Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo Oleh: Faridatul Ida1 Arifin Suking 2 dan Novianty Djafri3, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakulias Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru dalam pengembangan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu 1) wawancara, 2) observasi, dan 3) dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; a) Peran guru sebagai pendidik dalam pengembangan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, ditunjukkan dengan peran memberi latihan dan peran memelihara, b) Peran guru sebagai pengajar dalam mengembangkan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo ditunjukkan dengan peran memberi petunjuk, peran memfasilitasi dan peran memberi contoh, c) Peran guru sebagai pembimbing dalam mengembangkan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, ditunjukkan dengan peran memimpin, peran mengasuh dan peran mengarahkan dan d) peran guru sebagai evaluator dalam pengembangan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, ditunjukkan dengan peran membuat instrumen dan peran melaksanakan penilaian secara kontinu. Berdasarkan temuan tersebut maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: a) gum perlu secara kontinu merancang dan melaksanakan program pendidikan karakter bagi siswa, sehingga penanaman nilai-nilai karakter akan semakin terpatri dalam diri siswa, 2) peningkatan kualitas karakter siswa dalam menerapkan nilai-nilai karakter tidak saja di sekolah, tetapi juga melibatkan keluarga maupun di lingkungan masyarakat dalam mengaktualisasikaD nilai karakter pada siswa Kata Kunci: Peran Guru, Pengembangan Karakter
1
Faridatul Ida Arifin Suking dan Novianty Djafri (pembimbing) Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo 2-3
1. PENDAHULUAN a) Latar Belakang Pencerdasan kehidupan bangsa merupakan prasyarat dari konsep "Civil Society" (masyarakat madani), yang muncul dan menguat seiring dengan derapnya semangat reformasi total termasuk reformasi di bidang pendidikan. UU No.20/2003 mengenai sistem pendidikan Nasional, diungkapkan bahwa: "pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, banga dan Negara. Pendidikan merupakan unsur penting dalam upaya memberdayakan kehidupan masyarakat melalui konsep masyarakat madani yang pada hakikatnya adalah masyarakat terdidik dan masyarakat terpelajar yang mampu "mencerdaskan kehidupan bangsa ". Namun upaya pencerdasan kehidupan berbangsa saat ini telah lebih berkiblat pada pecerdasan intelektual, sehingga manusia yang dilahirkan dari pendidikan adalah manusia yang cerdas tetapi sering kali kurang berkarakter baik. Hal ini selanjutnya berimplikasi pada
munculnya berbagai masalah dan
kerawanan sosial. Dalam konteks ini siswa yang menjadi produk lembaga pendidikan ternyata hanya
mementingkan pengembangan intelektual semata
dan melupakan penerapan nilai-nilai karakter dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi ini yang melandasi pemikiran tentang perlunya pendidikan karakter sebagai bagian yang diberikan kepada pelajar Indonesia. Pendidikan karakter merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan untuk membentuk pribadi setiap insan agar supaya menjadi manusia yang baik dan
memiliki
peran
serta
budi
pekerti
luhur
dalam
konteks
pergaulannya.Pendidikan karakter dilakukan sebagai upaya untukmenanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian manusia yang berwawasan kebangsaan dan
memiliki jati diri sebagai insan yang bertaqwa.
SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo salah satu SMA di Gorontalo yang melakukan pendidikan nilai karakter terhadap peserta didiknya. Lembaga ini memiliki kesamaan dengan sekolah lain dalam menerapkan pendidikan karakter. Tetapi terdapat sesuatu yang cukup unik dan membedakan penerapan pendidikan karakter di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo dengan SMA lainnya yang ada di Gorontalo. Penerapan pendidikan karakter di sekolah ini sebagian dilakukan dengan menggunakan sistem semi militer. Hal tersebut dapat dirasakan oleh para siswa sejak melakukan pendafataran awal sampai diterima dan menjadi siswa di sekolah ini. Pendidikan karakter yang melekat dalam pendidikan semi militer ini tentu menjadi sesuatu yang unik. Hal ini karena siswa memahami nilai karakter antara lain
disiplin, kerja sama, saling menghomati, menghargai orang lain
melalui kegiatan baris berbaris, latihan ketangkasan, latihan ketahanan tubuh serta kegiatan semi militer lainnya. Hal ini sangat positif dalam membentuk nilai karakter siswa. Tetapi hal tersebut cukup membebani sebagian siswa karena latihannya yang cenderung membebani fisik sehingga siswa merasa
sangat
keletihan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwaupaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan karakter siswa belum dilaksanakan secara optimal. Kondisi riil menunjukkan bahwa belum semua nilai karakter dapat diimplementasikan oleh siswa dalam konteks kesehariannya di kelas. Hal ini diduga
sebagai
implikasi
dari
kurang
optimalnya
peran
guru
dalam
mengembangkan pendidikan karakter siswa. Menyadari akan pentingnya peran guru dalam pembelajaran maka akan diadakan penelitian dengan judul Peran Guru dalam PengembanganKarakter Siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. b) Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka fokus yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Peran guru sebagai pendidik dalam pengembangan karakter siswadi SMA
Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 2. Peran guru sebagai pengajar dalam pengembangan karakter siswa diSMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 3. Peran guru sebagai pembimbing dalam pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 4. Peran guru sebagai evaluatormengevaluasipengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. c) Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan peran guru sebagai pendidik dalam pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 2. Untuk mendeskripsikan peran guru sebagai pengajar dalam pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 3. Untuk
mendeskripsikan
peran
guru
sebagai
pembimbing
dalam
pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. 4. Untuk
mendeskripsikan
peran
gurusebagai
evaluatormengevaluasipengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo. d) Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, untuk memberikan pemahaman tentang perlunya nilai karakter untuk menjadi acuan dalam melakukan aktivitas 2. Bagi
guru, mengembangkan peran sebagai pendidik, pengajar dan
pembimbing serta peran evaluator bagi siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa. 3. Bagi sekolah, menjadi bagian dari kebijakan yang dilaksanakan sehingga mampu memperkuat implementasi pendidikan karakter di sekolah 2.
KAJIAN TEORETIS
a. Konsep Peran guru Guru menurut UU no. 14 tahun 2005 “adalah pendidik profesional dengan
tugas
utama
pendidik,
pengajar,
pembimbing,
mengarahkan,
melatih,
mengevaluasi, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru Sebagai Pendidik Hariyanto (2011:2) mengemukakan bahwa guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat. 2. Guru Sebagai Pengajar Haidah
(2010:2)
mengemukakan bahwa guru sebagai pengajar lebih
menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Danial, (2010:3) mengemukakan bahwadalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai pengajar akan bertindak sebagai fasilisator dan motivator yang bersikap
akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. Guru dalam melaksanakan tugas profesinya selalu dihadapkan pada berbagai pilihan, karena kenyataan di lapangan kadang tidak sesuai dengan harapan, seperti cara bertindak, bahan belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling efektif, alat bantu yang paling cocok, langkahlangkah yang paling efisien, sumber belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi yang sesuai. Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. 3. Guru Sebagai Pembimbing Haidah (2010:2) mengemukakan bahwa guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. Haidah (2010:3) mengemukakan bahwasebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut : a) guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai, b) guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis, c) guru harus memaknai kegiatan belajar, dan d) guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Evaluator Hariyanto (2011:4) mengemukakan bahwa dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan. Peranan guru sebagai evaluator adalah melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar siswa baik individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh siswa. Hasil karya siswa dapat kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan pada diri siswa dan dapat memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus mampu memperdayakan guru, siswa dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman peserta didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun belajar peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut jelas menunjukkan bahwa guru memiliki sejumlah
peran
dalam
pembelajaran.
