Upaya Guru Menanamkan .... (Yohanis Ndun) 727
UPAYA GURU MENANAMKAN NILAI-NILAI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
KARAKTER
PADA
PROSES
THE TEACHER’S EFFORTS TO INCULCATE CHARACTER VALUES ON THE LEARNING PROCESS AT THE ELEMENTARY SCHOOL
Oleh: Yohanis Ndun, PGSD/PSD,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di SD Karanggondang Sewon Bantul. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas sebanyak 4 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dimulai dengan mengadakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahaan data menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran seperti : (1) Guru memberi teguran kepada siswa jika ketahuan menyontek. (2) Guru memberi nasehat kepada siswa jika tidak melaksanakan piket kelas. (3) Guru selalu patuh dan taat menjalankan agama yang dianut. (4) Guru sanksi/hukuman jika siswa terlambat ke sekolah. Faktor pendukung, sekolah sudah menyediakan fasilitas yang kondusif kepada siswa. Faktor penghambat, bersumber dalam diri anak berupa anak malas, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik atau sikap melawan. Kata kunci: nilai-nilai karakter, pembelajaran, sekolah dasar Abstract This research aimed to describe the teacher’s efforts to inculcate character values on the learning process at the elementary school of Karanggondang Sewon Bantul. The research approach was qualitative with the research type was descriptive. The research subject was 4 classroom teacher. Data collection technique used observation, interview and documentation. Data analysis technique was started by holding data collection, data reduction, data interpretation and conclution. Data validity testing technique used triangulation method and resource triangulation. Research result showed that the teacher’s efforts to inculcate character values on the learning process, namely: (1) the teacher gave reprimand to the students if they are cheatting. (2) The teacher gave advice to the students if they do not obey class-on-duty. (3) The teacher always obeyed and fulfilled to conduct their religion. (4) The teacher gave sanction/punishment if the students are late coming to school. The supporting factor, the school institute had provided conducive facilities to the teacher. The inhibitor factor sourced from the students themselves, namely laziness, over-willing to play, unwilling to be thought or offering resistance. Keywords: character values, learning, elementary school
728 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 7 Tahun ke-5 2016
kita lihat lagi disaat anak sedang berbicara dan
PENDAHULUAN merupakan
tingkah laku mereka cenderung atau lebih bangga
mengembangkan kemampuan dan bentuk watak
menggunakan budaya barat. Hal ini menurut
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
penulis ada kaitannya dengan nilai-nilai karakter
rangka
Keberhasilan
yang ditanamkan, karena sangat menarik dan
pendidikan bagi anak sangat ditentukan oleh
pentingnya masalah penanaman nilai pendidikan
berbagai unsur lingkungan yang ada dalam
karakter terutama bagi kemajuan pendidikan di
lingkup pendidikan anak. Lingkungan pendidikan
Indonesia, maka kenyataan tersebut menjadi satu
anak tersebut meliputi lingkungan keluarga,
hal yang unik yang mengundang perhatian untuk
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
dilihat, dicermati dan dipelajari.
Pendidikan
nasional
mencerdaskan
bangsa.
Dengan demikian maka karakter anak akan
Guru di SD Karanggondang berupaya
terbentuk sejak dini dengan baik. Membangun
untuk melaksanakan penanaman nilai karakter
karakter anak sejak dini, sangat penting bagi anak
dalam setiap proses pembelajaran kepada setiap
dan guru, harapannya agar anak sejak dini
siswanya. Metode yang digunakan guru dalam
memiliki karakter yang baik.
penanaman karakter terhadap siswanya harus
Menurut
Emilia
A.
