UNIVERSITAS INDONESIA
PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP) PASCA BERSEPEDA LUAR RUANGAN DAN BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Olahraga
dr. IZZUDDIN FATHONI NPM. 1006768925
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN OLAHRAGA JAKARTA DESEMBER 2014
HALAMAN PERI{YATAAN ORISINALITAS
Tugas
Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baikyang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: dr.Izzuddin Fathoni
NPM Tanda tangan:
Tanggal
: 30 Desember 2014
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
di bawah
ini: Nama
dr.lzzuddin Fathoni
NPM
1006768925
Program Studi: Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas
Kedokteran Universitas [ndonesia
Jenis Karya
Tugas Akhir (Tesis)
demi pengembangan ilmu pengetahuan; menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Penurunan Tekanan Darah dan Mean Arterial Pressare (MAP) Pasca Bersepeda
Luar Ruangan dan Beberapa Faktor yang Berhubungan beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (datzbase), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan saya ini dibuat dengan sebenarnya Dibuat di: Jakarta Pada Tanggal: 30 Desember 2014
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
vi
ABSTRAK
Nama
: dr. Izzuddin Fathoni
Program Studi: Ilmu Kedokteran Olahraga Judul
: Penurunan Tekanan Darah dan Mean Arterial Pressure (MAP) Pasca Bersepeda Luar Ruangan dan Beberapa Faktor yang Berhubungan
Latar belakang: Hidup aktif sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Aktivitas sepeda bersama, telah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan. Banyak penelitian pada atlet di laboratorium menunjukkan adanya efek penurunan tekanan darah sesudah melakukan latihan fisik aerobic berupa latihan treadmill atau sepeda statis. Aktivitas aerobic bersepeda yang dilakukan oleh komunitas bukan atlet di luar ruangan (outdoor) umum dijumpai di daerah perkotaan Indonesia. Tujuan: Mengetahui dampak bersepeda luar ruangan terhadap penurunan tekanan darah dan MAP sesudah bersepeda serta beberapa faktor yang berhubungan. Metode: Subyek adalah 33 pesepeda bukan atlet (2030) tahun. Sebelum bersepeda, diukur berat badan dan tinggi badan, dan tekanan darah. Sesudah bersepeda sejauh 7 km, dilakukan pengisian kuesioner kebiasaan bersepeda dan pengukuran tekanan darah pada meni tke 5-30 pada masa pemulihan. Hasil: Rerata penurunan tekanan darah sistolik adalah 8,36±5,41 mmHg, tekanan darah diastolik 1,82±3,94 mmHg dan MAP 4,00±3,09 mmHg. Tidak terdapat hubungan antara jender, usia, IMT, kebiasaan bersepeda dan penurunan tekanan darah sistolik sesudah bersepeda. Kesimpulan: Terdapat penurunan yang bermakna pada tekanan darah dan MAP pasca bersepeda luar ruangan. Bersepeda luar ruangan terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada subyek normotensi tanpa membedakan jender, usia, IMT dan kebiasaan bersepeda. Kata Kunci: Aerobik, bersepeda luar ruangan, penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
vii
ABSTRACT
Name
: dr. Izzuddin Fathoni
Study program: Sports Medicine Title
: Reduction in Blood Pressure and Mean Arterial Pressure (MAP) Post Outdoor Cycling and Some Related Factors
Background: Active Living is very important to improve health and fitness. Cycling together, have become part of the urban lifestyle. Many studies have been conducted on athletes in the laboratory showed that afteraerobic exercise training on a treadmill or stationary bike has lowering effect of the blood pressure. Cycling as aerobic activities undertaken by non- athlete community outdoors commonly found in urban areas in Indonesia. Purpose: To determine the impact of outdoor cycling to blood pressure and MAP reduction after cycling and several related factors. Methods: The subjects in this study were 33 non-athletes cyclists (20-30) years old. Body weight and height, and blood pressure was measured before cycling. After 7 km cycling, filling out the questionnaire of cycling habits and blood pressure measurements in 5-30 minutes of recovery time. Results: The mean reduction in systolic blood pressure was 8.36 ± 5.41 mmHg, diastolic blood pressure was 1.82 ± 3.94 mmHg and MAP was 4.00 ± 3.09 mmHg. There was no relationship between genders, age, BMI, cycling habits with systolic blood pressure reduction after cycling. Conclusion: There was a significant reduction in blood pressure and MAP after outdoor cycling. Outdoor cycling is proven to reduce blood pressure in normotensive subject regardless of gender, age, BMI and cycling habits. Keywords: Aerobic, outdoor cycling, blood pressure, post exercise hypotension
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………
iii
KATA PENGANTAR………………………………………………
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………………………………………………..
v
ABSTRAK………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………... viii DAFTAR SINGKATAN …………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………...
xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. xiii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………... xiv BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..
1
1.2 Perumusan Masalah Penelitian………………………………….
3
1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………
3
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………..
4
1.4.1 Tujuan Umum…………………………………………………
4
1.4.2 Tujuan Khusus………………………………………………...
4
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..
5
2.1 Bersepeda Di Perkotaan ………………………………………..
5
2.2 Bersepeda Dan Kesehatan .……………………………………..
6
2.3 Fisiologi Bersepeda ……………………………………………..
8
2.4 Tekanan Darah Saat Latihan Fisik ……………………………...
13
2.5 Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik …...………...
17
2.5.1 Mekanisme Terjadinya Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik .………………………………………………..
18
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
ix
2.5.2 Pengaruh Jenis, Intensitas, dan Durasi Latihan Fisik Pada Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik…………...
21
2.6 Kerangka Teori………………………………………………….
24
2.7 Kerangka Konsep……………………………………………….
25
2.8 Definisi Operasional…………………………………………….
25
BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………….
28
3.1 Desain…………………………………………………………...
28
3.2 Tempat dan Waktu………………………………………………
28
3.3 Populasi dan Sampel…………………………………………….
28
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel………………………………………
28
3.4.1 Kriteria Inklusi………………………………………………...
28
3.4.2 Kriteria Eksklusi………………………………………………
29
3.5 Besar Sampel……………………………………………………
29
3.6 Alur Penelitian…………………………………………………..
31
3.7 Cara Kerja Penelitian……………………………………………
32
3.8 Rencana Manajemen dan Analisis Data………………………..
34
3.9 Etika Penelitian………………………………………………….
35
3.10 Jadual Penelitian……………………………………………….
36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………
37
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………….
37
4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian……………………………….
37
4.1.2 Perubahan Tekanan Darah…………………………………….
38
4.1.3 Faktor yang Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Sesudah Bersepeda…………………………………………..
38
4.2 Pembahasan……………………………………………………
39
4.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian……………………………….
39
4.2.2 Perubahan Tekanan Darah…………………………………….
40
4.2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan PenurunanTekanan Darah………………………………………………………….
41
4.3 Kekuatan Penelitian……………………………………………..
48
4.4 Kelemahan Penelitian…………………………………………...
49
4.5 Implikasi Penelitian……………………………………………..
49
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
x
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN………………………………………
50
5.1 Simpulan……………………………………………………...…
50
5.2 Saran ……………………………………………………………
50
DAFTAR REFERENSI ….….……………………………………
51
LAMPIRAN………………………………………………………..
58
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
xi
DAFTAR SINGKATAN
ACE: Angiotensin Converting Enzyme ACSM: American College of Sports Medicine ADH: Antidiuretic Hormone ANP: Atrial Natriuretic Peptide GABA: Gamma amino butyric acid HR: Heart Rate LSNA: Lumbar Symphatetic Nerve Activity MAP: Mean Arterial Pressure NBA: National Basket Association NE: Norepinephrine NTS: Nucleus TractusSolitarii PP: Pulse Pressure RVLM: Rostral Ventral lateral medulla RP: Rate Pressure SA: Sinoatrial WHO: World Health Organization
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Kategori Intensitas Aktivitas Fisik Berdasar METs ……………...
7
Tabel 2.2 Variabel dan Pengukurannya …………………………………….
26
Tabel 3.1 Jadual Penelitian ……...………………………………………….
36
Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian………………………………….. 37 Tabel 4.2 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Tekanan Darah dan MAP Sebelum dan Sesudah Bersepeda…………………………………
38
Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jender, Usia, IMT, dan Kebiasaan Bersepeda dengan Penurunan Tekanan Darah Sistolik…………..
38
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Otot tungkai yang aktif dan posisi pedal sepeda…………………
9
Gambar 2.2 Pengaturan posisi bersepeda……………………………………..
11
Gambar 2.3 Respon negatif terhadap penurunan tekanan darah………………
13
Gambar 2.4 Mekanisme pengendalian kardiovaskuler melalui komando sentral dan baroreseptor maupun respon local berupa reflek dari otot (mekanoreseptor dan kemoreseptor) saat latihan fisik……...
17
Gambar 2.5 Skema jalur pengaturan baroreflex di batang otak………………
19
Gambar 2.6 Respon hemodinamik sesudah latihan fisik……………………… 23 Gambar 2.7 Kerangka Teori…………………………………………………..
24
Gambar 2.8 Kerangka Konsep………………………………………………..
25
Gambar 3.1 Alur Penelitian ………………………………………………….
31
Gambar 4.1 Sebaran data penurunan tekanan darah sistolik berdasar jender…………………………………………………………….
42
Gambar 4.2 Sebaran data tekanan darah sistolik sebelum bersepeda berdasar kategori IMT…………………………………………………….
45
Gambar 4.3 Sebaran data penurunan tekanan darah sistolik sesudah bersepeda berdasar kategori IMT………………………………..
45
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Penjelasan Penelitian………………………………………….
58
Lampiran 2 Formulir Persetujuan Penelitian………………………………
60
Lampiran 3 Kuesioner Kebiasaan Bersepeda …………………………….
61
Lampiran4
Kuesioner Kesiapan Melakukan Latihan Fisik……………….
64
Lampiran5
Surat Keterangan Lolos Kaji Etik…………………………….
65
Lampiran6
Surat kepada Ketua KONI Kota Pontianak…………………..
66
Lampiran 7 Surat Ketua KONI Kota Pontianak Kepada Ketua Klub Sepeda 67 Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup…………………………………………
68
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan menghasilkan pengeluaran energy di atas tingkat energi basal. Secara luas, aktivitas fisik meliputi latihan fisik (exercise), olahraga kompetitif, dan aktivitas sehari-hari di rumah, di tempat kerja, di waktu luang, maupun ketika menggunakan sarana transportasi.1 Hidup aktif merupakan langkah terpenting untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Menurut WHO, rendahnya aktifitas fisik diketahui merupakan faktor risiko ke-4 kematian global (6%) dan diperkirakan merupakan penyebab utama terjadinya kanker payudara dan kolon (21-25%), diabetes melitus (27%), serta penyakit jantung iskemik (30%).2 Di Indonesia, berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi penduduk berusia >10 tahun yang memiliki aktivitas fisik kurang adalah 28,2% masyarakat perkotaan dan 23,9% masyarakat perdesaan.3 Sebagian masyarakat telah mulai menyadari pentingnya melakukan aktivitas fisik bagi kesehatan. Bersepeda bersama sekarang telah menjadi fenomena besar dalam gaya hidup perkotaan di seluruh dunia. Di kota besar, termasuk juga kota besar di Indonesia, komunitas sepeda semakin banyak dan bervariasi, dari komunitas yang berdasarkan jenis sepeda (cruiser, onthel, sepeda lipat, dan lain-lain), berdasarkan wilayah jelajah, hingga kampanye tentang kesadaran kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan (Bike 2 Work, Bike to School). Pemerintah dan swasta juga sering mengadakan acara ‘Fun Bike’ bersama masyarakat dan mengalokasikan waktu untuk ‘Car Free Day’,
yang
semakin
mendorong
perkembangan
aktivitas
bersepeda
masyarakat.4,5
1
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
2
Bersepeda, selain merupakan olahraga yang bersifat kompetitif, juga merupakan olahraga yang bersifat rekreasi di waktu luang. Menurut UU no 3 Tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional, disebutkan bahwa yang dimaksud olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.6,7 Olahraga rekreasi dianggap tidak menimbulkan stress berlebihan baik terhadap fisik maupun mental. Peningkatan kinerja maupun komitmen dalam berlatih bukan merupakan hal utama, sehingga kegiatan ini tidak memerlukan pola latihan khusus. Lembaga kesehatan pemerintah sering mempromosikan program peningkatan aktivitas fisik masyarakat melalui olahraga rekreasi.8,9 Manfaat kesehatan yang dapat diperoleh masyarakat dari olahraga rekreasi harus banyak dikaji dan dikampanyekan sebagai salah satu upaya promosi peningkatan aktivitas fisik masyarakat. Dari banyak penelitian pada atlet baik laki-laki maupun perempuan, dengan menggunakan jenis latihan aerobik pada sepeda statis maupun treadmill, diketahui bahwa salah satu efek dari olahraga aerobik adalah penurunan tekanan darah sesudah latihan.10,11,12 Pada populasi normotensi, besar penurunan tekanan darah (sistolik/diastolik) adalah 8/9 mmHg, pada populasi hipertensi borderline sebesar 14/9 mmHg dan pada populasi hipertensi sebesar 10/7 mmHg.10 Segera setelah seseorang melakukan latihan fisik dengan intensitas ringan sampai sedang, tekanan darah sistolik akan menurun secara temporer di bawah tekanan darah istirahat sebelum latihan dan penurunan tekanan darah tersebut dapat berlangsung sampai 12 jam pada orang dengan tekanan darah normal (normotensi) maupun hipertensi.13 Penurunan tekanan darah setelah latihan fisik dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah (1) peningkatan pengeluaran histamin di bagian otot yang mengalami latihan dan selanjutnya menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, (2) pengaturan ulang baroreflex dan (3) penghambatan aktivitas vasokonstriktor saraf simpatis.11,14
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
3
Aktivitas bersepeda yang dilakukan oleh komunitas bukan atlet di luar ruangan (outdoor) umum dijumpai di daerah perkotaan Indonesia. Aktivitas bersepeda yang dilakukan di luar ruangan juga termasuk jenis olahraga aerobik. Di Indonesia, penelitian tentang penurunan tekanan darah sesudah bersepeda masih belum diketahui. Peneliti tertarik untuk mengetahui apakah aktivitas bersepeda diluar ruangan tersebut juga dapat berdampak menurunkan tekanan darah sama seperti yang dilaporkan oleh penelitian-penelitian pada kelompok aktivitas aerobik di dalam ruangan, serta berapa besar penurunan tekanan darah sesudah bersepeda pada komunitas non atlet. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian Hidup aktif sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Aktivitas sepeda bersama, telah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan. Banyak penelitian yang telah dilakukan pada atlet di laboratorium menunjukkan adanya efek penurunan tekanan darah sesudah melakukan latihan fisik aerobik baik berupa latihan treadmill atau sepeda statis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah aktivitas bersepeda yang dilakukan oleh komunitas bukan atlet juga dapat memberikan efek menurunkan tekanan darah. Masih sedikit penelitian yang dilakukan di luarruangan laboratorium, sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui bagaimana efek penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik pada olahraga bersepeda di luar ruangan terutama pada komunitas bukan atlet. Jika nanti terbukti terdapat penurunan tekanan darah setelah bersepeda luar ruangan, diharapkan penurunan tekanan darah tersebut dapat bermanfaat secara klinis terutama dalam pemberian resep jenis latihan fisik bagi penderita hipertensi di masyarakat. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah dampak bersepeda luar ruangan terhadap penurunan tekanan darah dan Mean Arterial Pressure (MAP) sesudah bersepeda?