Berbagai
peran
tersebut
perlu
diaktualisasikan secara nyata dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
mencapai profesionalisme dalam bekerja.
b) Hakikat Pengembangan Karakter Siswa Mulyasa (2011:3) mengemukakan bahwa pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan sehingga anak/peserta didik memiliki kebiasaan yang baik tentang hal yang baik dalam kehidupan. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan –tindakan yang tidak bermoral. Samani dan Hariyanto (2011:41) mengemukakan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperan yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai niali-nilai peran manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang berwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama , hukum, tata karma, budaya, adat istiadat dan estetika. Menurut Mansyur (2008:1), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), peran (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Ekowarni (2009:1) mengemukakan bahwa pada tatanan mikro, karakter diartikan sebagai (i) kualitas dan kuantitas reaksi terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi tertentu; atau (ii) watak, akhlak, ciri psikologis. Ciri-ciri psikologis yang dimiliki individu pada lingkup pribadi, secara evolutif akan
berkembang menjadi ciri kelompok dan lebih luas lagi menjadi ciri sosial. Ciri psikologis individu akan memberi warna dan corak identitas kelompok dan pada tatanan makro akan menjadi ciri psikologis atau karakter suatu bangsa. Pembentukan karakter suatu bangsa berproses secara dinamis sebagai suatu fenomena sosio-ekologis. 3. Metode Penelitian a. Latar Penelitian Lokasi penelitian ini berada di jalan Nani Wartabone. Kel BubeKecamatan Suwawa Kab. Bonebolango. Dipilihnya SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo sebagai objek penelitian karena, (a) Sekolah SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo adalah salah satu sekolah unggulan dan mutu pendidikannya sangat baik ; tergolong baik(a) karena pendidikannya mampu bersaing dengan daerah luar. (b) sekolah ini sudah melaksanakan pendidikan karakter yang komprehensif. Terlihat Visi, misi dan tujuan sekolah yang mengarah pada terbentuknya generasi muslim yang berakhlaqul kharimah dan generasi muslim yang senantiasa taat kepada ajaran Agama Islam. b) Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, mengingat penelitian ini berbentuk tindakan atau kegiatan seseorang ataupun beberapa orang berkenaan dengan Peran guru kelas dalam mengembangkan pendidikan karakter siswadi SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo. Obyek penelitian adalah bersifat alami (natural), data yang diungkapkan berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, paragrafparagraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak diberi perlakukan khusus atau dimanipulasi oleh peneliti sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu kriteria penelitian kualitatif. Data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi kemudian dianalisis secara induktif. Penelitian ini didesain dengan menggunakan rancangan studi kasus. Kasusnya adalah bagaimana peran guru kelas dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo. c)
Kehadiran Peneliti
Menurut Sugiono (2008:223) peneliti kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti, sehingga manusia sebagai instrumen peneliti menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi instrument kunci (the key instrument) peneliti sebagai instrument kunci harus hadir dilokasi penelitian merupakan penentu dari semua proses penelitian. Peneliti merupakan perencana pelaksana, pengumpul data dan pada ahirnya menjadi pelopor penelitiannya. d) Sumber Data Data yang dikumpul untuk mendukung penelitian ini bersumber dari hasil wawancara dengan kepala sekolah serta warga sekolah. Dan dengan hal ini demi keabsahan data mereka dengan senang hati memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan apa yang di tanyakan oleh peneliti. Selain dari hasil wawancara data yang didapatkan diperoleh dari tulisan-tulisan, profil maupun media cetak. Adapun data pendukung lain yang menyangkut dengan fokus penelitian yang di ambil melalui dokumentasi antara lain: a) kurikulum b) kesiswaan ) c) simbolsimbol lain. e)