Rahayu
(2012),
bervariasi disesuaikan dengan materi pelajaran
karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh
yang disampaikan oleh guru dalam proses
paling sedikit
faktor yaitu
pembelajaran dan usia anak. Contoh: pembiasaan
tempramen dasar (dominan, intim, stabil dan
shalat dhuhur berjamaah, berdoa setiap akan
cermat),
dipercayai,
melakukan pekerjaan, mengucapkan salam ketika
paradigma), pendidikan (apa yang diketahui,
bertemu dengan guru, kedisiplinan untuk masuk
wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita
sekolah tepat waktu dan kegiatan lainnya.
oleh 5 (lima)
keyakinan
(apa
yang
rasakan, semangat hidup), dan perjalan (apa yang
Tujuan utama dari penelitian ini adalah
telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan
untuk mendeskripsikan upaya guru menanamkan
lingkungan). Fakta ini sudah tidak dapat diingkari
nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di
lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja jaman
Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul
sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di
dan faktor-faktor pendukung dan penghambat
Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang
menanamkan nilai-nilai karakter pada proses
dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para
pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang,
remaja.
Sewon, Bantul.
Selain itu karakter secara umum ditakutkan
Menurut Asmani (2012: 19) Urgensi
dapat memiliki dua dampak, misalnya karakter
pendidikan karakter merupakan aspek yang
berani jika tanpa ada yang membentengi (ajaran
penting untuk kesuksesan manusia dimasa depan.
agama) cakupan berani tidak hanya untuk hal
Karakter yang kuat akan membentuk mental yang
yang positif tapi juga negatif. Contoh yang sering
kuat.
Sedangkan
mental
yang
kuat
akan
Upaya Guru Menanamkan .... (Yohanis Ndun) 729
melahirkan spirit yang kuat, pantang menyerah,
yang
berani
mempertanggung jawabkan tiap akibat dari
mengalami
proses
panjang,
serta
menerjang arus badai yang bergelombang dan
bisa
membuat
keputusan
dan
siap
keputusan yang ia buat.
bahaya. Karakter yang kuat merupakan prasarat
Nilai-nilai karakter bersumber dari agama,
untuk menjadi seorang pemenang dalam medan
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional.
kompetisi kuat seperti saat ini dan yang akan
Menurut
datang, yang terkenal dengan era kompetitif. Bagi
teridentifikasi sejumlah nilai karakter
seorang yang berkarakter lemah, tidak akan ada
diimplementasikan di sekolah meliputi;
peluang untuk menjadi pemenang.
a. Religius
Retno
Listyarti
(2012:5-8), yang
sudah
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
sedemikian akut, pendidikan sekolah selama ini
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
bisa dikatakan gagal pada aspek karakter. Sekolah
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
terlalu terpesona dengan target-target akademis,
lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
dan melupakan pendidikan karakter. Realitas ini
lain.
membuat kreatifitas, keberanian menghadapi
b. Jujur
Mengingat
fakta
demoralisasi
resiko, kemandirian, dan ketahanan melalui
Perilaku
berbagai ujian hidup menjadi rendah. Anak
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
mudah
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
frustasi,
menyerah,
dan
kehilangan
semangat juang sampai titik darah penghabisan. Melihat
kenyataan
itulah,
pendidikan
yang
didasarkan
pada
upaya
dan pekerjaan. c. Toleransi
karakter sangat mendesak untuk dilaksanakan di
Sikap
sekolah khususnya. Caranya adalah dengan
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
mengoptimalkan peran sekolah sebagai pionir.
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
Selain sekolah yang melaksanakan pendidikan
dari dirinya
karakter
juga pihak
lain seperti keluarga,
dan
tindakan
yang
menghargai
d. Disiplin
masyarakat dan elemen-elemen lain bangsa ini
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
untuk mensukseskan pendidikan karakter.
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
Pendidikan karakter adalah upaya normatif untuk
membantu
orang
lain
berkembang
peraturan. e. Kerja keras
ketingkat normatif lebih baik. Sedangkan karakter
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-
dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti watak,
sungguh dalam berbagai hambatan belajar
tabiat, pembawaan atau kebiasaan. (Maulana,
dan tugas serta menyelesaikan tugas gengan
2004: 202), Karakter merupakan cara berpikir dan
sebaik-baiknya.
