BAB V
PENYELAMATAN IBU HAMIL
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
201
202
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
MERANGSANG KESADARAN MENGIKIS KEMATIAN
Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) bekerja sama dengan Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM), Yayasan Damandiri, serta berbagai instansi, lembaga swadaya masyarakat dan pelaku pemberdayaan masyarakat dari berbagai daerah beberapa waktu lalui berkumpul di Jakarta membahas tantangan masa lalu yang belum selesai. Biarpun pekerjaan belum selesai, dengan diantar Menteri Kesehatan RI, Dr. Ahmad Suyudi, para peserta pertemuan optimis bahwa dengan bekerja sama tidak ada yang tidak bisa diselesaikan.
O
ptimisme itu didasarkan pada pengalaman masa lalu, yaitu bahwa dengan bekerja keras, berbagai gerakan masyarakat dengan kegiatan yang terarah dan terpadu, masyarakat telah bisa meningkatkan kesadaran yang membawa akibat sangat positif. Gerakan KB dengan ikutannya Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS) telah mampu menyampaikan pesan-pesan kepada pasangan usia subur yang kebetulan berkonsultasi tentang masalah KB untuk merencanakan anak dengan persiapan yang matang, mengandung dengan aman dan melahirkan dengan selamat. Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS) yang digelar dengan gegap
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
203
gempita oleh jajaran BKKBN itu telah meningkatkan kesadaran ibu-ibu pasangan usia subur untuk memeriksakan kesehatannya di tempat-tempat pelayanan yang tersedia. Pemeriksaan dini oleh jajaran Departemen Kesehatan telah memperbaiki mutu kesehatan kehamilan yang direncanakan dengan baik. Gerakan ini disusul dengan prakarsa Safe Motherhood oleh jajaran Departemen Kesehatan dengan cakupan yang sangat luas. Jajaran yang komit terhadap kesehatan bangsa itu menyiapkan tempat pelayanan bagi ibu hamil dan melahirkan dengan jaringan pelayanan, klinik, Puskesmas, bidan dan dokter, baik dalam lingkungan pemerintah maupun swasta. Jumlah dan penyebaran bidan ditingkatkan. Muncul pelayanan bidan di desa yang kemudian bergabung dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Poliklinik di pedesaan. Kedua gerakan yang dilakukan dengan gegap gempita itu selalu dikuti
204
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
dengan program advokasi yang kuat dan terarah, dilayani dengan pelayanan medis yang bermutu sampai ke tingkat pedesaan. Program-program itu menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku, baik dalam jajaran unsurunsur pelayanan maupun, terutama, pada masyarakat luas. Dari berbagai survey dan penelitian nampak jelas naiknya prosentase ibu hamil yang datang ke tempat-tempat pelayanan untuk memeriksakan kehamilannya. Gadis-gadis yang biasanya kawin sangat muda meningkatkan usia kawin dan melahirkan anaknya yang pertama. Jarak kehamilan yang rapat, mulai dijarangkan. Jumlah anak mulai menganut pola keluarga kecil. Kehamilan pada usia diatas 35 tahun, mulai berkurang. Keselamatan Ibuibu karena hamil dan melahirkan mulai menggembirakan. Suasana itu dipacu lebih lanjut dengan munculnya kepedulian yang makin tinggi dari kalangan perempuan. Muncul gerakan untuk meningkatkan partisipasi kaum perempuan dengan tujuan yang sama. Kemunculan itu ditandai dengan makin gencarnya upaya Program atau Gerakan Sayang Ibu oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (UPW). Program itu tidak saja menggerakkan peranan kaum wanita, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan kepada para penyelenggara dengan diberikannya penghargaan kepada para pelaksana dan masyarakat. Muncul penghargaan dengan label Rumah Sakit Sayang Ibu, Klinik Sayang Ibu, Kecamatan, Kabupaten atau bahkan Propinsi Sayang Ibu. Dukungan kepada para ibu untuk meningkatkan kesadaran dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan itu menimbulkan suasana baru yang menggembirakan. Kota demi kota, kabupaten demi kabupaten, desa demi desa makin demam dalam upaya
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
205
penurunan kematian ibu hamil dan melahirkan. Akibatnya sungguh menggembirakan. Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan (AKI) yang biasanya bergerak lamban pada tingkat sekitar 600 – 700 per 100.000 kelahiran mulai menunjukkan tanda-tanda menurun. Dewasa ini para ahli sepakat memperkirakan tingkat kematian itu sudah berada sekitar 300 – 305 per 100.000 kelahiran, suatu penurunan sekitar 50 persen. Kesimpulannya, kita bisa kalau kita bersatu. Tantangannya memang jauh menurun. Tetapi masyarakat belum boleh kendor dan puas dengan hasil yang dicapai. Kepuasan akan mengurangi semangat yang berkobar dan uluran dana untuk menyelesaikan masalah. Dalam kondisi tekanan krisis ekonomi sekitar tahun 1997-1998 muncul gagasan-gagasan untuk mempertahankan komitmen yang tinggi itu. Dari kalangan perguruan tinggi, Universitas Airlangga di Surabaya menjadi pelopor peresmian berdirinya minat studi pada Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada program Pascasarjana yang telah berkembang sebelumnya. Program yang telah terakreditasi sangat baik dari Departemen Pendidikan Nasional itu ternyata mendapat sambutan yang gegap gempita dan menghasilkan sarjana strata dua yang sangat berguna di masyarakat. Pada tahun 1999, suatu lembaga donor yang mempunyai program Maternal and Neonatal Health (MNH) ingin membantu upaya yang lebih terkonsolidasi dan kemudian menggagas dirintisnya pembentukan aliansi antar pelaksana program yang kemudian melahirkan Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI). Program ini diperkuat pada tahun 2002 yang lalu.
206
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Program Magister Pengembangan Ilmu Sumber Daya Manusia (PSDM) pada Pascasarjana, Universitas Airlangga, yang mendapat perhatian yang sangat tinggi dari masyarakat dengan spesialisasinya pada pemberdayaan SDM di lingkungan keluarga dan masyarakat, pemerintahan dan bisnis, tidak tinggal diam. Pada tahun 1999-2000 mulai dirintis kerjasama dengan AUICK di Kobe Jepang, beberapa Universitas di Australia, US AID dan beberapa Universitas di Amerika, serta beberapa lembaga PBB di Jakarta. Kerjasama internasional itu menumbuhkan kesempatan pengembangan yang lebih luas. Dengan dukungan Rektor dan civitas akademika yang kuat, Yayasan Damandiri dan lembaga swasta lainnya, awal tahun ini dibentuk Indonesian Institute for Human Development (IIHD) atau Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM) yang sangat menaruh perhatian terhadap upaya kesehatan reproduksi, termasuk upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil, anak dan remaja. Komitmen yang tinggi dan kerjasama yang erat di masa depan kiranya akan membantu keluarga dan penduduk Indonesia yang melimpah, tidak saja menurunkan kematian ibu hamil dan melahirkan, tetapi meningkatnya mutu manusia Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan sejahtera.
D
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
207
MEMACU GERAKAN IBU SEHAT SEJAHTERA
Departemen Kesehatan menggelar suatu “Mini University” untuk secara ilmiah membahas berbagai masalah kesehatan dan cara penyelesaiannya. Salah satu topik yang menarik adalah bagaimana mengembangkan upaya memenuhi target global menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan menjadi separo pada tahun 2015 dibandingkan keadaannya pada tahun 1990-an.
