PENTINGNYA KEBERADAAN LEMBAGA METROLOGI GAS DI INDONESIA Andreas, S.Si
PENDAHULUAN Analisis gas mempunyai peran yang sangat penting dalam beberapa proses industri seperti pada pengolahan gas alam, pada kilang minyak, industri kimia (etilen), industri elektronik (gas-gas yang reaktif) serta pada industri makanan dan kesehatan (kemurnian dan komposisi). Selain itu analisis gas juga sangat penting dalam bidang lingkungan misalnya emisi gas stack pada industri (NOx,SO2, HCl), gas dari kendaraan bermotor (CO, CO2, C3H8, NO), gas ambient (benzena, O3, CH4, N2O, VOC, dst). Jaminan mutu analisis gas ini sangat diperlukan, mengingat data kualitas gas digunakan sebagai dasar untuk perhitungan kondisi proses, neraca energi, dan neraca bahan ataupun dalam bidang lingkungan dimana data analisis akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan tentang pencemaran lingkungan. Selain itu, harga gas untuk keperluan energi sangat ditentukan oleh komposisi gas di dalamnya. Hasil analisis (pengukuran) yang handal atau dapat dipercaya akan diperoleh apabila pengukuran tersebut tertelusur ke standar nasional atau internasional ataupun ke bahan acuan atau standar acuan yang diakui secara internasional dan mempunyai nilai ketidakpastiannya yang disebabkan karena akurasi peralatan dan kompetensi sumber daya yang berbeda. Untuk menjawab tuntutan tersebut, diperlukan suatu sistem pengukuran nasional yang mampu menjamin ketertelusuran nasional , yang mencakup 4 elemen kunci, yaitu: 1. Adopsi sistem satuan yang diimplementasikan secara nasional. 2. Pengoperasian
lembaga
metrologi
nasional
yang
diberi
tanggung
jawab
untuk
mengembangkan memelihara dan mendesiminasikan standar pengukuran nasional sesuai dengan kebutuhan nasional untuk mentransfer teknologi pengukuran terbaru pada stake holders. 3. Pengembangan lembaga metrologi legal yang diberi tanggung jawab untuk menyiapkan dan melaksanakan regulasi yang berkaitan dengan pengukuran dalam perdagangan dan beberapa bidang tertentu yang lain.
1
4. Pengoperasian lembaga akreditasi nasional yang menerapkan kriteria tertentu untuk mendapatkan pengakuan internasional.
LEMBAGA METROLOGI NASIONAL Lembaga Metrologi nasional adalah suatu institusi atau unit kerja yang bertanggung jawab sebagai pengelola standar ukur yang paling tinggi tingkat akurasinya di suatu negara. Pada umumnya negara maju telah memiliki lembaga metrologi nasional, sementara untuk negara berkembang ada yang masih belum memilikinya dengan alasan besarnya biaya investasi yang harus dikeluarkan serta biaya perawatan instrumen yang tinggi, sementara hasil yang didapatkan secara komersial tidak signifikan. Berdasarkan ini, peran pemerintah sangatlah penting dalam mengelola lembaga metrologi nasional di negara masing-masing. Pentingnya peran lembaga metrologi nasional berdampak kuat terhadap kemajuan industri di negara tersebut. Hal ini disebabkan oleh terjaminnya standar ukur yang digunakan di industri - industri, melalui suatu skema pemeriksaan regular yang bermuara pada standar nasional yakni standar dengan tingkat akurasi yang paling baik, yang dikelola oleh lembaga metrologi nasional di negara tersebut. Negara yang belum memiliki lembaga metrologi nasional sendiri dapat mengacu pada standar nasional yang dimiliki oleh negara lain sebagai referensi bagi standar industrinya (1). Berdasarkan keputusan Presiden RI No 79 tahun 2001, Pusat penelitian KIM LIPI diberi kewenangan sebagai Lembaga Metrologi Nasional,
yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan, memelihara, dan mendesiminasikan standar pengukuran nasional di bidang fisik, kecuali bidang Ionizing Radiation yang sesuai undang undang ketenaganukliran adalah menjadi tanggung jawab P3KRBin-BATAN. Adapun dibidang kimia menjadi tanggung jawab Pusat Penelitian Kimia-LIPI. Metrologi gas di Pusat penelitian Kimia pada saat ini masih dipersiapkan.