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
f. Kreatif
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
keluarga,
menghasilkan cara atau hasil baru dari
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu
sesuatu yang telah dimiliki.
730 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 7 Tahun ke-5 2016
g. Mandiri
o. Gemar membaca
Sikap dan perilaku yang tidak mudah
Kebiasaan
tergantung
membaca berbagai bacaan yang memberikan
pada
orang
lain
dalam
menyelesaikan tugas-tugas
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
mencegah kerusakan pada lingkungan alam
orang lain
di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
Rasa ingin tahu
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
yang sudah terjadi. q. Peduli sosial
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
Sikap dan tindakan yang selalu ingin
dilihat, dan didengar.
memberi bantuan pada orang lain dan
Semangat kebangsaan
masyarakat yang membutuhkan.
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
r. Tanggung jawab
yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Sikap
negara
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
di
atas
kepentingan
diri
dan
kelompoknya
perilaku
dia
seseorang
lakukan,
untuk
terhadap
dirinyamaupun orang lain dan lingkungan
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan
dan
seharusnya
k. Cinta tanah air
l.
untuk
p. Peduli lingkungan
untuk mengetahui lebih mendalam dan
j.
waktu
kebajikan bagi dirinya.
h. Demokrasi
i.
menyediakan
kesetiaan,
kepedulian,
sekitarnya.
dan
Pada penelitian ini batasi pada 5 nilai
penghargaan yang tinggi trehadap bahasa,
karakter yaitu nilai kejujuran, nilai disiplin, nilai
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
religius, nilai peduli lingkungan dan nilai cinta
dan politik bangsa.
damai.
Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
METODE PENELITIAN
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
Pendekatan Penelitian
bagi
masyarakat,
dan
mengakui,
serta
menghormati keberhasilan orang lain.
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan
adalah penelitian kualitatif.
m. Bersahabat atau komunikatif
Tempat dan Waktu Penelitian
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Penelitian
ini
di
Sekolah
Dasar
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
Karanggondang, Kecamatan Sewon Kabupaten
orang lain.
Bantul-Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitian
n. Cinta damai Sikap,
perkataan,
dilaksanakan bulan Juni sampai bulan Juli 2015. dan
tindakan
yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Upaya Guru Menanamkan .... (Yohanis Ndun) 731
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
tentang upaya guru menanamkan nilai-nilai
Data
karakter pada aspek kedisplinan, sebagai berikut: Teknik pengumpulan data yang digunakan
siswa kelas II-V mengungkapkan bahwa jika saya
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara
terlambat ke sekolah maka Bapak/Ibu selalu
dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan
menasehati
dalam penelitian adalah pedoman observasi,
(Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)
pedoman wawancara dan dokumentasi.
supaya
tidak
terlambat
lagi.
Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam
peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas.
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan
Observasi kelas II-V, guru selalu memberi
menggunakan pengumpulan data, reduksi data,
nasehat kepada siswa jika tidak melaksanakan
penyajian data dan Penarikan kesimpulan.
piket kelas selain iitu guru juga menasehati siswa jika ada piket kelas harus dilaksanakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa apabila melihat sampah berserakat maka saya
Hasil Penelitian Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan
langsung memungut dan membuang ke tempat
bahwa saya melakukan, teguran kepada siswa jika
sampah dengan cara memungut dan menyapunya.
meminjam buku tetapi tidak dikembalikan dan
(Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015). Pertanyaan
menegurnya supaya ia mengembalikan buku yang
dari guru ini juga didukung dengan hasil
dipinjam. Selain itu teguran kepada siswa jika
observasi yang dilakukan peneliti saat proses
ketahuan mengambil barang tidak sesuai dengan
pembelajaran di dalam kelas. Observasi kelas II-
harga barang yang ada di kantin kejujuran seperti
V, jika guru melihat atau menemukan sampah
cemilan, premen dll. (Wawancara, 23 dan 25 Juni
berserakat di sembarang tempat maka ia langsung
2015). Hasil wawancara dengan guru-guru di atas
memungut dan membuang ketempat sampah yang
diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang
sudah di sediakan di sekolah.
upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
aspek kejujuran, sebagai berikut: siswa kelas II-V
bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter
mengungkap bahwa jika ketahuan menyontek
dalam aspek peduli lingkungan seperti teguran,
maka
memberi nasehat dan memberi teladan. Guru
Bapak/Ibu
selalu
menegur
saya.
(Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)
memberi teguran kepada siswa jika membuang
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa
sampah
sembarang
tempat,
merusak
dan
saya memberi nasehat kepada siswa jika tidak
mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah
menggunakan pakaian
seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi
yang
sesuai
dengan
peraturan sekolah, tidak melaksanakan piket kelas
sekolah.
dan terlambat kesekolah. (Wawancara, 23 dan 25
tempatnya
Juni 2015). Hasil wawancara dengan guru-guru di
sembarang tempat.
atas diperkuat dengan pertanyaan dari siswa
membuang dan
sampah
jangan
harus
membuang
pada sampah
732 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 7 Tahun ke-5 2016
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa guru
taat
menjalankan
agama
dan
patuh
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
maka akan dikeluarkan dari sekolah untuk kelas tinggi seperti kelas IV-V. (Wawancara, 23 dan 25 juni 2015)
(Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015). Hasil
Hasil wawancara dengan guru-guru di atas
wawancara dengan guru-guru di atas diperkuat
diperkuat dengan pertanyaan dari siswa tentang
dengan pertanyaan dari siswa tentang upaya guru
upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter pada
menanamkan nilai-nilai karakter pada aspek
aspek cinta damai, sebagai berikut: siswa kelas II-
religius, sebagai berikut: siswa kelas II-V, guru
V, guru selalu memberi sanksi/hukuman kepada
selalu taat dan patuh pada agama yang dianut dan
siswa jika sedang berkelahi lalu meminta kami
selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan
yang sedang dianut. (Wawancara, 23 dan 25 juni
jangan di ulang lagi dengan cara melakukan
2015). Pertanyaan dari guru dan siswa ini juga
perbuatan yang sama maka dipanggil orang
didukung dengan hasil observasi yang dilakukan
tuanya lalu di denda sebesar Rp. 500.000,00
peneliti saat proses pembelajaran di dalam kelas.
untuk kelas II-V. (Wawancara, 23 dan 25 juni
Observasi II-V, guru selalu mengawali kegiatan
2015)
belajar mengajar dengan cara membaca ayat doa
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
untuk bagi yang muslim dan untuk nasrani berdoa
bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter
sesuai ajaran yang dianut. (Observasi, 23-25 juni
dalam aspek cinta damai seperti teguran, memberi
2015).
dan
nasehat dan memberi teladan. Guru memberi
observasi bahwa upaya guru menanamkan nilai
teguran kepada siswa jika siswa berkelahi dan
karakter dalam aspek religius seperti memberi
tidak menghormati orang lain. Guru memberi
nasehat dan memberi teladan. Guru memberi
nasehat kepada siswa supaya tidak merusak,
nasehat dan teladan kepada siswa jika tidak
mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
seperti meja, kursi, kamar mandi, tembok sekolah
dianutnya, taat dan patuh menjalankan agama dan
dll. Guru mengajak siswa untuk menjenguk
juga
teman yang sedang sakit.
