Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 37-41 Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
PERANAN STRATEGIS PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL (INDIGENOUS KNOWLEDGE) M. Fadli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email:
[email protected]
ABSTRAK Artikel ini menguraikan mengenai peranan perempuan Minangkabau sebagai pelestari budaya lokal, yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di masyarakat Provinsi Sumatera Barat. Sistem kekerabatan materilineal, yaitu garis keturunan berdasarkan pada keturunan ibu, telah memposisikan perempuan sebagai aktor utama dalam pelestarian pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal di Minangkabau yang sudah mulai hilang akibat perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat diperparah oleh globalisasi dan westernisasi membuat hilangnya pengetahuan lokal di Minangkabau. Kain Songket, Batiak Tanah Liek, Jaik Suji Caia,merupakan sederetan kerajinan tangan syarat dengan kekayaan filosofi masyarakat Minangkabau. Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan Minangkabau dalam melestarikan aktivitas budaya berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga lahir Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dipelopori oleh perempuan. Berdasarkan hasil kajian ini terdapat korelasi antara kegiatan pelestarian kebudayaan yagn dipelopori oleh perempuan, terhadap perkembangan ekonomi kepdaa masyarakat lokal di Minangkabau. Hal tersebut terlihat dengan terbukanya berbaagi peluang kerja baru bagi masyarakat, dan tumbuh berkembangangnya berbagai unit usaha baru. Kata Kunci: Microfinance, perempuan, indigenous knowledge, Minangkabau
1. PENDAHULUAN Berbicara mengenai Minangkabau pikiran pembaca langsung melesat pada daerah indah yang berada di pesisir pulau Sumatera. Minankabau merupakan nama salah satu etnis yang terdapat di Indonesia yang memiliki nama, suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan dengan nama yang sama yaitu Minangkabau. Minangkabau merupakan salah satu etnis yang memiliki berbagai macam keunikan, salah satunya Minangkabau dikenal sebagai suku yang konsisten dalam menjalani sistem materilineal, yaitu garis keturunan yang ditarik berdasarkan ibu. Keunikan Minangkabau jika dibandingkan dengan kebudayaan lainnya yaitu, masyarakat Minangkabau memberikan ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam sektor publik, dan perempuan memiliki posisi yang strategis dalam sistem kemasyarakatan. Hal ini sanggat berbeda dengan masyarakat yang menjunjung tinggi budaya patriaki. Dewasa ini, jika berbicara mengenai emansipasi yang dilakukan perempuan, kajian mengenai gender, hak-hak perempuan, merupakan isu yang masih banyak diperbincangkan oleh banyak orang, dan tidak kunjung berkesudahan. Perjuangan yang dilakukan oleh perempuan tersebut dilatarbelakangi belum terbukannya ruang bagi perempuan dalam berbagai sektor publik. Budaya patriaki dalam masyarakat Indonesia merupakan indikasi awal yang menjadi akar rumput dari permasalahan yang membuat keterbatasan ruang gerak perempuan dalam berbagai sektor. Sehingga perempuan kerapkali belum menjadi perhatian utama dalam sektor publik. Sementara itu, realitas di masyarakat menunjukkan perempuan memiliki peranan dan kontribusi yang besar dalam sektor publik pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam bidang ekonomi, perempuan merupakan aktor yang dapat memberikan sumbangsi yang besar dalam mengerakkan perekonomian, baik pekonomian keluarga, maupun perekonomian masyarakat secara nasional. Hal ini dilatarbelakangi oleh 40% total jumlah pengusaha skala mikro berasal dari kalangan perempuan. UMKM yang dipelopori oleh perempuan tumbuh 8% setiap 37
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 37-41 Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
tahunnya, dan total UMKM di Indonesia berkontribusi 57% terhadap produk domestik bruto, dan menyediakan 96% lapangan pekerjaan (Pambudy, 2014). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa perempuan berperan dalam mengembangkan ekonomi. Hal tersebut diyakini dengan latar belakang peranan ganda yang dilakoni oleh perempuan. Perempuan berperan dalam sektor domestik yaitu sebagai seorang ibu yang mengurusi urusan rumah tangga, memasak, mengurus anak dan melayani suami, dan sektor publik yaitu dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik di lingkungannya, hal tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sekunder dalam keluarga (Sanday, in Kusnadi et.al, 2006). Dalam bidang kebudayaan perempuan di Minangkabau menjadi tonggak utama dalam pelestarian budaya yang mengandung rangkaian pengetahuan lokal (indigenous knowledge) yang telah diwariskan melalaui jalur komunikasi dalam keluarga dan anggota dari masyarakat. Dalam upaya pelestarian pengetahuan lokal di masyarakat perempuan Minangkabau menggunakan konsep pemberdayaan komunitas atau dinekal juga dengan community development. Hubungan yang jelas aktivitas perempuan dalam pelestarian kebudayaan dan pengetahuan lokal dan sektor eknomi merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dalam sektor budaya, perempuan merupakan ujung tombak dalam pelestarian pengetahuan dalam sektor ekonomi perempuan merupakan aktor yang mengerakkan perekonomian melalui comunity development pada usaha kecil dan menenggah (UMKM). Hal tersebut terlihat dari aktivitas perempuan di Minangkabau yang mengembangkan UMKM melalui pelestarian budaya.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai peranan perempuan Minangkabau dalam melestarikan pengetetahuan lokal dan mengembangkan kegiatan usahan kecil dan menengah.