U
paya ini menarik karena, disamping keberhasilan yang gemilang dari berbagai upaya sebelumnya, tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih tergolong tertinggi di wilayah ini. Di Indonesia, dewasa ini diperkirakan ada sekitar 18.000 ibu-ibu meninggal dunia karena mengandung dan melahirkan. Ini berarti setiap bulan ada sekitar 1.500 ibu-ibu, atau setiap hari ada sekitar 50 orang ibu-ibu, tidak bersalah, tetapi mengandung dan melahirkan, terpaksa meninggal dunia. Karena ke 50 ibu-ibu tersebar di seluruh pelosok tanah air, lebihlebih dan terutama di daerah miskin dan atau kumuh, atau fasilitas pemerintahan dan kesehatannya minim, jeritan keluarga yang kehilangan
208
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
ibunya itu nyaris tidak terdengar. Andaikan 50 ibu-ibu yang meninggal dunia setiap hari itu terkumpul di suatu tempat, pasti seluruh Nusantara ini akan ribut tidak ketulungan. Atau bahkan dunia akan mengulurkan tangan membantu menyelesaikan masalah yang sangat dahsyat dan mengharukan tersebut. Peristiwa ini bukan baru saja terjadi. Kita mendapat warisan lama berupa kondisi kesehatan buruk yang belum juga bisa diselesaikan. Untuk masa yang lama tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan sangat tinggi. Banyak upaya yang telah dicoba dan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian yang sangat memilukan itu. Komitmen dan dana juga sudah banyak ditumpahkan. Upaya-upaya ini sekaligus erat kaitannya dengan upaya menurunkan angka kelahiran yang dimasa lalu juga sangat tinggi. Biarpun upaya itu luhur, tetapi di masa lalu upaya ini pernah menjadi perdebatan yang hangat, terutama di tahun-tahun 1960-1980-an manakala pembangunan makin difokuskan pada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perdebatan itu memuncak sekitar tahun 1980-an, tatkala hasilhasil Sensus Penduduk tahun 1980 diumumkan. Masyarakat sempat ribut dan bereaksi keras. Alasannya sederhana. Masyarakat yang mulai sadar dan menaruh harapan pada program KB, yang telah dilaksanakan selama sepuluh tahun, nampak tidak sabar. Rakyat mengira bahwa program KB, yang sekaligus dikaitkan dengan upaya menolong ibu hamil dan melahirkan, akan membawa mujizat dan bisa berhasil dalam waktu yang sangat singkat. Mereka berharap tingkat kelahiran turun drastis, tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan juga turun secara signifikan, dan jumlah penduduk mengecil.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
209
Kenyataannya berbeda. Hasil Sensus Penduduk tahun 1980 masih menunjukkan penduduk yang besar jumlahnya, dan dengan pertumbuhan dan tingkat kelahiran yang masih tinggi. Rakyat protes karena Program KB Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dengan gegap gempita belum nampak hasilnya. Tingkat kematian ibu karena mengandung dan melahirkan, yang menjadi salah satu alasan yang ikut ditonjolkan untuk mendorong penerimaan program KB, masih sangat tinggi. Peserta KB dengan alasan mencegah kematian ibu hamil dan melahirkan belum menghasilkan penurunan kematian ibu yang bermakna. Peserta KB yang sudah bergabung juga belum memberikan tanda-tanda penurunan tingkat kelahiran yang bermakna. Penduduk masih bertambah dengan kecepatan yang dianggap relatif tinggi. Dengan adanya tanda-tanda kesadaran akan minat upaya penurunan tingkat kematian ibu yang tinggi, kesadaran terhadap bahaya ledakan penduduk yang makin tinggi. Begitu juga adanya kesiapan jaringan pelayanan, berupa klinik yang relatif siap. Ada pula tanda-tanda partisipasi masyarakat di tingkat pedesaan yang makin bermakna, maka ribut-ribut protes di tahun 1980-an itu menjadi pertanda bahwa program KB mendapat momentum untuk segera diperluas. Tanda-tanda itu kemudian dipergunakan memperluas program ke daerah-daerah pedesaan. Dokter, bidan, para medis dan tenaga lapangan serta kekuatan masyarakat yang peduli diajak secara langsung berkunjung dan bertemu dengan rakyat di pedesaan. Informasi tentang KB tidak saja disampaikan melalui radio, surat kabar atau majalah, tetapi diantar secara langsung ke rumah-rumah penduduk oleh petugas lapangan KB, juga oleh ibu-ibu PKK,
210
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
para alim ulama serta jajaran sukarelawan lain yang ada di lapangan. Pasangan resiko tinggi diajak untuk sesegera mungkin bergabung dalam gerakan KB yang makin meluas di pedesaan. Mereka diajak untuk memeriksakan diri ke pusat-pusat kesehatan masyarakat yang dalam jajaran Departemen Kesehatan telah dilengkapi dokter dan tenaga para medis sampai ke tingkat kecamatan. Bahkan dokter dan bidan-bidan dari jajaran DepKes itu ikut terjun ke desa-desa melakukan pemeriksaan terhadap ibu-ibu resiko tinggi di pospos pelayanan yang segera dibentuk di desa-desa. Pos-pos itu, termasuk pos yang melayani penimbangan bayi, dikembangkan menjadi Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Pos-pos itu tidak saja di tingkat kecamatan, tetapi langsung menyebar ke desa-desa.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
211
Lebih dari pasangan resiko tinggi, untuk memberikan kesempatan pasangan muda dengan paritas rendah menikmati masa muda dengan baik, dan menyiapkan diri untuk tetap sehat dan sejahtera, segera dikembangkan program kampanye ibu sehat sejahtera atau terkenal dengan singkatan KISS. Program ini secara khusus mengajak para ibu muda paritas rendah untuk ikut KB dan sekaligus memeriksakan diri ke Pusat-pusat Kesehatan Masyarakat atau Posyandu untuk memilih waktu yang tepat dan aman apabila ingin mengandung atau mengandung yang kedua kalinya. Ibu-ibu PKK dengan fasih memberi penyuluhan agar ibu-ibu, apabila merasa mengandung, atau terlambat haid, segera memeriksakan dirinya ke klinik terdekat atau minimal ke Posyandu yang ada di kampungnya. Di Posyandu itu mereka akan mendapat informasi awal untuk kemudian dirujuk ke klinik yang terdekat. Upaya itu mendapat perhatian yang cukup tinggi sehingga dirasa jumlah bidan yang ada pada waktu itu, sebanyak 8000 orang, terasa makin kewalahan melayani minat yang makin membesar. Mereka juga makin kewalahan melayani peserta KB yang jumlahnya makin meledak. Dengan kerjasama yang baik antara Departemen Kesehatan dan BKKBN segera dikembangkan bidan baru yang jumlahnya lebih banyak. Pusat-pusat pelatihan mendapat dukungan dana untuk melatih tenaga para medis yang mempunyai minat menjadi bidan. Sekolah-sekolah kebidanan segera dikembangkan tersebar di seluruh tanah air. Target utamanya adalah menyediakan seorang bidan bagi setiap desa sebagai bagian dari program bidan di desa. Sasaran itu nampaknya dapat dipenuhi pada awal tahun 1990-an.
212
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Dengan dukungan yang kuat dari jajaran Departemen Kesehatan, Kampanye Ibu Sehat Sejahtera yang mengutamakan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi, dikoordinasikan oleh BKKBN dalam kerangka Program Safe Motherhood Initiative, digelar di seluruh pelosok tanah air. Untuk pelayanan klinis, Departemen Kesehatan menggelar program Safe Motherhood Initiative melalui pelayanan yang bermutu pada Puskesmas, Posyandu dan pada dokter dan bidan praktek swasta. Untuk menampung partisipasi masyarakat yang makin tinggi Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS) yang dikoordinasikan oleh pemerintah, dalam hal ini BKKBN, dikembangkan menjadi Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS), yaitu dengan memberi kesempatan lembaga swadaya masyarakat mengembangkan sendiri pendekatan yang cocok dengan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya gerakan ini lembaga swadaya masyarakat seperti PKK, Aisyiah, Muslimah, dan banyak sekali organisasi wanita lainnya, ikut mengambil inisiatif dan mengembangkan gerakan ini dalam lingkungannya atau di desa-desa dimana organisai itu mempunyai pengaruh yang tinggi. Hasilnya sangat terasa. Disamping jumlah peserta KB mengalami kenaikan yang bermakna, jumlah dan frekwensi ibu hamil yang datang memeriksakan dirinya ke klinik dan Posyandu meningkat pesat. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan mulai terasa menurun. Makin lama kecepatan penurunan itu makin tinggi. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan yang biasanya bertengger pada nilai sebesar 500 - 600 per 100.000 kelahiran diduga sudah menurun menjadi sekitar 425 per 100.000 kelahiran pada tahun 1990-an, dan kemudian menurun lagi menjadi
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
213
sekitar 337 per 100.000 kelahiran pada tahun 1997, selanjutnya menjadi sekitar 300-305 per 100.000 kelahiran pada waktu ini. Penawaran program terpadu, antara keluarga berencana dengan kesehatan ibu mengandung dan melahirkan itu makin berkembang dan meluas. Selain untuk pelayanan ibu mengandung dan melahirkan, Posyandu yang berkembang dengan pesat di desa-desa atau bahkan sampai ke tingkat RT dan RW, giat pula melayani informasi tentang gizi dengan terlebih dulu melakukan semacam diagnosa melalui upaya penimbangan balita. Upaya penimbangan balita ini menjadi menarik karena dengan tambahan kegiatan itu ibu-ibu yang subur bisa datang ke Posyandu dan mendapat informasi tentang keluarga berencana. Hampir dapat dipastikan bahwa ibu-ibu yang membawa anak balitanya adalah ibu pasangan usia subur. Kalau ibu-ibu itu tidak mempunyai anak balita, maka ibu-ibu itu bisa saja tidak subur. Bahkan dengan membawa anak balitanya ke Posyandu akan diketahui apakah seorang ibu tergolong ibu muda dengan paritas rendah. Perkembangan keterpaduan itu sekaligus memberikan kesan bahwa program KB tidak lagi anti anak tetapi justru sayang kepada anak yang berkualitas. Sementara itu, dengan partisipasi dalam KB yang makin membesar, angka kelahiran juga terus menurun dengan tajam. Angka kelahiran, yang biasa diukur dengan angka kelahiran per wanita subur atau Total Fertility Rate (TFR) yang pada tahun 1970-an masih sebesar 5,6 anak, menurun menjadi sekitar 3,0 anak pada tahun 1990, dan 2,6 anak pada tahun 20022003. Penurunan ini dipandang sangat signifikan karena pada awal tahun
214
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
1980-an cita-cita penurunan angka kelahiran sebesar itu dianggap merupakan sesuatu yang mustahil. Tetapi gerakan yang diikuti oleh kalangan yang sangat luas ternyata memberi bukti lain. Dan keberhasilan itu mengejutkan dunia sehingga Indonesia mendapat penghargaan PBB berupa UN Population Awards yang diterima langsung oleh Presiden RI, HM Soeharto, di Markas Besar PBB di New York pada tahun 1989. Sementara itu upaya menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan terus bergulir dan makin mendapat dukungan masyarakat. Untuk ikut makin menggerakkan partisipasi kaum ibu dalam gerakan ini dikembangkan pula Gerakan Sayang Ibu yang dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Gerakan ini menggugah tidak saja kaum ibu tetapi juga para pemimpin masyarakat lainnya di tingkat pedesaan. Perkembangan selanjutnya dari gerakan ini menelorkan beberapa upaya untuk menghidupkan perhatian para petugas dan penguasa rumah sakit, klinik dan masyarakat luas di tingkat kecamatan dan pedesaan. Pada tahun 1990-an di forum-forum internasional muncul ajakan yang lebih luas agar lembaga swadaya masyarakat dan swasta ikut mengambil peran yang lebih besar dalam gerakan untuk menurunkan tingkat kematian ibu mengandung dan melahirkan. Dalam pertemuan internasional yang diadakan untuk memperbaharui komitmen tahun 1980-an tercetus gagasan agar target-target yang ada diperbaharui. Konperensi Kependudukan Dunia di Kairo, Pertemuan Dunia Kaum Wanita di Beijing, dan banyak pertemuan internasional lainnya, menempatkan target penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2015 menjadi separo dibandingkan dengan keadaannya pada tahun 1990.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
215
Dalam menggerakkan partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan swasta ini muncul gerakan aliansi pita putih internasional yang berkeinginan memfalitasi kerjasama antar lembaga yang lebih erat untuk memadukan secara sinergy gerakan membantu masyarakat mengembangkan program menolong masyarakat mencapai target-target global dengan pendekatan yang prakmatis di tingkat wilayah masing-masing. Gerakan ini adalah gerakan peduli yang berkelanjutan. Mudah-mudahan berhasil dengan baik.
D
216
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
MEMBANGUN JARINGAN PENYELAMAT IBU HAMIL
Setelah tigapuluh tahun bangsa ini berusaha keras menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, yang pada tahun 1970-an besarnya masih sekitar 600 – 700 orang per 100.000 kelahiran, minggu ini para pelaksana gerakan itu akan berkumpul di Jakarta. Pertemuan itu disponsori oleh Aliansi Pita Putih, suatu forum aliansi atau sekretariat bersama, dari individu dan organisasi yang peduli terhadap nasib para ibu hamil yang terpaksa harus menderita karena pengetahuan terbatas dan sarana yang belum memadai.
