PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMK GANESA METRO Oleh: Nuryanto ABSTRAK Memiliki akhlak yang mulia merupakan tujuan pendidikan Islam yang paling tinggi. Untuk itu Setiap guru khususnya guru pendidikan agama Islam memiliki tanggung jawab untuk memberikan pembinaan akhlak pada para siswanya sehingga dapat melahirkan generasi cerdas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berakhlakul karimah. Penelitian di SMK Ganesa Metro menunjukka bahwa walaupun guru PAI telah berperan cukup baik dalam pembinaan akhlak siswanya, namun banyak siswa di SMK tersebut berakhlak kurang baik. Berdasarkan observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi, ditemukan beberapa kendala yang dihadapi guru PAI dalam melakukan perannya sebagai pembina akhlak siswa SMK Ganesa Metro yaitu kurangnya kemauan dalam diri siswa untuk memperbaiki dirinya. Di sisi lain ada beberapa guru yang kurang mendukung upaya guru PAI, teman pergaulan siswa, dan kurangnya perhatian orang tua siswa. Keywords: Akhlak, guru PAI, siswa A. PENDAHULUAN Tujuan yang paling utama dalam pendidikan agama Islam adalah agar siswa memiliki akhlak yang mulia. Sebagaimana yang dikemukakan M. Athiyah al Abrasi, bahwa tujuan pendidikan Islam yang pokok dan utama adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. 1 Pendapat senada juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna, peningkatan moral, tingkah laku yang baik, mengembangkan
rasa kepercayaan
terhadap
agama
dan
Tuhan, serta
mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang. 2 Menurut Al Ghazali, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal maupun syara‟, maka ia
Dosen tetap Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro, E-mail:
[email protected] 1 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), h.
1 2
Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 24
1
disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat dirumuskan pengertian akhlak adalah suatu perbuatan, tingkah laku, sifat atau perangai manusia yang tertanam dan melekat dalam jiwanya yang kesemuanya itu timbul atau muncul tanpa memerlukan proses pemikiran yaitu secara spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan perbuatan. Atau dengan kata lain akhlak adalah sikap yang lahir yang berupa perbuatan yang baik atau perbuatan buruk. Adapun yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah suatu sikap yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji baik dari segi akal maupun syara.3 Untuk itu menurut Al Gazali ciri-ciri manusia yang berakhlak mulia adalah banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak perbaikan, lidah banyak yang benar, sedikit bicara banyak bekerja, sedikit terperosok kepada hal-hal yang tidak perlu, berbuat baik, menyambung silaturahmi, lemah lembut, penyabar, banyak berterima kasih, rela kepada yang ada, dapat mengendalikan diri ketika marah, kasih sayang, dapat menjaga diri dan murah hati kepada fakir miskin, tidak mengutuk orang, tidak suka memaki, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, tidak pendengki, tidak kikir, tidak penghasut, manis muka, bagus lidah, cinta pada jalan Allah, benci dan marah karena Allah. Dengan demikian, tugas memberikan pendidikan dan pembinaan akhlak mulia bukan hanya guru pendidikan agama Islam semata, tetapi juga semua profesi guru. Dan pembinaan akhlak tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran pendidikan agama Islam tetapi juga setiap mata pelajaran harus mengandung unsur akhlak. Guru pendidikan agama Islam merupakan seseorang yang diberikan tugas memberikan pengajaran dan pendidikan akan nilai-nilai ajaran Islam. Sebagaimana yang dikemukakan
Ramayulis, guru adalah orang yang
bertanggung jawab tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga pengajar. Sebagai pengajar bertanggung jawab agar siswa memahami materi pelajaran yang 3 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 99
2
disampaikan dan tanggung jawab pendidik membentuk kepribadian siswa. 4 Jadi guru pendidikan agama Islam merupakan seseorang yang mengabdikan dirinya untuk melaksanakan pengajaran dan pendidikan agar seseorang menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, dan memiliki akhlak yang mulia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Peran guru pendidikan agama Islam sangat besar dalam membina akhlak para siswanya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal di SMK Ganesa Metro, dapat disimpulkan bahwa walaupun guru pendidikan agama Islam telah berperan cukup baik dalam pembinaan akhlak para siswanya, akan tetapi masih banyak siswa di SMK Ganesa Metro yang menunjukkan akhlak yang kurang baik, seperti: datang ke sekolah terlambat, suka bolos sekolah, suka berbohong, membntah pada orang tua dan guru, dan sebagainya. Untuk itulah penelitian ini mendeskripsikan bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa SMK Ganesa Metro. Dari penelitian ini terungkap bagaimana peran guru Agama Islam dan kendala-kendala yang dihadapinya.