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
4
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya dampak bersepeda luar ruangan terhadap penurunan tekanan darah dan MAP sesudah bersepeda. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya karakteristik subyek penelitian (usia, jender, IMT, kebiasaan bersepeda). 2. Diketahuinya dampak bersepeda luar ruangan terhadap rerata tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP sebelum, sesudah bersepeda dan perubahannya. 3. Diketahuinya beberapa faktor yang berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan MAP sesudah bersepeda luar ruangan. 1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat untuk akademik: penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal dalam upaya pengembangan ilmu kedokteran olahraga pada aktivitas olahraga rekreasi di masyarakat.
Manfaat untuk masyarakat: penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam berolahraga agar mendapatkan manfaat kesehatan yang optimal saat berolahraga dan meminimalkan terjadinya gangguan hemodinamik saat berolahraga.
Manfaat untuk pemerintah/pemegang kebijakan: penelitian ini diharapkan dapat
menjadi
salah
satu
alternatif
dalam
menyusun
program
pendampingan medis pada olahraga aerobik khususnya bersepeda di Indonesia.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bersepeda Di Perkotaan Bersepeda lebih bermanfaat bagi perseorangan maupun bagi masyarakat, dibandingkan jenis transportasi lain. Manfaat perorangan adalah lebih sehat dan lebih murah dalam biaya transportasi. Lebih dari itu, pada kondisi perkotaan, bersepeda seringkali justru lebih cepat dibanding jenis transportasi lain terutama dalam kemampuannya untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Manfaat bersepeda bagi masyarakat adalah ramah lingkungan (tidak ada polusi, CO2, atau bising), kebutuhan infrastruktur yang murah, dan peningkatan kesehatan masyarakat. Bersepeda juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan kerja fisik yang besar, kesulitan dalam membawa barang bawaan yang banyak, sangat tergantung cuaca, dan diluar perkotaan, perjalanan menjadi jauh lebih lambat dibandingkan dengan kendaraan bermotor. Kemampuan fisik dan kecepatan bersepeda menjadi faktor menentukan seberapa jauh jarak yang bisa ditempuh dengan bersepeda.Namun begitu, bagi beberapa orang, bersepeda tetap merupakan salah satu pilihan dalam melakukan perjalanan pergi-pulang sehari-hari ke tempat kerja (commuting). Banyak perjalanan yang ditempuh masyarakat adalah berjarak pendek, yaitu sekitar 2 km untuk jalan kaki dan kurang dari 8 km untuk bersepeda. Di Inggris, sebagai contoh, sekitar 25% perjalanan adalah berjarak kurang dari 1.6 km, dan 80% penduduk menempuhnya dengan berjalan kaki. Namun demikian, mobil masih menjadi alat transportasi yang dominan digunakan untuk menempuh jarak diatas 1.6 km. Di Eropa, lebih dari 30% pemakaian mobil untuk menempuh jarak kurang dari 3 km dan 50% untuk jarak kurang dari 5 km. Jarak yang demikian ini, dapat ditempuh dalam waktu 15-20 menit dengan bersepeda atau 30-50 menit dengan berjalan cepat.15,16 Tujuan bersepeda selain sebagai alat transportasi sehari-hari termasuk commuting, juga sebagai suatu kegiatan mengisi waktu luang dihari libur dan
5
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
6
juga sebagai aktivitas olahraga baik yang dilakukan didalam ruangan (indoor)atau di luar ruangan (outdoor). 2.2 Bersepeda dan Kesehatan Aktivitas bersepeda merupakan aktivitas aerobik yaitu menggunakan otot-otot besar tubuh dalam suatu gerakan yang berulang. Aktivitas tersebut memberi beban terhadap jantung dan paru sehingga akan bekerja lebih keras dibandingkan dengan saat istirahat.Dalam bersepeda, terdapat 2 periode gerakan otot.Pertama, periode dimana otot aktif bergerak dan kedua, periode dimana otot tidak bergerak aktif (istirahat). Periode istirahat yang lama, biasa dijumpai pada pesepeda perkotaan, diakibatkan oleh berbagai macam faktor seperti adanya lampu lalulintas maupun adanya pengguna jalan raya lainnya. Masa istirahat ini akan menjadi masa pemulihan dari aktivitasotot selama berkendara. Adanya periode istirahat ini juga akan membuat tingkat pengeluaran energi selama fase aktif berikutnya bisa lebih tinggi. Pada waktu yang sama, dengan bersepeda, efisiensi
perpindahan
energi
manusia
menjadi
suatu
pergerakan
memungkinkan pengeluaran energi yang relatif cepat. Pengeluaran energi oleh pesepeda sangat bervariasi bergantung pada bermacam faktor termasuk kecepatan, kondisi jalan, maupun kondisi angin.Di laboratorium, pengeluaran energi relatif mudah diukur dengan menggunakan cycle ergometer.Seseorang yang bersepeda dengan intensitas sedang, yaitu bernapas agak berat namun tanpa perasaan kehilangan napas, pengeluaran energi yang dihasilkan adalah sekitar 60% VO2max.Dengan intensitas yang demikian, sudah cukup menghasilkan peningkatan kebugaran dalam durasi latihan yang relatif pendek. Faktor inilah yang membuat bersepeda merupakan aktivitas aerobik yang dapat meningkatkan kebugaran fisik.17 Intensitas bersepeda rekreasi dengan kecepatan bersepeda 10-12 mph (16-19,2 km/jam) berdasarkan nilai metabolic equivalents (METs) yaitu jumlah energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas fisik, masuk dalam kategori intensitas sedang (6 METs).
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
7
Tabel 2.1 Kategori Intensitas Aktivitas Fisik Berdasar METs6
Penelitian di Belanda menunjukkan bahwa bersepeda sebagai bagian normal kegiatan sehari-hari dapat menghasilkan perbaikan dalam kinerja fisik mirip dengan apa yang dihasilkan oleh program pelatihan khusus. Semakin jauh total jarak bersepeda yang dilakukan selama 6 bulan, semakin banyak manfaat
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
8
bagi kekuatan otot dan kebugaran aerobik. Bagi mereka yang memiliki tingkat kebugaran awal yang rendah, jarak perjalanan sejauh 3 km per hari pada setidaknya 4 hari per minggu sudah cukup untuk meningkatkan kinerja fisik. Sebuah studi pada subyek sedentari di Inggris yang kemudian bersepeda pada setidaknya 4 hari per minggu, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka mendapatkan manfaat tubuh lebih bugar dan penurunan lemak tubuh pada 59 % subyekdengan kelebihan berat badan atau obes. Selama masa penelitian, tingkat kehilangan lemak adalah 2-3 kg.16 Dalam sebuah penelitian kohort, Copenhagen Heart study, melibatkan 13.375 perempuan dan 17.265 laki-laki berusia 20- 93 tahun secara random dipilih dari 90.000 penduduk Copenhagen. Didapatkan 14.976 orang bersepeda secara regular dimana 6.954 orang diantaranya bersepeda ke tempat kerja. Setelah menganalisa riwayat kesehatan, tekanan darah, kolesterol, IMT, dan kebiasaan merokok, penelitian ini menemukan fakta bahwa bersepeda memiliki fungsi proteksi yang sangat kuat yaitu menurunkan risiko mortalitas sebesar 30% pada pesepeda regular dibandingkan dengan orang yang tidak bersepeda. Penelitian yang lain juga menemukan tentang manfaat bersepeda terhadap risiko terjadinya diabetes (obes, hipertensi, riwayat keluarga), risiko terjadinya kanker payudara dan kanker kolon. Dalam studi pustakanya terhadap 16 paper, Oja P, dkk menyimpulkan bahwa pada kelompok usia remaja,dewasa dan lansia, bersepeda bermanfaat bagi peningkatan kebugaran kardiorespirasi dan penurunan faktor risiko dan mortalitas penyakit kardiovaskuler, kanker, dan obesitas.17,18 2.3 Fisiologi Bersepeda Bersepeda merupakan aktivitas aerobik yang bersifat low impact, karena berat badan pesepeda ditopang oleh sepeda yang dikendarainya.
Bersepeda,
meskipun dalam kecepatan yang tetap, membuat jantung dan paru bekerja keras agar dapat menyediakan oksigen yang cukup terutama bagi otot tungkai yang mengayuh pedal sepeda.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
9
Meskipun otot yang paling dominan bekerja mengayuh pedal adalah otot tungkai bawah namun kegiatan bersepeda dapat menguatkan otot-otot tubuh secara keseluruhan.
Ketika kecepatan bersepeda semakin meningkat,
pesepeda akan mendorong pedal dengan kuat menggunakan kedua tungkainya dan bersamaan dengan itu tubuh berupaya menarik dan menahan handlebars sepeda.