D
isamping prihatin, kita juga boleh merasa lega, karena sejak tahun 1980-an pemerintah, dalam hal ini jajaran Departemen Kesehatan bersama-sama jajaran BKKBN, instansi dan masyarakat luas lainnya, berdasarkan kepentingan rakyat banyak, telah membangun jaringan pelayanan informasi dan pelayanan medis yang handal. Dengan adanya jaringan itu dapat dirangsang partisipasi masyarakat yang luas. Akibatnya tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan dapat diturunkan. Namun penurunan itu belum menempatkan kita menjadi bangsa yang terhormat. Biarpun dalam tigapuluh tahun terakhir ini tingkat kematian ibu
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
217
hamil dan melahirkan diturunkan hampir 50 persen, atau lebih, yaitu dari sekitar 600 – 700 ibu meninggal karena hamil dan melahirkan per 100.000 kelahiran pada tahun 1970-an, menjadi sekitar 300 – 305 ibu meninggal per 100.000 kelahiran pada waktu ini, posisi Indonesia belum memadai. Prestasi ini memang menakjubkan, tetapi dengan prestasi ini keadaan di tanah air masih jauh dari memuaskan. Negara tetangga terdekat, Singapura dan Malaysia, mempunyai tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan hanya sekitar 7 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran, suatu keadaan yang mirip dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Lebih-lebih kalau dilihat secara cermat. Keadaan di Indonesia lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara yang baru merdeka, atau baru membebaskan diri dari belenggu penjajahan seperti Vietnam. Yang menyedihkan, keadaan di tanah air itu mirip dengan banyak sekali negara
218
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
yang terkenal miskin atau sangat miskin di Afrika. Keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan antara lain adalah karena kita melaksanakan program KB dan membangun kesehatan rakyat dengan gencar di pedesaan. Dalam upaya itu, mengetahui kesadaran rakyat yang rendah, pemerintah dengan sengaja mengantarkan banyak sekali fasilitas dan pelayanan kesehatan dan KB kepada rakyat di daerah pedusunan. Sebagai misal untuk ber-KB bagi rakyat yang masih miskin dan kurang pengetahuannya tentang KB dan Kesehatan bisa mengikuti program dengan tidak harus pergi ke klinik Puskesmas, atau tidak harus antri di rumah sakit. Disamping itu, dibukanya Puskesmas dan klinik-klinik yang tersebar luas di daerah kecamatan ikut mempunyai andil yang sangat besar. Lebih dari itu penempatan dokter di Puskesmas, penambahan dan penyebaran bidan secara besar-besaran pada tahun 1970-an memegang peranan yang sangat tinggi. Pengadaan dan penyebaran bidan yang jumlahnya mencapai lebih dari 50.000 orang bidan itu sejalan dengan maraknya pertumbuhan jaringan pelayanan pedesaan seperti Posyandu dan Polindes. Jaringan ini, yang bergerak paralel dengan upaya Puskesmas Keliling yang dilakukan oleh Jajaran Departemen Kesehatan serta instansi lainnya, memberikan sumbangan yang tidak kecil. Dokter Puskesmas berkeliling ke desa-desa, mengadakan pelayanan di Pos-pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di pedesaan bersama masyarakat. Apabila diperlukan konsultasi tambahan, bidan yang ada di desa dapat memberikan bantuan yang diperlukan. Kombinasi jaringan pelayanan tetap
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
219
dan pelayanan bergerak ini merangsang penduduk pedusunan untuk makin tidak takut memeriksakan dirinya kepada para petugas medis atau para medis. Keberanian itu merangsang partisipasi dalam bidang kesehatan dan KB yang lebih tinggi. Lebih lanjut daripada itu, pembentukan Posyandu di desa-desa, memberi kepercayaan kepada penduduk bahwa masalah kesehatan dan KB sesungguhnya bukan masalah yang terlalu pelik. Semua orang bisa mengambil bagian yang berguna untuk sebesar-besar masa depan mereka juga. Dengan cara demikian tingkat partisipasi masyarakat dapat digalakkan dan hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan turun secara drastis. Pengembangan jaringan dan upaya menggerakkan jaringan untuk maju dengan visi dan misi, dalam suatu program terpadu, sungguh tidak mudah. Tantangan kedepan, menurut target-target yang ditetapkan dalam berbagai pertemuan internasional, dan telah disepakati oleh banyak negara, termasuk oleh Indonesia, tidak ringan. Pada tahun 2015 kita sepakat bahwa sasaran penurunan tingkat kematian ibu mengandung dan melahirkan adalah 50 persen dibandingkan dengan keadaannya pada tahun 1990. Sasaran itu tidak ringan karena dalam waktu sepuluh tahun lagi, angka kematian ibu hamil dan melahirkan haruslah pada posisi sekitar 150 ibu meninggal per 100.000 kelahiran. Target yang harus dicapai pada tahun 2015 tersebut tidak mudah. Ibu hamil dan melahirkan yang diperkirakan akan mempunyai masalah dan resiko kematian terpencar di daerah-daerah yang sulit dijangkau, mungkin saja di pegunungan, lembah yang sukar dicapai, atau pulau terpencil, atau kalau di kota atau pinggiran kota ibu-ibu itu berada di tempat-tempat kumuh,
220
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
atau mungkin saja fasilitas medisnya tidak memadai. Atau mungkin saja masyarakatnya sukar diajak memahami kepentingan pemeriksaan yang teratur. Mereka lebih mengandalkan tahayul dan kepecayaan turun temurun yang tidak pernah berhubungan dengan dokter, paramedis atau bidan. Atau mereka yang banyak dikecewakan oleh para pejabat dan tidak mau lagi berhubungan dengan jalur birokrasi di daerahnya. Berhubung dengan masalah pelik itu, Yayasan Damandiri telah menggalang kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang secara berturut-turut mengadakan serangkaian pertemuan dan seminar di Jakarta, Surabaya, Surakarta, Semarang, dan Purwokerto. Dalam waktu dekat pertemuan dan seminar itu akan dilanjutkan di Malang, Karanganyar, Sragen dan kabupaten lainnya. Pada waktu yang bersamaan, Universitas Airlangga, dalam rangka ulang tahunnya yang ke 50, bersama Yayasan Damandiri dan Bank Jatim, mengembangkan suatu lembaga dengan nama Indonesian Institue for Human Development. Lembaga ini, bekerja sama dengan Asian Urban Information Center of Kobe akan merangsang dan membantu pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di Indonesia. Lembaga ini, diantara berbagai kegiatannya akan ikut mendongkrak peningkatan mutu bidan di Indonesia. Dalam pertemuan dengan ratusan bidan di Jakarta, Surabaya, Surakarta, Semarang dan Purwokerto, disepakati bahwa dokter ahli penyakit kandungan dan dokter ahli anak-anak, dengan bantuan lembaga ini, atau lembaga lain yang mungkin saja menjadi mitra kerjanya, akan secara reguler
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
221
mengadakan pertemuan dengan para bidan, terutama bidan praktek swasta. Setiap pertemuan akan diisi dengan penambahan ilmu dan kesempatan tanya jawab untuk memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan atau persoalan lapangan yang dihadapi para bidan dalam kegiatannya seharihari. Dengan demikian diharapkan mutu pelayanan yang diberikan oleh para bidan praktek swasta itu akan meningkat. Dalam pertemuan dan seminar di Jakarta, Surabaya, Surakarta, Semarang dan Purwokerto itu, guru besar, dokter ahli, dan pimpinan Yayasan Damandiri dan Pengurus IBI, telah memberikan kuliah dan uraian populer tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi, kesehatan anak dan persediaan obat atau alat kontrasepsi yang terkini. Ratusan bidan yang hadir merasa seakan-akan kembali ke bangku sekolah atau mengikuti kuliah di Universitas. Mereka mendapatkan tambahan ilmu yang sangat berguna untuk praktek sehari-hari yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. Penambahan ilmu itu memberikan rasa percaya diri yang makin tinggi. Melihat manfaat yang tinggi itu, banyak bidan mengharapkan agar pertemuan semacam ini bisa dikembangkan menjadi pertemuan rutin supaya para bidan selalu disegarkan ilmu, pengetahuan dan ketrampilannya. Mereka berharap dengan cara itu bisa mendapat jawaban terhadap masalah-masalah lapangan yang selalu dihadapinya. Mereka ingin kembali kuliah. Para bidan mengharapkan agar Universitas Airlangga, atau lembaga pendidikan tinggi lainnya, bisa membuka jurusan baru untuk memungkinkan para bidan melanjutkan pendidikannya ke jenjang akademis yang lebih tinggi.
222
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Dengan semangat pemberdayaan dan peningkatan mutu pelayanan untuk ibu hamil dan melahirkan, serta anak-anak, terutama bayi, Indonesian Institute for Human Development dan Yayasan Damandiri, minggu ini ikut membantu penyelenggaraan suatu pertemuan nasional Aliansi Pita Putih, suatu forum aktifis yang bergerak dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia. Pertemuan itu diadakan di Jakarta, dan dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, serta diikuti oleh Pimpinan Organisasi dan lembaga yang selama ini aktif dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan. Menyadari bahwa persoalan yang dihadapi Indonesia sangat pelik, pertemuan para ahli dan pekerja lapangan itu mengembangkan prakarsa dan rancangan program yang bersifat multi demensi. Di satu pihak harus meningkatkan ekstensifikasi dan intensifikasi agar ibu hamil dan melahirkan yang belum pernah, belum biasa, atau masih enggan, berhubungan dengan tenaga medis dan para medis, segera dengan mantab merubah sikap dan tingkah lakunya, siap dihubungkan dengan jaringan untuk mencegah kematian karena hamil dan melahirkan. Karena itu pertemuan nasional yang telah berhasil menyegarkan strategi untuk mengembangkan jaringan yang akrab dengan masyarakat di pedesaan atau masyarakat yang kesadarannya masih rendah harus segera di tindak lanjuti. Jaringan itu harus sanggup menjemput bola dan memberikan rasa tentram bagi pengunjung pemula atau mempunyai rasa takut berhubungan dengan dokter atau paramedis. Jejaring itu harus akrab dengan peserta ulangan, yang mungkin saja mengandung untuk kedua kalinya. Peserta ulangan ini harus diperlakukan dengan baik, sekaligus harus disadarkan agar mengatur kehamilannya
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
223
dengan baik untuk mencegah kematian karena hamil dan melahirkan yang sia-sia. Sekaligus diharapkan mengatur kehamilan itu dalam rangka pembangunan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pertemuan yang berhasil diharapkan dapat mengembangkan tidak saja strategi, tetapi mendorong dikembangkannya bahan-bahan advokasi yang mudah dimengerti, mampu merangsang kesadaran dan menjadi penuntun tingkah laku ibu hamil dan melahirkan untuk membiasakan diri memelihara kesehatannya ekstra ketat selama hamil dan selama masa menyusui anaknya. Perhatian terhadap kehamilan serta kepatuhan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh para dokter, atau tenaga paramedis dan bidan, dengan baik akan merupakan penolak bala dan mengurangi resiko kematian karena hamil dan melahirkan. Dengan demikian jaringan pendukung itu menjadi jaringan kepercayaan yang baik dan disenangi. Di bagian lain harus dikembangkan suatu program untuk memperluas jaringan pelayanan informasi dan jaringan pelayanan medis sampai kedaerah-daerah yang masih terisolasi, terutama daerah padat penduduk usia muda dan paritas rendah, daerah yang masih langka fasilitas medisnya, daerah yang fasilitas medisnya masih belum banyak terjamah, dan daerah lain yang dimasa lalu tidak atau belum tersentuh dengan pelayanan informasi atau pelayanan medis yang baik. Daerah-daerah semacam ini akan menjadi daerah yang sulit karena pengembangan jaringan saja tidak mencukupi. Sebaliknya pemberian informasi tanpa jaringan pelayanan medis yang memadai tidak akan membawa manfaat yang diharapkan.