B. Kajian Teori Akhlak tidak dapat dipisahkan dari agama, karena akhlak merupakan salah satu pokok ajaran akhlak. Said Agil Husain Al Munawar, dalam bukunya aktualisasi nilai-nilai Qurani menyatakan bahwa sesuatu yang disebut baik barometernya adalah baik dalam pandangan agama dan masyarakat, demikian pula sebaliknya, sesuatu yang dianggap buruk barometernya adalah buruk dalam pandangan agama dan masyarakat. 5 Hal ini dapat dilihat bahwa seluruh ajaran agama berujung pada nilai akhir yaitu akhlakul karimah. Seseorang yang mengaku telah beriman kepada Allah, dia harus menunjukkan keimanannya melalui tingkah aku yang baik dan sesuai dengan ajaran agamanya. Dasar pendidikan akhlak bagi setiap muslim adalah akidah yang benar terhadap alam dan kehidupannya, karena akhlak tersarikan dari akidah
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 36 Said Agil Husin Al Munawar, Aktualissi Nilai-nilai Qurani Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 26 4 5
3
dan pancaran darinya.” 6 Dengan demikian, jika seorang muslim berakidah dengan benar berarti ia telah memiliki akhlak yang benar atau baik pula. Dan apabila seorang muslim tersebut buruk maka buruk pula akhlaknya. Manusia telah dianugerahi Allah SWT potensi di dalam dirinya untuk melakukan akhlak yang baik dan buruk. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam surat Asy-Syams ayat 7 dan 10:
Artinya : .... dan jiwa serta penyempurnaan ciptaan-Nya, maka Allah mengilhamkan jalan kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. 7 Dari firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Akan tetapi Allah memberi peringatan bahwa setiap perbuatan atau jalan yang dipilih memiliki resiko dan tanggung jawab masing-masing. Apabila manusia tersebut menginginkan kebaikan dan kebahagiaan, maka isi dan hiasilah jiwanya dengan ketakwaan dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. Akan tetapi keburukan dan kesengsaraan akan menunggunya apabila ia mengotori jiwanya dengan kefasikan atau melanggar perintah-perintah Allah. Sebagaimana satu contoh, Allah menyatakan tentang akibat yang akan timbul akibat ulah manusia itu sendiri yang tidak dapat menjaga dirinya dari perbuatan buruk seperti keserakahan, maka musibah dan kemalangan yang akan menimpanya. Hal tersebut dapat terlihat dalam surat Ar-Ruum ayat 41 :
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Penerjemah: Abdul Hayyi al-Kattani, dkk., (Jakarta, Gema Insani Press, 2004), h. 84 6
7
QS. Asy-Syams: 7-10
4
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Ruum : 41) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan dengan budi pekerti dan kelakuan. Jadi secara etimologi, akhlak berarti segala perbuatan atau adat kebiasaan serta tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Adapun menurut istilah Akhlak yang biasa disebut dengan moral adalah “sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.” 8 Dalam Al Qur‟an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan bagaimana cara manusia berakhlak kepada sesamanya. Di antaranya adalah surat Al Isra‟ ayat 23-24 yang menerangkan akhlak manusia kepada kedua orang tuanya:
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dari ayat tersebut, dapatlah dipahami bahwa kewajiban berakhlak kepada kedua orang tua letaknya kedua setelah kewajiban berakhlak kepada Allah. Dengan demikian berarti akhlak kepada orang tua sangatlah penting bahkan wajib dilakukan. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan perantara dalam penciptaan dan pemberian nikmat kepada manusia. 9 Ibu telah mengandung dan melahirkan kita dengan susah payah, mereka telah
8 9
Ali Abdul Halim, Op.Cit., h. 26-27 Ibid., h. 185
5
