975 balita, gizi kurang sebanyak 3335 balita, gizi baik sebanyak 19586 balita dan gizi lebih sebanyak 640 balita pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 882 balita, gizi kurang sebanyak 8465 balita, gizi baik sebanyak 66054 balita sedangkan gizi lebih sebanyak 1484 balita. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban desa Sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitanya mengalami gizi buruk yaitu sejumlah 5 anak. Desa Sumurgeneng merupakan desa yang letaknya jauh dengan pusat kota dengan akses yang dapat dijangkau oleh kendaraan umum. Sebagian besar penduduk desa Sumurgeneng bermata pencaharian sebagai petani dan buruh pabrik. Dari survei awal yang dilakukan didapatkan dari 6 anak dengan status gizi baik dan 4 anak dengan status gizi kurang. Dari data yang ada 6 anak dengan status gizi baik mendapat pengasuhan dari keluarga seperti perhatian ibu dalam pemberian makanan pada anak, ibu yang selalu memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh anak dan mengajarkan cara makan pada anak. Dan dari data yang ada 4 anak yang status gizi kurang di karenakan kurangnya waktu orangtua terutama ibu dalam mendidik dan mengasuh anaknya di karenakan sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya makanan bergizi bagi anak. Peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik yang berperanan penting dalam pemenuhan gizi pada anak terutama usia 1 – 5 tahun, dimana pada usia tersebut anak sulit atau susah makan yang diakibatkan banyaknya makanan ringan yang di jajakan. Serta pada usia 1 – 5 tahun anak balita sedang mengalami pertumbuhan badan yang sangat pesat sehingga memerlukan zat - zat gizi yang lebih tinggi. Irwandy, 2007 membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Faktor-faktor penyebab kekurangan gizi antara lain karena asupan makanan yang kurang, anak sering sakit atau terkena infeksi, tetapi penyebab kekurangan gizi terbesar dikarenakan kurangnya asupan makanan (Nency, 2008). Kekurangan gizi akan menyebabkan penurunan sistem ketahanan tubuh, sehingga mudah terkena infeksi. Dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan (Nency, 2008). Masalah gizi lainnya yang dapat timbul terutama pada masa balita diantaranya adalah berat badan lebih atau kurang, karies dentis serta alergi ( Arisman, 2009 ). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu memberikan
gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses pertumbuhan. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Kebutuhan makanan anak berbeda dengan kebutuhan makanan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga ( Soetjiningsih, 2000 ). Pada masa bayi dan balita, orangtua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yang seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupan. Balita belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukan untuk makanannya. Balita sangat tergantung pada ibu untuk memenuhi kebutuhannya ( Arisman, 2009 ). Peran seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi pada anak. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai seharusnya dimiliki oleh ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi bagi anak. Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Dari uraian diatas dapat maka diperlukan peran orangtua khususnya ibu yang baik. Ibu memegang peranan penting karena ibu lebih dekat dengan anak dan tahu tentang kebutuhan anak. Untuk itu peneliti tertarik mengambil judul Peran Ibu Terhadap Pemberian Gizi Pada Anak Usia 1 – 5 Tahun. Lebih sebanyak 640 balita pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan pada kasus gizi buruk sebanyak 882 balita, gizi kurang sebanyak 8465 balita, gizi baik sebanyak 66054 balita sedangkan gizi lebih sebanyak 1484 balita. Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban desa Sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitanya mengalami gizi buruk yaitu sejumlah 5 anak. Desa Sumurgeneng merupakan desa yang letaknya jauh dengan pusat kota dengan akses yang dapat dijangkau oleh kendaraan umum. Sebagian besar penduduk desa Sumurgeneng bermata pencaharian sebagai petani dan buruh pabrik. Dari survei awal yang dilakukan didapatkan dari 6 anak dengan status gizi baik dan 4 anak dengan status gizi kurang. Dari data yang ada 6 anak dengan status gizi baik mendapat pengasuhan dari keluarga seperti perhatian ibu dalam pemberian makanan pada anak, ibu yang selalu memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh anak dan mengajarkan cara makan pada anak. Dan dari data yang ada 4 anak yang status gizi kurang di karenakan kurangnya waktu orangtua terutama ibu dalam mendidik dan mengasuh anaknya di karenakan sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya makanan bergizi bagi anak. Peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik yang berperanan penting dalam pemenuhan gizi pada anak terutama usia 1 – 5 tahun, dimana pada usia tersebut anak sulit atau susah makan yang diakibatkan banyaknya makanan ringan yang di jajakan. Serta pada usia 1 – 5 tahun anak balita sedang mengalami pertumbuhan badan