Berdasarkan
hasil
wawancara
mengawali kegiatan belajar mengajar
dengan cara membaca ayat doa untuk bagi yang
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa
muslim dan untuk nasrani berdoa sesuai ajaran
saya
melakukan,
faktor
pendukung
yang
yang dianut.
mendukung nilai-nilai karakter seperti keadaan
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkapkan
sekolah yang kondusif dan sarana prasarana
bahwa saya memberi sanksi/hukuman kepada
memadai seperti mushola, guru, buku-buku dan
siswa jika sedang berkelahi lalu meminta kami
TPA dan adapun juga faktor pendukung melalui
berdamai, maaf-maafin, jangan dendam dan
dorongan orang tua, sekolah dan masyarakat dan
jangan di ulang lagi dengan cara melakukan
tanpa ketiga pihak ini maka nilai-nilai karakter
perbuatan yang sama maka dipanggil orang
tidak akan berjalan dengan baik. (Wawancara, 23
tuanya lalu di denda sebesar Rp. 500.000,00
dan 25 Juni 2015)
untuk kelas II-V dan kalau mengulangnya lagi
Upaya Guru Menanamkan .... (Yohanis Ndun) 733
Guru kelas H, M, Hp, Ap mengungkap bahwa faktor
penghambat
yang
dihadapi
dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak
saat
diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal
menanamkan nilai-nilai karakter seperti saat
batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini
menghadapi anak dari berbagai latar belakang
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga
seperti PR biasanya lupa kerja, piket tapi tidak
pendidikan dan peserta didik dalam memberikan
piket, respon anak berbeda dan juga kepribadian
contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
adapun juga faktor penghambat yang di hadapi
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
saat menanamkan nilai-nilai karakter seperti saya
peserta didik lain.
selalu memberi teladan kepada siswa untuk
Dari
hasil
penelitian,
peneliti
dapat
menghargai orang yang lebih tua dari kita tetapi
menyimpulkan bahwa upaya guru menanamkan
kadang tidak menerapkan apa yang di tanamkan
nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran di
disekolah dan ada juga pembawa anak yang nakal
Sekolah Dasar
sehingg sulit di beri motivasi. Peran orang tua
kedisplinan antara guru dan siswa tidak jauh
sangat penting untuk memberi motivasi kepada
berbeda
anaknya (Wawancara, 23 dan 25 Juni 2015)
memberi teladan dan sanksi/hukuman. Guru
Pembahasan
memberi teguran kepada siswa
seperti
Karanggondang pada aspek
teguran,
memberi
nasehat,
jika tidak
Dari deskripsi data yang telah peneliti
melaksanakan piket kelas, jika terlambat ke
jabarkan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
sekolah dan tidak menggunakan pakaian yang
bahwa
menanamkan nilai-nilai
sesuai dengan peraturan sekolah. Guru memberi
karakter pada aspek kejujuran antara guru dan
nasehat kepada siswa jika tidak menggunakan
siswa tidak jauh berbeda. Guru berupaya untuk
pakaian yang sesuai dengan peraturan sekolah,
menegur siswa jika ketahuan menyontek disaat
tidak melaksanakan piket kelas dan terlambat
ujian dan ulangan, menemukan barang harus
kesekolah.
upaya
guru
diumumkan dan dikembalikan, pinjam barang
Guru selalu berpakaian sopan dan rapi, datang
harus dikembalikan, mengambil barang di kantin
ke sekolah sesuai jam kerja dan pulang sekolah
kejujuran harus sesuai dengan harganya. Guru
sesuai jam kerja berakhir. Berdasarkan deskripsi
selalu memberi nasehat kepada siswa supaya
di atas dikemukakan oleh pendapat (Wiyani,
tidak menyontek, tidak boleh bekerjasama dengan
2009: 148) bahwa pembiasaan keteladanan adalah
teman di saaat ujian dan ulangan. Sedangkan
kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang
siswa mendengar teguran dan mendapatkan
tidak diprogramkan karena dilakukan tanpa
nasehat
mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan
dari
guru
agar
tidak
melakukan
menyontek pada saat ujian/ulangan. Upaya
dan
pendidikan dan peserta didik dalam memberikan
diumumkan dan
contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
dikembalikan. Berdasarkan deskripsi di atas
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
dikemukakan oleh pendapat (Wiyani, 2009: 148)
peserta didik lain.