mendidik, menjaga, dan memberikan hal-hal yang dibutuhkan anak-anaknya. Untuk itu sudah seharusnyalah setelah mereka tua perlakukanlah dengan baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang. Janganlah menyakiti keduanya, janganlah mereka berdua mendengar kata-kata kasar dari anaknya, hormatilah dan muliakanlah mereka, bantulah keduanya baik secara fisik dan material, dan senantiasa doakanlah mereka agar selalu diampuni dosa-dosanya dan dalam lindungan Allah SWT. Adapun Ibrahim Anis merumuskan pengertian akhlak sebagai “keadaan yang tertanam dalam jiwa, yang darinya lahir berbagai macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” 10 Sementara Abu Bakar Jabar Al-Jazairi, juga mengemukakan pendapat bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah “Akhlak adalah kebiasaan yang melekat dari dalam jiwa yang disandarkan kepadanya perbuatan-perbuatan baik berupa keinginan dan pilihan dari yang baik dan yang buruk dan dari yang indah maupun jelek.” Akhlak
manusia
akan
melekat
dalam
jiwanya
menjadi
suatu
kepribadian dan menjadi ciri khas orang tersebut. Apabila akhlaknya itu baik maka ia akan dipandang istimewa tidak hanya di mata orang lain akan tetapi juga Allah SWT. Akhlak dalam ajaran Islam termaktud dalam Al Qur‟an cakupannya
sangatlah
luas,
dalam
artian
tidak
hanya
akhlak
dalam
hubungannya dengan sesama manusia, akan tetapi juga akhlak kepada Allah sebagai penciptanya dan akhlak kepada semua makhluk Allah seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. “Akhlak adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan makhluk-makhluknya lain dan dengan Tuhannya.” 11 Karena akhlak merupakan cerminan dari iman seseorang, maka ia tidak hanya taat dalam menjalankan perintah Allah seperti melakukan shalat dan puasa, juga menjaga pergaulannya dengan sesamanya, seperti menjaga mulutnya, suka menolong orang lain, tidak sombong dan iri hati, sabar, dan berlaku baik dengan lingkungannya.
10
M. Ishom el Saha, dan Saiful Hadi, Sketsa Al Qur’an, (Jakarta : Lista Fariska Putra, 2005), h.
11
Ishom dan Saiful, Op.Cit., h. 41
40
6
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Peran Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Siswa Guru Pendidikan Agama Islam (yang selanjutnya disingkat dengan PAI) harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik yang salah satunya adalah melakukan pembinaan akhlak siswa. Dalam pembinaan akhlak siswa SMK Ganesa Metro, peran guru yang diharapkan adalah: 1) memberikan pengetahuan tentang akhlak Islami, 2) memberikan nasihat, 3) memberikan hadiah (reward), 4) memberikan hukuman/peringatan, 5) memberikan teladan yang baik, 6) membiasakan makhluk yang baik, 7) menjalin hubungan kerja sama dengan kepala sekolah, guru dan orang tua siswa. Dengan berbagai perannya tersebut diharapkan dapat terima akhlak mulia pada diri siswa SMK Ganesa Metro. Adapun pokok bahasan pendidikan agama Islam yang menerangkan materi akhlak adalah sebagai berikut : 1) Husnudhan;
pengertian
perilaku
husnudhan,
contoh-contoh
perilaku
husnudhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia, perilaku husnudhan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian; pengertian adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian, contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian, adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan bepergian dalam kehidupan sehari-hari. 3) Taubat dan raja‟: pengertian taubat dan raja‟, contoh-contoh perilaku taubat dan raja‟, perilaku bertaubat dan raja‟ dalam kehidupan sehari-hari. 4) Menghargai karya orang lain: pengertian dan maksud menghargai karya orang lain, contoh perilaku menghargai karya orang lain, perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari. 5) Dosa besar: pengertian dosa besar, contoh perbuatan dosa besar, perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari. 6) Adil, ridha, dan amal saleh, pengertian adil, ridha, dan amal saleh, contoh perilaku adil, ridla dan amal saleh, perilaku adil, ridha, dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari.