yang sangat pesat sehingga memerlukan zat - zat gizi yang lebih tinggi. Irwandy, 2007 membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Faktor-faktor penyebab kekurangan gizi antara lain karena asupan makanan yang kurang, anak sering sakit atau terkena infeksi, tetapi penyebab kekurangan gizi terbesar dikarenakan kurangnya asupan makanan (Nency, 2008). Kekurangan gizi akan menyebabkan penurunan sistem ketahanan tubuh, sehingga mudah terkena infeksi. Dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan (Nency, 2008). Masalah gizi lainnya yang dapat timbul terutama pada masa balita diantaranya adalah berat badan lebih atau kurang, karies dentis serta alergi ( Arisman, 2009 ). Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses pertumbuhan. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Kebutuhan makanan anak berbeda dengan kebutuhan makanan orang dewasa karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga ( Soetjiningsih, 2000 ). Pada masa bayi dan balita, orangtua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yang seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupan. Balita belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukan untuk makanannya. Balita sangat tergantung pada ibu untuk memenuhi kebutuhannya ( Arisman, 2009). Peran seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi pada anak. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai seharusnya dimiliki oleh ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi bagi anak. Para ibu khususnya harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Dari uraian diatas dapat maka diperlukan peran orangtua khususnya ibu yang baik. Ibu memegang peranan penting karena ibu lebih dekat dengan anak dan tahu tentang kebutuhan anak. Untuk itu peneliti tertarik mengambil judul Peran Ibu Terhadap Pemberian Gizi Pada Anak Usia 1 – 5 Tahun. MATERI DAN METODE PENELITIAN Peran adalah sifat kegiatan atau seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu ( Effendy 1998 ) .
Peran adalah perilaku – perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu, posisi yang mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Peran adalah menyiapkan anak yang mandiri, bertanggung jawab dan eksis dalam kehidupannya ( naya,2003 ) . Ibu adalah segalanya, dialah penghibur didalam kesedihan, pemberi harapan didalam penderitaan dan pemberi kekuatan didalam kelemahan. Dialah sumber cinta, belas kasih, simpati dan pengampunan. Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa pamrih. Ibu adalah madrasah pertama untuk anak – anaknya, tempat dimana anak mendapat asuhan dan diberi pendidikan pertama bahkan mungkin sejak dalam kandungan (Sa’ad Karim, 2006) Ibu adalah orang yang paling dekat pada anak. Ia merupakan orang yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati pada orang lain (Marjohan, 2009) . Berkembangnya ide feminisme yang begitu pesat beberapa waktu terakhir ini, terasa pengaruhnya terhadap cara pandang masyarakat terhadap peran ibu. Peran ibu dianggap tidak produktif karena tidak menghasilkan materi. Bahkan beberapa pihak cenderung mengganggap peran ibu mendomestikasi perempuan dan menempatkan perempuan dalam posisi inferior. Padahal fakta membuktikan bahwa peran ibu dalam mendidik anak tidaklah tergantikan. Masa – masa 0 – 6 tahun bagi ank adalah masa keemasan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini,otak anak terbentuk sampai 80 % kecerdasaan dan dasar – dasar kepribadiannya mulai terbentuk. Kerena itu masa ini membutuhkan pendamping dari sosok yang intens mengikuti pertumbuhan dan perkembangannya yang mampu memberikan stimulasi optimal dengan penuh kasih sayang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini bertujuan hanya untuk mengetahui peran ibu terhadap pemberian gizi pada anak usia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng, Kabupaten tuban dengan menggunakan desain Penelitian deskriptif. Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001 : 64). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 1 - 5 tahun didesa Sumurgeneng, Kabupaten Tuban. Dengan jumlah populasi 128.