a. Perempuan Dalam Pelestarian Pengetahuan Lokal Pengetahuan lokal, merupakan seperangkat pengalaman, pengetahuan yang terakumulasi dari masyarakat lokal dan merupakan karakteristik dari perilaku masyarakat lokal tersebut. Uraian tersebut sejalan dengan penjelasan yang dijelsakan oleh Msuya (2007,1) mengenai pengetahuan lokal sebagai berikut ini, “Indigenous Knowledge (IK) is defined as a systematic body of knowledge ac acquired by local people through the accumulation of experiences, informal experiments and intimate understanding of the environment in a given culture.” Sama halnya dengan masyarakat Minangkabau yang memiliki berbagai pengetahuan lokal di masyarakat. Berdasarkan ciri dari pengetahuan lokal dijelaskan oleh Jhonson (Msuya 2007), terdapat beberapa karakteristik dalam pengetahuan lokal sebagai berikut ini. a. b. c. d. e.
Terdapat pada masyarakat lokal/adat tertentu. Berkaitan dengan konteks budaya yang spesifik. Bersifat non formal. Diwariskan secara lisan dan tidak terdukumentasikan, Dinamis, adaptif namun tidak statis sesuai dengan sosial ekonomi, dan budaya masyarakat. f. Holistik g. Berkaitan dengan kelangsungan hidup banyak orang h. Milik masyarakat. Songket merupakan salah satu aktivitas masyarakat yang mengandung berbagai penetahuan lokal didalamnya. Songket merupakan hasil tenunan dari Sumatera Barat yang proses pembuatannya menggunakan pengetahuan lokal (indigenous knowledge). Berbagai filosofi yang terdapat dalam proses pembuatan songket. 38
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 37-41 Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Proses pembuatan songket ini syarat dengan pengetahuan lokal, mulai dari tahapan awal pemilihan benang, hingga kain tenunan selesai. Songket pada awalnya digunakan oleh kaum Raja dan Bangsawan di Minangkabau. Hasil songket tersebut tidak selalu dalam bentuk kain, namun terdapat berbagai hasil seperti selendang perempuan, saluak/deta yang digunakan mempelai laki-laki, tingkuluak, dan kain salempang. Namun, songket merupakan hasil kebudayaan Minangkabau. Pada awalnya di Minangkabau songket merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan. Hasil dari tenununan tersebut hanya digunakan sebagai konsumsi pribadi dan keluarga. Pelestarian pengetahuan lokal merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk penyelamatan pengetahuan lokal agar tidak hilang dari masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan pengetahuan lokal adalah dengan membagikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas. Hal ini dijelaskan dalam Indigenous knowledge for development a framework for Action seperti berikut ini, “Sharing Indigenous knowledge within and across communities can help enhance cross-cultural understanding and promote the cultural dimension of development” (World Bank 1998, i). Peranan perempuan dalam pelestarian pengetahuan lokal yaitu melakukan sharing dan transfer pengetahuan lokal kepada generasi selanjutnya. Upaya yang dilakukan oleh perempuan sebagai pelestari pengetahuan lokal manyongket adalah dengan konsep community development. Konsep tersebut dapat mempertahankan pengetahuan lokal manyongket di tenggah masyarakat. b. Pengetahuan Lokal dan UMKM Pengetahuan lokal yang tersimpan dalam proses pembuatan songket tersebut awalnya hanya menjadi konsumsi keluarga dan kebutuhan pribadi. Kegiatan pelestarian pengeta huan lokal yang dilakukan perempuan seperti songket, sulaman, menarik minat orang (di luar Sumatera Barat) untuk mengoleksi dan mengunakan hasil tersebut. Pada awalnya songket hanya digunakan sebagai pakaian kebesaran penghulu, pakaian adat dalam pernikahan di Minangkabau. Namun, dewasa ini seiring perkembangan terdapat pergeseran, yaitu songket sudah dimodifikasi dalam berbagai pakaian jadi. Rumitnya pembuatan songket Minangkabau, tidak sebanding dengan permintaan dan minat terhadap songket. Hal ini memberikan ruang kepada para perempuan Minangkabau dalam mengembangkan usaha songket menjadi usaha kecil dan menengah. Songket yang pada awalnya merupakan hasil karya tangan, sudah menjadi konsumsi publik. Perempuan yang memahami penegtahuan lokal mengenai proses manyongket dapat membuka peluang usaha baru dengan memasarkan hasil produksi songket kepada pasar. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 dijelaskan bahwa UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seorang atau dimiliki oleh kelompok kecil oleh orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Usaha songket yang dilakukan oleh perempuan Minangkabau awalnya berbentuk usaha informal. Karena dilakukukan dalam bentuk usaha rumahan yang dikerjakan oleh keluarga inti. Namun, seiring perkembangan zaman terdapat perkembangan yaitu perempuan menyongket membentu kelompok-kelompok baru yang fokus dalam memproduksi songket untuk dipasarkan kepada masyarakat luas. Adapun peranan utama perempuan dalam mengembangkan usaha kecil dan menengah melalui menyongket diuraikan lebih lanjut sebagai berikut ini. a. Perempuan berada disektor domestik.