Otot-otot dada, bahu, tangan, dan core, sangat berperan dalam
pengendalian sepeda agarpesepeda tetap dalam posisi seimbang selama bersepeda. Posisi pedal sangat menentukan otot-otot tungkai mana yang bekerja. Terdapat 2 fase kayuhan pedal, ketika posisi pedal berada di sudut 0180°, disebut sebagai ‘power phase’dimana kaki berusah keras untuk mendorong pedal. Sementara ketika pedal berada pada sudut 180-360°, disebut sebagai ‘recovery phase’ dimana tungkai atas mulai menurun aktivitas mendorongnya dan memulai mengangkat pedal ke atas. 19,20 Berikut adalah otot-otot yang bekerja selama aktif mengayuh sepeda, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Otot tungkai yang aktif dan posisi pedal sepeda Dari sumber no. 20
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
10
Gerakan kayuhan ini secara fisiologis dapat berfungsi untuk meningkatkan kembalinya darah dari otot tungkai menuju jantung (venous return). Sebagaimana telah diketahui, selama bersepeda aliran darah sebagian besar dialirkan menuju ke otot-otot yang bekerja, yaitu terutama otot tungkai. Kemudian agar darah dapat kembali ke jantung, darah harus melawan gravitasi dan hal ini efektif dilakukan dengan mekanisme pompa otot, dimana begitu otot otot tungkai digerakkan, maka vena-vena tungkai akan menjadi terperas dan dengan adanya katup satu arah pada vena, menyebabkan darah bergerak menuju ke jantung. Dengan mekanisme pompa otot ini maka mengayuh sepeda dengan kecepatan putaran roda sepeda 90 rpm atau lebih akan meningkatkan kembalinya darah ke jantung akibat peningkatan jumlah kontraksi otot. Sistem energi pada bersepeda merupakan sebuah kerja yang berkelanjutan (continuum). Pada awal bersepeda dengan kayuhan yang ringan, maka tubuh menggunakan ATP yang tersimpan dan kemudian secara cepat berpindah menggunakan ATP-PC, kemudian glikolisis. Jika bersepeda dilanjutkan, tubuh akan menggunakan glikogen dan juga lemak sebagai sumber energi. Sampai kemudian kegiatan bersepeda berakhir, fosforilasi oksidatif merupakan sumber utama energi dalam bersepeda.Pada intensitas bersepeda yang ringansedang sistem energi yang dipergunakan terutama adalah sistem aerobik. Sementara pada intensitas yang tinggi, (misalnya pada sprint atau lintasan yang mendaki) sistem energi yang dipakai adalah sistem anaerob. Pengaturan sepeda dengan posisi tubuh dalam bersepeda juga penting artinya bagi kenyamanan, keamanan, pencegahan cedera, power yang optimal dan efisiensi aerobik, karena akan berpengaruh pada otot-otot tubuh yang bekerja dan pengeluaran energi yang dihasilkan. Terdapat tiga area kontak antara pesepeda dengan sepeda yang memerlukan pengaturan yaitu: kaki (sepatu) dengan pedal, pelvis dengan sadel, dan tangan dengan handlebar. Posisi kaki dengan pedal, metatarsal jempol kaki berada diatas spindle pedal. Posisi pelvis dengan sadel, ketinggian sadel diatur sedemikian rupa sehingga lutut melakukan fleksi 25-30º dari posisi ekstensi penuh saat pedal berada pada posisi terjauh (jam 6). Ketinggian sadel juga dapat disesuaikan dengan
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
11
mengukur panjang kaki dari telapak kaki sampai pangkal paha (inseam) dalam satuan cm kemudian dikalikan dengan 0,883. Posisi sadel sendiri diatur sehingga terjadi kesejajaran antara lutut dengan spindle pedal pada saat pedal berada pada posisi jam 3. Sadel diatur agak sedikit miring kebawah, untuk menghindari cedera pada bagian perineum. Posisi tangan dengan handlebar diatur supaya terjadi lumbar fleksi 45º saat pesepeda duduk diatas sadel, lengan sedikit fleksi ketika tangan berada diatas handlebar.21 Pengaturan posisi bersepeda dapat dilihat pada Gambar 2.2:
Gambar 2.2 Pengaturan posisi bersepeda Dari sumber no 21
Bersepeda yang teratur dan berlangsung lama akan membuat tubuh mengalami adaptasi latihan pada sistem metabolisme dari tingkat sel sampai organ. Kemampuan sel untuk melakukan oksidasi glikogen dan asam lemak semakin meningkat. Pesepeda pada umumnya memiliki lemak tubuh yang
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
12
rendah,VO2max yang tinggi, dan memiliki kapasitas anaerob yang bagus dan otot-otot tungkai yang kuat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap latihan adalah sebagai berikut;22
Jender. Laki-laki memiliki lebih banyak massa otot dan memproduksi lebih banyak testoteron dibanding perempuan, sehingga pada laki-laki pembentukan massa otot lebih efektif selama latihan. Laki-laki juga lebih cepat bereaksi dalam mengkontraksikan otot. Kapasitas kardiorespirasi juga berbeda. Pada status latihan yang sama, perempuan memiliki ukuran VO2max 5-10 ml/kg/menit lebih rendah dibandingkan laki-laki. Secara umum, perempuan juga memiliki jantung lebih kecil daripada laki-laki, sehingga stroke volume juga lebih rendah. Wanita juga memiliki kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga dengan kedua faktor tadi membuat perempuan memiliki denyut jantung sedikit lebih tinggi pada setiap intensitas latihan submaksimal.
Usia.Usia sangat berpengaruh terhadap latihan. Setelah usia puncak 25-30 tahun, seringkali terdapat penurunan VO2max sekitar 1% per tahun dan sedikit lebih besar dari 1% terutama pada individu sedentari, dan sedikit lebih kecil dari 1% pada individu yang aktif. Sesuai dengan penambahan usia, biasanya terjadi penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak, terutama pada kelompok sedentari. Bertambahnya usia juga membuat masa pemulihan setelah latihan juga bertambah, dan hal ini menjadi penting untuk dilihat bagaimana dampak latihan terhadap tubuh. Semakin bertambahnya usia juga membuat kepadatan tulang juga berkurang. Osteoporosis lebih banyak dijumpai pada wanita postmenopause, sehingga dibutuhkan asupan kalsium dan juga latihan beban, karena bersepeda merupakan aktivitas non weight bearing dan pada penelitian menunjukkan kepadatan tulang yang serupa antara pesepeda dengan sedentari.
Berat badan. Bersepeda merupakan latihan fisik yang sangat bermanfaat bagi seseorang untuk menurunkan berat badan. Karena berat badan lebih dan obes merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
13
diabetes mellitus, sehingga sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bersepeda. Dengan jaringan lemak yang berlebihan, tubuh akan mengalami kesulitan dalam menghilangkan panas, sehingga akan meningkatkan suhu tubuh selama latihan fisik. Peningkatan ini akan semakin tinggi jika bersepeda dilakukan pada cuaca panas dan lembab. 2.4 Tekanan Darah Saat Latihan Fisik Tekanan darah diperlukan agar aliran darah dapat mencapai organ tubuh. Perubahan tekanan darah selalu dipantau oleh beberapa sensor dalam tubuh terutama arterial baroreseptor, mekanoreseptor dan kemoreseptor di otot. Jika tekanan darah berubah dari tekanan normal maka terdapat beberapa respon refleks untuk mengatur cardiac output dan tahanan perifer total agar tekanan darah kembali ke nilai normal. Proses pengaturan tekanan darah dapat dilihat pada Gambar 2.3. ↓tekanan darah (+) Saraf Otonom Stimulasi Jantung
Ginjal
Respon cepat
Vasokonstriksi Respon lama ↑ Volume darah
Gambar 2.3 Respon negatif terhadap penurunan tekanan darah Dari sumber no. 23 (telah diolah kembali)
Penurunan tekanan darah yang mendadak secara cepat akan merangsang refleks baroreseptor untuk mengaktifkan saraf otonom agar meningkatkan cardiac output dan membuat vasokonstriksi sehingga dapat mengembalikan tekanan darah. Ginjal juga merespon dengan menahan keluarnya natrium dan air, sehingga dapat meningkatkan volume darah dan mengembalikan tekanan darah. Hormon juga berperan dalam pengaturan tekanan darah terutama pada respon lama yaitu melalui perubahan volume darah. Beberapa hormon tersebut
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
14
adalah: norepineprine (NE), epineprine, atrial natriuretic peptide (ANP), aldosteron, ADH, vasopresin dan renin.19,24 Pada saat latihan fisik, cardiac output dapat meningkat dari 5 L/menit saat istirahat menjadi maksimal 35 L/menit pada atlet yang terlatih. Distribusi cardiac output sebagian besar menuju otot yang berkontraksi, menuju kulit untuk mengurangi panas tubuh, dan menuju ke jantung untuk meningkatkan pompa jantung untuk meningkatkan cardiac output. Peningkatan aliran darah pada ketiga vascular beds tersebut disebabkan oleh vasodilatasi arteriole yang terdapat pada organ-organ tersebut. Pada otot jantung dan otot rangka, vasodilatasi disebabkan oleh faktor zat metabolik lokal. Pada kulit, vasodilatasi terjadi karena terdapat penurunan keterlibatan saraf simpatis di kulit.25 Pada saat yang bersamaan, terjadi vasokonstriksi di organ ginjal dan saluran cerna yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke organ-organ tersebut. Hal ini disebabkan oleh aktivitas saraf simpatis pada organ-organ tersebut. Vasodilatasi yang terjadi pada otot rangka, otot jantung dan kulit, menyebabkan penurunan total tahanan perifer. Penurunan ini sebagian dapat dilawan oleh beberapa organ yang mengalami vasokonstriksi, namun secara umum tidak dapat mengkompensasi vasodilatasi yang terjadi pada arteriole otot, sehingga hasil akhirnya tetap terjadi penurunan total tahanan perifer. Tekanan darah jelas terpengaruh saat latihan fisik sebab secara aritmatika, MAP merupakan produk dari cardiac output dan total tahan perifer. Cardiac output cenderung meningkat di atas penurunan total tahanan perifer, sehingga MAP seringkali sedikit meningkat. Sebaliknya, pulse pressure terlihat meningkat akibat peningkatan stroke volume dan kecepatan ejeksi stroke volume. Peningkatan cardiac output terjadi akibat peningkatan denyut jantung dan sedikit peningkatan pada stroke volume. Peningkatan denyut jantung dihasilkan dari perpaduan penurunan aktivitas parasimpatik di nodus SA dan
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
15
peningkatan aktivitas simpatis. Peningkatan stroke volume terjadi terutama akibat peningkatan kontraktilitas ventrikel, yang ditandai dengan peningkatan fraksi ejeksi dan diperantarai oleh saraf simpatis pada myocardium ventrikel. Disamping itu, peningkatan stroke volume juga akibat dari sedikit peningkatan end diastolic volume sebesar10%. Beberapa faktor tersebut, terjadi secara langsung pada jantung saat latihan fisik. Namun demikian, peningkatan cardiac output hanya akan dapat dimaksimalkan sampai ke tingkat tertinggi jika proses yang terjadi di perifer secara bersamaan dapat menjamin terjadinya venous return dengan kecepatan yang sama, sedangkan cepatnya waktu pengisian jantung saat latihan fisik akan menghasilkan tingginya denyut jantung dan menurunkan end diastolic volume maupun stroke volume. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi venous return saat melakukan latihan fisik adalah: 1) peningkatan aktivitas pompa otot rangka, 2) peningkatan pompa respirasi, 3) efek simpatis pada tonus vena, 4) kemudahan aliran darah masuk dari arteri menuju vena di otot rangka. Dengan demikian, terdapat mekanisme pengendalian terhadap perubahan kardiovaskuler saat latihan fisik. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa vasodilatasi arteriole pada otot rangka dan otot jantung saat latihan fisik dapat terjadi secara sekunder dari faktor zat metaboliklokal didalam otot. Namun yang mendorong pengeluaran simpatis pada banyak arteriole lain, jantung, vena-vena serta yang menurunkan aktivitas parasimpatis di jantung adalah pusat-pusat pengendalian di otak yang diaktifkan selama latihan fisik oleh kortek serebri, yang disebut dengan komando sentral. Terdapat jalur langsung dari pusat komando ini menuju preganglion saraf otonom yang sesuai dan menghasilkan pola yang khas pada latihan fisik. Perubahan kardiovaskuler bahkan sudah terjadi sebelum latihan fisik dimulai dan hal itu semakin menunjukkan adanya jalur langsung tersebut. Begitu latihan fisik berlangsung, mulailah terbentuk perubahan kimiawi di otot, terutama pada latihan fisik dengan intensitas tinggi, akibat ketidak sesuaian antara aliran darah dan kebutuhan metabolisme. Perubahan ini
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
16
merupakan stimulus yang kemudian mengaktifkan kemoreseptor di otot. Melalui jalur afferent, input dari reseptor tersebut kemudian menuju ke pusat kardiovaskuler (medullary cardiovascular center)di medulla oblongata yang kemudian merangsang saraf otonom dari pusat saraf yang lebih tinggi. Hasilnya adalah terjadi peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, serta peningkatan tahanan perifer pada organ yang tidak aktif. Termasuk juga mekanoreseptor dalam otot yang aktif juga dirangsang yang kemudian menghasilkan masukan ke pusat kardiovaskuler di medulla oblongata. Akhirnya, baroreseptor arteri juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi perangsangan saraf otonom. Ketika terjadi peningkatan tekanan
darah,
seharusnya
baroreseptor
mengirimkan
sinyal
untuk
meningkatkan efek parasimpatis dan menurunkan efek simpatis sehingga tekanan darah dapat diturunkan. Namun yang terjadi justeru sebaliknya, baroreseptor meningkatkan tekanan darah lebih dari tekanan darah saat istirahat. Hal ini disebabkan karena terdapat persarafan dari komando sentral menuju ke baroreseptor yang melakukan pemrograman ulang (reset) saat latihan fisik dimulai sehingga baroreseptor merespon dengan penurunan parasimpatis dan peningkatan simpatis.25 Mekanisme pengendalian sistem kardiovaskuler saat latihan fisik dapat dilihat pada Gambar 2.4.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
17
Otot rangka aktif
Otak (pusat exerc ise)
Kontraksi Stimulasi mekanoreseptor Perubahan kimiawi
Arterial baroreseptor
Medulla (pusat kardiovaskuler)
lokal Stimulasi