Sampel adalah bagian dari keseluruhan obyek yang akan diteliti dan dianggap mewakili populasi (Nursalam, 2003 95). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai anak berusia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng, Kabupaten tuban. Kriteria Inklusi sebagai berikut : 1. Ibu yang mempunyai anak usia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng kabupaten tuban. 2. Ibu yang bisa membaca dan menulis. 3. Ibu yang bersedia diteliti. Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel (Nursalam dan Pariani, 2001). Besar populasi sebanyak 128 ibu yang memiliki anak usia 1 – 5 tahun dan pada penelitian ini besar sampel yang diambil adalah dengan menggunakan rumus : n=
N 1 + N (d ) 2
n=
128 1 + 128 (0,05) 2
=
128 1,32
= 96,96 = 97 Keterangan: N : Besar populasi n : Besar sampel d : Tingkat kepercayaan (0,05) Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi ( Nursalam, 2003 ). Dalam hal ini peneliti mengambil tehnik purposive sampling adalah tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti ( tinjauan / masalah dalam penelitian ) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal sebelumnya ( Nursalam, 2003 ). Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2003). Variabel dalam penelitian ini yaitu peran ibu terhadap pemberian gizi pada anak 1 – 5 tahun di Desa Sumurgeneng, Kabupaten Tuban. Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti atau makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akuntasi, komunikasi dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang mengenai yang diangkat dalam suatu penelitian (Nursalam dan Pariani, 2001 : 44) Tabel 1 Definisi Operasional Peran Ibu Terhadap Pemberian Gizi Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu Kab. Tuban Pada Anak Usia 1 – 5 Tahun.
Variabe
Definisi
l
Operasional
Parameter
1. Peran Ibu Perilaku - perilaku - Pemilihan sebagai
ibu dalam
Alat Ukur Kuesioner
makanan
Pendidik mendidik anaknya di dalam sebuah rumah tangga yang di nilai dari hasil kuesioner
Skala
Kode
Nominal - Mendidik dg baik :
yang
1
dikonsumsi
- Tidak
oleh anak
mendidik
- Cara
dengan
makan
baik: 0
yang
HASIL DAN ANALISA DATA
benar.
2. Peran Ibu Perilaku - perilaku - Pemenuhan sebagai
ibu dalam
Kuesioner Nominal - Mengasuh
kebutuhan
Pengasuh mengasuh anak – anaknya di dalam sebuah rumah
diisi oleh responden, peneliti tetap menunggu sampai selesai, agar apabila ada responden tidak jelas dengan pertanyaan bisa langsung dijelaskan, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik pengumpulan data primer. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan, tentang peran ibu sebagai pendidik dan pengasuh pada anak usia 1 – 5 tahun di desa sumurgeneng wilayah kerja puskesmas jenu kab.tuban di dalam sebuah posyandu.
dg baik :
gizi pada
1
anak.
- Tidak
- Penyusunan
Data Umum 1. Umur Anak Tabel 1 Distribusi Umur Anak di Posyandu Desa Sumurgeneng wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kab. Tuban.
mengasuh
tangga yang di
menu
dengan
nilai dari hasil
makanan.
baik: 0
No
Σ
Umur Anak
%
1
1 tahun
27
27,83
2
2 tahun
30
30,93
3
3 – 5 tahun
40
41,24
kuesioner
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002) Di dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada buku KIA ibu dan balita. Untuk mandapatkan perolehan skor sikap maka menggunakan rumus :
X −X T = 50 + 10 s
Jumlah
2.
: Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X : Mean skor kelompok s
Jenis Kelamin Anak Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin Anak di Posyandu Desa Sumurgeneng, Wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kab. Tuban. No
Jenis Kelamin Anak
Σ
%
1
Laki – laki
44
45,36
2
Perempuan
53
54,64
Jumlah
97
100
: Deviasi standart skor kelompok
Untuk hasil skor kuesioner pada peran ibu sebagai pendidik : T > s = Mendidik T< s = Tidak mendidik Untuk hasil skor kuesioner pada peran ibu sebagai pengasuh : T > s = Mengasuh T< s = Tidak mengasuh Penelitian ini dilakukan dengan mendapat persetujuan dari pembimbing dan permintaan ijin ke Ketua STIKES NU Tuban, setelah mendapat persetujuan barulah akan melakukan penelitian. Prosedur pengumpulan data penelitian ini adalah dengan membagikan kuesioner. Sebelum kuesioner dibagikan, responden diberi lembar persetujuan ( informasi consent ) untuk diisi. Sebelum kuensioner
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 97 anak sebagian besar berumur 3 – 5 tahun sebanyak 40 anak (41,24 %) dan sebagian kecil berumur 1 tahun sebanyak 27 anak (27,83 %).
Keterangan : X
97
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 97 anak sebagian besar berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 53 anak (54,64 %) sedangkan yang berjenis kelamin laki – laki berjumlah 44 anak (45,36 %). 3.
Umur Ibu Tabel 3 Distribusi Umur Ibu di Posyandu Desa Sumurgeneng, Wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kab. Tuban. % No Umur Ibu Σ 1
< 20 th
10
10,31
2
20 – 30 th
60
61,85
3
>30 th Jumlah
27 97
27,84 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 97 Ibu, sebagian besar berumur 20 – 30 th sebanyak 60 orang (61,85 %) dan sebagian kecil berumur < 20 th sebanyak 10 orang (10,31 %). 4.
Pekerjaan Ibu Tabel 4 Distribusi Pekerjaan Ibu di Posyandu Desa Sumurgeneng, Wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kab. Tuban. No
Pekerjaan Ibu
Σ
%
1
Bekerja
45
46,39
2
Tidak Bekerja
52
53,61
Jumlah
97
100
Dari tabel 6 didapatkan bahwa sebagian besar ibu mendidik anaknya dengan baik yaitu sebesar 59 orang (60,82%) dan 38 ibu (39,18%) tidak mendidik anaknya dengan baik. Peran Ibu Sebagai Pengasuh Pada Anak Usia 1 5 tahun Tabel 7 Distribusi Peran Ibu sebagai Pengasuh pada Anak Usia 1 - 5 Tahun di Posyandu Desa Sumurgeneng Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban pada Bulan Juli 2010 Pengasuh
Σ
%
1
Mengasuh dengan baik
61
62,89
2
Tidak Mengasuh dengan baik
36
37,11
Jumlah
97
100
No
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 97 Ibu, sebagian besar ibu tidak bekerja sebanyak 52 orang (53,61 %) dan yang bekerja sebanyak 45 orang (46,39 %).
Dari tabel 7 didapatkan bahwa sebagian besar ibu mengasuh anaknya dengan baik yaitu sebesar 61 orang (62,89%) dan 36 ibu (37,11%) tidak mengasuh anaknya dengan baik.
5.