7
7) Persatuan
dan
kerukunan;
pengertian
dan
maksud
persatuan
dan
kerukunan, contoh perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. 8) Isyraf, tabir, ghibah, dan fitnah.12 Berdasarkan data di atas
dapat dipahami bahwa pendidikan agama
Islam yang diberikan di SMK Ganesa Metro meliputi pendidikan akhlak. Dan dokumen tersebut membenarkan apa yang diucapkan guru pendidikan agama Islam, kepala sekolah, para guru dan para siswa di SMK Ganesa Metro tersebut bahwa guru PAI telah memberikan materi akhlak kepada siswanya di SMK tersebut. Akan tetapi dalam memberikan pengetahuan tersebut memerlukan pemahaman materi tentang apa yang disampaikan dan metode dalam menyampaikan agar mudah diterima dengan baik oleh siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang siswa SMK Ganesa Metro, mereka menyatakan bahwa guru PAI cukup memahami materi tentang akhlak. Hal ini dapat mereka lihat dari kemampuan guru PAI tersebut dalam menjelaskan materi akhlak dengan luas dan jelas. Apa yang disampaikan guru PAI tersebut cukup dipahami mereka. 13 Dalam memberikan pengetahuan tentang akhlak tersebut, berdasarkan hasil observasi penulis, guru PAI SMK Ganesa Metro menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti metode ceramah yang divariasikan dengan cerita, metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode resitasi. Penguasaan guru PAI SMK Ganesa Metro dalam pemanfaatan berbagai metode tersebut cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari keaktifan siswa di kelas, dan guru mampu mengelola kelas dengan baik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Metode Selain memberikan pengetahuan kepada siswa, sebagai guru yang profesional, seorang guru PAI harus mampu menjadikan dirinya sebagai pengganti orang tua siswa dan sahabat baik bagi siswanya. Siswa SMK
12 Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk SMK Tahun Pelajaran 2009/2010, Dokumentasi, h. 73-81 13 Ahmad Sofyan, Siswa Kelas XI Listrik Ganesa Metro, Wawancara, 22 Februari 2010
8
merupakan anak-anak yang berada pada usia remaja yang akan banyak sekali problem
yang
dihadapi
mereka terutama dalam masalah
keagamaan.
Pergaulan remaja yang terlamapau bebas memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja tersebut, karena mereka berada pada usia labil yang mudah terpengaruh dan mau melakukan apa saja agar dapat diterima oleh lingkungan pergaulannya. Untuk itu guru PAI harus mampu memberikan nasihat kepada siswanya yang berada pada usia remaja tersebut dengan cara arif dan bijaksana sehingga mereka mau mendengarkan segala nasehat yang diberikan guru PAI tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru PAI di SMK Ganesha
Metro
diperoleh
informasi
bahwa
mereka
selalu
berusaha
memberikan nasihat kepada para siswanya yang melakukan perbuatan atau akhlak yang tercela, seperti bolos sekolah, merokok, berkelahi, malas melaksanakan kewajiban belajar dengan baik, melanggar peraturan sekolah, dan masalah pacaran. Apabila ada siswa yang melakukan berbagi pelanggaran tersebut biasanya guru BK melibatkan mereka untuk menasihati para siswa yang melakukan perbuatan atau akhlak tercela tersebut. 14 Upaya dalam memberikan nasihat kepada siswanya yang melakukan akhlak tercela tersebut biasanya dilakukan dengan lemah lembut. Mengajak para siswanya untuk memikirkan dan merenungi segala perbuatan dan akibat dari perbuatannya tersebut. Guru PAI di SMK Ganesa Metro tidak langsung marah-marah dengan memukul atau mengatakan perkataan yang menyakitkan hati mereka, akan tetapi mengajak mereka bertukar pikiran dan berbincangbincang sebagaimana teman karib mereka. Walaupun memang terkadang guru PAI kurang mampu menahan emosi amarahnya akan tetapi guru PAI di SMK Ganesa Metro tampak berusaha menekan emosi mereka dengan cukup baik. 15 Dalam pemberian nasehatpun, langsung dilaksanakan apabila ada siswa yang melakukan akhlak tercela tanpa menunda-nunda lagi. Hal ini culup efektif agar siswa dapat cepat dikontrol sehingga tidak terlanjur melakukan perbuatan atau akhlak tercela tersebut sehingga sulit untuk diperbaiki. 14 Komarul Zaman, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMK Ganesa Metro, Wawancara, 22 Februari 2010 15 Upaya pemberian nasihat oleh guru PAI SMK Ganesa Metro, Observasi, Januari – Mei 2010
9
Salah satu upaya yang dilakukan guru PAI di SMK Ganesa Metro adalah
memberikan
reward/hadiah.