↓parasimpatis di jantung
kemoreseptor Vasodilatasi
↑simpatis di jantung, arteri dan vena di abdomen,organ dan ginjal
Aliran darah ↑
↑cardiac output ↑vasokonstriksi di organ abdomen dan ginjal
Gambar 2.4 Mekanisme pengendalian kardiovaskuler melalui komando sentral dan baroreseptor maupun respon lokal berupa refleks dari otot (mekanoreseptor dan kemoreseptor) saat latihan fisik Dari sumber no.25 (telah diolah kembali)
Pada latihan fisik berupa brisk walking, hiking, joging, berenang dan bersepeda, terjadi dilatasi pembuluh darah pada otot yang aktif sehingga meningkatkan aliran darah menuju ke otot tersebut. Kontraksi dan relaksasi otot rangka yang silih berganti akan mendorong darah melewati pembuluh darah dan kembali ke jantung. Meningkatnya aliran darah selama latihan fisik intensitas sedang dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai dengan 140-160 mmHg pada menit-menit pertama, dan kemudian tidak naik lagi. Tekanan diastolik relatif tidak berubah.13 2.5 Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik. American College of Sports Medicine (ACSM), memberikan pernyataan resmi (position stand) terkait masalah hubungan antara latihan fisik dengan hipertensi.Terdapat beberapa pernyataan berdasarkan bukti (evidence) terkait
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
18
penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Diantara pernyataan dengan bukti kategori A adalah bahwa latihan aerobik yang bersifat dinamis dapat menurunkan tekanan darah istirahat baik pada individu dengan normotensi maupun individu dengan hipertensi dan untuk orang yang memiliki tekanan darah tinggi, latihan aerobik direkomendasikan sebagai program latihan fisik yang utama.26 2.5.1 Mekanisme Terjadinya Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik. Mekanisme bagaimana terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik masih terus menjadi penelitian sampai saat ini. Penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik banyak terjadi pada aktivitas yang melibatkan pergerakan dinamis otot-otot besar misalnya: berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang. Selama masa pemulihan, terjadi penurunan stroke volume, cardiac output, tahanan perifer total, aktivitas simpatis, serta aktivitas aferen saraf simpatis di otot.27,28 Penelitian terhadap mekanisme sentral dan pengaturan ulang baroreflex yang terjadi menunjukkan bahwa control baroreflex terhadap pengeluaran simpatis terpengaruh oleh latihan yang bersifat dinamis, 29 dan sensitivitas baroreflex sesudah latihan fisik berhubungan dengan jenis dan intensitas latihan fisik yang dilakukan.30 Pada tikus, pengaturan ulang baroreflex terjadi akibat perubahan titik operasi pada nucleus tractus solitarii (NTS) di medulla oblongata.31 Lebih lanjut Chen CY dan Bonham AC11 menjelaskan bagaimana pengaturan sentral terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Ditemukan bahwa latihan fisik akan merangsang neuroplasticity pada nucleus tractus solitarii (NTS) dan rostral ventral lateral (RVL) medulla yang berperan terhadap terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Serabut aferen baroreseptor membawa informasi tekanan darah, membuat sinap eksitasi bertemu dengan neuron ke-2 di nucleus tractus solitarii (NTS) yang merupakan tempat sentral pertama yang menerima dan mengintegrasikan masukan dari sensori. Aferen yang berasal dari otot juga menuju ke NTS melalui jalur poly-synapse, membawa informasi dari otot
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
19
dan membuat sinap eksitasi bertemu dengan GABAergic interneurons di NTS. NTS kemudian meneruskan sinyal dari baroreseptor dan otot menuju caudal ventral lateral medulla (CVLM) melalui excitatory glutamatergic synapses. Saraf yang keluar dari CVLM menghasilkan penghambatan utama
bagi
masuknya
(GABAergic)
menuju
ke
saraf simpatis
kardiovaskuler di rostral ventral lateral medulla (RVLM), yang merupakan persarafan utama yang mengatur aktivitas saraf simpatis. 11 Proses yang terjadi tersebut secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Skema jalur pengaturan baroreflex di batang otak. Dari sumber no.11
Penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik berhubungan dengan penurunan tahanan perifer total dan penurunan aktivitas saraf simpatis. 32 Penurunan tahanan perifer total pada masa pemulihan dipengaruhi oleh pengaturan suhu tubuh33 namun tidak terlalu besar pengaruhnya karena setelah suhu tubuh kembali ke kondisi suhu sebelum berlatih, penurunan tekanan darah tetap berlangsung.34 Begitu juga aliran darah ke sirkulasi splanchnic maupun ke ginjal setelah berlatih tidak menunjukkan perbedaan dengan sebelum melakukan latihan fisik, dan ini berarti bahwa penurunan tekanan darah tidak terpengaruh oleh perubahan konduktan
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
20
pada sirkulasi splanchnic dan ginjal.35 Pada perempuan, penurunan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dan salah satu penyebabnya adalah hormon esterogen yang dapat menurunkan tonus pembuluh darah.36 Vasodilatasi yang terjadi juga sangat dipengaruhi oleh zat vasodilator yang muncul saat berlatih. Namun demikian, vasodilatasi ini tidak begitu terpengaruh oleh produksi nitrit oxida dan prostaglandin melainkan oleh histamin yang muncul akibat perangsangan reseptor H1 dan H2 selama melakukan latihan fisik.37-40 Penurunan cardiac output sesudah latihan fisik juga dipengaruhi oleh penurunan stroke volume yang disebabkan oleh venous pooling dan penurunan tekanan darah akan lebih mudah terjadi pada kondisi dehidrasi.41-43 Sebagai kesimpulan, Halliwill JR, dkk14 mengajukan teori tentang mekanisme terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Terdapat 2 faktor utama yaitu yang bersifat sentral yang menghasilkan penurunan aktivitas simpatis maupun yang bersifat lokal menyebabkan terjadinya vasodilatasi sistemik. Mekanisme sentral melibatkan adanya pengaturan ulang (reset) baroreflex, peran NTS, dan hambatan pelepasan atau peningkatan pengambilan kembali (reuptake)hormon noradrenalin. Vasodilatasi sistemik, terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1) munculnya hiperaemia(meningkatnya aliran darah) segera setelah selesai latihan, dan 2) vasodilatasi yang berkepanjangan setelah selesai latihan. Munculnya hiperaemia dapat berlangsung beberapa detik sampai 20 menit, tergantung dari jenis, durasi dan intensitas latihan.Meskipun mekanismenya belum begitu jelas, diduga beberapa faktor berpengaruh yaitu adanya aktivitas kontraksi otot dan zat vasodilator, maupun besarnya kebutuhan tubuh terhadap oksigen.Vasodilatasi yang berkepanjangan dapat berlangsung lebih dari 2 jam setelah latihan aerobik. Beberapa zat vasodilator diduga berpengaruh yaitu nitrit oxida, prostaglandin, dan histamin. Halliwill juga mencatat dari beberapa penelitian tentang adanya faktorfaktor yang pasti (obligatory) dan faktor-faktor yang bersifat situasional
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
21
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik.Yang termasuk faktor pasti adalah adanya aktivitas aferen otot dan pengaturan ulang baroreflex, pengaturan ulangthermoreflex, hambatan presinap saraf simpatis, dan pengaktifan reseptor H1 dan H2. Sementara yang bersifat situasional adalah status hidrasi, keseimbangan panas dengan lingkungan dan ada tidaknya stress gravitasi. 14 Respon hemodinamik terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Respon hemodinamik sesudah latihan fisik Dari sumber no.14
2.5.2 Pengaruh Jenis, Intensitas, dan Durasi Latihan Fisik Pada Penurunan Tekanan Darah Sesudah Latihan Fisik Forjaz, dkk44 meneliti pengaruh intensitas latihan terhadap penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik dan didapatkan hasil bahwa pada
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
22
kelompok usia dewasa muda (22±1,1 tahun) perbedaan intensitas latihan tidak mempengaruhi besar penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Namun demikian, pada penelitian lain menunjukkan bahwa intensitas latihan berpengaruh terhadap besar dan lama penurunan tekanan darah sesudah melakukan latihan fisik.45 Aktivitas sehari hari dengan intensitas ringan setelah melakukan latihan fisik tidak mempengaruhi penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik.46 Pada subyek normotensi yang melakukan latihan plyometric dengan berbagai intensitas: ringan, sedang dan berat, didapatkan hasil bahwa pada semua intensitas, latihan plyometric dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik tanpa perbedaan yang bermakna baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.47 Memang telah terjadi penurunan tekanan darah, namun hasil penelitian pengaruh intensitas latihan terhadap besar dan lama penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik masih belum konsisten, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hal ini. MacDonald JR, dkk48 melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh durasi latihan fisik terhadap penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik pada 2 kelompok subyek (normotensi dan hipertensi borderline), dan didapatkan hasil bahwa durasi latihan pada subyek normotensi maupun hipertensi borderline, tidak berbeda bermakna dalam besarnya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa latihan fisik minimal 10 menit dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Penurunan tekanan darah juga terjadi setelah melakukan berbagai jenis latihan fisik. Pada subyek lansia dengan
hipertensi yang melakukan
latihan fisik berupa sepeda statis dengan intensitas latihan 50%VO2max, selama 45 menit, latihan akan menyebabkan penurunan, stroke volume, ventricular end-diastolic volume dan penurunan yang bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik maupun MAP, dalam waktu sampai 22 jam sesudah latihan.49 Latihan beban dengan intensitas sedang (60% 1RM)
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
23
dalam 3 set 12 repetisi selama 12 minggu pada penderita hipertensi derajat 1 dapat mempertahankan penurunan tekanan darah sesudah latihan tanpa pemberian obat antihipertensi.50 Jenis latihan gabungan antara latihan aerobik dengan latihan beban juga menghasilkan penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik pada wanita dengan hipertensi borderline.51 Berdasar studi pustaka yang dilakukan, MacDonald10 mencatat beberapa hal terkait latihan fisik dan penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik. Jenis latihan fisik: penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik terjadi pada bermacam jenis latihan aerobik, misalnya: jalan, lari, leg ergometry, dan arm ergometry. Masih sedikit data yang mengungkap terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik pada latihan beban. Intensitas latihan fisik: banyak peneliti menggunakan intensitas 4075%VO2max pada berbagai latihan aerobik dan 40-70% 1 RM pada latihan beban. Durasi latihan fisik: minimal 10 menit dan maksimal 170 menit, meskipun kebanyakan durasi latihan fisik adalah 20-60 menit. Lama respon: penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik mulai muncul dari beberapa menit awal sampai berjam-jam sesudah latihan. Banyak penelitian pada manusia, mengamati respon penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik dalam rentang waktu 1-2 jam. Namun terdapat juga penelitian yang mengamati penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik sampai 12 jam. Pada tikus, dapat berlangsung selama 15 jam. Besar penurunan tekanan darah(TDS/TDD): pada populasi normotensi adalah 8/9 mmHg, hipertensi borderline 14/9 mmHg, dan hipertensi 10/7 mmHg. Dari berbagai penelitian diatas, diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan tekanan darah sesudah latihan yaitu: lingkungan (suhu, kelembaban), karakteristik latihan (jenis, intensitas, durasi), dan karakteristik individu (usia, jender, IMT, atlet atau bukan atlet, status hidrasi, kebugaran kardiorespirasi dan tekanan darah sebelum
latihan),
dan
makanan/obat-obatan
(anti
hipertensi,
anti
histamine, diuretik, kafein).
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
24
2.6 Kerangka Teori Radiasi matahari, suhu, kelembaban
Riwayat latihan bersepeda Makanan,obatobatan
Bersepeda luar ruangan (durasi, intensitas)
Minuman
Respon otot (tungkai bawah)
IMT, usia, jender Zat vasodilator↑
Komando Sentral
Evaporasi ↑ Dilatasi arteriole otot
↑ simpatis
Suhu tubuh meningkat
↓parasimpatis (jantung)
↑HR, ↑Kontraktilitas Jantung, ↑Cardiac output
Konstriksi arteriole (splanchnic dan ginjal)
Hiperemia otot tungkai bawah
Vasodilatasi sistemik
Recovery, otot tungkai berhenti berkontraksi
Total tahanan perifer ↓
Pompa otot tidak aktif Penurunan tekanan darah
Venous pooling di tungkai bawah Venous return↓
Gambar 2.7 Kerangka Teori
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
25
2.7 Kerangka Konsep Bersepeda
Tekanan darah dan MAP sebelum latihan
Penurunan tekanan darah dan MAP sesudahlatihan
Karakteristik individu:
usia jender IMT kebiasaan bersepeda status hidrasi
Lingkungan: suhu dan kelembaban
Makanan/obat-obatan
Gambar 2.8 Kerangka Konsep
2.8 Definisi Operasional
Bersepeda diluar ruangan adalah kegiatan bersepeda yang dilakukan di jalan raya/ruang terbuka.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan maksimal di arteri ketika ventrikel jantung berkontraksi. Tekanan darah sistolik menggambarkan fungsi dari ventrikel kiri dan merupakan indikator fungsi jantung selama melakukan latihan fisik. Tekanan darah sistolik biasanya diukur pada arteri brakial setinggi level jantung dan dinyatakan dalam satuan mmHg.
Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah minimal di arteri ketika ventrikel
jantung
mengalami
relaksasi.
Tekanan
darah
diastolik
menggambarkan adanya tahanan perifer dalam pembuluh darah arteri terhadap aliran darah. Tekanan darah sistolik biasanya juga diukur pada arteri brakial setinggi level jantung dan dinyatakan dalam satuan mmHg.
Mean arterial pressure (MAP): rata-rata tekanan darah selama siklus jantung dalam satuan (mmHg).
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
26
Tabel 2.2 Variabel dan Pengukurannya No
Variabel
Cara Pengukuran
Skala Pengukuran
1.
Usia
Dihitung berdasarkan tahun lahir. Dinyatakan
Numerik
dalam tahun 2.
Jender
Berdasar jenis kelamin:
Kategorik
1) laki-laki 2) perempuan 3.
Indeks
Mengukur berat badan dalam keadaan
massa
berpakaian minimal, berdiri diatas timbangan
tubuh
berat badan dengan posisi tubuh tegak
(IMT)
menghadap skala timbangan. Catat hasil
Kategorik
pengukuran dalam Kg. Mengukur tinggi badan menggunakan stadiometer, dengan posisi tubuh tegak, kepala lurus (tidak menengadah atau menunduk) dan pandangan lurus ke depan/horizontal. Catat pengukuran dalam meter. Menghitung nilai IMT yaitu berat badan (dalam Kg) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat [BB/(TB)2 ]. Menggunakan norma IMT Asia-Pasifik untuk mengetahui kategorinya. 1) BB kurang (<18.5); 2) Normal (18.5-22.9);3) BB lebih atau obes (>23.0) 4.
Kebiasaan
Menggunakan kuesioner untuk mengetahui
bersepeda
frekuensi bersepeda per minggu dan durasi
Kategorik
bersepeda per hari. Frekuensi bersepeda perminggu terbagi dalam 3 kelompok: 1)1-2x/minggu; 2) 34x/minggu;3) 5-7x/minggu. Durasi bersepeda terbagi dalam 3 kelompok: 1) <30 menit/hari; 2) 30-60 menit/hari; 3) >60 menit/hari
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
27
5.
Tekanan
Mengukur tekanan darah pada arteri brachialis
Darah
dengan menggunakan sfigmomanometer air
Numerik
raksa dan stetoskop. Posisi subjek duduk, meletakkan lengannya pada meja yang sedikit lebih tinggi dari pinggang subjek. Mengatur posisi lengan sedemikian rupa agar fossa antecubiti terletak setinggi jantung. Diukur tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil pengukuran dicatat dalam satuan mmHg.
6.
Mean
Dihitung dengan rumus: MAP=TD diastolik +
Arterial
1/3 (TD sistolik – TD diastolik). Dicatat dalam
Pressure
satuan mmHg.
Numerik
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dengan intervensi observasional, untuk mengetahui penurunan tekanan darah sesudah latihan pada kegiatan bersepeda di luar ruangan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan pada pesepeda non atlet di Kota Pontianak selama 2 minggu pada tanggal 6 Oktober sampai21 Oktober 2014. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi target penelitian ini adalah semua pesepeda non atlet dewasa (20-30 tahun). Populasi terjangkau adalah pesepeda non atlet dewasa (20-30 tahun) di Kota Pontianak. Sampel adalah subyek terpilih yang memenuhi kriteria pemilihan berupa kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode tanpa acak (non probability sampling) dengan jenis metode consecutive sampling, yaitu semua pesepeda yang memenuhi kriteria pemilihan akan diikutsertakan dalam penelitian. 3.4 Kriteria Pemilihan Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi a) Laki-laki atau perempuan dewasa berusia 20-30 tahun. b) Bertempat tinggal di Kota Pontianak. c) Telah rutin bersepeda dalam 6 bulan terakhir. d) Bukan merupakan atlet sepeda profesional.
28
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
29
e) Tidak ada kontra indikasi melakukan latihan fisik setelah dilakukan PAR-Q dan pemeriksaan fisik. f) Ikut serta dalam penelitian dan menyetujui informed consent yang telah disediakan. g) Tidak mengkonsumsi obat anti histamin, penurun tekanan darah dan diuretik (termasuk kafein). h) Bersedia bersepeda menempuh jarak7 km. 3.4.2 Kriteria Eksklusi a) Dalam perjalanan penelitian ditemukan adanya cedera muskulo skeletal atau tanda-tanda penurunan kesadaran dan gangguan jantung. b) Subyek tidak bersedia melanjutkan penelitian. 3.5 Besar Sampel Peneliti ingin mengetahui penurunan tekanan darah (sistolik, diastolik) dan MAP segera sesudah bersepeda pada saat pemulihan jika dibandingkan dengan tekanan darah (sistolik, diastolik) dan MAP sebelum bersepeda. Dengan demikian rumus besar sampel yang dipilih adalah: n=[
ZαxS 2 ] 𝑑
Keterangan : n = besar sampel Zα = deviat baku normal α = 0,05maka Zα = 1,96 S = simpang baku dari selisih rerata d = nilai presisi sebesar 1 Dari penelitian sebelumnya,35 peneliti mendapatkan rerata dan standar deviasi tekanan darah sistolik 103±3,4 mmHg, tekanan darah diastolik 71,6±3,0 mmHg dan MAP 82,2±3,0 mmHg.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
30
Dengan demikian nilai standar deviasi yang diambil adalah S= 3,4 Sehingga besar sampel adalah: n=[
1,96x3,4 2 ] = 44orang. 1
Peneliti juga ingin mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah bersepeda luar ruangan. Perbedaan rerata minimal antara sebelum dan sesudah bersepeda luar ruangan yang dianggap bermakna adalah 4 mmHg, sehingga rumus besar sampel yang dipakai adalah: n1=n2= [
𝑧𝛼 +𝑧ß 𝑆 2 ] 𝑥1−𝑥2
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah sehingga Zα=1,64. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zß=1,28. Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2)=4. Standar deviasi=3,4. Maka besar sampel minimal adalah: n1=n2= [
1,64+1,28 3,4 2 ] =25 orang. 4
Jadi, besar sampel yang diambil adalah 44 orang.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
31
3.6 Alur Penelitian Persiapan penelitian
(1)
Identifikasi subyek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian
Informed consent
(2)
(3)
Bersedia
Tidak bersedia
Kriteria Inklusi Memenuhi
Tidak memenuhi (4)
Subyek penelitian Penjelasan alur penelitian dan persiapan subyek
(5)
Pemeriksaan sebelum bersepeda:
Penimbangan Berat Badan Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran tekanan darah
(6)
(7)
Bersepeda (8)
Pemeriksaan sesudah bersepeda:
Pengukuran tekanan darah Pengisian kuesioner kebiasaan bersepeda
Analisa Hasil
Gambar 3.1 Alur Penelitian
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
32
3.7 Cara Kerja Penelitian 1) Persiapan penelitian: a. Pelatihan tim peneliti: pelatihan diberikan kepada tim peneliti yang terdiri dari 3 orang tenaga medis, dan 3 orang paramedis. Pelatihan berisi tentang tujuan penelitian dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Akan dilakukan demo bagaimana melakukan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tekanan darah menggunakan standar pemeriksaan sebagai berikut: o Memasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri dilipat siku ( arteri brakialis). o Meletakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis. o Meraba pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis). o Memompa manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi arteri radialis menghilang. o Membuka katup manset dan tekanan manset dibiarkan menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik. o Bila bunyi pertama terdengar, dicatat sebagai tekanan sistolik. o Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik. o Menurunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian melepaskan manset. b. Persiapan formulir penelitian, terdiri dari: lemba rpenjelasan dan persetujuan ikut penelitian (informed consent), kuesioner pralatihan (PAR-Q), formulir pemeriksaan, dan kuesioner kebiasaan bersepeda. c. Persiapan alat-alat pemeriksaan: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, sfigmomanometer air raksa (Riester Nova), stetoskop, meja periksa, dan tempat duduk. d. Informasi suhu dan kelembaban dari BMKG Pontianak.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
33
2) Identifikasi subyek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian: a. Subyek dapat merupakan pesepeda yang tergabung dengan klub atau tidak tergabung dengan klub (non klub) b. Mencari informasi tentang klub sepeda Kota Pontianak ke KONI setempat. Menghubungi klub dan meminta persetujuan untuk melakukan penelitian pada anggota klub. c. Pesepeda non klub di identifikasi pada saat kegiatan car free day. 3) Informed consent: a. Menjelaskan tentang maksud, tujuan dan manfaat penelitian. b. Meminta kesediaan pesepeda untuk menjadi subyek penelitian. c. Subyek yang bersedia diminta untuk menandatangani formulir informed consent. 4) Subyek penelitian: a. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi. b. Jumlah subyek sesuai dengan besar sampel yang dibutuhkan. 5) Persiapan subyek: Tidur cukup (minimal 5 jam) pada malam sebelum bersepeda. Tidak melakukan aktivitas fisik berat yang dapat menimbulkan kelelahan, sehari sebelum bersepeda. Pola makan sesuai kebiasaan masing-masing individu. Kecukupan cairan: o Minum 480-600 ml air, minimal 4 jam sebelum bersepeda. o Minum 240-360 ml air, 10-15 menit sebelum bersepeda. o Minum 90-240 ml air, tiap 15-20 menit saat bersepeda. Memakai pakaian olahraga yang menyerap keringat dan nyaman untuk bergerak. Memakai sepatu olahraga yang nyaman dan sesuai. Mengendarai sepeda masing-masing. 6) Pemeriksaan sebelum bersepeda: a. Penimbangan badan dan pengukuran tinggi badan. b. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis, setelah subyek duduk istirahat 5 menit.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
34
7) Bersepeda: a. Berupa kegiatan sepeda di jalan raya/ruang terbuka dengan menempuh jarak 7 km, ditetapkan dengan membuat titik start dan finish. b. Memulai
bersepeda,
setelah
semua
subyek
sudah
dilakukan
pemeriksaan sebelum bersepeda. 8) Pemeriksaan sesudah bersepeda: a. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis pada masa pemulihan menit ke 5 sampai menit ke 30 ( R5-30).30 b. Pengisian kuesioner kebiasaan bersepeda. 3.8 Rencana Manajemen dan Analisis Data Pada penelitian ini akan digunakan analisis statistik menggunakan program SPSS-18. Untuk masalah penelitian berupa deskriptif numerik, jika sebaran data normal akan digunakan pasangan mean dan standar deviasi. Bila sebaran data tidak normal akan digunakan median dengan minimum dan maksimum. Hasil yang diharapkan adalah rerata dan interval kepercayaan (IK). Untuk masalah penelitian berupa deskriptif kategorik, dianalisis secara deskriptif untuk variabel kategorik. Hasilnya berupa frekuensi dan persentase (proporsi) yang dapat disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik. Dilakukan analisis hubungan dua variabel yaitu faktor determinan dengan variabel dependent. Analisa bivariat ini digunakan sebagai seleksi untuk analisis multivariat. Jika analisa bivariat menunjukkan nilai p<0,25, maka variabel tersebut merupakan variabel yang akan dipakai pada tahap multivariat, tetapi jika ada variabel yang mempunyai nilai p>0,25 namun secara substansi sangat penting, maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam permodelan multivariat. Untuk masalah penelitian berupa beberapa faktor yang berhubungan dengan penurunan tekanan darah maka dilakukan analisis multivariat, jika variabel dependent bersifat kuantitatif dan variabel independent bersifat campuran kualitatif dan kuantitatif akan dilakukan analisis ancova.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
35
3.9 Etika Penelitian Penelitian dilakukan sesuai dengan prinsip dasar etika penelitian, dan akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terdapat 4 (empat) prinsip etika penelitian, yang meliputi aspek respect for autonomy, beneficience, non maleficience, dan jurisprudence. 1. Aspek respect for autonomy a) Subyek mendapatkan penjelasan tentang penelitian, khususnya tentang tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian ini, serta rencana pelaksanaannya. b) Subyek yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini diminta untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan persetujuaan penelitian (informed consent) yang telah disediakan. c) Semua data dan informasi subyek penelitian akan dirahasiakan. d) Subyek berhak mengundurkan diri apabila merasa dirugikan oleh penelitian ini. 2. Aspek beneficience Penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan subyek, terutama berkaitan dengan pencegahan masalah kesehatan saat berolahraga. 3. Aspek non maleficience a) Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. b) Penelitian ini mempunyai prosedur operasional standar yang telah dijelaskan terlebih dahulu kepada seluruh tim penelitian yang terlibat. 4. Aspek jurisprudence a) Subyek penelitian diperlakukan secara adil dalam pelaksanaan penelitian.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
36
b) Subyek diberikan perlindungan secara hokum apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan penelitian. 3.10 Jadual Penelitian Pembuatan proposal dimulai pada bulan Pebruari sampai Mei 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober2014 setelah melalui uji etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tabel 3.1 Jadual Penelitian PebApr 2014