menemukan
guru
selalu
barang
berkata
ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga
harus
jujur
bahwa pembiasaan keteladanan adalah kegiatan
734 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 7 Tahun ke-5 2016
Guru memberi sanksi/hukuman kepada siswa
mengawali kegiatan belajar mengajar dengan cara
jika tidak masuk sekolah, terlambat sekolah, tidak
membaca ayat doa untuk bagi yang muslim dan
menggunakan pakaian sesuai peraturan sekolah,
untuk nasrani berdoa sesuai ajaran yang dianut.
tidak melaksanakan piket kelas dan pulang tidak
Guru juga patuh dan taat menjalankan ibadah
sesuai jam sekolah. Sanksi/hukuman berupa
yang di anut, menghargai agama yang dianut
membersihkan kelas sendiri, mendapat panggilan
orang
untuk orang tuanya dan denda Rp. 500.000 jika
dikemukakan oleh pendapat (Wiyani, 2009: 148)
terlambat lebih dari 3 kali.
bahwa pembiasaan keteladanan adalah kegiatan
lain.
Berdasarkan
deskripsi
di
atas
Berdasarkan hasil penelitian dalam aspek
dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak
peduli lingkungan seperti teguran, memberi
diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal
nasehat dan memberi teladan. Guru memberi
batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini
teguran dan nasehat kepada siswa jika membuang
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga
sampah
dan
pendidikan dan peserta didik dalam memberikan
mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah
contoh melalui tindakan-tindakan yang baik
seperti meja, kursi, tembok dan kamar mandi
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
sekolah.
peserta didik lain.
sembarang
tempat,
membuang
tempatnya
dan
merusak
sampah
jangan
harus
membuang
pada sampah
Adapun juga berdasarkan hasil penelitian dalam aspek cinta damai seperti teguran, memberi
sembarang tempat. Apabila melihat sampah langsung memungut
nasehat dan memberi teladan. Guru memberi
dan membuang ke tempat sampah. Berdasarkan
teguran kepada siswa jika siswa berkelahi dan
deskripsi di atas dikemukakan oleh pendapat
tidak menghormati orang lain. Guru memberi
(Wiyani,
nasehat kepada siswa supaya tidak merusak,
2009:
148)
bahwa
pembiasaan bentuk
mencoret-coret lingkungan dan fasilitas sekolah
perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan
seperti meja, kursi, kamar mandi, tembok
karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang
sekolah.
keteladanan
adalah
kegiatan
dalam
dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku
Guru mengajak siswa untuk menjenguk teman
dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta
yang sedang sakit. Menghormati orang yang lebih
didik
melalui
tua. Bertutur kata yang sopan kepada orang yang
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
lebih tua. Memberi salam kepada orang yang
menjadi panutan bagi peserta didik lain.
dianggap lebih tua dari kita dan sesama teman.
dalam
memberikan
contoh
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
Berdasarkan deskripsi di atas dikemukakan oleh
bahwa upaya guru menanamkan nilai karakter
pendapat (Wiyani, 2009: 148) bahwa pembiasaan
dalam aspek religius seperti memberi nasehat dan
keteladanan
memberi teladan. Guru memberi nasehat dan
perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan
teladan kepada siswa jika tidak melaksanakan
karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang
ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, taat
dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku
dan
dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta
patuh
menjalankan
agama
dan
juga
adalah
kegiatan
dalam
bentuk
Upaya Guru Menanamkan .... (Yohanis Ndun) 735
didik
dalam
memberikan
contoh
melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain.
laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana orang tersebut hidup. Berdasarkan hasil penelitian dengan guru
Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
diperoleh
data
bahwa
peneliti
dapat
upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter
menyimpulkan bahwa pemahaman mengenai
dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar
faktor-faktor penghambat menanamkan nilai-nilai
Karanggondang sudah dilaksanakan dengan baik
karakter pada proses pembelajaran di Sekolah
seperti menegur dan menasehati siswa disaat
Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul. Guru
menyontek, membuang sampah di sembarang
diperoleh data bahwa faktor-faktor penghambat
tempat, mencoret-coret lingkungan dan fasilitas
bersumber dalam diri pribadi anak berupa anak
sekolah. Adapun juga guru selalu memberi
malas, bermain yang berlebihan, sikap melawan.