Hadiah
yang
dimaksud
adalah
memberikan berbagai penguat kepada siswa yang telah melakukan akhlak yang baik, dalam bentuk pujian, senyuman, ataupun dalam bentuk benda lainnya. Sebagai tanda penghargaan guru PAI terhadap upaya siswanya membina dan membiasakan dirinya untuk melakukan akhlak yang baik tersebut. Dengan memberikan hadiah ini bertujuan agar siswa semakin termotivasi untuk melakukan akhlak yang baik tersebut berulang kali sehingga menjadi kebiasaan yang melekat dalam dirinya. Hukuman/peringatan
yang
dimaksud
merupakan
sangsi
yang
diberikan kepada siswa yang melakukan akhlak tercela. Hukuman tersebut bisa dalam bentuk hukuman fisik maupun psikis. Hukuman fisik misalnya disuruh push up atau lari keliling lapangan sekolah. Sedangkan hukuman psikis misalnya diberikan hukuman kedisiplinan berupa diskors selama beberapa hari tidak diperkenankan sekolah, dipanggil orang tua, bahkan apabila sampai perbuatan terlalu berat dan telah berulang kali dilakukan maka biasanya dikeluarkan dari sekolah. Pemberian hukuman/peringatan ini diharapkan agar siswa tidak mengulangi kembali perbuatan atau akhlak tercelanya tersebut. 16 Selain memberikan pengetahuan, nasihat, hadiah, dan hukuman, sebagai bentuk pembinaan akhlak siswa, hal yang paling penting dilakukan oleh guru PAI adalah memberikan teladan yang baik bagi siswanya. Apabila guru PAI ingin siswanya mau menerima dan melaksanakan apa yang dikelaskan dan dinasihatinya, maka guru PAI harus mampu menunjukkan terlebih dahulu kepada para siswanya bahwa dia pun memiliki berbagai akhlak baik sebagaimana yang ia berikan kepada siswanya tersebut. Memiliki akhlak yang baik merupakan hal yang bukanlah mudah, perlu upaya yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan yang melekat dalam diri siswa tersebut. Untuk itu diharapkan guru PAI dalam
16 Komarul Zaman, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMK Ganesa Metro, Wawancara, 22 Februari 2010
10
pembinaan akhlak siswanya untuk mengupayakan agar para siswanya terbiasa melakukan akhlak yang baik. Pembiasaan yang baik juga dilakukan dengan sebelum memulai pelajaran siswa diwajibkan untuk berdoa dan mengucapkan salam kepada para gurunya. Ketika guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran maka siswa diwajibkan untuk berdiri dan mengucapkan salam. Dan begitu pada guru mata pelajaran lainnya yang bergantian. Setelah jam pulang berbunyi maka siswa diwajibkan untuk membaca doa dan mengucapkan salam serta berbaris dengan tertib untuk berjabat tangan dengan gurunya. 17 Pembiasaan akhlak yang baik bagi siswanya dilakukan guru PAI dengan berbagai cara: 1- Membiasakan mereka mengucapkan salam apabila bertemu dan berjabat tangan dengan para siswanya. 2- Memerintahkan bagi siswa yang mengantuk untuk mengambil air wudhu. 3- Membiasakan siswa melakukan shalat zuhur berjamaah di Masjid yang berdampingan dengan SMK Ganesa. Shalat zuhur secara berjamaah dimaksudkan agar siswa terbiasa melaksanakan ibadah dan melakukan shalat secara berjamaah. 4- Selain itu setiap bulan suci Ramadhan, para siswa diwajibkan untuk melakukan shalat sunnah dhuha berjamaah dan membaca Al Qur‟an. Dalam melaksanakan pembinaan akhlak siswa, maka guru PAI perl u melakukan kerja sama yang baik dengan kepala sekolah, para guru lainnya dan orang tua siswa. Karena pembinaan akhlak bukanlah hal yang mudah perlu bantuan, bimbingan, pembinaan, dan perhatian berbagai pihak. Guru PAI tidak dapat bekerja sendiri. Dia perlu dukungan berbagai pihak agar upaya pembinaan akhlak yang dilakukannya berhasil dengan baik. Kerja sama dengan orang tua siswa juga diupayakan sebaik mungkin. Bagi siswa yang melakukan pelanggaran disiplin sekolah ataupun melakukan perbuatan yang tercela biasanya orang tua diajak berdiskusi untuk mencari solusi permasalahan anaknya tersebut. Dan orang tua siswa juga diajak untuk
17
Ibid.
11
membantu memberikan perhatian dan pengawasan kepada anaknya. Untuk itu biasanya di SMK Ganesa Metro guru PAI bekerjasma dengan guru BK dan wali kelas siswa untuk memanggil orang tua siswa ataupun melakukan home visit. Sehingga diharapkan dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi permasalahan dan penyebab permasalahan tersebut. 18 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SMK Ganesa Metro, upaya membiasakan siswanya agar terbiasa melakukan akhlak yang baik, salah satunya dengan menanamkan kedisiplinan dengan tegas. Pembiasaan akhlak yang baik bagi siswanya dilakukan guru PAI dengan membiasakan mereka mengucapkan salam apabila bertemu dan berjabat tangan dengan para siswanya. Selain itu, pembiasaan yang dilakukan adalah memerintahkan bagi siswa yang mengantuk untuk mengambil air wudhu. Berdasarkan hasil berbagai wawancara dan observasi tersebut, dapat dipahami bahwa pembiasaan akhlak bagi para siswa di SMK Ganesa Metro cukup baik, yaitu tidak hanya pembiasaan akhlak dengan Tuhan juga kepada sesama manusia.
3. Kendala Guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa Kendala yang dihadapi guru PAI di SMK Ganesa Metro dalam melakukan pembinaan akhlak para siswanya : a. Sikap sebagian guru lainnya yang kurang mendukung Dukungan para guru lainnya bagi guru PAI dalam melakukan pembinaan akhlak siswa sangatlah penting. Menurut guru PAI di SMK Ganesa Metro ada beberapa guru di SMK tersebut yang kurang mendukung. b. Lingkungan pergaulan siswa yang kurang baik Kendala lain yang dihadapi guru PAI di SMK Ganesa Metro dalam melakukan pembinaan akhlak para siswanya adalah lingkungan pergaulan siswa yang kurang baik. Siswa telah diarahkan untuk tidak bergaul dengan teman yang buruk akhlaknya, akan tetapi pengaruh temannya tersebut tetap lebih kuat.
