DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI
Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon Abstrak Guru merupakan titik sentral dalam mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Selain ilmu pengetahuan yang harus dikuasai, faktor terpenting dalam diri seorang guru adalah kepribadiannya. Untuk menjadi seorang guru tidak hanya harus menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya saja, tetapi seorang guru harus memperhatikan pengetahuan tentang psikologi peserta didiknya. Faktor yang memengaruhi dalam proses pembelajaran salah satunya adalah faktor psikologi diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Dengan psikologi guru dapat merumuskan pembelajaran secara tepat, memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, memberikan bimbingan, dan memotivasi belajar peserta didik. Kata Kunci: guru, psikologi A. PENDAHULUAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dan strategis. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Oleh karena itu, standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi Majid (2008: 05). Menurut, Kunandar (2007: 46) Guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Bahkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Salah satu yang harus
dimiliki seorang guru adalah kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia (Hendayana, dkk. 2006 :7). Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didiknya secara integral. Pemahaman aspek psikologis peserta didik oleh pihak guru di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. Hadis dan Nurhayati (2008: 1). Menurut Purwanto (2004: 107) Salah satu faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik
60
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
adalah faktor psikologi diantaranya bakat, minat, motivasi, kecerdasan, dan kemampuan kognitif. Sejalan dengan Purwanto, Djaali (2007: 101) menjelaskan bahwa di dalam proses belajar banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, selain mengajar guru juga dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik yang mempunyai perbedaan karakteristik psokologi, sehingga dengan memahami itu semua guru dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Berdasarkan pengamatan di atas penulis termotivasi untuk meneliti persoalan tersebut dengan mengambil judul Peran Guru Dalam Mendidik Siswa Berdasarkan Psikologi. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah guru dalam mendidik anak berdasarkan psikologi? B. KAJIAN TEORI Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology, kata tersebut merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Yunani yaitu kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Syah, (2004: 7). Menurut Santrock, (2004: 4) Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Purwanto (2004: 1) menjelaskan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku di sini adalah kegiatan/tindakan/perbuatan manusia yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari atau tidak disadari. Dengan demikian, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Menurut Purwanto (2004: 3) secara sistematis macam-macam psikologi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu. 1.
Psikologi Metafisika, yang menyelidiki hakikat jiwa. 2. Psikologi Empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia. Psikologi empiris dapat dibagi atas: psikologi umum dan psikologi khusus. Lebih jelas lagi, Ahmadi dan Supriyono (2004: 3) di samping adanya psikologi metafisis dan psikologi empiris, masih terdapat pembagian lain seperti berikut. 1. Berdasarkan atas lapangan/obyek yang diselidiki a. Psikologi Umum yaitu ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradab. b. Psikologi Khusus yaitu ilmu jiwa yang mempelajari sifat-sifat khusus dari gejala-gejala kejiwaan manusia. 2. Berdasarkan atas kegunaannya/ tujuannya a. Ilmu jiwa teoritis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk gejala-gejala itu sendiri. b. Ilmu jiwa praktis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa untuk digunakan dalam praktik.
61
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Secara etimologis, guru adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan Tholkhah (2008: 3). Sedangkan secara termonologis, guru sering diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi siswa, baik potensi kognitif, potensi apektif, maupun potensi psikomotorik, Ramayulis (2004: 86) sedangkan menurut Usman (2007: 6) menjelaskan guru merupakan profesi/ jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Guru merupakan profesi yang menyenangkan dan mulia. Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam bab XI pasal 39, dinyatakan bahwa pendidik (guru) adalah: tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sejalan dengan itu, dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal I ayat I, bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang mempunyai
tugas khusus untuk mengajar dan mendidik peserta didiknya. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain mengajar, guru juga mempunyai tugas dan peran sebagai pembimbing. Menurut Usman (2007: 6) guru mempunyai tugas yang sangat banyak, baik tugas yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. Selain itu, guru juga mempunyai peranan dan kompetensi dalam proses belajar-mengajar antara lain guru sebagi pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor Adam dan Decey (Usman 2007: 9). Syamsudin dan Budiman (2006: 120) menjelaskan tugas dan peran seorang guru adalah sebagai berikut: a. pemelihara sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator sistem nilai ilmu pengetahuan; b. penerus sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik; c. penerjemah sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya melalui proses interaksinya dengan peserta didik; d. penyelenggara terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal maupun secara moral.