39
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 37-41 Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
Perempuan dalam sektor domestik memiliki peranan yaitu mengelola aktivitas rumah tangga. Dorongan besar yang membuat perempuan menjadi pelaku usaha kecil yang bersifat informal adalah membantu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dalam keluarga. Perempuan dalam sektor domestik dituntut untuk mengelola keungan keluarga, sehingga perempuan dapat memahami kekurangan yang terdapat dalam keluarga tersebut. Dengan membantu kepala keluarga memenuhi kebutuhan perempuan melakukan usaha informal yang dilakukan di rumah, salah satunya adalah membuat kain tenunan songket. Melalui aktivitas menyongket yang dapat dilakukan di rumah, perempuan tetap dapat menjalankan peranan utama dalam keluarga dan juga dapat melakukan aktivitas menyongket dalam mendukung perekonomian keluarga. Oleh sebab itu, perempuan tetap dapat menjalankan tugas yang bersamaan namun dapat memberikan kontribusi dalam menopang perekonomian keluarga. b. Perempuan Pelestari Budaya Dalam prespektif budaya, perempuan seringkali ditempatkan sebagai orang yang sanggat konsumtif. Namun perempuan pada dasarnya aktor dalam budaya. Demikian juga halnya dengan Minangkabau, perempuan memiliki peranan sebagai pelaku budaya. Perempuan di Minangkabau merupakan aktor yang berperan penting dalam pelestarian kebudayaan, termasuk pengetahuan lokal yang terdapat didalamnya. Perempuan Minangkabau memiliki peranan sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang. Ambun Puro Pagangan Kunci. Peranan yang dilakoni seorang perempuan ini sama dengan peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Perempuan berperan dalam menjaga anak kemenakan dari berbagai hal termasuk kedalam terpaan media dan globalisasi (Hakimy 1997, 89). Sebagai bentuk usaha pelestarian pengetahuan lokal, dan budaya perempuan melakukan kebiasaan dan norma yang terdapat dalam budaya. Penggunaan songket dalam berbagai aktivitas kebudayaan, upacara adat.
3. KESIMPULAN Perempuan sebagai pelopor dalam pelestarian pengetahuan lokal dilatar belakangi oleh sistem kekerabatan berdasarkan sistem materilineal yang menarik garis keturunan berdasarkan ibu. Aktivitas perempuan Minangkabau dalam pelestarian budaya memberikan ruang baru untuk lahirnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terdapat korelasi antara aktvitas budaya yang dipelopori oleh perempuan, dengan perkembangan ekonomi pada masyarakat lokal di Minangkabau. Hal tersebut terlihat dengan terbukanya berbaagi peluang kerja baru bagi masyarakat, dan tumbuh berkembangangnya berbagai unit usaha baru.
40
Majalah Ilmiah, Vol. 23, No. 2, Oktober 2016, Hal. 37-41 Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 1412-5854
DAFTAR PUSTAKA Damsar. 1995. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fadli, M., Wina Erwina, Nurmaya Prahatmaja. 2012. Preservasi Pengetahuan Masyarakat Minangkabau Tentang Tradisi Lisan Pasambahan Melalui Kegiatan Exchange of Indigenous Knowledge. Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan. Vol 1(1) pp. 67-72. Hakimy, Idrus. 1997. Pengangan Penghulu, Bundo Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan Adat Minangkabau. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kusnadi, Hari Sulistyowati, Sumarjono, dan Adi Prasodjo. 2006. Perempuan pesisir. Yogyakarta: LKis. Msuya, Jangawe. 2007. "Challenges and opportunities in the protection and preservation of Indigenous Knowledge in Africa." International Review of Information Ethics Vol.7 (09/2007),: 1-8. Pambudy, Ninuk Mardiana. 2014. Mentap Indonesia 2014 (tantangan, prospek politik dan ekonomi indonesia). Jakarta: Kompas Media Nusantara. World Bank. 1998. Indigenous Knowledge For Development A Framework For Action. Africa: Knowledge and Learning Center Africa Region.
41