224
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Jaringan-jaringan itu akan menyelamatkan ibu-ibu dari resiko kematian karena hamil dan melahirkan. Kematian yang sesungguhnya bisa dicegah, karena ibu-ibu itu akan melahirkan anak bangsa yang kita cintai.
D
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
225
MEMPERKUAT ALIANSI UNTUK MENYELAMATKAN IBU HAMIL
Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) memprakarsai suatu pertemuan lembaga dan perorangan yang sangat peduli terhadap nasib ibu hamil dan melahirkan yang digelar di Jakarta.Pertemuan ini akan melibatkan peserta dari seluruh Indonesia. Pertemuan ini juga akan mendatangkan utusan dan pembicara dari lembaga internasional yang sama-sama peduli terhadap nasib ibu hamil dan melahirkan. Pertemuan ini merupakan kulminasi dari Gerakan Ibu Sehat Sejahtera yang diprakarsai oleh Jajaran BKKBN di masa lalu, Gerakan Sayang Ibu yang dimotori oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Safe Motherhood Initiative yang digelar oleh Departemen Kesehatan dan Aliansi Pita Putih Indonesia yang muncul sekitar tahun 1990-an. Seperti diketahui, berbagai gerakan masyarakat itu, dengan dukungan lembaga pemerintah seperti Departemen Kesehatan, BKKBN dan Pemda, telah berhasil merangsang diturunkannya tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, yang biasanya diatas angka 600 per 100.000 kelahiran pada tahun 1970-an menjadi sekitar 300 – 305 per 100.000 kelahiran pada waktu ini. Penurunan angka kematian yang tinggi itu belum merubah posisi
226
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Indonesia di Asia Tenggara, apalagi posisi Indonesia yang selalu sangat rendah dalam tataran internasional. Kalau partai politik membangun aliansi untuk memenangkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 5 Juli 2004 yang akan datang, diharapkan pertemuan para pimpinan dan perorangan yang sangat peduli terhadap upaya menurunkan kematian ibu hamil dan melahirkan itu bisa memperkuat aliansi yang sementara ini sudah terjalin. Pertemuan kali ini menghadapi tantangan yang agak lain dibandingkan dengan peta masalah yang dihadapi tigapuluh tahun yang lalu. Tigapuluh tahun yang lalu, sekitar tahun 1960-1970-an, relatif sangat mudah mencari ibu hamil dengan resiko tinggi. Hampir di setiap kampung selalu dengan mudah dapat ditandai adanya ibu dengan resiko tinggi itu. Umumnya mereka mempunyai jumlah anak yang banyak, kawin dan mempunyai anak pada usia sangat muda, atau pada usia sangat tua, mempunyai jarak kelahiran anak yang sangat rapat, miskin, pendidikannya rendah, dan mengalami banyak kasus keguguran atau kehamilan dengan masalah di masa sebelumnya. Umumnya mereka tinggal di daerah pedesaan yang miskin, transportasi sulit, atau jauh dari fasilitas medis, atau kalau tinggal di daerah perkotaan, mereka tinggal di daerah kumuh dan tidak mampu membayar fasilitas medis yang mungkin saja jaraknya dekat tetapi tidak terjangkau. Umumnya orang-orang tersebut tidak sempat atau tidak mampu memeriksakan ibu atau isteri yang sedang hamil kepada dokter atau bidan atau tenaga medis yang ada pada fasilitas yang tersedia. Kalau mereka melahirkan, biasanya ditolong oleh dukun atau oleh keluarganya sendiri dengan kemampuan yang terbatas.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
227
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, baik dengan Gerakan Ibu Sehat Sejahtera atau Gerakan Sayang Ibu, atau Gerakan Safe Motherhood Initiative, telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak para ibu yang sedang hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang bermutu. Berkat kegiatan beberapa gerakan itu, jumlah dan sebaran ibu hamil yang memeriksakan dirinya selama masa kehamilan meningkat dengan tajam. Prosentase pengetahuan dan pengertian ibu-ibu tentang kehamilan sehat juga meningkat tajam. Itu semua karena peranan bidan, yang awal bulan Mei ini memperingati hari bidan, sangat tinggi. Demikian juga fasilitas, jumlah rumah sakit, klinik dan fasilitas lain yang melayani ibu hamil dan bantuan melahirkan secara profesional makin bertambah baik dan banyak. Seperti dikatakan didepan, kemajuan itu belum mencukupi. Indonesia
228
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
masih berada jauh dibelakang dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Ini semua karena Indonesia mendapat warisan yang sangat buruk dan kondisi kesehatan ibu dan anak yang relatif jauh tertinggal. Biarpun kemudian ada usaha yang lebih gencar dalam berbagai bidang, termasuk penambahan bidan dan peningkatan mutunya, tetapi keadaan baru sedikit beranjak. Sasaran yang harus diselesaikan di masa depan masih sangat tinggi. Beberapa program baru untuk meningkatkan mutu tidak banyak pengaruhnya. Alasannya sangat sederhana, yaitu karena cakupan jumlah bidan dan pelayanan medis yang dicakup sangat terbatas, sehingga berbagai upaya itu hanya menguntungkan sedikit sekali jumlah ibu hamil dan melahirkan. Pilot-pilot proyek yang diadakan biasanya dilakukan dengan cakupan yang terbatas, yaitu umumnya di propinsi yang dianggap rawan atau sangat rawan. Jumlah penduduk atau jumlah wanita mengandung yang dilayani cakupannya relatif sedikit, sehingga keberhasilan suatu percobaan atau suatu “pilot project” tidak mempunyai dampak nasional yang berarti. Oleh karena itu, karena keberadaan ibu hamil dan melahirkan di masa depan akan makin tersebar di daerah-daerah dengan fertilitas tinggi dan mortalitas tinggi, ada baiknya upaya pengadaan dan peningkatan mutu bidan dan atau tenaga yang bisa mengurangi resiko kematian ibu hamil dan melahirkan itu didasarkan pada sasaran yang tepat. Bukan semata-mata peningkatan mutu, tetapi penyebarannya harus terpadu dengan kebutuhan untuk memerangi masalah yang dihadapi. Sebaliknya, pengembangan jumlah bidan juga harus disertai dengan jaminan mutu pelayanan, termasuk dukungan masyarakat yang kuat,
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
229
dukungan aparat dan budaya masyarakat yang kondusif, agar ibu-ibu beresiko yang makin sulit dicari itu dapat ditanggulangi bersama dengan baik. Para bidan dan tenaga para medis di daerah-daerah rawan harus betulbetul disegarkan komitmennya untuk tidak saja mempunyai pengetahuan yang mutakhir, ketrampilan yang tidak dapat diragukan, tetapi juga menyatu dengan masyarakat membudayakan suasana yang kondusif agar masyarakat mau dan mampu menjadikan kehamilan suatu peristiwa biasa yang luar biasa. Biasa karena selalu terjadi pada ibu dengan suami, luar biasa karena mempunyai resiko merengut nyawa, baik ibu atau anaknya kalau tidak mendapat perawatan yang memenuhi syarat. Tidak banyak alternatif lain. Aliansi mereka yang peduli terhadap keselamatan ibu hamil dan melahirkan harus diperkuat. Bukan untuk kedudukan Presiden, atau Wakil Presiden, tetapi untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan anak bangsa di masa depan.