METROLOGI GAS Keberadaan lembaga metrologi yang tugas fungsinya sebagai lembaga metrologi pengukuran kimia, khususnya senyawa kimia yang berbentuk gas sangatlah penting. Hal ini akan mendukung posisi dan kiprah Indonesia dalam berbagai bidang baik ekonomi, hukum, politik
2
dan keamanan di dunia Internasional. Berikut ini analogi betapa pentingnya lembaga metrologi gas di Indonesia. Indonesia memiliki cadangan gas sekitar 178 trilliun cubic feet (TCF) dengan cadangan terbukti sebesar 91 TCF dan sisanya merupakan cadangan yang mungkin dan diperkirakan, merupakan produsen gas alam terbesar ke-12 di dunia. Pada tahun 2003, Indonesia memproduksi 3.15 TCF gas alam, merupakan penghasil gas alam nomor enam di dunia dan mensuplai 26% kebutuhan dunia (2). Produksi gas alam di Indonesia meningkat pada kisaran 4% pada tahun 2003, dengan kecenderungan peningkatan terus terjadi. Ekspor gas alam cair (LNG, liquid natural gas) pada tahun 2003 saja mencapai 55% dari keseluruhan produksi gas alam Indonesia dan menghasilkan dana sekitar 6 miliar dolar AS (12% dari total ekspor Indonesia). Peningkatan konsumsi gas di dalam dan luar negeri kecenderungan meningkat terus. Infrastruktur untuk industri gas, khususnya dalam penyediaan laboratorium standar dan penyedia gas standar di Indonesia hingga saat ini tidak ada. Gas standar diperlukan untuk basis perhitungan gas yang dihasilkan dan dijual atau diekspor ke luar negeri (3). Gas yang digunakan untuk keperluan proses industri, memerlukan mutu gas yang terjamin dan dibuktikan melalui hasil analisis laboratorium(5). Jaminan mutu gas ini sangat diperlukan, mengingat data kualitas gas digunakan sebagai dasar untuk perhitungan kondisi proses, neraca energi dan neraca bahan. Dalam Tabel 1 diperlihatkan statistik penggunaan gas alam di Indonesia dari tahun 2001 hingga tahun 2003. Harga gas untuk keperluan energi amat ditentukan komposisi gas di dalamnya yaitu untuk keperluan perhitungan kandungan kalor yang menjadi basis harga yang disepakati. Dengan produksi yang sedemikian besar (3.15 TCF) dan nilai di atas 6 miliar dolar AS, maka kesalahan sebesar 1% saja dalam analisis gas akan berakibat yang sangat besar secara ekonomi.
3
Tabel 1. Statistik pemanfaatan gas alam di Indonesia (2). Statistik gas alam (jutaan SCF) 2001
2002
2003
% PERUBAHAN
Ekpor LNG
1,489,935
1,656,472
1,719,128
11.2
Pupuk
211,730
244,455
256,741
5
Listrik
254,237
195,300
187,187
- 4,2
Gas kota
78,389
82,734
157,478
90,3
Ekpor gas alam
31,967
82,619
118,112
43
Ekspor LPG
2,410
2,474
5,655
128,6
Petrokimia
29,437
30,892
22,773
-26,3
Pabrik LPG/LEX
10,397
26,611
32,008
20,3
Pabrik semen
3,420
2,751
2,872
4,4
Industri lainya
132,964
159,809
146,912
-7,8
total
2,263,297
2,505,072
2,648,937
5,7
Untuk menjamin mutu hasil analisis gas, baik untuk keperluan analisis lingkungan maupun untuk keperluan industri, suatu standar gas baik standar tunggal ataupun campuran amat diperlukan sebagai pembanding atau standar dalam analisis kimia secara kuantitatif. Suatu bahan acuan standar gas dibuat oleh suatu Lembaga Metrologi Nasional (NMI, National Metrology Institute) suatu negara atau suatu organisasi pembuat bahan acuan /standar yang terakreditasi dan diakui secara internacional(4,5). Pada saat ini, stándar gas yang digunakan di Indonesia seluruhnya berasal dari luar negeri baik dari NMI asing atau diproduksi oleh suatu perusahaan asing di luar negeri yang terakreditasi, sedangkan keperluan akan suatu standar gas tunggal maupun standar campuran gas seringkali spesifik, memerlukan respon yang cepat, dan berumur tidak begitu panjang (masa pakai terbatas). Ketidakadaan produsen gas standar dan campuran