62
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Secara terperinci Saondi dan Suherman (2010: 10) menjelaskan tugas guru berpusat pada: a. mendidik dengan titik berat memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; b. memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; c. membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dan peran seorang guru bukan hanya mengajar melainkan seorang guru harus mendidik, dan membimbing peserta didiknya. Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan materi pengajaran dan memahami setiap kepribadian peserta didiknya dan membimbing peserta didiknya sehingga seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan materi pengajaran dan memahami setiap kepribadian peserta didiknya. C. PEMBAHASAN Berdasarkan rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimanakah guru dalam mendidik anak berdasarkan psikologi? Dalam bab ini akan dibahas bagaimana seharusnya guru mendidik peserta didiknya berdasarkan psikologi. Djaali (2007: 101) menjelaskan bahwa di dalam proses belajar banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Selain itu, Mustaqim dan Wahib (2010: 63) menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi belajar adalah kemampuan pembawaan, kondisi fisik orang yang belajar, kemauan belajar, sikap terhadap guru, bimbingan, dan ulangan. Psikologi mempunyai arti penting bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Syah (2004: 16) mengatakan bahwa di antara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya harus menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya saja, tetapi seorang guru harus memperhatikan pengetahuan tentang psikologi peserta didiknya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. 1. Motivasi Menurut Suryabrata (Djaali 2007: 101) Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri sesesorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates, dkk. (1954: 301) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Sementara itu, McClelland (Djaali 2007: 103) mengemukakan bahwa di antara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan. Karena uraian ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi belajar, maka konteks motivasi yang sesuai di sini adalah motivasi berprestasi. Dengan demikian, motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan
63
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
tertentu (berprestasi setinggi mungkin). Santrock (2008: 10) menjelaskan bahwa guru yang efektif mempunyai strategi yang baik dalam membantu para siswa agar mampu memotivasi dirinya sendiri secara mandiri dan dapat bertanggung jawab atas pembelajaran yang mereka dapatkan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas motivasi merupakan hal yang penting dalam sebuah pembelajaran, motivasi bertujuan untuk memberikan semangat kepada peserta didik untuk terus belajar dan berprestasi. Prayitno, (Hadis dan Nurhayati 2008: 32) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar, yaitu (1) memusatkan perhatian siswa kepada suatu topik yang akan diajarkan, (2) mengemukakan kepada siswa tentang apa yang perlu dicapai oleh siswa setelah mempelajari materi pelajaran tertentu, (3) mengemukakan tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Selain itu, Sudirman (Hadis dan Nurhayati 2008:32) mengemukakan ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa (1) memberikan angka kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (3) menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4) melibatkan ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) memberikan pujian, (8) memberikan hukuman, (9) menumbuhkan hasrat belajar kepada peserta didik, (10) menumbuhkan minat, dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan diterima oleh peserta didik. 2. Sikap Trow (Djaali 2007: 114) mendefinisakan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Menurut Bruno, (Syah 2004: 120) sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sedangkan menurut Djaali (2007:
116) sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas, dan lainlain. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Untuk mengembangkan sikap belajar yang positif, Mustaqim dan Wahib (2010: 64) menjelaskan perlu diperhatikan sikap guru terhadap murid. Sikap yang baik, ramah mengenal murid, akan menjadi dorongan bagi murid untuk lebih giat belajar. Lebih jelas lagi, Djaali (2007: 117) menjelaskan cara mengembangkan sikap belajar yang positif adalah sebagai berikut. a. bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya; b. hubungkan dengan pengalaman yang lampau; c. beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; d. gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya. 3. Minat Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Djaali (2007: 121). Menurut Mustaqim dan Wahib (2010: 64), minat memegang peran sangat penting di dalam belajar. Adanya minat dapat mendorong belajar dan sebaliknya tidak adanya minat dapat memperlemah belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan hal yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Apabila
64
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
peserta didik mempunyai minat belajar yang tinggi maka motivasi untuk belajar pun akan tinggi. Namun, pada kenyataannya minat belajar peserta didik bervariasi. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya mata pelajaran yang kurang disukai, sikap guru di kelas, dan lingkungan. Hadis dan Nurhayati (2008: 45) menjelaskan minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor belajar, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lain-lain. Dari faktor-faktor tersebut guru harus memiliki pengetahuan tentang minat peserta didiknya. 4. Kebiasaan Belajar Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Sumardi Suryabrata (Djaali, 2007: 129) merumuskan cara belajar yang efesien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya. Mengenai cara belajar yang efesien, belum menjamin keberhasilan dalam belajar. Hal paling penting adalah siswa mempraktikannya dalam belajar seharihari, sehingga lama-kelamaan menjadi kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.
Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa faktor psikologi peserta didik dapat memengaruhi proses pembelajaran di kelas. Jika proses pembelajaran ingin berhasil dengan baik maka setiap guru harus memperhatikan faktor psikologi peserta didiknya. Dengan memahami psikologi peserta didiknya, seorang guru diharapkan dapat : (1) Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat, (2) Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, (3) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling, (4) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, (5) Menciptakan iklim belajar yang kondusif, (6) Berinteraksi secara tepat dengan siswanya (7) Menilai hasil pembelajaran yang adil. D. SIMPULAN Untuk menjadi seorang guru tidak hanya harus menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya saja, tetapi seorang guru harus memperhatikan pengetahuan tentang psikologi pendidikan. Peran guru dalam mendidik anak berdasarkan psikologi sangatlah penting. Dengan psikologi guru dapat merumuskan pembelajaran secara tepat, memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berinteraksi secara tepat dengan siswanya dan menilai hasil pembelajaran yang adil.
PUSTAKA RUJUKAN Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta. Hadis dan Nurhayati. 2008. Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
65
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Hendayana.dkk. 2006. Lesson Study. Bandung: UPI Press Kunandar. 2007. Guru Profesional. Raja. Grafindo: Jakarta. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda. Mustakim dan Wahib. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Santrrock. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Saondi dan Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda. Tholkah, Imam. 2008. Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Titian Pena Usman, Moh. Uzer. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda. -------- 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
.
66