Mei Jun 2014 2014
Jul Agust Sep Okt Nop Des 2014 2014 2014 2014 2014 2014
Jan 2015
Pembuatan proposal Presentasi proposal Perbaikan proposal Uji Etik Pengambilan data Analisis data dan pembahasan Ujian tugas akhir Perbaikan
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian N
%
Min
Maks
Rerata
S.B
Usia (tahun)
20
30
24,58
3,76
IMT (kg/m2 )
17,10
31,98
22,35
3,80
Jender
Laki-laki
25
75,8
Perempuan
8
24,2
IMT (kategori)
BB Kurang
4
12,1
Normal
17
51,5
BB Lebih/obes
12
36,4
Kebiasaan Bersepeda - Frekuensi /minggu
1-2x
22
66,7
3-4x
10
30,3
5-7x
1
3,0
- Durasi/hari
<30 menit
2
6,1
30-60 menit
24
72,7
>60 menit
7
21,2
N=33
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
38
4.1.2 Perubahan Tekanan Darah Tabel 4.2 Hasil Analisis Perbedaan Rerata Tekanan Darah dan MAP Sebelum dan Sesudah Bersepeda n
Median (minmaks)
p
Penurunan Rerata±s.b (min-maks) 8,36±5,41 (-4,00-22,00)
TDS
Sebelum bersepeda (mmHg) Sesudah bersepeda (mmHg)
33 33
118 (90-130) 106 (84-120)
0,000
TDD
Sebelum bersepeda (mmHg) Sesudah bersepeda (mmHg)
33 33
76 (60-82) 70 (60-84)
0,018
1,82±3,94 (-8,00-10,00)
MAP
Sebelum bersepeda (mmHg) Sesudah bersepeda (mmHg)
33 33
88 (70-96,7) 84 (68-92)
0,000
4,00±3,09 (-6,67-10,00)
Uji Wilcoxon; TDS=Tekanan darah sistolik; TDD=Tekanan darah diastolik
4.1.3 Faktor yang Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Sesudah Bersepeda Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jender,Usia, IMT, dan Kebiasaan Bersepeda dengan Penurunan Tekanan Darah Sistolik Variabel
n
Median (min-maks)
p
Laki-laki Perempuan <25 tahun Usia ≥25 tahun BB kurang-normal IMT BB lebih-obes Frekuensi bersepeda 1-2x/minggu 3-7x/minggu <30 menit/hari Durasi bersepeda ≥30 menit /hari
25 8 18 15 21 12 21 12 2 31
8,0 (2,0-22,0) 6,0 (-4,0-12,0) 8,0 (-4,0-22,0) 8,0 (4,0-20,0) 8,0 (-4,0-22,0) 10,0 (2,0-20,0) 8,0 (-4,0-22,0) 8,0 (2,0-16,0) 12,0 (4,0-20,0) 8,0 (-4,0-22,0)
0,217
Jender
0,570 0,510 0,940 0,702
Uji Mann-Whitney;
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
39
4.2 Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik subyek yang dianalisa dalam penelitian ini adalah jender, usia, IMT, dan kebiasaan bersepeda. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 33 orang, laki-laki 75,8% dan perempuan 24,2%. Usia subyek berada pada rentang 20-30 tahun dengan rerata 24,58±3,76 tahun. Rerata IMT adalah 22,35±2,80 kg/m2 yang berdasar kategori IMT Asia Pasifik termasuk kategori berat badan normal. Namun demikian terdapat 36,4% subyek memiliki kategori BB lebihobes. Kebiasaan bersepeda dibagi berdasar frekuensi bersepeda per minggu dan durasi bersepeda per hari dimana diketahui 66,7% subyek bersepeda dengan frekuensi 1-2x per minggu dan 72,7% bersepeda dengan durasi 30-60 menit per hari. Penelitian ini akan melihat respon tubuh sesudah bersepeda yaitu terjadinya penurunan tekanan darah pada saat pemulihan. Karakteristik subyek sangat mempengaruhi respon tubuh yang dihasilkan. Pada waktu bersepeda, respon akut tubuh berupa peningkatan denyut jantung (HR) seiring dengan peningkatan beban latihan. Besar peningkatan HR sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, tingkat kebugaran, jenis latihan, penyakit, obat-obatan, volume darah dan faktor lingkungan termasuk suhu dan kelembaban. Peningkatan beban latihan akan juga meningkatkan stroke volume (SV) yang juga dipengaruhi oleh fungsi ventrikel, posisi tubuh dan intensitas latihan. Peningkatan pada HR dan SV akan meningkatkan juga cardiac output (CO) yang juga dipengaruhi oleh postur dan ukuran tubuh. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah yang merupakan hasil dari hubungan antara CO dengan tahanan perifer. Untuk memfasilitasi darah dan oksigen menuju jaringan tubuh, tekanan darah sistolik akan meningkat seiring peningkatan intensitas latihan, sementara tekanan darah diastolik akan mengalami penurunan. Jumlah oksigen yang diekstraksi dari darah oleh
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
40
jaringan tubuh akan meningkat selama latihan dilakukan, ditandai dengan peningkatan perbedaan kandungan oksigen dalam arteri dan vena (a-vO2 diff). Distribusi aliran darah ke tubuh berubah secara dramatis, dimana 80-85% CO didistribusikan ke otot yang bekerja, dan ketika suhu tubuh semakin meningkat selama latihan, aliran darah ke kulit juga meningkat sebagai upaya menghilangkan panas tubuh. Pada sistem pernapasan, akan terjadi peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan yang ditujukan untuk meningkatkan jumlah pertukaran udara per menit. Peningkatan frekuensi pernapasan ini dipengaruhi oleh pergerakan tubuh, suhu tubuh, dan perubahan kimiawi dalam darah sehingga tidal volume dan respiration rate akan meningkat secara proporsional terhadap intensitas latihan. 52 Dengan demikian, karakteristik individu sangat mempengaruhi perubahan hemodinamik tubuh baik saat melakukan latihan fisik maupun sesudah melakukan aktivitas fisik. 4.2.2 Perubahan Tekanan Darah Pada tabel 4.2 diketahui bahwa sebelum bersepeda, subyek penelitian memiliki tekanan darah yang normal (normotensi) dengan nilai median (minimummaksimum) tekanan darah sistolik 118 (90-130) mmHg dan median (minimummaksimum) tekanan darah diastolik 76 (60-82) mmHg. Sesudah bersepeda, tekanan darah sistolik mengalami rerata penurunan tekanan darah sebesar 8,36±5,41 mmHg, tekanan darah diastolik menurun sebesar 1,82±3,94 mmHg dan MAP menurun sebesar 4,00±3,09mmHg. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sesudah latihan, terutama pada tekanan darah sistolik.10 Pada 33 subyek laki-laki normotensi dengan usia 22±0,8 tahun yang melakukan latihan aerobik sepeda statis, Mc Donald mencatat rerata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg, tekanan darah diastolik menurun sebesar 4,6 mmHg, dan MAP menurun sebesar 7 mmHg.44
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
41
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP kemudian dicari perbedaan reratanya sebelum bersepeda dan sesudah bersepeda. Data yang tersedia ternyata memiliki distribusi yang tidak normal, dan upaya transformasi data supaya berdistribusi normaldengan menggunakan fungsi aritmatikatidak berhasil, maka dilakukan uji Wilcoxon sebagai alternatif dari uji t berpasangan untuk mencari beda rerata sebelum dan sesudah bersepeda. Pada tabel 4.2 terlihat bahwa dengan uji Wilcoxon pada masing-masing variabel tekanan darah, diperoleh nilai kemaknaan 0,000 (p<0,05) pada tekanan darah sistolik, nilai kemaknaan 0,018 (p<0,05) pada tekanan darah diastolik, dan nilai kemaknaan 0,000 (p<0,05) pada MAP. Dengan demikian, terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara sebelum bersepeda dengan sesudah bersepeda pada variabel tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,36±5,41 mmHg bermakna secara klinis, dimana telah terbukti bahwa aktifitas fisik aerobik yang rutin dilakukan akan dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Disamping itu, persentase penurunan MAP yang terjadi dalam penelitian ini adalah 4,45 % dan ini secara klinis masih dalam kondisi aman dari terjadinya hipotensi dimana terjadi penurunan MAP >30% atau 40 mmHg. 53,54 4.2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah Analisa dilakukan pada beberapa variabel untuk mengetahui hubungan variabel tersebut dengan terjadinya penurunan tekanan darah sesudah bersepeda. Penurunan tekanan darah sistolik akan diambil sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen yang dianalisis adalah jender, usia, IMT, frekuensi bersepeda dan juga durasi bersepeda. A. Hubungan jender dengan penurunan tekanan darah sistolik Data jender berdistribusi tidak normal dan transformasi data agar berdistribusi normal juga tidak berhasil, dengan demikian syarat uji t tidak UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
42
berpasangan tidak terpenuhi maka dilakukan uji Mann-Whitney sebagai uji alternatifnya. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa pada variabel jender
nilai
kemaknaan= 0,217(p>0,05), yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara jender dengan penurunan tekanan darah sistolik sesudah bersepeda. Secara teori disebutkan bahwa perempuan akan sedikit mengalami penurunan tekanan darah sesudah bersepeda dibandingkan laki-laki. Hal itu karena hormon esterogen dapat menurunkan tonus pembuluh darah.36 Pada penelitian ini, jika dipisahkan antara laki-laki dan perempuan serta sebarannya terhadap penurunan tekanan darah sistolik, dengan IK 95% dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Sebaran data penurunan tekanan darah sistolik berdasar jender Pada jender laki-laki, terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih banyak dengan rerata 9,20±5,416 mmHg, sedang pada jender perempuan terjadi
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
43
penurunan tekanan darah sistolik dengan rerata 5,75±4,833 mmHg, sehingga hasil tersebut tidak sesuai dengan teori. Jika dilihat tekanan darah sistolik sebelum bersepeda, laki-laki memiliki rerata tekanan darah sistolik sebelum bersepeda lebih tinggi yaitu 116,16±7,48 mmHg, sedang perempuan memiliki rerata tekanan darah sistolik sebelum bersepeda yaitu 103,00±11,10 mmHg. Dari teori diketahui bahwa penurunan tekanan darah sistolik sesudah latihan akan lebih mudah terjadi pada subyek yang memiliki tekanan darah sistolik istirahat lebih tinggi.41 Dengan demikian, ternyata faktor tekanan darah sistolik sebelum bersepeda lebih berpengaruh dibanding faktor jender dalam penurunan tekanan darah sesudah bersepeda. B. Hubungan usia dengan penurunan tekanan darah sistolik. Usia dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu <25 tahun dan ≥25 tahun, berdasar nilai median usia subjek (20-30) tahun. Distribusi data tidak normal dan upaya menormalkan distribusi data juga tidak berhasil sehingga analisis menggunakan uji t-tidak berpasangan juga tidak bisa dilakukan, maka dilakukan uji Mann-Whitney. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai kemaknaan= 0,570(p>0,05), yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan penurunan tekanan darah sistolik. Penelitian tentang hubungan antara usia dan penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik juga dilakukan oleh Kaufman, dkk.55 Subyek dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok usia muda-normotensi (19-29 tahun), kelompok usia tua-normotensi (35-62 tahun) dan kelompok hipertensi (4457 tahun). Semua subyek melakukan latihan fisik berupa berjalan diatas treadmill selama 10 menit dengan intensitas 67% HR maksimal. Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sesudah latihan mengalami penurunan secara bermakna dibandingkan dengan tekanan darah waktu istirahat. Namun demikian, kelompok usia maupun klasifikasi tekanan darah UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
44
tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap penurunan tekanan darah sesudah latihan. Hasil penelitian ini juga serupa dengan apa yang ditemukan Forjazz, dkk44 bahwa perbedaan intensitas latihan tidak mempengaruhi penurunan tekanan darah sesudah berlatih pada kelompok usia dewasa muda. C. Hubungan IMT dengan penurunan tekanan darah sistolik. Kategori IMT dilakukan penggabungan sel menjadi BB kurang-normal dan BB lebih-obes. Distribusi data tidak normal dan upaya menormalkan tidak berhasil maka dilakukan uji Mann-Whitney sebagai alternatif dari uji t tidak berpasangan. Dari tabel 4.3 terlihat bahwa nilai kemaknaan= 0,51(p>0,05), yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan penurunan tekanan darah sistolik. Hasil serupa didapatkan oleh Hamer M dan Boutcher SH55 dalam penelitiannya menggunakan ergometer statis terhadap 30 subyek normotensi denganIMT rata-rata 24,7±7,2 kg/m2. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada hubungan antara kelompok berat badan lebih dan kelompok berat badan normal terhadap penurunan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik maupun MAP. Obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler karena dapat menyebabkan terganggunya fungsi endotel. Pada penelitian ini, jika kita bedakan antara kelompok IMT normal dengan IMT berat badan lebih-obes dan sebarannya terhadap tekanan darah sistolik sebelum bersepeda, maupun penurunannya dengan IK 95% akan tampak gambaran sebagai berikut:
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
45
Gambar 4.2 Sebaran data tekanan darah sistolik sebelum bersepeda berdasar kategori IMT
Gambar 4.3 Sebaran data penurunan tekanan darah sistolik sesudah bersepeda berdasar kategori IMT
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
46