D
230
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
JARINGAN BIDAN KOTA TIDAK MAU KALAH
Melihat gegap gempitanya para bidan pedesaan membangun kembali jaringannya yang agak melemah, para bidan kota, khususnya bidan dari DKI Jakarta, dibawah koordinasi Walikotanya pada waktu itu yang dinamis, Drs. Sarimun Hadisaputra, MSi, tidak mau kalah. Setelah dilakukan pertemuan yang digelar dengan arahan dari Sekda DKI Jakarta, Dr. Ritola Tasmaya, MPH, beberapa
P
ara bidan dari Jakarta Barat dan organisasi masyarakat, termasuk para Camat dan Petugas Lapangan KB yang ada menggelar pertemuan pada tanggal 10 Juni 2004 di RS Al Kamal Jakarta. Pertemuan itu bertujuan untuk meningkatkan komitmen menangani tantangan masa depan berhubung masih tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan. Para bidan sadar bahwa sesungguhnya DKI Jakarta merasa malu. Jakarta yang merupakan daerah metropolitan ini memiliki jumlah bidan yang sangat banyak, jaringan kesehatan yang hampir sempurna, serta dokter umum dan dokter ahli kandungan yang melimpah. Bahkan diduga sebagian
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
231
terbesar dokter ahli kandungan dari seluruh Indonesia bermukim dan memberikan pelayanan medis kepada penduduk di Jakarta. Namun kenyataannya, tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, serta nifas, di Jakarta, masih relatif tinggi. Padahal Singapura, tetangga terdekat sesama negara Asean, telah mempunyai tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan yang sangat rendah, yaitu sekitar 7 per 100.000 kelahiran, sedangkan angka untuk DKI Jakarta masih diatas hitungan 100 ibu meninggal dunia setiap 100.000 kelahiran. Biarpun angka-angka itu tergolong rendah untuk ukuran Indonesia, bahkan lebih rendah dari sasaran yang harus dicapai oleh Indonesia secara keseluruhan sepuluh tahun yang akan datang, tetapi angka itu sangat tinggi dibandingkan semua negara Asean. Para bidan senior dari Jakarta Barat masih ingat perjuangan pengembangan KB dengan Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS) yang gigih merasa mendapat kehormatan karena apa yang mereka telah kerjakan diakui
232
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
oleh kalangan profesional secara luas. Upaya dan kerja keras mereka dimasa lalu tidak sia-sia. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Jakarta, khususnya di Jakarta Barat, menurun dengan drastis. Banyak ibu-ibu yang biasanya mempunyai resiko kehamilan yang tinggi, karena kawin sangat muda, atau sering mempunyai anak dengan jarak yang sangat pendek, atau sudah melebihi usia tigapuluh tahun masih juga mengandung, dengan mengikuti KB resikonya menjadi lebih kecil, bahkan hilang sama sekali. Ibu-ibu itu tidak lagi terancam resiko kematian karena mengandung, karena tidak lagi hamil, berkat keikut sertaannya dalam KB. Pertemuan itu sekaligus merupakan kesempatan konsolidasi dari Dinas Kesehatan dan jajaran KB untuk bersama-sama mengembangkan program sebagai kelanjutan dari program-program sebelumnya. Kesempatan itu juga merupakan nostalgia yang menarik karena mereka bisa bertemu dengan teman-teman seperjuangan dan membandingkan pengalaman menangani kasus-kasus yang menarik. Tidak jarang mereka saling ketawa, lebih-lebih bagi bidan muda yang tidak menyangka mendapatkan kasuskasus yang tidak mereka peroleh selama bertahun-tahun mengikuti pendidikan secara resmi. Mereka merasa bahwa tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan sangat diperlukan untuk tetap melayani para pasien ibu hamil dan melahirkan yang memerlukan pertolongan dari mereka. Oleh karena itu, pada umumnya para bidan yang menghadiri pertemuan itu berharap agar jajaran Dinas Kesehatan dan jajaran KB serta Yayasan Damandiri dapat melanjutkan upaya penyegaran yang intinya bisa meningkatkan mutu para bidan dan ketrampilannya.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
233
Para bidan juga sepakat bahwa apabila para ibu hamil dan melahirkan sampai kepadanya, para ibu hamil itu harus mendapatkan pelayanan prima yang bermutu. Mereka harus tidak saja tahu apa yang harus dikerjakan, tetapi dapat memberikan pelayanan profesional yang memenuhi syarat dan dapat dipertanggung jawabkan. Mereka sepakat untuk segera mengirim pasien yang diperkirakan tidak mungkin ditangani secara tuntas karena kasusnya sukar ditangani, berisiko, atau memang memerlukan tenaga dan peralatan medis yang lebih rumit, kepada dokter yang lebih lengkap peralatan dan kemampuannya. Kesanggupan untuk mengirim pasien ke jajaran rujukan yang lebih tinggi itu tidak menyebabkan rasa rendah diri tetapi akan mereka lakukan demi keselamatan pasien dan kesejahteraan keluarganya. Dengan kesepakatan dan dukungan jaringan itu, diharapkan ibu hamil dan melahirkan tidak segan-segan selalu memeriksakan kehamilannya kepada para bidan di desa, di Puskesmas, atau di Posyandu yang ada di desa, RT dan RWnya. Oleh karena itu dihimbau agar jajaran PKK, lembagalembaga swadaya masyarakat lainnya, dan jajaran pemerintah kota, mulai dari tingkat RT, RW, kelurahan dan kecamatan, tidak putus-putusnya menghimbau masyarakat untuk secara dini membawa anggota keluarganya yang sedang hamil untuk secara dini memeriksakan kesehatannya kepada para bidan, dokter atau rumah sakit terdekat. Mereka juga dihimbau agar tidak segan-segan memberikan tegoran kepada keluarga yang mempunyai anggota seorang ibu yang sedang hamil untuk memberikan perhatian khusus. Perhatian khusus untuk ibu itu sangat diperlukan, karena kehamilan memerlukan dukungan makanan yang lebih bergizi agar supaya janin yang ada dalam kandungan mendapat supplai makanan dan gizi yang
234
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
dibutuhkannya dengan baik. Ibu mengandung yang tidak cukup mendapat dukungan makanan dan gizi yang baik akan langsung berakibat pada kualitas janin yang dikandungnya. Karena itu, disamping mengikuti kontrol medis yang teratur pada bidan atau dokter, seorang ibu yang sedang mengandung dianjurkan untuk belajar tentang masalah gizi dan makanan yang harus dimakannya, terutama para anggota keluarganya harus mengalah dan memberikan prioritas yang tinggi kepada ibu, anggota keluarga, yang sedang mengandung itu. Kalau hal ini dikerjakan dengan baik niscaya kualitas kandungannya akan bertambah baik, kesehatan dan keselamatan jiwanya akan mudah ditangani.
D
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
235
MENGHIDUPKAN KEMBALI JARINGAN BIDAN PEDESAAN
Bersamaan dengan gelar pertemuan Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI), bersama Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM), Yayasan Damandiri, serta berbagai instansi lainnya, gerakan membangun kembali jaringan bidan di desa terus bergulir. Pertemuan yang sangat meriah dan penuh perhatian digelar di Malang Raya, Jawa Timur dan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pertemuan di Malang diselenggarakan di Rumah Sakit Umum Syaiful Anwar, salah satu rumah sakit yang paling megah di kawasan Jawa Timur.
R
uangan pertemuan yang sangat besar luber dipenuhi bidan, tidak kurang dari 500 orang telah hadir dengan antusiasme yang tinggi. Bidan senior dan muda, dengan penuh perhatian mengikuti penjelasan tentang kemungkinan pelayanan secara mandiri dari Pimpinan Yayasan Damandiri dan Direktur Bank Jatim. Pertemuan yang dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit Syaiful Anwar, Dr. Aman Ardjito, PhD., menjadi bertambah sejuk karena para bidan merasa mendapat dukungan dan bisa mengandalkan jaringan rujukan rumah sakit dan dokter berkualitas yang sewaktu-waktu bisa menolong ibu hamil dan melahirkan yang dirujuk para
236
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
bidan dari desanya. Para bidan senior yang masih ingat perjuangan pengembangan KB dan mengikuti Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS) dengan gigih merasa mendapat kehormatan karena apa yang mereka telah kerjakan diakui oleh kalangan profesional dunia yang luas. Kerja mereka dimasa lalu tidak siasia. Kematian ibu hamil dan melahirkan, karena banyak ibu mengikuti gerakan KB dan dukungan pelayanan selama masa hamil yang baik, telah turun. Pertemuan itu juga merupakan kesempatan bertemu dengan kawan seperjuangan, yang telah lama mereka dambakan. Pertemuan tersebut juga memancarkan harapan baru masa depan yang lebih menjajikan. Mereka saling mengingat bahwa Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS), yang kemudian disusul dengan Gerakan Sayang Ibu, dan kemudian kegiatan Safe Motherhood Iniciative, telah menjadikan bidan mendapat kehormatan memainkan peran yang sangat signifikan. Para bidan, terutama di desa-desa, dengan kehormatan dan kepercayaan masyarakat, telah makin dituntut untuk mengembangkan mutu dan kemampuannya. Mereka merasa bahwa praktek swasta yang digelarnya mengharuskan setiap bidan untuk tidak berhenti belajar, sehingga pertemuan yang disusul dengan Seminar Sehari itu menggelitik para bidan untuk datang dengan segala kesiapannya. Mereka tidak peduli jarak yang harus ditempuhnya, karena mereka yakin makin tinggi pengetahuan, dan makin mahir seorang bidan, hanya kepercayaan juga yang akan mereka dapatkan. Kepercayaan dari masyarakat untuk mengurus ibu hamil, melahirkan dan nifas, akan menghasilkan
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
237
kepuasan dan kehormatan yang tinggi. Kalau pertemuan di Malang digelar di ruang pertemuan Rumah Sakit yang megah, berbeda halnya dengan pertemuan serupa untuk Kabupaten Karanganyar. Bupati Karanganyar, yang kebetulan seorang ibu, yaitu Ibu Rina Iriani, SPd, MHum, tidak mau kalah dengan rekan bupati atau pejabat pria lainnya. Secara spontan beliau menawarkan Pendopo Kabupaten sebagai arena pertemuan akbar para bidan se kabupaten Karanganyar. Sekaligus Ibu Bupati menggelar pertemuan tingkat kabupaten yang pertama setelah pertemuan tingkat karesidenan yang berhasil di seluruh Jawa Tengah. Dengan gesit Ibu Bupati Rina Iriani, SPd, MHum, yang baru mulai menggelar pembangunan di Karanganyar itu sepakat bahwa masalah kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak, memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh. Kesehatan ibu dan anak yang memegang kunci upaya pemberdayaan sumber daya manusia, apabila ditangani dengan sungguhsungguh akan menghasilkan peningkatan mutu sumber daya manusia. Karanganyar yang kaya dengan segala sumber daya alam, turisme dan kedekatannya dengan kota besar dan jaringan yang menarik, Surakarta, mampu dan harus sanggup menghasilkan kebutuhan yang diperlukan masyarkat luas. Oleh karena itu, ketika anggaran pemerintah dirasa harus dibagi secara adil dan merata, serta harus menggalang pemenuhan kebutuhan yang juga sangat luas, Ibu Bupati yang bijak itu menghendaki agar upaya penanganan KB dan kesehatan yang vital itu tidak saja ditangani oleh pemerintah, tetapi juga oleh jaringan pelayanan yang mandiri.