4
gas standar mengakibatkan analisis dan hasilnya bergantung sepenuhnya pada lembaga asing, sehingga berakibat pada keseluruhan transaksi gas di Indonesia. Bisa dibayangkan berapa total kerugian yang harus ditanggung oleh negara apabila terjadi kesalahan pengukuran sebesar 1% dari hasil analisis gas tersebut, apabila terjadi tentu saja negara akan dirugikan miliaran dolar, selain itu dampak yang lebih besar lagi adalah ketidakpercayaan dunia terhadap hasil pengukuran yang ada di Indonesia. Analogi kedua tentang rencana Indonesia untuk mengurangi emisi gas CO2 pada 2020 sebesar 26 % dari total emisi yang dihasilkan pada saat ini, itu merupakan sutu rencana yang sangat baik dan perlu didukung oleh semua pihak di negara ini, karena dengan mampu menurunkan emisi gas CO2 maka pemasan global yang terjadi selama ini terjadi akan berkurang, akan tetapi terdapat suatu hal yang terlupakan yaitu bagaimana cara mengukur penurunan emisi gas CO2 di atmosfer ini karena sifat dari gas itu sendiri dimana pada saat CO2 dilepaskan sebagai akibat dari hasil pembakaran bahan bakar fosil atau hasil aktivitas manusia lainnya, maka gas CO2 akan bercampur dengan gas lain yang ada di udara. Bagaimana kita mampu membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita telah dapat mengurangi emisi gas CO2 sebesar 23% pada tahun 2020 merupakan suatu tantangan yang sangat besar, karena apabila kita mampu membuktikannya dengan data yang akurat dan terpercaya serta mampu telusur, maka akan meningkat citra Indonesia dimata dunia. Keseluruhan permasalahan ini akan dapat teratasi apabila kita memiliki lembaga metrologi nasional yang mampu melakukan analisis gas serta mampu menyediakan semua kebutuhan akan standar yang memiliki ketertelusuran , sehingga komparabiritas hasil analisis laboratorium uji yang ada di Indonesia akan memiliki nilai yang sama dengan laboratorium ditempat lain pada lokasi dan waktu yang berbeda. Hasil yang demikian sifatnya akan dapat diterima dimana-mana (6).
KESIMPULAN 5
Keberadaan lembaga metrology gas sangat penting sekali karena akan menunjang posisi tawar Indonesia di berbagai bidang, terutama di bidang ekonomi serta akan meningkatkan kepercayaan terhadap hasil analisis yang dilakukan oleh lembaga uji yang berada di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA 1. Jimmy Pusaka. Pembidangan Metrologi pada Lembaga Metrologi Nasional dan Internasional 2. R. M. Marbán and J. A. Pellecer in METROLOGY FOR NON-METROLOGISTS, Vol. 2001. 3. US-Embassy in Report: Indonesia’s Natural Gas Opportunities and Challenges, Vol. 2004. 4. M. Schumacher and B. Thompson in Varian Application Note-Number 29: Analysis of Natural Gas and Natural Gas Liquids, Vol. 2007. 5. BIPM in Bureau International des Poids et Mesures, Consultative Committee for Amount of Substance: metrology in chemistry (CCQM), Report of the 10th meeting (22 – 23 April 2004) to the International Committee for Weights and Measures, 2004., Vol. 2004. 6. Sumardi, Penggunaan Bahan Acuan (Reference Material) untuk memperoleh Ketelusuran Pengukuran dalam Pengujian Kimia,Warta Kimia Analitik No.16.Desember 2007.
6