teladan kepada siswa berupa jika menemukan
Berdasarkan
deskripsi
data
di
atas,
sampah di sembarang tempat, guru langsung
pemahaman guru dan siswa mengenai faktor-
mengambil dan membuang pada tempat sampah
faktor
yang di sediakan.
menanamkan nilai-nilai karakter pada proses
Berdasarkan hasil penelitian dengan guru diperoleh
data
bahwa
peneliti
dapat
pendukung
dan
penghambat
dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul tidak jauh berbeda.
menyimpulkan bahwa pemahaman mengenai faktor-faktor pendukung menanamkan nilai-nilai
SIMPULAN DAN SARAN
karakter pada proses pembelajaran di Sekolah
Simpulan
Dasar Karanggondang, Sewon, Bantul antara
1. Upaya guru menanamkan nilai-nilai karakter
kepala sekolah dan guru tidak jauh berbeda. guru
pada proses pembelajaran di Sekolah Dasar
diperoleh data bahwa faktor-faktor pendukung
Karanggondang,
ditanamkan
berikut: a) guru memberi teguran kepada
melalui kegiatan ekstrakulikuler
jika
Sewon,
ketahuan
Bantul sebagai
seperti kegiatan pramuka, TPA, Drummer band,
siswa
tarian, karawitan dan juga melalui dorongan
meminjam buku tetapi tidak dikembalikan, b)
orang tua, sekolah dan masyarakat. Adapun juga
memberi nasehat kepada siswa jika tidak
keadaan sekolah yang kondusif dan sarana
melaksanakan piket
prasarana yang memadai seperti mushola, guru,
teladan
buku-buku dan TPA. Berdasarkan deskripsi di
menjalankan agama yang dianut, d) memberi
atas dikemukakan oleh pendapat ((Hidayatullah,
sanksi kepada siswa jika terlambat ke
2010:53) bahwa kondisi sekolah yang kondusif
sekolah 3 kali maka diberi sanksi/hukuman
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam
berupa denda uang.
dengan
menyontek
kelas,
cara
c)
patuh
dan
memberi dan
taat
pendidikan karakter adalah lingkungan. Salah
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat
satu aspek yang turut memberikan saham dalam
penanaman nilai-nilai karakter pada proses
terbentuknya corak pemikiran, sikap dan tingkah
pembelajaran
di
Sekolah
Dasar
Karanggondang, Sewon, Bantul. a. Faktor
736 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 7 Tahun ke-5 2016
pendukung : sekolah sudah menyediakan fasilitas yang kondusif kepada siswa, b.
Retno Listyarti. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Faktor penghambat bersumber dari dalam diri pribadi anak, berupa
anak malas,
keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik atau sikap melawan. Ada juga bersumber dari luar diri anak berupa perilaku orang tua yang terlalu keras, terlalu memanjakan,
terlalu
khawatir
dan
permintaan dan hubungan yang kurang harmonis dengan anak. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah pihak sekolah sebaiknya mengurangi pemberian sanksi berupa denda uang dan diganti dengan sanksi yang lain misalnya menghafal kosa kata bahasa inggris dan untuk siswa sebaiknya siswa mentaati peraturan yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Achmad Maulana dkk. (2004). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut. Jamal Ma’mur Asmani. (2012). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Masnur Muslich. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab tantangan krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Muchlas Samani dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Qodri Azizy. (2004). Membangun Integritas Bangsa. Jakarta: Renaisan. Rahayu A. Emilia. (2012). Bagaimana Membentuk Karakter Sejak Anak Usia Dini. http://blog.elearning.unesa.ac.id/. Diakses tanggal 28 Januari 2015.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.