Pembahasan Pada bab ini akan diuraikan tentang peran ibu sebagai pendidik dan pengasuh. Selain itu sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan pada bab 1, maka pada bagian ini akan diuraikan pula pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi identifikasi peran ibu sebagai pendidik dan pengasuh pada anak 1 – 5 tahun di Posyandu desa Sumurgeneng Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban bulan Juli 2010. Berdasarkan hasil tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar ibu mendidik anaknya dengan baik yaitu sebesar 59 orang ( 60,82% ) dan 38 ibu ( 39,18% ) tidak mendidik anaknya dengan baik. Peran adalah sifat kegiatan atau seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu ( Effendy 1998 ) . Ibu adalah madrasah pertama untuk anak anaknya, tempat dimana anak mendapat pendidikan pertama bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Seorang Ibu secara sadar atau tak sadar telah memberi pendidikan kepada sang janin ( Nogroho, 2001). Seorang Ibu mempunyai peran dalam proses pendidikan anak sejak dini, sebab ibu adalah sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak, sosok pertama yang memberikan rasa aman dan sosok pertama yang dipercaya dan didengar perkataannya. Karena ibu menjadi sekolah pertama bagi anakanaknya. Peran itu sangat menentukan kualitas generasi mendatang. Kasih sayang seorang ibu merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman ( Nugroho, 2001 ). Ibu memainkan peran yang penting di dalam mendidik anak-anaknya, terutama pada masa balita diantaranya mensekolahkan anak, mengajarkan anak berbicara, berhitung dan mengajarkan budi pekerti yang baik, mengajarkan cara makan yang baik dan benar dan waktu yang tepat untuk makan. Selain itu ibu juga berperan dalam pemilihan dan menentukan
Pendidikan Ibu Tabel 5 Distribusi Pendidikan Ibu di Posyandu Desa Sumurgeneng, Wilayah kerja Puskesmas Jenu, Kab. Tuban. No
Pendidikan
Σ
%
1
SD
50
51,55
2
SMP
30
30,93
3
SMA
16
16,49
4
Perguruan Tinggi
1
1,03
Jumlah
97
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 97 Ibu, sebagian besar berpendidikan SD yaitu 50 orang (51,55 %) dan sebagian kecil berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 1 orang ( 1,03% ). Data Khusus Peran Ibu Sebagai Pendidik Pada Anak Usia 1 - 5 tahun Tabel 6 Distribusi Peran Ibu sebagai Pendidik pada Anak Usia 1 – 5 Tahun di Posyandu Desa Sumurgeneng Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban pada Bulan Juli 2010 Pendidik
Σ
%
1
Mendidik dengan baik
59
60,82
2
Tidak mendidik dengan baik
38
39,18
Jumlah
97
100
No
makanan yang boleh dikonsumsi anak atau makanan yang akan dihidangkan seperti jenis – jenis makanan, contohnya sayur – sayuran, buah – buahan, susu dll. Kebiasaan ibu untuk melarang anak makan – makanan yang dianggap kurang bergizi merupakan langkah awal ibu dalam mencapai pertumbuhan anak yang optimal ( Buku Panduan Kesehatan Ibu dan Anak, 2007 ). Kebutuhan nutrisi pada anak dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang setiap anak mempunyai kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan karakteristik yang khas dalam mengkonsumsi makanan. Oleh karena itu untuk menentukan makanan yang tepat pada anak, tentukan jumlah kebutuhan nutrisi dan tentukan pula jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai dengan menu yang diinginkan (Supartini, 2004). Karena agar tercapai tingkat kesehatan yang optimal diperlukan asupan energi yang seimbang dengan pengeluaran energi. (Francin Paat, 2005) Dengan pemberian makanan yang sudah ada di dalam kuesioner dan didapatkan hasil bahwa, meskipun desa sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitannya mengalami gizi buruk tapi para ibu di sana sudah mendidik anaknya dengan baik sehingga nutrisi anak dapat terpenuhi dan mendapatkan gizi yang cukup. Selain itu di desa sumurgeneng kebanyakan ibu tidak bekerja sehingga memiliki banyak waktu di rumah. Para ibu cenderung mempunyai banyak waktu berkumpul dengan orang lain sehingga