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. 4.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo
menunjukkan bahwa peran guru dalam pengembangan karakter siswa dilakukan melalui empat peran guru yaitu peran guru sebagai pendidik, peranguru sebagai pengajar,peran guru sebagai pembimbing, dan peran guru sebagai evaluator Dalam Pengembangan pendidikan karakter Siswa. Hasil penelitian terkait tiga peran guru tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Peran guru sebagai pendidik Dalam Pengembangan karakter Siswa: Hasil penelitian bahwa guru telah menunjukkan peran dalam pendidik siswa untuk mengembangkan karakter mereka. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan adanya latihan yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan karakter siswa,
dari segi aturan kami sudah aturan bagaimana membentuk
karakter siswa. Disini kami memiliki tim work yang khusus menangani dalam pengembangan karakter siswa. Proses latihan dilakukan dengan melakukan sholat berjamaah sehingga mereka terbiasa untuk melaksanakan sholat sesuai dengan ajaran agamanya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang ada di SMA Terpadu Wirabakti diberikan latihan untuk memberikan salam dan memberikan hormat kepada siapa saja yang datang sehingga itu menjadi bagian dari pembentukan kepribadian dalam mengembangkan karakter siswa. 2) Peran guru pengajar dalam mengembangkan karakter Siswa Peran guru pengajar dalam mengembangkan karakter merupakan hasil jabaran dari visi sekolah yaitu menciptakan generasi yang berakhlaqul karimah, unggul prestasi dan berwawasan kebangsaan”. Dengan visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. Berakhlaqul karimah menghendaki output SMAT Wira Bhakti Gorontalo menjadi generasi muslim yang senantiasa taat kepada ajaran agama Islam dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya. Akhlak mulia juga tercermin pada ketaatan dan kepatuhan kepada orang tua dan guru. Hal ini menunjukkan bahwa nilai karakter telah ada dalam visi sekolah dan hal itu diwujudkan guru dalam peran guru dalam pengajar di kelas. Dengan demikian maka aktivitas yang dilaksanakan guru di kelas sesungguhnya merupakan jabaran dari visi dan misi yang ada di SMAT Wira Bhakti Gorontalo. Temuan ini sejalan dengan pendapat Mansyur (2008:1), yang mengemukakan bahwa pengembangan karakter
harus dimulai dari
perubahan atau perbaikan visi sekolah. Kondisi ini mengingat bahwa visi sekolah merupakan acuan dari keseluruhan aktivitas pengembangan kegiatan di sekolah. 3) Peran guru pembimbing dalam mengembangkan karakter Siswa. Peran guru pembimbing dalam mengembangkan karakter siswa antara lain dilakukan
dengan
upaya memediasi siswa yang bermasalah dengan
temannya, maka guru akan memediasi untuk mendamaikan siswa dengan memahami
masalahnya
serta
secara
bersama
melakukan
upaya
untuk
memecahkan masalah siswa. Hal ini sangat penting dalam mengembangkan nilai
sabar dan tenggang rasa serta menghargai orang lain sehingga semua upaya yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan siswa semakin memahami nilai karakter 4) Peran Guru Sebagai Evaluator Pengembangkan Karakter Siswa Kemampuan guru dalam mengevaluasi pengembangan pendidikan karakter merupakah hal yang sangat subtansial dan perlu dilakukan guru untuk mengevaluasi keberhasilan dalam melaksanakan atau mengembangkan karakter siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrument evaluasi dirancang untuk mengetahui kemajuan siswa dalam memiliki nilai karakter. Dalam hal ini instrumen evaluasi dibuat sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalm mengaktualisasikan nilai karakter dalam konteks kehidupannya. Dengan menggunakan instrumen ini maka kami dapat mengukur ketercapaian penerapan nilai karakter dalam kehidupan siswa.