238
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Untuk itu bank yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh pemerintah daerah segera diberinya petunjuk untuk memberikan dukungan kepada para bidan mulai menggelar pelayanan yang makin mandiri. Bank yang ditunjuk itu tidak saja Bank Pembangunan Daerah (Bank BPD), tetapi beliau juga menunjuk Bank Pasar yang selama ini melayani kredit mikro untuk pelayanan yang luas. Yayasan Damandiri yang memang sangat konsen terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas segera menggelar kerjasama yang diperlukan. Bank-bank itu, dengan kerjasama Yayasan Damandiri, segera diberinya petunjuk agar masyarakat pedesaan yang keperluannya masih luas tidak memperoleh hambatan dalam mengembangkan pelayanan KB dan Kesehatan secara mandiri. Para bidan yang menggelar praktek swasta diberikan kemudahan untuk mendapatkan dukungan logistik yang diperlukannya.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
239
Dengan dukungan jaringan itu, biarpun kesempatan bantuan yang diberikan pemerintah melalui kantor BKKBN menyusut sampai sekitar 20 – 30 persen saja, diharapkan para peserta KB tidak harus berhenti. Mereka akan melanjutkan upaya menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dengan dukungan para bidan praktek swasta yang menyebar di desa-desa dan pedukuhan. Jaringan bidan itu akan menjadi pendamping yang terpercaya dan siaga setiap waktu. Disamping itu semua, karena ibu hamil dan melahirkan yang mempunyai resiko meninggal dunia dewasa ini makin langka, dan atau tinggal di tempat-tempat terpencil, Ibu Bupati telah menyatakan kesediaannya untuk menghimbau dan menugaskan semua Camat, Kepala Desa dan seluruh jajaran lembaga dan organisasi masyarakat yang peduli terhadap nasib dan masa depan bangsa, untuk ikut cancut tali wondo, menyingsingkan lengan baju, mengajak mereka memeriksakan kesehatannya secara dini ke klinik, rumah sakit dan terutama ke bidan-bidan yang ada di pedesaan. Dengan pemeriksaan dini dan teratur, tingkat kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas, serta keselamatan bayi dan anak-anak dapat dijamin dengan baik. Ibu Bupati Rina Iriani percaya bahwa masa depan bangsa sangat tergantung kepada investasi kemanusiaan yang kita tanam hari ini.
D
240
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
PENGEMBANGAN BIDAN MANDIRI MELUAS KE SRAGEN
Setelah melalui sosialisasi yang intensif, para bidan yang ada di Sragen, Jawa Tengah, memperoleh kesempatan untuk mendapatkan dukungan pemberdayaan sebagai bidan yang mandiri. Tidak kurang dari 200 bidan yang berasal dari berbagai desa dan kecamatan di Sragen hadir di pendopo kabupaten Sragen.
D
ihadiri oleh Bupati Sragen, H. Untung Wiyono, para bidan itu mendapat penjelasan tentang tekad Bupati yang gesit untuk membantu bidan di daerahnya mengembangkan jaringan pelayanan kesehatan dan KB dengan mutu yang tinggi. Bupati mengajak aparatnya yang ada di desa dan kecamatan untuk memberi kesempatan para bidan mengembangan diri dengan jaringan pelayanan yang bermutu. Bupati, yang selama masa jabatannya sudah berhasil mengembangkan dua akademi unggulan dengan partisipasi masyarakat yang tinggi, mengajak para bidan untuk meningkatkan kualitas dengan mengambil kursus-kursus ketrampilan lanjutan. Dengan tingkat profesionalisme yang tinggi diharapkan pelayanan mereka kepada penduduk dan keluarga di desa dapat diberikan dengan mutu yang tinggi dan rasa percaya diri yang lebih mantab.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
241
Bupati menyanggupi untuk mengirim guru-guru bidan atau mendatangkan dokter ahli untuk memberikan pelatihan tambahan yang diperlukan. Bahkan pada hari yang berbahagia tersebut Bupati memberi jaminan agar para bidan dapat meningkatkan penampilan pelayanan dan fasilitasnya dengan dana pinjaman dari Bank Pembangunan Daerah atau BPD. Bupati menyediakan fasilitas dukungan yang diperlukan, bahkan telah memerintahkan Bank BPD Jateng di Sragen untuk mengambil langkahlangkah strategis dengan memberikan kredit kepada bidan yang dirasa siap untuk menyempurnakan fasilitas pelayanan di tempat praktek mereka. Praktek bidan secara mandiri ini, kalau diperluas dengan bantuan dana pihak ketiga, dalam hal ini Bank BPD Jateng cabang Sragen, atau juga Bank lainnya, diharapkan akan mampu menjamin penyebaran bidan di seluruh pelosok Sragen yang luas itu. Untuk menjamin pelatihan yang harus mengejar jumlah bidan yang banyak di Sragen, Bupati menjanjikan agar para bidan dengan bijaksana mengatur secara bergiliran antara tugas dan waktu untuk mengambil kursuskursus agar masyarakat tidak dirugikan karena tidak ada bidan yang bertugas di Puskesmas, Rumah Sakit atau pada pelayanan kesehatan lainnya. Dengan cara bergiliran diharapkan seluruh bidan di Sragen dapat tetap memberikan pelayanan tetapi juga selalu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu dan tehnologi yang mutakhir. Pimpinan Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono, yang ikut menyertai Bupati membantu para bidan dengan jaminan kredit bidan melalui Bank BPD Jateng cabang Sragen, memberikan pula gambaran
242
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
perkembangan penduduk di seluruh Indonesia, termasuk di Sragen yang cenderung makin bersifat urban dan dewasa sehingga apabila mereka tidak mendapat perhatian yang seksama, bisa saja dengan mudah menimbulkan ledakan penduduk baru yang lebih dahsyat dan mengerikan. Oleh karena itu tidak ada pilihan kecuali bahwa keluarga muda yang subur segera mendapat dukungan bidan dan jajaran kesehatan dan KB lainnya agar dengan penuh kesadaran bisa melanjutkan keikut sertaannya dalam KB secara lestari. Untuk menjamin agar para bidan memperoleh penghasilan yang cukup dan bisa mengembalikan pinjaman untuk peningkatan mutu dan penyempurnaan tempat prakteknya, Bupati H. Untung Wiyono memberikan dukungan kepada rakyatnya, terutama keluarga kurang mampu di pedesaan untuk menggeluti usaha ekonomi produktif. Lembaga-lembaga Bank dan
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
243
keuangan mikro diajak untuk memberdayakan rakyat biasa, khususnya para ibu yang selama ini tidak banyak bekerja dalam bidang formal atau wirausaha, untuk belajar bekerja keras. Dalam pertemuan yang digelar dengan megah itu Bupati juga mengundang Deputi Gubernur Bank Indonesia, Bapak Maulana Ibrahim, yang juga telah diminta untuk memberikan gambaran tentang kesempatan wirausaha dengan bantuan dana untuk kredit murah dari lembaga-lembaga keuangan dan perbankan. Biarpun Bank Indonesia, berbeda dengan di masa lalu, tidak lagi menyediakan dana untuk membantu rakyat secara langsung untuk usaha ekonomi produktif, usaha mikro, tetapi masih bisa menghimbau bank untuk memberikan bantuan itu. Bahkan lebih dari itu, Bank Indonesia juga memberikan dukungan pendampingan dengan pelatihan-pelatihan yang diharapkan dapat membantu keluarga atau kelompoknya mengenal sistem perbankan. Begitu juga para pendamping tersebut dapat memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu mereka yang membutuhkan dana pinjaman untuk keperluan usaha mikro memperoleh kesempatan yang baik dari bank pilihannya. Untuk memotong rantai kemiskinan, tanpa harus menunggu suatu keluarga menjadi sangat miskin dan mengikuti sejarah panjang dengan kehidupan yang tidak menentu, Bupati Sragen seperti juga beberapa bupati lain yang maju, mengundang pula beberapa Kepala Sekolah SMA dan para pejabat Dinas Pendidikan Nasional di Sragen. Kepada mereka diberikan kesempatan untuk mengembangkan sekolah dengan siswa-siswa unggul. Siswa sekolah itu diharapkan mendapat
244
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
keunggulan dalam dua bidang pokok, yaitu unggul secara akademis, dan unggul karena kepada para siswa diberikan pelajaran ekstra kurikuler dalam bidang ketrampilan. Keunggulan akademis itu diperlukan agar setiap siswa, apabila melanjutkan pendidikan ke Universitas, dapat lulus dengan tepat waktu dan dengan baik. Tidak banyak membuang waktu di perguruan tinggi, dan segera bisa membangun keluarga yang sejahtera dan atau menyumbang pada pembangunan bangsa dan tanah airnya. Keunggulan ekstra kurikuler dilakukan dengan menambahkan pelatihan dan pelajaran praktek tentang masalah-masalah yang dibutuhkan setiap siswa dalam menempuh hidup berkeluarga di masyarakat luas. Pelajaran praktek tersebut diberikan oleh mereka yang ahli dalam bidangnya sehingga benar-benar berisi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Mereka juga akan dititipkan kepada usaha-usaha yang berhasil di tempat-tempat yang tidak jauh dari sekolahnya. Dengan cara demikian diharapkan apabila seseorang siswa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi. Mereka dengan mudah dan tidak kikuk dapat langsung terjun ke lapangan mencari kerja dengan rasa percaya diri yang tinggi karena memiliki ketrampilan yang banyak dibutuhkan masyarakat sekitarnya.
D
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
245
BIDAN SEJAHTERA SIAP BEKERJA
Sungguh sangat menggembirakan, setelah proses sosialisasi yang tidak kenal lelah, minggu lalu di Wonogiri, atas nama masyarakat bidan di Jawa Tengah, bidan-bidan Wonogiri yang tergabung dalam Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyatakan siap mulai melanyani ibu-ibu di desanya masingmasing.Bidan-bidan tersebut, dengan disaksikan Bapak Gubernur dan Bapak Bupati Wonogiri serta Direktur Utama Bank BPD Jawa Tengah dan Wakil Ketua yayasan Damandiri telah menanda tangani kerjasama pengaturan pelayanan KB dan kesehatan sederhana secara mandiri.
B
idan yang merupakan tulang punggung dari pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat akar rumput telah sepakat untuk selalu berusaha meningkatkan kinerjanya dengan secara sungguh-sungguh meningkatkan mutu pengetahuan yang dimilikinya. Mereka bersedia mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh organisasi profesinya, yaitu IBI, dan juga yang diadakan oleh Dinas Kesehatan di tingkat propinsi dan di tingkat kabupaten atau kota dimana mereka membuka prakteknya, atau ditempat mereka bekerja di lingkungan rumah sakit atau klinik ibu dan anak.