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa kelompok kategori IMT berat badan lebihobes,
memiliki
rerata
tekanan
darah
sistolik
sebelum
bersepeda117,50±9,386 mmHg. Nilai tersebut lebih tinggi dari kelompok kategori IMT berat badan kurang-normal dengan rerata tekanan darah sistolik sebelum bersepeda 110,38±9,749 mmHg. Diduga terjadi gangguan fungsi endotel pada subyek yang mengalami obesitas sehingga dapat menyebabkan tekanan darah istirahat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan subyek dengan IMT yang normal. Pada gambar 4.3 terlihat bahwa kelompok kategori IMT berat badan lebihobes memiliki rerata penurunan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi yaitu 10,50±5,266 mmHg dibandingkan dengan rerata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok kategori IMT berat badan kurang-normal yaitu 7,14±5,237 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pada subyek dengan obesitas diduga memiliki gangguan fungsi vasodilatasi dari endotel, namun terdapat mekanisme dan zat vasodilator lain yang muncul saat melakukan latihan fisik yang berperan dalam menurunkan tahanan perifer total sehingga terjadi penurunan tekanan darah sesudah melakukan latihan fisik. Pada subyek dengan berat badan lebih atau obes, memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibanding subyek dengan berat badan normal. Hal ini akan berakibat semakin banyaknya aliran darah ke kulit, yang ditujukan untuk mengurangi panas tubuh saat bersepeda. Pada subyek berat badan lebih atau obes, juga terdapat kapiler yang lebih banyak, terutama pada jaringan lemak di tubuhnya, dan ketika subyek bersepeda, kapiler-kapiler yang saat istirahat tertutup menjadi terbuka, venous pooling akan meningkat. Meskipun terdapat gangguan fungsi endotel, reseptor histamin akan tetap terpicu oleh stress fisik yang terjadi saat bersepeda dan sebagai akibatnya akan terjadi vasodilatasi sistemik. 37-40 Sebagai akibatnya, terjadi penurunan tekanan darah sesudah bersepeda lebih banyak pada subyek berat badan lebih/obes daripada subyek dengan berat badan normal. UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
47
D. Hubungan kebiasaan bersepeda dengan penurunan tekanan darah sistolik Variabel frekuensi bersepeda dilakukan penggabungan sel, menjadi frekuensi bersepeda 1-2x/minggu dan frekuensi bersepeda 3-7x/minggu. Begitu juga dilakukan penggabungan sel pada variabel durasi bersepeda menjadi durasi bersepeda <30 menit/hari dan durasi bersepeda ≥30 menit /hari. Dan karena syarat untuk uji t tidak berpasangan tidak terpenuhi, maka dilakukan analisis Mann-Whitney. Dari tabel 4.3 terlihat bahwa nilai kemaknaan 0,940 (p>0,05) pada variabel frekuensi bersepeda, dan nilai kemaknaan 0,702 (p>0,05) pada variable durasi bersepeda. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi bersepeda dan durasi bersepeda dengan penurunan tekanan darah sistolik sesudah bersepeda. Namun demikian, perlu penelitian lebih lanjut tentang hal ini dimana harus dilihat terlebih dahulu apakah memang sudah terjadi respon kronik/adaptasi latihan pada subyek. Latihan aerobik yang rutin dilakukan dengan program latihan tertentu akan menghasilkan perubahan struktural dan fungsional terutama pada sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan, yang berpengaruh pada VO2max dan komposisi tubuh. Berat dan volume jantung, ketebalan dan ukuran ruang ventrikel kiri akan meningkat pada individu yang terlatih. Sebagai hasilnya jantung akan memompa darah lebih kuat dan lebih banyak dalam tiap denyutnya. Perubahan denyut jantung akan terlihat sebagai penurunan denyut jantung saat istirahat maupun saat melakukan latihan fisik. Dibanding subyek sedentari, pada subyek terlatih, akan terjadi peningkatan stroke volume baik saat istitahat maupun saat melakukan latihan fisik. Hal ini disebabkan karena pada subyek terlatih akan terjadi peningkatan volume plasma darah. Peningkatan plasma darah dihasilkan dari peningkatan hormone ADH dan aldosteron yang menyebabkan retensi cairan oleh ginjal serta adanya peningkatan albumin. Jumlah sel darah merah yang sedikit meningkat juga berperan dalam peningkatan volume darah. Latihan fisik UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
48
yang teratur juga akan meningkatkan kapilarisasi pada otot-otot yang terlatih terutama akibat efek angiogenesis dari histamin, meningkatkan kapiler yang terbuka pada otot-otot terlatih dan aliran darah yang lebih efisien ke otot. Perubahan volume darah dan denyut jantung akan sangat mempengaruhi cardiac output yang dihasilkan, dan dengan demikian akan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah. Pada sistem pernapasan, tidal volume dan frekuensi pernapasan akan meningkat saat melakukan latihan maksimal. Peningkatan keduanya, akan menghasilkan peningkatan ventilasi paru. Bersama dengan aliran darah ke paru yang meningkat, peningkatan ventilasi paru, akan menyebabkan banyaknya alveoli yang terlibat dalam pertukaran gas dan dengan demikian akan meningkatkan perfusi oksigen kedalam sistem arteri. Akhirnya a-vO2 diff akan meningkat dan sebagai efeknya adalah peningkatan VO2max.52 E. Status Hidrasi, Suhu dan Kelembaban Pengambilan data dilakukan pada pukul 06.00-10.00 WIB, pada kegiatan car free day sejauh 7 km di Jl. A Yani Kota Pontianak. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengambilan data status hidrasi namun diupayakan dikontrol melalui penjelasan cara rehidrasi, serta pemberian air minum sebelum dan selama bersepeda. Ukuran suhu dan kelembaban lingkungan didapatkan dari BMKG Pontianak dengan nilai suhu 230-330 C dan kelembaban 57-98%, dan dengan hasil tersebut tidak dapat dilakukan analisa secara statistik. 4.3 Kekuatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pertama di Indonesia tentang penurunan tekanan darah sesudah berolahraga. Penelitian ini juga penelitian pertama yang menggunakan aktivitas bersepeda luar ruangan menempuh jarak 7 km sebagai bentuk olahraga yang diamati untuk melihat pengaruhnya terhadap perubahan tekanan darah. Subyek penelitian adalah pesepeda rekreasional dan bukan merupakan atlet terlatih.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
49
4.4 Kelemahan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa pengukuran tekanan darah sesudah bersepeda dalam rentang waktu 5-30 menit, tidak dilakukan dalam waktu yang sama, akibat keterbatasan jumlah pemeriksa, sehingga hasil pemeriksaan ini akan lebih akurat jika dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada menit yang sama.
Keterbatasan yang lain adalah tidak melakukan pengukuran terhadap
denyut jantung (HR) sehingga respon akut tubuh terhadap denyut jantung tidak dapat dilihat, termasuk juga penentuan terhadap intensitas bersepeda pada setiap individu. Durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jarak tempuh juga tidak dicatat, sehingga kecepatan bersepeda bagi tiap subyek tidak dapat ditentukan. Posisi bersepeda dan jenis sepeda yang beragam juga dapat mempengaruhi respon tubuh, karena mempengaruhi otot-otot tubuh yang bekerja. Karakteristik individu yang juga tidak dilakukan pemeriksaan adalah status hidrasi sebelum bersepeda serta pemeriksaan kebugaran kardio respirasi bagi semua subyek. 4.5 Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah dan MAP sebelum dan sesudah bersepeda luar ruangan, pada subyek dengan normotensi. Patut diduga bahwa hal yang sama dapat terjadi pada subyek dengan hipertensi dan juga pada aktivitas aerobik luar ruangan yang lain. Penurunan tekanan darah yang terjadi sesudah bersepeda sangat penting artinya terutama dalam pencegahan masalah kesehatan yang terjadi saat berolahraga dan juga penting bagi peresepan olahraga pada kelompok subyek dengan hipertensi karena bersepeda luar ruangan dapat menjadi salah satu pilihan jenis olahraga aerobik yang disarankan.
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan 1. Terdapat penurunan yang bermakna pada tekanan darah dan MAP pasca bersepeda luar ruangan. 2. Bersepeda luar ruangan terbukti menurunkan tekanan darah pada semua subyek normotensi tanpa membedakan jender, usia, IMT dan kebiasaan bersepeda.
5.2 Saran Penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian pendahuluan dan disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dampak bersepeda luar ruangan terhadap perubahan tekanan darah pada subyek dengan pre-hipertensi maupun hipertensi.
50 Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
1. Quantity and Quality of Exercise for Developing and Maintaining Cardiorespiratory, Musculoskeletal, and Neuromotor Fitness in Apparently Healthy Adults : Guidance for Prescribing Exercise. [cited 2014 Feb 14].
2. WHO
|
Physical
Activity.
WHO.
[cited
2014
Feb
4].
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. 4. Jumlah
Penggemar
Sepeda
Terus
Meningkat.
beritasatu.com.
5. Penggemar Sepeda di Indonesia Meningkat. Kumpulan info gowes | Komunitas
sepeda
online.
[cited
2014
Feb
12].
6. American College of Sports Medicine. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription-8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. 380 p. 7. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. UU no 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 8. Recreational Sports - injuries, training - World of Sports Science. [cited 2014 Feb 4].
51
UNIVERSITAS INDONESIA
Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
52
9. Culbertson H. Definitions of Leisure, Play, and Recreation. HumanKinetics.
2010
[cited
2014
Feb
4].
10. MacDonald J. Potential Causes, Mechanisms, and Implications of Post Exercise Hypotension. Publ Online 2002 Apr 8 [cited 2014 Feb 3]; 16(4). < http://www.nature.com/jhh/journal/v16/n4/full/1001377a.html> 11. Chen C-Y, Bonham AC. Post Exercise Hypotension: Central Mechanisms. Exerc Sport Sci Rev. 2010 Jul; 38(3):122–7. 12. Senitko AN, Charkoudian N, Halliwill JR. Influence of
Endurance
Exercise Training Status and Gender on Post Exercise Hypotension. J Appl Physiol. 2002 Jun 1; 92(6):2368–74. 13. Katch VL. Essentials of Exercise Physiology-4th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health; 2011. 14. Halliwill JR, Buck TM, Lacewell AN, Romero SA. Post Exercise Hypotension and Sustained Post Exercise Vasodilatation: What Happens After
We
Exercise?
Exp
Physiol.
2013
Jan;
98(1):7-18.
15. Heinen E, Wee VD, Matt K. Commuting by Bicycle: An Overview of The Literature, Transport Reviews. 201. 30:1, 59–96. 16. WHO Regional Office for Europe . A Physically Active Life Through Everyday Transport With a Special Focus on Children and Older People and Examples and Approaches from Europe. World Health Organization 2002. 17. Cavill N, Davis A. Cycling and Health: A Briefing Paper for The Regional Cycling Development Team. NCS board. UK. 2003. 18. Oja P, Titze S, Bauman A, et al. Health Benefits of Cycling: A Systematic Review. Scand J Med Sci Sports 2011.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
53
19. Sidwells C. Cycling for Fitness, Get Fast and Get Fit in Seven Weeks. DK Publishing; 2006. 20. Reilly T, Secher N, Snell. Physiology of Sports, E & FN Spon; 2005. 21. Madden C, et al. Netter’s Sports Medicine. Saunders Elsevier; 2010. 22. Peveler W. The Complete Book of Road Cycling & Racing. McGraw Hill; 2009. 23. Klabunde RE. Cardiovascular Physiology Concepts. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins/Wolters Kluwer; 2012. 24. Marieb EN, Hoehn K. Human Anatomy & Physiology. San Francisco. Pearson Benjamin Cummings; 2007. 25. Vander AJ. Human Physiology: The Mechanisms of Body Function. 8th ed. Boston: McGraw-Hill; 2001. 26. American College of Sports Medicine Position Stand. Exercise and Hypertension. Medicine & Science In Sports & Exercise. 2004. 27. Kenney MJ, Seals DR. Post Exercise Hypotension. Key Features, Mechanisms, and Clinical Significance. Hypertension. 1993 Nov 1; 22(5):653–64. 28. Piepoli M, Coats AJ. Post Exercise Hypotension. Hypertension. 1994 May 1; 23(5):677–8. 29. Halliwill JR, Taylor JA, Eckberg DL. Impaired Sympathetic Vascular Regulation in Humans After Acute Dynamic Exercise. J Physiol. 1996 Aug 15; 495(Pt 1):279–88. 30. Niemela T, Kiviniemi A, Hautala A. Recovery Pattern of Baroreflex Sensitivity After Exercise. Med Sci Sports Exerc. 2008; 40(5):864–70. 31. Chandler MP, Rodenbaugh DW, DiCarlo SE. Arterial Baroreflex Resetting Mediates Post Exercise Eeductions in Arterial Pressure and
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
54
Heart Rate. Am J Physiol - Heart Circ Physiol. 1998 Nov 1; 275(5):H1627–H1634. 32. Kulics JM, Collins HL, DiCarlo SE. Post Exercise Hypotension is Mediated by Reductions in Sympathetic Nerve Activity. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 1999 Jan 1; 276(1):H27–H32. 33. Franklin PJ, Green DJ, Cable NT. The Influence of Thermoregulatory Mechanisms on Post Exercise Hypotension in Humans.
