Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR1
Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta2 IKIP PGRI Madiun
ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik adalah penanaman nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk nilai karakter yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia Sekolah Dasar. Usia Sekolah Dasar merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Untuk itu diperlukan peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter. Peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter di Sekolah Dasar berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator.
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
145
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Eksistensi suatu bangsa akan menurun apabila terjadi demoralisasi pada masyarakatnya. Banyak pakar, filsuf dan orang-orang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik adalah penanaman nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk nilai karakter yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis multidimendi yang berkepanjangan. Masalah ini sebetulnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktek KKN, meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja, dll. Budaya-budaya tersebut adalah penyebab utama Negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia Sekolah Dasar. Usia Sekolah Dasar merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter dimasa anak-anak, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis. Penanaman moral melalui pendidikan karakter kepada peserta didik dilingkungan Sekolah Dasar adalah kunci utama membangun karakter bangsa. Untuk itu diperlukan peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Narwanti (2011:15) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku dan cara guru menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Karakter merupakan watak, tabiat,
146
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani, bertindak dan dapat dipercaya. Murphy (1998:22) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai etika inti berakar dalam masyarakat demokratis, khususnya penghargaan, tanggung jawab, kepercayaan, keadilan dan kejujuran, kepedulian dan kemasyarakatan, kebajikan dan kewarganegaraan. Berdasarkan pengertian tersebut nampak bahwa pendidikan karakter mengacu pada proses penanaman nilai, berupa pemahamanpemahaman, tata cara merawat dan menghidupi nilai-nilai itu, serta bagaimana seorang siswa memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai tersebut secara nyata. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memmberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. B.
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan mencerdaskan emosi anak. Kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting dalam mempersiapkan anak menyosongsong masa depan, karena kecerdasan emosi akan memudahkan seseorang menghadapi segala macam tantangan kehidupan termasuk tantangan keberhasilan secara akademis. Keberhasilan seseorang di masyarakat 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Masnur Muslich (2011: 59) menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tujuan pembinaan kecerdasan emosi, yaitu: (1) menemukan pribadi (kekuatan dan kelemahan siswa), (2) mengenal lingkungan, dan (3) merencanakan masa depan. Kemendiknas (2011: 2) menjelaskan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
147
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang dalam menyongsong masa depannya. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. C. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa adalah nilai-nilai dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan atau masyarakat. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter bangsa hendaknya dalam konteks pengembangan moral knowing, moral feeling, dan moral action dengan dasar nilai-nilai yang bersumber dari agama yang dihargai oleh sesame manusia, yang tumbuh dan berkembang dilingkungan belajar dan nilai-nilai pancasila yang menjadi filosofi dan ideology bangsa Indonesia (Akbar, 2011:8). Sedangkan menurut Purwanto (2014: 40) menjelaskan bahwa dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religious, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam nilai-nilai karakter yang berkembang bersumber pada agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah. D. Peran Guru dalamMenanamkan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Dalam pengembangan karakter peserta didik di Sekolah Dasar, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi,
148
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis. Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta didik di Sekolah Dasar, sebagai berikut. 1) Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya. 2) Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran. 3) Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik. 4) Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik. Lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi manusia (peserta didik), baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter peserta didik. 5) Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatankegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. 6) Menjadi figur teladan bagi peserta didik. Penerimaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantng kepada penerimaan pribadi peserta didik tersebut terhadap pribadi seorang guru. Ini suatu hal yang sangat
149
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
manusiawi, dimana seseorang akan selalu berusaha untuk meniru, mencontoh apa yang disenangi dari model/pigurnya tersebut. Momen seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi seorang guru, baik secara langsung maupun tidak langsung menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri pribadi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, integrasi nilai-nilai karakter tidak Dalam proses pembelajaran, integrasi nilai-nilai karakter tidak hanya dapat diintegrasikan ke dalam substansi atau materi pelajaran, tetapi juga pada prosesnya. Dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar yang berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka keteladanan seorang guru merupakan faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik yang efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau idola yang digugu dan ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan potensinya. Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru harus mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa pada diri peserta didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran guru sebagai evaluator, berarti setiap guru dituntut untuk mampu dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran yang dipakai dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas, eisiensi, dan produktivitas programnya. PENUTUP Dalam menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik di Sekolah Dasar, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter di Sekolah Dasar berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator. DAFTAR PUSTAKA Akbar, S. (2011). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Malang, 8 Juni. Kemendiknas. (2011). Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan Kemendiknas.
150
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara Narwanti, S. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia. Purwanto, D. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
151
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
152