246
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Komitmen untuk mengikuti latihan ini adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya kepada ibu-ibu, terutama ibu hamil dan melahirkan, yang mempunyai resiko meninggal dunia atau kesakitan karena kehamilannya tersebut. Kesadaran ini muncul karena di daerah Wonogiri, atau daerah-daerah lain di sekitarnya, angka kematian ibu hamil dan melahirkan itu sudah mencapai dibawah angka rata-rata nasional sebesar 307 per 100.000 kelahiran, suatu angka yang relatif rendah dibandingkan dengan keadaannya pada tahun 1970-an yang lalu sebesar 500 – 600 untuk setiap 100.000 kelahiran. Mereka juga sadar bahwa angka-angka itu, biarpun sudah menurun dengan cukup tajam, harus diturunkan lagi menjadi sekitar 100 – 125 per
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
247
100.000 kelahiran untuk mencapai kesepakatan internasional yang dicanangkan dalam berbagai konperensi dunia. Penurunan yang harus dicapai itu jauh lebih sulit dibandingkan pekerjaan luhur yang telah dikerjakan dalam tigapuluh tahun terakhir ini. Dibawah pimpinan Bupati dan aparatnya diharapkan para bidan akan mendapat dukungan untuk lebih mengajak masyarakat, khususnya ibu-ibu muda yang untuk pertama kalinya menikah dan mempunyai anak, untuk sesegera mungkin menghubungi bidan di tempat praktek mereka masingmasing. Kehamilan pertama biasanya memerlukan bimbingan yang intensif agar janin yang ada dalam kandungan bisa mendapatkan kebutuhan yang diperlukannya dengan baik. Ibu muda, yang barangkali untuk pertama kalinya mengalami kehamilan, yang dimasa lalu selalu mendapat petunjuk dari orang tuanya, atau dari dukun bayi, sekarang, karena kelangkaan orang tua yang mengetahui tentang kehamilan dan resikonya, atau karena kelangkaan dukun di desa-desa, tidak akan mendapatkan petunjuk yang dibutuhkannya lagi. Akibatnya mereka akan sangat awam terhadap kasus kehamilan dan bisa saja menganggap kehamilan sebagai kasus biasa yang ditangani dengan sederhana. Para pamong dan paguyuban ibu-ibu di desa juga harus diminta perhatiannya agar kepada ibu-ibu yang sering hamil, jarak antara kelahiran anaknya dengan kehamilan berikutnya relatif pendek, segera pula berhubungan dengan bidan agar mendapat petunjuk dan dukungan untuk menjaga segala kemungkinan yang bisa terjadi. Ibu-ibu itu harus secara teratur memeriksakan dirinya kepada bidan, idealnya minimal empat kali selama masa kehamilan, agar supaya bidan dan kemungkinan dokter bisa
248
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
memberikan petunjuk yang diperlukan oleh ibu yang hamil tersebut. Perhatian yang tinggi juga diharapkan diberikan kepada ibu-ibu yang setelah usia 35 tahun masih mengandung atau hamil. Ibu-ibu pada usia tersebut biasanya memerlukan kecermatan bidan untuk memelihara kehamilan dan membantu ibu yang bersangkutan untuk bisa melahirkan dengan cara normal dan selamat. Ibu-ibu yang pada usia itu masih hamil, sebenarnya tidak ada salahnya, tetapi resikonya untuk sakit atau meninggal dunia menjadi lebih tinggi. Lebih-lebih lagi kalau ibu yang bersangkutan sudah sering melahirkan anak yang jumlahnya banyak. Kehamilan dan kelahiran anak yang lebih banyak itu mengandung resiko yang lebih besar. Dengan catatan-catatan itu para bidan yang mengembangkan kesepakatan di Wonogiri itu merupakan pelopor yang dalam waktu singkat akan diikuti oleh rekan-rekan mereka di seluruh Jawa Tengah. Kemungkinan pula akan diikuti oleh rekan-rekan bidan dari wilayah lain di pulau Jawa, atau bahkan di luar pulau Jawa. Kesediaan Bank BPD Jateng itu mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Tengah yang telah terlebih dulu menghidupkan kembali Polindes di desa-desa. Dengan dimulainya operasi bidan sejahtera di Wonogiri, sebagai simbul dari dimulainya pelayanan KB Mandiri dan penanganan kesehatan ibu dan anak di Jawa Tengah, maka seluruh Jawa Tengah bisa dianggap siap melayani para ibu, anak-anak dan remaja dengan kesehatan reproduksi. Peranan Bank Pembangunan Daerah atau Bank BPD Jawa Tengah adalah menyediakan dana kredit Pundi untuk para bidan agar setiap bidan di desa dapat menyediakan alat kontrasepsi sederhana seperti pil, IUD dan suntikan. Penyediaan alat-alat KB itu sangat penting karena lebih dari 80 persen
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
249
peserta KB dewasa ini harus menyediakan sendiri alat dan obat kontrasepsi yang dibutuhkannya. Penyediaan yang berasal dari pemerintah semata-mata diperuntukkan kepada para peserta KB yang dianggap kurang mampu atau miskin. Mudah-mudahan pelayanan yang sederhana ini dapat mempertahankan kesertaan KB yang sangat maju di Indonesia.
D
250
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
PELAYANAN BERMUTU MENJADI DAYA TARIK YANG LUAR BIASA
Berkenaan dengan pertemuan bidan saya menyambutnya dengan penuh perhatian. Pertama-tama saya sangat sepakat dengan Ibu Ketua IBI Jawa Tengah bahwa pelayanan untuk para ibu hamil dan melahirkan, yaitu pelayanan untuk meningkatkan kemampuan hidup lebih sehat, pertama-tama harus dilayani dengan mutu pelayanan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan yang bermutu akan menjadi daya tarik yang luar biasa bagi ibu-ibu yang belum tersentuh pelayanan bidan untuk berbondongbondong mengenal dan mengikuti ajakan ibu bidan untuk hidup sehat. Pelayanan itu terutama, dan yang pertama, harus kita berikan kepada ibuibu pasangan usia subur yang belum mengandung, yang mengandung, dan juga yang sedang menyusui anaknya. Ibu-ibu muda, yang belum menikah sekalipun, harus mulai mengenal bidan yang ada di dekatnya, belajar mempersiapkan diri dengan mengenal kesehatan reproduksi, memahami keadaan dirinya, mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan kesehatan reproduksi, serta merangsang
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
251
pertumbuhan dan kesehatan sistem reproduksinya sehingga pada saat dibutuhkan nanti benar-benar siap membawa dan memelihara janin yang akan dikandungnya. Karena itu saya sepakat pula untuk bekerja keras meningkatkan mutu bidan agar minimal memenuhi syarat-syarat profesi yang tangguh dengan memenuhi secara sungguh-sungguh sertifikasi yang diharuskan oleh organisasi profesi dan lembaga pemerintah yang berwewenang. Yayasan Damandiri dalam segala keterbatasannya akan ikut mengembangkan advokasi agar supaya lembaga-lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang lebih besar dapat memberikan dorongan dan dukungan terhadap upaya peningkatan mutu bidan tersebut. Lebih lanjut daripada itu, mutu saja tidak banyak gunanya untuk rakyat banyak. Disamping mutu pelayanan yang harus tidak henti-hentinya
252
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
ditingkatkan, cakupan ibu-ibu usia subur yang dilayani harus pula selalu mendapat perhatian. Pelayanan bermutu yang hanya menguntungkan segelintir ibu-ibu yang sadar, mampu dan mudah menjangkau pelayanan kesehatan, akan sangat tidak adil dan membuat jarak ketidak adilan yang menyakitkan. Ketidak adilan semacam ini akan membuat jurang perbedaan yang makin mendalam dan bisa berakhir dengan saling membenci dan tidak percaya serta merobek-robek persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu prioritas yang diberikan oleh Yayasan Damandiri, kecuali memberi dukungan terhadap peningkatan mutu pelayanan reproduksi, adalah mendorong ditingkatkannya cakupan yang diukur dari prosentase pasangan usia subur yang mendapat pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk meningkatkan cakupan tersebut saya ajak IBI untuk mengajak seluruh anggotanya mengembangkan advokasi komprehensif sebagai suatu gerakan masyarakat. Advokasi itu tidak saja ditujukan kepada pasangan usia subur paritas rendah secara langsung, tetapi melalui jalur-jalur yang luas dan berdampak jangka panjang. Jalur yang pertama adalah mengajak para anggota IBI untuk mengadakan gerakan masuk ke sekolah dini usia dengan memberikan petunjuk tentang gizi anak-anak balita. Anak-anak dini usia tersebut biasanya diantar oleh ibunya yang masih sangat subur, sehingga dengan memberikan petunjuk tentang gizi balita, otomatis kita merangsang perkenalan dengan orang tuanya yang masih sangat subur. Kepada ibunya bisa diberikan informasi tentang masalah reproduksi sehat dan sejahtera. Jalur yang kedua adalah dengan bersama-sama lembaga dan instansi
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
253
lain mengembangkan program dan kegiatan reproduksi sejahtera untuk anakanak usia SMA, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. IBI dan anggotanya, mungkin saja bersama-sama PKK setempat, mengadakan berbagai kegiatan lapangan tentang reproduksi sehat sejahtera. Di sekolah mengadakan kursus-kursus atau ceramah tentang kesehatan reproduksi, proses kehamilan, perawatan kehamilan, melahirkan, menyusui anak, imunisasi dan sebagainya. Anak-anak remaja itu tidak saja harus memahami ilmu dan kesulitannya, tetapi harus diajak untuk menempatkan dirinya sebagai calon bapak dan calon ibu yang harus bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan anak-anak bangsanya. Jalur yang ketiga, para bidan anggota IBI bisa menggalang kerjasama dengan ibu-ibu PKK untuk mengadakan advokasi dan kursus pematangan ibu-bapak calon penganten, khususnya tentang pengetahuan kesehatan reproduksi, proses kehamilan, proses merawat kehamilan, dan lain sebagainya. Jalur yang keempat, para bidan anggota IBI dapat menggalang kerjasama dengan PKK dan organisasi wanita lainnya untuk advokasi dan kursus pemeliharaan keindahan dan stabilitas perkawinan kepada pasangan penganten muda, baik yang belum mempunyai anak, atau yang sudah mempunyai anak, dengan pendalaman tentang rahasia kebahagiaan rumah tangga dalam merawat cinta kasih dan hubungan suami isteri, pemeliharaan anak balita, dan pemeliharaan hubungan antara anak, orang tua, sesama anak, dan antara anak dengan kerabat dekatnya. Advokasi ini sangat penting agar supaya kegagalan karena tidak ada komunikasi tentang halhal yang kadang bisa sangat tabu dalam kehidupan suami isteri dalam tahun-tahun awal tidak diakhiri dengan perceraian, tetapi dikoreksi secara ilmiah.