dapat bertukar fikiran, pendapat dan pengalanam tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik terutama dalam hal pemberian makanan bergizi. Berdasarkan hasil tabel 5.7 didapatkan bahwa sebagian besar ibu mengasuh anaknya dengan baik yaitu sebesar 61 orang (62,89%) dan 36 ibu (37,11% ) tidak mengasuh anaknya dengan baik. Peran adalah sifat kegiatan atau seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu ( Effendy 1998 ) . Tugas utama yang diemban seorang ibu adalah merawat anak dan menjaga kebutuhan nutrisi mereka agar tumbuh menjadi anak yang berkualitas. Tugas tersebut mulai dilakukan ibu sejak masa kehamilan, bahkan sampai sang anak menjadi dewasa. Selain di dalam kandungan, kebutuhan nutrisi anak pun harus tetap dipertahankan ketika mereka mulai tumbuh dan berkembang ( Soekirman, 2000 ). Ibu sebagai pengasuh mempunyai peran yang penting dalam hal yang berkaitan dengan makanan, mulai dari penyusunan menu makanan, pembelian, pemberian makanan pada anak, pola makan anak dan frekwensi makan anak. Kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai akan menyebabkan anak tidak suka makan atau tidak diberikan makanan seimbang ( Soegeng, 2001 ) Masalah lain yang dihadapi ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak adalah mempersiapkan makanan yang cukup gizi. Kecenderungan anak enggan mengonsumsi makanan bergizi seperti sayur dan buah, membuat ibu harus lebih kreatif dalam sajian makanannya. Ibu bisa mengakalinya dengan memilih
produk-produk makanan yang bernutrisi dan disajikan dalam bentuk lain sehingga lebih menarik perhatian anak untuk mengonsumsinya ( Soekirman, 2000 ) Pada masa ini orangtua khususnya seorang ibu harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan membiasakan pola makan yang seimbang dan teratur setiap hari sesuai dengan tingkat kecukupannya. Balita masih belum bisa mengurus dirinya sendirinya dengan baik dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makan (naya,2006) Dengan pemberian makanan yang sudah ada dalam kuesioner dan didapatkan hasil bahwa, meskipun desa sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitannya mengalami gizi buruk tapi para ibu di sana sudah mengasuh anaknya dengan baik sehingga nutrisi anak dapat terpenuhi dan mendapatkan gizi yang cukup. Selain itu di desa sumurgeneng kebanyakan ibu tidak bekerja sehingga memiliki banyak waktu di rumah untuk mengasuh, memberikan kasih sayang, pembinaan dan bimbingan pada anak – anak mereka. Para ibu cenderung mempunyai banyak waktu berkumpul dengan orang lain sehingga dapat bertukar fikiran, pendapat dan pengalanam tentang bagaimana cara mengasuh anak yang baik terutama dalam hal pemberian makanan bergizi. KESIMPULAN Dari penelitian tentang peran ibu sebagai pendidik dan pengasuh di posyandu desa Sumurgeneng kecamatan Jenu Tuban pada bulan Juli 2010 diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar ibu yang memiliki anak usia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng kecamatan Jenu, Kab. Tuban mendidik anaknya dengan baik. 2. Sebagian besar ibu yang memiliki anak usia 1 – 5 tahun di desa Sumurgeneng kecamatan Jenu, Kab. Tuban mengasuh anaknya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia. Arisman, dr. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC Effendy, Nasrul. 1998. Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Nugroho. 2007. Ibu Pencetak Generasi Unggul. http//glikosida. Blog. Frienster. Com. Istiqomah. 2008. Pengertian Gizi. http// Gizi. Blogsport. Com Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam.2003. Konsep Dan Penerapan Metologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. : Salemba Medika
Nursalam dan Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto Soetjiningsih. 2000. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Soegeng, dr. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Alphabeta. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta EGC. Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta