PERAN BMT MASJID AL-AZHAR CABANG KUNCIRAN CILEDUG DALAM MENGEMBANGKAN PRODUKTIVITAS USAHA KECIL MENENGAH
Skripsi Di ajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Disusun oleh : AYU WANDIRA NIM : 107053002500
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Maret 2011
Ayu Wandira.
i
ABSTRAK Ayu Wandira, Peran BMT Masjid Al-Azhar Cabang Kunciran Ciledug Dalam Mengembangkan Produktivitas Usaha Kecil Menengah, di bawah bimbingan Drs sungaidi MA Krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan hingga saat ini masih sangat dirasakan oleh segenap komponen bangsa, krisis ekonomi telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Krisis telah memaksa Indonesia untuk melakukan berbagai perubahan dalam rangka koreksi kelemahan dan kesalahan msa lalu. Namun demikian, perubahan yang telah dilakukan sampai dengan saat ini tampaknya masih belum optimal. Persoalan yang mucul sekarang adalah dari mana para pengusaha kecil memperoleh tambahan modal agar mampu memperbesar pmsetnya. Bagi pengusaha kecil dan sangat kecil, pengadaan modal menjadi salah satu masalah dalam rangka pengembangan usaha serta dalam usaha mendukung peningkatan produktifitasnya, taraf hidup dan tingkat pendapatan usaha mereka. Sementara dengan usahanya yang kecil mustahil mereka melakukan penambahan modal Dari uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran BMT dalam mengembangkan produktifitas UKM dan mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan BMT dalam mengembangkan produktifitas UKM. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriftif, sedangkan pengumpulan data, analisis data digunakan tehknik observasi, wawancara dan pengumpulan data, analisis data digunakan digunakan penaksiran logika yang dihubungkan dengan konteksaktivitasnya. Tingkat keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar terus bertambahnya nasabah dan aset yang dimilikinya saat ini, kemudian potensi yang dimiliki BMT ini seperti kinerja yang Dari penelitian yang saya lakukan peran BMT bagi para UKM (Usaha Kecil Menengah) sangat di butuhkan bagi mereka karena bank-bank Konvensional yang ada tidak menjamin kesejahteraan mereka, karena Bank Konvensional sangat menekankan kepada riba atau bunga, sanagt berbeda sekali dengan BMT yang mana BMT menggunakan sistem bagi hasil, karena BMT beroperasi dengan sistem Syari’ah. Dan apabila ada nasabah yang mengalami kerugian dalam usahanya maka pihak BMT akan meukup baik , lokasi BMT yang strategis meskipun dari infrastruktur masih tergolong sederhana, dan mempunya konsep yang berdasarkan Syariat Islam. nambah dana atau pinjaman kepada mereka dan memperpanjang jangka waktu pemulangan piutangnya.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................
5
D. Metodologi Penelitian.........................................................
6
E. Tinjauan Pustaka.................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 10
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Peran.................................................................... 11 B. Baitul Maal Wattanwil (BMT) ............................................ 13 1. Pengertian Baitul Maal Wattamwil ............................... 13 2. Badan Hukum BMT...................................................... 16 3. Prosedur Kerja BMT..................................................... 19 C. Pengertian Produktivitas ..................................................... 21 D. Pengertian Usaha Kecil Menengah...................................... 22 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) ................... 22 2. Ciri-Ciri dan Kriteria Usaha Kecil Menengah................ 24 vi
3. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah..... 32 BAB III
GAMBARAB UMUM TENTANG BAITUL MAL WATTAMWIL A. Sejarah Berdirinya BMT..................................................... 36 B. Visi, Misi BMT .................................................................. 38 C. Tujuan BMT ....................................................................... 39 D. Program kerja ..................................................................... 40 E. Struktur Organisasi ............................................................. 43 F. Sarana dan Prasarana ......................................................... 43
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Tingkat keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar ..................... 44 1.Strategi
BMT
Masjid
Al-Azhar
dalam
upaya
mengembangkan UKM .............................................. 49 2. Konsep BMT Masjid Al-Azhar dalam mengembangkan UKM.......................................................................... 51 B. Potensi BMT Masjid Al-Azhar dalam pengembangan UKM 51
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................... 57 B. Saran ................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 59 LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan hingga saat ini masih sangat dirasakan oleh segenap komponen bangsa, Krisis Ekonomi telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Krisis telah memaksa Indonesia untuk melakukan berbagai perubahan dalam rangka koreksi kelemahan dan kesalahan msa lalu. Namun demikian, perubahan yang telah dilakukan sampai dengan saat ini tampaknya masih belum optimal. BMT yang mulai berkembang sejak tahun 1990 berupaya mengambil peran sebagai lembaga yang turut membantu permodalan pengusaha kecil. Melalui bantuan modal usaha dengan persyaratan sederhana, fleksibel, efesien, efektif, dan dengan sistem bagi hasil sebagai salah satu bentuk kerjasama berkelanjutan yang mengembangkan sikap amanah yang saling percaya, serta pembinaan yang berkesinambungan. Di samping itu pula, upaya lain yang dijalankan adalah dengan mendekatkan diri antara strata ekonomi kuat (aghina) dengan strata ekonomo lemah (dhu’afa) melalui pengelolaan dana zakat, infak, dan shadaqoh yang kemudian penyalurannya diarahkan pada upaya pemberdayaan ekonomi produktif terhadap kaum dhu’afa, di samping kegiatan social lainnya.1
1
Luthfi Rokhman, Pengruh Kebijakan Personal Selling Terhadap Pertumbuhan Jumlah Nasabah Pembiayaan Pada BMT dana Al-bina, Skripsi Sarjana Ekoomi Islam, (Jakarta :Perpustakaan Uin syarif Hidayatullah, 2002), h.1, t.d
1
2
Persoalan yang mucul sekarang adalah dari mana para pengusaha kecil memperoleh tambahan modal agar mampu memperbesar pmsetnya. Bagi pengusaha kecil dan sangat kecil, pengadaan modal menjadi salah satu masalah dalam rangka pengembangan usaha serta dalam usaha mendukung peningkatan produktifitasnya, taraf hidup dan tingkat pendapatan usaha mereka. Sementara dengan usahanya yang kecil mustahil mereka melakukan penambahan modal. Sedangkan pihak perbankan konvensional ynag ada saat ini belum mampu memberikan banyak bantuan berupa pembiayaan usaha kecil. Karena pihak bank tidak memberikan pelayanan kepada para pengusaha kecil secara baik. Hal ini disebabkan usaha kecil mereka dipandang tidak bankable, dengan berbagai jenis alasan sebagai pertimbangan, seperti menekan biaya operasional dan tingginya bunga pinjaman.2 Baitul maal mempunyai kegiatan pengolahan dan yang bersifat nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infak,shadaqoh, atau sumber lain yang halal, kemudian dana tersebut disalurkan kepada mustahik yang berhak atau untuk tujuan kebaikan.
3
sedangkan baituttamwil merupakan lembaga
keuangan yang bersifat profit motive, baituttamwil memperoleh dana dari simpanan pihak ketiga dan penyalurannya di dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan sesuai dengan syariat Islam.4
2
Erna Ermawati (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Financial Usaha Kecil Di Indonesia (Bandung: Yayasan Akatat Tiga, 1997), h. 141 3 Hertanto Widodo, et. All, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : Mizan, 1999), hal 81 4 Hertanto Widodo, et. All, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandumg : Mizan, 1999), hal 81
3
Dalam mendiriakn suatu BMT, tentunya ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pendirian BMT tersebut, dan alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan sejak awal pendirin BMT adalah manajemen. Manajemen merupakan cara mencapai tujuan dengan efesien serta efetif dengan menggunakan bantuan orang atau melelui orang lain. Menggunakan bantuan atau melalui orang lain mencangkup arti yang sangat luas, yaitu dapat berupa bantuan orang lain dalam wujud pikiran, tenaga, serta dapat pula intuisinya.5 BMT adalah sebuah lembaga keuangan syariah non bank, yang sebagian masyarakat mengenalnya dengan singkatan balai mandiri usaha Terpadu. Sejak pertumbuhannya sekitar awal tahun 1990 sampai sekarang dapat dikatakan bahwa lembaga seperti BMT secara riil sudah dapat dirasakan manfaat dan keberadaannya, khususnya bagi para pengusaha kecil. Sebagai sebuah lembaga yang mandiri dalm artian jauh dari fasilitas pemerintah setelah melewati proses panjang kurang lebih 10 tahun, maka BMT sekarang mampu menunjukan sebuah performance yang menjadi perhatian para pelaku ekonomi. Suatu yang harus dipahami dan disikapi secara bijak adalah “di balik semua kesulitan yang di alami bangsa ini pasti ada kemudahan “. Pengalaman pada awal krisis telah membuktikan bahwa banyak usaha kecil dan menengah yang memanfaatkan keunggulan komperatif, usahanya dapat berkembang. Ini artinya bahwa pada situasi seperti ini, kegiatan usaha dengan skala kecil dan
5
Djati Julitriarsa dan Jhon Suprihanto, Manajemen Umum Sebuah Pengantar, (Yogjakarta : BPFE, 1998), cet. Ke-1,h. 1
4
menengah mempunyai peluang yang sangat baik untuk berkembang dan di kembangkan sebagai motor penggerak perekonomian bangsa ini.6 Perekonomian Indonesia khususnya dalam bidang keuangan mikro, beberapa tahun belakangan ini mengalami nuansa baru dengan berdiri dan tumbuh BMT-BMT yang menajalankan model prinsip syariah dalam konsep kegitannya.Untuk mengantisipasi peluang yang demikian besar dan untuk mengatasi berbagai kendala yang ada, perlu ada peranan pemerintah atau lembaga yang menaungi atau mengontrol atau mendampingi BMT, agar menjalankan kegiatannya lebih baik dan manajemennya lebih efektif. Perbedaan hasil di dalam penelitian-penelitian tentang keuangan syariah pada umumnya, atau BMT pada khususnya dapat dijadikan gambaranyang tidak jelas mengenai arah yang tepat untuk mengembangkan BMT, khususnya di bidang pemasaran. Sementara itu, berkaitan dengan reputasi, sasaran pemasaran yang jelas mendesak untuk segera dilakukan. Oleh karena itu, eksistensi lembaga ekonomi dengan segala bentuk kegiatan usahanya yang telah ada selama ini, visi dan misinya dalam upaya mengembangkan lembaga keuangan mikro Baitul Maal Wat Tamwil menimbulkan daya tarik tersendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, maka, peneliti akan memberi judul penelitian ini. “Peran BMT Masjid Al-azhar Cabang Kunciran Ciledug Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Usaha Kecil Menengah”
6
Suhendar Sulaiman, “Pengembangan Usaha Baru”, Infokop Media Pengkajian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, zz, 27 (2005), hal. 11
5
B. Pembatasan dan perumusan masalah 1. Pembatasan Masalah Penulisan skripsi ini akan lebih terarah apabila ada batasan yang menjadi topik pembahasan, dan Karena itu penulis membatasi masalah sebagai berikut : Peran BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil Menengah 2. Perumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang dibahas,
maka
penulis
merumuskan pada : a. Apa peran BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug dalam mengembangkan usaha kecil menengah? b. Bagaimana tingkat keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug dalam mengembangkan usaha kecil menengah?
C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan bahasan dan perumusan masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka penelitian ini di lakukan bertujuan untuk : a. Mengetahui apa peran BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug dalam mengembangkan usaha kecil menengah? b. Mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah?
6
2. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : a. Manfaat akademis 1) Menambah khazanah keilmuan peneliti tentang pengetahuan BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug 2) Memberikan pemahaman bagi pihak akademis untuk melakukan kajian yang lebih mendalam tentang BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug b. Manfaat praktis 1) Untuk kepentingan akademis sebagai tugas akhir semester fakultas dakwah dan komunikasi 2) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi panduan untuk penelitian yang lebih mendalam di kemudian hari c. Rekomendasi Penelitian ini di harapkan dapat memberikan rekomendasi bagi BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug agar lebih berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
D. Metodologi penelitian 1. Model dan desain penelitian Metode penelitian yaitu prosedur pencarian data.7 Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menghimpun data-data aktual
7
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwa (Jakarta : logos, 1997), hal 59
7
dengan melakukan observasi secara langsung atau pengamatan evidensievidensi, sambil mengumpulkan data yang melakukan analisis, yang kemudian menarik kesimpulan dari analisis tersebut. 2. Subjek dan Objek penelitian Subjek penelitian ini adalah BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peran BMT dalam mengembangkan produktivitas usaha kecil menengah. 3. Tehnik pengumpulan data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan, tempat di mana obyek penelitian itu berbeda. Untuk pengambilan data di dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan tehnik sebagai berikut : a. Observasi Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.8 b. Interview Interview yaitu merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview terpimipin yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin. Interview bebas terpimpin artinya dalam penyampaian interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka, maka jawaban tersebut tidak lepas dari kerangka tersebut. Sedangkan alasan menggunakan 8
Sutrisno Hadi, Researce, (yonyakrya : Andi offset, 1997), hal 82
8
jenis interview ini sangat mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data dan informan yang memuaskan.9 c. Dokumentasi Menurut Winarno Surahmad, pengertian dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap operistiwa, dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.10 d. Studi dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data berdasarkan data-data yang tidak langsung dapat berupa laporan yang diperoleh dari BMT Masjid Al-Azhar kunciran ciledug data dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. 4. Teknik analisis data Setelah data-data yang di kumpulkan, penulis melakukan klasifikasi dari hasil temuan yang di dapat. Kemudian melakukan analisis dari hasil temuan tersebut dengan menyesuaikan antara temuan dengan teori yang seharusnya, sehingga penulis dapat menyimpulkan penelitian ini berdasarkan analisis deskriptif.
9
Ibid, hal. 193 Winarno Surahmad, Metodologi Riset (Bandung : Tarsito, 1989), hal 134
10
9
5. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di BMT Masjid Al-Azhar Komplek Ruko Tirtayasa Permai Jl. Ageng Tirtayasa, Pinang, Tangerang. Sedangkan waktu penelitiannya selama 3 bulan, terhitung mulai dari bulan Desember sampai Februari. Adapun alasan dipilihnya BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug adalah mengingat lokasi tersebut merupakan lokasi terdekat dari lokasi tempat tinggal penulis. Dari lokasi ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan.
E. Tinjauan Pustaka Sebelum
penulis
mengajukan
masalah
penelitian
ini
sebagai
pembahasan skripsi maka penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran dan peninjauan terhadap skripsi dan buku-buku yang ada di perpustakaan. Hal ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui mengenai sudah ada atau belum karya ilmiah yang membahas dan menulis tentang permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak akan terjadi pengulangan penelitian dalam permasalahannya. Dari hasil tinjauan pustaka yang dilakukan tersebut penulis ingin menyatakan hal-hal sebagai berikut : 1. Dari data-data yang didapatkan melalui perpustakaan fakultas Dakwah dan Komunikasi penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama. 2. Untuk
mendukung
kerangka
teori
dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
10
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menyusun ke dalam lima bab. Dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab tersendiri. Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis mensistematikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut : BAB I.
PENDAHULUAN : latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI : Pengertian BMT, Badan Hukum BMT, Cara Kerja BMT, Pengertian Produktivitas, Ciri-Ciri dan Kriteria UKM, Keunggulan dan Kelemahan UKM.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
BMT
MASJID
AL-AZHAR
KUNCIRAN CILEDUG i : Sejarah, Tujuan, Visi dan Misi, Program Kerja dan Aktivitas, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana. BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN BMT MASJID AL-AZHAR KUNCIRAN CILEDUG : Pembahasan tentang hasil penelitian yaitu dari analisis tingkat keberhasilan BMT, potensi BMT dalam mengembangkan usaha kecil menengah, konsep ideal BMT dalam upaya mengembangkan produktivitas usaha kecil menengah.
BAB V
PENUTUP : Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Dengan kata lain seseorang dapat dikatakan memainkan perannya apabila memiliki status di masyarakat.
Peran tidak dapat dipisahkan dengan status atau kedudukan, walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peran karena dia atau orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Sedangkan Gross, Mason, dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), h.667
11
12
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu2. Harapan–harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan pertimbangan dari norma-norma sosial oleh karena itu dapat dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Sarlito Wirawan Sarwono pun mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan- harapan orang lain pada umumnya tentang prilaku-prilaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.3
Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan dalam masyarakat (lingkungan). Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.4
2
N. Grass W. S. Masson and A. W. Mc eachen, Eksploration Role Analisi,dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1995), cet. Ke-3, h. 99 3
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi sosial, (Jakarta : Rajawali, 1984) cet ke-1, h.235 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-34, h. 243
13
Dari penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusankeharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.
B. Baitul Maal Wattanwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Maal Wattamwil Istilah” Baitul Maal Wattamwil” (BMT) berasal dari penggabungan 3 unsur kata, yaitu “Bait” (rumah), “Maal” (harta), dan “tamwil” (harta). Ditinjau dari sudut gaya bahasa, istilah “bait” tergolong kategori makna konotatif, dan konotatif dari penggunaan istilah “bait” adalah lembaga keuangan
(semacam
perbankan).
Sementara
istilah
“Maal”
dan
‘Tamwil”sama-sama bermakna harta. Perbedaan keduanya terletak pada sumber dan penggunaan harta yang diperoleh. Jika harta diperoleh dari pengumpulan dana zakat, infak, shadaqah, wakaf, hibah, dan hadiah, maka dikategorikan sebagai baitul mal. Oleh karenanya penggunaan harta wajib bersifat nirlaba. Sebaliknya, jika pengumpulan data diperoleh melalui simpanan masyarakat, atau usaha-usaha lain yang bersifat bisnis, maka dikategorikan sebagai baitul tamwil. Oleh karenanya penggunaan harta pun bersifat untuk pembiyaan yang memungkinkan mendatangkan keuntungan. Dengan demikian baitul maal wattanwil kiranya dapat dimaknai sebagai lembaga keungan (semacam bank) yang bergerak pada sektor nirlaba selaligus sektor bisnis, dan dalam menjalankan segala sesuatunya berlandaskan pada syariah.
14
Untuk memmperkuat pandangan penlis yentang hakekat BMT, dibawah ini penuli kutipkan pandangan-pandangan beberapa pakar. Menurut Abu A’la al Maududi bahwa baitul maal adalah lembaga keuangan yang dibangun atas landasan syari’ah, oleh sebab itu pengelolaannya harus dengan aturan syari’ah.٥ Adapun yang dimaksud dengan baitul maal dalam istilah fiqh islam adalah suatu badan atau lembaga yang bertugas mengurusi kekayaan/keuangan negara terutama berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.٦ Definisi yang lain menjelaskan bahwa baitul maal ialah merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial). ٧ Sementara itu Irfan M. Ra’ana, mendefinisikan BMT sebagai pusat pembendaharaan umat, dimana umat yang pendapatannya dikumpulkan dari berbagai sumber seperti : zakat, jizyah, kharaj, beacukai dan yang lainnya, di dalam pembendaharaan umat yang kemudia digunakan untuk pembiayaan bagi yang membutuhkan.٨ Ada juga yang memaknai Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga ekonomi kerakyatan yang dapat dan mampu melayani nasabah usaha kecil-bawah berdasarkan sistem bagi hasil dan jual beli dengan
5 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam , (Jakarta, Iktiar Baru Van Hove, 1991), cet. Kelima, hal. 186 6 Ibid,. 187 7 Hertanto Widodo, et, al, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung, Mizan, 1999), hal. 81 8 Irfan M. Ra’ana, Sistem Ekonomi Pemerintah Umar Ibn Khatab, (Jakarata, Pustaka Pirdaus, 1992), cet, kedua, hal. 148
15
memanfaatkan
jaminan
dalam
lingkungannya
sendir.
Allah telah menjadikan manusia saling membutuhkan satu sama lain, agar manusia saling tolong menolong, tukar menukar keperluan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya, baik dalam jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam, maupun cara lain yang diridhoi oleh Allah SWT. Untuk menjaga keteraturan muamalat yang dilakukan oleh hambanya, Allah memberikan peraturan dalam bermuamalat. Hukum Islam yang mengatur manusia dengan manusia lain, benda dan alam semesta disebut hokum muamalah. Dalam bidang muamalah hukum asal semua perbuatan adalah kebolehan (jaiz= halal), kecuali hal-hal yang jelas dilarang yaitu maysir, gharar, dan riba.9 Salah satu asas bermuamalah ialah tolong menolong, berdasarkan perintah Allah SWT dalam Firman-Nya pada ( QS. Al Maidah ayat 2)
9
Juzmaliani, dkk. Bisnis Berbasis Syariah. Bumi Aksara, Jakarta: 2008, hal 184.
16
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatangbinatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Berdasarkan pada ayat Al Qur'an di atas kiranya dapat dipahami bahwatolong menolong dalam kebaikan dan dalam ketakwaan dianjurkan oleh Allah
Atas landasan pengertian-pengertian BMT sebagaimana tersebut di atas, kiranya BMT memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut : a. Lembaga keuangan syariah (semacam bank) yang dalam operasionalnya memiliki dua tujuan, yaitu sektor nirlaba dan sektor bisnis. b. menggunakan manajemin islami c. Dalam pembiayaan yang sifatnya bisnis tidak ada riba, tetapi menggunakan sistem yang lebih adil dan manusia, seperti sistem mudharabah (bagi hasil). d. Dalam pembiayaan yang sifatnya sosial, diberlakukan pinjaman tanpa bunga, misalnya distem qardhul hasan. BMT (Baitul Maal Wattamwil) atau pendanaan balai Usaha Mandiri terpadu adalah lembaga keungan mikro yang dioperasikan denagn prinsip bagi
17
hasil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. 10 2. Badan Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Koperasi.11Ketentuannya diatur dalam keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Republik Indonesia
Nomor : 91/kep?M.
KUKM?IX/2004 Pasal 1 Tentang Petunjuk Pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah 12 berbunyi sebagai berikut : a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. b. Koperasi keuangan jasa syariah selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang kegiatannya usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). c. Unit jasa keuangan syariah selanjutnya disebut UJKS, adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan
10
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (yogyakarta : EKONISIA FE UII, 2005), cet. Ketiga , hal. 96 11 Karnaen A, Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia, (Depok, Usaha Kamil, 1996), hal. 216 12 Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, (Jakarta : 2005), hal. 1
18
pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.13 Sebelum menjalankan usahanya, KSM mesti mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), sementara PINBUK itu sendiri mesti mendapat pengakuan dari bank indonesia (BI) sebagai lembaga pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Selain dengan badan hukum KSM, BMT juga bisa didirikan dengan menggunakan badan hukum koperasi, baik koperasi serba usaha di perkotaan, koperasi unit desa di pedesaan, maupun koperasi pondok pesantren (kopontren) di lingkungan pesantren. Berkenaan dengan Koperasi Desa Unit Desa (KUD) dapat mendirikan BMT telah diatur dalam petunjuk Menteri Koperasi dan PKK tanggal 20 Maret 1995 yang ,memetapkan bahwa bila di suatu wilayah di mana telah ada KUD dan KUD tersebut telah berjalan baik dan organisasinya telah teratut dengan baik, maka BMT bisa menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau tempat pelayanan koperasi (TPK)dari KUD tersebut, sedangkan bila KUD yang sedang berdiri itu belum berjalan dengan baik, maka KUD yang bersangkutan dapat dioperasikan sebagai BMT. Apabila wilayah yang bersangkutan belun ada KUD, maka didirikan KUD BMT.14 Di wilayah-wilayah berbasis Pesantren, masyarakat bisa mendiikan BMT dengan menggunakan badan hukum BMT, keberadaan BMT di Kopontren tersebut adalah sebagai U2O atau TPK sebaimana dalam KUD. 13
Ibid, hal. 4 A, Djajuli, Dkk, lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah Pengenalan), (Jakarta, Raja Grafindo, 2002), hal. 185 14
19
Apabila di pesantren itu belum ada terbentuk kopontren, maka civitas pesantren dapat mendirikan kopontren dan BMT secar bersama-sama. Untuk itu, panitia penyiapan pendiiran BMT dapat bekerja sama dengan Puskopontren (pusat koperasi Pondok Pesantren), kantor Departemen Agama dan kantor Departemen Koperasi dan PKK di Kabupaten setempat. Penggunaan badan hukum KSM dan Koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU No 7 Tahun 1992 dan UU No 1o Tahun 1998 tentang perbankan, yang dapat dioperaskan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, kalau BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi itu telah berkembag dan memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan dari kepada pemrintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dengan badan hukum koperasi atau persero terbatas.
3. Prosedur Kerja BMT a. Pendamping atau beberapa pemrakarsa yang mengetahui BMT (misalnya dengan membaca Pedoman Pendirian BMT ini), menyampaikan dan menjelaskan ide atau gagasan itu kepada rekan-rekannya, termasuk apa itu BMT, visi, misi, tujuan dan usaha-usahanya yang mulia itu. Sehingga
20
jumlah pemrakarsa bisa bertambah, jadi 2, 5, 10 dan seterusnya yang dalam waktu tertentu akan mencapai lebih dari 20 orang. b. Dua puluh orang atau lebih pemrakarsa itu bersepakat mendirikan BMT di desa, kecamatan, pasar, mesjid atau apa pun lingkungan itu dan bersepakat mengumpulkan c. Modal awal pendirian BMT. d. Modal awal tidak harus sama jumlahnya antar pemrakarsa, satu yang lain bisa berbeda besarnya (ada yang Rp. 100.000.-, Rp. 500.000.-, Rp. 1.000.000.-, Rp. 5.000.000.- dan dapat dilunaskan secara cicilan) , asal saja mencapai jumlah yang memadai misalnya Rp 20 – Rp. 30 juta (untuk di desa dapat Rp 10 – 20 juta). e. Pemrakarsa membuat rapat untuk memilih Pengurus BMT, misalnya Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Jika diperlukan dapat mengangkat Dewan Syariah, tetapi ini biasanya diangkat setelah BMT berjalan beberapa tahun. f. Pengurus BMT merapatkan dan merekrut Pengelola/ Manajemen BMT, tiga orang, sebaiknya telah memiliki pendidikan S-1, penduduk di lingkungan itu, bersifat siddiq, tabligh, amanah, dan fathonah. Calon Pengelola dalam waktu tertentu diberikan bacaan untuk harus benar-benar menguasai visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, memiliki keinginan yang keras untuk mengembangkan BMT, dengan sepenuh waktu, sepenuh hati, bersedia siang dan malam hanya memikirkan ikhtiar-ikhtiar untuk mengembangkan BMT sebagai ibadah pada Allah Swt.
21
g. Pengurus BMT menghubungi PINBUK dan/atau ABSINDO (Asosisasi BMT se Indonesia) setempat (Kabupaten/ Kota/Propinsi) meminta agar memberi pelatihan pada calon Pengelola BMT tersebut (biasanya 2 minggu pelatihan dan magang) h. Setelah dilatih, dengan berbekal modal awal i. Pengelola membuka kantor dan menjalankan BMT, dengan giat menggalakkan simpanan masyarakat dan memberikan pembiayaan (istilah Bank : kredit) pada usaha mikro dan kecil di sekitarnya; j. Pembiayaan pada usaha mikro dengan bagi hasil; bagi hasil disampaikan kepada BMT sesuai dengan akad; k. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor pada pengelola semampunya (secara bertahap, membesar), sewa kantor, listrik, ATK dll. l. Yang paling penting adalah bahwa dari bagi hasil ini, pengelola membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit dari bunga uang kalau penyimpan menyimpannya di bank konvensional; dengan demikian akan terdapat dorongan material bagi penyimpan untuk menyimpan dananya di BMT, selain mengharapkan pahala dan ridha dari Allah swt. m. Dengan memberikan bagi hasil pada penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah, diimbangi dengan pembiayaan pada usaha mikro dan
22
kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan berkembang.15
C. Pengertian produktivitas Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Menurut Encyclopedia Britanica (1982:27) disebutkan bahwa produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang dicapai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan menurut formulasi National Productivity Board (NPB) Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.16
D. Pengertian Usaha Kecil Menengah 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) UKM adalah singkatan dari usaha kecil dan menengah. UKM adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM ini juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang 15
http://solusi70.com/blog/2010/10/cara-kerja-bmt/ DR. Sedarmayanti, M. Pd., Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju, 2001), cetakan II, hal. 56 16
23
menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini perlu perhatian yang khusus dan didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Terdapat dua aspek yang harus dikembangkan untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut. Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui pula bahwa UMKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia , tetapi kontribusi dalam output nasional di katagorikan rendah. Hal ini dikarenakan UMKM, khususnya usaha mikro dan sektor pertanian (yang banyak menyerap tenaga kerja), mempunyai produktivitas yang sangat rendah. Bila upah dijadikan produktivitas, upah rata-rata pada usaha mikro dan kecil umumnya berada di bawah upah minimum. Kondisi ini merefleksikan produktivitas sektor mikro dan kecil yang rendah bila dibandingkan dengan usaha yang lebih besar. Untuk meningkatkan daya saing UMKM diperlukan langkah bersama untuk mengangkat kemampuan teknologi dan daya inovasinnya. Dalam hal ini inovasi berarti sesuatu yang baru bagi penerima yaitu
24
komunitas UMKM yang bersangkutan. Kemajuan ekonomi terkait dengan tingkat perkembangan yang berarti tahap penguasaan teknologi. sebagian terbesar bersifat STATIS atau tidak terkodifikasi dan dibangun di atas pengalaman. Juga bersifat kumulatif ( terbentuk secara ‘incremental’ dan dalam waktu yang tertentu ). Waktu penguasaan teknologi ini bergantung pada sektor industrinya ( ‘sector specific’) dan proses akumulasinya mengikuti trajektori tertentu yang khas. Di antara berbagai faktor penyebabnya, rendahnya tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan wirausaha di kalangan UMKM menjadi isue yang mengemuka saat ini. Pengembangan UMKM secara parsial selama ini tidak banyak memberikan hasil yang maksimal terhadap peningkatan kinerja UMKM, perkembangan ekonomi secara lebih luas mengakibatkan tingkat daya saing kita tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti misalnya Cina dan Malaysia. Karena itu kebijakan bagi UMKM bukan karena ukurannya yang kecil, tapi karena produktivitasnya yang rendah. Peningkatan produktivitas pada UMKM, akan berdampak luas pada perbaikan kesejahteraan rakyat karena UMKM adalah tempat
di
mana
banyak
orang menggantungkan
sumber
kehidupannya. Salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UMKM adalah dengan melakukan modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah.17
17
http://ridhoadnan.blogspot.com/2010/07/usaha-kecil-menengah-ukm.html
25
2. Ciri-Ciri dan Kriteria Usaha Kecil Menengah Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-. Ciri-ciri usaha mikro a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Contoh usaha mikro
26
a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya; b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat; c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dan lainlain; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan; e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi). Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang; b. Tidak sensitive terhadap suku bunga; c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter; d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
27
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Pengertian usaha kecil Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
28
e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh usaha kecil a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; b. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan; e. Koperasi berskala kecil.
Pengertian usaha menengah Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank
sebesar
Rp.500.000.000,00
(lima
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Ciri-ciri usaha menengah
ratus
juta
rupiah)
s/d
29
a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll; d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan; f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
Contoh usaha menengah Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu: a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah; b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor; c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi; d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam; e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.
30
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota.18
18
http://chichimoed.blogspot.com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-ukm.html
31
Menurut Muhammad Taufiq, UKM memiliki ciri-ciri skala usaha kecil, padat karya, berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam, pelaku banyak, dan menyebar, sehingga dari ciri-ciri tersebut dapat diuraikan beberapa kekuatan dan kelemahan UKM sebagai berikut: a. Skala usaha kecil Salah satu karakter penting dari UKM adalah skala usahanya yang relatif kecil. Meskipun batas atas kategori usaha kecil adalah dengan omset maksimal 1 miliar, namun dalam kenyataannya sebagian besar usaha kecil justru memiliki omset dibawah 500 juta. Mengacu pada argumentasi bahwa salah satu sumber keunggulan adalah melalui economies of scale, maka akan sulit bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar dalam suatu aktivitas bisnis yang sama.
b. Padat karya Produk usaha berskala kecil pada umumnya sangat padat karya. Kegiatan produksi yang melibatkan banyak tenaga kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang menghasilkan produk yang berciri hand made. Produk UKM yang bersandar pada keahlian dan keterampilan tangan ini membawa konsekuensi pada kurangnya aspek presisi dan kesulitan untuk distandarisasi. Di samping memiliki kelemahan, aktivitas bisnis yang mengandalkan keterampilan individu tentu juga memiliki keunikan, sehingga mendapat pasar yang tersendiri. Keunikan produk
32
UKM dapat dikembangkan sebagai sumber keungulan menghadapi produk-produk yang berbasis pabrikasi (produk cetak). c. Berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam. Salah satu ciri dari orientasi berusaha di kalangan UKM pada umumnya adalah lebih kepada upaya melakukan aktivitas apa yang bisa dilakukan dengan sumberdaya yang ada, ketimbang memproduksi sesuatu yang diminta oleh pasar. Dengan kata lain aktivitas usaha UKM lebih kepada production oriented, memproduksi sebaik mungkin apa yang bisa dilakukan dengan bertumpu pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Karakter aktivitas bisnis UKM seperti ini menghasilkan produk-produk unggulan
yang
komparatif
pada
masing-masing
wilayah.
Kebersinambungan usaha yang berbasis sumberdaya alam tentu sangat rentan,
manakala
UKM
terlibat
dalam aktivitas
produksi
yang
mengeksploitasi sumberdaya alam yang tidak terbaharui. d. Pelaku banyak Karena hampir tidak ada barrier to entry pada aktivitas bisnis UKM, baik dari aspek teknologi, investasi, manajemen, perlindungan hak intelektual, maka sangat mudah bagi masyarakat untuk masuk ke dalam industri yang digeluti oleh UKM. Sebagai konsekuensinya relatif sangat banyak pelaku bisnis UKM dalam sektor dan kegiatan bisnis tertentu. Di satu sisi struktur usaha seperti ini sangat baik untuk mendorong kompetisi, tetapi di lain pihak UKM sering dihadapkan pada kondisi dimana banyak UKM sebagai produsen menghadapi kekuatan monopsonis.
33
e. Menyebar Aktivitas bisnis UKM dapat dijumpai hampir diseluruh pelosok tanah air serta diberbagai sektor. Dengan demikian, bila UKM dapat mengembangkan jaringan yang efektif, maka konsep global production dapat dipenuhi, karena UKM mampu menghasilkan produk di mana saja dan memasarkannya ke mana saja serta kapan saja. Dengan kata lain produk UKM yang sejenis sangat mudah diperoleh masyarakat di mana saja dan kapan saja.19 3. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan Rachman, 2002) antara lain: a. .Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Tambunan, 2002) adalah: a. Kesulitan pemasaran 19
dan/
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2037090-ukm-ciri-ciri-kelemahan-
34
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. b. Keterbatasan finansial UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.
c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. d. Masalah bahan baku
35
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produkproduk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS. e. Keterbatasan teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesinmesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan
modal
investasi
keterbatasan
informasi
untuk
mengenai
membeli
mesin-mesin
perkembangan
teknologi,
baru, dan
keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesinmesin baru.20
20
http://tariles41.blogspot.com/2010/04/keunggulan-dan-kelemahan-usaha-kecil.html
BAB III GAMBARAB UMUM TENTANG BAITUL MAL WATTAMWIL MASJID AL-AZHAR CABANG KUNCIRAN CILEDUG
A. Sejarah Berdirinya BMT KS-BMT Masjid Al-Azhar Pasar Minggu berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995 M / 29 Rabiul Awal 1416 H, yang di resmikan oleh Bapak Aries Mufti, SE, SH. (Direktur Operasonal Bank Muamalat Indonesia) dan Bapak Camat Pasar Minggu yang dalam hal ini di wakili oleh Bapak. Drs. H. Moch. Syarif Hasan (Wk. Pasar Minggu). Adapu para pendiri dan penggagas berdirinya KS-BMT Masjid Al-Azhar Pasar Minggu adalah dari pengurus dan pembina Masjid Al-Azhar Pasar Minggu yaitu Bapak. H. Moch. Ali Moe’is, Bapak DR. KH. Mas’ud Saiful Alam dan Bapak . Arifin yang di supervisi oleh praktisi BMI yaitu Bapak H. Aries Muftie, SE, SH dan Bapak Wiroso, serta mendapat dukungan dari seluruh jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Al-Azhar Pasar Minggu. Pada awal operasinya (September 1995) KS-BMT Masjid Al-Azhar hanya memiliki aset sebesar Rp. 34. 284. 950,- dengan modal dasar pendirian sebesar Rp. 19. 965. 000,- yang merupakan setoran modal awal dari para pemegang saham perdana, yaitu : 1. Bapak H. Moch. Ali Moe’is
Rp. 12. 965.000,-
2. Bapak Arifin QQ-Kas Masjid Al-Azhar
Rp. 3.500.000,-
36
37
3. Bapak A. Aziz Lutfi
Rp. 3. 500.000,-
Pada saai itu BMT Masjid Al-Azhar belum memiliki badan hukum yang resmi, hanya berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di bawah binaan PINBUK yaitu sebuh LPSM yang di bentuk oleh BMI, MUI dan ICMI yang mana lembaga ini di tunjuk untuk membina dan mengawasi BMT-BMT di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan PINBUK yang tertuang dalam MOU No. 003/MOU/PHBK/VIII/95 tertanggal 27 September 1995 dan di dukung dalam Program Gerakan BMT Nasional yang di canangkan oleh Presiden Republik Indonesia saat ini (Bapak Soeharto) tanggal 7 Desember 1995. Dengan demikian KS-BMT Masjid Al-Azhar beroperasi atas dasar izin operasi yang diberikan oleh lembaga tersebut di atas pada awal tahun 1996, dengan sertifikat operasi No. 0903004/PINBUK/IV/96 yang di perpanjang setiap 6 (Enam) Bulan sekali. Kemudian dengan seiring perkembangan KSBMT Masjid Al-Azhar dan situasi Politik di Indonesia, yang mana berpengaruh pada sistem perundang-undangan di Indonesia khususnya perubahan Undang-Undang tentang Perbankan dan Undang-Undang tentang per-Koperasian, yang mana perubahan kedua Undang-Undang tersebut lebih memberi peluang dan fasilitas untuk beroperasinya lembaga Perbankan Syari’ah dan koperasi dengan sistem syari’ah. Dengan melihat hal tersebut maka sejak miladnya yang ke-4 tepatnya bulan Sptember 1999 manajemen KS-BMT Masjid Al-Azhar merubah status Badan Hukum BMT Masjid AlAzhar, dari bentuk KSM-PHBK menjadi ber badan Hukum Koperasi Syariah
38
dengan No. 357/BH/KDK. 9. 4/IX/1999 tertanggal 14 September 1999, dengan sedikit perubahan nama yang terdaftar dal Lembaran Negara Republik Indonesia melalui Depkop dan PKM menjadi “BMT MASJID AL-AZHAR”. Hal ini di lakukan atas dasar demi melindungi keberadaan BMT dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, dan juga secara eksplisit sudah mendapat persetujuan pada rapat Tahunan Anggota tetap (Pemegang Saham) KS-BMT Masjid Al-Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang tertuang dalam notulen Rapat Nomor : 03/NR-RTAT/VII/99 tertanggal 20 Juli 1999.29
B. Visi, Misi BMT 1. Visi BMT Mewujudkan kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera
dengan
mengembangkanlembaga
dan
usaha
BMT
dan
POKUSMA yang maju berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan, dan berkehati-hatian.30 2. Misi BMT Untuk turut berperan serta dalam menunjang ekonomi umat, terutma melalui upaya peningkatan peranan pengusaha kecil dan menengah Muslim dalam perekonomian, dan memaksimalkan nilai ekonomi BMT untuk para anggotanya, tanpa melupakan tanggung jawab sosialnya dengna syari’at Islam. Untuk mencapai misinya BMT Masjid Al-azhar akan selalu berusaha untuk menciptakan dan menyediakan pelayanan dan 29 30
Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-Azhar, h, 1 M. Amin Aziz, Buku Saku, Loc, Cit.
39
layanan produk-produk yang sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan pemerintah dan tuntunan syari’at.31
C. Tujuan BMT BMT merupakan usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional, serta beorientasi untuk kesejateraan anggota dan masyarakat linkungannya BMT bertujuan :32 1. Meningkatkna kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi. 3. Mewujudkan gerakan pemberdayaan meningkatka kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya nenuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju. 4. Dan mewujudkan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT.33
31 32
Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-azhar, h. 2 BMT Sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM), (Jakarta, PINBUK, t.
Th), h. 9 33
Ibid., 10
40
D. Program kerja Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Anggota, Pengurus, Pengawas, Manager, dan Karyawan seperti yang telah di canangkan pada RK/RAPB Tahun Buku 2008 dan yang di canangkan pada RK/RAPB tahuntahun sebelumnya, manajemen BMT Masjid Al-Azhar telah melaksanakan beberapa program kerja yang telah di canangkan sejak tahun-tahun sebelumnya, yaitu antara lain : 1. Memberikan diskon Margin Pembiayaan bagi para Anggota BMT Masjid Al-azhar yang mengajukan fasilitas pembiayaan (sebesar 1 % s/d 1,5 % per bulan) 2. Memberikan honor rapat pada setiap Rapat Pleno dan juga Rapat Musyawarah Anggota 3. Memberikan honor pengawas pada setiap pemeriksaan Dalam rangka menindak lanjuti program kerja Tahun 2002 mengenai seragam karyawan, manajemen BMT Masjid Al-Azhar telah menetapkan penggunaan pakaian seragam bagi karyawan pada setiap hari kerja kecuali hari Jum’at, dan juga melakukan penyempurnaan-penyempurnaan agar kualitas pelayanaan dapat lebih optimal. Sehingga dapat meningkatkan nilai tambah terhadap performance dan Brand Image perusahaan pada umumnya. Pinjaman karyawan dengan margin khusus dan juga pemberian insentif bagi karyawan yang mencapai target masih terus berjalan. Usaha komposisi jumlah kepegawaian terus kami idealkan perkembangan usaha.
sesuai dengan
41
Dalam kurun waktu Tahun Buku 2008, telah di lakukan peningkatan pengawasan terhadap pengelola / Managemen secara periodik yang mana berfungsi untuk memberikan masukan-masukan dan atau arahan-arahan serta evaluasi kerja demi untuk menjaga atau meningkatkan kualitas manajemen dan pelayanan BMT Masjid Al-azhar, Pengurus, dan Pengawas secara periodik telak melaksanakan
beberapa Rapat Pengurus, Rapat Pleno, dan
Rapat Kwartalan guna memeriksa laporan managemen serta Pengawas telah melakukan beberapa kali pemeriksaan (audit internal) terhadap managemen BMT Masjid Al-Azhar, antara lain sebagai berikut : 1. Rapat Pleno dengan mengundang Manager, di laksanakan pada tanggal 7 Februari 2008, 3 April 2008, 7 Agustus 2008 dan 17 Desember 2008. 2. Pemeriksaan Pengawas (Audit Internal / Stock Opname), di laksanakan pada tanggal 2 Januari 2008, 17 Maret 2008 dan 2 Juli 2008). 3. Selain itu Manager dan Karyawan secara rutin telah melaksanakan Meeting Mingguan dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja operasional dan keuangan, serta menginformasikan dan atau membahas beberapa hasil rapat Rapat Pengurus dan atau Rapat Pleno.34 Selain itu dalam rangka untuk menunjang program penghimpunan dana, sesuai dengan program rutin yang telah di canangkan sejak tahun-tahun sebelumnya, manajemen KS-BMT
Masjid Al-Azhar terus melakukan
promosi produk-produk KS-BMT Masjid Al-Azhar yaitu melalui partisipasi dalam berbagai event atau kegiatan dengan menjadi sponsor kegiatan tersebut
34
Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid al-Azhar, h, 4
42
baik dalam bentuk dukungan dana maupun dalam bentuk pembuatan atribut yang berisi pesan sponsor produk, seperti : 1. Dukungan dana sponsor untuk memperingati 1 Muharram 1429 H yang si selenggarakan oleh TK Islam Al- Azhar 2 Pasar Minggu, yang di laksanakan pada tanggal 19 Januari 2008 2. Dukungan dana sponsor untuk kegiatan seminar dengan Tema “cinta Dalam Pandangan Islam yang di selenggarakan
oleh SMK Negri 25
Jakarta yang di laksanakan pada tanggal 29 Januari 2008 3. Pembuatan Spanduk Sponsor penyambutan Ramadhan 1429 H yang di laksanakan oleh Remaja Islam Masjid Al-Azhar (RISMA) 4. Pembuatan Spanduk Ramadhan, Spanduk Ucapan Selamat Idul Fitri/ Idul Adha, Spanduk Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1429 H, serta pencetakan Jadwal Puasa yang di Sebarkan Kepada Masjid dan Mushola pada Bulan September 2008, dan seperti yang telah di programkan sejak tahun-tahun sebelumnya yaitu menerbitkan kalender Tahun 2009 yang di dalamnya berisiinformasi produk-produk dan fotofoto kegiatan KS-BMT Masjid Al-Azhar.35
35
Ibid, h, 5
43
E. Struktur Organisasi SUSUNAN PENGURUS, PENGAWAS DAN MANAGER KOPERASI SYARI’AH “BMT MASJID AL-AZHAR” PERIODE TAHUN 2008 S/D 2011 A. PENGAWAS
:
KETUA
: H. Moh. Ali Moe’is
WAKIL KETUA
: DRS. H. Hasan Moch. Thoha
SEKRETARIS
: H. A. Supiansuri, S. Sos
WAKIL BENDAHARA : DRS. H. A. Kafrawi BENDAHARA B. PENGAWAS
: H. A. Hasan :
KETUA
: DR. H. Mas’ud Saiful Alam
ANGGOTA
: 1. H. Djumhana 2. H. Towilun
C. PENGELOLA MANAGER
: Syamsul Bahri, SE36
F. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang di miliki BMT Masjid Al-Azhar itu sudah milik sendiri, sistem sudah mengikuti perbankan. Mesin edisi, Komputer, Internet sudah lengkap dan sudah menopang kerja BMT Masjid Al-Azhar itu.37
36 37
Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-Azhar Wawancara dengan Pimpinan Kepala Cabang BMT Masjid Al-Azhar (4 Februari 2011)
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Tingkat keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar Berdasarkah hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap BMT
Masjid
Al-Azhar
Kunciran
Ciledug,
penulis
akan
mencoba
mengemukakan bagian-bagian terpenting yang menyangkut kegiatan BMT tersebut. Diantara penelitian yang sudah dilakukan ada beberapa bagian menarik yang menjadi pokok penelitian. Bagian itu adalah Tingkat Keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar, Potensi BMT Masjid Al-Azhar dalam mengembangkan UKM. Produk yang diberikan oleh BMT Masjid Al-Azhar kepada masyarakat berupa
Produk Simpanan dan Produk Pembiayaan. Yang mana Produk
Simpanan seperti : Simpanan Amanah, simpanan Pendidikan, Simpanan Hari Raya, Simpanan Walimah, Simpanan Haji dan Umroh, dan Simpanan Berjangka mudharabah. Dan Produk Pembiayaan seperti : Al- Murabahah yaitu pembiayaan dengn sistem jual beli, Al-mudharabah yaitu kerjasama usaha/modal dimana 100% modalnya dari BMT Masjid Al-Azhar, AlMusyarokah yaitu kerjasama modal kerja, Al-Ijarah/ Ijarah Multi Jasa yaitu sewa, Al-Qordhul Hasan yaitu pembiayaan kebijakan. Akan tetapi ada 1 program yang belum terlaksana dikarenakan belum adanya nasabah yang berminat . semua itu peneliti jelaskan dengan berupa hasil wawancara kepada pihak BMT Masjid Al-Azhar.
44
45
BMT Masjid Al-Azhar saat ini perkembangannya mulai memperlihatkan peningkatannya yang dapat dilihat dari jumlah nasabah sementara ini mencapai 641 nasabah dalam kurun waktu baru 3 tahun dan secara akumulasi masyarakat disini yang sudah menggunakan pinjaman BMT sebanyak 65%, akan tetapi lembaga ini masih sangat minim dari tingkat SDM nya sehingga program yang direncanakan masih kurang maksimal akibat keterbatasan SDM di BMT Masjid Al-Azahar ini. Peneliti mengadakan wawancara kepada pihak pengurus lembaga BMT Masjid Al-azhar ini tentang produk yang di berikan kepada Masyarakat berupa : Simpanan Amanah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Hari Raya, Simpanan Walimah, Simpanan haji dan Umroh, simpanan berjangka Mudharabah atau Deposito, disini lembaga juga menjelaskan tentang kelebihan kepada peneliti dan semua itu menggunakan metode wawancara baik pihak Lembaga maupun nasabah . Tingkat keberhasilan Lembaga ini adalah suatu badan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang menjadi sasaran pinjaman masyarakat kecil dan menengah yang terletak di daerah Kunciran Ciledug yang berdiri dalam waktu 3 tahun . yang bertujan sebagai pemberian pinjaman dana untuk modal usaha masyarakat . Lembaga ini berdiri atas dasar syariat Islam. BMT dilihat dari manfaatnya merupakan Lembaga Intermediasi keuangan antara pemilik dana dan peminjam dana. BMT beroperasi berdasarkan prinsipprinsip Ekonomi Islam pada intinya menerapkan dana yang pada dasarnya merupakan salah satu alat produksi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan kesejahteraan orang per orang. BMT tumbuh dari keinginan
46
masyarakat sendiri, sehingga BMT merupakan salah satu jenis Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) oleh dan untuk anggota. Dengan demikian pada hakikatnyan BMT bekerja dalam lingkup yang terbatas pada anggota-anggotanya, bentuk anggota BMT pada umumnya informasi di mana sebagian besar BMT masih belum memiliki badan hukum formal, disadari bahwa keterbatasan perbankan dalam melayani usaha kecil membuahkan peluang besar bagi BMT untuk melayani pangsa pasar mikro yang jumlahnya semakin besar. Dalam situasi krisis di mana usaha kecil dan informasi semakin banyak, peluang BMT untuk berperan semakin besar dan semakin dibutuhkan. Dalam rangka untuk menunjang program penghimpunan dana, sesuai dengan program rutin yang telah dicanangkan sejak tahun-tahun sebelumnya, manajemen BMT Masjid Al-Azhar terus melakukan promosi produk-produk BMT Masjid Al-Azhar yaitu melalui partisipasi dalam berbagai event atau kegiatan dengan menjadi sponsor kegiatan tersebut baik dalam bentuk dukungan dana maupun dalam bentuk pembuatan atribut yang berisi pesan sponsor produk, seperti : 1. Dukungan dana sponsor untuk memperingati 1 Muharram 1429 H yang si selenggarakan oleh TK Islam Al- Azhar 2 Pasar Minggu, yang di laksanakan pada tanggal 19 Januari 2008 2. Dukungan dana sponsor untuk kegiatan seminar dengan Tema “cinta Dalam Pandangan Islam yang di selenggarakan
oleh SMK Negri 25
Jakarta yang di laksanakan pada tanggal 29 Januari 2008
47
3. Pembuatan Spanduk Sponsor penyambutan Ramadhan 1429 H yang di laksanakan oleh Remaja Islam Masjid Al-Azhar (RISMA) 4. Pembuatan Spanduk Ramadhan, Spanduk Ucapan Selamat Idul Fitri/ Idul Adha, Spanduk Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1429 H, serta pencetakan Jadwal Puasa yang di Sebarkan Kepada Masjid dan Mushola pada Bulan September 2008, dan seperti yang telah diprogramkan sejak tahun-tahun sebelumnya yaitu menerbitkan kalender Tahun 2009 yang di dalamnya berisi informasi produk-produk dan fotofoto kegiatan KS-BMT Masjid Al-Azhar. BMT Masjid Al-azhar sudah memilkii aset sebesar Rp. 653.955.693.60 yang dimilikinya pada awal penerimaan modalnya dari Rp 354.284.950,-. Dari beberapa keberhasilan yang dicapai oleh BMT Masjid Al-Azhar, seperti terus bertambahnya nasabah dari 336 nasabah sekarang sudah mencapai 641 nasabah yang sudah bergabung menjadi nasabah di BMT Masjid Al-azhar. Akan tetapi di samping keberhasilan BMT Masjid Al-Azhar ada kendala yang dihadapi yaitu Sejak awal pertumbuhannay, BMT Al-azhar hadir ditanah air sebagai lembaga “grass-root” dengan sejumlah keterbatasan baik dari sisi SDM, permodalan maupun manajemen, belum lagi ditambah dengan keberpihakan pemerintah yang masihdianggap setengah hati. Hal ini dapat dilihat dari tidak atau belum adanya regulasi khusus atas keberadaan LKMSBMT . Status hukum yang tidak jelas menambah sederetan eksistensi LKMSBMT kedepan.
48
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi BMT Al-azhar yang sejak awal tidak luput dari keterbatasan diberbagai sisi, sebut saja misalnya ketrbatasan SDM dan akses mendapatkan pinjaman dari pihak luar, baik lembaga pemerintah BUMN, BUMS, LSM maupun lembaga donor. Memang BMT Masjid Al-Azhar ini mendapatkan penopangan dana dari BMT Masjid Al-Azhar pusat akan tetapi itu tidak seberapa. Pengalaman BMT Al-Azhar selama ini menunjukan ternyata kendala yang paling sering terasa adalah ketika banyaknya permintaan pembiayaan, BMT agak riskan apabila terlalu banyak menggunakan dana pihak ketiga (dana tabungan) yng notabene dana tersebut dana jangka pendek, sementara di sisi lain BMT perlu menyalurkan pembiayaan sebagai bentuk fungsi intermeditasi BMT dalam pemenuhan pengajuan pembiayaan. Dengan demikian dana-dana jangka panjang merupakan kebutuhan BMT Masjid Al-Azhar dalam menjamin penyediaan dana
untuk
pembiayaan-pembiayaan.
Disampung
itu
SDM
yang
memprihatinkan sering kali juga mempengaruhi keberanian manajemen dalam rangka perluasan usaha, baik perluasan pasar maupun jangkauan operasional. Oleh karena itu secara perlahan BMT Masjid Al-Azhar terus melakukan pem binaan rutin SDM berupa pengiriman pelatihan kursus dan pendidikan lainnya. Demikian juga akses pinjaman dana-dana program dari pemerintah sepertinya sulit untuk ditindak lanjuti dan diperoleh. Karena terkadang informasi adanya dana –dana program tersebut hanya sekedar informasi saja, pada kenyataannya dana-dana tersebut sulit diakses. Beberapa kali BMT mensisasati kesulitan tersebut dengan bersilaturahmui dengan lembaga-
49
lembaga yang terkait baik silaturahmi langsung, pengiruman laporan , data dan profil BMT. Namum pada saat ini belum ada tindak lanjut dari yang bersangkuatn dan belum membuahkan hasil. Faktor tersebut itulah yang sering kali dirasakan BMT Masjid Al-azhar dalam operasional sehari-hari. Namun demikian kita sebagai pengelola BMT Masjid Al-Azhar meyakini bahwa setiap kendala pasti ada jalan keluarnya. Untuk itulah segenap tin manajemen tak henti-hentinya memanfaatkan setiap peluang yang dapat mengembangkan BMT dimasa yang akan datang. Keberadaan BMT sebagai lembaga keuangan mikro sudah tentu banyak manfaatnya baik bagi pengguna layanan (nasabah/anggota) maupun pihak lain seperti pemerintah yang berkepentingan dalan hal pemberdayaan UKM. Namum demikian, mengingat model BMT ini relatif masih baru dan belum dikenal dan dipahami secara luas oleh masyarakat, maka tentunya sangat diharapkan partisipasi seluruh komponen masyarakat mensosialisasikannya dalam forom-forum umum dalam rangka memberikan informasi dan tuntunan bagi pengembangan BMT dimasa yang akan datang. Dan yang menjadi keberhasilan BMT ini, BMT ini memiliki strategi dan konsep dalam mengembangkan para Usaha Kecil Menengah yang diuraikan sebagai berikut : 1. Strategi BMT Masjid Al-Azhar dalam mengembangkan UKM Dari BMT yang telah tumbuh dan berkembang ternyata ada juga BMT yang tumbang, gagal, merugi dan kemudian tidak aktif lagi namun ada juga BMT yang berhasil menjalankan usahanya sampai saat ini, tentunya hal ini
50
berkatan dengan strategi yang dijalankan masing-masing BMT dalam operasional usahanya : Berikut ini penulis akan memapartkan strategi-strategi yang telah dilakukan BMT Masjid Al-Azhar dalam usahanya mengembangkan para pengusaha kecil : 1. BMT Masjid Al-Azhar telah melakukan pembinaan secara cermat kepada para pengusaha kecil terutama yang berlokasi disekitar BMT tentang sistem perekonomian Islam dengan segala tata cara dan kode etika, baik secara individual maupun universal dalam forum tertentu. 2. BMT Masjid Al-Azhar melakukan survei untuk jangka waktu tertentu kepada para pengusaha kecil yang telah menjadi nasabah serta mengevaluasi seberapa kemajuan yang telah dicapai oleh para pengusaha kecil tersebut dalam usahnya. Dimana hal ini bertujuan untuk menjaga komunikasi yang baik, serta melakukan diskusi yang mengarah pada peningkatan usaha. 3. BMT Masjid Al-Azhar selalu berusaha memberikan solusi kepada para pengusaha kecil yang mengalami kerugian dalam usahanya. 4. BMT Masjid Al-Azhar memberitahukan lokasi yang cukup strategis kepada nasabah yang baru memulai usahanya sehingga akan lebih optimal dalam menjalankan usaha barunya.
51
2. Konsep BMT Masjid Al-Azhar dalam upaya mengembangkan UKM Konsep dasar BMT itu sendiri adalah sesuai dengan nama BMT dengan penyaluran dana yang tepat, maksudnya untuk masyarakat menengah kebawah dengan sistem syari’at di dalamnya, lembaga BMT mempunyai konsep ideal yang sebagaimana memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut : 1. Lembaga keuangan syariah (semacam Bank) yang dalam operasionalnya memiliki dua tujuan : yaitu sector nirlaba dan sector binis 2. Menggunakan manajemen Islam 3. Dalam pembiayaan yang sifatnya bisnis tidak ada riba, tetapi menggunakan sistem yang lebih adil, seperti sistem mudharabah (bagi hasil). 4. Dalam pembiayaan yang sifatnya sosial diberlakukan pinjaman tanpa bunga, misalnya sistem qordhul hasan.
B. Potensi BMT Masjid Al-Azhar dalam mngembangan UKM Potensi lembaga ini mempunyai dampak yang cukup membantu msyarakat kecil dan menengah dalam memberikan bantuan dana baik yang bertujuan untuk usaha, BMT Masjid Al-azhar sangat berperan dalam perekonomian masyarakat kecil maupun menengah. Lembaga ini mempunyai metode dalam hal memperkenalkan program-program kepada masyarakat dan menjelaskan tentang kelebihan apabila masyarakat menjadi nasabah, dan kelebihan yang ditawarkan oleh BMT Masjid Al-Azhar tentang keuntungan
52
yang akan didapat apabila masyarakat menjadi nasabah di Lembaga BMT Masjid Al-Azhar. BMT berpotensi sebagai badan usaha tabungan dan simpanan yang ditujukan kepada masyarakat dalam peminjaman dana maupun Simpanan Amanah karena semua itu termasuk ke dalam program lembaga BMT Masjid Al-azhar dan BMT tersebut memegang teguh kepercaan para nasabah. Kehadiran BMT dan lembaga keuangan Syariah yang lain, yang berbasis pada prinsip bagi hasil tidak membatasi dirinya hanya menyalurkan dana pada sector usaha yang sudah mapan saja, tetapi juga menbantu para pengusaha ynag berskala kecil yanh memang mau dan mampu (mempunyai potensi) dalam efektifitas dan efesien usahanya. Dengan demikian kehadiran BMT telah menjadi Partner sekaligus jaringan kerja bagi pengusaha kecil dalam menyalurkan dan a bantuan modal pembiayaan yang dibutuhkan oleh mereka dalam meningkatkan kegiatan usahanya. Karena itu kehadiran BMT dengan prinsip profit and loss sharing sangat membantu dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Keterlibatan bank tanpa bunga dengan sistem bagi hasil dalam upaya memerangi kemiskinan mencangkup pembinaan nasabah yang lebih menonjolkan sikap kebersamaan dari siklus usaha. Hal yang tidak kalah penting juga adalah perbaikan manajemen dan Profesionalisme pengelola BMT agar dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan pelayanan yang maksimal bagi pengembangan UKM. Juga mengembangkan jaringan kemitraan kepada lembaga keuangan Syariah lain
53
seperti BPRS yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan perekonomian masyarakat. Dan berikut ini penulis akan memaparkan beberapa hal mengenai potensi yang dimiliki BMT Masjid Al-Azhar : 1. Dilihat dari infrastruktur yang dimiliki BMT Masjid Al-Azhar, Penulis dapat menyimpulkan bahwa dari sisi ini BMT ini masih tergolong sederhana, hal ini dapat dilihat dari kepemilikan infentaris yang ada seperti komputer, telepon berikut peralatan lainnya hanya berjumlah beberapa unit saja. Dan bangunan yang digunakan sebagai kantor pun masih menyewa. 2. Dilihat dari lokasi, BMT Masjid Al-Azhar cukup strategis karena didukung dengan lokasi pasar tradisional yang berada disekitar BMT ini. Hal ini akan memudahkan BMT dalam mengembangkan UKM. Dengan demikian luasnya anggota masyarakat yang memanfaatkan jasa BMT, maka di butuhkan profesionalisme yang tinggi dalam operasionalisasinya, sehingga BMT dengan masyarakat dapat menggunakan kelangsungan hubungan yang saling menguntungkan dan hubungan jangka panjang dan terjalin lebih positif guna untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah dan mampu menyerap potensi sumberdaya yang tersedia di masyarakat secara swadaya dan hasilnya ditujukan untuk kemakmuran seluruh anggota masyarakat, bukan untuk orang-orang atau kelompok tertentu. Program pemberdayaan ekonomi rakyat dilakukan khususnya pada Koperasi, BPRS, BMT, Usaha Kecil dan Menengah sehingga mampu berkembang
54
menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan memperkuat struktur Perokonomian Nasional. Hal ini dilakukan mengingat lemahnya mereka mengakses dan memperluas pasar, pemupukan modal, pemanfaatan informasi dan teknoligi kurang mampu membentuk Organisasi dan managemen serta dalam pembentukan jaringan usaha. Permasalahan dari kelemahan ini perlu terus dibenahi agar dapat bersaing untuk menghadapi tantangan yang lebih berat di Era Globalisasi. Program pemberdayaan Ekonomi Rakyat secara mendasar diupayakan secara bertahap sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sistem dan praktek ekonomi yang berlaku di masyarakat sering kali tidak sejalan dengan prinsip prinsip ekonomi yang berkeadilan yang menaruh perhatian pada kepentingan kesejahteraan rakyat kecil. Penerapan kekayaan oleh sekelompok kecil orang dipandang wajar dan sah. Padahal sebaliknya dalam ajaran islam penumpukan kekayaan secara berlebihan adalah terlarang, bahkan diharamkan sebab sangat jauh dari prinsip keadilan. Kenyataan seperti itu telah lama berjalan dalam masyarakat, selama itu pula kita umat isalam merindukan berlakunya sistem ekonomi yang menjamin pemerataan ekonomi, kesejahteraan dan keadilan sosial. Berkembangnya usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pengusaha kecil yang jumlahnya puluhan juta umat baik dipedesaan maupun diperkotaan telah sering kali dilakukan, baik oleh pihak pemerintah maupun institusi swasta. Munculnya lembaga-lembaga keunagna mikro semacam BMT yang mencoba mendorong tumbuhnya kegiatan usaha produktif di masyarakat merupakan bagian dari upaya tersebut.
55
Dalam rangka membantu para pengusaha kecil dan melaksanakan pelayanan serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat , BMT Masjid AlAzhar menjalankan prinsip yang sama halnya dengan perbankan syariah yang sifatnya non bunga (nirbunga), secra umum pelayanan tersebut meliputi pelayanan penghimpunan dana (funding), penanaman dana (financing) dan pelayanan jasa lainya. Penghimpunan dana dalam bentuk tabungan biasanya diperlukan BMT sebagai titipan atau dikenal denagn sebutan “wadi’ah yadduddgomanah”. BMT tidak dibebankan untuk memberikan bagi hasil kepada nasabah/anggota tetapi dibolehkan untuk memberi bonus yang tidak meningkat, sedangkan penghimpunan dana dalam bentuk deposito biasanya diperlukan sebagai investasi sehingga BMT wajib memberikan hasil-hasil kepada nasabah/anggota, produk deposito dikategorikan sebagai simpanan mudhorobah (bagi hasil). 38
Menurut penulis peran BMT bagi para UKM (Usaha Kecil Menengah) sangat di butuhkan bagi mereka karena bank-bank Konvensional yang ada tidak menjamin kesejahteraan mereka, karena Bank Konvensional sangat menekankan kepada riba atau bunga, sangat berbeda sekali dengan BMT yang mana BMT menggunakan sistem bagi hasil, karena BMT beroperasi dengan sistem Syari’ah. Dan apabila ada nasabah yang mengalami kerugian dalam usahanya maka pihak BMT akan menambah dana atau pinjaman kepada mereka dan memperpanjang jangka waktu pemulangan piutangnya. Dan untuk 38
Wawancara Pribadi Penulis dengan Kepala Pimpinan Cabang BMT Masjid Al-Azhar, Rabu 23 Maret 2011, Jam 09.00
56
mengembangkan para UKM, pihak BMT mendatangkan para UKM ke lokasi berdagang mereka untuk menawarkan pinjaman dana untuk meningkatkan usaha mereka, apabila ada yang membutuhkan dana tambahan untuk usahanya para UKM bisa meminjam kepada BMT, agar para UKM tahu bahwa ada lembaga keuangan syariah yang dapat memberikan mereka pinjaman dana tanpa mereka harus meminjam ke Bank-Bank Konvnsioanal atau pun k Rentenir.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil analisa yang berhubungan dengan Peran BMT Masjid AlAzhar Kunciran Ciledug Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil Menengah ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran BMT bagi para UKM (Usaha Kecil Menengah) sangat dibutuhkan bagi mereka, karena bank-bank Konvensional yang ada tidak menjamin kesejahteraan mereka, Bank Konvensional sangat menekankan kepada riba atau bunga, sangat berbeda sekali dengan BMT yang mana BMT menggunakan sistem bagi hasil, karena BMT beroperasi dengan sistem Syari’ah. Dan apabila ada nasabah yang mengalami kerugian dalam usahanya maka pihak BMT akan menambah dana atau pinjaman kepada mereka dan memperpanjang jangka waktu pemulangan piutangnya. 2. Dengan terus bertambahnya nasabah di BMT Masjid Al-Azhar, itu sudah cukup membuktikan eksistensi BMT Masjid Al-azhar di kalangan UKM, hanya saja masih ada kendala yang dihadapi, dan itu hal yang lumrah dan hal yang pasti di hadapi oleh setiap lembaga. Lokasi BMT Masjid AlAzhar cukup strategis meskipun dari infrastruktur masih tergolong sederhana.
57
58
B. Saran Saran-saran saya untuk Lembaga 1. Hendaknya Perbanyak SDM yang berkualitas di berbagai bidang baik dalam bidang kolektor, accounting dan tailler guna memajukan BMT Masjid Al-Azhar Kunciran Ciledug Tangerang. 2. Tingkatkan program-program BMT Masjid Al-Azhar menjadi lebih baik lagi, menambahkan dan mampu memperluas jaringan dan stakeholder. 3. Perbanyak program yang menguntungkan para Nasabah dan penunjang modal sehingga modal semakin besar
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta, Iktiar Baru Van Hove, 1991), cet. Kelima, Abdul Azis Dahlan lembaga-lembaga Perekonomian Umat (sebuah Pengenalan), (Jakarta, Raja Grafindo, 2002), A, Djajuli, Dkk Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari’ah, Perjalanan dan Gerakan BMT Di Indonesia, (Jakarta, PINBUK, 2000), Baihaqi Abd. Madjid dan Saefudin A. Rasyid BMT Sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM), (Jakarta, PINBUK, t. Th) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998) Manajemen Umum Sebuah Pengantar, (Yogjakarta : BPFE, 1998), cet. Ke-1, Djati Julitriarsa dan Jhon Suprihanto Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju, 2001), DR. Sedarmayanti, M. Pd. Pemberdayaan dan Refleksi Financial Usaha Kecil Di Indonesia, (Bandung: Yayasan Akatat Tiga, 1997), Erna Ermawati (ed) Kewirausahaan, Edisi Revisi, (Bandung, CV ALFABETA 2003) , cet, kelima, H. Buchari Alma Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (yogyakarta : EKONISIA FE UII, 2005), cet. Ketiga, Heri Sudarsono Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : Mizan, 1999), Hertanto widodo, et. All http://chichimoed.blogspot.com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-ukm.html http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2037090-ukm-ciri-cirikelemahan-dan/ http://ridhoadnan.blogspot.com/2010/07/usaha-kecil-menengah-ukm.html http://solusi70.com/blog/2010/10/cara-kerja-bmt/
59
60
http://tariles41.blogspot.com/2010/04/keunggulan-dan-kelemahan-usahakecil.html Sistem Ekonomi Pemerintah Umar Ibn Khatab, (Jakarata, Pustaka Pirdaus, 1992), cet, kedua, Irfan M. Ra’ana Bisnis Berbasis Syariah. Bumi Aksara, Jakarta: 2008, hal 184, Juzmaliani, dkk. Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia, (Depok, Usaha Kamil, 1996), Karnaen A, Perwataatmadja Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, (Jakarta : 2005) Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-Azhar Eksploration Role Analisi,dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1995), N. Grass W. Mc eachen, S. Masson and A. W Teori-teori Psikologi sosial, (Jakarta : Rajawali, 1984), cet ke-1, Sarlito Wirawan Sarwono Sosiologi Suatu Penganta, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke34, Soerjono Soekanto “Pengembangan Usaha Baru”, Infokop Media Pengkajian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, zz, 27 (2005), Suhendar Sulaiman, Researce, (yonyakrya : Andi offset, 1997), Sutrisno Hadi
Wawancara dengan Pimpinan Cabang BMT Masjid Al-Azhar Rabu 23 Maret 2011
1. Berapa aset BMT Masjid Al-Azhar saudra saat ini? Jawab : Rp 653.955.693.90 2. Berapa jumlah karyawan BMT Masjid Al-Azhar sekarang?dan apa latar belakang pendidikannya? Jawab : karyawan kami baru 5 orang, dan latar belakang pendidikan mereka D3 dan S1 3. Pertumbuhan BMT saat ini sangat pesat dan ada BMT yang gulung tikar, menurut bapak apa penyebab gulung tikarnya BMT tersebut? Jawab : Kurangnya modal dan kurangnya informasi tentang pengetahuan masyarakat tentang BMT 4. Apa harapan bapak terhadap BMT Masjid Al-Azhar kedepan? Jawab : dapat memberikan kesejahteraan untuk nasabah 5. Menurut bapak bagaimana konsep ideal BMT? Jawab : Sesuai dengan nama BMT itu sendiri dengan menyalurkan dana yang tepat, maksudnya tepat disini penyaluran dananya untuk para pengusaha menengah kebawah 6. Strategi apa yang harus dilakukan BMT dalam menarik minat masyarakat untuk bergabung? Jawab : mengadakan seminar di masyarakat dan memasang iklan seperti spanduk dan pamplet 7. bagaimana gambaran perkembangan BMT ini saat ini? Jawab : BMT Masjid Al-Azhar memang tidak begitu pesat,tetapi BMT ini sudah menunjukan peningkatan yang lumayan dapat dilihat dari bertambah nasabahnya 8. Menurut bapak apa kelebihan dan kelemahan BMT ini? Jawab : kelemahannya kurangnya SDM, kelebihannya nasabahnya semakin bertambah
9. Dari mana sumber keuangan BMT? Jawab : anggota, pegurus yang menanam modal dan dari nasabah dengan tabungan Amanah 10. Apa tugas dan wewenang masing-masing seksi? Jawab : Pincap : merealisasi pembiayaan dan survei Accounting : mengecek keuangan Teller : melayani nasabah Colektor : penagihan piutang 11. Apa saja kendala yng dihadapi BMT ini dari pendirian hingga saat ini? Jawab : kurangnya SDM 12. Bagaimana strategi manajemen BMT ini? Jawab : 13. Berapa jumlah nasabah/ukm yang sudah menjadi mitra BMT sampai saat ini? Jawab : 641 nasabah 14. Pada saat baru berdinya BMT berapa jumlah nasabahnya? Jawab : 336 nasabah 15. Bagaimana respon nasabah terhadap BMT? Jawab : cukup baik, karna sudah lumayan banyak para masyarakat yang berminat meminjam uang di BMT ini 16. Apa keuntungna yang di dapat oleh nasabah/ukm dibandingkan dengna bank konvensional? Jawab : bagi hasil, tawar menawar dn tidak adanya bunga, BMT lebih mudah dibandingkan dengan bank, dekat, beban biaya atau administrasinya kecil 17. Produk apa saja yang di minati nasabah?kenapa? Jawab : tabungan Amanah karena tabungan Amanah ini dapat diambil kapan saja jika dibutuhkan 18. Bagaimana prosedur dan mekanisme operasional pembiayaan yang dilakukan oleh pihak BMT? Bagaimana kategori pembiayaan yang diberikan kepada ukm? Jawab : BMT ini mminta nasabah untuk mengisi formulir, melengkapi data , survei, pembiayaan yang diberikan itu paling besar Rp 5.000.000.000, dan itu tergantung usaha apa yang dijalani
19. Upaya apa saja yang dilakukan BMT dalam mengembangkan usaha kecil? Jawab : BMT memberikan pembiayaan kepada para UKM yang meminjam disini, menawarkan pinjaman dana kepada para UKM yang berada disekitar BMT ini karena BMT ini dekat dengan pasar Tradisional 20. Usaha apa saja yang dilakukan BMT terhadap nasabah/ukm yang mengalami kemunduran dalam usahanya? Jawab : BMT ini akan melihat usaha itu sendiri jika usahanya masih ada potensi untuk dikembangkan lagi maka pihak BMT akan menambahkan modal, juka tidak maka BMT ini akan menambah waktu untuk pemulangan piutangnya 21. Bagaimana kriteria bagi nasabah/ukm yang tergolong rugi? Strategi apa yang dilakukan BMT? Jawab : macet dalam setorannya. Pihak BMT ini akan melakukan survei ke para nasabah untuk memantau sejauh mana usaha mereka berkembang, memberikan solousi apabila ada nasabah yang mengalami kemunduran, memberitahukan tempat yang strategis untuk nasabah yang ingin memulai usahanya 22. Bagaimana nisbah bagi hasil keuntungan dan kerugian yang di tanggung oleh nasabah/ukm dan pihak BMT? Jawab : tergantung SHU nya, jika SHU bulan lalu lebih besar maka akan di naikan, jika SHU bulan lalu lebih kecil maka akan ditetapkan 23. Bagaimana tingkat keberhasilan BMT ini? Jawab : BMT Masjid Al-Azhar ini sudah lumayan menunjukan eksistensinya dengan terus bertambahnya nasabah yang datang 24. Seberapa besar potensi BMT ini dalam mengembangkan usaha kecil menengah? Jawab : potensinya cukup bagus, karna sudah banyak para UKM yang meminjam ung di BMT ini 25. Bagaimana dan berapa besar peran BMT ini dalam mengembangkan UKM? Jawab : menurut kami peran BMT ini sudah cukup dirasakan oleh para UKM karena para UKM dapat meminjam modal disini jika ingin membangun usaha atau yang ingin menambahkan modal untuk usahaya