254
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Jalur yang kelima yaitu dengan menggelar seminar kecil-kecilan bersama punggawa pedesaan untuk menggiring dan meningkatkan komitmen mereka terhadap usaha penurunan resiko kehamilan dan upaya mengurangi tingkat kematian karena mengandung dan melahirkan. Seminar semacam ini biasanya akan marak apabila didatangkan pembicara lain yang mungkin saja seorang dokter yang merupakan referal dari bidan yang ada di desa. Lima jalur utama tersebut diatas merupakan jalur strategis yang apabila dijalani mempunyai dampak berjangka panjang menghasilkan “nasabah” bidan yang tidak akan pernah ada putusnya. Kalau para bidan tidak mau bekerja keras dengan proses sosialisasi tersebut, mustahil tumbuh budaya baru pemeriksaan dini ibu hamil dan melahirkan dimana yang menunjukkan bahwa rakyat Indonesia bisa menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan dengan baik. Para bidan tidak akan bisa mengembangkan diri menjadi profesi yang dihormati dan dihargai masyarakatnya. Bagian lain yang ingin saya soroti adalah peningkatan sarana pelayanan. Karena keterbatasan yang ada pada pemerintah, sejak beberapa waktu yang lalu, Yayasan Damandiri telah berusaha membantu dengan mengembangkan gerakan bidan sejahtera yang mandiri. Gerakan ini memerlukan pelayanan dengan tempat dan peralatan yang memadai. Untuk itu melalui bank-bank setempat, misalnya Bank BPD dan Bank Bukopin, telah disepakati untuk memberikan pelayanan kredit untuk bidang sejahtera dengan prosedur komersial yang disederhanakan. Di Jawa Tengah Pengurus IBI Propinsi akan bertindak sebagai fasilitator dan secara umum menjadi salah satu pemegang agunan untuk menjamin bidan yang ingin menjadi nasabah mendapat kemudahan dari bank yang dipilihnya. Para bidan
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
255
sendiri harus bisa meyakinkan bank pilihannya bahwa yang bersangkutan bisa membayar cicilan dan bunga pinjaman tepat waktu agar kelancaran nasabah lain dapat dijamin. Berbeda dengan bantuan hibah, dukungan kredit bidan ini mengandung kewajiban mencicil dan membayar bunga tepat waktu karena dana yang dibayarkan akan digulirkan untuk peminat lain yang jumlahnya relatif banyak. Dengan cara bergulir tersebut biaya untuk modal atau dana yang dapat dipinjam menjadi relatif murah dan dapat terjangkau oleh anggota IBI. Dukungan kredit ini tidak mengikat pemerintah daerah atau instansi pemerintah lainnya, sehingga kalau instansi pemerintah ingin membantu, dengan senang hati Bank BPD atau Bank Bukopin bisa menurunkan bunga pinjaman atau memperpanjang waktu cicilan. Para bidan yang membuka praktek dapat pula bertindak sebagai advokator untuk para ibu yang datang kepadanya. Kegiatan ini akan menghasilkan ibu-ibu langganannya mempunyai kegiatan ekonomi mikro, kecil dan menengah yang akhirnya menghasilkan keluarga yang lebih sejahtera yang dengan mudah mampu membayar pelayanan kebidanan atau kesehatan reproduksi yang diambilnya dari bidan sejahtera atau bidan mandiri. Kegiatan promosi untuk mendukung kegiatan ekonomi mikro, kecil dan menengah untuk kepentingan para langganan bidan tersebut dapat dilakukan dengan memperkenalkan para ibu yang datang ke setiap bidan kepada bank yang juga menjadi langganan atau bank tempat menyimpan uangnya, yaitu Bank BPD atau Bank Bukopin setempat. Kegiatan yang nampaknya tidak ada kaitannya tersebut sangat erat dengan arus yang akan datang pada setiap bidan di masa depan.
256
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
Kegiatan promosi itu sekaligus akan merangsang setiap bidan untuk bersikap, bertutur kata, bertindak dengan bijaksana menyesuaikan dengan image yang telah digambarkannya sebagai pelayan masyarakat yang bermutu dan terpercaya. Dengan demikian pemeliharaan mutu dan pelayanan bidan menjadi sesuai antara kata dan perbuatan setiap bidan dalam melayani ibuibu dan remaja atau anak-anak yang datang kepadanya untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik. Demikianlah beberapa hal yang kiranya dapat menambah keakraban kita dengan para ibu muda, ibu hamil dan melahirkan, anak-anak remaja, dan anak-anak dibawah umur lima tahun yang hampir pasti selalu diantar oleh ibu atau orang tuanya. Semoga beberapa catatan ringkas ini ada manfaatnya untuk kita sekalian.
D
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
257
KOMITMEN INTERNASIONAL MEMERANGI KETIDAK PEDULIAN
Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) yang antara lain di dukung oleh Yayasan Damandiri, Yayasan Indra, Lembaga Indonesia untuk Pengembangan Manusia (LIPM), Unair, dan Institute Pertanian Bogor (IPB), dan lembagalembaga PBB seperti UNFPA, WHO, dan lainnya, serta Departemen Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan Menko Kesra, telah menggelar pertemuan regional yang berhasil di Bali.
P
ertemuan yang diluar dugaan dihadiri oleh banyak sekali tokohtokoh dari wilayah Asia Pasifik yang sangat peduli terhadap nasib para ibu yang menderita karena penanganan kehamilan dan kelahiran yang masih menyebabkan kematian yang tinggi itu sejak dibuka oleh Menko Kesra, Alwi Shihab, yang mewakili Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, yang sedang berkunjung ke RRC, beramai-ramai menggelar pengalaman dan tuntutan masa depan yang lebih baik dengan pelayanan bermutu yang makin kompleks. Ketua Koordinator APPI, dr. Sri Hartati Pandi, MPH, yang selama satu tahun ini menyiapkan pertemuan dengan gigih merasa sangat terharu
258
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
atas kehadiran begitu banyak utusan dari berbagai negara. Bahkan tidak kurang dari First Lady Timor Leste, Ibu Kirsty Sword Gusmao, secara tekun tidak saja hadir pada saat pembukaan, seperti layaknya seorang petinggi yang terhormat, tetapi dengan tekun ikut hadir dalam penyajian kertas-kertas kerja penting lainnya. Menteri Kesehatan RI, yang secara fungsional bertanggung jawab terhadap upaya penurunan kematian ibu hamil itu menyempatkan diri hadir dan memberikan sambutannya. Tokoh-tokoh penting yang membawakan makalah nampaknya sepakat bahwa kondisi dunia dewasa ini memang bertambah baik. Tingkat kematian ibu di Asia Pasifik sudah menurun, bahkan ada banyak yang penurunannya telah mencapai limapuluh persen atau lebih seperti di Indonesia. Tetapi karena kondisi masa lalu yang sangat suram dan tingkat
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
259
kematian ibu hamil dan melahirkan itu sangat tinggi, penurunan limapuluh persen atau lebih masih menyisakan adanya tingkat kematian ibu hamil yang sangat tinggi. Padahal, kalau kita mau, angka kematian itu bisa diturunkan dengan mudah. Untuk pertama kalinya muncul gagasan bahwa faktor-faktor sosial budaya harus diperhitungkan dalam upaya penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan. Di masa lalu biasanya para ahli berkutat dalam puncak masalah yang paling penting yaitu tatkala seorang ibu sudah terlanjur hamil, dan karena jarak rumah dari tempat melahirkan, atau karena tidak ada fasilitas yang bermutu pada saat melahirkan, terlambat tertolong, dan meninggal dunia. Atau karena terlambat mendapat pertolongan, terjadi perdarahan dan tidak bisa tertolong lagi jiwanya. Pada umumnya berkisar pada tingkat rumah sakit, Puskesmas, dokter, atau pelayanan persalinan. Ada juga pembicaraan tentang syarat-syarat yang sudah lazim dan terkenal dengan Empat Terlalu dan Tiga Terlambat. Terlalu muda mengandung, terlalu rapat jarak antara satu kandungan dengan kandungan berikutnya, terlalu sering mengandung, dan terlalu tua masih mengandung juga. Tiga terlambat meliputi terlambat memeriksakan diri kepada tenaga medis atau paramedis, terlambat pergi ke tempat pelayanan pada waktu melahirkan, dan kalau ada komplikasi terlambat ditangani secara profesional. Percobaan di daerah-daerah tertentu seperti di Mattlab, Bangladesh, dengan ekstra penanganan memberikan gambaran bahwa resiko kematian itu dapat diturunkan dengan sangat baik. Namun timbul pertanyaan apakah suatu penanganan yang ekstra dan sangat intensif seperti itu dapat diulang di daerah lain, terutama di negara yang anggaran untuk bidang kesehatan
260
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan anggaran untuk bidang-bidang lainnya. Upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan anakanak setelah dilahirkan, dalam usia dibawah tiga tahun, atau dalam usia dibawah lima tahun. Bayi setelah dilahirkan harus mendapat susu dari ibunya. Di banyak negara menyusui anak sendiri masih menjadi masalah. Bukan saja karena kebiasaan itu tidak diikuti dengan tertib oleh para ibu, tetapi juga karena kondisi ibu-ibu yang sangat miskin sehingga ibu-ibu miskin itu tidak lagi menghasilkan air susu yang cukup untuk menjamin tumbuh kembangnya anak yang disusuinya. Kebiasaan alternatif yang ditempuh, dengan minuman atau makanan pengganti, karena pengetahuan yang sangat terbatas, bukan membantu pertumbuhan anak, tetapi justru mengganggu pertumbuhan dan kesehatan anak batita atau anak balita dan menyebabkan kekurangan gizi serta angka kematian bayi dan angka kematian anak yang relatif tinggi. Persoalan yang mungkin saja tidak terlalu merisaukan di negara maju karena kesadaran, informasi yang lengkap dan luas, menjadi persoalan yang hampir tidak pernah selesai di negara berkembang. Konperensi yang kemudian di susul dengan lokakarya itu mulai mempertimbangkan faktorfaktor sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan, kemungkinan kelahiran bayi perempuan yang masih di sana sini dianak tirikan, tumbuh kembang anak perempuan yang dibedakan dengan anak laki-laki, serta perhatian yang memihak karena pengaruh sosial budaya masyarakat dari budaya pertanian yang sederhana dan tradisional yang mementingkan tenaga otot dibandingkan masyarakat modern yang mementingkan otak.
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
261
Ketimpangan itu mengarah pada perlakuan yang bias gender dan tidak adil. Pertumbuhan anak perempuan yang tidak cukup gizi di masa kecil bisa menyebabkan kekurangan yang tidak dikehendaki semasa anak gadis itu harus menanggung janin dalam tubuhnya. Kelemahan pertumbuhan anak gadis dari keluarga kurang mampu pada akhirnya akan mempengaruhi dan mengurangi kesiapannya menjadi seorang ibu dengan sempurna. Konperensi Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) mencoba mengingatkan kita semua.
D D D
262
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
BAB VI
PEMBERDAYAAN KELUARGA
Menyegarkan Gerakan Keluarga Sejahtera Mandiri
263