5. Penutup a) Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dalam pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, dilakukan melalui pemberian latihan kedisiplinan dan proses pembiasaan dengan cara memelihara perilaku yang baik untuk dikembangkan dalam kehidupan sehariharo 2. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar dalam pengembangan karakter siswa
SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalodilakukan melalui
pemberian petunjuk tentang hal positif dalam bertatakrama, memfasilitasi siswa untuk terbiasa belajar dengan rajin dan memberi contoh untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara konsisten 3. Guru
dalam
menjalankan
perannya
sebagai
pembimbing
dalam
pengembangan karakter siswa SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, dilakukan dengan memasilitasi siswa untuk menjadi pemimpin,
serta memberikan
pengasuhan yang mampu merangsang periku siswa untuk jujur dan taat dalam menjalankan ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Guru dalam menjalankan perannya sebagai evaluatordalam pengembangan karakter siswa
SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, dilakukan dengan
membuat instrumen untuk menilai keberhasilan dalam penerapan nilai karakter serta melaksanakan penilaian secara kontinu. b) Saran Berdasarkan simpulan tersebut maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, perlu menjalankan perannya sebagai pendidik
dalam
pengembangan karakter siswa di SMA Terpadu Wira Bakti Gorontalo, dilakukan melalui pemberian latihan kedisiplinan dan proses pembiasaan dengan cara
memelihara perilaku yang baik untuk dikembangkan dalam
kehidupan sehari-haro 2. Bagi kepala sekolah, perlu memfasilitasi Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan evaluasi dalam pengembangan karakter siswa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk terbiasa belajar dengan rajin dan memberi contoh untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara konsisten
6.
Daftar Pustaka
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Barry. 2004. Kamus Peristilahan Modern dan Populer. Surabaya: Indah Surabaya Danial. Ibrahim. 2010. Metode Pembelajaran. Jakarta: Pelita Ilmu Depdiknas. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Dittendik Djajamihardjadkk.2011. Kepemimpinan Kontemporer. Jakarta: Pelita Ilmu Ekowarni. 2009. Pengembangan Nilai-Nilai Luhur Budi Pekerti sebagai Karakter Bangsa. (online) Tersedia di http://belanegarari.wordpress.com /2009/08/25/pengembangan-nilai-nilai-luhur-budi-pekerti-sebagaikarakter-bangsa/
Haidah. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Karmila. 2011. Panduan Praktis Pendidikan Karakter. Jakarta: Harapan Masa
Kemdiknas. 2010. Panduan Umum Pelaksanaanpendidikan Karakter Di Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Dan Perbukuan Badan Penelitian Dan PengembanganKementerian Pendidikan Nasional Lickona. 2004. Building character in schools: Practical ways to bring moral instruction to life. San Francisco: Jossey Bass. Hariyanto. 2011.Pendidikan di Era Reformasi. Jakarta: Prenhallindo Kartono. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Koesoema. Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Laporan Penelitian Pendidikan Karakter. Jakarta. UNJ Mansyur. 2008. Panduan pengembangan Budaya dan Karakter. Jakarta: Depdiknas Moleong. Lexy. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet XIII. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara Nasution. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung . Afabetha Poerwadarminta. 2006.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Robbins. Stephan. 2010. Peran Organisasi. Jakarta : PT Prenhallindo Rohmat. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Konsep dan Aplikasi. Purwokerto: STAIN Press Safii. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Remaja Rosda Karya Samani dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Jakarta: Remaja Rosda Karya Satori. 2011. Pendidikan Karakter dan Impelementasinya. jakarta: Rineka Cipta Sukardi. 2007. Manajemen Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung . Afabetha Sugiono. 2005. Statistika Penelitian. Bandung . Afabetha Sudrajat. 2010. Landasan Pengembangan Karakter di Sekolah. Jakarta: Jurnal Syafaruddin. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Akuntabilitas Pimpinan Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Ciputat Press
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahyosumidjo. 2011. Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek; Jakarta; PT.Harapan Masa PGRI Wikipedia. 2011. Pengertian Pendidikan Karakter. Online http.www.wikipedia.com Yukl. Garry. 2011. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo Zainal dan Sujah. 2011. Panduan aplikasi Pendidikan Karakter. Jakarta: Hirma Wijaya Zuchdi.
2008. Pendidikan karakter: Strategi pendidik anak di zaman global.
Jakarta: Grasindo. Cet. I.