18 Pelaksanaan kerjasama dengan orang tua siswa dalam pembinaan akhlak siswa di SMK Ganesa Metro, Observasi, Januari – Mei 2010
12
c. Kurangnya perhatian orang tua siswa Menurut guru Pai di SMK Ganesa Metro kendala lain yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa adalah faktor kurangnya perhatian orang tua siswa terhadap perkembangan dan pergaulan anak-anaknya. Anak-anaknya dibiarkan bebas tanpa aturan di rumah. Hal ini biasanya disebabkan karena kesibukan orang tua mencari nafkah dan karena faktor ekonomi.19 d. Kurangnya kemauan siswa untuk mengubah akhlaknya Peran guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa merupakan faktor di luar diri siswa. Artinya guru PAI hanya memberikan bantuan dan bimbingan serta arahan, selanjutnya keputusan untuk mau tidaknya siswa tersebut berubah atau memperbaiki dirinya itu berada di tangan siswa itu sendiri. Apabila siswa itu sendiri tidak mau atau tidak mau berusaha mengubah dan memperbaiki akhlak buruknya dengan akhlak yang baik maka sangatlah sulit guru PAI mencapai keberhasilan dalam pembinaan akhlak siswa tersebut. Kendala yang paling besar dihadapi guru PAI dalam melakukan perannya sebagai pembinaan akhlak siswa SMK Ganesa Metro adalah kurangnya kemauan dalam diri siswa itu sendiri untuk memperbaiki dirinya. Dan faktor lainnya yang menjadi kendala adalah adanya beberapa guru yang kurang mendukung upaya guru PAI, lingkungan teman pergaulan siswa, dan kurangnya perhatian orang tua siswa. Berdasarkan hasil observasi dalam wawancara tersebut dapat dipahami bahwa guru PAI di SMK Ganesa Metro cukup mampu menjadikan dirinya teladan yang baik bagi para siswanya. Hal tersebut ditunjukkan dari kedisiplinan dan kinerja guru PAI di SMK Ganesa Metro yang cukup baik. D. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penyajian dan analisis data yang telah diuraikan di atas adalah : 1. Peran guru PAI dalam pembinaan akhlak siswanya di SMK Ganesa Metro dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran guru PAI di SMK 19 Cahyo Purnomo, Wali Kelas Kelas X Teknik Permesinan SMK Ganesa Metro, Wawancara, 10 Mei 2010
13
Ganesa Metro dalam memberikan pengetahuan yang cukup luas tentang akhlak kepada siswanya, memberikan nasihat dengan arif dan bijaksana baik di kelas maupun di luar kelas, memberikan pujian dan penghargaan kepada siswa yang memiliki akhlak yang baik, langsung memberikan hukuman/peringatan kepada siswa yang melakukan akhlak yang kurang baik, berupaya menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik bagi siswanya, membiasakan siswanya untuk melakukan akhlak yang baik, dan menjalin kerja sama yang baik dengan kepala sekolah, para guru dan orang tua siswa dalam melakukan pembinaan akhlak pada siswa di SMK Ganesa Metro. 2. Kendala yang paling besar dihadapi guru PAI dalam melakukan perannya sebagai pembina akhlak siswa SMK Ganesa Metro adalah kurangnya kemauan dalam diri siswa itu sendiri untuk memperbaiki dirinya. Dan faktor lainnya yang menjadi kendala adalah beberapa guru yang kurang mendukung upaya guru PAI, lingkungan teman pergaulan siswa, dan kurangnya perhatian orang tua siswa.
Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Kepada kepala SMK Ganesa Metro untuk semakin meningkatkan upaya pembinaan akhlak para siswanya dengan meningkatkan kedisiplinan para guru, staf dan dirinya sendiri sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi para siswanya. 2. Kepada para guru SMK Ganesa Metro untuk meningkatkan kompetensi kepribadiannya dengan memiliki akhlak yang baik dan menjadikan diri sebagai teladan yang baik bagi para siswanya. 3. Kepada guru PAI SMK Ganesa Metro untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran, menjalin hubungan komunikasi lebih erat dan akrab dengan para siswa dan orang tua siswa agar upaya pembinaan akhlak siswa lebih efektif dan efisien mencapai tujuan. 4. Kepada para siswa SMK Ganesa Metro untuk menumbuhkan keinginan dan tekad dalam diri untuk memperbaiki diri sendiri karena yang mampu mengubah diri sendiri adalah dirimu sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, Metodologi Rosdakarya, 2003
Pengajaran
Agama
Islam,
Jakarta:
Remaja
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media, 2000. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma‟arif, 1974. Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Al-Jazairi, Abu Bakar Jabar, Minhaj Al-Muslim, 1999. Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, Penerjemah; Abdul Hayyi alKattani, dkk., Jakarta, Gema Insani Press, 2004 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Rumah,
Sekolah
dan
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 1989 Rusbn, Abidin Ibn, Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2007 Sutrisno Hadi, Metodology Research II, Yogyakarta: UGM, 1990 „ulwan, Abd. Allah Nashih, Tarbiyah al-Aulad Fi al Islam, Kairo : Dar alSalam li Al-Thibaah wa al-Tauzi, 1981 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
15