Journal of
Physiology (1993), 470, pp. 231-241. 34. Wilkins BW, Minson CT, Halliwill JR. Regional Hemodynamics During Post Exercise Hypotension. II. Cutaneous Circulation. J Appl Physiol. 2004 Dec 1; 97(6):2071–6. 35. Pricher MP, Holowatz LA, Williams JT, Lockwood JM, Halliwill JR. Regional Hemodynamics During Post Exercise Hypotension. I. Splanchnic and Renal Circulations. J Appl Physiol. 2004 Dec 1; 97(6):2065–70. 36. Morita M, Okita K. Is Gender a Factor in The Reduction of Cardiovascular Risks With Exercise Training? Circ J 2013; 77: 646 – 651. 37. Halliwill JR, Minson CT, Joyner MJ. Effect of Systemic Nitric Oxide Synthase Inhibition on Post Exercise Hypotension in Humans. J Appl Physiol. 2000 Nov 1; 89(5):1830–6. 38. Lockwood JM, Pricher MP, Wilkins BW, Holowatz LA, Halliwill JR. Postexercise Hypotension Is Not Explained By A ProstaglandinDependent Peripheral Vasodilation. J Appl Physiol. 2005 Feb 1; 98(2):447–53. 39. Lockwood JM, Wilkins BW, Halliwill JR. H1 Receptor-Mediated Vasodilatation Contributes to Post Exercise Hypotension. J Physiol. 2005; 563(2):633–42.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
55
40. McCord
JL,
Beasley
JM,
Halliwill
JR.
H2-Receptor-Mediated
Vasodilation Contributes to Post Exercise Hypotension. J Appl Physiol. 2006 Jan 1; 100(1):67–75. 41. Dujid Z, Ivancev V, Valic Z. Post Exercise Hypotension in Moderately Trained Athletes After Maximal Exercise. Med Sci Sports Exerc. 2006; 38(2):318–22. 42. Charkoudian N, Halliwill JR, Morgan BR, et al. Influences of Hydration on Post Exercise Cardiovascular Control in Humans. J Physiol. 2003, 552(2): 635–644. 43. Moreno IL, Vanderlei LC, Pastre CM, et al. Cardiorespiratory Effects of Water Ingestion During and After Exercise. International Archives of Medicine. 2013, 6:35. 44. Forjaz CLM, Matsudaira Y, Rodrigues FB, Nunes N, Negrao CE. Post Exercise Changes in Blood Pressure, Heart Rate and Rate Pressure Product at Different Exercise Intensities in Normotensive Humans. Braz J Med Biol Res 31(10) 1998. 45. Pescatello LS, Guidry MA, Blanchard BE. Exercise Intensity Alters Post Exercise Hypotension. Journal of Hypertension 2004, 22:1881–1888. 46. MacDonald JR, Tarnopolsky MA, MacDougall JD, Hogben CD. Post Exercise Hypotension Is Sustained During Subsequent Bouts of Mild Exercise and Simulated Activities of Daily Living. Journal of Human Hypertension (2001) 15, 567–571. 47. Arazi H,
Asadi A, Rahimzadeh M, Moradkhani AH. Post-Plyometric
Exercise Hypotension and Heart Rate in Normotensive Individuals: Influence of Exercise Intensity. Asian Journal of Sports Medicine, Volume 4 (Number 4), December 2013, Pages: 235-240.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
56
48. MacDonald JR, MacDougall JD, Hogben CD. The Effects of Exercise Duration on Post Exercise Hypotension. Journal of Human Hypertension (2000) 14, 125–129. 49. Rondon BM, Alves MJ, Braga AN, et al. Post Exercise Blood Pressure Reduction in Elderly Hypertensive Patients. J Am Coll Cardiol 2002; 39: 676–82. 50. Moraes MR, Bacurau RFP, Simo˜es HG, et al. Effect of 12 Weeks of Resistance Exercise on Post Exercise Hypotension in Stage 1 Hypertensive individuals. Journal of Human Hypertension (2011), 1–7. 51. Delavar SH, Faraji H. Effect of Different Concurrent Training Methods on Post-Exercise Hypotension in Borderline Hypertensive Women. MiddleEast Journal of Scientific Research 9 (4): 456-461, 2011. 52. Hall CM, Brody LT. Therapeutic Exercise: Moving Toward Function-2nd ed. Lippincot Williams & Wilkins. 2005. 53. NHLBI. The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication, No.04-5230, August 2004. 54. Weekes AJ, Zapata RJ, Napolitano A. Symptomatic Hypotension: ED Stabilization and The Emerging Role of Sonography. EBMedicine.net. November 2007 55. Kaufman FL, et al. Abstract: Effect of Exercise on Recovery Blood pressure in Normotensive and Hypertensive Subjects. Med Sci Sport Exer. 1987 Feb; 19(1):17-20. 56. Hamer M, Boutcher SH. Impact of Moderate Overweight and Body Composition on Post Exercise Hemodynamic Responses in Healthy Men. Journal of Human Hypertension (2006) 20, 612-617.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
57
57. Gibala M, et al. Physiological Adaptations To Low Volume, HighIntensity Interval Training in Health and Disease. J Physiol 590.5 (2012) pp 1077–1084
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
58
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN MAP PASCA BERSEPEDA LUAR RUANGAN DAN BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Peneliti adalah mahasiswa PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) program studi Ilmu Kedokteran Olahraga di Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.Peneliti ingin mengetahui tentang penurunan tekanan darah dan MAP pada pesepeda luar ruangan dan beberapa faktor yang berhubungan. Hidup aktif sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Aktivitas sepeda bersama, telah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan. Banyak penelitian yang telah dilakukan pada atlet di laboratorium menunjukkan adanya efek penurunan tekanan darah sesudah melakukan latihan fisik aerobik baik berupa latihan treadmill atau sepeda statis.Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah aktivitas bersepeda yang dilakukan oleh komunitas bukan atlet juga dapat memberikan efek menurukan tekanan darah. Masih sedikit penelitian yang dilakukan di luar ruangan laboratorium, sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui bagaimana efek penurunan tekanan darah sesudah latihan fisik pada olahraga bersepeda di luar ruangan terutama pada komunitas bukan atlet.Jika nanti terbukti terdapat penurunan tekanan darah setelah bersepeda luar ruangan, diharapkan penurunan tekanan darah tersebut dapat bermanfaat secara klinis terutama dalam pemberian resep jenis latihan fisik bagi penderita hipertensi di masyarakat.Untuk itu penulis membutuhkan 44 orang sebagai partisipan dalam penelitian ini. Risiko dan ketidaknyamanan dalam penelitian ini hampir tidak ada, kecuali anda diminta kesediaan anda untuk diukur tinggi badan, berat badan, dan tekanan darahnya sebelum bersepeda. Sesudah bersepeda juga akan dilakukan pemeriksaan tekanan darah serta dilakukan pengisian kuesioner. Bagi anda yang bersedia dan terpilih sebagai subjek dalam penelitian ini, kami menjamin sepenuhnya kerahasiaan identitas dan hasil pemeriksaan anda. Setiap saat, anda bebas memutuskan untuk terus dalam penelitian ini atau tidak,
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
59
dan jika dalam perjalanan penelitian ternyata anda tidak mengikuti prosedur penelitian, maka anda akan kami keluarkan dari penelitian ini. Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan denganpenelitian ini. Demikian, penjelasan saya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat melalui kajian manfaat bersepeda bagi kesehatan. Bila menginginkan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi saya pada no HP 0815220024.Terimakasih.
Hormat saya, Peneliti
(dr. Izzuddin Fathoni)
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
60
Lampiran 2 FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ................................................................... Alamat: .................................................................. HP:.......................................................................... telah memahami dan mengerti sepenuhnya tentang penjelasan yang diberikan oleh peneliti, yang meliputi tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan,termasuk apabila terjadi risiko dan ketidaknyamananan yang mungkin dapat terjadi saatberlangsungnya penelitian ini. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju ikut dalam penelitian inisesuai dengan program yang telah ditentukan oleh peneliti. Pontianak, ……. 2014 Peserta,
(___________________) Saksi:……………………………Tandatangan_________________ Peneliti:………………………….Tandatangan_________________
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
61
Lampiran 3 Izzuddin Fathoni . 1006768925 Bapak/Ibu/Sdr/i yang saya hormati, Saya adalah mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Dalam hal ini saya sedang mengerjakan penelitian Tugas Akhir.Kuesioner ini berhubungan dengan kebiasaan Anda dalam bersepeda.Hasil penelitian ini tidak untuk di publikasikan melainkan untuk kepentingan penelitian semata. Atas bantuan, kesediaan waktu, dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. KUESIONER KEBIASAAN BERSEPEDA Hari/tanggal: _________________ Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang anda pilih. Isi (……………) sesuai dengan pendapat anda. A. Identitas Pesepeda 1. Nama:_________________________________ 2. Umur ………..tahun, Laki-laki
Perempuan
3. Alamat asal/ tempat tinggal: Kota Pontianak Luar Kota Pontianak 4. Pendidikan terakhir Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
62
SMA/Sederajat Diploma Sarjana 5. Status pekerjaan Pelajar/mahasiswa PNS/Pegawai BUMN/TNI/POLRI Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah tangga Lainnya, sebutkan B. Kebiasaan Bersepeda 6. Apakah anda seorang atlet pesepeda professional? Ya Tidak 7. Apakah anda tergabung dalam sebuah klub sepeda? Ya, sebutkan……… Tidak 8. Sejak kapan anda mulai bersepeda? < 6 bulan > 6 bulan
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
63
9. Berapa kali anda bersepeda dalam seminggu? 1-2x 3-4x 5-7x 10. Berapa lama rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk bersepeda dalam 1 hari? < 30 menit 30-60 menit > 60 menit 11. Apakah anda bersepeda untuk perjalanan pulang pergi ke sekolah/tempat kerja? Ya, sering Ya, jarang Tidak pernah 12. Apakah anda menggunakan waktu libur dan akhir pekan dengan bersepeda? Ya, sering Ya, jarang Tidak pernah 13. Apakah anda mengikuti kegiatan bersepeda yang diadakan oleh organisasi pemerintah/swasta? Ya, sering Ya, kadang-kadang Tidak Pernah
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
64
Lampiran 4
KUESIONER KESIAPAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK PAR-Q(Physical Activity Readiness Questionnaire) _________________________________________________________________ Identitas: Nama:__________________________________ Umur:……… tahun, Laki-laki Perempuan Isilah kolom Ya atau Tidak dengan tanda (V) untuk setiap pertanyaan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda. Ya Tidak
Pertanyaan 1. Apakah dokter pernah menyatakan anda menderita penyakit jantung serta harus melakukan aktifitas fisik sesuai yang direkomendasikan ? 2. Apakah anda pernah merasakan nyeri dada pada waktu melakukan aktifitas fisik ? 3. Apakah anda pernah merasakan nyeri dada pada waktu tidak melakukan aktifitas fisik ? 4. Apakah anda pernah kehilangan keseimbangan karena pusing ?Apakah anda pernah pingsan ? 5. Apakah anda pernah mempunyai masalah pada tulang atau persendian yang bertambah parah dengan melakukan aktifitas fisik ? 6. Apakah dokter memberikan resep obat untuk tekanan darah tinggi atau untuk penyakit jantung ? 7. Apakah anda tahu alasan yang menyebabkan anda tidak boleh melakukan aktifitas fisik ?
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
65
Lampiran 5
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
66
Lampiran 6
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
67
Lampiran 7
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014
68
Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: dr. Izzuddin Fathoni
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir
: Gresik, 13 Pebruari 1975
Alamat
: Jl. Komyos Soedarso Gg. Kelontan 1 no 21
Pontianak,Kalimantan Barat Telpon/HP
: 08152200024
Alamat email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
Tahun 1981 – 1987 : SDN Ujung Pangkah – Gresik Tahun 1987 – 1990 : SMPN Ujung Pangkah – Gresik Tahun 1990 – 1993 : SMAN Sidayu – Gresik Tahun 1993 – 1999 : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun 2010 – Sekarang : Program Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI Riwayat Pekerjaan
:
Tahun 2005 – Sekarang : PNS Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
UNIVERSITAS INDONESIA Penurunan tekanan…, Izzuddin Fathoni, FK UI, 2014